perspektif komunikasi antarbudaya dalam buku

advertisement
PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM BUKU “GARIS BATAS:
PERJALANAN DI NEGERI-NEGERI ASIA TENGAH” KARYA
AGUSTINUS WIBOWO
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Dewi Rifqina
NIM: 109051100079
KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1436 H
PERSPEKTIT KOMUNII(ASI ANTARBUDAYA
DALAM B{,KU G{fiIS BATAS: PERTALANAN di NEGERI-NEGERI
ASIA TENGAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakuhas IImu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Mernenuhi Perryaratan Memperoteh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Ksrn.I)
OIeh:
D,cryi
NIM:
Bifqina
t09O51100079
Di bawah bimbingan,
LEMBAR PENGESAHAN PAITTTIA UJIAN
skripsi yang berjudul Perspektif Komunikasi Antarbudrya dalrrm Buku
*Goris Batss: Pe$alanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, Karya
Agustinus
wibowo telah diujilon dalam sidang Munqosah Fakultas Dakwah dan llmu
Komunikasi universitas Islam Negeri Syarif Hidayaarllah Jakarta pada tanggpl, 8
April 2014. Skripsi ini telah diterirra sbagai salalr saar syaret untuk memperolelr
gelar sarjana program Strata I (S.l) pada jurusan Konsentasi Jurnalistik.
Jakarta, 8
April2014
Sidang Munaqosah
Ke&al Mermgkap Anggo{a,
Sekrstariq
h#);{
lU'Y
Ade Rina Farida. Mogi
u
199803 2 00t
NIP. 19770513 200701 2 0r8
Penguji,
96601
Penguji,
t0
l0l 2001t22ffi3
199303
Pembimbing
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini Saya Menyatakan Bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 April 2014
Dewi Rifqina
iii
Nama : Dewi Rifqina
NIM : 109051100079
Pembimbing: Prof. Dr. Andi Faisal Bakti
ABSTRAK
Perspektif Komunikasi Antarbudaya Dalam Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri
Asia Tengah
Perkembangan teknologi yang pesat telah membawa kita ke dalam mobilitas masyarakat
dunia yang semakin padat. Perjalanan dari suatu tempat ke tempat lainnya menjadi hal yang
biasa, seperti yang dilakukan Agustinus Wibowo. Keingintahuannya akan budaya yang berbeda
membuat ia memutuskan pergi ke daerah Asia Tengah dan memulai petualangannya. Dimulai
dari Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan mengakhirinya di Turkmenistan.
Catatan perjalanannya ini diterbitkan menjadi buku yang berjudul Garis Batas: Perjalanan di
Negeri-Negeri Asia Tengah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan tulisan ini untuk menjawab pertanyaan
umum dan khusus. Adapun umumnya adalah bagaimana perspektif komunikasi antarbudaya
dalam Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah? secara khusus pertanyaannya
adalah bagaimana komponen budaya non-material buku tersebut? Serta bagaimana budaya
perkawinan dalam buku ini?
Buku ini bercerita tentang dunia yang terpisah karena garis batas imajiner maupun nyata.
Pengarangnya mengambil problematika tentang negara-negara di Asia Tengah setelah merdeka
dari Uni Soviet. Budaya yang dibawa oleh Rusia dan kebanggaan sebagai masyarakat Islam
berbaur dan memengaruhi wajah budaya mereka hingga sekarang. Dia melakukan komunikasi
antarbudaya dengan masyarakat di Asia Tengah tetapi tidak jarang ia mendapatkan banyak
hambatan dan ketidaksesuaian budaya.
Teori komunikasi antarbudaya menurut Joseph Devito menjadi landasan konseptual.
Baginya, Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur
yang berbeda, antara orang-orang yang memiliki pekerjaan, nilai, atau cara berperilaku yang
berbeda. Dalam mendefinisikan komunikasi antarbudaya yang terpenting adalah memahami
hakikat tentang kultur. Kultur didefiniskan sebagai gaya hidup yang relatif khusus dari suatu
kelompok masyarakat (Joseph Devito 1997, 415).
Proses dalam melakukan komunikasi antarbudaya tidaklah mudah. Ada lima hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan hal itu. Berurusan dengan keragaman adalah proses yang
membutuhkan waktu, pengalaman dengan berbagai orang, dan komitmen untuk belajar
berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya. Ada lima tanggapan proses yang berbeda
dalam merespon keanekaragaman, yaitu: perlawanan, toleransi, pemahaman, respek dan
partisipasi (Julia T Wood 2011, 175-177).
Komponen non-material di negara-negara Asia Tengah memiliki banyak hal yang
menarik dan beragam. Ada banyak kemiripan dalam budaya non-material mereka. Salah satunya
adalah nilai dalam memperlakukan tamu. Masyarakat di Asia Tengah mengedepankan semangat
ajaran Islam yang mengatakan bahwa tamu adalah musafir yang harus diterima dan diperlakukan
dengan baik.
Dalam komunikasi antarbudaya di Asia Tengah, Agustinus telah melakukan banyak hal
agar tujuan dalam komunikasi tersebut dicapai. Dengan komunikasinya tersebut, ia berhasil
merekam begitu banyak budaya. Agustinus berhasil membawa kita ke dalam tempat-tempat yang
selama ini tidak terekam oleh media dan tersembunyi di atas peta.
Keywords: Komunikasi antarbudaya, Asia Tengah, kultur, garis batas, dan Islam.
iv
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya ucapkan kepada Allah SWT tuhan semesta alam, atas limpahan
karunia dan ridha-Nya yang tidak pernah putus memberikan nikmat dan barakah-Nya. Salawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umatnya dari
jalan kegelapan menuju jalan terang benderang.
Peneliti bersyukur setelah melalui proses yang cukup panjang. Akhirnya, peneliti dapat
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Analisis Perspektif Komunikasi Antarbudaya
Dalam Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah guna memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I).
Peneliti sangat menyadari, bahwa begitu banyak kekurangan saat menyelesaikan skripsi
ini. Namun, Alhamdulillah dengan keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa
menyelesaikan skripsi/penelitian. Hal ini tidak akan mungkin terwujud dengan sendirinya, tetapi
juga karena banyaknya dukungan dan bantuan yang diberikan dari banyak pihak, baik moril
maupun materil. Sehingga peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua saya terutama Ibu saya tercinta Aswirah Nuryati yang selalu memberikan
doa dan dukungannya.
2. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA, selaku dosen pembimbing peneliti yang telah banyak
memberikan bimbingan, ilmu, serta pelajaran yang begitu berharga kepada peneliti selama
menyusun skripsi ini.
3. Rubiyanah M.A., Ketua Konsentrasi Jurnalistik, pembimbing akademik yang selalu
memberikan kemudahan kepada saya selama berada di kampus.
4. Ade Rina Farida, M.Si., Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik saya ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas kebaikan yang diberikan dan kemudahan dalam mengurus nilai-nilai
akademik.
5. Agustinus Wibowo, penulis buku Garis Batas sekaligus menjadi narasumber utama yang
telah meluangkan waktunya.
6. Kepada Wawa Firman dan Tante saya; Lili Musfirah yang juga telah begitu banyak
memberikan dukungan selama ini.
7. Kepada kakak saya, Mameh yang tidak bosannya memberikan nasihat agar tidak malas
dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan juga buat adik-adik saya.
v
8. Untuk teman-teman yang selalu menemani sejak awal kuliah: Turi, Inong, Andin, Icha,
dan Sammi yang banyak memberikan cerita selama perkuliahan.
9. Untuk teman-teman seperjuangan di kelas Konsentrasi Jurnalistik B, angkatan 2009.
10. Teman-teman di Surabaya: Oliv, Elis, Ce Ika, Rizki, Kaneko, Mba Deni, Mba Ira, Mba
Ria, Mba Selvi dan Dimas. Terima kasih atas pertemanan yang begitu baik.
Akhirnya peneliti hanya mampu mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu peneliti selama kuliah baik secara langsung maupun tidak
langsung. Semoga Allah SWT menambah Rahmat dan Karunia-Nya. Peneliti mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam penelitian karya ilmiah ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat
untuk para pembacanya. Amin.
Jakarta, 8 April 2014
Dewi Rifqina
Nim: 109051100079
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING …………………………………………………..i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI……………………………………................................ii
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………………………………….………………...iii
ABSTRAK ................................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………......v
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................................xi
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ................................................ 4
C. Signifikansi Penelitian, Pernyataan, dan Manfaat ......................................... 5
D. Bingkai Teoritis ............................................................................................ 8
E. Metodologi Penelitian ................................................................................... 9
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 15
BAB II
KERANGKA TEORITIS ....................................................................................17
A.
Teori Komunikasi Antarbudaya ............................................................. 17
B.
Tujuan Komunikasi Antarbudaya .................................................20
C.
Hambatan Komunikasi Antarbudaya ..................................................... 22
vii
D.
BAB III
Hubungan Komunikasi Budaya terhadap Komunitas Sosial ................ 24
GAMBARAN UMUM UNI SOVIET, LIMA NEGARA ASIA TENGAH,
SERTA PROFIL AGUSTINUS WIBOWO DAN SINOPSIS BUKUNYA.....33
A. Sejarah Uni Soviet ........................................................................................................................ 33
1. Profil Tajikistan ................................................................................................................36
2. Profil Kirgizstan ............................................................................................................................ 37
3. Profil Kazakhstan . ........................................................................................................... 39
4. Profil Uzbekistan .............................................................................................................. 43
5. Profil Turkmenistan ..........................................................................................................47
B. Profil Agustinus Wibowo ................................................................................................50
C. Sinopsis Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah…………..........52
BAB IV
PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ..........................................55
1. Proses Komunikasi Antarbudaya.......................................................................55
2. Komponen Non-Material ...................................................................................58
A. Tajikistan ........................................................................................................ 58
B. Kirgizstan ..............................................................................................72
C. Kazakhstan ..............................................................................................78
D. Uzbekistan……………………………………………………………...83
E. Turkmenistan…………………………………………………………...89
3. Budaya Perkawinan…………………………………………………............93
A.
Kirgizstan………………………………………………………...94
viii
BAB V
B.
Uzbekistan……………………………………………………...100
C.
Turkmenistan…………………………………………………...105
PENUTUP ..........................................................................................................108
A. Kesimpulan .................................................................................................... 108
B. Saran ....................................................................................................110
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................111
LAMPIRAN................................................................................................................................117
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bendera Tajikistan .....................................................................................................37
Gambar 2. Bendera Kirgizstan .....................................................................................................38
Gambar 3. Bendera Kazakhstan ..................................................................................................40
Gambar 4. Bendera Uzbekistan ...................................................................................................44
Gambar 5. Bendera Turkmenistan...............................................................................................48
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Pengajuan Proposal Penelitian
Lampiran 2. Surat Pengantar untuk Dosen pembimbing
Lampiran 3. Surat Keterangan Permohonan Penelitian/Wawancara
Lampiran 4. Transkrip Wawancara Pribadi dengan Penulis Buku Garis Batas: Perjalanan di
Negeri-negeri Stan
Lampiran 5. Print Out Wawancara Melalui Email dengan Agustinus Wibowo
Lampiran 6. Foto Wawancara dengan Penulis Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-negeri
Stan
Lampiran 7. Print Out Berita “Nikah Ala Kirgiz” di Kompas.com
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan
dari satu negara ke negara lain dan dari satu benua ke benua lain banyak dilakukan.
Saat ini seringkali orang-orang mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal
daerah baru, orang-orang yang berbeda, untuk menggali peluang-peluang ekonomis,
atau untuk melanjutkan sekolah. Hubungan antarpribadi kita semakin menjadi
antarbudaya.1 Mobilitas atau perjalanan ke tempat yang berbeda akhirnya membuat
beberapa orang untuk mencoba mengabadikannya menulis di blog pribadi.Bahkan,
tulisan tentang perjalanan yang bermula dari blog pribadi banyak diterbitkan menjadi
sebuah buku. Lalu, buku yang bertema traveling atau perjalanan menjadi sebuah
genre buku yang disukai masyarakat.
Bermula dari buku berjudul Keliling Eropa 6 Bulan Hanya 1000 Dolar karya
Marina Silvia K,2 kemudian banyak buku-buku travel guide yang ikut bermunculan.
Tetapi, buku travel tidak hanya buku panduan semata. Ada juga buku yang memuat
kumpulan kisah atau memoir selama perjalanan yang diklasifikasikan sebagai travel
literature dalam travel writing. Atau ini biasa disebut sebagai jurnalisme perjalanan
dalam bidang jurnalistik.Tentu, karena sebuah perjalanan tidak hanya sekedar jalan-
1
Joseph DeVito, Komunikasi Antarmanusia, (Harpercollins Publishers Inc: Jakarta, 1997), h. 245.
Indra, “Macam-Macam Buku Travel,” artikel ini diakses pada 14 Januari 2013
darihttp://indradya.wordpress.com/2012/07/11/macam-macam-buku-travel/
2
1
jalan.Banyak hal yang bisa digali dari sebuah perjalanan terutama tentang aktivitas
budaya dan adat-istiadat suatu masyarakat.Maka, komunikasi antarbudaya sangat
penting untuk melihat hal ini.
Salah satu buku yang berhasil menggali banyak budaya dalam suatu masyarakat
ialah buku berjudul Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah karangan
Agustinus Wibowo. Ia bercerita tentang pengalamannya saat berkelana mengunjungi
negara yang “tidak biasa” dikunjungi turis. Ia mengawali perjalanannya lewat
Afghanistan
yang
akhirnya
membuat
ia
menjadi
seorang
fotografer
di
photojournalism.Photojournalism adalah sebuah kajian jurnalistik tentang foto yang
fokus terhadap setiap aspek dalam kehidupan modern saat ini seperti: perang, politik,
isu sosial, dan personalities.Kemudian, ia menyambangi negeri-negeri Stan yang
dahulu berada di bawah kekuasaan negara adidaya Uni Soviet. Negara-negara itu
adalah Tajikistan, Kazakhstan, Kirgizstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan.
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda
budaya (baik dalam arti ras, agama, etnik, golongan, atau perbedaan-perbedaan sosio
ekonomi). Penggolongan kelompok-kelompok budaya tidak bersifat mutlak. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang sangat rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, perkakas, bahasa, pakaian, bangunan, dan karya seni. Selain hal itu,
budaya akan berubah dan berevolusi dari waktu ke waktu. Sehingga budaya bukanlah
sesuatu yang kaku. Namun, seperangkat karakteristik dimiliki bersama oleh sebuah
2
kelompok secara keseluruhan dan dapat dilacak, meskipun telah banyak berubah, dari
generasi ke generasi.3
Komunikasi antarbudaya sama seperti komunikasi lainnya yang mempunyai
banyak hambatan. Bila budaya beragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik
komunikasinya.Corak budaya suatu masyarakat sangat berpengaruh dalam suatu
peradaban.Perbedaan
budaya
inilah
yang
seringkali
sebagai
penyebab
kesalahpahaman antara masyarakat terjadi. Kesalahpahaman antarbudaya itu dapat
kita kurangi bila sedikitnya masyarakat mengetahui prinsip-prinsip komunikasi
antarbudaya dan mempraktikkannya saat mereka berkomunikasi dengan orang lain
yang berbeda budaya.
Melihat karakter komunikasi antarbudaya yang unik, maka sangat menarik
bagaimana Agustinus dalam melakukan komunikasi antarbudaya di negara-negara
Stan. Melalui praktik komunikasi antarbudaya, Agustinus dapat mengetahui banyak
tentang budaya dan adat istiadat di masyarakat tersebut. Tulisan Agustinus sangatlah
rinci, ia mencatat tentang berbagai peristiwa penting seperti budaya perkawinan.
Agustinus tidak hanya melihat bagaimana budaya itu sendiri, tetapi ia juga
menjelaskan bagaimana budaya itu bisa terbentuk dan menjadi bagian dari kehidupan
mereka. Sebagai contoh, ketika Agustinus pertama kali menginjakkan kakinya di
Negara Tajikistan yang ternyata sangat berbeda dengan Afghanistan. Tajikistan yang
mayoritas masyarakatnya beragama Islam banyak yang tidak berpuasa ketika Bulan
Ramadhan tiba. Menurut Agustinus ini karena pengaruh Uni Soviet yang dulu tidak
3
Joseph DeVito, Komunikasi Antarmanusia, h. 236-237.
3
memperbolehkan masyarakat menjalani ritual keagamaan. Sehingga ketika lepas dari
Uni Soviet pun masyarakat Tajikistan belum juga terbiasa dengan ajaran-ajaran
Islam. Budaya tidak terbentuk dalam satu malam tetapi melalui proses yang panjang
dan akhirnya diturunkan pada generasi berikutnya.
Selama petualangan budaya di negara-negara yang pernah dikenal sebagai
bagian dari jalur sutera, ia tinggal dengan masyarakat, bergaul dengan rakyat, untuk
mengetahui hal-hal yang tidak pernah ada di media massa. Ia penasaran bagaimana
negara yang dulunya bersatu di bawah naungan komunisme Uni Soviet akhirnya
terpisah dan menentukan identitas negaranya masing-masing.
Agustinus membagi petualangannya yang kaya akan pengetahuan budaya,
awalnya melalui blog pribadinya Agustinuswibowo.net, kemudian tulisan-tulisannya
secara berkala dimuat di rubrik petualang di Kompas.com. Tulisannya mendapatkan
respons positif yang baik oleh para pembaca, meski akhirnya rubrik petualang kini
telah berganti nama menjadi rubrik travel, tetapi tulisannya tentang negara-negara
Stan akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku oleh Gramedia Pustaka Utama dan
diberi judul Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah.
Dari latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil judul; Perspektif
Komunikasi Antarbudaya dalam buku Garis Batas Perjalanan di Negeri-negeri Asia
Tengah.
4
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk lebih mempertajam dan mempermudah analisis dalam kajian
selanjutnya, peneliti membatasi objek penelitian pada aspek komunikasi antarbudaya
dalam Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah karangan
Agustinus Wibowo yang pernah dimuat di Kompas.com pada tahun 2008.Kajian
skripsi ini berfokus pada proses komunikasi antarbudaya, komponen budaya nonmaterial, dan budaya perkawinan. Analisis komponen budaya non-material akan
meneliti lima negara yang dikunjungi oleh Agustinus yaitu Tajikistan, Kazakhstan,
Kirgizstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Tetapi, untuk analisis budaya perkawinan
hanya mengambil tiga negara saja yaitu Kirgizstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan.
Karena Agustinus memang hanya menceritakan tentang budaya perkawinan di tiga
negara tersebut dalam bukunya.
2. Rumusan Masalah
Penelitian ini kemudian menitikberatkan permasalahan pada: bagaimana buku
Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah dilihat dari sudut pandang
komunikasi antarbudaya? Pertanyaan turunan skripsi ini adalah:
1. Bagaimana perspektif proses komunikasi antarbudaya dalam buku Garis
Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah?
5
2. Bagaimana komponen non-material yakni keyakinan, nilai, norma, dan
bahasa dalam bukuGaris Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah?
3. Bagaimana budaya perkawinan dalam buku Garis Batas: Perjalanan di
Negeri-Negeri Asia Tengah?
C.Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui secara detil proses komunikasi antarbudaya dan
komponen-komponen budaya dalam Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia
Tengah, selain itu skripsi ini juga mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perspektif proses komunikasi antarbudaya pada Garis
Batas: Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah?
2. Untuk mengetahui bagaimana komponen non-material yakni keyakinan,
nilai, norma, dan bahasa dalam buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia
Tengah?
3. Untuk mengetahui budaya perkawinan pada Garis Batas: Perjalanan di
Negeri-negeri Asia Tengah?
6
2. Pernyataan Penelitian
Penelitian ini mencoba mengungkapkan proses komunikasi antarbudaya dan
komponen-komponen budaya dalam Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia
Tengah yang ditulis oleh Agustinus Wibowo. Negara-negara Asia Tengah adalah
sebuah negara yang baru muncul pada tahun 1990-an ketika sang induk Uni Soviet
runtuh saat pemerintahan dipegang oleh Michael Gorbachev. Saat itu Gorbachev
yang ingin menyelamatkan kebuntuan ekonomi mengeluarkan kebijakan yang
dinamakan glasnost (keterbukaan politik), perestroika (restrukturisasi), dan
democratizatsation (demokratisasi).4Sayangnya justru kebijakan ini yang malah
membuat Uni Soviet pecah dan melahirkan negara-negara baru seperti yang terletak
di Asia Tengah.Asia Tengah menyimpan keunikan sendiri.Setelah lepas dari bayangbayang komunis kemudian mereka membangun kembali negaranya dengan semangat
jati diri sebagai negara yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam.Menarik
untuk melihat bagaimana komunis dan Islam akhirnya membentuk warna yang
beragam dalam budaya mereka.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan teori-teori komunikasi
khususnya teori komunikasi antarbudaya. Penelitian ini juga diharapkan mampu
memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan khususnya komunikasi
4
Hoeda Manis, “Apa Yang Dimaksud dengan Glasnost dan Perestroika”, artikel diakses pada 28
Januari 2014 darihttp://belajar-sampai-mati.blogspot.com/2008/04/apa-yang-dimaksud-glasnostdan.html
7
antarbudaya, media serta jurnalistik.Selain itu, skripsi ini juga diharapkan bisa
menjadi referensi bagi mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang ingin mengetahui mengenai komunikasi antarbudaya.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi akademisi,
praktisi, khususnya mahasiswa jurnalistik dan pembaca pada umumnya yang tertarik
akan penelitian komunikasi antarbudaya. Serta dapat bermanfaat bagi seluruh
lapisan masyarakat, yang ingin mengetahui bagaimana budaya yang ada di negaranegara Asia Tengah.
8
D. Bingkai Teoritis
Bagan 0.1
Keyakinan
Nilai
Komponen
Non-Material
Norma
Bahasa
Komunikasi
Antarbudaya
Perlawanan
Garis Batas
Toleransi
Proses
Pemahaman
Budaya
Perkawinan
Respek
Partisipasi
Sumber: Julia T Wood, Communication in Our Lives, (Wadsworth Cengage Learning: Boston, 2009)
9
Berdasarkan bagan 0.1 tentang bingkai teoritis di atas, skripsi ini akan menganalisis
sebuah buku yang berjudul: Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah
dengan menggunakan analisis komunikasi antarbudaya. Analisis yang digunakan
ialah milik Joseph Devito dengan teorinya yang mengacu pada komunikasi antara
dua kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki pekerjaan, nilai, atau cara
berperilaku yang berbeda. Selain itu juga akan menganalisis tentang komponen
budaya non-material seperti keyakinan, nilai, norma, dan bahasa. Kemudian,
penelitian ini juga akan mengangkat tentang budaya perkawinan yang dijelaskan
Agustinus di 3 negara di Asia Tengah.Saat perjalanannya ke 5 negara di Asia
Tengah, Agustinus hanya melihat budaya perkawinan di 3 negara saja. Sehingga
penelitian ini pun hanya akan membahas budaya perkawinan di 3 negara tersebut.
E. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Riset kualitatif bertujuan
untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengamatan data yang
dalam. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman data. Sebagai
bagian integral dari data, peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang
diinginkan.5 Peneliti membaca buku ini berkali-kali, dan mencatat hal-hal penting
yang mendukung format dan kerangka konsep dalam penelitian ini. Penelitian
kualitatif dapat menunjukkan pada penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah,
tingkah laku, atau hubungan kekerabatan. Dalam hal ini, peneliti membaca referensi
5
Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi,(Kencana: Jakarta,2006),h. 57.
10
tentang hal ini pada literatur, buku jurnal, dan web yang ada dan relevan dengan
topik ini.
Dengan kualitatif inimencoba menghasilkan suatu uraian mendalam tentang
mutu ucapan, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dariindividu, kelompok,
masyarakat organisasi tertentu, dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari
sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic.6
Menurut Kirk dan Miller (1986:9)7 seperti yang dikutip dari buku Prof. Dr.
Syamsir Alam yang berjudul Metodologi Penelitian Sosial, “penelitian kualitatif
merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya.” Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor yang juga dikutip dari
buku yang sama, “penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.” Pada dasarnya, ada tiga komponen pokok dalam
penelitian kualitatif. Pertama, adanya data sebagaimana yang telah disebutkan yakni
bisa datang dari berbagai sumber seperti: interview dan observasi itu untuk sumbersumber yang paling umum. Komponen kedua dari penelitian kualitatif terdiri atas
analisis atau prosedur-prosedur interpretasi yang berbeda guna memperoleh hasil
penemuan atau teori-teori. Prosedur-prosedur ini termasuk teknik konsteptialisasi
6
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008),
h. 215.
7
JeromeKirk danMarc L. Miller, Reliability and Validity in Qualitative Research, (New York: Sage
Publications, 1986)
11
data. Penulisan dan laporan-laporan verbal masuk pada komponen ketiga dari
penelitian kualitatif.8 Penelitian ini menganalisis mengenai proses
komunikasi
antarbudaya, komponen non-material, dan budaya perkawinan dalam buku Garis
Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, kemudian menyimpulkan hasil
analisis tersebut.
1. Objek Penelitian dan Unit Analisis
Objek dari penelitian ini adalah buku Garis Batas: Perjalanan di NegeriNegeri Asia Tengah. Sedangkan unit analisisnya adalah bab per bab yang
terdapat dalam buku tersebut berdasarkan awal mula negara yang dikunjungi
oleh Agustinus. Bab pertama mengenai tentang Tajikistan, kemudian bab kedua
tentang Kirgizstan, lalu diteruskan dengan bab ketiga tentang Kazakhstan, bab
keempat tentang Uzbekistan, dan ditutup dengan bab kelima mengenai
Turkmenistan. Namun analisis mengenai budaya perkawinan, peneliti hanya
mengkaji 3 negara saja karena memang hanya iu yang Agustinus ceritakan
dalam bukunya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang digunakan
penulis dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dibedakan
dengan metodologi dari peneliti, yaitu riset kualitatif. Riset kualitatif yang
8
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN dan
UIN Jakarta Press, 2006) h.33.
12
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan juga
dokumentasi yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a). Analisis teks terhadap artikel-artikel yang ada di media massa
tentang budaya dan Asia Tengah, berdasarkan tiga kriteria budaya yang
ada pada bagan 0.1 di atas.
b). Wawancara dalam riset kualitatif ialah wawancara mendalam atau
wawancara intensif dan kebanyakan tak berstruktur.9
Penelitian ini telah melakukan wawancara dengan pihakpenulis buku Garis
Batas Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengahyaitu Agustinus Wibowo pada 7
November 2013 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran, Bandung. Karena
waktu yang tidak mencukupi pada wawancara pertama maka selanjutnya wawancara
dilakukan via email pada 3 Februari 2014.10 Wawancara dilakukan sebagai metode
pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari
narasumbernya.11Bertujuan untuk mendapatkan data yang mendalam.Pada penelitian
ini peneliti sudah mendapatkan informasi dari penulis buku ini. Hasil wawancaranya
sudah dimasukkan ke dalam bab 4 sebagai bahan analisis.
9
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktik Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 96.
Wawancara Dengan Agustinus Wibowo, lihat lampiran 5.
11
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial lainnya, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 35.
10
13
c). Studi dokumentasi
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan, membaca dan mempelajari
berbagai bentuk data tertulis seperti buku, majalah, atau jurnal yang terdapat
diperpustakaan, internet atau institusi lain yang dapat mendukung penelitian
ini.Peneliti juga mengumpulkan dan mempelajari data melalui literatur dan sumber
bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah yang berkaitan dengan tiga
konsep penelitian yang digunakan dalam membedah buku Agustinus ini.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti meninjau beberapa skripsi
sebelumnya yang juga mengkaji tentang komunikasi antarbudaya. Salah satunya
adalah penelitian yang berjudul “Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Adat Baduy
Luar dengan Masyarakat Luar Adat Baduy di Banten.” Penulisnya adalah Raden
Dimas Anugrah Dwi Satria,Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.12 Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa ada perbedaan dalam
komunikasi antara masyarakat adat Baduy Dalam dan Baduy Luar. Skripsi Dimas
juga menjelaskan tentang perbedaan budaya pada kedua masyarakat tersebut.
Selain skripsi di atas, peneliti juga meninjau skripsi lain yang berjudul
“Komunikasi Antarbudaya di Televisi dalam Segmen Islam Today ProgramBerita
12
Raden Dimas, “Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Adat Baduy Luar dengan Masyarakat Luar
Adat Baduy di Banten,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013).
14
Mingguan “Indonesia Now” Metro TV.” Penulisnya adalah Annisa,Mahasiswa
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.13Skripsi tersebut meneliti
tentang bagaimana segmen Islam Today mengemas berita tentang Islam di negaranegara lain dan bagaimana berita tersebut bisa diterima di masyarakat Indonesia
dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi antarbudaya.
Kemudian skripsi lain yang menjadi rujukan adalah skripsi yang berjudul
“Analisis Pola Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing UIN Jakarta: Perspektif
Gegar Budaya.” Penulisnya adalah Arip Hidayat, Mahasiswa Komunikasi dan
Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.14 Skripsi ini meneliti tentang gegar budaya yang
dialami mahasiswa asing ketika menuntut ilmu di UIN Jakarta dan berada di
Indonesia.
Yang terakhir adalah skripsi dengan judul “Perkembangan Kehidupan Minoritas
Muslim di Rusia: Studi Kasus Tatarstan.” Penulisnya yaitu Nur Endah Muthial,
Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.15 Skripsi ini mengkaji tentang
kehidupan masyarakat muslim di Tatarstan yang menjadi bagian kaum minoritas di
13
Annisa, “Komunikasi Antarbudaya di Televisi dalam Segmen Islam Today Program Berita
Mingguan “Indonesia Now” Metro TV,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012).
14
Arip Hidayat, “Analisis Pola Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing UIN Jakarta: Perspektif
Gegar Budaya,”(Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).
15
Nur Endah Muthial, ”Perkembangan Kehidupan Minoritas Muslim di Rusia: Studi Kasus Tatarstan,”
(Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2010).
15
wilayah Rusia yang notabene penduduknya menganut Kristen Ortodoks. Skripsi ini
cukupmemberikan informasi tentang sejarah masuknya Islam di Asia Tengah.
Peneliti memilih skripsi tersebut untuk dijadikan sebagai acuan karena perangkat
penelitian yang digunakan sama dengan penelitian yang peneliti lakukan. Tentunya
terdapat perbedaan antara skripsi tersebut dengan skripsi peneliti, yakni mengenai
artikel atau bahan tulisan, objek penelitian, konsep yang digunakan, dan hasil
temuan serta analisa data.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah, maka peneliti
membagi pembahasannya ke dalam lima bab, yang dibagi dalam sub bab sebagai
berikut:
Pada bab pendahuluan ini, peneliti menguraikan alasan pemilihan judul,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.
Selanjutnya (bab2), peneliti menjelaskan mengenai kajian teoritis mengenai
teori komunikasi antarbudaya dari para tokoh seperti Andrea L. Rich dan Dennis M.
Ogawa; Samovar dan Porter; Charley H Dood; Lustig dan Koester; Guo Ming Chen
dan William J. Satrosta; dan Joseph Devito. Kemudian, bab ini juga menjelaskan
tentang proses komunikasi antarbudaya, dan komponen non-material dari suatu
kebudayaan.
16
Pada bab berikutnya (bab 3) Penulis memberikan gambaran umum tentang
sejarah Uni Soviet, profil Tajikistan; Kirgizstan; Kazakhstan; Uzbekistan; dan
Turkmenistan. Kemudian juga akan menulis tentang profil Agustinus Wibowo,
penulis buku tersebut. Lalu penulis juga memberikan sinopsis tentang buku
tersebut.
Sebagai inti pembahasan, penulis menjelaskan proses komunikasi
antarbudaya, komponen budaya non material, dan budaya perkawinan dalam buku
Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah di bab 4.
Akhirnya, pada bab 5 skripsi ini ditutup dengan beberapa kesimpulan
kesimpulan yang berfungsi untuk menjadi jawaban atas pertanyaan minor, serta
diakhiri dengan beberapa saran konstruktif dari peneliti.
17
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Pengertian Komunikasi Antarbudaya
Ada banyak tokoh yang mengkaji tentang komunikasi antarbudaya, semuanya
mempunyai kemiripan dalam memberikan pengertian tersebut karena pada intinya
komunikasi antarbudaya adalah bentuk komunikasi yang terjadi dengan latar
belakang pelaku komunikasi yang masing-masing berbeda budaya. Berikut ini adalah
beberapa tokoh yang memberikan pengertian tentang komunikasi antarbudaya.
1. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda
kebudayaan, misalnya antara suku bangsa, etnik, ras, dan kelas sosial.
2. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter
Komunikasi antarbudaya terjadi di antara produsen pesan dan penerima pesan
yang latar belakang kebudayaannya berbeda.
3. Charley, H Dood
Komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta
komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, atau kelompok dengan tekanan pada
perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para
peserta.
18
3. Martin W. Lustig dan Jolene Koester
Komunikasi
antarbudaya
adalah suatu
proses
komunikasi
simbolik,
interpretatif, transaksional, dan konstektual yang dilakukan oleh sejumlah orangyang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan-memberikan interpretasi dan
harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku
tertentu sebagai makna yang dipertukarkan.
4. Guo-Ming Chen dan William J. Starosta
Komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem
simbolik yang membimbing perilaku manusia, dan membatasi mereka dalam
menjalankan fungsinyasebagai kelompok.16
Sedangkan menurut Joseph Devito dalam bukunya yang berjudul Komunikasi
Antarmanusia (1997), “komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara
orang-orang dari kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki pekerjaan,
nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda.” Menurutnya saat kita ingin
mendefinisikan pengertian tentang komunikasi antarbudaya sebaiknya memahami
hakikat tentang kultur. Kultur ia definisikan sebagai “gaya hidup yang relatif khusus
dari suatu kelompok masyarakat-yang terdiri atas nilai-nilai, kepercayaan, artefak,
cara berperilaku, serta cara berkomunikasi yang ditularkan dari satu generasi ke
generasi lainnya.” Termasuk dalam kultur ini adalah segala hal yang dihasilkan dan
16
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: LKiS, 2003) h. 12-13.
19
dikembangkan oleh anggota suatu kelompok, bahasa, cara berpikir, seni, undangundang, dan agama mereka.
Jadi, komunikasi dan budaya tidak dapat dipisahkan, karena mempengaruhi
satu sama lain. Budaya direfleksikan dalam praktek komunikasi; di waktu yang sama,
praktek komunikasi membentuk kehidupan budaya.17Akhirnya, dapat disimpulkan
bahwa komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi antara orang-orang
yang berbeda kebudayaan.
Sebenarnya dalam kegiatan komunikasi kita sehari-hari dengan orang lain
selalu mengandung potensi untuk menjalin komunikasi antarbudaya atau lintas
budaya apalagi di tengah mobilitas masyarakat yang semakin padat. Hubungan
antarpribadi
kita
menjadi
hubungan
antarbudaya.
Perkembangan
teknologi
komunikasi ikut memengaruhi pengalaman sehari-hari kita yang telah menjadi
semakin antarbudaya. Teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang sangat
asing masuk ke rumah kita. Teknologi komunikasi seperti film, sosial media, dan
beragam aplikasi chat telah membuat komunikasi antarbudaya menjadi mudah,
praktis, dan tidak dapat kita hindarkan.
Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan
karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara
berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada
pada masing-masing budaya. Karena kita akan selalu berada pada budaya yang
17
Julia T Wood, Communication in Our Lives,(Wadsworth Cengage Learning: Boston, 2009)h. 162.
20
berbeda dengan orang lain, seberapa pun kecilnya perbedaan itu. Perbedaanperbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan
menimbulkan komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau
timbul kesalahpahaman. Akibat kesalahpahaman itu maka seringkali menimbulkan
konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan.
Sehubungan dengan hal itu, maka kita memiliki beberapa alasan atau tujuan
untuk mempelajari komunikasi antarbudaya. Berikut ini adalah beberapa pendapat
para ahli tentang tujuan komunikasi antarbudaya:
B. Tujuan Komunikasi Antarbudaya
Mengenai tujuan studi komunikasi antarbudaya, Litvin menguraikan bahwa
tujuan tersebut bersifat kognitif dan afektif , yaitu untuk:

Menyadari bias budaya sendiri,

Lebih peka secara budaya,

Memperoleh kapasitas untu benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya
lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang
tersebut,

Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri,

Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang,

Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu
menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri,
21

Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan
memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya,

Membantu memahami kontak antarbudaya sebagai suatu cara memperoleh
pandangan ke dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasankebebasan, dan keterbatasan-keterbatasannya,

Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi
bidang komunikasi antarbudaya,

Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari
secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.18
Sedangkan Alo Liliweri membuat 8 alasan tentang pentingnya tujuan dari
mempelajari komunikasi antarbudaya, yaitu (1) membuka diri dan memperluas
pergaulan; (2) meningkatkan kesadaran diri; (3) etika/etis; (4) mendorong perdamaian
dan meredam konflik; (5) demografis; (6) ekonomi; (7) menghadapi teknologi
komunikasi; (8) menghadapi era globalisasi.19
Jadi dengan mempelajari komunikasi antarbudaya berarti kita mempelajari
kebiasaan-kebiasaan setiap etnis, adat, agama, geografis, dan kelas sosial yang ada di
masyarakat. Dengan pemahaman tersebut kita mengkomunikasikan perbedaanperbedaan tersebut dengan komunikasi antarbudaya. Hal tersebut sangat berguna
18
Jalaludin Rakhmat dan Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya, (PT. Remaja Rosdakarya:
Bandung, 2006) h. xi.
19
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 32-33.
22
menyelesaikan konflik melalui dialog yang baik antara lain dengan identifikasi
melalui perspektif budaya.20
Membangun sebuah komunikasi dengan orang yang berbeda budaya tidaklah
mudah. Terkadang sebuah hubungan komunikasi tidak bisa berjalan dengan mulus
karena banyaknya hambatan salah satunya adalah perbedaan budaya. Perbedaan
budaya seringkali menimbulkan konflik sehingga banyak sekali di Indonesia atau di
dunia konflik yang terjadi akibat perbedaan-perbedaan. Contohnya seperti kasus Poso
dan kasus Ahmadiyah di Indonesia, serta kasus Rohingya di Myanmar.
Kasus-kasus konflik di atas banyak menelan korban jiwa serta menyebabkan
kerugian secara materil dan non materil yang mengingatkan kita bahwa komunikasi
antarbudaya sangatlah penting dipelajari. Karena, masih banyak yang tidak
memahami tentang perbedaan budaya itu sendiri, apalagi Indonesia memiliki banyak
keragaman baik dari segi agama, ras, suku, dan budaya. Komunikasi antarbudaya
akan memberikan pengetahuan bahwa suatu budaya tidak ada yang salah dan benar.
Keragaman adalah suatu hal yang alami dan harus diterima dengan baik.
Hal terpenting lainnya mengapa kita wajib mempelajari komunikasi
antarbudaya adalah karena rasa ingin tahu yang besar terhadap orang lain. Kita selalu
ingin tahu tentang orang lain yang berbeda dengan kita entah perbedaan wajah, suara,
atau kehidupan yang berbeda. Kita bertanya-tanya mengapa wanita Muslim
menggunakan baju yang panjang dan memakai kerudung sebagai penutup kepala,
mengapa pria menggunakan turban, dan mengapa ada beberapa orang yang tidak
20
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 33.
23
makan daging. Komunikasi antarbudaya termasuk membangun hubungan yang baik
dengan teman atau musuh.21
C. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya
Hukum Murphy (Jika sesuatu budaya bisa salah, dia akan salah) hal ini juga
berlaku untuk komunikasi antarbudaya. Mengenali beberapa hal yang bisa menjadi
penghambat yang lazim dapat membantu kita untuk menghindarinya atau setidaktidaknya menanggulangi akibatnya. Komunikasi antarbudaya, tentu saja, menghadapi
hambatan dan masalah yang sama seperti yang dihadapi oleh bentuk-bentuk
komunikasi yang lain. Di bagian ini akan membahas hambatan-hambatan yang unik
untuk komunikasi antarbudaya (Barna, 1998; Ruben, 1985).22
Pertama adalah mengabaikan perbedaan antara anda dan kelompok yang
secara kultural berbeda. Dalam hal ini hambatan yang paling lazim dan sering kita
temukan ialah kita menganggap bahwa yang ada hanya kesamaan dan bukan
perbedaan. Ini terutama dalam hal: nilai, sikap, dan kepercayaan. Kita dapat dengan
mudah mengakui dan menerima perbedaan gaya rambut, cara berpakaian, dan
makanan. Tetapi, dalam hal nilai-nilai dan kepercayaan dasar, kita menganggap
bahwa pada dasarnya manusia itu sama. Ini tidak benar. Bila kita dapat
mengasumsikan
dan
mengabaikan
perbedaan,
kita
bisa
secara
implisit
mengomunikasikan kepada lawan bicara bahwa cara kita lah yang benar dan cara
mereka tidak penting bagi kita. Yang kedua yaitu mengabaikan perbedaan antara
21
Judy C. Pearson dkk, Human Communication, (McGraw Hill: New York, 2008), h. 169.
Laray M Barna (1985), Stumbling Block In Intercultural Communication. In Brent D. Ruben,
Information and Behavior, New Branswick, NJ: Transaction.
22
24
kelompok kultural yang berbeda. Dalam setiap kelompok kultural terdapat perbedaan
yang besar dan penting. Seperti halnya orang Amerika tidak sama satu dengan yang
lainnya, demikian pula orang Indonesia, Yunani, Meksiko, dan seterusnya. Bila kita
mengabaikan perbedaan ini kita terjebak dalam stereotype.
Terkadang, stereotype terjadi karena orang-orang mempunyai kesan
pengalaman negatif atau positif dengan seseorang dari kultur yang berbeda. Dalam
suatu riset, seseorang menilai orang hitam hanya dengan satu perbuatan saja dari
tingkah lakunya yang negatif.23 Kita mengasumsikan bahwa semua orang yang
menjadi anggota kelompok yang sama (dalam hal ini kelompok bangsa atau ras)
adalah sama. Yang ketiga adalah mengabaikan perbedaan dalam makna. Makna tidak
terletak pada kata-kata yang digunakan melainkan pada orang-orang yang
menggunakan kata itu. Kita harus peka terhadap prinsip ini dalam komunikasi
antarbudaya.
Hal keempat adalah melanggar adat kebiasaan kultural. Setiap kultur
mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini menetapkan mana yang
patut dan mana yang tidak patut. Pada beberapa kultur di negara lain, orang
menunjukkan rasa hormat dengan menghindari kontak mata langsung dengan lawan
bicaranya. Bagian kelima atau yang terakhir yaitumenilai perbedaan secara
negatif.Meskipun menyadari adanya perbedaan-perbedaan di antara-antara kultur,
anda tetap tidak boleh menilai perbedaan ini sebagai hal yang negatif. Misalnya,
23
Judy Pearson, Human Communication, h. 173.
25
meludah dalam kebanyakan kultur Barat, meludah dianggap sebagai tanda
penghinaan dan ketidaksenangan, yang tidak boleh dilakukan di muka umum.24
D. Hubungan Komunikasi terhadap Budaya dan Komunitas Sosial
a. Mengekspresikan komunikasi dan mempertahankan budaya
Pola dari komunikasi merefleksikan nilai budaya dan perspektif. Sebagai contoh,
banyak bahasa di Asia memasukkan beragam katauntuk mendeskripsikan hubungan
khusus (saudara laki-lakinya nenek saya, pamannya ayah saya, anak laki-laki saya
yang paling kecil, anak perempuan saya yang paling besar). Ini mencerminkan
penekanan budaya pada sebuah hubungan keluarga yang sangat erat. Hanya ada
sedikit kata dalam bahasa Inggris untuk menjelaskan ikatan kekerabatan.
Respek dari budaya di Asia terhadap orang yang lebih tua (sesepuh)
dicerminkan melalui bahasa. Jika orang Asia bicara “Besok, aku akan berumur 60
tahun” artinya adalah “Aku pantas untuk mendapatkan respek.” Secara kontras,
budaya barat cenderung mengagungkan pemuda dan memiliki banyak kata-kata
positif untuk kemudaan (young in spirit, fresh) dan kata-kata negatif untuk senioritas
atau kedudukan yang lebih tinggi (has-been, outdated, old-fashioned, over the hill).
Komunikasi sekaligus mencerminkan dan mempertahankan nilai-nilai
budaya. Setiap saat kita mengekspresikan nilai-nilai budaya, kita juga mengabadikan
hal tersebut. Kemudian, komunikasi adalah cermin dari nilai-nilai budaya dan sebuah
cara utama untuk menjaganya. Komunikasi non verbal juga mengekspresikan nilai-
24
Joseph Devito, Komunikasi Antarmanusia, h. 488-491.
26
nilai budaya.25 Sebagai contoh, beberapa wanita India yang tinggal di Amerika
Serikat tetap menggunakan pakaian tradisional, sari. Sebagai salah satu bentuk dalam
ekspresi budaya.26
b. Budaya Terdiri dari Komponen Material dan Non-material
Budaya termasuk dari kedua elemen material dan nonmaterial. Komponen
material benda-benda nyata dan zat fisik yang telah diubah oleh campur tangan
manusia. Benda budaya menciptakan mencerminkan nilai-nilai, kebutuhan, tujuan,
dan keasyikan. Contohnya, budaya yang menciptakan banyak senjata dengan sengaja
biasanya cenderung memiliki tujuan untuk penaklukan. Komponen benda material di
budaya barat termasuk mobil, telepon, komputer, pager, sekop, dan palu. Setiap dari
benda tersebut dibangun dengan bahan baku alami seperti logam, pohon, dan air,
yang dibentuk menjadi bentuk-bentuk baru untuk penggunaan baru. Banyak
penemuan untuk meningkatkan kecepatan di Amerika Serikat mencerminkan
penekanan Barat pada efisiensi dan produktivitas.
Budaya juga termasuk komponen non-material. Ini adalah kreasi berwujud
yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan mempengaruhi perilaku pribadi dan sosial.
4 aspek yang paling penting dalam komponen non-material yaitu kepercayaan, nilai,
norma-norma, dan bahasa. Yang akan dijelaskan sebagai berikut:
25
26
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164.
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164.
27
1) Keyakinan
Keyakinan adalah konsepsi tentang apa yang benar, faktual, dan valid.
Keyakinan dapat berakar dalam iman, pengalaman, atau ilmu pengetahuan.
Keyakinan budaya dianggap sebagai kebenaran meskipun terkadang itu tidak benar
atau tidak bias dibuktikan. Warga Amerika Serikat di tahun 1600-an, percaya akan
penyihir dan siapa pun yang diduga sebagai penyihir akan ditenggelamkan atau
dibakar. Keyakinan budaya, meski tidak akurat memengaruhi perilaku pribadi dan
sosial.27
Penelitian lintas budaya lebih baru menunjukkan bahwa kadang-kadang
sistem kepercayaan dan nilai kita dapat memperbaiki kemampuan kita untuk
menyesuaikan diri ketika tinggal di sebuah negara lain. Suatu penelitian atas para
pengungsi Tibet yang menetap di India memperlihatkan bahwa mereka telah berhasil
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka dan mendapatkan banyak
perolehan ekonomi dan sosial. Budisme Mahayana menyediakan kaum Tibet tidak
hanya suatu rancangan untuk hidup namun juga pandangan hidup yang positif, tekun,
pragmatik, dan seimbang. Bagi orang Tibet tindakan memajukkan afirmasi hidup
berdasarkan perbuatan baik yang dilakukan individu dan komunitas. Pandangan dunia
Budisme Tibet memajukan suatu sikap “mampu” dengan suatu dosis keriangan yang
sehat.28
27
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164-165.
Stewart L. Tubbs- Sylvia Miss, Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi),(PT
Rosdakarya: Bandung, 2005) h. 252.
28
28
2) Nilai
Nilai umumnya berbagi pandangan tentang apa yang baik, benar, berharga,
dan penting saat melakukan sesuatu dan eksistensi. Sedangkan, keyakinan harus
dilakukan dengan orang-orang yang pikir bahwa itu benar, nilai adalah dengan apa
yang seharusnya dilakukan atau apa yang pantas dalam kehidupan. Sebagai contoh,
budaya yang menghargai keluarga dari hubungan mereka dengan yang lain akan
menciptakan hukum dan kebijakan sosial untuk mendukung kehidupan keluarga
mereka.
Budaya yang berbeda memiliki nilai yang berbeda terhadap dunia sekitar.
Nilai didukung oleh budaya yang diekspresikan lewat komunikasi para anggotanya.29
Jauh lebih sulit memahami dan menerima nilai-nilai budaya lain bila nilai-nilai itu
berbeda dari nilai-nilai budaya kita. Nilai-nilai kita itu tampak universal dan mutlak.
Nilai-nilai menentukan apa yang kita anggap benar, baik, penting, indah; kita sulit
menerima bahwa apa yang benar atau baik itu bergantung pada budaya.30
3) Norma
Norma adalah aturan informal yang menuntun bagaimana anggota-anggota
budaya mengambil tindakan, serta bagaimana mereka berpikir dan merasa. Norma
mendefinisikan apa yang dianggap normal atau telah sesuai, dalam situasi tertentu.31
Meskipun kita sering menggunakan aturan-aturan ini seolah-olah aturan-aturan
29
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 165.
Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi), h. 251.
31
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 165-166.
30
29
tersebut mutlak atau standar naluriah, aturan-aturan tersebut sebenarnya secara
kultural dikembangkan dan diwariskan.32 Misalnya, di Amerika Serikat, salad
(lalapan) biasanya dihidangkan sebelum hidangan utama, tapi di Perancis dan di
negara Eropa lainnya, salad bersama hidangan utama. Norma merefleksikan nilai
budaya. Di Amerika Serikat, misalnya banyak norma yang respek dengan nilai-nilai
kebebasan pribadi, properti, dan kemandirian: mengetuk pintu yang tertutup, meminta
izin untuk membawa properti, memiliki peralatan makan yang terpisah untuk
menyediakan makanan dan tempat pribadi dengan peralatan makan yang terpisah
untuk setiap orang. Di negara-negara yang memiliki nilai kebersamaan (kolektif),
bagaimanapun norma komunikatif yang berlaku pasti berbeda. Orang Korea tidak
mengatur tempat pribadi, dan mereka menggunakan peralatan makanan yang sama.33
4) Bahasa
Bahasa membentuk bagaimana kita berpikir tentang dunia dan diri kita
sendiri. Akibatnya dalam pembelajaran bahasa, kita belajar keyakinan budaya kita,
nilai-nilai, dan norma-norma. Bahasa selalu mencerminkan pandangan budaya dari
identitas pribadi. Bahasa, keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma adalah pembawa
budaya yang membawa cara hidup ke depan dari hari ke hari dan generasi ke
generasi. Komponen non-material yang dikombinasikan dengan komponen material,
mencerminkan dan mengabadikan budaya dan komunitas sosial.34
32
Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication (Konteks-Konteks Komunikasi), h. 248.
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 167.
34
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 168.
33
30
c. Menyadari bahwa Pemahaman untuk Keberagaman adalah Sebuah Proses
Mengembangkan rasa hormat terhadap budaya yang berbeda dan komunitas
sosial membutuhkan waktu. Kita tidak berubah tiba-tiba dari yang tidak menyadari
bagaimana orang berkomunikasi dalam budaya lain untuk menjadi benar-benar
nyaman dan kompeten berinteraksi dengan mereka. Berurusan dengan keragaman
adalah proses bertahap yang membutuhkan waktu, pengalaman dengan berbagai
orang, dan komitmen untuk belajar tentang berbagai orang dan gaya komunikasi yang
berbeda-beda. Di sini adalima tanggapan yang berbeda terhadap keanekaragaman,
mulai dari penolakan total untuk menyelesaikan penerimaan. Pada waktu tertentu
dalam hidup kita, kita dapat mengadopsi respon yang berbeda terhadap keragaman
atau atas spesifik kelompok sosial. Itu adalah hal yang sangat alami dalam
keseluruhan proses mengenali dan merespon keragaman.
1. Perlawanan
Respon umum untuk keragaman adalah resistensi. Resistensi merupakan hal
yang terjadi ketika kita menyerang praktek-praktek budaya orang lain atau
menyatakan bahwa tradisi budaya kita sendiri lebih unggul. Resistensi menolak nilai
dan validitas sesuatu yang berbeda dari apa yang akrab. Tanpa pendidikan yang
cukup atau refleksi banyak orang yang berurusan dengan keragaman dengan
membuat evaluasi etnosentris dari lainnya berdasarkan standar budaya mereka
sendiri. Dan orang-orang komunitas sosial berpikir penilaian mereka mencerminkan
kebenaran universal tentang apa yang normal dan benar. Mereka tidak menyadari
31
bahwa mereka memaksakan tolak ukur sewenang-wenang dari komunitas mereka
sendiri khususnya sosial dan budaya dan mengabaikan ukuran dari budaya lain dan
komunitas sosial.35
2. Toleransi
Sebuah respon kedua untuk keragaman adalah toleransi, penerimaan
perbedaan meskipun kita mungkin tidak menyetujui atau bahkan memahami mereka.
Toleransi melibatkan menghormati hak orang lain untuk cara mereka sendiri
meskipun anda mungkin berpikir cara mereka salah, buruk, atau menyinggung.
Penghakiman masih ada, tapi tidak aktif dikenakan pada orang lain. Toleransi
menerima adanya perbedaan, tapi itu tidak selalu menghormati nilai budaya lain dan
komunitas sosial.
3. Pemahaman
Respon ketiga untuk keragaman melibatkan pemahaman bahwa perbedaan
berakar pada ajaran budaya dan bahwa tidak ada adat istiadat, tradisi, atau perilaku
yang pada hakikatnyatidak baik bagi setiap orang lain. Daripada menganggap bahwa
apapun yang berbeda dari cara kita adalah penyimpangan dari standar universal
(kita). Orang yang mengerti akan menyadari bahwa nilai-nilai yang beragam,
keyakinan, norma, dan gaya komunikasi itu berakar pada perspektif budaya yang
berbeda.36
35
36
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 175.
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 176
32
4. Respek
Setelah bergerak di luar penilaian dan mulai untuk memahami dasar budaya
bagi praktek-praktek yang menyimpang dari kita sendiri, kita dapat datang untuk
menghargai perbedaan. Kita bisa menghargai nilai menempatkan keluarga di atas diri
perjodohan, dan gaya komunikasi yang feminin dan maskulin. Bagaimanapun tidak
harus mengadopsi cara-cara lain untuk menghormati mereka dengan cara mereka
sendiri.37 Hormat memungkinkan untuk mengakui perbedaan namun tetap dalam
nilai-nilai dan kebiasaan budaya kita sendiri. menghormati orang lain mencakup
kemampuan untuk melihat mereka dan apa yang mereka lakukan pada istilah mereka,
bukan milik kita.
5. Partisipasi
Respon
akhir
terhadap
keanekaragaman
partisipasi,
di
mana
kita
menggabungkan beberapa praktek dan nilai-nilai kelompok lain dalam kehidupan kita
sendiri. Lebih dari tanggapan lain, partisipasi mendorong kita untuk mengembangkan
keterampilan dan perspektif baru. Respon yang berbeda terhadap keanekaragaman
budaya yang telah dibahas merupakan proses belajar untuk berinteraksi dengan
kelompok-kelompok budaya lain daripada kita sendiri. Dalam perjalanan hidup,
banyak dari kita bergerak masuk dan keluar dari berbagai tanggapan seperti saat kita
berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai budaya dan komunitas sosial. Pada
37
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 176.
33
waktu tertentu, kita mungkin menemukan kita toleran terhadap satu kelompok budaya
dan menghormati yang lain, dan respon mereka dapat berubah dari waktu ke waktu.38
38
Julia T Wood,Communication in Our Lives, h. 177.
34
BAB III
GAMBARAN UMUM UNI SOVIET, NEGARA-NEGARA ASIA TENGAH,
PROFIL AGUSTINUS WIBOWO, DAN SINOPSIS BUKUNYA
1. Sejarah Uni Soviet
Uni Soviet merupakan negara yang lahir pada tahun 1922 dan kemudian pecah
pada 1991 yang menyisakan Rusia sebagai negara yang mempunyai hak sebagai
pewaris kebesaran Uni Soviet.39 Ketika runtuh, Uni Soviet menyisakan kepingankepingan negara yang berdaulat. Negara-negara ini berada di daerah Balkan dan Asia
Tengah. Negara-negara pecahan tersebut semuanya ada 15 yaitu: Armenia,
Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kyrgizstan, Latvia, Lithuania,
Moldavia, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Ukraina.40
Mulanya, sebelum terbentuk menjadi Uni Soviet yang berpaham komunis, Rusia
adalah sebuah Kerajaan yang dipimpin oleh seorang Kaisar atau Tsar.41 Tetapi,
sebagian besar Tsar atau Kaisar yang memerintah merupakan seorang diktator atau
menjalankan pemerintahan yang sangat otoriter dan bertindak sewenang-wenang
terhadap rakyatnya. Ketika Tsar Nicholas II (1894-1917) memerintah Rusia, ia
menjalankan pemerintahan dengan reaksioner, tetapi dalam bidang ekonomi bersifat
progresif. Hal ini menyebabkan industrialisasinya berkembang pesat, yang kemudian
39
Supriyadi Pro, “Sejarah Tentang Negara Uni Soviet,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari
http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2013/09/sejarah-tentang-negara-uni-soviet.html
40
Busroni W, “Mengenang Uni Soviet Negara Adikuasa,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari
http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/26/mengenang-uni-sovyet-negara-adi-kuasa--519340.html
41
“Sejarah Rusia dan Pelabuhan Era kekaisaran Rusia,” Bimbie.com,artikel diakses pada 5 Januari
2014 dari www.bimbie.com
35
mengakibatkan munculnya gerakan sosialisme di Rusia. Tsar Nicholas II akhirnya
menjadi korban dari gerakan ini, yang pada tahun 1917 ia diturunkan dari tahtanya
dan dibuang ke Serbia.42
Pada tahun 1917, pemerintahan Rusia dipegang oleh kaum komunis yang
dipimpin oleh Lenin. Tahta ini Lenin dapatkan setelah mempimpin pemberontakan
yang terkenal dengan nama Revolusi Bolshevik atau Revolusi Oktober. 43 Dua tahun
kemudian pada 1919 Lenin membentuk komitern atau komunis internasional yang
mempunyai tugas untuk menyebarkan paham komunis ke seluruh dunia. Tetapi, pada
1947 komitern dibubarkan karena dianggap sebagai bentuk imperialisme Rusia dan
digantikan dengan kominform (komunitas informasi) yang kemudian dijadikan
sebagai pusat propaganda komunis di seluruh dunia.44 Baru pada tahun 1922 Uni
Soviet resmi terbentuk. Nama resminya ialah USSR (Union of Soviet Socialist
Republic) sebagai ganti dari FRSSR (Federasi Republik Soviet Sosialis Rusia). Lenin
tidak lama memimpin Uni Soviet karena ia meninggal pada 1924 dalam 7 tahun
kepemimpinannya untuk Uni Soviet. Sepeninggal Lenin, selanjutnya Josef Stalin
memegang tampuk kekuasaan ini hingga tahun 1953. Saat pemerintahan Stalin,
perbatasan Uni Soviet menjadi lebih berkembang. Walaupun selama itu perbatasan
42
Febriyanto,
“Revolusi
Rusia,”artikel
diakses
pada
5
Januari
2014
dari
http://endless722.wordpress.com/2009/05/20/revolusi-rusia/
43
Arifianto Rifki dkk, “Perkembangan Komunisme Uni Soviet di Bawah Pemerintahan Lenin,”artikel
diakses pada 5 Januari 2014 dari http://arvinradcliffe.blogspot.com/2013/01/perkembangankomunisme-uni-soviet-di.html
44
Rio, “Pemerintahan Lenin pada Revolusi Rusia,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari
http://goresansangpitik.wordpress.com/2012/07/10/pemerintahan-lenin-pada-revolusi-rusia-19171924/
36
Rusia banyak berubah selama berabad-abad.45 Kekuasaan Uni Soviet sangatlah besar
meliputi Eropa Timur, Balkan, hingga Asia Tengah.
Saat menjalankan pemerintahan Uni Soviet, kaum Bolshevik ingin memasukkan
sebanyak mungkin wilayah Kekaisaran Rusia, salah satunya adalah wilayah Asia
Tengah.46 Wilayah ini sempat menjadi polemik bagi Uni Soviet karena penduduknya
mayoritas beragama Islam, sementara Soviet berpaham komunis. Kawasan Asia
Tengah yang berakar dari keturunan Mongol ini,47 terdiri dari negara-negara
berakhiran Stan yang secara harfiah berarti tanah. Penamaan negara-negara di
kawasan Asia Tengah ini samadengan yang dipakai di negara-negara Eropa yang
menggunakan kata land yang juga berarti tanah. Contohnya:Finland, Poland,
Netherland, Ireland, dll. Penamaan tersebut menunjukkan suku apa yang
mendiaminya. Misalnya seperti Uzbekistan yang dihuni oleh orang-orang Uzbek
(Uzbekistan berarti tanah milik orang Uzbek), Turkmenistan yang didiami oleh
orang-orang Turkmen (Turkmenistan juga berarti tanah milik orang Turkmen) dan
seterusnya. Pembagian wilayah sesuai dengan suku tertentu memang telah dilakukan
oleh Soviet terhadap penduduk di kawasan ini. Sejak masa Lenin, Stalin, dan
pemimpin Soviet lainnya, telah menempatkan sistem politik „pecah belah‟ seperti ini
di dalam negara raksasa Soviet. Karena hal itu berarti tidak adanya asimilasi
45
Michael Hart, “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah,”artikel diakses pada 5
Januari 2014 dari http://media.isnet.org/iptek/100/Stalin.html
46
“Islam
Di
Uni
Soviet,”
artikel
diakses
pada
5
Januari
2014
dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Uni_Soviet
47
Tamim Ansary, Dari Puncak Baghdad, (Mizan: Jakarta, 2010) h. 250.
37
kebudayaan yang memungkinkan menciptakan adanya integrasi luar dalam antar etnis
Soviet dulu.48
A. Profil Negara-Negara di Asia Tengah
1. Tajikistan
Presiden: Emomali Rahmon (1994-sekarang)
Ibukota: Dushanbe
Kemerdekaan: 9 September 1991

Lembaga Kebudayaan
Pada pertengahan tahun 1980-an sebelum berpisah dengan Uni Soviet ada lebih
dari 1600 perpustakaan yang disediakan pemerintah untuk masyarakat. Salah satu
perpustakaan yang paling penting adalah perpustakaan milik negara yang bernama
Firdausi. Perpustakaan ini menyimpan banyak manuskrip kuno oriental. Selain
perpustakaan, Tajikistan juga banyak memiliki museum. Museum yang paling
terkenal adalah Museum Sejarah Behzod. Museum yang ada meliputi berbagai hal
seperti tentang seni, studi regional, hingga etnografi. Budaya yang hidup di Tajik
banyak mengenai seni contohnya seni pertunjukkan yaitu balet, drama, dan musik.
Tajik juga terkenal akan keindahan karpetnya. Di sana karpet dibagi menjadi tiga
jenis sesuai dimana karpet itu akan ditempatkan yaitu: karpet untuk dinding, karpet
48
Mutia Zakia Salma, “Asia Tengah dalam Analisis Geopolitik dan Konstelasi Kepentingan AS; EU;
Nato; Rusia; dan India,” artikel diakses pada 5 Januari 2014 dari http://mutia-z-sfisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49211-Geopolitik%20dan%20GeostrategiAsia%20Tengah%20dalam%20Analisis%20Geopolitik%20dan%20Konstelasi%20Kepentingan%20A
S,%20EU,%20NATO,%20Rusia,%20China,%20dan%20India.html
38
untuk lantai, dan yang paling mahal adalah karpet sebagai hiasan. Nama karpet yang
paling terkenal dan dijual ke seluruh dunia adalah karpet dari Kayrokum. Karpet ini
bagus karena menggunakan banyak pola modern dan kombinasi warna.49

Bendera
Gambar 1
Bendera Tajik terdiri dari tiga strip warna yang berbeda-beda. Warna paling
atas berwarna merah, tengah berwarna putih, dan yang paling bawah hijau. Di bagian
tengah terdapat lambang mahkota emas dengan lengkungan yang dikelilingi 7
bintang. Warna hijau melambangkan lembah-lembah, putih sebagai lambang dari
kekayaan utama negara yaitu kapas dan juga warna dari salju es di pegunungan
tinggi. Sedangkan merah melambangkan warna persatuan di Tajik dan simbol
persaudaraan dengan bangsa lain.50
2. Kirgizstan
Presiden
: Almazbek Atambaev
Perdana Menteri
: Zhantoro Satybaldiev
Ibukota
: Bishkek
49
Tajikistan
Embassy,
“Culture,”
artikel
http://www.tajikembassy.be/content/culture
50
diakses
Tajikistan Embassy, “State Symbols,” artikel
http://www.tajikembassy.be/content/state-symbols
39
pada
diakses
pada
5
Maret
5
Maret
2014
2014
dari
dari
Kemerdekaan
: 31 Agustus 1991
Kirgizstan terletak di timur laut Asia Tengah, bertetangga dengan China,
Tajikistan, Kazakhstan, dan Uzbekistan. Negara ini mempunyai populasi 5,5 juta jiwa
dengan luas wilayah 199,900 km2. Masyarakat mayoritas beragama Islam diikuti
dengan Kristen Orthodoks, katolik, dan Protestan (Lutheran, Baptis, dan Advent).
Warga Kirgiz memiliki hak untuk memilih presiden dan deputi untuk jogorku kenesh
(DPR) dan perwakilan mereka ke organisasi-organisasi lokal. Jogorku kenesh
memiliki prioritas dalam pengambilan keputusan dan mengambil keputusan yang
paling penting dalam kebijakan negara. Presiden hanya dipilih sekali oleh rakyat
selama 6 tahun masa kerja dan tidak bisa mencalonkan diri kembali untuk periode
berikutnya. Sementara untuk perdana menteri ditunjuk oleh parlemen setelah usulan
dari fraksi mayoritas.51

Bendera
Gambar 2
51
Kyrgyzstan Embassy in USA, “About Kyrgyzstan,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari
http://www.kgembassy.org/index.php?option=com_content&view=article&id=99&Itemid=220&lang=
en
40

Budaya
Budaya Kirgiz sangat dipengaruhi oleh kebudayaan nomaden yang diwariskan
secara turun temurun. Hal ini bisa dilihat dari cara mereka menjalankan rumah
tangga, adat, dan ritual. Masyarakat menghiasi rumah mereka dengan barang yang
tidak hanya indah tetapi juga praktis. Beberapa jenis karya penciptaan rakyat adalah
yurt, yourt, dan tenda, yang dimana sangat mudah untuk dirakit dan dibawa dari satu
tempat ke tempat lain.52
Yurta adalah semacam rumah hunian yang kecil, yang dihiasi dengan karpet
buatan tangan. Budaya ini memiliki akar dari kebudayaan Turki kuno, dan
mengambil semua pengalaman yang terbaik dari suku-suku nomaden di seluruh
dunia. Suku Kyrgiz sibuk dengan kegiatan nomaden memindahkan hewan ternak
mereka di saat musim dingin ke padang-padang, dan ketika musim panas mereka
kembali memindahkan ternaknya ke daerah pegunungan.53
3. Kazakhstan
Presiden
: Nursultan Nzarbayev (1990-sekarang)
Ibukota
: Astana
Kemerdekaan : 16 Desember 1991
52
“Kyrgiz customs and National Traditions,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari
http://www.kyrgyzstan.orexca.com/culture_kyrgyzstan.shtml
53
Kyrgyzstan Orexca, “Kyrgiz Customs and National Traditions.”
41
Dua puluh tahun lalu, tepatnya 2 Juni 1993 Indonesia dan Kazakhstan telah
membuka hubungan diplomatik. Itulah titik awal hubungan kedua negara setelah
Indonesia juga memberikan pengakuan kemerdekaan kepada Kazakhstan setelah
mereka merdeka.54 Meski telah membuka hubungan diplomatik sejak lama tetapi baru
pada 29 Desember 2010 Indonesia secara resmi membuka kedutaan besarnya di
Astana. Dua tahun kemudian atau tepatnya pada April 2012 Kazakhstan secara resmi
membuka kantor perwakilannya di Jakarta.55

Bendera Kazakhstan
Gambar 3
Bendera adalah salah satu identitas bangsa dan mewakili kedaulatan suatu negara.
Istilah Rusia untuk “flag” untuk flag berasal dari kata Belanda yaitu vlag. Kata ini
berarti kain resmi yang ukuran dan warnanya dipakai dengan gambar lambang.
Bendera untuk Kazakhstan setelah merdeka secara resmi digunakan pada 1992 dan
didesain oleh Shaken Niyazbekov. Lambang bendera Negara Kazakh didominasi oleh
54
Foster Gultom, “Indonesia-Kazakhstan Membuat Mimpi jadi Kenyataan,” artikel diakses pada 5
Maret 2014 dari http://www.kbri-astana.kz/id/news/279-indonesia_kazakhstan_memb.html
55
“Indonesia Tempatkan Dubes Pertama di Kazakhstan,” Yahoo.com, artikel diakses pada 5 maret 2014
dari http://id.berita.yahoo.com/indonesia-tempatkan-dubes-pertama-di-kazakhstan-202208414.html
42
warna biru dengan gambar matahari di tengahnya dan burung elang padang tepat di
bawahnya. Sebelah kiri pinggir di bendera Kazakh diberikan ornamen hias nasiobal
Kazakh yang menjadi ciri khas negaranya. Menurut prinsip ilmu heraldik (ilmu atau
seni dalam menciptakan dan menghias lambang) matahari melambangkan kekayaan
dan kelimpahan, kehidupan dan energi. Itulah sebabnya mengapa matahri di bendera
ini memiliki bentuk seperti biji-bijian yang mewakili simbol dari kekayaan dan
kesejahteraan. Dengan menggambarkan matahari di benderanya, Kazakhstan
menegaskan kembali komitmennya terhadap nilai-nilai universal. Ini juga
menunjukkan bahwa negara muda ini penuh dengan keterbukaan untuk kerjasama
dengan semua negara. Sedangkan, gambar elang padang rumput dianggap sebagai
simbol kekuasaan, wawasan dan kemurahan hati. Citra elang padang rumput di
bangsa-bangsa yang mempunyai kebiasaan nomaden juga berhubungan dengan
gagasan seperti keberanian dan kesetiaan, harga diri, keberanian, kekuatan dan
kemurnian pikiran. Lambang siluet simbolis hewan ini juga mencerminkan aspirasi
negara untuk ketinggian peradaban dunia. Yang terakhir, mengenai ornamen khas
Khazak mewakili tradisi seni dan budaya Kazakhstan.56

Agama
Sesuai dengan US Department of State Human Rights Report 2009 Kazakhstan
bahwa konstitusi dan hukum memberikan kebebasan beragama dan pemerintah tidak
ikut campur dalam hal ini. Pemerintah terus mengungkapkan secara terbuka
dukungannya terhadap toleransi agama dan keberagaman. Kazakh adalah negara yang
56
“The Flag of the Republic of Kazakhstan,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari
http://www.akorda.kz/en/category/kazakhstan_flag
43
multietnis, dengan tradisi panjang toleransi dan sekulerisme. Secara umum agama
yang paling banyak dianut oleh masyarakat adalah Islam, Ortodoks Rusia, Katolik
Roma, dan Yahudi. Tetapi ada lebih dari 4000 serikat keagamaan di Kazakhstan dan
2500 bangunan suci.57

Travel and Tourism
Kazakhstan Selatan adalah tempat yang kaya dengan sejarah dan budaya kuno.
Banyak monumen terkenal yang dibangun pada abad pertengahan seperti: the
mausoleum of Aisha-Bibi, karakhan dan Babadzha-Katun di Ta razan, the
architectural ensemble Khodja Ahmet Yasavi in Turkistan and the synthcian burial
mounds in Semirechje. Sementara itu bagian utara Kazakh menyediakan berbagai
macam wisata seperti: bersepeda, berperahu dan kegiatan off-road. Bagian timur
dipenuhi dengan bukit dan danau, sedangkan bagian barat yang terlatak di
persimpangan benua Eropa dan Asia adalah tempat lokasi bagian yang rendah
terdalam kedua di dunia. Biasanya turis-turis ke tempat ini menggunakanya untuk
berburu, memancing, dan olahraga air. Kazakhstan juga memiliki salah satu danau
terbesar di dunia yaitu Danau Balkshake yang letaknya di tengah-tengah
Kazakhstan.58
57
Kazakhstan Embassy in USA, “Religious Freedom in Kazakhstan,” artikel diakses pada 5 Maret
2014 dari http://www.kazakhembus.com/page/religious-freedom-in-kazakhstan
58
Kazakhstan Embassy in USA, “Geography,” artikel diakses pada 5 maret 2014 dari
http://www.kazakhembus.com/page/geography
44
4. Uzbekistan
: Islam Abduganievich Karimov (1991-
Presiden
sekarang)
Ibukota
: Tashkent
Kemerdekaan
: 31 Agustus 1991
Kedutaan besar Uzbekistan di Indonesia
: Jl. Daksa III. 14, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan.
Sebagaimana yang dikutip dari website resmi kedutaan besar Uzbekistan di
Indonesia, Uzbekistan adalah negara demokratis yang berdaulat. Rakyat adalah
sumber kekuasaan negara. Kekuasaan negara di republik Uzbekistan harus
dilaksanakan demi kepentingan rakyat dan harus sesuai dengan Konstitusi negara dan
hukum yang disahkan atas dasar tersebut. Majlis Agung dan Presiden dipilih oleh
rakyat, memiliki hak ekslusif untuk bertindak atas kepentingan rakyat. Tidak ada
bagian dari masyarakat, partai politik, asosiasi publik, gerakan atau individu berhak
bertindak atas nama rakyat uzbekistan.59
Prinsip pemisahan kekuasaan di Uzbekistan harus berdasarkan sistem
kekuasaan negara. Pemisahan kekuasaan terdiri dari legislatif, edukatif, dan yudikatif.
Konstitusi dan Undang-Undang (UU) harus memiliki supremasi mutlak, tidak ada
satu pun dari ketentuan Konstitusi ini yang dapat ditafsirkan sebagai cara untuk
59
Uzbekistan Embassy, “Constitution Chapter Democracy and Supremacy of the Constitution and the
Law,”
artikel
diakses
pada
tanggal
5
Maret
2014
dari
http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000005
45
merugikan hak dan kepentingan Republik Uzbekistan. Uzbekistan mempunyai
kebijakan luar negeri yang didasarkan pada prinsip-prinsip kedaulatan negara, tidak
menggunakan kekerasaan atau mengancam menggunakan kekerasan itu, keutuhan
perbatasan, penyelesaian damai sengketa, tidak ikut campur dalam urusan internalinternal negara lain, dan mengikuti norma-norma hukum internasional yang berlaku
secara universal. Uzbekistan dapat membentuk aliansi, bergabung atau menarik diri
dari serikat pekerja dan organisasi antar negara lain yang berangkat dari kepentingan
utama negara dan rakyat, kesejahteraan mereka dan keamanan.60

Bendera Uzbekistan
Gambar 4
Simbol dari bendera di atas mencerminkan kekuatan politik yang kuat hadir di
wilayah ini, serta karakteristik alam, nasional dan budaya. Warna langit yang biru
melambangkan warna langit yang biru dan air yang bersih. Di Timur warna biru
dianggap hormat. Itu adalah warna dari bendera Amir Temur. Sedangkan warna putih
melambangkan damai dan kebersihan. Negara yang termasuk baru merdeka ini harus
mengatasi berbagai rintangan besar yang ada di jalan itu. Putih berarti keinginan yang
60
Uzbekistan Embassy in Indonesia, “Constitution Chapter Foreign Policy,” artikel diakses pada 5
Maret 2014 dari http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000005
46
baik untuk pemerintahan yang terang dan bersih. Hijau melambangkan alam. Gerakan
di dunia untuk melindungi alam dan menggunakan produk-produk yang ramah
lingkungan sedang mengalami kenaikan. Merah berarti perjuangan dalam hidup,
berdenyut dalam setiap makhluk, dan juga simbol kehidupan.61

Budaya
Budaya Uzbekistan menjadi salah satu budaya yang paling bagus dan asli di
Timur. Hal ini bisa dilihat dari musik nasional, tarian dan lukisan, dan pakaian yang
unik. Musik nasional Uzbek ditandai dengan beragam jenis dan genre. Uzbek terkenal
dengan lagu-lagunya. Koshuk adalah salah satu lagu yang terkenal dengan melodi
kecil diapason yang meliputi satu atau dua baris teks yang sangat puitis. Sementara
itu, tarian Uzbek membedakan antara kelembutan, kehalusan, dan ekspresi dari
gerakan.
Perkembangan seni lukis nasional dimulai berabad-abad lalu. Pada abad ke 16-17
seni naskah telah mencapai keberhasilan yang signifikan di beberapa perkotaan dan di
tepi kota Bukhara. Dekorasi manuskrip juga termasuk kaligrafi, yang dibuat dari cat
air dan ornamen-ornamen tipis. Di Samarkand dan khususnya di Bukhara miniatur
dari sekolah Asia Tengah telah mencapai sukses besar dan dikembangkan dengan
61
Uzbekistan Embassy in Indonesia, “State and Symbol of Uzbekistan,” artikel diakses pada 5 Maret
2014 dari http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000006
47
gaya yang berbeda. Uzbekistan juga terkenal ke seluruh dunia dengan kerajinan
karpetnya yang indah.62

Agama
Uzbekistan adalah negara yang sekuler. Agama, cara hidup, dan berpikir selaras
dengan kehidupan yang sekuler di negara ini. Di Undang-undang Republik
Uzbekistan menyatakan “Pada kebebasan iman dan organisasi keagamaan” 1998
memberikan hak publik untuk menganut agama apapun secara individu atau
kelompok agama, mengamati kebiasaan ritual agama, hingga menawarkan ziarah ke
tempat suci. Sebagian besar penduduk Uzbekistan menganut Islam Sunni. Selain itu,
juga ada 15 agama yang dianut oleh penduduk Uzbek diantaranya Katolik, Protestan,
Yahudi, dan lain-lain.63

Hubungan Diplomatik dengan Indonesia
Indonesia mengakui kemerdekaan Uzbekistan pada 28 Desember 1991, tetapi
baru menjalin hubungan diplomatik 6 bulan kemudian pada 23 Juni 1992. Baru pada
dua tahun kemudian 1994 Indonesia membuka kedutaan besarnya di Tashkent dan
dua tahun setelahnya pada tahun 1996 Uzbekistan resmi menempatkan perwakilan
diplomatiknya. Menurut data dari Indonesia Badan Pusat statistik volume
perdagangan antara Indonesia dengan Uzbekistan mencapai Rp 23,8 juta. Jenis-jenis
ekspor Uzbek ke Indonesia meliputi layanan, peralatan listrik, dan katun wol.
62
Uzbekistan Embassy in Indonesia, “Culture,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari
http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&lang=en&cmsID=CMS000009
63
Uzbekistan Embassy in Indonesia, “Religion,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari
http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&lang=en&cmsID=CMS000010
48
Sementara Indonesia ke Uzbekistan meliputi teh, tembakau, hewan, minyal nabati,
karet ban, kain kapas, renda, bordir, pita, dan perhiasan-perhiasan kecil lainnya.64
5. Turkmenistan
Presiden
: Dr. Gurbanguly M. Burdimuhamedov (2007-sekarang)
Ibukota
: Ashgabat
Kemerdekaan : 27 Oktober 1991

Pemerintahan dan Politik
Menurut konstitusi, Turkmenistan adalah negara sekuler demokrasi dan republik
presidensial. Seperti di Indonesia, Turkmenistan juga memiliki pemisahan kekuasaan
yaitu: Eksektutif yang diwakili oleh Presiden dan Dewan Menteri, Legislatif diwakili
oleh Majlis (Parlemen), dan Yudikatif diwakili oleh Mahkamah Agung. Sedangkan
sistem hukum didasarkan oleh sistem hukum sipil. Deklarasi Turkmenistan mengenai
“permanent neutrality” secara resmi diakui oleh PBB pada 1995. Turkmenistan
mempunyai 5 daerah administratif yang terdiri dari: Velayats (provinsi), Akhal,
Balkan, Dashoguz, Lebap, dan Mary.65
64
Uzbekistan Embassy in Indonesia, “Kerjasama,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari
http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000023
65
Turkmenistan Embassy in USA, “Goverment and Politics,” artikel diakses pada 5 maret 2014 dari
http://turkmenistanembassy.org/government-politics/
49

Bendera Turkmenistan
Gambar 5
Lambang negara dan bendera Turkmenistan dibuat berdasarkan tradisi nasional
dan menghindari simbol politik. Warna bendera Turkmen didominasi oleh warna
hijau dengan garis merah vertikal di sebelah kiri, di tiang bendera, yang terdiri dari
lima pola dasar karpet dalam urutan vertikal. Warna hijau adalah warna yang
dihormati di Turkmen. Di atasnya terdapat lima bintang dan bulan sabit putih. Lima
bintang tersebut mewakilkan lima wilayah yang ada di Turkmen.66

Sejarah dan Budaya
Turkmen adalah negara kaya energi di Asia Tengah yang menghidupkan kembali
ritual kuno. Turkmen mempunyai tenda tradisional yang disebut yurta. Tenda ini
masih digunakan hingga sekarang, berfungsi sebagai rumah musim panas dan
biasanya diletakkan di depan rumah. Negara ini mempunyai pakaian nasional yang
terdiri dari: topi kulit domba berbulu dan jubah merah dengan kemeja putih untuk
pakaian pria. Sedangkan wanitanya menggunakan gaun panjang karung, dengan
celana sempit di mana bagian bawah celana ini dipangkas dengan pita bordir pada
66
Turkmenistan Embassy in USA, “State Symbols,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari
http://turkmenistanembassy.org/state-symbols/
50
bagian pergelangan kaki. Untuk hiasan kepala memakai perhiasan perak. Uniknya,
kita bisa membedakan wanita yang sudah menikah dengan yang belum dengan hanya
melihat kepangan rambutnya dan scarf yang digunakan. Jika seorang wanita
menguncir rambutnya dengan dua kepangan dan memakai scarf kecil artinya ia
belum menikah. Sementara jika kepangannya hanya satu dan menggunakan scarf
yang besar berarti sudah berkeluarga. Air adalah kehidupan Turkmen, kuda adalah
sayapnya, dan karpet adalah jiwanya.67
67
Turkmenistan Embassy in USA, “History and Culture,” artikel diakses pada 5 Maret 2014 dari
http://turkmenistanembassy.org/history-and-culture/
51
B. Profil Agustinus Wibowo
Agustinus Wibowo adalah seorang penulis perjalanan wisata Indonesia yang lahir
pada 8 Agustus 1981 di Lumajang, Jawa Timur. Kemudian ia kuliah di Institut
Teknologi Surabaya dan melanjutkannya di China.Pada tahun 2001, dia pun memulai
perjalanannya ke Mongolia. Lalu, melanjutkannya lagi pada tahun 2005 setelah lulus
kuliah dengan melintasi Tibet, Nepal, ke gurun pasir di India, dan pegunungan di
Pakistan Utara.68Pengalamannya telah membawanya dari Asia ke Timur Tengah. Dia
terpesona oleh budaya dan rasa ingin tahu tentang bagaimana dunia bekerja yang
mulanya adalah satu bagian kemudian dipecah oleh sejarah dan budaya. Dia lebih
menyukai perjalanan melalui jalur darat dimana dia bisa masuk secara ilegal ke
daerah Tibet dengan berpura-pura menjadi warga negara China. Dia juga pernah
menjadi relawan bencana di daerah Kashmir, sebelum memutuskan karir di jurnalistik
dan mengambil tugas di Afghanistan yang dilanda perang.69
Buku pertamanya yang berjudul Selimut Debu dianggap sebagai masterpiece oleh
banyak orang yang bercerita tentang catatan perjalanannya selama di Afghanistan.
Kemudian diikuti dengan buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia
Tengah yang meneliti tentang masalah perbatasan di republik-republik bekas Uni
Soviet, termasuk perbatasan psikologis dan pencarian identitas nasional.Garis
Batasbanyak memberikan pengetahuan baru mengenai negara-negara yang selama ini
68
Ageng Wuri, “Menulis Perjalanan ke dalam Diri Sendiri,”artikeldiakses pada 30 November 2013 dari
http://www.indonesiabookfair.net/2013/11/09/agustinus-wibowo-menulis-perjalanan-ke-dalam-dirisendiri/
69
“Profil
Agustinus
Wibowo,”
artikel
diakses
pada26
Desember
2013
dari
http://agustinuswibowo.com/profile
52
kurang mendapat perhatian media massa. Kemudian ia juga baru meluncurkan buku
ketiganya yang berjudul Titik Nol. Ia dianggap merintis sebuah buku genre baru
dalam sastra perjalanan Indonesia dengan memungkinkan pembaca untuk mengalami
perjalanan fisik, spiritual, dan emosional penulis saat membaca bukunya.70
Menurutnya sebuah perjalanan tidak hanya sekadar melihat-lihat sebuah tempat di
suatu negara atau hanya kesenangan semata terlebih hanya untuk mengumpulkan cap
setiap negara di paspornya. Perjalanan menurutnya adalah sejauh mana ia bisa belajar
dari alam dan dan kebijaksanaan penduduk-penduduk setempat. Karena semua
tempat mempunyai cerita, sejarah, peradaban yang menarik untuk bisa dibagikan
kepada orang lain.71
Menurutnya menulis buku perjalanan tidak semudah yang orang bayangkan.
Karena hal ini bukan hanya sekadar pergi ke suatu tempat atau negara, menulis buku
harian, lalu diterbitkan. Buku perjalanan, bagi Agustinus difokuskan pada narasi
perjalanan, dan harus mempunyai alur cerita yang kuat. Perjalanan adalah proses
pembelajaran, proses pendewasaan diri, dan proses mencari sesuatu. Untuk
perjalanan yang ia lakukan di Afghanistan, misalnya, ia mengambil alur tentang
paradoks kebanggaan penduduk di negeri yang hancur-lebur oleh perang.
Untuk perjalanan Asia Tengah, Agustinus terkesan oleh bagaimana garis batas
negara membelah negeri-negeri di Asia Tengah: Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan,
70
“Agustinus
Wibowo
Profile,”
artikeldiakses
pada
30
November
2013
dariAgustinuswibowo.com/profile
71
Imelda Suryaningsih, “Terpukau oleh Peradaban dan Alam,”artikel diakses pada 2 Desember 2013
darihttp://agustinuswibowo.com/4574/readers-digest-indonesia-2010-terpukau-oleh-peradaban-danalam.
53
Uzbekistan, dan Turkmenistan. Kemudian setelah merdeka mereka saling bertikai
demi garis batas dan konsep yang diciptakan penjajah. Maka plot yang ia angkat
dalam buku Garis Batas Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah adalah tentang
garis batas yang bukan saja bermakna fisik tetapi juga garis-garis yang tidak terlihat
tetapi dapat memisahkan manusia seperti ras, suku, dan agama. Melalui buku-buku
yang ia tulis ia berharap bahwa pembaca tidak sekadar melihat-lihat kehidupan di
lokasi yang ia tulis, tetapi sekaligus bisa menemukan refleksi dalam kisah hidup dan
mengambil makna dari setiap kejadian. Baik keberhasilan maupun kegagalan dari
bangsa-bangsa lain dan diambil hikmahnya untuk kehidupan kita sendiri di
Indonesia.72
C. Sinopsis Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah
Sekian lama tinggal di Afghanistan, Agustinus selalu hanya bisa melihat
Tajikistan-negera tetangga yang hanya dipisahkan oleh sebuah sungai bernama Amu
Darya- dengan tatapan iri. Tajikistan yang ketika di Afghanistan hanya bisa ia lihat
lewat media massa menarik imajinasinya ke dalam sebuah satu pertanyaan. Negeri
apakah yang berada di seberang sungai? Terlebih setiap malam jika Afghanistan
gelap karena listrik tidak menyala akibat perang bertahun-tahun, Tajikistan terlihat
modern dan terang melalui lampu-lampu di rumah penduduk. Jika di Afghan wanita
tidak boleh sama sekali menampakkan wajahnya di depan umum, buta huruf, dan
72
“Destinasi
Manapun
Istimewa,”artikel
diakses
pada
2
Desember
2013
dari
http://agustinuswibowo.com/4498/national-geographic-traveler-indonesia-2011-destinasi-mana-punistimewa
54
tidak berpendidikan wanita-wanita Tajik hadir dengan nyanyian di televisi Afghan
dengan kecantikan yang sungguh mempesona.
Akhirnya, suatu hari Agustinus memutuskan untuk menyeberang sungai Amu
Darya yang membelah wilayah di Asia Tengah dengan menaiki seekor keledai. Di
Tajikistan untuk pertamakalinya ia terbebas dari pemisahan-pemisahan gender. Di
Tajik ia bisa bebas berbicara dengan wanita, menikmati indahnya kehidupan modern
ala Rusia. Di sini ia menemukan paradoks pertamanya. Hanya sebuah sungai tetapi
kehidupan di dua negara tersebut sungguh berbeda seperti masuk ke dalam abad yang
berbeda.
Dengan keahlian bahasa Persia yang ia dapatkan ketika tinggal di Iran, Agustinus
mengembara dari satu kota ke kota lain dari suatu kampung ke kampung lain.
Agustinus dengan detil mendeskripsikan negara, ras, suku, agama, bahasa, serta
kenakeragaman yang ada di negara-negara Stan yang ia kunjungi. Dari Tajikistan,
kemudian ia berkelana ke Kirgizstan, lalu Kazakhstan, kemudian ke Uzbekistan
negara yang pernah terkenal akan pusat kebudayaan di Bukhara dan Samarkand, lalu
mengakhirinya di negara yang serba tertutup dan dipimpin oleh seorang diktator;
Turkmenistan. Melalui buku ini wawasan pengetahuan kita semakin banyak tentang
negara-negara yang baru hadir pada awal tahun 1990-an. Dengan membaca buku ini
kita malah akanbertanya apakah kemerdekaan menjadikan mereka menjadi negara
yang lebih baik atau malah sebaliknya?
55
Buku yang dikemas dengan membagikan banyak pengetahuan baru ini tidak
hanya bertutur tentang perjalanan seorang manusia yang berasal dari kaum minoritas
di Indonesia; China, tetapi juga memperlihatkan bahwa apapun yang ada di dunia ini
semuanya mempunyai garis batas yang memisahkan. Setiap manusia selalu dibatasi
oleh konsep-konsep ciptaan mereka sendiri. Bagaimana mereka melestarikan budaya,
bagaimana mereka bertindak dan berpikir, semuanya adalah hasil dari lingkungan di
mana ia tinggal. Dengan membaca buku ini kita dapat melihat bahwa dalam setiap
budaya tidak ada yang salah ataupun benar.
56
BAB IV
PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM GARIS BATAS:
PERJALANAN DI NEGERI-NEGERI ASIA TENGAH KARANGAN
AGUSTINUS WIBOWO
Untuk tahap ini peneliti akan menganalisis komunikasi antarbudaya yang
dilakukan oleh Agustinus Wibowo dalam perjalanannya ke lima negara yaitu
Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Selain itu peneliti
juga akan menganalisis tentang komponen budaya non-material dan budaya
perkawinan yang diamati oleh Agustinus.
1. Proses Komunikasi Antarbudaya di Buku Garis Batas: Perjalanan
Negeri-Negeri Asia Tengah
Proses komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh Agustinus dengan
masyarakat di Tajikistan, Uzbekistan, Kirgizstan, Turkmenistan, dan Kazakhstan
adalah dengan melalui 5 tahap yaitu respek, partisipasi, pemahaman, toleransi, dan
perlawanan. Kelima tahap ini diaplikasikan dengan berbagai macam cara. Mulai dari
tinggal dan hidup bersama masyarakat, berbicara dengan bahasa mereka, ikut dalam
pawai kesenian yang sedang berlangsung. Hal ini dilakukan agar bisa menyelami dan
mengetahui banyak tentang kehidupan budaya dan tradisi yang masih dilakukan oleh
masyarakat di Asia Tengah. Dalam kenyataan sosial, manusia tidak dapat dikatakan
berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi. Dapat dikatakan pula bahwa
interaksi antar-budaya yang sangat efektif tergantung dari komunikasi antarbudaya.
57
Komunikasi antarbudaya muncul, karena adanya kontak, interaksi, dan hubungan
antar warga masyarakat yang berbeda kebudayaannya. Dalam hal ini Agustinus
sebagai wakil budaya dari Indonesia tinggal bersama dengan budaya dari Tajikistan,
Kirgizstan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kazakhstan sehingga terciptalah
komunikasi antarbudaya.
Dari apa yang telah Agustinus amati dan jelaskan di dalam bukunya terhadap
masing-masing negara di Asia Tengah yang ia kunjungi, dapat kita lihat bahwa
terkadang ia masih merasa bahwa beberapa budaya sangatlah aneh dan tidak masuk
akal. Tetapi, sebisa mungkin perasaan itu tidak ia tunjukkan kepada para penduduk.
Tandanya ia telah melakukan respek dalam komunikasi antarbudaya. Respek,
pemahaman, dan toleransi adalah hal yang berkesinambungan. Jika ia bisa toleran
terhadap suatu budaya maka pemahaman dan respek akan lebih mudah untuk
dijalankan. Pemahaman dan respek menghindari kita dari etnosentrisme.
Proses komunikasi antarbudaya seringkali tidak berjalan dengan baik karena
melibatkan dua budaya yang berbeda. Hambatan awal dalam komunikasi antarbudaya
adalah mengenai perbedaan bahasa. Bahasa seringkali menjadi masalah yang sering
muncul bagi para turis/pelancong. Ketika suatu hari kita akan mengunjungi suatu
daerah yang berbeda bahasa dan kita tidak mengerti akan bahasanya itu akan menjadi
hal yang membuat frustasi.73
73
Judith N Martin dan Thomas Nakayama, Experiencing in Cultural Communication, (McGraw Hill:
Arizona, 2005), h. 259.
58
Perbedaan bahasa adalah salah satu bagian dari culture shock.74 Agustinus
menyadari hal ini. Sehingga, sebelum ia memutuskan untuk berpetualang ke negaranegara Asia Tengah, ia lebih dulu mempelajari bahasa-bahasa yang digunakan di
negara tersebut. Ia belajar bahasa Rusia walaupun tidak fasih tetapi hal ini cukup
untuk berkomunikasi ketika ia pergi ke negara-negara yang masih menggunakan
bahasa Rusia sebagai bahasa pengantar yaitu Uzbekizstan, Turkmenistan, Kirgizstan,
dan Kazakhstan. Sedangkan Tajikistan menggunakan bahasa Persia sebagai bahasa
sehari-hari.75 Meskipun begitu, ia juga tidak mengalami hambatan apapun di
Tajikistan, karena ia fasih berbahasa Persia. Kemampuan bahasa Persia ini ia
dapatkan ketika tinggal di Afghanistan selama tiga tahun dan di Iran.
Selama tinggal di Tajikistan, Agustinus membaur dengan masyarakat menjadi
musafir. Awalnya ia menginap di tempat-tempat penginapan, tetapi karena
keramahan penduduk setempat, Agustinus banyak ditawari untuk menginap di rumah
penduduk dengan gratis. Dalam petualangan budaya ke negara-negara Asia Tengah
Agustinus selalu memakai peci, barang yang selalu dilambangkan dekat dengan
kultur Islam padahal ia bukan muslim. Begitu pula dengan identitas dirinya yang
berasal dari negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim; Indonesia.
Agustinus dengan mudah mendapatkan tempat di hati masyarakat yang ia kunjungi.
Hal ini yang kemudian membawanya dari rumah ke rumah lain dan dengan mudah
menyelami budaya dan tradisi yang masih ada di negara-negara Asia Tengah tersebut.
74
75
Judith N Martin dan Thomas Nakayama, Experiencing in Cultural Communication, h. 259.
Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo, Bandung, 7 November 2013,
59
Agustinus mengatakan bahwa posisinya sebagai kalangan minoritas di Indonesia
membuatnya peka melihat sisi lain sebuah masyarakat yang terpecah belah akibat
perbedaan ras dan suku. Pencarian identitas menjadi hal yang penting di kelima
negara tersebut ketika merdeka dari Uni Soviet. Hal yang pernah dirasakan oleh
Agustinus. Statusnya sebagai orang keturunan China di Indonesia sempat
membuatnya minder dan menarik diri dari pergaulan karena ejekan-ejekan rasis yang
diterimanya sejak kecil. Ia merasa dirinya sebagai orang China tetapi ketika ia
bersekolah di China justru ia merindukan kampung halamannya. Cerita ini persis
seperti yang Agustinus jelaskan di bukunya bahwa orang Kirgiz, Tajik, dan Dungan
yang masih serumpun tetapi tidak mau disama-samakan. Mereka malah menganggap
bahwa dirinya tetaplah orang Rusia.
Berikut adalah peta Asia Tengah
Gambar 6.
60
Dari peta di atas dapat di lihat bahwa Tajikistan berbatasan langsung dengan
Afghanistan sehingga hal ini juga mempengaruhi bahasa mereka. Tajikistan memiliki
mother language yaitu bahasa Persia yang kini disebut bahasa Tajik. Menurut
Agustinus sebelum Rusia datang bahasa Persia adalah bahasa kaum beradab di Asia
Tengah. Bahasa ini menjadi lingua franca di negara-negara tersebut tapi kini hanya
menjadi bahasa lokal dan ditulis dengan huruf sirilik.
2. Komponen Non-Material dalam Buku Ini
Telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa budaya terdiri dari komponen
material dan non-material. Tetapi disini saya memilih hanya menjelaskan tentang
budaya komponen non material yang terdiri dari keyakinan, norma, nilai, dan bahasa
di negara-negara bekas pecahan Uni Soviet. Karena, komponen non material yang
paling banyak saya temukan di buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia
Tengah karangan seorang wartawan foto; Agustinus Wibowo.
A. Tajikistan
Umumnya negara Tajikistan sama seperti negara-negara Asia Tengah lainnya
yang masih tertatih membangun negaranya semenjak Uni Soviet runtuh. Menurut
buku ini Tajikistan yang wilayahnya dikelilingi pegunungan tidak mempunyai
sumber daya alam yang begitu banyak sehingga negaranya miskin. Ketika masih
dalam naungan Uni Soviet (yang kini berganti nama menjadi Rusia), Tajikistan dan
negara-negara Stan lainnya dihidupi oleh Rusia. Wilayah mereka hanya dijadikan
tempat-tempat untuk membangun pabrik-pabrik yang menyuplai kebutuhan pusat
61
seperti uranium, gas, dan lainnya. Setelah merdeka kehidupan mereka ambruk,
beruntung Turkmenistan dan Kazakhstan mempunyai cadangan minyak dan gas alam
yang cukup besar sehingga negaranya menjadi lebih makmur dibandingkan Negara
tetangga Stan lainnya.76
Tajikistan yang menempatinegara ke-156 termiskin di dunia, di belakang banyak
negara Afrika,77 dan menjadi negara bekas Soviet yang paling miskin78 jatuh ke
dalam perang saudara sejak merdeka di tahun 1991 selama 8 tahun karena bingung
menentukan identitas negara yang akan dipakai.
“Makanya semenjak merdeka mereka jatuh ke dalam perang saudara bukan
dengan negara-negara tetangga tetapi akibat menentukan identitas mereka sendiri.
Tajik itu apa? Tajik itu mau dibawa kemana? Setelah merdeka Tajik ingin diapakan?
Ada yang ingin Tajik sebagai negara Islam, ada yang ingin mempertahankan
sekulerisme seperti saat bersama dengan Uni Soviet. Kemudian orang-orang Uzbek
juga ikut campur dengan keadaan politik di Tajik sehingga ikut memperkeruh
suasana, lalu ada paksi-paksi fundamentalis dari Uzbekistan kelompok-kelompok
yang ingin mendirikan syariat Islam di Uzbekistan tetapi bersembunyi di Tajikistan
yang juga ikut dalam perang di Afghanistan sehingga menjadi ribet sekali. Konflik di
Tajikistan ini sehingga melibatkan negara tetangga dan negara-negara lain.”79
Meskipun begitu konflik di Tajikistan tidak sampai seperti konflik di Afghanistan
yang begitu panjang dan lama. Walau menjadi salah satu negara yang paling miskin,
seperti apa yang dituliskan Agustinus dalam buku ini angka buta huruf di Tajikistan
mendekati angka 0%. Saat masih menjadi bagian Uni Soviet, pemerintahan saat itu
rajin untuk mengajarkan huruf sirilik dan mewajibkan sekolah bagi seluruh
76
Zainal A Budiyono, “Demokrasi Terpimpin oleh Nazarbayev,” artikel diakses pada 30 Desember
2013 dari: http://www.jpnn.com/read/2013/09/05/189344/Demokrasi-Terpimpin-Ala-Nazarbayev77
“Tajikistan: Fakta, Sejarah, Dan Informasi Lainnya,”artikel diakses pada 30 Desember 2013 dari
http://www.amazine.co/24403/tajikistan-fakta-sejarah-informasi-lainnya/
78
“Jenderal Militer Tajikistan Tewas Ditikam,”bbc.co.uk, artikel diakses pada 30 Desember 2013
darihttp://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/07/120722_jenderal_tajikistan.shtml
79
Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo, Bandung, 7 November 2013
62
rakyatnya. Menurut Agustinus satu hal yang paling ia kagumi di Tajikistan ialah tidak
adanya pengemis yang terlihat di jalan-jalan padahal masyarakatnya banyak yang
miskin. Orang Tajik pantang meminta-minta begitu kata Agustinus dalam bukunya
tersebut.
Hal yang menarik untuk diamati juga adalah
bahwa meski Tajikistan
mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam. Tetapi, perayaan ibadah Islam
terasa sangat kurang. Ketika bulan Ramadhan datang banyak yang tidak puasa, hari
raya Idul Fitri yang menjadi hari paling penting bagi umat muslim di seluruh dunia
berlalu begitu saja tanpa perayaan. Bahkan minum vodka menjadi hal yang biasa
untuk mereka. Agustinus kemudian melanjutkan:
“Apalagi waktu itu saya datangnya bulan Ramadhan yaa, yang bikin saya
surprise di Tajikistan di bulan Ramadhan yah padahal Tajikistan termasuk
negara yang paling agamanya kuat di Asia Tengah, mereka minum alkohol,
minum vodka di tengah siang bolong di bulan Ramadhan, toko-toko makanan
tetap buka, mayoritas orang disana tidak puasa. Bahkan, ketika saya masuk ke
wilayah GBAO di perbatasan bertemu dengan orang Ismailiyah, orang
Ismailiyah ini umumnya tidak berpuasa dan bahkan saya sampai lupa kalau
itu Idul Fitri karena semua orang tidak puasa dan saya juga tidak puasa dan
bahkan ini penduduk yang mayoritasnya muslim, tetapi tidak terasa Idul Fitri
hanya seperti hari libur biasa.”80
Salah satu terbentuknya budaya atau kebiasaan suatu masyarakat adalah akibat
sejarah dan letak geografis. Tradisi dan sejarah budaya akan membentuk karakter
kita.81 Begitu pula yang terjadi di Tajikistan-wilayah yang dulu pernah menjadi
bagian dari Kesultanan Turki ini- berubah menjadi negara Komunis setelah jatuh ke
tangan Rusia. Sejak saat itu, Tajikistan yang pernah terkenal akan kota keilmuwan
80
81
Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo, Bandung, 7 November 2013,
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 168.
63
Bukhara dan Samarkhand (kini menjadi wilayah Uzbekistan) yang banyak
melahirkan pemikir-pemikir Islam seperti Rudaki dan Firdaus mulai dibanjiri oleh
buku-buku “merah” yang beraliran kiri. Sejak saat itu masyarakat hidup dalam
ketakutan ketika melakukan aktivitas keagamaan. Saat Josef Stalin berkuasa banyak
masjid ditutup menjadi gudang, huruf arab diubah menjadi huruf sirilik, ulama
dibungkam, dan paham komunis diajarkan di sekolah-sekolah.82 Semua harus ikut
aturan Rusia. Tradisi Islam yang telah berumur 6000 tahun pun runtuh dengan
masuknya komunisme. Akhirnya, hal tersebut banyak merubah wajah budaya dan
tradisi yang ada di Tajikistan. Islam akhirnya mulai luntur di masyarakat Tajikistan.
Hal ini juga berpengaruh langsung terhadap komponen non material seperti
keyakinan, norma, nilai, dan bahasa. Berikut ini adalah hasil analisis komponen non
material yang ada di buku Garis Batas Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah .
1. Keyakinan
Keyakinan atau kepercayaan yang dimaksud dalam budaya tidak hanya
berhubungan dengan agama tetapi segala sesuatu yang diyakini atau dipercayai oleh
masyarakat setempat yang diwarisi secara turum temurun ke generasi selanjutnya.83
Menurut Agustinus, ada satu tokoh yang sangat dihormati di Tajikistan. Dia adalah
Aga Khan, seorang pemimpin sekte Ismaili. Ia diyakini sebagai keturunan langsung
Nabi Muhammad. Para pengikutnya menganggap bahwa Aga Khan membawa
perubahan baik dengan organisasi amalnya. Dengan kehidupan yang sulit dan tidak
82
Haidar Abu, “Islam di Uni Soviet,” artikel diakses pada 30 Desember 2013
darihttp://abuhaidar.web.id/397/islam-di-uni-soviet.htm
83
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164.
64
menentu, serta angka pengangguran yang tinggi sosok Aga Khan dianggap sebagai
penyelamat mereka karena telah membantu menyalurkan banyak dana untuk
perubahan di negara-negara yang mayoritas beragama Islam. Saat melakukan
komunikasi antarbudaya di daerah Tajikistan Timur yang menjadi basis paling besar
umat Ismaili, Agustinus melihat bahwa Aga Khan menjadi sosok yang penting bagi
pengikutnya.
“Siapa yang menyelamatkan mereka dari keterpurukan yang mengenaskan?
Penduduk hampir selalu menjawab satu nama: Aga Khan, sang pemimpin
sekte Ismaili. Beliau dipercaya sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad
dan memegang tampuk imamat, namun kini menetap di Eropa. Organisasi
kemanusiaan milik Aga Khan banyak melakukan pembangunan terutama di
daerah terpencil di Tajikistan, Afghanistan, dan Pakistan.”84
Organisasi Aga Khan bernama Aga Khan Development Network (AKDN).
Organisasi ini telah beroperasi di Tajikistan sejak tahun 1992. AKDN memiliki basis
kuat dengan pengalaman kerja bersama masyarakat di daerah pegunungan. Pekerjaan
ini berada di semua wilayah dan telah memperkerjakan 3500 orang selama
beroperasi.85 Aga Khan diangkat menjadi pemimpin Ismaili pada umur 20 tahun.
Ialahir pada umur 13 Desember 196 di Jenewa dari orangtua Pangeran Aly Khan dan
Putri Tajuddawlah Aly Khan. Ia menghabiskan masa kecilnya di Nairobi, Kenya.
Kemudian ia lulus dari Universitas Harvard tahun 1959 dengan gelar Sarjana Sejarah
84
Agustinus Wibowo, Garis Batas Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 54.
Aga Khan Development Network, “Countries AKDN in Tajikistan,“ artikel diakses pada 30
Desember 2013 dariwww.akdn.org/Tajikistan
85
65
Islam.86 Organisasinya telah membuat banyak perubahan dalam bidang politik dan
ekonomi.
Sekte Ismaili di Tajikistan adalah minoritas, umumnya dianut masyarakat di
pegunungan belahan timur negeri. Menurut buku ini mereka terkenal lebih liberal
dibandingkan dengan umat muslim lainnya. Sedangkan di Dushanbe dan daerah barat
Tajikistan mayoritas penduduk adalah pemeluk Sunni. Aga Khan yang telah menjadi
imam Ismaili selama 5 dekade sangat dihormati oleh penganut Ismaili. Fotonya wajib
dipajang di rumah sebagai rasa penghormatan.
“Terpajang pula foto keluarga dan gambar Aga Khan yang dimuliakan-benda
wajib di rumah penganut sekte Ismaili. Saya teringat keluarga Ismaili di
Afghanistan, tepat di seberang sungai sana, penuh takzim menciumi foto Aga
Khan, seperti mencintai benda keramat. Aga Khan adalah pemimpin spiritual
yang begitu dipuja, baik di sisi sungai sana maupun seberang sungai sana.”87
Ismaili merupakan salah satu komunitas Islam. Komunitas ini tersebar di 25
negara, bersatu di bawah pimpinan Pangeran Karim Aga Khan (yang dikenal di
kalangan Ismaili sebagai Mawlana Hazar Imam) sebagai pemimpin spiritual yang ke
49 dan mempunyai keturunan langsung dengan Nabi Muhammad Saw. 88 Yang paling
unik menurut Agustinus adalah tata cara salat Ismaili yang berbeda dengan umat
muslim lainnya.
“Khusid duduk bertumpu lutut di sudut ruangan. Mulutnya komat-kamit,
melantunkan lagu merdu. Suaranya lembut, mengalun, lalu meninggi. Nada-nada
mengisi ruang hening. Kedua tangannya dikatupkan di depan dada, seperti orang
86
“His Highness Aga Khan,” artikel diakses pada 20 Februari 2013 dari
http://www.theismaili.org/cms/14/The-Aga-Khan
87
Agustinus Wibowo, Garis Batas:Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 59.
88
“The Ismaili Community,” artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari
http://www.theismaili.org/cms/760/About-Us
66
menghaturkan sembah, diayunkan ke kiri dan kanan. Baru pertama kali saya melihat
orang Ismaili mendirikan salat. Sungguh berbeda dengan umat Muslim kebanyakan.
Seluruh ritual hanya dilakukan dalam posisi duduk, dengan lantunan doa-doa yang
begitu asing di telinga. Ritual sembah yang kata Khurshid disebut sebagai imam
didar-penghormatan kepada imam, terdengar begitu menghanyutkan. Umat Ismaili
tidak pergi ke masjid. Mereka beribadah di jemaatkhana, yang artinya rumah para
jemaat. Tetapi zaman Uni Soviet dulu, semua aktivitas ibadah dilarang, umat Ismaili
tidak punya jemaatkhana. Ibadah jumat biasanya dilakukan berjamaah, bergiliran di
rumah umat. Komunisme tidak membunuh kepercayaan ini. walaupun umat Ismaili
Tajikistan terlihat santai soal agama, tetapi masih ada orang yang rajin menunaikan
salat seperti Khurshid. Pemuka agama di desa pun masih menempati posisi yang
dimuliakan.”89
Dalam aspek proses komunikasi antarbudaya disebutkan bahwa pemahaman
merupakan sesuatu yang harus dilakukan ketika bertemu dengan budaya lain.90 Walau
Agustinus bukan seorang muslim, tetapi Agustinus merasa heran dengan tata cara
salat umat Ismaili yang berbeda seperti apa yang ia lihat pada muslim umumnya.
Tetapi Agustinus memahami bahwa tidak ada yang salah dalam ritual keagamaan
selama seseorang menyakini hal tersebut. Agustinus malah kagum bahwa masih
banyak umat Ismaili yang menjalankan ibadah salat dan pemimpin agama masih
menjadi orang yang dimuliakan atau dihormati dalam masyarakat.
Selain kepercayaan yang dijalankan oleh umat Ismaili di Tajikistan,
masyarakat Tajikistan juga mempunyai tempat pemandian air panas terkenal. Tempat
pemandian ini adalah tempat yang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Pasangan
yang belum mendapat keturunan, dipercaya akan segera mendapat keturunan jika
mandi di sini.
89
90
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 73.
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 176.
67
“Di puncak bukit, masih mendaki bukit lagi dari bukit Yamchun, ada pemandian air
panas terkenal. Penduduk menyebutnya Cheshma Bibi Fatima, artinya Mata Air
Fatima. Bibi Fatima adalah putri Nabi Muhammad, termasuk lima tokoh penting
dalam ajaran Syiah dan Ismaili. Bibi Fatima di sini terdeskripsikan oleh perpaduan
warna tebing mata air yang unik-hijau, biru, putih, dan hitam-meliuk-liuk guratnya,
persis seperti wujud Rahim perempuan. Airnya jernih kehijauan. Penduduk percaya,
siapa yang mandi di sini akan segera mendapat keturunan.”91
Tetapi sayangnya, Agustinus tidak menjelaskan kesaksian dari orang-orang
yang benar mendapatkan keturunan setelah pulang dari tempat itu. Padahal menarik
untuk dituliskan lebih lanjut mengenai tempat pemandian tersebut. Selain hal tersebut
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya ritual kegiatan ibadah terasa sangat longgar
di Tajikistan. Tetapi anehnya menurut Agustinus, Tajikistan tetap menjadi negara
yang paling religius dibandingkan dengan-negara Stan lainnya. Ini disebabkan oleh
komunisme yang pernah hadir di sini sehinggaorang-orang juga sudah tidak terlalu
ketat menjalankan ibadah. Muslim yang benar-benar berpuasa di Ramadhan bahkan
tak sampai enam puluh persen jumlahnya, menurut Agustinus. Beberapa orang
percaya bahwa puasa hanya dilaksanakan selama 9 hari tidak sebulan penuh seperti
yang aturan Islam dalam puasa Ramadhan.
”Ibu mertuaku puasa, istriku puasa, anakku juga puasa-jadi aku tidak usah
puasa,” kata Bakhtiyor. Kalau aku ikut puasa siapa yang kerja mencari uang? Tuhan
pasti bisa mengerti keadaan kami.” Puasa Sembilan hari saja di bulan Ramadhan
sudah cukup, tambahnya. Tiga hari di awal, tiga di tengah, tiga di akhir. Itu pun
masih bisa dihitung patungan bersama anggota keluarga yang lain. Kalau ibu dan
istrinya sudah puasa masing-masing tiga hari, maka bagiannya cukup tiga hari saja.”92
Mungkin hal tersebut adalah hal yang aneh bagi Agustinus, setahu
pengetahuannya ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah sebulan penuh. Meskipun ia
heran dengan penjelasan sang supir tetapi Agustinus berusaha respek terhadap orang
91
92
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h.68.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 50.
68
tersebut. Ajaran Islam seperti puasa di bulan Ramadhan, larangan minum alkohol,
dan hari raya Idul Fitri di Tajikistan memang sering berlalu begitu saja tanpa makna
dan kemeriahan. Hidup di bawah bayang-bayang Komunis selama 74 tahun memaksa
mereka tercerabut dari akar ajaran Islam. Mengembalikan Islam seperti dahulu kala
sungguh tidak mudah. Akhirnya, ini berdampak pada Hari Raya Idul Fitri di
Tajikistan yang hanya seperti hari libur biasa.
“Ya ampun…! Bagaimana mungkin saya bisa lupa Hari Raya sepenting ini, hari
dimana saudara-saudara sebangsa saya larut dalam perayaan akbar? Tetapi, di bulan
Ramadhan di sini benar-benar tak ada bedanya dengan bulan biasa. Di Dushanbe dan
Istaravshan, kebanyakan orang tidak berpuasa. Tetapi, di kalangan umat Ismaili sini,
nyaris tak ada yang puasa sama sekali. Bagi Aliboy, Idul Fitri tak lebih dari hari libur
dimana ia bisa pergi membasuh tubuh di pemandian air panas bibi Fatima. Tak ada
perayaan. Tak ada takbir. Ini adalah hari kemenangan yang dirayakan di akhir bulan
suci yang tanpa haus dan dahaga.”93
Awalnya Agustinus kaget melihat wajah Islam yang begitu berbeda seperti yang
ada di Indonesia, tetapi ia terus melakukan pemahaman bahwa hal tersebut terjadi
karena banyak faktor salah satunya adalah akibat Uni Soviet melarang semua
aktivitas agama saat mereka masih bernama Uni Soviet.
1. Nilai
Nilai adalah keyakinan yang dilakukan dalam hidup karena hal tersebut dianggap
pantas, baik atau benar sehingga menjadi suatu budaya.94Konsep memuliakan tamu
yang ada dalam Islam, menjadi nilai-nilai luhur dijalankan dengan baik oleh
masyarakat Tajikistan.
93
94
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 69-70.
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 165.
69
“Islom, namanya berarti “Islam”, pria empat puluh tahunan bertubuh tambun
dengan topi hitam bersudut empat yang bertengger di kepala, mengundang
saya berbuka puasa bersama di suatu hari. Iftar-berbukapuasa- kata Islom
adalah bagian penting dari kultur Tajik. Bukan Cuma berbuka untuk diri
sendiri, iftarakan lebih bernilai jika berbagi makanan dengan musafir. “Ini
adalah adat turun-menurun,” kata Islom.”95
Meskipun Agustinus menganut agama yang berbeda dengan masyarakat
Tajikistan yang notabene beragama Islam, ia tetap dihargai dan diperlakukan sangat
baik. Bahkan, sekte Ismaili menganggap bahwa tamu adalah anugerah dari Tuhan.
Dan, memperlakukan tamu dengan baik sama dengan ibadah haji bagi mereka.
“Namun kegelapan sama sekali tidak mengurangi semangat keluarga Aliboy
dalam menyambut tamu. “Kami umat Ismaili tidak pergi ke Mekkah untuk naik
haji,” tutur Aliboy, “Pemimpin agama kami, Yang Mulia Aga Khan, mengatakan,
bahwa menyediakan tempat tinggal dan makanan bagi seorang musafir yang
membutuhkan bantuan adalah ibadah haji kami. Selain itu bukankah lebih baik
jika uang untuk naik haji itu digunakan untuk menolong orang atau memajukan
komunitas?” Penganut Ismaili percaya, menolong musafir wajib hukumnya,
sekalipun dapur tak lagi mengepul. Konsep tamu, mehman, mengakar kuat dalam
kehidupan masyarakat pegunungan ini. tak ada yang menandingi kebanggaan dan
kebahagiaan untuk bersikap hormat dan melayani tamu, karena tamu adalah
anugerah Tuhan.”96
Setiap tamu yang datang akan diberikan makanan roti. Makanan khas negara
Tajikistan dan negara Stan lainnya adalah roti nan, tetapi roti ternyata tidak hanya
menjadi makanan semata tetapi juga sebagai lambang penghormatan. Bahkan di
Uzbekistan roti tidak boleh ditaruh di sembarang tempat. Sebelum melanjutkan
perjalanannya ke tempat lain Agustinus diberikan bekal roti oleh salah satu keluarga
di Tajikistan yang memberikannya tumpangan menginap.
“Saya hanya tamu yang singgah semalam di rumah Khurshid, tetapi saya sudah
seperti bagian dari rumah itu. Ketika saya pergi meninggalkan desa, ibunya memaksa
95
96
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h.43.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 64-65.
70
saya membawa roti nan buatan tangannya. Roti bukan hanya sekedar makanan tetapi
juga barang suci yang harus dihormati. Nan bagi musafir adalah lambing cinta dan
penghormatan terdalam.”97
Nilai yang masih dilestarikan keluarga di Tajikistan salah satunya adalah dalam
menyambut tamu, budaya ini yang paling banyak Agustinus ceritakan dalam bukunya
tersebut. Meski hidup dalam kesederhanaan tetapi saat menjamu tamu keluarga di
Tajikistan memberikan hal yang terbaik. Ini yang membuat Agustinus menjadi respek
terhadap ikatan kekeluargaan di Tajikistan.
2. Norma
Norma adalah aturan informal yang berlaku di dalam masyarakat. 98 Aturan-aturan
tersebut secara langsung mempengaruhi pribadi yang terikat dengan norma tersebut.
Setiap masyarakat pasti mempunyai norma yang berlaku di lingkungannya meski
norma seringkali terbentuk secara tidak tertulis. Norma diajarkan oleh anggota
budaya atau keluarga dan dijalankan untuk membatasi sikap atau perilaku
masyarakat. Ada beberapa norma yang Agustinus tulis dalam bukunya salah satunya
adalah cara makan. Seperti kebanyakan norma di negara Asia lainnya yang masih
memegang erat kekeluargaan, tradisi makan di Tajikistan pun harus bersama dengan
dengan anggota keluarga lainnya secara sederhana.
“Seperti halnya di Afghanistan, orang Tajik juga makan dengan bersila tanah.
Tikar yang terbuat dari kain atau plastik berfungsi sebagai meja makan. Roti
Tajik berbentuk bulat gepeng dan tebal, terhidang di atas tikar.”99
97
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 76.
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 165-166.
99
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 62.
98
71
Keluarga berada dalam tingkat pertama kita belajar tradisi dan budaya dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti di Indonesia yang ikatan kekeluargaannya masih
kuat,norma keluarga juga masih dipegang erat oleh masyarakat Tajikistan. Norma
keluarga di Tajikistan adalah orang yang sudah menikah akan tetap tinggal bersama
keluarganya. Peraturan lainnya ialah bayi pertama harus dilahirkan di keluarga ibu.
“Di ruangan ini juga tinggal adik perempuan Alisher yang datang dari desa
lain. Wanita muda ini menikah dengan laki-laki asal desa Sheghnon, dekat
Khorog. Menurut adat Sheghnon, bayi pertama harus dilahirkan di keluarga
ibu.”100
Sementara itu, jika ada jamuan makan malam untuk tamu maka yang
diperbolehkan menemani tamu di meja makan hanyalah lelaki dewasa dan anak
tertua. Sementara kaum perempuan makan di belakang atau di dapur. Mengingatkan
kita akan kultur feodal di Jawa pada zaman dahulu, di mana perempuan hanya boleh
berada di rumah dan bekerja di dapur tanpa mempunyai kekuasaan apapun untuk
bertindak. Perempuan harus patuh terhadap lelaki. Bedanya, di Tajikistan perlakuan
seperti itu hanya ketika ada tamu yang sedang berkunjung.
“Saya disambut makan malam yang lezat. Khurshid dan ayahnya yang sudah
uzur duduk bersama saya di meja utama, sementara kaum perempuan: ibu,
istri, adik ipar, semua bersantap di belakang, di dekat tungku dapur. Saya
teringat konsep Jawa Feodal, perempuan adalah konco wingking, teman di
belakang. Apakah sekte Ismaili mengajarkan hal itu? “Oh, bukan,” kilah
Khurshid, “Ini tradisi kami saat tamu berkunjung. Hanya lelaki dewasa dan
anak tertua yang boleh makan bersama tamu.”101
100
101
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 62.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 72-73.
72
Dari norma yang dilihat Agustinus Wibowo di Tajikistan semuanya tentang
aturan informal yang mengikat keluarga. Norma di Tajik masih seperti budaya dalam
kultur yang masih memegang teguhnya adat dalam kekeluargaan.
3. Bahasa
Bahasa terkadang mencerminkan hegemoni suatu negara. Makin besar dan
digdaya suatu negara, semakin banyak pula orang-orang yang berlomba untuk
mempelajari bahasa tersebut. Contohnya, bahasa Inggris menjadi bahasa pergaulan
internasional seperti sekarang karena mewariskan bahasanya di negara jajahannya,
bahasa Inggris kemudian makin meluas akibat penguasaan teknologi.102Bahasa
Jepang menyebar karena manga, dan sekarang bahasa Korea makin diminati akibat
meledaknya musik K-pop di seluruh dunia. Rusia yang dulu sempat menjadi
penguasa dunia dengan Amerika Serikat, juga mewariskan bahasanya dan huruf
Sirilik-nya terhadap negara-negara jajahannya. Sejak komunis masuk ke dalam
negara-negara Stan, simbol-simbol Islam dihapus termasuk bahasa Arab yang
kemudian diganti dengan huruf Sirilik.
“Bahasa Tajik juga mengingsut. Bila dahulu bahasa Persia adalah bahasa
kaum beradab di Asia Tengah, lingua franca bagi imperium yang berjalan tiga
ribuan tahun, nasibnya kini menjadi hanya menjadi bahasa lokal yang dipakai
di republik tak terkenal, ditulis dengan huruf Sirilik, dicabut dari akar sejarah
masa lalunya. Bahasa Tajik yang terputus dari Iran dan Afghanistan, nyaris
tak berubah sejak seabad silam. Orang Tajik sudah kesulitan membaca tulisan
Arab, alphabet yang dipandang berbahaya oleh pemimpin Uni Soviet karena
berhubungan dengan Islam.”103
102
“Beberapa Alasan Mengapa Bahasa Inggris Menjadi Bahasa Internasional,” artikel diakses pada 20
Februari 2014 dari: http://pascapbi.uad.ac.id/beberapa-alasan-mengapa-bahasa-inggris-menjadibahasa-international/
103
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 22.
73
Menurut Agustinus di antara Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan
Turkmenistan; Tajikistan adalah negara yang tidak menggunakan bahasa Rusia tetapi
menggunakan bahasa Persia yang ditulis dengan huruf Sirilik.
“Bahasa Tajik. Bahasa Parsi itu bahasa Tajik juga. Kalau di Iran disebut
bahasa Parsi, di Afghanistan disebut Dari, di Tajikistan disebut Tajik. Masingmasing ada perbedaanya sedikit tetapi itu bahasa yang sama, tetapi bahasa
Persia di Tajik jauh lebih kuno, lebih tradisional, tetapi mereka menggunakan
huruf Sirilik; huruf Rusia tetapi masih bahasa yang sama. Kalau di Iran dan
Afghanistan bahasa Parsi ditulis menggunakan huruf Arab.”104
Penggunaan bahasa selalu mencerminkan pandangan budaya dari identitas
pribadi.105 Begitu pula yang terjadi di Tajikistan. Ketika masyarakatnya masih
mempertahankan bahasa Persia dalam percakapan sehari-hari hal ini ikut mewariskan
kultur puisi yang terbawa dari budaya Persia. Masyarakat Tajikistan hingga kini
masih menggunakan puisi untuk menyanjung seseorang, menyambut tamu, dan
sebagainya. Dari keterangan Agustinus, kultur puisi di sana sangatlah kuat.
“Jadi, di satu sisi yang saya tetap respek dengan budaya Tajikistan karena
mereka banyak terpengaruh oleh budaya Persia, sebagaimana seperti di
Afghanistan dan Iran mereka sangat kuat dalam hal berpuisi. Jika mereka
bertemu dengan orang, seringkali mereka memberikan puisi-puisi kuno,
mereka sering menyatir puisi pujangga-pujangga kuno dan itu orang Tajik
sering bertanya kepada saya “Mana puisi dari Indonesia?” yang mereka sudah
buat dari ribuan tahun lalu, orang-orang di rumah berpuisi. Kultur puisi sangat
kuat disini.”106
104
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 21-22.
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 167.
106
Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo, Bandung, 7 November 2013.
105
74
Penjelasan akan bahasa tersebut membuat kita tahu bahwa Tajikistan tidak
mewarisi bahasa yang dibawaoleh Uni Soviet, tetapi mereka mewariskan huruf sirilik
yang menggantikan tulisan Arab.
B. Kirgizstan
Negara Kirgizstan awalnya adalah bangsa penggembala yang hidup di padangpadang. Ketika Uni Soviet datang bangsa penggembala ini diberi nama Kirgiz sesuai
suku yang mendiami padang-padang tersebut.
1. Kepercayaan/keyakinan
Kirgizstan adalah bangsa penggembala yang hidup di padang-padang,107
berbatasan dekat dengan China dan Tajikistan,108 negara ini sama dengan Tajikistan
yang dikelilingi oleh pegunungan. Budaya di Kirgizstan mempercayai bahwa Nabi
Sulaiman pernah bertakhta di gunung yang berada di negara mereka hingga gunung
tersebut dinamakan Sulaeman Too. Bahkan, mereka juga menyebutkan dan percaya
bahwa Nabi Muhammad pernah datang ke gunung ini tersebut untuk mendirikan
salat.
“Osh modern berdenyut di bawah naungan bukit raksasa Sulaiman Too, yang artinya
Gunung Sulaiman. Orang Tajik menyebutnya Takht-e-Sulaiman, alias Takhta
Sulaiman. Mereka menganggap Raja Solomo atau Nabi Sulaiman pernah bertakhta di
107
“Kyrgyzstan,” artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari
http://www.infoplease.com/country/kyrgyzstan.html
108
“Kyrgyzstan: Facts and History,” artikel diakses pada 20 Februari 2014
darihttp://asianhistory.about.com/od/kyrgyzstan/p/kyrgyzstanprof.htm
75
sini, dan dari puncak gunung inilah sang Raja memandangi kota kuno Osh. Mereka
percaya Nabi Muhammad pernah datang ke gunung ini dan mendirikan salat.”109
Benar atau tidak kepercayaan ini belum bisa dibuktikan. Namun, tempat ini
selalu menjadi tempat ziarah umat Muslim di Kirgizstan. Masyarakat di Kirgizstan
sepertinya begitu antusias menemukan jati diri mereka tentang Islam serta menikmati
kebebasan beribadah dan berziarah setelah sekian lama agama dikekang oleh rezim
komunis Uni Soviet. Islam kemudian perlahan mulai kembali di tengah-tengah
masyarakat walau banyak di antara mereka yang tidak paham tentang ajaran Islam itu
sendiri. Di Asia tengah, sufisme tumbuh dengan subur, Islam dapat berpadu harmonis
dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat setempat, dan makam atau ziarah adalah
bagian penting dalam tradisi tersebut. Jika di Tajikistan menjamu tamu dengan baik
adalah ibadah haji bagi kaum Ismaili, di Kirgizstan mereka percaya jika mengunjungi
tiga kali Gunung Sulaiman setara dengan pergi haji ke Mekah.
“Mereka percaya tiga kali berziarah di Sulaiman Too setara dengan sekali pergi ke
Mekkah. Dulu, orang-orang harus sembunyi-sembunyi untuk sembahyang di gunung
ini kalau tidak ingin ditangkap serdadu komunis dan dikirim ke kamp kerja paksa.
Sekarang, ibu-ibu berkerudung bebas menangis tersedu-sedu di hadapan gua kecil di
lereng bukit, sambil menggendong anak-anak mereka yang cacat atau sakit parah,
berharap turunnya mukjizat kesembuhan.”110
Budaya memainkan suatu peranan penting dalam pembentukan kepercayaan.
Dalam komunikasi antarbudaya tidak ada hal yang benar atau hal yang salah sejauh
hal-hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan.111
2. Nilai
109
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 143.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 144.
111
Jalaludin Rakhmat,Komunikasi Antarbudaya, h.26
110
76
Nilai-nilai budaya biasanya berasal dari isu-isu filosofis lebih besar yang
merupakan bagian dari suatu mileu budaya. Nilai-nilai ini umumnya normatif dalam
arti bahwa nilai-nilai tersebut menjadi rujukan seorang anggota tentang apa yang baik
dan buruk, yang benar dan yang salah, yang positif dan negatif, dan sebagainya.
Nilai-nilai dalam suatu budaya menampakkan diri dalam perilaku para anggota
budaya yang dituntut oleh budaya tersebut. Dalam hal ini nilai yang ada di Kirgizstan
di antaranya adalah bahwa ikatan keluarga di sana masih sangat penting. Kemudian,
tamu juga menjadi bagian penting dalam nilai.
“Keluarga ini masih memegang teguh tradisi Dungan. Anak yang sudah menikah
masih tinggal bersama orangtua. Ikatan keluarga sangat penting dan anak harus
bertanggung jawab untuk hari tua ayah-bunda. Mereka juga kebanyakan hanya
menikah dengan sesama Dungan, atau paling banter dengan Kazakh dan Kirgiz yang
seagama. Makan malam tiba, istri Muhammad menyajikan masakan yang aromanya
sampai membuat perut saya langsung bernyanyi. “Makanlah, jangan sungkan anggap
ini rumahmu sendiri,” kata Muhammad yang berkopiah itu sambil menggendong
cucunya. Saya terkesima menghadapi meja makan, makanan Dungan seolah
membawa saya terbang ke Tiongkok.”112
Dungan adalah etnis minoritas di Kirgizstan dan dekat dengan daerah China. Dalam
buku ini dijelaskan bahwa Dungan adalah bangsa pelarian dari China yang melarikan
diri dari kejaran Kaisar dan akhirnya menetap di Kirgiz. Maka, wajar jika nilai di
tradisi Dungan sama dengan tradisi yang ada di China, karena hal ini masih dijaga
hingga ke generasi selanjutnya.
3. Norma
Norma adalah aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai
tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang boleh atau tidak boleh dilakukan dalam
112
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 122.
77
bermasyarakat. Masyarakat Kirgizstan seperti pada umumnya masyarakat di
Indonesia mempunyai tradisi datang ke makam untuk ziarah. Tetapi norma di sana
ternyata tidak memperbolehkan orang asing untuk mendekati makam.
“Dari kejauhan kuburan Kirgiz tampak begitu indah, seperti kota kecil. Bukan hanya
sekedar liang lahat dengan batu nisan, makam di sini dihias menara, kubah, dan
tembok berukir. Bayangkan kalau ratusan makam bertebar tak beraturan, masingmasing dengan dekorasi itu. Dari puncak Sulaiman, makam di kaki bukit ini kelihatan
bak kota kuno zaman jalur sutra. Tetapi penduduk tak mengizinkan saya mendekat.
Itu tabu, kata mereka. Bukan tempat orang asing berwisata.”113
Budaya berziarah ke makam biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu seperti
harai raya. Persis seperti budaya yang ada di Indonesia. Sementara itu, ada aturan
yang sedikit unik dalam masyarakat Kirgiz. Normalnya, jika kita naik kendaraan
umum kita akan mendahulukan tempat untuk orang tua, ibu hamil, dan penderita
cacat. Tetapi di Kirgiz, jika naik kendaraan umum kita bisa menitipkan barang
kepada orang yang duduk bahkan bayi bisa dititipkan.
“Tetapi setidaknya, orang Kirgiz tetap punya kehangatan khas bangsa Timur.
Kendaraan umum Bishkek sangat kecil, berbentuk mirip bongkahan roti tawar.
Tempat duduknya hanya 15 kursi, dan penumpang berdiri berdesak-desakan, harus
membungkuk karena atap mobil yang rendah. Tetapi, aturan yang berlaku di sini,
lelaki tak akan duduk jika ada perempuan yang berdiri. Apalagi kalau ada manula dan
orang sakit. Bahkan, penumpang yang yang dapat tempat duduk pun sukarela
membawakan barang bawaan penumpang yang berdiri, mulai dari tas kerja, laptop,
barang berharga, bayi… Bruk… dititipkan begitu saja, tanpa ba-bi-bu, tanpa sepotong
senyum, paling juga sepotong ucapan terima kasih. Saya sulit membayangkan
menitipkan bayi ke sesama penumpang bus di Indonesia.”114
Seperti kultur Asia yang umumnya sangat menghormati para orangtua, begitu
pula di Kirgiz. Orang yang jauh lebih tua umurnya dianggap sebagai orang yang
paling utama. Ia dianggap telah mengalami banyak pengalaman hidup. Sehingga
113
114
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 144.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 184-185.
78
pendapatnya tentang sesuatu hal sangat penting dan menjadi bahan pertimbangan
dalam suatu keluarga saat ingin mengambil keputusan. Ini berbeda dengan budaya
Barat yang mengagung-agungkan semangat masa muda.115
“Kakek Moken sudah teramat renta, umurnya berkepala delapan, tapi masih tampak
sangat sehat. Jenggotnya putih, panjang, hanya sejumput. Topi bulu hitamnya
membumbung tinggi. Ini pastilah tipe aksakal yang paling akurat. Bangsa Asia
Tengah sangat menghormati orang lanjut usia. Orang Kirgiz menyebut mereka
aksakal-sang jenggot putih, dan orang Tajik musafid- sang rambut putih. Apa pun
yang keluar dari mulut aksakal tidak boleh dibantah. Mereka selalu mendapat tempat
paling terhormat di ruangan. Mereka harus mendapat makanan terlebih dulu, dan
harus yang paling lezat, misalnya kepala domba dan bongkahan lemak padat dari
pantat hewan itu. Aksakal juga mempunyai hak veto dalam pengambilan keputusan
keluarga.”116
4. Bahasa
Bahasa merupakan sistem lambang yang digunakan suatu masyarakat untuk
berkomunikasi. Setiap negara mempunyai bahasa yang berbeda-beda. Diperkirakan
ada sekitar 7.000 bahasa di dunia.117 Di Indonesia yang masyarakatnya beragam saja
setiap daerah mempunyai bahasa sendiri-sendiri. Dengan banyaknya bahasa, maka
diperlukanlah suatu bahasa sebagai bahasa internasional yaitu bahasa Inggris.
Biasanya, penyebaran bahasa terjadi karena penaklukan dan penjajahan suatu negara
sehingga mereka menanamkan kebudayaan mereka dan mewariskan bahasa mereka
ke penduduk setempat di daerah jajahannya.
Di Indonesia, menguasai bahasa Inggris dianggap sebagai kaum terpelajar dan
terlihat lebih intelek. Apalagi jika bisa menguasai banyak bahasa. Anggapan itu bisa
115
Julia T Wood, Communication in Our Lives, h. 164.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 187-188.
117
Michael Backman, Asia Future Shock: Business Crisis and Opportunity in The Coming Years, h.
111.
116
79
dianggap benar karena ilmu pengetahuan sekarang datang dari Barat dan ditulis
dalam bahasa Inggris. Sisi negatifnya seringkali menggunakan bahasa asing dalam
percakapan sehari-hari dianggap tidak nasionalis.
Begitu pula yang terjadi pada Uni Soviet, meski negara ini telah pecah tetapi
bahasa Rusia masih digunakan di negara-negara bekas pecahannya. Tetapi hal itu
tidak berlaku di Kirgizstan. Setelah merdeka salah satu kebijakan pemerintahnya
adalah menghapuskan bahasa Rusia. Meskipun sampai sekarang hal tersebut mustahil
untuk
diwujudkan.
Menggunakan
bahasa
mereka
Kirgiz
dianggap
lebih
berpendidikan.
“Di antara negara-negara baru yang berkoar tentang nasionalisme, Kirgizstan masih
sulit melepaskan diri dari masa lalunya di bawah Uni Soviet. Di ibu kota negeri ini,
bahasa nasional Kirgiz nyaris tak terdengar. Semua orang-termasuk bangsa Kirgizbicara bahasa Rusia, yang bagi mereka terdengar lebih intelek daripada bertutur
dalam bahasa kaum nomad. Nasionalisme kebangsaan di Kirgizstan pun menggebu
ketika mereka memutuskan mengangkat kembali bahasa Kirgiz. Pemerintah
mewajibkan bahasa Kirgiz di sekolah dan tempak kerja. Mereka yang tak bisa bahasa
Kirgiz-kebanyakan orang Rusia dan bangsa minoritas lainnya-harus kehilangan
pekerjaan. Bukankah bahasa nasional adalah bagian dari simbol-simbol yang harus
dibela?”118
C. Kazakhstan
Saat mengunjungi Tajikistan, Kirgistan, Agustinus terlalu banyak menggali sisi
muram dan buram di negara-negara tersebut. Cerita tentang kemiskinan, harga-harga
yang mahal, dan korupsi lebih banyak dikupas oleh Agustinus. Tetapi ketika di
Kazakhstan, Agustinus menemukan sisi lain bahwa ternyata ada juga negara Stan
118
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 177-178.
80
yang setelah lepas dari Rusia menjadi sangat kaya. Ini adalah Kazakhstan. Selain
negara yang paling luas diantara Stan lainnya, Kazak juga yang paling kaya.
Kekayaan ini hasil dari cadangan minyaknya yang sangat melimpah. Bahkan
Agustinus mengatakan bahwa banyak sekali orang-orang kaya yang bermunculan di
Kazak, persis seperti apa yang terjadi di negara Dubai belakangan ini.
1. Keyakinan
Menurut tradisi, Kazakh adalah Muslim Sunni dari sekolah Hanafi. Kazakh
mengadopsi Islam secara bertahap, dengan konversi yang selesai pada awal abad ke19. Masyarakat Slavia Kazakhstan secara tradisional menganut Kristen Ortodoks, dan
Gereja Ortodoks Rusia adalah denominasi Kristen terbesar di republik ini.119saat di
Kazakhstan Agustinus bertemu dan tinggal di rumah seorang penduduk setempat
yang menganut salah satu sekte Kristen. Ia masih memegang ajarannya dengan teguh,
salah satunya adalah tidak menonton TV.
“Keluarga kami sangat religius, karena itu kami tidak menonton TV. Jadi maaf kami
tidak menyediakan TV,” kata Lyubova. Saya baru tahu ada sekte Kristen yang
melarang umatnya menonton TV. Saya sangat puas dengan rumah Lyubova yang
nyaman, Pasha justru sebaliknya. “Aku tidak pernah lihat rumah sesederhana dan
seburuk ini.”120
Selain sekte Kristen, penduduk Muslim masih menjadi mayoritas di negeri ini.
Kultur Islam di Kazakhstan juga dekat dengan sufisme. Hal ini membuat banyaknya
pemimpin sufi yang sangat dihargai di sini. Di Kazakhstan aliran sufi yang terkenal
adalah Tarekat Suwi Yasawiya yang dikenal sebagai aliran sufi yang paling
119
“Religions In Kazakhstan,” artikel diakses pada 7 Januari 2014 dari
http://www.kazakhstan.orexca.com/religions_kazakhstan.shtml
120
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 257.
81
memperkenalkan unsur mistis shamanisme.121 Pendirinya ialah Khoja Ahmad
Yasawiya yang makamnya menjadi pusat ziarah penting di Kazakhstan. Makam ini
diberi nama Mausoleum Khoja Ahmad Yasawi yang dibangun pada tahun 1389
hingga 1405 oleh Amir Timur, pemimpin kekaisaran Timur. Saat ini mausoleum
Khoja Ahmad menjadi salah satu situs peninggalan budaya yang dilindungi oleh
UNESCO.122 Masyarakat Kazakhstan percaya bahwa tiga kali berziarah ke makam
yang terletak di Turkistan ini sama dengan sekali naik haji ke Mekkah.
”Permata sejarah Kazakhstan” demikianlah Turkistan dikenal. Bekas ibu kota
kesultanan Kazakh di abad ke-16 ini kini menarik ribuan muslim dari Asia tengah
yang menjadikannya sebagai Mekkah kedua. Matahari menampakkan wajahnya
ketika saya turun dari kereta stasiun di Turkistan. Langit biru kelam, berpadu dengan
salju yang membungkus bumi. Makam suci Khoja Ahmad Yasawi semakin tampak
berkilau megah di atas hamparan salju yang membentang. Inilah kebanggan
Kazakhstan: sebuah kuburan pemimpin agama Islam yang terletak di tepian
perbatasan Uzbekistan. Sang Khoja lahir di Turkistan, hampir seribu tahun lalu. Dia
belajar Islam di Bukhara kemudian kembali ke Turkistan, menyebarkan ajaran
sufisme di sini. Islam yang dianut bangsa Kazakh kental dengan pengaruh
shamanisme. Makam sang Khoja kemudian menjadi pusat ziarah penting. Saking
pentingnya sampai orang setempat percaya, tiga kali berziarah ke Turkistan sama
dengan sekali naik haji ke Mekkah. Bangunan megah yang sekarang menaungi
pemakaman Yasawi ini, dibangun lebih dari 200 tahun sesudah kematiannya. Sang
pembangunnya adalah Amir Timur, atau Timur Leng, atau Timur si Pincang, raja
besar Asia Tengah yang sekarang dipuja sebagai pahlawan besar di Uzbekistan.”123
2. Nilai
Agustinus tidak banyak membahas tentang nilai-nilai yang ada di Kazakh. Ia
lebih banyak bercerita betapa berbedanya Kazakh dengan negara Stan yang telah ia
kunjungi seperti Tajik, Kirgiz dan Uzbek. Jika di ketiga negara itu Agustinus
121
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 296.
“Nomadic Sacred Site Mausoleum Khoja Ahmad Yasawi,” Unesco TV/NHK, liputan diakses pada 7
Januari 2014 darihttp://www.youtube.com/watch?v=3g6sDCPVqjI
123
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 296-297.
122
82
mendapatkan pengalaman yang mengesankan sebagai tamu, tetapi tidak dengan
Kazakh. Menurutnya Kazakh terlalu “dingin” terhadap orang asing, tidak mempunyai
keramahtamahan khas Asia Tengah.
Kazakh juga menjadi negara Stan yang paling bebas. Kultur Islam sangat tidak
terlihat bahkan vodka dan babi bisa sangat dijual bebas di pasar dan menjadi
hidangan utama bagi masyarakat. Menurut Agustinus ini terkait dengan kultur nomad
yang sangat melekat pada Kazakh. Bangsa Kazakh merupakan bangsa nomad yang
tinggal di Asia Tengah. Kultur nomad adalah tidak bisa terikat pada suatu aturan.
Kemudian, juga dapat dilihat dari sejarah masuknya Islam ke Kazakhstan.
Berkembangnya Islam di Kazakh berkat para sufi. Sufi mengubah para pengembara
di padang gembala menjadi muslim, sehingga suku-suku ini hanya menyerap gairah
Islam, sebelum benar-benar memahami ajarannya.124
Secara umum, karena Kazakh adalah bangsa yang terakhir memeluk Islam di
antara negara Stan lainnya, maka nilai-nilai Islam di sana merupakan yang paling
longgar juga di antara negara-negara tetangga Stan lainnya. Baru belakangan ini
Islam menggeliat kembali, ditandai dengan berdirinya beberapa masjid megah di
Kota Almaty. Masjid ini didirikan dengan bantuan dari Arab Saudi dan Turki yang
mengingatkan bagaimana seharusnya menjadi muslim yang benar.
124
Ansari Tamim, Dari Puncak Baghdad, h. 283.
83
3. Norma
Meski menjadi bagian dari negara Muslim yang tidak tidak terlalu terikat dengan
aturan Islam, tetapi di sana tanda-tanda akan kebanggaan sebagai seorang Muslim
mulai bangkit kembali. Dimulai dengan banyaknya masyarakat yang mengoleksi
liontin dengan simbol bertuliskan Allah dan Muhammad dalam bahasa Arab.
Meskipun kata Agustinus ketika ditanya apa arti tulisan tersebut mereka tidak tahu
dan tidak bisa membacanya. Tulisan Arab bagi mereka hanya untuk menyatakan
identitas sebagai Muslim.
Walau Islam belum begitu mengakar di masyarakat, salah seorang pemuda
setempat yang diminta Agustinus untuk berfoto di depan Gereja Katedral, menolak
secara halus. Menurutnya tidak pantas sebagai Muslim untuk berfoto di depan rumah
ibadah agama lain.
“Anak-anak muda mengoleksi liontin bertuliskan huruf Allah dan Muhammad,
walaupun tidak tahu bagaimana membacanya. Tulisan Arab hanya untuk menyatakan
jati diri sebagai Muslim. Seminggu terakhir, saya hanya melihat satu gadis berjilbab
di tengah metropolis Almaty. Beberapa pemusik muda Kazakh yang saya temui
menolak keras difoto di depan katedral Zenkov, gereja kuno Kristen Ortodoks yang
menjadi ikon Almaty. “Gedung ini bukan punya agama kami,” kilah seorang dari
mereka.”125
Ada yang menarik dalam temuan Agustinus saat berkeliling di Kazakhstan.
Meski mereka tidak mau difoto di depan gereja yang menurut mereka tidak pantas
karena merupakan tempat ibadah agama lain, pohon natal di sana bukan dianggap
sebagai simbol dari agama Kristen. Menurut mereka pohon natal adalah pohon tahun
baru yang selalu menghiasi rumah mereka menjelang acara tahun baru. Bahkan,
125
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 291.
84
mereka marah jika pohon cemara tersebut dibilang sebagai pohon natal, padahal tidak
ada bedanya. Menurut Agustinus ini merupakan salah satu peninggalan budaya dari
Rusia.
“Kelap-kelip jalan raya Almaty sungguh kontras dengan suramnya Kazkontrakt. Di
depan gedung parlemen yang bentuknya balok kotak memanjang-khas arsitektur
Soviet, kesempurnaan bentuk balok dan kubus seperti desain lego anak kecil yang
agak rendah tingkat kreativitasnya-sebuah pohon natal raksasa menjulang tinggi di
pinggir jalan raya, music, pop, disko, dan tekno Rusia diputar keras-keras,
memekakkan telinga. Warga kota datang berduyun-duyun, berdansa di bawah
guyuran salju yang mencurah seperti es serut. “Ini bukan pohon natal!” tukas pemuda
Kazakh, “Ini pohon tahun baru!” Kolya pemuda kurus ini adalah pembuat roti.
Seperti saya yang terdera mahalnya Almaty, Kolya pun hidup pas-pasan, dengan
gajinya yang sekitar 350 dolar sebulan itu katanya sama sekali tidak ada artinya di
kota ini. saya memandang kembali ke “pohon tahun baru”. Ada pernak-pernik boneka
sinterklas. Ada bintang besar di puncaknya. Setelah dua ratusan tahun Rusia bercokol
di padang rumput Kazakhstan, bangsa nomad pun ikut merayakan tahun baru. Kultur
asing, seperti bahasa Rusia yang juga asing, sudah mengalir bersama darah Kazakh
mereka sekarang. Sudah jadi bagian identitas. Tetapi Kolya masih punya identitas
lain.”126
Dongeng Santa Klaus juga menjadi budaya mereka tetapi bukan sebagai
simbol dari agama Kristen. Mereka menganggapnya sebagai Bapak Tahun Baru yang
memberi mereka keceriaan saat pergantian tahun.
4. Bahasa
Nasionalisme menjadi isu yang paling penting ketika Uni Soviet bubar. Terutama
untuk negara-negara yang akhirnya memerdekakan diri dari jeratan Komunisme Uni
Soviet. Salah satu isu nasionalisme yang paling kuat ialah penggunaan bahasa. Setiap
negara Stan, ingin mengangkat kembali bahasa lokal mereka dan menjadikannya
bahasa nasional. Menumbuhkan kembali bahasa lokal mereka yang telah tergusur
126
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 244-245.
85
oleh dominasi bahasa Rusia bukanlah perkara mudah. Peraturan telah dibuat untuk
menggunakan bahasa Kazakh tetapi mereka tetap menggunakan bahasa Rusia dalam
percakapan sehari-hari. Dan uniknya mereka bangga akan hal itu.
“Di antara Stan-stan lain, Kazakhstan yang paling dekat dengan Rusia, baik secara
geografis maupun kultural. Sejumlah besar penduduknya adalah etnis Rusia dan
Eropa. Bangunannya, gaya hidup penduduknya, pola pikirnya, semua Rusia. Yang
mengejutkan adalah bahkan antara sesame orang orang Kazakh pun mereka lebih
nyaman berbicara bahasa Rusia. Banyak orang Kazakh yang tidak bisa bahasanya
sendiri. Spanduk, iklan, papan baliho, semua bahasa Rusia. Bahasa nasional malah
menjadi bahasa kelas dua, kalah dengan aura bahasa Rusia. Kolya alias Kabul di
Almaty, dalam bahasa Rusia fasih, malah pernah berkata, “Orang Kazakh bisa bicara
bahasa Rusia bahkan lebih bagus daripada orang Rusia sekalipun!” Herannya, dia
bangga sekali dengan hal itu.”127
D. Uzbekistan
Uzbekistan adalah negara yang terkenal saat jaman jalur sutra. Uzbeksitan
terkenal di seluruh dunia dengan produksi kain sutranya. Masyarakat Uzbekistan
kebanyakan menganut agama Islam, dan sisanya Kristen Orthodoks. Ada sekitar 15
kepercayaan atau agama yang diakui oleh pemerintah Uzbekistan. Diantaranya
adalah: Islam, Protestan, Katolik, Yahudi, dan lainnya.128
1. Keyakinan/kepercayaan
Keyakinan atau kepercayaan yang ada di masyarakat di mana pun biasanya
selalu diceritakan secara turun temurun. Meskipun keakuratan berita kadang
disangksikan. Ada suatu cerita yang berkembang di masyarakat Uzbekistan bahwa
pernah ada seorang Yahudi yang menyamar sebagai ulama untuk menyesatkan
127
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 286.
“Religion,” artikel ini diakses pada tanggal 5 Januari 2014 dari:
http://uzbemb.or.id/?g=Informasi&cmsID=CMS000010
128
86
masyarakat. Memang bukan hal yang baru, tentang kecurigaan terhadap agama lain
yang ingin menghancurkan Islam, misalnya dengan cara kristenisasi dan seperti yang
terjadi di Uzbek ini.
“Lelaki ini bernama Suhrat. Suhrat yang lain lagi, bukan Suhrat anak Sokhir si
pengrajin sepatu. Dengan bahasa Inggris yang lancar ia berkisah. “Kamu lihat di
Bukhara sekarang, masih ada peninggalan Yahudi. Di kota kuno, sinagoga Yahudi
masih berdiri. Saya juga punya banyak teman Yahudi, tapi saya tidak pernah percaya
mereka. Dulu, dulu sekali, ada ulama Muslim yang dipuja warga Bukhara. Tetapi,
ulama ini mempunyai kebiasaan aneh, setiap habis bersalat, ia menyepak ujung
sajadahnya. Semua pengikutnya bingung, tetapi turut pula kebiasaannya itu,
menyepak ujung sajadah sesudah salat. Sampai pada suatu hari barulah terkuak
rahasianya. Ternyata di balik sajadah itu ada tulisan Allah dan Muhammad.
Astagfirullah… Ia menghinakan umat Muslim. Ia adalah rabi Yahudi, mata-mata
yang mau mengajarkan kesesatan kepada Muslim!”129
Cerita ini berkembang di masyarakat Uzbek tanpa ditelusuri kebenerannya.
Keyakinan atau kepercayaan yang telah hidup selama lama di masyarakat biasanya
memang ditelan mentah-mentah dan dipercayai sebagai kebenaran yang absolut dan
akhirnya membentuk pandangan yang buruk terhadap umat agama lain. Selain itu,
sama halnya dengan di Indonesia, masyarakat Uzbek ternyata juga masih mempunyai
kepercayaan yang agak berbau klenik. Seperti, bahwa mereka percaya mengitari
pohon tiga kali di pemakaman Naqshabandi akan membawa nasib yang baik.
Bahauddin Naqshabandi adalah seorang pendiri aliran Sufi Naqshabandi yang lahir di
Bukhara kemudian menjadi sosok sufi yang terkenal di Asia Tengah.130Dan,
sosoknya menjadi pahlawan nasional di Uzbekistan. Di dunia sepertinya memang ada
semacam kecenderungan untuk mengkeramatkan makam-makam orang alim ulama
atau orang yang dianggap suci seperti sufi atau kalau di Indonesia, wali songo.
129
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 340.
“Memorial complex Bahauddin Naqshabandi,” artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari
http://www.tourstouzbekistan.com/en/sights/bukhara/memorial-complex-bahouddin-naqshbandi.html
130
87
“Mungkin inilah yang menjadi karakter Islam di sini simple tapi misterius. Memasuki
pemakaman Naqshbandi, kita harus melangkahkan kaki kiri terlebih dahulu. Di
bagian pelataran ada pohon yang sudah tumbang. Konon, pohon ini hidup bersamaan
dengan sang guru besar sehingga dikeramatkan. Nenek-nenek dari desa berbaris
mengitari pohon batang pohon berlawanan arah jarum jam. Di satu sisinya, batang
pohon membujur sangat rendah, hampir mencapai tanah, sehingga orang jongkok
nyaris merayap. Mereka percaya, mengitari batang pohon ini tiga kali adalah
seremoni wajib, akan membawa nasib baik.”131
Tidak perduli seberapa maju ilmu peradaban sekarang, tidak perduli orangorang makin pintar akan ilmu pengetahuan, tradisi dan budaya semacam hal tersebut
tidak akan pernah hilang. Di Asia Tengah, ajaran sufi begitu kuat, agama
berharmonisasi dengan budaya dan tradisi. Seperti yang Agustinus katakan, “Tidak
jarang orang merancukan mana yang bagian dari budaya, dan mana yang merupakan
bagian dari Islam itu sendiri.”
2. Nilai
Di dua negara sebelumnya, kita telah mendapatkan gambaran bagaimana
Tajikistan dan Kirgizstan menghormati para tamu atau musafir yang datang ke
negaranya. Mereka sangat memuliakan tamu, ini merupakan kesamaan nilai yang
dipunyai olah bangsa-bangsa Asia Tengah. Pun begitu juga dengan Uzbekistan.
Bahkan menurut nilai mereka, tamu harus dihormati melebihi menghormati ayah kita.
“Mungkin tidak lazim seorang gadis membawa laki-laki ke rumah,” saya
mengutarakan kekhawatiran. Lembah Ferghana adalah lembah paling konservatif di
seluruh Asia Tengah. Seorang gadis muda yang mengundang pria asing menginap di
rumah tentu bukan sesuatu yang sedap dipandang tetangga. Saya masih teringat
betapa ketatnya hubungan lelaki asing dengan perempuan di Afghanistan. “Tidak
apa-apa,” katanya, „Keluarga kami sangat suka kedatangan tamu. Ayah dan ibu saya
131
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 348.
88
pasti senang sekali berjumpa dengan kamu.” Orang Uzbek bilang, hormatilah tamu
melebihi engkau menghormati ayahmu.”132
Bahkan di tempat yang menurut Agustinus menjadi sangkar orang-orang
konservatif yang sangat mengatur pria dan wanita pun masih memberikan
penghormatan yang sangat dalam kepada tamu. Menghormati tamu merupakan
bentuk penghargaan terhadap sesama, sekaligus menjalankan nilai-nilai yang
diajarkan dalam Islam. Kebaikan terhadap para tamu ini harus selalu dilestarikan dan
diwariskan terhadap generasi yang mendatang, agar keramahan khas Asia Tengah
selalu terjaga dengan baik.
3. Norma
Dalam menerima seorang tamu dari luar ternyata ada sambutan khas oleh
masyarakat Uzbekistan seperti yang diceritakan Agustinus dalam bukunya. Saat
Agustinus bertandang ke salah satu pernikahan penduduk setempat ini di daerah
Ferghana ketika ia sampai di tempat maka ia langsung diperkenalkan ke semua orang
yang hadir pada acara tersebut dan didoakan. Daerah Ferghana adalah salah satu kota
yang paling religius menurut Agustinus.
“Saya dibawa dari dipan ke dipan. Setiap perkenalan selalu dimulai dengan
menengadahkan tangan bersama-sama, seorang pembaca doa berkomat kamit cepat.
Setelah berputar-putar di ruangan tamu pria, saya dibawa ke pekarangan, ke bagian
terlarang-khusus perempuan.”133
Salah satu keistimewaan Agustinus sebagai tamu yang berasal dari luar
Uzbek, ia bisa melihat pengantin wanita dan masuk ke tempat di mana wanita itu
132
133
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 371.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 374.
89
sedang dipersiapkan untuk acara selanjutnya. Di daerah ini tempat pria dan wanita
dipisahkan. Cara salam dalam menyambut tamu juga harus menangkupkan tangan di
dada, sebagai penghormatan yang terdalam untuk tamu. Tata krama yang sangat
sopan sekali terhadap orang yang baru dikenal.
“Yakhshimisiz? Apa kabar?” sambungnya, sambil menyalami saya dan meletakkan
tangan kirinya di atas dada, bahasa tubuh orang Uzbek melambangkan penghormatan
yang sangat terdalam. Saya membalasnya dengan gerakan yang sama, setengah
membungkuk, ”Rahmat. Terima kasih.”134
Selain menghormati tamu, orang Uzbek juga sangat menghormati makanan
khas mereka yaitu roti. Bahkan untuk membungkus roti saja mereka menggunakan
kain atlas buatan Uzbek yang terbuat dari sutra, yang tentunya harganya lebih mahal
dari roti tersebut.
“Saya terbelalak. Kain pembungkus roti itu adalah kain atlas! Dari sutra murni,
berwarna-warni cerah dengan motif wajiknya yang khas. “Disini semua memang dari
sutra,” kata Firuza bangga, “Ini khas Margilan, kota sutra. Tak perlu kaget, roti pun
layak dibungkus dengan sutra.” Semester kain atlas buatan tangan harganya sekitar
empat dolar, sayang juga kalau hanya diapaki untuk membungkus roti. Tetapi bagi
orang Uzbek, roti adalah benda suci. Tidak boleh dibuang, ditaruh di tanah, atau
diletakkan tengkurap. Roti adalah sumber kehidupan yang sangat dihormati.”135
Keheranan Agustinus saat melihat tradisi ini bisa sangat dimaklumi. Roti di
Indonesia hanya dipandang sebagai makanan ringan saja bukan sebagai makanan
utama. Nasi pun yang menjadi makanan utama bagi masyarakat Indonesia tidak ada
penghormatan sedalam itu. Padahal menurut Agustinus alasan dibalik penghormatan
masyarakat Uzbek terhadap roti sangatlah sederhana; “Sebagai sumber kehidupan
tenaga manusia.”
134
135
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 372.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 373.
90
4. Bahasa
Di bab Uzbekistan sayang sekali tidak ada penjelasan Agustinus tentang kendala
bahasa, keunikan bahasa yang digunakan, atau bahasa yang ia pakai ketika
mengunjungi Uzbekistan. Dari wawancara yang saya lakukan, menurutnya selain
Tajikistan negara Stan lainnya menggunakan bahasa Rusia dalam percakapan seharihari. Ini juga berlaku di Uzbekistan.
E. Turkmenistan
Turkmenistan adalah negara yang paling tertutup di Asia Tengah. Mereka seolah
menutup jarak dengan dunia luar. Ini dikarenakan sistem pemerintahannya yang
sangat otoriter. Turkmenistan dipimpin oleh seorang presiden yang dikenal dengan
nama Turkmenbashi yang artinya pemimpin hebat bagi Turkmen.136
1. Kepercayaan/Keyakinan
Salah satu kediktatoran Turkmenbashi dalam memimpin bangsa Turkmen
adalah dengan membuat sebuah buku yang ia wajibkan seluruh warga negara untuk
membacanya. Buku tersebut dinamakan Ruhmana. Bahkan, isi buku ini menjadi ujian
dalam tes pegawai negeri. Buku ini dibaca berbagai kalangan dari anak-anak hingga
mahasiswa dan menjadi panduan hidup masyarakat Turkmen.137 Turkmenbashi juga
mewajibkan setiap orang untuk menghayati dan mengamalkan apa saja yang ada di
Ruhmana. Ruhmana menjadi jalan hidup dan jawaban akan segala hal.
136
Mary-jayne Mckay,“Turkmenbashi Everywhere,” artikel diakses pada 3 Maret 2014 dari
http://www.cbsnews.com/news/turkmenbashi-everywhere/
137
Mary-jayne Mckay,“Turkmenbashi Everywhere.”
91
“Turkmen adalah gemilangnya sejarah manusia, dan kini menapaki jalan
kemakmuran yang dikagumi semua bangsa di muka bumi. Semuanya itu sudah
termaktub dalan Ruhmana. “Bacalah Ruhmana, dankau akan tahu segala hal tentang
Turkmenistan,” kata Jeyhun. Bagaimana dengan yang tak dicatat Ruhmana? Tidak
penting. Murid Turkmen lebih berkonsentrasi belajar dan menghabiskan lebih banyak
waktu untuk menghafal Ruhnama daripada menekuni fisiki, aljabar, geografi, biologi,
dan ilmu-ilmu “tidak penting” lainnya.”138
Ruhnama menjadi sebuah buku yang dianggap suci padahal menurut
Agustinus buku tersebut bukan buku agama. Didorong rasa penasaran, akhirnya
Agustinus memutuskan untuk membaca buku yang diagung-agungkan oleh warga
Turkmen. Menurut Ruhnama, Turkmen berasal dari kata Turk dan Iman, adalah
keturunan langsung dari Nabi Nuh. Bangsa Turkmen tercipta dari cahaya, dan roh
mereka pun adalah cahaya. Ia menganggap Turkmen adalah bangsa terbesar dan
terpenting di dunia, dan membawa peradaban ke muka bumi. Ini adalah awal
pembukaan buku Ruhnama:
“Dalam nama Allah, yang paling termuliakan..kitab ini, yang ditulis dengan bantuan
ilham yang langsung dikirimkan ke hatiku oleh Tuhan yang menciptakan alam
semesta yang agung dan mampu melakukan apapun yang Ia inginkan, adalah kita
bangsa Turkmen.’ Demikian sang Turkmenbashi memulai tulisan sepanjang 400
halaman untuk membuka jalan bagi roh-roh bangsa Turkmen. Dalam keheningan
malam, saya mulai membalik lembaran Ruhnama. Kitab dibuka dengan foto sang
presiden Turkmenbashi, sang penulis agung. Dilanjutkan gambar bendera hijau
Turkmenistan dengan permadaninya, dan lambang negara dengan kuda Althekespesies kuda yang hanya ada di Turkmenistan. Berikutnya, lambang kepresidenan
berupa elang berkepala lima. Bagian utama kitab ini adalah ratusan halaman
manuskrip suci, diselingi corat-coret sang Turkmenbashi dalam huruf Rusia ketika
menggubah karya agungnya. Ruhnama sekali lagi bukan agama, bukan pula buku
sejarah tetapi campur aduk membingungkan antara autobiografi Turkmenbashi,
ajaran moral, ulasan budaya, puisi, percakapan monolog, sampai penulisan sejarah
dunia dan Turkmen yang mengundang seribu tanda tanya.”139
138
139
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 472.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 480-481.
92
Bagi Agustinus, sangat wajar jika warga Turkmen akhirnya mempercayai
segala sesuatu yang ditulis di Ruhnama. Meski kebenaran yang ada dalam buku
tersebut
banyak
yang
bertentangan
dengan
kebenaran
universal.
Baginya
Turkmenbashi memang penulis yang sangat bagus. Ia bisa meracik berbagai hal
menjadi satu. Demikian kuatnya buku ini, sampai-sampai Agustinus pun tersihir oleh
kehebatan buku ini. Posisinya sebagai orang asing yang baru membaca sekali buku
tersebut, bisa membuatnya jatuh hati. Apalagi warga yang setiap hari membaca buku
ini, diulangi, sepanjang tahun, sepanjang usia. Tentunya, sangat membekas di dalam
pikiran. Dan lama-lama mempercayainya.
2. Nilai
Nilai yang ada di Turkmen masih tentang Ruhnama. Buku yang dianggap suci
ini tidak boleh ditaruh di sembarang tempat. Orang-orang di negeri ini
memperlakukannya seperti kitab suci Al-Quran. Karena ketidaktahuannya, saat
membaca buku itu Agustinus menggarisi, atau mencoret bagian yang apa menurutnya
dianggap penting. Ternyata hal tersebut dilarang dan dianggap sebagai bentuk
ketidaksopanan.
“Ruhnama bagi orang Turkmen memang bukan sekadar pedoman hidup seperti
halnya Pedoman pengamalan dan penghayatan Pancasila. Sungguh mereka
memperlakukan Ruhnama seperti kitab suci. Saya dimarahi orang-orang yang histeris
ketika saya membuat catatan kecil di pojok halaman kitab itu. “HAH!!! Apa yang
kamu lakukan? Ini kitab bagus!” “Kamu tahu Quran? Itu buku suci. Ruhnama juga
begitu. Tidak boleh disobek, dituli-tulisi, dan harus diletakkan di tempat yang tinggi,”
katanya mengajari bagaimana memperlakukan Ruhnama. Halamannya harus dibuka
93
perlahan-lahan, diiringi doa agar ilmunya dapat diresapi dan diamalkan. Mereka pun
menciumi buku ini dengan penuh perasaan.”140
3. Norma
Norma di negara Turkmenistan menurut saya kurang dijelaskan lebih detil dan
dalam. Setidaknya menurut Agustinus, apapun yang dianggap baik atau buruk disana
tergantung dengan kesukaan sang Presiden Turkmenbashi. Semua hal tergantung
dengan selera presiden tersebut. Misalnya, Turkmenbashi tidak suka dengan acara
opera dan balet maka ia akan melarang pertunjukan seni tersebut karena menurutnya
“tidak Turkmen”. Selera pribadi menjadi sebuah peraturan-peraturan yang memaksa
masyarakat untuk mematuhinya. Ia juga melarang perempuan memakai cadar karena
pertimbangan yang sama sekali sulit dimengerti. Menurutnya wajah perempuan
Turkmen adalah wajah yang paling cantik di dunia. Karenanya, tidak boleh ditutupi
dengan cadar.
“Selera pribadi sang Turkmenbashi adalah jalan hidup, seolah lima juta penduduk
Turkmen ini adalah anak kandungnya yang harus manut seratus persen petunjuk
orangtua. Suatu hari Turkmenbashi memutuskan berhenti merokok. Di tahun yang
sama, ia mengeluarkan Undang-undang yang melarang semua menteri dan rakyatnya
merokok di tempat umum. Turkmenbashi sebal dengan anjing, ia menerbitkan
peraturan melarang anjing berkeliaran di kota Ashgabat. Turkmnebashi tak bisa
membedakan laki-laki dan perempuan di televisi, ia melarang pembaca berita
menggunakan tata rias. Turkmenbashi mengamati gigi anjing kokoh karena tulang, ia
mengimbau generasi muda Turkmen untuk mengunyah tulang setiap hari demi
kesehatan gigi, sehingga tidak perlu menggunakan gigi emas. Turkmenbashi benci
balet dan opera, tak segan ia melarang semua pertunjukan kesenian yang dilabeli
“tidak cukup Tukrmen”. Lelaki dilarang berambut gondrong dan berjenggot,
sedangkan perempuan dilarang berdandan atau menutup wajah dengan cadar.
Alasannya: wajah perempuan Turkmen adalah yang tercantik di seluruh dunia.”141
140
141
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 478-479.
Agustinus Wibowo,Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 445-446.
94
4. Bahasa
Turkmenistan juga menjadi negara yang ingin melepaskan bayang-bayang
dari kekuasaan Rusia. Untuk urusan bahasa, Turkmenistan memang sedikit lebih
ketat dan kejam. Awal pengukuran nasionalisme seseorang seringkali melalui bahasa.
Di Turkmenistan, warga yang tidak bisa bicara bahasa Turkmen tidak bisa
mendapatkan pekerjaan. Turkmen memang ingin menghapus bahasa Rusia dan
memunculkan kembali bahasa lokal mereka yang sempat terkubur ketika berada di
bawah naungan Uni Soviet. Agustinus bertemu dengan seorang warga yang dulunya
adalah armada laut tapi sekarang pekerjaannya berubah menjadi pedagang sayur.
Hidupnya menjadi sulit ketika ia tidak bisa bicara dalam bahasa Turkmen padahal ia
sudah tinggal di Turkmen selama 40 tahun. Ia ditolak banyak perusahaan hanya
karena ia tidak bisa bahasa Turkmen. Dan itu akhirnya menjadi sumber masalah
baginya.
”Hidup di Turkmenistan sangat sulit, kami tak punya uang dan pekerjaan untuk
bertahan hidup.” ia berkata dengan nada bicara yang amat berat. Sebagai etnis Rusia,
kesulitan hidupnya berlipat ganda. “Kalau kamu tidak bisa bahasa Turkmen, kamu
tidak boleh bekerja. Dilarang keras! Semua sekarang ditulis dalam bahasa Turkmen.
Aku Cuma bisa baca huruf Rusia. Empat puluh tahun aku hidup di sini, aku sudah
bernafas bersama Turkmenistan. Hanya satu dosaku; tak bisa bahasa Turkmen. Itu
saja. Dan itulah sumber segala penderitaan ini.”142
Jika dilihat apa yang terjadi di Turkmenistan, hal ini menjadi sebuah ironi.
Jika di Tajikistan, Kirgizstan, dan Kazakhstan menguasai bahasa Rusia dianggap
sebagai sebuah kebanggaan dan tidak bermasalah. Di Turkmenistan justru sebaliknya.
142
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 454.
95
Demi sebuah kata “nasionalisme” tentang sebuah bahasa, justru rakyat menjadi
korban pemerintahannya sendiri. Sungguh ironi.
3. Budaya Perkawinan dalam Buku ini
Upacara pernikahan adalah upacara adat yang diselenggarakan dalam rangka
menyambut peristiwa pernikahan. Pernikahan sebagai peristiwa penting bagi
manusia, dirasakan perlu disakralkan dan dikenang sehingga memerlukan adanya
upacara. Upacara pernikahan dibagi menjadi dua yaitu upacara tradisional dan
modern. Upacara tradisional merupakan upacara pernikahan yang diselenggarakan
menurut aturan-aturan adat istiadat setempat, sedangkan upacara modern ialah
dilakukan dengan mengikuti aturan-aturan dari luar negeri. Biasanya gaya yang
dipakai adalah gaya Eropa.143 Buku Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia
Tengah membahas budaya-budaya pernikahan di negara-negara bekas Uni Soviet
diantaranya Kirgizstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Ketiganya menyimpan begitu
banyak cerita tentang tradisi pernikahan setempat.
a. Tradisi Budaya Perkawinan di Kirgizstan
Kirgiztan yang menjadi negara kedua yang dikunjungi Agustinus Wibowo
setelah Tajikistan menyimpan banyak cerita tentang budaya pernikahan. Negara yang
terkenal sebagai bangsa pengembara yang sering diidentikkan dengan barbarisme dan
kekerasan ternyata masih menyimpan kehangatan dan sistem kekeluargaan yang erat.
Seminggu sebelum perkawinan dimulai biasanya para sanak saudara dari sang
keluarga yang akan menyelenggarakan pernikahan datang berkumpul.
143
“Budaya Pernikahan,”artikel diakses pada 22 Desember 2013 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Upacara_pernikahan
96
“Tiga hari lagi, Moken akan melangsungkan hajat besar pernikahan putra sulungnya.
Sejak seminggu ini, sanak saudara terus berdatangan dari Toktogul. Beberapa ikut
menginap di rumah ini, banyak pula yang membawa bayi dan bocah kecil. Rumah
besar ini ramai, penuh tawa canda, berpadu dengan tangisan bayi, gonggongan anjing,
dan suara embik kambing. Putra Moken bernama Timur. Calon istrinya, Zarina.
Keduanya masih belum genap 20 tahun.”144
Sistem kekeluargaan di Kirgiztan pun bisa terbilang unik, karena sanak
saudara yang dimaksud bukan hanya yang mempunyai pertalian darah tetapi juga
yang sangat jauh. Karena di Kyrgiztan sebuah hubungan keluarga sangatlah penting.
Mereka juga mempunyai banyak istilah hanya untuk menyebut “paman” dan “bibi”.
“Para tamu di rumah Moken ini adalah sanak saudara, dari saudara kandung sampai
famili yang hubungannya teramat-sangat-jauh-luar-biasa-sekali. Di, Kirgiztan
hubungan keluarga sangat penting. Dalam bahasa Kirgiz, untuk menyebut “paman”
dan “bibi” saja banyak sekali istilahnya, misalnya mereka punya istilah khusus untuk
“paman yang kakak ayah” dan “paman yang kakak ibu”. Kayanya kosakata ini
menunjukkan kekerabatan yang melekat pada kultur bangsa ini selama ribuan
tahun.”145
Kedudukan yang paling tinggi dalam keluarga di Asia Tengah adalah orang
yang sudah lanjut usia, karena bangsa Asia Tengah sangat menghormati orang yang
sudah sangat tua. Umumnya perawakan kakek di Kyrgiz ialah berjenggot putih,
panjang, dan sering menggunakan topi bulu hitam yang membumbung tinggi hasil
warisan budaya dari Uni Soviet.
“Orang Kyrgiz menyebut mereka aksakal atau sang jenggot putih sementara orang
Tajik biasa memanggil musafid atau sang rambut putih. Saking dihormatinya, aksakal
ini mendapat perlakuan istimewa dalam keluarga. Apapun omongan yang keluar dari
mulut aksakal tidak boleh dibantah bahkan mereka mereka juga harus mendapatkan
makanan yang pertama, dan paling lezat. Aksakal juga mempunyai hak veto dalam
pengambilan keputusan keluarga.”146
144
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 187.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 187.
146
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 187
145
97
Yang dijelaskan di atas ini menerangkan bahwa kebanyakan orang dengan
cara yang sederhana menunjukkan identitas orang lain berdasarkan peran mereka
dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini Agustinus telah menjelaskan banyak hal
tentang Aksakal melalui ciri-cirinya. Kita bisa melihat suatu peran tertentu dalam
masyarakat jika ia menampilkan identitas diri, kepribadian, serta berperilaku verbal
dan non verbal menurut apa yang ia tampilkan.147
Meski mayoritas keluarga di Kirgiz beragama Islam, dalam tradisi kumpul
keluarga sebelum hari pengantin mereka menyediakan vodka bagi para sanak
saudara.
“Ibu Moken, berjubah tebal berhiaskan tenunan benang emas, berkosentrasi penuh
menyuling vodka dari botol ke botol.”148
Sedangkan makanan tradisional mereka adalah daging kuda. Hidangan ini
menjadi spesial karena hanya terhidang dalam acara istimewa seperti pernikahan.
“Kuda garang itu akan menjadi santapan kami semua, manusia yang berpesta pora di
atas luberan darahnya. Bangsa penggembala sangat tergantung pada kuda. Di padang
rumput luas, kuda adalah alat transportasi utama. Kuda menggiring ternak,
menyebrangi sungai, melintasi lembah, mendaki gunung, mencapai padang. Setelah
tua dan lemah, kuda masih mengorbankan nyawanya untuk mengisi perut lapar
manusia.Bangsa Kirgiz dan Kazakh adalah pemakan kuda. Daging hewan ini sangat
berharga, biasanya hanya terhidang dalam acara istimewa. Makanan nasional
kebangsaan Kyrgiz, beshbarmak, sejatinya menggunakan bahan utama daging kuda.
Seekor kuda cukup untuk menjamu lebih dari lima puluh utama di acara
pernikahan.”149
Bershbarmak sendiri artinya adalah lima jari, makanan ini berwujud seperti
bakmi yang dimakan dengan bumbu bercampur dengan irisan daging kuda. Makanan
147
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, h. 70.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 188.
149
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 189.
148
98
ini adalah hasil perkawinan antara kuliner Cina dengan bangsa nomad di padang
rumput. Tradisi Cina memang dekat dengan Kirgiz karena letak geografis kedua
negara yang dekat dan bertetangga. Bangsa Kirgiz juga dulu adalah bagian dari
kekuasaan Kerajaan Mongol.
Kirgizstan yang mempunyai nama resmi Republik Kirgiz, menggunakan
pakaian gaya Eropa dalam tradisi pernikahannya. Tidak ada kultur nomadisme yang
kental saat upacara pernikahan. Sayangnya tidak dijelaskan bagaimana akad nikah di
Kirgiztan, buku ini hanya menjelaskan bagaimana sebuah resepsi pernikahan di
Kirgizstan. Sangat meriah dan penuh dengan musik, seperti apa yang Agustinus lihat:
“Mobil pengantin dihias balon warna-warni, yang meriahnya seperti pesta anak-anak.
Timur berdasi rapi dan berjas hitam. Zarina, selepas didandani perias dari salon, kini
menjelma menjadi permaisuri anggun dengan rok putih mengembang. Kedua
mempelai mengenakan baju pengantin gaya eropa, laksana Cinderella dan pangeran.
Lupakan imajinasi tentang romansa penggembala dan dan gadis padang. Para tamu
lelaki pun semua mengenakan jas dan dasi. Beberapa di antara mereka mengenakan
topi putih ak kalpak, mengingatkan bahwa kita masih di Kirgiztan. Beberapa ibu
memakai kerpus platok warna-warni.”150
Kemudian Agustinus melanjutkan ceritanya bahwa pernikahan ini dilakukan
di sebuah gedung yang dilingkupi dengan tradisi Rusia yang masih sangat kental,
sampai-sampai tradisi Rusia hadir juga menghiasi menu hidangan di pernikahan.
“Puluhan meja tertata, dengan dibanjiri ratusan piring, buah-buahan, dan salad dingin
ala Rusia.”151
150
151
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 190.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 190.
99
Selain makanan ala Rusia mereka juga menyediakan gorengan khas Kirgiz
yang biasa disebut borsok. Makanan itu terbuat dari tepung tanpa isi, minyak, dan
susu saja. Untuk minuman mereka tetap menyediakan vodka dan alkohol.
“Kedua mempelai memasuki ruangan, diiringi lagu mars pengantin yang sudah tidak
asing lagi di seluruh dunia. Tengteng-tengteng… teng teng teng teng… Semua tamu
berdiri. Kedua mempelai menenggak Anggur sambil bersilang tangan. Di bawah
arahan Moken dan Ergetse sebagai MC, para tamu juga menenggak alkohol di gelas
masing-masing.”152
Acara pernikahan di Kirgizstan sangat gegap gempita, semua undangan
bergembira untuk merayakan bersatunya dua orang yang berbeda dalam satu
pernikahan yang suci. Bahkan biasanya mereka minum hingga mabuk dan menari
bersama di lantai dansa.
“Mereka memang Muslim, tetapi vodka dan anggur adalah minuman wajib, apalagi di
acara sepenting ini. susunan balom warna-warni yang menghiasi singgasana Timur
dan Zarina sudah lima kali roboh ke hadapan mempelai. Pasangan pengantin itu
menjadi sibuk mengurusi balon, satu per satu sanak keluarga diundang berpidato,
menyampaikan doa dan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Timur dan Zarina
harus berdiri tegak menerima ucapan itu. Setiap kali ucapan selamat berakhir, musik
berdentum keras, seperti orkes desa. Paman dan bibi kemudian ikut menari
mengiringi musik. Para tamu yang lain pun turun menari bersama-sama. Tua, muda,
kakek, nenek, anak-anak, semua begitu gembira, Balairung ini berubah menjadi lantai
dansa.”
Lagu yang didendangkan ketika pernikahan di Kirgizstan juga bukan lagu
tradisional atau lagu-lagu Kirgizstan tetapi lagu disko dari Rusia.
“Zarina, si mempelai, juga ikut berdansa, mengiringi lagu disko Rusia yang
menggebrak. Bukannya berduaan dengan sang suami, Zarina malah asyik berdansa
dengan pemuda-pemuda lainnya. Mungkin ini kesempatan terakhirnya sebelum
menjadi istri orang.”153
152
153
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 191.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 192.
100
Dan tidak lupa, setelah asik menari dan bernyanyi mereka bersiap untuk
menyantap hidangan yang telah disediakan. Daging kuda yang menjadi makanan
utama menjadi penyelamat perut para tamu yang sudah lapar. Uniknya, tradisi di
Kirgiz mempersilahkan para tamunya untuk membawa pulang makanan yang
disediakan di pernikahan.
“Semakin malam, acara semakin meriah. Tetapi juga semakin lapar setelah bersimbah
peluh peluh berjoget ria. Hidangan penutup adalah beshbarmak daging kuda. Setiap
tamu kebagian segumpal besar daging kuda plus tas plastik untuk membungkus
makanan yang dibawa pulang. Sungguh mereka punya kesadaran mahatinggi untuk
tidak memboroskan makanan.”154
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi pernikahan di
Kirgizstan sangat kental dengan nuansa budaya Rusia. Mulai dari baju pengantin,
hidangan makanan, hingga acara pernikahan. Meski menyandang status sebagai
negara yang mempunyai banyak penduduk beragama Islam tetapi tidak terasa nuansa
tradisi Islam dalam pernikahan tersebut. Padahal pengantinnya disebutkan sebagai
pemeluk Islam. Ini juga salah satu kekurangan Agustinus dalam menceritakan tradisi
pernikahan tersebut karena ia tidak menceritakan akad nikah atau unsur islami apa
yang ada ketika pernikahan itu. Tidak ada budaya Kirgizstan yang tampak dalam
upacara pernikahan tersebut, satu-satunya budaya Kirgizstan yang hadir dalam
upacara tersebut adalah hidangan makanan kuda. Kuda memang lekat dengan tradisi
bangsa gembala atau bangsa nomad.
154
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 192.
101
Bagan 0.2
No
Jenis
Tradisi Budaya dalam Perkawinan di Kirgizstan
1
Busana
Menggunakan busana ala Eropa. Pengantin pria
Perkawinan
memakai Jas dan berdasi sedangkan pengantin wanita
menggunakan gaun dengan rok yang mengembang.
2
3
Hidangan
Gorengan ala Kirgiz yang bernama borshok, salad ala
Makanan
rusia, dan bershbarmak (hidangan daging kuda)
Hidangan
Anggur dan Vodka
Minuman
4
Acara
Satu per satu sanak keluarga diharuskan berpidato
Perkawinan
dan mengucapkan selamat kepada para pengantin.
Dan pengantin harus tetap tegak berdiri ketika ucapan
selamat tersebut. Di akhir acara pengantin dan para
tamu menari di lantai dansa
5
Musik
dalam Musik disko Rusia
Perkawinan
b. Tradisi Budaya Perkawinan di Uzbekistan
Jika di Kirgizstan budaya Rusia begitu kuat saat pernikahan, lain halnya
dengan Uzbekizstan. Uzbekistan terkenal sebagai negara pecahan Soviet yang paling
anti Rusia. Kenangan tentang “penjajahan” Rusia sebisa mungkin dihapuskan.
102
Sehingga, ketika menjalani ritual perkawinan di Uzbekistan penuh dengan budaya
dan tradisinya sendiri. Dalam pernikahan di Uzbekistan banyak hal yang unik yang
tidak dapat kita temui di tempat lain. Budaya memang menyimpan seribu keunikan
dan kekhasan. Untuk datang ke sebuah pernikahan di Uzbekistan tidak perlu
undangan, semua bisa menonton. Bahkan undangan tersebut disebar di pasar
ditujukan untuk semua orang.
“”Sudah, datang saja,” kata Firuza, “Tak masalah diundang atau tidak. Orang
Margilan sangat suka kalau acara pernikahannya ramai. Malah kadang undangan
disebar di pasar.” Undangan ini memang hanya kertas stensilan, tanpa nama
penerima, sepertinya memang ditujukan untuk siapa saja yang berminat datang.
Siapa saja! Bayangkan undangan pasar malam atau sirkus keliling, “Saksikanlah!
Saksikanlah! Sirkus terseru di kampung Anda!” Bedanya, di sini pertunjukannya
adalah kawinan.”155
Pernikahan dalam tradisi Uzbekistan biasanya diselenggarakan di rumah.
Rumah akan dihiasi tenda, tetapi untuk tempat para tamu, tempat lelaki dan
wanita berkumpul dipisah. Mereka duduk di halaman yang dipasangi tenda dan
berdinding karpet. Untuk hidangan makanan mereka disediakan roti nandan teh
hijau, roti adalah makanan sehari-hari orang Uzbekistan.
Upacara pernikahan diselenggarakan di rumah mempelai pria atau disebut
kuyov, upacara ini dinamakan tuy. Pengantin wanita disebut kelin di Uzbekistan.
Setelah menikah nanti pengantin wanita akan tinggal di rumah sang mempelai
pria.
“Kakak mempelai pria memperingatkan saya untuk kembali sehabis Salat Jumat,
karena kelin-mempelai perempuan-datang sekitar pukul dua siang. Tuy, upacara
pernikahan, dimulai setelah acara itu. Pengantin pria, dalam bahasa Uzbek disebut
155
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 374.
103
kuyov, menggunakan dasi dan jas abu-abu, tak lupa topi bulunya yang seperti landak,
mewanti-wanti saya jangan sampai terlambat.”156
Agustinus bercerita bahwa ia terlambat dalam menghadiri upacara pernikahan
ini, tetapi ternyata upacara pernikahannya dapat diulang agar Agustinus dapat melihat
upacara pernikahan yang panjang tersebut. Acara proses pernikahan bukanlah hal
yang sebentar untuk dilakukan, tetapi mereka tetap melakukannya untuk Agustinus,
tamu yang baru saja dikenalnya.
“”Kenapa terlambat?” tuan rumah mengeluh. “Kelin sudah datang, upacara sudah
selesai!” Upacara kelin salom, disebut juga salom-salom, pengantin wanita memberi
salam kepada keluarga pengantin pria, pertanda siap masuk kehidupan baru di rumah
suami. Ya….Membaca kekecewaan saya, kakak kuyov langsung berkata, “Jangan
khawatir, kawan. Salom-salom memang sudah lewat. Tetapi demi kamu, kami bisa
mengulang semua acara tadi. Sebentar, kamu menunggu dua puluh menit, ya. Kami
akan siap-siap lagi. Mata saya tak henti mengerjap, hampir tak percaya-seperti
pertunjukkan ketoprak saja-acara pernikahan pun ada siaran ulang hanya karena turis
terlambat.”157
Upacara pernikahan di Uzbek penuh dengan nuansa haru. Sistem patriarki di
Uzbekistan masih sangat kental, mas kawin pun diberikan oleh pihak perempuan
kepada pihak lelaki. Nilai mas kawin juga menentukan harga diri seorang perempuan
tersbut. Semakin tinggi mas kawin yang diberikan, semakin tinggi pula nilai atau
harga perempuan tersebut di mata keluarga sang mempelai lelaki. Mas kawin ini juga
menentukan perlakuan yang akan diberikan sang keluarga pria, diperlakukan baikbaik atau semena-mena. Sesuai dengan harga mas kawin yang diberikan. Di bawah
ini adalah cerita Agustinus tentang rangkaian prosesi pernikahan di Uzbekistan yang
penuh dengan air mata:
156
157
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 375.
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 375-376.
104
“Tidak ada tamu lelaki lain di sini. Menurut tradisi, lelaki dilarang keras melihat
acara ini, karena jati diri kelin dirahasiakan dan tari-tarian kaum perempuan dalam
pernikahan tabu bagi laki-laki. Dua wanita paruh baya menabuh kendang bersahutsahutan, mengalunkan irama sedih. Suara melengking tinggi, mendendangkan lagu
pilu. Para wanita itu mengelilingi lingkaran. Satu per satu mereka menari.
Gerakannya sederhana, berputar-putar dengan satu tangan di kepala dan tangan lain
terlentang. Rancaknya tarian yang berharmorni dengan kepiluan musik, dengan
denting khas Persia, membuat saya terhanyut.
Yig’lama qiz yig’lama, Toy saniki yor-yor.
Ostonasi tillodan, Uy saniki yor-yor.
Jangan menangis, gadis, jangan menangis, pernikahan ini adalah pernikahanmu,
Sayang, Yor-yor (Yor-yor berarti kekasih. Ini adalah lagu wajib dalam pernikahan
Uzbek). Rumah berpanggung emas, rumah ini adalah rumahmu, Sayang.
Kelin, terbungkus dalam dalam cadar tembus pandang dan pakaian hitam,
menampakkan diri di ambang pintu. Hitam, betapa muramnya. Wajahnya penuh
dengan kesedihan. Matanya terus menatap ke bawah. Dan tak lama setelah itu, saya
melihat butir-butir air mata mengalir di pipinya.
Seperti kata orang, tidak pernah ada senyum terhias di wajah pengantin perempuan
Uzbek. Bagaimana mungkin ia bisa tersenyum? Mulai hari ini ia akan tinggal
bersama keluarga asing, tidur dengan ranjang yang sama dengan lelaki tak dikenal,
meninggalkan rumah yang selama ini selalu menghangatkannya, meninggalkan zona
amannya, senyum dan tawa bahagia pengantin di Indonesia, lupakan itu! Setetes air
mata di pipi kiri, disusul tetesan lain di ujung mata kana. Tiada henti…
Kelin muncul diiringi sekelompok wanita tua yang semuanya berkerudung. Wajahnya
ditutup selembar kain putih yang penuh sulaman. Kedua tangannya terbuka lebar,
masing-masing memegang ujung kain yang menutup kepalanya.
Kelin, membungkukkan badan, perlahan. Satu kali. Ia menegakkan badan lagi. Begitu
pelan. Tak sampai tegak sempurna, membungkuk lagi, juga dengan perlahan. Dua
kali. Tiga kali. Inilah salom-salom yang begitu misterius dari balik kungkungan
tembok rumah Ferghana. Kelin berbelok ke kiri, tiga kali salom-salom, ke kanan, tiga
kali salom-salom. Kepalanya terus tertunduk. Melodi Yoryor berat menekan batin.
Selembar kain sutra atlas bermotif wajik-wajik merah, kuning, hijau, dan putih
digelar di atas tanah. Para perempuan tua menghadiahkan karpet dan perabotan, lalu
menumpahkan tepung ke tangan pengantin. Tepung adalah perlambang kemakmuran,
juga kepatuhan sang istri yang nantinya akan bergumul dengan tepung menyiapkan
roti bagi keluarga setiap hari. Ia diingatkan akan kewajibannya, kodratnya, di rumah
baru ini.
105
Air mata terus mengalir di pipi. Tetabuhan yoryor tak kunjung henti. Kata-katanya
yang sendu semakin menggugah emosi. Mereka menangis berjamaah. Ibu mertua
yang sudah bungkuk pun tak kuasa menahan air mata ketika menggandeng sang
menantu erat-erat.
Semua hadiah sudah dihibahkan, entah berapa ratus salom-salom dibungkukkan,
upacara diakhiri doa. Yor-yor mengalun lagi, kelin diarak menuju pintu rumah. Untuk
terakhir kali, kelin memberikan salom-salom. Pintu ditutup. Ia resmi menjadi bagian
dari rumah ini. Tapi ingat, ini hanya versi siaran ulang, kelin sudah menangis dan
membungkuk ratus kali tiga puluh menit sebelumnya. Para tamu pun juga sudah
menarikan tarian yang sama, menumpahkan tepung yang sama, dan mencurahkan air
mata yang sama, setengah jam lalu.
Bagi orang Uzbek, menikahkan gadis bukan hanya memberikan putri kepada
keluarga lain, tetapi juga harus mengeluarkan banyak uang untuk membayar mas
kawin. Anggapannya, semakin besar mas kawin, semakin tinggi kedudukan si gadis
di mata keluarga suaminya, dan semakin berkurang perlakuan semena-mena di rumah
barunya nanti. Orangtua yang punya banyak anak perempuan bisa bangkrut. Tak
heran orang Uzbek bilang, “Pintu surga terbuka lebar bagi orangtua yang punya lebih
dari tiga anak gadis, membesarkan, lalu menikahkan mereka semua.”158
Usai upacara, kedua pengantin tidak bersanding di pelaminan. Nama kelin
atau sang pengantin perempuan pun haram disebutkan sebelum upacara kedua yang
diadakan pada malam harinya. Para tamu undangan menikmati makanan yang
disediakan, makanan khas ketika pernikahan adalah nasi plov dan daging kambing.
Dari budaya pernikahan di Uzbekistan yang telah dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa mereka menggunakan upacara tradisional dalam resepsi
pernikahan mereka tersebut. Mulai dari baju pengantin, adat pernikahan, hingga
hidangan untuk para tamu. Sisi lain perkawinan di Uzbek membuka pengetahuan
baru mengenai bagaimana posisi perempuan saat pernikahan. Besarnya mas kawin
yang diberikan menentukan posisi dirinya di keluarga barunya.
158
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 376-378
106
Bagan 0.3
N Jenis
Tradisi
o
Uzbekistan
1 Busana
Pengantin pria menggunakan dasi dan jas abu-abu,
perkawinan
Budaya
dalam
Perkawinan
di
sedangkan pengantin perempuan menggunakan cadar
tembus pandang dan pakaian hitam
2 Hidangan
Roti nan, nasi plov, dan daging kambing
makanan
3 Hidangan
Teh hijau
minuman
4 Adat
Resepsi pernikahan tradisional di Uzbekistan, terutama
Perkawinan
di lembah Ferghana masih kuat akan pengaruh tradisi
agama Islam sehingga tamu lelaki dan perempuan
dipisah. Ini sesuai dengan prinsip chador. Acara kelin
salom (untuk pengantin perempuan) tidak boleh
disaksikan oleh tamu-tamu pria selain laki-laki dari
keluarga kuyov atau pengantin pria. Karena identitas
kelin masih dirahasiakan dan tari-tarian wanita haram
untuk dilihat oleh para lelaki.
5 Musik
dalam Lagu Yor-yor dan musik denting khas Persia
Perkawinan
107
c. Tradisi Perkawinan di Turkmenistan
Agustinus tidak banyak menjelaskan tentang tradisi perkawinan di
Turkmenistan. Tidak ada cerita tentang upacara tradisional atau modern seperti yang
ia amati di dua negara sebelumnya; Kirgizstan dan Uzbekistan.Ia hanya menjelaskan
perkawinan di Turkmenistan selalu diakhiri dengan foto bersama di bawah patung
Turkmenbashi (Presiden Turkmenistan). Patung yang terbuat dari emas ini memang
bertebaran di seluruh Turkmenistan.
“Mempelai pria menggunakan kemeja, dasi, jas hitam, celana panjang, seperti
layaknya pegawai kantoran. Mempelai wanitanya berpakaian merah menyala,
tebal, dan berat. Pakaian tradisional itu penuh dengan sulaman. Wajah si
mempelai wanita sama sekali tak terlihat. Saking beratnya kerudung indah yang
membungkus berat-berat kepalanya, si mempelai wanita sampai harus berjalan
terbungkuk-bungkuk. Keluarga menari-nari mengiringi pengantin. Para pemusik
menabuh gendang, meniup seruling, memainkan arkodeon. Di belakang sana,
patung emas Turkmenbashi memalingkan mukanya ke atas, seolah sudah bosan
dengan hiruk-pikuk dan keriangan warga di bawah kakinya.
Di Asia Tengah, foto pengantin sepertinya hampir selalu berlatarkan patung
pahlawan. Gambar pahlawan itu kemudian akan dicetak besar-besar, dibingkai,
dipajang di dinding, disimpan di album, dipamerkan dengan penuh bangga.
Apakah ini kebanggan atau kesetiaan? Seperti pengantin Kazakh di Turkistan di
bawah patung ulama suci Yasawi, pengantin Uzbek di Samarkand di bawah
patung sang penakluk agung Amir Timur, para pengantin Turkmen di Ashgabat
pun bergaya di bawah patung emas sang pemimpin agung.”159
Dari penjelasan di atas hanya satu yang dapat diamati bahwa pernikahan di
Turkmenistan menggunakan baju tradisional ala Turkmen. Saat upacara pernikahan
keluarga harus menari dengan diiringi musik gendang, seruling, dan arkodeon.
Setelah upacara -seolah menjadi hal yang wajib- para pengantin dan keluarga akan
159
Agustinus Wibowo, Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, h. 449.
108
berfoto bersama di bawah patung emas Turkmenbashi. Sang presiden seumur hidup
milik Turkmenistan.
Bagan 0.4
No
Jenis
Tradisi Budaya dalam Perkawinan di
Turkmenistan
1
Busana pengantin
Pengantin pria menggunakan kemeja,
dasi, jas hitam, dan celana panjang seperti
orang kantoran. Sedangkan, pengantin
perempuan
menggunakan
pakaian
tradisional Turkmen yang penuh dengan
sulaman. Warnanya merah menyala, tebal,
dan berat. Kepalanya juga ditutupi dengan
kerudung yang berat
2
Hidangan makanan
Tidak ada penjelasan
3
Hidangan minuman
Tidak ada penjelasan
4
Musik
5
dalam Musik dengan iringan suling, gendang,
pernikahan
dan arkodeon
Upacara pernikahan
Keluarga menari-nari saat mengiringi
pengantin dengan iringan musik. Setelah
acara selesai pengantin dan keluarga
berfoto bersama di bawah patung Presiden
Turkmen yang terbuat dari emas.
109
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisa yang sudah dilakukan, secara garis besar buku Garis Batas:
Perjalanan Di Negeri-Negeri Asia Tengah banyak menjelaskan tentang praktik
komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh Agustinus Wibowo. Apalagi ia
melakukannya di lima negara yang berbeda, sehingga banyak pula perbedaan dari
hasil yang didapatkan dari proses komunikasi antarbudaya tersebut. Tetapi secara
umum, jika dilihat dari apa yang Joseph DeVito katakan tentang komunikasi
antarbudaya yaitu “komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orangorang dari kultur yang berbeda yang memiliki pekerjaan, nilai, atau cara berperilaku
kultural yang berbeda” maka Agustinus berhasil membangun komunikasi tersebut
dan tujuannya untuk mengetahui kebiasaan dan budaya di Asia Tengah telah tercapai.
Ia juga berhasil menjembatani perbedaan bahasa maupun budaya dengan melihat hal
tersebut dari sudut pandang yang berbeda.
Ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dalam buku tersebut:
1. Dari budaya komponen non-material yang telah dianalisis dan dijelaskan di
bab 4 dapat diketahui bahwa ada banyak kemiripan budaya non-material di
lima negara tersebut. Salah satunya adalah komponen nilai seperti budaya
meyambut tamu. Bagi masyarakat Asia Tengah, tamu merupakan seseorang
yang harus diperlakukan dengan baik karena bagi mereka tamu salah satu
110
anugrah dari Tuhan yang jika kita menjamunya dengan baik maka kelimpahan
rahmat akan menaungi kita. Bahasa yang digunakan juga masih menggunakan
bahasa Rusia, hanya Tajikistan saja yang menggunakan bahasa Persia tetapi
hurufnya pun masih menggunakan huruf sirilik (huruf peninggalan Rusia).
2. Dua dari tiga negara yang diamati Agustinus dalam budaya perkawinan masih
menggunakan adat atau kebiasaan perkawinan seperti yang dilakukan Rusia.
Contohnya: baju perkawinan yang digunakan saat pesta, hidangan makanan
dan minuman, hingga tata cara perkawinan. Hanya Uzbekistan sajalah yang
dalam budaya perkawinannya tidak terpengaruh oleh budaya Rusia. Ia
menggunakan tradisinya sendiri.
3. Buku ini membawa kita menelusuri jejak-jejak kekayaan Islam sekaligus
peninggalan ajaran komunis. Dua hal yang berbeda ini tercampur baur hingga
menghasilkan budaya masyarakat yang unik. Di satu sisi Islam adalah bagian
dari jati diri mereka selama ribuan tahun tetapi di sisi lain pengaruh komunis
yang tertinggal di masyarakat tidak bisa dihapuskan begitu saja dengan
mudah.
B. Saran
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, ada beberapa saran dari
peneliti terkait tentang buku Garis Batas: Perjalanan di Negara-Negara Asia
Tengah. Menurut peneliti buku ini bagus untuk menambah wawasan tentang
komunikasi antarbudaya dan pengetahuan budaya di negara-negara Asia Tengah.
Agustinus berhasil membuat suatu tulisan perjalanan yang tidak hanya memandang
111
itu sebagai kegiatan jalan-jalan semata tetapi juga ada unsur wawasan yang dapat
membuka pikiran para pembacanya. Tetapi sayangnya, buku ini seperti menggiring
para pembacanya untuk mengamini apa yang dituliskan dalam buku tersebut. Dengan
menggunakan data-data sejarah yang bertebaran sepanjang buku tersebut, Agustinus
seperti memaksa pembaca untuk setuju dengan apa yang ia rasakan selama
petualangannya.
Saran dari peneliti sebagai berikut:
1. Ketika membahas tentang keyakinan banyak opini Agustinus yang seolahseolah memaksa pembaca untuk menyetujuinya. Seperti keheranan ia akan
masyarakat yang mayoritas beragama Islam tetapi menurutnya banyak hal-hal
wajib dalam agama yang tidak dijalankan malah justru diabaikan. Seharusnya
Agustinus lebih bisa menulis pandangannya tentang keyakinan di Asia
Tengah secara obyektif.
2. Untuk budaya perkawinan alangkah lebih bagusnya jika semua budaya
perkawinan dibahas di bukunya, tidak hanya tiga saja. Karena hal itu akan
lebih menarik untuk pembaca sehingga pembaca dapat melihat secara lengkap
budaya perkawinan khas di kawasan Asia Tengah.
3. Buku ini sering dikategorikan sebagai buku traveller. Karena dikategorikan
sebagai buku perjalanan yang pasti pembacanya adalah orang-orang yang
gemar melakukan perjalanan atau wisata seharusnya Agustinus juga
memperhatikan sisi fair dan balance saat menulis. Sehingga, pembaca bisa
mendapatkan sisi baik dan buruknya negara yang dikunjungi. Karena menurut
112
saya sisi gelap dan kekurangansuatu negara tidak harus terus ditulis dengan
muram.
113
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Backman, Michael.Asia Future Shock: Business Crisis and Opportunity in The
Coming Years.USA: Palgrave MacMillan, 2007.
Barna, M Laray, Stumbling Block In Intercultural Communication. In Brent D.
Ruben, Information and Behavior. New Branswick: NJ: Transaction, 1985.
Birowo, Antonius. Metode penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Gitanyali, 2004.
DeVito, Joseph. Komunikasi Antarmanusia; Kuliah Dasar. Jakarta: Harpercollins
Publishers Inc, 1997.
Kirk, Jerome dan Miller, L Marc.Reliability and Validity in Qualitative Research.
New York: Sage Publications, 1986.
Kriyantono, Rachmat. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana,2006.
Liliweri, Alo. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LKiS,
2003.
Mulyana, Deddy.Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya.Bandung: Rosdakarya, 2006.
Baru,
Ilmu
Martin, N. Judith dan Nakayama, K. Thomas. Experiencing Intercultural
Communication. New York: McGraw Hill, 2005.
Pearson, C Judy dkk. Human Communication. New York: McGraw Hill, 2008.
Rakhmat, Jalaludin dan Mulyana, Deddy.Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006.
Rosady, Ruslan. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta:
Rajawali Pers, 2008.
114
Salam, Syamsir dan Aripin, Jaenal. Metode Penelitian Sosial.Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN dan UIN Jakarta Press, 2006.
Tamim, Ansary. Dari Puncak Baghdad.Jakarta: Mizan, 2010.
Tubbs, L Stewart dan Miss, Sylvia.Human Communication (Konteks-Konteks
Komunikasi). Bandung: PT Rosdakarya, 2005.
Wibowo, Agustinus. Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Stan. Jakarta:
Gramedia, 2011.
Wood T Julia. Communication in Our Lives.Boston: Wadsworth Cengage Learning,
2009.
Wawancara Pribadi dengan Agustinus Wibowo. Bandung, 7 November 2013.
SKRIPSI
Annisa. “Komunikasi Antarbudaya Di Televisi Dalam Segmen Islam Today Program
Berita Mingguan “Indonesia Now” Metro TV.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
Dimas, Anugrah. “Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Adat Baduy Luar Dengan
Masyarakat Luar Adat Baduy Di Banten.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Hidayat,Arip.“Analisis Pola Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing UIN
Jakarta: Perspektif Gegar Budaya.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
115
Muthial,Nur Endah.“Perkembangan Kehidupan Minoritas Muslim di Rusia: Studi
Kasus Tatarstan.”Skrispi S1 fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri
syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Sumber Lain:
Arifianto, Rifki dkk. “Perkembangan Komunisme Uni Soviet di Bawah Pemerintahan
Lenin.”Artikel
diakses
pada
5
Januari
2014
dari
http://arvinradcliffe.blogspot.com/2013/01/perkembangan-komunisme-uni-sovietdi.html
“Beberapa Alasan Mengapa Bahasa Inggris Menjadi Bahasa Internasional.” Artikel
diakses pada tanggal 20 Februari 2014 dari http://pascapbi.uad.ac.id/beberapa-alasanmengapa-bahasa-inggris-menjadi-bahasa-international/
Budiyono, Zainal. “Demokrasi Terpimpin oleh Nazarbayev.” Artikel ini diakses pada
30 Desember 2013 dari http://www.jpnn.com/read/2013/09/05/189344/DemokrasiTerpimpin-Ala-NazarbayevBusroni W. “Mengenang Uni Soviet Negara Adikuasa.” Artikel diakses pada 5
Januari 2014 dari http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/26/mengenang-uni-sovyetnegara-adi-kuasa--519340.html
“Destinasi Manapun Istimewa.” Artikel diakses pada 2 Desember 2013 dari
http://agustinuswibowo.com/4498/national-geographic-traveler-indonesia-2011destinasi-mana-pun-istimewa
Febriyanto.
“Revolusi
Rusia.”Artikel
diakses
pada
http://endless722.wordpress.com/2009/05/20/revolusi-rusia/
116
5
Januari
2014
dari
Hart, Michael.“Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah.”Artikel
diakses pada 5 Januari 2014 dari http://media.isnet.org/iptek/100/Stalin.html
“Indonesia Tempatkan Dubes Pertama di Kazakhstan.” Yahoo.com. Artikel diakses
pada 5 maret 2014 dari http://id.berita.yahoo.com/indonesia-tempatkan-dubespertama-di-kazakhstan-202208414.html
Indra. “Macam-Macam Buku Travel.” Artikel diakses pada 14 Januari 2013 dari
http://indradya.wordpress.com/2012/07/11/macam-macam-buku-travel/
“Islam
di
Uni
Soviet.”
Artikel
diakses
pada
5
Januari
2014
dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Uni_Soviet
“Jenderal Militer Tajikistan Tewas Ditikam.” Bbc.co.uk.Artikel diakses pada 30
Desember
2013
dari
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/07/120722_jenderal_tajikistan.shtml
“Kyrgyzstan.”
Artikel
diakses
pada
20
Februari
2014
dari
http://www.infoplease.com/country/kyrgyzstan.html
“Kyrgyzstan: Facts and History.” Artikel diakses pada 20 Februari 2014 dari
http://asianhistory.about.com/od/kyrgyzstan/p/kyrgyzstanprof.html
Mckay, Mary-Jayne.“Turkmenbashi Everywhere.” Artikel diakses pada 3 Maret 2014
dari http://www.cbsnews.com/news/turkmenbashi-everywhere/
“Memorial Complex Bahauddin Naqshabandi.” Artikel diakses pada 20 Februari
2014 dari http://www.tourstouzbekistan.com/en/sights/bukhara/memorial-complexbahouddin-naqshbandi.html
117
“Nomadic Sacred Site Mausoleum Khoja Ahmad Yasawi.” Unesco TV/NHK. Liputan
diakses pada 7 Januari 2014 dari http://www.youtube.com/watch?v=3g6sDCPVqjI
Pro, Supriyadi. “Sejarah Tentang Negara Uni Soviet.” Artikel diakses pada 5 Januari
2014
dari
http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2013/09/sejarah-tentang-
negara-uni-soviet.html
“Profil Agustinus Wibowo.” Artikel diakses pada26 Desember 2013 dari
http://agustinuswibowo.com/profile
“Religions
in
Kazakhstan.”
Artikel
diakses
pada
7
Januari
2014
dari
http://www.kazakhstan.orexca.com/religions_kazakhstan.shtml
Rio. “Pemerintahan Lenin pada Revolusi Rusia.” Artikel diakses pada 5 Januari 2014
dari
http://goresansangpitik.wordpress.com/2012/07/10/pemerintahan-lenin-pada-
revolusi-rusia-1917-1924/
Salma, Zaskia Mutia.“Asia Tengah dalam Analisis Geopolitik dan Konstelasi
Kepentingan AS; EU; Nato; Rusia; dan India.” Artikel diakses pada 5 Januari 2014
darihttp://mutia-z-s-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-49211Geopolitik%20dan%20GeostrategiAsia%20Tengah%20dalam%20Analisis%20Geopolitik%20dan%20Konstelasi%20K
epentingan%20AS,%20EU,%20NATO,%20Rusia,%20China,%20dan%20India.html
“Sejarah Rusia dan Pelabuhan Era kekaisaran Rusia.” Bimbie.com.Artikel diakses
pada 5 Januari 2014 dari www.bimbie.com
Suryaningsih, Imelda. “Terpukau oleh Peradaban dan Alam.”Artikel diakses pada 2
Desember
2013
darihttp://agustinuswibowo.com/4574/readers-digest-indonesia-
2010-terpukau-oleh-peradaban-dan-alam
118
“Tajikistan: Fakta, Sejarah, dan Informasi lainnya.”Artikel ini diakses pada tanggal
30 Desember 2013 dari
http://www.amazine.co/24403/tajikistan-fakta-sejarah-
informasi-lainnya/
Wuri, Ageng.“Menulis Perjalanan ke dalam Diri Sendiri.”Artikeldiakses pada 30
November
2013
dari
http://www.indonesiabookfair.net/2013/11/09/agustinus-
wibowo-menulis-perjalanan-ke-dalam-diri-sendiri/
www.akdn.org
www.akorda.kz
www.kazakhembus.com
www.kbri-astana.kz/id
www.kgembassy.org
www.kyrgyzstan.orexca.com
www.tajikembassy.be
www.turkmenistanembassy.org
www.theismaili.org
www.uzbemb.or.id
119
Wawancara dengan Agustinus Wibowo
Tempat: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran, Jatinangor, Bandung
Tanggal: 7 November 2013
Bagaimana awal mula perjalanan ke negara-negara bekas Uni Soviet?
Aku pertama kali ke situ tahun 2004, pertama kali
ke Kirgiztan kemudian ke
Uzbekiztan lalu balik lagi ke Kyrgiztan. Jadi awalnya juga sebagai backpacker, dulu
saya juga sempat belajar bahasa Rusia sedikit, lalu langsung masuk ke Kyrgiztan
lebih banyak ke tempat-tempat jalur sutra yang dulu termasuk jalur sutra lah. Oh
waktu itu juga sempat ke Kazakhstan. Tapi satu pengalaman yang agak tidak
terlupakan di situ yaitu waktu di Uzbekistan, waktu itu lagi ada serangan bom karena
berdekatan dengan kejadian Andy John, waktu itu udah ada beberapa serangan teror,
ada tiga bom serangan yang meledak di Tashken jadi perbatasan Uzbek dengan
Kazak di tutup total. Akhirnya karena saya nggak bisa keluar dari Uzbek karena
perbatasan di tutup total saya sampe diberi tiket penerbangan ke Kazakhstan dari
kedutaan.
Jadi waktu itu awal mulanya bukan ke Tajikistan dulu?
Karena waktu itu sebelumnya saya sudah ke Asia Tengah, jadi saya sudah jatuh cinta
dengan Asia Tengah, sudah ada bayangan oh saya ingin belajar lagi tentang Asia
Tengah. Waktu itu saya lagi di Afghanistan jadi saya balik lagi ke situ lewat
Tajikistan, saya memutuskan untuk ke Tajikistan jadi pada tahun 2006 saya balik lagi
untuk mengunjungi lima negara Asia Tengah. Sebelumnya saya udah pergi ke tiga
120
negara, tapi waktu itu saya ingin pergi ke lima-limanya untuk proses re-visit
(mengunjungi ulang). Mengunjungi ulang itu maksudnya negara yang pernah kita
kunjungi kita kunjungi ulang tapi tentu dengan nuansa berbeda karena kita punya
impress yang berbeda yang kita dapatkan juga berbeda karena kita melihat dari sudut
pandang yang berbeda.
Media masaa memberikan pengaruh nggak sih untuk berkunjung ke
Tajikistan? Trus seberapa besar perbedaan apa yang media massa tampilkan
dengan kenyataan sehari-hari?
Karena kebetulan saya tinggalnya di Afghanistan, jadi untuk media massa cukup
banyak ya berita tentang Tajikistan di Afghanistan, kita lihat cukup banyak artis-artis
Tajikistan yang perempuan sangat populer di Afghanistan. Seperti yang kita tahu
perempuan di Afghanistan tidak boleh menyanyi, tidak boleh menari tetapi karena
dia orang asing orang Tajik jadi sangat terkenal. Kita jadi kebanyakan mendengar
lagu-lagu Tajik karena memang bahasanya sama. Jadi, awalnya tentang Tajikistan
memang bukan dari media massa, tapi nuansa Tajikistan memang sangat dekat ketika
berada di Afghanistan, di Afghanistan juga banyak teman-teman saya yang orang
Tajik. Afghan-Tajik ya bukan Tajik dimana mereka juga berbagi budaya yang sama
dan kebetulan saya bisa bahasa Parsi. Saya ingin melihat bagaimana sih sisi lain dari
orang-orang
yang dari budaya yang sama tetapi hidup tinggal di negara yang
berbeda.
121
Untuk bahasa yang digunakan di Tajik bahasa apa?
Bahasa Tajik. Bahasa Parsi itu bahasa Tajik juga. Kalau di Iran disebut bahasa Parsi,
di Afghanistan disebut Dari, di Tajikistan disebut Tajik. Masing-masing ada
perbedaanya sedikit tetapi itu bahasa yang sama, tetapi bahasa Persia di Tajik jauh
lebih kuno, lebih tradisional, tetapi mereka menggunakan huruf sirilik; huruf Rusia
tetapi masih bahasa yang sama. Kalau di Iran dan Afghanistan bahasa Parsi ditulis
menggunakan huruf arab.
Selama di Tajikistan mengalami gegar budaya nggak sih?
Gegar budaya? Iya. Karena saya terlalu lama tinggal di Afghanistan, terutama tentang
perempuan ya yang paling kuat sedangkan di Afghanistan kita tidak boleh melihat
perempuan, ngomong dengan perempuan, istilahnya hidup saya hanya dengan orangorang yang satu gender. Ketika masuk di Tajikistan, kita naik bus gitu kalo
Afganistan kan tempat duduk kita diatur tidak bisa duduk berdampingan dengan
perempuan,
lawan jenis gitu ya. Kalau di Tajikistan kita bisa duduk dempet-
dempetan dengan perempuan, baju mereka juga sedikit lebih mini. Perempuan di
Tajikistan semuanya menggunakan daster, cara berpakaian ini sama dengan Rusia
karena mereka dulu satu negara ya dengan Rusia saat masih bernama Uni Soviet.
Duduk berdampingan, nyanyi bersama, itu yang tidak saya dapatkan di Afghnistan.
122
Gegar budayanya karena tinggal di Afghanistan bukan karena budaya
Indonesia?
Ya kebetulan situasinya seperti itu, pelintas batas. Apalagi waktu itu saya datangnya
bulan Ramadhan yaa, yang bikin saya surprise di Tajikistan di bulan Ramadhan yah
padahal Tajikstan termasuk negara yang paling agamanya kuat di Asia Tengah,
mereka minum alkohol, minum vodka di tengah siang bolong di bulan Ramadhan,
toko-toko makanan tetap buka, mayoritas orang disana tidak puasa. Bahkan, ketika
saya masuk ke wilayah GBAO di perbatasan bertemu dengan orang Ismailiyah, orang
Ismailiyah ini umumnya tidak berpuasa dan bahkan saya sampai lupa kalau itu Idul
Fitri karena semua orang tidak puasa dan saya juga tidak puasa dan bahkan ini
penduduk yang mayoritasnya muslim, tetapi tidak terasa Idul Fitri hanya seperti hari
libur biasa.
Hambatan apa saja yang terjadi saat berkomunikasi di Tajikistan?
Untuk hambatan hampir tidak ada. Ada sedikit kosa kata yang berbeda dengan di
Afghanistan tetapi tidak terlalu ini ya saya cepet menyesuaikan dengan bahasanya
dengan bahasa mereka. Kalau di negara-negara lain ya karena bahasa Turki saya tidak
terlalu bagus, sedangkan di Uzbek, Kazakh, Kyrgiz, dan Turkmen semuanya
menggunakan bahasa Turki dan bahasa Rusia saya tidak sebagus bahasa Parsi saya,
tetapi di Tajikistan hampir tidak ada masalah dengan bahasa saya.
123
Kalau menurut Mas Agus, budaya di Tajikistan itu sendiri bagaimana?
Hmm. Ini yang menarik karena konsep Tajikstan itu sendiri adalah sebuah negara
yang artifisial. Tajikistan itu kan adalah salah satu dari lima negara yang diciptakan
oleh Uni Soviet sebagai bahan politik pada jaman Stalin untuk memecah belah Asia
Tengah. Jadi, selain bahasa mereka yang artifisial, budaya mereka juga artifisial
karena perbatasan mereka juga artifisial. Orang Uzbek dan Tajik sebenarnya sudah
banyak bercampur sebelum mereka dipisahkan oleh Uni Soviet mana Tajik mana
Uzbek, mereka banyak melakukan pernikahan, sehingga banyak percampuran
budaya. Sehingga ketika akhirnya merdeka menjadi sebuah negara, mereka
menentukan mana yang Tajik mana yang bukan Tajik, sehingga mereka menggali
lebih dalam lagi sejarah mereka dan identitas mereka dari masa lalu sehingga lebih
luas dari Tajik itu sendiri misalnya pahlawan nasional mereka Ibnu Sina. Kita sering
kenal Ibnu Sina tetapi kita sering tidak kenal dengan Tajikistan ya akhirnya mereka
punya kebanggaan untuk mengukuhkan identitas mereka dan bahkan kebanggaan itu
lebih besar dari Tajikistan itu sendiri. Ibukota peradaban mereka ada di Samarkhand
dan Bukhara kota-kota yang berbahasa Tajik tetapi berada di wilayah Uzbekistan.
Ada di luar negara mereka. Mereka juga mengagungkan penulis-penulis seperti
Firdaus, dan Rudaki semuanya sudah tidak tinggal di Tajikstan tetapi di Uzbekistan
mereka juga dianggap sebagai pahlawan mereka, padahal penulis ini juga di klaim
oleh negara-negara tetangga. Jadi di satu sisi yang saya tetap respek dengan budaya
Tajikistan karena mereka banyak terpengaruh oleh
budaya Persia, sebagaimana
seperti di Afghanistan dan Iran mereka sangat kuat dalam hal berpuisi. Jika mereka
124
bertemu dengan orang, seringkali mereka memberikan puisi-puisi kuno, mereka
sering menyatir puisi pujangga-pujangga kuno dan itu orang Tajik sering bertanya
kepada saya “Mana puisi dari Indonesia?” yang mereka sudah buat dari ribuan tahun
lalu, orang-orang di rumah berpuisi. Kultur puisi sangat kuat disini.
Ada konflik nggak sih akibat perebutan indentitas ini?
Ya. Makanya semenjak merdeka mereka jatuh ke dalam perang saudara bukan
dengan negara-negara tetangga tetapi akibat menentukan identitas mereka sendiri.
Tajik itu apa? Tajik itu mau dibawa kemana? Setelah merdeka Tajik ingin diapakan?
Ada yang ingin Tajik sebagai negara Islam, ada yang ingin mempertahankan
sekulerisme seperti saat bersama dengan Uni Soviet. Kemudian orang-orang Uzbek
juga ikut campur dengan keadaan politik di Tajik sehingga ikut memperkeruh
suasana, lalu ada paksi-paksi fundamentalis dari Uzbekistan kelompok-kelompok
yang ingin mendirikan syariat Islam di Uzbekistan tetapi bersembunyi di Tajikistan
yang juga ikut dalam perang di Afghanistan sehingga menjadi ribet sekali. Konflik di
Tajikstan ini sehingga melibatkan negara tetangga dan negara-negara lain.
Kalo Mas Agus sendiri melihat Islam di Tajikistan itu sendiri bagaimana sih?
Islam di Tajikistan sama seperti Islam di negara pecahan Uni Soviet lainnya di Asia
Tengah ya. Dalam kondisi kebangkitan bisa dikatakan dalam posisi kebangkitan lagi
jadi setelah identitas Islam itu ditekan begitu lama oleh Uni Soviet selama 70 tahun,
azan dilarang mengudara, masjid menjadi gudang, sekarang mereka bebas belajar
Islam kembali. Tetapi di antara lima negara lainnya Tajikistan adalah negara yang
125
paling kuat agamanya apalagi mereka dekat ya berbatasan langsung dengan
Afghanistan. Mereka berbeda ya dengan negara yang lainnya mereka yang lain Turki,
hanya mereka yang Persia. Sehingga mereka sangat dengan Afganistan dan Iran,
Islam jadi mudah dikukuhkan, lebih banyak orang Tajikistan yang bisa baca huruf
Arab dibanding dengan 4 negara yang lainnya. Kemudian tidak ada upaya
sekulerisme yang sangat kentara di Tajikistan. Berbeda dengan di Turkmenistan
misalnya yang masjid tetap dikontrol, lalu pemerintah saat bulan puasa tidak mau ikut
campur saya lihat di twitternya. Tetapi satu hal lagi Tajikistan menjadi negara yang
menurut saya paling demokratis dibanding yang lain
Kalau perbedaan Islam di Indonesia dengan di Tajikistan?
Pasti berbeda karena perbandingannya bukan apple to apple, berbeda karena dari sisi
sejarah juga berbeda kalo di Indonesia unsur sufi sangat kuat karena masuknya lewat
sufisme lalu akulturalisme lewat budaya Hindu lalu India, sedangkan di Tajikistan itu
merupakan bagian dari budaya Persia sejak dahulu adalah Persia, tetapi satu entitas
Islam yang sangat kuat di Tajikistan adalah Ismailiyah yang kita lihat sendiri ya
Ismailiyah ibaratnya minoritas, walaupun dia minoritas di dunia Islam sebenernya
sangat kuat di Tajikistan karena kita liat dalam sejarahnya tokoh-tokoh Islam di dunia
Arab itu banyak yang Ismailiyah, ilmuwan-ilmuwan yang dari Bukhara itu banyak
yang Ismailiyah, siapa ya namanya saya tiba-tiba lupa. Ahh Ibnu Sina misalnya
ditenggarai sebagai Ismailiyah karena Ismaili itu pada zaman itu sangat menghormati
kebebasan berpikir, ilmuwan-ilmuwan Asia Tengah yang kemudian dijadikan
126
pahlawan-pahlawan Arab sebenarnya bukan Arab karena mereka bukan orang Arab
bahkan mereka pun tidak berbahasa Arab.
Kenapa komunisme tidak bisa membunuh kepercayaan Ismailiyah ini?
Aku rasa komunisme pun tidak akan bisa membunuh satu kepercayaan manapun, kita
lihat di negara-negara bekas jajahan komunis meski agama semakin ditekan tetapi
tetap konsep agama itu tetap ada. Misalnya komunisme menentang nomadisme,
ketika sudah tidak dijajah oleh komunis lagi maka nomadisme ini akan dibangkitkan
kembali karena mereka akan mencari identitas diri saya. Maka itu yang membuat
bangsa-bangsa yang dulu dikungkung oleh komunis akan mencari itu karena akan
menjadi kebanggan mereka, karena identitas adalah kebanggan ya maka mereka akan
membangun itu untuk nasionalisme mereka saat itu. Semua negara yang kita lihat ya
bangkit kembali dengan segala sesuatu yang ingin dihapus oleh komunisme pasti
akan bangun kembali.
Bagaimana sih keluarga di Tajikistan menjaga budayanya?
Aku rasa identitas di Tajikistan yang paling kuat budayanya termasuk di antara meski
artifisial yaaa, termasuk paling kuat diantara negara Stan lainnya seperti Kyrgiztan
dan Kazakhstan yang telah ter-Rusia-kan, kita lihat di Tajikistan pengaruh Rusia
sangat minim orang-orang masih menggunakan bahasa mereka dalam kehidupan
sehari-hari beda dengan di Kyrgiztan dan Kazakhstan dimana orang-orang di kota
besar menggunakan bahasa Rusia dalam percakapan mereka. Jika ditanya bagaimana
mereka menjaga budayanya saya rasa tidak punya masalah besar seperti Kazak dan
127
Kyrgiz, seperti juga Turkmen yang perlu menjaga ke-Turkmennannya. Sedangkan
Tajik tidak tidak terlalu tetapi Tajik berusaha mengaitkan diri mereka dengan raja
Somoni itukan raja yang paling besar tetapi ia lahir di wilayah negara yang sekarang
termasuk Uzbekistan jadi dia pahlawan Tajik tetapi semua wilayahnya ada di
Uzbekistan. Mereka harus menggali sejarah masa lalu mereka yang sebenarnya sudah
berada di luar garis batas mereka.
Hambatan saat berkomunikasi di Tajikistan?
Di Tajikistan hampir tidak ada hambatan karena warganya sangat ramah, kalau kita di
jalan orang pun akan bersalaman dengan kita itu yang membedakan Tajikistan
dengan negara-negara di Asia Tengah, mudah sekali diundang menginap karena saya
juga lancar berbahasa Parsi jadi tidak ada kesulitan.
Semudah itukah mereka menerima orang asing?
Mungkin karena saya bisa bahasa lokal jadi mereka mudah menerima tetapi mungkin
kalau orang asing lainnya tidak bisa bahasa lokal cukup susah ya. Bahasa inggris
mereka tidak bisa bahasa inggris sedangkan bahasa Rusia mereka tidak begitu bagus
karena memang mereka paling jauh dari pengaruh budaya Rusia
Ada nggak sih budaya Rusia yang masih bertahan di Tajikistan?
Ada. Hurufnya masih huruf Cyrilic dan mereka tidak akan menggantinya dengan
huruf arab. Mereka mendengarkan musik Rusia, orang-orang masih ada yang
berbahasa Rusia, di pendidikan tinggi pun mereka masih menggunakan buku-buku
128
dari Rusia. Pengaruh Rusia masih ada, pola pikir mereka tentu masih pola pikir dari
Rusia, birokrasinya masih birokrasi Rusia. Tentu ada. Dan masih cukup signifikan di
semua bekas jajahan Uni Soviet.
Cara apa sih yang paling tepat untuk bisa adaptasi budaya?
Tinggal di negara tersebut, bergaul dengan masyarakat saya rasa itu cara yang paling
tepat.
129
Wawancara kedua melalui email [email protected]
Tanggal: 3 Februari 2014
Bagaimana ceritanya bisa menjadi wartawan di Photojournalism?Lalu
bagaimana tulisan-tulisan yang awalnya diposting di blog pribadi bisa di
terbitkan di Kompas.com rubrik petualang?
Saya semula memotret dari perjalanan dan dikirimkan ke majalah, semula dalam
karier penulisan dan fotografi saya memulainya dari majalah China. Kemudian, saya
juga punya blog pribadi, yang kemudian dilirik oleh Kompas untuk dimuat secara
berseri dalam rubrik khusus.
Apa definisi travel journalism menurut Mas Agus?
Travel Journalism, saya senidri tidak terlalu mengamini istilah ini, karena jurnalisme
pun adalah produk dari perjalanan. Banyak karya yang dikategorikan sebagai “travel
writing” adalah karya para jurnalis yang tinggal di berbagai negara asing atau
kebudayaan asing. Travel dan jurnalisme adalah dua hal yang berjalan bersama,
jurnalis pasti harus melakukan perjalanan untuk menghasilkan karya yang baik, dan
itu juga menghasilkan tulisan perjalanan, sekaligus tulisan jurnalistik.
Apakah buku Garis Batas dapat dikategorikan sebagai hasil produk jurnalistik?
Iya, travel writing, creative non-fiction, sekaligus jurnalistik (melibatkan prosesproses, termasuk tentunya verifikasi)
130
Apa yang ingin disampaikan melalui buku tersebut?
Tentang makna garis batas dalam hidup manusia
Apakah ada pembaca yang setelah membaca tulisan-tulisan Mas Agus tentang
Asia Tengah yang akhirnya berkunjung ke negara tersebut?
Saya kurang tau tentang hal ini. Karena ini bukan tujuan penulisan saya.
131
Foto
Download