KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT OLEH ETNIS MASYARAKAT DI DUSUN ARAS NAPAL KIRI DAN DUSUN ARAS NAPAL KANAN DESA BUKIT MAS KECAMATAN BESITANG KABUPATEN LANGKAT PROPOSAL PENELITIAN OLEH: PUTRI DWI MASITAH 11.870.0013 FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA 2014 KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT OLEH ETNIS MASYARAKAT DI DUSUN ARAS NAPAL KIRI DAN DUSUN ARAS NAPAL KANAN DESA BUKIT MAS KECAMATAN BESITANG KABUPATEN LANGKAT PROPOSAL PENELITIAN OLEH: PUTRI DWI MASITAH 11.870.0013 Disetujui Oleh Komisi Pembimbing Pembimbing I (Drs. Riyanto, M.Sc) Pembimbing II (Jamilah Nasution, S.Pd. M.Si) KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Etnis Masyarakat di Dusun Aras Napal Kiri dan Dusun Aras Napal Kanan Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemimbing satu Bapak Drs. Riyanto, M.sc, kepada Pembimbing dua Ibu Jamilah Nasution S.pd, M.si, dan Sekretaris Ibu Ida Fauziah S.si, M.si yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung penyelesaian proposal ini. Penulisan proposal penelitian ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran akan diterima untuk perbaikan. Akhir kata, semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya, maupun bagi pembaca pada umumnya. Medan, Oktober 2014 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii I. II. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang ....................................................................................... 1.2.Perumusan Masalah ............................................................................... 1.3.Tujuan Penelitian ................................................................................... 1.4.Manfaat Penelitian ................................................................................. 1 2 2 3 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4 2.3. Etnobotani ............................................................................................. 4 2.5. Obat Tradisional .................................................................................... 5 2.6. Kelebihan Tanaman Obat dan Obat Tradisional ................................... 6 2.6.1. Efek Samping Relatif Kecil ........................................................ 6 2.6.2. Efek Kandungan Kimia Pada Bahan Obat Tradisional ............ 8 2.6.2. Lebih Sesuai Untuk Penyakit Metabolik dan Degeneratif .......... 9 2.7. Kelemahan Obat Tradisional ............................................................... 10 III. BAHAN DAN METODE .......................................................................... 11 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 11 3.2. Deskripsi Area ....................................................................................... 11 3.3. Alat dan Bahan ...................................................................................... 11 3.4. Metode Penelitian.................................................................................. 11 3.5. Prosedur Kerja ...................................................................................... 12 3.5.1. Survey Awal Penelitian ............................................................... 12 3.5.2. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 12 3.5.1.1. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 12 3.5.1.2. Dokumentasi Sampel ......................................................... 13 3.5.1.3. Pembuatan Herbarium ....................................................... 14 3.5.1.4. Identifikasi Tumbuhan ....................................................... 14 3.5.1.5. Analisis Data ...................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16 DAFTAR TABEL Tabel 1 Jumlah responden yang diwawancarai di Dusun Aras Napal Kiri dan Dusun Aras Napal Kanan .............................................................13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia sebagai Negara maha ragam hayati memiliki banyak potensi alam dengan iklim tropisnya. Hutan tropis Indonesia memiliki luas terbesar kedua setelah Brazil dan menyimpan banyak sekali kekayaan flora. Dari spesies tanaman yang ada, Indonesia memiliki ± 35.000 spesies tanaman, dan sampai saat ini baru 4.000 jenis yang diketahui manfaatnya secara langsung oleh masyarakat dan 25% saja yang telah dibudidayakan, hal ini tentu relative sedikit mengingat keanekaragaman hayati Indonesia yang sangat tinggi dan tak ternilai harganya (Fahreza, 2004). Pelayanan kesehatan di Indonesia telah berkembang, namun minat masyarakat dalam memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi (Mirza, 2008). Prinsip back to nature yang semakin populer membuat masyarakat beralih dari mengkonsumsi obat-obatan kimia ke obat-obatan bahan alami untuk menghindari efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan berbahan dasar zat kimia sintetis. Selain itu, pengobatan dari bahan alami lebih murah dan bahan bakunya lebih mudah didapatkan. Obat atau ramuan dari bahan alami juga relatif aman dan dapat terhindar dari efek samping yang dapat membahayaan tubuh (A.N.S, 2012) Pengobatan tradisional memiliki potensi manfaat yang sangat besar dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Pemanfaatan bahan alam untuk pengobatan cenderung meningkat. Pada tahun 1999 pemanfaatan bahan alam untuk pengobatan hanya mencapai 20,5 % dan menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2001 meningkat menjadi 31,7 % dan 9,8 %. Pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan-bahan dari tumbuhan juga lebih maju secara internasional. (Kandowangko et al., 2011) Desa Bukit Mas merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara (Thoha, 2009). Desa Bukit Mas yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser masih asri dan memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Masyarakat yang menetap di Desa Bukit Mas pun beragam, khususnya pada Dusun Aras Napal Kiri dan Dusun Aras Napal Kanan. Sebagian masyarakat juga masih memanfaatkan tumbuhan-tumbuhan disekitar tempat tinggalnya untuk dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Namun, data tentang etnobotani tumbuhan obat yang digunakan oleh etnis-etnis yang berada di Desa Bukit Mas belum ada. Melihat kondisi ini maka perlu dilakukannya penelitian tentang Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat di Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah jenis tumbuhan obat dan bagaimana pemanfaatannya oleh tiap etnis masyarakat di Dusun Aras Napal Kiri dan Dusun Aras Napal Kanan Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis tumbuhan obat dan pemanfaatannya oleh tiap etnis masyarakat di Dusun Aras Napal Kanan dan Dusun Aras Napal Kiri Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. 1.4. Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi dan data bagi peneliti, masyarakat setempat, pihak-pihak yang membutuhkan dan sebagai literatur dalam penelitian selanjutnya. juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar melindungi keanekaraganan hayati yang ada disekitarnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Etnobotani Etnobotani adalah cabang ilmu yang mendalami hubungan antara manusia dengan tumbuhan disekitarnya (Pratiwi dan Surata, 2013). Etnobotani adalah penelitian ilmiah murni yang mengunakan pengalaman pengetahuan tradisional dalam memajukan kualitas hidup, tidak hanya bagi manusia tetapi juga kualitas lingkungan. Studi tersebut bermanfaat ganda, karena selain bermanfaat bagi manusia dan lingkungan, dan perlindungan pengetahuan tersebut, melalui perlindungan jenis-jenis tumbuhan yang digunakan. Etnobotani dapat digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan pengetahuan masyarakat atau masyarakat awam yang telah menggunakan berbagai macam jasa tumbuhan untuk menunjang kehidupannya. Etnobotani menekankan bagaimana mengungkap keterkaitan budaya masyarakat dengan sumberdaya tumbuhan di lingkungannya secara langsung ataupun tidak langsung. Etnobotani yang bertumpu kehidupan manusia dalam pemanfaatan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya, dapat meningkatkan daya hidup manusia. Keunikan Indonesia yang memiliki keanekaragaman biodiversitas terbesar kedua setelah Brasil memiliki keunggulan komparatif dalam menumbuhkan ilmu pengetahuan tersebut. Keanekaragaman budaya Indonesia yang tersebar akan membentuk mosaik kehidupan yang tidak ada duanya di dunia (Suryadarma, 2008). 2.2.Obat Tradisional Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari, 2006). Obat tradisional Indonesia atau obat asli Indonesia yang lebih dikenal dengan nama jamu, umumnya campuran obat herbal, yaitu obat yang berasal dari tanaman. Bagian tanaman yang digunakan dapat berupa akar, batang, daun, umbi atau mungkin juga seluruh bagian tanaman (Dewoto, 2007) Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang penyelanggaraan pengobatan tradisional memutuskan bahwa : 1. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, atau pendidikan pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. 2. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. 3. Pengobat tradisional adalah orang yang melakukan pengobatan tradisional (alternatif). 4. Pengobat tradisional asing adalah pengobat tradisional Warga Negara Asing yang memiliki visa tinggal terbatas atau izin tinggal terbatas atau izin tinggal tetap untuk maksud bekerja di Wilayah Republik Indonesia. 5. Surat Terdaftar Pengobat Tradisional yang selanjutnya disebut STPT adalah bukti tertulis yang diberikan kepada pengobat tradisional yang telah melaksanakan pendaftaran. 6. Surat Izin Pengobat Tradisional (SIPT) adalah bukti tertulis yang diberikan kepada pengobat tradisional yang metodenya telah dikaji, diteliti, dan diuji terbukti aman dan bermanfaat bagi kesehatan. 7. Toko Obat Tradisional adalah tempat menyimpan, melayani, dan menjual obat tradisional. 2.3. Kelebihan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (TO dan OT). 2.3.1. Efek Samping yang relatif kecil Menurut Katno (2008), Efek samping TO dan OT relatif kecil jika digunakan secara tepat TO dan OT akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan mempertimbangkan sekurang-kurangnya enam aspek ketepatan, yaitu tepat takaran, tepat waktu dan cara penggunaan, tepat pemilihan bahan dan telaah informasi serta sesuai dengan indikasi penyakit tertentu. 1. Tepat takaran (dosis) Tanaman obat dan juga obat tradisional tidak ubahnya dengan obat buatan pabrik dan tidak bisa dikonsumsi sembarangan, tetapi ada takaran atau dosis yang harus dipatuhi. Misalnya daun seledri ( Apium graveolens ) telah diteliti dan terbukti mampu menurunkan tekanan darah, tetapi penggunaannya harus berhati-hati karena pada takaran berlebih dapat menurunkan tekanan darah secara drastis sehingga penderita menjadi syok. 2. Tepat waktu penggunaan Ketepatan waktu penggunaan obat tradisional sangat menentukan tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan. Hal ini dilihat dari berbagai kasus yang pernah terjadi di Indonesia. 3. Tepat cara penggunaan Secara umum, orang berpendapat bahwa lazimnya penggunaan tanaman obat secara tradisional adalah dengan cara direbus atau diseduh dengan air mendidih lalu diminum air seduhannya. Hal ini tidaklah salah, tetapi juga tidak selalu benar karena ada beberapa pengecualian. Tidak semua tanaman obat sebagai ramuan obat tradisional penggunaannya dengan cara direbus. 4. Tepat pemilihan bahan Tanaman obat terdiri dari beragam spesies yang kadang sulit dibedakan sehingga banyak penjual simplisia (bahan jamu) yang kurang memperhatikan hal tersebut dan menyebabkan orang mengkonsumsi obat yang salah. 5. Tepat telaah informasi Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong derasnya arus informasi yang mudah untuk diakses. Namun demikian, tanpa didukung oleh pengetahuan dasar yang memadai dan telaah atau kajian yang cukup seringkali mendatangkan hal-hal yang menyesatkan. Ketidaktahuan bisa menyebabkan obat tradisional menjadi bahan yang membahayakan. 6. Sesuai dengan indikasi penyakit tertentu Sebagaimana diketahui, masyarakat mempunyai banyak pilihan untuk menggunakan obat alami. Selain membeli ramuan jadi dari perusahaan jamu, bakul jamu gendong, atau peenjual jamu racikan dipasar atau kios-kios jamu, banyak anggota masyarakat yang membuat dan meracik sendiri jamu yang diminumnya. Pemilihan jenis bahan obat alam untuk mengobati suatu penyakit harus dilakukan dengan tepat. Rasio antara keberhasilan terapi dan efek samping yang ditimbulkan harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan ramuan obat tradisional. 2.3.2. Kombinasi efek kandungan kimia dalam bahan obat tradisional. Dalam Katno (2008), Kombinasi efek kandungan kimia dalam bahan obat tradisional terdiri dari : 1. Efek komplementer Dalam suatu tanaman obat tradisional umumnya terdiri dari beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan. Formulasi dan komposisi ramuan tersebut dibuat setepat mungkin agar tidak menimbulkan kontradiksi, bahkan harus dipilih jenis ramuan yang saling menunjang terhadap suatu efek yang dikehendaki. 2. Efek sinergisme Yang dimaksud dengan efek sinergisme adalah pada bahan atau ramuan OT terdapat beberapa senyawa aktif yang memiliki efek sama atau serupa. 3. Efek kontra indikasi Efek kontra indikasi merupakan masalah yang merugikan dalam terapi dengan obat alami. Dalam hal ini peran standarisasi bahan baku dan teknologi fitofarmasetika akan sangat menentukan. 4. Faktor hambat absorbsi Contoh dari faktor hambat absorbsi adalah, semua orang paham dan dapat merasakan bahwa kopi lebih kuat memacu susunan syaraf pusat dibandingkan teh, padahal kandungan kafein dalam teh lebih besar daripada kopi. Hal ini karena adanya senyawa tanin pada teh dan tidak terdapat pada kopi yang menghambat stimulan susunan syaraf pusat. Tanin menghambat absorpsi di usus sehingga mengurangi eefekstimulan susunan syaraf pusat. 5. Peningkatan ketersediaan hayati Kukurmin yang terkandung dalam rimpang curcuma memiliki ketersediaan hayati yanng jelek dalam darah. Dengan penambahan alkaloid piperin, ketersediaan hayatinya meningkat sehingga efek farmakologinya juga meeningkat. Hal ini disebabkan karena hambatan enzim glutation sistein transferase. 2.3.3. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit metabolik dan degeneratif Beberapa contoh yang termasuk penyakit metabolik yaitu penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme tubuh karena pola makan yang tidak terkendali diantaranya diabetes, hiperlipidemia, obesitas, asam urat, batu ginjal, hepatitis, hipertensi, dan lain-lain. Sedangkan penyakit-penyakit degenaratif adalah penyakit akibat proses penuaan seperti reumatik, asma, usler, wasir, dan pikun. Untuk menanggulangi penyakit-penyakit tersebut diperlukan pemakaian obat dalam waktu lama sehingga digunakan obat obat alam yang efek sampingnya relatif kecil sehingga dianggap lebih aman. 2.4. Kelemahan Obat Tradisional Disamping berbagai kelebihan, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa tanaman obat dan obat tradisional juga memiliki bebeerapa kelemahan yang merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional, termasuk dalam upaya agar bisa diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain efek farmakologisnya lemah, bahan baku beelum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme (Katno, 2008) BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Aras Napal Kanan dan Dusun Aras Napal Kiri Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Medan Area, Medan. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan Januari 2014. 3.2. Deskripsi Area Secara administratis, Aras Napal terletak di Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Aras Napal memiliki ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser dan Sungai Besitang. Masyarakat Aras Napal Kiri mayoritas beretnis Jawa sumatera, juga terdapat masyarakat beretnis Batak Tapanuli, Batak Karo, Aceh gayo. Pada Dusun Aras Napal Mayoritas masyarakat beretnis Batak Tapanuli. 3.3. Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan, kamera, alat tulis, label gantung, isolasi, penggaris, kantong plastik bening, gunting, pisau, kertas koran dan alat herbarium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen atau laporan, literatur, buku kunci determinasi flora oleh steenis et al. (2003), tumbuhan objek untuk herbarium dan alkohol 70%. 3.4. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan metode survey dan tehnik wawancara semi terstruktur (Rozak, 2011). Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling dengan dipilih 10 orang perwakilan pada tiap etnis di dusun aras napal kiri dan dusun aras napal kanan. 3.5. Prosedur Kerja 3.5.1. Survey Awal Penelitian Survey awal dilakukan untuk melihat lokasi penelitian dan untuk mengetahui informasi awal masyarakat tentang pemanfaatan tanaman obat di Dusun Aras Napal Kiri dan Dusun Aras Napal Kanan Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. 3.5.2. Pelaksanaan Penelitian 3.5.2.1 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara semi terstruktur dengan berpedoman pada daftar pertanyaan. Isi daftar pertanyaan pada kuisioner meliputi nama responden, usia, pekerjaan, nama lokal tumbuhan yang digunakan, bagian yang digunakan, manfaat, dan cara pemanfaatannya (Novri at.al, 2011). Cara pemilihan responden dengan menanyakan kepada kepala dusun tentang masyarakat yang sering menggunakan tanaman obat tradisional. Apabila dalam tiap etnis terdapat lebih dari 10 orang yang menggunakan tanaman obat tradisional maka jumlah responden yang digunakan tetap 10 orang, namun apabila jumlah responden yang menggunakan tanaman obat tradisional kurang dari 10 orang maka semua diambil sebagai responden (Hamzari, 2008) Tabel 1. Jumlah responden yang diwawancarai di Dusun Aras Napal Kiri dan Dusun Aras Napal Kanan No Responden Kelas Umur 1 Etnis Jawa Dewasa 10 2 Etnis Karo Dewasa 10 3 Etnis Aceh gayo Dewasa 10 4 Etnis Batak Tapanuli Dewasa 10 Jumlah Jumlah Responden (orang) 40 3.5.2.1. Dokumentasi Sampel Sampel yang didapat kemudian difoto perawakan tumbuhan ketika masih tertanam, bagian tumbuhan yang digunakan sebagai tanaman obat, dan bagian utuh tanaman dari akar sampai ujung daun jika memungkinkan. 3.5.2.2.Pembuatan Herbarium Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium dalam penelitian ini adalah bagian tumbuhan diambil pada bagian ranting atau bagian utuh tanaman lengkap dengan daun, jika ada bunga dan buahnya juga diambil. Contoh herbarium dipotong dengan ukuran lebih kurang 40cm kemudian dimasukkan kedalam kertas koran dengan memberikan label gantung berukuran 3cm x 5cm yang berisi keterangan tentang nomor spesies, nama lokal spesies dan lokasi pengumpulan spesies. Selanjutnya, contoh herbarium yang dibungkus kertas koran dimasukkan kedalam kantong plastik bening berukuran 5kg dan disemprot dengan alkohol 70%, kemudian kantong plastik ditutup dengan selotip. Herbarium disusun diatas alat pengepres yang terbuat dari kayu dan diikat dengan tali rafia. Herbarium selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari selama kurang lebih 48 jam.setelah kering, herbarium dilepaskan dari plastik dan kertas koran untuk diidentifikasi. 3.5.2.3. Identifikasi Tumbuhan Herbarium yang sudah kering, lengkap dengan keteranganketerangan pada label gantung diidentifikasi di Laboratorium Biologi Universitas Medan Area. Identifikasi dilakukan dengan melakukan cek silang dengan berbagai buku atau literatur, meliputi nama lokal tumbuhan, nama ilmiah, habitus, kegunaan, dan bagian yang digunakan. Literatur yang digunakan dalam mengidentifikasi sampel antara lain Steenis at. al (2003), Thomas A.N.S (2008), Setiawan Dalimartha (2008), dan www.iptek.net.id. 3.5.2.4.Analisis Data Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif yang dilakukan dalam dua bentuk pendekatan yaitu pendekatan antropologi medikal dan pendekatan etnobotani medikal. 3.6. Bagan Alur Penelitian Studi Area Kabupaten Langkat Kecamatan Besitang Dusun Aras Napal Kanan Desa Bukit Mas Dusun Aras Napal Kiri Survei Etnobotani Wawancara Pengumpulan spesimen tanaman obat Jenis Tumbuhan Obat Dokumentasi Bagian yang digunakan Pembuatan Herbarium Jenis Tumbuhan Obat Jenis Tumbuhan Obat manfaat Identifikasi Jenis Tumbuhan Obat Jenis Tumbuhan Obat Jenis Tumbuhan Obat Nama lokal Tabulasidata Nama latin Family Bagian yang digunakan Manfaat Antropologi Medikal Analisis secara deskriptif Etnobotani Medikal DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2014. Aras Napal : Menjelajahi Keindahan Bentang Alam Ekosistem Leuser Terrestrial Plant Ecology. Diakses dari www.travelesia.co/2014/09/aras-napal.html. A.N.S, Thomas. 2012. Tanaman Obat Tradisional.Penerbit Kanisius.Yogyakarta.. Dewoto, Hedi R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka.Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 57, nomor 7. Fahreza, Irsyad. 2004. Meseum Etnobotani Indonesia di Bogor.Fakultas Tehnik Universitas Diponegoro.Semarang. Hamzari. 2008. Ientifikasi Tanaman Obat-obatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Sekitar Hutan Tabo-tabo.Jurnal Ilmiah staf dosen Manajemen Hutan Universitas Tadulako. Kandowangko, Novri, Solang, Margaretha, dan Ahmad, Jusna. 2011. Kajian Etnobotani Tanaman Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Bonebolango Provinsi Gorontalo. Laporan penelitian pengembangan program studi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo. Katno. 2008. Tingkat Manfaat, Keamanan, dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Diterbitkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan. Jawa Tengah. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional. Mirza, Zailani. 2010. Inventarisasi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Secara Tradisional Oleh Suku Osing Banyuwangi.Skripsi.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember. Pratiwi, Farah Meita dan Sutara, Pande Ketut. 2013. Etnobotani Kelapa (Cocos nucifera L.) di Wilayah Denpasar. Jurnal Simbiosis Universitas Udayana. Bali. Rozak, Abdur. 2011. Studi Etnobotani Tumbuhan yang Berpotensi Sebagai Obat Penyakit Dalam di Kecamatan Guluk-guluk Kabupaten Sumenep Madura. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Sari, Lusia Oktora Ruma Kumala. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Artikel Majalah Ilmu Kefarmasian Volume III Nomor 1, 01-07 Suryadharma, IGP. 2008. Etnobotani. Diktat Kuliah Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta Thoha, A. S. 2009. Kondisi Umum Aras Napaldan Pulau Sembilan. Lokasi Umum Praktik. Diakses dari http://ptigah.wordpress.com/2009/06/02/kondisiumum-aras-napal-dan-pulau-sembilan/.