PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM BUKU “GARIS BATAS: PERJALANAN DI NEGERI-NEGERI ASIA TENGAH” KARYA AGUSTINUS WIBOWO Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Dewi Rifqina NIM: 109051100079 KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1436 H PERSPEKTIT KOMUNII(ASI ANTARBUDAYA DALAM B{,KU G{fiIS BATAS: PERTALANAN di NEGERI-NEGERI ASIA TENGAH Skripsi Diajukan kepada Fakuhas IImu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Mernenuhi Perryaratan Memperoteh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Ksrn.I) OIeh: D,cryi NIM: Bifqina t09O51100079 Di bawah bimbingan, LEMBAR PENGESAHAN PAITTTIA UJIAN skripsi yang berjudul Perspektif Komunikasi Antarbudrya dalrrm Buku *Goris Batss: Pe$alanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, Karya Agustinus wibowo telah diujilon dalam sidang Munqosah Fakultas Dakwah dan llmu Komunikasi universitas Islam Negeri Syarif Hidayaarllah Jakarta pada tanggpl, 8 April 2014. Skripsi ini telah diterirra sbagai salalr saar syaret untuk memperolelr gelar sarjana program Strata I (S.l) pada jurusan Konsentasi Jurnalistik. Jakarta, 8 April2014 Sidang Munaqosah Ke&al Mermgkap Anggo{a, Sekrstariq h#);{ lU'Y Ade Rina Farida. Mogi u 199803 2 00t NIP. 19770513 200701 2 0r8 Penguji, 96601 Penguji, t0 l0l 2001t22ffi3 199303 Pembimbing LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini Saya Menyatakan Bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 8 April 2014 Dewi Rifqina iii Nama : Dewi Rifqina NIM : 109051100079 Pembimbing: Prof. Dr. Andi Faisal Bakti ABSTRAK Perspektif Komunikasi Antarbudaya Dalam Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah Perkembangan teknologi yang pesat telah membawa kita ke dalam mobilitas masyarakat dunia yang semakin padat. Perjalanan dari suatu tempat ke tempat lainnya menjadi hal yang biasa, seperti yang dilakukan Agustinus Wibowo. Keingintahuannya akan budaya yang berbeda membuat ia memutuskan pergi ke daerah Asia Tengah dan memulai petualangannya. Dimulai dari Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan mengakhirinya di Turkmenistan. Catatan perjalanannya ini diterbitkan menjadi buku yang berjudul Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan tulisan ini untuk menjawab pertanyaan umum dan khusus. Adapun umumnya adalah bagaimana perspektif komunikasi antarbudaya dalam Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah? secara khusus pertanyaannya adalah bagaimana komponen budaya non-material buku tersebut? Serta bagaimana budaya perkawinan dalam buku ini? Buku ini bercerita tentang dunia yang terpisah karena garis batas imajiner maupun nyata. Pengarangnya mengambil problematika tentang negara-negara di Asia Tengah setelah merdeka dari Uni Soviet. Budaya yang dibawa oleh Rusia dan kebanggaan sebagai masyarakat Islam berbaur dan memengaruhi wajah budaya mereka hingga sekarang. Dia melakukan komunikasi antarbudaya dengan masyarakat di Asia Tengah tetapi tidak jarang ia mendapatkan banyak hambatan dan ketidaksesuaian budaya. Teori komunikasi antarbudaya menurut Joseph Devito menjadi landasan konseptual. Baginya, Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda, antara orang-orang yang memiliki pekerjaan, nilai, atau cara berperilaku yang berbeda. Dalam mendefinisikan komunikasi antarbudaya yang terpenting adalah memahami hakikat tentang kultur. Kultur didefiniskan sebagai gaya hidup yang relatif khusus dari suatu kelompok masyarakat (Joseph Devito 1997, 415). Proses dalam melakukan komunikasi antarbudaya tidaklah mudah. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan hal itu. Berurusan dengan keragaman adalah proses yang membutuhkan waktu, pengalaman dengan berbagai orang, dan komitmen untuk belajar berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya. Ada lima tanggapan proses yang berbeda dalam merespon keanekaragaman, yaitu: perlawanan, toleransi, pemahaman, respek dan partisipasi (Julia T Wood 2011, 175-177). Komponen non-material di negara-negara Asia Tengah memiliki banyak hal yang menarik dan beragam. Ada banyak kemiripan dalam budaya non-material mereka. Salah satunya adalah nilai dalam memperlakukan tamu. Masyarakat di Asia Tengah mengedepankan semangat ajaran Islam yang mengatakan bahwa tamu adalah musafir yang harus diterima dan diperlakukan dengan baik. Dalam komunikasi antarbudaya di Asia Tengah, Agustinus telah melakukan banyak hal agar tujuan dalam komunikasi tersebut dicapai. Dengan komunikasinya tersebut, ia berhasil merekam begitu banyak budaya. Agustinus berhasil membawa kita ke dalam tempat-tempat yang selama ini tidak terekam oleh media dan tersembunyi di atas peta. Keywords: Komunikasi antarbudaya, Asia Tengah, kultur, garis batas, dan Islam. iv KATA PENGANTAR Puji serta syukur saya ucapkan kepada Allah SWT tuhan semesta alam, atas limpahan karunia dan ridha-Nya yang tidak pernah putus memberikan nikmat dan barakah-Nya. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umatnya dari jalan kegelapan menuju jalan terang benderang. Peneliti bersyukur setelah melalui proses yang cukup panjang. Akhirnya, peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Analisis Perspektif Komunikasi Antarbudaya Dalam Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah guna memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I). Peneliti sangat menyadari, bahwa begitu banyak kekurangan saat menyelesaikan skripsi ini. Namun, Alhamdulillah dengan keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa menyelesaikan skripsi/penelitian. Hal ini tidak akan mungkin terwujud dengan sendirinya, tetapi juga karena banyaknya dukungan dan bantuan yang diberikan dari banyak pihak, baik moril maupun materil. Sehingga peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Kedua orangtua saya terutama Ibu saya tercinta Aswirah Nuryati yang selalu memberikan doa dan dukungannya. 2. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA, selaku dosen pembimbing peneliti yang telah banyak memberikan bimbingan, ilmu, serta pelajaran yang begitu berharga kepada peneliti selama menyusun skripsi ini. 3. Rubiyanah M.A., Ketua Konsentrasi Jurnalistik, pembimbing akademik yang selalu memberikan kemudahan kepada saya selama berada di kampus. 4. Ade Rina Farida, M.Si., Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kebaikan yang diberikan dan kemudahan dalam mengurus nilai-nilai akademik. 5. Agustinus Wibowo, penulis buku Garis Batas sekaligus menjadi narasumber utama yang telah meluangkan waktunya. 6. Kepada Wawa Firman dan Tante saya; Lili Musfirah yang juga telah begitu banyak memberikan dukungan selama ini. 7. Kepada kakak saya, Mameh yang tidak bosannya memberikan nasihat agar tidak malas dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan juga buat adik-adik saya. v 8. Untuk teman-teman yang selalu menemani sejak awal kuliah: Turi, Inong, Andin, Icha, dan Sammi yang banyak memberikan cerita selama perkuliahan. 9. Untuk teman-teman seperjuangan di kelas Konsentrasi Jurnalistik B, angkatan 2009. 10. Teman-teman di Surabaya: Oliv, Elis, Ce Ika, Rizki, Kaneko, Mba Deni, Mba Ira, Mba Ria, Mba Selvi dan Dimas. Terima kasih atas pertemanan yang begitu baik. Akhirnya peneliti hanya mampu mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu peneliti selama kuliah baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga Allah SWT menambah Rahmat dan Karunia-Nya. Peneliti mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penelitian karya ilmiah ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat untuk para pembacanya. Amin. Jakarta, 8 April 2014 Dewi Rifqina Nim: 109051100079 vi DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING …………………………………………………..i LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI……………………………………................................ii LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………………………………….………………...iii ABSTRAK ................................................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………......v DAFTAR ISI ............................................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................................xi BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1 B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ................................................ 4 C. Signifikansi Penelitian, Pernyataan, dan Manfaat ......................................... 5 D. Bingkai Teoritis ............................................................................................ 8 E. Metodologi Penelitian ................................................................................... 9 F. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 13 G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 15 BAB II KERANGKA TEORITIS ....................................................................................17 A. Teori Komunikasi Antarbudaya ............................................................. 17 B. Tujuan Komunikasi Antarbudaya .................................................20 C. Hambatan Komunikasi Antarbudaya ..................................................... 22 vii D. BAB III Hubungan Komunikasi Budaya terhadap Komunitas Sosial ................ 24 GAMBARAN UMUM UNI SOVIET, LIMA NEGARA ASIA TENGAH, SERTA PROFIL AGUSTINUS WIBOWO DAN SINOPSIS BUKUNYA.....33 A. Sejarah Uni Soviet ........................................................................................................................ 33 1. Profil Tajikistan ................................................................................................................36 2. Profil Kirgizstan ............................................................................................................................ 37 3. Profil Kazakhstan . ........................................................................................................... 39 4. Profil Uzbekistan .............................................................................................................. 43 5. Profil Turkmenistan ..........................................................................................................47 B. Profil Agustinus Wibowo ................................................................................................50 C. Sinopsis Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah…………..........52 BAB IV PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ..........................................55 1. Proses Komunikasi Antarbudaya.......................................................................55 2. Komponen Non-Material ...................................................................................58 A. Tajikistan ........................................................................................................ 58 B. Kirgizstan ..............................................................................................72 C. Kazakhstan ..............................................................................................78 D. Uzbekistan……………………………………………………………...83 E. Turkmenistan…………………………………………………………...89 3. Budaya Perkawinan…………………………………………………............93 A. Kirgizstan………………………………………………………...94 viii BAB V B. Uzbekistan……………………………………………………...100 C. Turkmenistan…………………………………………………...105 PENUTUP ..........................................................................................................108 A. Kesimpulan .................................................................................................... 108 B. Saran ....................................................................................................110 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................111 LAMPIRAN................................................................................................................................117 ix DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bendera Tajikistan .....................................................................................................37 Gambar 2. Bendera Kirgizstan .....................................................................................................38 Gambar 3. Bendera Kazakhstan ..................................................................................................40 Gambar 4. Bendera Uzbekistan ...................................................................................................44 Gambar 5. Bendera Turkmenistan...............................................................................................48 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Pengajuan Proposal Penelitian Lampiran 2. Surat Pengantar untuk Dosen pembimbing Lampiran 3. Surat Keterangan Permohonan Penelitian/Wawancara Lampiran 4. Transkrip Wawancara Pribadi dengan Penulis Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-negeri Stan Lampiran 5. Print Out Wawancara Melalui Email dengan Agustinus Wibowo Lampiran 6. Foto Wawancara dengan Penulis Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-negeri Stan Lampiran 7. Print Out Berita “Nikah Ala Kirgiz” di Kompas.com xi BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu negara ke negara lain dan dari satu benua ke benua lain banyak dilakukan. Saat ini seringkali orang-orang mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal daerah baru, orang-orang yang berbeda, untuk menggali peluang-peluang ekonomis, atau untuk melanjutkan sekolah. Hubungan antarpribadi kita semakin menjadi antarbudaya.1 Mobilitas atau perjalanan ke tempat yang berbeda akhirnya membuat beberapa orang untuk mencoba mengabadikannya menulis di blog pribadi.Bahkan, tulisan tentang perjalanan yang bermula dari blog pribadi banyak diterbitkan menjadi sebuah buku. Lalu, buku yang bertema traveling atau perjalanan menjadi sebuah genre buku yang disukai masyarakat. Bermula dari buku berjudul Keliling Eropa 6 Bulan Hanya 1000 Dolar karya Marina Silvia K,2 kemudian banyak buku-buku travel guide yang ikut bermunculan. Tetapi, buku travel tidak hanya buku panduan semata. Ada juga buku yang memuat kumpulan kisah atau memoir selama perjalanan yang diklasifikasikan sebagai travel literature dalam travel writing. Atau ini biasa disebut sebagai jurnalisme perjalanan dalam bidang jurnalistik.Tentu, karena sebuah perjalanan tidak hanya sekedar jalan- 1 Joseph DeVito, Komunikasi Antarmanusia, (Harpercollins Publishers Inc: Jakarta, 1997), h. 245. Indra, “Macam-Macam Buku Travel,” artikel ini diakses pada 14 Januari 2013 darihttp://indradya.wordpress.com/2012/07/11/macam-macam-buku-travel/ 2 1 jalan.Banyak hal yang bisa digali dari sebuah perjalanan terutama tentang aktivitas budaya dan adat-istiadat suatu masyarakat.Maka, komunikasi antarbudaya sangat penting untuk melihat hal ini. Salah satu buku yang berhasil menggali banyak budaya dalam suatu masyarakat ialah buku berjudul Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah karangan Agustinus Wibowo. Ia bercerita tentang pengalamannya saat berkelana mengunjungi negara yang “tidak biasa” dikunjungi turis. Ia mengawali perjalanannya lewat Afghanistan yang akhirnya membuat ia menjadi seorang fotografer di photojournalism.Photojournalism adalah sebuah kajian jurnalistik tentang foto yang fokus terhadap setiap aspek dalam kehidupan modern saat ini seperti: perang, politik, isu sosial, dan personalities.Kemudian, ia menyambangi negeri-negeri Stan yang dahulu berada di bawah kekuasaan negara adidaya Uni Soviet. Negara-negara itu adalah Tajikistan, Kazakhstan, Kirgizstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, agama, etnik, golongan, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi). Penggolongan kelompok-kelompok budaya tidak bersifat mutlak. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang sangat rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, perkakas, bahasa, pakaian, bangunan, dan karya seni. Selain hal itu, budaya akan berubah dan berevolusi dari waktu ke waktu. Sehingga budaya bukanlah sesuatu yang kaku. Namun, seperangkat karakteristik dimiliki bersama oleh sebuah 2 kelompok secara keseluruhan dan dapat dilacak, meskipun telah banyak berubah, dari generasi ke generasi.3 Komunikasi antarbudaya sama seperti komunikasi lainnya yang mempunyai banyak hambatan. Bila budaya beragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasinya.Corak budaya suatu masyarakat sangat berpengaruh dalam suatu peradaban.Perbedaan budaya inilah yang seringkali sebagai penyebab kesalahpahaman antara masyarakat terjadi. Kesalahpahaman antarbudaya itu dapat kita kurangi bila sedikitnya masyarakat mengetahui prinsip-prinsip komunikasi antarbudaya dan mempraktikkannya saat mereka berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda budaya. Melihat karakter komunikasi antarbudaya yang unik, maka sangat menarik bagaimana Agustinus dalam melakukan komunikasi antarbudaya di negara-negara Stan. Melalui praktik komunikasi antarbudaya, Agustinus dapat mengetahui banyak tentang budaya dan adat istiadat di masyarakat tersebut. Tulisan Agustinus sangatlah rinci, ia mencatat tentang berbagai peristiwa penting seperti budaya perkawinan. Agustinus tidak hanya melihat bagaimana budaya itu sendiri, tetapi ia juga menjelaskan bagaimana budaya itu bisa terbentuk dan menjadi bagian dari kehidupan mereka. Sebagai contoh, ketika Agustinus pertama kali menginjakkan kakinya di Negara Tajikistan yang ternyata sangat berbeda dengan Afghanistan. Tajikistan yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam banyak yang tidak berpuasa ketika Bulan Ramadhan tiba. Menurut Agustinus ini karena pengaruh Uni Soviet yang dulu tidak 3 Joseph DeVito, Komunikasi Antarmanusia, h. 236-237. 3 memperbolehkan masyarakat menjalani ritual keagamaan. Sehingga ketika lepas dari Uni Soviet pun masyarakat Tajikistan belum juga terbiasa dengan ajaran-ajaran Islam. Budaya tidak terbentuk dalam satu malam tetapi melalui proses yang panjang dan akhirnya diturunkan pada generasi berikutnya. Selama petualangan budaya di negara-negara yang pernah dikenal sebagai bagian dari jalur sutera, ia tinggal dengan masyarakat, bergaul dengan rakyat, untuk mengetahui hal-hal yang tidak pernah ada di media massa. Ia penasaran bagaimana negara yang dulunya bersatu di bawah naungan komunisme Uni Soviet akhirnya terpisah dan menentukan identitas negaranya masing-masing. Agustinus membagi petualangannya yang kaya akan pengetahuan budaya, awalnya melalui blog pribadinya Agustinuswibowo.net, kemudian tulisan-tulisannya secara berkala dimuat di rubrik petualang di Kompas.com. Tulisannya mendapatkan respons positif yang baik oleh para pembaca, meski akhirnya rubrik petualang kini telah berganti nama menjadi rubrik travel, tetapi tulisannya tentang negara-negara Stan akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku oleh Gramedia Pustaka Utama dan diberi judul Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah. Dari latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil judul; Perspektif Komunikasi Antarbudaya dalam buku Garis Batas Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah. 4 B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Untuk lebih mempertajam dan mempermudah analisis dalam kajian selanjutnya, peneliti membatasi objek penelitian pada aspek komunikasi antarbudaya dalam Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah karangan Agustinus Wibowo yang pernah dimuat di Kompas.com pada tahun 2008.Kajian skripsi ini berfokus pada proses komunikasi antarbudaya, komponen budaya nonmaterial, dan budaya perkawinan. Analisis komponen budaya non-material akan meneliti lima negara yang dikunjungi oleh Agustinus yaitu Tajikistan, Kazakhstan, Kirgizstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Tetapi, untuk analisis budaya perkawinan hanya mengambil tiga negara saja yaitu Kirgizstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Karena Agustinus memang hanya menceritakan tentang budaya perkawinan di tiga negara tersebut dalam bukunya. 2. Rumusan Masalah Penelitian ini kemudian menitikberatkan permasalahan pada: bagaimana buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah dilihat dari sudut pandang komunikasi antarbudaya? Pertanyaan turunan skripsi ini adalah: 1. Bagaimana perspektif proses komunikasi antarbudaya dalam buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah? 5 2. Bagaimana komponen non-material yakni keyakinan, nilai, norma, dan bahasa dalam bukuGaris Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah? 3. Bagaimana budaya perkawinan dalam buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah? C.Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan dan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara detil proses komunikasi antarbudaya dan komponen-komponen budaya dalam Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, selain itu skripsi ini juga mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perspektif proses komunikasi antarbudaya pada Garis Batas: Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah? 2. Untuk mengetahui bagaimana komponen non-material yakni keyakinan, nilai, norma, dan bahasa dalam buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah? 3. Untuk mengetahui budaya perkawinan pada Garis Batas: Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah? 6 2. Pernyataan Penelitian Penelitian ini mencoba mengungkapkan proses komunikasi antarbudaya dan komponen-komponen budaya dalam Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah yang ditulis oleh Agustinus Wibowo. Negara-negara Asia Tengah adalah sebuah negara yang baru muncul pada tahun 1990-an ketika sang induk Uni Soviet runtuh saat pemerintahan dipegang oleh Michael Gorbachev. Saat itu Gorbachev yang ingin menyelamatkan kebuntuan ekonomi mengeluarkan kebijakan yang dinamakan glasnost (keterbukaan politik), perestroika (restrukturisasi), dan democratizatsation (demokratisasi).4Sayangnya justru kebijakan ini yang malah membuat Uni Soviet pecah dan melahirkan negara-negara baru seperti yang terletak di Asia Tengah.Asia Tengah menyimpan keunikan sendiri.Setelah lepas dari bayangbayang komunis kemudian mereka membangun kembali negaranya dengan semangat jati diri sebagai negara yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam.Menarik untuk melihat bagaimana komunis dan Islam akhirnya membentuk warna yang beragam dalam budaya mereka. 3. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan teori-teori komunikasi khususnya teori komunikasi antarbudaya. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan khususnya komunikasi 4 Hoeda Manis, “Apa Yang Dimaksud dengan Glasnost dan Perestroika”, artikel diakses pada 28 Januari 2014 darihttp://belajar-sampai-mati.blogspot.com/2008/04/apa-yang-dimaksud-glasnostdan.html 7 antarbudaya, media serta jurnalistik.Selain itu, skripsi ini juga diharapkan bisa menjadi referensi bagi mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang ingin mengetahui mengenai komunikasi antarbudaya. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi akademisi, praktisi, khususnya mahasiswa jurnalistik dan pembaca pada umumnya yang tertarik akan penelitian komunikasi antarbudaya. Serta dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat, yang ingin mengetahui bagaimana budaya yang ada di negaranegara Asia Tengah. 8 D. Bingkai Teoritis Bagan 0.1 Keyakinan Nilai Komponen Non-Material Norma Bahasa Komunikasi Antarbudaya Perlawanan Garis Batas Toleransi Proses Pemahaman Budaya Perkawinan Respek Partisipasi Sumber: Julia T Wood, Communication in Our Lives, (Wadsworth Cengage Learning: Boston, 2009) 9 Berdasarkan bagan 0.1 tentang bingkai teoritis di atas, skripsi ini akan menganalisis sebuah buku yang berjudul: Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah dengan menggunakan analisis komunikasi antarbudaya. Analisis yang digunakan ialah milik Joseph Devito dengan teorinya yang mengacu pada komunikasi antara dua kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki pekerjaan, nilai, atau cara berperilaku yang berbeda. Selain itu juga akan menganalisis tentang komponen budaya non-material seperti keyakinan, nilai, norma, dan bahasa. Kemudian, penelitian ini juga akan mengangkat tentang budaya perkawinan yang dijelaskan Agustinus di 3 negara di Asia Tengah.Saat perjalanannya ke 5 negara di Asia Tengah, Agustinus hanya melihat budaya perkawinan di 3 negara saja. Sehingga penelitian ini pun hanya akan membahas budaya perkawinan di 3 negara tersebut. E. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengamatan data yang dalam. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman data. Sebagai bagian integral dari data, peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan.5 Peneliti membaca buku ini berkali-kali, dan mencatat hal-hal penting yang mendukung format dan kerangka konsep dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif dapat menunjukkan pada penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, atau hubungan kekerabatan. Dalam hal ini, peneliti membaca referensi 5 Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi,(Kencana: Jakarta,2006),h. 57. 10 tentang hal ini pada literatur, buku jurnal, dan web yang ada dan relevan dengan topik ini. Dengan kualitatif inimencoba menghasilkan suatu uraian mendalam tentang mutu ucapan, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dariindividu, kelompok, masyarakat organisasi tertentu, dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic.6 Menurut Kirk dan Miller (1986:9)7 seperti yang dikutip dari buku Prof. Dr. Syamsir Alam yang berjudul Metodologi Penelitian Sosial, “penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.” Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor yang juga dikutip dari buku yang sama, “penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.” Pada dasarnya, ada tiga komponen pokok dalam penelitian kualitatif. Pertama, adanya data sebagaimana yang telah disebutkan yakni bisa datang dari berbagai sumber seperti: interview dan observasi itu untuk sumbersumber yang paling umum. Komponen kedua dari penelitian kualitatif terdiri atas analisis atau prosedur-prosedur interpretasi yang berbeda guna memperoleh hasil penemuan atau teori-teori. Prosedur-prosedur ini termasuk teknik konsteptialisasi 6 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 215. 7 JeromeKirk danMarc L. Miller, Reliability and Validity in Qualitative Research, (New York: Sage Publications, 1986) 11 data. Penulisan dan laporan-laporan verbal masuk pada komponen ketiga dari penelitian kualitatif.8 Penelitian ini menganalisis mengenai proses komunikasi antarbudaya, komponen non-material, dan budaya perkawinan dalam buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, kemudian menyimpulkan hasil analisis tersebut. 1. Objek Penelitian dan Unit Analisis Objek dari penelitian ini adalah buku Garis Batas: Perjalanan di NegeriNegeri Asia Tengah. Sedangkan unit analisisnya adalah bab per bab yang terdapat dalam buku tersebut berdasarkan awal mula negara yang dikunjungi oleh Agustinus. Bab pertama mengenai tentang Tajikistan, kemudian bab kedua tentang Kirgizstan, lalu diteruskan dengan bab ketiga tentang Kazakhstan, bab keempat tentang Uzbekistan, dan ditutup dengan bab kelima mengenai Turkmenistan. Namun analisis mengenai budaya perkawinan, peneliti hanya mengkaji 3 negara saja karena memang hanya iu yang Agustinus ceritakan dalam bukunya. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dibedakan dengan metodologi dari peneliti, yaitu riset kualitatif. Riset kualitatif yang 8 Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN dan UIN Jakarta Press, 2006) h.33. 12 digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan juga dokumentasi yang akan dijelaskan sebagai berikut: a). Analisis teks terhadap artikel-artikel yang ada di media massa tentang budaya dan Asia Tengah, berdasarkan tiga kriteria budaya yang ada pada bagan 0.1 di atas. b). Wawancara dalam riset kualitatif ialah wawancara mendalam atau wawancara intensif dan kebanyakan tak berstruktur.9 Penelitian ini telah melakukan wawancara dengan pihakpenulis buku Garis Batas Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengahyaitu Agustinus Wibowo pada 7 November 2013 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran, Bandung. Karena waktu yang tidak mencukupi pada wawancara pertama maka selanjutnya wawancara dilakukan via email pada 3 Februari 2014.10 Wawancara dilakukan sebagai metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari narasumbernya.11Bertujuan untuk mendapatkan data yang mendalam.Pada penelitian ini peneliti sudah mendapatkan informasi dari penulis buku ini. Hasil wawancaranya sudah dimasukkan ke dalam bab 4 sebagai bahan analisis. 9 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktik Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 96. Wawancara Dengan Agustinus Wibowo, lihat lampiran 5. 11 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 35. 10 13 c). Studi dokumentasi Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis seperti buku, majalah, atau jurnal yang terdapat diperpustakaan, internet atau institusi lain yang dapat mendukung penelitian ini.Peneliti juga mengumpulkan dan mempelajari data melalui literatur dan sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah yang berkaitan dengan tiga konsep penelitian yang digunakan dalam membedah buku Agustinus ini. E. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti meninjau beberapa skripsi sebelumnya yang juga mengkaji tentang komunikasi antarbudaya. Salah satunya adalah penelitian yang berjudul “Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Adat Baduy Luar dengan Masyarakat Luar Adat Baduy di Banten.” Penulisnya adalah Raden Dimas Anugrah Dwi Satria,Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.12 Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa ada perbedaan dalam komunikasi antara masyarakat adat Baduy Dalam dan Baduy Luar. Skripsi Dimas juga menjelaskan tentang perbedaan budaya pada kedua masyarakat tersebut. Selain skripsi di atas, peneliti juga meninjau skripsi lain yang berjudul “Komunikasi Antarbudaya di Televisi dalam Segmen Islam Today ProgramBerita 12 Raden Dimas, “Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Adat Baduy Luar dengan Masyarakat Luar Adat Baduy di Banten,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013). 14 Mingguan “Indonesia Now” Metro TV.” Penulisnya adalah Annisa,Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.13Skripsi tersebut meneliti tentang bagaimana segmen Islam Today mengemas berita tentang Islam di negaranegara lain dan bagaimana berita tersebut bisa diterima di masyarakat Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi antarbudaya. Kemudian skripsi lain yang menjadi rujukan adalah skripsi yang berjudul “Analisis Pola Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing UIN Jakarta: Perspektif Gegar Budaya.” Penulisnya adalah Arip Hidayat, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.14 Skripsi ini meneliti tentang gegar budaya yang dialami mahasiswa asing ketika menuntut ilmu di UIN Jakarta dan berada di Indonesia. Yang terakhir adalah skripsi dengan judul “Perkembangan Kehidupan Minoritas Muslim di Rusia: Studi Kasus Tatarstan.” Penulisnya yaitu Nur Endah Muthial, Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.15 Skripsi ini mengkaji tentang kehidupan masyarakat muslim di Tatarstan yang menjadi bagian kaum minoritas di 13 Annisa, “Komunikasi Antarbudaya di Televisi dalam Segmen Islam Today Program Berita Mingguan “Indonesia Now” Metro TV,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012). 14 Arip Hidayat, “Analisis Pola Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing UIN Jakarta: Perspektif Gegar Budaya,”(Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). 15 Nur Endah Muthial, ”Perkembangan Kehidupan Minoritas Muslim di Rusia: Studi Kasus Tatarstan,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). 15 wilayah Rusia yang notabene penduduknya menganut Kristen Ortodoks. Skripsi ini cukupmemberikan informasi tentang sejarah masuknya Islam di Asia Tengah. Peneliti memilih skripsi tersebut untuk dijadikan sebagai acuan karena perangkat penelitian yang digunakan sama dengan penelitian yang peneliti lakukan. Tentunya terdapat perbedaan antara skripsi tersebut dengan skripsi peneliti, yakni mengenai artikel atau bahan tulisan, objek penelitian, konsep yang digunakan, dan hasil temuan serta analisa data. F. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah, maka peneliti membagi pembahasannya ke dalam lima bab, yang dibagi dalam sub bab sebagai berikut: Pada bab pendahuluan ini, peneliti menguraikan alasan pemilihan judul, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan. Selanjutnya (bab2), peneliti menjelaskan mengenai kajian teoritis mengenai teori komunikasi antarbudaya dari para tokoh seperti Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa; Samovar dan Porter; Charley H Dood; Lustig dan Koester; Guo Ming Chen dan William J. Satrosta; dan Joseph Devito. Kemudian, bab ini juga menjelaskan tentang proses komunikasi antarbudaya, dan komponen non-material dari suatu kebudayaan. 16 Pada bab berikutnya (bab 3) Penulis memberikan gambaran umum tentang sejarah Uni Soviet, profil Tajikistan; Kirgizstan; Kazakhstan; Uzbekistan; dan Turkmenistan. Kemudian juga akan menulis tentang profil Agustinus Wibowo, penulis buku tersebut. Lalu penulis juga memberikan sinopsis tentang buku tersebut. Sebagai inti pembahasan, penulis menjelaskan proses komunikasi antarbudaya, komponen budaya non material, dan budaya perkawinan dalam buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah di bab 4. Akhirnya, pada bab 5 skripsi ini ditutup dengan beberapa kesimpulan kesimpulan yang berfungsi untuk menjadi jawaban atas pertanyaan minor, serta diakhiri dengan beberapa saran konstruktif dari peneliti. 17 BAB II KERANGKA TEORITIS A. Pengertian Komunikasi Antarbudaya Ada banyak tokoh yang mengkaji tentang komunikasi antarbudaya, semuanya mempunyai kemiripan dalam memberikan pengertian tersebut karena pada intinya komunikasi antarbudaya adalah bentuk komunikasi yang terjadi dengan latar belakang pelaku komunikasi yang masing-masing berbeda budaya. Berikut ini adalah beberapa tokoh yang memberikan pengertian tentang komunikasi antarbudaya. 1. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antara suku bangsa, etnik, ras, dan kelas sosial. 2. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter Komunikasi antarbudaya terjadi di antara produsen pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda. 3. Charley, H Dood Komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, atau kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta. 18 3. Martin W. Lustig dan Jolene Koester Komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi simbolik, interpretatif, transaksional, dan konstektual yang dilakukan oleh sejumlah orangyang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan-memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan. 4. Guo-Ming Chen dan William J. Starosta Komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia, dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinyasebagai kelompok.16 Sedangkan menurut Joseph Devito dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Antarmanusia (1997), “komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki pekerjaan, nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda.” Menurutnya saat kita ingin mendefinisikan pengertian tentang komunikasi antarbudaya sebaiknya memahami hakikat tentang kultur. Kultur ia definisikan sebagai “gaya hidup yang relatif khusus dari suatu kelompok masyarakat-yang terdiri atas nilai-nilai, kepercayaan, artefak, cara berperilaku, serta cara berkomunikasi yang ditularkan dari satu generasi ke generasi lainnya.” Termasuk dalam kultur ini adalah segala hal yang dihasilkan dan 16 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: LKiS, 2003) h. 12-13. 19 dikembangkan oleh anggota suatu kelompok, bahasa, cara berpikir, seni, undangundang, dan agama mereka. Jadi, komunikasi dan budaya tidak dapat dipisahkan, karena mempengaruhi satu sama lain. Budaya direfleksikan dalam praktek komunikasi; di waktu yang sama, praktek komunikasi membentuk kehidupan budaya.17Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan. Sebenarnya dalam kegiatan komunikasi kita sehari-hari dengan orang lain selalu mengandung potensi untuk menjalin komunikasi antarbudaya atau lintas budaya apalagi di tengah mobilitas masyarakat yang semakin padat. Hubungan antarpribadi kita menjadi hubungan antarbudaya. Perkembangan teknologi komunikasi ikut memengaruhi pengalaman sehari-hari kita yang telah menjadi semakin antarbudaya. Teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang sangat asing masuk ke rumah kita. Teknologi komunikasi seperti film, sosial media, dan beragam aplikasi chat telah membuat komunikasi antarbudaya menjadi mudah, praktis, dan tidak dapat kita hindarkan. Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada pada masing-masing budaya. Karena kita akan selalu berada pada budaya yang 17 Julia T Wood, Communication in Our Lives,(Wadsworth Cengage Learning: Boston, 2009)h. 162. 20 berbeda dengan orang lain, seberapa pun kecilnya perbedaan itu. Perbedaanperbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul kesalahpahaman. Akibat kesalahpahaman itu maka seringkali menimbulkan konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan. Sehubungan dengan hal itu, maka kita memiliki beberapa alasan atau tujuan untuk mempelajari komunikasi antarbudaya. Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli tentang tujuan komunikasi antarbudaya: B. Tujuan Komunikasi Antarbudaya Mengenai tujuan studi komunikasi antarbudaya, Litvin menguraikan bahwa tujuan tersebut bersifat kognitif dan afektif , yaitu untuk: Menyadari bias budaya sendiri, Lebih peka secara budaya, Memperoleh kapasitas untu benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut, Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri, Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang, Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri, 21 Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya, Membantu memahami kontak antarbudaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasankebebasan, dan keterbatasan-keterbatasannya, Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi antarbudaya, Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.18 Sedangkan Alo Liliweri membuat 8 alasan tentang pentingnya tujuan dari mempelajari komunikasi antarbudaya, yaitu (1) membuka diri dan memperluas pergaulan; (2) meningkatkan kesadaran diri; (3) etika/etis; (4) mendorong perdamaian dan meredam konflik; (5) demografis; (6) ekonomi; (7) menghadapi teknologi komunikasi; (8) menghadapi era globalisasi.19 Jadi dengan mempelajari komunikasi antarbudaya berarti kita mempelajari kebiasaan-kebiasaan setiap etnis, adat, agama, geografis, dan kelas sosial yang ada di masyarakat. Dengan pemahaman tersebut kita mengkomunikasikan perbedaanperbedaan tersebut dengan komunikasi antarbudaya. Hal tersebut sangat berguna 18 Jalaludin Rakhmat dan Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2006) h. xi. 19 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 32-33. 22 menyelesaikan konflik melalui dialog yang baik antara lain dengan identifikasi melalui perspektif budaya.20 Membangun sebuah komunikasi dengan orang yang berbeda budaya tidaklah mudah. Terkadang sebuah hubungan komunikasi tidak bisa berjalan dengan mulus karena banyaknya hambatan salah satunya adalah perbedaan budaya. Perbedaan budaya seringkali menimbulkan konflik sehingga banyak sekali di Indonesia atau di dunia konflik yang terjadi akibat perbedaan-perbedaan. Contohnya seperti kasus Poso dan kasus Ahmadiyah di Indonesia, serta kasus Rohingya di Myanmar. Kasus-kasus konflik di atas banyak menelan korban jiwa serta menyebabkan kerugian secara materil dan non materil yang mengingatkan kita bahwa komunikasi antarbudaya sangatlah penting dipelajari. Karena, masih banyak yang tidak memahami tentang perbedaan budaya itu sendiri, apalagi Indonesia memiliki banyak keragaman baik dari segi agama, ras, suku, dan budaya. Komunikasi antarbudaya akan memberikan pengetahuan bahwa suatu budaya tidak ada yang salah dan benar. Keragaman adalah suatu hal yang alami dan harus diterima dengan baik. Hal terpenting lainnya mengapa kita wajib mempelajari komunikasi antarbudaya adalah karena rasa ingin tahu yang besar terhadap orang lain. Kita selalu ingin tahu tentang orang lain yang berbeda dengan kita entah perbedaan wajah, suara, atau kehidupan yang berbeda. Kita bertanya-tanya mengapa wanita Muslim menggunakan baju yang panjang dan memakai kerudung sebagai penutup kepala, mengapa pria menggunakan turban, dan mengapa ada beberapa orang yang tidak 20 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 33. 23 makan daging. Komunikasi antarbudaya termasuk membangun hubungan yang baik dengan teman atau musuh.21 C. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya Hukum Murphy (Jika sesuatu budaya bisa salah, dia akan salah) hal ini juga berlaku untuk komunikasi antarbudaya. Mengenali beberapa hal yang bisa menjadi penghambat yang lazim dapat membantu kita untuk menghindarinya atau setidaktidaknya menanggulangi akibatnya. Komunikasi antarbudaya, tentu saja, menghadapi hambatan dan masalah yang sama seperti yang dihadapi oleh bentuk-bentuk komunikasi yang lain. Di bagian ini akan membahas hambatan-hambatan yang unik untuk komunikasi antarbudaya (Barna, 1998; Ruben, 1985).22 Pertama adalah mengabaikan perbedaan antara anda dan kelompok yang secara kultural berbeda. Dalam hal ini hambatan yang paling lazim dan sering kita temukan ialah kita menganggap bahwa yang ada hanya kesamaan dan bukan perbedaan. Ini terutama dalam hal: nilai, sikap, dan kepercayaan. Kita dapat dengan mudah mengakui dan menerima perbedaan gaya rambut, cara berpakaian, dan makanan. Tetapi, dalam hal nilai-nilai dan kepercayaan dasar, kita menganggap bahwa pada dasarnya manusia itu sama. Ini tidak benar. Bila kita dapat mengasumsikan dan mengabaikan perbedaan, kita bisa secara implisit mengomunikasikan kepada lawan bicara bahwa cara kita lah yang benar dan cara mereka tidak penting bagi kita. Yang kedua yaitu mengabaikan perbedaan antara 21 Judy C. Pearson dkk, Human Communication, (McGraw Hill: New York, 2008), h. 169. Laray M Barna (1985), Stumbling Block In Intercultural Communication. In Brent D. Ruben, Information and Behavior, New Branswick, NJ: Transaction. 22 24 kelompok kultural yang berbeda. Dalam setiap kelompok kultural terdapat perbedaan yang besar dan penting. Seperti halnya orang Amerika tidak sama satu dengan yang lainnya, demikian pula orang Indonesia, Yunani, Meksiko, dan seterusnya. Bila kita mengabaikan perbedaan ini kita terjebak dalam stereotype. Terkadang, stereotype terjadi karena orang-orang mempunyai kesan pengalaman negatif atau positif dengan seseorang dari kultur yang berbeda. Dalam suatu riset, seseorang menilai orang hitam hanya dengan satu perbuatan saja dari tingkah lakunya yang negatif.23 Kita mengasumsikan bahwa semua orang yang menjadi anggota kelompok yang sama (dalam hal ini kelompok bangsa atau ras) adalah sama. Yang ketiga adalah mengabaikan perbedaan dalam makna. Makna tidak terletak pada kata-kata yang digunakan melainkan pada orang-orang yang menggunakan kata itu. Kita harus peka terhadap prinsip ini dalam komunikasi antarbudaya. Hal keempat adalah melanggar adat kebiasaan kultural. Setiap kultur mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut. Pada beberapa kultur di negara lain, orang menunjukkan rasa hormat dengan menghindari kontak mata langsung dengan lawan bicaranya. Bagian kelima atau yang terakhir yaitumenilai perbedaan secara negatif.Meskipun menyadari adanya perbedaan-perbedaan di antara-antara kultur, anda tetap tidak boleh menilai perbedaan ini sebagai hal yang negatif. Misalnya, 23 Judy Pearson, Human Communication, h. 173. 25 meludah dalam kebanyakan kultur Barat, meludah dianggap sebagai tanda penghinaan dan ketidaksenangan, yang tidak boleh dilakukan di muka umum.24 D. Hubungan Komunikasi terhadap Budaya dan Komunitas Sosial a. Mengekspresikan komunikasi dan mempertahankan budaya Pola dari komunikasi merefleksikan nilai budaya dan perspektif. Sebagai contoh, banyak bahasa di Asia memasukkan beragam katauntuk mendeskripsikan hubungan khusus (saudara laki-lakinya nenek saya, pamannya ayah saya, anak laki-laki saya yang paling kecil, anak perempuan saya yang paling besar). Ini mencerminkan penekanan budaya pada sebuah hubungan keluarga yang sangat erat. Hanya ada sedikit kata dalam bahasa Inggris untuk menjelaskan ikatan kekerabatan. Respek dari budaya di Asia terhadap orang yang lebih tua (sesepuh) dicerminkan melalui bahasa. Jika orang Asia bicara “Besok, aku akan berumur 60 tahun” artinya adalah “Aku pantas untuk mendapatkan respek.” Secara kontras, budaya barat cenderung mengagungkan pemuda dan memiliki banyak kata-kata positif untuk kemudaan (young in spirit, fresh) dan kata-kata negatif untuk senioritas atau kedudukan yang lebih tinggi (has-been, outdated, old-fashioned, over the hill). Komunikasi sekaligus mencerminkan dan mempertahankan nilai-nilai budaya. Setiap saat kita mengekspresikan nilai-nilai budaya, kita juga mengabadikan hal tersebut. Kemudian, komunikasi adalah cermin dari nilai-nilai budaya dan sebuah cara utama untuk menjaganya. Komunikasi non verbal juga mengekspresikan nilai- 24 Joseph Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 488-491. 26 nilai budaya.25 Sebagai contoh, beberapa wanita India yang tinggal di Amerika Serikat tetap menggunakan pakaian tradisional, sari. Sebagai salah satu bentuk dalam ekspresi budaya.26 b. Budaya Terdiri dari Komponen Material dan Non-material Budaya termasuk dari kedua elemen material dan nonmaterial. Komponen material benda-benda nyata dan zat fisik yang telah diubah oleh campur tangan manusia. Benda budaya menciptakan mencerminkan nilai-nilai, kebutuhan, tujuan, dan keasyikan. Contohnya, budaya yang menciptakan banyak senjata dengan sengaja biasanya cenderung memiliki tujuan untuk penaklukan. Komponen benda material di budaya barat termasuk mobil, telepon, komputer, pager, sekop, dan palu. Setiap dari benda tersebut dibangun dengan bahan baku alami seperti logam, pohon, dan air, yang dibentuk menjadi bentuk-bentuk baru untuk penggunaan baru. Banyak penemuan untuk meningkatkan kecepatan di Amerika Serikat mencerminkan penekanan Barat pada efisiensi dan produktivitas. Budaya juga termasuk komponen non-material. Ini adalah kreasi berwujud yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan mempengaruhi perilaku pribadi dan sosial. 4 aspek yang paling penting dalam komponen non-material yaitu kepercayaan, nilai, norma-norma, dan bahasa. Yang akan dijelaskan sebagai berikut: 25 26 Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164. Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164. 27 1) Keyakinan Keyakinan adalah konsepsi tentang apa yang benar, faktual, dan valid. Keyakinan dapat berakar dalam iman, pengalaman, atau ilmu pengetahuan. Keyakinan budaya dianggap sebagai kebenaran meskipun terkadang itu tidak benar atau tidak bias dibuktikan. Warga Amerika Serikat di tahun 1600-an, percaya akan penyihir dan siapa pun yang diduga sebagai penyihir akan ditenggelamkan atau dibakar. Keyakinan budaya, meski tidak akurat memengaruhi perilaku pribadi dan sosial.27 Penelitian lintas budaya lebih baru menunjukkan bahwa kadang-kadang sistem kepercayaan dan nilai kita dapat memperbaiki kemampuan kita untuk menyesuaikan diri ketika tinggal di sebuah negara lain. Suatu penelitian atas para pengungsi Tibet yang menetap di India memperlihatkan bahwa mereka telah berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka dan mendapatkan banyak perolehan ekonomi dan sosial. Budisme Mahayana menyediakan kaum Tibet tidak hanya suatu rancangan untuk hidup namun juga pandangan hidup yang positif, tekun, pragmatik, dan seimbang. Bagi orang Tibet tindakan memajukkan afirmasi hidup berdasarkan perbuatan baik yang dilakukan individu dan komunitas. Pandangan dunia Budisme Tibet memajukan suatu sikap “mampu” dengan suatu dosis keriangan yang sehat.28 27 Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164-165. Stewart L. Tubbs- Sylvia Miss, Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi),(PT Rosdakarya: Bandung, 2005) h. 252. 28 28 2) Nilai Nilai umumnya berbagi pandangan tentang apa yang baik, benar, berharga, dan penting saat melakukan sesuatu dan eksistensi. Sedangkan, keyakinan harus dilakukan dengan orang-orang yang pikir bahwa itu benar, nilai adalah dengan apa yang seharusnya dilakukan atau apa yang pantas dalam kehidupan. Sebagai contoh, budaya yang menghargai keluarga dari hubungan mereka dengan yang lain akan menciptakan hukum dan kebijakan sosial untuk mendukung kehidupan keluarga mereka. Budaya yang berbeda memiliki nilai yang berbeda terhadap dunia sekitar. Nilai didukung oleh budaya yang diekspresikan lewat komunikasi para anggotanya.29 Jauh lebih sulit memahami dan menerima nilai-nilai budaya lain bila nilai-nilai itu berbeda dari nilai-nilai budaya kita. Nilai-nilai kita itu tampak universal dan mutlak. Nilai-nilai menentukan apa yang kita anggap benar, baik, penting, indah; kita sulit menerima bahwa apa yang benar atau baik itu bergantung pada budaya.30 3) Norma Norma adalah aturan informal yang menuntun bagaimana anggota-anggota budaya mengambil tindakan, serta bagaimana mereka berpikir dan merasa. Norma mendefinisikan apa yang dianggap normal atau telah sesuai, dalam situasi tertentu.31 Meskipun kita sering menggunakan aturan-aturan ini seolah-olah aturan-aturan 29 Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 165. Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi), h. 251. 31 Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 165-166. 30 29 tersebut mutlak atau standar naluriah, aturan-aturan tersebut sebenarnya secara kultural dikembangkan dan diwariskan.32 Misalnya, di Amerika Serikat, salad (lalapan) biasanya dihidangkan sebelum hidangan utama, tapi di Perancis dan di negara Eropa lainnya, salad bersama hidangan utama. Norma merefleksikan nilai budaya. Di Amerika Serikat, misalnya banyak norma yang respek dengan nilai-nilai kebebasan pribadi, properti, dan kemandirian: mengetuk pintu yang tertutup, meminta izin untuk membawa properti, memiliki peralatan makan yang terpisah untuk menyediakan makanan dan tempat pribadi dengan peralatan makan yang terpisah untuk setiap orang. Di negara-negara yang memiliki nilai kebersamaan (kolektif), bagaimanapun norma komunikatif yang berlaku pasti berbeda. Orang Korea tidak mengatur tempat pribadi, dan mereka menggunakan peralatan makanan yang sama.33 4) Bahasa Bahasa membentuk bagaimana kita berpikir tentang dunia dan diri kita sendiri. Akibatnya dalam pembelajaran bahasa, kita belajar keyakinan budaya kita, nilai-nilai, dan norma-norma. Bahasa selalu mencerminkan pandangan budaya dari identitas pribadi. Bahasa, keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma adalah pembawa budaya yang membawa cara hidup ke depan dari hari ke hari dan generasi ke generasi. Komponen non-material yang dikombinasikan dengan komponen material, mencerminkan dan mengabadikan budaya dan komunitas sosial.34 32 Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi), h. 248. Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 167. 34 Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 168. 33 30 c. Menyadari bahwa Pemahaman untuk Keberagaman adalah Sebuah Proses Mengembangkan rasa hormat terhadap budaya yang berbeda dan komunitas sosial membutuhkan waktu. Kita tidak berubah tiba-tiba dari yang tidak menyadari bagaimana orang berkomunikasi dalam budaya lain untuk menjadi benar-benar nyaman dan kompeten berinteraksi dengan mereka. Berurusan dengan keragaman adalah proses bertahap yang membutuhkan waktu, pengalaman dengan berbagai orang, dan komitmen untuk belajar tentang berbagai orang dan gaya komunikasi yang berbeda-beda. Di sini adalima tanggapan yang berbeda terhadap keanekaragaman, mulai dari penolakan total untuk menyelesaikan penerimaan. Pada waktu tertentu dalam hidup kita, kita dapat mengadopsi respon yang berbeda terhadap keragaman atau atas spesifik kelompok sosial. Itu adalah hal yang sangat alami dalam keseluruhan proses mengenali dan merespon keragaman. 1. Perlawanan Respon umum untuk keragaman adalah resistensi. Resistensi merupakan hal yang terjadi ketika kita menyerang praktek-praktek budaya orang lain atau menyatakan bahwa tradisi budaya kita sendiri lebih unggul. Resistensi menolak nilai dan validitas sesuatu yang berbeda dari apa yang akrab. Tanpa pendidikan yang cukup atau refleksi banyak orang yang berurusan dengan keragaman dengan membuat evaluasi etnosentris dari lainnya berdasarkan standar budaya mereka sendiri. Dan orang-orang komunitas sosial berpikir penilaian mereka mencerminkan kebenaran universal tentang apa yang normal dan benar. Mereka tidak menyadari 31 bahwa mereka memaksakan tolak ukur sewenang-wenang dari komunitas mereka sendiri khususnya sosial dan budaya dan mengabaikan ukuran dari budaya lain dan komunitas sosial.35 2. Toleransi Sebuah respon kedua untuk keragaman adalah toleransi, penerimaan perbedaan meskipun kita mungkin tidak menyetujui atau bahkan memahami mereka. Toleransi melibatkan menghormati hak orang lain untuk cara mereka sendiri meskipun anda mungkin berpikir cara mereka salah, buruk, atau menyinggung. Penghakiman masih ada, tapi tidak aktif dikenakan pada orang lain. Toleransi menerima adanya perbedaan, tapi itu tidak selalu menghormati nilai budaya lain dan komunitas sosial. 3. Pemahaman Respon ketiga untuk keragaman melibatkan pemahaman bahwa perbedaan berakar pada ajaran budaya dan bahwa tidak ada adat istiadat, tradisi, atau perilaku yang pada hakikatnyatidak baik bagi setiap orang lain. Daripada menganggap bahwa apapun yang berbeda dari cara kita adalah penyimpangan dari standar universal (kita). Orang yang mengerti akan menyadari bahwa nilai-nilai yang beragam, keyakinan, norma, dan gaya komunikasi itu berakar pada perspektif budaya yang berbeda.36 35 36 Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 175. Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 176 32 4. Respek Setelah bergerak di luar penilaian dan mulai untuk memahami dasar budaya bagi praktek-praktek yang menyimpang dari kita sendiri, kita dapat datang untuk menghargai perbedaan. Kita bisa menghargai nilai menempatkan keluarga di atas diri perjodohan, dan gaya komunikasi yang feminin dan maskulin. Bagaimanapun tidak harus mengadopsi cara-cara lain untuk menghormati mereka dengan cara mereka sendiri.37 Hormat memungkinkan untuk mengakui perbedaan namun tetap dalam nilai-nilai dan kebiasaan budaya kita sendiri. menghormati orang lain mencakup kemampuan untuk melihat mereka dan apa yang mereka lakukan pada istilah mereka, bukan milik kita. 5. Partisipasi Respon akhir terhadap keanekaragaman partisipasi, di mana kita menggabungkan beberapa praktek dan nilai-nilai kelompok lain dalam kehidupan kita sendiri. Lebih dari tanggapan lain, partisipasi mendorong kita untuk mengembangkan keterampilan dan perspektif baru. Respon yang berbeda terhadap keanekaragaman budaya yang telah dibahas merupakan proses belajar untuk berinteraksi dengan kelompok-kelompok budaya lain daripada kita sendiri. Dalam perjalanan hidup, banyak dari kita bergerak masuk dan keluar dari berbagai tanggapan seperti saat kita berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai budaya dan komunitas sosial. Pada 37 Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 176. 33 waktu tertentu, kita mungkin menemukan kita toleran terhadap satu kelompok budaya dan menghormati yang lain, dan respon mereka dapat berubah dari waktu ke waktu.38 38 Julia T Wood,Communication in Our Lives, h. 177. 34 BAB III GAMBARAN UMUM UNI SOVIET, NEGARA-NEGARA ASIA TENGAH, PROFIL AGUSTINUS WIBOWO, DAN SINOPSIS BUKUNYA 1. Sejarah Uni Soviet Uni Soviet merupakan negara yang lahir pada tahun 1922 dan kemudian pecah pada 1991 yang menyisakan Rusia sebagai negara yang mempunyai hak sebagai pewaris kebesaran Uni Soviet.39 Ketika runtuh, Uni Soviet menyisakan kepingankepingan negara yang berdaulat. Negara-negara ini berada di daerah Balkan dan Asia Tengah. Negara-negara pecahan tersebut semuanya ada 15 yaitu: Armenia, Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kyrgizstan, Latvia, Lithuania, Moldavia, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Ukraina.40 Mulanya, sebelum terbentuk menjadi Uni Soviet yang berpaham komunis, Rusia adalah sebuah Kerajaan yang dipimpin oleh seorang Kaisar atau Tsar.41 Tetapi, sebagian besar Tsar atau Kaisar yang memerintah merupakan seorang diktator atau menjalankan pemerintahan yang sangat otoriter dan bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Ketika Tsar Nicholas II (1894-1917) memerintah Rusia, ia menjalankan pemerintahan dengan reaksioner, tetapi dalam bidang ekonomi bersifat progresif. Hal ini menyebabkan industrialisasinya berkembang pesat, yang kemudian 39 Supriyadi Pro, “Sejarah Tentang Negara Uni Soviet,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2013/09/sejarah-tentang-negara-uni-soviet.html 40 Busroni W, “Mengenang Uni Soviet Negara Adikuasa,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/26/mengenang-uni-sovyet-negara-adi-kuasa--519340.html 41 “Sejarah Rusia dan Pelabuhan Era kekaisaran Rusia,” Bimbie.com,artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari www.bimbie.com 35 mengakibatkan munculnya gerakan sosialisme di Rusia. Tsar Nicholas II akhirnya menjadi korban dari gerakan ini, yang pada tahun 1917 ia diturunkan dari tahtanya dan dibuang ke Serbia.42 Pada tahun 1917, pemerintahan Rusia dipegang oleh kaum komunis yang dipimpin oleh Lenin. Tahta ini Lenin dapatkan setelah mempimpin pemberontakan yang terkenal dengan nama Revolusi Bolshevik atau Revolusi Oktober. 43 Dua tahun kemudian pada 1919 Lenin membentuk komitern atau komunis internasional yang mempunyai tugas untuk menyebarkan paham komunis ke seluruh dunia. Tetapi, pada 1947 komitern dibubarkan karena dianggap sebagai bentuk imperialisme Rusia dan digantikan dengan kominform (komunitas informasi) yang kemudian dijadikan sebagai pusat propaganda komunis di seluruh dunia.44 Baru pada tahun 1922 Uni Soviet resmi terbentuk. Nama resminya ialah USSR (Union of Soviet Socialist Republic) sebagai ganti dari FRSSR (Federasi Republik Soviet Sosialis Rusia). Lenin tidak lama memimpin Uni Soviet karena ia meninggal pada 1924 dalam 7 tahun kepemimpinannya untuk Uni Soviet. Sepeninggal Lenin, selanjutnya Josef Stalin memegang tampuk kekuasaan ini hingga tahun 1953. Saat pemerintahan Stalin, perbatasan Uni Soviet menjadi lebih berkembang. Walaupun selama itu perbatasan 42 Febriyanto, “Revolusi Rusia,”artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://endless722.wordpress.com/2009/05/20/revolusi-rusia/ 43 Arifianto Rifki dkk, “Perkembangan Komunisme Uni Soviet di Bawah Pemerintahan Lenin,”artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://arvinradcliffe.blogspot.com/2013/01/perkembangankomunisme-uni-soviet-di.html 44 Rio, “Pemerintahan Lenin pada Revolusi Rusia,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://goresansangpitik.wordpress.com/2012/07/10/pemerintahan-lenin-pada-revolusi-rusia-19171924/ 36 Rusia banyak berubah selama berabad-abad.45 Kekuasaan Uni Soviet sangatlah besar meliputi Eropa Timur, Balkan, hingga Asia Tengah. Saat menjalankan pemerintahan Uni Soviet, kaum Bolshevik ingin memasukkan sebanyak mungkin wilayah Kekaisaran Rusia, salah satunya adalah wilayah Asia Tengah.46 Wilayah ini sempat menjadi polemik bagi Uni Soviet karena penduduknya mayoritas beragama Islam, sementara Soviet berpaham komunis. Kawasan Asia Tengah yang berakar dari keturunan Mongol ini,47 terdiri dari negara-negara berakhiran Stan yang secara harfiah berarti tanah. Penamaan negara-negara di kawasan Asia Tengah ini samadengan yang dipakai di negara-negara Eropa yang menggunakan kata land yang juga berarti tanah. Contohnya:Finland, Poland, Netherland, Ireland, dll. Penamaan tersebut menunjukkan suku apa yang mendiaminya. Misalnya seperti Uzbekistan yang dihuni oleh orang-orang Uzbek (Uzbekistan berarti tanah milik orang Uzbek), Turkmenistan yang didiami oleh orang-orang Turkmen (Turkmenistan juga berarti tanah milik orang Turkmen) dan seterusnya. Pembagian wilayah sesuai dengan suku tertentu memang telah dilakukan oleh Soviet terhadap penduduk di kawasan ini. Sejak masa Lenin, Stalin, dan pemimpin Soviet lainnya, telah menempatkan sistem politik „pecah belah‟ seperti ini di dalam negara raksasa Soviet. Karena hal itu berarti tidak adanya asimilasi 45 Michael Hart, “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah,”artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://media.isnet.org/iptek/100/Stalin.html 46 “Islam Di Uni Soviet,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Uni_Soviet 47 Tamim Ansary, Dari Puncak Baghdad, (Mizan: Jakarta, 2010) h. 250. 37 kebudayaan yang memungkinkan menciptakan adanya integrasi luar dalam antar etnis Soviet dulu.48 A. Profil Negara-Negara di Asia Tengah 1. Tajikistan Presiden: Emomali Rahmon (1994-sekarang) Ibukota: Dushanbe Kemerdekaan: 9 September 1991 Lembaga Kebudayaan Pada pertengahan tahun 1980-an sebelum berpisah dengan Uni Soviet ada lebih dari 1600 perpustakaan yang disediakan pemerintah untuk masyarakat. Salah satu perpustakaan yang paling penting adalah perpustakaan milik negara yang bernama Firdausi. Perpustakaan ini menyimpan banyak manuskrip kuno oriental. Selain perpustakaan, Tajikistan juga banyak memiliki museum. Museum yang paling terkenal adalah Museum Sejarah Behzod. Museum yang ada meliputi berbagai hal seperti tentang seni, studi regional, hingga etnografi. Budaya yang hidup di Tajik banyak mengenai seni contohnya seni pertunjukkan yaitu balet, drama, dan musik. Tajik juga terkenal akan keindahan karpetnya. Di sana karpet dibagi menjadi tiga jenis sesuai dimana karpet itu akan ditempatkan yaitu: karpet untuk dinding, karpet 48 Mutia Zakia Salma, “Asia Tengah dalam Analisis Geopolitik dan Konstelasi Kepentingan AS; EU; Nato; Rusia; dan India,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://mutia-z-sfisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49211-Geopolitik%20dan%20GeostrategiAsia%20Tengah%20dalam%20Analisis%20Geopolitik%20dan%20Konstelasi%20Kepentingan%20A S,%20EU,%20NATO,%20Rusia,%20China,%20dan%20India.html 38 untuk lantai, dan yang paling mahal adalah karpet sebagai hiasan. Nama karpet yang paling terkenal dan dijual ke seluruh dunia adalah karpet dari Kayrokum. Karpet ini bagus karena menggunakan banyak pola modern dan kombinasi warna.49 Bendera Gambar 1 Bendera Tajik terdiri dari tiga strip warna yang berbeda-beda. Warna paling atas berwarna merah, tengah berwarna putih, dan yang paling bawah hijau. Di bagian tengah terdapat lambang mahkota emas dengan lengkungan yang dikelilingi 7 bintang. Warna hijau melambangkan lembah-lembah, putih sebagai lambang dari kekayaan utama negara yaitu kapas dan juga warna dari salju es di pegunungan tinggi. Sedangkan merah melambangkan warna persatuan di Tajik dan simbol persaudaraan dengan bangsa lain.50 2. Kirgizstan Presiden : Almazbek Atambaev Perdana Menteri : Zhantoro Satybaldiev Ibukota : Bishkek 49 Tajikistan Embassy, “Culture,” artikel http://www.tajikembassy.be/content/culture 50 diakses Tajikistan Embassy, “State Symbols,” artikel http://www.tajikembassy.be/content/state-symbols 39 pada diakses pada 5 Maret 5 Maret 2014 2014 dari dari Kemerdekaan : 31 Agustus 1991 Kirgizstan terletak di timur laut Asia Tengah, bertetangga dengan China, Tajikistan, Kazakhstan, dan Uzbekistan. Negara ini mempunyai populasi 5,5 juta jiwa dengan luas wilayah 199,900 km2. Masyarakat mayoritas beragama Islam diikuti dengan Kristen Orthodoks, katolik, dan Protestan (Lutheran, Baptis, dan Advent). Warga Kirgiz memiliki hak untuk memilih presiden dan deputi untuk jogorku kenesh (DPR) dan perwakilan mereka ke organisasi-organisasi lokal. Jogorku kenesh memiliki prioritas dalam pengambilan keputusan dan mengambil keputusan yang paling penting dalam kebijakan negara. Presiden hanya dipilih sekali oleh rakyat selama 6 tahun masa kerja dan tidak bisa mencalonkan diri kembali untuk periode berikutnya. Sementara untuk perdana menteri ditunjuk oleh parlemen setelah usulan dari fraksi mayoritas.51 Bendera Gambar 2 51 Kyrgyzstan Embassy in USA, “About Kyrgyzstan,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://www.kgembassy.org/index.php?option=com_content&view=article&id=99&Itemid=220&lang= en 40 Budaya Budaya Kirgiz sangat dipengaruhi oleh kebudayaan nomaden yang diwariskan secara turun temurun. Hal ini bisa dilihat dari cara mereka menjalankan rumah tangga, adat, dan ritual. Masyarakat menghiasi rumah mereka dengan barang yang tidak hanya indah tetapi juga praktis. Beberapa jenis karya penciptaan rakyat adalah yurt, yourt, dan tenda, yang dimana sangat mudah untuk dirakit dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.52 Yurta adalah semacam rumah hunian yang kecil, yang dihiasi dengan karpet buatan tangan. Budaya ini memiliki akar dari kebudayaan Turki kuno, dan mengambil semua pengalaman yang terbaik dari suku-suku nomaden di seluruh dunia. Suku Kyrgiz sibuk dengan kegiatan nomaden memindahkan hewan ternak mereka di saat musim dingin ke padang-padang, dan ketika musim panas mereka kembali memindahkan ternaknya ke daerah pegunungan.53 3. Kazakhstan Presiden : Nursultan Nzarbayev (1990-sekarang) Ibukota : Astana Kemerdekaan : 16 Desember 1991 52 “Kyrgiz customs and National Traditions,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://www.kyrgyzstan.orexca.com/culture_kyrgyzstan.shtml 53 Kyrgyzstan Orexca, “Kyrgiz Customs and National Traditions.” 41 Dua puluh tahun lalu, tepatnya 2 Juni 1993 Indonesia dan Kazakhstan telah membuka hubungan diplomatik. Itulah titik awal hubungan kedua negara setelah Indonesia juga memberikan pengakuan kemerdekaan kepada Kazakhstan setelah mereka merdeka.54 Meski telah membuka hubungan diplomatik sejak lama tetapi baru pada 29 Desember 2010 Indonesia secara resmi membuka kedutaan besarnya di Astana. Dua tahun kemudian atau tepatnya pada April 2012 Kazakhstan secara resmi membuka kantor perwakilannya di Jakarta.55 Bendera Kazakhstan Gambar 3 Bendera adalah salah satu identitas bangsa dan mewakili kedaulatan suatu negara. Istilah Rusia untuk “flag” untuk flag berasal dari kata Belanda yaitu vlag. Kata ini berarti kain resmi yang ukuran dan warnanya dipakai dengan gambar lambang. Bendera untuk Kazakhstan setelah merdeka secara resmi digunakan pada 1992 dan didesain oleh Shaken Niyazbekov. Lambang bendera Negara Kazakh didominasi oleh 54 Foster Gultom, “Indonesia-Kazakhstan Membuat Mimpi jadi Kenyataan,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://www.kbri-astana.kz/id/news/279-indonesia_kazakhstan_memb.html 55 “Indonesia Tempatkan Dubes Pertama di Kazakhstan,” Yahoo.com, artikel diakses pada 5 maret 2014 dari http://id.berita.yahoo.com/indonesia-tempatkan-dubes-pertama-di-kazakhstan-202208414.html 42 warna biru dengan gambar matahari di tengahnya dan burung elang padang tepat di bawahnya. Sebelah kiri pinggir di bendera Kazakh diberikan ornamen hias nasiobal Kazakh yang menjadi ciri khas negaranya. Menurut prinsip ilmu heraldik (ilmu atau seni dalam menciptakan dan menghias lambang) matahari melambangkan kekayaan dan kelimpahan, kehidupan dan energi. Itulah sebabnya mengapa matahri di bendera ini memiliki bentuk seperti biji-bijian yang mewakili simbol dari kekayaan dan kesejahteraan. Dengan menggambarkan matahari di benderanya, Kazakhstan menegaskan kembali komitmennya terhadap nilai-nilai universal. Ini juga menunjukkan bahwa negara muda ini penuh dengan keterbukaan untuk kerjasama dengan semua negara. Sedangkan, gambar elang padang rumput dianggap sebagai simbol kekuasaan, wawasan dan kemurahan hati. Citra elang padang rumput di bangsa-bangsa yang mempunyai kebiasaan nomaden juga berhubungan dengan gagasan seperti keberanian dan kesetiaan, harga diri, keberanian, kekuatan dan kemurnian pikiran. Lambang siluet simbolis hewan ini juga mencerminkan aspirasi negara untuk ketinggian peradaban dunia. Yang terakhir, mengenai ornamen khas Khazak mewakili tradisi seni dan budaya Kazakhstan.56 Agama Sesuai dengan US Department of State Human Rights Report 2009 Kazakhstan bahwa konstitusi dan hukum memberikan kebebasan beragama dan pemerintah tidak ikut campur dalam hal ini. Pemerintah terus mengungkapkan secara terbuka dukungannya terhadap toleransi agama dan keberagaman. Kazakh adalah negara yang 56 “The Flag of the Republic of Kazakhstan,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://www.akorda.kz/en/category/kazakhstan_flag 43 multietnis, dengan tradisi panjang toleransi dan sekulerisme. Secara umum agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat adalah Islam, Ortodoks Rusia, Katolik Roma, dan Yahudi. Tetapi ada lebih dari 4000 serikat keagamaan di Kazakhstan dan 2500 bangunan suci.57 Travel and Tourism Kazakhstan Selatan adalah tempat yang kaya dengan sejarah dan budaya kuno. Banyak monumen terkenal yang dibangun pada abad pertengahan seperti: the mausoleum of Aisha-Bibi, karakhan dan Babadzha-Katun di Ta razan, the architectural ensemble Khodja Ahmet Yasavi in Turkistan and the synthcian burial mounds in Semirechje. Sementara itu bagian utara Kazakh menyediakan berbagai macam wisata seperti: bersepeda, berperahu dan kegiatan off-road. Bagian timur dipenuhi dengan bukit dan danau, sedangkan bagian barat yang terlatak di persimpangan benua Eropa dan Asia adalah tempat lokasi bagian yang rendah terdalam kedua di dunia. Biasanya turis-turis ke tempat ini menggunakanya untuk berburu, memancing, dan olahraga air. Kazakhstan juga memiliki salah satu danau terbesar di dunia yaitu Danau Balkshake yang letaknya di tengah-tengah Kazakhstan.58 57 Kazakhstan Embassy in USA, “Religious Freedom in Kazakhstan,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://www.kazakhembus.com/page/religious-freedom-in-kazakhstan 58 Kazakhstan Embassy in USA, “Geography,” artikel diakses pada 5 maret 2014 dari http://www.kazakhembus.com/page/geography 44 4. Uzbekistan : Islam Abduganievich Karimov (1991- Presiden sekarang) Ibukota : Tashkent Kemerdekaan : 31 Agustus 1991 Kedutaan besar Uzbekistan di Indonesia : Jl. Daksa III. 14, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sebagaimana yang dikutip dari website resmi kedutaan besar Uzbekistan di Indonesia, Uzbekistan adalah negara demokratis yang berdaulat. Rakyat adalah sumber kekuasaan negara. Kekuasaan negara di republik Uzbekistan harus dilaksanakan demi kepentingan rakyat dan harus sesuai dengan Konstitusi negara dan hukum yang disahkan atas dasar tersebut. Majlis Agung dan Presiden dipilih oleh rakyat, memiliki hak ekslusif untuk bertindak atas kepentingan rakyat. Tidak ada bagian dari masyarakat, partai politik, asosiasi publik, gerakan atau individu berhak bertindak atas nama rakyat uzbekistan.59 Prinsip pemisahan kekuasaan di Uzbekistan harus berdasarkan sistem kekuasaan negara. Pemisahan kekuasaan terdiri dari legislatif, edukatif, dan yudikatif. Konstitusi dan Undang-Undang (UU) harus memiliki supremasi mutlak, tidak ada satu pun dari ketentuan Konstitusi ini yang dapat ditafsirkan sebagai cara untuk 59 Uzbekistan Embassy, “Constitution Chapter Democracy and Supremacy of the Constitution and the Law,” artikel diakses pada tanggal 5 Maret 2014 dari http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000005 45 merugikan hak dan kepentingan Republik Uzbekistan. Uzbekistan mempunyai kebijakan luar negeri yang didasarkan pada prinsip-prinsip kedaulatan negara, tidak menggunakan kekerasaan atau mengancam menggunakan kekerasan itu, keutuhan perbatasan, penyelesaian damai sengketa, tidak ikut campur dalam urusan internalinternal negara lain, dan mengikuti norma-norma hukum internasional yang berlaku secara universal. Uzbekistan dapat membentuk aliansi, bergabung atau menarik diri dari serikat pekerja dan organisasi antar negara lain yang berangkat dari kepentingan utama negara dan rakyat, kesejahteraan mereka dan keamanan.60 Bendera Uzbekistan Gambar 4 Simbol dari bendera di atas mencerminkan kekuatan politik yang kuat hadir di wilayah ini, serta karakteristik alam, nasional dan budaya. Warna langit yang biru melambangkan warna langit yang biru dan air yang bersih. Di Timur warna biru dianggap hormat. Itu adalah warna dari bendera Amir Temur. Sedangkan warna putih melambangkan damai dan kebersihan. Negara yang termasuk baru merdeka ini harus mengatasi berbagai rintangan besar yang ada di jalan itu. Putih berarti keinginan yang 60 Uzbekistan Embassy in Indonesia, “Constitution Chapter Foreign Policy,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000005 46 baik untuk pemerintahan yang terang dan bersih. Hijau melambangkan alam. Gerakan di dunia untuk melindungi alam dan menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan sedang mengalami kenaikan. Merah berarti perjuangan dalam hidup, berdenyut dalam setiap makhluk, dan juga simbol kehidupan.61 Budaya Budaya Uzbekistan menjadi salah satu budaya yang paling bagus dan asli di Timur. Hal ini bisa dilihat dari musik nasional, tarian dan lukisan, dan pakaian yang unik. Musik nasional Uzbek ditandai dengan beragam jenis dan genre. Uzbek terkenal dengan lagu-lagunya. Koshuk adalah salah satu lagu yang terkenal dengan melodi kecil diapason yang meliputi satu atau dua baris teks yang sangat puitis. Sementara itu, tarian Uzbek membedakan antara kelembutan, kehalusan, dan ekspresi dari gerakan. Perkembangan seni lukis nasional dimulai berabad-abad lalu. Pada abad ke 16-17 seni naskah telah mencapai keberhasilan yang signifikan di beberapa perkotaan dan di tepi kota Bukhara. Dekorasi manuskrip juga termasuk kaligrafi, yang dibuat dari cat air dan ornamen-ornamen tipis. Di Samarkand dan khususnya di Bukhara miniatur dari sekolah Asia Tengah telah mencapai sukses besar dan dikembangkan dengan 61 Uzbekistan Embassy in Indonesia, “State and Symbol of Uzbekistan,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000006 47 gaya yang berbeda. Uzbekistan juga terkenal ke seluruh dunia dengan kerajinan karpetnya yang indah.62 Agama Uzbekistan adalah negara yang sekuler. Agama, cara hidup, dan berpikir selaras dengan kehidupan yang sekuler di negara ini. Di Undang-undang Republik Uzbekistan menyatakan “Pada kebebasan iman dan organisasi keagamaan” 1998 memberikan hak publik untuk menganut agama apapun secara individu atau kelompok agama, mengamati kebiasaan ritual agama, hingga menawarkan ziarah ke tempat suci. Sebagian besar penduduk Uzbekistan menganut Islam Sunni. Selain itu, juga ada 15 agama yang dianut oleh penduduk Uzbek diantaranya Katolik, Protestan, Yahudi, dan lain-lain.63 Hubungan Diplomatik dengan Indonesia Indonesia mengakui kemerdekaan Uzbekistan pada 28 Desember 1991, tetapi baru menjalin hubungan diplomatik 6 bulan kemudian pada 23 Juni 1992. Baru pada dua tahun kemudian 1994 Indonesia membuka kedutaan besarnya di Tashkent dan dua tahun setelahnya pada tahun 1996 Uzbekistan resmi menempatkan perwakilan diplomatiknya. Menurut data dari Indonesia Badan Pusat statistik volume perdagangan antara Indonesia dengan Uzbekistan mencapai Rp 23,8 juta. Jenis-jenis ekspor Uzbek ke Indonesia meliputi layanan, peralatan listrik, dan katun wol. 62 Uzbekistan Embassy in Indonesia, “Culture,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&lang=en&cmsID=CMS000009 63 Uzbekistan Embassy in Indonesia, “Religion,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&lang=en&cmsID=CMS000010 48 Sementara Indonesia ke Uzbekistan meliputi teh, tembakau, hewan, minyal nabati, karet ban, kain kapas, renda, bordir, pita, dan perhiasan-perhiasan kecil lainnya.64 5. Turkmenistan Presiden : Dr. Gurbanguly M. Burdimuhamedov (2007-sekarang) Ibukota : Ashgabat Kemerdekaan : 27 Oktober 1991 Pemerintahan dan Politik Menurut konstitusi, Turkmenistan adalah negara sekuler demokrasi dan republik presidensial. Seperti di Indonesia, Turkmenistan juga memiliki pemisahan kekuasaan yaitu: Eksektutif yang diwakili oleh Presiden dan Dewan Menteri, Legislatif diwakili oleh Majlis (Parlemen), dan Yudikatif diwakili oleh Mahkamah Agung. Sedangkan sistem hukum didasarkan oleh sistem hukum sipil. Deklarasi Turkmenistan mengenai “permanent neutrality” secara resmi diakui oleh PBB pada 1995. Turkmenistan mempunyai 5 daerah administratif yang terdiri dari: Velayats (provinsi), Akhal, Balkan, Dashoguz, Lebap, dan Mary.65 64 Uzbekistan Embassy in Indonesia, “Kerjasama,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000023 65 Turkmenistan Embassy in USA, “Goverment and Politics,” artikel diakses pada 5 maret 2014 dari http://turkmenistanembassy.org/government-politics/ 49 Bendera Turkmenistan Gambar 5 Lambang negara dan bendera Turkmenistan dibuat berdasarkan tradisi nasional dan menghindari simbol politik. Warna bendera Turkmen didominasi oleh warna hijau dengan garis merah vertikal di sebelah kiri, di tiang bendera, yang terdiri dari lima pola dasar karpet dalam urutan vertikal. Warna hijau adalah warna yang dihormati di Turkmen. Di atasnya terdapat lima bintang dan bulan sabit putih. Lima bintang tersebut mewakilkan lima wilayah yang ada di Turkmen.66 Sejarah dan Budaya Turkmen adalah negara kaya energi di Asia Tengah yang menghidupkan kembali ritual kuno. Turkmen mempunyai tenda tradisional yang disebut yurta. Tenda ini masih digunakan hingga sekarang, berfungsi sebagai rumah musim panas dan biasanya diletakkan di depan rumah. Negara ini mempunyai pakaian nasional yang terdiri dari: topi kulit domba berbulu dan jubah merah dengan kemeja putih untuk pakaian pria. Sedangkan wanitanya menggunakan gaun panjang karung, dengan celana sempit di mana bagian bawah celana ini dipangkas dengan pita bordir pada 66 Turkmenistan Embassy in USA, “State Symbols,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://turkmenistanembassy.org/state-symbols/ 50 bagian pergelangan kaki. Untuk hiasan kepala memakai perhiasan perak. Uniknya, kita bisa membedakan wanita yang sudah menikah dengan yang belum dengan hanya melihat kepangan rambutnya dan scarf yang digunakan. Jika seorang wanita menguncir rambutnya dengan dua kepangan dan memakai scarf kecil artinya ia belum menikah. Sementara jika kepangannya hanya satu dan menggunakan scarf yang besar berarti sudah berkeluarga. Air adalah kehidupan Turkmen, kuda adalah sayapnya, dan karpet adalah jiwanya.67 67 Turkmenistan Embassy in USA, “History and Culture,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari http://turkmenistanembassy.org/history-and-culture/ 51 B. Profil Agustinus Wibowo Agustinus Wibowo adalah seorang penulis perjalanan wisata Indonesia yang lahir pada 8 Agustus 1981 di Lumajang, Jawa Timur. Kemudian ia kuliah di Institut Teknologi Surabaya dan melanjutkannya di China.Pada tahun 2001, dia pun memulai perjalanannya ke Mongolia. Lalu, melanjutkannya lagi pada tahun 2005 setelah lulus kuliah dengan melintasi Tibet, Nepal, ke gurun pasir di India, dan pegunungan di Pakistan Utara.68Pengalamannya telah membawanya dari Asia ke Timur Tengah. Dia terpesona oleh budaya dan rasa ingin tahu tentang bagaimana dunia bekerja yang mulanya adalah satu bagian kemudian dipecah oleh sejarah dan budaya. Dia lebih menyukai perjalanan melalui jalur darat dimana dia bisa masuk secara ilegal ke daerah Tibet dengan berpura-pura menjadi warga negara China. Dia juga pernah menjadi relawan bencana di daerah Kashmir, sebelum memutuskan karir di jurnalistik dan mengambil tugas di Afghanistan yang dilanda perang.69 Buku pertamanya yang berjudul Selimut Debu dianggap sebagai masterpiece oleh banyak orang yang bercerita tentang catatan perjalanannya selama di Afghanistan. Kemudian diikuti dengan buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah yang meneliti tentang masalah perbatasan di republik-republik bekas Uni Soviet, termasuk perbatasan psikologis dan pencarian identitas nasional.Garis Batasbanyak memberikan pengetahuan baru mengenai negara-negara yang selama ini 68 Ageng Wuri, “Menulis Perjalanan ke dalam Diri Sendiri,”artikeldiakses pada 30 November 2013 dari http://www.indonesiabookfair.net/2013/11/09/agustinus-wibowo-menulis-perjalanan-ke-dalam-dirisendiri/ 69 “Profil Agustinus Wibowo,” artikel diakses pada26 Desember 2013 dari http://agustinuswibowo.com/profile 52 kurang mendapat perhatian media massa. Kemudian ia juga baru meluncurkan buku ketiganya yang berjudul Titik Nol. Ia dianggap merintis sebuah buku genre baru dalam sastra perjalanan Indonesia dengan memungkinkan pembaca untuk mengalami perjalanan fisik, spiritual, dan emosional penulis saat membaca bukunya.70 Menurutnya sebuah perjalanan tidak hanya sekadar melihat-lihat sebuah tempat di suatu negara atau hanya kesenangan semata terlebih hanya untuk mengumpulkan cap setiap negara di paspornya. Perjalanan menurutnya adalah sejauh mana ia bisa belajar dari alam dan dan kebijaksanaan penduduk-penduduk setempat. Karena semua tempat mempunyai cerita, sejarah, peradaban yang menarik untuk bisa dibagikan kepada orang lain.71 Menurutnya menulis buku perjalanan tidak semudah yang orang bayangkan. Karena hal ini bukan hanya sekadar pergi ke suatu tempat atau negara, menulis buku harian, lalu diterbitkan. Buku perjalanan, bagi Agustinus difokuskan pada narasi perjalanan, dan harus mempunyai alur cerita yang kuat. Perjalanan adalah proses pembelajaran, proses pendewasaan diri, dan proses mencari sesuatu. Untuk perjalanan yang ia lakukan di Afghanistan, misalnya, ia mengambil alur tentang paradoks kebanggaan penduduk di negeri yang hancur-lebur oleh perang. Untuk perjalanan Asia Tengah, Agustinus terkesan oleh bagaimana garis batas negara membelah negeri-negeri di Asia Tengah: Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, 70 “Agustinus Wibowo Profile,” artikeldiakses pada 30 November 2013 dariAgustinuswibowo.com/profile 71 Imelda Suryaningsih, “Terpukau oleh Peradaban dan Alam,”artikel diakses pada 2 Desember 2013 darihttp://agustinuswibowo.com/4574/readers-digest-indonesia-2010-terpukau-oleh-peradaban-danalam. 53 Uzbekistan, dan Turkmenistan. Kemudian setelah merdeka mereka saling bertikai demi garis batas dan konsep yang diciptakan penjajah. Maka plot yang ia angkat dalam buku Garis Batas Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah adalah tentang garis batas yang bukan saja bermakna fisik tetapi juga garis-garis yang tidak terlihat tetapi dapat memisahkan manusia seperti ras, suku, dan agama. Melalui buku-buku yang ia tulis ia berharap bahwa pembaca tidak sekadar melihat-lihat kehidupan di lokasi yang ia tulis, tetapi sekaligus bisa menemukan refleksi dalam kisah hidup dan mengambil makna dari setiap kejadian. Baik keberhasilan maupun kegagalan dari bangsa-bangsa lain dan diambil hikmahnya untuk kehidupan kita sendiri di Indonesia.72 C. Sinopsis Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah Sekian lama tinggal di Afghanistan, Agustinus selalu hanya bisa melihat Tajikistan-negera tetangga yang hanya dipisahkan oleh sebuah sungai bernama Amu Darya- dengan tatapan iri. Tajikistan yang ketika di Afghanistan hanya bisa ia lihat lewat media massa menarik imajinasinya ke dalam sebuah satu pertanyaan. Negeri apakah yang berada di seberang sungai? Terlebih setiap malam jika Afghanistan gelap karena listrik tidak menyala akibat perang bertahun-tahun, Tajikistan terlihat modern dan terang melalui lampu-lampu di rumah penduduk. Jika di Afghan wanita tidak boleh sama sekali menampakkan wajahnya di depan umum, buta huruf, dan 72 “Destinasi Manapun Istimewa,”artikel diakses pada 2 Desember 2013 dari http://agustinuswibowo.com/4498/national-geographic-traveler-indonesia-2011-destinasi-mana-punistimewa 54 tidak berpendidikan wanita-wanita Tajik hadir dengan nyanyian di televisi Afghan dengan kecantikan yang sungguh mempesona. Akhirnya, suatu hari Agustinus memutuskan untuk menyeberang sungai Amu Darya yang membelah wilayah di Asia Tengah dengan menaiki seekor keledai. Di Tajikistan untuk pertamakalinya ia terbebas dari pemisahan-pemisahan gender. Di Tajik ia bisa bebas berbicara dengan wanita, menikmati indahnya kehidupan modern ala Rusia. Di sini ia menemukan paradoks pertamanya. Hanya sebuah sungai tetapi kehidupan di dua negara tersebut sungguh berbeda seperti masuk ke dalam abad yang berbeda. Dengan keahlian bahasa Persia yang ia dapatkan ketika tinggal di Iran, Agustinus mengembara dari satu kota ke kota lain dari suatu kampung ke kampung lain. Agustinus dengan detil mendeskripsikan negara, ras, suku, agama, bahasa, serta kenakeragaman yang ada di negara-negara Stan yang ia kunjungi. Dari Tajikistan, kemudian ia berkelana ke Kirgizstan, lalu Kazakhstan, kemudian ke Uzbekistan negara yang pernah terkenal akan pusat kebudayaan di Bukhara dan Samarkand, lalu mengakhirinya di negara yang serba tertutup dan dipimpin oleh seorang diktator; Turkmenistan. Melalui buku ini wawasan pengetahuan kita semakin banyak tentang negara-negara yang baru hadir pada awal tahun 1990-an. Dengan membaca buku ini kita malah akanbertanya apakah kemerdekaan menjadikan mereka menjadi negara yang lebih baik atau malah sebaliknya? 55 Buku yang dikemas dengan membagikan banyak pengetahuan baru ini tidak hanya bertutur tentang perjalanan seorang manusia yang berasal dari kaum minoritas di Indonesia; China, tetapi juga memperlihatkan bahwa apapun yang ada di dunia ini semuanya mempunyai garis batas yang memisahkan. Setiap manusia selalu dibatasi oleh konsep-konsep ciptaan mereka sendiri. Bagaimana mereka melestarikan budaya, bagaimana mereka bertindak dan berpikir, semuanya adalah hasil dari lingkungan di mana ia tinggal. Dengan membaca buku ini kita dapat melihat bahwa dalam setiap budaya tidak ada yang salah ataupun benar. 56 BAB IV PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM GARIS BATAS: PERJALANAN DI NEGERI-NEGERI ASIA TENGAH KARANGAN AGUSTINUS WIBOWO Untuk tahap ini peneliti akan menganalisis komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh Agustinus Wibowo dalam perjalanannya ke lima negara yaitu Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Selain itu peneliti juga akan menganalisis tentang komponen budaya non-material dan budaya perkawinan yang diamati oleh Agustinus. 1. Proses Komunikasi Antarbudaya di Buku Garis Batas: Perjalanan Negeri-Negeri Asia Tengah Proses komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh Agustinus dengan masyarakat di Tajikistan, Uzbekistan, Kirgizstan, Turkmenistan, dan Kazakhstan adalah dengan melalui 5 tahap yaitu respek, partisipasi, pemahaman, toleransi, dan perlawanan. Kelima tahap ini diaplikasikan dengan berbagai macam cara. Mulai dari tinggal dan hidup bersama masyarakat, berbicara dengan bahasa mereka, ikut dalam pawai kesenian yang sedang berlangsung. Hal ini dilakukan agar bisa menyelami dan mengetahui banyak tentang kehidupan budaya dan tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat di Asia Tengah. Dalam kenyataan sosial, manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi. Dapat dikatakan pula bahwa interaksi antar-budaya yang sangat efektif tergantung dari komunikasi antarbudaya. 57 Komunikasi antarbudaya muncul, karena adanya kontak, interaksi, dan hubungan antar warga masyarakat yang berbeda kebudayaannya. Dalam hal ini Agustinus sebagai wakil budaya dari Indonesia tinggal bersama dengan budaya dari Tajikistan, Kirgizstan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kazakhstan sehingga terciptalah komunikasi antarbudaya. Dari apa yang telah Agustinus amati dan jelaskan di dalam bukunya terhadap masing-masing negara di Asia Tengah yang ia kunjungi, dapat kita lihat bahwa terkadang ia masih merasa bahwa beberapa budaya sangatlah aneh dan tidak masuk akal. Tetapi, sebisa mungkin perasaan itu tidak ia tunjukkan kepada para penduduk. Tandanya ia telah melakukan respek dalam komunikasi antarbudaya. Respek, pemahaman, dan toleransi adalah hal yang berkesinambungan. Jika ia bisa toleran terhadap suatu budaya maka pemahaman dan respek akan lebih mudah untuk dijalankan. Pemahaman dan respek menghindari kita dari etnosentrisme. Proses komunikasi antarbudaya seringkali tidak berjalan dengan baik karena melibatkan dua budaya yang berbeda. Hambatan awal dalam komunikasi antarbudaya adalah mengenai perbedaan bahasa. Bahasa seringkali menjadi masalah yang sering muncul bagi para turis/pelancong. Ketika suatu hari kita akan mengunjungi suatu daerah yang berbeda bahasa dan kita tidak mengerti akan bahasanya itu akan menjadi hal yang membuat frustasi.73 73 Judith N Martin dan Thomas Nakayama, Experiencing in Cultural Communication, (McGraw Hill: Arizona, 2005), h. 259. 58 Perbedaan bahasa adalah salah satu bagian dari culture shock.74 Agustinus menyadari hal ini. Sehingga, sebelum ia memutuskan untuk berpetualang ke negaranegara Asia Tengah, ia lebih dulu mempelajari bahasa-bahasa yang digunakan di negara tersebut. Ia belajar bahasa Rusia walaupun tidak fasih tetapi hal ini cukup untuk berkomunikasi ketika ia pergi ke negara-negara yang masih menggunakan bahasa Rusia sebagai bahasa pengantar yaitu Uzbekizstan, Turkmenistan, Kirgizstan, dan Kazakhstan. Sedangkan Tajikistan menggunakan bahasa Persia sebagai bahasa sehari-hari.75 Meskipun begitu, ia juga tidak mengalami hambatan apapun di Tajikistan, karena ia fasih berbahasa Persia. Kemampuan bahasa Persia ini ia dapatkan ketika tinggal di Afghanistan selama tiga tahun dan di Iran. Selama tinggal di Tajikistan, Agustinus membaur dengan masyarakat menjadi musafir. Awalnya ia menginap di tempat-tempat penginapan, tetapi karena keramahan penduduk setempat, Agustinus banyak ditawari untuk menginap di rumah penduduk dengan gratis. Dalam petualangan budaya ke negara-negara Asia Tengah Agustinus selalu memakai peci, barang yang selalu dilambangkan dekat dengan kultur Islam padahal ia bukan muslim. Begitu pula dengan identitas dirinya yang berasal dari negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim; Indonesia. Agustinus dengan mudah mendapatkan tempat di hati masyarakat yang ia kunjungi. Hal ini yang kemudian membawanya dari rumah ke rumah lain dan dengan mudah menyelami budaya dan tradisi yang masih ada di negara-negara Asia Tengah tersebut. 74 75 Judith N Martin dan Thomas Nakayama, Experiencing in Cultural Communication, h. 259. Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo, Bandung, 7 November 2013, 59 Agustinus mengatakan bahwa posisinya sebagai kalangan minoritas di Indonesia membuatnya peka melihat sisi lain sebuah masyarakat yang terpecah belah akibat perbedaan ras dan suku. Pencarian identitas menjadi hal yang penting di kelima negara tersebut ketika merdeka dari Uni Soviet. Hal yang pernah dirasakan oleh Agustinus. Statusnya sebagai orang keturunan China di Indonesia sempat membuatnya minder dan menarik diri dari pergaulan karena ejekan-ejekan rasis yang diterimanya sejak kecil. Ia merasa dirinya sebagai orang China tetapi ketika ia bersekolah di China justru ia merindukan kampung halamannya. Cerita ini persis seperti yang Agustinus jelaskan di bukunya bahwa orang Kirgiz, Tajik, dan Dungan yang masih serumpun tetapi tidak mau disama-samakan. Mereka malah menganggap bahwa dirinya tetaplah orang Rusia. Berikut adalah peta Asia Tengah Gambar 6. 60 Dari peta di atas dapat di lihat bahwa Tajikistan berbatasan langsung dengan Afghanistan sehingga hal ini juga mempengaruhi bahasa mereka. Tajikistan memiliki mother language yaitu bahasa Persia yang kini disebut bahasa Tajik. Menurut Agustinus sebelum Rusia datang bahasa Persia adalah bahasa kaum beradab di Asia Tengah. Bahasa ini menjadi lingua franca di negara-negara tersebut tapi kini hanya menjadi bahasa lokal dan ditulis dengan huruf sirilik. 2. Komponen Non-Material dalam Buku Ini Telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa budaya terdiri dari komponen material dan non-material. Tetapi disini saya memilih hanya menjelaskan tentang budaya komponen non material yang terdiri dari keyakinan, norma, nilai, dan bahasa di negara-negara bekas pecahan Uni Soviet. Karena, komponen non material yang paling banyak saya temukan di buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah karangan seorang wartawan foto; Agustinus Wibowo. A. Tajikistan Umumnya negara Tajikistan sama seperti negara-negara Asia Tengah lainnya yang masih tertatih membangun negaranya semenjak Uni Soviet runtuh. Menurut buku ini Tajikistan yang wilayahnya dikelilingi pegunungan tidak mempunyai sumber daya alam yang begitu banyak sehingga negaranya miskin. Ketika masih dalam naungan Uni Soviet (yang kini berganti nama menjadi Rusia), Tajikistan dan negara-negara Stan lainnya dihidupi oleh Rusia. Wilayah mereka hanya dijadikan tempat-tempat untuk membangun pabrik-pabrik yang menyuplai kebutuhan pusat 61 seperti uranium, gas, dan lainnya. Setelah merdeka kehidupan mereka ambruk, beruntung Turkmenistan dan Kazakhstan mempunyai cadangan minyak dan gas alam yang cukup besar sehingga negaranya menjadi lebih makmur dibandingkan Negara tetangga Stan lainnya.76 Tajikistan yang menempatinegara ke-156 termiskin di dunia, di belakang banyak negara Afrika,77 dan menjadi negara bekas Soviet yang paling miskin78 jatuh ke dalam perang saudara sejak merdeka di tahun 1991 selama 8 tahun karena bingung menentukan identitas negara yang akan dipakai. “Makanya semenjak merdeka mereka jatuh ke dalam perang saudara bukan dengan negara-negara tetangga tetapi akibat menentukan identitas mereka sendiri. Tajik itu apa? Tajik itu mau dibawa kemana? Setelah merdeka Tajik ingin diapakan? Ada yang ingin Tajik sebagai negara Islam, ada yang ingin mempertahankan sekulerisme seperti saat bersama dengan Uni Soviet. Kemudian orang-orang Uzbek juga ikut campur dengan keadaan politik di Tajik sehingga ikut memperkeruh suasana, lalu ada paksi-paksi fundamentalis dari Uzbekistan kelompok-kelompok yang ingin mendirikan syariat Islam di Uzbekistan tetapi bersembunyi di Tajikistan yang juga ikut dalam perang di Afghanistan sehingga menjadi ribet sekali. Konflik di Tajikistan ini sehingga melibatkan negara tetangga dan negara-negara lain.”79 Meskipun begitu konflik di Tajikistan tidak sampai seperti konflik di Afghanistan yang begitu panjang dan lama. Walau menjadi salah satu negara yang paling miskin, seperti apa yang dituliskan Agustinus dalam buku ini angka buta huruf di Tajikistan mendekati angka 0%. Saat masih menjadi bagian Uni Soviet, pemerintahan saat itu rajin untuk mengajarkan huruf sirilik dan mewajibkan sekolah bagi seluruh 76 Zainal A Budiyono, “Demokrasi Terpimpin oleh Nazarbayev,” artikel diakses pada 30 Desember 2013 dari: http://www.jpnn.com/read/2013/09/05/189344/Demokrasi-Terpimpin-Ala-Nazarbayev77 “Tajikistan: Fakta, Sejarah, Dan Informasi Lainnya,”artikel diakses pada 30 Desember 2013 dari http://www.amazine.co/24403/tajikistan-fakta-sejarah-informasi-lainnya/ 78 “Jenderal Militer Tajikistan Tewas Ditikam,”bbc.co.uk, artikel diakses pada 30 Desember 2013 darihttp://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/07/120722_jenderal_tajikistan.shtml 79 Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo, Bandung, 7 November 2013 62 rakyatnya. Menurut Agustinus satu hal yang paling ia kagumi di Tajikistan ialah tidak adanya pengemis yang terlihat di jalan-jalan padahal masyarakatnya banyak yang miskin. Orang Tajik pantang meminta-minta begitu kata Agustinus dalam bukunya tersebut. Hal yang menarik untuk diamati juga adalah bahwa meski Tajikistan mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam. Tetapi, perayaan ibadah Islam terasa sangat kurang. Ketika bulan Ramadhan datang banyak yang tidak puasa, hari raya Idul Fitri yang menjadi hari paling penting bagi umat muslim di seluruh dunia berlalu begitu saja tanpa perayaan. Bahkan minum vodka menjadi hal yang biasa untuk mereka. Agustinus kemudian melanjutkan: “Apalagi waktu itu saya datangnya bulan Ramadhan yaa, yang bikin saya surprise di Tajikistan di bulan Ramadhan yah padahal Tajikistan termasuk negara yang paling agamanya kuat di Asia Tengah, mereka minum alkohol, minum vodka di tengah siang bolong di bulan Ramadhan, toko-toko makanan tetap buka, mayoritas orang disana tidak puasa. Bahkan, ketika saya masuk ke wilayah GBAO di perbatasan bertemu dengan orang Ismailiyah, orang Ismailiyah ini umumnya tidak berpuasa dan bahkan saya sampai lupa kalau itu Idul Fitri karena semua orang tidak puasa dan saya juga tidak puasa dan bahkan ini penduduk yang mayoritasnya muslim, tetapi tidak terasa Idul Fitri hanya seperti hari libur biasa.”80 Salah satu terbentuknya budaya atau kebiasaan suatu masyarakat adalah akibat sejarah dan letak geografis. Tradisi dan sejarah budaya akan membentuk karakter kita.81 Begitu pula yang terjadi di Tajikistan-wilayah yang dulu pernah menjadi bagian dari Kesultanan Turki ini- berubah menjadi negara Komunis setelah jatuh ke tangan Rusia. Sejak saat itu, Tajikistan yang pernah terkenal akan kota keilmuwan 80 81 Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo, Bandung, 7 November 2013, Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 168. 63 Bukhara dan Samarkhand (kini menjadi wilayah Uzbekistan) yang banyak melahirkan pemikir-pemikir Islam seperti Rudaki dan Firdaus mulai dibanjiri oleh buku-buku “merah” yang beraliran kiri. Sejak saat itu masyarakat hidup dalam ketakutan ketika melakukan aktivitas keagamaan. Saat Josef Stalin berkuasa banyak masjid ditutup menjadi gudang, huruf arab diubah menjadi huruf sirilik, ulama dibungkam, dan paham komunis diajarkan di sekolah-sekolah.82 Semua harus ikut aturan Rusia. Tradisi Islam yang telah berumur 6000 tahun pun runtuh dengan masuknya komunisme. Akhirnya, hal tersebut banyak merubah wajah budaya dan tradisi yang ada di Tajikistan. Islam akhirnya mulai luntur di masyarakat Tajikistan. Hal ini juga berpengaruh langsung terhadap komponen non material seperti keyakinan, norma, nilai, dan bahasa. Berikut ini adalah hasil analisis komponen non material yang ada di buku Garis Batas Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah . 1. Keyakinan Keyakinan atau kepercayaan yang dimaksud dalam budaya tidak hanya berhubungan dengan agama tetapi segala sesuatu yang diyakini atau dipercayai oleh masyarakat setempat yang diwarisi secara turum temurun ke generasi selanjutnya.83 Menurut Agustinus, ada satu tokoh yang sangat dihormati di Tajikistan. Dia adalah Aga Khan, seorang pemimpin sekte Ismaili. Ia diyakini sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad. Para pengikutnya menganggap bahwa Aga Khan membawa perubahan baik dengan organisasi amalnya. Dengan kehidupan yang sulit dan tidak 82 Haidar Abu, “Islam di Uni Soviet,” artikel diakses pada 30 Desember 2013 darihttp://abuhaidar.web.id/397/islam-di-uni-soviet.htm 83 Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164. 64 menentu, serta angka pengangguran yang tinggi sosok Aga Khan dianggap sebagai penyelamat mereka karena telah membantu menyalurkan banyak dana untuk perubahan di negara-negara yang mayoritas beragama Islam. Saat melakukan komunikasi antarbudaya di daerah Tajikistan Timur yang menjadi basis paling besar umat Ismaili, Agustinus melihat bahwa Aga Khan menjadi sosok yang penting bagi pengikutnya. “Siapa yang menyelamatkan mereka dari keterpurukan yang mengenaskan? Penduduk hampir selalu menjawab satu nama: Aga Khan, sang pemimpin sekte Ismaili. Beliau dipercaya sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad dan memegang tampuk imamat, namun kini menetap di Eropa. Organisasi kemanusiaan milik Aga Khan banyak melakukan pembangunan terutama di daerah terpencil di Tajikistan, Afghanistan, dan Pakistan.”84 Organisasi Aga Khan bernama Aga Khan Development Network (AKDN). Organisasi ini telah beroperasi di Tajikistan sejak tahun 1992. AKDN memiliki basis kuat dengan pengalaman kerja bersama masyarakat di daerah pegunungan. Pekerjaan ini berada di semua wilayah dan telah memperkerjakan 3500 orang selama beroperasi.85 Aga Khan diangkat menjadi pemimpin Ismaili pada umur 20 tahun. Ialahir pada umur 13 Desember 196 di Jenewa dari orangtua Pangeran Aly Khan dan Putri Tajuddawlah Aly Khan. Ia menghabiskan masa kecilnya di Nairobi, Kenya. Kemudian ia lulus dari Universitas Harvard tahun 1959 dengan gelar Sarjana Sejarah 84 Agustinus Wibowo, Garis Batas Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 54. Aga Khan Development Network, “Countries AKDN in Tajikistan,“ artikel diakses pada 30 Desember 2013 dariwww.akdn.org/Tajikistan 85 65 Islam.86 Organisasinya telah membuat banyak perubahan dalam bidang politik dan ekonomi. Sekte Ismaili di Tajikistan adalah minoritas, umumnya dianut masyarakat di pegunungan belahan timur negeri. Menurut buku ini mereka terkenal lebih liberal dibandingkan dengan umat muslim lainnya. Sedangkan di Dushanbe dan daerah barat Tajikistan mayoritas penduduk adalah pemeluk Sunni. Aga Khan yang telah menjadi imam Ismaili selama 5 dekade sangat dihormati oleh penganut Ismaili. Fotonya wajib dipajang di rumah sebagai rasa penghormatan. “Terpajang pula foto keluarga dan gambar Aga Khan yang dimuliakan-benda wajib di rumah penganut sekte Ismaili. Saya teringat keluarga Ismaili di Afghanistan, tepat di seberang sungai sana, penuh takzim menciumi foto Aga Khan, seperti mencintai benda keramat. Aga Khan adalah pemimpin spiritual yang begitu dipuja, baik di sisi sungai sana maupun seberang sungai sana.”87 Ismaili merupakan salah satu komunitas Islam. Komunitas ini tersebar di 25 negara, bersatu di bawah pimpinan Pangeran Karim Aga Khan (yang dikenal di kalangan Ismaili sebagai Mawlana Hazar Imam) sebagai pemimpin spiritual yang ke 49 dan mempunyai keturunan langsung dengan Nabi Muhammad Saw. 88 Yang paling unik menurut Agustinus adalah tata cara salat Ismaili yang berbeda dengan umat muslim lainnya. “Khusid duduk bertumpu lutut di sudut ruangan. Mulutnya komat-kamit, melantunkan lagu merdu. Suaranya lembut, mengalun, lalu meninggi. Nada-nada mengisi ruang hening. Kedua tangannya dikatupkan di depan dada, seperti orang 86 “His Highness Aga Khan,” artikel diakses pada 20 Februari 2013 dari http://www.theismaili.org/cms/14/The-Aga-Khan 87 Agustinus Wibowo, Garis Batas:Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 59. 88 “The Ismaili Community,” artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari http://www.theismaili.org/cms/760/About-Us 66 menghaturkan sembah, diayunkan ke kiri dan kanan. Baru pertama kali saya melihat orang Ismaili mendirikan salat. Sungguh berbeda dengan umat Muslim kebanyakan. Seluruh ritual hanya dilakukan dalam posisi duduk, dengan lantunan doa-doa yang begitu asing di telinga. Ritual sembah yang kata Khurshid disebut sebagai imam didar-penghormatan kepada imam, terdengar begitu menghanyutkan. Umat Ismaili tidak pergi ke masjid. Mereka beribadah di jemaatkhana, yang artinya rumah para jemaat. Tetapi zaman Uni Soviet dulu, semua aktivitas ibadah dilarang, umat Ismaili tidak punya jemaatkhana. Ibadah jumat biasanya dilakukan berjamaah, bergiliran di rumah umat. Komunisme tidak membunuh kepercayaan ini. walaupun umat Ismaili Tajikistan terlihat santai soal agama, tetapi masih ada orang yang rajin menunaikan salat seperti Khurshid. Pemuka agama di desa pun masih menempati posisi yang dimuliakan.”89 Dalam aspek proses komunikasi antarbudaya disebutkan bahwa pemahaman merupakan sesuatu yang harus dilakukan ketika bertemu dengan budaya lain.90 Walau Agustinus bukan seorang muslim, tetapi Agustinus merasa heran dengan tata cara salat umat Ismaili yang berbeda seperti apa yang ia lihat pada muslim umumnya. Tetapi Agustinus memahami bahwa tidak ada yang salah dalam ritual keagamaan selama seseorang menyakini hal tersebut. Agustinus malah kagum bahwa masih banyak umat Ismaili yang menjalankan ibadah salat dan pemimpin agama masih menjadi orang yang dimuliakan atau dihormati dalam masyarakat. Selain kepercayaan yang dijalankan oleh umat Ismaili di Tajikistan, masyarakat Tajikistan juga mempunyai tempat pemandian air panas terkenal. Tempat pemandian ini adalah tempat yang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Pasangan yang belum mendapat keturunan, dipercaya akan segera mendapat keturunan jika mandi di sini. 89 90 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 73. Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 176. 67 “Di puncak bukit, masih mendaki bukit lagi dari bukit Yamchun, ada pemandian air panas terkenal. Penduduk menyebutnya Cheshma Bibi Fatima, artinya Mata Air Fatima. Bibi Fatima adalah putri Nabi Muhammad, termasuk lima tokoh penting dalam ajaran Syiah dan Ismaili. Bibi Fatima di sini terdeskripsikan oleh perpaduan warna tebing mata air yang unik-hijau, biru, putih, dan hitam-meliuk-liuk guratnya, persis seperti wujud Rahim perempuan. Airnya jernih kehijauan. Penduduk percaya, siapa yang mandi di sini akan segera mendapat keturunan.”91 Tetapi sayangnya, Agustinus tidak menjelaskan kesaksian dari orang-orang yang benar mendapatkan keturunan setelah pulang dari tempat itu. Padahal menarik untuk dituliskan lebih lanjut mengenai tempat pemandian tersebut. Selain hal tersebut seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya ritual kegiatan ibadah terasa sangat longgar di Tajikistan. Tetapi anehnya menurut Agustinus, Tajikistan tetap menjadi negara yang paling religius dibandingkan dengan-negara Stan lainnya. Ini disebabkan oleh komunisme yang pernah hadir di sini sehinggaorang-orang juga sudah tidak terlalu ketat menjalankan ibadah. Muslim yang benar-benar berpuasa di Ramadhan bahkan tak sampai enam puluh persen jumlahnya, menurut Agustinus. Beberapa orang percaya bahwa puasa hanya dilaksanakan selama 9 hari tidak sebulan penuh seperti yang aturan Islam dalam puasa Ramadhan. ”Ibu mertuaku puasa, istriku puasa, anakku juga puasa-jadi aku tidak usah puasa,” kata Bakhtiyor. Kalau aku ikut puasa siapa yang kerja mencari uang? Tuhan pasti bisa mengerti keadaan kami.” Puasa Sembilan hari saja di bulan Ramadhan sudah cukup, tambahnya. Tiga hari di awal, tiga di tengah, tiga di akhir. Itu pun masih bisa dihitung patungan bersama anggota keluarga yang lain. Kalau ibu dan istrinya sudah puasa masing-masing tiga hari, maka bagiannya cukup tiga hari saja.”92 Mungkin hal tersebut adalah hal yang aneh bagi Agustinus, setahu pengetahuannya ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah sebulan penuh. Meskipun ia heran dengan penjelasan sang supir tetapi Agustinus berusaha respek terhadap orang 91 92 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h.68. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 50. 68 tersebut. Ajaran Islam seperti puasa di bulan Ramadhan, larangan minum alkohol, dan hari raya Idul Fitri di Tajikistan memang sering berlalu begitu saja tanpa makna dan kemeriahan. Hidup di bawah bayang-bayang Komunis selama 74 tahun memaksa mereka tercerabut dari akar ajaran Islam. Mengembalikan Islam seperti dahulu kala sungguh tidak mudah. Akhirnya, ini berdampak pada Hari Raya Idul Fitri di Tajikistan yang hanya seperti hari libur biasa. “Ya ampun…! Bagaimana mungkin saya bisa lupa Hari Raya sepenting ini, hari dimana saudara-saudara sebangsa saya larut dalam perayaan akbar? Tetapi, di bulan Ramadhan di sini benar-benar tak ada bedanya dengan bulan biasa. Di Dushanbe dan Istaravshan, kebanyakan orang tidak berpuasa. Tetapi, di kalangan umat Ismaili sini, nyaris tak ada yang puasa sama sekali. Bagi Aliboy, Idul Fitri tak lebih dari hari libur dimana ia bisa pergi membasuh tubuh di pemandian air panas bibi Fatima. Tak ada perayaan. Tak ada takbir. Ini adalah hari kemenangan yang dirayakan di akhir bulan suci yang tanpa haus dan dahaga.”93 Awalnya Agustinus kaget melihat wajah Islam yang begitu berbeda seperti yang ada di Indonesia, tetapi ia terus melakukan pemahaman bahwa hal tersebut terjadi karena banyak faktor salah satunya adalah akibat Uni Soviet melarang semua aktivitas agama saat mereka masih bernama Uni Soviet. 1. Nilai Nilai adalah keyakinan yang dilakukan dalam hidup karena hal tersebut dianggap pantas, baik atau benar sehingga menjadi suatu budaya.94Konsep memuliakan tamu yang ada dalam Islam, menjadi nilai-nilai luhur dijalankan dengan baik oleh masyarakat Tajikistan. 93 94 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 69-70. Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 165. 69 “Islom, namanya berarti “Islam”, pria empat puluh tahunan bertubuh tambun dengan topi hitam bersudut empat yang bertengger di kepala, mengundang saya berbuka puasa bersama di suatu hari. Iftar-berbukapuasa- kata Islom adalah bagian penting dari kultur Tajik. Bukan Cuma berbuka untuk diri sendiri, iftarakan lebih bernilai jika berbagi makanan dengan musafir. “Ini adalah adat turun-menurun,” kata Islom.”95 Meskipun Agustinus menganut agama yang berbeda dengan masyarakat Tajikistan yang notabene beragama Islam, ia tetap dihargai dan diperlakukan sangat baik. Bahkan, sekte Ismaili menganggap bahwa tamu adalah anugerah dari Tuhan. Dan, memperlakukan tamu dengan baik sama dengan ibadah haji bagi mereka. “Namun kegelapan sama sekali tidak mengurangi semangat keluarga Aliboy dalam menyambut tamu. “Kami umat Ismaili tidak pergi ke Mekkah untuk naik haji,” tutur Aliboy, “Pemimpin agama kami, Yang Mulia Aga Khan, mengatakan, bahwa menyediakan tempat tinggal dan makanan bagi seorang musafir yang membutuhkan bantuan adalah ibadah haji kami. Selain itu bukankah lebih baik jika uang untuk naik haji itu digunakan untuk menolong orang atau memajukan komunitas?” Penganut Ismaili percaya, menolong musafir wajib hukumnya, sekalipun dapur tak lagi mengepul. Konsep tamu, mehman, mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat pegunungan ini. tak ada yang menandingi kebanggaan dan kebahagiaan untuk bersikap hormat dan melayani tamu, karena tamu adalah anugerah Tuhan.”96 Setiap tamu yang datang akan diberikan makanan roti. Makanan khas negara Tajikistan dan negara Stan lainnya adalah roti nan, tetapi roti ternyata tidak hanya menjadi makanan semata tetapi juga sebagai lambang penghormatan. Bahkan di Uzbekistan roti tidak boleh ditaruh di sembarang tempat. Sebelum melanjutkan perjalanannya ke tempat lain Agustinus diberikan bekal roti oleh salah satu keluarga di Tajikistan yang memberikannya tumpangan menginap. “Saya hanya tamu yang singgah semalam di rumah Khurshid, tetapi saya sudah seperti bagian dari rumah itu. Ketika saya pergi meninggalkan desa, ibunya memaksa 95 96 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h.43. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 64-65. 70 saya membawa roti nan buatan tangannya. Roti bukan hanya sekedar makanan tetapi juga barang suci yang harus dihormati. Nan bagi musafir adalah lambing cinta dan penghormatan terdalam.”97 Nilai yang masih dilestarikan keluarga di Tajikistan salah satunya adalah dalam menyambut tamu, budaya ini yang paling banyak Agustinus ceritakan dalam bukunya tersebut. Meski hidup dalam kesederhanaan tetapi saat menjamu tamu keluarga di Tajikistan memberikan hal yang terbaik. Ini yang membuat Agustinus menjadi respek terhadap ikatan kekeluargaan di Tajikistan. 2. Norma Norma adalah aturan informal yang berlaku di dalam masyarakat. 98 Aturan-aturan tersebut secara langsung mempengaruhi pribadi yang terikat dengan norma tersebut. Setiap masyarakat pasti mempunyai norma yang berlaku di lingkungannya meski norma seringkali terbentuk secara tidak tertulis. Norma diajarkan oleh anggota budaya atau keluarga dan dijalankan untuk membatasi sikap atau perilaku masyarakat. Ada beberapa norma yang Agustinus tulis dalam bukunya salah satunya adalah cara makan. Seperti kebanyakan norma di negara Asia lainnya yang masih memegang erat kekeluargaan, tradisi makan di Tajikistan pun harus bersama dengan dengan anggota keluarga lainnya secara sederhana. “Seperti halnya di Afghanistan, orang Tajik juga makan dengan bersila tanah. Tikar yang terbuat dari kain atau plastik berfungsi sebagai meja makan. Roti Tajik berbentuk bulat gepeng dan tebal, terhidang di atas tikar.”99 97 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 76. Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 165-166. 99 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 62. 98 71 Keluarga berada dalam tingkat pertama kita belajar tradisi dan budaya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti di Indonesia yang ikatan kekeluargaannya masih kuat,norma keluarga juga masih dipegang erat oleh masyarakat Tajikistan. Norma keluarga di Tajikistan adalah orang yang sudah menikah akan tetap tinggal bersama keluarganya. Peraturan lainnya ialah bayi pertama harus dilahirkan di keluarga ibu. “Di ruangan ini juga tinggal adik perempuan Alisher yang datang dari desa lain. Wanita muda ini menikah dengan laki-laki asal desa Sheghnon, dekat Khorog. Menurut adat Sheghnon, bayi pertama harus dilahirkan di keluarga ibu.”100 Sementara itu, jika ada jamuan makan malam untuk tamu maka yang diperbolehkan menemani tamu di meja makan hanyalah lelaki dewasa dan anak tertua. Sementara kaum perempuan makan di belakang atau di dapur. Mengingatkan kita akan kultur feodal di Jawa pada zaman dahulu, di mana perempuan hanya boleh berada di rumah dan bekerja di dapur tanpa mempunyai kekuasaan apapun untuk bertindak. Perempuan harus patuh terhadap lelaki. Bedanya, di Tajikistan perlakuan seperti itu hanya ketika ada tamu yang sedang berkunjung. “Saya disambut makan malam yang lezat. Khurshid dan ayahnya yang sudah uzur duduk bersama saya di meja utama, sementara kaum perempuan: ibu, istri, adik ipar, semua bersantap di belakang, di dekat tungku dapur. Saya teringat konsep Jawa Feodal, perempuan adalah konco wingking, teman di belakang. Apakah sekte Ismaili mengajarkan hal itu? “Oh, bukan,” kilah Khurshid, “Ini tradisi kami saat tamu berkunjung. Hanya lelaki dewasa dan anak tertua yang boleh makan bersama tamu.”101 100 101 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 62. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 72-73. 72 Dari norma yang dilihat Agustinus Wibowo di Tajikistan semuanya tentang aturan informal yang mengikat keluarga. Norma di Tajik masih seperti budaya dalam kultur yang masih memegang teguhnya adat dalam kekeluargaan. 3. Bahasa Bahasa terkadang mencerminkan hegemoni suatu negara. Makin besar dan digdaya suatu negara, semakin banyak pula orang-orang yang berlomba untuk mempelajari bahasa tersebut. Contohnya, bahasa Inggris menjadi bahasa pergaulan internasional seperti sekarang karena mewariskan bahasanya di negara jajahannya, bahasa Inggris kemudian makin meluas akibat penguasaan teknologi.102Bahasa Jepang menyebar karena manga, dan sekarang bahasa Korea makin diminati akibat meledaknya musik K-pop di seluruh dunia. Rusia yang dulu sempat menjadi penguasa dunia dengan Amerika Serikat, juga mewariskan bahasanya dan huruf Sirilik-nya terhadap negara-negara jajahannya. Sejak komunis masuk ke dalam negara-negara Stan, simbol-simbol Islam dihapus termasuk bahasa Arab yang kemudian diganti dengan huruf Sirilik. “Bahasa Tajik juga mengingsut. Bila dahulu bahasa Persia adalah bahasa kaum beradab di Asia Tengah, lingua franca bagi imperium yang berjalan tiga ribuan tahun, nasibnya kini menjadi hanya menjadi bahasa lokal yang dipakai di republik tak terkenal, ditulis dengan huruf Sirilik, dicabut dari akar sejarah masa lalunya. Bahasa Tajik yang terputus dari Iran dan Afghanistan, nyaris tak berubah sejak seabad silam. Orang Tajik sudah kesulitan membaca tulisan Arab, alphabet yang dipandang berbahaya oleh pemimpin Uni Soviet karena berhubungan dengan Islam.”103 102 “Beberapa Alasan Mengapa Bahasa Inggris Menjadi Bahasa Internasional,” artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari: http://pascapbi.uad.ac.id/beberapa-alasan-mengapa-bahasa-inggris-menjadibahasa-international/ 103 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 22. 73 Menurut Agustinus di antara Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan; Tajikistan adalah negara yang tidak menggunakan bahasa Rusia tetapi menggunakan bahasa Persia yang ditulis dengan huruf Sirilik. “Bahasa Tajik. Bahasa Parsi itu bahasa Tajik juga. Kalau di Iran disebut bahasa Parsi, di Afghanistan disebut Dari, di Tajikistan disebut Tajik. Masingmasing ada perbedaanya sedikit tetapi itu bahasa yang sama, tetapi bahasa Persia di Tajik jauh lebih kuno, lebih tradisional, tetapi mereka menggunakan huruf Sirilik; huruf Rusia tetapi masih bahasa yang sama. Kalau di Iran dan Afghanistan bahasa Parsi ditulis menggunakan huruf Arab.”104 Penggunaan bahasa selalu mencerminkan pandangan budaya dari identitas pribadi.105 Begitu pula yang terjadi di Tajikistan. Ketika masyarakatnya masih mempertahankan bahasa Persia dalam percakapan sehari-hari hal ini ikut mewariskan kultur puisi yang terbawa dari budaya Persia. Masyarakat Tajikistan hingga kini masih menggunakan puisi untuk menyanjung seseorang, menyambut tamu, dan sebagainya. Dari keterangan Agustinus, kultur puisi di sana sangatlah kuat. “Jadi, di satu sisi yang saya tetap respek dengan budaya Tajikistan karena mereka banyak terpengaruh oleh budaya Persia, sebagaimana seperti di Afghanistan dan Iran mereka sangat kuat dalam hal berpuisi. Jika mereka bertemu dengan orang, seringkali mereka memberikan puisi-puisi kuno, mereka sering menyatir puisi pujangga-pujangga kuno dan itu orang Tajik sering bertanya kepada saya “Mana puisi dari Indonesia?” yang mereka sudah buat dari ribuan tahun lalu, orang-orang di rumah berpuisi. Kultur puisi sangat kuat disini.”106 104 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 21-22. Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 167. 106 Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo, Bandung, 7 November 2013. 105 74 Penjelasan akan bahasa tersebut membuat kita tahu bahwa Tajikistan tidak mewarisi bahasa yang dibawaoleh Uni Soviet, tetapi mereka mewariskan huruf sirilik yang menggantikan tulisan Arab. B. Kirgizstan Negara Kirgizstan awalnya adalah bangsa penggembala yang hidup di padangpadang. Ketika Uni Soviet datang bangsa penggembala ini diberi nama Kirgiz sesuai suku yang mendiami padang-padang tersebut. 1. Kepercayaan/keyakinan Kirgizstan adalah bangsa penggembala yang hidup di padang-padang,107 berbatasan dekat dengan China dan Tajikistan,108 negara ini sama dengan Tajikistan yang dikelilingi oleh pegunungan. Budaya di Kirgizstan mempercayai bahwa Nabi Sulaiman pernah bertakhta di gunung yang berada di negara mereka hingga gunung tersebut dinamakan Sulaeman Too. Bahkan, mereka juga menyebutkan dan percaya bahwa Nabi Muhammad pernah datang ke gunung ini tersebut untuk mendirikan salat. “Osh modern berdenyut di bawah naungan bukit raksasa Sulaiman Too, yang artinya Gunung Sulaiman. Orang Tajik menyebutnya Takht-e-Sulaiman, alias Takhta Sulaiman. Mereka menganggap Raja Solomo atau Nabi Sulaiman pernah bertakhta di 107 “Kyrgyzstan,” artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari http://www.infoplease.com/country/kyrgyzstan.html 108 “Kyrgyzstan: Facts and History,” artikel diakses pada 20 Februari 2014 darihttp://asianhistory.about.com/od/kyrgyzstan/p/kyrgyzstanprof.htm 75 sini, dan dari puncak gunung inilah sang Raja memandangi kota kuno Osh. Mereka percaya Nabi Muhammad pernah datang ke gunung ini dan mendirikan salat.”109 Benar atau tidak kepercayaan ini belum bisa dibuktikan. Namun, tempat ini selalu menjadi tempat ziarah umat Muslim di Kirgizstan. Masyarakat di Kirgizstan sepertinya begitu antusias menemukan jati diri mereka tentang Islam serta menikmati kebebasan beribadah dan berziarah setelah sekian lama agama dikekang oleh rezim komunis Uni Soviet. Islam kemudian perlahan mulai kembali di tengah-tengah masyarakat walau banyak di antara mereka yang tidak paham tentang ajaran Islam itu sendiri. Di Asia tengah, sufisme tumbuh dengan subur, Islam dapat berpadu harmonis dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat setempat, dan makam atau ziarah adalah bagian penting dalam tradisi tersebut. Jika di Tajikistan menjamu tamu dengan baik adalah ibadah haji bagi kaum Ismaili, di Kirgizstan mereka percaya jika mengunjungi tiga kali Gunung Sulaiman setara dengan pergi haji ke Mekah. “Mereka percaya tiga kali berziarah di Sulaiman Too setara dengan sekali pergi ke Mekkah. Dulu, orang-orang harus sembunyi-sembunyi untuk sembahyang di gunung ini kalau tidak ingin ditangkap serdadu komunis dan dikirim ke kamp kerja paksa. Sekarang, ibu-ibu berkerudung bebas menangis tersedu-sedu di hadapan gua kecil di lereng bukit, sambil menggendong anak-anak mereka yang cacat atau sakit parah, berharap turunnya mukjizat kesembuhan.”110 Budaya memainkan suatu peranan penting dalam pembentukan kepercayaan. Dalam komunikasi antarbudaya tidak ada hal yang benar atau hal yang salah sejauh hal-hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan.111 2. Nilai 109 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 143. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 144. 111 Jalaludin Rakhmat,Komunikasi Antarbudaya, h.26 110 76 Nilai-nilai budaya biasanya berasal dari isu-isu filosofis lebih besar yang merupakan bagian dari suatu mileu budaya. Nilai-nilai ini umumnya normatif dalam arti bahwa nilai-nilai tersebut menjadi rujukan seorang anggota tentang apa yang baik dan buruk, yang benar dan yang salah, yang positif dan negatif, dan sebagainya. Nilai-nilai dalam suatu budaya menampakkan diri dalam perilaku para anggota budaya yang dituntut oleh budaya tersebut. Dalam hal ini nilai yang ada di Kirgizstan di antaranya adalah bahwa ikatan keluarga di sana masih sangat penting. Kemudian, tamu juga menjadi bagian penting dalam nilai. “Keluarga ini masih memegang teguh tradisi Dungan. Anak yang sudah menikah masih tinggal bersama orangtua. Ikatan keluarga sangat penting dan anak harus bertanggung jawab untuk hari tua ayah-bunda. Mereka juga kebanyakan hanya menikah dengan sesama Dungan, atau paling banter dengan Kazakh dan Kirgiz yang seagama. Makan malam tiba, istri Muhammad menyajikan masakan yang aromanya sampai membuat perut saya langsung bernyanyi. “Makanlah, jangan sungkan anggap ini rumahmu sendiri,” kata Muhammad yang berkopiah itu sambil menggendong cucunya. Saya terkesima menghadapi meja makan, makanan Dungan seolah membawa saya terbang ke Tiongkok.”112 Dungan adalah etnis minoritas di Kirgizstan dan dekat dengan daerah China. Dalam buku ini dijelaskan bahwa Dungan adalah bangsa pelarian dari China yang melarikan diri dari kejaran Kaisar dan akhirnya menetap di Kirgiz. Maka, wajar jika nilai di tradisi Dungan sama dengan tradisi yang ada di China, karena hal ini masih dijaga hingga ke generasi selanjutnya. 3. Norma Norma adalah aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang boleh atau tidak boleh dilakukan dalam 112 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 122. 77 bermasyarakat. Masyarakat Kirgizstan seperti pada umumnya masyarakat di Indonesia mempunyai tradisi datang ke makam untuk ziarah. Tetapi norma di sana ternyata tidak memperbolehkan orang asing untuk mendekati makam. “Dari kejauhan kuburan Kirgiz tampak begitu indah, seperti kota kecil. Bukan hanya sekedar liang lahat dengan batu nisan, makam di sini dihias menara, kubah, dan tembok berukir. Bayangkan kalau ratusan makam bertebar tak beraturan, masingmasing dengan dekorasi itu. Dari puncak Sulaiman, makam di kaki bukit ini kelihatan bak kota kuno zaman jalur sutra. Tetapi penduduk tak mengizinkan saya mendekat. Itu tabu, kata mereka. Bukan tempat orang asing berwisata.”113 Budaya berziarah ke makam biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu seperti harai raya. Persis seperti budaya yang ada di Indonesia. Sementara itu, ada aturan yang sedikit unik dalam masyarakat Kirgiz. Normalnya, jika kita naik kendaraan umum kita akan mendahulukan tempat untuk orang tua, ibu hamil, dan penderita cacat. Tetapi di Kirgiz, jika naik kendaraan umum kita bisa menitipkan barang kepada orang yang duduk bahkan bayi bisa dititipkan. “Tetapi setidaknya, orang Kirgiz tetap punya kehangatan khas bangsa Timur. Kendaraan umum Bishkek sangat kecil, berbentuk mirip bongkahan roti tawar. Tempat duduknya hanya 15 kursi, dan penumpang berdiri berdesak-desakan, harus membungkuk karena atap mobil yang rendah. Tetapi, aturan yang berlaku di sini, lelaki tak akan duduk jika ada perempuan yang berdiri. Apalagi kalau ada manula dan orang sakit. Bahkan, penumpang yang yang dapat tempat duduk pun sukarela membawakan barang bawaan penumpang yang berdiri, mulai dari tas kerja, laptop, barang berharga, bayi… Bruk… dititipkan begitu saja, tanpa ba-bi-bu, tanpa sepotong senyum, paling juga sepotong ucapan terima kasih. Saya sulit membayangkan menitipkan bayi ke sesama penumpang bus di Indonesia.”114 Seperti kultur Asia yang umumnya sangat menghormati para orangtua, begitu pula di Kirgiz. Orang yang jauh lebih tua umurnya dianggap sebagai orang yang paling utama. Ia dianggap telah mengalami banyak pengalaman hidup. Sehingga 113 114 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 144. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 184-185. 78 pendapatnya tentang sesuatu hal sangat penting dan menjadi bahan pertimbangan dalam suatu keluarga saat ingin mengambil keputusan. Ini berbeda dengan budaya Barat yang mengagung-agungkan semangat masa muda.115 “Kakek Moken sudah teramat renta, umurnya berkepala delapan, tapi masih tampak sangat sehat. Jenggotnya putih, panjang, hanya sejumput. Topi bulu hitamnya membumbung tinggi. Ini pastilah tipe aksakal yang paling akurat. Bangsa Asia Tengah sangat menghormati orang lanjut usia. Orang Kirgiz menyebut mereka aksakal-sang jenggot putih, dan orang Tajik musafid- sang rambut putih. Apa pun yang keluar dari mulut aksakal tidak boleh dibantah. Mereka selalu mendapat tempat paling terhormat di ruangan. Mereka harus mendapat makanan terlebih dulu, dan harus yang paling lezat, misalnya kepala domba dan bongkahan lemak padat dari pantat hewan itu. Aksakal juga mempunyai hak veto dalam pengambilan keputusan keluarga.”116 4. Bahasa Bahasa merupakan sistem lambang yang digunakan suatu masyarakat untuk berkomunikasi. Setiap negara mempunyai bahasa yang berbeda-beda. Diperkirakan ada sekitar 7.000 bahasa di dunia.117 Di Indonesia yang masyarakatnya beragam saja setiap daerah mempunyai bahasa sendiri-sendiri. Dengan banyaknya bahasa, maka diperlukanlah suatu bahasa sebagai bahasa internasional yaitu bahasa Inggris. Biasanya, penyebaran bahasa terjadi karena penaklukan dan penjajahan suatu negara sehingga mereka menanamkan kebudayaan mereka dan mewariskan bahasa mereka ke penduduk setempat di daerah jajahannya. Di Indonesia, menguasai bahasa Inggris dianggap sebagai kaum terpelajar dan terlihat lebih intelek. Apalagi jika bisa menguasai banyak bahasa. Anggapan itu bisa 115 Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 187-188. 117 Michael Backman, Asia Future Shock: Business Crisis and Opportunity in The Coming Years, h. 111. 116 79 dianggap benar karena ilmu pengetahuan sekarang datang dari Barat dan ditulis dalam bahasa Inggris. Sisi negatifnya seringkali menggunakan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari dianggap tidak nasionalis. Begitu pula yang terjadi pada Uni Soviet, meski negara ini telah pecah tetapi bahasa Rusia masih digunakan di negara-negara bekas pecahannya. Tetapi hal itu tidak berlaku di Kirgizstan. Setelah merdeka salah satu kebijakan pemerintahnya adalah menghapuskan bahasa Rusia. Meskipun sampai sekarang hal tersebut mustahil untuk diwujudkan. Menggunakan bahasa mereka Kirgiz dianggap lebih berpendidikan. “Di antara negara-negara baru yang berkoar tentang nasionalisme, Kirgizstan masih sulit melepaskan diri dari masa lalunya di bawah Uni Soviet. Di ibu kota negeri ini, bahasa nasional Kirgiz nyaris tak terdengar. Semua orang-termasuk bangsa Kirgizbicara bahasa Rusia, yang bagi mereka terdengar lebih intelek daripada bertutur dalam bahasa kaum nomad. Nasionalisme kebangsaan di Kirgizstan pun menggebu ketika mereka memutuskan mengangkat kembali bahasa Kirgiz. Pemerintah mewajibkan bahasa Kirgiz di sekolah dan tempak kerja. Mereka yang tak bisa bahasa Kirgiz-kebanyakan orang Rusia dan bangsa minoritas lainnya-harus kehilangan pekerjaan. Bukankah bahasa nasional adalah bagian dari simbol-simbol yang harus dibela?”118 C. Kazakhstan Saat mengunjungi Tajikistan, Kirgistan, Agustinus terlalu banyak menggali sisi muram dan buram di negara-negara tersebut. Cerita tentang kemiskinan, harga-harga yang mahal, dan korupsi lebih banyak dikupas oleh Agustinus. Tetapi ketika di Kazakhstan, Agustinus menemukan sisi lain bahwa ternyata ada juga negara Stan 118 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 177-178. 80 yang setelah lepas dari Rusia menjadi sangat kaya. Ini adalah Kazakhstan. Selain negara yang paling luas diantara Stan lainnya, Kazak juga yang paling kaya. Kekayaan ini hasil dari cadangan minyaknya yang sangat melimpah. Bahkan Agustinus mengatakan bahwa banyak sekali orang-orang kaya yang bermunculan di Kazak, persis seperti apa yang terjadi di negara Dubai belakangan ini. 1. Keyakinan Menurut tradisi, Kazakh adalah Muslim Sunni dari sekolah Hanafi. Kazakh mengadopsi Islam secara bertahap, dengan konversi yang selesai pada awal abad ke19. Masyarakat Slavia Kazakhstan secara tradisional menganut Kristen Ortodoks, dan Gereja Ortodoks Rusia adalah denominasi Kristen terbesar di republik ini.119saat di Kazakhstan Agustinus bertemu dan tinggal di rumah seorang penduduk setempat yang menganut salah satu sekte Kristen. Ia masih memegang ajarannya dengan teguh, salah satunya adalah tidak menonton TV. “Keluarga kami sangat religius, karena itu kami tidak menonton TV. Jadi maaf kami tidak menyediakan TV,” kata Lyubova. Saya baru tahu ada sekte Kristen yang melarang umatnya menonton TV. Saya sangat puas dengan rumah Lyubova yang nyaman, Pasha justru sebaliknya. “Aku tidak pernah lihat rumah sesederhana dan seburuk ini.”120 Selain sekte Kristen, penduduk Muslim masih menjadi mayoritas di negeri ini. Kultur Islam di Kazakhstan juga dekat dengan sufisme. Hal ini membuat banyaknya pemimpin sufi yang sangat dihargai di sini. Di Kazakhstan aliran sufi yang terkenal adalah Tarekat Suwi Yasawiya yang dikenal sebagai aliran sufi yang paling 119 “Religions In Kazakhstan,” artikel diakses pada 7 Januari 2014 dari http://www.kazakhstan.orexca.com/religions_kazakhstan.shtml 120 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 257. 81 memperkenalkan unsur mistis shamanisme.121 Pendirinya ialah Khoja Ahmad Yasawiya yang makamnya menjadi pusat ziarah penting di Kazakhstan. Makam ini diberi nama Mausoleum Khoja Ahmad Yasawi yang dibangun pada tahun 1389 hingga 1405 oleh Amir Timur, pemimpin kekaisaran Timur. Saat ini mausoleum Khoja Ahmad menjadi salah satu situs peninggalan budaya yang dilindungi oleh UNESCO.122 Masyarakat Kazakhstan percaya bahwa tiga kali berziarah ke makam yang terletak di Turkistan ini sama dengan sekali naik haji ke Mekkah. ”Permata sejarah Kazakhstan” demikianlah Turkistan dikenal. Bekas ibu kota kesultanan Kazakh di abad ke-16 ini kini menarik ribuan muslim dari Asia tengah yang menjadikannya sebagai Mekkah kedua. Matahari menampakkan wajahnya ketika saya turun dari kereta stasiun di Turkistan. Langit biru kelam, berpadu dengan salju yang membungkus bumi. Makam suci Khoja Ahmad Yasawi semakin tampak berkilau megah di atas hamparan salju yang membentang. Inilah kebanggan Kazakhstan: sebuah kuburan pemimpin agama Islam yang terletak di tepian perbatasan Uzbekistan. Sang Khoja lahir di Turkistan, hampir seribu tahun lalu. Dia belajar Islam di Bukhara kemudian kembali ke Turkistan, menyebarkan ajaran sufisme di sini. Islam yang dianut bangsa Kazakh kental dengan pengaruh shamanisme. Makam sang Khoja kemudian menjadi pusat ziarah penting. Saking pentingnya sampai orang setempat percaya, tiga kali berziarah ke Turkistan sama dengan sekali naik haji ke Mekkah. Bangunan megah yang sekarang menaungi pemakaman Yasawi ini, dibangun lebih dari 200 tahun sesudah kematiannya. Sang pembangunnya adalah Amir Timur, atau Timur Leng, atau Timur si Pincang, raja besar Asia Tengah yang sekarang dipuja sebagai pahlawan besar di Uzbekistan.”123 2. Nilai Agustinus tidak banyak membahas tentang nilai-nilai yang ada di Kazakh. Ia lebih banyak bercerita betapa berbedanya Kazakh dengan negara Stan yang telah ia kunjungi seperti Tajik, Kirgiz dan Uzbek. Jika di ketiga negara itu Agustinus 121 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 296. “Nomadic Sacred Site Mausoleum Khoja Ahmad Yasawi,” Unesco TV/NHK, liputan diakses pada 7 Januari 2014 darihttp://www.youtube.com/watch?v=3g6sDCPVqjI 123 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 296-297. 122 82 mendapatkan pengalaman yang mengesankan sebagai tamu, tetapi tidak dengan Kazakh. Menurutnya Kazakh terlalu “dingin” terhadap orang asing, tidak mempunyai keramahtamahan khas Asia Tengah. Kazakh juga menjadi negara Stan yang paling bebas. Kultur Islam sangat tidak terlihat bahkan vodka dan babi bisa sangat dijual bebas di pasar dan menjadi hidangan utama bagi masyarakat. Menurut Agustinus ini terkait dengan kultur nomad yang sangat melekat pada Kazakh. Bangsa Kazakh merupakan bangsa nomad yang tinggal di Asia Tengah. Kultur nomad adalah tidak bisa terikat pada suatu aturan. Kemudian, juga dapat dilihat dari sejarah masuknya Islam ke Kazakhstan. Berkembangnya Islam di Kazakh berkat para sufi. Sufi mengubah para pengembara di padang gembala menjadi muslim, sehingga suku-suku ini hanya menyerap gairah Islam, sebelum benar-benar memahami ajarannya.124 Secara umum, karena Kazakh adalah bangsa yang terakhir memeluk Islam di antara negara Stan lainnya, maka nilai-nilai Islam di sana merupakan yang paling longgar juga di antara negara-negara tetangga Stan lainnya. Baru belakangan ini Islam menggeliat kembali, ditandai dengan berdirinya beberapa masjid megah di Kota Almaty. Masjid ini didirikan dengan bantuan dari Arab Saudi dan Turki yang mengingatkan bagaimana seharusnya menjadi muslim yang benar. 124 Ansari Tamim, Dari Puncak Baghdad, h. 283. 83 3. Norma Meski menjadi bagian dari negara Muslim yang tidak tidak terlalu terikat dengan aturan Islam, tetapi di sana tanda-tanda akan kebanggaan sebagai seorang Muslim mulai bangkit kembali. Dimulai dengan banyaknya masyarakat yang mengoleksi liontin dengan simbol bertuliskan Allah dan Muhammad dalam bahasa Arab. Meskipun kata Agustinus ketika ditanya apa arti tulisan tersebut mereka tidak tahu dan tidak bisa membacanya. Tulisan Arab bagi mereka hanya untuk menyatakan identitas sebagai Muslim. Walau Islam belum begitu mengakar di masyarakat, salah seorang pemuda setempat yang diminta Agustinus untuk berfoto di depan Gereja Katedral, menolak secara halus. Menurutnya tidak pantas sebagai Muslim untuk berfoto di depan rumah ibadah agama lain. “Anak-anak muda mengoleksi liontin bertuliskan huruf Allah dan Muhammad, walaupun tidak tahu bagaimana membacanya. Tulisan Arab hanya untuk menyatakan jati diri sebagai Muslim. Seminggu terakhir, saya hanya melihat satu gadis berjilbab di tengah metropolis Almaty. Beberapa pemusik muda Kazakh yang saya temui menolak keras difoto di depan katedral Zenkov, gereja kuno Kristen Ortodoks yang menjadi ikon Almaty. “Gedung ini bukan punya agama kami,” kilah seorang dari mereka.”125 Ada yang menarik dalam temuan Agustinus saat berkeliling di Kazakhstan. Meski mereka tidak mau difoto di depan gereja yang menurut mereka tidak pantas karena merupakan tempat ibadah agama lain, pohon natal di sana bukan dianggap sebagai simbol dari agama Kristen. Menurut mereka pohon natal adalah pohon tahun baru yang selalu menghiasi rumah mereka menjelang acara tahun baru. Bahkan, 125 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 291. 84 mereka marah jika pohon cemara tersebut dibilang sebagai pohon natal, padahal tidak ada bedanya. Menurut Agustinus ini merupakan salah satu peninggalan budaya dari Rusia. “Kelap-kelip jalan raya Almaty sungguh kontras dengan suramnya Kazkontrakt. Di depan gedung parlemen yang bentuknya balok kotak memanjang-khas arsitektur Soviet, kesempurnaan bentuk balok dan kubus seperti desain lego anak kecil yang agak rendah tingkat kreativitasnya-sebuah pohon natal raksasa menjulang tinggi di pinggir jalan raya, music, pop, disko, dan tekno Rusia diputar keras-keras, memekakkan telinga. Warga kota datang berduyun-duyun, berdansa di bawah guyuran salju yang mencurah seperti es serut. “Ini bukan pohon natal!” tukas pemuda Kazakh, “Ini pohon tahun baru!” Kolya pemuda kurus ini adalah pembuat roti. Seperti saya yang terdera mahalnya Almaty, Kolya pun hidup pas-pasan, dengan gajinya yang sekitar 350 dolar sebulan itu katanya sama sekali tidak ada artinya di kota ini. saya memandang kembali ke “pohon tahun baru”. Ada pernak-pernik boneka sinterklas. Ada bintang besar di puncaknya. Setelah dua ratusan tahun Rusia bercokol di padang rumput Kazakhstan, bangsa nomad pun ikut merayakan tahun baru. Kultur asing, seperti bahasa Rusia yang juga asing, sudah mengalir bersama darah Kazakh mereka sekarang. Sudah jadi bagian identitas. Tetapi Kolya masih punya identitas lain.”126 Dongeng Santa Klaus juga menjadi budaya mereka tetapi bukan sebagai simbol dari agama Kristen. Mereka menganggapnya sebagai Bapak Tahun Baru yang memberi mereka keceriaan saat pergantian tahun. 4. Bahasa Nasionalisme menjadi isu yang paling penting ketika Uni Soviet bubar. Terutama untuk negara-negara yang akhirnya memerdekakan diri dari jeratan Komunisme Uni Soviet. Salah satu isu nasionalisme yang paling kuat ialah penggunaan bahasa. Setiap negara Stan, ingin mengangkat kembali bahasa lokal mereka dan menjadikannya bahasa nasional. Menumbuhkan kembali bahasa lokal mereka yang telah tergusur 126 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 244-245. 85 oleh dominasi bahasa Rusia bukanlah perkara mudah. Peraturan telah dibuat untuk menggunakan bahasa Kazakh tetapi mereka tetap menggunakan bahasa Rusia dalam percakapan sehari-hari. Dan uniknya mereka bangga akan hal itu. “Di antara Stan-stan lain, Kazakhstan yang paling dekat dengan Rusia, baik secara geografis maupun kultural. Sejumlah besar penduduknya adalah etnis Rusia dan Eropa. Bangunannya, gaya hidup penduduknya, pola pikirnya, semua Rusia. Yang mengejutkan adalah bahkan antara sesame orang orang Kazakh pun mereka lebih nyaman berbicara bahasa Rusia. Banyak orang Kazakh yang tidak bisa bahasanya sendiri. Spanduk, iklan, papan baliho, semua bahasa Rusia. Bahasa nasional malah menjadi bahasa kelas dua, kalah dengan aura bahasa Rusia. Kolya alias Kabul di Almaty, dalam bahasa Rusia fasih, malah pernah berkata, “Orang Kazakh bisa bicara bahasa Rusia bahkan lebih bagus daripada orang Rusia sekalipun!” Herannya, dia bangga sekali dengan hal itu.”127 D. Uzbekistan Uzbekistan adalah negara yang terkenal saat jaman jalur sutra. Uzbeksitan terkenal di seluruh dunia dengan produksi kain sutranya. Masyarakat Uzbekistan kebanyakan menganut agama Islam, dan sisanya Kristen Orthodoks. Ada sekitar 15 kepercayaan atau agama yang diakui oleh pemerintah Uzbekistan. Diantaranya adalah: Islam, Protestan, Katolik, Yahudi, dan lainnya.128 1. Keyakinan/kepercayaan Keyakinan atau kepercayaan yang ada di masyarakat di mana pun biasanya selalu diceritakan secara turun temurun. Meskipun keakuratan berita kadang disangksikan. Ada suatu cerita yang berkembang di masyarakat Uzbekistan bahwa pernah ada seorang Yahudi yang menyamar sebagai ulama untuk menyesatkan 127 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 286. “Religion,” artikel ini diakses pada tanggal 5 Januari 2014 dari: http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000010 128 86 masyarakat. Memang bukan hal yang baru, tentang kecurigaan terhadap agama lain yang ingin menghancurkan Islam, misalnya dengan cara kristenisasi dan seperti yang terjadi di Uzbek ini. “Lelaki ini bernama Suhrat. Suhrat yang lain lagi, bukan Suhrat anak Sokhir si pengrajin sepatu. Dengan bahasa Inggris yang lancar ia berkisah. “Kamu lihat di Bukhara sekarang, masih ada peninggalan Yahudi. Di kota kuno, sinagoga Yahudi masih berdiri. Saya juga punya banyak teman Yahudi, tapi saya tidak pernah percaya mereka. Dulu, dulu sekali, ada ulama Muslim yang dipuja warga Bukhara. Tetapi, ulama ini mempunyai kebiasaan aneh, setiap habis bersalat, ia menyepak ujung sajadahnya. Semua pengikutnya bingung, tetapi turut pula kebiasaannya itu, menyepak ujung sajadah sesudah salat. Sampai pada suatu hari barulah terkuak rahasianya. Ternyata di balik sajadah itu ada tulisan Allah dan Muhammad. Astagfirullah… Ia menghinakan umat Muslim. Ia adalah rabi Yahudi, mata-mata yang mau mengajarkan kesesatan kepada Muslim!”129 Cerita ini berkembang di masyarakat Uzbek tanpa ditelusuri kebenerannya. Keyakinan atau kepercayaan yang telah hidup selama lama di masyarakat biasanya memang ditelan mentah-mentah dan dipercayai sebagai kebenaran yang absolut dan akhirnya membentuk pandangan yang buruk terhadap umat agama lain. Selain itu, sama halnya dengan di Indonesia, masyarakat Uzbek ternyata juga masih mempunyai kepercayaan yang agak berbau klenik. Seperti, bahwa mereka percaya mengitari pohon tiga kali di pemakaman Naqshabandi akan membawa nasib yang baik. Bahauddin Naqshabandi adalah seorang pendiri aliran Sufi Naqshabandi yang lahir di Bukhara kemudian menjadi sosok sufi yang terkenal di Asia Tengah.130Dan, sosoknya menjadi pahlawan nasional di Uzbekistan. Di dunia sepertinya memang ada semacam kecenderungan untuk mengkeramatkan makam-makam orang alim ulama atau orang yang dianggap suci seperti sufi atau kalau di Indonesia, wali songo. 129 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 340. “Memorial complex Bahauddin Naqshabandi,” artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari http://www.tourstouzbekistan.com/en/sights/bukhara/memorial-complex-bahouddin-naqshbandi.html 130 87 “Mungkin inilah yang menjadi karakter Islam di sini simple tapi misterius. Memasuki pemakaman Naqshbandi, kita harus melangkahkan kaki kiri terlebih dahulu. Di bagian pelataran ada pohon yang sudah tumbang. Konon, pohon ini hidup bersamaan dengan sang guru besar sehingga dikeramatkan. Nenek-nenek dari desa berbaris mengitari pohon batang pohon berlawanan arah jarum jam. Di satu sisinya, batang pohon membujur sangat rendah, hampir mencapai tanah, sehingga orang jongkok nyaris merayap. Mereka percaya, mengitari batang pohon ini tiga kali adalah seremoni wajib, akan membawa nasib baik.”131 Tidak perduli seberapa maju ilmu peradaban sekarang, tidak perduli orangorang makin pintar akan ilmu pengetahuan, tradisi dan budaya semacam hal tersebut tidak akan pernah hilang. Di Asia Tengah, ajaran sufi begitu kuat, agama berharmonisasi dengan budaya dan tradisi. Seperti yang Agustinus katakan, “Tidak jarang orang merancukan mana yang bagian dari budaya, dan mana yang merupakan bagian dari Islam itu sendiri.” 2. Nilai Di dua negara sebelumnya, kita telah mendapatkan gambaran bagaimana Tajikistan dan Kirgizstan menghormati para tamu atau musafir yang datang ke negaranya. Mereka sangat memuliakan tamu, ini merupakan kesamaan nilai yang dipunyai olah bangsa-bangsa Asia Tengah. Pun begitu juga dengan Uzbekistan. Bahkan menurut nilai mereka, tamu harus dihormati melebihi menghormati ayah kita. “Mungkin tidak lazim seorang gadis membawa laki-laki ke rumah,” saya mengutarakan kekhawatiran. Lembah Ferghana adalah lembah paling konservatif di seluruh Asia Tengah. Seorang gadis muda yang mengundang pria asing menginap di rumah tentu bukan sesuatu yang sedap dipandang tetangga. Saya masih teringat betapa ketatnya hubungan lelaki asing dengan perempuan di Afghanistan. “Tidak apa-apa,” katanya, „Keluarga kami sangat suka kedatangan tamu. Ayah dan ibu saya 131 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 348. 88 pasti senang sekali berjumpa dengan kamu.” Orang Uzbek bilang, hormatilah tamu melebihi engkau menghormati ayahmu.”132 Bahkan di tempat yang menurut Agustinus menjadi sangkar orang-orang konservatif yang sangat mengatur pria dan wanita pun masih memberikan penghormatan yang sangat dalam kepada tamu. Menghormati tamu merupakan bentuk penghargaan terhadap sesama, sekaligus menjalankan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Kebaikan terhadap para tamu ini harus selalu dilestarikan dan diwariskan terhadap generasi yang mendatang, agar keramahan khas Asia Tengah selalu terjaga dengan baik. 3. Norma Dalam menerima seorang tamu dari luar ternyata ada sambutan khas oleh masyarakat Uzbekistan seperti yang diceritakan Agustinus dalam bukunya. Saat Agustinus bertandang ke salah satu pernikahan penduduk setempat ini di daerah Ferghana ketika ia sampai di tempat maka ia langsung diperkenalkan ke semua orang yang hadir pada acara tersebut dan didoakan. Daerah Ferghana adalah salah satu kota yang paling religius menurut Agustinus. “Saya dibawa dari dipan ke dipan. Setiap perkenalan selalu dimulai dengan menengadahkan tangan bersama-sama, seorang pembaca doa berkomat kamit cepat. Setelah berputar-putar di ruangan tamu pria, saya dibawa ke pekarangan, ke bagian terlarang-khusus perempuan.”133 Salah satu keistimewaan Agustinus sebagai tamu yang berasal dari luar Uzbek, ia bisa melihat pengantin wanita dan masuk ke tempat di mana wanita itu 132 133 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 371. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 374. 89 sedang dipersiapkan untuk acara selanjutnya. Di daerah ini tempat pria dan wanita dipisahkan. Cara salam dalam menyambut tamu juga harus menangkupkan tangan di dada, sebagai penghormatan yang terdalam untuk tamu. Tata krama yang sangat sopan sekali terhadap orang yang baru dikenal. “Yakhshimisiz? Apa kabar?” sambungnya, sambil menyalami saya dan meletakkan tangan kirinya di atas dada, bahasa tubuh orang Uzbek melambangkan penghormatan yang sangat terdalam. Saya membalasnya dengan gerakan yang sama, setengah membungkuk, ”Rahmat. Terima kasih.”134 Selain menghormati tamu, orang Uzbek juga sangat menghormati makanan khas mereka yaitu roti. Bahkan untuk membungkus roti saja mereka menggunakan kain atlas buatan Uzbek yang terbuat dari sutra, yang tentunya harganya lebih mahal dari roti tersebut. “Saya terbelalak. Kain pembungkus roti itu adalah kain atlas! Dari sutra murni, berwarna-warni cerah dengan motif wajiknya yang khas. “Disini semua memang dari sutra,” kata Firuza bangga, “Ini khas Margilan, kota sutra. Tak perlu kaget, roti pun layak dibungkus dengan sutra.” Semester kain atlas buatan tangan harganya sekitar empat dolar, sayang juga kalau hanya diapaki untuk membungkus roti. Tetapi bagi orang Uzbek, roti adalah benda suci. Tidak boleh dibuang, ditaruh di tanah, atau diletakkan tengkurap. Roti adalah sumber kehidupan yang sangat dihormati.”135 Keheranan Agustinus saat melihat tradisi ini bisa sangat dimaklumi. Roti di Indonesia hanya dipandang sebagai makanan ringan saja bukan sebagai makanan utama. Nasi pun yang menjadi makanan utama bagi masyarakat Indonesia tidak ada penghormatan sedalam itu. Padahal menurut Agustinus alasan dibalik penghormatan masyarakat Uzbek terhadap roti sangatlah sederhana; “Sebagai sumber kehidupan tenaga manusia.” 134 135 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 372. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 373. 90 4. Bahasa Di bab Uzbekistan sayang sekali tidak ada penjelasan Agustinus tentang kendala bahasa, keunikan bahasa yang digunakan, atau bahasa yang ia pakai ketika mengunjungi Uzbekistan. Dari wawancara yang saya lakukan, menurutnya selain Tajikistan negara Stan lainnya menggunakan bahasa Rusia dalam percakapan seharihari. Ini juga berlaku di Uzbekistan. E. Turkmenistan Turkmenistan adalah negara yang paling tertutup di Asia Tengah. Mereka seolah menutup jarak dengan dunia luar. Ini dikarenakan sistem pemerintahannya yang sangat otoriter. Turkmenistan dipimpin oleh seorang presiden yang dikenal dengan nama Turkmenbashi yang artinya pemimpin hebat bagi Turkmen.136 1. Kepercayaan/Keyakinan Salah satu kediktatoran Turkmenbashi dalam memimpin bangsa Turkmen adalah dengan membuat sebuah buku yang ia wajibkan seluruh warga negara untuk membacanya. Buku tersebut dinamakan Ruhmana. Bahkan, isi buku ini menjadi ujian dalam tes pegawai negeri. Buku ini dibaca berbagai kalangan dari anak-anak hingga mahasiswa dan menjadi panduan hidup masyarakat Turkmen.137 Turkmenbashi juga mewajibkan setiap orang untuk menghayati dan mengamalkan apa saja yang ada di Ruhmana. Ruhmana menjadi jalan hidup dan jawaban akan segala hal. 136 Mary-jayne Mckay,“Turkmenbashi Everywhere,” artikel diakses pada 3 Maret 2014 dari http://www.cbsnews.com/news/turkmenbashi-everywhere/ 137 Mary-jayne Mckay,“Turkmenbashi Everywhere.” 91 “Turkmen adalah gemilangnya sejarah manusia, dan kini menapaki jalan kemakmuran yang dikagumi semua bangsa di muka bumi. Semuanya itu sudah termaktub dalan Ruhmana. “Bacalah Ruhmana, dankau akan tahu segala hal tentang Turkmenistan,” kata Jeyhun. Bagaimana dengan yang tak dicatat Ruhmana? Tidak penting. Murid Turkmen lebih berkonsentrasi belajar dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menghafal Ruhnama daripada menekuni fisiki, aljabar, geografi, biologi, dan ilmu-ilmu “tidak penting” lainnya.”138 Ruhnama menjadi sebuah buku yang dianggap suci padahal menurut Agustinus buku tersebut bukan buku agama. Didorong rasa penasaran, akhirnya Agustinus memutuskan untuk membaca buku yang diagung-agungkan oleh warga Turkmen. Menurut Ruhnama, Turkmen berasal dari kata Turk dan Iman, adalah keturunan langsung dari Nabi Nuh. Bangsa Turkmen tercipta dari cahaya, dan roh mereka pun adalah cahaya. Ia menganggap Turkmen adalah bangsa terbesar dan terpenting di dunia, dan membawa peradaban ke muka bumi. Ini adalah awal pembukaan buku Ruhnama: “Dalam nama Allah, yang paling termuliakan..kitab ini, yang ditulis dengan bantuan ilham yang langsung dikirimkan ke hatiku oleh Tuhan yang menciptakan alam semesta yang agung dan mampu melakukan apapun yang Ia inginkan, adalah kita bangsa Turkmen.’ Demikian sang Turkmenbashi memulai tulisan sepanjang 400 halaman untuk membuka jalan bagi roh-roh bangsa Turkmen. Dalam keheningan malam, saya mulai membalik lembaran Ruhnama. Kitab dibuka dengan foto sang presiden Turkmenbashi, sang penulis agung. Dilanjutkan gambar bendera hijau Turkmenistan dengan permadaninya, dan lambang negara dengan kuda Althekespesies kuda yang hanya ada di Turkmenistan. Berikutnya, lambang kepresidenan berupa elang berkepala lima. Bagian utama kitab ini adalah ratusan halaman manuskrip suci, diselingi corat-coret sang Turkmenbashi dalam huruf Rusia ketika menggubah karya agungnya. Ruhnama sekali lagi bukan agama, bukan pula buku sejarah tetapi campur aduk membingungkan antara autobiografi Turkmenbashi, ajaran moral, ulasan budaya, puisi, percakapan monolog, sampai penulisan sejarah dunia dan Turkmen yang mengundang seribu tanda tanya.”139 138 139 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 472. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 480-481. 92 Bagi Agustinus, sangat wajar jika warga Turkmen akhirnya mempercayai segala sesuatu yang ditulis di Ruhnama. Meski kebenaran yang ada dalam buku tersebut banyak yang bertentangan dengan kebenaran universal. Baginya Turkmenbashi memang penulis yang sangat bagus. Ia bisa meracik berbagai hal menjadi satu. Demikian kuatnya buku ini, sampai-sampai Agustinus pun tersihir oleh kehebatan buku ini. Posisinya sebagai orang asing yang baru membaca sekali buku tersebut, bisa membuatnya jatuh hati. Apalagi warga yang setiap hari membaca buku ini, diulangi, sepanjang tahun, sepanjang usia. Tentunya, sangat membekas di dalam pikiran. Dan lama-lama mempercayainya. 2. Nilai Nilai yang ada di Turkmen masih tentang Ruhnama. Buku yang dianggap suci ini tidak boleh ditaruh di sembarang tempat. Orang-orang di negeri ini memperlakukannya seperti kitab suci Al-Quran. Karena ketidaktahuannya, saat membaca buku itu Agustinus menggarisi, atau mencoret bagian yang apa menurutnya dianggap penting. Ternyata hal tersebut dilarang dan dianggap sebagai bentuk ketidaksopanan. “Ruhnama bagi orang Turkmen memang bukan sekadar pedoman hidup seperti halnya Pedoman pengamalan dan penghayatan Pancasila. Sungguh mereka memperlakukan Ruhnama seperti kitab suci. Saya dimarahi orang-orang yang histeris ketika saya membuat catatan kecil di pojok halaman kitab itu. “HAH!!! Apa yang kamu lakukan? Ini kitab bagus!” “Kamu tahu Quran? Itu buku suci. Ruhnama juga begitu. Tidak boleh disobek, dituli-tulisi, dan harus diletakkan di tempat yang tinggi,” katanya mengajari bagaimana memperlakukan Ruhnama. Halamannya harus dibuka 93 perlahan-lahan, diiringi doa agar ilmunya dapat diresapi dan diamalkan. Mereka pun menciumi buku ini dengan penuh perasaan.”140 3. Norma Norma di negara Turkmenistan menurut saya kurang dijelaskan lebih detil dan dalam. Setidaknya menurut Agustinus, apapun yang dianggap baik atau buruk disana tergantung dengan kesukaan sang Presiden Turkmenbashi. Semua hal tergantung dengan selera presiden tersebut. Misalnya, Turkmenbashi tidak suka dengan acara opera dan balet maka ia akan melarang pertunjukan seni tersebut karena menurutnya “tidak Turkmen”. Selera pribadi menjadi sebuah peraturan-peraturan yang memaksa masyarakat untuk mematuhinya. Ia juga melarang perempuan memakai cadar karena pertimbangan yang sama sekali sulit dimengerti. Menurutnya wajah perempuan Turkmen adalah wajah yang paling cantik di dunia. Karenanya, tidak boleh ditutupi dengan cadar. “Selera pribadi sang Turkmenbashi adalah jalan hidup, seolah lima juta penduduk Turkmen ini adalah anak kandungnya yang harus manut seratus persen petunjuk orangtua. Suatu hari Turkmenbashi memutuskan berhenti merokok. Di tahun yang sama, ia mengeluarkan Undang-undang yang melarang semua menteri dan rakyatnya merokok di tempat umum. Turkmenbashi sebal dengan anjing, ia menerbitkan peraturan melarang anjing berkeliaran di kota Ashgabat. Turkmnebashi tak bisa membedakan laki-laki dan perempuan di televisi, ia melarang pembaca berita menggunakan tata rias. Turkmenbashi mengamati gigi anjing kokoh karena tulang, ia mengimbau generasi muda Turkmen untuk mengunyah tulang setiap hari demi kesehatan gigi, sehingga tidak perlu menggunakan gigi emas. Turkmenbashi benci balet dan opera, tak segan ia melarang semua pertunjukan kesenian yang dilabeli “tidak cukup Tukrmen”. Lelaki dilarang berambut gondrong dan berjenggot, sedangkan perempuan dilarang berdandan atau menutup wajah dengan cadar. Alasannya: wajah perempuan Turkmen adalah yang tercantik di seluruh dunia.”141 140 141 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 478-479. Agustinus Wibowo,Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 445-446. 94 4. Bahasa Turkmenistan juga menjadi negara yang ingin melepaskan bayang-bayang dari kekuasaan Rusia. Untuk urusan bahasa, Turkmenistan memang sedikit lebih ketat dan kejam. Awal pengukuran nasionalisme seseorang seringkali melalui bahasa. Di Turkmenistan, warga yang tidak bisa bicara bahasa Turkmen tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Turkmen memang ingin menghapus bahasa Rusia dan memunculkan kembali bahasa lokal mereka yang sempat terkubur ketika berada di bawah naungan Uni Soviet. Agustinus bertemu dengan seorang warga yang dulunya adalah armada laut tapi sekarang pekerjaannya berubah menjadi pedagang sayur. Hidupnya menjadi sulit ketika ia tidak bisa bicara dalam bahasa Turkmen padahal ia sudah tinggal di Turkmen selama 40 tahun. Ia ditolak banyak perusahaan hanya karena ia tidak bisa bahasa Turkmen. Dan itu akhirnya menjadi sumber masalah baginya. ”Hidup di Turkmenistan sangat sulit, kami tak punya uang dan pekerjaan untuk bertahan hidup.” ia berkata dengan nada bicara yang amat berat. Sebagai etnis Rusia, kesulitan hidupnya berlipat ganda. “Kalau kamu tidak bisa bahasa Turkmen, kamu tidak boleh bekerja. Dilarang keras! Semua sekarang ditulis dalam bahasa Turkmen. Aku Cuma bisa baca huruf Rusia. Empat puluh tahun aku hidup di sini, aku sudah bernafas bersama Turkmenistan. Hanya satu dosaku; tak bisa bahasa Turkmen. Itu saja. Dan itulah sumber segala penderitaan ini.”142 Jika dilihat apa yang terjadi di Turkmenistan, hal ini menjadi sebuah ironi. Jika di Tajikistan, Kirgizstan, dan Kazakhstan menguasai bahasa Rusia dianggap sebagai sebuah kebanggaan dan tidak bermasalah. Di Turkmenistan justru sebaliknya. 142 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 454. 95 Demi sebuah kata “nasionalisme” tentang sebuah bahasa, justru rakyat menjadi korban pemerintahannya sendiri. Sungguh ironi. 3. Budaya Perkawinan dalam Buku ini Upacara pernikahan adalah upacara adat yang diselenggarakan dalam rangka menyambut peristiwa pernikahan. Pernikahan sebagai peristiwa penting bagi manusia, dirasakan perlu disakralkan dan dikenang sehingga memerlukan adanya upacara. Upacara pernikahan dibagi menjadi dua yaitu upacara tradisional dan modern. Upacara tradisional merupakan upacara pernikahan yang diselenggarakan menurut aturan-aturan adat istiadat setempat, sedangkan upacara modern ialah dilakukan dengan mengikuti aturan-aturan dari luar negeri. Biasanya gaya yang dipakai adalah gaya Eropa.143 Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah membahas budaya-budaya pernikahan di negara-negara bekas Uni Soviet diantaranya Kirgizstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Ketiganya menyimpan begitu banyak cerita tentang tradisi pernikahan setempat. a. Tradisi Budaya Perkawinan di Kirgizstan Kirgiztan yang menjadi negara kedua yang dikunjungi Agustinus Wibowo setelah Tajikistan menyimpan banyak cerita tentang budaya pernikahan. Negara yang terkenal sebagai bangsa pengembara yang sering diidentikkan dengan barbarisme dan kekerasan ternyata masih menyimpan kehangatan dan sistem kekeluargaan yang erat. Seminggu sebelum perkawinan dimulai biasanya para sanak saudara dari sang keluarga yang akan menyelenggarakan pernikahan datang berkumpul. 143 “Budaya Pernikahan,”artikel diakses pada 22 Desember 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Upacara_pernikahan 96 “Tiga hari lagi, Moken akan melangsungkan hajat besar pernikahan putra sulungnya. Sejak seminggu ini, sanak saudara terus berdatangan dari Toktogul. Beberapa ikut menginap di rumah ini, banyak pula yang membawa bayi dan bocah kecil. Rumah besar ini ramai, penuh tawa canda, berpadu dengan tangisan bayi, gonggongan anjing, dan suara embik kambing. Putra Moken bernama Timur. Calon istrinya, Zarina. Keduanya masih belum genap 20 tahun.”144 Sistem kekeluargaan di Kirgiztan pun bisa terbilang unik, karena sanak saudara yang dimaksud bukan hanya yang mempunyai pertalian darah tetapi juga yang sangat jauh. Karena di Kyrgiztan sebuah hubungan keluarga sangatlah penting. Mereka juga mempunyai banyak istilah hanya untuk menyebut “paman” dan “bibi”. “Para tamu di rumah Moken ini adalah sanak saudara, dari saudara kandung sampai famili yang hubungannya teramat-sangat-jauh-luar-biasa-sekali. Di, Kirgiztan hubungan keluarga sangat penting. Dalam bahasa Kirgiz, untuk menyebut “paman” dan “bibi” saja banyak sekali istilahnya, misalnya mereka punya istilah khusus untuk “paman yang kakak ayah” dan “paman yang kakak ibu”. Kayanya kosakata ini menunjukkan kekerabatan yang melekat pada kultur bangsa ini selama ribuan tahun.”145 Kedudukan yang paling tinggi dalam keluarga di Asia Tengah adalah orang yang sudah lanjut usia, karena bangsa Asia Tengah sangat menghormati orang yang sudah sangat tua. Umumnya perawakan kakek di Kyrgiz ialah berjenggot putih, panjang, dan sering menggunakan topi bulu hitam yang membumbung tinggi hasil warisan budaya dari Uni Soviet. “Orang Kyrgiz menyebut mereka aksakal atau sang jenggot putih sementara orang Tajik biasa memanggil musafid atau sang rambut putih. Saking dihormatinya, aksakal ini mendapat perlakuan istimewa dalam keluarga. Apapun omongan yang keluar dari mulut aksakal tidak boleh dibantah bahkan mereka mereka juga harus mendapatkan makanan yang pertama, dan paling lezat. Aksakal juga mempunyai hak veto dalam pengambilan keputusan keluarga.”146 144 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 187. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 187. 146 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 187 145 97 Yang dijelaskan di atas ini menerangkan bahwa kebanyakan orang dengan cara yang sederhana menunjukkan identitas orang lain berdasarkan peran mereka dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini Agustinus telah menjelaskan banyak hal tentang Aksakal melalui ciri-cirinya. Kita bisa melihat suatu peran tertentu dalam masyarakat jika ia menampilkan identitas diri, kepribadian, serta berperilaku verbal dan non verbal menurut apa yang ia tampilkan.147 Meski mayoritas keluarga di Kirgiz beragama Islam, dalam tradisi kumpul keluarga sebelum hari pengantin mereka menyediakan vodka bagi para sanak saudara. “Ibu Moken, berjubah tebal berhiaskan tenunan benang emas, berkosentrasi penuh menyuling vodka dari botol ke botol.”148 Sedangkan makanan tradisional mereka adalah daging kuda. Hidangan ini menjadi spesial karena hanya terhidang dalam acara istimewa seperti pernikahan. “Kuda garang itu akan menjadi santapan kami semua, manusia yang berpesta pora di atas luberan darahnya. Bangsa penggembala sangat tergantung pada kuda. Di padang rumput luas, kuda adalah alat transportasi utama. Kuda menggiring ternak, menyebrangi sungai, melintasi lembah, mendaki gunung, mencapai padang. Setelah tua dan lemah, kuda masih mengorbankan nyawanya untuk mengisi perut lapar manusia.Bangsa Kirgiz dan Kazakh adalah pemakan kuda. Daging hewan ini sangat berharga, biasanya hanya terhidang dalam acara istimewa. Makanan nasional kebangsaan Kyrgiz, beshbarmak, sejatinya menggunakan bahan utama daging kuda. Seekor kuda cukup untuk menjamu lebih dari lima puluh utama di acara pernikahan.”149 Bershbarmak sendiri artinya adalah lima jari, makanan ini berwujud seperti bakmi yang dimakan dengan bumbu bercampur dengan irisan daging kuda. Makanan 147 Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 70. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 188. 149 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 189. 148 98 ini adalah hasil perkawinan antara kuliner Cina dengan bangsa nomad di padang rumput. Tradisi Cina memang dekat dengan Kirgiz karena letak geografis kedua negara yang dekat dan bertetangga. Bangsa Kirgiz juga dulu adalah bagian dari kekuasaan Kerajaan Mongol. Kirgizstan yang mempunyai nama resmi Republik Kirgiz, menggunakan pakaian gaya Eropa dalam tradisi pernikahannya. Tidak ada kultur nomadisme yang kental saat upacara pernikahan. Sayangnya tidak dijelaskan bagaimana akad nikah di Kirgiztan, buku ini hanya menjelaskan bagaimana sebuah resepsi pernikahan di Kirgizstan. Sangat meriah dan penuh dengan musik, seperti apa yang Agustinus lihat: “Mobil pengantin dihias balon warna-warni, yang meriahnya seperti pesta anak-anak. Timur berdasi rapi dan berjas hitam. Zarina, selepas didandani perias dari salon, kini menjelma menjadi permaisuri anggun dengan rok putih mengembang. Kedua mempelai mengenakan baju pengantin gaya eropa, laksana Cinderella dan pangeran. Lupakan imajinasi tentang romansa penggembala dan dan gadis padang. Para tamu lelaki pun semua mengenakan jas dan dasi. Beberapa di antara mereka mengenakan topi putih ak kalpak, mengingatkan bahwa kita masih di Kirgiztan. Beberapa ibu memakai kerpus platok warna-warni.”150 Kemudian Agustinus melanjutkan ceritanya bahwa pernikahan ini dilakukan di sebuah gedung yang dilingkupi dengan tradisi Rusia yang masih sangat kental, sampai-sampai tradisi Rusia hadir juga menghiasi menu hidangan di pernikahan. “Puluhan meja tertata, dengan dibanjiri ratusan piring, buah-buahan, dan salad dingin ala Rusia.”151 150 151 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 190. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 190. 99 Selain makanan ala Rusia mereka juga menyediakan gorengan khas Kirgiz yang biasa disebut borsok. Makanan itu terbuat dari tepung tanpa isi, minyak, dan susu saja. Untuk minuman mereka tetap menyediakan vodka dan alkohol. “Kedua mempelai memasuki ruangan, diiringi lagu mars pengantin yang sudah tidak asing lagi di seluruh dunia. Tengteng-tengteng… teng teng teng teng… Semua tamu berdiri. Kedua mempelai menenggak Anggur sambil bersilang tangan. Di bawah arahan Moken dan Ergetse sebagai MC, para tamu juga menenggak alkohol di gelas masing-masing.”152 Acara pernikahan di Kirgizstan sangat gegap gempita, semua undangan bergembira untuk merayakan bersatunya dua orang yang berbeda dalam satu pernikahan yang suci. Bahkan biasanya mereka minum hingga mabuk dan menari bersama di lantai dansa. “Mereka memang Muslim, tetapi vodka dan anggur adalah minuman wajib, apalagi di acara sepenting ini. susunan balom warna-warni yang menghiasi singgasana Timur dan Zarina sudah lima kali roboh ke hadapan mempelai. Pasangan pengantin itu menjadi sibuk mengurusi balon, satu per satu sanak keluarga diundang berpidato, menyampaikan doa dan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Timur dan Zarina harus berdiri tegak menerima ucapan itu. Setiap kali ucapan selamat berakhir, musik berdentum keras, seperti orkes desa. Paman dan bibi kemudian ikut menari mengiringi musik. Para tamu yang lain pun turun menari bersama-sama. Tua, muda, kakek, nenek, anak-anak, semua begitu gembira, Balairung ini berubah menjadi lantai dansa.” Lagu yang didendangkan ketika pernikahan di Kirgizstan juga bukan lagu tradisional atau lagu-lagu Kirgizstan tetapi lagu disko dari Rusia. “Zarina, si mempelai, juga ikut berdansa, mengiringi lagu disko Rusia yang menggebrak. Bukannya berduaan dengan sang suami, Zarina malah asyik berdansa dengan pemuda-pemuda lainnya. Mungkin ini kesempatan terakhirnya sebelum menjadi istri orang.”153 152 153 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 191. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 192. 100 Dan tidak lupa, setelah asik menari dan bernyanyi mereka bersiap untuk menyantap hidangan yang telah disediakan. Daging kuda yang menjadi makanan utama menjadi penyelamat perut para tamu yang sudah lapar. Uniknya, tradisi di Kirgiz mempersilahkan para tamunya untuk membawa pulang makanan yang disediakan di pernikahan. “Semakin malam, acara semakin meriah. Tetapi juga semakin lapar setelah bersimbah peluh peluh berjoget ria. Hidangan penutup adalah beshbarmak daging kuda. Setiap tamu kebagian segumpal besar daging kuda plus tas plastik untuk membungkus makanan yang dibawa pulang. Sungguh mereka punya kesadaran mahatinggi untuk tidak memboroskan makanan.”154 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi pernikahan di Kirgizstan sangat kental dengan nuansa budaya Rusia. Mulai dari baju pengantin, hidangan makanan, hingga acara pernikahan. Meski menyandang status sebagai negara yang mempunyai banyak penduduk beragama Islam tetapi tidak terasa nuansa tradisi Islam dalam pernikahan tersebut. Padahal pengantinnya disebutkan sebagai pemeluk Islam. Ini juga salah satu kekurangan Agustinus dalam menceritakan tradisi pernikahan tersebut karena ia tidak menceritakan akad nikah atau unsur islami apa yang ada ketika pernikahan itu. Tidak ada budaya Kirgizstan yang tampak dalam upacara pernikahan tersebut, satu-satunya budaya Kirgizstan yang hadir dalam upacara tersebut adalah hidangan makanan kuda. Kuda memang lekat dengan tradisi bangsa gembala atau bangsa nomad. 154 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 192. 101 Bagan 0.2 No Jenis Tradisi Budaya dalam Perkawinan di Kirgizstan 1 Busana Menggunakan busana ala Eropa. Pengantin pria Perkawinan memakai Jas dan berdasi sedangkan pengantin wanita menggunakan gaun dengan rok yang mengembang. 2 3 Hidangan Gorengan ala Kirgiz yang bernama borshok, salad ala Makanan rusia, dan bershbarmak (hidangan daging kuda) Hidangan Anggur dan Vodka Minuman 4 Acara Satu per satu sanak keluarga diharuskan berpidato Perkawinan dan mengucapkan selamat kepada para pengantin. Dan pengantin harus tetap tegak berdiri ketika ucapan selamat tersebut. Di akhir acara pengantin dan para tamu menari di lantai dansa 5 Musik dalam Musik disko Rusia Perkawinan b. Tradisi Budaya Perkawinan di Uzbekistan Jika di Kirgizstan budaya Rusia begitu kuat saat pernikahan, lain halnya dengan Uzbekizstan. Uzbekistan terkenal sebagai negara pecahan Soviet yang paling anti Rusia. Kenangan tentang “penjajahan” Rusia sebisa mungkin dihapuskan. 102 Sehingga, ketika menjalani ritual perkawinan di Uzbekistan penuh dengan budaya dan tradisinya sendiri. Dalam pernikahan di Uzbekistan banyak hal yang unik yang tidak dapat kita temui di tempat lain. Budaya memang menyimpan seribu keunikan dan kekhasan. Untuk datang ke sebuah pernikahan di Uzbekistan tidak perlu undangan, semua bisa menonton. Bahkan undangan tersebut disebar di pasar ditujukan untuk semua orang. “”Sudah, datang saja,” kata Firuza, “Tak masalah diundang atau tidak. Orang Margilan sangat suka kalau acara pernikahannya ramai. Malah kadang undangan disebar di pasar.” Undangan ini memang hanya kertas stensilan, tanpa nama penerima, sepertinya memang ditujukan untuk siapa saja yang berminat datang. Siapa saja! Bayangkan undangan pasar malam atau sirkus keliling, “Saksikanlah! Saksikanlah! Sirkus terseru di kampung Anda!” Bedanya, di sini pertunjukannya adalah kawinan.”155 Pernikahan dalam tradisi Uzbekistan biasanya diselenggarakan di rumah. Rumah akan dihiasi tenda, tetapi untuk tempat para tamu, tempat lelaki dan wanita berkumpul dipisah. Mereka duduk di halaman yang dipasangi tenda dan berdinding karpet. Untuk hidangan makanan mereka disediakan roti nandan teh hijau, roti adalah makanan sehari-hari orang Uzbekistan. Upacara pernikahan diselenggarakan di rumah mempelai pria atau disebut kuyov, upacara ini dinamakan tuy. Pengantin wanita disebut kelin di Uzbekistan. Setelah menikah nanti pengantin wanita akan tinggal di rumah sang mempelai pria. “Kakak mempelai pria memperingatkan saya untuk kembali sehabis Salat Jumat, karena kelin-mempelai perempuan-datang sekitar pukul dua siang. Tuy, upacara pernikahan, dimulai setelah acara itu. Pengantin pria, dalam bahasa Uzbek disebut 155 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 374. 103 kuyov, menggunakan dasi dan jas abu-abu, tak lupa topi bulunya yang seperti landak, mewanti-wanti saya jangan sampai terlambat.”156 Agustinus bercerita bahwa ia terlambat dalam menghadiri upacara pernikahan ini, tetapi ternyata upacara pernikahannya dapat diulang agar Agustinus dapat melihat upacara pernikahan yang panjang tersebut. Acara proses pernikahan bukanlah hal yang sebentar untuk dilakukan, tetapi mereka tetap melakukannya untuk Agustinus, tamu yang baru saja dikenalnya. “”Kenapa terlambat?” tuan rumah mengeluh. “Kelin sudah datang, upacara sudah selesai!” Upacara kelin salom, disebut juga salom-salom, pengantin wanita memberi salam kepada keluarga pengantin pria, pertanda siap masuk kehidupan baru di rumah suami. Ya….Membaca kekecewaan saya, kakak kuyov langsung berkata, “Jangan khawatir, kawan. Salom-salom memang sudah lewat. Tetapi demi kamu, kami bisa mengulang semua acara tadi. Sebentar, kamu menunggu dua puluh menit, ya. Kami akan siap-siap lagi. Mata saya tak henti mengerjap, hampir tak percaya-seperti pertunjukkan ketoprak saja-acara pernikahan pun ada siaran ulang hanya karena turis terlambat.”157 Upacara pernikahan di Uzbek penuh dengan nuansa haru. Sistem patriarki di Uzbekistan masih sangat kental, mas kawin pun diberikan oleh pihak perempuan kepada pihak lelaki. Nilai mas kawin juga menentukan harga diri seorang perempuan tersbut. Semakin tinggi mas kawin yang diberikan, semakin tinggi pula nilai atau harga perempuan tersebut di mata keluarga sang mempelai lelaki. Mas kawin ini juga menentukan perlakuan yang akan diberikan sang keluarga pria, diperlakukan baikbaik atau semena-mena. Sesuai dengan harga mas kawin yang diberikan. Di bawah ini adalah cerita Agustinus tentang rangkaian prosesi pernikahan di Uzbekistan yang penuh dengan air mata: 156 157 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 375. Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 375-376. 104 “Tidak ada tamu lelaki lain di sini. Menurut tradisi, lelaki dilarang keras melihat acara ini, karena jati diri kelin dirahasiakan dan tari-tarian kaum perempuan dalam pernikahan tabu bagi laki-laki. Dua wanita paruh baya menabuh kendang bersahutsahutan, mengalunkan irama sedih. Suara melengking tinggi, mendendangkan lagu pilu. Para wanita itu mengelilingi lingkaran. Satu per satu mereka menari. Gerakannya sederhana, berputar-putar dengan satu tangan di kepala dan tangan lain terlentang. Rancaknya tarian yang berharmorni dengan kepiluan musik, dengan denting khas Persia, membuat saya terhanyut. Yig’lama qiz yig’lama, Toy saniki yor-yor. Ostonasi tillodan, Uy saniki yor-yor. Jangan menangis, gadis, jangan menangis, pernikahan ini adalah pernikahanmu, Sayang, Yor-yor (Yor-yor berarti kekasih. Ini adalah lagu wajib dalam pernikahan Uzbek). Rumah berpanggung emas, rumah ini adalah rumahmu, Sayang. Kelin, terbungkus dalam dalam cadar tembus pandang dan pakaian hitam, menampakkan diri di ambang pintu. Hitam, betapa muramnya. Wajahnya penuh dengan kesedihan. Matanya terus menatap ke bawah. Dan tak lama setelah itu, saya melihat butir-butir air mata mengalir di pipinya. Seperti kata orang, tidak pernah ada senyum terhias di wajah pengantin perempuan Uzbek. Bagaimana mungkin ia bisa tersenyum? Mulai hari ini ia akan tinggal bersama keluarga asing, tidur dengan ranjang yang sama dengan lelaki tak dikenal, meninggalkan rumah yang selama ini selalu menghangatkannya, meninggalkan zona amannya, senyum dan tawa bahagia pengantin di Indonesia, lupakan itu! Setetes air mata di pipi kiri, disusul tetesan lain di ujung mata kana. Tiada henti… Kelin muncul diiringi sekelompok wanita tua yang semuanya berkerudung. Wajahnya ditutup selembar kain putih yang penuh sulaman. Kedua tangannya terbuka lebar, masing-masing memegang ujung kain yang menutup kepalanya. Kelin, membungkukkan badan, perlahan. Satu kali. Ia menegakkan badan lagi. Begitu pelan. Tak sampai tegak sempurna, membungkuk lagi, juga dengan perlahan. Dua kali. Tiga kali. Inilah salom-salom yang begitu misterius dari balik kungkungan tembok rumah Ferghana. Kelin berbelok ke kiri, tiga kali salom-salom, ke kanan, tiga kali salom-salom. Kepalanya terus tertunduk. Melodi Yoryor berat menekan batin. Selembar kain sutra atlas bermotif wajik-wajik merah, kuning, hijau, dan putih digelar di atas tanah. Para perempuan tua menghadiahkan karpet dan perabotan, lalu menumpahkan tepung ke tangan pengantin. Tepung adalah perlambang kemakmuran, juga kepatuhan sang istri yang nantinya akan bergumul dengan tepung menyiapkan roti bagi keluarga setiap hari. Ia diingatkan akan kewajibannya, kodratnya, di rumah baru ini. 105 Air mata terus mengalir di pipi. Tetabuhan yoryor tak kunjung henti. Kata-katanya yang sendu semakin menggugah emosi. Mereka menangis berjamaah. Ibu mertua yang sudah bungkuk pun tak kuasa menahan air mata ketika menggandeng sang menantu erat-erat. Semua hadiah sudah dihibahkan, entah berapa ratus salom-salom dibungkukkan, upacara diakhiri doa. Yor-yor mengalun lagi, kelin diarak menuju pintu rumah. Untuk terakhir kali, kelin memberikan salom-salom. Pintu ditutup. Ia resmi menjadi bagian dari rumah ini. Tapi ingat, ini hanya versi siaran ulang, kelin sudah menangis dan membungkuk ratus kali tiga puluh menit sebelumnya. Para tamu pun juga sudah menarikan tarian yang sama, menumpahkan tepung yang sama, dan mencurahkan air mata yang sama, setengah jam lalu. Bagi orang Uzbek, menikahkan gadis bukan hanya memberikan putri kepada keluarga lain, tetapi juga harus mengeluarkan banyak uang untuk membayar mas kawin. Anggapannya, semakin besar mas kawin, semakin tinggi kedudukan si gadis di mata keluarga suaminya, dan semakin berkurang perlakuan semena-mena di rumah barunya nanti. Orangtua yang punya banyak anak perempuan bisa bangkrut. Tak heran orang Uzbek bilang, “Pintu surga terbuka lebar bagi orangtua yang punya lebih dari tiga anak gadis, membesarkan, lalu menikahkan mereka semua.”158 Usai upacara, kedua pengantin tidak bersanding di pelaminan. Nama kelin atau sang pengantin perempuan pun haram disebutkan sebelum upacara kedua yang diadakan pada malam harinya. Para tamu undangan menikmati makanan yang disediakan, makanan khas ketika pernikahan adalah nasi plov dan daging kambing. Dari budaya pernikahan di Uzbekistan yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa mereka menggunakan upacara tradisional dalam resepsi pernikahan mereka tersebut. Mulai dari baju pengantin, adat pernikahan, hingga hidangan untuk para tamu. Sisi lain perkawinan di Uzbek membuka pengetahuan baru mengenai bagaimana posisi perempuan saat pernikahan. Besarnya mas kawin yang diberikan menentukan posisi dirinya di keluarga barunya. 158 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 376-378 106 Bagan 0.3 N Jenis Tradisi o Uzbekistan 1 Busana Pengantin pria menggunakan dasi dan jas abu-abu, perkawinan Budaya dalam Perkawinan di sedangkan pengantin perempuan menggunakan cadar tembus pandang dan pakaian hitam 2 Hidangan Roti nan, nasi plov, dan daging kambing makanan 3 Hidangan Teh hijau minuman 4 Adat Resepsi pernikahan tradisional di Uzbekistan, terutama Perkawinan di lembah Ferghana masih kuat akan pengaruh tradisi agama Islam sehingga tamu lelaki dan perempuan dipisah. Ini sesuai dengan prinsip chador. Acara kelin salom (untuk pengantin perempuan) tidak boleh disaksikan oleh tamu-tamu pria selain laki-laki dari keluarga kuyov atau pengantin pria. Karena identitas kelin masih dirahasiakan dan tari-tarian wanita haram untuk dilihat oleh para lelaki. 5 Musik dalam Lagu Yor-yor dan musik denting khas Persia Perkawinan 107 c. Tradisi Perkawinan di Turkmenistan Agustinus tidak banyak menjelaskan tentang tradisi perkawinan di Turkmenistan. Tidak ada cerita tentang upacara tradisional atau modern seperti yang ia amati di dua negara sebelumnya; Kirgizstan dan Uzbekistan.Ia hanya menjelaskan perkawinan di Turkmenistan selalu diakhiri dengan foto bersama di bawah patung Turkmenbashi (Presiden Turkmenistan). Patung yang terbuat dari emas ini memang bertebaran di seluruh Turkmenistan. “Mempelai pria menggunakan kemeja, dasi, jas hitam, celana panjang, seperti layaknya pegawai kantoran. Mempelai wanitanya berpakaian merah menyala, tebal, dan berat. Pakaian tradisional itu penuh dengan sulaman. Wajah si mempelai wanita sama sekali tak terlihat. Saking beratnya kerudung indah yang membungkus berat-berat kepalanya, si mempelai wanita sampai harus berjalan terbungkuk-bungkuk. Keluarga menari-nari mengiringi pengantin. Para pemusik menabuh gendang, meniup seruling, memainkan arkodeon. Di belakang sana, patung emas Turkmenbashi memalingkan mukanya ke atas, seolah sudah bosan dengan hiruk-pikuk dan keriangan warga di bawah kakinya. Di Asia Tengah, foto pengantin sepertinya hampir selalu berlatarkan patung pahlawan. Gambar pahlawan itu kemudian akan dicetak besar-besar, dibingkai, dipajang di dinding, disimpan di album, dipamerkan dengan penuh bangga. Apakah ini kebanggan atau kesetiaan? Seperti pengantin Kazakh di Turkistan di bawah patung ulama suci Yasawi, pengantin Uzbek di Samarkand di bawah patung sang penakluk agung Amir Timur, para pengantin Turkmen di Ashgabat pun bergaya di bawah patung emas sang pemimpin agung.”159 Dari penjelasan di atas hanya satu yang dapat diamati bahwa pernikahan di Turkmenistan menggunakan baju tradisional ala Turkmen. Saat upacara pernikahan keluarga harus menari dengan diiringi musik gendang, seruling, dan arkodeon. Setelah upacara -seolah menjadi hal yang wajib- para pengantin dan keluarga akan 159 Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 449. 108 berfoto bersama di bawah patung emas Turkmenbashi. Sang presiden seumur hidup milik Turkmenistan. Bagan 0.4 No Jenis Tradisi Budaya dalam Perkawinan di Turkmenistan 1 Busana pengantin Pengantin pria menggunakan kemeja, dasi, jas hitam, dan celana panjang seperti orang kantoran. Sedangkan, pengantin perempuan menggunakan pakaian tradisional Turkmen yang penuh dengan sulaman. Warnanya merah menyala, tebal, dan berat. Kepalanya juga ditutupi dengan kerudung yang berat 2 Hidangan makanan Tidak ada penjelasan 3 Hidangan minuman Tidak ada penjelasan 4 Musik 5 dalam Musik dengan iringan suling, gendang, pernikahan dan arkodeon Upacara pernikahan Keluarga menari-nari saat mengiringi pengantin dengan iringan musik. Setelah acara selesai pengantin dan keluarga berfoto bersama di bawah patung Presiden Turkmen yang terbuat dari emas. 109 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari analisa yang sudah dilakukan, secara garis besar buku Garis Batas: Perjalanan Di Negeri-Negeri Asia Tengah banyak menjelaskan tentang praktik komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh Agustinus Wibowo. Apalagi ia melakukannya di lima negara yang berbeda, sehingga banyak pula perbedaan dari hasil yang didapatkan dari proses komunikasi antarbudaya tersebut. Tetapi secara umum, jika dilihat dari apa yang Joseph DeVito katakan tentang komunikasi antarbudaya yaitu “komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orangorang dari kultur yang berbeda yang memiliki pekerjaan, nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda” maka Agustinus berhasil membangun komunikasi tersebut dan tujuannya untuk mengetahui kebiasaan dan budaya di Asia Tengah telah tercapai. Ia juga berhasil menjembatani perbedaan bahasa maupun budaya dengan melihat hal tersebut dari sudut pandang yang berbeda. Ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dalam buku tersebut: 1. Dari budaya komponen non-material yang telah dianalisis dan dijelaskan di bab 4 dapat diketahui bahwa ada banyak kemiripan budaya non-material di lima negara tersebut. Salah satunya adalah komponen nilai seperti budaya meyambut tamu. Bagi masyarakat Asia Tengah, tamu merupakan seseorang yang harus diperlakukan dengan baik karena bagi mereka tamu salah satu 110 anugrah dari Tuhan yang jika kita menjamunya dengan baik maka kelimpahan rahmat akan menaungi kita. Bahasa yang digunakan juga masih menggunakan bahasa Rusia, hanya Tajikistan saja yang menggunakan bahasa Persia tetapi hurufnya pun masih menggunakan huruf sirilik (huruf peninggalan Rusia). 2. Dua dari tiga negara yang diamati Agustinus dalam budaya perkawinan masih menggunakan adat atau kebiasaan perkawinan seperti yang dilakukan Rusia. Contohnya: baju perkawinan yang digunakan saat pesta, hidangan makanan dan minuman, hingga tata cara perkawinan. Hanya Uzbekistan sajalah yang dalam budaya perkawinannya tidak terpengaruh oleh budaya Rusia. Ia menggunakan tradisinya sendiri. 3. Buku ini membawa kita menelusuri jejak-jejak kekayaan Islam sekaligus peninggalan ajaran komunis. Dua hal yang berbeda ini tercampur baur hingga menghasilkan budaya masyarakat yang unik. Di satu sisi Islam adalah bagian dari jati diri mereka selama ribuan tahun tetapi di sisi lain pengaruh komunis yang tertinggal di masyarakat tidak bisa dihapuskan begitu saja dengan mudah. B. Saran Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, ada beberapa saran dari peneliti terkait tentang buku Garis Batas: Perjalanan di Negara-Negara Asia Tengah. Menurut peneliti buku ini bagus untuk menambah wawasan tentang komunikasi antarbudaya dan pengetahuan budaya di negara-negara Asia Tengah. Agustinus berhasil membuat suatu tulisan perjalanan yang tidak hanya memandang 111 itu sebagai kegiatan jalan-jalan semata tetapi juga ada unsur wawasan yang dapat membuka pikiran para pembacanya. Tetapi sayangnya, buku ini seperti menggiring para pembacanya untuk mengamini apa yang dituliskan dalam buku tersebut. Dengan menggunakan data-data sejarah yang bertebaran sepanjang buku tersebut, Agustinus seperti memaksa pembaca untuk setuju dengan apa yang ia rasakan selama petualangannya. Saran dari peneliti sebagai berikut: 1. Ketika membahas tentang keyakinan banyak opini Agustinus yang seolahseolah memaksa pembaca untuk menyetujuinya. Seperti keheranan ia akan masyarakat yang mayoritas beragama Islam tetapi menurutnya banyak hal-hal wajib dalam agama yang tidak dijalankan malah justru diabaikan. Seharusnya Agustinus lebih bisa menulis pandangannya tentang keyakinan di Asia Tengah secara obyektif. 2. Untuk budaya perkawinan alangkah lebih bagusnya jika semua budaya perkawinan dibahas di bukunya, tidak hanya tiga saja. Karena hal itu akan lebih menarik untuk pembaca sehingga pembaca dapat melihat secara lengkap budaya perkawinan khas di kawasan Asia Tengah. 3. Buku ini sering dikategorikan sebagai buku traveller. Karena dikategorikan sebagai buku perjalanan yang pasti pembacanya adalah orang-orang yang gemar melakukan perjalanan atau wisata seharusnya Agustinus juga memperhatikan sisi fair dan balance saat menulis. Sehingga, pembaca bisa mendapatkan sisi baik dan buruknya negara yang dikunjungi. Karena menurut 112 saya sisi gelap dan kekurangansuatu negara tidak harus terus ditulis dengan muram. 113 DAFTAR PUSTAKA BUKU Backman, Michael.Asia Future Shock: Business Crisis and Opportunity in The Coming Years.USA: Palgrave MacMillan, 2007. Barna, M Laray, Stumbling Block In Intercultural Communication. In Brent D. Ruben, Information and Behavior. New Branswick: NJ: Transaction, 1985. Birowo, Antonius. Metode penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004. DeVito, Joseph. Komunikasi Antarmanusia; Kuliah Dasar. Jakarta: Harpercollins Publishers Inc, 1997. Kirk, Jerome dan Miller, L Marc.Reliability and Validity in Qualitative Research. New York: Sage Publications, 1986. Kriyantono, Rachmat. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana,2006. Liliweri, Alo. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LKiS, 2003. Mulyana, Deddy.Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya.Bandung: Rosdakarya, 2006. Baru, Ilmu Martin, N. Judith dan Nakayama, K. Thomas. Experiencing Intercultural Communication. New York: McGraw Hill, 2005. Pearson, C Judy dkk. Human Communication. New York: McGraw Hill, 2008. Rakhmat, Jalaludin dan Mulyana, Deddy.Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Rosady, Ruslan. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2008. 114 Salam, Syamsir dan Aripin, Jaenal. Metode Penelitian Sosial.Jakarta: Lembaga Penelitian UIN dan UIN Jakarta Press, 2006. Tamim, Ansary. Dari Puncak Baghdad.Jakarta: Mizan, 2010. Tubbs, L Stewart dan Miss, Sylvia.Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi). Bandung: PT Rosdakarya, 2005. Wibowo, Agustinus. Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Stan. Jakarta: Gramedia, 2011. Wood T Julia. Communication in Our Lives.Boston: Wadsworth Cengage Learning, 2009. Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo. Bandung, 7 November 2013. SKRIPSI Annisa. “Komunikasi Antarbudaya Di Televisi Dalam Segmen Islam Today Program Berita Mingguan “Indonesia Now” Metro TV.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Dimas, Anugrah. “Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Adat Baduy Luar Dengan Masyarakat Luar Adat Baduy Di Banten.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Hidayat,Arip.“Analisis Pola Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing UIN Jakarta: Perspektif Gegar Budaya.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. 115 Muthial,Nur Endah.“Perkembangan Kehidupan Minoritas Muslim di Rusia: Studi Kasus Tatarstan.”Skrispi S1 fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Sumber Lain: Arifianto, Rifki dkk. “Perkembangan Komunisme Uni Soviet di Bawah Pemerintahan Lenin.”Artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://arvinradcliffe.blogspot.com/2013/01/perkembangan-komunisme-uni-sovietdi.html “Beberapa Alasan Mengapa Bahasa Inggris Menjadi Bahasa Internasional.” Artikel diakses pada tanggal 20 Februari 2014 dari http://pascapbi.uad.ac.id/beberapa-alasanmengapa-bahasa-inggris-menjadi-bahasa-international/ Budiyono, Zainal. “Demokrasi Terpimpin oleh Nazarbayev.” Artikel ini diakses pada 30 Desember 2013 dari http://www.jpnn.com/read/2013/09/05/189344/DemokrasiTerpimpin-Ala-NazarbayevBusroni W. “Mengenang Uni Soviet Negara Adikuasa.” Artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/26/mengenang-uni-sovyetnegara-adi-kuasa--519340.html “Destinasi Manapun Istimewa.” Artikel diakses pada 2 Desember 2013 dari http://agustinuswibowo.com/4498/national-geographic-traveler-indonesia-2011destinasi-mana-pun-istimewa Febriyanto. “Revolusi Rusia.”Artikel diakses pada http://endless722.wordpress.com/2009/05/20/revolusi-rusia/ 116 5 Januari 2014 dari Hart, Michael.“Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah.”Artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://media.isnet.org/iptek/100/Stalin.html “Indonesia Tempatkan Dubes Pertama di Kazakhstan.” Yahoo.com. Artikel diakses pada 5 maret 2014 dari http://id.berita.yahoo.com/indonesia-tempatkan-dubespertama-di-kazakhstan-202208414.html Indra. “Macam-Macam Buku Travel.” Artikel diakses pada 14 Januari 2013 dari http://indradya.wordpress.com/2012/07/11/macam-macam-buku-travel/ “Islam di Uni Soviet.” Artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Uni_Soviet “Jenderal Militer Tajikistan Tewas Ditikam.” Bbc.co.uk.Artikel diakses pada 30 Desember 2013 dari http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/07/120722_jenderal_tajikistan.shtml “Kyrgyzstan.” Artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari http://www.infoplease.com/country/kyrgyzstan.html “Kyrgyzstan: Facts and History.” Artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari http://asianhistory.about.com/od/kyrgyzstan/p/kyrgyzstanprof.html Mckay, Mary-Jayne.“Turkmenbashi Everywhere.” Artikel diakses pada 3 Maret 2014 dari http://www.cbsnews.com/news/turkmenbashi-everywhere/ “Memorial Complex Bahauddin Naqshabandi.” Artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari http://www.tourstouzbekistan.com/en/sights/bukhara/memorial-complexbahouddin-naqshbandi.html 117 “Nomadic Sacred Site Mausoleum Khoja Ahmad Yasawi.” Unesco TV/NHK. Liputan diakses pada 7 Januari 2014 dari http://www.youtube.com/watch?v=3g6sDCPVqjI Pro, Supriyadi. “Sejarah Tentang Negara Uni Soviet.” Artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2013/09/sejarah-tentang- negara-uni-soviet.html “Profil Agustinus Wibowo.” Artikel diakses pada26 Desember 2013 dari http://agustinuswibowo.com/profile “Religions in Kazakhstan.” Artikel diakses pada 7 Januari 2014 dari http://www.kazakhstan.orexca.com/religions_kazakhstan.shtml Rio. “Pemerintahan Lenin pada Revolusi Rusia.” Artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://goresansangpitik.wordpress.com/2012/07/10/pemerintahan-lenin-pada- revolusi-rusia-1917-1924/ Salma, Zaskia Mutia.“Asia Tengah dalam Analisis Geopolitik dan Konstelasi Kepentingan AS; EU; Nato; Rusia; dan India.” Artikel diakses pada 5 Januari 2014 darihttp://mutia-z-s-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49211Geopolitik%20dan%20GeostrategiAsia%20Tengah%20dalam%20Analisis%20Geopolitik%20dan%20Konstelasi%20K epentingan%20AS,%20EU,%20NATO,%20Rusia,%20China,%20dan%20India.html “Sejarah Rusia dan Pelabuhan Era kekaisaran Rusia.” Bimbie.com.Artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari www.bimbie.com Suryaningsih, Imelda. “Terpukau oleh Peradaban dan Alam.”Artikel diakses pada 2 Desember 2013 darihttp://agustinuswibowo.com/4574/readers-digest-indonesia- 2010-terpukau-oleh-peradaban-dan-alam 118 “Tajikistan: Fakta, Sejarah, dan Informasi lainnya.”Artikel ini diakses pada tanggal 30 Desember 2013 dari http://www.amazine.co/24403/tajikistan-fakta-sejarah- informasi-lainnya/ Wuri, Ageng.“Menulis Perjalanan ke dalam Diri Sendiri.”Artikeldiakses pada 30 November 2013 dari http://www.indonesiabookfair.net/2013/11/09/agustinus- wibowo-menulis-perjalanan-ke-dalam-diri-sendiri/ www.akdn.org www.akorda.kz www.kazakhembus.com www.kbri-astana.kz/id www.kgembassy.org www.kyrgyzstan.orexca.com www.tajikembassy.be www.turkmenistanembassy.org www.theismaili.org www.uzbemb.or.id 119 Wawancara dengan Agustinus Wibowo Tempat: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran, Jatinangor, Bandung Tanggal: 7 November 2013 Bagaimana awal mula perjalanan ke negara-negara bekas Uni Soviet? Aku pertama kali ke situ tahun 2004, pertama kali ke Kirgiztan kemudian ke Uzbekiztan lalu balik lagi ke Kyrgiztan. Jadi awalnya juga sebagai backpacker, dulu saya juga sempat belajar bahasa Rusia sedikit, lalu langsung masuk ke Kyrgiztan lebih banyak ke tempat-tempat jalur sutra yang dulu termasuk jalur sutra lah. Oh waktu itu juga sempat ke Kazakhstan. Tapi satu pengalaman yang agak tidak terlupakan di situ yaitu waktu di Uzbekistan, waktu itu lagi ada serangan bom karena berdekatan dengan kejadian Andy John, waktu itu udah ada beberapa serangan teror, ada tiga bom serangan yang meledak di Tashken jadi perbatasan Uzbek dengan Kazak di tutup total. Akhirnya karena saya nggak bisa keluar dari Uzbek karena perbatasan di tutup total saya sampe diberi tiket penerbangan ke Kazakhstan dari kedutaan. Jadi waktu itu awal mulanya bukan ke Tajikistan dulu? Karena waktu itu sebelumnya saya sudah ke Asia Tengah, jadi saya sudah jatuh cinta dengan Asia Tengah, sudah ada bayangan oh saya ingin belajar lagi tentang Asia Tengah. Waktu itu saya lagi di Afghanistan jadi saya balik lagi ke situ lewat Tajikistan, saya memutuskan untuk ke Tajikistan jadi pada tahun 2006 saya balik lagi untuk mengunjungi lima negara Asia Tengah. Sebelumnya saya udah pergi ke tiga 120 negara, tapi waktu itu saya ingin pergi ke lima-limanya untuk proses re-visit (mengunjungi ulang). Mengunjungi ulang itu maksudnya negara yang pernah kita kunjungi kita kunjungi ulang tapi tentu dengan nuansa berbeda karena kita punya impress yang berbeda yang kita dapatkan juga berbeda karena kita melihat dari sudut pandang yang berbeda. Media masaa memberikan pengaruh nggak sih untuk berkunjung ke Tajikistan? Trus seberapa besar perbedaan apa yang media massa tampilkan dengan kenyataan sehari-hari? Karena kebetulan saya tinggalnya di Afghanistan, jadi untuk media massa cukup banyak ya berita tentang Tajikistan di Afghanistan, kita lihat cukup banyak artis-artis Tajikistan yang perempuan sangat populer di Afghanistan. Seperti yang kita tahu perempuan di Afghanistan tidak boleh menyanyi, tidak boleh menari tetapi karena dia orang asing orang Tajik jadi sangat terkenal. Kita jadi kebanyakan mendengar lagu-lagu Tajik karena memang bahasanya sama. Jadi, awalnya tentang Tajikistan memang bukan dari media massa, tapi nuansa Tajikistan memang sangat dekat ketika berada di Afghanistan, di Afghanistan juga banyak teman-teman saya yang orang Tajik. Afghan-Tajik ya bukan Tajik dimana mereka juga berbagi budaya yang sama dan kebetulan saya bisa bahasa Parsi. Saya ingin melihat bagaimana sih sisi lain dari orang-orang yang dari budaya yang sama tetapi hidup tinggal di negara yang berbeda. 121 Untuk bahasa yang digunakan di Tajik bahasa apa? Bahasa Tajik. Bahasa Parsi itu bahasa Tajik juga. Kalau di Iran disebut bahasa Parsi, di Afghanistan disebut Dari, di Tajikistan disebut Tajik. Masing-masing ada perbedaanya sedikit tetapi itu bahasa yang sama, tetapi bahasa Persia di Tajik jauh lebih kuno, lebih tradisional, tetapi mereka menggunakan huruf sirilik; huruf Rusia tetapi masih bahasa yang sama. Kalau di Iran dan Afghanistan bahasa Parsi ditulis menggunakan huruf arab. Selama di Tajikistan mengalami gegar budaya nggak sih? Gegar budaya? Iya. Karena saya terlalu lama tinggal di Afghanistan, terutama tentang perempuan ya yang paling kuat sedangkan di Afghanistan kita tidak boleh melihat perempuan, ngomong dengan perempuan, istilahnya hidup saya hanya dengan orangorang yang satu gender. Ketika masuk di Tajikistan, kita naik bus gitu kalo Afganistan kan tempat duduk kita diatur tidak bisa duduk berdampingan dengan perempuan, lawan jenis gitu ya. Kalau di Tajikistan kita bisa duduk dempet- dempetan dengan perempuan, baju mereka juga sedikit lebih mini. Perempuan di Tajikistan semuanya menggunakan daster, cara berpakaian ini sama dengan Rusia karena mereka dulu satu negara ya dengan Rusia saat masih bernama Uni Soviet. Duduk berdampingan, nyanyi bersama, itu yang tidak saya dapatkan di Afghnistan. 122 Gegar budayanya karena tinggal di Afghanistan bukan karena budaya Indonesia? Ya kebetulan situasinya seperti itu, pelintas batas. Apalagi waktu itu saya datangnya bulan Ramadhan yaa, yang bikin saya surprise di Tajikistan di bulan Ramadhan yah padahal Tajikstan termasuk negara yang paling agamanya kuat di Asia Tengah, mereka minum alkohol, minum vodka di tengah siang bolong di bulan Ramadhan, toko-toko makanan tetap buka, mayoritas orang disana tidak puasa. Bahkan, ketika saya masuk ke wilayah GBAO di perbatasan bertemu dengan orang Ismailiyah, orang Ismailiyah ini umumnya tidak berpuasa dan bahkan saya sampai lupa kalau itu Idul Fitri karena semua orang tidak puasa dan saya juga tidak puasa dan bahkan ini penduduk yang mayoritasnya muslim, tetapi tidak terasa Idul Fitri hanya seperti hari libur biasa. Hambatan apa saja yang terjadi saat berkomunikasi di Tajikistan? Untuk hambatan hampir tidak ada. Ada sedikit kosa kata yang berbeda dengan di Afghanistan tetapi tidak terlalu ini ya saya cepet menyesuaikan dengan bahasanya dengan bahasa mereka. Kalau di negara-negara lain ya karena bahasa Turki saya tidak terlalu bagus, sedangkan di Uzbek, Kazakh, Kyrgiz, dan Turkmen semuanya menggunakan bahasa Turki dan bahasa Rusia saya tidak sebagus bahasa Parsi saya, tetapi di Tajikistan hampir tidak ada masalah dengan bahasa saya. 123 Kalau menurut Mas Agus, budaya di Tajikistan itu sendiri bagaimana? Hmm. Ini yang menarik karena konsep Tajikstan itu sendiri adalah sebuah negara yang artifisial. Tajikistan itu kan adalah salah satu dari lima negara yang diciptakan oleh Uni Soviet sebagai bahan politik pada jaman Stalin untuk memecah belah Asia Tengah. Jadi, selain bahasa mereka yang artifisial, budaya mereka juga artifisial karena perbatasan mereka juga artifisial. Orang Uzbek dan Tajik sebenarnya sudah banyak bercampur sebelum mereka dipisahkan oleh Uni Soviet mana Tajik mana Uzbek, mereka banyak melakukan pernikahan, sehingga banyak percampuran budaya. Sehingga ketika akhirnya merdeka menjadi sebuah negara, mereka menentukan mana yang Tajik mana yang bukan Tajik, sehingga mereka menggali lebih dalam lagi sejarah mereka dan identitas mereka dari masa lalu sehingga lebih luas dari Tajik itu sendiri misalnya pahlawan nasional mereka Ibnu Sina. Kita sering kenal Ibnu Sina tetapi kita sering tidak kenal dengan Tajikistan ya akhirnya mereka punya kebanggaan untuk mengukuhkan identitas mereka dan bahkan kebanggaan itu lebih besar dari Tajikistan itu sendiri. Ibukota peradaban mereka ada di Samarkhand dan Bukhara kota-kota yang berbahasa Tajik tetapi berada di wilayah Uzbekistan. Ada di luar negara mereka. Mereka juga mengagungkan penulis-penulis seperti Firdaus, dan Rudaki semuanya sudah tidak tinggal di Tajikstan tetapi di Uzbekistan mereka juga dianggap sebagai pahlawan mereka, padahal penulis ini juga di klaim oleh negara-negara tetangga. Jadi di satu sisi yang saya tetap respek dengan budaya Tajikistan karena mereka banyak terpengaruh oleh budaya Persia, sebagaimana seperti di Afghanistan dan Iran mereka sangat kuat dalam hal berpuisi. Jika mereka 124 bertemu dengan orang, seringkali mereka memberikan puisi-puisi kuno, mereka sering menyatir puisi pujangga-pujangga kuno dan itu orang Tajik sering bertanya kepada saya “Mana puisi dari Indonesia?” yang mereka sudah buat dari ribuan tahun lalu, orang-orang di rumah berpuisi. Kultur puisi sangat kuat disini. Ada konflik nggak sih akibat perebutan indentitas ini? Ya. Makanya semenjak merdeka mereka jatuh ke dalam perang saudara bukan dengan negara-negara tetangga tetapi akibat menentukan identitas mereka sendiri. Tajik itu apa? Tajik itu mau dibawa kemana? Setelah merdeka Tajik ingin diapakan? Ada yang ingin Tajik sebagai negara Islam, ada yang ingin mempertahankan sekulerisme seperti saat bersama dengan Uni Soviet. Kemudian orang-orang Uzbek juga ikut campur dengan keadaan politik di Tajik sehingga ikut memperkeruh suasana, lalu ada paksi-paksi fundamentalis dari Uzbekistan kelompok-kelompok yang ingin mendirikan syariat Islam di Uzbekistan tetapi bersembunyi di Tajikistan yang juga ikut dalam perang di Afghanistan sehingga menjadi ribet sekali. Konflik di Tajikstan ini sehingga melibatkan negara tetangga dan negara-negara lain. Kalo Mas Agus sendiri melihat Islam di Tajikistan itu sendiri bagaimana sih? Islam di Tajikistan sama seperti Islam di negara pecahan Uni Soviet lainnya di Asia Tengah ya. Dalam kondisi kebangkitan bisa dikatakan dalam posisi kebangkitan lagi jadi setelah identitas Islam itu ditekan begitu lama oleh Uni Soviet selama 70 tahun, azan dilarang mengudara, masjid menjadi gudang, sekarang mereka bebas belajar Islam kembali. Tetapi di antara lima negara lainnya Tajikistan adalah negara yang 125 paling kuat agamanya apalagi mereka dekat ya berbatasan langsung dengan Afghanistan. Mereka berbeda ya dengan negara yang lainnya mereka yang lain Turki, hanya mereka yang Persia. Sehingga mereka sangat dengan Afganistan dan Iran, Islam jadi mudah dikukuhkan, lebih banyak orang Tajikistan yang bisa baca huruf Arab dibanding dengan 4 negara yang lainnya. Kemudian tidak ada upaya sekulerisme yang sangat kentara di Tajikistan. Berbeda dengan di Turkmenistan misalnya yang masjid tetap dikontrol, lalu pemerintah saat bulan puasa tidak mau ikut campur saya lihat di twitternya. Tetapi satu hal lagi Tajikistan menjadi negara yang menurut saya paling demokratis dibanding yang lain Kalau perbedaan Islam di Indonesia dengan di Tajikistan? Pasti berbeda karena perbandingannya bukan apple to apple, berbeda karena dari sisi sejarah juga berbeda kalo di Indonesia unsur sufi sangat kuat karena masuknya lewat sufisme lalu akulturalisme lewat budaya Hindu lalu India, sedangkan di Tajikistan itu merupakan bagian dari budaya Persia sejak dahulu adalah Persia, tetapi satu entitas Islam yang sangat kuat di Tajikistan adalah Ismailiyah yang kita lihat sendiri ya Ismailiyah ibaratnya minoritas, walaupun dia minoritas di dunia Islam sebenernya sangat kuat di Tajikistan karena kita liat dalam sejarahnya tokoh-tokoh Islam di dunia Arab itu banyak yang Ismailiyah, ilmuwan-ilmuwan yang dari Bukhara itu banyak yang Ismailiyah, siapa ya namanya saya tiba-tiba lupa. Ahh Ibnu Sina misalnya ditenggarai sebagai Ismailiyah karena Ismaili itu pada zaman itu sangat menghormati kebebasan berpikir, ilmuwan-ilmuwan Asia Tengah yang kemudian dijadikan 126 pahlawan-pahlawan Arab sebenarnya bukan Arab karena mereka bukan orang Arab bahkan mereka pun tidak berbahasa Arab. Kenapa komunisme tidak bisa membunuh kepercayaan Ismailiyah ini? Aku rasa komunisme pun tidak akan bisa membunuh satu kepercayaan manapun, kita lihat di negara-negara bekas jajahan komunis meski agama semakin ditekan tetapi tetap konsep agama itu tetap ada. Misalnya komunisme menentang nomadisme, ketika sudah tidak dijajah oleh komunis lagi maka nomadisme ini akan dibangkitkan kembali karena mereka akan mencari identitas diri saya. Maka itu yang membuat bangsa-bangsa yang dulu dikungkung oleh komunis akan mencari itu karena akan menjadi kebanggan mereka, karena identitas adalah kebanggan ya maka mereka akan membangun itu untuk nasionalisme mereka saat itu. Semua negara yang kita lihat ya bangkit kembali dengan segala sesuatu yang ingin dihapus oleh komunisme pasti akan bangun kembali. Bagaimana sih keluarga di Tajikistan menjaga budayanya? Aku rasa identitas di Tajikistan yang paling kuat budayanya termasuk di antara meski artifisial yaaa, termasuk paling kuat diantara negara Stan lainnya seperti Kyrgiztan dan Kazakhstan yang telah ter-Rusia-kan, kita lihat di Tajikistan pengaruh Rusia sangat minim orang-orang masih menggunakan bahasa mereka dalam kehidupan sehari-hari beda dengan di Kyrgiztan dan Kazakhstan dimana orang-orang di kota besar menggunakan bahasa Rusia dalam percakapan mereka. Jika ditanya bagaimana mereka menjaga budayanya saya rasa tidak punya masalah besar seperti Kazak dan 127 Kyrgiz, seperti juga Turkmen yang perlu menjaga ke-Turkmennannya. Sedangkan Tajik tidak tidak terlalu tetapi Tajik berusaha mengaitkan diri mereka dengan raja Somoni itukan raja yang paling besar tetapi ia lahir di wilayah negara yang sekarang termasuk Uzbekistan jadi dia pahlawan Tajik tetapi semua wilayahnya ada di Uzbekistan. Mereka harus menggali sejarah masa lalu mereka yang sebenarnya sudah berada di luar garis batas mereka. Hambatan saat berkomunikasi di Tajikistan? Di Tajikistan hampir tidak ada hambatan karena warganya sangat ramah, kalau kita di jalan orang pun akan bersalaman dengan kita itu yang membedakan Tajikistan dengan negara-negara di Asia Tengah, mudah sekali diundang menginap karena saya juga lancar berbahasa Parsi jadi tidak ada kesulitan. Semudah itukah mereka menerima orang asing? Mungkin karena saya bisa bahasa lokal jadi mereka mudah menerima tetapi mungkin kalau orang asing lainnya tidak bisa bahasa lokal cukup susah ya. Bahasa inggris mereka tidak bisa bahasa inggris sedangkan bahasa Rusia mereka tidak begitu bagus karena memang mereka paling jauh dari pengaruh budaya Rusia Ada nggak sih budaya Rusia yang masih bertahan di Tajikistan? Ada. Hurufnya masih huruf Cyrilic dan mereka tidak akan menggantinya dengan huruf arab. Mereka mendengarkan musik Rusia, orang-orang masih ada yang berbahasa Rusia, di pendidikan tinggi pun mereka masih menggunakan buku-buku 128 dari Rusia. Pengaruh Rusia masih ada, pola pikir mereka tentu masih pola pikir dari Rusia, birokrasinya masih birokrasi Rusia. Tentu ada. Dan masih cukup signifikan di semua bekas jajahan Uni Soviet. Cara apa sih yang paling tepat untuk bisa adaptasi budaya? Tinggal di negara tersebut, bergaul dengan masyarakat saya rasa itu cara yang paling tepat. 129 Wawancara kedua melalui email [email protected] Tanggal: 3 Februari 2014 Bagaimana ceritanya bisa menjadi wartawan di Photojournalism?Lalu bagaimana tulisan-tulisan yang awalnya diposting di blog pribadi bisa di terbitkan di Kompas.com rubrik petualang? Saya semula memotret dari perjalanan dan dikirimkan ke majalah, semula dalam karier penulisan dan fotografi saya memulainya dari majalah China. Kemudian, saya juga punya blog pribadi, yang kemudian dilirik oleh Kompas untuk dimuat secara berseri dalam rubrik khusus. Apa definisi travel journalism menurut Mas Agus? Travel Journalism, saya senidri tidak terlalu mengamini istilah ini, karena jurnalisme pun adalah produk dari perjalanan. Banyak karya yang dikategorikan sebagai “travel writing” adalah karya para jurnalis yang tinggal di berbagai negara asing atau kebudayaan asing. Travel dan jurnalisme adalah dua hal yang berjalan bersama, jurnalis pasti harus melakukan perjalanan untuk menghasilkan karya yang baik, dan itu juga menghasilkan tulisan perjalanan, sekaligus tulisan jurnalistik. Apakah buku Garis Batas dapat dikategorikan sebagai hasil produk jurnalistik? Iya, travel writing, creative non-fiction, sekaligus jurnalistik (melibatkan prosesproses, termasuk tentunya verifikasi) 130 Apa yang ingin disampaikan melalui buku tersebut? Tentang makna garis batas dalam hidup manusia Apakah ada pembaca yang setelah membaca tulisan-tulisan Mas Agus tentang Asia Tengah yang akhirnya berkunjung ke negara tersebut? Saya kurang tau tentang hal ini. Karena ini bukan tujuan penulisan saya. 131 Foto