Node A

advertisement
Analisis Node
Analisis node berprinsip pada Hukum Kirchoff I (KCL=Kirchoff
Current Law atau Hukum Arus Kirchoff = HAK )
dimana
jumlah arus yang masuk dan keluar dari suatu titik percabangan
akan sama dengan nol, dimana tegangan merupakan parameter
yang tidak diketahui. Atau analisis node lebih mudah jika
pencatunya semuanya adalah sumber arus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada analisis node, yaitu :
 Tentukan node referensi sebagai ground (potensial nol).
 Tentukan node voltage, yaitu tegangan antara node non
referensi dan ground.
 Asumsikan tegangan node yang sedang diperhitungkan lebih
tinggi daripada tegangan node manapun, sehingga arah arus
keluar dari node tersebut positif.
 Jika terdapat N node, maka jumlah node voltage adalah (N-1).
Jumlah node voltage ini sama dengan banyaknya persamaan
yang dihasilkan (N-1).
 Analisis node mudah dilakukan bila pencatunya berupa sumber
arus. Apabila pada rangkaian tersebut terdapat sumber tegangan,
maka sumber tegangan tersebut diperlakukan sebagai
supernode, yaitu menganggap sumber tegangan tersebut
sebagai satu node.
Node
Node = setiap titik disepanjang kawat yang sama
Contoh
6K
V
10V
4K
3 node
Analisis Node
Berapa banyak node ada di dalam rangkaian di atas ?
Menentukan persamaan
arus yang masuk
node = arus yang
meninggalkan node
0
Pada node 1
Pada node 2
v1
v v
 1 2  3.1
2
5
v2
v2  v1

 - (-1.4)
1
5
Contoh
4Ω
-3A
3Ω
V1
V2
1Ω
-8A
2Ω
V3
5Ω
-25A
0V
Berapa banyak node atau persamaan ?
4Ω
-3A
3Ω
V1
V2
1Ω
-8A
2Ω
V3
5Ω
-25A
0V
Node 1
Persamaan 1
V1 V 3
V1V 2
3
0
4
3
96  3V 1  3V 3  36  4V 1  4V 2  0
8
7V 1  4V 2  3V 3  132
4Ω
-3A
3Ω
V1
V2
1Ω
-8A
2Ω
V3
5Ω
-25A
0V
Node 2
Persamaan 2
V 2  V1
V 2 V 3 V 2  0
3

0
3
2
1
2V 2  2V 1  18  3V 2  3V 3  6V 2  0
 2V 1  11V 2  3V 3  18
4Ω
-3A
3Ω
V1
V2
1Ω
-8A
2Ω
V3
5Ω
-25A
0V
Node 3
Persamaan 3
V 3  V 2 V 3  V1
V30

 25 
0
2
4
5
10V 3  10V 2  5V 3  5V 1  500  4V 3  0
 5V 1  10V 2  19V 3  500
3 Persamaan Keseluruhannya
7V 1  4V 2  3V 3  132
 2V 1  11V 2  3V 3  18
 5V 1  10V 2  19V 3  500
Aturan Cramer (Opsional)
7V 1  4V 2  3V 3  132
 2V 1  11V 2  3V 3  18
 5V 1  10V 2  19V 3  500
 132
4
3
18
11
3
500
V1 
7
2
 10 19 780

 0.956
4 3
816
11  3
 5  10 19
7
7V 1  4V 2  3V 3  132
 132  3
2
18
3
5
V2
7
500
4
2
11
19 8628

 10.576
3
816
3
 5  10 19
 2V 1  11V 2  3V 3  18
 5V 1  10V 2  19V 3  500
7
4
 132
2
11
18
 5  10 500
26220
V3 

 32.132
7
4 3
816
 2 11  3
 5  10 19
Supernode
Jika disana ada beberapa sumber tegangan DC di antara 2
node, salah satunya mungkin mendapatkan masalah ketika
mencoba memakai HAK antara 2 node—disarankan
menggunakan supernode !!!
Supernode (cont.)
V3 = v2+22
Contoh :
4Ω
-3A
3Ω
V1
1Ω
-8A
0V
V3
V2
1V
5Ω
-25A
4Ω
-3A
3Ω
V1
1Ω
-8A
V3
V2
1V
5Ω
0V
V1 V 3
V1  V 2
3
0
4
3
96  3V 1  3V 3  36  4V 1  4V 2  0
8
Persamaan 1 7V 1  4V 2  3V 3  132
-25A
4Ω
-3A
V1
3Ω
supernode
1Ω
-8A
V3
V2
1V
5Ω
-25A
0V
V 2  V1
V 3  V1
V30 V20
3
 25 

0
3
4
5
1
20V 2  20V 1  180  15V 3  15V 1  1500  12V 3  60V 2  0
 35V 1  80V 2  27V 3  1680
Persamaan 2
V 2 V 3  1
Persamaan 3
7V 1  4V 2  3V 3  132
 35V 1  80V 2  27V 3  1680
V 2 V 3  1
V1 = -4.952 V
V2 = 14.333 V
V3 = 13.333 V
Contoh :
V1
V2
5Ω
2Ω
3V
1Ω
0V
V1  3
V 2  V1
V20
2
0
5
1
13
V2 
6
2A
Contoh soal :
1/8 F
i
3 cos 4t A
+
v1
-

I
+
-
1/2 v1
3 0oA
+
V1 
-
(a)
(b)
Node A :
V1  0,5V1
I
 30 o
 j2
V1  4 I
Dengan mensubstitusikan didapat :
30
30
3
o
I


  45
o
1 j
245
2
o
j2
A
o
+
-
1/2 V1
Diubah ke kawasan waktu lagi :
i(t ) 
3
2

cos 4t  45 o

Analisis Mesh (Loop)
Arus loop adalah arus yang dimisalkan mengalir dalam suatu loop
(lintasan tertutup). Arus loop sebenarnya tidak dapat diukur (arus
permisalan).
Berbeda dengan analisis node, pada analisis ini berprinsip pada
Hukum Kirchoff II (KVL = Kirchoff Voltage Law atau Hukum Tegangan
Kirchoff = HTK)
dimana
jumlah tegangan pada satu lintasan tertutup sama dengan nol atau
arus merupakan parameter yang tidak diketahui.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Buatlah pada setiap loop arus asumsi yang melingkari loop.
Pengambilan arus loop terserah kita yang terpenting masih dalam
satu lintasan tertutup. Arah arus dapat searah satu sama lain
ataupun berlawanan baik searah jarum jam maupun berlawanan
dengan arah jarum jam.
 Biasanya jumlah arus loop menunjukkan jumlah persamaan arus
yang terjadi.
 Metoda ini mudah jika sumber pencatunya adalah sumber
tegangan.
 Jumlah persamaan = Jumlah cabang – Jumlah junction + 1
 Apabila ada sumber arus, maka diperlakukan sebagai supermesh.
Pada supermesh, pemilihan lintasan menghindari sumber arus
karena pada sumber arus tidak diketahui besar tegangan
terminalnya.
Contoh :
Contoh :
Gunakan analisis Mesh untuk menentukan Vx
1Ω I2
7V
2Ω
+ Vx -
I1
3Ω
6V
I3
2Ω
1Ω
 7  1( I1  I 2)  6  2( I 1  I 3)  0
1Ω I2
7V
2Ω
3I 1  I 2  2 I 3  1
Persamaan 1
+ Vx -
I1
3Ω
1( I 2  I1)  2 I 2  3( I 2  I 3)  0
6V
I3
2Ω
1Ω
 I 1  6 I 2  3I 3  0
Persamaan 2
2( I 3  I1)  6  3( I 3  I 2)  I 3  0
 2 I 1  3I 2  6 I 3  6
I1 = 3A, I2 = 2A, I3 = 3A
Vx = 3(I3-I2) = 3V
Persamaan 3
Supermesh
Ketika sumber arus berada dalam suatu jaringan,
Gunakan ‘supermesh’ dari 2 mesh yang
terbagi sumber arus
Contoh :
Gunakan analisis Mesh untuk mengevaluasi Vx
1Ω
7V
I2
2Ω
+ Vx I1
3Ω
7A
I3
2Ω
1Ω
1Ω
7V
I2
2Ω
+ Vx I1
3Ω
7A
I3
1Ω
2Ω
Loop 2:
1( I 2  I1)  2I 2  3( I 2  I 3)  0
 I1  6I 2  3I 3  0
Persamaan 1
Supermesh
1Ω
7V
I2
2Ω
+ Vx I1
3Ω
7A
I3
1Ω
2Ω
7  1( I1  I 2)  3( I 3  I 2)  I 3  0
I1  4 I 2  4 I 3  7
I1  I 3  7
Persamaan 2
Persamaan 3
I1 = 9A
I2 = 2.5A
I3 = 2A
Vx = 3(I3-I2) = -1.5V
Bagaimana memilih antara
analisis Node dan Mesh ???
Pilihlah salah satu yang persamaan nya paling sedikit
Untuk menyelesaikan masalah!!!
Contoh :
Dari contoh-contoh sebelumnya, analisis Node mempunyai
Beberapa persamaan
7V
1Ω
V1
7V
2Ω
+ Vx -
V2
3Ω
7A
1Ω
V3
2Ω
0V
Contoh :
Kebergantungan Sumber
Tentukan Vx
1Ω
I2
2Ω
+ Vx 15A
I1
3Ω
1/9 Vx
I3
2Ω
1Ω
I1  15
1Ω
I2
2Ω
1( I 2  I1)  2 I 2  3( I 2  I 3)  0
+ Vx 15A
I1
 I 1  6 I 2  3I 3  0
3Ω
1/9 Vx
I3
Persamaan 1
1Ω
2Ω
I1=15A, I2=11A, I3=17A
Vx = 3(17-11) = 18V
1
I 3  I1  Vx
9
Vx  3( I 3  I 2)
Persamaan 2
Persamaan 3
Persamaan 4
Contoh soal :
j2
A
I1
3 0oA
I
+
V1 
-
j2

+
I2
+
-
1/2 V1 12 0oV
+
-
V1
-
(a)
(b)
Dari gambar diatas didapatkan :
I  I1  I 2

V1  4 I  4 I 1  I 2

I1  30o A
Persamaan arus mesh :
V1  0,5V1  j 2 I 2  0 
I1
I2 

1 j
 30 o
2  45 o

3
2
225 o
+
-
1/2 V1
Teorema Superposisi
Pada teorema ini hanya berlaku untuk rangkaian yang bersifat linier,
dimana
rangkaian linier adalah suatu rangkaian dimana persamaan yang
muncul akan memenuhi jika y = kx,
dimana k = konstanta dan x = variabel.
Dalam setiap rangkaian linier dengan beberapa buah sumber
tegangan atau sumber arus dapat dihitung dengan cara :
Menjumlah-aljabarkan tegangan atau arus yang disebabkan tiap
sumber independent atau bebas yang bekerja sendiri, dengan semua
sumber tegangan atau arus independent atau bebas lainnya dan
diganti dengan impedansi dalamnya.
Elemen Linear vs. Rangkaian linear

Elemen Linear : elemen pasif yang mempunyai
hubungan tegangan-arus linear :
v(t)=R*i(t)
 Sumber bergantung Linear : sumber yang
outputnya proporsional hanya pada nilai
pertama :
v1 = 0.6i1-14v2
 Rangkaian Linear : mengandung sumber yang
bebas, sumber bergantung linear , dan elemen
linear
Contoh :
1V
1V
1Ω
I total
1Ω
1Ω
I1
2V
2V
I1 = 1A
I2 = 2A
I total = 1+2 = 3A
I2
Contoh :
1A
1A
1Ω
I total
1Ω
1Ω
I1
2V
2V
I1 = 1A
I2 = 0A
I total = 1+0 = 1A
I2
Contoh :
Tentukan tegangan Vx
6Ω
42V
4Ω
3Ω
+
Vx
-
10V
6Ω
42V
4Ω
3Ω
+
Vx
-
(3 || 4)
(12 / 7)
Vx( 42V ) 
 42 
 42
6  (3 || 4)
6  (12 / 7)
 9.333V
6Ω
4Ω
3Ω
+
Vx
-
10V
(6 || 3)
2
Vx(10V )  
10  
10
(6 || 3)  4
24
 3.333V
6Ω
42V
4Ω
3Ω
+
Vx
-
Vx  Vx( 42V )  Vx(10V )
 9.333  3.333  6V
10V
Contoh :
Gunakan superposisi untuk menentukan ix
Contoh (cont.):
ix'' = 0.8 A
ix' = 0.2 A
ix = 1.0 A
Superposisi dan
sumber yang tidak bebas
satu yang tidak dapat menggunakan
superposisi terhadap sumber yang
tidak bebas!!!
Contoh :
Hukum Tegangan Kirchoff:
 10  2i x'  1i x'  2i x'  0
i x'  2
Supermesh:
''
''
''
2i x  1(i x  3)  2i x
''
i x  0.6
0
i x  i x'  i x''
 2  (0.6)  1.4 A
Teorema Thevenin
Pada teorema ini berlaku bahwa :
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri
dari satu buah sumber tegangan yang dihubung-serikan dengan
sebuah impedansi ekivelennya pada dua terminal yang diamati.
Teorema Norton
Pada teorema ini berlaku bahwa :
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri
dari satu buah sumber arus yang dihubung-paralelkan dengan
sebuah impedansi ekivelennya pada dua terminal yang diamati.
Transformasi Sumber
Resistor yang paralel dengan sumber arus ditransformasi menjadi
sumber tegangan dihubung seri dengan resistor.
Sumber Beda Frekuensi
Pada konsep fasor, parameter gelombang yang muncul hanya
amplituda dan fasa. Misal suatu rangkaian terdapat banyak sumber
dengan berfrekuensi berbeda-beda, maka analisis yang dapat
dilakukan adalah dengan superposisi. Jadi pada satu saat hanya
satu sumber hidup dan analisis rangkaian dapat menggunakan fasor
yang kemudian hasilnya dikonversi ke kawasan waktu. Hasil total
adalah penjumlahan dalam kawasan waktu dari kontribusi masingmasing sumber.
Contoh soal :
1/2 H
3
5 cos 2t V
+
-
1H
i
1/2 F
1/4 F
1
1H
Rangkaian dengan sumber beda frekuensi pada kawasan waktu.
Pada sumber ac, w = 2 rad/s, sedangkan sumber dc, w = 0. Dengan
demikian, analisis rangkaian dengan menggunakan superposisi. Jika
sumber ac 'hidup' dan sumber dc 'mati', maka rangkaian dalam fasor
menjadi seperti terlihat di gambar berikut :
3+j2 
j2 
I1
5/0O V
+
-
-j1 
1
(a)
I2
3
1
(b)
5/0O V
Arus adalah arus kontribusi sumber ac, yang besarnya adalah:
50 o
I1 
 2  8,1o
3  j 2  1  j 2 j1 / 1  j 2  j1
Diubah ke kawasan waktu :


i1  2 cos 2t  8,1o A
Selanjutnya, jika sumber dc 'hidup' dan sumber ac 'mati' seperti
terlihat di gambar diatas, maka:
 1 
o
I 2  
4  10 A
1 3 
Diubah ke kawasan waktu : i2 = - 1 A
Respon totalnya :


i  i1  i2  2 cos 2t  8,1o  1A
Bridge Networks

Kondisi seimbang dari
konfigurasi jembatan
dapat didefinisikan
sebagai
Bridge Networks

Untuk Jembatan
Hay, menghasilkan
persamaan :
Bridge Networks

Untuk jembatan
Maxwell
menghasilkan
persamaan:
Bridge Networks

Untuk jembatan
pembanding
kapasitansi,
persamaan
seimbangnya
adalah :
Transformasi Resistansi Star – Delta ()
61
Transformasi Resistansi Star – Delta ()
Jika sekumpulan resistansi yang membentuk hubungan tertentu
saat dianalisis ternyata bukan merupakan hubungan seri ataupun
hubungan paralel yang telah kita pelajari sebelumnya, maka jika
rangkaian resistansi tersebut membentuk hubungan star atau
bintang atau rangkaian tipe T, ataupun membentuk hubungan
delta atau segitiga atau rangkaian tipe , maka diperlukan
transformasi baik dari star ke delta ataupun sebaliknya.
Tinjau rangkaian Star ()
Tinjau node D dengan analisis node dimana node C
V V V V V


0
sebagai ground.
R
R
R
D
A
1
i1 
3
D
2
V V
1
1
1

 ) A  B
R1 R3 R2
R1 R3
VD (
R2 R3  R1 R2  R1 R3 V A VB
)

R1 R2 R3
R1 R3
R2 R3
R1 R2
VA 
VB
R2 R3  R1 R2  R1 R3
R2 R3  R1 R2  R1 R3
R 2 R3
V A  VD V A VD V A 1
R1 R2
 
  (
VA 
VB )
R1
R1 R1 R1 R1 R2 R3  R1 R2  R1 R3
R2 R3  R1 R2  R1 R3
R 2  R3
R2
VA 
V B  (1)
R2 R3  R1 R2  R1 R3
R2 R3  R1 R2  R1 R3
 i2 
i2 
B
VD (
VD 
 i1 
D
R 2 R3
VB  VD VB VD VB 1
R1 R2
 
  (
VA 
VB )
R3
R3 R3 R3 R3 R2 R3  R1 R2  R1 R3
R2 R3  R1 R2  R1 R3
R1 R2  R1 R3
R1 R2
VA 
VB  (2)
R3 ( R2 R3  R1 R2  R1 R3 )
R3 ( R2 R3  R1 R2  R1 R3 )
Tinjau rangkaian Delta ()
Tinjau node A dengan analisis node dimana node C
sebagai ground : V A  VB V A
RA

RB
 i1
1
1
1
(  )V A  V B  i1
R A RB
RA
Bandingkan dengan persamaan (1) pada rangkaian Star () :
R2  R3
R2
VA 
VB  i1
R2 R3  R1 R2  R1 R3
R2 R3  R1 R2  R1 R3
(
1 1
1
 )VA  VB  i1
RA RB
RA
sehingga :
1
R2


RA R2 R3  R1 R2  R1 R3
RA 
R2 R3  R1 R2  R1 R3
R2

R2  R3
1
1


R A RB R2 R3  R1 R2  R1 R3
R2  R3
1
1


RB R2 R3  R1 R2  R1 R3 R A
R2  R3
R2
1


RB R2 R3  R1 R2  R1 R3 R2 R3  R1 R2  R1 R3
R3
1

RB R2 R3  R1 R2  R1 R3
RB 
R2 R3  R1 R2  R1 R3
R
Tinjau node B :
VB  V A VB

 i2
RA
RC

1
1
1
VA  (

)V B  i2
RA
R A RC
Bandingkan dengan persamaan (2) pada rangkaian Star () :
R1 R2  R1 R3
R1 R2
VA 
VB  i2
R3 ( R2 R3  R1 R2  R1 R3 )
R3 ( R2 R3  R1 R2  R1 R3 )

1
1 1
VA  (  )VB  i2
RA
RA RC
sehingga :
1 1
R1 R2
  
RA RC
R3 ( R2 R3  R1 R2  R1 R3 )
1
R1 R2
1


RC
R3 ( R2 R3  R1 R2  R1 R3 ) RA
R1 R2  R1 R3
R1 R2
1


RC R3 ( R2 R3  R1 R2  R1 R3 ) R3 ( R2 R3  R1 R2  R1 R
R1
1

RC ( R2 R3  R1 R2  R1 R3 )
R2 R3  R1 R2  R1 R3
RC 
R1
Perumusan
Transformasi Star () ke Delta ()
R2 R3  R1 R2  R1 R3
RA 
R2
R2 R3  R1 R2  R1 R3
RB 
R3
R2 R3  R1 R2  R1 R3
RC 
R1
Perumusan
Transformasi Delta () ke Star ()
R A RB
R1 
R A  RB  RC
RB RC
R2 
R A  RB  RC
R A RC
R3 
R A  RB  RC
-Y, Y- Conversions

Untuk impedansi Y
dalam bentuk 
-Y, Y- Conversions

Untuk impedansi  dalam bentuk Y

Untuk rangkaian ac, dimana semua
impedansi  atau Y memiliki magnitudo yang
sama, dan sudut nya berasosiasi terhadap
Delta-Wye Conversion (∆-Y)
Rb
Ra
Rc
R1 R2  R2 R3  R3 R1
Ra 
R2
Rb 
R1 R2  R2 R3  R3 R1
R3
Rc 
R1 R2  R2 R3  R3 R1
R1
R1
R2
R3
RaRb
R1 
Ra  Rb  Rc
RbRc
R2 
Ra  Rb  Rc
RcRa
R3 
Ra  Rb  Rc
Contoh :
1/2Ω
1/2Ω
1Ω
4Ω
3/8Ω
3/2Ω
3Ω
19/8Ω
2Ω
5Ω
2Ω
5Ω
13/2Ω
159/71Ω
TERIMA KASIH
72
Download