TINGKAT KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 OLEH LILIAN DIAN PERMATA 802013703 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016 TINGKAT KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Lilian Dian Permata Rudangta Arianti Sembiring Krismi Diah Ambarwati Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah melihat tingkat kepuasan pernikahan pada istri pasien diabetes melitus tipe 2. Enambelas istri dari pasien diabetes melitus tipe 2 diminta untuk mengisi alat ukur Enrich Marital Scale milik Fowers & Olson yang telah disesuaikan. Hasil penelitian diolah menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Dari penelitian ini diperoleh sebelas istri (69%) dengan tingkat kepuasan sedang, tiga istri merasa sangat puas (19%) dan dua istri merasa tidak puas (12%). Nilai rata-rata tertinggi 3,63 diperoleh teman & keluarga, disusul orientasi agama sebesar 3,43 dan pengelolaan keuangan sebesar 3,36 sedangkan kepribadian memiliki nilai rata-rata terendah yaitu 2,72. Orientasi agama, pengelolaan keuangan, kegiatan waktu luang dan komunikasi masing-masing memiliki nilai rata-rata 4 dari istri dengan tingkat kepuasan pernikahan tinggi. Istri dengan tingkat kepuasan pernikahan rendah memiliki orientasi agama sebagai pemilik nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 3. Kata Kunci : Kepuasan pernikahan, istri, diabetes melitus tipe 2 i Abstract The purpose of this study is to determine the level of marital satisfaction on wife of patient with type 2 diabetes mellitus. Sixteen wife of type 2 diabetes mellitus patients were asked to fill out “Enrich Marital Scale” instrument from fowers & Olson that has been adjusted. The results were analyzed using descriptive quantitative research methods. From this research, eleven wives (69%) have moderate satisfaction levels, three wives were extremely satisfied (19%) and two wives are not satisfied (12%). The highest average value of 3.63 obtained by friends and family, followed by the religious orientation of 3.43 and 3.36 while the financial management of personality has the lowest average value is 2.72. Religious orientation, financial management, leisure time activities and communication each have an average value 4 of wives with high levels of marital satisfaction. Wife with a low level of marital satisfaction has a religious orientation as the owner of the highest average value that is equal to 3. Keywords: Satisfaction marriage, wife, diabetes mellitus type 2 ii 1 Pendahuluan Diabetes melitus merupakan penyebab utama kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Di tahun 2000, Indonesia menempati peringkat ke empat jumlah penyandang diabetes melitus terbesar di dunia yaitu 8,4 juta orang dan diprediksi akan mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030 (Prawitasari, 2012). Gejala dari diabetes melitus ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula darah di atas normal, pengeluaran gula darah melalui air seni, dan gangguan mekanisme kerja hormon insulin. Diabetes melitus terdiri dari dua jenis yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. Ciri-ciri dari diabetes melitus tipe 1 adalah hilangnya sel beta penghasil insulin yang terdapat di bagian dalam pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Insulin merupakan hormon yang berfungsi mengatur kadar gula di dalam darah. Sedangkan hilangnya sel beta, biasanya diakibatkan oleh sistem kekebalan tubuh yang melawan dan menghancurkan sel tubuh itu sendiri atau biasa disebut dengan reaksi autoimunitas. Untuk diabetes melitus tipe 2 biasanya lebih diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, berat badan yang berlebih dan kurangnya olahraga. Di Indonesia, kasus diabetes melitus tipe 2 lebih banyak ditemukan dibandingkan kasus diabetes melitus tipe 1 (FKUI, 2009). Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, maka satu-satunya cara untuk menjaga kualitas kesehatan pasien diabetes melitus tipe 2 adalah dengan mengendalikan kadar gula darah dalam tubuh. Kadar gula darah perlu dikendalikan untuk menghindari terjadinya komplikasi (Sinorita dkk, 2010). Komplikasi akibat diabetes melitus tipe 2 biasanya berupa kerusakan ginjal, gangguan penglihatan, hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan hati, 2 penyakit paru-paru, gangguan saluran makan, infeksi, dan kerusakan saraf (Purnamasari, 2006). Komplikasi yang menduduki urutan pertama akibat diabetes melitus tipe 2 adalah disfungsi seksual khususnya impotensi pada laki-laki. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan saraf dan pembuluh darah, akibatnya pembuluh darah di dalam penis sulit melebar sehingga aliran darah menuju organ erektil berkurang dan menyebabkan impotensi (Dodie dkk, 2013). Namun, impotensi kurang mendapatkan perhatian dibandingkan komplikasi lain akibat diabetes melitus. Hal ini disebabkan kebanyakan pasien merasa malu untuk mengakui bahwa dirinya mengalami impotensi, selain itu komplikasi impotensi dianggap tidak secara langsung mengancam kelangsungan hidup. Impotensi menjadi beban pribadi bagi pasien yang dampaknya secara langsung dirasakan oleh istri pasien diabetes melitus tipe 2 (Purnamasari, 2006). Gangguan terhadap kehidupan seksual berkaitan dengan persepsi dan harapan yang dirasakan oleh istri pasien diabetes melitus tipe 2 akan sebuah pernikahan. Hubungan seksual dapat menjadi penyebab pertengkaran dan ketidakbahagiaan apabila tidak dicapai kesepakatan yang memuaskan. Hubungan seksual merupakan bagian penting dalam mencapai kepuasan pernikahan (Fowers & Olson, 1991). Kepuasan pernikahan sendiri adalah gambaran perasaan dan evaluasi individu terhadap diri sendiri dan pasangannya tentang pernikahan mereka yang menurut Fowers & Olson (1991) berkaitan dengan beberapa hal yaitu communication (komunikasi), leisure activity (kegiatan di waktu luang), religious orientation (orientasi keagamaan), conflict resolution (pemecahan masalah), financial management (pengelolaan keuangan), sexual orientation (orientasi seksual), family 3 and friends (lingkungan teman dan keluarga), children and parenting (anak-anak dan pola asuh), personality issues (kepribadian), dan Equalitarian Roles (peran dan tanggung jawab). Komunikasi berkaitan dengan kemampuan pasien maupun istri dalam menyampaikan ataupun mendengarkan pendapat, berbagi perasaan, ide dan pikiran satu sama lain dalam aktivitas sehari-hari (Fowers & Olson, 1991). Pasien diabetes melitus tipe 2 seringkali merasa marah akibat kebebasannya dicabut dan merasa hidupnya tertekan karena harus hidup sesuai dengan aturan dan larangan yang disampaikan orang terdekat seperti halnya istri (FKUI, 2009). Menurut penelitian Fung (2009) beradu pendapat dan memberikan kritik merupakan bentuk komunikasi yang tidak membantu pasien diabetes melitus tipe 2 dalam menjaga kadar gula darahnya, komunikasi terkait perawatan diabetes melitus tipe 2 berkontribusi dalam persepsi kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh istri pasien diabetes melitus tipe 2. Kegiatan waktu luang merupakan gambaran yang dirasakan oleh pasangan suami istri mengenai kualitas waktu luang dalam suatu pernikahan baik ketika sendiri, bersama pasangan, maupun berkelompok (Fowers & Olson, 1991). Pasien memiliki keterbatasan aktivitas akibat komplikasi diabetes melitus tipe 2 (Tamara, 2014). Pasien akan kesulitan untuk memenuhi harapan istri dalam mengisi waktu luang yang berkualitas yang berkontribusi terhadap kepuasan istri pasien diabetes melitus tipe 2 dalam mengisi waktu luang. Keterbatasan aktivitas yang dialami pasien juga meliputi keterbatas dalam aktivitas beragama. Agama merupakan bagian penting dalam menjaga kualitas pernikahan dengan memelihara nilai-nilai dan norma suatu hubungan (Fowers & Olson, 1991). Terganggunya orientasi kehidupan 4 beragama berkontribusi terhadap kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh istri pasien. Peran & tanggung jawab merupakan gambaran perasaan dan sikap individu terhadap berbagai peran dalam kehidupan pernikahan meliputi peran pada pekerjaan, tugas rumah tangga, peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orangtua. Suatu peran harus mendatangkan kepuasan pribadi (Fowers & Olson, 1991). Kondisi sakit yang dialami pasien diabetes melitus tipe 2 akan menghambatnya dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam rumah tangga. Istri akan lebih banyak mengambil alih peran-peran pasien. Pemecahan masalah, merupakan gambaran dari persepsi pasangan terhadap masalah dan bagaimana mereka berusaha memecahkannya. Terutama, bagaimana keterbukaan pasangan dalam mengenali dan menyelesaikan masalah (Fowers & Olson, 1991). Kondisi yang dialami pasien akibat diabetes melitus tipe 2 membuat pasien merasa stress. Stress menyebabkan produksi insulin menjadi terganggu. Sehingga meskipun telah berolahraga menjaga pola makan dan mengkonsumsi obat diabetes, kadar gula darah tetap tinggi (FKUI, 2009). Stress berpengaruh terhadap resistensi insulin dan berkaitan dengan keterbukaan istri dalam mengatasi konflik serta mencari pemecahan masalah. Pengelolaan Keuangan, merupakan gambaran sikap dan cara pasangan mengatur keuangan, bentuk-bentuk pengeluaran dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan keuangan (Fowers & Olson, 1991). Diabetes melitus tipe 2 beserta komplikasi yang ditimbulkan membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk menebus resep obat-obatan, mengunjungi dokter, dan untuk pemeriksaan kesehatan secara rutin (Tamara, 2014). Kebutuhan dan keinginan yang melebihi kemampuan 5 keuangan, serta ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat menjadi masalah dalam pernikahan yang berkontribusi terhadap kepuasan pernikahan yang dicapai. Kepribadian merupakan gambaran mengenai penyesuaian diri dengan tingkah laku, kebiasaan-kebiasaan serta kepribadian pasangan. Dalam perjalanan pernikahan seringkali pasangan belum dapat menerima sikap-sikap yang tidak sesuai dengan harapan, bahkan setelah bertahun-tahun pernikahan (Fowers & Olson, 1991). Diabetes melitus tipe 2 menuntut pasien untuk mengubah tingkah laku, kebiasaankebiasaan, pola dan gaya hidup ke arah yang lebih sehat untuk meminimalisir terjadinya komplikasi (FKUI, 2009). Tingkah laku pasien yang tidak sesuai harapan dapat menimbulkan kekecewaan pada istri, sebaliknya jika tingkah laku pasien sesuai dengan yang diharapkan maka akan menimbulkan senang dan bahagia. Hubungan keluarga & teman merupakan gambaran perasaan dan perhatian pasangan terhadap hubungan dengan keluarga (Fowers & Olson, 1991). Temanteman dan keluarga atau orang-orang di sekitar dapat menjadi salah satu sumber dukungan bagi istri dalam berperilaku sehat. Vickers dkk menyebutkan bahwa untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang akan berusaha mendapatkan sumber informasi kesehatan dan pengalaman tentang masalah kesehatan dari orang-orang terdekat seperti teman maupun keluarga (Monroig, 2011). Hubungan yang baik dengan teman dan keluarga dapat meningkatkan kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh istri pasien diabetes melitus tipe 2. Kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak merupakan hal yang penting dalam pernikahan. Orangtua biasanya memiliki harapan pribadi terhadap anaknya yang dapat menimbulkan kepuasan apabila itu tercapai 6 (Fowers & Olson, 1991). Di samping memberikan perhatian terhadap anak-anaknya, Istri pasien diabetes melitus tipe 2 harus membagi waktu untuk merawat pasien dengan menyiapkan makanan, membuat rancangan diet, memberikan suntikan insulin, mengingatkan untuk meminum obat, memantau kadar gula darah, dan olahraga bersama pasangan (Fung, 2009). Hal-hal tersebut dapat berkontribusi mengurangi tingkat kepuasan dalam pernikahan. Seringkali hadirnya diabetes melitus tipe 2 dalam keluarga memberikan beban bagi anggota keluarga terutama bagi istri pasien. Keterlibatan istri dalam pengelolaan diabetes melitus tipe 2 memberikan gangguan tersendiri dalam rutinitas domestik, terganggunya aktivitas sosial, berkurangnya waktu luang, kesulitan dalam pekerjaan dan keuangan (Surjet sahoo et al, 2010). Menarik untuk melihat lebih jauh bagaimana tingkat kepuasan pernikahan istri pasien diabetes melitus tipe 2. Metode Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan pernikahan pada istri pasien diabetes melitus tipe 2 tanpa bermaksud menarik kesimpulan secara umum, menerangkan hubungan, menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data yang telah terakumulasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Partisipan Pengambilan sample dilakukan dengan teknik snowball sampling, yaitu dengan mencari partisipan dalam jumlah kecil kemudian jumlahnya menjadi 7 semakin banyak di daerah Salatiga dan sekitarnya. Awalnya peneliti mencari informasi yang sesuai dengan kriteria partisipan dari orang-orang terdekat, kemudian peneliti mendapatkan informasi tambahan dari partisipan mengenai orang/kelompok yang sesuai dengan kriteria yang sesuai dengan penelitian. Partisipan penelitian dengan kriteria memiliki jenis kelamin perempuan, menikah dan memiliki suami yang masih hidup, memiliki suami yang menderita diabetes melitus Tipe 2 dengan durasi lebih dari 5 Tahun. Menderita diabetes melitus tipe 2 lebih dari 5 tahun dengan kadar gula darah yang kurang terkendali membuat pasien mengalami gangguan sel-sel saraf pada pembuluh darah kecil dan pembuluh darah besar yang menyebabkan gangguan kesehatan berupa penyakit akut dan penyakit kronis lainnya (Dodie dkk, 2013). Teknik Pengambilan Data Untuk mempermudah penelitian, peneliti menggunakan skala dari Enrich Marital Satisfaction Scale (EMSS). EMSS memiliki 10 aspek dalam mengukur tingkat kepuasan pernikahan yaitu aspek komunikasi, aspek kegiatan & waktu luang, aspek pemecahan masalah, aspek orientasi agama, aspek pengelolaan keuangan, aspek seksualitas, aspek keluarga & teman, aspek kepribadian, aspek peran & tanggung jawab, dan aspek pola asuh & anak. Setiap item pernyataan dalam EMSS diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kemudian ditambahkan beberapa item tambahan untuk setiap aspeknya sebagai cadangan. Total jumlah item setelah mendapatkan tambahan adalah 44 item. Setelah itu dilakukan uji coba terhadap skala EMSS dengan jumlah partisipan sebanyak 30 orang untuk menguji daya diskriminasi item agar diketahui kesesuaian antara fungsi item dengan skala secara keseluruhan. Bila nilai daya diskriminasi item total rendah, mencapai nilai 8 nol bahkan bersifat negatif maka item tersebut dinilai tidak sesuai dengan fungsi alat ukur. Sebagai batasan maka dipilihlah item dengan daya diskriminasi item total ≥ 0,3 (Saifuddin, 1999). Dari ke-44 item yang ada terdapat 31 item yang sesuai dengan fungsi skala. Dari 31 item yang terpakai dipilih item dengan nilai daya diskriminasi item yang paling baik untuk mewakili setiap aspek dalam skala EMS sebanyak 10 item. Ke-10 item yang telah terpilih dihitung kembali daya diskriminasi itemnya dan untuk mengetahui tingkat konsistensi hasil ukur ke-10 item, maka dilakukan uji reliabilitas yang memperoleh nilai koefisien Alpha sebesar 0,87. Jika nilai koefisien reliabilitas berkisar antara 0 sampai dengan 1, maka semakin mendekati 1 menunjukan bahwa instrumen semakin reliable (Tabel 1). Kemudian skala diberikan kepada 16 orang istri pasien diabetes melitus tipe 2. Tabel 1. Uji Reliabilitas Cronbach's Alpha .832 Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .842 10 Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh, untuk mengetahui kecenderungan tingkat kepuasan pernikahan maka skor partisipan (n = 16) dikelompokkan menjadi beberapa tingkat yaitu “Tinggi”, “Sedang”, dan “Rendah”. Skor tertinggi yang diperoleh adalah 4x10 =40 sedangkan skor terendah adalah 1 x10 =10. Rentang skala yang didapatkan adalah 40-10 =30 yang kemudian dibagi dalam satuan 9 deviasi standar dengan hasil akhir 30:6 =5 dan mean teoretiknya adalah = 10 x 3= 30. Karena penggolongan partisipan dibagi menjadi 3 kategori maka satuan standar deviasi dibagi menjadi 3 kelompok. Dalam menginterpretasikan tingkat kepuasan pernikahan, skor partisipan dikelompokkan sesuai dengan kategorisasi jenjang yang memberikan gambaran sebagai berikut: Rendah X < {30 – 1,0 (5)} = X < 25 Sedang {30 – 1,0 (5)} ≤ X < {30 + 1,0 (5)} = 25 ≤ X < 35 Tinggi {30 + 1,0 (5)} ≤ X = 35 ≤ X Diagram 01. Kepuasan Pernikahan Istri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Kepuasan Pernikahan Tinggi 19% Tingkat Kepuasan Pernikahan Rendah 12% Tingkat Kepuasan Pernikahan Sedang 69% Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kepuasan pernikahan istri pasien diabetes melitus tipe 2 dari enam belas partisipan menunjukan sebanyak sebelas istri (69%) memiliki tingkat kepuasan pernikahan sedang, tiga istri merasa sangat puas (19%), dan dua istri (12%) merasa tidak puas. Hal ini disebabkan kepuasan pernikahan pada istri pasien diabetes melitus tipe 2 dipengaruhi oleh banyak aspek. 10 Diagram 02. Nilai Rata-Rata Aspek Kepuasan Pernikahan Istri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Peran & Tanggung Jawab Kepribadian Anak & Pola Asuh Kepuasan Pernikahan Tinggi Teman & Keluarga Seksualitas Kepuasan Pernikahan Sedang Pengelolaan Keuangan Pemecahan Masalah Kepuasan Pernikahan Rendah Orientasi Agama Kegiatan Waktu Luang Komunikasi 0 1 2 3 4 Sebelas istri atau 69% dari enam belas partisipan memiliki tingkat kepuasan pernikahan sedang. Aspek teman & keluarga memiliki nilai rata-rata tertinggi 3,63, orientasi agama memiliki nilai rata-rata 3,45 dan pengelolaan keuangan memiliki nilai rata-rata 3,36. Sebanyak 19% istri atau 2 partisipan memiliki tingkat kepuasan pernikahan tinggi dengan nilai rata-rata tinggi dalam setiap aspek pernikahannya. Empat aspek memiliki skor tertinggi dengan nilai rata-rata 4. Sebanyak 12% istri atau 2 partisipan memiliki tingkat kepuasan rendah dengan nilai rata-rata 3 pada orientasi agama. 11 Diagram 03.Tingkat Kepuasan Istri Terhadap Aspek Pada Istri dengan Tingkat Kepuasan Pernikahan Sedang Peran & Tanggung Jawab Kepribadian Anak & Pola Asuh Teman & Keluarga Seksualitas Pengelolaan Keuangan Pemecahan Masalah Orientasi Agama Kegiatan Waktu Luang Komunikasi 0% Tidak Puas 20% Agak Puas 40% 60% 80% kurang Puas Puas 100% Dari hasil penelitian pada istri dengan tingkat kepuasan pernikahan sedang didapati bahwa 63,6 % istri merasa puas dan 36,4 % merasa agak puas terhadap aspek teman & keluarga, 54,5% istri merasa agak puas dan 45,6% merasa puas terhadap orientasi agamanya. 54,5% istri merasa puas, 27,3% agak puas dan 18,1% kurang puas terhadap pengelolaan keuangan. 9% istri merasa puas, 63,6% merasa agak puas, 18% kurang puas dan 9% tidak puas terhadap aspek kepribadian. 12 Diagram 03.Tingkat Kepuasan Istri Terhadap Aspek Pada Istri dengan Tingkat Kepuasan Pernikahan Tinggi Peran & Tanggung Jawab Kepribadian Anak & Pola Asuh Teman & Keluarga Seksualitas Pengelolaan Keuangan Pemecahan Masalah Orientasi Agama Kegiatan Waktu Luang Komunikasi 0% Tidak Puas 20% Agak Puas 40% 60% 80% Kurang Puas Puas 100% Dari hasil penelitian pada istri dengan dengan tingkat kepuasan pernikahan tinggi didapati dua istri merasa puas terhadap komunikasi, kegiatan waktu luang, orientasi agama dan pengelolaan keuangan. 13 Diagram 03.Tingkat Kepuasan Istri Terhadap Aspek Pada Istri dengan Tingkat Kepuasan Pernikahan Rendah Peran & Tanggung Jawab Kepribadian Anak & Pola Asuh Teman & Keluarga Seksualitas Pengelolaan Keuangan Pemecahan Masalah Orientasi Agama Kegiatan Waktu Luang Komunikasi 0% Tidak Puas 20% Agak Puas 40% 60% KurangPuas 80% 100% Puas Dari hasil penelitian pada istri dengan tingkat kepuasan pernikahan rendah didapati ketiga istri atau 100% merasa agak puas terhadap orientasi agama sementara untuk aspek yang lainnya istri cenderung merasa kurang puas. Pembahasan Banyak aspek yang mempengaruhi kepuasan pernikahan yang dialami oleh seorang istri, sehingga kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh istri dari pasien diabetes melitus tipe 2 berada dalam tingkat sedang dalam artian kurang jika dikategorikan dalam kondisi sangat puas namun juga terlalu banyak jika dikategorikan dalam kondisi tidak puas. Diantara banyak aspek yang berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan istri terdapat beberapa aspek yang menarik untuk diperhatikan lebih lanjut yaitu aspek lingkungan teman dan keluarga, orientasi agama dan pengelolaan keuangan. 14 Lingkungan teman dan keluarga berperan penting dalam kepuasan pernikahan istri, hal ini sesuai dengan penelitian Pratiwi (2016) yang menyebutkan bahwa bantuan dalam hal ekonomi, emosional, rumah tangga hingga saat sakit dari keluarga dan kerabat berkontribusi dalam kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh seorang istri. Hubungan yang baik dengan orangorang di sekitar memberikan dukungan bagi istri dalam menghadapi permasalahan (Fower & Olson, 1993). Dukungan sosial terbagi menjadi 4 berdasarkan sumbernya yaitu dukungan praktis (tangible support), dukungan rasa memiliki (belonging support), dukungan penilaian (appraisal support), dan dukungan harga diri (self esteem support). Dukungan praktis merupakan bantuan yang secara nyata diterima dan dirasakan secara langsung oleh istri. Sedangkan bantuan dari teman-teman dan keluarga membuat istri merasa diperhatikan, dipedulikan, menjadi bagian dari sebuah kelompok adalah merupakan sebuah bentuk dari dukungan rasa memiliki. Selain itu, teman dan keluarga berperan dalam memberikan petunjuk berupa saran, nasehat, informasi, arahan, umpan balik dalam menghadapi masalah adalah sebuah bentuk dukungan penilaian. Dukungan harga diri meliputi hubungan dengan teman dan keluarga yang membuat istri merasa lebih baik memandang dirinya, kemampuannya, dan ketrampilannya. Penghargaan yang diberikan oleh teman dan keluarga untuk istri terhadap kemampuannya menghadapi setiap permasalahan membuat seseorang menjadi merasa berharga (Payne dkk, 2012). Aspek lain yang berkontribusi pada kepuasan pernikahan istri pasien diabetes melitus tipe 2 adalah agama, sesuai dengan Fowers & Olson (1993) yang menyatakan bahwa agama dapat menjaga kepuasan pernikahan dengan 15 memelihara nilai-nilai dalam pernikahan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Nihayah dkk (2013) yang menyebutkan bahwa menjalankan ritual keagamaan membuat istri mengalami pengalaman kehadiran Tuhan dan karya Tuhan sehingga membuat istri menyadari konsekuensi setiap perilakunya dan membuat istri menjaga perilaku, pemikiran serta orientasi hidupnya dengan memelihara nilainilai agama dalam sebuah pernikahan. Sesuai dengan penelitian Srisusanti dkk (2013) yang menyatakan bahwa agama memiliki peran dalam menjaga pondasi pernikahan sehingga kepuasan pernikahan tercapai dan penelitian lain menyabutkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan pernikahannya (Istiqomah dkk, 2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek pengelolaan keuangan berperan penting dalam kepuasan pernikahan istri. Sebuah penelitian mendapati bahwa kepuasan pernikahan istri mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan dalam pendapatan, namun kepuasan terhadap keuangan juga dipengaruhi oleh standar yang berlaku dalam kelompok sosial seseorang (Knowles, 2004). Tahap perkembangan istri dapat mendukung kepuasan istri terhadap keuangan. Menurut teori perkembangan masa paruh baya-dewasa akhir merupakan masa dimana seseorang memiliki „keahlian‟ yang merupakan hasil dari pengalaman belajar dan kerja keras selama bertahun-tahun (Santrock, 2012). Usia istri dengan tingkat kepuasan pernikahan sedang berada dalam rentang usia paruh baya-dewasa akhir, istri telah mencapai tahap perkembangan „keahlian‟ khususnya dalam mengelola keuangan. Semiardji menyebutkan ada berbagai macam reaksi dari pasien terhadap diabetes melitus tipe 2 yang dideritanya yaitu sikap menyangkal, obsesi, marah, 16 frustrasi, takut, gejala anxietas, dan depresi (FKUI, 2009). Namun, diantara aspek yang mendukung kepuasan pernikahan istri, aspek kepribadian memiliki peran yang kurang menonjol dalam kepuasan pernikahan pada istri pasien diabetes tipe 2. Istri dengan tingkat kepuasan pernikahan tinggi merasa puas terhadap segala sesuatu yang ada dalam pernikahannya terutama pengelolaan keuangan, orientasi agama, komunikasi dan kegiatan waktu luang. Pengalaman perasaan puas terhadap pernikahan, membuat istri menjadi lebih terbuka untuk menyampaikan perasaan dan pemikirannya dalam berkomunikasi. Dalam hal ini komunikasi tidak memprediksi tingginya tingkat kepuasan pernikahan pada istri pasien diabetes melitus tipe 2, namun sebaliknya pengalaman perasaan puas terhadap pernikahan akhirnya mempengaruhi komunikasi pada istri pasien diabetes melitus tipe 2. komunikasi tidak mempengaruhi tingkat kepuasan pernikahan seseorang namun tingginya kepuasan pernikahan dapat mencerminkan komunikasi dalam sebuah pernikahan (Troost, 2005). Komunikasi menggambarkan adanya interaksi antara istri dan pasien di setiap kegiatan dalam waktu luang mereka. Istri dan pasien umumnya memiliki lebih banyak waktu luang karena baik istri maupun pasien telah memasuki masa pensiun. Kondisi istri dan pasien yang memiliki banyak waktu luang, dengan anak telah hidup mandiri membuat istri dan pasien memiliki waktu bersama yang berkualitas. Perasaan positif terhadap kehidupan pernikahan dan komunikasi yang baik ketika berinteraksi dengan pasien membuat waktu yang dihabiskan menjadi berharga bagi istri pasien diabetes melitus tipe 2. Sebuah penelitian menyebutkan 17 bahwa interaksi yang baik dengan pasangan dan jumlah waktu yang dihabiskan bersama berpengaruh terhadap tingginya kepuasan pernikahan (Knowles, 2004). Selain itu, istri dari pasien diabetes melitus tipe 2 merasa puas terhadap aspek pengelolaan keuangan. Rata-rata usia istri pasien diabetes melitus tipe 2 dalam penelitian ini berada dalam rentang usia dewasa madya-dewasa akhir. Santrock (2012) menjelaskan usia dewasa madya adalah masa dimana seseorang telah mencapai puncak dalam pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan orang lain. Sedangkan untuk usia dewasa akhir adalah masa dimana seseorang telah melepaskan anak terakhir untuk hidup mandiri, persiapan masa pensiun dan beberapa lainnya telah pensiun. Meskipun terjadi perubahan dalam pendapatan ketika istri dan pasien mengalami pensiun namun kebutuhan yang tak lagi tinggi dengan pendapatan yang cukup, serta adanya tunjangan kesehatan membuat istri tidak lagi merasa khawatir terhadap kondisi ekonomi mereka. Pada istri dengan tingkat kepuasan pernikahan rendah, istri menunjukkan kepuasan yang rendah pada setiap aspek pernikahan kecuali orientasi agama. Dari data penelitian tersebut disimpulkan bahwa orientasi agama memiliki peran yang penting meskipun tidak memprediksi kepuasan pernikahan. Sesuai dengan sebuah penelitian yang menyatakan bahwa ketika menghadapi situasi sulit sekalipun seseorang akan menghadapinya sesuai dengan ajaran agama yang membuatnya lebih mampu menerima keadaan (Istiqomah, 2015). Aspek yang muncul secara berulang dalam kepuasan pernikahan pada istri pasien diabetes melitus tipe 2 baik dengan tingkat kepuasan sedang dan tinggi memiliiki adalah pengelolaan keuangan dan orientasi agama. Namun, aspek orientasi agama muncul secara berulang pada seluruh istri dengan tingkat 18 kepuasan pernikahan rendah, sedang maupun tinggi. Santrock (2012) menjelaskan bahwa seiring bertambahnya usia, wanita menjadi lebih tertarik terhadap kehidupan beragama dan akan terus mengalami peningkatan. Selain itu, seseorang yang sering terlibat dalam ritual keagamaan akan lebih jarang merasa khawatir, cemas dan memiliki tingkat depresi yang rendah. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap kepuasan pernikahan istri pasien diabetes melitus tipe 2, maka kesimpulan yang didapatkan adalah: 1. Tingkat kepuasan pernikahan pada istri pasien diabetes melitus tipe 2 adalah sedang. Hal ini diperoleh 68,75% atau sebelas istri memiliki kepuasan pernikahan sedang, tiga istri atau 18,75% memiliki kepuasan pernikahan tinggi dan dua istri atau 12,5% memiliki kepuasan pernikahan rendah. 2. Setelah mengetahui tingkat kepuasan pernikahan, dari situ diketahui bahwa aspek teman & keluarga, orientasi agama dan pengelolaan merupakan aspek yang berperan penting dalam kepuasan pernikahan istri pasien diabetes melitus tipe 2. Saran 1. Bagi Istri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Bagi istri pasien diabetes melitus tipe 2, disarankan untuk meningkatkan kualitas pernikahannya terutama dengan lebih memperhatikan aspek komunikasi antara istri dan pasien diabetes melitus tipe 2. 2. Bagi Peneliti Yang Tertarik Mengembangkan Penelitian 19 a. Karena penelitian ini hanya mengungkapkan tingkat kepuasan pernikahan pada istri pasien diabetes melitus tipe 2, maka untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang hal-hal yang mempengaruhi kepuasan pernikahan disarankan untuk peneliti selanjutnya agar membandingkan tingkat kepuasan pernikahan pada istri pasien diabetes melitus tipe 2 dengan tingkat kepuasan pernikahan istri pada umumnya. b. Agar mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai tingkat kepuasan pernikahan istri pasien diabetes melitus tipe 2, disarankan untuk menambah jumlah partisipan yang lebih banyak agar dapat digeneralisasikan. c. Kepuasan pernikahan melibatkan pasangan suami istri, karena itu untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan disarankan untuk meneliti kepuasan pernikahan istri dan kepuasan pernikahan pasien diabetes melitus tipe 2. 20 DAFTAR PUSTAKA Doddie, N.J. Tendean, L., dan Wantouw, B. (2013). Pengaruh lamanya diabetes melitus terhadap terjadinya disfungsi ereksi. Skripsi. Dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik /article/view/3582/3110. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). 2009. Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu: Panduan penatalaksanaan diabetes melitus bagi dokter dan edukator. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Fung, K. 2009. A couples study on spousal relationship and health behaviors. (Tesis). Tersedia di Research Showcase Carnegie Mellon University. (hsshonors/12). Istiqomah, I., & Mukhlis. (2015). Hubungan antara religiusitas dengan kepuasan perkawinan. Jurnal Psikologi, 11, 71-78. Dari http://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/psikologi/ article/view/1396/1210. Knowles, S. J. (2002). Marital satisfaction, shared leisure, and leisure satisfaction in married couples with adolescents. (Tesis). Tersedia di digital library Oklahoma State University. (umi-okstate-1022). Maryam, R., & Mahmood, K. (2014). Gender differences on marital satisfaction and social relations among diabetic patients. International Journal of Scientific & Engineering Research, 5, 45-51. Dari http://www.ijser.org/researchpaper% 5cgender-differenceson-marital-satisfaction-and-social-relations-among-diabetic-patients.pdf. Monroig, M. M. (2011). Associations between positive health behaviors and psychological distress. (Tesis). Tersedia di STARS library University of Central Florida. (honorstheses1990-2015). Nihayah, Z., Adriani, Y., & Wahyuni, Z. I. (2013). Peran religiusitas dan faktor-faktor psikologis terhadap kepuasan pernikahan. Makalah dipresentasikan dalam Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS XII), Surabaya, Indonesia. Dari http://eprints. uinsby.ac.id/265/1/buku%202%20Fix _425.pdf. Olson, D. H., & Fowers, B. J. (1991). Five types of marriage: An empirical typology based on ENRICH. The Family Journal, 1, 196-207. Dari https://enrichcanada. ca/wpcontent/ uploads/2015/04/5types_marrstudy6.pdf. Diakses pada tanggal 04 April 2015. Payne, T. J., Andrew, M., Butler, K. R., Wyatt, S. B., Dubbert, P. M., & Mosley, T. H. (2012). Psychometric evaluation of the interpersonal support evaluation list-short form in the ARIC study cohort. SAGE Open, 2, 1-8. doi:10.1177/2158244012461923. Pratiwi, Hilda. (2016). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepuasan perkawinan pada istri. Skripsi. Dari https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/ article/view/1250/1196. Prawitasari, J. E. (2012). Psikologi terapan: Melintas batas disiplin ilmu. Jakarta: Penerbit Erlangga. 21 Purnamasari, R. F. (2006). Kecemasan terhadap impotensi pada pria penderita diabetes mellitus ditinjau dari dukungan sosial istri. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta, Purba, M. B., Rahayu, E. S., & Sinorita, H. (2010). Dukungan keluarga dan jadwal makan sebelum edukasi berhubungan dengan kepatuhan jadwal makan pasien diabetes melitus (dm) tipe 2 rawat jalan yang mendapat konseling gizi di RSUD Kota Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 7, 74-79. Dari http://www.ijcn.or.id/download/Vol7No2Nov2010/ martalenap.pdf. Sahoo, S., Brahma, P. K., & Mohapatra, P. K. (2010). Burden of caregiver‟s among the mentally ill and diabetic patients – comparative Study. The Orissa Journal of Psychiatry, 39-47. http://www.spragroup.org/orissajp.com/pdf/10/9.pdf. diakses pada tanggal 04 Februari 2013. Saifuddin, A. (2013). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Santrock, J. W. (2012). Life-span development perkembangan masa-hidup. edisi ketigabelas. Jakarta: Penerbit Erlangga. Srisusanti, S., & Zulkaida, A. (2013). Studi deskriptif mengenai faktor-faktor mempengaruhi kepuasan perkawinan pada Istri. UG Jurnal, 7, 8-12. http://download.portalgaruda.org /article.php?article=356266&val=1448&title= deskriptif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan Istri. diakses pada tanggal 08 Juni 2016. yang Dari studi pada Tamara, E., Bayhakki, & Nauli, F. A. (2014). Hubungan antara dukungan keluarga dan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Dari http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK JOM PSIK, 1, 1-7. /article/download/3433/3329. Troost, A. V. (2005). Marriage in motion: A study on the social context and processes of marital satisfaction. [DX Reader version] dari https://books.google.co.id/ books?hl=en&lr=&id=ixlugoxbshec&oi=fnd&pg=pr9&dq=related:4lisnnzqramizm:sc holar.google.com/&ots=doc_95rgja&sig=4f7pcz1krj4nxk9tnb8_nxooxda&redir_esc= y#v=onepage&q&f=false. Diakses pada tanggal 08 Juni 2016