Ruang Hasil kali Dalam (INNER PRODUCT SPACE) Yang di bahas : • Hasil kali dalam • Panjang vektor, jarak vektor dan besar sudut dalam RHD • Basis ortonormal : Metode Gramm-Schimdt • Perubahan basis Hasil kali dalam Definisi : adalah fungsi yang mengkaitkan setiap pasangan vektor di ruang vektor V ( misalkan vektor u dan v dengan notasi <u,v> )dengan bilangan riel, dan memenuhi 4 aksioma berikut ini : 1. Simetris : <u,v> = <v,u> 2. Aditivitas : <u+v, w> = <u,w> + <v,w> 3. Homogenitas : <ku,v> = k<u,v> , k : scalar 4. Positivitas : <u,v> ≥ 0 dan ( <u,u> = 0 u = 0) Ruang vektor yang dilengkapi hasil kali dalam disebut : Ruang hasil kali dalam yang disingkat RHD Contoh soal : 1. Tunjukkan bahwa operasi perkalian titik standar di R3 merupakan hasil kali dalam ! Jawab : Misalkan : a(a1, a2, a3), b(b1, b2, b3) dan c(c1, c2, c3) berada dalam R3. Akan ditunjukkan bahwa perkalian titik standar memenuhi 4 aksioma hasil kali dalam yaitu : 1. Simetri : <a, b> = (a.b) = (a1b1 + a2b2 + a3b3) = (b1a1 + b2a2 + b3a3) = <b,a> (terpenuhi) 2. Aditivitas : <a+b, c> = ((a + b) . c) = ((a1+b1, a2 + b2, a3 + b3) . (c1, c2, c3)) = ((a1c1 + b1c1) + (a2c2 + b2c2) + (a3c3 + b3c3)) = (a1c1 + a2c2 + a3c3) + (b1c1 + b2c2 + b3c3) = <a,c> + <b,c> (terpenuhi) 3. Homogenitas : <ka, b> = (ka.b) = (ka1b1 + ka2b2 + ka3b3) = k(a1b1 + a2b2 + a3b3) = k(a.b) = k< a,b > (terpenuhi) 4. Positivitas : <a, a> = (a.a) = (a12 + a22 + a32)≥ 0 dan <u,u> = (a12 + a22 + a32)= 0 terpenuhi) u =(0,0,0) = 0 (terpenuhi) 2. Diketahui <u,v> = ad + cf dengan u = (a,b,c) dan v = (d,e,f). Apakah <u,v> tersebut merupakan hasil kali dalam ? Jawab : Akan ditunjukkan apakah <u,v> memenuhi 4 aksioma hasil kali dalam berikut ini : 1. Simetri <u,v> = ad + cf = da + fc = <v, u> (terpenuhi) 2. Aditivitas Misalkan w = (g,h,i) <u + v, w> = ((a + d, b + e, c + f), (g,h,i)) = (a + d)g + (c + f)i = (ag + ci) + (dg + fi) = <u,w> + <v,w> (terpenuhi) 3. Homogenitas <ku,v> = (kad + kcf) = k(ad + cf) = k<v,u> (terpenuhi) 4. Positivitas <u ,u> = (u.u) = (a2 + c2) ≥0 (terpenuhi) dan <u,u> = (a2 + c2) = 0 tidak selalu u =(0,0,0), karena nilai u =(0,b,0) dengan b ≠0, maka nilai <u,u> = 0 tidak terpenuhi Karena aksioma positivitas tidak terpenuhi, maka <u,v> = ad+ cf dengan dengan u = (a,b,c) dan v = (d,e,f) bukan merupakan hasil kali dalam Panjang vektor, jarak antar vektor dan besar sudut dalam RHD Jika V merupakan ruang hasil kali dalam, u,v dalam V, maka : a. Panjang u = <u,u>1/2 b. Jarak u dan v : d(u,v) = <u – v, u – v >1/2 c. Misalkan sudut θ dibentuk antara u dan v dalam RHD, maka : cos u, v u v jika u dan v saling tegak lurus, maka uv u v 2 2 2 Bukti : u v u v, u v 2 u v, u u v, v u , u v, v 2 u , v u v 2 2 Contoh soal : Diketahui V adalah RHD dengan hasil kali dalam <u,v> = (u1v1 + 2 u2v2 + u3v3) dengan u =(u1,u2,u3), v =(v1,v2,v3). Jika vektor-vektor a, b dalam V dengan a = (1,2,3) dan b = ( 1,2,2), tentukan : a. Besar cos Ѳ dengan Ѳ adalah sudut antara a dan b b. Jarak antara a dan b ! Jawab : a. cos a, b a b 1.1 2.(2.2) 2.3 12 2.22 32 12 2.22 22 15 15 18 13 234 b. Jarak a dan b : d(a,b) = <a – b, a – b >1/2 (a – b ) = (0,0,1) d (a, b) a b, a b 1 2 0.0 2.(0.0) 1.1 1 Basis ortonormal Diketahui V ruang hasil kali dalam dan v1, v2 ……., vn adalah vektor-vektor dalam V Beberapa definisi penting a. H = {v1, v2 ……., vn} disebut himpunan ortonormal bila setiap vektor dalam V saling tegak lurus, yaitu <vi, vj> = 0 untuk i ≠ j dan i,j = 1,2,…..,n b. G = {v1, v2 ……., vn} disebut himpunan ortonormal bila : - G himpunan ortogonal - Norm dari vi = 1, i = 1,2,….n atau <vi,vi>=1 Proyeksi ortogonal vektor terhadap ruang yang dibangun oleh himpunan vektor. H = {v1, v2, ….., vn} adalah himpunan vektor bebas linier dari ruang vektor dengan dim≥n dan S = {w1, w2, ….., wn} merupakan himpunan yang ortonormal. Jika W adalah ruang yang dibangun oleh w1, w2, …., wn, maka untuk setiap vektor z1 dalam w1 dapat dituliskan sebagai : z1 = k1w1 + k2w2 + …. + knwn dengan k1, k2, …., kn :skalar. Jika u adalah sembarang vektor dalam V, maka dapat dinyatakan sebagai jumlah dari 2 vektor yang saling tegak lurus : u = z1 + z2. Karena z1 dalam W, maka z1 merupakan proyeksi ortogonal u terhadap W. Sedangkan z2 merupakan komponen u yang tegak lurus terhadap W. Jadi untuk menentukan z1 perlu ditentukan nilai k1 yang merupakan panjang u terhadap w1. Proyeksi ortogonal u terhadap w1 adalah : proy w1(u) = <u, w1> w1, w2, ……, wn merupakan vektor-vektor ortonormal. Jadi penulisan proyeksi ortogonal u terhadap W adalah : Proyw (u) = z1 = <u, w1>w1 + <u, w2>w2 + …… + <u, wn>wn (w1, w2, ……, wn merupakan himpunan vektor ortonormal) Komponen u yang tegak lurus terhadap W dituliskan sebagai : z2 = u – z1 = u – <u, w1>w1 + <u, w2>w2 + …… + <u, wn>wn Metode Gramm – Schmidt Mengubah suatu himpunan vektor yang bebas linier menjadi himpunan yang ortonormal Syarat : Himpunan yang ditransformasikan ke himpunan ortonormal adalah yang bebas linier. Jika yang ditransformasikan adalah himpunan vektor yang merupakan basis dari ruang vektor V, maka metode Gramm – Schmidt akan menghasilkan basis ortonormal untuk V Jika diketahui K = {v1, v2, …..,vn} merupakan himpunan yang bebas linier, maka K dapat diubah menjadi himpunan S = {w1, w2, …..,wn} yang ortonormal dengan menggunakan metode Gramm – Schimdt yaitu : v1 1. w1 , ini proses normalisasi yang paling sederhana v1 karena melibatkan hanya 1 vektor saja. Pembagian dengan v1 bertujuan agar w1 memiliki panjang = 1, pada akhir langkah ini diperoleh bahwa w1 ortonormal v2 v2 , w1 w1 2. w2 v2 v2 , w1 w1 Pada akhir langkah ini diperoleh dua vektor w1 dan w2 yang ortonormal. v3 v3 , w1 w1 v3 , w2 w2 3. w3 v3 v3 , w1 w1 v3 , w2 w2 . . . vn vn , w1 w1 vn , w2 w2 .... vn , wn1 wn1 n. wn vn vn , w1 w1 vn , w2 w2 .... vn , wn1 wn1 vi proyw (vi ) Secara umum : wi vi proyw (vi ) W merupakan ruang yang dibangun oleh w1, …., wi-1 Pada metode ini, pemilihan v1, v2, …., vn tidak harus mengikuti urutan vektor karena basis suatu ruang vektor tidak tunggal. Jadi dengan mengubah urutan v1, v2, …., vn sangat memungkinkan diperoleh jawaban yang berbeda-beda. Pemilihan urutan dari v1, v2, …., vn yang disarankan adalah yang mengandung hasil kali dalam yang bernilai 0 yaitu <vi, vj>= 0. Dalam kasus ini bisa diambil v1 = vi dan v2 = vj dan seterusnya. Contoh soal : Diketahui H = {a, b, c} dengan a = (1, 1, 1), b = ( 1, 2, 1) dan c (- 1, 1, 0). a) Apakah H basis R3 ? b) Jika ya, transformasikan H menjadi basis ortonormal dengan menggunakan hasil kali dalam Euclides ! Jawab : a) Karena dim (R3) = 3 dan jumlah vektor dalam H = 3, maka untuk menentukan apakah H merupakan basis R3 atau bukan yaitu dengan cara menghitung determinan matrik koefisien dari SPL Ax = b dengan b adalah sembarang vektor dalam R3. Jika det = 0 berarti H bukan merupakan basis R3, sedangkan jika det ≠ 0, maka vektor-vektor di H bebas linier dan membangun R3, sehingga H merupakan basis R3. Matrik koefisien dari SPL adalah : 1 1 -1 1 2 1 1 1 0 Dengan ekspansi kofaktor sepanjang baris ketiga, didapatkan : 1 1 -1 1 2 1 1 1 0 1 -1 1 -1 2 1 1 1 3 2 1 Karena det = 1, berarti H merupakan basis dari R3 b) Hasil kali dalam antara a, b dan c <a,b>=4, <a,c> 0, <b,c> = 1 Untuk memilih basis yang perhitungannya lebih sederhana dapat diambil : v1 = a, v2 = b, v3 = c a (1,1,1) 1. w1 a 3 c c, w1 w1 c (1,1,0) 2. w2 c c, w1 w1 c 2 {Karena <a,c> = 0 maka <c,w1> c, a a, c 0 } a a b b, w1 w1 b, w2 w2 3. w3 b b, w1 w1 b, w2 w2 b 13 b, a a 12 b, c c b 13 b, a a 12 b, c c 1 1 1 1 6 1 4 1 1 1 1 1 b 3 b, a a 2 b, c c 2 1 1 6 6 1 3 2 1 1 0 - 1 3 -2 6 1 b b, a a b, c c 6 6 1 3 1 2 1 Jadi w3 16 1 s -2 Normalisasi himpunan orthogonal ke himpunan ortonormal Diketahui V RHD dan H = {v1, v2, …., vn} dalam V merupakan ortogonal dengan v1≠ 0, maka bisa diperoleh himpunan ortonormal yang didefinisikan sebagai : S = { s1, s2, …., sn} dengan vi si , i 1, 2,......n vi Kalau dicermati, sebenarnya ini adalah rumusan Gramm – Schimdt yang telah direduksi yaitu untuk nilai proyw(vi) = 0, akibat dari v1, v2, …. vn yang saling orthogonal. Proses untuk mendapatkan vektor yang ortonormal disebut menormalisasikan vektor. Jika dim (V) = n, maka S juga merupakan basis ortonormal dari V Contoh soal : Diketahui a, b, c dalam R3 dengan a = (2,-1,1), b = (2, 5, 1) dan c =(-1,0,2). Jika R3 merupakan RHD Euclides, transformasikan a, b, c ke basis ortonormal ! Jawab : <a,b> = 0, <a,c> = 0, <b,c> = 0 a 22 (1)2 12 6 b 22 52 12 30 c (1)2 02 22 5 Misalkan H = {a,b,c} maka H merupakan himpunan ortonormal. Dim (R3) = 3 jadi dapat ditentukan basis ortonormal untuk R3. Misalkan : a s1 a 1 6 (2, 1,1) c s3 c 1 5 (1, 0, 2) b s2 b 1 30 (2,5,1) Basis ortonormal untuk R3 adalah : 1 6 (2, 1,1), 1 30 (2,5,1), 1 5 (1, 0, 2) Perubahan basis Suatu ruang vektor dapat memiliki beberapa basis Jika terdapat sembarang vektor x dalam ruang vektor V yang memiliki himpunan vektor A dan B sebagai basisnya, maka x tentunya merupakan kombinasi linier dari vektor A dan B y y u1 v2 x u2 6v1 v1 x -v2 x x 3u2 (a) (b) Gambar di atas menunjukkan 2 sistem koordinat dalam R2 yang berbeda yaitu : basis B = {u1, u2} dan basis C = {v1, v2} Dengan : -1 2 1 1 u1 , u2 , v1 , v1 2 -1 0 1 Untuk vektor x yang sama pada setiap sistem koodinat, maka penulisan koordinat vektor x yang sesuai dengan B dan C adalah : x B 1 dan 3 x C 6 -1 Untuk menghitung x dengan mengunakan x B diperoleh : -1 2 5 x = u1 + 3 u2 = 3 2 -1 -1 Dengan menuliskan bentuk u1 dan u2 ke v1 dan v2 diperoleh : 2 1 1 -1 1 1 u1 3 2 3v1 2v2 dan u2 3 3v1 v2 -1 0 1 2 0 1 6 x = (-3v1 + 2v2) + 3(3v1 –v2) = 6v1 – v2 x C -1 Jika V ruang vektor, S={s1, s2, ….,sn} merupakan basis V, maka untuk sembarang x dalam V dituliskan: x = k1s1 + k2s2 +……+ kxsn dengan k1, k2, ….kn skalar yang juga disebut koordinat x relatif terhadap basis S k1 k 2 x s disebut matrik x relatif terhadap basis S k n Jika S merupakan basis ortonormal, maka : x, s1 x, s 2 x s x, sn Jika A ={x1,x2} dan B = {y1, y2} berturut-turut merupakan basis dari V, maka untuk sembarang z dalam V didapatkan : z A dan z B Bagaimana hubungan z A dan z B ? Misalkan : x1 B a c dan x2 B b d Dari x1 B a didapatkan x1 ay1 by2 b (1) Dari x2 B c didapatkan x2 cy1 dy2 d (2) Untuk z A k1 didapatkan z k1 x1 k2 x2 k2 (3) Dengan mensubstitusikan persamaan (1) dan (2) ke (3) diperoleh : z k1 (ay1 by2 ) k2 (cy1 dy2 ) (k1a k2c) y1 (k1b k2 d ) y2 Ini berarti : z B k1a k2c a c k1 P z A k1b k2 d b d k2 P disebut matrik transisi dari basis A ke basis B. Secara umum, jika A = {x1, x2, …xn} dan B = {y1, y2, ….yn} berturut-turut merupakana basis dari ruang vektor V, maka matrik transisi basis A ke basis B adalah : P x1 B x2 B xn B Jika P dapat dibalik, maka P-1 merupakan matrik transisi dari basis B ke basis A Contoh soal : Diketahui : A = { v, w} dan B = {x, y} berturut-turut merupakan basis R2 dengan v =(2,2), w = (3,-1), x = (1,3) dan y = (-1,-1). Tentukan : a. Matrik transisi dari basis A ke basis B b. Hitung -1 3 A c. Hitung -1 dengan menggunakan hasil dari b 3 B d. Matrik transisi dari basis B ke basis A a. Misalkan vB a 2 1 -1 a a 0 , maka didapatkan b 2 3 -1 b b -2 c 3 1 -1 c c -2 Dan untuk wB d , maka -1 3 -1 d didapatkan d -5 Jadi matrik transisi dari basis A ke basis B adalah : 0 -2 P -2 -5 -1 k1 b. Misalkan maka didapatkan 3 A k 2 k1 1 k -1 2 c. Dari (a) dan (b) didapatkan P 0 -2 dan -1 1 -2 -5 3 A -1 -1 -1 0 -2 1 2 sehingga P 3 B 3 A -2 -5 -1 3 d. Matrik transisi dari basis B ke basis A adalah P-1 dengan P merupakan matrik transisi terhadap basis A ke basis B. -5 2 merupakan matrik transisi Jadi P - 2 0 1 1 4 dari basis B ke basis A Perhitungan perubahan basis suatu matrik dengan metode Gauss-Jordan Anggap B = {u1….., un} dan C = {v1….., vn} merupakan basis dari ruang vektor V dan P adalah matrik transisi basis B ke C. Kolom ke i dari P adalah : ui C P1i Pni Sehingga : ui = p1i v1 + …. + pni vn . Jika ε adalah sembarang basis di V, maka : ui p1i v1 ..... pni vn p1i v1 ...... pni vn Dapat ditulis dalam bentuk matrik sebagai berikut : p1i v1 ...... vn ui pni Persamaan ini dapat diselesaikan dengan eliminasi Gauss – Jordan dari matrik augmented : v1 ...... vn Diperoleh hasil : ui ......un = C C B I P B Contoh soal : Dalam M22 diketahui basis B = {E11, E21, E12, E22} dan basis C = {A, B, C, D} dengan : 1 0 1 1 1 1 1 A , B , C , D 0 0 0 0 1 0 1 1 1 Tentukan matrik transisi dari basis B ke basis C ! Jawab : Jika ε adalah basis sembarang untuk M22 merupakan basis standar, maka dapat diperoleh : PB 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 dan PC 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 Dengan metode Gauss – Jordan diperoleh : 1 0 C B 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 -1 0 1 0 0 0 -1 1 0 0 1 0 0 1 0 -1 0 0 1 0 0 0 1 Jadi matrik transisi P diperoleh : 1 0 P 0 0 0 -1 0 -1 1 0 1 0 -1 0 0 1 Soal latihan : 1. Periksa apakah operasi berikut merupakan hasil kali dalam atau bukan : a. <u,v> = u12+u2 v22 di R2 b. <u,v>= u1 v1 + 2 u2v2 – u3v3 di R3 c. <u,v>= u1v3 + u2v2 + u3v1 di R3 d. <u,v>= 2u1v1 +u2v2 +3u3v3 2. Tentukan nilai k sehingga vektor (k, k, 1) dan vektor (k, 5, 6 ) adalah ortogonal dalam ruang Euclides 3. W merupakan subruang RHD euclides di ℜ3 yang dibangun oleh vektor (1,1,0) dan (1,0,-1) Tentukan proyeksi ortogonal vektor (-1,1,2) pada W 4. Diketahui B={u1, u2} dan C ={v1, v2} adalah basis ruang vektor V dengan u1 =(2, 2), u2= (4, -1), v1=(1, 3) dan v2= (-1, -1). Tentukan matrik transisi P dari basis B ke basis C