bab ii gambaran umum kondisi daerah

advertisement
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 KONDISI FISIK
2.1.1 Geografi
a.
Letak Wilayah
Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110°15’13”
sampai dengan 110°33’00” Bujur Timur dan 7°34’51” sampai dengan 7°47’03”
Lintang Selatan. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten Sleman berbatasan dengan
Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, dan di sebelah
selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten
Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82 km2 atau
sekitar 18% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang seluas
3.185,80 km2. Jarak terjauh utara-selatan wilayah Kabupaten Sleman 32 km,
sedangkan jarak terjauh timur-barat 35 km. Dalam perspektif mata burung,
wilayah Kabupaten Sleman berbentuk segitiga dengan alas di sisi selatan dan
puncak di sisi utara.
Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri atas 17 wilayah kecamatan, 86
desa, dan 1.212 Padukuhan. Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah
Cangkringan (4.799 ha), dan yang paling sempit adalah Berbah (2.299 ha).
Kecamatan dengan padukuhan terbanyak adalah Tempel (98 padukuhan),
sedangkan kecamatan dengan padukuhan paling sedikit adalah Turi (54
padukuhan). Kecamatan dengan Desa terbanyak adalah Tempel (8 desa),
sedangkan Kecamatan dengan Desa paling sedikit adalah Depok (3 desa).
II-1
Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel II-1
Pembagian Wilayah Administrasi
Kabupaten Sleman
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman.
c.
Topografi, Geohidrologi, Jenis Tanah, Klimatologi, dan Tata Guna
Lahan
1.
Topografi
Kadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar kecuali
daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di
Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring dan di bagian utara
sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal.
Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100 meter sampai
dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Ketinggian tanahnya dapat
dibagi menjadi 4 kelas yaitu ketinggian <100 meter, 100-499 meter, 500-999
meter, dan >1.000 meter dpl. Ketinggian <100 m dpl seluas 6.203 ha, atau
II-2
10,79% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean,
Gamping, Berbah, dan Prambanan.
Ketinggian 100-499 m dpl seluas 43.246 ha, atau 75,32% dari luas wilayah,
terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian 500-999 m dpl meliputi luas 6.538 ha,
atau 11,38% dari luas wilayah, ditemui di Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, dan
Cangkringan. Ketinggian >1.000 m dpl seluas 1.495 ha, atau 2,60% dari luas
wilayah, terdapat di Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian
wilayah di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel II-2
Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman
No
Kecamatan
<100
m dpl
(ha)
100-499 m
dpl
(ha)
500-999
m dpl
(ha)
>1.000
m dpl
(ha)
Jumlah
(Ha)
2.407
355
-
-
2.762
1.
Moyudan
2.
Minggir
357
2.370
-
-
2.727
3.
Godean
209
2.475
-
-
2.684
4.
Seyegan
-
2.663
-
-
2.633
5.
Tempel
-
3.172
77
-
3.249
6.
Gamping
1.348
1.577
-
-
2.925
7.
Mlati
-
2.852
-
-
2.852
8.
Sleman
-
3.132
-
-
3.132
9.
Turi
-
2.076
2.155
78
4.039
10.
Pakem
-
1.664
1.498
1.222
4.384
11.
Ngaglik
-
3.852
-
-
3.852
12.
Depok
-
3.555
-
-
3.555
13.
Kalasan
-
3.584
-
-
3.584
14.
Berbah
1.447
852
-
-
2.299
15.
Prambanan
435
3.700
-
-
4.135
16.
Ngemplak
-
3.571
-
-
3.571
17.
Cangkringan
-
1.796
2.808
195
4.799
Jumlah
6.203
43.246
6.538
1.495
57.482
Prosentase
10,79
75,32
11,38
2,60
100
Sumber: Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman
2.
Geohidrologi
Kondisi geologi di Kabupaten Sleman didominasi dari keberadaan gunung
Merapi. Formasi geologi dibedakan menjadi endapan vulkanik, sedimen, dan
II-3
batuan terobosan, dengan endapan vulkanik mewakili lebih dari 90% luas
wilayah.
Material vulkanik gunung Merapi yang berfungsi sebagai lapisan pembawa
air tanah (akifer) yang sudah terurai menjadi material pasir vulkanik, yang
sebagian besar merupakan bagian dari endapan vulkanik Merapi muda. Material
vulkanik Merapi muda ini dibedakan menjadi 2 unit formasi geologi yaitu
formasi Sleman (lebih di dominasi oleh endapan piroklastik halus dan tufa) di
bagian bawah dan formasi Yogyakarta (lebih di dominasi oleh pasir vulkanik
berbutir kasar hingga pasir berkerikil) di bagian atas. Formasi Yogyakarta dan
formasi Sleman ini berfungsi sebagai lapisan pembawa air utama yang sangat
potensial dan membentuk satu sistem akifer yang di sebut Sistem Akifer Merapi
(SAM). Sistem akifer tersebut menerus dari utara ke selatan dan secara
administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan
Kabupaten Bantul.
Air tanah Merapi yang mengalir di bawah permukaan secara rembesan
bergerak menuju daerah yang lebih rendah terpotong oleh topografi, rekahan
atau patahan maka akan muncul mata air. Di Kabupaten Sleman terdapat 4 jalur
mata air (springbelt) yaitu: jalur mata air Bebeng, jalur mata air SlemanCangkringan, jalur mata air Ngaglik dan jalur mata air Yogyakarta. Mata air ini
telah banyak dimanfaatkan untuk sumber air bersih maupun irigasi.
Di Kabupaten Sleman terdapat 154 sumber mata air, yang airnya mengalir ke
sungai-sungai utama yaitu sungai Boyong, Kuning, Gendol, dan Krasak. Di
samping itu terdapat anak-anak sungai yang mengalir ke arah selatan dan
bermuara di Samudera Indonesia.
3.
Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Sleman terbagi menjadi litosol, regusol, grumosol,
dan mediteran. Sebagian besar di wilayah Sleman didominasi jenis tanah regusol
sebesar 49.262 ha (85,69%), mediteran 3.851 ha (6,69%), litosol 2.317 ha (4,03%),
dan grumusol 1.746 ha (3,03%), jenis tanah di Kabupaten Sleman selengkapnya
seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel II-3
Jenis Tanah di Kabupaten Sleman
II-4
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kecamatan
Moyudan
Minggir
Seyegan
Godean
Gamping
Mlati
Depok
Berbah
Prambanan
Kalasan
Jenis Tanah (Ha)
Litosol
2.155
162
Regosol
584
558
2.187
2.018
2.817
2.582
3.555
2.299
1.980
3.422
Grumosol
808
606
8
216
108
-
Mediteran
1.370
1.563
468
450
-
Jumlah
(Ha)
2.762
2.727
2.663
2.684
2.925
2.852
3.555
2.299
4.135
3.584
4. Klimatologi
Kondisi iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman termasuk tropis
basah, hari hujan terbanyak dalam satu bulan 25 hari. Curah hujan rata-rata
tertinggi 34,62 mm/hari pada tahun 2009.
Kecepatan angin maksimum 6,00 knots dan minimum 3,00 knots, rata-rata
kelembaban nisbi udara tertinggi 97,0% dan terendah 28,0%. Temperatur udara
tertinggi 32° C dan terendah 24° C.
Kondisi agroklimat di atas menunjukkan bahwa iklim di wilayah Kabupaten
Sleman pada umumnya cocok untuk pengembangan sektor pertanian. Adapun
perkembangan Klimatologi selama kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat
pada tabel Kondisi iklim berikut ini:
Tabel II-4
Kondisi Iklim tahun 2005-2009
II-5
5.
Tata Guna Lahan
Tata guna lahan di Kabupaten Sleman untuk sawah, tegalan, pekarangan dan
lain-lain. Perkembangan penggunaan lahan selama 5 tahun terakhir
menunjukkan luas dan jenis lahan sawah turun, rata-rata per tahun sebesar
0,19%, luas pekarangan naik 0,16%, dan untuk penggunaan lain-lain tetap.
6. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
a) Sumberdaya Alam
Potensi sumberdaya alam di Kabupaten Sleman meliputi sumberdaya alam
non-hayati yaitu air, lahan, udara, dan mineral/bahan galian, sedangkan
sumberdaya alam hayati yaitu hutan, flora, dan fauna. Sumberdaya air di
Kabupaten Sleman terdiri dari air tanah, dan air permukaan (sungai dan mata
air). Ditinjau dari geohidrologi dan meteorologi, daerah endapan vulkanik
Merapi mulai dari puncak gunung Merapi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta,
dan Kabupaten Bantul merupakan satu sistem cekungan air bawah tanah yang
disebut cekungan Yogyakarta. Karakteristik curah hujan relatif tinggi yaitu lebih
besar dari 2.000 mm/tahun. Semakin tinggi tempat semakin tinggi pula curah
hujannya, sehingga di daerah atas merupakan daerah tangkapan hujan
(catchment area) akan meresap menjadi air bawah tanah yang sangat potensial
bagi daerah di bawahnya. Akifer di Kabupaten Sleman merupakan akifer bebas di
mana sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan. Ada beberapa lokasi
merupakan akifer tertekan yang sifatnya setempat. Berdasarkan atas besaran
curah hujan tahunan, hujan lebih dan evapotranspirasi tahunan, maka
ketersediaan air meteorologisnya sesuai dengan gradasi sebaran curah hujan
yaitu semakin ke selatan semakin sedikit ketersediaan air meteorologisnya. Di
Kabupaten Sleman, curah hujan yang tinggi terletak di bagian utara-barat
(Kaliurang, Turi, Tempel, Sleman, dan utara Kota Yogyakarta) dengan curah
hujan lebih besar dari 2.500 mm/tahun, sedangkan di bagian timur mempunyai
II-6
curah hujan relatif lebih rendah yaitu di daerah Ngemplak, Prambanan, dan
Kalasan (500-750 mm/tahun).
Jumlah mata air di kabupaten Sleman pada tahun 2009 sejumlah 154 buah.
Debit mata air pada musim kemarau berkisar antara 0,5 sampai dengan 200
l/detik, sedangkan pada musim penghujan 1 sampai dengan 265 l/detik. Debit
tertinggi terdapat di Mata air Umbul Wadon Desa Umbulharjo Kecamatan
Cangkringan. Mata air Umbul wadon disamping digunakan untuk sumber air
Minum di PDAM Tirta Darma Kabupaten Sleman, juga digunakan oleh PDAM
Tirta Marta Kota Yogyakarta, serta untuk irigasi oleh masyarakat di sekitar
Umbul Wadon.
Sistem sungai di Kabupaten Sleman mempunyai pola radial-paralel yang
terbagi dalam 2 subsistem yaitu subsistem sungai Progo dan subsistem sungai
Opak. Sungai-sungai yang bermuara di sungai Progo meliputi sungai Krasak,
sungai Putih, sungai Konteng, sungai Jetis, sungai Bedog, sedangkan sungai
Denggung, sungai Winongo, sungai Code, sungai
Gajah Wong, sungai
Tambakbayan dan sungai Kuning, bermuara di sungai Opak. Semua sungai
tersebut merupakan sungai perenial, yang disebabkan karena curah hujannya
yang tinggi, sifat tanahnya permeabel dan akifernya tebal, sehingga aliran dasar
(base flow) pada sungai-sungai tersebut cukup besar yang termasuk efluent.
Kemudian untuk konservasi air, dan memperbesar tampungan air
Pemerintah Kabupaten Sleman membangun beberapa embung yaitu: Kemiri,
Karanggeneng, Tambakboyo, Lampeyan, Gancahan, Krajan, Jering, Muncar,
Agrowisata, Lembah UGM, Jurugan, Temuwuh dan Serut. Keberadaan embung
tersebut juga dapat dijadikan sumber air baku dan untuk irigasi pertanian.
Sumberdaya lahan di Kabupaten Sleman meliputi lahan basah dan lahan
kering. Lahan basah berupa sawah baik beririgasi teknis, setengah teknis,
sederhana, dan tadah hujan. Sedangkan lahan kering berupa pekarangan, tegal,
hutan, kolam, dan lain-lain.
Sumberdaya mineral/bahan galian di Kabupaten Sleman terdiri dari batu
kapur, breksi batu apung, andesit, tanah liat, paris dan kerikil. Potensi
mineral/bahan galian di Kabupaten Sleman seperti pada tabel berikut ini:
Tabel II-5
Potensi Mineral/Bahan Galian
di Kabupaten Sleman
II-7
Sumberdaya hutan di Kabupaten Sleman menurut fungsinya terbagi menjadi
Hutan Lindung, Cagar Alam, dan Taman Wisata Alam. Pada tahun 2007 semua
kawasan fungsi hutan berubah menjadi Taman Nasional Gunung Merapi
(TNGM) seluas 1.729,91 ha.
Disamping TNGM masih terdapat Hutan Rakyat seluas 4.078,40 ha dan
Hutan Kota seluas 1.83 ha yang terletak di Kecamatan Sleman.
Adapun data flora fauna di Kabupaten Sleman khususnya di daerah Taman
Nasional Gunung Merapi dan Cagar Alam / Taman Wisata Alam Gunung
Gamping terdapat dalam tabel berikut ini:
Tabel II-6
Lokasi dan Jenis Flora dan Fauna Di Kabupaten Sleman Tahun 2009
II-8
b) Lingkungan Hidup
Berbagai program dan kegiatan urusan lingkungan hidup mampu
mendukung pencapaian kualitas udara jauh di bawah ambang batas sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 maupun Keputusan Gubernur DIY
Nomor 153 Tahun 2002. Dari 26 titik pengambilan sampel pemeriksaan kualitas
udara diperoleh data sebagai berikut:
Tabel II-7
Hasil Pemeriksaan Kualitas Udara Tahun 2005-2009
Sumber: KPDL
Tabel II-8
Keadaan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
II-9
Sumber : KPDL, 2009, Catatan : Kejuaraan Tingkat Propinsi
Dalam upaya menjaga kualitas air telah dilakukan pengujian air 25 titik
lokasi di 5 kecamatan (Turi, Pakem, Kalasan, Gamping dan Sleman). Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa parameter kimia semua titik sampel
memenuhi persyaratan kualitas air bersih. Kesadaran pengusaha dalam
II-10
membangun instalasi pengolah limbah (IPAL) juga meningkat. Hal ini terbukti
sampai tahun 2008 terdapat 79 unit usaha dengan IPAL, sedangkan untuk tahun
2009 berjumlah 82 unit.
Pengusaha yang menyusun dokumen UKL-UPL dan Surat Penyataan
Pengelolaan Lingkungan (SPPL) semakin meningkat. Hal ini terbukti dari
banyaknya dokumen UKL-UPL dan SPPL, pada tahun 2009 sebanyak 1.609
dokumen atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 1.028
dokumen.
Prestasi masyarakat Kabupaten Sleman dibidang lingkungan hidup dari
tahun ke tahun jumlahnya meningkat dan kategorinya juga semakin beragam.
Penghargaan yang diterima masyarakat baik tingkat Propinsi maupun Nasional,
hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk mencintai dan
mengelola lingkungan semakin meningkat mulai dari perorangan sampai
membentuk kelompok, bahkan dunia pendidikan juga meraih kejuaraan.
Munculnya dusun atau kelompok masyarakat yang berprestasi membuktikan
adanya kebersamaan dan rasa kegotongroyongan masyarakat dalam menjaga
kebersihan dan keteduhan di lingkungan sekitarnya. Hal ini perlu ditingkatkan
dan disebarluaskan ke warga lain yang belum melaksanakan pengelolaan
lingkungan dengan baik.
Pengolahan sampah sejak dari sumbernya sesuai dengan UU No. 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah sudah berjalan baik di Kabupaten Sleman.
Hal ini terlihat dari perkembangan kelembagaan pengelola sampah mandiri di
tingkat padukuhan. Sampai tahun 2009 kelembagaan pengelolaan sampah
mandiri sebanyak 70 lembaga, meningkat 75% dari tahun 2008 sebanyak 40
lembaga.
Dalam rangka meningkatkan ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah
perkotaan telah dibangun beberapa taman kota yaitu Taman Denggung dan
Taman Pangukan. Di Taman Denggung dilengkapi juga dengan permainan anak
dan peralatan kebugaran. Taman kota tersebut dapat mencegah pencemaran
dan tempat rekreasi serta menumbuhkan kegiatan ekonomi warga sekitar.
2.1.2 Karakteristik Wilayah
II-11
a.
Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten Sleman
terbagi menjadi 4 kawasan sesuai dengan RTRW Kabupaten Sleman, yaitu :
1.
Kawasan lereng gunung Merapi, dimulai dari jalan yang
menghubungkan kota Tempel, Pakem, dan Cangkringan (ringbelt)
sampai dengan puncak gunung Merapi. Wilayah ini merupakan
sumberdaya air dan ekowisata yang berorientasi pada kegiatan gunung
Merapi dan ekosistemnya.
2.
Kawasan timur meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian Kecamatan
Kalasan, dan Kecamatan Berbah. Wilayah ini merupakan tempat
peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata budaya dan
daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih.
3.
Wilayah tengah yaitu wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang meliputi
Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok, dan Gamping.
Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa.
4.
Wilayah barat meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan, dan
Moyudan, merupakan daerah pertanian lahan basah yang tersedia cukup
air dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong,
bambu, serta gerabah.
b. Berdasar jalur lintas antar daerah, kondisi wilayah Kabupaten Sleman
dilewati jalur jalan negara yang merupakan jalur ekonomi yang
menghubungkan Sleman dengan kota-kota pelabuhan utama (Semarang,
Surabaya, Jakarta). Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan,
Kalasan, Depok, Mlati, Tempel, dan Gamping. Selain itu, wilayah Kecamatan
Depok, Mlati, dan Gamping juga dilalui jalan lingkar yang merupakan jalan
arteri primer, sehingga kecamatan-kecamatan tersebut menjadi wilayah yang
cepat berkembang, yaitu dari pertanian menjadi industri, perdagangan, dan
jasa.
c.
Berdasarkan pusat-pusat pertumbuhan, wilayah Kabupaten Sleman
merupakan wilayah hulu kota Yogyakarta. Berdasar letak kota dan mobilitas
kegiatan masyarakat, dapat dibedakan fungsi kota sebagai berikut:
1.
II-12
wilayah aglomerasi (perkembangan kota dalam kawasan tertentu)
merupakan perkembangan kota Yogyakarta, maka kota-kota yang
berbatasan dengan kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Depok, Gamping
serta sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati merupakan wilayah
aglomerasi kota Yogyakarta;
2.
wilayah sub-urban (wilayah perbatasan antara desa dan kota) meliputi
kota Kecamatan Godean, Sleman, dan Ngaglik terletak agak jauh dari
kota Yogyakarta dan berkembang menjadi tujuan kegiatan masyarakat di
wilayah kecamatan sekitarnya, sehingga menjadi pusat pertumbuhan.
Wilayah fungsi khusus/ wilayah penyangga (buffer zone) meliputi Kecamatan
Tempel, Pakem, dan Prambanan yang merupakan pusat pertumbuhan bagi
wilayah sekitarnya.
2.2 PEREKONOMIAN DAERAH
2.2.1
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir mengalami
kenaikan rata-rata per tahun 12,61 % yaitu dari Rp7.669,10 milyar tahun 2005
menjadi Rp12.503,76 milyar pada tahun 2009. PDRB atas dasar harga konstan
tahun 2000 (ADHK 2000) mengalami kenaikan rata-rata 4,01 % per tahun yaitu
dari Rp5.080,56 milyar pada tahun 2005 menjadi Rp6.099,56 milyar di tahun
2009 Perkembangan PDRB Kabupaten Sleman selama 5 tahun terakhir sebagai
berikut:
Gambar II-1
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009
(Milyar Rupiah)
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2010
II-13
2.2.2
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman selama 5 tahun mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2005 perekonomian tumbuh 5,03%, kemudian menurun
menjadi 4,50% pada tahun 2006 yang disebabkan adanya bencana gempa bumi
dan erupsi gunung Merapi yang mengakibatkan kerusakan pemukiman dan
sarana prasarana faktor produksi. Pada tahun 2007 kondisi ekonomi mulai
membaik, dimana pada tahun ini pertumbuhan ekonomi tumbuh sebesar 4,61%
dan semakin meningkat pada tahun 2008 yaitu sebesar 5,13%. Pada tahun 2009
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,48%. Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di
Kabupaten Sleman selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Gambar II-2
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2010
2.2.3
Struktur Perekonomian Daerah
Dinamika kegiatan ekonomi menyebabkan pertumbuhan tiap-tiap sektor
berbeda-beda, yang memungkinkan terjadinya pergeseran sumbangan tiap-tiap
sektor dalam pembentukan PDRB. Selama periode tahun 2005-2009, kontribusi
sektor primer cenderung terus mengalami penurunan yaitu dari 17,86% pada
tahun 2005 menjadi 16,94% pada tahun 2009; kontribusi sektor sekunder
cenderung mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2005 sebesar 27,45% menjadi
27,77% pada tahun 2007 dan mengalami penurunan kembali menjadi sebesar
27,25% pada tahun 2009; sedangkan kontribusi sektor tersier terus mengalami
II-14
kenaikan yaitu dari 54,69% pada tahun 2005 meningkat menjadi 55,79% pada
tahun 2009.
Dalam lima tahun terakhir perekonomian Kabupaten Sleman didominasi
oleh empat sektor yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran; jasa-jasa;
pertanian; dan industri pengolahan. Struktur perekonomian Kabupaten Sleman
selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :
Gambar II-3
Struktur Perekonomian Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2010
2.2.4 PDRB Per Kapita
PDRB perkapita menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun meningkat
rata-rata per tahun 11,55% yaitu dari Rp7.672.227 pada tahun 2005 menjadi
Rp11.868.036 pada tahun 2009. Sedangkan PDRB perkapita menurut harga
konstan (ADHK 2000) meningkat rata-rata per tahun 3,31% yaitu dari
Rp5.082.668 pada tahun 2005 menjadi Rp5.789.440 pada tahun 2009. PDRB per
kapita Kabupaten Sleman menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun
terakhir disajikan pada tabel berikut.
II-15
Gambar II-4
PDRB Per Kapita Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
2.2.5 Inflasi
Tingkat inflasi di Kabupaten Sleman selama periode tahun 2005-2009
mengalami fluktuasi (turun naik) yaitu dari 15,48% pada tahun 2005 turun
menjadi 10,88% pada tahun 2006, kemudian turun lagi menjadi 7,62% pada
tahun 2007 dan pada tahun 2008 naik menjadi 10,16%. Pada tahun 2009 inflasi
turun menjadi 4,03%.
Pada tahun 2005 inflasi tertinggi pada kelompok pengeluaran transportasi
dan komunikasi sebesar 26,58% dan terendah pada kelompok pengeluaran
pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 6,17%. Pada tahun 2006 inflasi
tertinggi pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 16,86% dan
terendah pada kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi sebesar
1,92%. Pada tahun 2007 inflasi tertinggi pada kelompok pengeluaran bahan
makanan sebesar 11,12%, dan terendah pada kelompok pengeluaran transportasi
dan komunikasi sebesar 1,92%.
Pada tahun 2008 inflasi tertinggi pada kelompok pengeluaran perumahan
sebesar 18,21% dan terendah pada kelompok pengeluaran kesehatan sebesar
4,75%. Pada tahun 2009 inflasi tertinggi pada kelompok pengeluaran makanan
jadi, minumam, rokok, dan tembakau sebesar 6,41% dan kelompok transportasi
dan komunikasi mengalami deflasi yakni sebesar (1,62%).
II-16
Tabel II-9
Inflasi Kabupaten Sleman Menurut Kelompok Pengeluaran
Tahun 2005-2009
2.2.6 Pertanian
Produksi padi selama 5 tahun mengalami kenaikan rata-rata 1,19% per
tahun yaitu dari 241.931 ton pada tahun 2005 menjadi 269.404 ton pada tahun
2009. Surplus beras juga mengalami kenaikan rata-rata sebesar 1,24% pertahun
yaitu dari 83.349 ton pada tahun 2005 menjadi 95.925 ton pada tahun 2009.
Perkembangan produk tanaman pangan dan hortikultura dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel II-10
Produksi Padi dan Palawija Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
Sumber : Dinas Pertanian,Perikanan, dan Kehutanan, 2010
II-17
2.2.7 Peternakan
Perkembangan populasi ternak selama 5 tahun terakhir menunjukkan
populasi sapi potong meningkat rata-rata sebesar 27,33% pertahun yaitu
sebanyak 45.007 ekor pada tahun 2005 menjadi sebanyak 54.921 ekor pada tahun
2009. Sedangkan populasi sapi perah mengalami penurunan karena harga susu
tidak sebanding dengan besarnya biaya produksi. Untuk lebih jelasnya jumlah
populasi ternak dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel II-11
Jumlah Populasi Ternak Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
6.
Babi (ekor)
6.346
4.494
4.538
4.525
6.559
7.
Unggas
a. Ayam buras (ekor)
1.540.899
1.543.916
1.571.706
1.599.729
1.615.290
b. Ayam Petelur (ekor)
1.505.225
1.518.160
1.540.932
1.885.432
1.993.400
c. Ayam Pedaging (ekor)
1.810.216
2.365.817
2.681.775
2.795.899
2.977,74
190.351
192.008
195.848
199.645
212.967
d. Itik (ekor)
Sumber : Dinas Pertanian,Perikanan, dan Kehutanan, 2010
2.2.8 Perkebunan
Luas lahan usaha perkebunan menurun dari 9.236,00 ha tahun 2005 menjadi
9.117 ha pada tahun 2009, sehingga jumlah produksi dari tahun 2004 sampai
tahun 2008 mengalami penurunan kecuali tanaman kakao, mendong, tebu,
jambu mete, kapuk randu, kenanga, nilam. Untuk lebih jelasnya jumlah populasi
perkebunan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
II-18
Tabel II-12
Data Perkebunan Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan 2010
2.2.9 Perikanan
Perkembangan luas lahan usaha perikanan darat khususnya yang dilakukan
di kolam luasannya dari tahun 2005 sampai 2009 cenderung meningkat, dari data
yang ada pada tahun 2005 seluas 529,82 ha kemudian naik menjadi 573,75 ha
pada tahun 2009. Kenaikan luas lahan ini diikuti dengan kenaikan jumlah
produksi yang sangat besar, pada tahun 2005 hanya sebesar 4.932,70 ton menjadi
10.013,92 ton pada tahun 2009.
Produksi ikan per tahun di Kabupaten Sleman juga mengalami kenaikan
yang sangat besar. Ikan konsumsi pada tahun 2005 sebesar 5.275,80 ton dan pada
tahun 2009 meningkat pesat menjadi 12.104,70 ton, demikian juga dengan benih
ikan juga mengalami peningkatan yang signifikan, data yang ada menunjukkan
pada tahun 2005 sebanyak 302.127.800 ekor dan pada tahun 2009 meningkat
menjadi sebanyak 789.367.500 ekor.
Konsumsi ikan perkapita di Kabupaten Sleman juga mengalami peningkatan,
pada tahun 2005 konsumsi ikan perkapita sebesar 17,50 kg/kapita/th dan pada
II-19
tahun 2009 meningkat menjadi 25,95 kg/kapita/th. Untuk lebih jelasnya data
perikanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel II-13
Data Perikanan Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
Sumber :Dinas Pertanian,Perikanan, dan Kehutanan, 2010
2.2.10
Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan di Kabupaten Sleman pada tahun 2009 mampu
mendukung ketersediaan pangan melalui produksi tanaman pangan berupa padi
sebanyak 269.404 ton dan beras sebanyak 167.385,83 ton. Serta mengalami
II-20
surplus beras sebesar 96.571 ton untuk pemenuhan kebutuhan beras di
Kabupaten Sleman dan Propinsi DIY. Produksi tanaman pangan dan hortikultura
yang mengalami kenaikan antara lain tanaman sayuran, cabe dan kacang
panjang. Produksi jagung juga mengalami kenaikan dari 24.254 ton menjadi
32.712 ton, demikian juga singkong mengalami kenaikan. Kabupaten Sleman
dapat mensuplai kebutuhan benih ikan di propinsi DIY sebanyak 789.367.500
ekor, dari total jumlah produksi di Propinsi DIY sebanyak 806.000.000 ekor.
Untuk konsumsi ikan sebanyak 12.425 ton dari total produksi se-propinsi DIY,
hal ini diikuti adanya penambahan luas kolam seluas 573,75 ha. Dalam
meningkatkan pemberdayaan petani dan kelompok tani diberikan dana
penguatan modal sebesar Rp13.068.725.600 dan dilakukan pengukuhan kembali
kelompok petani yang eksis dan dinamis sebanyak 616 kelompok.
2.2.11
Perdagangan
Perkembangan jumlah eksportir, volume dan nilai eksport sampai dengan
tahun 2009 mengalami penurunan disebabkan adanya krisis keuangan global
pada pertengahan tahun 2008, semakin ketatnya persaingan pada pasar global
dan semakin maraknya atribut ekspor yang dipersyaratkan negara mulai tahun
2007 seperti Amerika dan Eropa dengan berbagai pertimbangan untuk
keselamatan konsumen. Penurunan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut
ini.
Tabel II-14
Sektor Ekspor dan Impor Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
Sumber :SIPD, 2009
Meskipun jumlah eksportir, volume, dan nilai ekspor mengalami penurunan
namun usaha perdagangan di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan, hal ini
dapat terlihat dari meningkatnya usaha perdagangan dari 7.548 unit pada tahun
2005 menjadi 10.300 unit pada tahun 2009, yang meliputi PT, CV, Firma,
Perorangan, Koperasi, dan Badan Usaha Lainnya. Adapun jumlah sarana
II-21
perdagangan di Kabupaten Sleman pada tahun 2009, terdiri dari pasar
tradisional/desa 41 buah, pasar lokal/kabupaten 37 buah, pasar hewan 5 buah,
pasar swalayan 96 buah, grosir 2 buah, dan mall/plaza 1 buah.
2.2.12
Perindustrian
Jumlah kelompok industri kecil dan rumah tangga meningkat dari 14.867
pada tahun 2005 menjadi 15.012 pada tahun 2009. Penurunan jumlah industri
kecil dan rumah tangga yang diakibatkan adanya bencana gempa bumi dan
erupsi gunung Merapi pada tahun 2006 sudah mulai bisa naik kembali pada
tahun 2007. Sedangkan kelompok industri menengah dan besar mengalami
peningkatan yaitu dari 81 pada tahun 2005 menjadi 100 pada tahun 2009. Nilai
investasi industri kecil dan rumah tangga serta industri menengah dan besar
selama tahun 2005 – 2009 mengalami peningkatan sebesar 11,21%, yaitu dari
Rp433,83 miliar pada tahun 2005 menjadi Rp482,46 miliar pada tahun 2009. Data
perkembangan industri di Kabupaten Sleman selama 5 tahun terakhir sbb:
Tabel II-15
Data Perindustrian Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009
II-22
NO
Keterangan
1.
Jumlah industri
Industri Kecil &
- Rumah Tangga
Industri
Menengah &
- Besar
14.948
14.342
14.555
14.813
15.112
14.867
14.254
14.466
14.720
15.012
81
88
89
93
100
Nilai Investasi (000)
Industri Kecil &
- Rumah Tangga
Industri
Menengah &
- Besar
Nilai bahan baku
(000)
Industri Kecil &
- Rumah Tangga
Industri
Menengah &
- Besar
433.833.075,30
439.597.195,30
450.780.726,71
479.420.006,00
482.464.386,60
91.856.120,00
89.756.120,00
92.088.672,20
93.470.002,00
95.554.383,30
358.692.054,51
385.950.004,00
386.910.003,30
2.
3.
2005
2006
341.976.955,30
2007
349.841.075,30
2008
2009
1.886.285.927,50
1.945.446.154,78
1.980.059.230,28
2.027.483.958,00
1.768.000.626,16
249.876.864,50
256.748.478,28
262.653.693,28
272.949.718,00
280.155.590,60
1.636.409.063,00
1.688.697.676,50
1.717.405.537,00
1.754.534.240,00
1.487.845.035,56
4.
Nilai produksi (000)
2.613.713.219,51
2.850.741.190,94
2.909.465.477,29
2.985.854.969,00
2.830.242.670,59
5.
Nilai tambah (000)
Industri Kecil &
- Rumah Tangga
Industri
Menengah &
- Besar
727.477.996,01
905.295.036,17
929.406.247,01
958.371.011,00
1.062.242.044,43
309.299.355,01
313.890.853,72
318.827.786,03
320.742.872,00
330.160.392,30
418.178.641,00
591.404.182,44
610.578.460,98
637.628.139,00
732.081.652,13
Sumber :LKPJ Bupati Sleman, 2009
2.2.13 Koperasi
Peningkatan dan perkembangan perkoperasian di Kabupaten Sleman terlihat
dari jumlah koperasi yang ada menunjukkan tren yang semakin meningkat yaitu
530 koperasi pada tahun 2005 menjadi 601 koperasi pada tahun 2009. Jumlah
koperasi aktif juga meningkat dari 247 koperasi pada tahun 2005 menjadi 481
pada tahun 2009. Sementara jumlah koperasi beku semakin menurun dari 96
pada tahun 2005 menjadi 91 pada tahun 2009. Jumlah anggota semakin
meningkat dari 199.095 orang pada tahun 2005 menjadi 218.835 orang pada tahun
2009.
Demikian juga dari hasil usaha koperasi juga mengalami peningkatan.
Dilihat dari jumlah modal sendiri mengalami peningkatan yaitu dari
Rp56.784.901.000 pada tahun 2005 menjadi Rp118.189.567.000 pada tahun 2009.
Jumlah volume usaha sebesar Rp372.601.397.000 pada tahun 2005 meningkat
menjadi Rp671.888.372.000 pada tahun 2009. Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar
Rp9.815.822.000 pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp16.064.961.000 pada
tahun 2009.
II-23
Peningkatan dan perkembangan perkoperasian di Kabupaten Sleman selama
5 tahun terakhir dapat diamati pada tabel berikut ini :
Tabel II-16
Perkembangan Koperasi di Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
Sumber : LKPJ Bupati Sleman, 2009
2.2.14 Penanaman Modal
Potensi yang mendukung bagi investasi dunia usaha di Kabupaten Sleman
adalah komoditas hasil pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan
pariwisata meliputi wisata alam, wisata candi, museum, wisata olahraga, wisata
pendidikan dan wisata budaya, dan wisata agro. Di samping itu juga industri
yang meliputi industri pengemasan, industri pengolahan, dan industri
pengolahan bahan galian golongan C.
Perkembangan penanaman modal di Kabupaten Sleman sampai dengan
tahun 2009 meliputi investasi PMA sebanyak 33 unit usaha dengan nilai investasi
sebesar US$148.233.330 serta penyerapan tenaga kerja sebanyak 6.107 orang.
Investasi PMDN sebanyak 31 unit usaha dengan nilai investasi sebesar
Rp321.546.544.000,- serta menyerap tenaga kerja sebanyak 9.065 orang. Investasi
non PMA/PMDN sebanyak 28.320 unit usaha dengan nilai investasi sebesar
Rp1.983,93 milyar serta menyerap tenaga kerja sebanyak 215.237 orang.
Tabel II-17
II-24
Jumlah Unit Usaha, Nilai Investasi, dan Tenaga Kerja
Tahun 2005-2009
Sumber: Dinas Perindagkop Kabupaten Sleman, 2010
2.2.15 Pariwisata
Pariwisata merupakan sektor yang mempunyai potensi yang baik dan
memiliki daya tarik yang kompetitif. Kabupaten Sleman merupakan daerah
tujuan utama wisata di DIY karena banyaknya potensi obyek wisata yang ada.
Perkembangan jumlah wisatawan manca negara dan wisatawan nusantara
meningkat dari 3.312.674 orang pada tahun 2005 menjadi 3.595.924 orang tahun
2009. Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara meningkat dari 2,06 hari
pada tahun 2005 menjadi 2,81 hari pada tahun 2009. Sedangkan lama tinggal
wisatawan nusantara meningkat dari 1,36 hari pada tahun 2005 menjadi 2,84 hari
pada tahun 2009. Perkembangan pariwisata Kabupaten Sleman tahun 2005-2009
sebagai berikut :
Tabel II-18
Perkembangan Pariwisata Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
No
1
2
Uraian Data
Obyek dan daya tarik wisata
a. wisata alam
b. wisata budaya
c. wisata agro
d. wisata desa
e. wisata pendidikan
f. wisata sejarah
Usaha sarana wisata
a. hotel berbintang
2005
2006
5
9
4
30
5
11
Tahun anggaran
2007
5
9
4
30
5
11
5
9
4
30
5
11
2008
2009
5
10
4
35
5
11
5
10
4
38
5
11
II-25
- buah
- kamar
b. hotel melati
- buah
- kamar
c. pondok wisata
- buah
- kamar
d. restoran
e. rumah makan
f. hiburan umum
Penerbitan/pembaharuan
izin
a. hotel melati
b. pondok wisata
c. restoran
d. rumah makan
e. hotel berbintang
f. RHU
g. usaha jasa wisata
Jumlah wisatawan (orang)
a. wisatawan manca negara
b. wisatawan nusantara
Lama tinggal wisatawan
(hari)
a. wisatawan manca negara
b. wisatawan nusantara
Jumlah wisatawan pada
obyek wisata
a. kaliurang
b. kaliadem
c. agrowisata
3
4
5
6
13
1.712
14
1.535
14
1.548
14
1.548
14
1.592
91
1.406
98
1.439
107
1.778
111
1.861
374
2.007
127
584
16
118
48
163
784
35
164
75
224
1.132
47
177
108
248
1.352
51
196
139
258
1.943
52
208
93
28
21
5
25
4
76
21
3.312.674
174.767
3.137.907
12
17
13
31
4
76
26
1.415.449
54.653
1.360.796
23
91
7
22
2
57
28
1.628.009
94.646
1.663.896
19
43
9
30
1
85
24
2.276.478
133.174
2.143.304
120
250
52
208
14
93
144
3.595.924
346.395
3.249.529
2,06
1,36
1,35
1,25
1,28
1,36
2,62
2,56
2,81
2,84
748.625
96.241
27.795
455.209
91.389
19.102
667.867
44.459
15.612
704.179
62.940
18.332
852.022
211.505
22.644
Sumber : LKPJ Bupati Sleman, 2009
2.2.16
a.
Ketenagakerjaan
Penduduk Usia Kerja
Penduduk usia kerja di Kabupaten Sleman selama 5 tahun meningkat ratarata 0,57% per tahun yaitu dari 824.696 orang pada tahun 2005 menjadi 855.167
orang pada tahun 2009. Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja
(penduduk yang sedang mencari kerja dan bekerja) dan bukan angkatan kerja
(penduduk yang tidak sedang mencari kerja, sekolah dan lainnya). Dari jumlah
angkatan kerja dapat diketahui prosentase jumlah pencari kerja (penganggur).
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada tahun 2005 sebesar 8,86% sedang
pada tahun 2009 menurun menjadi sebesar 7,40%. Angka TPT Kabupaten
Sleman selama lima tahun terakhir mengalami penurunan seperti pada tabel
berikut ini:
Tabel II-19
Penduduk Usia Kerja
Tahun 2005-2009
II-26
No
Uraian
1
2
3
4
5
Penduduk Usia Kerja
Angkatan Kerja
Bukan Angkatan Kerja
TPAK (%)
Tingkat Pengangguran (%)
Laki-Laki
418.271
292.484
125.787
69,93
6,04
1
2
3
4
5
Penduduk Usia Kerja
Angkatan Kerja
Bukan Angkatan Kerja
TPAK (%)
Tingkat Pengangguran (%)
447.166
306.401
140.765
68,52
8,15
1
2
3
4
5
Penduduk Usia Kerja
Angkatan Kerja
Bukan Angkatan Kerja
TPAK (%)
Tingkat Pengangguran (%)
402.683
304.799
97.884
75,69
8,29
1
2
3
4
5
Penduduk Usia Kerja
Angkatan Kerja
Bukan Angkatan Kerja
TPAK (%)
Tingkat Pengangguran (%)
416.113
320.817
95.296
77,10
6,87
1
2
3
4
5
Penduduk Usia Kerja
Angkatan Kerja
Bukan Angkatan Kerja
TPAK (%)
Tingkat Pengangguran (%)
421.801
316.575
105.226
75,05
8,54
2005
Perempuan
406.425
231.669
174.756
57,00
12,41
2006
423.955
208.095
215.860
49,08
12,87
2007
416.163
243.346
172.817
58,47
7,07
2008
411.916
245.843
166.073
59,68
6,77
2009
433.366
254.030
179.336
58,62
5,98
L+P
824.696
524.153
300.543
63,55
8,86
871.121
514.496
356.625
59,06
10,06
818.846
548.145
270.701
66,94
7,75
828.029
566.659
261.369
68,43
6,82
855.167
570.605
284.562
66,72
7,40
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman, 2010
b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan rasio antara
banyaknya angkatan kerja dengan banyaknya penduduk usia kerja. (TPAK)
merupakan fungsi dari ketenagakerjaan, selama periode tahun 2005-2009
banyaknya penduduk usia kerja di kabupaten Sleman bertambah dari 824.696
jiwa menjadi 855.167 jiwa atau bertambah sebanyak 13.928 jiwa, sedangkan
banyaknya angkatan kerja meningkat dari 524.153 jiwa menjadi 570.605 jiwa atau
bertambah sebanyak 31.586 jiwa lebih besar dibandingkan pertambahan
penduduk usia kerja. TPAK Kabupaten Sleman mengalami peningkatan dari
63,55% pada tahun 2005 menjadi 66,72% pada tahun 2009.
Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Sleman selama kurun waktu
tahun 2005-2009 seperti pada tabel berikut :
Tabel II-20
II-27
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009
TPAK
Tahun
Penduduk Usia Kerja/
Tenaga Kerja (Jiwa)
Angkatan Kerja (Jiwa)
2005
824.696
524.153
63,55
2006
871.121
514.496
59,06
2007
818.846
548.145
66,94
2008
828.029
566.659
68,43
2009
855.167
570.605
66,72
(%)
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman, 2010
c.
Angka Beban Tanggungan
Pada tahun 2005, banyaknya penduduk berusia produktif (15-64 tahun)
mencapai 678.115 jiwa, sedangkan banyaknya penduduk berusia belum produktif
(0-14 tahun) dan tidak produktif (65 tahun ke atas) mencapai 277.009 jiwa.
Dengan demikian, angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk
Kabupaten Sleman pada tahun 2005 mencapai 41%. Hal ini berarti bahwa tiap 100
orang Sleman yang berusia produktif harus menanggung kurang lebih 41 orang
usia belum dan tidak produktif.
Sedangkan pada tahun 2009 terdapat kenaikan angka beban tanggungan
yaitu sebesar 42%. Perkembangan beban tanggungan penduduk di Kabupaten
Sleman selama tahun 2005-2009 seperti pada tabel berikut:
Tabel II-21
Angka Beban Tanggungan Penduduk Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
Penduduk Kelompok Umur
Rasio Ketergantungan (%)
Tahun
II-28
0-14 tahun
15-64 tahun
≥ 65 tahun
Anak
Lansia
Total
2005
198.857
678.115
78.152
29
12
41
2006
205.998
96.606
29
14
43
2007
208.992
734.048
83.664
28
11
39
2008
212.191
727.910
100.118
29
14
43
2009
198.399
782.624
72.542
25
9
34
705.660
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2010
d. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
Banyaknya penduduk Kabupaten Sleman yang bekerja di berbagai sektor
pada tahun 2005 sebanyak 477.718 orang. Empat sektor yang paling banyak
menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian (22,41%), perdagangan
(24,83%), jasa-jasa (23,66%), dan industri (12,61%). Dari keempat sektor
tersebut pada tahun 2009, sektor jasa-jasa menunjukkan peningkatan
penyerapan menjadi 23,56%, sektor perdagangan meningkat menjadi 26,13%,
sektor industri 13,40%, sedangkan penyerapan sektor pertanian menurun
menjadi 20,36%. Pada tahun 2009 penduduk yang bekerja diberbagai sektor
sebanyak 528.376 orang. Proporsi penduduk yang bekerja per lapangan usaha di
Kabupaten Sleman pada tahun 2005-2009 seperti berikut:
Tabel II-22
Proporsi Penduduk Yang Bekerja per Lapangan Usaha
Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009
No.
Sektor
1
2
3
4
5
6
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri pengolahan
Listrik, Gas, & Air bersih
Bangunan
Perdagangan, hotel, &
restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, persewaan, &
jasa perusahaan
Jasa-jasa
Lainnya
Jumlah
7
8
9
10
2005
22,41
1,49
12,61
0,18
7,70
2006
21,61
0,76
13,64
0,00
8,12
Tahun
2007
22,19
0,57
12,86
0,16
7,81
24,83
22,89
25,99
27,36
26,13
4,14
4,87
2,94
5,76
4,04
2,89
2,51
3,34
3,10
3,42
23,66
100,00
25,61
100,00
24,15
100,00
22,17
100,00
23,56
100,00
2008
19,28
0,62
14,44
0,07
7,20
2009
20,36
0,55
13,40
0,28
8,25
II-29
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman, 2010
2.3 SOSIAL BUDAYA
2.3.1 Kependudukan dan Transmigrasi
a.
Kependudukan
Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 2005-2009
bertambah 98.376 orang atau 9,33% yaitu dari 955.124 pada Tahun 2005 menjadi
1.053.500 orang pada akhir tahun 2009 atau rata-rata pertahun meningkat
sebesar 2,40%, selengkapnya seperti pada tabel berikut:
Tabel II-23
Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Di Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009
No
Tahun
1
2
3
4
5
2005
2006
2007
2008
2009
Laki-laki
Jiwa
%
482.810
49,45
521.170
48,31
513.912
49,95
524.725
49,56
527.324
49,95
Perempuan
Jiwa
%
472.314
50,55
487.094
51,69
512.792
50,05
515.495
50,44
526.176
50,05
Jumlah
955.124
1.008.264
1.026.704
1.040.220
1.053.500
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Sleman, 2010
b. Mutasi
Pada tahun 2008 terjadi mutasi penduduk yang sangat besar bila dibanding
pada tahun-tahun sebelumnya dan juga pada tahun setelahnya. Pada tahun 2008
mutasi penduduk sebanyak 48.158 jiwa. Komposisi mutasi penduduk Kabupaten
Sleman, selengkapnya seperti pada tabel berikut:
Tabel II-24
Mutasi Penduduk Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
Mutasi
No
1
II-30
Tahun
2005
Lahir
Mati
Lk
Pr
2.314
2.460
Lk
955
Datang
Pindah
Pr
Lk
Pr
Lk
Pr
1.198
3.360
3.310
2.181
1.992
2
2006
1.955
2.199
987
1.341
3.590
3.563
2.230
2.017
3
2007
2.455
2.657
1.059
1.332
5.737
5.056
3.477
3.565
4
2008
2.655
2.339
1.327
1.009
5.814
6.609
3.263
3.847
5
2009
3.124
2.998
1.291
1.065
4.551
5.135
2.679
3.501
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Sleman, 2010
c.
Penduduk menurut kelompok umur
Pada tahun 2005 jumlah penduduk kelompok umur yang paling banyak
adalah kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebanyak 122.652 jiwa (12,84%)
sedangkan jumlah kelompok umur paling sedikit adalah kelompok umur 55-59
tahun yaitu sebanyak 36.457 jiwa (3,81%). Pada tahun 2009 kelompok umur yang
paling banyak juga kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebanyak 134.374 jiwa
(12,75%) dan kelompok umur paling rendah juga masih terjadi pada kelompok
umur 55-59 tahun yaitu sebesar 42.665 jiwa (4,04%).
Tabel II-25
Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
Jenis Data
Jumlah penduduk
menurut Kelompok Umur
0 – 4 tahun
5 – 9 tahun
10 – 14 tahun
15 – 19 tahun
20 - 24 tahun
25 – 29 tahun
30 – 34 tahun
35 – 39 tahun
40 – 44 tahun
45 – 49 tahun
2005
955.124
63.438
66.990
68.429
73.673
122.652
85.853
71.305
73.764
65.553
59.034
2006
1.008.264
68.593
68.550
68.855
75.444
126.761
99.400
79.633
76.709
67.415
59.299
Tahun
2007
1.026.704
65.772
72.296
70.924
83.944
130.956
100.156
79.352
75.292
71.904
63.448
2008
1.040.220
71.362
73.405
69.385
95.282
148.295
100.483
86.736
76.476
68.066
53.638
2009
1.053.500
67.489
74.183
72.775
86.135
134.374
102.770
81.423
77.257
73.781
65.104
II-31
50 – 54 tahun
55 – 59 tahun
60 – 64 tahun keatas
55.314
36.457
112.662
43.373
43.766
130.466
51.828
41.580
119.252
41.786
38.303
117.003
52.181
42.665
122.364
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Sleman, 2010
d. Laju Pertumbuhan Penduduk
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama 5 tahun dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2009 sebesar 1,47% yaitu dari 955.124 orang pada tahun
2005 menjadi 1.053.500 orang pada tahun 2009. Sedangkan banyaknya kepala
keluarga juga mengalami kenaikan sebanyak 52.229 KK (17,77%) yaitu sebanyak
241.668 KK pada tahun 2005 menjadi sebanyak 293.897 KK pada tahun 2009.
kemudian rata-rata jumlah jiwa dalam keluarga sebanyak 3 orang. Selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel II-26
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
No.
Tahun
Jenis Data
2005
1.
Laju Pertumbuhan Penduduk (%/th)
2.
Banyaknya Kepala Keluarga (KK)
3.
Rata-rata jumlah jiwa dalam keluarga (orang)
2006
2007
2008
2009
2,07
1,36
1,34
1,31
1,28
241.668
245.522
250.847
255.557
293.897
3,47
3,42
3.40
3.37
3,32
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman, 2010
e.
Transmigrasi
Pelaksanaan transmigrasi merupakan kerjasama antar pemerintah daerah
(baik pengirim maupun penerima) dengan pemerintah pusat sebagai fasilitator.
Pola transmigrasi sudah mencerminkan partisipasi dan keswadayaan masyarakat,
yaitu melalui Transmigrasi Umum dan Transmigrasi Swakarya Mandiri (TSM).
Pelaksanaan pemberangkatan transmigrasi asal Kabupaten Sleman selama
kurun waktu 5 Tahun, dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2009 seperti pada
Tabel berikut.
Tabel II-27
Kondisi Transmigran Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
No
II-32
Keterangan
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah Penyuluhan (kali)
Jumlah Transmigran (KK)
Jumlah Eksodan/ kembali (KK)
Daerah Tujuan (provinsi)
Jumlah Bantuan Transmigran
(Rp.000)
Transmigrasi Umum
- KK
- Jiwa
Transmigrasi Swakarsa Mandiri
- KK
- Jiwa
2005
50
50
3
6
2006
50
60
9
2007
50
52
6
2008
30
49
5
7
2009
50
54
7
8
19.505
44.275
65.866.5
90.655.5
151.300.0
47
167
60
209
47
179
41
146
44
162
-
-
5
22
8
30
10
35
Sumber : Dinas Nakersos Kab. Sleman, 2009
2.3.2 Keluarga Berencana
Perkembangan pelaksanaan program di bidang KB dapat diketahui dengan
meningkatnya jumlah peserta KB baru sebanyak 1.616 peserta (meningkat
15,20%), dari 9.014 peserta pada tahun 2005 menjadi 10.630 peserta pada tahun
2009. Jumlah peserta KB Aktif (KA) sebanyak 111.218 peserta pada tahun 2005 dan
pada tahun 2009 jumlah peserta KB aktif mencapai 118.029 peserta atau
meningkat sebanyak 6.811 peserta (6,12%). Sedangkan pasangan usia subur (PUS)
pada tahun 2005 sebanyak 78.02 peserta meningkat sebanyak 78.24 peserta
(0,28%) dari tahun 2009 yaitu sebanyak 22 peserta.
Tabel II-28
PUS dan Peserta KB
Tahun 2005-2009
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Pasangan Usia
Subur (PUS)
142.547
144.252
145.833
147.379
150.852
Peserta KB
Aktif (KA)
111.218
113.296
116.229
117.882
118.029
Prosentase PA
terhadap PUS
78,02
78,54
79,70
79,99
78.24
Peserta KB
Baru
9.014
8.297
10.910
10.644
10.630
Sumber: Dinas Nakersos Kab. Sleman, 2010
Disamping perkembangan kepersertaan Program Keluarga Berencana juga
dilakukan kegiatan terhadap kelompok binaan KB dan KS.
II-33
Kegiatan bina keluarga balita pada tahun 2005 sebanyak 145 BKB meningkat
menjadi 148 BKB pada tahun 2009, kegiatan bina keluarga remaja (BKR)
sebanyak 100 BKR menjadi 115 BKR pada tahun 2009, kegiatan bina keluarga
lansia (BKL) pada tahun 2005 sebanyak 108 BKL meningkat menjadi 125 BKL,
sedangkan kegiatan UPPKS sebanyak 971 pada tahun 2005 menurun menjadi 787
pada tahun 2009.
Tabel II-29
Kegiatan KB dan KS Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
No
Kegiatan KB dan KS
2005
2006
2007
2008
2009
1.
Bina Keluarga Balita (BKB)
145
144
141
140
148
2.
Bina Keluarga Remaja
100
98
97
101
115
(BKR)
3.
Bina Keluarga Lansia (BKL)
108
108
103
112
125
4.
Usaha Peningkatan
971
937
814
769
787
Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS)
Sumber:Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2009
2.3.3
Kesejahteraan Sosial
Jumlah keluarga miskin pada tahun 2005 sebanyak 60.736 KK dan meningkat
menjadi 62.518 KK pada tahun 2006, namun pada tahun 2007 terjadi penurunan
jumlah keluarga miskin yaitu sebanyak 58.761 KK dan kembali menurun menjadi
sebanyak 56.867 KK pada tahun 2008. Namun pada tahun 2009 meningkat
kembali menjadi 65.157 KK, terjadinya peningkatan tersebut karena dilakukan
pendataan ulang KK miskin. Disamping masalah kemiskinan, Kabupaten Sleman
masih mengalami permasalahan sosial lainnya yang perlu mendapat perhatian
Pemerintah daerah yaitu penanganan terhadap penduduk penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS). Data-data berikut ini menunjukkan kondisi PMKS
di Kabupaten Sleman.
Tabel II-30
Data PMKS di Kabupaten Sleman
Tahun 2005 - 2009
No
II-34
Jenis PMKS
2005
2006
2007
2008
2009
1.
Balita terlantar
11
87
120
104
1.988
2.
Anak terlantar
2.348
247
487
310
4.854
3.
Anak korban kekerasan
5
15
21
12
12
4.
Anak nakal
5.
Anak jalanan
6.
Wanita rawan sosial ekonomi
7.
Wanita korban kekeraan
8.
9.
10.
Penyandang cacat
11.
Penyandang cacat bekas sakit kronis
12.
Tuna sosial
13.
14.
15.
16.
17.
Keluarga miskin
18.
19.
20.
Pemulung
100
157
164
164
164
21.
Masyarakat didaerah rawan bencana
3.635
17.250
44.477
22.713
12.661
22.
Korban bencana alam
3.507
222.578
745
297
592
68
68
70
70
70
174
106
100
94
68
1.205
550
555
474
2.309
0
23
72
105
105
Lanjut usia terlantar
0
574
659
536
3.741
Lanjut usia korban kekerasan
0
7
10
10
10
4.445
5.255
6.170
6.170
8.676
171
396
385
375
386
46
0
5
5
31
Pengemis
30
10
16
42
47
Gelandangan
16
18
9
16
13
Bekas narapidana
322
197
186
313
697
Korban narkotika
125
43
91
91
63
60.736
62.518
58.761
56.867
65.157
Rumah tak layak huni
3.348
14.901
2.669
2.166
4.662
Keluarga bermasalah psikologi
1.131
1.272
1.261
1.261
1.007
Sumber: Dinas Nakersos Kabupaten Sleman, 2010
Terjadinya peningkatan yang cukup signifikan dalam kondisi PMKS karena
mulai tahun 2006 dilakukan pendataan ulang dengan metode dan mekanisme
yang berbeda. Dalam rangka penanganan PMKS, selain dilakukan oleh
pemerintah daerah juga dilakukan oleh masyarakat yang merupakan potensi
sumber kesejahteraan sosial (PSKS).
Tabel II-31
Perkembangan data potensi sumber kesejateraan sosial (PSKS)
dan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) Tahun 2005-2009
No
PSKS dan UKS
2005
2006
2007
2008
2009
Data Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial
1.
Karang Taruna
104
104
104
104
104
2.
Tenaga Kesejahteraan
488
500
410
507
507
Sosial Masyarakat (TKSM)
II-35
3.
Organisasi Sosial
76
79
91
91
70
4.
Panti Sosial
Milik Pemerintah Propinsi
4
4
5
5
5
Milik Swasta
28
29
28
28
30
Data Usaha Kesejahteraan Sosial
1.
Kelompok Usep Ibu
90
124
126
138
138
33
33
33
33
33
50
51
52
52
52
26
26
26
26
26
Rumah Tangga
2.
Kelompok Usep Lanjut
Usia
3.
Kelompok Usep Karang
Taruna
4.
Kelompok USEP Panti
Asuhan
5.
Lembaga Keuangan Mikro
8
9
9
10
11
6.
KUBE Bantuan Langsung
-
42
77
127
171
-
-
-
80
225
Pemberdayaan Sosial
7.
Penumbuhan KUBE
Sumber: Dinas Nakersos Kab. Sleman, 2009
2.3.4 Kesehatan
a.
Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan dapat dilihat dari indikator-indikator antara lain: angka
kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian ibu melahirkan per
100.000 kelahiran hidup, angka harapan hidup waktu lahir, dan persentase balita
dengan gizi buruk. Perkembangan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten
Sleman dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 sebagai berikut :
-
Angka harapan hidup untuk laki-laki pada tahun 2005 sebesar 72,46 tahun
dan pada tahun 2009 naik menjadi sebesar 72,60 tahun. Sedangkan angka
harapan hidup untuk perempuan pada tahun 2005 sebesar 76,79 tahun dan
pada tahun 2009 naik menjadi 76,92 tahun.
-
Angka kematian bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005
sebesar 7,61% dan pada tahun 2009 turun menjadi sebesar 4,08%.
II-36
-
Angka kematian ibu (AKI) melahirkan per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2005 sebesar 69,31% dan sampai akhir tahun 2009 tetap sebesar
69,31%.
-
Persentase balita dengan gizi buruk, pada tahun 2005 sebesar 0,43, dan
meningkat pada tahun 2009 menjadi 0,53.
Adapun data derajad kesehatan penduduk seperti dalam tabel berikut:
Tabel II-32
Derajat Kesehatan Penduduk Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
Uraian
Satuan
2005
2006
2007
2008
2009
▪ Laki-laki
Tahun
72,46
72,46
72,46
72,46
72,60
▪ Perempuan
Tahun
76,79
76,79
76,79
76,79
76,92
Per 1.000
KH
7,61
7,67
7,67
5,81
4,08
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Melahirkan
Per
100.000 KH
69,31
69,31
69,31
69,31
69,31
4. Persentase Balita dengan
Gizi Buruk
%
0,43
0,49
0,49
0,54
0,53
1. Angka Harapan Hidup
Waktu Lahir :
2. Angka Kematian Bayi
(AKB)
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2010
b. Tenaga Kesehatan
Guna peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, diupayakan penambahan
tenaga medis dan kualifikasinya dari tahun ke tahun. Tenaga kesehatan di Dinas
Kesehatan pada tahun 2005 sebanyak 122 orang, meningkat menjadi 1.016 orang
pada tahun 2009. Tenaga kesehatan di Puskesmas pada tahun 2005 sebanyak 799
orang, meningkat menjadi 879 orang pada tahun 2009. Demikian juga dengan
tenaga kesehatan di RSUD juga mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 225
orang pada tahun 2005 menjadi 410 orang pada tahun 2009.
Banyaknya tenaga kesehatan beserta kualifikasinya yang ada di Dinas
Kesehatan, RSUD, maupun di Puskesmas tahun 2005-2009 sebagai berikut :
Gambar II-5
Banyaknya Tenaga Kesehatan
Di KabupatenSleman Tahun 2005-2009
II-37
2500
2000
1500
1000
500
0
2005
2006
2007
2008
2009
Dinas Kesehatan (orang)
Puskesmas (orang)
RSUD (orang)
JUMLAH
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2010
Tabel II-33
Banyaknya Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kualifikasinya
Di Kabupaten Sleman
Tahun 2005-2009
Tahun
No
Kualifikasi
2005
2006
2007
2008
2009
1
Dokter Spesialis
15
16
17
23
59
2
Dokter Umum
74
63
63
57
64
3
Dokter Gigi
38
36
36
41
52
4
Apoteker
4
4
3
2
8
5
Magister Kesehatan (S2)
6
16
19
23
24
6
Sarjana Kesehatan
Masyarakat
19
35
37
65
72
137
172
165
202
279
Jumlah
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2010
c.
Sarana dan Prasarana Kesehatan
Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan telah meluas secara merata di
seluruh wilayah Kabupaten Sleman diantaranya rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, dan pelayanan kesehatan
swasta lainnya. Rumah sakit di Kabupaten Sleman terdiri dari 4 RSU Pemerintah,
2 RS TNI/Polri dan 11 RS Swasta sehingga rasio penduduk terhadap RSU sebesar
104.022 jiwa. Untuk puskesmas ada sebanyak 25 yang tersebar di 17 kecamatan, di
II-38
antaranya ada 5 puskesmas yang memiliki instalasi rawat inap dengan 30 tempat
tidur.
Pada tahun 2009 rasio penduduk terhadap puskesmas sebesar 68.083 jiwa,
rasio puskesmas terhadap desa sebesar 3,58 atau tiap puskesmas melayani ratarata 3-4 desa. Tiap puskemas dilengkapi 3 puskesmas pembantu dan 1 sampai 2
puskesmas keliling serta tiap puskesmas melayani 39-40 posyandu.
Tabel II-34
Banyaknya Sarana dan Prasarana Kesehatan
di Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Uraian
RSU Pemerintah (unit)
RSU Swasta (unit)
RS Khusus (unit)
RS Kebidanan (unit)
RS Jiwa (unit)
Puskesmas (unit)
Puskesmas Rawat Inap (unit)
Puskesmas Pembantu (unit)
Puskesmas Keliling (unit)
BP (unit)
Apotek (unit)
Toko obat (unit)
Dokter Praktek Swasta (orang)
Dokter Gigi Praktek Swasta (orang)
Bidan Praktek Swasta (orang)
Laboratorium Klinik (unit)
Posyandu (unit)
Polindes Binaan (unit)
2005
3
7
1
16
1
24
4
74
39
14
122
10
374
114
201
2
1.360
29
2006
3
9
1
17
1
24
4
74
41
19
129
14
422
169
154
2
1.442
26
2007
3
9
1
17
1
24
4
72
41
24
142
14
407
188
154
2
1.484
26
2008
3
10
2
16
1
25
5
74
41
26
163
15
309
48
154
5
1.484
16
2009
4
11
2
18
1
25
5
74
41
28
215
15
537
107
183
5
1.484
26
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2010
2.3.5 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan
kualitas hidup manusia, baik pendidikan dari masa kanak-kanak sampai ke
jenjang pendidikan tinggi, bahkan pendidikan merupakan investasi ke depan
untuk masa yang lebih baik.
Di bawah ini dapat dilihat perkembangan pendidikan sejak tahun 2005
sampai dengan tahun 2009 baik dari jumlah tenaga pendidik, jumlah sekolah,
jumlah kelas maupun jumlah siswa yang ada di Kabupaten Sleman, sebagaimana
ditunjukkan dalam tabel berikut:
II-39
Download