Putri D Masitah _proposal - Drs. Riyanto, MSc.

advertisement
KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT OLEH ETNIS
MASYARAKAT DI DUSUN ARAS NAPAL KIRI DAN DUSUN
ARAS NAPAL KANAN DESA BUKIT MAS KECAMATAN
BESITANG KABUPATEN LANGKAT
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
PUTRI DWI MASITAH
11.870.0013
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2014
KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT OLEH ETNIS
MASYARAKAT DI DUSUN ARAS NAPAL KIRI DAN DUSUN
ARAS NAPAL KANAN DESA BUKIT MAS KECAMATAN
BESITANG KABUPATEN LANGKAT
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
PUTRI DWI MASITAH
11.870.0013
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
(Drs. Riyanto, M.Sc)
Pembimbing II
(Jamilah Nasution, S.Pd. M.Si)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Etnis Masyarakat di Dusun
Aras Napal Kiri dan Dusun Aras Napal Kanan Desa Bukit Mas Kecamatan
Besitang Kabupaten Langkat” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Pemimbing satu Bapak Drs. Riyanto, M.sc, kepada Pembimbing dua Ibu Jamilah
Nasution S.pd, M.si, dan Sekretaris Ibu Ida Fauziah S.si, M.si yang telah
membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
mendukung penyelesaian proposal ini.
Penulisan proposal penelitian ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
oleh karena itu segala kritik dan saran akan diterima untuk perbaikan. Akhir kata,
semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya, maupun bagi
pembaca pada umumnya.
Medan,
Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
I.
II.
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang .......................................................................................
1.2.Perumusan Masalah ...............................................................................
1.3.Tujuan Penelitian ...................................................................................
1.4.Manfaat Penelitian .................................................................................
1
2
2
3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
2.3. Etnobotani ............................................................................................. 4
2.5. Obat Tradisional .................................................................................... 5
2.6. Kelebihan Tanaman Obat dan Obat Tradisional ................................... 6
2.6.1. Efek Samping Relatif Kecil ........................................................ 6
2.6.2. Efek Kandungan Kimia Pada Bahan Obat Tradisional ............ 8
2.6.2. Lebih Sesuai Untuk Penyakit Metabolik dan Degeneratif .......... 9
2.7. Kelemahan Obat Tradisional ............................................................... 10
III. BAHAN DAN METODE .......................................................................... 11
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 11
3.2. Deskripsi Area ....................................................................................... 11
3.3. Alat dan Bahan ...................................................................................... 11
3.4. Metode Penelitian.................................................................................. 11
3.5. Prosedur Kerja ...................................................................................... 12
3.5.1. Survey Awal Penelitian ............................................................... 12
3.5.2. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 12
3.5.1.1. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 12
3.5.1.2. Dokumentasi Sampel ......................................................... 13
3.5.1.3. Pembuatan Herbarium ....................................................... 14
3.5.1.4. Identifikasi Tumbuhan ....................................................... 14
3.5.1.5. Analisis Data ...................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah responden yang diwawancarai di Dusun Aras Napal
Kiri dan Dusun Aras Napal Kanan .............................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Indonesia sebagai Negara maha ragam hayati memiliki banyak potensi
alam dengan iklim tropisnya. Hutan tropis Indonesia memiliki luas terbesar kedua
setelah Brazil dan menyimpan banyak sekali kekayaan flora. Dari spesies tanaman
yang ada, Indonesia memiliki ± 35.000 spesies tanaman, dan sampai saat ini baru
4.000 jenis yang diketahui manfaatnya secara langsung oleh masyarakat dan 25%
saja yang telah dibudidayakan, hal ini tentu relative sedikit mengingat
keanekaragaman hayati Indonesia yang sangat tinggi dan tak ternilai harganya
(Fahreza, 2004).
Pelayanan kesehatan di Indonesia telah berkembang, namun minat
masyarakat dalam memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi (Mirza,
2008). Prinsip back to nature yang semakin populer membuat masyarakat beralih
dari mengkonsumsi obat-obatan kimia ke obat-obatan bahan alami untuk
menghindari efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan berbahan dasar zat
kimia sintetis. Selain itu, pengobatan dari bahan alami lebih murah dan bahan
bakunya lebih mudah didapatkan. Obat atau ramuan dari bahan alami juga relatif
aman dan dapat terhindar dari efek samping yang dapat membahayaan tubuh
(A.N.S, 2012)
Pengobatan tradisional memiliki potensi manfaat yang sangat besar dalam
pembangunan kesehatan masyarakat. Pemanfaatan bahan alam untuk pengobatan
cenderung meningkat. Pada tahun 1999 pemanfaatan bahan alam untuk
pengobatan hanya mencapai 20,5 % dan menurut hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) pada tahun 2001 meningkat menjadi 31,7 % dan 9,8 %.
Pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan-bahan dari tumbuhan juga
lebih maju secara internasional. (Kandowangko et al., 2011)
Desa Bukit Mas merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Besitang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara (Thoha, 2009). Desa
Bukit Mas yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung
Leuser masih asri dan memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.
Masyarakat yang menetap di Desa Bukit Mas pun beragam, khususnya pada
Dusun Aras Napal Kiri dan Dusun Aras Napal Kanan. Sebagian masyarakat juga
masih memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan disekitar tempat tinggalnya untuk
dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Namun, data tentang etnobotani tumbuhan
obat yang digunakan oleh etnis-etnis yang berada di Desa Bukit Mas belum ada.
Melihat kondisi ini maka perlu dilakukannya penelitian tentang Kajian Etnobotani
Tumbuhan Obat di Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah jenis tumbuhan obat dan bagaimana pemanfaatannya oleh tiap etnis
masyarakat di Dusun Aras Napal Kiri dan Dusun Aras Napal Kanan Desa Bukit
Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis tumbuhan
obat dan pemanfaatannya oleh tiap etnis masyarakat di Dusun Aras Napal Kanan
dan Dusun Aras Napal Kiri Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang Kabupaten
Langkat.
1.4. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi dan data bagi peneliti,
masyarakat setempat, pihak-pihak yang membutuhkan dan sebagai literatur dalam
penelitian selanjutnya. juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar
melindungi keanekaraganan hayati yang ada disekitarnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Etnobotani
Etnobotani adalah cabang ilmu yang mendalami hubungan antara manusia
dengan tumbuhan disekitarnya (Pratiwi dan Surata, 2013). Etnobotani adalah
penelitian ilmiah murni yang mengunakan pengalaman pengetahuan tradisional
dalam memajukan kualitas hidup, tidak hanya bagi manusia tetapi juga kualitas
lingkungan. Studi tersebut bermanfaat ganda, karena selain bermanfaat bagi
manusia dan lingkungan, dan perlindungan pengetahuan tersebut, melalui
perlindungan jenis-jenis tumbuhan yang digunakan.
Etnobotani dapat digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan
pengetahuan masyarakat atau masyarakat awam yang telah menggunakan
berbagai macam jasa tumbuhan untuk menunjang kehidupannya. Etnobotani
menekankan bagaimana mengungkap keterkaitan budaya masyarakat dengan
sumberdaya tumbuhan di lingkungannya secara langsung ataupun tidak langsung.
Etnobotani yang bertumpu kehidupan manusia dalam pemanfaatan
tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya, dapat meningkatkan daya hidup
manusia. Keunikan Indonesia yang memiliki keanekaragaman biodiversitas
terbesar
kedua
setelah
Brasil
memiliki
keunggulan
komparatif
dalam
menumbuhkan ilmu pengetahuan tersebut. Keanekaragaman budaya Indonesia
yang tersebar akan membentuk mosaik kehidupan yang tidak ada duanya di dunia
(Suryadarma, 2008).
2.2.Obat Tradisional
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada
pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya (Sari, 2006). Obat tradisional Indonesia atau obat
asli Indonesia yang lebih dikenal dengan nama jamu, umumnya campuran obat
herbal, yaitu obat yang berasal dari tanaman. Bagian tanaman yang digunakan
dapat berupa akar, batang, daun, umbi atau mungkin juga seluruh bagian tanaman
(Dewoto, 2007)
Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 1076/Menkes/SK/VII/2003
tentang penyelanggaraan pengobatan tradisional memutuskan bahwa :
1. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara obat
dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun
temurun, atau pendidikan pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
2. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.
3. Pengobat tradisional adalah orang yang melakukan pengobatan tradisional
(alternatif).
4. Pengobat tradisional asing adalah pengobat tradisional Warga Negara Asing
yang memiliki visa tinggal terbatas atau izin tinggal terbatas atau izin tinggal
tetap untuk maksud bekerja di Wilayah Republik Indonesia.
5. Surat Terdaftar Pengobat Tradisional yang selanjutnya disebut STPT adalah
bukti tertulis yang diberikan kepada pengobat tradisional yang telah
melaksanakan pendaftaran.
6. Surat Izin Pengobat Tradisional (SIPT) adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada pengobat tradisional yang metodenya telah dikaji, diteliti, dan diuji
terbukti aman dan bermanfaat bagi kesehatan.
7. Toko Obat Tradisional adalah tempat menyimpan, melayani, dan menjual obat
tradisional.
2.3. Kelebihan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (TO dan OT).
2.3.1. Efek Samping yang relatif kecil
Menurut Katno (2008), Efek samping TO dan OT relatif kecil jika
digunakan secara tepat TO dan OT akan bermanfaat dan aman jika digunakan
dengan mempertimbangkan sekurang-kurangnya enam aspek ketepatan, yaitu
tepat takaran, tepat waktu dan cara penggunaan, tepat pemilihan bahan dan
telaah informasi serta sesuai dengan indikasi penyakit tertentu.
1. Tepat takaran (dosis)
Tanaman obat dan juga obat tradisional tidak ubahnya dengan obat
buatan pabrik dan tidak bisa dikonsumsi sembarangan, tetapi ada takaran atau
dosis yang harus dipatuhi. Misalnya daun seledri ( Apium graveolens ) telah
diteliti dan terbukti mampu menurunkan tekanan darah, tetapi penggunaannya
harus berhati-hati karena pada takaran berlebih dapat menurunkan tekanan
darah secara drastis sehingga penderita menjadi syok.
2. Tepat waktu penggunaan
Ketepatan waktu penggunaan obat tradisional sangat menentukan
tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan. Hal ini dilihat dari berbagai
kasus yang pernah terjadi di Indonesia.
3. Tepat cara penggunaan
Secara umum, orang berpendapat bahwa lazimnya penggunaan
tanaman obat secara tradisional adalah dengan cara direbus atau diseduh
dengan air mendidih lalu diminum air seduhannya. Hal ini tidaklah salah,
tetapi juga tidak selalu benar karena ada beberapa pengecualian. Tidak
semua tanaman obat sebagai ramuan obat tradisional penggunaannya
dengan cara direbus.
4. Tepat pemilihan bahan
Tanaman obat terdiri dari beragam spesies yang kadang sulit
dibedakan sehingga banyak penjual simplisia (bahan jamu) yang kurang
memperhatikan hal tersebut dan menyebabkan orang mengkonsumsi obat
yang salah.
5. Tepat telaah informasi
Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong derasnya arus
informasi yang mudah untuk diakses. Namun demikian, tanpa didukung
oleh pengetahuan dasar yang memadai dan telaah atau kajian yang cukup
seringkali mendatangkan hal-hal yang menyesatkan. Ketidaktahuan bisa
menyebabkan obat tradisional menjadi bahan yang membahayakan.
6. Sesuai dengan indikasi penyakit tertentu
Sebagaimana diketahui, masyarakat mempunyai banyak pilihan
untuk menggunakan obat alami. Selain membeli ramuan jadi dari
perusahaan jamu, bakul jamu gendong, atau peenjual jamu racikan dipasar
atau kios-kios jamu, banyak anggota masyarakat yang membuat dan
meracik sendiri jamu yang diminumnya. Pemilihan jenis bahan obat alam
untuk mengobati suatu penyakit harus dilakukan dengan tepat. Rasio antara
keberhasilan terapi dan efek samping yang ditimbulkan harus menjadi
pertimbangan dalam pemilihan ramuan obat tradisional.
2.3.2.
Kombinasi efek kandungan kimia dalam bahan obat tradisional.
Dalam Katno (2008), Kombinasi efek kandungan kimia dalam bahan
obat tradisional terdiri dari :
1. Efek komplementer
Dalam suatu tanaman obat tradisional umumnya terdiri dari beberapa
jenis tanaman obat yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain
untuk mencapai efektivitas pengobatan. Formulasi dan komposisi ramuan
tersebut dibuat setepat mungkin agar tidak menimbulkan kontradiksi, bahkan
harus dipilih jenis ramuan yang saling menunjang terhadap suatu efek yang
dikehendaki.
2.
Efek sinergisme
Yang dimaksud dengan efek sinergisme adalah pada bahan atau
ramuan OT terdapat beberapa senyawa aktif yang memiliki efek sama atau
serupa.
3. Efek kontra indikasi
Efek kontra indikasi merupakan masalah yang merugikan dalam terapi
dengan obat alami. Dalam hal ini peran standarisasi bahan baku dan teknologi
fitofarmasetika akan sangat menentukan.
4.
Faktor hambat absorbsi
Contoh dari faktor hambat absorbsi adalah, semua orang paham dan
dapat merasakan bahwa kopi lebih kuat memacu susunan syaraf pusat
dibandingkan teh, padahal kandungan kafein dalam teh lebih besar daripada
kopi. Hal ini karena adanya senyawa tanin pada teh dan tidak terdapat pada
kopi yang menghambat stimulan susunan syaraf pusat. Tanin menghambat
absorpsi di usus sehingga mengurangi eefekstimulan susunan syaraf pusat.
5. Peningkatan ketersediaan hayati
Kukurmin yang terkandung dalam rimpang curcuma memiliki
ketersediaan hayati yanng jelek dalam darah. Dengan penambahan alkaloid
piperin, ketersediaan hayatinya meningkat sehingga efek farmakologinya juga
meeningkat. Hal ini disebabkan karena hambatan enzim glutation sistein
transferase.
2.3.3.
Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit metabolik dan
degeneratif
Beberapa contoh yang termasuk penyakit metabolik yaitu penyakit
yang diakibatkan gangguan metabolisme tubuh karena pola makan yang tidak
terkendali diantaranya diabetes, hiperlipidemia, obesitas, asam urat, batu
ginjal, hepatitis, hipertensi, dan lain-lain. Sedangkan penyakit-penyakit
degenaratif adalah penyakit akibat proses penuaan seperti reumatik, asma,
usler, wasir, dan pikun. Untuk menanggulangi penyakit-penyakit tersebut
diperlukan pemakaian obat dalam waktu lama sehingga digunakan obat obat
alam yang efek sampingnya relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.
2.4. Kelemahan Obat Tradisional
Disamping berbagai kelebihan, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa tanaman
obat dan obat tradisional juga memiliki bebeerapa kelemahan yang merupakan
kendala dalam pengembangan obat tradisional, termasuk dalam upaya agar bisa
diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Adapun beberapa kelemahan tersebut
antara lain efek farmakologisnya lemah, bahan baku beelum terstandar dan
bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah
tercemar berbagai jenis mikroorganisme (Katno, 2008)
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Aras Napal Kanan dan Dusun Aras
Napal Kiri Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Identifikasi
tumbuhan dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Medan Area, Medan.
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan Januari 2014.
3.2. Deskripsi Area
Secara administratis, Aras Napal terletak di Desa Bukit Mas Kecamatan
Besitang Kabupaten Langkat. Aras Napal memiliki ekosistem hutan hujan tropis
dataran rendah, berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser dan
Sungai Besitang. Masyarakat Aras Napal Kiri mayoritas beretnis Jawa sumatera,
juga terdapat masyarakat beretnis Batak Tapanuli, Batak Karo, Aceh gayo. Pada
Dusun Aras Napal Mayoritas masyarakat beretnis Batak Tapanuli.
3.3. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan,
kamera, alat tulis, label gantung, isolasi, penggaris, kantong plastik bening,
gunting, pisau, kertas koran dan alat herbarium.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen atau laporan,
literatur, buku kunci determinasi flora oleh steenis et al. (2003), tumbuhan objek
untuk herbarium dan alkohol 70%.
3.4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif
dengan metode survey dan tehnik wawancara semi terstruktur (Rozak, 2011).
Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling dengan dipilih
10 orang perwakilan pada tiap etnis di dusun aras napal kiri dan dusun aras napal
kanan.
3.5. Prosedur Kerja
3.5.1. Survey Awal Penelitian
Survey awal dilakukan untuk melihat lokasi penelitian dan untuk
mengetahui informasi awal masyarakat tentang pemanfaatan tanaman obat di
Dusun Aras Napal Kiri dan Dusun Aras Napal Kanan Desa Bukit Mas
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.
3.5.2. Pelaksanaan Penelitian
3.5.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara semi terstruktur
dengan berpedoman pada daftar pertanyaan. Isi daftar pertanyaan pada
kuisioner meliputi nama responden, usia, pekerjaan, nama lokal tumbuhan
yang digunakan, bagian yang digunakan, manfaat, dan cara pemanfaatannya
(Novri at.al, 2011). Cara pemilihan responden dengan menanyakan kepada
kepala dusun tentang masyarakat yang sering menggunakan tanaman obat
tradisional. Apabila dalam tiap etnis terdapat lebih dari 10 orang yang
menggunakan tanaman obat tradisional maka jumlah responden yang
digunakan tetap 10 orang, namun apabila jumlah responden yang
menggunakan tanaman obat tradisional kurang dari 10 orang maka semua
diambil sebagai responden (Hamzari, 2008)
Tabel 1. Jumlah responden yang diwawancarai di Dusun Aras Napal Kiri dan
Dusun Aras Napal Kanan
No
Responden
Kelas Umur
1
Etnis Jawa
Dewasa
10
2
Etnis Karo
Dewasa
10
3
Etnis Aceh gayo
Dewasa
10
4
Etnis Batak Tapanuli
Dewasa
10
Jumlah
Jumlah Responden (orang)
40
3.5.2.1. Dokumentasi Sampel
Sampel yang didapat kemudian difoto perawakan tumbuhan ketika
masih tertanam, bagian tumbuhan yang digunakan sebagai tanaman obat,
dan bagian utuh tanaman dari akar sampai ujung daun jika memungkinkan.
3.5.2.2.Pembuatan Herbarium
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium dalam
penelitian ini adalah bagian tumbuhan diambil pada bagian ranting atau
bagian utuh tanaman lengkap dengan daun, jika ada bunga dan buahnya juga
diambil. Contoh herbarium dipotong dengan ukuran lebih kurang 40cm
kemudian dimasukkan kedalam kertas koran dengan memberikan label
gantung berukuran 3cm x 5cm yang berisi keterangan tentang nomor
spesies, nama lokal spesies dan lokasi pengumpulan spesies. Selanjutnya,
contoh herbarium yang dibungkus kertas koran dimasukkan kedalam
kantong plastik bening berukuran 5kg dan disemprot dengan alkohol 70%,
kemudian kantong plastik ditutup dengan selotip. Herbarium disusun diatas
alat pengepres yang terbuat dari kayu dan diikat dengan tali rafia.
Herbarium selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari selama kurang lebih
48 jam.setelah kering, herbarium dilepaskan dari plastik dan kertas koran
untuk diidentifikasi.
3.5.2.3. Identifikasi Tumbuhan
Herbarium yang sudah kering, lengkap dengan keteranganketerangan pada label gantung diidentifikasi di Laboratorium Biologi
Universitas Medan Area. Identifikasi dilakukan dengan melakukan cek
silang dengan berbagai buku atau literatur, meliputi nama lokal tumbuhan,
nama ilmiah, habitus, kegunaan, dan bagian yang digunakan. Literatur yang
digunakan dalam mengidentifikasi sampel antara lain Steenis at. al (2003),
Thomas A.N.S (2008), Setiawan Dalimartha (2008), dan www.iptek.net.id.
3.5.2.4.Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis secara
deskriptif yang dilakukan dalam dua bentuk pendekatan yaitu pendekatan
antropologi medikal dan pendekatan etnobotani medikal.
3.6. Bagan Alur Penelitian
Studi
Area
Kabupaten
Langkat
Kecamatan
Besitang
Dusun
Aras
Napal
Kanan
Desa
Bukit
Mas
Dusun
Aras
Napal
Kiri
Survei Etnobotani
Wawancara
Pengumpulan spesimen
tanaman obat
Jenis Tumbuhan Obat
Dokumentasi
Bagian yang digunakan
Pembuatan Herbarium
Jenis Tumbuhan Obat
Jenis Tumbuhan Obat
manfaat
Identifikasi
Jenis Tumbuhan Obat
Jenis Tumbuhan Obat
Jenis Tumbuhan Obat
Nama lokal
Tabulasidata
Nama latin
Family
Bagian yang digunakan
Manfaat
Antropologi Medikal
Analisis secara
deskriptif
Etnobotani Medikal
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Aras Napal : Menjelajahi Keindahan Bentang Alam Ekosistem
Leuser
Terrestrial
Plant
Ecology.
Diakses
dari
www.travelesia.co/2014/09/aras-napal.html.
A.N.S, Thomas. 2012. Tanaman Obat Tradisional.Penerbit Kanisius.Yogyakarta..
Dewoto, Hedi R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi
Fitofarmaka.Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 57, nomor 7.
Fahreza, Irsyad. 2004. Meseum Etnobotani Indonesia di Bogor.Fakultas Tehnik
Universitas Diponegoro.Semarang.
Hamzari. 2008. Ientifikasi Tanaman Obat-obatan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Sekitar Hutan Tabo-tabo.Jurnal Ilmiah staf dosen Manajemen
Hutan Universitas Tadulako.
Kandowangko, Novri, Solang, Margaretha, dan Ahmad, Jusna. 2011. Kajian
Etnobotani Tanaman Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Bonebolango
Provinsi Gorontalo. Laporan penelitian pengembangan program studi
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo.
Katno. 2008. Tingkat Manfaat, Keamanan, dan Efektifitas Tanaman Obat dan
Obat Tradisional. Diterbitkan oleh Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan. Jawa Tengah.
Keputusan
Mentri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1076/MENKES/SK/VII/2003
tentang
penyelenggaraan
pengobatan
tradisional.
Mirza, Zailani. 2010. Inventarisasi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Secara
Tradisional Oleh Suku Osing Banyuwangi.Skripsi.Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
Pratiwi, Farah Meita dan Sutara, Pande Ketut. 2013. Etnobotani Kelapa (Cocos
nucifera L.) di Wilayah Denpasar. Jurnal Simbiosis Universitas Udayana.
Bali.
Rozak, Abdur. 2011. Studi Etnobotani Tumbuhan yang Berpotensi Sebagai Obat
Penyakit Dalam di Kecamatan Guluk-guluk Kabupaten Sumenep Madura.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Sari, Lusia Oktora Ruma Kumala. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan
Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Artikel Majalah Ilmu
Kefarmasian Volume III Nomor 1, 01-07
Suryadharma, IGP. 2008. Etnobotani. Diktat Kuliah Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta
Thoha, A. S. 2009. Kondisi Umum Aras Napaldan Pulau Sembilan. Lokasi Umum
Praktik. Diakses dari http://ptigah.wordpress.com/2009/06/02/kondisiumum-aras-napal-dan-pulau-sembilan/.
Download