efektifitas senam otak (brain gym) dalam meningkatkan konsentrasi

advertisement
EFEKTIFITAS SENAM OTAK (BRAIN GYM) DALAM
MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK
AUTIS DI TERAPIS ANAK TERANG
KEDUNG SEROKO
SURABAYA
Gerhana Ega Swastika dan Setiadi, S.Kep., M.Kep., Ns.
ABSTRAK
Senam otak lebih menitik beratkan pada gerakan yang dapat merangsang dan memadukan
semua bagian otak, baik otak kiri dan kanan (dimensi lateralis), otak tengah (limbik), otak
depan (dimensi pemfokusan) maupun otak besar (dimensi pemusatan). Gerakan senam otak
sangat sederhana, karena tidak seperti senam badan yang menekankan pada otot dan
kebugaran. Pada beberapa anak bisa mengalami kesulitan, kesusahan dan gangguan dalam hal
konsentrasi dan atensi yang ia berikan. Banyak pula orang tua yang juga mengeluh dan
bingung dalam meningkatkan dan mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi.
Penelitian ini bertujuan menganalisis Senam otak dalam meningkatkan konsentrasi belajar
anak autis di terapis anak terang kedung seroko surabaya. Penelitian ini menggunakan desain
pre experimen design dengan teknik rancangan rangkaian waktu (time series design).
Populasinya adalah semua anak autis di terapis anak terang kedung seroko. Sampel di ambil
secara non probability sampling dengan pendekatan Sampling Jenuh yaitu pengambilan sempel
dengan mengambil seluruh jumlah populasi.
Pada penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi belajar sebelum melakukan senam otak 0
anak (0%) baik, 17 anak (68%) cukup, 8 anak (26%) kurang. Konsentrasi belajar sesudah
melakukan senam otak 9 anak (36%) baik, 15 anak (58,6%) cukup, 1 anak (3,3%) kurang. Hasil
uji statistic dengan uji wilcoxon di dapatkan nilai  value = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
 0,05 artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan konsentrasi belajar terhadap senam otak.
Implikasi hasil penelitian bahwa senam otak dapat di jadikan salah satu alternative dalam
meningkatkan konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko Surabaya.
Kata kunci : senam otak (brain gym) , konsentrasi belajar, anak autis
ABSTRACT
Brain exercise focuses on movement that can stimulate and interate all parts of the brain, both
left and right brain (lateral dimension), midbraind (limbic), brain front (focusing dimension)
and cerebrum (the dimensions of convergence). Brain gymnastics movements are very simple,
because it is not like gymnastics body that emphasizes the muscles and fitness. In some children
may have difficulty, distress and disruption in terms of concentration and attention that he
gave.Many of the parent swereal so complaining and confused in raising and addressing
children have difficulty concentrating.
This study aimed to analyze Gymnastics brain in autistic children improve concentration
learning in a child therapist bright kedung seroko Surabaya. This study design using pre
experimen design with a circuit design technique of time (time series design). The population
is all children with autism in a child therapist kedung seroko light. Samples taken by non
probability sampling with saturated sampling approach that is making sempel by taking the
total number of population.
The study showed that the concentration of brain before doing gymnastics 0 children (0%)
good, 17 children (68%) fairly, 8 children (26%) less. The concentration of learing after doinf
gymnastics brain 9 children (36%) good, 15 children (58,6%) fairly, 1 children (3,3%) less.
the datawere analyzed with statistical testusing Wilcoxon Sign Test with significance level
values obtained  value =0.000. This shows that 0.05 mean sthat there is a significant effect
of learning onbrain gymnastics concentration.
The implications of the exercises can be made in one alternative to improve concentration in
children with autism learn therapist anak terang kedung seroko Surabaya.
Keywords: gymnasticsbrain(Brain Gym), the concentration oflearning, children with
autism
Latar Belakang
Senam otak adalah serangkaian gerak
sederhana menyenangkan yang di gunakan
untuk memadukan semua bagian otak
dalam meningkatkan kemampuan belajar,
membangun harga diri dan rasa
kebersamaan (Dennison, 2006). Gerakan
senam otak itu di buat untuk merangsang
otak kiri dan kanan (Dimensi lateralis),
meringankan atau merileksasi belakang
otak bagian depan otak (Dimensi
pemfokusan) dan merangsang sistem yang
terkait dengan perasaan atau emosional.
Gerakan senam otak sangat sederhana,
karena tidak seperti senam badan yang
menekankan pada otot dan kebugaran.
Senam otak lebih menitik beratkan pada
gerakan yang dapat merangsang dan
memadukan semua bagian otak, baik otak
kiri dan kanan (dimensi lateralis), otak
tengah (limbic), otak depan (dimensi
pemfokusan) maupun otak besar (dimensi
pemusatan). Namun, belom ada yang
meneliti Efektivitas Senam Otak (brain
gym) dalam Meningkatkan Konsentrasi
Belajar Anak Autis di Terapis Anak
Terang Kedung Seroko, Surabaya.
Bedasarkan penelitian yang telah
dilakukan Jenifer Dustow (2007) di Hawaii
pada 9 anak yang telah di diagnose Autism
Spectrum Disorders (ASDs) yang berusia
3-5 tahun selama 6 minggu. Hasilnya
menunjukkan peningkatan yang sangat
signifikan dalam tingkah laku dan
konsentrasi pada hari dimana anak-anak
melakukan gerakan senam otak. Percobaan
ini dirancang untuk menilai apakah
melakukan gerakan senam otak yang
menyebrangi garis tengah membantu
mengurangi perilaku autis, seperti
menangis, berteriak, kelakuan agresif,
menarik perhatian pada waktu yang tidak
tepat, kurangnya pemfokusan. Semau anak
diberikan gerakan senam otak yang sama di
pagi hari selama 6minggu. Hasilnya 77%
mengalami penurunan prilaku autis
(dustow, 2007). Berdasarkan hasil studi
pendahuluan dan wawancara peneliti
terhadap anak autis di Terapis Anak Terang
Kedung Seroko sebanyak 25 anak.
Berdasarkan laporan guru pembimbing
hampir 89% anak mengalami gangguan
konsentrasi belajar.
Gerakan senam otak mampu
meningkatkan
konsentrasi
misalnya
gerakan
sakelar
otak
untuk
mengoptimalkan pengirimiman pesan dari
otak kiri ke kanan atau sebaliknya,
meningkatkan penerimaan oksigen dan
menstimulasi aliran darah agar lebih lancar
mengalir ke otak, gerakan tombol imbang
dapat
meningkatkan
konsentrasi,
pengambilan
keputusan,
pemikiran
asosiatif, kepekaan indrawi untuk
keseimbangan, menjernihkan pikiran dan
menjaga badan tetap rileks, gerakan
menguap berenergi dapat mengaktifkan
otak untuk meningkatkan oksigen agar
otak berfungsi secara efesien dan rileks,
gerakan pasang telinga digunakan untuk
membantu
konsentrasi,
membantu
mendengar suara diri sendiri saat berbicara
atau menyanyi, gerakan burung hantu
untuk mengkoordinasi pendengaran,
penglihatan dan gerakan tubuh serta
meningkatkan konsentrasi, kemudian
gerakan
pasang kuda-kuda
untuk
membantu berkonsentrasi dan mengingat
kembali hal-hal yang telah di pelajari
(Yanuarita, 2012).
Bagi orang tua dan guru, terapi
senam otak sendiri merupakan suatu
alternative untuk mengurangi hiperaktifitas
pada anak, bisa melatih konsentrasi belajar
dengan baik, agar anak bisa belajar dengan
baik dan maksimal seperti anak normal
pada umumnya. Senam otak dapat
mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni
lateralitas-komunikasi,
pemfokusanpemahaman dan pemusatan-pengaturan.
Gerakan-gerakan ringan dengan permainan
melalui oleh tangan dan kaki dapat
memberikan rangsangan atau stimulus pada
otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus
itulah
yang
dapat
meningkatkan
kemampuan
kognitif
(kewaspadaan,
konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar,
memori,
masalah dan kreativitas),
menyelaraskan kemampuan beraktifitas
dan berpikir pada saat yang bersamaan,
meningkatkan
keseimbangan
atau
harmonisasi kontrol emosi dan logika,
mengoptimalkan fungsi kinerja pasca
indera,
menjaga
kelenturan
dan
keseimbangan (Tammasse, 2009). Senam
otak bisa dilakukan dalam waktu singkat
(kurang dari 5 menit), tidak memerlukan
bahan atau tempat khusus, memungkinkan
belajar tanpa stress, meningkatkan
kepercayaan diri, memandirikan seseorang
dalam hal belajar, mwngaktifkan potensi
dan ketrampilan, menyenagkan dan
menyehatkan, serta hasilnya bisa segera
dirasakan (Demuth, 2008).
Metode penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
menganalisis
Senam
otak
dalam
meningkatkan konsentrasi belajar anak
autis di terapis anak terang kedung seroko
surabaya. Penelitian ini menggunakan
desain pre experimen design dengan teknik
rancangan rangkaian waktu (time series
design). Populasinya adalah semua anak
autis di terapis anak terang kedung seroko.
Sampel di ambil secara non probability
sampling dengan pendekatan Sampling
Jenuh yaitu pengambilan sempel dengan
mengambil seluruh jumlah populasi.
Hasil dan pembahasan
1. Karakteristik
responden
berdasarkan konsentrasi belajar
sebelum senam otak (brain gym)
Anak Autisme di Terapis Anak
Terang Mei 2015 (N = 25).
Konsentrasi
belajar
Baik
Cukup
Kurang
Total
1
F
0
16
9
25
2
P
0%
64%
36%
100%
F
0
16
9
25
3
P
0%
64%
36%
100%
Menunjukkan bahwa dari 25 responden
di Terapis Anak Terang sebelum
menggunakan senam otak (brain gym), hari
pertama 16 responden (64%) cukup, 9
responden (36%) kurang. Hari kedua 16
responden (64%) cukup, 9 responden
(36%) kurang. Hari ketiga 19 responden
(76%) cukup, 6 responden (24%) kurang.
Rata-rata frekuensi dan prosentase hari
pertama sampai ketiga yaitu 17 responden
(68%) mengalami cukup dalam konsentrasi
belajar dan 8 responden (26%) mengalami
kurang dalam konsentrasi belajar.
2. Karakteristik responden berdasarkan
konsentrasi belajar setelah senam otak
(brain gym) Anak Autisme di Terapis
Anak Terang Mei 2015 ( N = 25 ).
F
0
19
6
25
P
0%
76%
24%
100%
Konsentrasi
belajar
Baik
Cukup
Kurang
Total
1
2
3
F
P
F
P
F
P
7
28% 6 24% 14 56%
14 56% 19 76% 11 44%
4 10% 0
0%
0
0
25 100% 25 100% 25 100%
menunjukkan bahwa dari 25 responden di
Terapis Anak Terang setelah menggunakan
senam otak (brain gym), hari pertama 7
responden (28%) baik, 14 responden (56%)
cukup, 4 responden (10%) kurang. Hari
kedua 6 responden (24%) baik, 19
responden (76%) cukup. Hari ketiga 14
responden (56%) baik, 11 responden (44%)
cukup. Rata-rata frekuensi dan prosentase
hari pertama sampai ketiga yaitu 9
responden (36%) mengalami baik dalam
konsentrasi belajar, 15 responden (58,6%)
mengalami cukup dalam konsentrasi
belajar, 1 responden (3,3%) kurang dalam
konsentrasi belajar.
3. Karakteristik responden berdasarkan
efektivitas senam otak (brain gym)
terhadap konsentrasi belajar Anak
Autisme di Terapis Anak Terang Mei
2015 (N = 25).
Dapat diketahui dari uji statistik
menggunakan Wilcoxon Sign Test dengan
taraf signifikasi diperoleh nilai  value =
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa  0,05
yang berarti bahwa ada pengaruh yang
signifikan konsentrasi belajar terhadap
senam otak (brain gym).
Pembahasan
1. Mengidentifikasi
kualitas
konsentrasi belajar pada anak autis
sebelum melakukan senam otak
Dari data di atas dapat dijelaskan
bahwa anak autis sebelum dilakukan senam
otak (brain gym), konsentrasi belajarnya
adalah Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari
25 responden di Terapis Anak Terang tanpa
menggunakan senam otak (brain gym), hari
pertama 16 responden (64%) cukup, 9
responden (36%) kurang. Hari kedua 16
responden (64%) cukup, 9 responden
(36%) kurang. Hari ketiga 19 responden
(76%) cukup, 6 responden (24%) kurang.
Rata-rata frekuensi dan prosentase hari
pertama sampai ketiga yaitu 17 responden
(68%) mengalami cukup dalam konsentrasi
belajar dan 8 responden (26%) mengalami
kurang dalam konsentrasi belajar.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa,
siswa autis membutuhkan waktu yang lama
dalam proses pembelajaran dan tidak bisa
ditentukan waktunya untuk menguasai satu
materi dan materi belum ditambah ketika
anak belum bisa menguasai materi dengan
tepat. Di awal proses pembelajaran siswa
harus
didampingi
oleh
guru
pendampingnya, ini menghindari siswa
tidak ingin belajar dengan peneliti, karena
siswa belum kenal dan dekat dengan
peneliti.
Pada awal pembelajaran siswa
belum respon ketika peneliti memberi
peerintah kepada siswa untuk mengikuti
materi yang peneliti berikan. Perintah
diawal proses pembelajaran diberikan
sebanyak tiga kali, ketika perintah pertama
dan kedua siswa tidak mengikuti apa yang
peneliti berikan maka pada perintah ketiga
peneliti memberi siswa sentuhan ,
memegang tangannya untuk mengikuti
gerakan yang peneliti berikan ini
dimaksudkan untuk memaksa siswa
merespon kepada peneliti. Semakin sering
siswa melakukan proses pembelajaran
maka akan semakin baik responnya dan
terlatih konsentrasinya. Siswa autis
mempunyai prilaku tantrum “semaunya
sendiri” yaitu, ketidakmampuan siswa
untuk memahami orang lain dan
lingkungan, membuat mereka berprilaku
seenaknhya sehingga anak auitis mudah
sekali.
Gejala-gejala yang nampak pada
anak yang mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi belajar dikemukakn oleh
Supriyo (2008: 104), yaitu sebagai berikut:
a. Pada umumnya anak merasa betah
berjam-jam untuk nonton (di luar
kegiatan belajar) tetapi kalau belajar
sebentar sudah merasa tidak tahan
b. Mudah kena rangsangan lingkungannya
(seperti: suara radio, TV, gangguan
adik/kakak)
c. Kadangkala selalu mondar-mandir
kesana
kemari
untuk
mencari
perelngkapan belajar
d. Selesai belajar tidak tahu apa yang baru
saja dipelajari.
Dalam beberapa kasus, anak-anak
yang
menikmati
belajar
dapat
mengembangkan rasa takut ketika
menghadapi pekerjaan terstruktur atau
direncanakan, terutama panjang atau
kelompok berbasis yang membutuhkan
fokus diperpanjang, bahkan jika mereka
benar-benar memahami topik. Anak-anak
dengan ADD mungkin menghadapi risiko
lebih besar kegagalan akademik dan
penarikan awal dari sekolah.
Rentang atensi atau lamanya
waktu yang digunakan anak untuk
menekuni suatu kegiatan dapat diamati
sesuai usia. Rata-rata rentang atensi pada
usia 2 tahun selama 7 menit, usia 3 tahun
selama 9 menit, usia 4 tahun selama 12
menit, usia 5 tahun selama 14 menit.
Kemampuan
memusatkan
perhatian
berbeda-beda. Makin berkembang anak
makin mampu menseleksi stimulus yang
ada dan makin mampu memusatkan
perhatian. Meskipun gangguan konsentrasi
ini juga dapat terus terjadi sampai usia
dewasa. Gangguan konsentrasi ini biasanya
sudah dapat diamati pada usia bayi.
Tampak bayi sering berpindah-pindah
perhatian pandangan matanya atau sering
berganti mainan dalam waktu yang cepat.
Biasanya bayi tidak menyukai lingkungan
suasana yang tidak luas seperti boks bayi
yang kecil dan suasana didalam kamar.
Anak lebih menyukai lingkungan yang
lebih lapang seperti tempat tidur yang luas
dan anak sering minta keluar rumah. Pada
anak yang lebih besar didapatkan gejala
cepat bosan terhadap sesuatu aktifitas, tidak
bisa belajar lama. Bila belajar harus dalam
keadaan tenang atau biasanya saat tengah
malam. Sebaliknya biasanya bisa bertahan
lama pada hal yang disukai seperti
menonton televisi, baca komik atau main
game. Anak tampak sering terburu-buru
sehingga mengakibatkan perilaku tidak
mau antri, tidak teliti sehingga terjadi
kesalahan saat mengerjakan soal karena
ketidaktelitiannya.
2.
Mengidentifikasi
kualitas
konsentrasi belajar pada anak autis
setelah melakukan senam otak
Dari data diatas dapat di jelaskan
bahwa anak autis setelah melakukan senam
otak (brain gym), konsentrasi belajarnya
adalah menunjukkan bahwa dari 25
responden di Terapis Anak Terang setelah
menggunakan senam otak (brain gym), hari
pertama 7 responden (28%) baik, 14
responden (56%) cukup, 4 responden
(10%) kurang. Hari kedua 6 responden
(24%) baik, 19 responden (76%) cukup.
Hari ketiga 14 responden (56%) baik, 11
responden (44%) cukup. Rata-rata
frekuensi dan prosentase hari pertama
sampai ketiga yaitu 9 responden (36%)
mengalami baik dalam konsentrasi belajar,
15 responden (58,6%) mengalami cukup
dalam konsentrasi belajar, 1 responden
(3,3%) kurang dalam konsentrasi belajar.
Hal ini dapat di jelaskan bahwa,
Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana
anak fokus dalam mengerjakan atau
melakukan sesuatu, hingga pekerjaan itu
dikerjakan dalam waktu tertentu. Pada
beberapa anak bisa mengalami kesulitan,
kesusahan dan gangguan dalam hal
konsentrasi dan atensi yang ia berikan.
Banyak pula orangtua yang juga mengeluh
dan bingung dalam meningkatkan dan
mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi.
Gangguan Konsentrasi tergolong ke dalam
salah satu jenis gangguan ADHD,
singkatan
dari
Attention
Deficit
Hyperactivity Disorder atau dalam bahasa
Indonesia Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas (GPPH), suatu kondisi
yang juga dikenal sebagai Attention Deficit
Disorder (sulit memusatkan perhatian).
Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention
Deficit Disorder) adalah suatu pemusatan
perhatian yang buruk (singkat) dan sifat
impulsif (mengikuti kata hati) yang tidak
sesuai dengan usia anak. ADD merupakan
suatu masalah dalam pemusatan perhatian,
konsentrasi dan ketekunan menjalankan
tugas. Anak juga mungkin bersifat impulsif
dan hiperaktif (Habiburrrohman, 2011).
Konsentrasi merupakan suatu proses untuk
memahami dan menguasai pikiran dan
perasaan terhadap suatu peristiwa.oleh
karena itu proses konsentrasi sangat
membutuhkan ketenangan baik pikiran
maupun situasi. Baihaqi M, dkk (2005)
mengemukakan bahwa “konsentrasi juga
disebut dengan perhatian yang dapat
diartikan sebagai pemusatan tenaga psikis
yang tertuju pada suatu objek.”
Gangguan konsentrasi bukan
merupakan penyakit tetapi merupakan
gejala
atau
suatu
manifestasi
penyimpangan
perkembangan
anak.
Gangguan konsentrasi atau pemusatan
perhatian yang kurang, dapat dilihat dari
kegagalan seorang anak dalam memberikan
perhatian secara utuh terhadap sesuatu.
Mudah sekali beralih perhatian dari satu hal
ke hal yang lain.
Ciri-ciri yang sangat mudah
dikenali untuk anak dengan gangguan
pemusatan perhatian adalah tidak mampu
menyaring rangsang yang datangnya dari
luar. Irwan Prayitno menyebutkan, bahwa
gangguan konsentrasi berhubungan dengan
kemampuan anak untuk memperhatikan
dan berkonsentrasi, kemampuan yang
berkembang seiring dengan perkembangan
anak. Anak yang sangat terganggu
konsentrasinya mengalami kesulitan untuk
memfokuskan
konsentrasinya,
perhatiannya dan menyelesaikan tugas
secara terus menerus. Mereka sering lupa
instruksi-instruksi, kehilangan barangbarang dan tidak mendengarkan orang tua
dan gurunya.
3. Efektifitas senam otak (brain gym)
dalam konsentrasi belajar anak autis
Berdasarkan hasil tabulasi silang
melakukan senam otak dan tanpa
melakukan senam otak. Bedasarkan data
tersebut sesuai dengan teori menurut
(Yanuarita, 2012) Senam otak di
manfaatkan untuk anak yang mengalami
gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit
konsentrasi dan depresi. Latihan otak akan
membuat otak bekerja aktif atau aktif. Otak
seseorang yang aktif (suka berfikir) akan
lebih sehat secara keseluruan dari pada
orang yang tidak atau menggunakan
otaknya. Pada teori sesuatu organ yang aktif
akan memerlukan pasokan oksigen dan
protein. Jika pasokan itu lancar maka biasa
katakana organ tersebut sehat.
Senam otak adalah serangkaian
gerak sederhana menyenangkan di
gunakan untuk memadukan semua bagian
otak yang berfungsi meningkatkan
kemampuan belajar, membangun harga
diri dan rasa kebersamaan (Dennison,
2006). Gerakan itu di buat untuk
merangsang otak kiri dan kanan (dimensi
lateralis), meringankan atau merileksasi
belakang otak bagian depan otak (Dimensi
pemfokusan), merangsang sistem yang
terkait dengan perasaan/emosional, yakni
otak tengah (limbic) serta otak besar
(Dimensi pemusatan). Dennison (2006)
menyatakan meski sederhana, brain gym
mampu memudahkan kegiatan belajar dan
melakukan
penyesuaian
terhadap
ketegangan, tantangan, dan tuntutan hidup
sehari-hari.
Senam otak di manfaatkan untuk
anak
yang
mengalami
gangguan
hiperaktif,
kerusakan
otak,
sulit
konsentrasi dan depresi. Latihan otak akan
membuat otak bekerja aktif atau aktif.
Otak seseorang yang aktif (suka berfikir)
akan lebih sehat secara keseluruan dari
pada orang yang tidak atau menggunakan
otaknya. Pada teori sesuatu organ yang
aktif akan memerlukan pasokan oksigen
dan protein. Jika pasokan itu lancar maka
biasa katakana organ tersebut sehat.
(Yanuarita, 2012)
Salah satu stimulasi yang selama
beberapa tahun terakhir ini di anggap paling
baik dan baru adalah senam otak atau brain
gym. Senam otak adalah serangkaian
latihan
gerak
sederhana
untuk
memudahkan kegiatan belajar dan
penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari.
Gerakan-gerakan senam ringan yang di
lakukan dalam senam otak, seperti melalui
olah tangan dan kaki yang dapat
memberikan stimulus ke otak. Stimulus
itulah
yang
dapat
meningkatkan
kemampuan
kognitif,
misalnya
kewaspadaan konsentrasi dan kecepatan
dalam proses belajar, serta memori,
pemecahan masalah, ataupun kreatifitas.
Senam otak dimanfaatkan untuk anak-anak
yang mengalami gangguan hiperaktifitas,
kerusakan otak, sulit berkonsentrasi dan
depresi (As’adi, 2012).
Gerakan senam otak, bagian-bagian
otak yang sebelumnya tertutup akan
terbuka dan menandakan bahwa kegiatan
belajar berlangsung dengan menggunakan
seluruh otak. Senam otak dapat di lakukan
di segala usia, mulai dari bayi hingga orang
lanjut usia. Untuk melakukan senam otak,
seorang anak harus dibantu oleh orang
tuanya, baru setelah 3tahun ia bisa
melukukannya sendiri. Manfaat positif bagi
anak usia sekolah terutama yang
berkebutuhan khusus,
yakni dapat
mempermudah kegiatan belajar serta
membantu penyesuaian dengan tuntutan
seharu-hari dan juga gerakan brain gym ini
untuk menstimulasi, meringankan atau
merileksasikan siswa yang terlibat dalam
situasi belajar tertentu dan juga dapat
menunjang perubahan elektik dan kimiawi
yang berlangsung selama kejadian mental
dan fisik. Gerakan brain gym adalah usaha
alternative alami yang sehat untuk
menghadapi ketegangan dan tantangan
pada diri sendiri dan orang lain. Kemudian
dapat di gunakan untuk membantu pelajar
untuk lebih siap menerima pelajaran,
memperbaiki
rentang
konsentrasi,
meningkatkan fokus dan daya ingat,
memperbaiki komunikasi dan dapat
mengendalikan emosi (Yanuarita, 2012).
Senam otak merupakan terapi yang
sangat praktis, karena bisa dilakukan
diamana saja, kapan saja, dan oleh siapa
saja. Porsi latihan ini yang tepat adalah
sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali
dalam sehari. Latihan-latihan senam otak
ini adalah inti dari Educational
Kinesiology.
Sebenarnya,
education
berasal dari kata latin, yakni educare ; yang
artinya menarik keluar. Sementara itu,
kinesiology berasal dari bahasa yunani,
yakni kinesis, artinya gerakan. Jadi
Kinesiology adalah ilmu tentang gerakan
tubuh manusia (Yanuarita, 2012).
Pada umumnya penyandang autism
mengacuhkan suara, penglihatan ataupun
kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada
reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau
malahan tidak ada reaksi sama sekali.
Meraka menghindari atau tidak berespon
kontak sosial (pandangan mata, sentuhan
kasih saying, bermain dengan anak lain
dan sebagainya). Autisme merupakan
gangguan
perkembangan
yang
mempengaruhi beberapa aspek bagaimana
anak melihat dunia dan belajar dari
pengalamannya. Biasanya anak-anak ini
kurang minat untuk melakukan kontak
social dan tidak adanya kontak mata
(Yuwono, 2009).
Teori-teori belajar yang hanya
memberikan prtunjuk umum tentang
belajar, tetapi teori tersebut tidak dapat
dijadikan hokum belajar yang bersifat
mutlak, kalau tujuan belajar berbeda maka
dengan sendirinya cara belajar juga harus
berbeda. Karena itu, belajar yang efektif
sangat di pengaruhi oleh bebrapa factorfaktor
kondisional
yang
ada
(Habiburrrohman, 2011).
Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah
dilakukan di di terapis anak terang kedung
seroko surabaya pada tanggal 11-16 Mei
2015, dapat ditarik simpulan sebagai
berikut :
1.
2.
3.
Kualitas konsentrasi belajar anak
autis di terapis anak terang kedung
seroko
Surabaya
sebelum
melakukan senam otak sengaian
besar berkatagori cukup.
Kualitas konsentrasi belajar anak
autis di terapis anak terang kedung
seroko
Surabaya
sesudah
melakukan senam otak sengaian
besar berkatagori cukup.
Ada pengaruh antara senam otak
(brain gym) terhadap konsentrasi
belajar anak autis di terapis anak
terang kedung seroko surabaya.
Daftar Pustaka
Baihaqi, M dan Sugirman, M. (2006).
Memahami dan Membantu Anak. ADHD,
Bandung : PT. Refika Aditama
Brain Gym Internasional,2008. Diakes 22
juni
2009,
dari
http;//braingym.org/studies
Dennison, P.E & Dennison, G.E. (2005).
Brain Gym. PT Grasindo. Jakarta
Dennison, P.E (2008). Brain gym and me.
Brain gym dan aku. Jakarta ; Grasindo
Dennison. (2006). Brain Gym. PT
Gramedia, Jakarta
Yanuarita, A. (2012). Memaksimalkan Otak
Melalui Senam Otak (Brain Gym),
Jogjakarta : Teranova
Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan
Riset Keperawatan. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Download