VEKTOR Pengertian Vektor Besaran Vektor dapat disajikan dengan menggunakan suatu bilangan real, kemudian diikuti dengan sistem suatu yang sesuai. Secara geometri, besaran vektor dapat disajikan dengan ruas garis berarah. Panjang ruas garis menyatakan panjang atau besar vaktor, sedangkan arah anak panah menunjukan arah vaktor. Kesamaan Vektor Dua vektor a dan b dikatakan sama (ekuivalent), jika dan hanya jika kedua vektor itu mempunyai panjang dan arah yang sama. Dua vektor yang sama, ditulis a = b (perhatikan gambar a). Sebagai contoh, perhatikan kubus ABCD.EFGH pada gambar b. Misalnya AH wakil dari vektor a dan BG wakil dari vektor b, maka a = b (a sama dengan atau ekivalen b) sebab AH dan BG mempunyai arah dan panjang yang sama. H G F E a b (a) D A C B (b) A Penjumlahan Vektor Misalkan jumlah dari vektor u dengan v adalah w, maka penjumlahan vektor u dengan vektor v itu dituliskan sebagai w = u + v. Vektor w disebut vektor resultan dari vektor u dengan vektor v. Secara geometri, vektor w = u + v dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu aturan segitiga dan aturan jajargenjang. 1. Aturan Segitiga Definisi: Jumlah vektor u dengan vektor v atau w = u + v dapat ditentukan dengan cara memindahkan vektor v (tanpa mengubah besar dan arahnya), sehingga titik pangkal vektor v berimpit dengan titik ujung dari vektor u. Vektor w = u + v yang dimaksud diperoleh dengan menghubungkan titik pangkal vektor u dengan titik ujung atau titik terminal vektor v yang telah dipindahkan tadi. (lihat gambar di bawah ini). Menjumlahkan vektor dengan cara seperti ini dikenal sebagai aturan segitiga. 2. Aturan Jajargenjang Cara lain untuk menentukan jumlah vektor u dan vektor v adalah dengan memindahkan vektor v (tanpa mengubah besar dan arahnya), sehingga titik pangkal vektor v berimpit dengan titk pangkal vektor u. Vektor w = u + v yang dimaksud adalah vektor yang titik pangkalnya di titik pangkal persekutuan vektor u dan v serta vektor itu berimpit dengan diagonal jajargenjang yang dibentuk oleh vektor u dan vektor v tadi. Menjumlahkan vektor dengan cara seperti ini dikenal sebagai aturan jajargenjang (paralelogram). Sifat-Sifat Penjumlahan Vektor a. Komutatif : u + v = v + u b. Asosiatif : (u + v) + w = u + (v + w) c. Terdapat unsur identitas atau unsur satuan (yaitu vektor 0) sehingga berlaku hubungan : 0 + v = v + 0 = v d. Setiap vektor mempunyai sebuah unsur invers tambah. Jika vektor -v merupakan invers tambah dari vektor v, maka berlaku hubungan v + (-v) = 0. Pengurangan Vektor Definisi: Jika u dan v sebarang dua vektor, pengurangan v dari u didefinisikan oleh u - v = u + (-v) Perkalian Vektor dengan Skalar Definisi: Jika v adalah vektor taknol dan k bilangan real taknol (skalar), maka hasil kali kv didefinisikan sebagai vektor yang panjangnya |k| kali panjang v dan arahnya sama seperti arah v jika k > 0. dan berlawanan arah v jika k < 0. Kita definisikan kv = 0 jika k = 0 atau v = 0. Sifat-Sifat Perkalian Vektor dengan Skalar a. ||m v|| = |m| ||v|| b. m (-v) = -m v c. m v = v m d. (m +n) v = m v + n v e. m(u + v) = m u + m v Panjang Vektor Misalkan R adalah sebuah titik pada bidang dengan koordinat (x, y) dan r, maka r x y dapat disajikan dalam bentuk vektor kolom sebagai r = . Panjang atau besar dari ruas garis berarah OR dilambangkan dengan Dari gambar di samping, didapat hubungan: OR2 = OA2 + OB2 OR2 = x2 + y2 OR = x2 y2 R(x,y) y r Dengan demikian, panjang OR adalah: ||OR|| = x2 + y 2 x X x y Jadi, besar atau panjang vektor r = dapat ditentukan dengan rumus: ||r|| = x2 y2 Misalkan titik R mempunyai koordinat (x, y, z) dan OR mewakili vektor r, maka x vektor r dapat dinyatakan dalam bentuk vektor kolom sebagai r = y . z Panjang atau besar ruas garis berarah OR ditulis sebagai || OR || atau OR. Berdasarkan gambar di samping Substitusi OD2 dan DR2 ke persamaan diperoleh hubungan: (1) diperoleh 2 2 2 OR = OD + DR ...................... (1) OR2 = x2 + y2 + z2 2 2 2 Sedangkan OD = OA + OB Dengan demikian OD2 = x2 + y2 || OR || = OR = x 2 y 2 z 2 dan DR2 = z2 Z C R r O X B A Y D x Jadi, besar atau panjang vektor r = y dapat ditentukan dengan rumus z ||r|| = x 2 + y 2 + z2 Contoh: 1 Diketahui vektor-vektor a = 2 , b = -2 3 -2 dan c = 1 2 5 . Hitunglah||2a - b + c|| 4 Jawab: 1 3 2 1 2a – b + c = 2 2 - -2 + 5 = 11 ||2a - b + c|| = -2 1 4 -1 (1)2 + (11)2 + (-1)2 = 123 . Jadi, panjang vektor a + b + c adalah ||2a - b + c|| = 123 satuan panjang Rumus Jarak Misalkan dua titik di R-3, yaitu titik P dengan koordinat (x1,y1,z1) dan titik Q dengan koordinat (x2,y2,z2). Ruas garis berarah PQ mewakili suatu vektor dengan komponen-komponen (x2 – x1), (y2 – y1), dan (z2 – z1). Oleh karena itu, panjang ruas garis berarah PQ dapat ditentukan dengan rumus berikut. || PQ || = (x2 - x1)2 + (y2 - y1)2 + (z2 - z1)2 Vektor Satuan Dalam bentuk vektor kolom, vektor-vektor satuan di R-2 dapat dinyatakan sebagai berikut. 1 0 î = dan ĵ = 0 1 Untuk satuan vektor a yang bukan vektor nol, kita dapat menentukan vektor satuan dari vektor a. Vektor satuan dari a (dilambangkan dengan ê , dibaca: e topi) searah dengan vektor a dan panjangnya sama dengan satu satuan. x y Jika, vektor a = , maka vektor satuan dari a ditentukan dengan rumus: ê = a = a x x2 y2 y 1 Dengan sifat yang sama untuk vektor-vektor di R-3, vektor satuan dari vektor a(x,y,z) ditentukan dengan rumus: a ê = = a x y 2 2 2 x y z z 1 Rumus Pembagian Ruang Garis di R-3 (Bentuk Vektor dan Bentuk Koordinat) Pembagian Ruas Garis dalam Perbandingan Bagian Misalkan titik C terletak pada ruas garis AB, sehingga titik C membagi ruas garis AB dengan perbandingan m : n, maka AC : CB = m : n atau AC : AB = m : (m + n) (lihat gambar di bawah ini) • A • m C n • B Tanda-tanda (positif atau negatifnya) m dan n ditentukan dengan kesepakatan sebagai berikut. (1) Jika C terletak di dalam ruas garis AB sehingga AC dan CB searah, maka, m dan n bertanda sama (m dan n keduanya positif atau keduanya negatif). (2) Jika C terletak di luar ruas garis AB tetapi pada perpanjangan ruas garis AB, maka AC dan CB berlawanan arah. Dalam hal demikian, m dan n berlawanan tanda (m positif dan n negatif atau m negatif dan n positif). Rumus Pembagian Ruas Garis dalam Bentuk Vektor Vektor posisi titik A dan B berturut-turut adalah a dan b. Titik C pada ruas garis AB dengan perbandingan m : n atau AC : CB = m : n. Jika vektor posisi titik C adalah c, maka vektor c ditentukan dengan rumus c= m b na mn Rumus ini juga berlaku untuk titik C yang terletak pada perpanjangan garis AB. Contoh: Vektor posisi titik A dan titik B berturut-turut adalah a dan b. Pada ruas garis AB, tandailah titik C sehingga AC : CB = 1 : 3, tentukan vektor posisi titik C, Jawab : Misalkan vektor posisi titik C adalah c, maka c = 1b 3a 1 b 3a 1 3 4 Rumus Pembagian Ruas Garis dalam Bentuk Koordinat. Diketahui koordinat titik A( x1,y1,z1 ), B( x 2 ,y 2 ,z2 ), dan C(x,y,z), Jika titik C membagi ruas garis AB B(x2,y2,z2) dengan perbandingan m : n atau AC : CB = m : n, maka vektor posisi titik C n dapat ditentukan dengan rumus b pembagian ruas garis di R-3 dalam bentuk vektor sebagai C(x,y,z) c m b na c= mn O m a A(x1,y1,z1) Berdasarkan kesamaan vektor yang terakhir ini diperoleh hubungan berikut. x mx2 nx1 my2 ny1 mz2 nz1 ;y ;z mn mn mn Persamaan di atas adalah rumus pembagian ruas garis di R-3 yang dinyatakan dalam bentuk koordinat. Perkalian Skalar Dua Vektor Perkalian skalar antara vektor a dan vektor b dilambangkan dengan dan didefinisikan:||ab|| = ||a|| ||b|| cos , dengan ||a|| dan ||b|| masing-masing menyatakan panjang vektor a dan b, sedangkan menyatakan sudut lancip yang dibentuk oleh vektor a dan b Perkalian Skalar Dua Vektor dalam Bentuk Kolom x1 x2 dan b = merupakan vektor-vektor di R-2 yang di nyatakan y1 y2 Misalkan a = daalam bentuk vektor kolom. Perkalian skalar antara vektor a dan b ditentukan x1 x 2 = x1x2 + y1y2 y1 y 2 ab= perhatikan bahwa nilai atau hasil perkalian skalar vektor a dan b adalah jumlah perkalian komponen yang seletak pada vektor a dan b. x1 Misalkan a = y1 dan b = z 1 x2 y 2 adalah vektor-vektor di R-3 yang dinyatakan dalam z 2 bentuk vektor kolom. Perkalian skalar antara vektor a dan vektor b ditentukan oleh rumus: x1 x 2 a•b = y1 y 2 x1x 2 y1y 2 z1z2 z z 1 2 Teorema Ortogonalitas Dua vektor yang tidak nol dikatakan saling tegak lurus (ortogonal) jika dan hanya jika perkalian skalar kedua vektor itu sama dengan nol. Jadi, vektor a dan b (||a|| 0 dan ||b|| 0) dikatakan saling tegak lurus (ortogonal) jika dan hanya jika a b = 0 Sifat-Sifat Perkalian Skalar Dua Vektor 1. Sifat Komulatif a • b dan b • a 2. Sifat Distributif a•(b + c) = a•b + a•c Sudut Antara Dua Vektor x1 Misalkan a = y1 dan b = z 1 x2 y 2 adalah vektor-vektor di R-3 yang dinyatakan dalam z 2 bentuk vektor kolom. Jika sudut yang dibentuk oleh vektor a dan b adalah , maka besarnya cos dapat ditentukan dengan rumus berikut cos x1x 2 y1y 2 z1z2 x12 y12 z12 x 22 y 22 z22 Proyeksi Ortogonal Suatu Vektor Pada Vektor Lain Dalam geometri bidang, kita telah mempelajari pengertian proyeksi ortogonal dari suatu ruas garis pada ruas garis yang lain. Proyeksi ortogonal dari ruas garis OA pada ruas garis OE adalah ruas garis OC, dengan panjang OC ditentukan oleh OC = OA cos . Pegertian proyeksi ortogonal pada geometri bidang ini dapat dipakai sebagai landasan untuk memahami pengertian proyeksi orrtogonal suatu vektor lain. Pada Gambar 1-19b, ruas-ruas garis berarah OA dan OB mewakili vektor-vektor a dan b, sedangkan menyatakan sudut antara vektor a dan vektor b. Proyeksi dari titik A pada ruas garis berarah OB adalah titik C, sehingga OC OA cos a cos Besaran OC = ||a|| cos dinamakan proyeksi skalar ortogonal (biasanya disingkat proyeksi skalar saja) vektor a pada arah b. Nilai proyeksi skalar ortogonal OC = ||a|| cos bisa positif, nol, atau negatif, tergantung dari besar sudut . A A (1) Untuk 00 < 900, OC bernilai (2) positif (3) Untuk = 900, OC bernilai nol a (4) Untuk 900 < 1800, OC bernilai negatif b c 0 C B 0 C (a) B (b) A A A a a a b 0 C (a) b B B 0 (b) b C 0 B (c) Perhatikan bahwa ruas garis berarah OC mewakili vektor c, sehingga vektor c merupakan proyeksi vektor a pada arah vektor b. Vektor c ini dinamakan proyeksi vektor ortogonal (biasanya disingkat dengan proyeksi vektor saja). Dengan menggunakan definisi perkalian skalar, selanjutnya dapat ditentukan bahwa : (1) Proyeksi skalar orrtogonal dari vektor a pada arah vektor b adalah l c l, dengan ||c|| dirumuskan oleh : c a b b (2) Proyeksi vektor ortogonal dari vektor a pada arah vektor b adalah c dirumuskan a b b 2 b oleh : c Proyeksi vektor b pada arah vektor a dapat ditentukan dengan menggunakan analisis yang sama. Misalkan proyeksi vektor b pada arah vektor a adalah vektor d (perhatikan Gambar), maka dapat disimpulkan bahwa (1) Proyeksi skalar ortogonal vektor b pada arah vektor a adalah A ||d|| = a b a a D d (2) Proyeksi vektor ortogonal vektor b pada arah vektor a adalah a b d 2 a a 0 b B LATIHAN 1. Diketahui titk A(2,1,3), B(-3,2, 5) dan C(4,-1,2). Ruas garis berarah AB mewakili vektor u dan ruas garis berarah BC mewakili vektor v. Hitunglah perkalian skalar antara vektor u dan vektor v. 2. Misalkan koordinat titik P(2,3,-1) dan Q(7,-2,9). Titik R membagi ruas garis PQ dengan perbandingan 1 : 4. Carilah koordinat titik R. 4. Misalkan vektor a dan b membentuk sudut 600. Jika ||a|| = 4 dan ||b|| = 5, hitunglah b•(a + b) 1 2 3 5. Diketahui vektor-vektor a = 1 , b = 2 , dan c = p 0 2 1 Hitunglah nilai p, jika a•(b - c) = a•a dan tentukan besar sudut antara vektor a dan b 6. Diketahui titik-titik K (3,3,3), L(1,2,-1), M(4,1,1), dan N(6,2,5). Tunjukkan bahwa bangun KLMN berbentuk jajargenjang