I N F O K E S E H ATA N Kenali Gejala dan Penyakit karena Tumor Hipofisis Gangguan dari Kelenjar Kecil di Otak Jangan remehkan sakit kepala yang berkepanjangan disertai pandangan kabur. Apalagi jika sakit diikuti dengan gejala seperti jari tangan melebar, keringat berlebih, dan disfungsi seksual yang mengakibatkan kemandulan. Bisa jadi, orang yang mengalami semua sakit itu memiliki tumor hipofisis. BAGI sebagian orang, sakit mata yang mengakibatkan pandangan kabur terkadang diremehkan. Terutama jika hasil tes pada bola mata tidak menunjukkan adanya kelainan. Padahal, seseorang yang mengalami penyempitan pada luasan pandangan mata sehingga mengaburkan pandangan bisa jadi menderita tumor hipofisis. Hipofisis merupakan kelenjar kecil yang berada di otak. Fungsi kelenjar itu sangat vital karena memproduksi hormon utama di tubuh yang memiliki pengaruh besar terhadap kerja tubuh dari ujung kepala sampai ujung kaki. Seseorang yang menderita tumor hipofisis akan mengalami gangguan keseimbangan hormonal yang termanifestasi dalam beragam gejala. Selain itu, struktur saraf di sekitarnya akan tertekan. Efek penekanan ke otak itu menjadi penyebab nyeri kepala, gangguan lapangan pandang mata, hingga kebutaan. Dokter spesialis bedah saraf Siloam Hospitals Lippo Village Dr dr Julius July SpBS MKes IFAANS menerangkan, beberapa gejala sakit mata terkadang bukan terjadi karena memerlukan kacamata sebagai alat bantu penglihatan. Tekanan tumor hipofisis bisa menjadikan luasan pandangan terhalang. ’’Pandangan pasien hanya sebatas di depan mata. Bagian kanan dan kiri seolah menyempit,’’ terang dia. Organ penglihatan menjadi salah satu korban dari berkembangnya tumor hipofisis karena letaknya tepat di bawah saraf mata. Hal yang berbahaya adalah jika tumor berkembang dan membutakan tanpa adanya gejala sakit di sekitar mata. Kebutaan terjadi jika tumor kian besar dan menjepit saraf mata. Bukan hanya saraf optik yang terganggu akibat hipofisis, namun juga produksi hormon utama tubuh. Gangguan hormonal yang disebabkan tumor hipofisis itu, antara lain, gangguan menstruasi, disfungsi seksual, gigantisme, dan akromegali, atau penyakit cushing. Hipofisis menghasilkan hormon prolaktin yang secara tidak langsung memengaruhi proses menstruasi pada perempuan dan vitalitas pada pria. Produksi hormon prolaktin yang berlebih, misalnya, dapat mengakibatkan perempuan mengalami gangguan menstruasi dan air susu keluar dari payudara (galaktorea) ketika tidak hamil atau menyusui. Gangguan menstruasi yang terjadi bisa berupa oligomenorea (siklus haid lebih panjang) atau amenorea (tidak menstruasi). Sementara itu, pada kaum adam, produksi hormon prolaktin yang berlebihan akan memengaruhi fungsi seksual. Gejala lainnya adalah berat tubuh berlebih, adanya pertumbuhan payudara seperti pada perempuan, dan memiliki penis yang kecil. Dua hormon penting lainnya yang diproduksi kelenjar hipofisis adalah luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Dua hormon tersebut juga dikenal sebagai gonadotropin karena merangsang gonad pada laki-laki dan perempuan serta sangat penting untuk reproduksi. Apabila mengalami gangguan gonad, pembuahan sperma dan sel telur pun akan terganggu. Tumor hipofisis juga bisa mengakibatkan endokrin atau terganggunya hormon pertumbuhan yang bisa berlebihan atau malah defisiensi.Jika kelenjar hipofisis memproduksi hormon pertumbuhan secara berlebihan, penderita bakal Dr dr Julius July SpBS MKes IFAANS Dokter spesialis bedah saraf Pusat Pelayanan Ambulans 24 jam: 1 – 500 – 911 mengalami gigantisme (pertumbuhan raksasa) atau akromegali (perubahan raut wajah dan tubuh akibat tulang membesar serta menonjol). Karena itu, pertumbuhan tulang yang memanjang atau melebar pada ukuran tidak normal patut diwaspadai. Di kelenjar hipofisis juga terdapat hormon adrenokortikotropik (ACTH). Hormon tersebut berfungsi merangsang adrenal serta berpengaruh pada respons berbagai jenis stres. Jika tumor memengaruhi hormon ACTH, dapat timbul cushing syndrome. Penyakit cushing syndrome ditandai dengan hipertensi, kulit menjadi tipis dan mudah memar, stretch mark pada kulit, dan penimbunan lemak di daerah tertentu. (nuq/c4/aan) Operasi Endoskopi untuk Angkat Tumor TUMOR hipofisis memang kurang familiar didengar oleh telinga masyarakat. Meski demikian, jika sudah timbul gejala-gejala tumor hipofisis yang khas dan dikenali, maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter ahli bedah saraf. Apalagi, gejala dan penyakit yang disebabkan tumor hipofisis menjadikan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu. Dokter spesialis bedah saraf Dr dr Julius July SpBS MKes IFAANS mengatakan, proses diagnosa membutuhkan bantuan CT scan atau MRI untuk memastikan adanya tumor hipofisis. Khusus untuk kasus tumor hipofisis yang memengaruhi saraf mata membutuhkan pemeriksaan melalui penilaian visus dan lapangan pandang (kampimetri). ’’Hasil pemeriksaan tersebut digunakan untuk catatan awal dan evaluasi pascaoperasi,” terangnya. Menurutnya, jika hasil pemeriksaan ditemukan tumor, maka proses penanganan selanjutnya bisa dengan endoscopy endonasal transphenoid surgery (EETSS) atau operasi endoskopi. Operasi tersebut bisa dilakukan untuk mengangkat tumor hipofisis dengan ukuran kecil (mikroadenoma hipofise) maupun besar (makrodenoma hipofise). ’’Sejak 2007 sudah dilakukan sebanyak 450 tindakan EETSS,’’ terang neurosurgeon itu. Proses operasi dilakukan secara sederhana dengan bantuan alat endoscopic yang dimasukkan melalui lubang hidung. Alat ini hanya dimasukkan pada satu lubang hidung, sehingga pasien dapat bernafas dengan menggunakan satu lubang hidung lain. Alat endoscopic memiliki ujung yang telah dipasang kamera dan lampu ukuran kecil, keduanya berfungsi untuk melihat bagian sekitar kelenjar hipofisis serta membantu proses operasi. Pelaksanaan operasi pada umumnya berlangsung sekitar dua jam. Proses pemulihan pada umumnya berlangsung cukup singkat. Satu hari pascaoperasi pasien sudah bisa langsung beraktivitas. ’’Setiap pasien memiliki masa pemulihan yang berbeda-beda, bisa cepat dan bisa juga lambat,” paparnya. Tumor Hipofisis hampir semuanya jinak (lebih dari 95 persen) dan operasi endoskopi bisa memberikan harapan sembuh lebih dari 85 persen penderita. Jika pada beberapa tahun pascaoperasi tumor hiposis muncul kembali dalam ukuran sangat kecil, maka pasien dapat melakukan kemoterapi secara berkala. Harapannya, agar tumor tidak berkembang dan tidak mengganggu hormon di sekitar kelenjar hipofisis. (nuq/c4/aan) agus wahyudi/jawa pos Pusat Pendaftaran Rawat Jalan: 1 – 500 – 181