Statika - adib

advertisement
Kegiatan Belajar 2
MATERI POKOK : STATIKA
A. URAIAN MATERI :
Statika adalah bahasan dalam fisika yang mempelajari tentang sistem gaya dalam
keadaan benar-benar diam.
1.
Vektor Gaya
Gaya, simbol F, adalah tarikan atau dorongan yang merubah keadaan benda yang
diam atau benda yang bergerak dengan kecepatan tetap. Satuan gaya adalah
Newton. Satu Newton adalah gaya yang apabila dikenakan pada benda 1 kg
menyebabkan benda tersebut mengalami percepatan sebesar 1 m/s2.
Untuk menjelaskan mengenai gaya, besar dan arahnya harus ditentukan. Sehingga
gaya termasuk besaran vektor yaitu besaran yang memiliki nilai dan arah. Vektor
digambarkan dengan garis panah berskala. Dalam hal vektor gaya panjang garis
menyatakan besar gaya dan arah panah menyatakan arah garis kerja gaya.
U
12,5 N
20 N
15 N
Gaya 20 N bekerja
dengan arah ke
Timur Laut
Gaya 12,5 N
bekerja dengan
arah ke Barat
Gaya 15 N
bekerja dengan
arah ke Selatan
Gambar 5.1 Beberapa vektor yang menggambarkan gaya
2.
Resultan Gaya
Resultan dari beberapa gaya adalah sebuah gaya yang menghasilkan efek yang sama
jika menggantikan beberapa gaya tersebut. Gambar 5.2 menunjukkan tiga gaya yang
nilainya 5, 10 dan 8 N menarik benda dengan arah yang sama. Diperoleh resultan
gayanya adalah 23 N dalam arah yang sama. Ini adalah kasus sederhana berupa
gaya-gaya sejajar yang mana resultan gaya diperoleh dengan penjumlahan aljabar
biasa.
8N
5N
8N
10 N
Diagram ruang
5N
10 N
Resultan = 8 + 5 + 10 = 23 N
Diagram vektor
Gambar 5.2 Resultan gaya
Diagram ruang menggambarkan sistem gaya, sedangkan diagram vektor
menggambarkan vektor-vektor secara berskala dan dihubungkan dari ujung ke ujung.
Untuk menghitung resultan dari gaya-gaya yang arahnya tidak sejajar digunakan
metode poligon gaya. Setiap vektor digambar dengan skala persis sesuai dengan
besar dan arahnya, kemudian pangkal vektor kedua diletakkan pada ujung vektor
pertama, pangkal vektor ketiga diletakkan pada ujung vektor kedua, demikian
seterusnya. Vektor resultan diperoleh dengan menarik garis dari pangkal vektor
pertama dan ujung vektor terakhir.
8N
5N
8N
23°
10 N
10 N
5N
Diagram ruang
Diagram vektor
Gambar 5.3 Menentukan resultan gaya
3.
Keseimbangan Statis Benda Tegar
Suatu benda tegar berada dalam keseimbangan statis bila mula-mula benda dalam
keadaan diam dan resultan gaya pada benda sama dengan nol, serta torsi terhadap
titik sembarang yang dipilih sebagai poros dama dengan nol.
Secara matematis, syarat keseimbangan statis benda tegar yang terletak pada suatu
bidang datar (misal bidang XY) dinyatakan sebagai berikut:
Σ𝐅𝑋 = 0
(1) Resultan gaya harus nol Σ𝐅 = 0
Σπ…π‘Œ = 0
(2) Resultan Torsi harus nol Σ𝛕 = 0
Keseimbangan tiga gaya sebidang pada sistem partikel
Syarat keseimbangan statik untuk tiga gaya sebidang yang bekerja pada suatu sistem
partikel, seperti ditunjukkan pada gambar 5.4
𝐅1
𝑭2
𝜢3
𝜢2
𝜢1
𝑭3
Gambar 5.4 Tiga gaya sebidang yang bekerja pada suatu sistem partikel
Perhatikan, 𝛼1 adalah sudut di seberang 𝐅1; 𝛼2 adalah sudut di seberang 𝐅2 ; 𝛼3 adalah
sudut di seberang 𝐅3 , dan berlaku
𝛼1 + 𝛼2 + 𝛼3 = 360°
Ketika sistem tiga gaya di atas seimbang berlaku:
𝐅1
𝐅2
𝐅3
=
=
sin 𝛼1 sin 𝛼2 sin 𝛼3
Momen Gaya
Gaya tidak hanya cenderung untuk menggerakan benda tetapi juga untuk memutar
benda. Ukuran keefektifan sebuah gaya yang bekerja pada suatu benda untuk
memutar benda tersebut terhadap suatu poros tertentu disebut momen gaya atau
torsi.
𝑙
A
O
90°
𝐹
Gambar 5.4.b Torsi atau momen gaya
Perhatikan gambar di atas! Sebuah gaya 𝐹 digunakan untuk memutar sebuah batang
pada jarak 𝑙 dari sumbu putar O. Arah gaya tegak lurus lengan gaya 𝑙. Maka besarnya
momen gaya tergantung pada besar gaya 𝐹 dan panjang lengan momen 𝑙,
dirumuskan dengan persamaan
Momen gaya = gaya × lengan momen
𝜏 = 𝐹. 𝑙
Lengan momen (𝑙) merupakan panjang garis yang ditarik dari titik poros O sampai
memotong tegak lurus garis kerja vektor gaya 𝐹. Torsi 𝛕 termasuk besaran vektor yang
memiliki nilai dan arah. Arah momen gaya mengikuti aturan putaran tangan kanan.
π‘Žπ‘Ÿπ‘Žβ„Ž π‘‘π‘œπ‘Ÿπ‘ π‘– 𝛕
π‘Žπ‘Ÿπ‘Žβ„Ž π‘”π‘Žπ‘¦π‘Ž 𝐅
Gambar 5.4c Arah momen gaya mengikuti aturan putaran tangan kanan
Dilihat dari atas, jika arah putaran keempat jari/arah gaya berlawanan arah putaran
jarum jam, maka torsi bertanda positif (+), sebaliknya jika arah putaran keempat jari
searah jarum jam, maka torsi bertanda negatif ( - ).
Momen gaya total pada suatu benda yang disebabkan oleh dua buah gaya atau lebih
yang bekerja terhadap suatu poros, dirumuskan sebagai berikut
Σ𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + β‹― + πœπ‘›
Kopel
Sebuah kopel adalah sepasang gaya sejajar yang memiliki besar sama tetapi arahnya
berlawanan. Kopel tidak menghasilkan gerak translasi karena resultan gaya sama
dengan nol (∑𝐹 = 0), tetapi kopel akan menghasilkan momen kopel yang
menyebabkan gerak rotasi.
𝐅
𝑑
−𝐅
Gambar 5.5a Kopel adalah sepasang gaya sejajar yang besarnya sama tetapi arahnya
berlawanan.
Besarnya momen kopel, Σ𝜏, adalah hasil kali antara besar gaya 𝐹 dengan jarak antara
kedua pasangan gaya, 𝑑.
Σ𝜏 = 𝑑 F
Kopel yang menghasilkan putaran searah jarum jam ditetapkan bertanda positif dan
yang menghasilkan putaran berlawanan arah jarum jam ditetapkan bertanda negatif.
Kopel tidak dapat direduksi menjadi sebuah gaya tunggal, kopel hanya dapat
diseimbangkan dengan kopel yang besarnya sama namun arahnya berlawanan.
Berikut adalah contoh-contoh kopel dalam kehidupan sehari:
1. Pembuka dan penutup keran air. Dua gaya pembentuk kopel seperti
ditunjukkan pada gambar 5.5b
2. Pemutar tutup pen
3. Membuka tutup botol
4. Pembuka mur baut
5. Stir mobil (seperti ditunjukkan pada gambar 5.5c)
Gambar 5.5b Keran air
Gambar 5.5c Roda stir
mobil
Koordinat Titik Tangkap Gaya Resultan
Disini kita khususkan kepada titik tangkap dari gaya-gaya yang sejajar dengan sumbu
Y.
π‘Œ
π‘Œ
π‘₯2
𝐹𝑦3
π‘₯3
𝐹𝑦2
π‘₯
𝑅𝑦
π‘₯1
𝐹𝑦1
O
𝑋
O
𝑋
Gambar 5.6 tiga buah gaya searah pada sumbu Y beserta titik tangkap gaya resultannya.
Misalkan terdapat gaya-gaya sejajar sumbu Y, yaitu 𝐹𝑦1 , 𝐹𝑦2 , 𝐹𝑦3 , … dengan absis
berturut-turut π‘₯1 , π‘₯2 , π‘₯3 , … (lihat gambar), maka seluruh gaya ini dapat digantikan oleh
sebuah resultan gaya 𝑅𝑦 , yang letak absisnya dinyatakan oleh
π‘₯=
∑𝑛𝑖=1 𝐹𝑦𝑖 π‘₯𝑖
𝑅𝑦
𝐹𝑦1 π‘₯1 + 𝐹𝑦2 π‘₯2 + 𝐹𝑦3 π‘₯3 + β‹―
=
𝐹𝑦1 + 𝐹𝑦2 + 𝐹𝑦3 + β‹―
Catatan: Tanda absis π‘₯𝑖 dan gaya 𝐹𝑦𝑖 dimasukkan sesuai perjanjian, yaitu π‘₯𝑖 bertanda
positif jika terletak di kanan titik asal O dan 𝐹𝑦𝑖 bertanda positif jika berarah ke sumbu
Y+ (ke atas).
Notasi Bow
Metode ini untuk mendefinisikan gaya dalam sistem gaya dengan memberikan huruf
pada ruang dalam diagram ruang dengan huruf kapital A, B, C dst. Sehingga masingmasing gaya dapat dinyatakan oleh dua huruf dari dua ruang yang terpisah gaya,
seperti gaya AB, gaya BC dan seterusnya.
c
b
A B
E
C
D
Diagram
vektor
d
a
Diagram ruang
e
Gambar 5.7 Notasi Bow untuk menentukan diagram ruang dan diagram vektor
Vektor masing-masing gaya dalam diagram vektor diberi label dengan huruf kecil pada
pangkal dan ujung vektor seperti ab, bc, dst.
Segitiga Gaya
Jika tiga gaya bekerja pada suatu titik dalam keadaan setimbang, diagram vektor yang
digambarkan dengan skala merepresentasikan gaya dalam nilai dan arah, akan
berbentuk segitiga tertutup.
a
50°
B
60°
60°
C
A
c
Beban
400 N
400 N
50°
Diagram ruang
b
Gambar 5.8 Segitiga gaya
Poligon Gaya
Diagram
vektor
Jika beberapa gaya bekerja pada sebuah titik berada dalam kesetimbangan, maka
diagram vektor yang digambarkan dengan skala merepresentasikan gaya dalam nilai
dan arah, akan berbentuk poligon tertutup.
8N
10 N
8N
5N
10 N
5N
Diagram ruang
Diagram vektor
Gambar 5.9 Poligon gaya
Kedua teorema di atas pada dasarnya sama, kecuali bahwa segitiga gaya berlaku
hanya untuk sistem tiga gaya sedangkan poligon gaya untuk gaya lebih dari tiga.
4.
Komponen Gaya
Gaya dapat diuraikan menjadi komponen vertikal dan horizontal
•
FX adalah komponen gaya horisontal, sejajar sumbu x
•
FY adalah komponen gaya vertikal, sejajar sumbu y
Gambar 5.10 Komponen horisontal dan vertikal gaya
𝐹π‘₯ = 𝐹 cos πœƒ
𝐹𝑦 = 𝐹 sin πœƒ
Contoh:
Sebuah benda ditarik dengan gaya 100 N yang kemiringannya 60 o terhadap
horisontal. Tentukan komponen-komponen rectanguler gaya!
100 N
60°
𝐹π‘₯ = 𝐹 cos πœƒ = 100 𝑁 × cos 60 = 100 𝑁 × 0,5 = 50 𝑁
𝐹𝑦 = 𝐹 sin πœƒ = 100 𝑁 × sin 60 = 100 𝑁 × 0,866 = 86,6 𝑁
Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus
A
R
𝛼
B
A
𝛼
B
R
Gambar 5.11 Resultan dua gaya dengan aturan cosinus
Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu titik membentuk sudut 𝛼, maka resultan
gaya R dapat diperoleh dengan persamaan,
𝑅 = √𝐴2 + 𝐡 2 + 2. 𝐴. 𝐡. cos 𝛼
Aturan Segitiga Sinus
c
A
B
a
b
C
Gambar 5.12 Aturan segitiga sinus
Sebuah segitiga memiliki sisi A, B dan C, berhadapan dengan sudut a, b dan c, maka
berlaku prinsip segitiga sinus sebagai berikut:
𝐴
𝐡
𝐢
=
=
sin π‘Ž sin 𝑏 sin 𝑐
Contoh Penerapan
1. Tali Sling
Dua buah tali disambung kemudian kedua ujung tali dipasang pada suatu atap,
kemudian diberi beban 400 N seperti gambar di bawah. Jika tali membentuk
sudut 50o dan 60o terhadap vertikal, hitunglah besar gaya tarikan pada masingmasing tali!
Jawab:
Pertama kita gambarkan dalam diagram ruang kemudian kita buat diagram
vektornya dengan Notasi Bow.
a
50°
B
60°
60°
C
A
Beban
400 N
Diagram ruang
c
Diagram
vektor
400 N
50°
b
Gambar 1.12 Diagram ruang dan diagram vektor pada tali sling
Untuk menghitung gaya-gaya, kita hitung terlebih dahulu sudut acb (di depan
vektor gaya 400 N)
Sudut acb = 180 – (60 + 50) = 70o
Kemudian menggunakan aturan segitiga sinus kita hitung gaya pada tali ac,
π‘Žπ‘
400
=
sin 50π‘œ sin 70π‘œ
π‘Žπ‘ =
400 × 0,766
0,9397
= 326 𝑁
Gaya pada tali bc,
𝑏𝑐
400
=
sin 60π‘œ sin 70π‘œ
𝑏𝑐 =
400 × 0,866
0,9397
= 368,6 𝑁
Jadi gaya pada tali AC = 326 N, dan gaya pada tali BC = 368,6 N.
2. Jib Crane
Sudut antara jib dan tiang vertikal (vertical post) pada JIB Crane adalah 42 o,
dan antara tie dan jib sudutnya 36o. Hitunglah gaya pada jib dan tie ketika
benda bermassa 3,822 . 103 kg dibebankan pada kepala crane!
Tie
Jib
Post
Gambar 1.13 JIB crane
Kita gambarkan diagram ruang dan diagram vektor dengan Notasi Bow,
Gambar 1.14 Diagram ruang dan diagram vektor dengan
Notasi Bow pada jib crane.
Berdasarkan diagram vektor,
Sudut cab = 180° - (42° + 36°) = 102°
Menggunakan aturan segitiga sinus,
Gaya pada JIB
37,5
=
sin 102°
sin 36°
Gaya pada JIB =
37,5 × 0,9781
0,5878
= 62,38 kN
Gaya pada TIE
37,5
=
sin 42°
sin 36°
Gaya pada TIE =
(37,5 × 0,6691)
⁄0,5878 = 42,69 kN
3. Mekanisme Torak Mesin (Reciprocating Engine Mechanism)
Connecting rod dan crank pada torak mesin mengkonversi gerak bolak-balik
pada piston menjadi gerak rotasi pada sumbu crank. Berdasarkan gambar di
bawah dan dengan melihat pertemuan gaya pada crosshead, bagian bawah
lengan piston menekan secara vertikal turun pada crosshead. Dorongan
connecting road muncul sebagai gaya hambat ke atas dengan kemiringan πœ™,
dan gaya pada guide merupakan sebuah gaya horisontal untuk
menyeimbangkan komponen horisontal dari dorongan connecting road.
Gambar 1.15 Sistem gaya pada thorak mesin
Karena gaya piston selalu bekerja secara vertikal, dan gaya guide selalu
horisontal. Vektor diagram gaya-gaya pada crosshead selalu berbentuk
segitiga yang menyudut ke kanan. Catat bahwa sudut antara Top Dead Centre
(pusat garis mesin) dan connecting road adalah πœ™ dalam diagram ruang,
adalah sama dengan sudut antara gaya piston dan gaya dalam connecting road
dalam diagram vektor.
Contoh Soal:
Piston pada torak mesin mendorong dengan gaya 160 kN pada crosshead
ketika crank 35o dari Pas Top Dead Centre. Jika langkah pada piston adalah
900 mm dan panjang connecting road adalah 1,65 m, hitunglah gaya pada
crosshead guide dan gaya pada connecting rod!
Penyelesaian:
Berdasarkan diagram ruang,
Panjang crank = ½ × langkah = 0,45 m
Panjang connecting rod = 1,65 m
Sudut crank terhadap Top Death Center (TDC) = πœƒ = 35°
Menggunakan aturan segitiga sinus
0,45
1,65
=
sin πœ™ sin 35°
sin πœ™ =
0,45 × 0,5736
1,65
= 0,1564
πœ™ = sin−1 0,1564
= 9°
Berdasarkan diagram vektor,
𝑠𝑒𝑑𝑒𝑑 πœ™ = 9°
tan πœ™ =
πΊπ‘Žπ‘¦π‘Ž π‘ƒπ‘Žπ‘‘π‘Ž 𝐺𝑒𝑖𝑑𝑒
πΊπ‘Žπ‘¦π‘Ž π‘ƒπ‘Žπ‘‘π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘ π‘‘π‘œπ‘›
πΊπ‘Žπ‘¦π‘Ž π‘π‘Žπ‘‘π‘Ž 𝐺𝑒𝑖𝑑𝑒 = 160 × tan 9°
= 25,34 π‘˜π‘
cos πœ™ =
πΊπ‘Žπ‘¦π‘Ž π‘ƒπ‘–π‘ π‘‘π‘œπ‘›
πΊπ‘Žπ‘¦π‘Ž π‘ƒπ‘Žπ‘‘π‘Ž πΆπ‘œπ‘›π‘›π‘’π‘π‘‘π‘–π‘›π‘” π‘…π‘œπ‘Žπ‘‘
πΊπ‘Žπ‘¦π‘Ž π‘π‘Žπ‘‘π‘Ž πΆπ‘œπ‘›π‘›π‘’π‘π‘‘π‘–π‘›π‘” π‘…π‘œπ‘Žπ‘‘ =
160
cos 9°
= 162 π‘˜π‘
B. RANGKUMAN
1. Suatu benda tegar berada dalam keseimbangan statis bila mula-mula benda
dalam keadaan diam dan resultan gaya pada benda sama dengan nol, serta
torsi terhadap titik sembarang yang dipilih sebagai poros dama dengan nol.
2. Ukuran keefektifan sebuah gaya yang bekerja pada suatu benda untuk
memutar benda tersebut terhadap suatu poros tertentu disebut momen gaya
atau torsi.
3. Kopel adalah sepasang gaya sejajar yang memiliki besar sama tetapi arahnya
berlawanan.
4. Gaya dapat diuraikan menjadi komponen vertikal dan horizontal
•
FX adalah komponen gaya horisontal, sejajar sumbu x
𝐹π‘₯ = 𝐹 cos πœƒ
•
FY adalah komponen gaya vertikal, sejajar sumbu y
𝐹𝑦 = 𝐹 sin πœƒ
5. Sebuah segitiga memiliki sisi A, B dan C, berhadapan dengan sudut a, b dan
c, maka berlaku prinsip segitiga sinus sebagai berikut:
𝐴
𝐡
𝐢
=
=
sin π‘Ž sin 𝑏 sin 𝑐
C. TUGAS
1. Tiga buah gaya menarik benda sehingga dalam kesetimbangan. Gaya pertama
mengarah ke selatan. Gaya kedua mengarah ke 75 o ke timur dari utara. Dan
gaya ketiga mengarah 40o ke barat dari utara. Jika besar gaya yang mengarah
ke selatan adalah 35 N. Hitunglah besar gaya yang lainnya.
2. Sebuah balok panjang 20 m disangga pada ujung-ujungnya dan diberi beban
terpusat sebesar 20, 40 dan 50 kN pada masing-masing pada jarak 5, 10 dan
15 m dari salah satu ujungnya. Gambarkan diagram gaya geser dan diagram
momen pembengkoknya!
3. Sudut antara jib dan vertical post (tiang vertikal) pada sebuah jib crame adalah
40o, dan antara jib dan tie sudutnya 45o. Hitunglah gaya pada jib dan tie ketika
beban 15 kN tergantung pada kepala crane!
4. Ketika crank pada torak mesin membentuk sudut 60 o terhadap Top Dead
Centre, gaya kuasa piston efektif pada crosshead adalah 180 kN. Jika langkah
pada piston adalah 600 mm, dan panjang connecting road adalah 1,25 m,
hitunglah gaya beban pada guide dan dorongan pada connecting road.
D. TES FORMATIF
Soal Tes Formatif:
1. Sebuah dorongan vertikal ke atas 90 N dikenakan pada sebuah benda dan pada
waktu yang bersamaan gaya 120 N menarik benda tersebut dalam arah horisontal
ke kanan. Hitunglah besar dan arah resultan dari kedua gaya tersebut!
2. Dua buah gaya bekerja pada suatu benda, gaya pertama menarik benda secara
horisontal ke kanan besarnya 20 N, gaya kedua 17 N menarik vertikal ke bawah.
Hitunglah besar dan arah gaya ketiga yang akan menetralkan efek dari kedua gaya
tersebut!
3. Dua tali pengangkat terhubung pada papan beban yang bermuatan 25 kN. Jika tali
membentuk sudut 32o dan 42o terhadap vertikal, hitunglah tegangan pada masingmasing tali!
Jawaban Tes Formatif:
1. Penyelesaian:
Karena sudut antara kedua gaya saling tegak
lurus kita gunakan Teorema Phytagoras:
𝑅 = √𝐴2 + 𝐡 2 = √902 + 1202 = 150 N
R
90 N
tan 𝛼 =
𝛼
120 N
𝑦
90
=
= 0,75
π‘₯ 120
𝛼 = tan−1(0,75) = 36,87°
Jadi sudut resultan adalah 36,87° terhadap gaya
horisontal
2. Penyelesaian:
Equilibrant
20 N
𝛼
20 N
17 N
17 N
Diagram Ruang
Diagram Vektor
Equilibrant = √202 + 172 = 26,25 N
𝑦 17
=
= 0,85
π‘₯ 20
−1
𝛼 = tan (0,85) = 40,36°
tan 𝛼 =
Jadi sudut resultan adalah 40,36° terhadap gaya horisontal.
3. Penyelesaian:
Pertama kita gambarkan dalam diagram ruang kemudian kita buat diagram
vektornya dengan Notasi Bow.
a
C
B
42°
42°
32°
A
c
Beban
25 kN
25 kN
32°
Diagram ruang
Diagram
vektor
b
Gambar 5.13 Diagram ruang dan diagram vektor pada tali sling
Untuk menghitung gaya-gaya, kita hitung terlebih dahulu sudut acb (di depan
vektor gaya 25 kN)
Sudut acb = 180° – (32° + 42°) = 116°
Kemudian menggunakan aturan segitiga sinus kita hitung gaya pada tali ac,
π‘Žπ‘
25 π‘˜π‘
=
sin 32° sin 116°
25 × 0,530
0,899
= 14,739 π‘˜π‘
π‘Žπ‘ =
Gaya pada tali bc,
𝑏𝑐
25 π‘˜π‘
=
sin 42° sin 116°
25 π‘˜π‘ × 0,669
𝑏𝑐 =
0,899
= 18,604 π‘˜π‘
Jadi gaya pada tali AC = 14,739 kN, dan gaya pada tali BC = 18,604 kN.
Download