BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Juria merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Bilato
Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo yang terletak dipesisir sungai boliohuto
hingga pesisir laut sebagai tapal batas Kabupaten Gorontalo dengan Kabupaten
Boalemo. Memiliki batasan-batasan desa yakni sebelah Utara berbatasan dengan
desa totopo, sebelah Timur berbatasan dengan desa bumela, sebelah Selatan
berbatasan dengan desa bilato dan sebelah Barat yakni berbatasan dengan desa
Ilomata.
Aktifitas penambangan emas di Desa Juria telah berlangsung sejak tahun
1990, sempat berhenti dan aktif kembali tahun 2007 hingga sekarang. Proses
pengolahan emas dilakukan di sekitar rumah-rumah penduduk, limbah yang
dihasilkan dari pengolahan emas dialirkan ke suatu tempat penampungan yang
berukuran 2 x 3 meter yang letaknya juga tidak jauh dari rumah penduduk. Proses
pengolahan hasil tambang masih dilakukan dengan sangat sederhana yang dikenal
dengan proses amalgamasi yaitu penggunaan merkuri untuk proses pemurnian
emas. Penggunaan merkuri dalam proses amalgamasi sebanyak 25 kg/hari. Proses
amalgamsi ini akan menghasilkan limbah cair maupun limbah padat yang
nantinya akan mencemari lingkungan tidak adanya tumbuhan maupun hewan
yang hidup.
Berdasarkan hasil pengukuran pH tanah dan analisis kandungan merkuri
yang dilakukan oleh Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado pada limbah
padat yang berasal dari Desa Juria diperoleh bahwa konsentrasi merkuri pada
limbah padat titik pertama 1,12 ppm dengan pH tanah 4, titik kedua 1,14 ppm
dengan pH tanah 6 serta titik ketiga 2,53 ppm dengan pH tanah 7. Hal ini
menunjukan bahwa tanah di sekitar pembuangan limbah memiliki kandungan
merkuri yang tinggi. Meskipun demikian terdapat beberapa spesies tumbuhan
bawah yang mampu bertahan hidup disekitar pembuangan limbah (tailing).
Namun, belum diketahui spesies tumbuhan bawah apa yang mampu bertahan
hidup di areal tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan inventarisasi tumbuhan
bawah dikawasan penambangan emas.
4.2 Hasil Penelitian
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan di kawasan penambangan emas
Desa Juria
Kecamatan Bilato Kabupaten Gorontalo diperoleh 14 spesies
tumbuhan bawah dengan klasifikasi sebagai berikut :
1) Cyperus esculentus
KLASIFIKASI
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Cyperales
Famili
: Cyperaceae
Genus
: Cyperus
Spesies
: Cyperus esculentus
Gambar 1. Cyperus esculentus (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013)
2) Ludwigia abyssinica
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisi
: Tracheophyta
Kelas
: Spermatopsida
Ordo
: Myrtales
Famili
: Onagraceae
Genus
: Ludwigia
Spesies
: Ludwigia abyssinica
Gambar 2. Ludwigia abyssinica (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013)
3) Hyptis capitata (Simambu)
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Famili
: Lamiaceae
Genus
: Hyptis
Spesies
: Hyptis capitata
Nama lokal : Dungo herani
Gambar 3. Hyptis capitata (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013)
4) Paspalum conjugatum
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Paspalum
Spesies
: Paspalum conjugatum
Gambar 4. Paspalum conjugatum (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013)
5) Acmella uliginosa (Jotang kecil)
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Acmella
Spesies
: Acmella uliginosa
Gambar 5. Acmella uliginosa (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013)
6) Sida acuta (Sidaguri)
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Malvales
Famili
: Malvaceae
Genus
: Sida
Spesies
: Sida acuta
Nama lokal : Po’otoheto
Gambar 6. Sida rhombifolia (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013)
7) Melissa officinalis
KLASIFIKASI
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Famili
: Lamiaceae
Genus
: Melissa
Spesies
: Melissa officinalis
Gambar 7. Melissa officinalis (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013)
8) Chromolaena odorata (Takelan)
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Chromolaena
Spesies
: Chromolaena odorata
Nama lokal : Komba-komba
Gambar 8. Chromolaena odorata (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013)
9) Sida rhombifolia
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Malvales
Famili
: Malvaceae
Genus
: Sida
Spesies
: Sida rhombifolia
Nama lokal : Po’otoheto
Gambar 9. Sida rhombifolia (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013)
10) Synedrella nodiflora
KLASIFIKASI
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Synedrella
Spesies
: Synedrella nodiflora
Gambar 10. Synedrella nodiflora (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013)
11) Solanum torvum
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
:Solanales
Famili
:Solanaceae
Genus
:Solanum
Spesies :Solanum torvum
Nama lokal :Katimbu
Gambar 11. Solanum torvum (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013)
12) Acorus calamus (Jeringau)
KLASIFIKASI
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Arales
Famili
: Acoraceae
Genus
: Acorus
Spesies
: Acorus calamus
Gambar 12. Acorus calamus (Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2013)
13) Pteris pacifica
KLASIFIKASI
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Filicopsida
Ordo
: Polipodiales
Famili
: Polypodiaceae
Genus
: Pteris
Spesies
: Pteris capifica
Gambar 13. Pteris capifica (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2013)
14) Cassia tora (Ketepeng kecil)
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Cassia
Spesies : Cassia tora
Nama lokal : Kaca lo udu
Gambar 14. Cassia tora (Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2013)
4.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 14 spesies tumbuhan bawah yang
berhasil diinventarisir di Kawasan Penambangan Emas Desa Juria Kecamatan
Bilato Kabupaten Gorontalo. Uraian masing-masing tumbuhan bawah tersebut
sebagai berikut :
1) Cyperus esculentus
Berdasarkan hasil pencandraan, tumbuhan ini merupakan tumbuhan terna
tahunan yang memiliki bentuk batang langsing dan tegar. Bentuk daunnya agak
pendek atau lebih panjang dari batang. Perbungaannya tunggal atau majemuk,
renggang sampai rapat, menyerupai payung, buliran terdiri atas 8-16 bunga,
sekam berurat tujuh, kuning emas sampai coklat pucat. Buahnya menyegi tiga
dan berbentuk seperti bulat telur. (Gambar 15)
(a)
(b)
(c)
Gambar 15. Cyperus esculentus, (a) perawakan, (a) bunga, (c) akar.
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis
mencocokkan gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora,
Jhonson) dan referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam
tumbuhan Cyperus esculentus. Hasil identifikasi yang mengacu pada kunci
determinasi (Cullen, 2006) dimana Cyperus esculentus merupakan Famili
Cyperaceae dengan karakteristik yaitu 1b : Tidak berbentuk pohon, tidak memiliki
duri, tidak memiliki bunga yang berbentuk malai dan bukan tumbuhan berkayu.
2b : Merupakan tumbuhan epifit, yang tidak dapat hidup di air. 10b : Dapat
dibedakan antara batang dan daunnya. 11a : Hiasan bunga berbentuk tipis,
memiliki bulu, rambut dan sisik tetapi terkadang tidak memiliki sama sekali. 12a :
Bunga kecil berbentuk silindrik. 13b : Daun biasanya diatur pada tiga sisi
berbentuk silindrik, batang biasanya terbungkus dengan pelepah dan memiliki
ruas, bunga memiliki dua bulir, berbentuk silindrik.
Cyperus esculentus tumbuh di padang rumput basah musiman, tanah-tanah
pertanian yang beririgasi dan disepanjang aliran air dan tahan terhadap daerah
yang kering dan tidak toleran terhadap naungan. Sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Aththorick (2005) bahwa tumbuhan ini memiliki daya adaptasi
yang tinggi, distribusi luas, dan mampu tumbuh pada lahan kering maupun
tergenang. Tumbuhan ini juga menyukai tanah-tanah liat berpasir dengan kisaran
pH 5,5 – 6,5 dan dapat tumbuh pada semua tipe tanah dan bertoleransi terhadap
tanah-tanah yang mengandung garam. Tumbuhan dari famili Cyperaceae dapat
bersifat hipertoleran karena mampu hidup di daerah yang memiliki kandungan
merkuri tinggi dan miskin unsur hara sepeti pada kawasan penambangan emas
yang ada di Desa Juria dimana memiliki kandungan merkuri pada tanah sekitar
1,12 sampai 2,53 ppm dengan pH tanah 4 sampai 7.
2) Ludwigia hyssopifolia
Berdasarkan hasil pencandraan, tumbuhan ini merupakan tumbuhan terna
yang memiliki ciri morfologi bentuk batang halus dan beruas-ruas. Daun
berbentuk lanset. Akar serabut dan berwarna coklat kehitamaan. (Gambar 16)
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 16. Ludwigia abyssinica, perawakan (a), batang (b), daun (c), akar (d)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis mencocokkan
gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora, Jhonson) dan
referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam tumbuhan
Ludwigia abyssinica. Hasil identifikasi yang mengacu pada kunci determinasi
(Cullen, 2006) dimana Ludwigia abyssinica merupakan Famili Onagraceae,
dengan karakteristik yaitu 1b. Memiliki benang sari kurang dari 10. 3b : Memiliki
celah atau pori. 4b : Tumbuahan herba biasanya bersifat parasit. 5b : Pelindung
putik berada di ujung. 10b : Pelindung putik biasanya lebih dari dua tumbuahn
herba atau berkayu.12b : Daun memiliki kelenjar aromatic. 13a : Bentuk atau
model tidak bervariasi dan dapat hidup bebas. 14b : Tumbuhan herba. 15b :
Bukan tumbuhan semak. 16b : Bunga majemuk yang terletak pada ketiak daun.
17b : Putik memiliki bakal biji yang sangat melimpah. 18b : Daun tidak terletak di
pangkal. 19b : Daunnya tidak menyirip atau miring. 20b : Putik terletak di dalam.
24b : Benang sari tidak lebih dari 10. 25b : Tumbuhan dengan benang sari terdiri
dari empat sampai delapan. 26a : Batang berair, terdiri dari dua atau empat
kelopak dan putik biasanya bersel empat. 27b : Daun tidak menyirip dan memiliki
kelopak putik, Tidak bersel enam. 29b : Memiliki bakal biji yang sangat banyak.
31b : Penutup putik terdiri dari satu bentuk. 32b : Benang sari hanya delapan.
Ludwigia hyssopifolia merupakan tumbuhan gulma yang dapat tumbuh
disawah ataupun di rawa-rawa. Tumbuhan dari famili Onagraceae dapat bersifat
hipertoleran yaitu mampu bertahan hidup di daerah yang memiliki kandungan
logam tinggi, yakni mampu menyerap sianida sebanyak 5,14 ppm (Juhaeti dkk,
2005). Hal itu yang menyebabkan tumbuhan ini ditemukan dan dapat bertahan
hidup di kawasan penambangan emas Desa Juria yang telah terkontaminasi
dengan logam berat seperti merkuri maupun sianida.
3) Hyptis capitata
Berdasarkan hasil pencandraan, tumbuhan ini perawakannya herba, sistem
perakaran yaitu akar serabut, batang berwarna hijau, bentuk batang silindris,
helaian daun bulat telur dengan tepi daun bergerigi, pangkal daun berbentuk
jantung membulat. (Gambar 17)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 17. Hyptis capitata, perawakan (a), batang (b), daun (c), bunga (d), daun
(e)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis mencocokkan
gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora, Jhonson) dan
referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam tumbuhan Hyptis
capitata. Hasil identifikasi yang mengacu pada kunci determinasi (Cullen, 2006)
dimana Hyptis capitata merupakan Famili Lamiaceae, dengan karakteristik yaitu
1b : memiliki benang sari yang banyak dan pada kepala sari terdapat pori-pori
atau rongg. 6b : Benang sari memiki septa atu pembatas. 14a : Memiliki
pelindung putik dengan bakal biji empat atau lebih. 15b : Bakal biji terletak dalam
putik. 18b : Tumbuhan berkayu atau herba. 19b : Buah tidak berbentuk polong.
Hyptis capitata merupakan tumbuhan yang bersifat hipertoleran, karena
mampu bertahan hidup di daerah yang telah terkontaminasi dengan logam berat,
sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Juhaeti dkk, (2005) bahwa
tumbuhan ini ditemukan mampu bertahan hidup di sekitar tailing dengan
kandungan sianida 0,031 ppm dan merkuri 3,242 ppm. Hal ini yang menyebabkan
tumbuhan ini ditemukan dan dapat bertahan hidup di kawasan penambangan
emas Desa Juria yang telah terkontaminasi dengan logam berat seperti merkuri
maupun sianida.
4) Paspalum conjugatum
Berdasarkan hasil pencandraan, tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang
hidup menjalar, memiliki ciri morfologi bentuk akar serabut (radix adventica)
yang halus, berwarna putih hingga kekuning-kuningan. Selain itu, akar berbentuk
seperti benang serta tidak memiliki ruas-ruas dan tudung akar. Batang agak pipih
dengan tinggi 20-75 cm, tidak berbulu, warnanya hijau bercorak ungu. Daun
memiliki helaian daun berbentuk pita dengan ujung daun runcing serta berbulu di
sepanjang tepinya dan pada permukannya. (Gambar 18)
(a)
(b)
(c)
Gambar 18. Paspalum conjugatum, perawakan (a), daun (b) dan akar (c)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis mencocokkan
gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora, Jhonson) dan
referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam tumbuhan
Paspalum conjugatum. Hasil identifikasi mengacu pada kunci determinasi
(Cullen, 2006) dimana Paspalum conjugatum merupakan Famili Poaceae dengan
karakteristik yaitu 1b : Memiliki bunga sejati dengan benang sari atau putik dan
termasuk dalam kunci determinasi. 2b : Tidak memiliki alat pembelit. 3b : Daun
yang dimiliki tidak berbentuk jarum tetapi berbentuk helaian. 4a : Tumbuhan ini
termasuk ke dalam bangsa rumput, tidak berduri dan memiliki pelepah pada
pangkal batangnya. 5a : Batang berbentuk pipih dan berbuku-buku.
Paspalum conjugatum merupakan jenis rumput yang tumbuh di
tempat-tempat yang lembab, sedikit berair dan tempat terbuka. Dapat hidup
pula pada berbagi jenis tanah yaitu tanah liat, lumpur, pasir, lempung dan
dapat tumbuh mulai dari kisaran pH 5 (rentan pada pH yang sangat asam 0 5,1) sampai 7 (berkisar netral 6,6 - 7,5) serta pada tempat yang memiliki
tingkat kesuburan sangat rendah (Plant Database, 2012).
Paspalum conjugatum terbukti memiliki sifat hipertoleran karena
mampu hidup di daerah yang memiliki kandungan merkuri tinggi dan miskin
unsur hara seperti kawasan penambangan emas di Desa Juria. Sejalan dengan
yang dikemukakan oleh Juhaeti dkk (2009b) bahwa Paspalum conjugatum
merupakan jenis rumput yang mampu tumbuh dengan baik di tempat yang
miskin unsur hara bahkan di tempat yang banyak mengandung merkuri dan
mampu mengakumulasikan logam merkuri dalam jumlah yang cukup tinggi
yaitu mencapai 47 mg Hg/Kg bobot kering, sehingga tumbuhan ini dapat
ditemukan dan dapat bertahan hidup di kawasan penambangan emas Desa
Juria yang telah terkontaminasi merkuri.
5) Acmella uliginosa
Berdasarkan hasil pencandraan, tumbuhan ini merupakan tumbuhan terna
semusim yang memiliki ciri morfologi bentuk batang bulat, berambut menempel.
Daunnya saling berhadapan, helaian daun berbentuk jorong. Bunga berbentuk
majemuk dalam bongkol mengerucut dan berwarna kuning. Buahnya keras dan
berbentuk menjorong. (Gambar 19)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 19. Acmella uliginosa perawakan (1), daun (2) batang (3), akar (4), dan
bunga (5) Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis
mencocokkan gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora,
Jhonson) dan referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam
tumbuhan Acmella uliginosa. Hasil identifikasi mengacu pada kunci determinasi
(Cullen, 2006) dimana Acmella uliginosa merupakan Famili Asterceae dengan
karakteristik yaitu 1a : Memiliki bentuk daun tidak seperti jarum atau seperti sisik.
2b : Bentuk daun tidak melingkar, halus, tidak berduri dan memiliki kelopak
bunga. 3a : Bunga memiliki bakal biji dan dilindungi oleh kelopak bunga. 4b :
Tumbuh-tumbuhan yang tidak menyerupai bangsa rumput, memiliki bunga yang
tidak berbentuk bulir-bulir. 5a : Bakal biji basal, dan memiliki kelopak bunga.
Acmella uliginosa merupakan tumbuhan yang menyenangi daerah yang
lembap dan basah, dapat pula hidup di tempat yang lebih kering. Tumbuhan ini
juga memiliki kemampuan untuk hidup pada daerah yang telah terkontaminasi
oleh merkuri seperti di kawasan penambangan emas dimana tumbuhan ini bersifat
hipertoleran yakni dapat mentolerir logam dengan konsentrasi tinggi. Sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan di kawasan penambangan emas Desa Juria
yakni memiliki kandungan merkuri pada tanah mencapai sekitar 1,12 sampai 2,53
ppm dengan pH tanah 4 sampai 7. Sehingga tumbuhan ini ditemukan di kawasan
penambangan emas Desa Juria yang telah terkontaminasi dengan logam merkuri.
6) Sida acuta
Berdasarkan hasil pencandraan tumbuhan ini berperawakan perdu, sistem
perakaran yaitu akar tungggang, batang berwarna hijau, arah pertumbuhan batang
tega, memiliki daun tunggal berwarna hijau terang sampai hijau kekuningan
berbentuk bulat telur sampai lonjong dengan tepi daun bergerigi, ujung daun
runcing dan pangkal daun tumpul, kedudukan daunnya berseling, bunga berwarna
kuning. (Gambar 20)
(a)
(b)
(c)
Gambar 20. Sida acuta, perawakan (1), daun (2) dan akar (3)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis
mencocokkan gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora,
Jhonson) dan referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam
tumbuhan Sida acuta. Hasil identifikasi mengacu pada kunci determinasi (Cullen,
2006) dimana Sida acuta merupakan Famili Malvaceae dengan karakteristik yaitu
1b : Tumbuhan herba yang memanjat, putik memiliki pelindung yang terletak di
ujung dan terdiri dari banyak sel, ciri ini sesuai dengan kunci determinasi. 2a :
Mahkota bunga dan benang sari terdapat dalam satu bunga. 3a : Putik berada di
ujung atau di tengah. 4b : Penutup atau pelindung putik lebih dari dua. 5b :
Bentuk daun kecil. 6b : Daun memiliki banyak model atau bentuk. 7b : Kepala
sari memiliki celah atau pori. 10b : Mahkota bunga tidak memiliki kelopak. 11b :
Daun tidak memiliki kelenjar aromatik dan kepala sari memiliki pelindung atau
katup. 12b : Bunga memiliki dua alat kelamin, batang berair. 13b : Tidak memiliki
duri. 14b : Tidak berbentuk pohon. 15a : Memiliki stipula. 16b : Filamen bersatu
dalam tabung. 18b : Bentuk daun bervariasi.
Sida acuta merupakan tumbuhan perdu yang tumbuh di daerah tropis baik
dataran rendah maupun dataran tinggi. Tumbuhan ini mampu hidup di daerah
yang telah terkontaminasi dengan merkuri seperti di kawasan penambagan emas.
Hal ini sesuai dengan lokasi penelitian dimana memiliki kandungan merkuri pada
tanah sekitar 1,12 – 2, 53 ppm dengan kisaran pH tanah 4 – 7.
Sehingga
tumbuhan ini ditemukan di lokasi pelitian yakni di kawasan penambangan emas
Desa Juria Kecamatn Bilato Kabupaten Gorontalo.
7) Melissa officinalis
Berdasarkan hasil pencandraan, tumbuhan ini memiliki ciri morfologi bentuk
Daun hijau muda, berkerut, agak berbulu, sangat bergigi di pinggiran, kurang
lebih berbentuk bulat telur. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan herba. (Gambar
21 )
(a)
(b)
(c)
Gambar 21. Melissa officinalis, perawakan (a), daun (b) dan akar (c)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis
mencocokkan gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora,
Jhonson) dan referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam
tumbuhan Melissa officinalis. Hasil identifikasi yang mengacu pada kunci
determinasi (Cullen, 2006) dimana Melissa officinalis merupakan Famili
Lamiaceae, dengan karakteristik yaitu 1b : memiliki benang sari yang banyak dan
pada kepala sari terdapat pori-pori atau rongg. 6b : Benang sari memiki septa atu
pembatas. 14a : Memiliki pelindung putik dengan bakal biji empat atau lebih. 15b
: Bakal biji terletak dalam putik. 18b : Tumbuhan berkayu atau herba. 19b : Buah
tidak berbentuk polong.
Melissa officinalis merupakan tumbuhan herba yang dapat hidup
diberbagai jenis habitat. Tumbuhan ini juga bersifat hipertoleran yakni dapat
mentolerir logam dengan konsentrasi tinggi. Sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan di kawasan penambangan emas Desa Juria yakni memiliki kandungan
merkuri pada tanah mencapai sekitar 1,12 sampai 2,53 ppm dengan pH tanah 4
sampai 7. Sehingga tumbuhan ini ditemukan di kawasan penambangan emas Desa
Juria yang telah terkontaminasi dengan logam merkuri.
8) Chromolaena odorata
Berdasarkan hasil pencandraan, tumbuhan ini memiliki ciri morfologi bentuk
daun oval dan bergerigi pada bagian tepi, serta berbunga pada musim kemarau,
serentak selama 3-4 minggu, dan memiliki bentuk akar serabut. (Gambar 22)
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 22. Chromolaena odorata, perawakan (a), batang (b), daun (c), akar (d)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis
mencocokkan gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora,
Jhonson) dan referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam
tumbuhan Chromolaena odorata. Hasil identifikasi mengacu pada kunci
determinasi (Cullen, 2006) dimana Chromolaena odorata
merupakan Famili
Asterceae dengan karakteristik yaitu 1a : Memiliki bentuk daun tidak seperti
jarum atau seperti sisik. 2b : Bentuk daun tidak melingkar, halus, tidak berduri
dan memiliki kelopak bunga. 3a : Bunga memiliki bakal biji dan dilindungi oleh
kelopak bunga. 4b : Tumbuh-tumbuhan yang tidak menyerupai bangsa rumput,
memiliki bunga yang tidak berbentuk bulir-bulir. 5a : Bakal biji basal, dan
memiliki kelopak bunga.
Chromolaena odorata merupakan tumbuhan yang bersifat hipertoleran
yakni dapat mentolerir logam dalam jumlah yang tinggi. Sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Juhaeti dkk, (2005) bahwa Chromolaena odorata memiliki
kandungan sianida sekitar 20,69 sampai 26,33 ppm. Hal ini yang menyebabkan
tumbuhan ini ditemukan dan dapat bertahan hidup di kawasan penambangan emas
Desa Juria yang telah terkontaminasi dengan logam berat seperti merkuri maupun
sianida.
9) Sida rhombifolia
Berdasarkan hasil pencandraan, tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang
berhabitus perdu dan memiliki ciri morfologi bentuk daun tunggal, bergerigi,
ujung runcing, pertulangan menyirip, bagian bawah berambut pendek warnanya
abu-abu, panjang 1,5-4 cm, lebar 1-1,5 cm. Bunga tunggal berwarna kuning cerah
yang keluar dari ketiak daun, memiliki batang keras dan akar tunggang yang
sangat kuat. (Gambar 23)
(a)
(b)
(c)
Gambar 23. Sida rhombifolia, perawakan (a), batang (b), akar(c)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis
mencocokkan gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora,
Jhonson) dan referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam Sida
rhombifolia. Hasil identifikasi mengacu pada kunci determinasi (Cullen, 2006)
dimana Sida rhombifolia merupakan Famili Malvaceae dengan karakteristik yaitu
1b : Bukan tumbuhan herba yang memanjat. 2a : Hiasan bunga dan benang sari
terdapat dalam satu bunga. 3a : Pelindung putik tidak ada atau biasanya ditengah.
4b : Penutup putik lebih dari dua. 5b : Bentuk daun kecil. 6b : Daun memiliki
banyak model. 7b : Kepala sari terbuka dengan pori-pori. 10b : Mahkota tidak
memiliki kelopak. 11b : Daun tidak memiliki aroma. 12b : Bunga memiliki dua
alat kelamin biseksual, dan batang berair. 13b : Tidak memiliki duri. 14b : Tidak
berbentuk pohon. 15a : Memiliki stipula, biasanya daun seperti cemara. 16b :
Filamen bersatu dalam tabung. 18b : Memiliki beberapa model. 25b : Kelopak dan
benang sari hypogynous. 30b : Benang sari kurang dari delapan. 34b : Bukan
bunga berkelamin tunggal. 35b : Tumbuhan liar, hidup bebas dan memiliki
klorofil. 36b : Tidak memiliki kelopak bunga. 44a : Tumbuhan berkayu. 45b :
Daun biasanya majemuk. 46b : Daun memiliki stipula. 48a : Daun kecil.
Sida rhombifolia merupakan tumbuhan perdu yang tumbuh di daerah
tropis baik dataran rendah maupun dataran tinggi. Tumbuhan ini mampu hidup di
daerah yang telah terkontaminasi dengan merkuri seperti di kawasan penambagan
emas. Hal ini sesuai dengan lokasi penelitian dimana memiliki kandungan
merkuri pada tanah sekitar 1,12 – 2, 53 ppm dengan kisaran pH tanah 4 – 7.
Sehingga tumbuhan ini ditemukan di lokasi pelitian yakni di kawasan
penambangan emas Desa Juria Kecamatn Bilato Kabupaten Gorontalo.
10) Synedrella nodiflora
Berdasarkan hasil pencandraan, tumbuhan ini merupakan tumbuhan terna
semusim yang memiliki ciri morfologi bentuk daun berhadapan, dengan banyak
rambut di sekitarnya. Helai daun bundar telur memanjang, pangkal daun
menyempit sepanjang tangkai, ujung daun runcing, dan tepi bergerigi lemah.
Bunga majemuk dalam bongkol kecil. Bunga cakram serupa tabung, berwarna
kuning muda dengan taju kuning cerah. (Gambar 24)
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 24. Synedrella nodiflora, perawakan (a), daun (b), batang (c), akar (d)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis
mencocokkan gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora,
Jhonson) dan referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam
tumbuhan Synedrella nodiflora. Hasil identifikasi mengacu pada kunci
determinasi (Cullen, 2006) dimana Synedrella nodiflora merupakan Famili
Asterceae dengan karakteristik yaitu 1a : Memiliki bentuk daun tidak seperti
jarum atau seperti sisik. 2b : Bentuk daun tidak melingkar, halus, tidak berduri
dan memiliki kelopak bunga. 3a : Bunga memiliki bakal biji dan dilindungi oleh
kelopak bunga. 4b : Tumbuh-tumbuhan yang tidak menyerupai bangsa rumput,
memiliki bunga yang tidak berbentuk bulir-bulir. 5a : Bakal biji basal, dan
memiliki kelopak bunga.
Synedrella nodiflora merupakan tumbuhan terna yang menyenangi
tempat-tempat
ternaungi
namun
mampu
hidup
di
daerah
yang
telah
terkontaminasi dengan merkuri seperti di kawasan penambagan emas. Hal ini
sesuai dengan lokasi penelitian dimana memiliki kandungan merkuri pada tanah
sekitar 1,12 – 2, 53 ppm dengan kisaran pH tanah 4 – 7. Sehingga tumbuhan ini
ditemukan di lokasi pelitian yakni di kawasan penambangan emas Desa Juria
Kecamatn Bilato Kabupaten Gorontalo.
11) Solanum torvum
Berdasarkan hasil pencandraan, tumbuhan ini merupakan tanaman perdu yang
tumbuh tegak dan tinggi tanaman sekitar 3 m. Memiliki bentuk batang bulat,
berkayu, bercabang, berduri jarang dan percabangannya simpodial dengan warna
putih kotor. Daun tunggal, berwarna hijau, tersebar, berbentuk bulat telur,
bercangap, tepi rata, ujung meruncing dan panjangnya sekitar 27-30 cm dan lebar
20-24 cm, dengan bentuk pertulangan daunnya menyirip dan ibu tulang berduri.
(Gambar 25)
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 25. Solanum torvum perawakan (a), daun (b) , buah (c) dan akar (d)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis
mencocokkan gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora,
Jhonson) dan referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam
tumbuhan Solanum torvum. Hasil identifikasi mengacu pada kunci determinasi
(Steenis, 2006) dimana Solanum torvum merupakan Famili Solanaceae dengan
karakteristik yaitu 1b : Memiliki benang sari lebih dari dua. 2b : Reproduksi
betina bersatu dan sederhana. 3b : Daun tidak memiliki urat pararel. 4b : Bukan
bunga terbuka. 5b : Benang sari lebih dari dua. 13b : Benang sari lebih atau
kurang dari kelopak. 21b : Benang sari tidak bersatu. 22b : Bentuk daun tidak
bipinnata. 23a : Kepala sari memiliki celah atau pori. 24b : Benang sari terletak
pada tabung. 25a : Daun alternatif atau basal. 26b : Bunga biseksual. 27b : Bukan
tumbuhan berkayu. 28b : Herbal atau semak tanpa rambut. 29b : Buka tumbuhan
herbal, dan tidak memiliki getah. 30b : Putik dua sampai Sembilan. 33b : Putik
satu atau empat. 37b : Benang sari tidak bersatu dari tabung. 38b : Kelopak tidak
memiliki pelengkap. 40a : Putik terlindungi. 42b : Bakal biji banyak disetiap
putik. 45a : Kelopak berada di pucuk, putik terletak dibagian samping.
Solanum torvum
merupakan tanaman perdu yang tumbuh di dataran
rendah yang ketinggiannya sekitar 1-1.600 m, dan tempat yang tidak terlalu
berair, agak ternaungi dengan sinar matahari dan tumbuh secara tersebar. Sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Oemiyati dkk, (2003) bahwa tumbuhan ini dapat
tumbuh dengan baik diberbagai jenis tanah dan menyukai tempat-tempat yang
ternaungi. Tumbuhan ini juga memiliki kemampuan untuk hidup pada daerah
yang telah terkontaminasi oleh merkuri seperti di kawasan penambangan emas
dimana tumbuhan ini bersifat hipertoleran yakni dapat mentolerir logam dengan
konsentrasi tinggi. Seperti halnya pada penelitian-penelitian sebelumnya bahwa
Solanum torvum dapat menyerap sianida dalam jumlah yang tinggi yakni 28,71
ppm (Juhaeti dkk, 2005).
12) Acorus calamus
Berdasarkan hasil pencandraan, tumbuhan ini memiliki ciri morfologi bentuk
batang basah, pendek dan membentuk rimpang berwarna putih kotor. Daun
tunggal, berbentuk
lanset dengan ujung runcing, bagian tepi rata, bagian
pangkalnya memeluk batang, panjang ± 60 cm, lebar ± 5 cm. Pertulangan sejajar
berwarna hijau. bunga majemuk, bentuk bongkol, ujung meruncing, panjang 2025 cm, tumbuh di ketiak daun, kepala putik meruncing, mahkota bulat panjang.
(Gambar 26)
(a)
(b)
Gambar 26. Acorus calamus perawakan (a), daun (b), batang (c)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
(c)
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis
mencocokkan gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora,
Jhonson) dan referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam
tumbuhan Acorus calamus. Hasil identifikasi mengacu pada kunci determinasi
(Cullen, 2006) dimana Acorus calamus merupakan Famili Acoraceae dengan
karakteristik yaitu 1b : Bukan tumbuhan pohon atau perdu. 2b : Tumbuhan epifit.
10b : Dapat hidup diair. 11a : Mahkota sedikit. 12b : Bunga terletak ditandan dan
berbentuk malai. 14b : Bukan tumbuhan berkayu. 15a : Perbungaan sederhana,
batang berdaging. 16a : Memiliki urat daun, harum jika diremas.
Acorus calamus merupakan tumbuhan air yang banyak dijumpai tumbuh liar
di pinggiran sungai, rawa-rawa maupun lahan yang tergenang air dan pada
substrat tanah yang berlumpur. Tumbuhan ini dapat bersifat hipertoleran yakni
dapat mentolerir logam dengan konsentrasi tinggi. Sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan di kawasan penambangan emas Desa Juria yakni memiliki
kandungan merkuri pada tanah mencapai sekitar 1,12 sampai 2,53 ppm dengan
pH tanah 4 sampai 7. Sehingga tumbuhan ini mampu tumbuh di kawasan
penambangan emas yang telah terkontaminasi dengan logam merkuri.
13) Pteris pacifica
Berdasarkan hasil pencandaraan, tumbuhan ini memiliki ciri morfologi bentuk
akar serabut yang tidak bercabang atau monopodial. Akarnya tipis dan kasar
berwarna coklat. Bentuk batangnya bulat simetridorsiventral dan tumbuh tegak
memanjang. Bentuk
tulang daunnya
dengan system percabangan terbuka.
Helaian daun membujur panjang yang berbentuk pisau pembedah, berjumlah 1 – 4
menyirip dan daunnya berwarna hijau. (Gambar 27)
(a)
(b)
(c)
Gambar 27. Pteris pacifica perawakan (a), daun (2) dan akar (3)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis
mencocokkan gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora,
Jhonson) dan referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam
tumbuhan Pteris pacifica. Hasil identifikasi mengacu pada kunci determinasi
(Steenis, 2006) dimana Pteris pacifica merupakan Famili Polypodiaceae dengan
karakteristik yaitu 1a : Tidak memiliki bunga sejati dan berspora. 17b : Tumbuhan
darat atau rawa dan berakar di tanah. 18b : Daun bermacam-macam bentuknya.
19b : Daun lebih besar dan bentuknya lain, bagian yang fertil berbentuk bulir dan
sporangia tidak demikian letaknya. 22b : Tumbuhan lainnya tidak ada bagian
fertile yang berbentuk bulir. 23b : Daun fertil tidak demikian. 24b : Daun berbeda.
25b : Paku lainnya.
Pteris pacifica merupakan tumbuhan herba yang menyenangi tempattempat yang lembab dan tanah liat atau tanah berbatu yang berpasir. Tumbuhan
ini bersifat hipertoleran karena mampu hidup di daerah yang memiliki kandungan
merkuri tinggi dan miskin unsur hara. Sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan di kawasan penambangan emas Desa Juria yakni memiliki kandungan
merkuri pada tanah mencapai sekitar 1,12 sampai 2,53 ppm dengan pH tanah 4
sampai 7. Sehingga tumbuhan ini mampu tumbuh di kawasan penambangan emas
yang telah terkontaminasi dengan logam merkuri.
14) Cassia tora
Berdasarkan hasil pencandraan tumbuhan ini berhabitus perdu, sistem
perakaran yaitu akar tunggang, batang lunak berwarna coklat dan memiliki
banyak cabang, daun majemuk letaknya berhadapan satu sama lain, pertulangan
daun menyirip, bentuknya bulat telur dengan tepi daun rata, permukaan daunnya
kasar berwarna hijau, daun yang sudah tua berwarna kuning kecoklatan, bunga
berwarna kuning dengan ujung kuncup, buahnya berupa buah polong. (Gambar
28)
(a)
(b)
(c)
Gambar 28. Cassia tora perawakan (a), batang (b), bunga (c), akar (d)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2013
(d)
Setelah diidentifikasi ciri morfologi dari tumbuhan ini, penulis
mencocokkan gambar dari lapangan dengan buku (Ensiklopedia Flora, Flora,
Jhonson) dan referensi lainya diketahui bahwa tumbuhan ini termasuk dalam
tumbuhan Cassia tora. Hasil identifikasi mengacu pada kunci determinasi
(Cullen, 2006) dimana Cassia tora merupakan famili Fabaceae dengan
karakteristik yaitu 1a : Memiliki benang sari lebih banyak, dengan kepala sari
yang berpori atau berongga. 2b : Memiliki daun majemuk, dan memiliki ovarium
tunggal. 4b : Kelopak luar terletak di atas, biji biasanya berasal dari radikula. 5a :
Daun menyirip dengan tiga helaian.
Cassia tora merupakan tumbuhan berhabitus perdu dengan tinggi 1-2.
Tumbuhan ini dapat bersifat hipertoleran yakni dapat mentolerir logam dengan
konsentrasi tinggi. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di kawasan
penambangan emas Desa Juria yakni memiliki kandungan merkuri pada tanah
mencapai sekitar 1,12 sampai 2,53 ppm dengan pH tanah 4 sampai 7. Sehingga
tumbuhan ini mampu tumbuh di kawasan penambangan emas yang telah
terkontaminasi dengan logam merkuri.
Download