KEANEKARAGAMAN NUDIBRANCHIA DI PERAIRAN PASIR

advertisement
KEANEKARAGAMAN NUDIBRANCHIA DI PERAIRAN PASIR PUTIH SITUBONDO
Aunurohim*, Dian Saptarini*, Imbarini Raraswati**
*Jurusan Biologi FMIPA ITS [email protected]
**Alumni Jurusan Biologi FMIPA ITS
ABSTRACT
Nudibranchia is mollusk that was not shelled, bright and flashy and carnivore (grazers-feeding) sessile eaters.
Nudibranchia eat and live in close association with coral reefs. White Sand Situbondo has beautiful coral reefs and often
used for diving activities. However, this time taking the coral reef activities in the region has reached worrying levels.
Damage to coral reefs means damage to the habitat Nudibranchia. For that information, density and abundance
Nudibranchia need to know, as the preservation and maintenance of diversity. Method of measurement used in this
study is belt transect method which is a method of underwater visual census (Underwater Visual Census / UVC) and
data acquisition performed during the day. The results, found in three families of Chromodorididae Nudibranchia,
Phyllidiidae and Dorididae. Family Phyllidiidae and Chromodorididae found relatively large amounts in the waters of
the White Sand Situbondo. Number of Nudibranchia found as many as 56 individuals distributed in 22 species.
Diversity index of Nudibranchia in Pasir Putih Situbondo ranging 1.04 - 1.75. While the density reached 5 to 8
individu/400 m2.
Keywords: Diversity, Density, Nudibranchia, White Sand Situbondo
PENDAHULUAN
banyak lagi dilakukan, supaya pengetahuan mengenai
Kekayaan hayati laut Indonesia dikenal sangat
beragam, salah satu diantaranya adalah invertebrata
invertebrata laut ini menjadi lebih baik (Ampou, 2006).
Keanekaragaman
diketahui
merupakan herbivora, predator dominan dan biota
mempengaruhi keberadaannya di lautan, antara lain
penentu dari sistem piramida makanan (Murniasih,
perbedaan habitat, seperti tutupan karang, ketersediaan
2005). Berbagai jenis invertebrata laut yang banyak
dan jenis makanan. Ketiga hal ini berkaitan karena
dijumpai di daerah pesisir antara lain sponge, ubur-
diketahui bahwa banyak Nudibranchia makan dan
ubur,
hidup dalam asosiasi yang dekat dengan spesies karang
dan
masih
banyak
lagi.
2001).
melihat
dapat
laut. Invertebrata laut dalam sistem rantai makanan
Nudibranchia
dengan
Nudibranchia
faktor-faktor
Nudibranchia
pada
yang
Nudibranchia adalah Moluska tidak bercangkang yang
(Godfrey,
umumnya
seringkali berwarna terang dan mencolok (Karuso dan
memakan algae, sponge, karang keras dan lunak,
Scheuer, 2002). Keberadaan Nudibranchia sebagai
bryozoans dan hydroids (Allen dan Steene, 1999).
salah satu kekayaan hayati Indonesia dan memiliki
Jenis makanan Nudibaranch ini bisanya tersedia di
peran dalam rantai makanan, telah menempatkan
daerah yang memiliki terumbu karang.
Nudibranchia sebagai spesies yang harus dijaga
Bell dan Galzin (1984) menyebutkan dalam
kelestariannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
penelitiannya bahwa, terdapat hubungan langsung
untuk menjaga kelestarian Nudibranchia yaitu dengan
antara tutupan karang hidup dan keanekaragaman
membuat database keanekaragamannya.
spesies organisme bentik. Diduga bahwa ditempat
Nudibranchia
memiliki
sebagai
dimana tutupan karang baik, maka makin banyak
antivirus dan antikanker. Hal ini telah menarik para
jumlah Nudibranchia dan makin baik keanekaragaman
peneliti untuk mengeksplorasinya (Murniasih, 2005).
spesiesnya. Terumbu karang di Indonesia yang
Saat ini di Indonesia, belum ada data pasti mengenai
mencapai 51 persen dari luas 99.513 km2 terumbu
keanekaragaman
penelitian
karang di Asia Tenggara, saat ini hampir 85 persen
mengenai Nudibranchia belum banyak dilakukan.
terancam rusak, sedangkan 50 persennya mendapat
Maka penelitian mengenai Nudibranchia perlu lebih
ancaman kerusakan yang tinggi (Indraswati, 2006).
Nudibranchia
potensi
dan
Berdasarkan data kerusakan terumbu karang tersebut
1
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
keberadaan
Nudibranchia ikut terancam.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Pasir Putih merupakan salah satu daerah di
Penelitian dilaksanakan bulan Mei tahun 2008
Indonesia, yang merupakan tempat tujuan wisata
di sekitar perairan Pantai Pasir Putih, dengan tiga
bawah laut. Pasir Putih memiliki terumbu karang yang
stasiun pengamatan yaitu, Batu Lawang, Teluk Pelita
indah dan sering digunakan untuk aktivitas penyelaman
dan Karang Mayit (Gambar 1). Pantai pasir putih
(Anonim, 2007). Keberadaan terumbu karang dan
terletak di desa Pasir Putih, kecamatan Bungatan,
Nudibranchia sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi
Situbondo, Jawa Timur, Indonesia (Anonim, 2008).
para penyelam. Saat ini kegiatan pengambilan terumbu
Posisi geografis dideteksi pada 7°41’ 49.55” lintang
karang di pantai Pasir Putih kabupaten Situbondo
selatan dan 113°49’ 34.11” bujur timur.
sudah sampai pada taraf mengkhawatirkan, sekitar
lebih dari 80% (Agro, 2001).
Gambar 1.
Skema lokasi penelitian di Situbondo untuk
lokasi ; (1) Batu Lawang, (2) Teluk Pelita,
dan (3) Karang Mayit
Metode Pengamatan
Identifikasi
Metode pengamatan yang digunakan pada
Dilakukan identifikasi morfologi luar dari
penelitian menggunakan metode Transek sabuk (Belt
sampel yang didapat dengan menggunakan beberapa
Transect). Metode Transek Sabuk merupakan metode
buku identifikasi, diantaranya Nudibranchs and Sea
sensus
Visual
Snails Indo-Pacific Field Guide (Debelius, 2004), The
census/UVC) yang biasa digunakan untuk menghitung
Systematics and Phylogeny of Phyllidiid Nudibranchs
keanekaragaman, kepadatan maupun kelimpahan ikan
(Doridoidea) (Brunckhorst, 1993), Sea Slug Forum.
maupun invertebrata (Anonim, 2002).
Australian Museum, Sydney dan dari Nudi Pixel
visual
bawah
laut
(Underwater
(Kodiat, E., dkk., 2008).
Pengumpulan sampel
Pengumpulan
sampel
dilakukan
dengan
mengambil satu individu per tiap spesies yang
ditemukan. Sampel yang diambil dimasukkan dalam
botol sampel dan dibawa ke laboratorium untuk
keperluan identifikasi.
Analisis Data
Kepadatan Nudibranchia di tiap stasiun
pengamatan, dapat dihitung dari jumlah individu per
meter persegi (m2) (Campbell, 2004).
Dx = N/400 m2
Dimana:
Dx = Kepadatan populasi Nudibranchia per 400 m2
2
N = Jumlah total individu per stasiun pengamatan
Faktor yang dapat mempengaruhi distribusi
Nudibranchia dalam habitatnya adalah kesehatan
Hasil penghitungan jumlah individu tiap 400
m2 menunjukkan kelimpahan spesies dalam satuan per
m2
untuk setiap
stasiun
pengamatan.
Indeks
kelimpahan memberikan gambaran suatu komposisi
spesies serta dominansinya dalam komunitas. Indeks
kelimpahan tiap spesies dihitung dengan formula :
ekosistem karang, ketersediaan dan jenis makanan.
Penutupan
karang
merupakan
indikator
umum
kesehatan terumbu karang. Terumbu karang yang sehat
akan mempunyai tutupan karang lebih dari 30%
(gabungan antara karang keras dan karang lunak) dan
penutupan patahan-patahan (rubble), batuan dan pasir
yang rendah (Godfrey, 2001).
Di = ni/N x 100
Kondisi tutupan karang di Karang Mayit,
Teluk Pelita, dan Batu Lawang dilaporkan oleh
Dimana:
Di = Indeks kelimpahan spesies i
ni
= Jumlah individu spesies i
N
= Jumlah total individu
Victoryus (2008) (Tabel 2). Tutupan karang di Karang
Mayit pada kedalaman 5 m, didominasi oleh karang
(Wibisono, 2005)
masif, karang bercabang dan karang kerak, sedangkan
penutupan rubble, batuan dan pasir berada dibawah
Indeks diversitas (keanekaragaman) plankton
10%. Tutupan karang di Karang Mayit pada kedalaman
dihitung dengan menggunakan formula Shannon-
10 m, didominansi oleh pasir, karang bercabang dan
Weaver berikut:
karang masif. Tutupan karang di Teluk Pelita
kedalaman 4 m didominasi oleh karang masif, Dead
Coral Algae dan pasir. Tutupan karang di Teluk Pelita
H’ = - Σ [(ni/N) x ln (ni/N)]
kedalaman 7 m didominasi oleh karang bercabang,
Dimana:
H’ = Indeks diversitas Shannon-Weaver
ni = Jumlah individu spesies i
N = Jumlah total individu semua spesies
(Wibisono, 2005)
karang masif dan pasir. Tutupan karang di Batu
Lawang dengan kedalaman 3 m didominasi oleh pasir,
rubble dan karang bercabang. Tutupan karang di Batu
Lawang pada kedalaman 7 m, dominansi oleh Dead
Data yang diperoleh akan dibandingkan
dengan
kriteria
penilaian
keanekaragaman
jenis
ditinjau dari struktur komunitas. Untuk keperluan
tersebut digunakan kriteria penilaian pembobotan
Coral Algae, rubble dan pasir (Victoryus, 2008).
Tabel 2. Persentase dan Kondisi Tutupan Terumbu Karang di
Perairan Pasir Putih Situbondo
Transek
kualitas lingkungan seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Kriteria penilaian pembobotan kualitas lingkungan
berdasarkan indeks keanekaragaman benthos
Indeks
Keanekaragaman (H’)
>2,41
1,81-2,4
1,21-1,8
0,61-1,2
<0,6
Struktur Komunitas
sangat stabil
lebih stabil
stabil
cukup stabil
tidak stabil
(Wibisono, 2005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan di Perairan
Situbondo
Pasir
Putih
BL 3
BL7
TP4
TP7
KM5
KM10
Tutupan Karang
(%)
Status*
21,13
26
44,43
62,54
80,34
49,64
Rusak buruk
Rusak Sedang
Rusak sedang
Baik
Baik sekali
Rusak sedang
Ket:
* penentuan berdasar KepMenLH no.4 tahun 2001
BL3 = Batu Lawang 3 meter
TP7 = Teluk Pelita 7 meter
BL7 = Batu Lawang 7 meter
KM5 = Karang Mayit 5 meter
TP4 = Teluk Pelita 4 meter
KM10 = Karang Mayit 10 meter
Sumber : Victoryus (2008)
3
Keanekaragaman Nudibranchia di Perairan Pasir
Putih
Famili Nudibranchia yang ditemukan di Pasir
Putih Situbondo yaitu Chromodorididae, Phyllidiidae
dan Dorididae. Famili Chromodorididae ditemukan
sebanyak 8 spesies (23 individu), sedangkan famili
Phyllidiidae sebanyak 12 spesies (30 individu) dan
untuk famili Dorididae 2 spesies (2 individu).
Nudibranchia yang ditemukan di wilayah Perairan
Pantai Pasir Putih, seluruhnya berjumlah 22 spesies
Chromodoris. Hal ini disebabkan genus Chromodoris
merupakan organisme diurnal (Thompson, 2003),
sehingga dengan waktu penelitian yang dilakukan
siang hari, maka Chromodoris banyak ditemukan.
Chromodoris merupakan genus yang distribusinya
sangat kosmopolitan dan keanekaragamannya paling
baik di wilayah tropis, diantara genus anggota famili
Chromodorididae yang lain (Gosliner dan Draheim,
1996).
Hypselodoris
dan 56 individu (Tabel 5).
Pada stasiun pengamatan Batu
Lawang
anggota
famili
Chromodorididae,
7
Phyllidiidae dan 1 Dorididae. Pada stasiun pengamatan
Teluk Pelita ditemukan 11 spesies Nudibranchia
juga ditemukan 11
spesies,
dengan rincian
4
Chromodorididae, 6 Phyllidiidae dan 1 Dorididae
yang
lain
seperti
Risbecia,
maka
Chromodoris
Famili Dorididae ditemukan dalam jumlah
yang paling sedikit di perairan pasir putih. Hal ini
dimungkinkan karena sebagian genus dari Dorididae
aktif pada malam hari (nocturnal) (Coleman, 2008).
Beberapa
dengan rincian, 5 Chromodorididae dan 6 Phyllidiidae.
Sedangkan pada stasiun pengamatan Karang Mayit
dan
genus
ditemukan lebih banyak dan bervariasi.
ditemukan 11 spesies Nudibranchia dengan rincian, 3
spesies
Dibandingkan
spesies
Nudibranchia
hanya
ditemukan di stasiun pengamatan tertentu. Batu
Lawang memiliki spesies seperti Phyllidia elegans,
Jorunna
funebris,
Chromodoris
strigata
dan
Chromodoris kuniei yang hanya ditemukan di tempat
(Tabel 3).
tersebut.
Stasiun
Pengama-tan
∑ ind
∑ sp
Tabel 3. Jumlah individu, spesies, famili dan rata-rata tutupan
karang pada stasiun pengamatan Batu Lawang, Teluk Pelita
dan Karang Mayit
Batu Lawang
Teluk Pelita
Karang Mayit
Jumlah
14
19
23
56
11
11
11
33
Jumlah spesies
anggota (famili)
Phyl
7
6
6
19
Chr
3
5
4
12
Dori
1
0
1
2
Ket:
Phyl =Phyllididae
Chr =Chromodoridae
Dori = Dorididae
Chromodoris
magnifica,
Chromodoris
geometrica, Phyllidiella sp.1 dan Fryeria picta hanya
ditemukan di Teluk pelita. Sedangkan di Karang Mayit
ditemukan
Hypselodoris
sp.,
Thordisa
vilosa,
Phyllidiella rudmani, Phyllidiella sp.3 dan Phyllidiella
sp.4..
Spesies yang ditemukan di setiap stasiun
pengamatan dan dalam jumlah yang cukup banyak
yaitu Chromodoris annae dan Phyllidia ocellata. C.
annae ditemukan sebanyak 10 individu dan P. ocellata
sebanyak 8 individu. Ini menunjukkan bahwa C. annae
Famili Phyllidiidae ditemukan di semua
dan P. ocellata merupakan spesies yang paling sesuai
stasiun pengamatan dan dalam jumlah yang cukup
dengan kondisi perairan Pasir Putih Situbondo (Tabel
banyak, kurang lebih 6 spesies. Famili Phyllidiidae
5).
merupakan salah satu spesies Nudibranchia yang
Berdasarkan Brower (1998), keanekaragaman
umum dijumpai di daerah tropis dan di wilayah Indo-
spesies merupakan pengukur dari stabilitas komunitas
Pacific dan melimpah saat siang hari, sesuai dengan
(kemampuan
waktu penelitian di studi ini (Brunckhorst, 1993).
terpengaruh
Famili Chromodorididae, ditemukan pada
Stabilitas
struktur
oleh
komunitas
gangguan
dari
untuk
tidak
komponennya).
suatu komunitas berhubungan dengan
semua stasiun pengamatan meskipun dalam jumlah
jumlah dan tingkat kompleksitas jalur energi dan
yang relatif lebih sedikit dari famili Phyllidiidae.
nutrisi (jaring-jaring makanan). Makin baik tingkat
Genus
kompleksitas
yang
ditemukan
paling
banyak
adalah
dari
jaring-jaring
makanan,
maka
4
komunitas makin stabil. Komunitas yang stabil
Tabel 6. Kepadatan Nudibranchia di Pasir Putih Situbondo
Stasiun
Pengamatan
Jumlah
individu
(ni)
Kepadatan
(ind/ m2)
Kepadatan
(ind/400 m2)
Shannon-
Batu Lawang
14
0.0117
5
Wiener. Didapatkan hasil, Karang Mayit mempunyai
Teluk Pelita
19
0.0158
6
indeks keanekaragaman antara 1,28-1,61, dengan
Karang Mayit
23
0.0192
8
memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi.
Keanekaragaman Nudibranchia di Pasir putih
dihitung dengan
menggunakan indeks
struktur komunitas yang stabil. Teluk Pelita memiliki
Kondisi tutupan terumbu karang merupakan
indeks keanekaragaman antara 1,04-1,75, dengan
salah satu faktor yang mempengaruhi kepadatan
struktur komunitas antara cukup stabil hingga stabil.
Nudibranchia. Batu Lawang yang memiliki tutupan
Batu Lawang memiliki indeks keanekaragaman antara
karang paling rendah (21,13% - 26%), juga memiliki
1,10-1,33, dengan struktur komunitas antara cukup
kepadatan
stabil hingga stabil (Tabel 4). Struktur komunitas yang
Sedangkan Karang Mayit yang memiliki tutupan
cukup stabil berada di Teluk Pelita dan Batu Lawang,
karang lebih baik (49,64% - 80,34%), memiliki
pada transek 1. Hal ini kemungkinan disebabkan
kepadatan Nudibranchia yang lebih tinggi. Hal ini
kondisi tutupan karang yang cukup rendah (BL1
menunjukkan
memiliki tutupan karang 21,13%).
tutupan
Secara keseluruhan, indeks keanekaragaman
Nudibranchia
yang
kecenderungan
karang
dengan
paling
keterkaitan
kepadatan
rendah.
antara
Nudibranchia
(Gambar 2). Godfrey (2001) dalam penelitiannya
(H’) Nudibranchia pada ke tiga stasiun pengamatan
menyebutkan bahwa Nudibranchia lebih
cukup tinggi, dengan struktur komunitas antara cukup
berkumpul di tempat yang kondisi terumbu karangnya
stabil
sehat dibandingkan dengan yang rusak.
hingga stabil.
Dengan demikian
struktur
banyak
komunitas di pasir putih Situbondo disusun oleh
banyak spesies, dimana beberapa spesies memiliki
100
jumlah individu yang hampir sama.
64.99
53.49
Tabel 4. Nilai Indeks Keanekaragaman (Shannon-Wiener)
Nudibranchia pada Setiap Transek di Tiga Stasiun
Pengamatan di Pasir Putih Situbondo
Stasiun Pengamatan
Transek
Batu
Teluk
Karang
Lawang
Pelita
Mayit
Transek 1
Transek 2
Transek 3
Struktur
komunitas*)
1.10
1.33
1.33
cukup
stabil-stabil
1.04
1.39
1.75
cukup
stabil-stabil
1.61
1.49
1.28
stabil
*) Wibisono (2005)
23.57
Kepadatan individu
(per 400 m2)
10
Tutupan karang (%)
8
6
5
1
Batu Lawang Teluk Pelita Karang Mayit
Gambar 2. Hubungan kepadatan Nudibranch dengan
rata-rata tutupan terumbu karang
Hubungan antara tutupan karang dan makanan
Kepadatan Nudibranchia di perairan Pasir Putih
Nudibranchia
Kepadatan Nudibranchia merupakan jumlah
Keanekaragaman Nudibranchia dan tutupan
individu Nudibranchia per satuan luas wilayah.
karang
Kepadatan Nudibranchia akan memberikan gambaran
kecenderungan yang sama, yaitu tertinggi pada Karang
mengenai kondisi populasinya (Campbell, 2004).
Mayit diikuti oleh Teluk Pelita dan terendah pada Batu
Kepadatan pada stasiun pengamatan Batu Lawang
Lawang (Tabel 3, 4, 6 dan gambar 2). Ini menunjukkan
2
2
5/400 m , di Teluk pelita 6/400 m dan di Karang
2
Mayit yaitu 8/400 m (Tabel 6.).
di
perairan
Pasir
Putih
menunjukkan
bahwa ada kecenderungan, penutupan karang yang
baik
diikuti
peningkatan
kepadatan
dan
keanekaragaman. Hal ini sesuai dengan penelitian
Godfrey (2001) bahwa peningkatan tutupan karang
5
diikuti peningkatan kelimpahan, kekayaan spesies dan
Nudibranchia menunjukkan kenaikan seiring dengan
keanekaragaman.
peningkatan kedalaman (Gambar 4).
Wilayah yang memiliki keanekaragaman
tinggi,
menunjukkan
tersebut
makin rendah dengan bertambahnya kedalaman,
merupakan habitat yang baik bagi banyak spesies.
seiring dengan tutupan karang yang juga makin rendah
Setiap spesies akan berkompetisi, terutama untuk
yaitu
mendapatkan makanan (Norse, 1993 dalam University
(kedalaman 10 m) (Victoryus, 2008). Ini menunjukkan
of Wallongong, 2000). Wilayah terumbu karang
bahwa
memiliki keanekaragaman yang tinggi (Talbot, 1994).
dipengaruhi oleh kondisi tutupan karang dibandingkan
Hal ini disebabkan, terumbu karang menyediakan
kedalaman. Hal tersebut disebabkan makanan bagi
makanan dan tempat berlindung bagi banyak biota laut,
Nudibranchia banyak tersedia di wilayah terumbu
antara lain ikan dan invertebrata, termasuk didalamnya
karang (Godfrey, 2001).
yaitu spons dan
bahwa
wilayah
Keanekaragaman spesies Nudibranchia yang
moluska (bivalvia,
siput
80,34% (kedalaman 5 m) dan 49,64%
keanekaragaman
Nudibranchia
lebih
dan
Indeks Keane karagaman Nudibranch di Pasir Putih
Situbondo
Nudibranchia) (Evans, D. L, dkk., 2001).
Berdasarkan daftar makanan Nudibranchia
1.8
yang dibuat oleh McDonald, dan Nybakken (1999),
1.6
stasiun
pengamatan
merupakan
sponge-feeder.
1.75
1.4
terlihat bahwa Nudibranchia yang ditemukan di setiap
1.61
1.2
1.33
1
H'
Terumbu karang merupakan habitat yang baik bagi
0.8
1.39
1.49
1.28
1.33
1.10
1.04
Transek 1
Transek 2
0.6
Transek 3
0.4
makanan Nudibranchia yaitu spons (Peres, 1982).
0.2
Sehingga Nudibranchia akan cenderung berkumpul
0
Batu Lawang
didaerah dengan tutupan karang yang tinggi, karena
Teluk Pelita
Karang Mayit
Stas iun Pengamatan
daerah tersebut menyediakan berbagai variasi jenis
Gambar 3. Indeks keanekaragaman Nudibranch per
transek pengamatan
makanan dan dalam jumlah yang cukup banyak.
Penelitian
Godfrey
mengindikasikan
bahwa
species
(2001)
juga
dari
famili
Jumlah Nudibranch di Pasir Putih situbondo
10
7
Transek 2
Transek 3
5
6
Batu
Lawang
3
mencapai 80% dan Chromodorididae lebih banyak
8
ditemukan pada Karang Mayit yang tutupan karangnya
Transek 1
Teluk
Pelita
4
sama juga tampak dalam penelitian ini. Phyllidiidae
8
berlimpah pada tutupan karang 20-80%. Hasil yang
Karang
Mayit
5
karang 20-60%. Sedangkan Phyllidiidae ditemukan
Stasiun Pengamatan
Chromodorididae ditemukan berlimpah pada tutupan
ditemukan di Teluk Pelita yang tutupan karangnya
0
mencapai 60%.
3
6
9 12 15 18 21 24 27
Jumlah
Gambar 4. Jumlah Nudibranch per transek pengamatan
Kedalaman
Keanekaragaman spesies pada Teluk pelita
dan
Batu
kedalaman,
Lawang
akan
keanekaragaman
meningkat
tetapi
pada
seiring
Karang
dengan
Mayit
makin menurun seiring dengan
kedalaman (Gambar 3). Sedangkan jumlah individu
Beberapa kecenderungan yang terkait dengan
kedalaman yaitu pada transek 1 di setiap stasiun
pengamatan. Pada transek 1, Nudibranchia ditemukan
dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan transek
2 dan 3. Transek 1 Batu Lawang hanya ditemukan 3
individu, Teluk Pelita 4 individu dan Karang Mayit 5
6
individu (Gambar 6). Hal ini mungkin disebabkan
Anonim. 2007. Pasir Putih Beach Tourism in
Nudibranchia lebih memilih tempat yang dalam untuk
Situbondo,<URL:
menghindari ombak dan pasang surut. Selain itu
tourism/situbondo/pasir-putih.html>. Diakses pada
beberapa
tanggal 24 April
spesies
memang
diketahui
menyukai
kedalaman tertentu. Salah satunya spesies anggota
Anonim.
2008.
ttp://www.eastjava.com/
2008, pukul 17.55 WIB.
Situbondo,
Indonesia.
<URL:
genus Phyllidiopsis yang banyak mendiami laut dalam
http://earth.google.com/>. Diakses pada tanggal 14
(Valdés, 2001). Ini menunjukkan bahwa kedalaman
Maret 2008, pukul 14.00 WIB.
lebih
mempengaruhi
distribusi
dibandingkan
keanekaragaman Nudibranchia (Godfrey, 2001).
Bell, J.D. dan Galzin, R. 1984. “Influence of Coral
Cover on Coral-Reef Fish Communities”. Marine
Ecology Progress Series 15: 265-274.
KESIMPULAN DAN SARAN
Brower, J.E. 1998. Field and Laboratory Methods
Kesimpulan
for General Ecology. United States of America:
Kesimpulan
yang
dapat
diambil
dari
penelitian Keanekaragaman Nudibranch di Perairan
Pasir Putih Situbondo, yaitu:

Total Nudibranch yang
dan 56
individu.

of
Phyllidiid
(Doridoidea)”.
Nudibranchs
Records of the Australian
Museum. Supplement 16: 1-107, pls.1-9, ISBN:
0 7310 0065 X.
Famili Nudibranch yang ditemukan ada 3 yaitu,
Chromodorididae, Phyllidiidae dan Dorididae.

Brunckhorst, D. J. 1993. “The Systematics and
Phylogeny
ditemukan di Perairan
Pasir Putih yaitu sebanyak 22 spesies

McGraw-Hill Companies.
Indeks Keanekaragaman Nudibranch di Perairan
3th edition.
Campbell, N. A. 2004. Biologi jilid 3,
Jakarta: Erlangga.
Coleman, N. 2008. Identity Crisis Neville Coleman.
Pasir Putih Situbondo yaitu antara 1,04 – 1,75,
<URL:http://www.nevillecoleman.com.au
dengan struktur komunitas antara cukup stabil
/journal/id-crisis-sport-diving-magazine/id-crisis-
hingga stabil.
part-one.aspx>.
Kepadatan Nudibranch di Perairan Pasir Putih
2
berkisar antara 5 hingga 8 individu/ 400 m .
Diakses
pada
tanggal
10
November 2008, pukul 15.30 WIB.
Conservation Council of South Australia. 2007. Reef
Watch
Fish
Survey
Manual
Version
5,<URL:http://www.reefwatch. asn.au>. Diakses
DAFTAR PUSTAKA
pada tanggal 4 Maret 2008, pukul 12.15 WIB.
Agro. 2001. Terumbu Karang Buatan Telah
Debelius, H. 2004. Nudibranchs and Sea Snails
Ditenggelamkan. mmaipb :Kliping Agribisnis
Indo-Pacific Field Guide. Frankfurt: IKANUnterwsserarchiv.
MMA- IPB.
Allen, G.R. dan Steene, R. 1999. Indo-Pacific Coral
Reef Guide. Tropical Reef Research. Singapore.
Ampou, E.E. 2006. Similarity Distribution of
Nudibranch
(Chromodorididae,
Phyllidiidae,
English, W. dan Baker. 1994. Survey Manual for
Tropical
Australian
Marine
Resources.
Townsville:
Institute of Marine Science.
Evans, D. L., Gudes, S.B. dan Davidson, M.A. 2001.
Facelinidae) in Siladen Island North Sulawesi-
Oil Spills in Coral Reefs : Planning & Response
Indonesia. Unsrat Online, Manado.
Considerations. <URL: > (24-10-08, 19.10 WIB.
Anonim. 2002. Monitoring Coral Reefs. <URL:
Godfrey, S. 2001. Factors Affecting Nudibranch
http://www.wiomsa.org/mpatoolkit Themesheets/
Diversity in The Wakatobi Marine National Park,
G3Monitoring coral_reefs.pdf>. Diakses pada
URL:http://www.opwall.com/.../Invertebrates/God
tanggal 22 Maret 2008, pukul 18.00 WIB.
frey,%20S%20Factors%20affecting%20nudibranc
7
h%20distribution.pdf>. Diakses pada tanggal 21
Areas
Maret 2008, pukul 21.30 WIB.
a
Gosliner, T.M. dan Draheim, R. 1996. ‘Indo-Pacific
New
40-44.
We Know What We Don’t Know?”. Am.
University
Nature Conservation newsLetter 9-44b
Karuso, P. dan Scheuer P.J. 2002. “Natural Products
from Three Nudibranchs: Nembrotha kubaryana,
infucata
and
Chromodoris
petechialis”. Molecules 7: 1-6.
URL:http://www.nudipixel.net/ >. Diakses pada
tanggal 19 Agustus 2008, pukul 10.00 WIB).
McDonald, G.R. dan Nybakken, J. 1999. A List of the
Food
Habits
Brunkhorst,
ed.
of
Wallongong,
2000.
Molluscan
edu.au/adt-NWU/uploads/approved/adtNWU20060608.115546/public/12Chapter10.pdf
>. Diakses pada
tanggal 8 November 2008,
pukul 14.20 WIB.
Valdés,
Á.,
2001,
“Depth-Related
Adaptations,
Speciation Processes and Evolution of Colour in
Kodiat, E., Law, Y. dan Dotulong H. 2008. NudiPixel.
Worldwide
D.J.
Diversity.<URL:http://www.library.uow.
Indraswati, E. 2006. INCL Indonesia: Indonesian
Hypselodoris
Paradigm”.
Australian Nature Conservation Agency, Australia,
Opisthobranch Gastropod Biogeography: How Do
Malacol. Bull. 12, 37–43.
and Biosphere Reserves: 'Towards
of
Nudibranchs,
the genus
Phyllidiopsis
(Mollusca
:
Nudibranchia)”. Marine Biology 139: 485-496.
Victoryus, A. 2008. Korelasi antara Densitas Diadema
setosum dan Tutupan Karang di Perairan Pantai
Pasir Putih, kec. Bungatan, Situbondo-Jawa
<URL:http://
Timur. Skripsi. Program Studi Biologi – FMIPA
www.theveliger.org/nudibranch_food.html>.
ITS. Surabaya.
Diakses pada
tanggal 19 Maret 2008,
pukul 15.10 WIB).
Murniasih, T. 2005.
Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT
Gramedia Widiasarana Indonesia:
“Substansi Kimia untuk
Jakarta
Wilding, T.A., Sayer, M.D.J., dan Gibson, R.N., 1999.
Pertahanan Diri dari Hewan Laut Tak Bertulang
Procedural Guideline No. 4-1 Sampling benthic
Belakang”. Oseana, Volume XXX, Nomor 2 : 19
and demersal fish populations in subtidal rock
– 27.
habitats, Marine
Peres, J.M. 1982. Structure and Dynamics of
Monitoring
Handbook,
<URL:http://www.aims.gov.au/pages/research/reef
Assemblages in the Benthal. in Kinne, O. (Ed).
monitoring/ltm/monsop3/
pdf/fishsop.pdf>.
Marine ecology Vol. 5, Part 1. New York: John
Diakses pada tanggal 22 Maret 2008, pukul 18.00
Willey & Sons Ltd.
WIB
Talbot, F.H. 1994. “Coral Reef Protected Areas:
What Are They' Worth'? In: Marine Protected
8
Download