profil lemak darah dan respon fisiologis tikus putih yang

advertisement
PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS
PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA
DENGAN PENAMBAHAN JEROAN
SKRIPSI
AZIZ BAHAUDIN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
AZIZ BAHAUDIN. D14204084. 2008. Profil Lemak Darah dan Respon
Fisiologis Tikus Putih yang diberi Pakan Gulai Daging Domba dengan
Penambahan Jeroan. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
: Tuti Suryati, S.Pt., M.Si.
: Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS
Meningkatnya populasi manusia dan standar kehidupan yang lebih baik
menyebabkan permintaan akan pangan yang lebih baik dan bergizi meningkat.
Daging domba merupakan salah satu sumber pangan yang potensial karena mampu
menyediakan asam – asam amino esensial dalam jumlah yang besar dan seimbang.
Gulai merupakan olahan dari daging domba yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat.
Konsumsi gulai sering menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya resiko
terkena penyakit jantung. Kandungan lemak dan kolesterol serta lipida yang lain
dianggap mampu mengakibatkan penyakit atherosclerosis yaitu berupa penyumbatan
pembuluh darah yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sejauh mana konsumsi diet
mengandung gulai domba dengan penambahan jeroan mempengaruhi kadar
kolesterol, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida darah, indeks atherogenik
dan respon fisiologis tikus percobaan yang meliputi frekuensi pernapasan, detak
jantung, serta suhu tubuh. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Nopember 2007
sampai dengan bulan Januari 2008. Rancangan yang digunakan adalah rancangan
acak lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan adalah pemberian pakan dengan
ransum yang mengandung kasein dan pakan yang mengandung gulai daging domba
dengan penambahan jeroan sebagai sumber protein. Masing–masing perlakuan
diulang dengan 7 ulangan tikus putih galur wistar. Peubah yang diamati meliputi
respon fisiologis (suhu tubuh, detak jantung, frekuensi pernapasan) dan profil lemak
darah (kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, indeks
atherogenik).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gulai daging domba dengan
penambahan jeroan secara in vivo tidak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol
total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida darah, dan indeks atherogenik
serta terhadap respon fisiologis tikus percobaan yang meliputi frekuensi pernapasan,
detak jantung, dan suhu tubuh.
Kata – kata kunci : gulai, kolesterol, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida
ABSTRACT
Blood Profile of Lipid and Physiological Responds of Albino Rat
Fed a Lamb Meat Curry added with Offal
Bahaudin, A., T. Suryati and D. A. Astuti
Lamb meat provides a complete and balanced amount of amino acid. Lamb
meat that consumed by people si in the form of curry. Lamb meat curry that
consumed by people is often associated with the risk of coronary heat disease
because of its high lipid composition. This study was conducted to study blood
profile of lipid and physiological responds of laboratory rats. Randomized complete
design with two treatment was used to analyzed data. First treatment was laboratory
rats that fed without lamb meat curry and second treatment was laboratory rats that
fed lamb meat curry added with offal. Each treatment has seven repeatation. The
observed variables ware blood profile of lipid (total cholesterol, LDL-cholesterol,
HDL-cholesterol, triglyceride, and atherogenic index) and physiological responds (
rectal temperature, heart rate and respiratory rate). The result of this study showed
lamb meat curry added with offal consumtion was not affected blood profiles of lipid
and physiological respond of laboratory rats.
Keywords : lamb meat curry, cholesterol, HDL-cholesterol, LDL-cholesterol,
triglyceride
PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS
PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA
DENGAN PENAMBAHAN JEROAN
AZIZ BAHAUDIN
D14204084
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS
PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA
DENGAN PENAMBAHAN JEROAN
Oleh
AZIZ BAHAUDIN
D14204084
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 14 Mei 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Tuti Suryati, S.Pt., M.Si.
NIP. 132 159 706
Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS
NIP. 131 474 289
Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr.
NIP. 131 955 531
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan
tanggal 17 April 1986 tepatnya pada hari Kamis di
Purworejo Jawa Tengah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dan
merupakan putra dari keluarga bahagia pasangan Bapak H. Ibnu Mukti dan Ibu Hj.
Munasiyah.
Pendidikan dasar diselesaikan oleh penulis pada tahun 1998 di MI Lubang
Indangan, Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada Tahun 2001 di
SMP N1 Butuh dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada 2004 di
SMA N2 Purworejo. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Teknologi
Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2004.
Selama
mengikuti
pendidikan,
penulis
aktif
di beberapa
organisasi
kemahasiswaan diantaranya aktif di HIMPRO (Himpunan Mahasiswa Produksi
Ternak) periode ( 2004 – 2005) dan lembaga dakwah kampus Fakultas Peternakan
Famm Al Anam selama dua periode (2005 – 2007).
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, nikmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ Profil Lemak Darah dan Respon Fisiologis Tikus Putih yang diberi
Pakan Gulai Daging Domba dengan Penambahan Jeroan”. Skripsi ini ditulis sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan sejak bulan Nopember 2007 sampai Januari
2008 di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Klinik
Prodia Bogor, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut
Pertanian Bogor.
Daging domba merupakan salah satu sumber protein yang cukup baik
diantara berbagai sumber lainnya. Daging domba banyak dikonsumsi oleh
masyarakat dalam bentuk olahan berupa gulai maupun sate. Masyarakat yang
mengkonsumsi daging domba terutama dalam bentuk olahan gulai selalu merasa
khawatir akan timbulnya penyakit jantung yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah dan kadar kolesterol darah serta terjadinya penyumbatan pembuluh
darah. Penelitian dan penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan mempelajari
sejauh mana pengaruh konsumsi gulai daging domba dengan penambahan jeroan
terhadap peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL,
trigliserida darah, indeks atheroghenik serta respon fisiologis
yang meliputi
frekuensi pernapasan, suhu tubuh dan detak jantung.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca sebagai salah satu referensi,
serta kepada semua pihak yang telah membantu tenaga, pikiran mulai dari penulisan
proposal, penelitian serta penyusunan skripsi, penulis ucapkan terimakasih.
Bogor, 14 Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .............................................................................................
ii
ABSTRACT................................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP.....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vii
DAFTAR ISI................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL.........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xii
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
Latar Belakang ..................................................................................
Tujuan ..............................................................................................
1
2
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
3
Lemak ...............................................................................................
Absorbsi Lemak .....................................................................
Trigliserida ............................................................................
Kolesterol ..............................................................................
Lipoprotein ............................................................................
Transpor Lemak .....................................................................
Indeks Atherogenik ...........................................................................
Kadar Kolesterol Otot .......................................................................
Hewan Percobaan..............................................................................
3
3
4
4
6
8
9
10
11
METODE .....................................................................................................
13
Lokasi dan Waktu .............................................................................
Materi ...............................................................................................
Rancangan Percobaan .......................................................................
Prosedur............................................................................................
Pembuatan Gulai ...................................................................
Pengujian Olahan Daging ......................................................
Penyusunan dan Pembuatan Ransum Percobaan ....................
Percobaan in Vivo dan Pengambilan Sampel Darah................
Analisis Profil Lemak Darah Tikus ........................................
13
13
14
14
14
15
17
18
18
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
20
Konsumsi dan Pertumbuhan Tikus ....................................................
Respon Fisiologis..............................................................................
Profil Lemak Darah...............................................................................
Total Kolesterol Darah...........................................................
20
21
24
24
Kolesterol LDL......................................................................
Kolesterol HDL .....................................................................
Kadar Trigliserida..................................................................
Indeks Atherogenik................................................................
25
26
26
27
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
28
Kesimpulan.......................................................................................
Saran..................................................................................... ...............
28
28
UCAPAN TERIMAKASIH..........................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
30
LAMPIRAN ..............................................................................................
33
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Kandungan Kolesterol dalam Daging Lin dan Offal...........................
10
2. Komposisi Kimia Daging Domba dan Sapi.........................................
11
3. Data Fisiologis Tikus..........................................................................
12
4. Kandungan Nutrisi Ransum Kontrol dengan Sumber Protein Kasein .
17
5. Kandungan Nutrisi Ransum Perlakuan ..............................................
17
6. Berat Badan dan Konsumsi Tikus Selama Percobaan ..........................
20
7. Hasil Pengukuran Respon Fisiologis..................................................
22
8. Profil Lemak Darah ...........................................................................
24
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Struktur Kimia Kolesterol........................................................................
5
2. Kurva Pertumbuhan Berat Badan Tikus Selama Percobaan....................
20
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Hasil Analisis Proksimat .....................................................................
34
2. Hasil Analisis Kadar Kolesterol Produk Olahan Daging ......................
34
3. Hasil Analisis Darah............................................................................
34
4. Komposis Mineral Mixture Standar....................................................
35
5. Komposisi Vita Chick dalam 1kg .......................................................
35
6. Analisis Uji Kruskal-Wallis Konsumsi Ransum Tikus (g/hari) ............
36
7. Analisis Uji Kruskal-Wallis Kadar Kolesterol Total Darah Tikus .......
36
8. Analisis Uji Kruskal-Wallis Kolesterol LDL Darah Darah Tikus ........ .
36
9. Analisis Uji Kruskal-Wallis Kolesterol HDL Darah Darah Tikus .......
36
10. Analisis Uji Kruskal-Wallis Trigliserida Darah Tikus........................
36
11. Analisis Uji Kruskal-Wallis Indeks Atherogenik ...............................
37
12. Analisis Uji Kruskal-Wallis Pertambahan Berat Badan (g/hari) .........
37
13. Sidik Ragam Laju Pernapasan ...........................................................
37
14. Sidik Ragam Detak Jantung..............................................................
37
15. Sidik Ragam Suhu Tubuh (Rektal) ....................................................
38
16. Berat Akhir Tikus Percobaan.............................................................
38
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini penyakit jantung dan pembuluh darah sudah merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) tahun 1972, 1986 dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit
jantung yang mencolok sebagai penyebab kematian. Sejak tahun 1993 penyakit
jantung diduga sebagai penyebab kematian
nomor satu (Kurniawan, 2002).
Tingginya kadar kolesterol low density lipoprotein (LDL) berhubungan dengan
tingginya insidensi penyakit jantung koroner (PJK).
Penyebab – penyebab terjadinya penyakit jantung diantaranya obesitas,
tekanan darah tinggi, merokok, kandungan kolesterol yang tinggi, stress, dan kurang
melakukan kegiatan fisik. Obesitas dan kandungan kolesterol yang tinggi dapat
diakibatkan oleh makanan yang dikonsumsi secara berlebih atau melebihi jumlah
yang duperlukan oleh tubuh. Makanan yang sering dicurigai sebagai pemicu
terjadinya penyakit jantung adalah makanan yang mempunyai kandungan lipida yang
tinggi diantaranya produk yang berasal dari daging.
Daging domba merupakan salah satu daging yang seringkali dicurigai sebagai
penyebab timbulnya penyakit jantung. Berdasarkan data Ditjenak tahun 2006, bahwa
daging domba merupakan daging yang jumlah produksi dagingnya terus menurun
tiap tahun dibandingkan dengan jenis daging lainya. Produksi daging domba tahun
2003 sebesar 80.600 ton menjadi 66.500 ton pada tahun 2005 dan pada tahun 2006
menjadi 41.520 ton dengan konsumsi 0,13 kg/tahun lebih rendah dibandingkan
dengan konsumsi sapi sebesar 1,15 kg/tahun.
Daging domba dikonsumsi oleh masyarakat sebagian besar dalam bentuk
olahan sate maupun gulai yang dicampur dengan jeroan. Konsumsi daging domba
sering dikaitkan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah. Pengaruh akan
konsumsi daging domba dengan penyakit jantung belum ditemukan bukti secara
ilmiah, baik dalam publikasi ilmiah nasional maupun internasional. Konsumsi daging
domba yang semakin rendah akan menyebabkan kerugian subsektor usaha
peternakan, khususnya untuk peternakan domba yang sebagian besar merupakan
peternakan rakyat. Hal ini yang mendasari dilakukannya penelitian untuk mengetahui
hubungan akan konsumsi daging domba dalam bentuk olahan gulai daging domba
terhadap timbulnya penyakit jantung dan pembuluh darah.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sejauh mana pengaruh konsumsi
diet mengandung gulai domba dengan penambahan jeroan terhadap kadar kolesterol,
kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida darah dan respon fisiologis tikus
percobaan yang meliputi frekuensi pernapasan, detak jantung, serta suhu tubuh.
TINJAUAN PUSTAKA
Lemak
Lemak adalah sekelompok senyawa organik yang terdiri atas elemen –
elemen yang sama dengan karbohidrat yaitu karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen
(O) tetapi jumlahnya berbeda. Lemak terdiri atas asam lemak dan gliserol (gliserin).
Asam lemak dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak tak jenuh yang harus
didatangkan dari luar tubuh, dan asam lemak jenuh yang merupakan senyawa lemak
yang dapat disenyawakan sendiri dalam tubuh (Soehardi, 2004). Nicholls (1976)
mendefinisikan lemak sebagai bahan-bahan yang dapat larut dalam eter, chloroform,
tetapi tidak larut dalam air. Lemak dalam makanan dan jaringan tubuh hewan
termasuk manusia terdapat dalam tiga bentuk yaitu trigliserida, fosfolipid dan sterol
(Prawirokusumo,
1994). Deposisi
lemak
pada
hewan terjadi diantara
otot
(intermuskuler), dibawah kulit (subkutan) dan diantara ikatan serabut otot yaitu
lemak intramuskuler atau marbling, dan lemak internal yang terdiri atas lemak
rongga perut (abdomen), ginjal dan pelvis (Soeparno, 1992).
Lemak terbagi dalam 4 golongan, yaitu: jenuh (saturated), mono tak-jenuh
(monounsaturated), poli tak-jenuh (polyunsaturated), dan lemak trans. Semuanya
terdiri dari asam – asam lemak yang terbentuk dari karbon dan hydrogen dalam
berbagai kombinasi. Lemak jenuh rantai panjang yang terkandung dalam lemak
hewani cenderung meningkatkan kadar kolesterol darah, dan asam lemak tak jenuh
membantu mengurangi kolesterol plasma. Konsumsi asam lemak tak jenuh tinggi,
membran sel akan lebih lentur. Kolesterol plasma dimanfaatkan oleh tubuh untuk
menormalkan derajat kekakuan membran sel. Pemanfaatan kolesterol tersebut
mengurangi kemungkinan terjadinya penumpukan kolesterol (Harvard School of
Public Health, 2004).
Absorbsi Lemak
Absorbsi lemak dimulai dengan keluarnya garam-garam empedu untuk
mengemulsikan butir-butir lemak menjadi butir-butir yang lebih kecil, yang
kemudian
dipecah
lagi
oleh
enz
im
lipase
pankreatik
menjadi
idgliserida,
monogliserida, asam–asam lemak bebas ( free fatty acid/FFA) serta gliserol. Garamgaram empedu kemudian merangsang agregasi FFA, monogliserida dan kolesterol
menjadi misel(micelle), yang masing - masing mengandung ratusan molekul, misel
larut dalam air dan dapat masuk ke dalam sel-sel absorptif intestinal. Misel di dalam
sel-sel epitel terjadi resistesis menjadi trigliserida dan kemudian dilepaskan ke dalam
limfatik lakteal. Lakteal merupakan pembuluh limpa yang menyerupai kapiler yang
terdapat di dalam vili intestinal. Trigliserida masuk ke dalam lakteal sebagai butir–
butir yang amat kecil yang disebut kilomikron. Kilomikron mengandung sejumlah
kecil fosfolipida, kolesterol, FFA dan protein. Kilomikron dihantarkan menuju limfa
yang lebih besar sisterna chili terus menuju sirkulasi vena (Franson, 1992).
Trigliserida
Trigliserida (lemak netral) adalah suatu ester gliserol yang terbentuk dari 3
asam lemak dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan
gliserol maka dinamakan monogliserida. Trigliserida merupakan penyusun utama
minyak nabati dan lemak hewani. Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi.
Lemak disimpan didalam tubuh dalam bentuk trigliserida yang merupakan hasil
sintesa dari asam – asam lemak dan gliserol yang dibantu dengan hormon insulin;
proses ini dikenal sebagai lipogenesis (deposisi lemak) yang terjadi akibat masukan
energi melebihi keluaran energi (Prawirokusumo, 1994). Apabila sel membutuhkan
energi atau masukan energi lebih rendah dibanding energi yang keluar, enzim lipase
dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta
melepasnya ke dalam pembuluh darah, proses ini disebut lipolisis (mobilisasi lemak).
Trigliserida tidak hanya berasal dari lemak makanan (asam lemak jenuh dan tidak
jenuh), tetapi juga berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat (sederhana
dan kompleks) (Soehardi, 2004). Trigliserida yang ada dalam epithel usus selama
absorbsi lemak, akan diekskresikan ke dalam lympha dalam bentuk kilomikron dan
dalam bentuk inilah lemak ditransfer ke jaringan – jaringan di seluruh tubuh (Azain,
2004).
Kolesterol
Kolesterol adalah senyawa (zat) kimia yang tergolong dalam kelompok
compound organic yang dikenal sebagai lipida yang tidak dapat larut dalam air,
tetapi larut dalam eter dan solvent organic lainnya. Mayers (1996) menerangkan
bahwa kolesterol merupakan kelompok steroid, suatu zat yang termasuk golongan
lipida dengan rumus molekul C27H45OH dan dapat dinyatakan sebagai 3 hidroksi –
5,6 kolesten, hal ini karena kolesterol mempunyai satu gugus hidroksil pada atom C3
dan ikatan rangkap pada C5 dan C6 serta percabangan pada C10 , C13 dan C17. Struktur
kimia kolesterol dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Kimia Kolesterol
Sumber: Mayers, 1996
Kolesterol berfungsi sebagai bahan baku pembentuk hormon steroid yang
menjadi bagian dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi, dibutuhkan
untuk memproduksi hormon korteks adrenal, hormon seks pada pria dan wanita,
hormon kelenjar anak ginjal, untuk memproduksi garam empedu serta prekursor
vitamin D. Kolesterol dalam tubuh berikatan dengan sejenis protein membentuk
lipoprotein. Lipoprotein ini terbagi menjadi low density lipoprotein (LDL) dan high
density lipoprotein (HDL) (Soehardi, 2004). Kolesterol dalam tubuh berasal dari dua
sumber, yaitu berasal dari makanan yang disebut sebagai kolesterol eksogen dan dari
sintesis oleh tubuh (kolesterol endogen). Kolesterol eksogen yang telah dicerna
dalam usus akan bergabung dengan kolesterol endogen yang disintesis oleh tubuh
(Piliang dan Djojosoebagio, 1990). Kolesterol yang disintesis oleh tubuh manusia 1
gram tiap harinya, dan dari makanan sebesar 0,3 gram. Kolesterol akan diserap oleh
dinding usus halus, dan di dalam sel mukosa usus halus ester kolesterol, trigliserida,
dan fosfolipid disintesis kembali untuk di sekresikan dalam bentuk kilomikron
(Linder, 1992). Jika jumlah kolesterol dari makanan kurang, maka sintesis di dalam
hati dan usus meningkat, dan sebaliknya jika jumlah kolesterol di dalam makanan
meningkat maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus menurun (Muchtadi et al.,
1993).
Kolesterol dikeluarkan dari tubuh melalui dua cara, yaitu diubah menjadi
empedu sebagai garam – garam kolesterol dan sterol netral yang dibuang melalui
feses. Hampir 80 persen kolesterol diubah menjadi berbagai asam empedu (Campbell
et al., 2003). Empedu merupakan produk akhir metabolisme kolesterol, yang
disintesis di dalam sel-sel hati. Garam empedu yang diproduksi, disimpan di dalam
kantung empedu dan dilepaskan ke dalam usus pada saat makan. Senyawa ini
berfungsi sebagai emulsifier untuk membantu mencernakan lemak makanan. Lemak
dan protein di dalam saluran pencernaan akan merangsang sekresi hormon
kolesistokinin yang menyebabkan kontraksi kantung empedu dan relaksasi sfingter
Oddi, sehingga garam empedu akan disekresikan ke dalam duodenum (Almatsier,
2002).
Biosintesis kolesterol terbagi dalam lima tahap (Mayes, 1996) yaitu (1)
sintesis mevalonat, suatu senyawa enam karbon dari asetil-KoA, terbentuk akibat
reaksi kondensasi dan reduksi yang berlangsung di dalam mitokondria, (2) unit
isoprenoid dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan CO2 pada reaksi fosforilasi
oleh ATP, (3) enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk
senyawa antara skualen, (4) skualen mengadakan siklisasi untuk menghasilkan
senyawa steroid induk yaitu lanosterol yang berlangsung di dalam retikulum
endoplasma, (5) kolesterol dibentuk di dalam membran retikulum endoplasma dari
lanosterol setelah melewati beberapa tahap, termasuk pelepasan tiga gugus metil.
Banyak faktor mempengaruhi keseimbangan kolesterol di dalam jaringan
yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan dan penurunan kolesterol.
Peningkatan kolesterol terjadi karena (1) ambilan lipoprotein yang mengandung
kolesterol oleh reseptor LDL, (2) ambilan lipoprotein yang mengandung kolesterol
oleh jalur yang tidak diperantarai reseptor, (3) ambilan kolesterol bebas dari
lipoprotein yang kaya kolesterol oleh membran sel, (4) sintesis kolesterol, dan (5)
hidrolisis ester kolesterol oleh enzim kolesterol ester hidrolase. Penurunan kolesterol
terjadi karena (1) keluarnya kolesterol dari membrane sel ke lipoprotein yang
mengandung sedikit kolesterol khususnya HDL3 atau LDL nasen yang dirancang
oleh enzim LCAT (lecithin cholesterol acyltranferase), (2) esterifikasi kolesterol
oleh enzim ACAT (acyl CoA : cholesterol acyltranferase), dan (3) penggunaan
kolesterol untuk sintesis senyawa – senyawa steroid lainnya seperti hormon atau
asam empedu (Mayes, 1996).
Lipoprotein
Liprotein merupakan suatu ikatan biokimia yang terdiri dari lipida dan
protein. Lipida utama di dalam lipoprotein adalah kolesterol, triasilgliserol, dan
fosfolipid. Lipoprotein dibedakan berdasarkan rasio antara ilpida dan protein
sehingga menghasilkan berat jenis yang berbeda – beda yang terdiri atas beberapa
fraksi yaitu kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density
lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein
(HDL) (Assmann et al., 2004).
Kilomikron.
Kilomikron adalah lipoprotein yang mengandung triasilgliserol,
disintesis dalam mukosa usus halus dari lemak eksogen dan berukuran paling besar
dengan diameter lebih dari 100 nm (Marineti, 1990). Kilomikron yang baru terbentuk
atau kilomikron nasen akan disekresikan ke dalam kelenjar limfe intestinum dan
kemudian dibawa kedalam sirkulasi melalui duktus torasikus. Kilomikron di dalam
pembuluh perifer akan bereaksi dengan enzim lipoprotein lipase. Enzim tersebut
akan menghidrolisis triasilgliserol dan melepaskan asam lemak bebas dan gliserol.
(Newsholme dan Leech, 1983). Hampir semua asam lemak yang dilepas di kapiler
jaringan adipose diambil oleh sel adiposit untuk resintesis menjadi triasilgliserol dan
disimpan. Asam lemak yang dilepas di kapiler otot akan diambil dan digunakan
sebagai energi. Partikel kilomikron yang tersisa (kilomikron remnant) mengandung
lebih sedikit triagliserol dan banyak kolesterol dan ester kolesterol, akan diambil oleh
hati melalui reseptor khusus apo E serta reseptor LDL. Lemak dari kilomikron
remnant di dalam sel hati mengalami hidrolisis menjadi asam lemak bebas,
monoasilgliserida, gliserol, dan kolesterol. Komponen tersebut akan diresintesis
menjadi triasilgliserol dan turut membentuk VLDL atau HDL (Mayes, 1996).
VLDL.
VLDL adalah lipoprotein endogen yang disintesis di hati, berfungsi
membawa hasil sintesa lipida dari hati ke jaringan tubuh lainnya (Bigazzi et al.,
2006). VLDL lebih kecil dibandingkan dengan kilomikron, serta mempunyai
diameter 30 – 90 nm berat jenis kurang dari 1.006 g/ml (Marinetti, 1990) Partikel
VLDL yang tersisa setelah hidro lisis (remnant) mengandung sebagian kecil
triasilgliserol, ester kolesterol, fosfolipid, apolipoprotein B-100 dan E. VLDL
remnant (IDL) akan mengalami dua kemungkinan, yaitu diambil oleh hati melalui
reseptor LDL atau diubah menjadi LDL. Lipoprotein LDL merupakan pembawa
kolesterol terbanyak yaitu 60 persen dari total kolesterol plasma, dan sebagian besar
LDL terbentuk dari VLDL remnant.
LDL.
Fungsi LDL adalah membawa sterol ke dalam jaringan perifer, untuk
kontruksi membran atau pembentukan hormon steroid. Lipoprotein LDL bersifat
efek aterogenik karena mudah melekat pada pembuluh darah dan menyebabkan
penumpukan lemak yang lambat laun mengeras membentuk flak dan menyumbat
pembuluh darah (Assmann et al., 2004). Peningkatan kadar kolesterol LDL di dalam
darah akan mengakibatkan metabolisme kolesterol terganggu sehingga terjadi
pembentukan lapisan lemak (fatty streak). Lapisan lemak ini awalnya tipis, belum
menyumbat pembuluh darah. Selanjutnya terjadi proses proliferaktif sehingga
terbentuk kerak berserat atau fibrous plak. Bila sel endotel pembuluh darah arteri di
bawahnya terkoyak akibat berbagai faktor maka trombosit akan menempel pada
dinding arteri yang rusak. Interaksi antara trombosit dengan sel endotel yang rusak
akan merangsang pertumbuhan (proliferasi) jaringan ikat pada dinding arteri yang
disebut plak aterosklerotik atau ateroma. Plak ateroskerotik ini akan tumbuh terus
secara progresif selama bertahun-tahun dan akhirnya dapat menghambat aliran darah
(Dalimartha, 2002).
HDL. HDL adalah partikel yang padat dan kecil, mengandung protein paling tinggi
yaitu
55%
dan
lipida
45%.
Liop
rotein
HDL
disintesa
dalam
hat
i dan
ditransportasikan kedalam aliran darah. Fungsi HDL adalah membawa kolesterol
dalam membran sel ke hati untuk didegradasi kembali dan digunakan untuk sintesa
asam empedu.
Lipoprotein HDL disebut juga dengan kolesterol baik karena
mempunyai efek antiaterogenik yaitu mengangkut kolesterol bebas dari pembuluh
darah dan jaringan lain menuju hati selanjutnya mengeluarkannya lewat empedu
(Assmann et al., 2004).
Transpor Lemak
Lemak dalam darah diangkut dalam tiga bentuk yaitu kilomikron, partikel
lipoprotein yang sangat kecil, dan bentuk asam lemak yang terikat dalam albumin.
Kilomikron menyebabkan darah tampak keruh, terdiri atas lemak 81% - 82 %,
protein 2%, fosfolipid 7% dan kolesterol 9%. Kekeruhan akan hilang dan darah
menjadi jernih kembali karena terjadinya proses hidrolisis lemak oleh enzim
lipoprotein lipase. Lipoprotein lipase terdapat dalam sebagian besar jaringan, dan
terdapat dalam jumlah banyak pada jaringan adipose dan otot jantung. Lemak yang
diabsorpsi diangkut kehati dan di hati lemak diubah menjadi fosfolipid yang
kemudian diangkut ke organ-organ maupun jaringan-jaringan tubuh (Poedjiadi,
1994). Smaolin dan Grosvenor (1997) menerangkan bahwa lemak dalam darah
diangkut dengan dua cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen.
Jalur Eksogen. Trigliserida & kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus
dikemas dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut kilomikron.
Trigliserida dalam kilomikron dibawa ke dalam aliran darah dan mengalami
penguraian oleh enzim lipoprotein lipase, sehingga terbentuk asam lemak bebas dan
kilomikron remnant. Asam lemak bebas akan menembus jaringan lemak atau sel otot
untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai cadangan energi. Kilomikron
remnant akan dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan kolesterol bebas.
Sebagian kolesterol yang mencapai organ hati diubah menjadi asam empedu, yang
akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen & membantu proses
penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan melalui
saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu kemudian organ hati
akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen.
Jalur Endogen. Pembentukan trigliserida dalam
hati akan meningkat apabila
makanan sehari-hari mengandung karbohidrat yang berlebihan. Hati mengubah
karbohidrat menjadi asam lemak, kemudian membentuk trigliserida. Trigliserida
dibawa melalui aliran darah dalam bentuk very low density lipoprotein (VLDL),
yang kemudian akan dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL
(intermediate density lipoprotein). Melalui serangkaian proses, IDL akan berubah
menjadi LDL (low density lipoprotein) yang kaya akan kolesterol. Kira-kira ¾ dari
kolesterol total dalam plasma normal manusia mengandung partikel LDL, yang mana
LDL ini bertugas menghantarkan kolesterol ke dalam tubuh. Kolesterol yang tidak
diperlukan akan dilepaskan ke dalam darah, yang akan berikatan dengan HDL (high
density lipoprotein). Tugas HDL adalah membuang kelebihan kolesterol dari dalam
tubuh.
Indeks Atherogenik
Indeks
atherogenik
merupakan
ndikator
i
untuk
mengetahui
resi
ko
atherosklerosis yang menjadi penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah. Nilai
indeks atherogenik ini sangat tergantung dengan kadar HDL. Kadar HDL yang
semakin tinggi menyebabkan indeks atherogenik semakin rendah sehingga resiko
terjadinya atherosklerosis juga semakin kecil. Nilai indeks atherogenik ideal untuk
laki-laki adalah di bawah 4,5 dan untuk wanita di bawah 4,0 (Sihombing, 2003).
Kadar Kolesterol Otot
Kolesterol merupakan lemak
jaringan yang
terdapat
dalam
lemak
intramuskuler (marbling), yang deposisinya dipengaruhi oleh spesies diantara ternak,
umur dan lokasi otot (Soeparno, 1992). Kisaran kandungan kolesterol jaringan otot
sedikit bervariasi diantara spesies. Semakin meningkat umur individu maka kadar
kolesterol cenderung meningkat (Seman dan McKenzie-Parnell, 1989). Kandungan
kolesterol daging domba ternyata hampir sama dengan daging sapi, babi, dan ayam
dan lebih rendah jika dibandingkan dengan beberapa produk susu dan daging ayam
olahan dan makanan asal laut. Daging sapi sebanyak 85 g mengandung kalori 245,
lemak 16 g, lemak jenuh 6,8 g, protein 23 mg dan zat besi 2,9 g sedangkan daging
domba mengandung kalori 235, lemak 16 g, lemak jenuh 7,3 g, protein 22 mg, dan
zat besi 1,4 g. Lemak jenuh merupakan pemicu meningkatnya kadar kolesterol darah
(USDA, 1989). Offal atau jeroan adalah bagian-bagian dalam tubuh hewan yang
sudah dipotong kecuali otot dan tulang (Wikipedia, 2008). Kandungan kolesterol
pada daging lin dan offal pada domba tidak jauh berbeda pada daging lin dan offal
sapi. Tabel 1 menunjukkan kandungan kolesterol dalam daging lin dan offal dalam
100 g.
Tabel 1. Kandungan Kolesterol dalam Daging Lin dan Offal
Sumber
Ginjal, Domba
Sapi
Hati, Domba
Sapi
Daging,Domba
Sapi
Kolesterol (mg/100g)
400
400
430
270
79
59
Sumber: Paul dan Squthgate, 1978
Berdasarkan komposisi kimia daging, dapat dilihat bahwa daging domba
memiliki komposisi kimia yang tidak berbeda dengan komposisi kimia daging lain
terutama daging sapi. Komposisi kimia daging domba dan daging sapi dapat di lihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimia Daging Domba dan Sapi
Komposis
Air (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Ca (mg/g)
P (mg/g)
Besi (mg/g)
Vitamin B (mg/g)
Sapi
66,0
18,8
14,0
11,0
17,0
2,8
0,08
Domba
66,3
17,1
14,8
10,0
19,0
2,6
0,15
Sumber: Dewi, 1996
Hewan Percobaan
Tikus yang sering digunakan dalam penelitian adalah jenis Rattus norvegicus
(tikus putih) yang berjenis kelamin jantan. Tikus dapat tinggal sendir ian dalam
kandang, asal dapat mendengar dan melihat tikus lain dan jika dipegang dengan cara
yang benar tikus – tikus ini tenang dan mudah ditangani di laboratorium. Terdapat
beberapa galur tikus percobaan diantaranya galur Spague-Dawley ditandai dengan
berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekor lebih panjang dari tubuhnya. Galur
Wistar ditandai dengan kepala lebih besar dan ekor lebih pendek, serta galur LongEvans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala
dan tubuh bagian depan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Kandang tikus harus berlokasi pada tempat yang bebas dari suara ribut dan
terjaga dari asap industri atau polutan lainnya. Kandang harus cukup kuat tidak
mudah rusak, terbuat dari bahan yang mudah dibongkar, mudah dibersihkan dan
mudah dipasang lagi. Kandang harus tahan gigitan, hewan tidak mudah lepas, tetapi
hewan harus tampak jelas dari luar. Alas kandang selalu kering dan tidak berbau
untuk mencegah gangguan respirasi serta alat – alat dalam kandang dibersihkan 1 – 2
kali minggu. Suhu kandang yang ideal berkisar 18 - 27°C dan kelembaban 40 – 70%.
Cahaya harus diusakan agar terdapat keadaan 12 jam terang dan 12 jam gelap
(Malole dan Pramono, 1989).
Tikus tergolong hewan yang makan pada malam hari (nocturnal) dan tidur
pada siang
hari.
Kualitas makanan tikus merupakan faktor pen
ting
yang
mempengaruhi kemampuan tikus mencapai potensi genetik untuk tumbuh, berbiak
serta aktifitas hidup sehari-hari. Makanan tikus tidak berbeda seperti hewan
percobaan lainnya yang membutuhkan protein, lemak, energi serta mineral. Tikus
mengkonsumsi makanan dalam sehari tiap ekor berkisar 12 g sampai 20 g dan
konsumsi minum 20 – 45 ml air (Muchtadi, 1989). Protein yang dibutuhkan sebesar
12 %, lemak 5%, karbohidrat 3,8 Kal/kg. Makanan tikus harus mengandung vitamin
A (4000 IU/kg); vitamin D(1.000 IU/kg); alfa-tokoferol (30 mg/kg); asam linoleat (3
g/kg); tiamin (4 mg/kg); riboflavin (3 mg/kg); pantotenat (8 mg/kg); vitamin B12 (50
µg/kg); biotin (10 µg/kg ); piridoksin (40-300 µg/kg); dan kolin (1.000 mg/kg).
Mineral yang dibutuhkan meliputi mineral makro yang meliputi kalsium 0,5%; fosfor
0,4%; magnesium 400 mg/kg; kalium 0,36%; natrium 0,05% dan mineral mikro yang
meliputi tembaga 5,0 mg/kg; yodium 0,15 mg/kg; besi 35 mg/kg; mangan 50 mg/kg;
dan seng 12 mg/kg (NRC, 1978).
Karakteristik lain dari tikus adalah (1) tidak
mempunyai kantung empedu (gall blader), (2) tidak dapat memuntahkan kembali isi
perutnya, (3) tidak pernah berhenti tumbuh, namun kecepatannya akan menurun
setelah berumur 100 hari (Muchtadi et al., 1993). Susunan gigi tikus terdiri dari 1/1
gigi seri dan 3/3 gigi geraham, hanya gigi seri yang terus tumbuh, sifat lainnya
struktur anatomi esofagus yang bermuara kedalam lambung dan umumnya berat
badan tikus laboratorium lebih ringan dibandingkan berat badan tikus liar (Malole
dan Pramono, 1989). Data yang berkaitan dengan fisiologis tikus dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Data Fisiologis Tikus
Kriteria
Berat lahir
Berat jantan dewasa
Suhu (rektal)
Pernapasan
Denyut Jantung
Kolesterol
Trigliserida
Sumber: Malole dan Pramono, 1989
Nilai
5–6g
450 – 500 g
35,9 – 37,5°C
70 -115/menit
250 - 450/menit
40 -130 mg/dl
26 – 145 mg/dl
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
untuk pemeliharaan hewan penelitian dan pembuatan pakan, Laboratorium Klinik
Prodia Bogor untuk analisis profil lemak darah, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati
dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor untuk analisis proksimat. Penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan Nopember 2007 sampai dengan bulan Januari 2008.
Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua materi pokok yaitu,
materi yang digunakan dalam pembuatan produk daging domba menjadi gulai dan
materi yang digunakan dalam percobaan in vivo dan analisis darah.
Produk Olahan Daging
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan daging olahan gulai adalah
daging domba yang berasal dari ternak lokal yang berumur 1-2 tahun. Daging yang
digunakan adalah daging bagian paha belakang sebanyak 3 kg, dan penambahan
jeroan sebanyak 20 % dari total daging domba yang digunakan. Jeroan yang
digunakan masing – masing sebesar 4% terdiri atas hati, jantung, usus, ginjal dan
paru-paru serta ditambah dengan bumbu gulai instan dan santan kelapa instan. Alat
yang digunakan adalah alat pengolahan gulai yang meliputi timbangan digital, pisau,
kompor, pengaduk kayu, blender dan panci.
Percobaan in Vivo dan Analisis Darah
Hewan yang digunakan dalam percobaan in vivo adalah tikus putih jantan
albino Norway rats (Rattus novegicus) galur Wistar yang diperoleh dari SEAMEO
Universitas Indonesia Salemba sebanyak14 ekor (dengan 7 ulangan perlakuan pakan
mengandung gulai daging domba dengan penambahan jeroan dan 7 ulangan
perlakuan pakan kontrol dengan sumber protein kasein) dengan bobot awal rata-rata
40 gr. Alat yang digunakan adalah kandang individu sebanyak 14 buah terbuat dari
plastik dengan tutup berupa kawat kasa, tempat pakan dari plastik dan tempat minum
dari botol gelas, serta alat untuk pengambilan sampel darah syringe 2,5 ml, vacuum
venojact 10 ml yang mengandung antikoagulan lithilium heparin, bahan anestesi, top
les dan termos es. Termometer digital digunakan untuk mengukur suhu tubuh tikus,
dan timbangan digital untuk mengukur berat badan tikus. Analisis darah
menggunakan alat automated alinical analyzer TRX – 7010 Version 1.70.
Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) untuk analisis darah yang meliputi kadar kolesterol total,
kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida, dan indeks atherogenik dengan tiga
ulangan. Perlakuan meliputi pemberian pakan mengandung kasein (kontrol) dan
pakan mengandung gulai daging domba. Selanjutnya dalam pengukuran respon
fisiologis yang meliputi suhu tubuh, frekuensi pernapasan dan detak jantung pada
tikus digunakan rancangan RAL dengan penarikan anak contoh (sub-sampling), dan
menggunakan tujuh ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA
(Mattjik dan Sumertajaya, 2002).
Yij = µ + σi +εij
Keterangan :
Yij
= Nilai pengamatan pada perlakuan pakan ke-i, dan ulangan ke-j
µ
= Rataan umum
σi
=Pengaruh perlakuan pakan yang berbeda (kontrol dan gulai kambing)
εij
= pengaruh galat pada perlakuan pakan ke-i dan ulangan ke-j
Prosedur
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama daging domba
diolah menjadi gulai. Tahap kedua menganalisis komposisi kimia produk olahan dan
menyusun ransum dengan menggunakan daging olahan sebagai sumber protein.
Tahap ketiga melakukan pengujian secara in vivo dengan menggunakan hewan
percobaan yang diberi ransum yang mengandung produk olahan tersebut, dan tahap
terahir melakukan pengujian kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL,
dan trigliserida serta pengukuran denyut jantung, frekuensi pernapasan dan suhu
tubuh.
Pembuatan Gulai
Daging domba sebanyak 400 g dan jeroan sebanyak 100 g (hati, usus, paruparu, ginjal, jantung) dipotong – potong berbentuk seperti dadu dan direbus dengan
600 ml air selama 20 menit. Santan encer dan bumbu gulai satu bungkus dimasukkan
secara perlahan sambil diaduk – aduk sekitar 10 menit lalu ditambahkan santan
kental 100 ml, dan gulai terus diaduk sampai matang.
Pengujian Olahan Daging
Komposisi nutrisi produk olahan diuji menggunakan analisis proksimat
(AOAC, 1984) dan analisis kolesterol. Analisis kolesterol menggunakan metode
Lieberman – Buchards.
Kadar Air.
Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven
(AOAC, 1984). Sebanyak 5 g sampel produk olahan daging ditimbang dalam wadah
botol logam yang berat keringnya telah diketahui sebelumnya. Wadah beserta isinya
dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 º C selama 12 jam. Sampel kemudian
didinginkan hingga beratnya konstan. Kadar air dihitung dengan persamaan dibawah
ini :
Berat sampel segar – Berat sampel kering
Kadar air (%BB) =
× 100 %
Berat awal sampel
Kadar Protein.
Kadar protein diukur menggunakan metode Kjeldahl (AOAC,
1984). Sampel produk olahan daging sebanyak 0,25 g (X) dimasukkan kedalam labu
Kjeldahl 100 ml, kemudian ditambahkan 0,25 g katalis selenium dan 25 ml H2SO4
pekat. Campuran dipanaskan di atas pembakar Bunsen, kemudian didestruksi hingga
jernih dan berwarna hijau kekuningan. Labu destruksi didinginkan dan larutan
dimasukkan ke dalam labu penyulingan serta diencerkan dengan 300 ml air yang
bebas N, kemudian ditambah dengan batu didih dan NaOH 33%. Labu penyulingan
dipasang dengan cepat pada pada alat penyulingan hingga 2/3 cairan dalam labu
penyulingan menguap dan ditangkap oleh larutan H2SO4 berindikator dalam labu
Erlenmeyer. Kelebihan H2SO4 dalam labu Erlenmeyer dititar dengan NaOH 0,3 N (Z
ml) sampai terjadi perubahan warna menjadi biru kehijauan lalu dibandingkan
dengan titar blanko ( Y ml). Kadar protein dihitungdengan persamaan dibawah ini :
(Y – Z) × 0,014 × titar NaOH × 6,25
Kadar Protein Kasar =
× 100%
X
Kadar Lemak. Pengukuran kadar lemak menggunakan metode Soxhlet (AOAC,
1984). Labu yang akan digunakan dikeringkan dalam oven, kemudian didinginkan
dalam alat desikator dan timbang beratnya. Sebanyak 5 g sampel daging olahan
dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi Soxhlet.
Alat Kondenser diletakkan di bawahnya. Pelarut heksana dimasukkan ke dalam labu
lemak secukupnya. Pelarut dalam lemak didestilasi dan ditampung kembali. Abu
lemak yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ºC hingga
beratnya konstan, dan didinginkan dalam alat desikator. Labu beserta lemaknya
ditimbang. Kadar lemak dihitung dengan persamaan di bawah ini :
Berat lemak (g)
Kadar lemak (%BB ) =
× 100 %
Berat sampel (g)
Kadar Abu. Sampel produk olahan daging sebanyak 5 g ditempatkan dalam cawan
porselin yang telah diketahui beratnya. Sampel tersebut dimasukkan dalam oven
untuk dipijarkan pada suhu 600 ºC hingga beratnya konstan, kemudian timbang berat
abu yang dihasilkan. Kadar abu dihitung dengan persamaan di bawah ini :
Berat abu (g)
Kadar abu (% BB) =
× 100%
Berat sampel (g)
Kadar Kolesterol Daging Gulai (Metode Lieberman – Buchards). Analisis kadar
kolesterol daging gulai menggunakan metode Lieberman – Buchards (Herpandi,
2005). Sebanyak 0,1 g sampel dimasukkan tabung sentrifuse dan ditambahkan 8 ml
alkohol : heksan (8:1) lalu aduk sampai homogen. Pengaduk dibilas dengan 2 ml
larutan alkohol : heksan (2:1) kemudian di sentrifuse selama 10 menit dengan
kecepatan 3000 rpm. Supernatan dituangkan kedalam gelas piala untuk diuapkan di
penangas air. Residu yang tersisa diuapkan dengan kloroform sedikit demi sedikit
sambil dituangkan dalam tabung berskala sampai volume 5 ml, kemudian
ditambahkan 2 ml acetic anhidrid, 0,2 ml H2S04 pekat, lalu di kocok dengan alat
vorteks dan dibiarkan ditempat gelap selama 25 menit, kemudi
an dibaca
absorbansinya pada λ 550 nm. Perhitungan kadar kolesterol dilakukan dengan rumus:
Absorbansi contoh
x konsentrasi standar
Absorbansi standar
Kadar Kolesterol =
Bobot sampel
Penyusunan dan Pembuatan Ransum Percobaan
Penyusunan ransum dilakukan setelah komposisi nutrisi produk olahan
daging diketahui melalui analisis proksimat. Panduan penyusunan ransum yang
digunakan mengikuti AOAC (1984). Penyusunan ransum disesuaikan dengan
kebutuhan tikus berdasarkan kebutuhan nutrisi hewan percobaan. Konsumsi dan
kandungan nutrisi ransum kontrol tikus percobaan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Ransum Kontrol dengan Sumber Protein Kasein
Bahan makanan
Protein (%)
Kasein
Bahan Kering
(%)
9
7,82
Lemak
(%)
0,18
Gross
Energy (kal)
32,9
Minyak nabati
7,77
-
7,77
63,14
Campuran mineral
CMC
4,48
1
-
-
-
Maizena
76,82
4,24
Vitamin
1
-
-
-
Jumlah
100
12,06
7,95
359,53
263,49
Kandungan nutrisi protein ransum perlakuan memiliki persentase yang tidak
jauh berbeda dengan ransum kontrol. Penyusunan ransum perlakuan juga dilakukan
berdasarkan kebutuhan nutrisi hewan percobaan.
Kandungan nutrisi ransum
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan Nutrisi Ransum Perlakuan
Bahan makanan
Bahan Kering
Protein (%)
(%)
Gulai Daging Domba
Minyak nabati
Campuran mineral
CMC
Maizena
Vitamin
Jumlah
22
2
4,48
1
69,52
1
100
8,33
3,82
12,15
Keterangan: Nutrisi ransum berdasarkan hasil perhitungan
Lemak
Gross Energy
(%)
(kal)
7,01
2
-
96,41
18,04
237,76
352,21
9,01
Percobaan in Vivo dan Pengambilan Sampel Darah
Tikus dilakukan masa adaptasi selama 4 hari sebelum dilakukan percobaan
untuk membiasakan tikus pada lingkungan laboratorium. Selama masa adaptasi tikus
diberikan pakan kontrol (sumber protein kasein) dan konsumsi air minum ad libitum.
Bobot badan tikus ditimbang tiap dua hari sekali, dan konsumsi ransum ditimbang
setiap hari. Setelah masa adaptasi, pakan perlakuan diberikan selam 20 hari, dan air
minum diberikan ad libitum. Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke-20
setelah masa perlakuan dengan cara mengambil darah langsung dari jantung tikus
yang telah diberi anestesi. Darah diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam
tabung vacuum venojact yang sudah diberi antikoagulan lithium heparin. Plasma
yang diperoleh digunakan untuk pengukuran kadar kolesterol total, kolesterol HDL,
kolesterol LDL, dan trigliserida.
Konsumsi Pakan dan Penimbangan Berat Badan Tikus.
Konsumsi pakan
dihitung setiap satu hari sekali yaitu pada sore hari pada saat penggantian pakan.
Konsumsi
dihitung
berdasarkan penimbangan
sisa
pakan
yaitu
engan
d
mengurangkan pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang ditimbang. Berat badan
tikus ditimbang setiap dua hari sekali menggunkan timbangan digital dan toples.
Tikus dimasukkan kedalam toples dan lihat berat yang tertera pada layar kemudian
dicatat beratnya.
Pengujian Respon Fisiologis Tikus. Suhu tubuh diukur dengan memasukkan
termometer digital pada bagian rektal tikus selama satu menit. Angka yang terlihat
selanjutnya pada termometer menunjukan suhu tubuh hewan percobaan. Jumlah
pernafasan dan detak jantung diamati dengan menempelkan jari tangan masingmasing pada diafragma dan dada sebelah kiri. Pengukuran respon fisiologis
dilakukan setiap dua hari sekali pada pagi hari.
Analisis Profil Lemak Darah Tikus
Analisis kadar kolesterol total, kolesterol HDL, dan trigliserida darah
menggunakan alat automated clinical analyzer TRX-7010. Alat tersebut menganalisis
sampel plasma darah secara otomatis, data analisis akan keluar dalam data print out.
Prinsip kerja alat ini yaitu dengan mencampurkan reagen dengan sampel plasma
darah secara otomatis kemudian dibaca absorbansinya. Alat ini bekerja mulai dari
persiapan sampai akhir perhitungan secara otomatis menggunakan program
komputer. Kadar kolesterol LDL tidak dilakukan analisis tetapi menggunakan
perhitungan rumus Friedewald et al (1972).
Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein (Friedewald et al., 1972). Kadar
kolesterol LDL dihitung secara langsung menggunakan rumus:
trigliserida
Kolesterol LDL (mg/dl)= kolesterol total – kolesterol HDL 5
Indeks Atherogenik (Carron et al., 1999).
dengan menggunakan rumus:
Indeks atherogenik (IA) dihitung
IA = (Total kolesterol – kolesterol HDL) / kolesterol HDL
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi dan Pertumbuhan Tikus
Selama percobaan berlangsung terjadi kenaikan berat badan yang berbeda
untuk setiap perlakuan. Kenaikan berat badan terendah didapat pada perlakuan pakan
kontrol sebesar 102% dan untuk perlakuan pakan gulai sebesar 163%. Berat akhir
tikus kontrol dan perlakuan sebelum dilakukan analisis darah sebesar 85 g dan 142 g.
Berat tikus tersebut masih didalam masa pertumbuhan. Smith dan Mangkoewidjojo
(1988) menerangkan bahwa tikus jantan dewasa memiliki berat sebesar 300-400 g.
Hasil pengamatan terhadap berat badan dan konsumsi ransum tikus yang dilakukan
selama masa percobaan disajikan dalam Tabel 6. Kurva pertumbuhan tikus selama
percobaan dapat dilihat pada Gambar 2.
Tabel 6. Berat Badan dan Konsumsi Tikus Selama Percobaan
Kriteria
Pertambahan berat badan (g)/hari
Kenaikan Berat Badan(%)
Pakan Kontrol
2 ± 1,8
A
Pakan Perlakuan
4 ± 1,6B
102
163
5,58 ± 2,37A
8,51 ± 3,52B
Konsumsi Protein (g/hari)
0,35
0,62
Konsumsi Lemak (g/hari)
0,16
0,58
Konsumsi Energi Bruto (kal/hari)
20,09
29,79
Konsumsi Ransum BK(g/hari)
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P≤ 0,05)
Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Berat Badan Tikus Selama Percobaan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsumsi antar perlakuan berbeda
nyata (P ≤ 0,05). Konsumsi ransum per hari grup pakan gulai daging domba
penambahan jeroan sebesar 8,51 g/hari lebih tinggi dibandingkan dengan pakan
kontrol sumber kasein 5,58 g/hari. Pakan perlakuan gulai daging domba yang
ditambah jeroan lebih disukai dibandingkan pakan kontrol karena mempunyai tingkat
palatabilitas yang lebih baik disebabkan oleh flavour lemak dan daging yang keluar
pada saat daging mengalami proses pemasakan.
Pertambahan berat badan tikus perlakuan dengan pakan gulai daging domba
yang ditambah jeroan lebih tinggi dua kali lipat yaitu sebesar 4 g/hari dibandingkan
dengan pakan kontrol sebesar 2 g/hari. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
pertambahan berat badan antara pakan perlakuan gulai daging domba yang ditambah
jeroan dan pakan kontrol berbeda nyata (P ≤ 0,05). Pertambahan berat badan sangat
dipengaruhi oleh jumlah dan kandungan nutrisi pakan yang dikonsumsi yang
sebagian besar akan digunakan untuk pertumbuhan otot tikus pada masa
pertumbuhan. Kandungan lemak, protein dan energi bruto yang dikonsumsi tikus
pada perlakuan pakan yang mengandung daging gulai domba yang ditambah jeroan
sebesar 0,58 g/hari; 0,62 g/hari dan 29,79 kal/hari lebih banyak dibandingkan dengan
tikus kontrol sebesar 0,35 g/hari; 0,16 g/hari dan 20,09 kal/hari. Jumlah nutrisi yang
masuk lebih tinggi pada pakan perlakuan karena jumlah konsumsi pakan yang lebih
banyak. Kandungan nutrisi yang lebih baik akan meningkatkan produksi yang lebih
baik pula. Produksi yang baik ditandai dengan pertambahan berat badan tikus
perlakuan pakan gulai daging domba yang lebih tinggi dibandingkan dengan tikus
kontrol. Gambar 2 menunjukkan pertumbuhan tikus perlakuan yang lebih cepat
dengan kecepatan pertumbuhan dua kali lebih cepat dibandingkan dengan tikus
kontrol. Lawrie (1995) menjelaskan bahwa pakan yang masuk akan digunakan untuk
kebutuhan hidup pokok dan selanjutnya untuk produksi daging (bobot tubuh)
maupun aktivitas lainnya.
Respon Fisiologis
Respon fisiologis merupakan suatu fungsi dari hewan yang menjadi satu
kesatuan untuk mempertahankan kondisi hewan dari pengaruh lingkungan luar yang
masuk. Pengukuran respon fisiologis yang meliputi denyut jantung, frekuensi
pernapasan dan suhu tubuh akibat mengkonsumsi pakan yang mengandung gulai
daging domba yang ditambah jeroan tidak berbeda nyata ( P≥0,05 ) dibandingkan
tikus kontrol berdasarkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Pengukuran Respon Fisiologis
Respon
Kontrol
Suhu Tubuh (0C)
35,7 ± 0,88
Perlakuan
Gulai Daging Domba
Penambahan Jeroan
35,8 ± 0,62
Denyut Jantung (jumlah/ menit)
211,5 ± 27,99
216,2 ± 20,53
Frekuensi Pernafasan (jumlah/ menit)
148,93 ± 20,6
141,93 ± 19,5
Suhu tubuh merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam dan bernilai
konstan saat pengukuran dan merupakan energi yang dimetabolisme dari makanan
yang masuk atau dari senyawa yang ada didalam tubuh. Hasil analisis ragam
terhadap
suhu
badan
(rektal)
m
enunjukkan
bahwa
konsumsi
pakan
yang
mengandung gulai daging domba yang ditambah jeroan tidak berbeda nyata
dibandingkan dengan pakan kontrol. Tikus merupakan salah satu hewan mamalia
berdarah panas (homeotermik) sehingga mempunyai sistem untuk mempertahankan
suhu tubuhnya atau homeostasis. Sistem homeostasis berfungsi untuk mengendalikan
diri (panas) sehingga tercapai keseimbangan. Siagian (2005) menjelaskan bahwa
homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan yang melibatkan semua
organ tubuh melalui pengaturan keseimbangan yang sangat halus namun bersifat
dinamis. Hewan dalam mempertahankan dan menyeimbangkan regulasi suhu tubuh
yaitu berprinsip pada pengaturan produksi dan pembuangan panas. Hewan
menghasilkan sejumlah panas metabolisme tergantung dari bobot badan, jumlah
makanan
yang
dikonsumsi
dan
ko
ndisi
lingkungan.
Konsumsi
makanan
meningkatkan produksi panas karena kerja dinamik spesifik makanan. Sejumlah
protein yang dapat menghasilkan 100 kal, akan meningkatkan al ju metabolisme
sebesar 30 kal. Hidrat arang dalam jumlah yang ama
s
akan menyebabkan
peningkatan sebesar 6 kal, dan lemak akan meningkatkan laju metabolisme sebesar 4
kal (Ganong, 1995). Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh tikus perlakuan lebih
banyak
sehingga
kandungan
protein,
lemak
dan
karbohidrat
lebih
tinggi
dibandingkan pakan kontrol. Panas hasil kerja dinamik spesifik dari pakan perlakuan
masih dalam skala system homeostasis sehingga suhu tubuh tikus perlakuan tidak
menunjukkan perbedaan dengan tikus kontrol, karena lemak akan dimanfaatkan oleh
kelenjar kortek adrenal untuk produksi hormone kortisol yang berfungsi dalam
dilatasi panas keluar tubuh.
Denyut jantung berasal khusus dari sistem konduksi jantung n( odus
sinoartriale, lintasan internodal atrium, nodus atrioventrikuler, berkas His dan sistem
purkinye) dan menyebar melalui sistem ini keseluruh miokardium (Ganong, 1995).
Denyut jantung dikendalikan oleh persyarafan jantung, rangsangan simpatis yang
meningkatkan frekuensi dan rangsangan parasimpatis yang menurunkan frekuensi
denyut jantung Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa denyut jantung tikus
dengan perlakuan pakan daging domba yang ditambah jeroan tidak berbeda nyata
dengan tikus perlakuan pakan kontrol. Denyut jantung mengantarkan O2, makanan
dan panas keseluruh tubuh melalui aliran darah. Tikus perlakuan dan tikus kontrol
mendapatkan panas yang sama dari lingkungan. Siagian (2005) menerangkan bahwa
Peningkatan
denyut
jantung
merupakan respons
dari
tubuh hewan untuk
menyebarkan panas yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin. Sehingga
makin panas lingkungan maka makin cepat pula denyut jantung untuk menyebarkan
panas ke bagian tubuh yang lebih dingin. Denyut jantung juga dipengaruhi oleh ada
tidaknya hambatan pada pembuluh darah berupa penumpukan plak yang dapat
menghambat
jalannya
darah
keseluruh
tubuh.
Denyut
jantung
ti
kus
yang
mendapatkan pakan gulai daging domba yang ditambah jeroan tidak berbeda dengan
denyut jantung tikus kontrol, sehingga dapat dikatakan pada pembuluh darah kedua
grup tikus perlakuan tidak terdapat penumpukan plak
Respirasi atau pernapasan merupakan proses memasukkan O2 ke jaringan
tubuh untuk proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme.
Hasil analisis ragam tentang laju pernapasan tikus yang mendapat perlakuan pakan
gulai daging domba yang ditambah jeroan tidak berbeda nyata dengan tikus yang
mendapatkan pakan kontrol. Respirasi sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan
disekitarnya. Kedua grup tikus perlakuan ditempatkan pada ruangan yang sama dan
mendapatkan suhu lingkungan sekitar yang sama pula sehingga tikus akan
mengalami perubahan respirasi yang relative sama apabila suhu lingkungan sekitar
berubah. Rata – rata frekuensi pernapasan kedua perlakuan diatas laju pernapasan
tikus normal dengan kenaikan sebesar 22,3%. Frekuensi pernapasan tikus normal
yaitu 70-115/menit (Malole dan Purnomo, 1989). Suhu lingkungan yang berubah
akan berpengaruh pada frekuensi pernapasan. Perubahan suhu yang dilihat dari
respons pernapasan merupakan mekanisme dari tubuh tikus untuk mengurangi atau
melepaskan panas yang diterima dari luar tubuh (suhu lingkungan). Suhu yang
nyaman untuk tikus rata-rata adalah 22°C (Malole dan Pramono, 1989). Suhu
lingkungan pada lingkungan percobaan melebihi suhu nyaman untuk tikus yaitu pada
pagi hari rata-rata berkisar 26°C dan siang rata-rata berkisar 30°C. Suhu lingkungan
yang tinggi mempercepat laju metabolisme (Ganong, 1995). Metabolisme yang cepat
membutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk metabolisme sehingga frekuensi
pernapasan menjadi lebih cepat.
Profil Lemak Darah
Hasil analisis profil lemak darah tikus perlakuan yang meliputi total
kolesterol darah, kolesterol LDL, kolesterol HDL, kadar trigliserida dan indeks
atherogenik tidak berbeda nyata dibandingkan dengan tikus kontrol yang disajikan
pada Tabel 8. Pengaruh pemberian pakan yang mengandung gulai daging domba
yang ditambah jeroan tidak berpengaruh nyata terhadap profil lemak darah.
Tabel 8. Profil Lemak Darah
Profil Lemak darah
Pakan Kontrol
Pakan Gulai Penambahan Jeroan
107 ± 8
103,7 ± 4,04
Kolesterol LDL(mg/dl)
54,5 ± 7,5
49,9 ± 2,05
Kolesterol HDL(mg/dl)
38,3 ± 4,9
38,3 ± 5,1
Trigliserida(mg/dl)
70,7 ± 29,9
77,3 ± 5,03
Indeks atherogenik
1,8 ± 0,23
1,7 ± 0,25
Kadar kolesterol total(mg/dl)
Total Kolesterol Darah
Kolesterol yang ada dalam darah berasal dari kolesterol eksogen (makanan)
dan dari dalam tubuh (endogen). Kolesterol dari ransum perlakuan diperoleh dari
kandungan gulai daging domba penambahan jeroan sebesar 180 mg/g, sedangkan
pada perlakuan pakan yang mengandung kasein tidak mengandung sumber
kolesterol. Penelitian ini juga menggunakan tikus jantan karena tikus jantan
mempunyai kadar kolesterol yang tidak terpengaruh oleh variasi hormon.
Hasil analisis kadar total kolesterol darah disajikan pada Tabel 8.
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa kadar kolesterol total darah tikus yang
diberi perlakuan pakan gulai domba dibandingkan dengan tikus kontrol tidak berbeda
nyata. Tikus pada grup kontrol maupun grup perlakuan memiliki kadar kolesterol
pada kisaran yang normal yaitu 107 mg/dl dan 103,7 mg/dl. Kadar kolesterol normal
pada tikus sebesar 40 – 130 mg/dl (Malole dan Pramono, 1989). Hewan mempunyai
mekanisme untuk mempertahankan kolesterol pada level yang sesuai dengan
kebutuhan. Ding et al. (2003) menjelaskan bahwa apabila kolesterol dari makanan
kurang maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus meningkat untuk memenuhi
kebutuhan, dan sebaliknya jika kolesterol di dalam makanan meningkat maka sintesis
kolesterol di dalam hati dan usus menurun. Tikus yang mendapatkan pakan gulai
daging domba yang mengandung kolesterol lebih tinggi dibandingkan tikus kontrol,
maka tikus tersebut akan menurunkan sintesis kolesterol di dalam tubuh. Kolesterol
yang berlebih pada tikus yang masih dalam masa pertumbuhan akan dimanfaatkan
untuk pembentukan hormon steroid yang berfungsi dalam pertumbuhan.
Kolesterol LDL
Hasil analisis kolesterol LDL darah tikus disajikan pada Tabel 8. Hasil
analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tikus yang
diberi pakan kontrol dengan tikus dengan pakan gulai daging domba yang ditambah
jeroan. Kolesterol dibawa oleh LDL dari hati menuju ke seluruh tubuh dan 65%
kolesterol berada dalam bentuk LDL. Artinya jika total kolesterol turun maka
kolesterol LDL juga turun sehingga kadar kolesterol total mempunyai hubungan
yang searah dengan kolesterol LDL. Kolesterol total pada kedua grup perlakuan
tidak ada perbedaan sehingga kolesterol LDL kedua grup perlakuan tidak mengalami
perbedaan juga.
Kolesterol LDL berhubungan dengan pembentukan trigliserida di dalam hati.
Pembentukan trigliserida dalam hati akan meningkat apabila makanan mengandung
karbohidrat yang berlebihan. Maizena merupakan sumber karbohidrat pakan kedua
grup perlakuan. Kandungan maizena pada masing-masing pakan kedua grup
perlakuan tidak jauh berbeda sehingga trigliserida yang terbentuk dari karbohidrat
untuk masing – masing perlakuan juga tidak berbeda. Smaolin dan Grosvenor,
(1997) menjelaskan bahwa hati mengubah karbohidrat menjadi asam lemak,
kemudian membentuk trigliserida. Trigliserida dibawa melalui aliran darah dalam
bentuk very low density lipoprotein (VLDL), yang kemudian akan dimetabolisme
oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL (Intermediate density lipoprotein).
Melalui serangkaian proses, IDL akan berubah menjadi kolesterol LDL.
Kolesterol HDL
Hasil analisis kolesterol HDL darah tikus disajikan pada Tabel 8.
Berdasarkan hasil analisis ragam kolesterol HDL perlakuan tidak berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol. Kedua grup perlakuan tikus mempunyai kolesterol HDL
yang tidak berbeda yaitu 38,3 mg/dl. Kolesterol HDL yang yang ada di dalam tubuh
dipengaruhi oleh kadar kolesterol LDL. Kolesterol LDL yang urun
t
dapat
meningkatkan
sintesis
kolesterol HDL
karena
diperlukan
untuk memenuhi
kekurangan kolesterol dalam hati untuk membentuk asam empedu. Kolesterol LDL
untuk kedua grup perlakuan mempunyai kadar yang tidak berbeda sehingga
kolesterol HDL yang disintesis memiliki kadar yang tidak berbeda. Kadar HDL yang
tinggi sangat bermanfaat dalam menurunkan resiko terjadinya aterosklerosis karena
HDL berfungsi mengangkut kolesterol dari jaringan perifer menuju hati sehingga
mencegah pengapuran pada pembuluh darah. Fungsi HDL sangat berlawanan dengan
LDL, sehingga makin banyak HDL maka makin kecil resiko terkena penyakit
jantung karena kandungan kolesterolnya yang rendah yaitu kurang dari 25%.
Kadar Trigliserida
Hasil analisis kadar trigliserida darah tikus disajikan pada Tabel 8.
Berdasarkan analisis ragam, kadar trigliserida perlakuan gulai daging domba yang
ditambah jeroan tidak berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol dengan sumber
protein kasein. Kadar trigleserida atau lemak yang ada di dalam darah dipengaruhi
oleh kadar lemak yang dicerna dari makanan atau banyaknya lemak yang masuk dari
luar tubuh. Lemak dari makanan akan diubah menjadi kilomikron dan masuk ke
saluran darah, dan setelah sampai di jaringan lemak atau otot akan diubah menjadi
trigliserida sebagai cadangan energi. Lemak yang dikonsumsi dari pakan pada
perlakuan pakan gulai daging domba yang ditambah jeroan berdasarkan perhitungan
sebesar 0,58 g per hari dan pakan kontrol dengan sumber kasein sebesar 0,16 g per
hari. Lemak yang dikonsumsi pada pakan perlakuan gulai daging domba lebih
banyak dibandingkan pakan kontrol, tetapi lemak yang masuk ke dalam tubuh pada
masa pertumbuhan akan digunakan secara maksimal untuk pengangkutan vitamin
yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K. Tikus yang digunakan masih
dalam masa pertumbuhan, sehingga membutuhkan vitamin yang banyak. Lemak
yang tinggi berfungsi sebagai pembawa vitamin dalam tubuh sehingga akan
dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal.
Indeks Atherogenik
Indeks
atherogenik
merupakan
ndikator
i
untuk
mengetahui
resi
ko
atherosklerosis yang merupakan penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner
dan pembuluh darah. Hasil perhitungan indeks atherogenik disajikan pada Tabel 8.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ransum gulai domba yang
ditambah jeroan tidak berbeda nyata terhadap kenaikan resiko atherosklerosis.
Kolesterol total dan kolesterol HDL sebagai penentu untuk atherogenik pada
perlakuan pakan gulai daging domba mempunyai kadar yang sama dengan kadar
pada perlakuan pakan kontrol. Pemberian pakan gulai daging domba yang ditambah
jeroan tidak berdampak pada resiko terjadinya atherosklerosis pada tikus yang
sedang dalam masa pertumbuhan, dengan indeks atherogenik berkisar 1,8 dan 1,7
untuk tikus kontrol dan tikus perlakuan, sehingga makin kecil nilai indeks
atherogeniknya maka makin kecil resiko terkena atherosklerosis. Lemak atau
kolesterol yang berlebih yang berasal dari pakan yang dikonsumsi pada tikus yang
masih
dalam
masa
pertumbuhan kan
a
digunakan
untuk
memaksimalkan
pertumbuhan. Kolesterol digunakan untuk pembentukan hormon steroid, maupun
prekursor vitamin D untuk pertumbuhan tulang. Lemak untuk pengangkutan vitamin
A, D, E dan K serta pembentukan hormon kortisol untuk dilatasi panas sehingga
lemak dan kolesterol tidak ada yang mengendap di dalam pembuluh darah.
Sihombing (2003) menyatakan bahwa nilai indeks atherogenik ideal untuk laki – laki
adalah di bawah 4,5 sedangkan untuk wanita di bawah 4. Nilai indeks atherogenik ini
sangat tergantung pada kadar HDL. Kadar HDL yang semakin tinggi menyebabkan
indeks atherogenik semakin rendah sehingga resiko terjadinya atheroskeloris juga
semakin kecil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian pakan gulai daging domba yang ditambah jeroan pada tikus yang
sedang dalam masa pertumbuhan tidak menunjukkan adanya peningkatan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida darah serta indeks
atherogenik. Konsumsi gulai daging domba yang ditambah jeroan juga tidak
meningkatkan frekuensi denyut jantung, frekuensi pernapasan maupun suhu tubuh.
Saran
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengukuran terhadap respon fisiologis
tekanan darah yang mencerminkan efek adanya plake atau penyumbatan di
pembuluh darah. Perlu dilakukan analisis preparat histopatologi pada jaringan
pembuluh darah untuk membuktikan dengan jelas kejadian atherosklerosis.
Penelitian juga perlu dilakukan pada tikus yang berumur dewasa.
UCAPAN TERIMAKASIH
Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas
segala limpahan rahmat, nikmat, dan karunianya. Selawat dan salam semoga
tercurahkan kepada manusia paling sempurna dan paling dicintai Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada umatnya yang senantiasanya
mengikuti sunah-sunahnya hingga hari akhir.
Bakti dan doa penulis curahkan kepada kedua orang tua H. Ibnu Mukti dan
Hj. Munasyiah yang penulis sayangi dan cintai, serta kehangatan kasih sayangnya
yang begitu luar biasa. Kepada kedua saudara Uswatun Khasanah dan Farida Ulfa
Kumala terimakasih untuk semuanya. Penulis ucapkan banyak terimakasih kepada
Tuti Suryati, S.Pt., M.Si, dan Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS yang telah membimbing,
mengarahkan dan membantu penyusunan proposal hingga penulisan akhir skripsi.
Penulis ucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Moh. Yamin, M.Agr.Sc. dan Dr. Ir.
Dwierra Evvyernie Amirroenas, MS yang telah menguji dan memberikan sumbangan
pemikiran serta masukan dalam penulisan skripsi ini.
Kepada rekan-rekan satu tim penelitian Juliansyah Sudrajat, Auma Irama,
Dini Maharani, Rohma Retno Wulandari, Etik Piranti terimakasih untuk saat-saat
yang menyenangkan dan membahagiakan. Kepada teman-teman angkatan terakhir
THT 41 , dan teman satu Wisma biji (Ari Wibowo, Yongki Wahyu P, Tofan,
Salahudin, Dede Rosadi, Deni Herdiana, Cahyanto, Tomi Ertanto) terimakasih atas
semangatnya.
Terakhir penulis ucapkan terimakasih banyak kepada civitas akademika
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
yang membacanya.
Bogor, 14 Mei 2008
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
AOAC. 1984. Official Method of Analysis of the Association of Official Analytical
Chemists. Agricultural Chemistry, Washington DC.
Assmann, G . Gotto, A. M., Dphil Jr, MD. 2004. HDL cholesterol and protective
factors in atherosclerosis. American Heart Association. 109 ; III-8 – III-14.
Azain, M. J. 2004. Role of fatty acids in adipocyte growth and development. J Anim
Sci. 82 ; 916-924.
Bigazzi, R., S. Bianchi, V. Batini, D. Guzzo dan V. M. Campese. 2006. Metabolic
risk factors and markers of cardiovascular and renal damage in overweight
subjects. AJH. 19 : 426-431.
Campbell, J. R., M. D. Kenealy dan K. L. Campbel. 2003. Animal Science. The
Biology, Care and Production of Domestic Animals. McGraw Hill
Company lnc., New York.
Carron, M. N., I. Goni, J. A., A. G. Alonso dan F. S. Calixton. 1999. Reduction in
serum total and LDL cholesterol concentration by a dietary fiber and
polyphenol-rich grape product in hypercholesterolemic rats. Nutr-res. 13711381.
Dalimartha, S. 2002. 36 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kadar
Kolesterol. Penebar Swadaya, Jakarta.
Dewi, B. P. 1996. Pengaruh konsumsi sumber protein (kasein, tepung terigu
berprotein tinggi dan daging sapi rendah lemak) terhadap komposisi asam
lemak dan asam amino otak serta kemampuan belajar tikus percobaan.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ding, S. T., A. Lapillone, W.C. Heird dan H. J. Mersmann. 2003. Dietary fat has
minimal effects on fatty acid metabolism transcript concentrations in pigs. J
Anim Sci 2003. 81: 423-431.
Ditjenak. 2006. Departemen Pertanian Rebuplik Indonesia, Jakarta.
Franson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan: Srigandono, B dan
K. Praseno. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Friedewald, W. T., R. I. Levy dan D. S. Fredriscson. 1972. Estimation of the
concentration of low-density lipoprotein cholesterol in plasma without use
of the preparative ultra-centrifuge. Clin Chem 18: 499-502.
Ganong, W. F. 1995. Fisiologi Kedokteran. Edisis 14. Terjemahan: P. Andrianto.
Editor: J. Oswari. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Harvard School of Public Health. 2004. Fats and Oils. http://www.fats.htm. [ 15
Oktober 2005].
Herpandi. 2005. Aktivitas hipokolesterolemik tepung rumput al ut pada tikus
hiperkolesterolemia. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Kurniawan, A. 2002. Gizi Seimbang untuk Mencegah Hipertensi. Direktorat Gizi
Masyarakat, Jakarta.
Lawrie, R.A.1995.Ilmu Daging.5th edition. Terjemahan: Aminuddin Parakklasi dan
Yudha A. UI Press, Jakarta.
Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Terjemahan: A. Parakkasi.
UI-Press, Jakarta.
Malole, M. B. M., dan C. S. U. Pramono. 1989. Penggunaan Hewan – Hewan
Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Marinetti, G. V. 1990. Dissorder of Lipid Metabolism. Plenum Press, New York.
Mattjik, A. A., Sumertajaya, M. 2002. Perancangan Percobaan. Jilid I. Edisi kedua.
IPB Press, Bogor.
Mayes, P. A. 1996. Lipid transport and storage. Dalam: Murry R. K., D. K.
Granner., P. A. Mayes., dan V. W. Rodwell (eds). Harper’s Biochemistry.
Prentice – Hall International, lnc., London.
Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Muchtadi, D., N. S. Palupi, dan M. Astawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta.
National Research Council. 1978. Nutrient Requirements of Laboratory Animals. 3rd
Revised Edition. National Academy of Sciences, Washington.
Newsholme. E. A and A. R. Leech. 1983. Biochemistry for the Medical Science.
John Wiley and Sons, New York.
Nicholl, L. 1976. Ilmu Gizi dan Ilmu Diit di Daerah Tropik. Terjemahan:
Sediaoetama, A. D. PN Balai Pustaka, Jakarta.
Paul, A. A, dan Southgate, D. A. T. 1978. The Composition of Food. 4th Ed. Dalam:
Lawrie, R. A. 1995. Ilmu Daging. 5th edit. Terjemahan: Aminuddin
Parakklasi dan Yudha A. UI Press, Jakarta.
Pilliang, W. B, dan Djojosoebagio S. A. N. 1990. Fisiologi nutrisi. Vol. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat
Antar Universitas Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia-Press, Jakarta.
Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta.
Seman, D. J. dan J. M. McKenzie-Parnell. 1989. The nutritive value of meat as food.
In : Meat Production and Processing. New Zealand Society of Animal
Production, Inc., New Zealand.
Siagian, M. 2005. Homeostasis keseimbangan yang halus dan dinamis. Departemen
Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.http://www.detik.com
[18 Februari 2008].
Sihombing, A. B. H. 2003. Pemenfaatan Rumput Laut sebagai Sumber Serat Pangan
dalam Ransum untuk Menurunkan Kadar Kolesterol Darah Tikus
Percobaan. Skripsi. Departemen Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Smaolin, L. A, dan M. B. Grosvenor. 1997. Nutrition: Science and Applications, 2nd
edition. Saunders College Publishing, New York.
Smith, J. B, dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press, Jakarta.
Soehardi, S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani melalui Makanan. Penerbit ITB,
Bandung.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Pertama. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Trinder, P. 1969. Ann. Clinical Biochem. 6:24.
USDA. 1989, Nutritive value of foods, Home and Garden Bulletin 72, Washington
DC, U.S. http://www.detik.com [12 Februari 2008].
Wikipedia. 2008. Jeroan. http://id.Wikipedia.org/wiki/jeroan#Indonesia [14 Maret
2008].
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Proksimat
Sampel
Bahan Kering (%)
Abu (%)
Lemak (%)
Protein (%)
Gulai Daging Domba
38,88
6,35
31,87
37,86
Pakan Kontrol
49,73
4,81
5,87
12,5
Pakan Perlakuan
54,66
4,59
12,29
13,23
Lampiran 2. Hasil Analisis Kadar Kolesterol Produk Olahan Daging.
Sampel
Kadar kolesterol
Gulai Domba
81 mg/gr
Sate Domba
44mg/gr
Gulai Domba & Jeroan
180mg/gr
Gulai Sapi
79mg/gr
Gulai Sapi & Jeroan
101mg/gr
Lampiran 3. Hasil Analisis Darah
Tikus
Kolesterol(mg/dl)
Kolestrol
Trigliserida(mg/dl)
HDL(mg/dl)
Kolesterol
LDL(mg/dl)
K1
99
36
65
50
K2
107
35
44
63.2
K6
115
44
103
50.4
Rata - rata
107
38,33333
70,66667
54,53333
GDJ1
108
44
82
47.6
GDJ4
100
34
72
51.6
GDJ5
103
37
78
50.4
Rata - rata
103,6667
38,33333
77,33333
49,86667
Lampiran 4.Komposisi Mineral Mixture Standar
Komponen
Jumlah (gram)
NaCL
139,3
KI
0,79
KH2PO4 anhidrat
57,3
CaCO3
381,4
FeSO4.7H2O
27,0
MnSO4.7H2O
4,01
ZnSO4.7H2O
0,548
CuSO4.7H2O
0,447
CoCL2.6H2O
0,023
Lampiran 5. Komposisi Vita Chick dalam 1kg
Komponen
Jumlah
Bacitracin MD
35 g
Vitamin A
5.000.000 IU
Vitamin D3
500.5000 IU
Vitamin E
2.500 IU
Vitamin K3
1g
Vitamin B1
2g
Vitamin B2
4g
Vitamin B6
1g
Vitamin B12
1 mg
Vitamin C
20 g
Nicotinic acid
15 g
Cacium-D-pantothenate
5g
Sumber: Medion
Lampiran 6. Analisis Uji Kruskal-Wallis Konsumsi Ransum Tikus
(g/hari)
Perlakuan
N
Median
Nilai rataan
Z
P
Kontrol
140
5,530
102,0
-7,96
0,000
Gulai Daging Domba
140
9,076
179,0
7,96
280
H= 63,44
140,5
DF= 1
Lampiran 7. Analisis Uji Kruskal-Wallis Kolesterol Total Darah Tikus
Perlakuan
N
Median
Nilai rataan
Z
P
Kontrol
3
107,0
3,7
0,22
0,827
Gulai Daging Domba
3
103,0
3,3
-0,22
6
H= 0,05
3,5
DF= 1
Lampiran 8. Analisis Uji Kruskal-Wallis Kolesterol LDL Darah Tikus
Perlakuan
N
Median
Nilai rataan
Z
P
Kontrol
3
50,40
3,8
0,44
0,658
Gulai Daging Domba
3
50,40
3,2
-0,44
6
H= 0,20
3,5
DF= 1
Lampiran 9. Analisis Uji Kruskal-Wallis Kolesterol HDL Darah Tikus
Perlakuan
N
Median
Nilai rataan
Z
P
Kontrol
3
36,00
3,5
0,00
1,00
Gulai Daging Domba
3
37,00
3,5
0,00
6
H= 0,00
3,5
DF= 1
Lampiran 10. Analisis Uji Kruskal-Wallis Trigliserida Darah Tikus
Perlakuan
N
Median
Nilai rataan
Z
P
Kontrol
3
65,00
3,0
-0,65
0,513
Gulai Daging Domba
3
78,00
4,0
0,65
6
H= 0,43
DF=
3,5
Lampiran 11. Analisis Uji Kruskal-Wallis Indeks Atherogenik
Perlakuan
N
Median
Nilai rataan
Z
P
Kontrol
3
1,750
3,7
0,22
0,827
Gulai Daging Domba
3
1,780
3,3
-0,22
6
H= 0,05
3,5
DF= 1
Lampiran 12. Analisis Uji Kruskal-Wallis Pertambahan Berat Badan (g/hari)
Perlakuan
N
Median
Nilai rataan
Z
P
Kontrol
77
1,800
53,1
-6,80
0,000
Gulai Daging Domba
77
3,915
101,9
6,80
154
H= 4,18
77,5
DF= 1
Lampiran 13. Sidik Ragam Laju Pernapasan
Sumber
db
JK
KT
F hitung
Keragaman
F tabel
5%
1%
Perlakuan
1
1372
1372
0,99
4,6
8,86
Galat 1
14
19377,72
1384,12
5,35
1,82
2,3
Galat 2
96
24845,71
258,81
Total
111
45595,43
Lampiran 14. Sidik Ragam Detak Jantung.
Sumber
db
JK
KT
F hitung
Keragaman
F tabel
5%
1%
Perlakuan
1
622,28
622,28
0,2
4,6
8,86
Galat 1
14
43092
3078
12,76
1,82
2,3
Galat 2
96
23163,43
241,29
Total
111
66877,71
Lampiran 15. Sidik Ragam Suhu Tubuh (Rektal)
Sumber
db
JK
KT
F hitung
Keragaman
F tabel
5%
1%
Perlakuan
1
0,23
0,23
0,12
4,6
8,86
Galat 1
14
27,81
1,99
5,39
1,82
2,3
Galat 2
96
35,65
0,37
Total
111
63,69
Lampiran 16. Berat Akhir Tikus Percobaan
Pakan Kontrol
Pakan Gulai Daging Domba
94,38
124,30
70,85
140,89
76,83
135,64
76,33
140,15
90,81
121,38
98,07
146,58
86,65
184,72
84,85
141,95
Download