Strategi bertahan hidup perempuan DALAM

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DALAM
KOMUNITAS NELAYAN
Oleh
Nanda Karlita
I34110032
Dosen
Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS, DEA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “Strategi
Bertahan Hidup Perempuan dalam Komunitas Nelayan” benar-benar hasil karya
saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi
atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam
naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia
mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor, Januari 2015
Nanda Karlita
NIM. I34110032
iii
ABSTRAK
Nanda Karlita. Strategi Bertahan Hidup Perempuan dalam Komunitas Nelayan.
Dibawah bimbingan Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS, DEA.
Kemiskinan tidak lepas dari keluarga nelayan terutama dialami oleh perempuan.
Kemiskinan yang dialami oleh perempuan nelayan menyebabkan mereka melakukan
strategi bertahan hidup. Banyak cara yang dilakukan oleh perempuan nelayan dalam
upayanya untuk bertahan hidup. Strategi bertahan hidup yang dilakukan dapat
dibedakan menjadi strategi sosial yang meliputi membangun jejaring dengan patron,
mengalokasikan seluruh anggota keluarga, dan mengikuti arisan sementara strategi
ekonomi meliputi menjual hasil tangkapan ikan, memanfaatkan seluruh anggota
keluarga, menghemat pengeluaran, diversifikasi pekerjaan, dan berhutang. Strategi
bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, status sosial ekonomi, dan jumlah anggota
keluarga.
Kata kunci: kemiskinan, perempuan, strategi bertahan hidup, nelayan
ABSTRACT
Nanda Karlita. Life Survival Strategy of Women in Fishery Community. Supervised by
Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS, DEA.
Poverty not separated from the family of fisherman especially experienced by women.
Poverty experienced by women fishermen causing they do survival strategy. Many ways
made by women in their effort to fishermen to survive. Survival strategy canbe
distinguishing be conducted by social strategy which includes build a networking with
patron, allocate all family members, and follow “arisan” while economic strategy
covering sell the catch fish, utilized the whole family members, save expenditure, job
diversification, and owes. Survival strategy of women affected several factors, age, level
of education, marital status, social and economic status, and number of family
members.
Keywords: poverty, women, life survival strategy, fishermen
iv
STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DALAM
KOMUNITAS NELAYAN
Oleh
Nanda Karlita
I34110032
Laporan Studi Pustaka
Sebagai syarat kelulusan KPM 403
Pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Nanda Karlita
Nomor Pokok
: I34110032
Judul
: Strategi Bertahan Hidup Perempuan dalam Komunitas Nelayan
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dr. Nurmala K. Pandjaitan, MS, DEA
Dosen Pembimbing
Mengetahui
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc.
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan: _______________
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Studi Pustaka berjudul “Strategi Bertahan Hidup Perempuan dalam Komunitas
Nelayan” ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat
kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Nurmala K. Pandjaitan,
MS, DEA sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan
selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan studi pustaka ini. Penulis juga
menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Bapak Kasiyo dan Ibu Rosita selaku
ayah dan ibunda tercinta yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih
sayangnya serta saudara-saudara yang telah memberikan dorongan dan semangat
kepada penulis. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman
d’Nist, teman-teman SKPM 48 dan teman-teman Jejak Sepatu yang telah memberi
semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan laporan Studi Pustaka
ini.
Semoga Laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2015
Nanda Karlita
NIM. I34110032
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ............................................................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. v
PRAKATA....................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ x
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
Latar Belakang........................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2
Kegunaan Penulisan .................................................................................................. 2
Metode Penulisan ...................................................................................................... 2
RANGKUMAN DAN ANALISIS PUSTAKA ................................................................ 3
Fenomena Strategi Nafkah Keluarga Nelayan: Adaptasi Ekologis di CikahuripanCisolok, Sukabumi .................................................................................................... 3
Strategi Istri Nelayan dalam Menunjang Penghasilan KEluarga di Dusun Merpati
Desa Sungai Kakap Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya .................... 4
Peran dan Potensi Wanita dalam Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi Keluarga
Nelayan ...................................................................................................................... 6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peluang Berusaha dan Kegiatan Ekonomi
Rumah Tangga Istri Nelayan Pekerja di Kecamatan Medan Belawan ...................... 7
Strategi Nafkah Berkelanjutan bagi Rumah Tangga Miskin di Daerah Pesisir ........ 9
Analisis Kemiskinan dan Pendapatan Keluarga Nelayan Kasus di Kecamatan
Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Indonesia ........................................... 10
Strategi Bertahan Hidup (Life Survival Strategy) Penduduk Miskin Kelurahan Batu
Teritip Kecamatan Sungai Sembilan ....................................................................... 12
Strategi Bertahan Hidup Nelayan Buruh di Desa Meskom Kecamatan Bengkalis
Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau ........................................................................ 14
Peran Perempuan dalam Sistem Nafkah Rumah Tangga Nelayan .......................... 16
Nelayan Indonesia dalam Pusaran Kemiskinan Struktural (Perspektif Sosial,
Ekonomi, dan Hukum) ............................................................................................ 17
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 19
Kemiskinan Nelayan ............................................................................................... 19
Kondisi Perempuan dalam Komunitas Nelayan ...................................................... 22
viii
Strategi Bertahan Hidup yang Dilakukan Perempuan dalam Komunitas Nelayan . 24
SIMPULAN .................................................................................................................... 27
Hasil Rangkuman dan Pembahasan......................................................................... 27
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi .......................................... 27
Usulan Kerangka Analisis Baru .............................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 29
Riwayat Hidup.................................................................................................................32
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengelompokkan Strategi Bertahan Hidup Perempuan dalam Komunitas
Nelayan………………………………………………………………………..26
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran...................................................................................... 28
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah perairan tiga kali luas
wilayah daratan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia berpotensi
menghasilkan hasil laut yang cukup tinggi. Menurut data KKP (2012), hasil tangkapan
ikan yang berasal dari perikanan tangkap sebanyak 12.385.850 ton. Hasil laut yang
cukup melimpah itu, banyak didominasi oleh industri-industri perikanan yang sudah
sangat besar. Di Indonesia banyak juga para nelayan kecil yang masih menggunakan
alat-alat dan cara yang sangat tradisional dalam memperoleh hasil lautnya. Hasil
tangkapan yang cukup rendah tersebut menyebabkan nelayan memiliki pendapatan yang
cukup rendah.
Menurut Direktorat PMP dalam Muflikhati et al. (2010), sebanyak 32,14% dari
16,42 juta jiwa masyarakat pesisir masih hidup di bawah garis kemiskinan. Menurut
Fauzi (2005), hampir sebagian besar nelayan kita berpendapatan kurang dari US$ 10 per
kapita per bulan. Jika dilihat dalam konteks Millenium Development Goal, pendapatan
sebesar itu sudah termasuk dalam extreme poverty, karena lebih kecil dari US$ 1 per
hari. Faktor rendahnya pendidikan, keterampilan, ketiadaan modal serta rendahnya
aksesibilitas menyebabkan nelayan menjadi kelompok yang termarjinalkan (Zid 2011).
Tidak hanya lak-laki yang memiliki penghasilan yang cukup rendah, namun menurut
Suhartini (2009), terdapat suatu kenyataan secara umum bahwa posisi wanita di
pedesaan termasuk desa–desa nelayan di Indonesia khususnya dan negara sedang
berkembang pada umumnya, posisi mereka termarginalisasi. Hal tersebut yang
menyebabkan kemiskinan tidak lepas dari kaum perempuan. Menurut ILO (2004),
feminisasi kemiskinan dengan jelas menggambarkan ketidakadilan dalam soal
keterwakilan wanita diantara orang miskin dibandingkan laki-laki.
Saat ini diperkirakan ada sekitar 7 juta perempuan di Indonesia yang berperan
sebagai kepala keluarga (Antara 2013). Jumlah tersebut mewakili 14% dari total jumlah
rumah tangga di Indonesia. Mayoritas dari perempuan kepala keluarga ini hidup
dibawah garis kemiskinan dengan pendapatan dibawah US$ 1 dollar. Jutaan perempuan
yang menjadi kepala keluaga hidup dibawah garis kemiskinan. Mereka berjuang sendiri
menafkahi keluarga ditengah keterbatasan akses permodalan dan pendidikan (Radio
Australia 2012). Selain berada di bawah garis kemiskinan, menurut Antara (2013),
posisi perempuan yang menjadi kepala rumah tangga sejauh ini terbilang rawan,
terutama dari ancaman tindak kejahatan, baik kekerasan fisik maupun perdagangan
manusia.
Tak jauh berbeda halnya dengan kondisi di sektor perikanan. Sedikitnya 56 juta
orang terlibat dalam aktivitas perikanan, mulai dari penangkapan, pengolahan, sampai
dengan pemasaran hasil tangkapan. Dari jumlah itu, 70 persen atau sekitar 39 juta orang
adalah perempuan nelayan (Kiara 2014). Dalam rumah tangga nelayan untuk
menambah pendapatan keluarga biasanya para wanita tersebut melakukan kegiatan lain
yang dapat mendatangkan penghasilan tambahan (Nugraheni S 2012). Banyak cara
yang dapat dilakukan oleh perempuan nelayan untuk menambah pendapatan keluarga,
misalnya dengan mengolah hasil tangkapan ikan suaminya agar nilai jual dapat lebih
tinggi. Olahan laut masih sangat minim dilakukan oleh para istri nelayan, kebanyakan
dari hasil laut tersebut langsung dijual kepada industri untuk diolah agar nilai jual lebih
tinggi, sementara bagi para nelayan tetap memperoleh hasil yang rendah dari penjualan
hasil laut secara langsung (Nugraheni S 2012).
2
Selain upaya yang dilakukan oleh mereka sendiri, pemerintah pun memiliki
andil yang cukup besar dalam penanggulangan masalah kemiskinan yang terjadi pada
perempuan nelayan. Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah menurut
Antara (2013), salah satunya dengan mengutamakan perempuan yang hidup di bawah
garis kemiskinan. Pasalnya, sebagai orang tua tunggal mereka menanggung beban lebih
berat. Satu sisi mereka harus mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Di lain pihak harus
memberi perhatian dan pendidikan bagi anaknya. Salah satu program yang sedang
disusun adalah kebijakan pemberdayaan ekonomi perempuan untuk industri perumahan.
Pada sektor kelautan dan perikanan tidak lepas dari kebutuhan untuk mengikutsertakan
perempuan dalam kebijakan pembangunan di sektor tersebut, mulai dari perencanaan
dan implementasi (Handoko et al). Upaya–upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah
memang memiliki maksud yang sangat baik, namun dalam pelaksanaannya pemerintah
hanya mengimplementasi program–program tersebut tanpa melihat kebutuhan yang
diinginkan oleh masyarakat nelayan.
Berdasarkan penjabaran diatas, kemiskinan yang terjadi pada komunitas
nelayan, khususnya yang terjadi pada perempuan nelayan dan belum optimalnya upaya
yang dilakukan oleh pemerintah mengharuskan mereka untuk mencari strategi bertahan
hidup yang dapat mereka lakukan demi memperoleh pendapatan guna meningkatkan
kesejahteraan keluarga mereka.
Tujuan Penulisan
Penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji kemiskinan yang
terjadi pada nelayan, (2) Mengkaji kehidupan perempuan nelayan, dan (3) Mengkaji
strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan nelayan dalam peningkatan
kesejahteraan nelayan.
Kegunaan Penulisan
Penulisan studi pustaka ini diharapkan membantu penulis dalam menyusun
kerangka pemikiran dan juga pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan
untuk penelitian berikutnya.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah metode analisa
terhadap hasil–hasil penelitian, yaitu berupa: skripsi, tesis, disertasi dan jurnal ilmiah
yang berkaitan dengan tema studi pustaka ini. Bahan pustaka yang sudah terkumpul
kemudian dipelajari, disusun, dan dianalisis sehingga menjadi suatu tulisan ilmiah yang
berisi tinjauan teoritis dan tinjauan faktual beserta analisis dan sintesisnya. Studi
pustaka ini mencakup strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan nelayan.
Studi pustaka ini menghasilkan kerangka pemikiran serta pertanyaan penelitian yang
akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya.
3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Fenomena Strategi Nafkah Keluarga Nelayan:
Adaptasi Ekologis di Cikahuripan–Cisolok, Sukabumi
: 2011
: Jurnal
: Elektronik
: M. Zid
: Jurnal Sosialita
: Vol. 9, No. 1: 32–38
: http://unj.ac.id/fis/sites/default/files/(4)
%20M%20Zid.PDF
: 22 September 2014, pukul 23.45 WIB
Jumlah keluarga nelayan di Indonesia cukup banyak disamping keluarga petani.
Oleh karena itu, Indonesia disebut negara maritim dan juga agraris. Pada jurnal ini,
disebutkan bahwa keluarga nelayan umumnya lebih miskin ketimbang keluarga petani.
Dalam menanggulangi kemiskinan yang sering terjadi dalam keluarga nelayan, biasanya
keterlibatan seluruh anggota keluarga menjadi salah satu solusinya. Keterlibatan ini
biasanya mengharuskan perempuan (seorang istri) berperan ganda dalam membantu
dalam menambah perekonomian keluarganya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui wawancara yang dilakukan kepada informan yaitu perempuan
yang berstatus sebagai istri buruh nelayan. Wawancara juga dilakukan kepada informan
kunci seperti aparat desa, tokoh masyarakat, dan tokoh wanita. Data sekunder diperoleh
dari data yang terdokumentasi pada instansi seperti Balai Desa, Kantor Kecamatan, dan
BPS. Penentuan sampel dilakukan secara purposive, yaitu sebanyak 30 KK buruh
nelayan yang istrinya ikut mencari nafkah dari 424 KK populasi buruh nelayan yang
bertempat tinggal di Dusun Citiis.
Pendapatan kepala keluarga nelayan di Dusun Citiis cukup beragam namun
masih banyak keluarga yang berpenghasilan rendah yaitu sekitar Rp 250.000-Rp
500.000 per bulan yang mencapai 53% dan hanya 13 % yang berpenghasilan lebih dari
Rp 1.000.000 per bulan. Berawal dari penghasilan yang cukup rendah tersebut,
mengakibatkan keluarga nelayan mengalami kualitas hidup yang rendah dan
mengerahkan seluruh anggota keluarga untuk membantu perekonomian keluarga.
Dalam keluarga nelayan terdapat fenomena yang menarik mengenai perbedaan
peran istri buruh nelayan dengan istri nelayan kaya (juragan) dalam mengatur keuangan
keluarga. Istri nelayan kaya sebagian berjualan barang kebutuhan sehari–hari berupa
bahan pangan, kelontong, dan peralatan melaut yang dijual di toko. Sementara istri
buruh nelayan banyak melakukan pengaturan belanja pangan, sandang, perlengkapan
rumah tangga, dan pengaturan simpanan atau tabungan. Selain itu, bagi keluarga buruh
nelayan yang memilki penghasilan tidak menentu, strategi yang dilakukan ketika
memiliki uang berlebih adalah dengan membelikan perabotan rumah tangga, alat
elektronik, dan membeli perhiasan emas. Perhiasan emas ini bukan semata-mata untuk
dipakai tetapi untuk dijual pada waktu keluarga membutuhkan uang. Namun, bagi
keluarga yang tidak memiliki simpanan, mereka biasanya meminjam kepada juragan
pemilik perahu.
4
Analisis
Penghasilan yang diperoleh suami mereka yang berasal dari kegiatan melaut
masih cukup rendah, hal ini yang menyebabkan kualitas kehidupan mereka rendah.
Berdasarkan penghasilan yang masih rendah yang diperoleh oleh suami mereka, para
istri berusaha untuk membantu dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Istri nelayan
terbagi menjadi dua yaitu, istri nelayan kaya (juragan) dan istri nelayan buruh. Istri
nelayan buruh juga digolongkan menjadi dua, yaitu istri nelayan buruh yang memiliki
simpanan uang dan yang tidak memiliki simpanan uang. Cara yang ditempuh pun
berbeda–beda. Strategi bertahan hidup yang dilakukan istri nelayan kaya sebagian
bekerja dengan cara berjualan barang kebutuhan sehari–hari, sementara istri buruh
nelayan terlihat dalam hal pengaturan belanja pangan, sandang, perlengkapan rumah
tangga, dan pengaturan simpanan atau tabungan.
Istri nelayan kaya akan semakin kaya karena selain memperoleh penghasilan
dari suami, mereka juga berjualan untuk membantu penghasilan keluarga. Sementara
strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh istri buruh nelayan hanya menghemat
pengeluaran sehingga penghasilan yang diperoleh tetap. Selain itu, mereka juga
membeli perhiasan dan berhutang yang membuat penghasilan keluarga akan semakin
berkurang. Hal ini menyebabkan istri buruh nelayan tidak memperoleh penghasilan
tambahan sehingga masih tetap miskin. Perhiasan fungsinya bukan sekedar untuk
dipakai sehari–hari, tetapi lebih berfungsi sebagai tabungan pengaman yang bisa dijual
pada waktu keluarga membutuhkan uang.
2. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Strategi Istri Nelayan dalam Menunjang Penghasilan
Keluarga di Dusun Merpati Desa Sungai Kakap
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya
: 2013
: Jurnal
: Elektronik
: Robi Arkatut
: Sociodev, Jurnal S1 Ilmu Sosiatri
: Vol. 2, No. 2: 1–12
: http://jurnalnasional.ciki.me/index.php/sostri/article/
download/385/363
: 19 September 2014, pukul 21.56 WIB
Hambatan yang sering dihadapi oleh para nelayan untuk melaut adalah faktor
cuaca yang tidak menentu. Kadang gelombang yang cukup besar menghentikan
kegiatan melaut yang seharusnya dilakukan oleh para nelayan. Selain faktor cuaca,
faktor yang dapat menyebabkan hasil tangkapan nelayan rendah adalah keterbatasan
teknologi penangkapan sehingga wilayah operasi pun terbatas dan menyebabkan hasil
penangkapan ikan pun rendah. Para istripun menyadari bahwa walaupun suami
mendapatkan hasil dari bekerja sebagai nelayan, sebisa mungkin istri harus dapat
membantu bekerja untuk mendapatkan penghasilan dari mengolah ikan asin bilis guna
mencukupi kebutuhan keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil para istri nelayan pengolah ikan
asin bilis di Dusun Merpati, faktor–faktor penghambat dalam pengolahan dan
pemasaran ikan asin bilis, faktor-faktor penghambat dalam pengolahan dan pemasaran
ikan asin bilis, serta upaya pemerintah kabupaten dalam memberdayakan keluarga
nelayan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif
kualitatif. Subyek penelitian ini adalah para istri nelayan yang berada di Dusun Merpati
5
Desa Sungai Kakap Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya yang terdiri dari
sepuluh responden.
Usaha yang dilakukan oleh istri nelayan dalam menunjang perekonomian
keluarga adalah dengan mengolah ikan bilis hasil tangkapan suaminya menjadi ikan
asin. Mengolah ikan bilis menjadi ikan asin dimaksudkan untuk meningkatkan harga
jual ikan tersebut, selain itu juga untuk mengantisipasi pada saat permintaan ikan segar
rendah, disebabkan sedang musim ikan, sehingga penjualan sulit untuk dilakukan.
Dalam membantu pembiayaan keluarga, istri nelayan rela bekerja dan jenis
pekerjaan yang ditekuninya pun sangat bervariasi seperti berladang, menjadi buruh dan
berjualan kue, nasi kuning, sayur mayur hingga berdagang baju kredit bahkan mereka
yang bisa membuat kerajinan tangan dari kerang yang tentunya dapat diselingi dengan
pekerjaan rumah tangga. Para istri melakukan pekerjaan pada saat suami pergi melaut
dengan waktu kerja siang dan sore hari walupun terkadang sejak pagi sudah mengolah
bilis dari ikan hasil tangkapan suami sehari sebelumnya.
Jika dihitung antara kebutuhan dengan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan
melaut, memang masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka
sehari-hari. Jika hasil melaut yang diperoleh oleh suami diolah menjadi ikan asin oleh
para istri, maka nilai jual ikan tersebut akan meningkat. Jika dirunut antara penghasilan
yang diperoleh dari kegiatan melaut hanya sebesar Rp 30.000/harinya tetapi jika para
istri mengolah asin ikan bilis akan menghasilkan penghasilan yang lebih tinggi
dibandingkan jika tidak diolah, yaitu sebesar Rp 149.000/harinya. Hal ini membuktikan
bahwa dengan keterlibatan istri dalam mengolah asin ikan bilis sebelum dijual akan
membuat nilai jual ikan tersebut meningkat dan akan meningkatkan pendapatan
keluarga nelayan.
Analisis
Fenomena kemiskinan masih menaungi keluarga nelayan, terlihat dari
penghasilan yang cukup rendah. Dengan penghasilan yang rendah ini yang membuat
keluarga nelayan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup merekaa. Hal ini mendorong
istri untuk membantu penghasilan keluarga. Strategi bertahan hidup yang dilakukan istri
nelayan dalam membantu perekonomian keluarga adalah dengan mengolah hasil
tangkapan suaminya agar nilai jualnya lebih tinggi. Terbukti bahwa dengan mengolah
ikan asin bilis harga jual semakin tinggi. Para istri nelayan mengolah ikan asin bilis dan
dapat memperoleh penghasilan yang cukup tinggi daripada menjual ikan bilis mentah
dan hasil olahannya dijual kepada tengkulak. Penghasilan dari pengolahan asin ikan
bilis ini terbukti dapat membantu meningkatkan penghasilan keluarga. Alasan mereka
melakukan pekerjaan tersebut karena pekerjaan ini tidak membutuhkan keterampilan
khusus dan yang paling penting adalah dapat diselingi dengan pekerjaan rumah tangga.
Beban istri nelayan dirasa cukup berat karena mereka melakukan pekerjaan ini mulai
dari suami pergi melaut sampai suami kembali dari kegiatan melaut. Walaupun
demikian tidak lantas membuat mereka kaya dengan penghasilan yang mereka peroleh,
melainkan hanya cukup untuk bertahan hidup. Selain itu, adapula istri nelayan yang
melakukan usaha di bidang pertanian hingga berjualan makanan ataupun berjualan hasil
kerajinan mereka. Perbedaan strategi bertahan hidup yang dilakukan istri nelayan
didasari oleh keterampilan yang mereka miliki.
6
3. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Peran dan Potensi Wanita dalam Pemenuhan
Kebutuhan Ekonomi Keluarga Nelayan
: 2012
: Jurnal
: Elektronik
: Wahyu Nugraheni S
: Journal of Educational Sosial Studies (JESS)
: Vol. 1, No. 2: 104–111
: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess/article/
viewFile/739/747
: 11 September 2014, pukul 20.26 WIB
Perempuan merupakan salah satu aktor yang sangat penting dalam
pembangunan pesisir, namun dalam beberapa aspek kajian ataupun program-program
pembangunan pesisir mereka tidak banyak dilibatkan. Kondisi demikian telah dianggap
sebagai hal yang lumrah karena dalam budaya Jawa, wanita telah lama dikonstruksikan
secara sosial maupun budaya untuk menjadi “kanca wingking”1. Penelitian ini dilakukan
di Desa Bedono pesisir Kecamatan Sayung Sayung Kabupaten Demak. Sasaran
penelitian ini adalah wanita yang berjumlah 573 orang. Penelitian ini menggunakan
analisis gender model Harvard dan analisis kualitatif. Metode Harvard merupakan
kerangka analisis dan perencanaan gender yang pertama. Teknik pengambilan sampling
yang dilakukan yaitu Purposive Sampling.
Jumlah anggota keluarga juga mempengaruhi adanya keterlibatan anggota
keluarga lain dalam mencari nafkah, dalam hal ini para istri membantu suaminya dalam
mencari nafkah. Semakin banyak jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah tangga
akan mengakibatkan beban ekonomi di keluarga nelayan cukup tinggi jadi tidak
mungkin jika hanya satu orang saja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
rumah tangga.
Pendapatan rata–rata nelayan di Desa Bedono berada di sekitar Rp 500.000–Rp
1.000.000 per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan keluarga nelayan di
daerah penelitian masih belum mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga terutama yang
memiliki anggota keluarga lebih dari 5 orang. Pendapatan suami yang rendah
mengakibatkan kebutuhan ekonomi rumah tangganya kurang sehingga mendorong istri
berusaha memenuhi kekurangan tersebut dengan cara mencari pendapatan lain dengan
bekerja.
Banyak pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan nelayan di Desa Bedono
salah satunya dengan menjadi buruh pengupas udang. Kegiatan ekonomi ini dirasa
cukup efektif dan efisien dari segi waktu, tenaga, dan cara. Perempuan nelayan bekerja
sebagai buruh pengupas udang untuk membantu menambah penghasilan keluarga
mereka.
Perempuan di Desa Bedono hanya berprofesi sebagai buruh pengupas udang.
Dalam hal ini, pendidikan memiliki peran yang cukup besar dalam penentuan jenis
pekerjaan yang diperoleh oleh perempuan nelayan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
istri nelayan maka peran wanita ibu rumah tangga semakin besar dalam berperan serta
membantu ekonomi keluarga. Pendidikan wanita menentukan pula kesempatan dan
jenis pekerjaan. Kesempatan kerja untuk mereka yang berpendidikan rendah tidak
banyak dimana mereka hanya dapat bekerja sebagai buruh, atau pekerjaan memerlukan
sedikit energi untuk berpikir.
1
Wanita dikonstruksikan hanya berkutat pada berbagai urusan rumah tangga dan geraknya pun dibatasi
dalam lingkup rumah tangga.
7
Analisis
Istri bekerja diakibatkan oleh penghasilan suami yang rendah dan jumlah
anggota keluarga. Jumlah anggota yang cukup banyak akan mengakibatkan beban
tanggungan ekonomi keluarga akan semakin meningkat dan mustahil jika hanya suami
yang bekerja. Oleh karena itu, istri nelayan dituntut untuk membantu perekonomian
keluarga. Strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh istri nelayan adalah menjadi
buruh pengupas udang. Mereka memilih pekerjaan tersebut karena tidak membutuhkan
keterampilan yang khusus dan pekerjaan ini juga tidak terikat waktu. Hal ini disebabkan
istri nelayan tidak ingin mengabaikan pekerjaan yang utama di rumah, sehingga usaha
yang dilakukan oleh mereka cukup berat dalam meningkatkan penghasilan nelayan.
Selain itu, jenis pekerjaan istri akan ditentukan oleh tingkat pendidikan dan usia
perempuan tersebut. Status perempuan nelayan juga berpengaruh terhadap curahan
waktu kerja yang dimiliki oleh perempuan nelayan. Sebagai contoh perempuan yang
belum menikah akan memiliki curahan waktu yang cukup banyak ketimbang
perempuan yang sudah menikah sehingga hal ini akan berdampak terhadap pendapatan
yang mereka peroleh. Semakin tinggi curahan waktu kerja akan semakin tinggi juga
penghasilan yang mereka dapatkan.
4. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peluang Berusaha
dan Kegiatan Ekonomi Rumah Tangga Istri Nelayan
Pekerja di Kecamatan Medan Belawan
: 2007
: Jurnal
: Elektronik
: Lindawati
: WAHANA
HIJAU
Jurnal
Perencanaan
&
Pengembangan Wilayah
: Vol. III, No. 1: 1-8
: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17932/
1/wah-agu2007-3%20(1).pdf
: 11 September 2014, pukul 16.08 WIB
Sumberdaya perikanan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya
masih cukup banyak nelayan yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Seharusnya
dengan kemajuan teknologi peralatan penangkapan ikan dapat membantu para nelayan
untuk meningkatkan jumlah tangkapan ikannya, tetapi karena harga alat–alat
penangkapan tersebut cukup mahal dan tidak terjangkau oleh mereka akibatnya mereka
hanya menggunakan alat yang sederhana saja di dalam kegiatan usahanya mencari ikan
di laut.
Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis kegiatan ekonomi istri nelayan
pekerja, menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi peluang dan pengembangan
usaha produktif istri nelayan, serta menganalisis curahan kerja dan pendapatan istri
nelayan pekerja mempengaruhi kegiatan ekonomi rumah tangga istri nelayan pekerja
yang berlokasi wilayah pesisir Kota Medan, yaitu Kecamatan Medan Belawan. Metode
pengambilan sample yang dilakukan secara purposif yaitu dengan mencari istri nelayan
yang bekerja dengan kriteria suami mereka bekerja sebagai nelayan buruh. Penelitian
ini mengambil 70 responden untuk diwawancara dalam memperoleh data yang
dibutuhkan.
8
Keadaan nelayan di Kecamatan Medan Belawan dapat dikatakan berpendidikan
rendah, keterampilan kurang memadai, modal usaha kecil, dan berpendapatan rendah.
Seharusnya dengan kemajuan teknologi peralatan menangkap ikan dapat membantu
para nelayan untuk meningkatkan jumlah tangkapan ikannya, tetapi karena harga alatalat penangkapan ikan cukup mahal sehingga mereka hanya menggunakan alat tangkap
sederhana. Dengan alat tangkap yang sederhana tentunya jumlah ikan yang diperoleh
terbatas, hal ini berdampak pada penghasilan yang cukup rendah. Hal ini mendorong
istri nelayan untuk ikut meningkatkan penghasilan keluarga. Istri nelayan ternyata
cukup produktif dalam mencari nafkah. Namun, untuk mengurangi tingkat kemiskinan,
istri nelayan harus didayagunakan dan dioptimalkan sebagai penggerak ekonomi bagi
rumah tangga.
Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh istri nelayan di Kecamatan Medan Belawan
lebih banyak bekerja sebagai buruh usaha perikanan. Bekerja sebagai buruh usaha
perikanan memang pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh istri nelayan, namun
penghasilan yang diperoleh paling kecil dibandingkan pekerjaan yang lain. Ada
beberapa pekerjaan yang digeluti oleh istri nelayan namun sangat sedikit istri nelayan
yang melakukan pekerjaan tersebut, seperti berdagang menjajakan ikan asin/ teri kering,
pengolahan ikan asin/teri kering, pengumpul kerang, dan berdagang ikan segar. Dari
lima pekerjaan yang ada di daerah Kecamatan Belawan Medan, pendapatan yang cukup
tinggi diperoleh dari berdagang ikan asin/teri kering yaitu sebesar Rp 18.000.000 per
tahun.
Selain pekerjaan disektor perikanan ada juga yang bekerja di luar sektor
perikanan, seperti penjahit, membuka usaha warung/kios, usaha kue, dan buruh cuci.
Dari ke empat pekerjaan di luar sektor perikanan tersebut yang paling banyak digeluti
oleh istri nelayan adalah membuka usaha warung/kios dengan penghasilan Rp
12.000.000 per tahun.
Analisis
Modal usaha yang kecil mengakibatkan nelayan tidak mampu untuk memiliki
alat tangkap modern. Sementara, jika mereka menggunakan alat tangkap yang
sederhana hanya menghasilkan tangkapan ikan yang terbatas, sehingga akan berdampak
pada penghasilan mereka. Semakin rendah hasil tangkapan yang mereka peroleh maka
akan semakin rendah juga penghasilan yang mereka dapat. Rendahnya penghasilan
keluarga mendorong istri nelayan untuk membantu meningkatkan penghasilan keluarga.
Strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh istri nelayan dapat dilakukan dari dua
sektor, yaitu sektor perikanan dan sektor non perikanan. Para istri nelayan lebih banyak
memilih pekerjaan di sektor perikanan daripada pekerjaan di sektor non perikanan.
Namun, pekerjaan yang dipilih pun masih di kategorikan pekerjaan yang rendah yaitu
menjadi buruh usaha perikanan. Sementara penghasilan yang diperoleh dari sektor non
perikanan yang paling besar berasal dari usaha membuka warung/kios. Berdasarkan
strategi bertahan hidup yang dilakukan istri nelayan, kondisi yang dialami oleh mereka
adalah tidak didayagunakan dan dioptimalisasi usaha produktif yang mereka lakukan,
sehingga mereka tidak dapat mengembangkan usahanya demi menambah penghasilan
keluarga.
9
5. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Strategi Nafkah Berkelanjutan bagi Rumah Tangga
Miskin di Daerah Pesisir
: 2011
: Jurnal
: Elektronik
: Slamet Widodo
: Makara, Sosial Humaniora
: Vol. XV, No. 1: 10-20
: http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/
article/view/890/849
: 19 September 2014, pukul 13.48 WIB
Nelayan menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan sumberdaya laut dan
pantai yang membutuhkan investasi besar dan sangat bergantung pada musim. Selain
itu, pola hubungan eksploitatif antara pemilik modal dengan buruh dan nelayan, serta
usaha nelayan yang bersifat musiman dan tidak menentu menyebabkan masyarakat
miskin di kawasan pesisir cenderung sulit untuk keluar dari jerat kemiskinan dan belitan
hutang pedagang atau pemilik kapal. Penlitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga
November tahun 2010 di Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan. Penentuan lokasi
penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di Kecamatan Kwanyar terdapat
beberapa desa yang termasuk wilayah pesisir dengan mata pencaharian utama
penduduknya adalah nelayan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab kemiskinan di
lokasi penelitian, mengetahui strategi nafkah yang dijalankan oleh rumah tangga
miskin, serta menyusun strategi nafkah berkelanjutan berdasarkan kondisi yang ada di
masyarakat. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan cara wawancara, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, dan Participatory
Rural Approcial (PRA).
Secara garis besar nelayan dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu
nelayan kecil dan nelayan besar. Nelayan kecil dicirikan dengan masih rendahnya
teknologi pada alat tangkap dan armada yang digunakan. Secara kultural, masyarakat
nelayan kecil masih berorientasi subsisten. Kondisi ini sangat berbeda jauh dengan
nelayan besar yang telah menggunakan teknologi modern pada alat tangkap maupun
armadanya. Nelayan besar sudah tidak lagi berada pada kondisi subsisten namun telah
berada pada tingkat komersialis lanjut. Karakteristik lain yang bisa dilihat pada
penggunaan tenaga kerja. Nelayan kecil lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari
dalam keluarga, sedangkan nelayan besar telah mempekerjakan tenaga buruh upahan
dengan jumlah yang besar. Hasil–hasil studi tentang tingkat kesejahteraan hidup di
kalangan nelayan telah menunjukkan bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial
ekonomi atau ketimpangan pendapatan merupakan persoalan krusial yang dihadapi dan
tidak mudah untuk diatasi.
Secara alami ada interaksi yang sangat kuat antara ketersedian sumber daya
ikan, jumlah, perilaku, dan kapasitas nelayan serta ekonomi dari hasil usaha
penangkapan. Oleh karena itu, kemiskinan nelayan harus dipandang sebagai suatu
sistem yang memiliki komponen yang saling berinteraksi.
Faktor penyebab kemiskinan pada nelayan Kwanyar Barat adalah rendahnya
akses terhadap modal terutama modal finansial. Akses yang terbatas terhadap modal
finansial menyebabkan nelayan tidak mampu mengakses modal fisik berupa teknologi
penangkapan yang lebih modern. Selain itu rendahnya faktor pendidikan yang juga
10
menyebabkan lemahnya daya saing rumah tangga miskin dalam memperebutkan
peluang pekerjaan yang lebih layak secara ekonomi.
Kemiskinan yang dialami oleh nelayan Kwanyar Barat mengharuskan mereka
mencari penghasilan lain guna membantu perekonomian keluarga. Ada strategi sosial
dan strategi ekonomi. Strategi ekonomi yang dilakukan antara lain dengan berpola
nafkah ganda, optimalisasi tenaga kerja rumah tangga dan migrasi. Perempuan juga
dilibatkan dalam usaha peningkatan penghasilan keluarga, namun hanya sebatas
membantu menjual hasil tangkapan. Selain strategi ekonomi, ada pula strategi sosial
yang dilakukan, yaitu pemanfaatan lembaga kesejahteraan lokal dan jejaring sosial.
Dalam melakukan strategi sosial, perempuan hanya dilibatkan dalam menjalin jejaring
sosial, yaitu dengan berhutang pada tetangga atau kerabat dan sekedar untuk tukar
menukar informasi pekerjaan.
Analisis
Fenomena kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan dapat
mempengaruhi aspek yang lain. Kemiskinan dicirikan oleh rendahnya pendapatan dan
cenderung tidak menentu setiap saat. Rendahnya pendapatan ini berujung pada sulitnya
mengakses pendidikan dan kesehatan yang layak. Rendahnya pendidikan menyebabkan
lemahnya daya saing rumah tangga miskin dalam memperebutkan peluang pekerjaan
yang lebih layak secara ekonomi. Selain itu, tingkat pendapatan yang rendah
menyebabkan kemampuan untuk melakukan akumulasi modal menjadi sangat terbatas.
Oleh karena itu, rumah tangga miskin tidak dapat mengakses teknologi yang mampu
meningkatkan pendapatan rumah tangga mereka. Keadaan ini sesuai dengan teori
lingkaran kemiskinan.
Dalam menanggulangi kemiskinan yang dialami oleh keluarga nelayan, mereka
melakukan strategi bertahan hidup yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu strategi
ekonomi dan strategi sosial. Perempuan juga dilibatkan dalam peningkatan penghasilan
rumah tangga. Namun, strategi bertahan hidup ekonomi yang dilakukan oleh perempuan
hanya sekedar membantu menjual hasil tangkapan ikan. Hal ini membuat perempuan
nelayan masih tetap miskin. Begitu pula dalam melakukan strategi bertahan hidup
sosial, perempuan hanya dilibatkan pada kegiatan berhutang dan sekedar untuk mencari
informasi mengenai peluang pekerjaan.
6. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Analisis Kemiskinan dan Pendapatan Keluarga
Nelayan Kasus di Kecamatan Wedung, Kabupaten
Demak, Jawa Tengah, Indonesia
: 2011
: Jurnal
: Elektronik
: Edy Yusuf Agunggunanto
: Dinamika Ekonomi Pembangunan
: Vol. I, No. 1: 50-58
: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/
dinamika_pembangunan/article/download/1658/1432
: 4 Desember 2014, pukul 15.25 WIB
Nelayan tradisional pada umumnya hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini
disebabkan ciri–ciri yang melekat pada mereka yaitu suatu kondisi yang subsisten,
dengan modal yang kecil, teknologi yang digunakan dan kemampuan/skill serta perilaku
yang tradisional baik dari segi keterampilan, psikologi dan mentalitas. Nelayan
11
tradisional menggunakan perahu layar dalam aktivitasnya di pantai–pantai laut dangkal.
Akibatnya, rata–rata produktivitas dan pendapatannya adalah relatif rendah, di samping
penangkapan di laut dangkal sudah berlebihan (over fishing). Rendahnya penghasilan
nelayan tradisional merupakan masalah yang sudah lama, namun masalah ini masih
belum dapat diselesaikan hingga sekarang karena terlalu kompleks. Hal ini tidak hanya
berkaitan dengan sosioekonomi, namun berkaitan pula dengan lingkungan dan
teknologi. Penelitian ini diadakan di daerah Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak,
Jawa Tengah.
Nelayan tradisional umumnya hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini
disebabkan ciri-ciri yang melekat pada mereka yaitu suatu kondisi yang subsisten,
dengan modal yang kecil, teknologi yang digunakan dan kemampuan/skill serta perilaku
yang tradisional baik dari segi keterampilan, psikologi dan mentalis. Nelayan tradisional
masih menggunakan perahu layar dalam aktivitasnya dalam mencari ikan sehingga hasil
yang diperoleh cukup rendah.
Kemiskinan yang terjadi pada masyarakat nelayan berawal dari adanya
peningkatan penduduk. Peningkatan penduduk akan mengakibatkan kurangnya
pendidikan yang dapat diakses oleh masyarakat nelayan, meningkatkan pengangguran,
dan modal yang rendah. Rendahnya pendidikan dan modal yang rendah akan
menyebabkan rendahnya pendapatan. Selain rendahnya pendidikan dan modal yang
dimiliki rendah, jumlah anggota, usia, dan jenis kelamin juga akan mempengaruhi
pendapatan. Pada faktor jumlah anggota keluarga, faktor ini mempengaruhi dalam dua
arah, yaitu Pertama, mungkin secara langsung mempengaruhi kemiskinan, selama
pendapatan rumah tangga tetap, meningkatnya jumlah anggota keluarga akan menekan
tingkat konsumsi riil anggota keluarga. Kedua, sekalipun tiap anggota rumah tangga
mempunyai pendapatan, pendapatan per kapita dapat menurun dengan bertambahnya
jumlah keluarga.
Analisis
Kemiskinan masyarakat nelayan ditandai dengan kondisi yang masih subsisten,
modal usaha yang kecil, teknologi dan kemampuan/skill yang masih kurang memadai.
Selain itu, penggunaan perhu layar dalam proses penangkapan ikan juga akan
berdampak pada kemiskinan yang terjadi pada masyarakat nelayan. Kemiskinan adalah
fenomena yang sangat kompleks dan dapat dianalisis dari berbagai faktor seperti yang
telah dijabarkan di bawah ini.
Kurangnya
pendidikan
Jumlah
penduduk
tinggi
Meningkatnya
pengangguran
Modal
rendah
Rendahnya
pendapatan
yang
Umur dan Jumlah
anggota keluarga
: Mempengaruhi
Gambar 1. Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan
12
Kemiskinan dapat dikategorikan menjadi kemiskinan struktural, kemiskinan
kultural, dan kemiskinan alamiah. Berdasarkan penjabaran di atas dapat dikelompokkan
ke dalam tiga kategori kemiskinan tersebut. Faktor kurangnya pendidikan termasuk
kedalam kemiskinan kultural. Faktor meningkatnya pengangguran disesbabkan oleh
kurangnya lapangan pekerjaan, hal ini termasuk ke dalam kemiskinan struktural. Pada
faktor jumlah anggota keluarga, tingkat pengeluaran akan meningkat jika jumlah
anggota semakin bertambah. Hal ini disebabkan oleh tingkat konsumsi keluarga yang
cukup tinggi.
7. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Strategi Bertahan Hidup (Life Survival Strategy)
Penduduk Miskin Kelurahan Batu Teritip Kecamatan
Sungai Sembilan
: 2009
: Jurnal
: Elektronik
: Sri Endang Kornita dan Yusbar Yusuf
: : : http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JE/article/
download/823/816
: 5 Desember 2014, pukul 21.05 WIB
Kemiskinan merupakan masalah multidimensional dan masalah kemiskinan di
Indonesia masih didominasi di daerah pedesaan. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan
Batu Teritip Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai pada Bulan Juli hingga Agustus
2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, berupa
studi kasus pada penduduk miskin yang menganalisis karakteristik dan strategi bertahan
hidup mereka. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian
berupa daftar pertanyaan dan wawancara, selain itu pengumpulan data juga dilakukan
dengan observasi dan studi terhadap berbagai dokumentasi mengenai subjek penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis
karakteristik penduduk miskin di Kelurahan Batu Teritip Kecamatan Sungai Sembilan
Kota Damai serta untuk mendeskripsikan dan menganlisis strategi bertahan hidup (Life
Survival Strategy) yang digunakan penduduk miskin di Kelurahan Batu Teritip
Kecamatan Sungai Sembilan Kota Damai. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode quota 40 KK penduduk miskin (25% dari populasi).
Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan sulitnya mendapatkan
pekerjaan sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan.
Sebagian besar nelayan berpendapatan di bawah Rp 1.000.000 per bulan. Pendapatn ini
tergolong pendapatan yang cukup rendah apalagi jika jumlah anggota keluarga semakin
banyak. Banyaknya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi beban tanggungan
keluarga tersebut. Kondisi ini akan semakin berat pada keluarga yang berstatus single
parent karena harus mencari nafkah dan juga mengurus rumah tangga.
Terdapat dua kategori yang membedakan cara bertahan hidup yang dilakukan
oleh masyarakat di Kelurahan Batu Teritip Kecamatan Sungai Sembilan Kota Damai,
yaitu:
1. Strategi bertahan hidup yang bersifat subsisten
Strategi bertahan hidup dalam menghadapi masalah keuangan adalah dengan
cara berhutang pada tauke arang dan tauke penampung penjualan ikan, dengan
13
cara uang diambil terlebih dahulu atau keperluan yang bisa disediakan tauke
tersebut, dan kemudian dibayar dengan hasil mencari kayu bakau atau hasil
tangkapan ikan. Selain itu cara yang dilakukan adalah dengan mencukup–
cukupkan dengan apa yang ada (tidak pernah meminjam), menurut mereka lebih
baik tidak makan dari pada harus meminjam uang, lagi pula si pemberi pinjaman
menyatakan kurang percaya (bahkan tidak percaya) bahwa responden mampu
membayar/melunasi hutangnya. Alasan mereka tidak mencari pinjaman karena
mereka takut tidak bisa membayar karena ketidakpastian penghasilan yang
mereka dapatkan.
2. Strategi bertahan hidup yang menyesuaikan diri dengan alam
Angin utara di Kelurahan Batu Teritip menyebabkan ombak besar dan angin
kencang sehingga mereka tidak dapat mencari nafkah dengan menangkap ikan.
Keadaan alam ini sudah sering dialami oleh penduduk Batu Teritip dan untuk
menghadapi keadaan ini mereka mencari kayu bakau di pesisir pantai yang lebih
ke arah darat sebagai sumber nafkah.
Selain strategi yang dilakukan diatas, para istri nelayan pun dilibatkan dalam
membantu meningkatkan penghasilan keluarga. Salah satunya dengan bekerja disektor
informal. Istri nelayan yang memiliki modal yang cukup besar memilih untuk membuka
warung/kios bahan sandang dan pangan. Menurut Suyanto (1995), ada dua cara yang
dilakukan rumah tangga miskin dalam menghadapi massa krisis, yaitu: 1) mereka dapat
mengikat sabuknya lebih kencang dengan jalan hanya makan sekali sehari dan bahkan
beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah, 2) menggunakan alternatif subsistensi,
artinya swadaya yang mencukup kegiatan berjualan kecil–kecilan, bekerja sebagai
tukang, buruh lepas, atau dengan melakukan migrasi untuk mendapatkan pekerjaan,
meminta bantuan kepada sanak saudara, kawan–kawan sedesa, atau memanfaatkan
hubungan dengan pelindungnya (patron) dan buruh (klien).
Analisis
Kemiskinan yang terjadi pada keluarga nelayan diakibatkan oleh rendahnya
tingkat pendapatan yang akan berkorelasi dengan jenis pekerjaan yang mereka peroleh.
Jumlah tanggungan keluarga juga akan semakin memperburuk kondisi tersebut. Selain
itu, pada keluarga yang berstatus single parent tugasnya akan semakin berat karena
harus mencari nafkah dan mengurus rumah tangga. Strategi bertahan hidup yang dapat
dilakukan oleh masyarakat miskin dalam membantu meningkatkan penghasilan
keluarga terdapat dua kategori, yaitu strategi bertahan hidup yang bersifat subsisten dan
strategi bertahan hidup yang menyesuaikan dengan keadaan alam. Strategi bertahan
hidup yang bersifat subsisten adalah dengan berhemat dan meminjam uang kepada
pedagang pengumpul yang akan dibayar dengan hasil tangkapan ikan. Dalam hal
penghematan, keluarga nelayan sangat bergantung pada istri. Berhutang kepada
pedagang pengumpul biasanya dilakukan oleh istri buruh nelayan dan membuat strategi
yang dilakukan tetap membuat mereka miskin. Strategi bertahan hidup yang
menyesuaikan dengan alam adalah dengan mencari kayu bakau di pesisir pantai. Selain
itu adapula strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh istri nelayan, yaitu bekerja di
sektor informal anatara lain membuka warung/kios bahan sandang dan pangan.
Biasanya sektor informal ini hanya dilakukan oleh istri nelayan kaya dengan modal
cukup besar.
14
8. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Strategi Bertahan Hidup Nelayan Buruh di Desa
Meskom Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis
Provinsi Riau
: 2014
: Jurnal
: Elektronik
: Kristianti, Kusai, dan Lamun Bathara
: Berkala Perikanan Terubuk
: Vol. XLII, No. 1: 62–68
: http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JT/article/view
File/2150/2116
: 30 November 2014, pukul 23.22 WIB
Metode yang digunakan adalah metode survei, yaitu dengan mengadakan
observasi langsung ke lapangan. Data yang dikumpulkan terdiri dari: data primer, yaitu
data hasil dari wawancara langsung dengan responden dengan berpedoman pada daftar
pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan. Selain data primer, ada juga data
sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Kepala Desa dan
sumber–sumber informasi pendukung lainnya. Tujuan dalam penelitian ini adalah
mengetahui strategi bertahan hidup yang di jalankan oleh nelayan buruh di Desa
Meskom Kecamatan Bengkalis Provinsi Riau serta mengetahui alasan nelayan buruh
tetap mempertahankan pekerjaannya sebagai nelayan di Desa Meskom Kecamatan
Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.
Penyebab nelayan masih berpendapatan rendah karena mereka tidak memiliki
akses terhadap sumberdaya, permodalan, teknologi dan pasar. Usaha penangkapan ikan
yang masih berskala kecil dan pemanfaatan kemampuan pengetahuan yang relatif
rendah tentunya mengakibatkan hasil yang diperoleh juga rendah. Begitu juga dengan
penguasaan teknologi yang masih tradisional dan kurang responsif terhadap inovasi.
Disamping penurunan kualitas lingkungan hidup lingkungan perairan, informasi tentang
perikanan juga sulit diperoleh karena keterbatasan sarana dan prasarana yang tersedia.
Selain itu, rendahnya tingkat kehidupan atau tidak mencukupinya kebutuhan bahanbahan pokok untuk hidup layak semakin memperburuk keadaan keluarga nelayan.
Berdasarkan kondisi di atas, para nelayan memliki strategi bertahan hidup yang
dilakukan secara sosial dan juga secara ekonomi. Strategi bertahan hidup sosial, nelayan
buruh tersebut lebih menekankan pada hubungan patron klien. Hubungan patron klien
yang terjalin cukup baik dan nelayan buruh lebih dominan dalam meminjam uang
kepada pedagang pengumpul karena sistem peminjamannya yang tidak bersyarat dan
lebih mudah didapat. Dengan adanya hubungan patron klien tersebut, masalah ekonomi
nelayan dapat teratasi dengan baik pada saat musim ikan banyak dan pada saat musim
ikan tidak ada, sehingga patron klien merupakan strategi yang dilakukan oleh nelayan
untuk tetap bertahan hidup.
Selain mempererat hubungan patron klien, arisan juga merupakan salah satu
strategi bertahan hidup dalam bidang sosial. Arisan merupakan hal yang penting bagi
masyarakat selain untuk menabung juga tempat mengakrabkan diri dengan tetangga
yang lain. Hal ini sebabnya arisan termasuk ke dalam strategi sosial untuk bertahan
hidup.
Strategi bertahan hidup ekonomi yang dilakukan demi mempertahankan
keberlangsungan hidupnya adalah dengan pemanfaatan anggota rumah tangga nelayan
untuk bekerja. Pemanfaatan anggota rumah tangga yang mereka lakukan dapat
menambah penghasilan baik itu untuk sehari–hari. Selain memanfaatkan anggota rumah
15
tangga yang lain untuk bekerja, mereka juga melakukan diversifikasi pekerjaan yaitu
dengan mencari pekerjaan sampingan misalnya menjadi buruh tani dan buruh pasar.
Selain dua hal yang dilakukan sebelumnya, menekan pengeluaran juga menjadi cara
mereka dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Biasanya mereka menekan
pengeluaran pada bidang pendidikan, kesehatan dan juga konsumsi. Di Desa Meskom
juga terkadang berhutang kepada tetangga sekitar. Hutang yang mereka dapatkan tidak
ada bunganya saat mengembalikan, tetapi mereka diberikan waktu paling lama dua
minggu harus mengembalikan uang yang mereka pinjam, namun apabila mulai jatuh
tempo waktu pengembalian maka perabot yang ada di rumah mereka disita oleh si
pemberi hutang dan boleh diambil kembali ketika mereka sudah melunasi hutangnya.
Analisis
Rendahnya akses terhadap sumberdaya, permodalan, tekonologi dan pasar
mengakibatkan penghasilan nelayan masih sangat rendah. Usaha penangkapan iakn
yang masih berskala kecil dan pemanfaatan kemampuan pengetahuan yang relatif
rendah tentunya mengakibatkan hasil yang diperoleh juga rendah. Selain itu, rendahnya
pemenuhan kebutuhan pokok juga memperburuk kondisi masyarakat nelayan. Hal
tersebut yang mengakibatkan kemiskinan pada keluarga nelayan. Strategi bertahan
hidup yang dilakukan oleh nelayan buruh dalam mempertahankan kelangsungan hidup
keluarga dapat dilakukan melalui dua cara yaitu strategi sosial dan strategi ekonomi.
Strategi sosial yang dilakukan antara lain, meminjam uang kepada pedagang pengumpul
dan melakukan arisan. Perempuan dilibatkan dalam melakukan strategi bertahan hidup
sosial ini, slaah satunya dengan mengikuti arisan. Arisan ini dimaksudkan selain untuk
menabung dapat juga mempererat hubungan mereka dengan tetangga sekitar. Hubungan
yang erat ini dapat juga mereka manfaatkan untuk menjalankan strategi bertahan hidup
yang lainnya yaitu berhutang. Selain itu, ada juga strategi bertahan hidup pada aspek
ekonomi, yaitu pemanfaatan anggota rumah tangga nelayan untuk bekerja, diversifikasi
pekerjaan, menekan pengeluaran, dan hutang piutang. Dalam melakukan strategi
bertahan hidup ekonomi, perempuan biasanya hanya mengatur pengeluaran keluarga.
Dari dua strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan yaitu ikut arisan dan
mengatur pengeluaran, mereka tidak memperoleh penghasilan karena mereka
melakukan hal tersebut hanya untuk mempertahankan hidupnya, sehingga kondisi
perempuan nelayan masih berkutat dengan kemiskinan.
16
9.
Judul
: Peran Perempuan dalam Sistem Nafkah Rumah
Tangga Nelayan
Tahun
: 2012
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Slamet Widodo
Nama Jurnal
: Kedaulatan Pangan dan Energi
Volume (edisi): hal : Volume II, No. 2: 1–7
Alamat URL/doi
: http://pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wpcontent/uploads/PERAN-PEREMPUAN-DALAMSISTEM-NAFKAH-RUMAH-TANGGANELAYAN.pdf
Tanggal diunduh : 30 September 2014, pukul 04.43 WIB
Kemiskinan rumah tangga nelayan disebabkan oleh rendahnya akses penduduk
terhadap pangan. Kemiskinan ini yang menyebabkan peningkatan peran perempuan
dalam aktivitas ekonomi rumah tangga. Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah
untuk keluarga di wilayah pesisir atau desa–desa nelayan tidak terlepas dari sistem
pembagian kerja secara seksual (the division of labour by sex) yang berlaku pada
masyarakat setempat. Kaum perempuan biasanya terlibat penuh dalam kegiatan
pranata–pranata sosial ekonomi yang mereka bentuk, seperti arisan, kegiatan pengajian
berdimensi kepentingan ekonomi, simpan pinjam, dan jaringan sosial yang bisa mereka
manfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Hadirnya pranata–pranata
tersebut merupakan strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam menghadapi kesulitan
hidup yang dihadapinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran wanita dalam melakukan
strategi bertahan hidup pada rumah tangga nelayan. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah menggunakan metode wawancara mendalam. Selain itu,
dilakukan pula metode observasi berpartisipasi dalam beberapa kegiatan ekonomi,
sosial, dan kelembagaan yang ada di lokasi penelitian. Data kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini melibatkan 30 rumah tangga
kasus.
Peran perempuan dalam nafkah rumah tangga dimulai ketika perahu mulai
kembali dari melaut dan membawa hasil tangkapan. Pada saat itu, perempuan terlibat
dalam penjualan hasil tangkapan. Kegiatan perempuan dalam bidang ekonomi
terkonsetrasi pada sektor informal. Mereka memiliki cara-cara atau terobosan–terobosan
yang sangat berarti dalam membantu suami untuk menunjang kelangsungan ekonomi
rumah tangga mereka, sehingga mereka tidak hanya tinggal diam di rumah untuk
menanti dan membelanjakan penghasilan suami mereka dari melaut.
Istri–istri nelayan berkoordinasi dengan istri pemilik perahu akan menjual hasil
tangkapan suami mereka. Hasil penjualan tidak langsung dinikmati oleh istri nelayan
melainkan dikumpulkan kepada istri pemilik perahu lalu hasilnya dibagi rata sesuai
dengan peran masing-masing dalam penangkapan ikan. Rata-rata pendapatan yang
diterima oleh istri nelayan dari kegiatan berdagang adalah sebesar Rp 10.000 hingga Rp
50.000 per harinya. Pendapatan yang cukup rendah ini diperoleh karena mereka hanya
membantu memasarkan hasil tangkapan dan tidak mengambil keuntungan. Sementara
istri pemilik perahu memperoleh 60% hasil yang didapat dari penjualan ikan yang
dilakukan oleh istri nelayan. Selain menjual hasil tangkapan suaminya secara langsung,
para istri nelayan juga mengolah ikan hasil tangkapan suaminya. Ikan yang memiliki
17
nilai jual yang rendah akan diolah terlebih dahulu misalnya diasinkan menjadi ikan asin
atau dibuat pindang agar nilai jualnya lebih tinggi ketimbang dijual mentah.
Analisis
Strategi bertahan hidup istri nelayan dalam pemasaran hasil tangkapan tidak
memberikan kontribusi pendapatan secara langsung dalam nafkah rumah tangga.
Penyebabnya adalah mereka hanya berperan membantu memasarkan hasil tangkapan
ikan dan tidak mengambil keuntungan dari kegiatan tersebut, seluruh hasil penjualan
diserahkan pada istri pemilik perahu untuk kemudian dibagi sesuai dengan peran
masing–masing dalam penangkapan ikan. Hasil ini menunjukkan bahwa penghasilan
istri nelayan masih sangat rendah. Walaupun istri nelayan sudah melakukan strategi
bertahan hidup yaitu dengan membantu istri pemilik perahu menjual hasil tangkapan
ikan, istri nelayan masih tetap miskin. Hal ini diperparah dengan dominasi istri pemilik
perahu dalam mengelola pembagian hasil dari penjualan ikan. Istri pemilik perahu
memperoleh hasil yang sangat besar dari hasil penjualan ikan. Hal ini membuktikan
bahwa istri pemilik perahu akan semakin kaya sementara istri nelayan akan tetap miskin
dari bagi hasil yang diperoleh.
10. Judul
: Nelayan Indonesia dalam Pusaran Kemiskinan
Struktural (Perspektif sosial, ekonomi dan hukum)
Tahun
: 2011
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Endang Retnowati
Nama Jurnal
: Volume (edisi): hal : Volume XVI, No. 3: 149–159
Alamat URL/doi
: http://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/20120708131038258
7/12.pdf
Tanggal diunduh : 5 Desember 2014, pukul 05.22 WIB
Penelitian ini tidak dilengkapi dengan penjelasan metode penelitian yang
digunakan. Bahkan tujuan penelitian ini pun tidak dicantumkan dengan jelas. Namun
secara jelas menjelaskan tentang fenomena kemiskinan yang terjadi pada nelayan,
khususnya di Indonesia.
Indonesia sebagai Negara Kepulauan, yang luas wilayahnya 70% merupakan
wilayah lautan. Wilayah lautan ini terkandung potensi ekonomi kelautan yang sangat
besar dan beragam, antara lain sumber daya ikan. Dengan melimpahnya sumber daya
ikan maka seharusnya pendapatan nelayan sangatlah memadai untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Namun dalam realita tidaklah demikian, kemiskinan masih banyak
melanda kehidupan nelayan. Dari sisi ekonomi hasil tangkapan nelayan masih jauh dari
memadai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini disebabkan karena minimnya
modal yang dimiliki nelayan, tekanan dari pemilik modal, sistem bagi hasil yang tidak
adil, perdagangan atau pelelangan ikan yang tidak transparan (dikuasai tengkulak) dan
otoritas tidak punya wibawa untuk mengatur dan menegakkan aturan. Serta pola atau
budaya kerja yang masih apa adanya.
Nelayan dibedakan menjadi: nelayan pemilik (juragan), nelayan penggarap
(buruh/pekerja) dan nelayan kecil, nelayan tradisional, nelayan gendong (nelayan
angkut), dan perusahaan/industri penangkapan ikan. Keberadaan nelayan secara sosial
dan ekonomi, dalam arti jumlah nelayan di Indonesia rata-rata didominasi oleh nelayan
penggarap dan nelayan kecil atau nelayan tradisional. Mayoritas nelayan tradisional,
18
nelayan kecil maupun nelayan penggarap, yang melakukan penangkapan ikan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (subsisten).
Pembahasan tentang nelayan khususnya nelayan kecil atau tradisional sangat
terkait pula dengan sistem kerja mereka. Pada umumnya jam kerja mereka relatif
singkat biasanya cukup satu hari saja (one day fishing). Kondisi atau kebiasaan
semacam ini berdampak pada hasil tangkapan yang tidak optimal sehingga
mengakibatkan tingkat produksi rendah dan pendapatan mereka juga tidak optimal
akibatnya tingkat kesejahteraan nelayan pun rendah. Selain itu, untuk menjadi nelayan
sangatlah mudah karena tidak diperlukan persyaratan khusus baik menyangkut keahlian
maupun ijazah atau formal, sehingga tingkat keterampilan mereka pun terbatas yang
pada akhirnya berdampak pada tingkat perolehan mereka.
Kemiskinan yang dialami oleh nelayan diantaranya disebabkan karena
minimnya modal yang dimiliki dan pendidikan nelayan yang rata-rata masih rendah
(SD) dan bahkan ada yang tidak menamatkan SD, sehingga kemampuan atau skillnya
pun terbatas, kehidupan nelayan yang penuh dengan tekanan dari pemilik
modal(pemilik kapal/perahu dan tengkulak), adanya ketergantungan antara pemodal
dengan nelayan yang terus dilanggengkan (Patron Klien), kebijakan dan program yang
kurang tepat sasaran dan sektoral, serta juga diakibatkan oleh budaya atau kebiasaan
hidup nelayan yang suka boros.
Analisis
Fenomena kemiskinan yang dialami oleh nelayan diantaranya disebabkan karena
minimnya modal yang dimiliki dan pendidikan nelayan yang rata-rata masih rendah,
sehingga kemampuan atau skill yang dimilkinya pun terbatas, kehidupan nelayan yang
penuh dengan tekanan dari pemilik modal (pemilik kapal/perahu dan tengkulak), adanya
ketergantungan antara pemodal dengan nelayan yang terus dilanggengkan (Patron
Klien), kebijakan dan program yang kurang tepat sasaran dan sektoral, serta juga
diakibatkan oleh budaya atau kebiasaan hidup nelayan yang suka boros. Penyebab
kemiskinan itu biasanya dialami oleh nelayan kecil, nelayan penggarap, dan nelayan
tradisional. Sementara nelayan pemilik biasanya meminjamkan perahunya atau alat-alat
melaut yang dapat digunakan oleh nelayan tradisional. Hasil melaut yang diperoleh
dibagi kepada nelayan pemilik dengan proporsi yang tidak adil.
19
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Menurut Dharmawan (2007), dua mazhab sosiologi nafkah yang dikemukakan
oleh Sajogyo dan para ilmuwan sosial dari IPB serta mazhab dari barat-Sussex
(Chambers and Conway, de Haan, Bebbington and Butterbury, Scoones, Ellis) terdapat
dua pandangan yang berbeda dalam melihat penyebab kemiskinan dan faktor yang
mempengaruhi strategi nafkah yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang
(rumah tangga). Menurut Sajogyo, kemiskinan dilihat dari dimensi ketimpangan dan
ketidakberdayaan penguasaan akses pada sumber-sumber nafkah seperti tanah dan
sumberdaya alam lainnya. Kemiskinan juga dilihat sebagai akibat dari proses
modernisasi-kapital. Modernisasi pedesaan memicu perubahan sosial agraria. Berbeda
halnya dengan kemiskinan yang dikemukakan oleh Sussex. Kemiskinan yang terjadi
sebagai akibat bekerjanya kekuatan politik-kapital global yang menghancurkan
sumberdaya alam (ecological fragility). Akibat langsung dari perubahan tata-ekosistem
kawasan tersebut.
Menurut Sajogyo dalam Dharmawan (2007), basis nafkah rumah tangga petani
adalah segala aktivitas ekonomi pertanian dan ekonomi non-pertanian. Karakteristik
penghidupan dan nafkah yang dicirikan oleh bekerjanya dua sektor ekonomi, juga
sangat ditentukan oleh sistem sosial-budaya setempat. Terdapat tiga elemen sistem
sosial terpenting yang sangat menentukan strategi nafkah yang dibangun oleh petani
kecil dan rumahtangganya. Ketiga elemen tersebut adalah: (1) infrastruktur sosial
(kelembagaan dan tatanan norma sosial yang berlaku), (2) struktur sosial (lapisan sosial,
struktur agraria, struktur demografi, pola hubungan pemanfaatan ekosistem lokal,
pengetahuan lokal), (3) supra-struktur sosial (ideologi, etika-moral ekonomi, sistem
nilai yang berlaku).
Mazhab Barat yang dikemukakan oleh Dharmawan (2007) memandang sistem
penghidupan dan nafkah pedesaan dalam dinamika sosio-ekologis suatu ekosistem.
Bentuk-bentuk strategi nafkah yang terbangun akan sangat ditentukan bagaimana petani
dan rumah tangganya melakukan kombinasi-kombinasi sumberdaya nafkah yang
tersedia. Terdapat lima jenis livelihood resources yang bisa dimanfaatkan untuk
bertahan hidup atau sekedar untuk menghadapi krisis ekonomi serta mengembangkan
derajat kesejahteraan rumah tangga petani2, yaitu: (1) financial capital, (2) physical
capital, (3) natural capital, (4) human capital, (5) sosial capital. Pemilihan strategi
nafkah akan sangat ditentukan oleh rasionalisme yang dianut oleh aktor-nafkah dalam
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dihadapannya.
Kemiskinan Nelayan
Menurut Purwodarminto (2011), secara umum nelayan dapat diartikan sebagai
orang yang mata pencahariannya menangkap ikan, penangkap ikan di laut. Menurut UU
No 6 Tahun 1964, pengertian nelayan dibedakan menjadi dua, yaitu nelayan pemilik
dan nelayan penggarap. Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan
hak apapun berkuasa atas sesuatu kapal atau perahu yang dipergunakan dalam usaha
penangkapan ikan. Nelayan penggarap ialah semua orang yang sebagai kesatuan dengan
menyediakan tangannya turut serta dalam usaha penangkapan ikan di laut.
Lebih lanjut Retnowati (2011) mengemukakan bahwa nelayan dapat dibedakan
sebagai berikut:
2
Pendapat ini dikemukakan oleh de Haan (2000) dan Ellis (2000) yang ditulis dalam penelitian Sistem
Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat
dan Mazhab Bogor yang ditulis oleh Arya Hadi Dharmawan (2007).
20
1. Nelayan pemilik adalah orang atau perseorangan yang melakukan usaha
penangkapan ikan, dengan hak atau berkuasa atas kapal/perahu dan/atau alat
tangkap ikan yang dipergunakan untuk menangkap ikan.
2. Nelayan penggarap adalah seseorang yang menyediakan tenaganya atau bekerja
untuk melakukan penangkapan ikan yang pada umumnya membentuk satu
kesatuan dengan yang lainnya dengan mendapatkan upah berdasarkan bagi hasil
penjualan ikan hasil tangkapan.
3. Nelayan tradisional adalah orang perorangan yang pekerjaannya melakukan
penangkapan ikan dengan menggunakan perahu dan alat tangkap yang
sederhana.
4. Nelayan kecil pada dasarnya berasal dari nelayan tradisional hanya saja dengan
adanya modernisasi/motorisasi perahu dan alat tangkap mereka tidak lagi
semata-mata mengandalkan perahu tradisional melainkan menggunakan diesel
atau motor.
5. Nelayan gendong adalah nelayan yang dalam keadaan senyatanya dia tidak
melakukan penangkapan ikan karena kapal tidak dilengkapi dengan alat tangkap
melainkan berangkat dengan membawa modal dari juragan yang akan digunakan
untuk membeli ikan di tengah laut kemudian akan dijual kembali.
Menurut Retnowati (2011), kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Namun, menurut ILO (1977) dalam
penelitian Agunggunanto (2011), kebutuhan dasar dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu pertama, kebutuhan dasar yang diperlukan sekali untuk mempertahankan
hidupnya, yaitu tercukupinya makanan, perumahan dan pakaian, seperti peralatan dan
perlengkapan rumah tangga. Kedua, kebutuhan lainnya termasuk penyediaan pelayanan
utama yang diberikan untuk masyarakat seperti air minum, sanitasi, pengangkutan
umum dan kesehatan, fasilitas pendidikan dan budaya. Menurut Kornita dan Yusuf
(2009), karakteristik keluarga miskin biasanya diwarnai pendidikan yang relatif rendah,
karena terjadi semacam vircius cycle atau lingkaran setan. Pendidikan yang rendah akan
memiliki pekerjaan yang rendah dan tentunya memperoleh pendapatan yang rendah
pula, kemampuan membiayai pendidikan rendah dan seterusnya.
Batasan kemiskinan dibangun dari kebutuhan konsumsi untuk hidup secara sehat
bagi manusia dewasa. Menurut Golden Standard, tiap orang butuh 2.300 kcal/hari. Jika
konsumsi kalori seseorang kecil dri 70 persen, maka ia tergolong miskin. Namun,
menurut FAO dan WHO, kebutuhan manusia agar dapat hidup normal cukup 1.600
kcal/hari ditambah 10 protein. Beda lagi dengan keduanya, menurut BPS cukup hanya
2.100 kcal/hari (Syahyuti 2006). Selain itu, Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK)
menyatakan bahwa ada 4 dimensi pokok kondisi kemiskinan di Indonesia, yaitu
kurangnya kesempatan, rendahnya kemampuan, kurangnya jaminan, serta
ketidakberdayaan. "Keluarga Miskin" menurut KPK paling kurang sekali seminggu
makan daging, ikan, dan telur; sekali setahun seluruh anggota keluarga memperoleh
paling kurang satul setel pakaian baru; dan lantai rumah paling kurang 8m2 per
penghuni. "Keluarga Miskin Sekali" jika tidak mampu memenuhi satu/lebih indikator
pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari/lebih; memiliki pakaian
berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan berpergian; serta bagian lantai terbuat
bukan dari tanah.
Sementara menurut Fauzi (2005), hampir sebagian besar nelayan kita
berpendapatan kurang dari US$ 10 per kapita per bulan. Jika dilihat dalam konteks
Millenium Development Goal, pendapatan sebesar itu sudah termasuk dalam extreme
poverty, karena lebih kecil dari US$ 1 per hari. Terbukti bahwa penghasilan keluarga
21
nelayan yang diperoleh oleh suami mereka yang berasal dari kegiatan melaut hanya
sekitar Rp 250.000-Rp 500.000 per bulan (Zid 2011). Kondisi kemiskinan nelayan
merupakan masalah yang kompleks sebagai akibat dari ketidakberdayaan nelayan
terhadap akses sumberdaya alam yang tersedia.
Selanjutnya Retnowati (2011) menyatakan bahwa kemiskinan dipahami dalam
berbagai cara dan pemahaman utamanya mencakup:
a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam
arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanandasar;
b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya
dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik
dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi;
c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
“memadai” disini sangat berbeda-beda, melintasi bagian politik dan ekonomi di
seluruh dunia.
Permasalahan utama yang dominan dihadapi oleh keluarga nelayan adalah
masalah kemiskinan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan
dalam mengelola sumberdaya keuangan keluarga, manajeman alokasi waktu dan
pekerjaan yang kurang efisien, keterampilan pengolahan hasil perikanan yang masih
terbatas, dan rendahnya posisi tawar menawar (bargaining power position) bagi nelayan
kecil yang dikarenakan lemahnya sistem kelembagaan dan keterampilan berorganisasi
(Puspitawati 2013). Prasetyo (2004) dalam Puspitawati (2013) membuktikan bahwa
keluarga nelayan masih mempunyai kemampuan yang rendah dalam mengelola
keuangan keluarga yang dibuktikan dengan rendahnya perencanaan keuangan dan
rendahnya pelaksanaan strategi penghematan pengeluaran terutama pada saat musim
melaut dan sedikit melakukan strategi penambahan pendapatan keluarga.
Menurut Widodo (2011), umumnya mereka menggantungkan hidupnya dari
pemanfaatan sumberdaya laut dan pantai yang membutuhkan investasi besar dan sangat
bergantung pada musim. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai nelayan kecil,
buruh nelayan, pengolah ikan skala kecil dan pedagang kecil karena memiliki
kemampuan investasi terbatas. Nelayan kecil hanya mampu memanfaatkan sumberdaya
di daerah pesisir dengan hasil tangkapan yang cenderung terus menurun akibat
persaingan dengan kapal besar.
Menurut Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (2006) dalam Retnowati
(2011), sebab-sebab pokok yang menimbulkan kemiskinan pada nelayan adalah:
a. Belum adanya kebijakan, strategi dan implementasi program pembangunan
kawasan pesisir dan masyarakat nelayan yang terpadu di antara para pemangku
kepentingan pembangunan.
b. Adanya inkonsistensi kuantitas produksi (hasil tangkapan), sehingga
keberlanjutan aktivitas sosial ekonomi perikanan di desa-desa nelayan
terganggu.
c. Masalah isolasi geografis desa nelayan sehingga menyulitkan keluar-masuk arus
barang, jasa, kapital, dan manusia, yang mengganggu mobilitas sosial ekonomi.
d. Adanya keterbatasan modal usaha atau modal investasi, sehingga menyulitkan
nelayan meningkatkan kegiatan ekonomi perikanannya.
e. Adanya relasi sosial ekonomi yang “eksploitatif” dengan pemilik perahu,
pedagang perantara (tengkulak), atau pengusaha perikanan dalam kehidupan
masyarakat nelayan.
22
f. Rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga nelayan, sehingga berdampak
negatif terhadap upaya peningkatan skala usaha dan perbaikan kualitas mereka.
Berdasarkan pemaparan penyebab kemiskinan yang dikemukakan oleh Retnowati
(2011), kemiskinan nelayan sesuai dengan kemiskinan yang dikemukakan oleh Sajogyo
yaitu kemiskinan akibat adanya eksploitasi dari adanya hubungan patron-client.
Kondisi Perempuan dalam Komunitas Nelayan
Perempuan nelayan adalah istri seorang kepala rumah tangga nelayan yang
berperan sebagai sekertaris merangkap bendahara, menjual hasil tangkapan dan
mengolah ikan pasca panen, serta menyiapkan bahan baku usaha keluarga. Perempuan
dalam keluarga berpenghasilan rendah memiliki potensial yang terbatas untuk
meningkatkan derajat kesehatan diri dan keluarga, disebabkan kemiskinan dan sering
menyita waktunya untuk mencari penghasilan tambahan yang mengalami kesulitan
karena pendidikan terbatas, dan situasi akan semakin buruk bila perempuan itu kepala
rumah tangga (Anwar 2007 dalam Arktut 2013). Biasanya pada masyarakat nelayan,
istri juga memiliki tingkatan sosial yang mengikuti tingkatan suaminya, misalnya ada
istri nelayan buruh dan ada istri nelayan kaya (juragan). Status sosial inilah yang akan
membedakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dalam meningkatkan pendapatan
keluarga (Zid 2011). Selain istri, kegiatan ekonomi dalam meningkatkan pendapatan
keluarga nelayan seringkali melibatkan anak perempuan, seperti menunggu dagangan
hasil olahan ikan di pasar, menjadi buruh membersihkan ikan. Biasanya anak
perempuan ini bekerja setelah mereka pulang dari sekolah. Pada perempuan yang
menginjak remaja, tanggung jawab yang diberikan oleh orang tua menjadi semakin
besar, mereka harus membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, mencuci pakaian,
hingga mengasuh adik (Widodo 2012).
Menanggapi mazhab yang dikemukakan oleh Sajogyo dan Mazhab Barat,
kemiskinan perempuan menurut Cahyono (2005), disebabkan oleh banyak faktor
pertama, kemiskinan yang dialami oleh perempuan karena kesulitan untuk
mendapatkan akses terhadap sumberdaya ekonomi. Kedua, kemiskinan perempuan
karena adanya kerentanan hidup, kesempatan dan suara, serta didukung pemerintah
yang sangat bias gender. Oleh karena itu, kemiskinan perempuan sesuai dengan
kemskinan yang dikemukakan oleh Sajogyo, yaitu kemiskinan yang diakibatkan oleh
kesulitannya dalam penguasaan pada sumber-sumber nafkah.
Kemiskinan yang terjadi pada perempuan berawal dari adanya nilai-nilai sosial
yang membuat wanita banyak mengerjakan hal-hal dalam rumah tangga yang tidak
menghasilkan upah seperti melakukan pekerjaan rumah tangga atau sekedar mengasuh
anak (ILO 2004). Kondisi demikian telah dianggap sebagai hal yang lumrah karena
dalam budaya Jawa, perempuan telah lama dikonstruksikan secara sosial maupun
budaya untuk menjadi “kanca wingking”3 (Nugraheni S 2012). Menurut Widodo
(2012), keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah untuk keluarga di wilayah pesisir
atau desa-desa nelayan tidak terlepas dari sistem pembagian kerja secara seksual (the
division of labour sex) yang berlaku pada masyarakat setempat. Menurut Kiara (2014),
rata-rata kontribusi perempuan nelayan terhadap pendapatan keluarga hampir mencapai
48%. Kendati berkontribusi besar, nasib perempuan nelayan masih memprihatinkan.
Pemberdayaan yang sangat minim, padahal mereka berpotensi memperkuat pilar
penghidupan keluarga. Dalam membantu meningkatkan pendapatan keluarga,
perempuan nelayan rela bekerja lebih dari 17 jam dalam satu hari. Tak jarang,
kontribusi perempuan dalam bekerja disebabkan oleh keadaan bahwa perempuan
3
Perempuan dikonstruksikan hanya berkutat pada berbagai urusan rumah tangga dan geraknya pun
dibatasi dalam lingkup rumah tangga.
23
menjadi kepala keluarga. Penyebab utama perempuan menjadi kepala keluarga adalah
migrasi, perceraian, pengabaian, pembatasan sosial, menjadi janda dalam waktu yang
lama, menjadi orang tua tunggal di usia muda, secara umum disebabkan karena
ketidakadilan gender yang menimpa anak-anak dan perempuan mengakibatkan beban
tanggung jawab mereka yang lebih berat (Jurnal Perempuan 2005).
Menurut Indraswari (2009), World Bank (2003) mengidentifikasi empat dimensi
kemiskinan, yaitu:
1. Women's lack of empowerment (Terbatasnya pemberdayaan perempuan)
Masalah pemberdayaan perempuan meliputi dua hal. Pertama, pemberdayaan
ekonomi yang terkait dengan minim/lemahnya akses perempuan terhadap
institusi keuangan formal. Kedua, masalah pemberdayaan juga terkait dengan
minim/lemah-nya suara perempuan dalam pengambilan keputusan di tingkat
nasional dan regional.
2. Women's lack of oppurtunity (Terbatasnya kesempatan perempuan)
Ada ketidaksamaan posisi laki-laki dan perempuan dalam partisipasi angkatan
kerja dan status pekerjaan. Pada masyarakat nelayan, perempuan nelayan hampir
sering menjadi buruh yang memiliki upah yang cukup minim.
3. Women's lack of capacity (Terbatasnya kapasitas perempuan)
Kapasitas perempuan antara lain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan derajat
kesehatan mereka. Menurut data BPS tahun 2004, perempuan yang buta huruf
lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 11,71%. Data tersebut
mengisyaratkan bahwa pendidikan bagi perempuan masih dianggap tidak
sepenting pendidikan bagi laki-laki.
4. Women's lack of security (Terjadinya kekerasan perempuan)
Kekerasan terhadap perempuan tidak selalu ada korelasi antara kemiskinan dan
kekerasan, namun disinyalir kemiskinan bisa menjadi salah satu faktor pencetus
kekerasan dalam rumah tangga dengan korban utama perempuan dan anak.
Menurut Fakih (1999) dalam Hikmah et al. (2008), menerangkan bahwa ada
lima manifestasi ketidakadilan gender yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Terjadi marjinalisasi perempuan.
2. Terjadinya subordinasi pada salah satu jenis kelamin.
3. Adanya pelebelan negatif (stereotype).
4. Adanya kekerasan (violence).
5. Peran gender perempuan adalah mengelola rumah tangga, maka banyak
perempuan menanggung beban kerja domestik lebih banyak dan lebih lama.
Menurut Tain (2013), kemiskinan pada rumah tangga nelayan setidaknya dapat
dikelompokkan menjadi tiga bentuk kemiskinan berdasarkan faktor pembentuknya.
Pertama, kemiskinan struktural disebabkan oleh kondisi struktur sosial yang ada
menjadikan mereka tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang
sebenarnya tersedia, juga akibat tatanan kebijakan yang lebih menguntungkan golongan
pemilik modal (nelayan besar). Kedua, kemiskinan kultural melihat kemiskinan berasal
dari faktor budaya seperti tatanan sosial yang mengharuskan perempuan bekerja di
rumah untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga. Ketiga, kemiskinan alamiah terjadi di
mana kondisi alam yang tidak mendukung mereka melakukan kegiatan ekonomi
produktif ataupun perilaku produksi yang tidak produktif akibat sifat sumberdaya yang
bersangkutan. Menanggapi pengelompokkan kemiskinan berdasarkan faktor
pembentukannya yang telah dikemukakan sebelumnya, Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (2006) menjelaskan bahwa secara kultural sebagian
masyarakat Indonesia masih dipengaruhi secara kuat oleh budaya tradisional yang
berideologi patriarki sehingga kemiskinan kultural yang terjadi pada perempuan adalah
24
tatanan sosial yang mengharuskan mereka bekerja di rumah. Kemiskinan struktural
berupa keterbatasan kaum perempuan untuk memperoleh akses ekonomi (misalnya
bekerja untuk memperoleh penghasilan, bukan sekedar menjalankan peran sebagai ibu
rumah tangga), berorganisasi dan sebagianya masih berlaku. Sementara itu, kemiskinan
alamiah menjelaskan adanya sebagian kaum perempuan yang bersikap pasrah terhadap
posisi dirinya dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat, karena secara sadar
mereka menganggap demikianlah kodrat sebagai seorang perempuan.
Strategi Bertahan Hidup yang Dilakukan Perempuan Nelayan
Munculnya perilaku strategis dalam menghadapi krisis pada rumah tangga
dilatarbelakangi oleh kemiskinan yang memaksa mereka untuk keluar dari keadaan
tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan dan karakteristik sosial ekonomi
rumah tangga merupakan hal-hal yang mendorong suatu rumah tangga melakukan
survival strategies. Keluarga miskin di pesisir hampir selalu melibatkan seluruh anggota
keluarganya dalam mencari nafkah sebagi upaya untuk bertahan hidup dan sebagai
respon dari kondisi keluarga yang serba kekurangan. Anak-anak pada keluarga miskin
memasuki dunia kerja lebih awal jika anak-anak pada keluarga berkecukupan. Di
samping tenaga kerja anak, tenaga kerja istri juga merupakan asset yang sangat
membantu ekonomi keluarga begitu pula apa istri keluarga buruh nelayan (Zid 2011).
Menurut Zid (2011), istri nelayan terbagi menjadi dua yaitu, istri nelayan kaya
(juragan) dan istri nelayan buruh. Istri nelayan buruh juga digolongkan menjadi dua,
yaitu istri nelayan buruh yang memiliki simpanan uang dan yang tidak memiliki
simpanan uang. Cara yang ditempuh pun berbeda–beda. Strategi bertahan hidup yang
dilakukan istri nelayan kaya sebagian bekerja dengan cara berjualan barang kebutuhan
sehari–hari, sementara istri buruh nelayan terlihat dalam hal pengaturan belanja pangan,
sandang, perlengkapan rumah tangga, dan pengaturan simpanan atau tabungan.
Sementara menurut Arkatut (2013) dan Nugraheni S (2012), strategi bertahan
hidup yang dilakukan oleh istri nelayan, adalah mengolah hasil tangkapan ikan dan
menjadi buruh pengupas udang. Kedua pekerjaan ini dipilih oleh istri nelayan karena
tidak membutuhkan keterampilan khusus dan tidak menghabiskan banyak waktu dalam
mengerjakannya karena mereka tidak ingin meninggalkan pekerjaan rumah mereka.
Adapula yang mengkategorikannya menjadi strategi bertahan hidup di sektor perikanan
dan di sektor non perikanan. Strategi bertahan hidup yang termasuk kedalam sektor
perikanan adalah pengolahan ikan asin/teri kering, berdagang ikan asin/teri kering,
pengumpul kerang, berdagang ikan segar, dan buruh usaha perikanan. Sementara
strategi bertahan hidup yang termasuk ke dalam sektor non perikanan adalah penjahit,
membuka usaha warung/kios, membuat usaha kue, dan menjadi buruh cuci.
Sementara menurut Widodo (2011), strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh
istri nelayan dalam membantu meningkatkan penghasilan keluarga terbagi menjadi dua
tipe, yaitu strategi ekonomi dan strategi sosial. Strategi bertahan hidup melalui sektor
ekonomi adalah membantu menjual hasil tangkapan ikan, memanfaatkan seluruh
anggota rumah tangga, diversifikasi pekerjaan, menekan pengeluaran. Sementara untuk
sektor sosial adalah mengikuti arisan dan meminjam uang kepada pedagang pengumpul
ikan yang nantinya dibayar dengan hasil tangkapan ikan.
Namun, berbeda halnya dengan Kristianti, et all (2014) dikemukakan
penggolongan macam strategi bertahan hidup dalam tiga sektor, yaitu: strategi ekonomi
serta sosial. Pada masyarakat nelayan strategi ekonomi dilakukan dengan cara: 1)
memberdayakan seluruh anggota keluarga untuk menjaga kelangsungan perekonomian
rumah tangga. 2) diversifikasi pekerjaan dengan tidak hanya memiliki satu tumpuan
mata pencaharian, 3) menekan pengeluaran makan, dan non makan dengan cara
25
mengurangi porsi makan atau mengurangi frekuensi makan. 4) hutang piutang, dengan
meminjam uang tetangga atau saudara ketika kesulitan karena tidak ada bunga.
Sedangkan strategi sosial ditempuh dengan beberapa cara seperti: 1) hubungan patronklien antara pemasok ikan dan nelayan. 2) arisan untuk menghimpun dana tak terduga
untuk menjadi simpanan dan bantuan ketika membutuhkan dana.
Lain halnya dengan Septiadi (2013) menurutnya strategi bertahan hidup pada
rumah tangga miskin dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Modal sosial yang meliputi pembentukan jaringan sosial informal (meminjam
uang kepada tetangga, berhutang ke warung);
2. Alokasi sumber daya manusia yang meliputi pemberdayaan tenaga kerja rumah
tangga (anggota rumah tangga ikut bekerja, penambahan jam kerja);
3. Basis produksi yang meliputi usaha diversifikasi sumber pendapatan
(ekstensifikasi dan intensifikasi usaha pertanian pada masyarakat petani);
4. Spasial yang meliputi migrasi temporer (usaha non-pertanian); dan
5. Finansial yang meliputi penghematan (pengurangan kuantitas maupun kualitas
bahan makanan, menjual barang dan tabungan).
Menurut Wisdaningtyas (2011), mengemukakan ada dua indikator untuk
mengukur strategi sosial, yaitu intensitas meminjam kepada patron dan intensitas
meminjam kepada tetangga. Menurut Zid (2011), banyak faktor yang menyebabkan
jenis pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan, yaitu umur, tingkat pendidikan, status
perkawinan dan status sosial.
Beban istri dalam menopang kebutuhan keluarga akan semakin besar karena
pendapatan suami yang rendah. Semakin kecil pendapatan rumah tangga yang
dihasilkan oleh suami, menuntut semakin besarnya peranan (porsi) istri dalam
menyumbangkan pendapatan guna mencukupi kebutuhan rumah tangga (Zein 2000
dalam Nugraheni S 2012). Anggota keluarga yang semakin besar maka peran
perempuan (istri nelayan) akan semakin besar untuk menutupi kebutuhan ekonomi yang
semakin besar dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga. Sealin itu, semakin
tinggi tingkat pendidikan perempuan maka peran perempuan akan semakin besar dalam
berperan serta membantu ekonomi keluarga (Nugraheni S 2012).
26
Tabel 1. Pengelompokkan Strategi Bertahan Hidup Perempuan dalam Komunitas
Nelayan
Penulis
Strategi Sosial
Strategi Ekonomi
Slamet Widodo - Menjalin hubungan - Membantu menjual
(2011)
dengan
patron,
hasil tangkapan ikan
salah satunya untuk - Memanfaatkan
berhutang
yang
seluruh
anggota
akan
dibayar
rumah tangga
dengan
hasil - Diversifikasi
tangkapan ikan
pekerjaan
- Mengikuti arisan
- Menekan
pengeluaran
Kristianti, Kusai, - Membangun
- Memberdayakan
Lamun Bathara
hubungan dengan
seluruh
anggota
(2014)
patron
keluarga
- Mengikuti
arisan - Diversifikasi
untuk menghimpun
pekerjaan
dana tak terduga - Menekan
untuk
menjadi
pengeluaran makan
simpanan
dan
dan non makan
bantuan
ketika
dengan
cara
membutuhkan dana
mengurangi
frekuensi makan
- Berhutang kepada
tetangga
M.
Septiadi - Modal sosial yang - Diversifikasi sumber - Strategi
(2013)
meliputi
pendapatan
spasial
pembentukan
- Melakukan
yang
jaringan sosial
penghematan
meliputi
- Alokasi sumberdaya
migrasi
manusia
27
SIMPULAN
Berawal dari penghasilan yang rendah, keluarga nelayan sulit untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, dan perlengkapan
rumah tangga. Tidak kalah penting adalah pemenuhan kebutuhan yang lain yaitu
penyedia pelayanan utama yang diberikan bagi masyarakat seperti air minum, sanitasi,
pendidikan. Demi memenuhi kebutuhan dasar dan juga penyediaan pelayanan, keluarga
harus mencari cara untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut sedangkan penghasilan
yang cukup rendah. Hal ini yang menyebabkan keluarga nelayan tetap berada pada garis
kemikinan. Banyak faktor yang menyebabkan kemiskinan yang terjadi di daerah pesisir,
yaitu kurangnya modal untuk membeli sarana dan prasarana untuk menangkap ikan.
Kurang memadainya sarana dan prasarana yang digunakan dalam menangkap ikan akan
membuat hasil tangkapan yang cukup rendah dan wilayah tangkapan yang cukup
sempit.
Berbagai macam cara yang dilakukan oleh keluarga nelayan dalam upayanya
keluar dari kemiskinan, salah satunya dengan melibatkan istri dalam meningkatkan
pendapatan keluaraga. Saat perempuan dilibatkan dalam membantu meningkatkan
penghasilan keluarga, beban yang ditanggung istri nelayan akan semakin berat. Hal ini
disebabkan oleh selain perempuan mengurusi kebutuhan rumah tangga namun ia juga
harus mencari nafkah untuk membantu meningkatkan penghasilan keluarga. Walaupun
demikian, perempuan hanya dapat bekerja pada sektor-sektor yang kurang mendapat
perhatian, sehingga perempuan nelayan ini masih tetap bergelut dengan kemiskinan.
Kemiskinan yang dialami oleh perempuan disebabkan oleh kesulitan mendapatkan
akses terhadap sumberdaya ekonomi dan jumlah anggota keluarga. Tak jarang,
perempuan nelayang sering mendapatkan ketidakadilan dalam usahanya meningkatkan
pendapatan keluarga. Ketidakadilan ini pula yang menyebabkan perempuan masih
berada pada garis kemiskinan.
Cara yang biasa dilakukan oleh perempuan nelayan dalam upayanya untuk
bertahan dalam menjalankan hidupnya adalah dengan menjalankan strategi bertahan
hidup. Banyak cara yang dilakukan oleh perempuan nelayan dalam melakukan strategi
bertahan hidup, jika dikategorikan terdapat dua strategi bertahan hidup, yaitu strategi
sosial dan strategi ekonomi. Strategi bertahan hdiup yang termasuk strategi sosial
adalah berhutang kepada pedagang pengumpul atau kepada tetangga. Sementara strategi
bertahan hidup yang termasuk ke dalam strategi ekonomi adalah melakukan
penghematan pengeluaran keluarga, menjadi buruh perikanan, mengolah ikan mentah
hasil tangkapan, dan membuka usaha warung/toko. Namun, dalam menetukan strategi
bertahan hidup yang akan dilakukan oleh istri nelayan dalam membantu meningkatkan
penghasilan keluarga dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan
status sosial.
Perumusan Masalah
Berawal dari kemiskinan yang dialami oleh perempuan dalam komunitas
nelayan mereka melakukan strategi bertahan hidup. Bentuk-bentuk strategi bertahan
hidup yang mereka lakukan bermacam-macam yang dipengaruhi berbagai faktor, maka
dapat dibuat pertanyaan penelitian yang akan dijadikan dasar penelitian selanjutnya
adalah:
1. Bagaimana kemiskinan yang terjadi pada perempuan nelayan?
2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk strategi bertahan hidup
yang ditempuh oleh perempuan dalam komunitas nelayan?
28
Usulan Kerangka Analisis
Berawal dari kemiskinan yang dialami oleh keluarga nelayan, perempuan
berusaha untuk bertahan hidup dengan melakukan strategi bertahan hidup. Berbagai
cara yang dapat dilakukan oleh perempuan, sepertistrategi social dan strategi ekonomi.
Dalam melakukan strategi bertahan hidup tersebut, ada berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh perempuan dalam
komunitas nelayan, yaitu umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, status sosial
ekonomi, dan jumlah anggota keluarga.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Strategi Bertahan Hidup Perempuan
Nelayan
Tingkat Kemiskinan
Strategi Sosial
 Tingkat pendapatan
 Tingkat konsumsi
 Intensitas meminjam kepada
patron
 Intensitas meminjam kepada
tetangga
Strategi Ekonomi




Umur
Keterangan
: berhubungan
Tingkat
pendidikan
Besarnya simpanan
Diversifikasi pekerjaan
Banyaknya hutang piutang
Menekan pengeluaran
Status
perkawinan
Status
Sosial
Ekonomi
Jumlah
anggota
keluarga
29
DAFTAR PUSTAKA
Afifah IN. 2012 May 17. Jutaan perempuan kepala keluarga Indonesia, hidup miskin.
Radio Australia. [Internet]. [dikutip tanggal 15 Desember 2014]. Dapat diunduh
dari:
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/radio/onairhighlights/jutaanperempuan-kepala-keluarga-indonesia-hidup-miskin/945252
Agunggunanto EY. 2011. Analisis Kemiskinan dan Pendapatan Keluarga Nelayan
Kasus di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Indonesia.
[Internet]. Jurnal. [dikutip tanggal 4 Desember 2014]; Vol. I, No. 1: 50-58. Dapat
diunduh dari: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/dinamika_pembangunan/
article/download/1658/1432
Arkatut R. 2013. Strategi Istri Nelayan dalam Menunjang Penghasilan Keluarga di
Dusun Merpati Desa Sungai Kakap Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu
Raya. [Internet]. Jurnal. [dikutip tanggal 19 September 2014]; Vol II, No. 2: 1-12.
Dapat diunduh dari: http://jurnalnasional.ciki.me/index.php/sostri/article/
download/385/363
Dharmawan. AH. 2007. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan
Sosiologi Nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor.
[Internet]. Jurnal. [10 Januari 2015]; Vol. I, No. 2: 170-192.
Fauzi, A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan: Isu, Sintesis, dan Gagasan. Jakarta
[ID]: Gramedia Pustaka Utama. 17-27.
Handoko W, Marwah S, Ardhamariswari R. Pembentukan Model Pemberdayaan
Perempuan Nelayan di daerah Tertinggal. [Internet]. [dikutip tanggal 16
Desember 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.journal.unair.ac.id/
filerPDF/04%20Waluyo%20HAndoko,%20dkk%20FISIP%20UNSOED.%20dev
%20fix.pdf
[ILO] Internatinal Labour Organitation. 2004. Seri Rekomendasi Kebijakan: Kerja
Layak dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 2003. [Internet]. [dikutip
tanggal 12 Desember 2014]. Jakarta [ID]: ILO. Dapat diunduh dari:
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilojakarta/documents/publication/wcms_125243.pdf
Indonesia, Undang-undang tentang Bagi Hasil Perikanan, UU No 16 tahun 1964.
Cahyono I. 2005. Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan. Di dalam: Wijaksana MB,
Subiyantoro EB, Kartika S, Purnama L, editor. Jurnal Perempuan: untuk
Pencerahan dan Kesetaraan; Juli 2005; Jakarta [ID]: Yayasan Jurnal Perempuan.
Hal 7-17
[Kemenpppa]. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia. 2012. Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produktifitas
Ekonomi Perempuan (PPEP). Jakarta [ID]: Kemenpppa
30
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja
Kementrian Kelautan dan Perikanan Tahun 2011. [Internet]. [dikutip tanggal 12
Desember
2014].
Jakarta
[ID]:
KKP.
Dapat
diunduh
dari:
http://www.kkp.go.id/public/upload/LAKIP%20KKP%202012.pdf
Kornita SE, Yusuf Y. Strategi Bertahan Hidup (Life Survival Strategy) Penduduk
Miskin Kelurahan Batu Teritip Kecamatan Sungai Sembilan. [Internet]. Jurnal.
[dikutip
tanggal
5
Desember
2014].
Dapat
diunduh
dari:
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JE/article/download/823/816
Kristianti, Kusai, Bathara L. 2014. Strategi Bertahan Hidup Nelayan Buruh di Desa
Meskom Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. [Internet].
Jurnal. [dikutip tanggal 30 November 2014]; Vol. XLII, No. 1: 62-68. Dapat
diunduh dari: http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JT/article/viewFile/2150/2116
Lindawati. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peluang Berusaha dan Kegiatan
Ekonomi Rumah Tangga Istri Nelayan Pekerja di Kecamatan Medan Belawan.
[Internet]. Jurnal. [dikutip tanggal 11 September 2014]; Vol. III, No. 1: 1-8.
Dapat diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17932/
1/wah-agu2007-3%20(1).pdf
Muflikhati I, Hartoyo, Sumarwan U, Fahrudin A, Puspitawati H. 2010. Kondisi Sosial
Ekonomi dan Tingkatan Kesejahteraan Keluarga: Kasus di Wilayah Pesisir jawa
Barat. [Internet]. Jurnal. [dikutip tanggal 15 Desember 2014]; Vol III, No. 1-10.
Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/
43451/Istiqlaliyah%20Muflikhati.pdf?sequence=1
Nasib perempuan nelayan. 2014. Kiara. [Internet]. [dikutip dari Kompas Senin 26 Mei
2014
pada
15
Desember
2014].
Dapat
diunduh
dari:
http://www.kiara.or.id/nasib-perempuan-nelayan/
Nugraheni SW. 2012 Peran dan Potensi Wanita dalam Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi
Keluarga. [Internet]. Jurnal. [dikutip tanggal 11 September 2014]; Vol. I, No. 2:
104-111.
Dapat
diunduh
dari:
http://journal.unnes.ac.id/sju/
index.php/jess/article/viewFile/739/747
Puspitasari W. 2013 Apr 30. Banyaknya perempuan jadi kepala keluarga. Antara News.
[Internet]. [dikutip tanggal 16 Desember 2014]. Dapat diunduh dari:
http://www.antaranews.com/berita/372253/banyak-perempuan-jadi-kepalakeluarga
Puspitawati H. 2013. Ekologi Keluarga Konsep dan Lingkungan. Bogor [ID]: IPB Pr
Retnowati E. 2011. Nelayan Indonesia dalam Pusaran Kemiskinan Struktural
(Perspektif Sosial, Ekonomi, dan Hukum). [Internet]. Jurnal. [dapat dikutip 5
Desember 2014]; Vol. XVI, No. 3: 149-159. Dapat dikutip dari:
http://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/20120708131038258 7/12.pdf
Septiadi M. 2013. Pengaruh ketimpangan gender terhadap strategi bertahan hidup
rumah tangga buruh tani miskin di desa Cikarawang. [skripsi]. Bogor [ID]:
Institut Pertanian Bogor
31
Suhartini E. 2009. Peran Wanita Nelayan di Dalam Keluarga, Rumah Tangga dan
Masyarakat di Madura-Jawa Timur. [Internet]. [dikutip tanggal 10 Desember
2014]. Dapat dikutip dari: http://jurnalinspirat.com/Download/JI5_9.pdf
Syahyuti. 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian.
Jakarta [ID]: PT. Bina Rena Pariwara. 262 hal.
Widodo S. 2011. Strategi Nafkah Berkelanjutan bagi Rumah Tangga Miskin di daerah
Pesisir. [Internet]. Jurnal. [diunduh tanggal 19 September 2014]; Vol. XV, No. 1:
10-20. Dapat diunduh dari: http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/
view/890/849
________. 2012. Peran Perempuan dalam Sistem Nafkah Rumah Tangga Nelayan.
[Internet]. Jurnal. [diunduh tanggal 30 September 2014]; Vol. II, No. 2: 1-7.
Dapat diunduh dari: http://pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/
uploads/peran-perempuan-dalam-sistem-nafkah-rumah-tangga-nelayan.pdf
Wisdaningtyas. 2011. Srategi Bertahan Hidup Masyarakat Nelayan Di Daerah
Pencemaran Pesisir. skripsi. [ID]. Institut Pertanian Bogor.
Zid M. 2011. Fenomena Strategi Nafkah Keluarga Nelayan: Adaptasi Ekologis di
Cikahuripan-Cisolok, Sukabumi. [Internet]. Jurnal. [dikutip tanggal 22 September
2014]; Vol. IX, No. 1: 32-38. Dapat diunduh dari: http://unj.ac.id/fis/sites/
default/files/(4)%20M%20Zid.PDF
32
RIWAYAT HIDUP
Nanda Karlita dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Oktober 1993, dari pasangan
Kasiyo dan Rosita. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah SMA Negeri 4
Bogor, tahun 2008–2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat
Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan (Seleksi
Nasional Mauk Perguruan Tinggi Negeri Undangan) dan pada tahun 2012 penulis
diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif sebagai reporter periode 20112013 dan bendahara periode 2012-2013 di Koran Kampus Institut Pertanian Bogor.
Selain itu penulis juga mengikuti Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi
Manusia (BEM FEMA) periode 2012-2013.
Download