KEANEKARAGAMAN NUDIBRANCHIA DI PERAIRAN PASIR PUTIH SITUBONDO Aunurohim*, Dian Saptarini*, Imbarini Raraswati** *Jurusan Biologi FMIPA ITS [email protected] **Alumni Jurusan Biologi FMIPA ITS ABSTRACT Nudibranchia is mollusk that was not shelled, bright and flashy and carnivore (grazers-feeding) sessile eaters. Nudibranchia eat and live in close association with coral reefs. White Sand Situbondo has beautiful coral reefs and often used for diving activities. However, this time taking the coral reef activities in the region has reached worrying levels. Damage to coral reefs means damage to the habitat Nudibranchia. For that information, density and abundance Nudibranchia need to know, as the preservation and maintenance of diversity. Method of measurement used in this study is belt transect method which is a method of underwater visual census (Underwater Visual Census / UVC) and data acquisition performed during the day. The results, found in three families of Chromodorididae Nudibranchia, Phyllidiidae and Dorididae. Family Phyllidiidae and Chromodorididae found relatively large amounts in the waters of the White Sand Situbondo. Number of Nudibranchia found as many as 56 individuals distributed in 22 species. Diversity index of Nudibranchia in Pasir Putih Situbondo ranging 1.04 - 1.75. While the density reached 5 to 8 individu/400 m2. Keywords: Diversity, Density, Nudibranchia, White Sand Situbondo PENDAHULUAN banyak lagi dilakukan, supaya pengetahuan mengenai Kekayaan hayati laut Indonesia dikenal sangat beragam, salah satu diantaranya adalah invertebrata invertebrata laut ini menjadi lebih baik (Ampou, 2006). Keanekaragaman diketahui merupakan herbivora, predator dominan dan biota mempengaruhi keberadaannya di lautan, antara lain penentu dari sistem piramida makanan (Murniasih, perbedaan habitat, seperti tutupan karang, ketersediaan 2005). Berbagai jenis invertebrata laut yang banyak dan jenis makanan. Ketiga hal ini berkaitan karena dijumpai di daerah pesisir antara lain sponge, ubur- diketahui bahwa banyak Nudibranchia makan dan ubur, hidup dalam asosiasi yang dekat dengan spesies karang dan masih banyak lagi. 2001). melihat dapat laut. Invertebrata laut dalam sistem rantai makanan Nudibranchia dengan Nudibranchia faktor-faktor Nudibranchia pada yang Nudibranchia adalah Moluska tidak bercangkang yang (Godfrey, umumnya seringkali berwarna terang dan mencolok (Karuso dan memakan algae, sponge, karang keras dan lunak, Scheuer, 2002). Keberadaan Nudibranchia sebagai bryozoans dan hydroids (Allen dan Steene, 1999). salah satu kekayaan hayati Indonesia dan memiliki Jenis makanan Nudibaranch ini bisanya tersedia di peran dalam rantai makanan, telah menempatkan daerah yang memiliki terumbu karang. Nudibranchia sebagai spesies yang harus dijaga Bell dan Galzin (1984) menyebutkan dalam kelestariannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan penelitiannya bahwa, terdapat hubungan langsung untuk menjaga kelestarian Nudibranchia yaitu dengan antara tutupan karang hidup dan keanekaragaman membuat database keanekaragamannya. spesies organisme bentik. Diduga bahwa ditempat Nudibranchia memiliki sebagai dimana tutupan karang baik, maka makin banyak antivirus dan antikanker. Hal ini telah menarik para jumlah Nudibranchia dan makin baik keanekaragaman peneliti untuk mengeksplorasinya (Murniasih, 2005). spesiesnya. Terumbu karang di Indonesia yang Saat ini di Indonesia, belum ada data pasti mengenai mencapai 51 persen dari luas 99.513 km2 terumbu keanekaragaman penelitian karang di Asia Tenggara, saat ini hampir 85 persen mengenai Nudibranchia belum banyak dilakukan. terancam rusak, sedangkan 50 persennya mendapat Maka penelitian mengenai Nudibranchia perlu lebih ancaman kerusakan yang tinggi (Indraswati, 2006). Nudibranchia potensi dan Berdasarkan data kerusakan terumbu karang tersebut 1 maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Nudibranchia ikut terancam. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Pasir Putih merupakan salah satu daerah di Penelitian dilaksanakan bulan Mei tahun 2008 Indonesia, yang merupakan tempat tujuan wisata di sekitar perairan Pantai Pasir Putih, dengan tiga bawah laut. Pasir Putih memiliki terumbu karang yang stasiun pengamatan yaitu, Batu Lawang, Teluk Pelita indah dan sering digunakan untuk aktivitas penyelaman dan Karang Mayit (Gambar 1). Pantai pasir putih (Anonim, 2007). Keberadaan terumbu karang dan terletak di desa Pasir Putih, kecamatan Bungatan, Nudibranchia sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi Situbondo, Jawa Timur, Indonesia (Anonim, 2008). para penyelam. Saat ini kegiatan pengambilan terumbu Posisi geografis dideteksi pada 7°41’ 49.55” lintang karang di pantai Pasir Putih kabupaten Situbondo selatan dan 113°49’ 34.11” bujur timur. sudah sampai pada taraf mengkhawatirkan, sekitar lebih dari 80% (Agro, 2001). Gambar 1. Skema lokasi penelitian di Situbondo untuk lokasi ; (1) Batu Lawang, (2) Teluk Pelita, dan (3) Karang Mayit Metode Pengamatan Identifikasi Metode pengamatan yang digunakan pada Dilakukan identifikasi morfologi luar dari penelitian menggunakan metode Transek sabuk (Belt sampel yang didapat dengan menggunakan beberapa Transect). Metode Transek Sabuk merupakan metode buku identifikasi, diantaranya Nudibranchs and Sea sensus Visual Snails Indo-Pacific Field Guide (Debelius, 2004), The census/UVC) yang biasa digunakan untuk menghitung Systematics and Phylogeny of Phyllidiid Nudibranchs keanekaragaman, kepadatan maupun kelimpahan ikan (Doridoidea) (Brunckhorst, 1993), Sea Slug Forum. maupun invertebrata (Anonim, 2002). Australian Museum, Sydney dan dari Nudi Pixel visual bawah laut (Underwater (Kodiat, E., dkk., 2008). Pengumpulan sampel Pengumpulan sampel dilakukan dengan mengambil satu individu per tiap spesies yang ditemukan. Sampel yang diambil dimasukkan dalam botol sampel dan dibawa ke laboratorium untuk keperluan identifikasi. Analisis Data Kepadatan Nudibranchia di tiap stasiun pengamatan, dapat dihitung dari jumlah individu per meter persegi (m2) (Campbell, 2004). Dx = N/400 m2 Dimana: Dx = Kepadatan populasi Nudibranchia per 400 m2 2 N = Jumlah total individu per stasiun pengamatan Faktor yang dapat mempengaruhi distribusi Nudibranchia dalam habitatnya adalah kesehatan Hasil penghitungan jumlah individu tiap 400 m2 menunjukkan kelimpahan spesies dalam satuan per m2 untuk setiap stasiun pengamatan. Indeks kelimpahan memberikan gambaran suatu komposisi spesies serta dominansinya dalam komunitas. Indeks kelimpahan tiap spesies dihitung dengan formula : ekosistem karang, ketersediaan dan jenis makanan. Penutupan karang merupakan indikator umum kesehatan terumbu karang. Terumbu karang yang sehat akan mempunyai tutupan karang lebih dari 30% (gabungan antara karang keras dan karang lunak) dan penutupan patahan-patahan (rubble), batuan dan pasir yang rendah (Godfrey, 2001). Di = ni/N x 100 Kondisi tutupan karang di Karang Mayit, Teluk Pelita, dan Batu Lawang dilaporkan oleh Dimana: Di = Indeks kelimpahan spesies i ni = Jumlah individu spesies i N = Jumlah total individu Victoryus (2008) (Tabel 2). Tutupan karang di Karang Mayit pada kedalaman 5 m, didominasi oleh karang (Wibisono, 2005) masif, karang bercabang dan karang kerak, sedangkan penutupan rubble, batuan dan pasir berada dibawah Indeks diversitas (keanekaragaman) plankton 10%. Tutupan karang di Karang Mayit pada kedalaman dihitung dengan menggunakan formula Shannon- 10 m, didominansi oleh pasir, karang bercabang dan Weaver berikut: karang masif. Tutupan karang di Teluk Pelita kedalaman 4 m didominasi oleh karang masif, Dead Coral Algae dan pasir. Tutupan karang di Teluk Pelita H’ = - Σ [(ni/N) x ln (ni/N)] kedalaman 7 m didominasi oleh karang bercabang, Dimana: H’ = Indeks diversitas Shannon-Weaver ni = Jumlah individu spesies i N = Jumlah total individu semua spesies (Wibisono, 2005) karang masif dan pasir. Tutupan karang di Batu Lawang dengan kedalaman 3 m didominasi oleh pasir, rubble dan karang bercabang. Tutupan karang di Batu Lawang pada kedalaman 7 m, dominansi oleh Dead Data yang diperoleh akan dibandingkan dengan kriteria penilaian keanekaragaman jenis ditinjau dari struktur komunitas. Untuk keperluan tersebut digunakan kriteria penilaian pembobotan Coral Algae, rubble dan pasir (Victoryus, 2008). Tabel 2. Persentase dan Kondisi Tutupan Terumbu Karang di Perairan Pasir Putih Situbondo Transek kualitas lingkungan seperti pada tabel 1. Tabel 1. Kriteria penilaian pembobotan kualitas lingkungan berdasarkan indeks keanekaragaman benthos Indeks Keanekaragaman (H’) >2,41 1,81-2,4 1,21-1,8 0,61-1,2 <0,6 Struktur Komunitas sangat stabil lebih stabil stabil cukup stabil tidak stabil (Wibisono, 2005) HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan di Perairan Situbondo Pasir Putih BL 3 BL7 TP4 TP7 KM5 KM10 Tutupan Karang (%) Status* 21,13 26 44,43 62,54 80,34 49,64 Rusak buruk Rusak Sedang Rusak sedang Baik Baik sekali Rusak sedang Ket: * penentuan berdasar KepMenLH no.4 tahun 2001 BL3 = Batu Lawang 3 meter TP7 = Teluk Pelita 7 meter BL7 = Batu Lawang 7 meter KM5 = Karang Mayit 5 meter TP4 = Teluk Pelita 4 meter KM10 = Karang Mayit 10 meter Sumber : Victoryus (2008) 3 Keanekaragaman Nudibranchia di Perairan Pasir Putih Famili Nudibranchia yang ditemukan di Pasir Putih Situbondo yaitu Chromodorididae, Phyllidiidae dan Dorididae. Famili Chromodorididae ditemukan sebanyak 8 spesies (23 individu), sedangkan famili Phyllidiidae sebanyak 12 spesies (30 individu) dan untuk famili Dorididae 2 spesies (2 individu). Nudibranchia yang ditemukan di wilayah Perairan Pantai Pasir Putih, seluruhnya berjumlah 22 spesies Chromodoris. Hal ini disebabkan genus Chromodoris merupakan organisme diurnal (Thompson, 2003), sehingga dengan waktu penelitian yang dilakukan siang hari, maka Chromodoris banyak ditemukan. Chromodoris merupakan genus yang distribusinya sangat kosmopolitan dan keanekaragamannya paling baik di wilayah tropis, diantara genus anggota famili Chromodorididae yang lain (Gosliner dan Draheim, 1996). Hypselodoris dan 56 individu (Tabel 5). Pada stasiun pengamatan Batu Lawang anggota famili Chromodorididae, 7 Phyllidiidae dan 1 Dorididae. Pada stasiun pengamatan Teluk Pelita ditemukan 11 spesies Nudibranchia juga ditemukan 11 spesies, dengan rincian 4 Chromodorididae, 6 Phyllidiidae dan 1 Dorididae yang lain seperti Risbecia, maka Chromodoris Famili Dorididae ditemukan dalam jumlah yang paling sedikit di perairan pasir putih. Hal ini dimungkinkan karena sebagian genus dari Dorididae aktif pada malam hari (nocturnal) (Coleman, 2008). Beberapa dengan rincian, 5 Chromodorididae dan 6 Phyllidiidae. Sedangkan pada stasiun pengamatan Karang Mayit dan genus ditemukan lebih banyak dan bervariasi. ditemukan 11 spesies Nudibranchia dengan rincian, 3 spesies Dibandingkan spesies Nudibranchia hanya ditemukan di stasiun pengamatan tertentu. Batu Lawang memiliki spesies seperti Phyllidia elegans, Jorunna funebris, Chromodoris strigata dan Chromodoris kuniei yang hanya ditemukan di tempat (Tabel 3). tersebut. Stasiun Pengama-tan ∑ ind ∑ sp Tabel 3. Jumlah individu, spesies, famili dan rata-rata tutupan karang pada stasiun pengamatan Batu Lawang, Teluk Pelita dan Karang Mayit Batu Lawang Teluk Pelita Karang Mayit Jumlah 14 19 23 56 11 11 11 33 Jumlah spesies anggota (famili) Phyl 7 6 6 19 Chr 3 5 4 12 Dori 1 0 1 2 Ket: Phyl =Phyllididae Chr =Chromodoridae Dori = Dorididae Chromodoris magnifica, Chromodoris geometrica, Phyllidiella sp.1 dan Fryeria picta hanya ditemukan di Teluk pelita. Sedangkan di Karang Mayit ditemukan Hypselodoris sp., Thordisa vilosa, Phyllidiella rudmani, Phyllidiella sp.3 dan Phyllidiella sp.4.. Spesies yang ditemukan di setiap stasiun pengamatan dan dalam jumlah yang cukup banyak yaitu Chromodoris annae dan Phyllidia ocellata. C. annae ditemukan sebanyak 10 individu dan P. ocellata sebanyak 8 individu. Ini menunjukkan bahwa C. annae Famili Phyllidiidae ditemukan di semua dan P. ocellata merupakan spesies yang paling sesuai stasiun pengamatan dan dalam jumlah yang cukup dengan kondisi perairan Pasir Putih Situbondo (Tabel banyak, kurang lebih 6 spesies. Famili Phyllidiidae 5). merupakan salah satu spesies Nudibranchia yang Berdasarkan Brower (1998), keanekaragaman umum dijumpai di daerah tropis dan di wilayah Indo- spesies merupakan pengukur dari stabilitas komunitas Pacific dan melimpah saat siang hari, sesuai dengan (kemampuan waktu penelitian di studi ini (Brunckhorst, 1993). terpengaruh Famili Chromodorididae, ditemukan pada Stabilitas struktur oleh komunitas gangguan dari untuk tidak komponennya). suatu komunitas berhubungan dengan semua stasiun pengamatan meskipun dalam jumlah jumlah dan tingkat kompleksitas jalur energi dan yang relatif lebih sedikit dari famili Phyllidiidae. nutrisi (jaring-jaring makanan). Makin baik tingkat Genus kompleksitas yang ditemukan paling banyak adalah dari jaring-jaring makanan, maka 4 komunitas makin stabil. Komunitas yang stabil Tabel 6. Kepadatan Nudibranchia di Pasir Putih Situbondo Stasiun Pengamatan Jumlah individu (ni) Kepadatan (ind/ m2) Kepadatan (ind/400 m2) Shannon- Batu Lawang 14 0.0117 5 Wiener. Didapatkan hasil, Karang Mayit mempunyai Teluk Pelita 19 0.0158 6 indeks keanekaragaman antara 1,28-1,61, dengan Karang Mayit 23 0.0192 8 memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Keanekaragaman Nudibranchia di Pasir putih dihitung dengan menggunakan indeks struktur komunitas yang stabil. Teluk Pelita memiliki Kondisi tutupan terumbu karang merupakan indeks keanekaragaman antara 1,04-1,75, dengan salah satu faktor yang mempengaruhi kepadatan struktur komunitas antara cukup stabil hingga stabil. Nudibranchia. Batu Lawang yang memiliki tutupan Batu Lawang memiliki indeks keanekaragaman antara karang paling rendah (21,13% - 26%), juga memiliki 1,10-1,33, dengan struktur komunitas antara cukup kepadatan stabil hingga stabil (Tabel 4). Struktur komunitas yang Sedangkan Karang Mayit yang memiliki tutupan cukup stabil berada di Teluk Pelita dan Batu Lawang, karang lebih baik (49,64% - 80,34%), memiliki pada transek 1. Hal ini kemungkinan disebabkan kepadatan Nudibranchia yang lebih tinggi. Hal ini kondisi tutupan karang yang cukup rendah (BL1 menunjukkan memiliki tutupan karang 21,13%). tutupan Secara keseluruhan, indeks keanekaragaman Nudibranchia yang kecenderungan karang dengan paling keterkaitan kepadatan rendah. antara Nudibranchia (Gambar 2). Godfrey (2001) dalam penelitiannya (H’) Nudibranchia pada ke tiga stasiun pengamatan menyebutkan bahwa Nudibranchia lebih cukup tinggi, dengan struktur komunitas antara cukup berkumpul di tempat yang kondisi terumbu karangnya stabil sehat dibandingkan dengan yang rusak. hingga stabil. Dengan demikian struktur banyak komunitas di pasir putih Situbondo disusun oleh banyak spesies, dimana beberapa spesies memiliki 100 jumlah individu yang hampir sama. 64.99 53.49 Tabel 4. Nilai Indeks Keanekaragaman (Shannon-Wiener) Nudibranchia pada Setiap Transek di Tiga Stasiun Pengamatan di Pasir Putih Situbondo Stasiun Pengamatan Transek Batu Teluk Karang Lawang Pelita Mayit Transek 1 Transek 2 Transek 3 Struktur komunitas*) 1.10 1.33 1.33 cukup stabil-stabil 1.04 1.39 1.75 cukup stabil-stabil 1.61 1.49 1.28 stabil *) Wibisono (2005) 23.57 Kepadatan individu (per 400 m2) 10 Tutupan karang (%) 8 6 5 1 Batu Lawang Teluk Pelita Karang Mayit Gambar 2. Hubungan kepadatan Nudibranch dengan rata-rata tutupan terumbu karang Hubungan antara tutupan karang dan makanan Kepadatan Nudibranchia di perairan Pasir Putih Nudibranchia Kepadatan Nudibranchia merupakan jumlah Keanekaragaman Nudibranchia dan tutupan individu Nudibranchia per satuan luas wilayah. karang Kepadatan Nudibranchia akan memberikan gambaran kecenderungan yang sama, yaitu tertinggi pada Karang mengenai kondisi populasinya (Campbell, 2004). Mayit diikuti oleh Teluk Pelita dan terendah pada Batu Kepadatan pada stasiun pengamatan Batu Lawang Lawang (Tabel 3, 4, 6 dan gambar 2). Ini menunjukkan 2 2 5/400 m , di Teluk pelita 6/400 m dan di Karang 2 Mayit yaitu 8/400 m (Tabel 6.). di perairan Pasir Putih menunjukkan bahwa ada kecenderungan, penutupan karang yang baik diikuti peningkatan kepadatan dan keanekaragaman. Hal ini sesuai dengan penelitian Godfrey (2001) bahwa peningkatan tutupan karang 5 diikuti peningkatan kelimpahan, kekayaan spesies dan Nudibranchia menunjukkan kenaikan seiring dengan keanekaragaman. peningkatan kedalaman (Gambar 4). Wilayah yang memiliki keanekaragaman tinggi, menunjukkan tersebut makin rendah dengan bertambahnya kedalaman, merupakan habitat yang baik bagi banyak spesies. seiring dengan tutupan karang yang juga makin rendah Setiap spesies akan berkompetisi, terutama untuk yaitu mendapatkan makanan (Norse, 1993 dalam University (kedalaman 10 m) (Victoryus, 2008). Ini menunjukkan of Wallongong, 2000). Wilayah terumbu karang bahwa memiliki keanekaragaman yang tinggi (Talbot, 1994). dipengaruhi oleh kondisi tutupan karang dibandingkan Hal ini disebabkan, terumbu karang menyediakan kedalaman. Hal tersebut disebabkan makanan bagi makanan dan tempat berlindung bagi banyak biota laut, Nudibranchia banyak tersedia di wilayah terumbu antara lain ikan dan invertebrata, termasuk didalamnya karang (Godfrey, 2001). yaitu spons dan bahwa wilayah Keanekaragaman spesies Nudibranchia yang moluska (bivalvia, siput 80,34% (kedalaman 5 m) dan 49,64% keanekaragaman Nudibranchia lebih dan Indeks Keane karagaman Nudibranch di Pasir Putih Situbondo Nudibranchia) (Evans, D. L, dkk., 2001). Berdasarkan daftar makanan Nudibranchia 1.8 yang dibuat oleh McDonald, dan Nybakken (1999), 1.6 stasiun pengamatan merupakan sponge-feeder. 1.75 1.4 terlihat bahwa Nudibranchia yang ditemukan di setiap 1.61 1.2 1.33 1 H' Terumbu karang merupakan habitat yang baik bagi 0.8 1.39 1.49 1.28 1.33 1.10 1.04 Transek 1 Transek 2 0.6 Transek 3 0.4 makanan Nudibranchia yaitu spons (Peres, 1982). 0.2 Sehingga Nudibranchia akan cenderung berkumpul 0 Batu Lawang didaerah dengan tutupan karang yang tinggi, karena Teluk Pelita Karang Mayit Stas iun Pengamatan daerah tersebut menyediakan berbagai variasi jenis Gambar 3. Indeks keanekaragaman Nudibranch per transek pengamatan makanan dan dalam jumlah yang cukup banyak. Penelitian Godfrey mengindikasikan bahwa species (2001) juga dari famili Jumlah Nudibranch di Pasir Putih situbondo 10 7 Transek 2 Transek 3 5 6 Batu Lawang 3 mencapai 80% dan Chromodorididae lebih banyak 8 ditemukan pada Karang Mayit yang tutupan karangnya Transek 1 Teluk Pelita 4 sama juga tampak dalam penelitian ini. Phyllidiidae 8 berlimpah pada tutupan karang 20-80%. Hasil yang Karang Mayit 5 karang 20-60%. Sedangkan Phyllidiidae ditemukan Stasiun Pengamatan Chromodorididae ditemukan berlimpah pada tutupan ditemukan di Teluk Pelita yang tutupan karangnya 0 mencapai 60%. 3 6 9 12 15 18 21 24 27 Jumlah Gambar 4. Jumlah Nudibranch per transek pengamatan Kedalaman Keanekaragaman spesies pada Teluk pelita dan Batu kedalaman, Lawang akan keanekaragaman meningkat tetapi pada seiring Karang dengan Mayit makin menurun seiring dengan kedalaman (Gambar 3). Sedangkan jumlah individu Beberapa kecenderungan yang terkait dengan kedalaman yaitu pada transek 1 di setiap stasiun pengamatan. Pada transek 1, Nudibranchia ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan transek 2 dan 3. Transek 1 Batu Lawang hanya ditemukan 3 individu, Teluk Pelita 4 individu dan Karang Mayit 5 6 individu (Gambar 6). Hal ini mungkin disebabkan Anonim. 2007. Pasir Putih Beach Tourism in Nudibranchia lebih memilih tempat yang dalam untuk Situbondo,<URL: menghindari ombak dan pasang surut. Selain itu tourism/situbondo/pasir-putih.html>. Diakses pada beberapa tanggal 24 April spesies memang diketahui menyukai kedalaman tertentu. Salah satunya spesies anggota Anonim. 2008. ttp://www.eastjava.com/ 2008, pukul 17.55 WIB. Situbondo, Indonesia. <URL: genus Phyllidiopsis yang banyak mendiami laut dalam http://earth.google.com/>. Diakses pada tanggal 14 (Valdés, 2001). Ini menunjukkan bahwa kedalaman Maret 2008, pukul 14.00 WIB. lebih mempengaruhi distribusi dibandingkan keanekaragaman Nudibranchia (Godfrey, 2001). Bell, J.D. dan Galzin, R. 1984. “Influence of Coral Cover on Coral-Reef Fish Communities”. Marine Ecology Progress Series 15: 265-274. KESIMPULAN DAN SARAN Brower, J.E. 1998. Field and Laboratory Methods Kesimpulan for General Ecology. United States of America: Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Keanekaragaman Nudibranch di Perairan Pasir Putih Situbondo, yaitu: Total Nudibranch yang dan 56 individu. of Phyllidiid (Doridoidea)”. Nudibranchs Records of the Australian Museum. Supplement 16: 1-107, pls.1-9, ISBN: 0 7310 0065 X. Famili Nudibranch yang ditemukan ada 3 yaitu, Chromodorididae, Phyllidiidae dan Dorididae. Brunckhorst, D. J. 1993. “The Systematics and Phylogeny ditemukan di Perairan Pasir Putih yaitu sebanyak 22 spesies McGraw-Hill Companies. Indeks Keanekaragaman Nudibranch di Perairan 3th edition. Campbell, N. A. 2004. Biologi jilid 3, Jakarta: Erlangga. Coleman, N. 2008. Identity Crisis Neville Coleman. Pasir Putih Situbondo yaitu antara 1,04 – 1,75, <URL:http://www.nevillecoleman.com.au dengan struktur komunitas antara cukup stabil /journal/id-crisis-sport-diving-magazine/id-crisis- hingga stabil. part-one.aspx>. Kepadatan Nudibranch di Perairan Pasir Putih 2 berkisar antara 5 hingga 8 individu/ 400 m . Diakses pada tanggal 10 November 2008, pukul 15.30 WIB. Conservation Council of South Australia. 2007. Reef Watch Fish Survey Manual Version 5,<URL:http://www.reefwatch. asn.au>. Diakses DAFTAR PUSTAKA pada tanggal 4 Maret 2008, pukul 12.15 WIB. Agro. 2001. Terumbu Karang Buatan Telah Debelius, H. 2004. Nudibranchs and Sea Snails Ditenggelamkan. mmaipb :Kliping Agribisnis Indo-Pacific Field Guide. Frankfurt: IKANUnterwsserarchiv. MMA- IPB. Allen, G.R. dan Steene, R. 1999. Indo-Pacific Coral Reef Guide. Tropical Reef Research. Singapore. Ampou, E.E. 2006. Similarity Distribution of Nudibranch (Chromodorididae, Phyllidiidae, English, W. dan Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Australian Marine Resources. Townsville: Institute of Marine Science. Evans, D. L., Gudes, S.B. dan Davidson, M.A. 2001. Facelinidae) in Siladen Island North Sulawesi- Oil Spills in Coral Reefs : Planning & Response Indonesia. Unsrat Online, Manado. Considerations. <URL: > (24-10-08, 19.10 WIB. Anonim. 2002. Monitoring Coral Reefs. <URL: Godfrey, S. 2001. Factors Affecting Nudibranch http://www.wiomsa.org/mpatoolkit Themesheets/ Diversity in The Wakatobi Marine National Park, G3Monitoring coral_reefs.pdf>. Diakses pada URL:http://www.opwall.com/.../Invertebrates/God tanggal 22 Maret 2008, pukul 18.00 WIB. frey,%20S%20Factors%20affecting%20nudibranc 7 h%20distribution.pdf>. Diakses pada tanggal 21 Areas Maret 2008, pukul 21.30 WIB. a Gosliner, T.M. dan Draheim, R. 1996. ‘Indo-Pacific New 40-44. We Know What We Don’t Know?”. Am. University Nature Conservation newsLetter 9-44b Karuso, P. dan Scheuer P.J. 2002. “Natural Products from Three Nudibranchs: Nembrotha kubaryana, infucata and Chromodoris petechialis”. Molecules 7: 1-6. URL:http://www.nudipixel.net/ >. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2008, pukul 10.00 WIB). McDonald, G.R. dan Nybakken, J. 1999. A List of the Food Habits Brunkhorst, ed. of Wallongong, 2000. Molluscan edu.au/adt-NWU/uploads/approved/adtNWU20060608.115546/public/12Chapter10.pdf >. Diakses pada tanggal 8 November 2008, pukul 14.20 WIB. Valdés, Á., 2001, “Depth-Related Adaptations, Speciation Processes and Evolution of Colour in Kodiat, E., Law, Y. dan Dotulong H. 2008. NudiPixel. Worldwide D.J. Diversity.<URL:http://www.library.uow. Indraswati, E. 2006. INCL Indonesia: Indonesian Hypselodoris Paradigm”. Australian Nature Conservation Agency, Australia, Opisthobranch Gastropod Biogeography: How Do Malacol. Bull. 12, 37–43. and Biosphere Reserves: 'Towards of Nudibranchs, the genus Phyllidiopsis (Mollusca : Nudibranchia)”. Marine Biology 139: 485-496. Victoryus, A. 2008. Korelasi antara Densitas Diadema setosum dan Tutupan Karang di Perairan Pantai Pasir Putih, kec. Bungatan, Situbondo-Jawa <URL:http:// Timur. Skripsi. Program Studi Biologi – FMIPA www.theveliger.org/nudibranch_food.html>. ITS. Surabaya. Diakses pada tanggal 19 Maret 2008, pukul 15.10 WIB). Murniasih, T. 2005. Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia: “Substansi Kimia untuk Jakarta Wilding, T.A., Sayer, M.D.J., dan Gibson, R.N., 1999. Pertahanan Diri dari Hewan Laut Tak Bertulang Procedural Guideline No. 4-1 Sampling benthic Belakang”. Oseana, Volume XXX, Nomor 2 : 19 and demersal fish populations in subtidal rock – 27. habitats, Marine Peres, J.M. 1982. Structure and Dynamics of Monitoring Handbook, <URL:http://www.aims.gov.au/pages/research/reef Assemblages in the Benthal. in Kinne, O. (Ed). monitoring/ltm/monsop3/ pdf/fishsop.pdf>. Marine ecology Vol. 5, Part 1. New York: John Diakses pada tanggal 22 Maret 2008, pukul 18.00 Willey & Sons Ltd. WIB Talbot, F.H. 1994. “Coral Reef Protected Areas: What Are They' Worth'? In: Marine Protected 8