PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA

advertisement
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA
DAERAH PANAS BUMI G. KAPUR
KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI
Yuanno Rezky, Andri Eko Ari. W, Anna Y.
Kelompok Program Peneylidikan Panas Bumi
SARI
Daerah panas bumi Gunung Kapur merupakan bagian dari pegunungan Bukit
Barisan yang memanjang pada sisi barat pulau Sumatera. Pembentukan pegunungan
tersebut berhubungan erat dengan proses orogenesa yang berlangsung tiga fasa
dimulai dari awal Mesozoikum hingga Neogen akhir (Bemmelen, 1949). Secara
administratif daerah G. Kapur termasuk wilayah Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Daerah panas bumi ini berada pada lingkungan geologi vulkanik aktif berumur Kuarter,
dari hasil pentarikhan umur pada batuan erupsi samping menunjukkan umur 1,4 ± 0,2
juta tahun atau pada Kala Plistosen Awal. Panas dari aktivitas vulkanik ini diperkirakan
sebagai sumber panas (heat source) yang membentuk sistem panas bumi daerah
Gunung Kapur.
Daerah panas bumi Gunung Kapur berada pada zona depresi yang diakibatkan
oleh aktivitas tektonik zona sesar Sumatera pada Kala Kuarter. Namun, keberadaan
struktur geologi di daerah ini belum menjadi media untuk mengalirkan fluida
terpanaskan ke permukaan, sehingga manifestasi panas bumi yang representatif
belum terbentuk di daerah ini.
Manifestasi panas bumi daerah Gunung Kapur berupa pemunculan batuan
ubahan yang dijumpai di daerah Welirang Mati yang dapat dikelompokkan ke dalam
tipe ubahan argillic-advance argillic.
Fluida panas bumi di daerah Gunung Kapur diperkirakan mempunyai tipe
klorida, yang pemunculannya langsung dari kedalaman dengan temperatur yang cukup
tinggi serta muncul pada lingkungan vulkanik
Perkiraan temperatur bawah permukaan dari geotermometer NaK adalah
sebesar 200oC yang termasuk ke dalam temperatur sedang. Hasil kompilasi data
terpadu memperlihatkan daerah prospek panas bumi daerah Gunung Kapur
diperkirakan berada di sekitar manifestasi Gunung Kapur dengan luas kurang lebih 2
km2. Dengan asumsi tebal reservoar 1 km, temperatur reservoar 200°C dan temperatur
cut off 150°C, potensi sumber daya hipotetik daerah Gunung Kapur adalah sekitar 10
Mwe.
Kata kunci : G. Kapur, panas bumi, geologi, geokimia.
PENDAHULUAN
Kebutuhan tenaga listrik di
beberapa kabupaten di daerah Jambi
masih disuplai oleh PLTD milik PT. PLN
(Persero). Pemanfaatan energi panas
bumi secara langsung untuk tenaga
listrik diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan tenaga listrik di Indonesia
yang diperkirakan terus meningkat ratarata sebesar 9,2% per tahun. Salah satu
potensi Panas bumi yang dimiliki
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
445
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Kabupaten Kerinci adalah panas bumi G.
Kapur yang berada pada posisi geografis
antara 101° 9' 28.7" - 101° 18' 39.4" BT
dan 1° 42' 25.1" - 1° 53' 45" LS, dan
secara administratif termasuk wilayah
Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi
(Gambar 1).
Untuk
memanfaatkan
energi
panas bumi menjadi listrik, dilakukan
penyelidikan di daerah ini melalui disiplin
ilmu kebumian geologi dan geokimia
dalam penyelidikan terpadu.
Penyelidikan ini bertujuan untuk
mengetahui indikasi batuan sumber
panas, suhu fluida di kedalaman,
konfigurasi batuan, struktur permukaan
daerah panas bumi, luas daerah prospek
dan model sistem panas bumi. Sehingga
potensi sumber daya panas bumi
hipotetik dapat diketahui.
Penyelidikan daerah panas bumi
G. Kapur menggunakan dua metode,
yaitu metode geologi dan metode
geokimia,
dilakukan
dengan
pengambilan contoh batuan dan tanah
untuk diolah dan dianalisis sehingga
menghasilkan
peta-peta
yang
berhubungan dengan kepanasbumian.
GEOLOGI
Menurut
Bemmelen
(1949)
daerah G. Kapur merupakan bagian dari
pegunungan
Bukit
Barisan
yang
memanjang pada sisi barat pulau
Sumatera. Pembentukan pegunungan
tersebut berhubungan erat dengan
proses orogenesa yang berlangsung tiga
fasa dimulai dari awal Mesozoikum
hingga Neogen akhir (Bemmelen, 1949).
Dari hasil penyelidikan, secara umum
satuan geomorfologi daerah panas bumi
G. Kapur terbagi menjadi tujuh satuan
geomorfologi, yaitu: morfologi kubah
intrusi,
morfologi
vulkanik
Tak
Terpisahkan, morfologi vulkanik Gunung
Kapur, morfologi vulkanik Gunung
Terembun, morfologi vulkanik Bukit
Batuhampar, morfologi vulkanik Gunung
Kerinci dan satuan morfologi pedataran.
Stratigrafi batuan yang ditemukan
disusun oleh batuan vulkanik, batuan
plutonik, batuan metavulkanik dan
endapan
permukaan.
Dari
hasil
pengamatan megaskopis di lapangan
diperoleh 15 satuan batuan yang dari tua
ke
muda
terdiri
dari;
Satuan
Metavulkanik
(Tm),
Granit
(Tgr),
Granodiorit (Tgd), yang berumur Tersier,
kemudian Vulkanik Tak Terpisahkan
(Qlv), Lava G. Hulusunggedang (Qlh),
Lava G. Kapur (Qlkp), Lava Batuhampar
(Qlb), Lava G. Terembun (Qlt), Erupsi
samping (Qls), Lava Kerinci 1 (Qlk1),
Lava Kerinci 2 (Qlk2), Jatuhan piroklastik
Kerinci (Qjp), Aliran piroklastik Kerinci
(Qap), Endapan Lahar (Qldan Aluvium
(Qal) yang berumur Kuarter. Penyebaran
satuan batuan ini dapat dilihat pada
gambar 2.
Satuan vulkanik yang paling
muda aliran piroklastik yang tersebar
cukup luas yang menutupi satuan batuan
yang lebih tua. Vulkanik G. Kerinci
diperkirakan berasosiasi dengan batuan
di bawah permukaan yang masih
menyimpan panas. Berdasarkan hasil
pentarikhan dengan metode jejak belah
(fission track) menunjukkan bahwa
satuan erupsi samping berumur 1.4 ± 0.2
juta tahun atau Pleistosen Awal.
Pola
umum
tektonik
yang
terbentuk di daerah survei berdasarkan
pemetaan geologi detail (Pertamina,
1992) dan peta geologi lembar Painan
Rasidi
dkk.,
(1996)
yang
telah
dimodifikasi,
diperkirakan
struktur
geologi yang terdapat di daerah G.
Kapur terdiri dari 3 jenis sesar, yaitu
Sesar mendatar yang umumnya berarah
baratlaut – tenggara mengikuti pola
struktur sesar besar Sumatera dengan
jenis sesar berupa sesar menganan
(dextral) dengan tipe utama 'transcurrent
446 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
fault system’. Kemudian sesar normal
yang berarah barat laut tenggara,
diperkirakan mengontrol satuan plutonik
granit dan granodiorit, serta yang
berarah
hampir
barat-timur
yang
diperkirakan masih berhubungan atau
sebagai ekstensi dari gaya yang
menghasilkan Sesar Sumatera. Dan
selanjutnya struktur vulkanik yang
terdapat di Gunung Kerinci yang dicirikan
oleh sisa gawir yang membatasi depresi
vulkanik/sisa kawah yang terbentuk
melengkung hingga radial.
Batuan ubahan ditemukan di
sekitar Welirang Mati dicirikan dengan
kehadiran
mineral
ubahan
yang
didominasi oleh mineral berupa illit,
pirofilit, nontronit, opal, dan dibagian
luarnya dijumpai montmorilonit dan
kaolinit
dengan
intensitas
kuat,
disamping itu terdapat pula endapan
lumpur
belerang.
Berdasarkan
kehadirannya dapat diinterpretasikan
bahwa di daerah tersebut telah terbentuk
alterasi hidrotermal yang dipengaruhi
oleh fluida asam dan berkaitan dengan
kegiatan
vulkanik
Kerinci
dengan
temperatur pembentukan < 200°C. Zona
ubahan termasuk kedalam Argilik lanjut
(Advance Argillic).
Alterasi lainnya berada di sekitar
Sungai Lintang. Karakteristik dicirikan
oleh batuan breksi lahar dan aliran
piroklastik berwarna kecoklatan. Batuan
telah
mengalami
alterasi
dengan
tingkatan lemah – sedang. Hasil PIMA
menunjukkan bahwa mineral alterasi
yang terbentuk adalah nontronit dan
montmorilonit.
Data
tersebut
menunjukkan bahwa alterasi yang ada
diakibatkan oleh pengaruh fluida panas
dengan pH netral dan kisaran temperatur
pembentukan < 150 °C. Zona ubahan
termasuk ke dalam zona argilik.
GEOKIMIA
Manifestasi panas bumi di daerah
Gunung Kapur berupa batuan ubahan di
daerah Welirang Mati, sedangkan mata
air panas tidak ditemukan. Untuk
perbandingan diambil manifestasi yang
lokasinya berdekatan dengan daerah
panas bumi Gunung Kapur. Dalam
penentuan karakteristik kimia dari sistem
Gunung Kapur digunakan sistem panas
bumi di daerah Semurup yang diwakili
oleh air panas Semurup dan Liki
Pinangawan yang diwakili oleh air panas
Sapan Melolong dan Idung Mancung.
Mata air panas daerah Semurup
dan Sapan Melolong yang diambil
sebagai pembanding untuk daerah
panas bumi G. Kapur termasuk dalam
tipe klorida, dan air panas Idung
Mancung termasuk dalam tipe sulfat,
sementara air dingin Lintang dan air
dingin Kerinci termasuk tipe bikarbonat
(Gambar 3). Mata air panas Semurup
berada pada zona partial equilibrium,
sedangkan mata air panas daerah
Sapan Melolong berada pada zona full
equilibrium (Gambar 4).
Hasil pengeplotan dalam diagram
segitiga Cl-Li-B, mata air panas Semurup
berada di tengah-tengah diagram
menunjukkan
bahwa
lingkungan
pemunculan mata air panas Semurup
pada umumnya berada di batuan
sedimen namun ada pengaruh dari
aktivitas magmatik. Mata air panas
Sapan Melolong dan Idung Mancung
berada diarea Cl yang mengindikasikan
lingkungan pemunculan air panas
tersebut berada di lingkungan vulkanik
(Gambar 5).
Pe
rkiraan temperatur bawah permukaan
daerah
Gunung
Kapur
dengan
menggunakan
geotermometer
SiO2
(conductive-cooling) yang diambil dari data
air panas pembanding, rata-rata berkisar
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
447
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
antara 123 – 240 °C dan termasuk
kedalam entalphi sedang, sedangkan
menggunakan
geotermometer
Na/K
Giggenbach rata-rata berkisar antara 117 251 °C yang menunjukkan temperatur
relatif cukup tinggi.
Dari data isotop 18O dan
Deuterium setelah diplot kedalam
diagram hubungan antara Oksigen-18
dan
Deuterium,
pada
umumnya
cenderung menjauhi garis air meteorik
(Meteoric
Water
Line)
yang
mengindikasikan
telah
terjadinya
pengkayaan 18O akibat adanya interaksi
fluida
panas dengan
batuan
di
kedalaman. Hal ini mencerminkan bahwa
mata air panas di sekitar Gunung Kapur
kemungkinan berasal langsung dari
kedalaman dengan kemungkinan kecil
dipengaruhi oleh pengenceran air
meteorik (Gambar 6).
Secara umum pola penyebaran
Hg terkonsentrasi pada bagian utara
daerah
penyelidikan
yaitu
sekitar
pemunculan manifestasi Gunung Kapur.
Sedangkan di bagian selatan daerah
penyelidikan anomali Hg relatif tinggi
yang diperkirakan muncul karena adanya
mineralisasi di sekitar area tersebut
(Gambar 7). Pada pola penyebaran
CO2 cukup merata, hanya muncul
anomali yg cukup tinggi di sisi timur laut
daerah penyelidikan (Gambar 8).
Konsentrasi CO2 tinggi ini muncul karena
di daerah tersebut merupakan zona
erupsi celah, sehingga gas CO2 yang
kemungkinan berasal dari sistem panas
bumi dapat bermigrasi kepermukaan.
Dari data tersebut dapat ditunjukkan
bahwa daerah prospek panas bumi
Gunung Kapur melalui sebaran anomali
Hg pada umumnya hanya terletak di
sekitar manifestasi Gunung Kapur.
PEMBAHASAN
Mekanisme Pembentukan Sistem
Panas Bumi berkaitan dengan aktivitas
vulkanik Kerinci yang terjadi di zaman
Kuarter yaitu pada kala Pleistosen Awal.
Sistem panas bumi diinterpretasikan
berdasarkan kondisi geologi, hidrologi
dan karakter transfer panasnya didukung
dengan perbandingan sistem panas
bumi di daerah panas bumi yang
berdekatan dengan daerah penyelidikan.
Dengan asumsi diatas maka suplai fluida
berasal dari daerah resapan yang
berasal dari tubuh Gunung Kerinci yang
meresap
ke
bawah
permukaan
membentuk sistem akifer dalam dan
kemudian mengalami transfer panas
dalam bentuk konveksi, namun tidak
dapat muncul dalam bentuk mata air
panas di daerah limpasan walaupun
melalui zona sesar / rekahan ke
permukaan. Akan tetapi, fluida asam
mengalami kontak dengan batuan di
sekitar alterasi Welirang Mati sehingga
mengalami perubahan sifat kimia dan
fisika yang kemudian mengubah batuan
tersebut menjadi mineral baru yang
kemudian berupa alterasi batuan.
Dengan melihat manifestasi berupa
alterasi
tersebut
kemungkinan
manifestasi tersebut berkaitan dengan
hasil kegiatan vulkanisme Gunung
Kerinci dan belum membentuk suatu
sistem panas bumi.
Penampang model panas bumi
(Gambar 9) menggambarkan model
tentatif sistem panas bumi G. Kapur.
Sumber panas memanaskan batuan
dasar, kemudian memanaskan air
meteorik yang masuk ke bawah
permukaan melalui zona-zona resapan
sehingga fluida yang terpanaskan dan
naik ke atas dan terjebak dalam reservoir
panas bumi yang ditutupi oleh batuan
penudung (cap rock).
448 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Adanya batuan yang memiliki sifat
impermeable dengan kandungan mineral
lempung tipe argilik hingga argilik lanjut
yang cukup tinggi pada daerah alterasi
Welirang Mati diperkirakan sebagai
batuan penudung selain lava muda
produk Kerinci yang masif dan belum
terekahkan secara kuat yang juga
berpotensi sebagai batuan penudung.
Batuan penudung ini diperkirakan berada
pada zona struktur graben yang dibatasi
oleh sesar berarah baratlaut-tenggara.
Litologi pembentuk reservoir diduga
sebagai batuan produk Vulkanik Tak
Terpisahkan baik berupa lava ataupun
piroklastik dan batuan metavulkanik yang
berumur
Tersier.
Batuan
tersebut
dianggap cukup baik kerena telah
mengalami proses deformasi pada
periode
Plistosen
Akhir
sehingga
memungkinkan membentuk pola rekahan
yang intensif dan bersifat permeabel.
Gunung Kerinci yang secara sejarah
erupsi berumur Kuarter dan pada tahun
2008 terjadi erupsi freatik di puncak
Gunung
Kerinci
maka
diambil
kesimpulan bahwa sumber panas pada
sistem ini berasal dari kegiatan
vulkanisme produk Gunung Kerinci. Hasil
pentarikhan umur batuan pada lava
erupsi samping adalah ±1.400.000 tahun
yang lalu (Lab.PSG, 2010). Namun jika
dilihat dari bentukan depresi Landeh
Panjang yang mengarah ke utara,
kemungkinan sistem panas bumi masih
berhubungan dengan sistem panas bumi
yang sumber panasnya adalah Gunung
Patah Sembilan.
Air panas di sekitar daerah
Gunung Kapur pada umumnya termasuk
ke dalam tipe air panas klorida dimana
keberadaan mata air panas ini yang
berada
pada zona partial dan full
equilibrium
memberikan
gambaran
bahwa kondisi air panas kemungkinan
berasal langsung dari kedalaman
dengan temperatur cukup tinggi serta
menunjukkan bahwa kondisi mata air
panas ini sedikit sekali mendapat
pengaruh dari air permukaan atau
pengenceran air meteorik. Pemunculan
mata air panas di sekitar daerah Gunung
Kapur juga pada umumnya muncul di
lingkungan vulkanik. Dari karakteristik
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
kemungkinan tipe fluida panas bumi di
Gunung Kapur mempunyai kemiripan
dengan tipe fluida dari sistem panas
bumi di sekitar daerah Gunung Kapur,
yaitu mempunyai tipe klorida, yang
pemunculannya
langsung
dari
kedalaman dengan temperatur yang
cukup tinggi serta muncul pada
lingkungan vulkanik.
Mempertimbangkan karakteristik
manifestasi panas bumi di daerah
Gunung Kapur dan sekitarnya dengan
suhu yang cukup tinggi, (tipe air klorida),
dan didukung dengan pengkayaan
oksigen 18 dari isotop, maka temperatur
bawah permukaan yang berhubungan
dengan
reservoir
panas
bumi
diperkirakan sekitar 200 oC.
Sebaran area prospek panas bumi
Gunung Kapur berdasarkan hasil
penelitian metode geologi dan geokimia
terdapat di bagian utara daerah
penyelidikan yaitu di sekitar manifestasi
belerang mati. Area prospek ini didukung
oleh hasil metode geokimia (anomali Hg
tinggi) dan geologi seperti munculnya
manifestasi panas bumi dan pola struktur
geologi. Dari hasil kompilasi metode
tersebut didapat luas area prospek
panas bumi Gunung Kapur sekitar 2 km2
(Gambar 10).
Estimasi potensi panas bumi G.
Kapur ini dihitung dengan asumsi tebal
reservoir = 1 km, recovery factor = 50%,
faktor konversi = 10%, dan lifetime = 30
tahun, temperatur geotermometer 200°C
dan temperatur cut-off 150°C, sebesar:
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
449
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Q = 0.11585 x 8.0 x (220 – 150) =
11,585 MWe atau bisa dibulatkan
menjadi 10 MWe.
KESIMPULAN
Manifestasi panas bumi berupa
air panas maupun tanah panas seperti
yang
disebutkan
oleh
penyelidik
terdahulu
tidak
dijumpai
setelah
dilakukan pengecekan lokasi sesuai
dengan koordinat yang tertera pada peta
yang dibuat oleh para penyelidik
terdahulu. Batuan ubahan dengan
tingkat ubahan sedang hingga kuat
dijumpai di daerah Welirang mati dan
Sungai Lintang dengan mineral ubahan
bertipe argilik hingga argilik lanjut
(advance argilic).
Sistem panas bumi di daerah
panas bumi Gunung Kapur dapat
dikatakan belum terbentuk dengan tidak
ditemukannya
manifestasi
yang
representatif yang menunjukkan sistem
panas bumi-nya walaupun masih ada
kemungkinan terbentuk panas bumi di
daerah Landeh Panjang kearah utara
yang kemungkinan masih satu sistem
dengan sistem panas bumi MuaralabohLiki
Pinangawan-Idung
Mancung.
Sumber panas berasal dari sisa panas
dari dapur magma yang berasosiasi
dengan aktivitas vulkanik muda berumur
Kuarter.
Temperatur bawah permukaan
diperkirakan sekitar 200 oC yang
berhubungan dengan reservoir panas
bumi di daerah Gunung Kapur yang
termasuk temperatur sedang - tinggi.
Konsentrasi Hg tanah relatif tinggi lebih
dari 200 ppb terkonsentrasi di sekitar
manifestasi belerang mati Gunung
Kapur, sedangkan konsentrasi CO2
udara tanah terkonsentrasi di daerah
erupsi celah.
Area prospek panas bumi di
daerah Gunung Kapur tersebar di bagian
yaitu di sekitar manifestasi Welirang Mati
dengan luas 2 km2. Dengan temperatur
air panas bawah permukaan sekitar
200oC, potensi energi panas bumi di
daerah Gunung Kapur sebesar 10 MWe,
masih
memungkinkan
untuk
dimanfaatkan
sebagai
pemanfatan
langsung, dengan mempertimbangkan
peluang dan hambatan pengembangan
di daerah tersebut.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima
kasih kepada seluruh tim penyelidikan
geologi dan geokimia Panas Bumi G.
Kapur, Program Penelitian Panas Bumi,
Pusat Sumber Daya Geologi serta
seluruh instansi terkait yang telah
banyak
membantu
dalam
proses
penyelidikan Panas Bumi daerah G.
Kapur hingga terselesaikannya tulisan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fournier, R.O., (1981), Application of
Water Geochemistry Geothermal
Exploration
and
Reservoir
Engineering, “Geothermal System :
Principles and Case Histories”. John
Willey & Sons, New York.
Giggenbach, W.F., (1988), Geothermal
Solute Equilibria Deviation of Na – K
- Mg – Ca Geo Indicators,
Geochemica Acta 52, 2749 – 2765.
Mahon K., Ellis, A.J., (1977), Chemistry
and Geothermal system, Academic
Press, Inc. Orlando.
Nikmatul Akbar (1972), Inventarisasi
Kenampakan gejala2 panasbumi
daerah Sumatera Barat.
450 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Pertamina, PT. (1992), Peta Geologi
Daerah
Muaralabuh,
Sumatera
Barat
Rosidi, H.M.D., Tjokrosaputro, S. &
Pendowo, B., 1996. Peta geologi,
lembar Painan dan bagian timur laut
Muarasiberut, Sumatra. 1:250,000.
Pusat
Penyelidikan
dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Santoso M.S dkk, VSI files, 1989.
Geologi daerah Gunung Kerinci.
Tim Kajian Evaluasi Keprospekan
Panas Bumi (2007), Laporan Kajian
Evaluasi Keprospekan Panas Bumi
Daerah Muaralabuh – Liki Pinangawan,
Pusat Sumber Daya Geologi unpubl
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
451
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Lokasi Daerah G. Kapur
Gambar 1 Peta Lokasi Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi G. Kapur, Kabupaten Kerinci, Jambi
452 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUK
KU 1 : BIDANG EN
NERGI
Gambar 2 Peta Geologi daerrah panas bumi G. Kapur, Kabupaaten Kerinci, Jam
mbi
Prosiding Hasil K
Kegiatan Pusat Sumber Daya Geolog
gi
453
B
BUKU 1 : BIDANG
G ENERGI
Gambar 3 Diagram segitiiga Cl-SO4-HCO3
Gambar 5 Diagram seegitiga Cl-Li-B
4
454 Prosiding Haasil Kegiatan Pusatt Sumber Daya Geoologi
G
Gambar 4 Diagrram segitiga Na-K
K-Mg
Gamb
bar 6 Grafik isottop δ18O terhadapp δ2H (Deuterium))
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 7 Peta Anomali Hg daerah panas bumi G. Kapur, Kabupaten Kerinci, Jambi
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
455
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 8 Peta Anomali CO2 daerah panas bumi G. Kapur, Kabupaten Kerinci, Jambi
456 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUK
KU 1 : BIDANG EN
NERGI
Gambar 9 Model Sistem daeerah panas bumi G. Kapur, Kabupaaten Kerinci, Jam
mbi
Prosiding Hasil K
Kegiatan Pusat Sumber Daya Geolog
gi
457
B
BUKU 1 : BIDANG
G ENERGI
Gambar 10 Peta Kompilasi daerah panas bumi G. Kapur, Kabupaten Keri
4
458 Prosiding Haasil Kegiatan Pusatt Sumber Daya Geoologi
Download