PENGALAMAN IBU PRIMIPARA DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN KEMBANGAN UTARA JAKARTA BARAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh : MUSISKAH 109104000011 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M PERSEMBAHAN Bismillahirrohmanirrohim “Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” (QS. Al-Insyirah:6-8) Dari semua telah kau tetapkan Dalam takdir-Mu Rencana indah yang telah Kau siapkan Bagi masa depanku yang penuh harapan Harapan kesuksesan terpangku di pundak Sebagai janji kepada mereka... Ayah dan Mama... Kupersembahkan skripsi ini sebagai ungkapan syukur dan terima kasihku Untuk orangtuaku tercinta dengan keridhoannya yang selalu mendoakanku dengan setulus hati, Untuk kedua kakakku tersayang yang selalu memberikan semangat tiada henti, Untuk dosen yang telah berjasa, Untuk semua orang yang ku cintai, Untuk saudaraku tersayang, Untuk sahabat dan teman-teman yang selama ini bersama memetik ilmu di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Terima kasihku tiada terhingga untuk semua Dengan niat yang lurus, ikhlas dan berani bermimpi Dan rasa kasih sayang ini yang membuatku sangat bersemangat Dan mengalahkan rasa takut Diriku tiada apa-apa tanpa mereka Dan sujud syukurku padamu Ya Allah... Alhamdulillahirabbil’alamiin... vi FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2014 Musiskah, NIM: 109104000011 Pengalaman Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat xvii + 89 halaman + 3 gambar + 3 bagan + 1 tabel + 7 lampiran ABSTRAK Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, mencapai 34 per 1.000 kelahiran hidup. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi dari sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan maupun makanan lain merupakan pengalaman awal bagi ibu primipara yang tidak mudah dilakukan untuk kehidupan terbaik bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif, data diperoleh melalui wawancara mendalam. Partisipan berjumlah enam orang meliputi ibu primipara yang telah memberikan ASI eksklusif dan usia anak tidak lebih dari dua tahun diperoleh melalui purpossive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan teknik Collaizi. Penelitian ini mengidentifikasi delapan tema yaitu: 1) Makna ASI bagi ibu primipara; 2) Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara; 3) Motivasi ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif; 4) Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif; 5) Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif; 6) Hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif; 7) Dukungan ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif; dan 8) Mitos-mitos tentang ASI eksklusif. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi mendalam tentang aspek budaya dalam memberikan ASI eksklusif karena perilaku yang melekat pada ibu berpengaruh oleh aspek budaya yang dimiliki dan penerapan teori maternal role attainment-becoming a mother pada ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Kata kunci : Pengalaman; ASI eksklusif; Ibu primipara Daftar bacaan : 59 (1995-2013) vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH NURSING SCIENCE PROGRAM SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Undergraduate Thesis, January 2014 Musiskah, NIM : 109104000011 Mother Primiparous Experience in Exclusive Breastfeeding at Work Area Health Center Village North Kembangan West Jakarta xvii + 89 pages + 3 pictures + 3 drafts + 1 table + 7 attachments ABSTRACT The infant mortality rate in Indonesia was still high, reach 34 per 1000 baby born. Exclusive breastfeeding to infant since they was born until six months old without extra food or liquid was the first experienced for primiparous mother that not easy to do for the best life of their baby. The objective of this study was to explore the experience of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding. This research was a qualitative with phenomenologi descriptive design, the sample data gathered by depth interviewed. There were six participate of primiparous mother that already give exclusive breastfeeding and the age of their child was no more than two years old that achieved by purpossive sampling. The data that had been gathered were an interview record and field note that analyzed by Collaizi technique. This research identified eight themes, which are: 1) the meaning of breastfeeding for primiparous mother; 2) the advantages of exclusive breastfeeding for primiparous mother; 4) the motivation of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding; 5) the behavior of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding; 6) the emotion of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding; 7) the support of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding; 8) the myths of breastfeeding. The results of this research can give an idea for the society about the experience of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding. Further research about deep exploration of cultural aspect in giving exclusive breastfeeding is needed because of the behavior of a mother was affected by cultural aspect that they got and application of the theory of maternal role attainment-becoming a mother to the primiparous mother in giving exclusive breastfeeding. Keywords : experience; exclusive breastfeeding; primiparous mother References : 59 (1995-2013) viii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengalaman Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Prof. Dr. dr. MK Tadjudin Sp.And selaku Dekan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, M.KM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing akademik 5. Ibu Puspita Palupi, S. Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat selaku pembimbing I dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing II yang telah membimbing dan banyak memberi saran demi terselesaikannya penulisan skripsi ini. ix 6. Seluruh dosen PSIK yang telah memberikan ilmunya dan segala pengalamannya yang tak ternilai sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi kami selaku mahasiswa. 7. Seluruh staff bidang akademik FKIK dan PSIK yang telah membantu kelancaran hal-hal administratif. 8. Kepala dan semua pegawai Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara yang telah membantu dalam mencari data dan terima kasih atas perizinan dalam penelitian ini. 9. Keluarga tercinta yaitu orang tua dan kakak penulis yang selalu memberi kasih sayang, dukungan, do’a dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat penulis angkatan 2009 yang telah berjuang bersama dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi di Ilmu Keperawatan. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini baik dalam persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah. Amin. Jakarta, Januari 2014 Penulis x DAFTAR ISI Halaman Judul.................................................................................................. i Pernyataan persetujuan..................................................................................... ii Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii Pernyataan Keaslian Karya .............................................................................. v Lembar Persembahan ....................................................................................... vi Abstrak ............................................................................................................. vii Abstract ............................................................................................................ viii Kata Pengantar ................................................................................................. ix Daftar Isi........................................................................................................... xi Daftar Gambar.................................................................................................. xiv Daftar Bagan .................................................................................................... xv Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian......................................................................... 8 E. Ruang Lingkup.............................................................................. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman ................................................................................... 10 B. ASI eksklusif ................................................................................. 11 1. Pengertian............................................................................... 11 2. Komposisi .............................................................................. 11 3. Pembagian ASI ...................................................................... 15 4. Anatomi payudara .................................................................. 16 5. Fisiologi Laktasi..................................................................... 18 xi 6. Manfaat ASI Eksklusif........................................................... 22 7. Teknik Menyusui ................................................................... 25 8. Masalah dalam Menyusui ...................................................... 26 C. Ibu Primipara................................................................................. 27 D. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother.................. 28 Kerangka Teori.............................................................................. 32 BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep .......................................................................... 33 B. Definisi Istilah ............................................................................... 33 BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian........................................................................... 34 B. Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................... 36 C. Partisipan Penelitian...................................................................... 36 D. Instrumen Penelitian...................................................................... 37 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37 F. Teknik Analisa Data...................................................................... 41 G. Keabsahan Data............................................................................. 43 H. Etika Penelitian ............................................................................. 46 BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian........................................... 47 B. Hasil Penelitian ............................................................................. 48 1. Karakteristik Partisipan.......................................................... 48 2. Hasil analisis tematik ............................................................. 49 BAB VI PEMBAHASAN A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ...................................... 68 B. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 85 xii BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................... 86 B. Saran.............................................................................................. 88 DAFTAR PUSTAKA Lampiran xiii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1....................................................................................................... 18 Gambar 2.2....................................................................................................... 21 Gambar 2.3....................................................................................................... 21 xiv DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 ......................................................................................................... 28 Bagan 2.2 ......................................................................................................... 32 Bagan 4.1 ......................................................................................................... 42 xv DAFTAR TABEL Tabel 5.1 ......................................................................................................... 47 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman wawancara Lampiran 2. Matriks analisis tematik Lampiran 3. Daftar riwayat hidup penulis Lampiran 4. Surat izin studi pendahuluan Lampiran 5. Surat izin penelitian Lampiran 6. Surat permohonan menjadi partisipan Lampiran 7. Surat persetujuan menjadi partisipan xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2007 berdasarkan Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia masih tinggi, mencapai 34 per 1.000 kelahiran hidup dan target pada tahun 2015 harus mencapai 23 per kelahiran hidup (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), 2010). Estimasi AKB di provinsi DKI Jakarta tahun 2007 mencapai 28 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) DKI Jakarta juga melaporkan AKB pada tahun 2010 sebesar 8 per 1.000 kelahiran. Angka ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 8,4 per 1.000 kelahiran. Kemenkes RI (2012) mengungkapkan penyebab kematian bayi di Indonesia, antara lain bayi berat lahir rendah 29%, asfiksia 27%, tetanus dan infeksi 15%, masalah pemberian minum 10%, masalah hematologi 6%, diare serta pneumonia 13%. Bayi yang diberikan ASI selama enam bulan atau lebih memiliki ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4 bulan, dan bayi yang disusui selama 4-5 bulan memiliki ketahanan hidup 2,6 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari empat bulan (Nurmiati, 2008). Bayi yang tidak diberikan ASI akan meningkatkan terjadinya kematian akibat penyakit infeksi, resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukemia, 1 2 dan kematian bayi secara mendadak. Ibu yang tidak memberikan ASI akan meningkatkan kanker payudara, kanker ovarium, mempertahankan berat badan kehamilan, diabetes tipe 2, infark miokard, dan sindrom metabolik (Stuebe, 2009). ASI merupakan cairan yang mengandung nutrisi bermanfaat bagi bayi (Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes, 2008). Pemberian ASI eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia enam bulan, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim (Roesli, 2008). ASI mengandung zat gizi lengkap seperti protein, energi, laktosa, natrium, kalsium, fosfor dan zat besi. Pemberian ASI merupakan awal yang sempurna bagi bayi untuk memulai kehidupannya karena ASI mudah langsung tersedia, tidak mahal dan mudah dikonsumsi (Meadow, 2005). Menyusui telah dilakukan oleh seorang ibu sejak beribu-ribu tahun yang lalu dan juga telah dianjurkan dalam kitab suci Al-quran dalam surat AlBaqarah ayat 233: ُ ﻋﻠَﻰ ْاﻟ َﻤ ْﻮﻟُﻮ ِد ﻟَﮫ ِ ﺿ ْﻌﻦَ أ َ ْو َﻻدَھ ﱠُﻦ َﺣ ْﻮﻟَﯿ ِْﻦ ﻛ َﺎﻣﻠَﯿ ِْﻦ ۖ ِﻟ َﻤ ْﻦ أ َ َرادَ أ َ ْن ﯾُﺘِ ﱠﻢ ﱠ َ ﺿﺎ َﻋﺔَ ۚ َو َ اﻟﺮ ِ َو ْاﻟ َﻮا ِﻟﺪَاتُ ﯾ ُْﺮ ۚ ﺎر َوا ِﻟﺪَة ٌ ِﺑ َﻮﻟَ ِﺪھَﺎ َو َﻻ َﻣ ْﻮﻟُﻮد ٌ ﻟَﮫُ ِﺑ َﻮﻟَ ِﺪ ِه ِ ِر ْزﻗُ ُﮭ ﱠﻦ َو ِﻛﺴ َْﻮﺗ ُ ُﮭ ﱠﻦ ِﺑ ْﺎﻟ َﻤ ْﻌ ُﺮ ﻀ ﱠ ٌ ﻒ ﻧَ ْﻔ ُ وف ۚ َﻻ ﺗ ُ َﻜﻠﱠ َ ُ ﺲ ِإ ﱠﻻ ُو ْﺳ َﻌ َﮭﺎ ۚ َﻻ ﺗ َ ً َُﺎو ٍر ﻓَ َﻼ ُﺟﻨَﺎ َح َﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ َﻤﺎ ۗ َوإِ ْن أ َ َردْﺗ ْﻢ ْ ْ ِ َو َﻋﻠَﻰ ْاﻟ َﻮ ِار ٍ ﻋﻦ ﺗ ََﺮ َ ﺼﺎﻻ ُ اض ِﻣﻨ ُﮭ َﻤﺎ َوﺗَﺸ َ ِث ِﻣﺜْ ُﻞ ٰذَﻟِﻚَ ۗ ﻓَﺈ ِ ْن أ َرادَا ﻓ ˸ ˴ ͉ ˴ ˴Ϋ·˶ ˵ϴ ͉ ͉ Ύ Ϥ ϥ͉ ϮϤ ϋ ϭ Ϯ˵Ϙ͉Η ϭ ϑ˶ ϭή˵ό˸ Ϥ Α Ύ ϣ Ϣ γ˴ Ϣ ϋ˴ Ρ˴ Ύ ˴ϨΟ ϼ˴˴ϓ Ϣ Ϯ˵όο˶ ή˴ ϥ˸ ˴ ˸˴Η ˸˴Ϡ ˸ ˵ ˸ Θδ˸ ˴Η ˸Ϡ ˵˴Ϡ ˴ ˸˵Θϴ ˸˵ΘϤ ˸Ϝ ˸ϛ˵˴Ωϻ˴ϭ˸ ˴Α ˶ ˴ϟΎ ˶Ϣ ˴ ˴ ˴ ˴ن ﴾233﴿ ﯿﺮ ٌ ﺼ ِ َﺗ َ ْﻌ َﻤﻠُﻮنَ ﺑ Yang artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila 3 keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Baqarah ayat 233). Menyikapi pentingnya pemberian ASI, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang Kesehatan pasal 128 ayat 1 yaitu setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis (Presiden Republik Indonesia (RI), 2009). Undang-Undang Perlindungan Anak Bab I pasal 1 No.12 dan Bab II pasal 2 menetapkan bahwa hak anak adalah non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, hak kelangsungan hidup, dan perkembangan dan penghargaan terhadap pendapat anak yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara (Presiden RI, 2002). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif terutama pada Bab III pasal 2 bertujuan untuk, yaitu menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya, memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif (Presiden RI, 2012). Data survey World Health Organization (WHO) Global Data Bank on Infant and Young Child Feeding (IYCF) tahun 2007-2008 menunjukkan rasio pemberian ASI eksklusif di Indonesia selama empat bulan sebanyak 40,6% 4 sedangkan pemberian selama enam bulan sebanyak 32,4%. Profil Data Kesehatan (2011), melaporkan angka cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2010 di provinsi Jawa Barat sebanyak 67,3%, sedangkan di provinsi DKI Jakarta sendiri sebanyak 62,1%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, bayi yang diberikan ASI eksklusif pada usia kurang dari enam bulan hanya terdapat 15,3% saja. Angka tersebut masih rendah untuk mencapai target kegiatan pembinaan gizi tahun 2010-2014 sebanyak 80% (Kemenkes RI, 2012). Tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah sebanyak 56,2% (Kemenkes RI, 2012). Kondisi ini terjadi karena faktor ekonomi, rendahnya pengetahuan serta banyak promosi produk susu formula. Perilaku ibu untuk menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif baru mencapai 39%. Kondisi ini terjadi karena adanya kepercayaan, adat kebiasaan dan mitos negatif dalam keluarga sehingga membutuhkan banyak perhatian untuk meningkatkan dan menanggulangi masalah gizi (Rosita, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan Nurlely (2012) di Semarang, melaporkan cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Poncol lebih tinggi yaitu 72,27% daripada wilayah Puskesmas Candilama cakupannya hanya sebesar 2,23%. Perbedaan cakupan terjadi karena produksi ASI yang dihasilkan sedikit, kemudian pada ibu bekerja yang harus meninggalkan bayinya di rumah bersama neneknya merasa dan berkeyakinan bahwa ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya selama enam bulan. Kondisi ini membuktikan bahwa banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif selama enam bulan. 5 Hasil studi yang dilakukan oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI, 2010), ibu yang telah memiliki 3 anak berbagi pengalaman tentang pemberian ASI eksklusif pada anaknya. Partisipan tersebut mengatakan bahwa memberikan ASI tidak mudah, terutama untuk menyusui anak pertamanya. Ia merasa bingung sekali ketika mengetahui kondisi puting lecet dan mengalami mild baby blues selama 3 hari, dimana setiap menyusui dari payudara yang lecet harus menangis. Ia juga sempat memberikan susu formula karena kurangnya informasi dan orang tuanya juga mengatakan jika diberikan ASI dan susu formula saja anak akan kelaparan sehingga ia memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dini pada bayinya. Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak hidup dan baru menjadi seorang ibu. Beberapa ibu primipara biasanya mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas dari gangguan, sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk mencari pengetahuan banyak tentang perawatan maternal (Lowdermilk, 2004). Seorang ibu primipara memiliki keinginan kuat untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya. Hasil penelitian oleh Smith, dkk (2012) di Amerika Serikat, 4 dari 5 remaja sebagai ibu primipara memberikan ASI eksklusif selama 9 hari, dan hanya satu remaja yang berhasil memberikan ASI eksklusif selama enam bulan karena memiliki niat yang sangat kuat untuk menyusui bayinya, menyatakan ASI adalah yang terbaik untuk kehidupan bayinya serta tidak mengeluarkan uang. Bagi ibu primipara berhenti menyusui sangat berkaitan dengan pengalaman mereka sebagai ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang dasar-dasar ASI, kurangnya keterampilan menyusui, pengalaman 6 awal yang menyakitkan ketika mereka tidak siap untuk melakukan pengeluaran ASI (Smith,dkk, 2012). Studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat, didapatkan hasil cakupan pemberian ASI eksklusif masih rendah terutama pada ibu primipara. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, terdapat data 60 orang ibu primipara yang datang di Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara diantaranya 25 orang yang memberikan ASI. Peneliti ingin mengetahui fenomenologi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif yang ada di wilayah ini. Berdasarkan uraian di atas bahwa pemberian ASI eksklusif sangat penting dan merupakan pengalaman awal bagi ibu yang baru melahirkan anak pertamanya, maka peneliti ingin mengeksplorasi lebih dalam pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat. B. Rumusan Masalah ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim. Data survey WHO IYCF tahun 2007-2008 rasio pemberian ASI eksklusif di Indonesia selama empat bulan sebanyak 40,6% sedangkan pemberian selama enam bulan sebanyak 32,4%. Bayi yang tidak diberikan ASI akan meningkatkan terjadinya kematian akibat 7 penyakit infeksi, resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukemia, dan kematian bayi secara mendadak. Bagi ibu yang tidak memberikan ASI akan meningkatkan terjadinya premenopause, kanker payudara, kanker ovarium, mempertahankan berat badan kehamilan, diabetes tipe 2, infark miokard, dan sindrom metabolik Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak hidup dan baru menjadi seorang ibu. Menyusui merupakan pengalaman awal bagi ibu primipara yang tidak mudah dilakukan untuk kehidupan terbaik bayinya. Penelitian untuk meneliti pengalaman ibu khususnya ibu primipara dalam pemberian ASI eksklusif belum ada padahal penting untuk diketahui agar tidak terjadi kegagalan dalam menyusui terutama untuk para calon ibu. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah ingin mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat. C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat. 8 D. Manfaat 1. Manfaat Ilmiah a. Memberikan informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. b. Menjadi evidence based keperawatan mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. 2. Manfaat Praktis a. Bagi institusi pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur untuk menambah wawasan pendidik dan peserta didik serta menjadi data dasar dalam peningkatan ilmu keperawatan dalam hal mengkaji, mengidentifikasi dan mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. b. Bagi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi melalui promosi kesehatan pemberian ASI eksklusif. c. Bagi masyarakat Memberikan informasi kepada para ibu terutama ibu primipara mengenai ASI eksklusif dan pengalaman dalam memberikannya pada bayi sehingga dapat memberikan motivasi untuk mempersiapkan diri mereka mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif. 9 E. Ruang Lingkup Penelitian yang dilakukan adalah pengalaman ibu primipara dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam untuk menggali pengalaman dari para partisipan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Pengalaman menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008) diartikan sebagai sesuatu yang pernah dijalankan dan atau dirasakan. Pengalaman terjadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007). Pengalaman hidup seseorang apabila diungkapkan kembali, bisa berupa tanggapan, reaksi, interpretasi, autokritik, bahkan terhadap pertahanan diri terhadap dunia luar. Pengalaman hidup juga menjadi gambaran lengkap kehidupan seseorang dimasa lampau mengenai hitam putih, baik buruk, yang dapat diungkapkan kembali melalui upaya penelusuran pengalaman hidup tersebut (Bungin, 2008). Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. Pengalaman dapat diartikan sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003). Berdasarkan definisi diatas bahwa pengalaman merupakan segala 10 11 sesuatu yang pernah dialami (dijalankan, dirasakan) terhadap peristiwa yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu yang akan menjadi sumber pengetahuan. B. ASI Eksklusif 1. Pengertian ASI merupakan bentuk nutrisi terpilih buat bayi. ASI mengandung zat protektif dan semua zat gizi dengan komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh dan kembang secara optimal (Wong, 2008). ASI Eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif, artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia enam bulan (Roesli, 2005). 2. Komposisi ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih (Roesli, 2005). ASI mengandung zat gizi lengkap seperti protein, energi, laktosa, natrium, kalsium, fosfor dan zat besi. Pemberian ASI merupakan awal yang sempurna bagi bayi untuk memulai kehidupannya karena ASI mudah langsung tersedia, tidak mahal dan mudah dikonsumsi (Meadow, 2005). 12 a. Karbohidrat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2008), karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. ASI mengandung lebih banyak laktosa sekitar 20-30% dari susu sapi (Roesli, 2005). Laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase didalam usus halus. Galaktosa merupakan makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh. Laktosa akan difermentasi oleh bakteri usus yang baik yaitu Lactobacillus bifidus menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini memberikan suasana asam di dalam usus bayi yang akan memberikan keuntungan diantaranya menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya pada usus dan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor (Hegar, 2008; Roesli, 2005). b. Lemak Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang tumbuh (Roesli, 2005). Lemak ASI akan mudah dicerna dan diserap oleh bayi, karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna lemak sehingga hanya sedikit lemak yang tidak diserap. Susu formula tidak mengandung enzim, sebab enzim akan hancur bila dipanaskan. Itu sebabnya bayi akan sukar menyerap lemak susu formula (Roesli, 2005). Lemak utama ASI adalah asam lemak esensial terdiri dari Omega-3, Omega-6, docoshexaenoic acid (DHA) dan arachidonic 13 acid (AA). Lemak ini sedikit atau tidak ada pada susu sapi, padahal amat penting untuk pertumbuhan otak (Hegar, 2008; Roesli, 2005). c. Protein Protein adalah bahan baku untuk tumbuh (Roesli, 2005). Susu sapi dan ASI mengandung dua macam protein utama yaitu whey dan kasein. Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna. Kasein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal, dan sulit dicerna oleh usus bayi (Roesli, 2005). Protein ASI yang utama adalah whey, sedangkan protein utama susu sapi adalah kasein. Rasio whey dan kasein pada ASI adalah 60:40, sedangkan pada susu sapi rasionya 20:80. Hal ini tentu menguntungkan bayi karena whey lebih mudah dicerna dibanding kasein (Roesli, 2005). ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung laktoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi (Hegar, 2008; Roesli, 2005). Protein istimewa lainnya yang terdapat dalam ASI adalah taurin, laktoferin dan lisozim yang berperan dalam pertahanan tubuh (Hegar, 2008). d. Sel hidup ASI tidak hanya memberikan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang perkembangan sistem kekebalan bayi itu sendiri. ASI memberikan zat kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi (Roesli, 2005). Setiap tetes ASI mengandung berjuta-juta sel hidup yang menyerupai sel darah putih sehingga dinamakan “sel darah putih” 14 dari ASI. Sel-sel ini beredar dalam usus bayi dan membunuh kumankuman jahat, menyimpan dan menyalurkan zat-zat penting seperti enzim, faktor pertumbuhan, dan protein yang melawan kuman atau imunoglobulin (Roesli, 2005). e. Imunoglobulin atau antibiotika alamiah ASI mengandung imunoglobulin atau antibiotika alamiah, suatu protein yang beredar dan bertugas mencegah infeksi serta membunuh kuman-kuman-jahat yang masuk dalam tubuh bayi (Roesli, 2005). ASI mengandung kadar tinggi aktifitas imunoglobulin A (IgA) yang memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit bakteri dan virus, terutama yang mengenai saluran pernapasan dan sistem gastrointestinal (Wong, 2008). f. Vitamin, mineral, dan zat besi ASI dan susu sapi memiliki jumlah vitamin A dan B kompleks yang memadai. Vitamin C rendah pada susu sapi, tetapi tinggi pada ASI, selama asupan ibu mencukupi. Vitamin D rendah pada ASI tetapi kebutuhannya sudah mencukupi. ASI hanya mengandung seperempat jumlah vitamin K dibandingkan susu sapi atau susu formula (Wong, 2008; Lowdermilk, 2004). Vitamin ini yang dibutuhkan untuk koagulasi darah, dapat diproduksi oleh bakteri usus halus. Penyakit perdarahan pada bayi baru lahir terjadi karena kadar vitamin K rendah, sehingga pada saat bayi lahir diberikan suntikan vitamin K (Lowdermilk, 2004). 15 Kandungan mineral susu sapi jauh lebih tinggi dari ASI, dengan pengecualian besi dan fluorida. Kandungan besi rendah pada kedua jenis susu, tetapi besi dalam ASI lebih mudah diserap oleh bayi (50%) dari pada susu sapi (10%), dan susu formula (5%) (Wong, 2008; Lowdermilk, 2004). Janin dan bayi baru lahir menyimpan besi untuk digunakan selama beberapa bulan, sehingga bayi yang hanya disusui biasanya dapat mempertahankan kadar hemoglobin yang adekuat selama 6 bulan pertama kehidupannya (Lowdermilk, 2004). ASI memiliki kandungan kalsium yang rendah dibandingkan susu sapi dan formula, tetapi rasio kalsium terhadap fosfat adalah 2:1. Rasio ini merupakan rasio yang optimal untuk mineralisasi tulang, sehingga bayi cukup bulan yang disusui akan mendapat banyak kalsium. Rasio kalsium terhadap fosfat di dalam susu formula berada diantara ASI dan susu sapi (Lowdermilk, 2004). 3. Pembagian ASI Perubahan komposisi ASI terbagi menjadi tiga fase, yaitu: a. Kolostrum merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari keempat/ketujuh (Roesli, 2005). Kolostrum ini berwarna kuning atau dapat pula jernih dan lebih menyerupai warna darah daripada susu, lebih banyak mengandung protein dan zat anti-infeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI yang matang sedangkan kadar karbohidrat dan lemak rendah. Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matang (Roesli, 2005). Kolostrum juga 16 mengandung imunoglobulin A (IgA), yang melindungi saluran gastrointestinal bayi dari infeksi (Murray & McKinney, 2006). b. ASI transisi/peralihan, yaitu ASI yang keluar sejak hari keempat/ketujuh sampai hari ke-10/ke-14. Kadar protein didalamnya semakin rendah, sedangkan karbohidrat dan lemaknya semakin tinggi dan volumenya juga semakin meningkat (Roesli, 2005). c. ASI matang (mature), yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya yang memiliki komposisi yang konstan (Roesli, 2005). 4. Anatomi Payudara Payudara adalah sepasang kelenjar mamae yang terletak di antara tulang iga kedua dan keenam (Lowdermilk, 2004). Payudara merupakan kelenjar kulit khusus yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat (Faiz & Moffat, 2004). Payudara terdiri dari bagian luar (eksternal) dan bagian dalam (internal) (Roesli, 2005). Bagian luar terdiri dari sepasang buah dada yang terletak di dada, puting susu, dan daerah kecoklatan di sekitar puting susu (areola mammae). Bagian dalam terdiri dari empat jaringan utama yaitu kelenjar susu (mammary alveoli) merupakan pabrik susu, gudang susu (sinus lactiferous) yang berfungsi menampung ASI, terletak di bawah daerah kecoklatan di sekitar puting susu, saluran susu (ductus lactiferous) yang mengalirkan susu dari pabrik susu ke gudang susu, serta jaringan penunjang dan pelindung, seperti jaringan ikat dan sel lemak yang melindungi (Roesli, 2005). Payudara memiliki berat kurang lebih 200 gram dan pada saat hamil berat payudara meningkat menjadi 600 gram dan dapat mencapai 17 800 gram saat menyusui (Lowdermilk, 2004). Peningkatan berat payudara tersebut menjadi persiapan ibu untuk menyusui bayinya (Lowdermilk, 2004). Areola adalah daerah berwarna gelap yang letaknya mengelilingi puting susu (gambar 2.1). Pada daerah ini terdapat kelenjar Montgomery yang menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kulit disekitar areola (Hegar, 2008). Hasil penelitian bahwa peningkatan kelenjar Montgomery dapat meningkatkan aktivitas kecepatan menghisap pada bayi (Geddes, 2007). Alveolus adalah unit terkecil payudara yang menghasilkan susu. Beberapa alveolus membentuk lobulus, beberapa lobulus berkumpul menjadi lobus. Hasil skema tradisional anatomi payudara menggambarkan kelenjar payudara memiliki 15 sampai 20 lobus yang terdiri dari 20-30 lobulus (gambar 2.1). Masing-masing lobulus mengandung 10 sampai 100 alveoli yang memiliki diameter kira-kira 0,12 mm dan dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga menyerupai sebuah pohon. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus), di bawah puting susu, duktus laktiferus berubah menjadi menyempit membentuk sinus susu (sinus laktiferus) dan membuka ke permukaan puting susu (gambar 2.1). Dinding alveolus dan saluran laktiferus memiliki otot polos yang akan menghasilkan ASI bila berkontraksi (Geddes, 2007). 18 Gambar 2. 1 Anatomi payudara Sumber: Geddes (2007) 5. Fisiologi Laktasi Laktasi merupakan pengeluaran susu dari kelenjar susu (lowdermilk, 2004). Selama kehamilan telah terjadi perubahan hormon yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI (Roesli, 2000). Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir kehamilan dan terus berlanjut sampai bayi lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara (Lowdermilk, 2004). Air susu mulai disekresikan 1-3 hari setelah melahirkan. ASI yang keluar masih sedikit 1-10 ml setiap menyusui dan akan meningkat menjadi 50-70 ml setiap menyusu pada hari ke 4-5. Produksi ASI dapat mencapai 750-800 ml per hari pada minggu ke enam jika ibu terus menyusui secara aktif (Ganong, 2008). Sebaiknya bayi disusui secara on demand dan tidak terjadwal, yang ditentukan oleh rasa lapar untuk menyusu agar penyusuan dapat berhasil (Wong, 2008). 19 Tiga refleks maternal yang berperan dalam menyusui yaitu sekresi prolaktin, ereksi puting susu, dan refleks let down. Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang dihasilkan oleh hipofisis anterior, berperan untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Refleks prolaktin terjadi jika ujung-ujung saraf pada area papilla dan areola mamae dirangsang oleh isapan bayi saat menyusui yang berfungsi sebagai reseptor mekanik (Lowdermilk, 2004). Stimulasi isapan bayi mengirim impuls ke hipotalamus dan merangsang pengeluaran faktorfaktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor tersebut akan merangsang hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon ini berperan penting untuk meningkatkan produksi ASI oleh sel-sel alveolar (Lowdermilk, 2004). Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu prekuensi, intensitas dan lama bayi menghisap (Garza, Hopkin, 1988; Lawrence, 1994, dikutip dalam Lowdermilk, 2004). Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi. Refleks ereksi puting susu membantu propulsi susu melalui sinussinus laktiferus ke pori-pori puting susu (Lowdermilk, 2004). Hal itu berarti semakin sering bayi menyusu akan meningkatkan prolaktin sehingga produksi susu di alveolar lebih banyak. Pengeluaran susu dari payudara ke mulut bayi merupakan proses aktif di dalam payudara (Lowdermilk, 2004). Proses ini tergantung pada refleks let down atau refleks ejeksi susu (Lowdermilk, 2004). Refleks let down secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi (gambar 20 2.2). Isapan bayi menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk mensekresikan oksitosin. Oksitosin akan memicu kontraksi otot polos dinding alveolus, menyebabkan susu keluar melalui sistem duktus masuk ke sinus laktiferus, dimana susu siap tersedia untuk bayi (Lowdermilk, 2004; Ganong, 2008). Semakin sering bayi mengisap, pengosongan alveolus dan duktus makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil dan menyusui makin lancar. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi (Dewi, 2011). Pada saat lahir bayi memiliki pola perilaku atau refleks yang mempermudah pemberian ASI yaitu refleks mencari (rooting refleks), refleks menghisap dan menelan, dan kenyang (Lowdermilk, 2004). Rooting refleks timbul ketika pipi atau mulut bayi berada disekitar payudara ibu yang menimbulkan refleks mencari pada bayi dengan menggerakkan kepalanya untuk menuju puting susu. Jika puting susu tersentuh maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkap puting (Perry dan Lowdermilk, 2006). Refleks menghisap terjadi pada saat puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut ditarik oleh lidah menjadi lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu yang terletak pada langit-langit keras (palatum durum) (gambar 2.3). Tekanan bibir dan rahang yang terjadi secara bersamaan membuat gusi menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, kemudian bagian 21 belakang lidah akan menekan langit-langit yang mengakibatkan ASI keluar dari puting susu. Refleks menelan terjadi bila mulut bayi terisi ASI dan menelannya masuk ke dalam lambung (Perry dan Lowdermilk, 2006). Gambar 2.2 A. Milk production. B. Refleks let down. Sumber : Perry & Lowdermilk (2006). Gambar 2.3 Correct attachment (lacth-on) of infant at breast. Sumber : Perry & Lowdermilk (2006). 22 6. Manfaat ASI Eksklusif Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua. ASI bermanfaat untuk ibu, bayi, negara dan lingkungan (Roesli, 2008). a. Bagi ibu Menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL) serta ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya (Hegar, 2008) Menyusui bayi segera setelah melahirkan maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya perdarahan, karna pada ibu menyusui terjadinya peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk penutupan pembuluh darah, menjarangkan kehamilan karena merupakan cara kontrasepsi yang murah, aman, dan cukup berhasil, ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil, mengurangi kemungkinan terjadinya kanker, lebih ekonomis, mudah dibawa kemana-mana dan praktis, tidak merepotkan dan hemat waktu, memberi kepuasan bagi ibu (Roesli, 2005). Sinclair (2009), menyebutkan bahwa menyusui menyebabkan involusio uterus lebih cepat, perlindungan terhadap kanker ovarium, menurunkan resiko kenker payudara premenopause khususnya jika 23 laktasi pertama terjadi sebelum usia 20 tahun dan berlangsung selama sekurang-kurangnya enam bulan, resiko osteoporosis dapat dipastikan menurun khususnya wanita yang telah hamil dan menyusui bayi mereka, menunda ovulasi yang mendukung pengaturan jarak anak, sekresi prolaktin meningkatkan relaksasi dan prolaktin serta oksitosin meningkatkan kelekatan ibu dan anak serta menghilangkan penggunaan kaleng formula, botol susu, dan pelapis botol. b. Bagi bayi Nutrisi ASI diantaranya adalah lemak, laktosa, protein, garam mineral dan vitamin, protein ASI terdiri dari whey protein yang dapat lebih mudah dicerna, sehingga pengosongan lambung lebih cepat, sedang kasein lebih sulit dicerna (Wong, 2008). ASI memiliki asam amino sistin dan taurin yang kadarnya lebih tinggi dari susu formula. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik, sedangkan taurin berperan untuk pertumbuhan otak, perkembangan retina dan maturasi pendengaran. Karbohidrat utama ASI adalah laktosa yang mudah terurai menjadi glukosa dan galaktosa (Wong, 2008). Laktosa dapat mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin (Soetjiningsih, 1997). Galaktosa penting untuk pembentukan galaktopid yang diperlukan untuk pertumbuhan sistem saraf pusat (Wong, 2008). 24 ASI mengandung asam lemak esensial, asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenant (Omega 3) yang menjadi prekursor docoshexaenoic acid (DHA) dan arachidonic acid (AA). DHA dan AA berfungsi penting dalam pertumbuhan otak anak (Wong, 2008). Hal ini penting karena pada masa bayi sampai usia satu tahun terjadi peningkatan jumlah neuron otak kedua, ASI juga mengandung vitamin A, B, C, D, dan K dalam jumlah yang memadai sesuai kebutuhan bayi (Lowdermilk, 2004; Wong, 2008). ASI selain sebagai nutrisi juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2005). c. Bagi negara Manfaat ASI bagi negara dapat menghemat devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu; menghemat untuk biaya sakit karena muntah dan mencret serta saluran napas; menghemat obat-obatan, tenaga, dan sarana kesehatan; menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara; langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia (Roesli, 2005). 25 d. Bagi lingkungan ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia. Memberi ASI tidak memerlukan kaleng susu, karton, kertas pembungkus, botol plastik dan dot karet. ASI tidak menambah polusi udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap serta alat transportasi yang juga mengeluarkan asap (Roesli, 2005). 7. Teknik Menyusui Proses menyusui akan berjalan dengan lancar jika ibu memiliki keterampilan dalam menyusui, sehingga ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi dengan efektif. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring (Hegar, 2008). Posisi menyusui yang benar menurut Hegar (2008) yaitu: a. Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast) b. Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest) c. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi d. Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik, ada kontak mata antara ibu dengan bayi e. Pegang belakang bahu jangan kepala bayi, dan kepala terletak dilengan bukan didaerah siku. 26 Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik juga telah dijelaskan bahwa dagu harus menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah terputar keluar, lebih banyak areola bagian atas yang terlihat daripada bagian bawah, dan tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu (Hegar, 2008). Menyusui bayi sebaiknya dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ratarata bayi menyusui selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Menyusui bayi sesering mungkin sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam dan tidak hanya pada satu payudara melainkan keduanya secara seimbang, sehingga mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan ASI. Menyusui pada malam hari dapat membantu mempertahankan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari (Hegar, 2008). 8. Masalah dalam Menyusui Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi tidaklah sederhana (Hegar, 2008). Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu masalah dalam menyusui karena produksi ASI kurang, ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi), bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran), kelainan yang terjadi pada ibu seperti puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses, ibu hamil lagi padahal masih menyusui, 27 ibu bekerja, kelainan yang terjadi pada bayi seperti bayi sakit, abnormalitas bayi (Hegar, 2008). Masalah yang terkait dalam menyusui terjadi ketika ASI tidak keluar secara langsung serta rendahnya produksi ASI. Meningkatkan produksi ASI dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi sesegera mungkin setelah lahir, menyusui sesering mungkin karena semakin sering bayi menghisap puting susu maka semakin banyak ASI yang keluar dengan cara menyusui yang benar (Baskoro, 2008). C. Ibu Primipara Primipara merupakan wanita yang pertama kali mengalami satu kali persalinan pada masa gestasi lebih dari minggu ke-20 (Hamilton, 1995). Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak yang hidup dan baru menjadi seorang ibu (Lowdermilk, 2004). Beberapa ibu primipara biasanya mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas dari gangguan, sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk mencari pengetahuan banyak tentang perawatan maternal. pengetahuan tersebut termasuk didalamnya tentang cara pemberian ASI yang benar (Lowdermilk, 2004). Pengetahuan dasar tentang ASI dan keterampilan dalam menyusui merupakan proses bagi seorang ibu untuk dapat memberikan ASI dengan tepat. Penghentian menyusui oleh ibu primipara karena kurangnya pengetahuan dasar tentang ASI, keterampilan yang kurang, perubahan hidup 28 yang baru, dan pengalaman awal yang menyakitkan ketika mereka tidak siap untuk melakukan pengeluaran ASI (Smith, dkk., 2012). D. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother (Pencapaian peran ibu-menjadi seorang ibu) merupakan pengembangan dari teori Reva Rubin yang dikenal dengan proses bonding-attachment (Tomey dan Alligood, 2006). Teori Mercer (1991) mengemukakan mengenai pencapaian peranan ibu, yang ditempatkan dengan lingkaran sarang Bronfenbrenner (1979) dalam Tomey dan Alligood (2006) mengenai mikrosistem, mesosistem dan makrosistem sebagai berikut : Makrosistem Mesosistem Mikrosistem Hubungan ibu-ayah Relationship peraw atan IBU Empati/ peka pada isyarat bayi, harga diri/konsep diri, pengasuhan, kedewasaan dan fleksibilitas, sikap, kehamilan dan pengalaman kelahiran, kesehatan secara keseluruhan, dan konflik peran/ketegangan ANAK Temperamen /perangai Kemampuan untuk memberikan isyarat penampilan karakteristik daya tanggap kesehatan Sekolah Dukungan sosial HASIL PADA ANAK KOMPONEN PERAN IBU Keterikatan pada bayi, memperoleh kompetensi dalam perilaku ibu, dan mengekspresikan kepuasan Kognitif / mental Pengembangan Perilaku Kesehatan Kompetensi sosial Fungsi keluarga Pengaturan kerja orangtua Konsistensi pengaruh budaya Bagan 2.1 Model of Maternal Role Attainment (Mercer, 1991). 29 1. Mikrosistem adalah lingkungan terdekat di mana pencapaian peran ibu terjadi. Faktor-faktor ini meliputi fungsi keluarga, hubungan ayah-ibu, dukungan sosial, status ekonomi, nilai-nilai keluarga dan stressor. 2. Mesosistem tersebut meliputi, pengaruh dan berinteraksi dengan orangorang dalam mikrosistem ini. Mesosistem meliputi hari perawatan, sekolah, lingkungan kerja, tempat ibadah, dan lingkungan yang umum berada dalam masyarakat. Misalnya, melihat bagaimana ibu memberikan ASI eksklusif baik di tempat kerja maupun tempat umum lainnya agar kebutuhan bayi tetap terpenuhi. 3. Makrosistem adalah budaya pada lingkungan individu. Makrosistem terdiri atas sosial, politik, dan budaya. Misalnya, lingkungan pelayanan kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif, adanya kebijakan dari pemerintah tentang pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, dan adanya budaya yang dianut dalam proses pemberian ASI eksklusif seperti pantangan makanan/minuman yang berkaitan dengan menyusui serta bagaimana persepsi budaya yang sudah diwariskan turun-temurun mengenai menyusui. Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya. Pencapaian peran ibu merupakan interaksi dan proses perkembangan yang terjadi sepanjang waktu yang menjadikan ibu berespon terhadap bayinya. Proses ini terdiri dari empat tahap pencapaian peran ibu, yaitu : 30 a. Anticipatory Tahap ini dimulai selama kehamilan yang menggambarkan kesiapan secara sosial dan psikologis dalam menerima kehamilan. Pada tahap ini ibu sudah membayangkan bagaimana melakukan perawatan pada bayi termasuk memberikan ASI. b. Formal Tahap formal dimulai saat kelahiran bayi dimana ibu mulai belajar untuk mandiri dalam menjalankan peran ibu. Pada tahap ini ibu belajar dengan melihat bagaimana cara orang lain dalam memberikan ASI eksklusif. c. Informal Tahap ini dimulai saat ibu mencoba mengembangkan perannya yang unik menurut dirinya sendiri tanpa mencontoh peran ibu lain. Pada tahap ini ibu primipara melakukan dengan keterampilannya sendiri dalam memberikan ASI eksklusif. d. Personal Tahap ini ibu sudah menginternalisasi perannya. Pada tahap ini ibu primipara merasakan kepuasan karena berhasil dalam memberikan ASI Eksklusif. Model konseptual Mercer memandang bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu yang meliputi: temperamen, kemampuan memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum, tanggap dan kesehatan umum. Komponen utama dari peran ibu terbagi menjadi tiga yaitu keterikatan pada bayi, memperoleh kompetensi dalam perilaku ibu, dan mengekspresikan 31 kepuasan dalam interaksi antara ibu dan bayi (Mercer, 1995 dalam Tomey dan Alligood, 2006). Komponen ini ibu harus memiliki rasa kasih sayang pada bayi, keterampilan dalam praktik menyusui dengan benar dan akhirnya mendapatkan kepuasan tersendiri setelah semuanya tercapai. Sifat dan perilaku dari ibu dan anak dapat mempengaruhi identitas peran masing-masing. Sifat-sifat keibuan dan perilaku dimasukkan dalam model Mercer adalah empati atau kepekaan terhadap isyarat bayi, harga diri atau konsep diri, pengasuhan yang diterima sebagai seorang anak, kedewasaan dan fleksibilitas, sikap, kehamilan dan pengalaman kelahiran, kesehatan secara keseluruhan, dan konflik peran atau ketegangan (Tomey dan Alligood, 2006). Adanya peran ibu akan terjadi interaksi bayi pada ibu meliputi kontak mata sebagai isyarat pembicaraan, refleks menggenggam, refleks tersenyum dan tingkah laku tenang sebagai respon terhadap perawatan yang dilakukan ibu. Konsistensi perilaku interaksi dengan ibu dan respon yang datang dari ibu akan meningkatkan pergerakan (Tomey dan Alligood, 2006). 32 KERANGKA TEORI Mikrosistem fungsi keluarga hubungan ayah-ibu dukungan sosial status ekonomi nilai-nilai keluarga Mesosistem Makrosistem perawatan bayi faktor lingkungan kerja lingkungan umum lainnya pelayanan kesehatan kebijakan pemerintah budaya yang dianut Pencapaian peran pada ibu primipara (maternal role attainment) keterikatan pada bayi perilaku dan keterampilan dalam menyusui kepuasan interaksi pada bayi Formal Anticipatory kesiapan menerima kehamilan pertama kelahiran anak pertama ibu belajar bagaimana cara dalam memberikan ASI dari orang lain Informal Personal ibu memberikan ASI dengan caranya sendiri ibu terbiasa memberikan ASI Terjadi interaksi bayi pada ibu kontak mata refleks menggenggam refleks tersenyum sikap tenang Pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI Eksklusif Bagan 2.2 Dimodifikasi dari Model of Maternal Role Attainment (Mercer,1991). BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya, ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan dan cairan lainnya dari sejak dilahirkan sampai bayi usia enam bulan. Ibu primipara merupakan ibu yang baru pertama kali mempunyai anak. Pengalaman memberikan ASI eksklusif merupakan pengalaman awal bagi ibu primipara untuk mencapai perannya sebagai seorang ibu. Pemberian ASI eksklusif tidak mudah dilakukan oleh seorang ibu primipara, banyak faktor yang mempengaruhi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan umum dan pelayanan kesehatan sehingga dalam prosesnya harus belajar sampai ibu dapat melakukannya dengan keterampilan yang dimiliki dan merasakan kepuasan atas keberhasilannya dalam memberikan ASI eksklusif. Untuk itu peneliti ingin mengeksplorasi secara mendalam mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. B. Definisi Istilah Untuk memperjelas istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi istilah, yaitu: 1. Pengalaman memberikan ASI eksklusif adalah segala sesuatu yang pernah dialami (dijalankan, dirasakan) dalam memberikan ASI eksklusif. 2. Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak hidup dan baru menjadi seorang ibu. 33 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif adalah istilah keseluruhan untuk sekelompok pendekatan yang berkaitan dengan pemahaman tentang pengalaman dan perilaku, dan makna dan interpretasi yang telah dilakukan berdasarkan proses penelitian sosial. Penelitian ini berfokus pada beberapa fenomena yang menarik bagi peneliti dan kepada peserta penelitian (Holloway, 2008). Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2010). Fenomenologi adalah pendekatan filosofis untuk mempelajari fenomena (penampilan) dan pengalaman manusia (Holloway, 2008). Tujuan penelitian fenomenologi adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh orang di dalam kehidupan ini, termasuk interaksinya dengan orang lain (Danim, 2003). Fenomenologi deskriptif mencakup seluruh fenomena tetapi menunjukkan aspek-aspek tertentu saja, termasuk makna tersembunyi yang ada pada orang yang diteliti. Fenomenologi deskriptif secara langsung mendeskripsikan persepsi pengalaman hidup mereka yang luas dan mendalam (Holloway, 2008). Spiegelberg (1975) dalam Streubert & 34 35 Carpenter (2003) mengidentifikasi 3 langkah proses untuk fenomenologi deskriptif : 1) intuisi (intuiting), 2) analisis (analyzing), 3) menggambarkan (describing). Langkah pertama yaitu intuisi, peneliti sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para partisipan, pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Pada tahap intuisi ini peneliti sebagai instrumen dalam proses wawancara. Peneliti menjadi alat untuk pengumpulan data dan mendengarkan keterangan partisipan melalui proses wawancara. Langkah kedua yaitu analisis, yang melibatkan identifikasi esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan dengan elemen-elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi hubungan dan koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang dialami partisipan. Langkah ketiga yaitu menggambarkan, pada tahap deskripsi peneliti akan mengkomunikasikan dan memberi penjelasan secara tertulis dan lisan, juga elemen-elemen penting dari fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut. Peneliti akan menghindari upaya untuk menggambarkan fenomena sebelum waktunya. Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2010). Melalui penelitian dan pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menggali informasi dan memperoleh penjelasan 36 terperinci tentang suatu pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Kembangan Utara, Jakarta Barat. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat pada bulan Juli sampai Desember 2013. C. Partisipan Penelitian Partisipan dalam penelitian ini yaitu para ibu primipara yang telah memberikan ASI eksklusif selama enam bulan yang berada di wilayah puskesmas kelurahan Kembangan Utara dan diwawancarai secara langsung oleh peneliti. Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Teknik purpossive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Partisipan dalam penelitian ini yaitu ibu primipara yang telah memberikan ASI eksklusif dengan usia anak tidak lebih dari dua tahun yang berada di wilayah puskesmas kelurahan Kembangan Utara dan telah teridentifikasi saat pengumpulan data sampai mencapai saturasi data partisipan berjumlah enam orang, dengan kriteria partisipan yang akan diteliti: a. Dapat berkomunikasi dengan baik. b. Bersedia dan kooperatif menjadi partisipan penelitian. 37 D. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu pedoman wawancara mendalam (in depth interview) dalam bentuk pertanyaan, alat bantu perekam (perekam suara dari handphone), alat pencatat dan catatan lapangan (fieldnote). E. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2013. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh alat perekam (perekam suara dari handphone), pedoman wawancara dan catatan lapangan (field note). Wawancara mendalam dilakukan pada partisipan dengan berpedoman pada pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. 2. Tahap pengumpulan data a. Tahap persiapan pengumpulan data 1.) Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus perizinan kepada pihak-pihak terkait seperti kepala Dinas Kesehatan Jakarta Barat, kepala Lurah Kembangan Utara, Kepala Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara dan RT/RW serta melakukan kode etik penelitian. 2.) Setelah perizinan selesai peneliti melakukan uji coba pedoman wawancara pada satu orang partisipan pemula yang memiliki kriteria sama seperti partisipan yang akan dilakukan dalam 38 penelitian ini. Uji coba pedoman wawancara ini dilakukan untuk melatih peneliti agar lancar saat pengumpulan data pada partisipan sebenarnya. 3.) Selanjutnya peneliti mendata partisipan yang sesuai dengan kriteria, lalu mengadakan pertemuan dengan partisipan untuk melakukan inform consent dan menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian ini. 4.) Peneliti akan melakukan wawancara terlebih dahulu pada partisipan lalu hasil dari wawancara dilakukan transkrip data. b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan penelitian, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth interview) yang merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam studi kualitatif. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang pendapat, persepsi, penerimaan atau kepercayaan masyarakat terhadap pemberian ASI eksklusif (Budiarto, 2004). Peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur yang merupakan wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Peneliti juga menggunakan alat perekam untuk mengetahui semua percakapan dalam wawancara tentang pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Peneliti sebelumnya memberitahukan 39 alasan penggunaan alat perekam serta untuk permohonan izin kepada partisipan. Selama wawancara mendalam peneliti juga membuat catatan lapangan (field note). Catatan lapangan (field note) adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong, 2010). Peneliti membuat catatan lapangan yang berisi deskripsi tentang tanggal, waktu dan informasi dasar tentang suasana saat wawancara seperti tatanan lingkungan, interkasi sosial dan aktivitas yang berlangsung saat wawancara dilakukan. Teknik ini diharapkan dapat menjalin komunikasi yang baik secara langsung, terbuka, fleksibel dan terarah, sehingga informasi yang didapat lebih banyak dan luas mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Penelitian kualitatif memungkinkan untuk memeriksa isuisu, ide- ide yang muncul dan wawancara untuk kedua atau ketiga kalinya. Waktu yang dibutuhkan sekitar 45 sampai 90 menit (Holloway, 2008). Peneliti melakukan wawancara singkat dalam beberapa pertemuan, pertemuan pertama peneliti akan melakukan informed consent ketersediaan menjadi partisipan serta melakukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya, kedua adalah melakukan wawancara mendalam yang dilakukan selama 45 sampai 40 60 menit dan ketiga peneliti akan melakukan member check dari hasil wawancara. Menurut Guba dan Lincoln (1981) dalam Moleong (2010), cara penata urutan pertanyaan yaitu dengan bentuk cerobong. Peneliti melakukan pertanyaan-pertanyaan dimulai dari segi yang umum mengarah kepada yang khusus. Setiap pertanyaan yang berikutnya berkaitan dengan yang sebelumnya dengan bentuk yang semakin menyempit dan khusus. Peneliti menggunakan Pendekatan ini diharapkan partisipan merasakan nyaman berbicara dengan peneliti, kemudian dapat melanjutkan wawancara untuk mengeksplorasi inti dari topik penelitian. Tugas peneliti dalam melakukan wawancara meliputi aktif mendengarkan, empati, fleksibel dan tanggap, merekam dan mencatat, lebih banyak mendengarkan, menindak lanjuti jawaban partisipan serta wawancara dilakukan dengan face to face. Wawancara akan berlangsung baik kalau telah tercipta rapport antara peneliti dengan partisipan, Stainback dalam Sugiyono (2010) mengatakan bahwa rapport adalah suatu hubungan yang saling menguntungkan, merasa saling percaya dan terjalin emosi diantara kedua orang (peneliti dan partisipan). Teknik yang telah dipersiapkan di atas dapat membuat partisipan lebih luwes, lebih terbuka dan percaya kepada peneliti sehingga partisipan mau menceritakan pengalamannya dalam memberikan ASI eksklusif secara terbuka dan di dapat hasil yang akurat dan valid. 41 F. Teknik Analisa Data Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moleong, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978) dalam dalam Streubert & Carpenter (2003), meliputi: 1. Peneliti dapat memberikan gambaran fenomena yang diteliti, yaitu tentang pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. 2. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara kepada partisipan dan membuat transkrip dari hasil wawancara partisipan sesuai fenomena yang diteliti. 3. Peneliti membaca semua hasil transkrip partisipan secara berulang-ulang sesuai fenomena yang diteliti. 4. Peneliti membaca transkrip kembali dan mencari pernyataan-pernyataan penting dari setiap pernyataan partisipan. 5. Peneliti menentukan makna dari setiap pernyataan penting dari semua partisipan. 6. Peneliti mengorganisasikan data yang terkumpul dan mengelompokkannya kedalam suatu kelompok tema. 7. Peneliti menulis hasil secara keseluruhan ke dalam bentuk desktiptif secara lengkap, dengan melakukan analisis detail tentang perasaan partisipan dan perspektif yang terkandung dalam tema. 42 8. Peneliti kembali ke lapangan dan menanyakan partisipan kembali untuk validasi dari hasil deskripsi yang telah dibuat. Memiliki gambaran fenomena yang diteliti secara jelas Mengumpulkan data melalui wawancara dan membuat transkrip hasil wawancara dengan partisipan Membaca semua hasil transkrip partisipan secara berulang-ulang Mencari pernyatan-pernyataan penting dari setiap pernyataan partisipan Menentukan makna dari setiap pernyataan penting dari semua partisipan mengelompokkannya ke dalam suatu kelompok tema Menulis hasil secara keseluruhan ke dalam bentuk deskriptif secara lengkap Kembali ke partisipan untuk validasi data deskripsi yang dibuat Bagan 4.1 Teknik analisa data Sumber : Colaizzi (1987) dalam Streubert & Carpenter (2003) 43 G. Keabsahan Data Menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan menurut (Moleong, 2010), yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). 1. Kredibilitas (credibility) Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, peer debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check (Bungin, 2008). Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu (Bungin, 2008; Moleong, 2010): a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari partisipan dan untuk membangun kepercayaan para partisipan terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. 44 c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat atau yang ahli dalam bidang kualitatif. c. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujianpengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data. Penelitian ini peneliti menggunakan kredibilitas peer debriefing, dimana setelah peneliti mengumpulkan data peneliti akan membuat transkrip data. Transkip data yang dibuat peneliti akan dibicarakan oleh pembimbing untuk mendiskusikan unsur-unsur yang penting yang dialami partisipan. 2. Keteralihan (transferability) Keteralihan merupakan teknik untuk meneliti agar laporan hasil fokus penelitian dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diadakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar dapat memahami penemuan yang diperoleh. Peneliti akan 45 memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dalam menerapkan hasil penelitian agar orang lain dapat memahami. 3. Kebergantungan (dependability) Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian. Pencatatan itu diklasifikasikan dari data mentah sehingga formasi tentang pengembangan melakukan instrument pencatatan sebelum auditing pelaksanaan dari dilakukan. mulai Peneliti menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, analisa data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan sebelum dilakukan auditing oleh pembimbing I dan II untuk mereview seluruh hasil penelitian. 4. Kepastian (confirmability). Kapastian (confirmability) bermakna bahwa keyakinan atas data yang diperoleh. Kepastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapat dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dapat dikatakan objektif. Pada penelitian ini hasil penelitian ditelusuri oleh pembimbing (auditor) untuk memastikan apakah hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah yang dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti, dan menelaah kegiatan peneliti dalam memeriksakan keabsahan data. 46 H. Etika Penelitian Penelitian ini menggunakan subjek manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang dilakukan benar-benar menjunjung kebebasan manusia. Masalah etika penelitian keperawatan sangat penting karena penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia. Hidayat (2007) menyatakan bahwa masalah etika yang harus diperhatikan dalam proses penelitian adalah sebagai berikut: 1. Lembar persetujuan (informed consent) Lembar persetujuan ini diberikan kepada partisipan untuk ketersediaannya menjadi partisipan penelitian. Persetujuan dari partisipan merupakan hak dari partisipan yang sebelumnya sudah diberitahukan oleh peneliti mengenai tujuan penelitian, prosedur pelaksanaan, manfaat penelitian, dan kerahasiaan partisipan. Lembar persetujuan ini ditandatangani oleh partisipan yang bersedia menjadi partisipan penelitian. 2. Tanpa nama (anonymity) Penelitian ini tidak akan mencantumkan nama partisipan pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh partisipan, tetapi dengan menuliskan inisial. 3. Kerahasiaan (privacy) Kerahasiaan partisipan akan dijamin oleh peneliti, baik sebuah informasi maupun masalah-masalah lainnya yang diberikan oleh partisipan. BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada enam partisipan melalui proses analisis data dari hasil wawancara mendalam, ditemukan tema yang selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk naratif dengan penyajian hasil penelitian sebagai berikut. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara merupakan salah satu dari delapan puskesmas kelurahan yang terdapat di Kecamatan Kembangan. Puskesmas ini terletak di Jl. Raya Kembangan Rt.005/02 Jakarta Barat, memiliki luas bangunan/luas tanah 112/470 dan dipimpin oleh dr. Rosmawati Wijaya. Kelurahan Kembangan Utara memiliki luas wilayah 348 ha yang terdiri dari 10 RW, 110 RT dengan jumlah penduduk 15.721 jiwa dan 5.148 KK. Kelurahan Kembangan Utara berada di dalam wilayah Kecamatan Kembangan yang secara administratif terdiri dari 6 kelurahan, 62 RW, 600 RT, 37.584 KK, 140.201 jiwa dan luas area dengan kepadatan penduduk sebesar 5.796 jiwa/Km2. Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara tercatat 60 orang ibu primipara dan dari data tersebut hanya 25 orang ibu primipara yang memberikan ASI eksklusif, sebanyak 35 orang lainnya tidak memberikan ASI eksklusif. 47 48 B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Partisipan Partisipan penelitian ini adalah seorang ibu primipara yang telah memberikan ASI eksklusif. Karakteristik dari partisipan antara lain nama, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, agama dan suku bangsa. Peneliti melakukan wawancara mendalam pada enam orang partisipan setelah menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan ibu tersebut bersedia untuk menjadi partisipan dengan mengisi lembar informed consent. Karakteristik partisipan yang peneliti dapatkan sebagai berikut: Nama Usia Pekerjaan Pendidikan terakhir Agama Suku bangsa Usia anak P1 25 thn IRT SMA Islam Betawi Guru S1 Islam Betawi 28 thn IRT SMA Islam Betawi P4 27 thn IRT SMA Islam Betawi P5 P6 25 thn 25 thn IRT SMA Islam IRT SMA Islam Tabel 5.1 Karakteristik partisipan Betawi Betawi 7 bulan 1 tahun 3 bulan 1 tahun 5 bulan 1 tahun 2 bulan 10bulan 1 tahun P2 29 thn P3 Partisipan pertama (P1) berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak berusia 7 bulan. Partisipan kedua (P2) berusia 29 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan. 49 Partisipan ketiga (P3) berusia 28 tahun, pekerjaan guru, pendidikan terakhir S1, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak berusia 1 tahun 5 bulan. Partisipan keempat (P4) berusia 27 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak berusia 1 tahun 2 bulan. Partisipan kelima (P5) berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak berusia 10 bulan. Partisipan keenam (P6) berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak berusia 1 tahun. 2. Hasil analisis tematik Tema berdasarkan hasil analisis tematik yang teridentifikasi pada penelitian mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif yaitu: 1) Makna ASI bagi ibu primipara, 2) Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara, 3) Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu primipara, 4) Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif, 5) Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif, 6) Hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif, 7) Dukungan ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif, dan 8) Mitosmitos tentang ASI eksklusif. 50 Tema 1. Makna ASI bagi ibu primipara ASI bagi ibu primipara dapat diartikan dalam beberapa hal. Pada penelitian ini didapatkan beberapa makna yang terkandung dalam ASI bagi ibu primipara yang meliputi beberapa kategori yaitu: 1) air susu ibu, 2) cairan susu berwarna putih, 3) makanan pemula bagi bayi baru lahir, 4) nutrisi bagi bayi, dan 5) ASI eksklusif. 1. Air susu ibu Semua partisipan mengungkapkan bahwa makna ASI adalah air susu ibu. Berikut ini salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 7 bulan: “...hmm..ASI itu adalah Air Susu Ibu (sambil tersenyum)...” (P1) 2. Cairan susu berwarna putih Empat dari enam partisipan mengungkapkan makna ASI itu cairan susu berwarna putih. Berikut ini salah satu ungkapan dari partisipan berusia 27 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga: “...ASI itu menurut saya merupakan cairan yang berasal dari dalam tubuh ibu yang dikeluarkan melalui payudara bentuknya seperti cairan susu warnanya putih yang harus diberikan kepada bayi...ya karena ASI itu memang sangat bagus untuk bayi (suasana tenang dan partisipan terlihat sambil berfikir)...” (P4) 3. Makanan pemula bagi bayi baru lahir Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan bahwa ASI adalah minuman atau makanan untuk bayi. Berikut ini adalah ungkapannya: 51 “...ASI adalah minuman formula atau makanan pemula yang lebih utama untuk sang bayi daripada seperti susu formula lainnya...” (P1) 4. Nutrisi bagi bayi Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa ASI adalah suplemen bagi bayi. Berikut ini adalah ungkapan dari partisipan berusia 29 tahun dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan: “...ASI itu merupakan hmm..suatu suplemen nutisi dari dalam tubuh ibu yang alami yang sangat bermanfaat untuk bayi...(sambil tersenyum dan menggendong anaknya)...” (P2) 5. ASI eksklusif Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa ASI adalah suplemen bagi bayi. Berikut ini adalah ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 1 tahun: “...ASI yang diberikan kepada bayi dari sejak dilahirkan sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan dan minuman lain, pokoknya ASI aja tuh yang dikasih (sambil tersenyum dan suasana ruangan tenang)...” (P6) Tema 2. Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara ASI eksklusif merupakan pilihan dari semua partisipan karena berbeda dari susu lain. Perbedaan tersebut menjadi sebuah keunggulan bagi ASI eksklusif yang tidak dimiliki oleh susu lain termasuk susu formula. Hasil penelitian ini didapatkan beberapa subtema yang meliputi: 1) kandungan ASI dan 2) kelebihan ASI. 1. Kandungan ASI Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa di dalam kandungan ASI itu memiliki komponen-komponen yang bermanfaat 52 untuk bayi. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan: “...dari ASI tersebut banyak komponen-komponen yang sangat berguna untuk bayi, pokoknya baiklah (sambil berfikir dan menyusui anaknya)...” (P2) Satu partisipan berusia 28 tahun mengungkapkan bahwa di dalam kandungan ASI terdapat DHA untuk bayi. Berikut ini adalah ungkapannya: “... ASI itu mengandung DHA, untuk perkembangan otaknya yang tidak sama dengan susu formula...” (P3) Sebagian partisipan mengungkapkan bahwa di dalam kandungan ASI terdapat karbohidrat, kalsium, protein, vitamin, dan zat untuk kekebalan tubuh bayi. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 29 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga: “...ASI mengandung karbohidrat, kalsium, protein, sumber gizi, ada lemak tubuh dari ibu juga...vitamin juga ada banyak... zat untuk kekebalan tubuh bayi... jumlahnya lebih dari susu formula...(mata terlihat ke arah atas, sambil berfikir)...” (P2) 2. Kelebihan ASI Lima dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif itu tidak repot, instan, dan praktis. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan: “...ASI eksklusif itu tidak repot, instan, praktis, dan mudah, hehehe... (sambil tertawa)...” (P2) 53 Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa ASI eksklusif itu hemat biaya, ekonomis. Berikut ungkapan salah satu dari partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 7 bulan: “...hmm.. pokoknya hemat biaya ya, ekonomis kalau ASI tuh...” (P1) Tema 3. Motivasi ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif Hasil penelitian kepada semua partisipan didapatkan beberapa sub tema diantaranya yaitu memberikan manfaat pada ibu, anak, keluarga, dan lingkungan. Berikut ini merupakan kategori yang terdapat pada subtema: 1. Memberikan manfaat pada ibu Sebagian partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif itu dapat mencegah penyakit kanker payudara. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai guru dan mempunyai anak berusia 1 tahun 5 bulan: “...kalau yang saya tahu itu dapat mencegah terjadinya kanker payudara...(tangan sambil memegang payudaranya)...” (P3) Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi ibu itu lebih cepat mengurangi kegemukan pasca melahirkan. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 29 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga: “...lebih cepat mengurangi kegemukan pasca melahirkan...” (P2) 2. Memberikan manfaat pada bayi Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi anak untuk menjadi lebih sehat dan meningkatkan 54 kekebalan tubuh dan tidak mudah sakit. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 28 tahun dan bekerja sebagai guru: “... ya..anak saya menjadi lebih sehat...” (P3) Salah satu partisipan berusia 27 tahun mengungkapkan bahwa manfaat ASI untuk mengawali kehidupan. Berikut ini ungkapannya: “...sangat penting sekali tentunya. Karena ASI adalah cairan pertama kali diminum untuk mengawali kehidupan anak bahkan sampai sekarang pun dia itu sangat dibutuhkan untuk saya, ya itulah ASI. Kehidupan saya maka kehidupan anak juga...” (P4) yang saya anak saya Semua partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi bagi bayi adalah berat badan bayi menjadi bertambah. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 7 bulan: “...berat badannya meningkat kalau ditimbang, setiap bulan angka timbangannya tuh naik...” (P1) Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi bayi untuk perkembangan otak, menjadi pinter dan cerdas. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang mempunyai anak berusia 1 tahun: “...otaknya menjadi pinter dan cerdas...(sambil tersenyum)...” (P6) Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi bayi untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangannya. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 10 bulan: 55 “...iya bagus, karena untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangannya yang harus diberikan selama enam bulan...” (P5) Semua partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI adalah untuk meningkatkan daya tubuh bayi. Berikut ungkapan salah satu partisipan berusia 28 tahun dan bekerja sebagai guru: “... ASI baik untuk bayi yang baru keluar yang masih belum ada daya tahan tubuhnya, karena pada kolostrum itu dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya karna dia kan tidak makan... (anak sedang tidur dipangkuan ibu)...” (P3) 3. Memberikan manfaat pada keluarga Semua partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi keluarga dapat menjalin kasih sayang keluarga. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang mempunyai anak berusia 1 tahun: “...kalau untuk keluarga meningkatkan tali kasih sayang antara saya, anak dan suami...” (P6) 4. Memberikan manfaat pada lingkungan Semua partisipan menungkapkan bahwa manfaat ASI bagi lingkungan adalah tidak menimbulkan banyak sampah. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 28 tahun dan bekerja sebagai guru: “...wah..jelas yah, ASI itu langsung dari payudara, tidak pakai kardus atau kaleng yang nantinya akan menimbulkan banyak sampah...” (P3) Tema 4. Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif Hasil dari wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti kepada semua partisipan perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif meliputi beberapa subtema: 1) proses inisiasi menyusui dini 56 (IMD), 2) posisi ibu saat memberikan ASI eksklusif, 3) posisi anak saat diberikan ASI eksklusif, 4) waktu pemberian ASI eksklusif, 5) tanda bayi cukup ASI, 6) pelekatan mulut bayi pada payudara ibu. Berikut kategori yang terdapat pada subtema: 1. Proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Lima dari enam partisipan mengungkapkan tentang langkah-langkah dalam proses inisiasi menyusui dini. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 29 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga: “...pada saat bayi dilahirkan, bayi saya diletakkan diatas badan saya oleh bidan, diantara payudara di bagian dada dalam posisi tengkurap..Bayi saya masih belum bersih, masih ada darah dan kotoran dari rahim...(sambil memperagakan dengan tangan)...” (P2) Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan bahwa hanya sebagai pendekatan bayi. Berikut ini ungkapannya: “...hanya sebagai pendekatan sekedar memperagakan bayi untuk mencari puting...” (P1) 2. Posisi ibu primipara saat memberikan ASI eksklusif Semua partisipan mengungkapkan bahwa dalam memberikan ASI eksklusif dengan posisi duduk. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 7 bulan: “...sambil duduk saya pangku terus juga sambil tiduran juga bisa...” (P1) Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa dalam memberikan ASI eksklusif dengan posisi sambil jalan-jalan. Berikut 57 salah satu ungkapan dari partisipan berusia 27 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga: “...berdiri sambil jalan-jalan bayinya...” (P4) juga Salah satu partisipan berusia 28 tahun bisa, sambil digendong mengungkapkan bahwa dalam memberikan ASI eksklusif dengan mengikuti posisi nyaman bayi. Berikut ini ungkapannya: “... ya..ngikutin posisi nyaman bayinya aja...” (P3) 3. Posisi bayi saat diberikan ASI eksklusif Semua partisipan mengungkapkan bahwa posisi bayi saat diberikan ASI eksklusif dipangku dan dimiringkan ke tubuh ibu. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan: “...biasa aja duduk anak dipangku sambil dimiringkan tubuh anak saya kebadan saya, nempel diperut terus langsung mulutnya menghisap payudara (sambil memperagakan dengan tangan)...” (P2) Semua partisipan mengungkapkan bahwa posisi bayi saat diberikan ASI eksklusif tiduran sesuai posisi payudara yang diberikan. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang mempunyai anak berusia 10 bulan: “...sambil tiduran kalau anak saya mau tidur, cuma posisi saya itu miring sesuai payudara mana yang mau saya berikan ASInya, anak saya juga agak miring sedikit sambil saya ganjel pakai bantal kalau sambil tiduran, hehehe...(sambil tersenyum)...” (P5) Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa posisi bayi saat diberikan ASI eksklusif sambil digendong pakai gendongan. Berikut 58 salah satu ungkapan dari partisipan berusia 27 tahun dan pendidikan terakhir SMA: “...sambil gendong juga saya berikan ASInya pake gendongan trus sekalian saya sambil jalan-jalan...” (P4) 4. Waktu pemberian ASI eksklusif Waktu untuk ibu memberikan ASI eksklusif pada bayi berbeda-beda setiap partisipan. Berikut ini penjelasan dari setiap partisipan: Lima dari enam partisipan mengungkapakan bahwa waktu untuk memberikan ASI eksklusif pada saat bayi menangis. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 7 bulan: “...pada saat bayi menangis pengen nyusu langsung saya berikan...” (P1) Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan bahwa waktu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi setiap mau tidur. Berikut ini ungkapannya: “...saya memberikannya setiap anak mau tidur...” (P1) Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa waktu untuk memberikan ASI eksklusif setelah bayi bangun tidur. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 25 tahun dan pendidikan terakhir SMA: “...saat dia bangun tidur saya berikan...” (P6) 59 Salah satu partisipan berusia 29 tahun mengungkapkan bahwa waktu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi tidak ada batasan dan sesuai kebutuhan anak. Berikut ini ungkapannya: “...kalau untuk ASI saya tidak membatasi. Disaat anak ingin menyusu, ya saya langsung kasih...ya kapan saja...” (P2) Semua partisipan mengungkapkan bahwa durasi untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sekitar lima sampai sepuluh menit dan diberikan sekitar dua sampai tiga jam sekali. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan bersuku Betawi: “...ya..gak lama, gak sampe berjam-jam, sekitar 5-10 menit...” (P4) “...sekitar 2-3 jam sekali saya memberikannya...” (P5) 5. Tanda bayi cukup ASI Ibu yang memberikan ASI eksklusif akan menghentikan proses menyusui setelah mengetahui adanya tanda-tanda yang ditunjukkan oleh bayi bahwa saat itu bayi sudah cukup ASInya. Berikut ini penjelasan dari setiap partisipan: Semua partisipan mengungkapkan bahwa tanda bayi cukup ASI apabila bayi sudah tertidur. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan berusia 25 tahun: “...dia sudah tertidur nyenyak, berarti cukup ASI yang saya berikan...” (P1) 60 Sebagian partisipan mengungkapkan bahwa tanda bayi cukup ASI apabila bayi tidak menghisap payudara. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 29 tahun dan pendidikan terakhir SMA: “...biasanya itu tergantung dari si bayi kalau dia sudah melepaskan payudara saya, ya sudah selesai (anak sedang bermain boneka)...” (P2) Sebagian dari partisipan juga mengungkapkan bahwa tanda bayi cukup ASI apabila bayi sudah kenyang dan tidak berlebihan. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan: “...kalau sudah kenyang ya sudah. Tidak sampai gumoh atau muntah...” (P4) 6. Pelekatan mulut bayi pada payudara ibu Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa pelekatan mulut bayi yaitu mulut bayi menghisap puting sampai ke areola. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 29 tahun dan pendidikan terakhir SMA: “...hmm..menempel ya mulut anak saya pada puting, sampe menutupi yang hitam-hitam payudara, baru dia merasa nyaman (sambil memperagakan dengan tangan dan suasana tetap tenang dan fokus)...” (P2) Semua partisipan juga mengungkapkan bahwa pelekatan mulut bayi dibantu menggunakan tangannya untuk memasukkan ke dalam mulut dan selanjutnya payudara dipegang selama menyusui. “...waktu awal-awal sih dibantu pakai tangan saya yang memasukkannya terus saya pegangin payudaranya. Sekarang mah saya cuma bantu memasukkan putingnya saja, saya uda ga dipegangin sampai selesai menyusui...” (P4) 61 Salah satu partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 1 tahun mengungkapkan bahwa dalam pelekatan mulut bayi itu payudara tidak menutupi hidung bayi. Berikut ini ungkapannya: “...lalu jangan sampai hidungnya menutup kepayudara karena nanti tidak bisa nafas, hehehe (sambil tertawa)...” (P6) Tema 5. Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif Hasil dari wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti kepada semua partisipan bahwa perasaan ibu selama memberikan ASI eksklusif berbeda-beda dilihat dari aspek psikologis yang meliputi: perasaan senang, bangga sebagai ibu, dan merasa puas. Berikut ini merupakan kategori yang terdapat dalam tema: Lima dari enam partisipan mengungkapkan bahwa merasa senang karena bisa memberikan ASI eksklusif pada anak pertama. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 27 tahun dan bersuku Betawi: “... saya senang ya, karena bisa memberikan ASI eksklusif. Terutama ini anak pertama saya dan telah menjadi awal pengalaman bagi saya...” (P4) Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa bangga sebagai ibu karena bisa selalu kontak dengan anak. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan: “...ya..perasaan saya banggalah sebagai ibu karena menjadi sudah menjadi suatu kewajiban terus juga bisa selalu dekat kontak dengan anak, terus sudah ada pada tubuh, jadi tidak menyia-nyiakan apa yang sudah ada didalam tubuh (tersenyum)...” (P2) 62 Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan bahwa merasa puas dan perasaanya menjadi lega. Berikut ungkapannya: “... saya merasa puas yah... puas karena dapat memberikan yang terbaik untuk anak...” (P1) Tema 6. Hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif Hambatan saat memberikan ASI eksklusif dialami oleh semua partisipan. Hambatan tersebut disebabkan karena adanya masalah baik pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap masalah pada anak saja. Hasil penelitian para partisipan bahwa hambatan saat memberikan ASI eksklusif yaitu: 1) masalah pada payudara dan 2) masalah fisiologis ibu. Berikut ini uraiannya: 1. Masalah pada payudara Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa payudara terasa sakit. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 27 tahun dan pendidikan terakhir SMA: “...kalau masalah, ini payudara saya terasa sakit...” (P4) Semua partisipan mengungkapkan bahwa payudara bengkak. Berikut salah satu ungkapan dari partisipanberusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 7 bulan: “...payudara saya bengkak...(sambil memegang payudara)...” (P1) Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan bahwa Kadang puting juga lecet. Berikut ini ungkapannya: 63 “... kadang puting juga lecet” (P1) Salah satu partisipan berusia 27 tahun mengungkapan bahwa payudara terasa nyeri. Berikut ini ungkapannya: “... hmm..payudara saya berasa ngilu, nyeri...” (P4) Salah satu partisipan berusia 28 tahun dan bekerja sebagai guru mengungkapkan bahwa produksi ASInya berkurang. Berikut ini ungkapannya: “... payudara saya ASInya keluar sedikit...” (P3) 2. Masalah fisiologis ibu Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa masalah fisiologis yang terjadi adanya rasa kantuk dan lelah ibu. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan bersuku Betawi: “... kadang kalau saya sudah ngantuk dan lelah banget terus anak masih pengen terus netek rasanya gimana gitu, jadi kadang saya tidur anak saya mah tetep aja tuh netek sampe-sampe gak tahu kalau anak saya juga tidur,hehe (sambil tertawa)...” (P5) Tema 7. Dukungan ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif Faktor pendukung itu sangat penting untuk memberikan motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif dan sebagai salah satu wujud untuk mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif. Dari hasil wawancara kepada semua partisipan didapatkan beberapa sub tema yaitu 1) dukungan informasional, 2) dukungan emosional, dan 3) dukungan 64 instrumental. Berikut ini merupakan kategori yang terdapat pada subtema: 1. Dukungan informasional Hasil wawancara yang dilakukan pada enam partisipan didapatkan dukungan informasional dari suami, mama, dan teman kepada ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Salah satu partisipan berusia 27 tahun mengungkapkan bahwa suami sering menanyakan dan mengingatkan untuk memberikan ASI. berikut ini ungkapannya: “...kalau suami saya mendukung sekali ya. Suami paling sering menanyakan sudah ditetein belum begitu, mengingatkan saya terutama jika anak menangis dan bangun tidur untuk ditetein...” (P4) Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa suaminya bilang kalau anak lebih baik dan lebih bagus diberikan ASI eksklusif. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 7 bulan: “...suami bilang kalau anak lebih baik dan lebih bagus ASI eksklusif daripada susu formula untuk anak kita berikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan...” (P1) Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa dukungan dari mama adalah dengan mengajarkan posisi saat memberikan ASI eksklusif. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 25 tahun dan bersuku Betawi : “...terutama orang tua mendukung saya, mama pernah mengajarkan cara memegang bayi saat memberikan ASI, menggendong bayi, ya seperti itulah...” (P6) 65 Salah satu partisipan berusia 27 tahun mendapatkan informasi dari temannya dengan mengatakan berikan ASI saja, karena ASI itu bagus, jangan diberikan susu formula. Berikut ini ungkapannya: “...teman saya juga bilang sama saya katanya ASI saja, ASInya juga keluarnya banyak, ngapain harus susu formula...” (P4) 2. Dukungan emosional Dukungan emosional didapatkan oleh beberapa partisipan. Dukungan tersebut ddapatkan dari suami dan dari teman partisipan. Salah satu partisipan berusia 29 tahun mengungkapkan bahwa suami memberikan semangat yang terbaik adalah ASI eksklusif. Berikut ini ungkapannya: “...semangat ya bunda, pokoknya yang terbaik berikan ASI eksklusif, jangan susu formula...” (P2) Salah satu partisipan berusia 25 tahun dan bersuku Betawi mendapatkan dukungan emosional dari temannya. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan: “...teman saya juga mendukung. Teman saya bilang uda ASI aja, walaupun keluarnya sedikit, nanti juga lama-lama banyak ASInya. Bagusan ASI tahu untuk anak sampai 6 bulan...” (P6) 3. Dukungan instrumental Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa mamanya mendukung banget dari sejak hamil dan membuatkan sayur daun katuk. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai guru dan bersuku Betawi: “...mama ngedukung banget dari pas hamil 8 bulanan lebih, pokoknya uda bulannya dah, bilang nanti anaknya ASI aja jangan 66 dikasih susu. Sering dibuatin sayur daun katuk katanya biar ASInya banyak...” (P3) Tema 8. Mitos-mitos tentang ASI eksklusif Pandangan masyarakat mengenai ASI eksklusif berbeda-beda. Adanya mitos-mitos tentang ASI eksklusif merupakan salah satu pertimbangan keputusan bagi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif pada anak. Hasil penelitian didapatkan beberapa mitos dan tanggapan dari para partisipan. Berikut ini uraiannya: Salah satu partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 1 tahun mengungkapkan bahwa tidak pernah mendengar mengenai mitosmitos tentang ASI eksklusif. Berikut ini ungkapannya: “... oh.. saya gak pernah denger...” (P6) Salah satu partisipan berusia 27 tahun mengungkapkan bahwa pernah denger mitos-mitos tentang kolostrum itu kotor dan berwarna kuning. Berikut ini ungkapannya: “...hmm...pernah sih ya saya denger dari tetangga, ada yang mengatakan kalau kolostrum itu harus dibuang karena kotor dan warnanya agak kuning begitu katanya...” (P4) Salah satu partisipan berusia 29 tahun dan pendidikan terakhir SMA juga mengungkapkan bahwa tidak menanggapi tentang mitos-mitos yang ada. Berikut ini adalah ungkapan: “...kalau itu sih cuma omongan yah, karena kalau sekarang itu kan harus ditunjukkan secara medis tidak hanya sekedar omongan...” (P2) Lima dari enam partisipan mengungkapkan bahwa adanya mitos selama memberikan ASI eksklusif adanya pantangan makanan seperti tidak 67 makan pedes, asem, dan minum es. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 7 bulan: “...katanya sih, kalau selama memberikan ASI eksklusif itu gak boleh makan yang pedes, bayi akan mencret-mencret-mencret, makan yang asem juga sama. Banyak makan es juga anak saya jadi flu,tapi tergantung dari kekebalan tubuh anaknya juga sih...” (P1) Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa adanya perubahan pada payudara yaitu payudara menjadi kendor. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan berusia 29 tahun: “...pernah denger dari orang, kalau sering menyusui anak, jadi payudara saya menjadi seperti kendor, berbeda dari sebelum melahirkan, hehe (sambil tertawa)...”(P2) BAB VI PEMBAHASAN Bab ini menjabarkan beberapa bagian yang terkait dengan hasil penelitian yang telah diperoleh. Bagian pertama menjabarkan pembahasan hasil penelitian yaitu membandingkan dengan konsep, teori, dan berbagai penelitian sebelumnya yang terkait dengan hasil penelitian ini untuk memperkuat pembahasan interpretasi hasil penelitian. Bagian kedua adalah mengemukakan berbagai keterbatasan selama proses penelitian dengan membandingkan pengalaman selama proses penelitian yang telah dilakukan dengan proses yang seharusnya dilakukan sesuai dengan aturan. A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi Penelitian ini menghasilkan sepuluh tema. Beberapa diantaranya memiliki sub tema dengan beberapa kategori makna tertentu. Tema tersebut teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Berikut penjelasan secara rinci untuk masing-masing tema yang dihasilkan dari penelitian ini: Tema 1. Makna ASI bagi ibu primipara ASI memiliki makna yang begitu luas, yang mencakup penilaian serta pemikiran seseorang. Penelitian ini makna ASI bagi ibu primipara dipersepsikan bervariasi oleh para partisipan. Makna ASI bagi ibu meliputi air susu ibu, cairan susu berwarna putih, makanan pemula bagi bayi baru lahir, dan suplemen bagi bayi. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.33 tahun 2012 bahwa yang dimaksud dengan Air 68 69 Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. ASI adalah makanan pemula utama untuk bayi (Wong, dkk., 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti bahwa salah satu partisipan mengungkapkan ASI merupakan makanan pemula yang lebih utama untuk sang bayi dari pada susu formula lainnya dan partisipan lainnya juga mengatakan bahwa ASI merupakan cairan yang berasal dari dalam tubuh ibu yang dikeluarkan melalui payudara bentuknya seperti cairan susu warnanya putih yang harus diberikan kepada bayi. Woolridge, Fisher (1988) dalam Wong, dkk (2008), pada setiap awal pemberian makan yang dilakukan oleh ibu, susu itu mengandung lebih sedikit lemak dan mengalir lebih cepat daripada susu yang keluar menjelang akhir pemberian makan. Menjelang akhir pemberian makan, susu ini lebih putih dan mengandung lebih banyak lemak. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa semua partisipan mengungkapkan pemahamannya tentang ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi dari sejak dilahirkan sampai usia enam bulan tanpa tambahan makanan dan minuman lain, hanya ASI saja yang diberikan. Roesli (2008) menjelaskan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia enam bulan, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim. 70 Tema 2. Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian partisipan mengatakan bahwa didalam kandungan ASI terdapat karbohidrat, kalsium, protein, vitamin, dan zat untuk kekebalan tubuh bayi. Hasil ini sesuai dengan teori yang ditulis oleh Roesli (2008), bahwa ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan dan sel darah putih. Penelitian ini juga didapatkan bahwa lima dari enam partisipan mengungkapkan kelebihan ASI eksklusif itu tidak repot, instan, praktis, dan mudah selain itu juga ASI eksklusif itu hemat biaya. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Wen, et.al (2009) yang menyatakan bahwa sebanyak 52% ibu mengatakan ASI eksklusif itu lebih murah, biayanya efektif dan sebanyak 29% mengatakan ASI eksklusif itu lebih mudah. Hasil penelitian juga sesuai dengan teori Mercer (1991) bahwa untuk pencapaian peran sebagai seorang ibu dipengaruhi oleh lingkungan makrosistem yang berkaitan dengan adanya tingkat status ekonomi seseorang dimana untuk memberikan ASI eksklusif itu sangat ekonomis. Wong, dkk (2008) menjelaskan ASI adalah makanan yang paling murah, selalu tersedia setiap saat, siap disajikan dalam susuh kamar, dan bebas dari kontaminasi. ASI lebih mudah di disiapkan, lebih mudah dicerna oleh bayi dan memberikan ASI akan membuat perjalanan menjadi terasa ringkas dan mudah, selain itu juga gratis (Roesli, 2008). 71 Tema 3. Motivasi ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif Hasil wawancara yang dilakukan pada enam partisipan dalam penelitian ini didapatkan bahwa motivasi ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif karena dapat memberikan manfaat pada ibu, bayi, keluarga, dan lingkungan. Roesli (2008) menyatakan bahwa memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua. Bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik, perusahaan, lingkungan dan masyarakat pun akan mendapat keuntungan. Sebagian partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif untuknya adalah dapat mencegah kanker payudara. Hal ini sejalan dengan penelitian Buckeley, Kathleen dan Gloria (2006) yang menyatakan bahwa menyusui dapat mengurangi resiko kanker payudara sebanyak 4,3% untuk setiap tahun selama menyusui. Donnelly, dkk (2013) juga melaporkan bahwa sebanyak 81,5% ibu mengatakan alasan yang menyebabkan terjadinya kanker payudara karena tidak menyusui bayi mereka. Penelitian ini juga didapatkan bahwa dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat yang dirasakan ibu setelah memberikan ASI eksklusif adanya penurunan berat badan dari berat badan sebelum hamil. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wen, et.al (2009) di Australia bahwa sebanyak 10% ibu mengatakan manfaat pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan berat badan pasca melahirkan. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa hampir semua partisipan mengungkapkan bahwa ASI eksklusif dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi, meningkatkan daya tahan tubuh bayi, anak menjadi lebih sehat. Dewi (2011) menjelaskan bahwa manfaat pemberian ASI eksklusif 72 kepada anak selama 6 bulan pertama dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangannya menjadi lebih baik, bayi jarang mengalami sakit karena adanya zat protektif untuk melindungi bayi dari infeksi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wen, et.al (2009) bahwa ASI baik untuk kesehatan bayi, melindungi bayi dari penyakit, meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta membantu menjalin kedekatan antara ibu dan anak. Penelitian ini juga didapatkan bahwa empat dari enam partisipan mengatakan anak menjadi pinter dan cerdas setelah diberikan ASI eksklusif. Menurut Roesli (2008), pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi berusia enam bulan akan menjamin tercapainya kecerdasan anak secara optimal karena adanya nutrien yang tepat yang secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan bayi agar otak menjadi tumbuh dengan optimal. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Maharditha, dkk (2008) menunjukkan bahwa perkembangan kognitif pada bayi yang diberikan ASI eksklusif lebih tinggi sebanyak 4.761 dibandingkan dengan tidak diberikan ASI eksklusif sebanyak 4.431 pada yang diukur dengan skala kognitif Mullen dalam waktu sekitar enam sampai sembilan bulan. Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI sangat penting karena ASI adalah cairan yang pertama kali diminum untuk mengawali kehidupan anak. Hal ini sejalan dengan teori yang ditulis oleh Meadow (2005), bahwa pemberian ASI merupakan awal yang sempurna bagi bayi untuk memulai kehidupannya karena ASI mudah langsung tersedia, tidak mahal dan mudah dikonsumsi. Partisipan mengatakan pemberian ASI eksklusif juga bermanfaat bagi lingkungan karena tidak menimbulkan banyak sampah, seperti kaleng dan kardus susu. Hal ini sejalan 73 dengan teori yang ditulis oleh Roesli (2005), bahwa ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia. Memberi ASI tidak memerlukan kaleng susu, karton, kertas pembungkus, botol plastik dan dot karet. Tema 4. Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif salah satunya adalah melakukan Inisiasi Menyusui Dini setelah melahirkan. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdapat lima dari enam partisipan yang mengungkapkan bahwa inisiasi menyusui dini dilakukan pada saat bayi dilahirkan, bayi diletakkan diatas badan ibu oleh bidan, diantara payudara di bagian dada dalam posisi tengkurap, bayi saya masih belum bersih, masih ada darah dan kotoran dari rahim. Salah satu ibu primipara lainnya mengatakan bahwa inisiasi menyusui dini hanya sebagai pendekatan sekedar memperagakan bayi untuk mencari puting. Hal ini sesuai dengan Depkes (2008), bahwa Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu segera setelah lahir, membiarkannya merayap mencari puting, kemudian menyusu sampai puas. Proses ini dibiarkan berlangsung minimal selama satu jam pertama sejak bayi lahir. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Haider, et.al (2010), bahwa prevalensi ibu yang mempraktekkan perilaku menempatkan bayi ke payudara ibu dalam satu jam pertama setelah lahir sebanyak 76%, pemberian kolostrum dan tidak memberikan cairan lain atau makanan dalam tiga hari pertama sebanyak 54%, tidak memberikan susu botol sebanyak 85%, menyusui on demand sebanyak 96%, dan pemberian ASI eksklusif dari lahir sampai 6 bulan sebanyak 90%, 74 hal itu terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu tentang bahaya menunda inisiasi menyusui dini yang menjadi alasan ibu untuk melakukan praktek itu. Penelitiannya juga didapatkan hanya seperempat dari ibu yang melaporkan bahwa memulai menyusui dalam waktu satu jam setelah melahirkan, sementara mayoritas dari ibu-ibu tersebut melakukannya dalam waktu satu sampai 3 jam setelah melahirkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lee, et.al (2013), didapatkan bahwa sebagian besar ibu yang pertama kali melahirkan menyadari pentingnya inisiasi menyusui dini dan nilai kolostrum. Mereka mengatakan bahwa praktek inisisasi menyusui dini adalah tugas dari tenaga kesehatan yang membantu mereka untuk melakukannya biasanya dalam waktu satu jam setelah melahirkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Mercer (1991) yang menyebutkan bahwa komponen utama dari peran ibu terbagi menjadi tiga yaitu keterikatan pada bayi, memperoleh kompetensi dalam perilaku ibu, dan mengekspresikan kepuasan dalam interaksi antara ibu dan bayi. Pada komponen ini ibu harus memiliki rasa kasih sayang pada bayi, keterampilan dalam praktik menyusui dengan benar dan akhirnya mendapatkan kepuasan tersendiri setelah semuanya tercapai. Pencapaian peran sebagai seorang ibu dilakukan dengan empat fase yang salah satunya adalah fase formal, dimana pada fase ini ibu melahirkan anak pertama dan belajar memberikan ASI untuk pertama kali dengan orang lain disini yaitu seorang bidan atau petugas kesehatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa beberapa partisipan mengungkapkan dalam memberikan ASI eksklusif dilakukan dengan posisi duduk, tiduran, berdiri sambil jalan-jalan, dan salah satu 75 partisipan mengungkapkan memberikan posisi sesuai dengan kenyamanan bayinya. Hal ini sesuai dengan teori yang ditulis Leifer (2005), bahwa memberikan ASI eksklusif pada bayi harus memiliki persiapan sebelumnya baik untuk ibu maupun bayi. Persiapan untuk ibu dan bayi salah satunya adalah dengan posisi yang nyaman dan rileks dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi. Dewi (2011) juga menyatakan bahwa terdapat berbagai macam posisi menyusui yang biasa dilakukan oleh ibu yaitu dengan posisi duduk, berdiri, dan berbaring. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori yang ditulis oleh Murray & McKinney (2006), bahwa ada empat posisi dasar untuk memberikan ASI eksklusif yaitu posisi memegang bola kaki dimana ibu akan lebih mudah melihat mulut bayi ketika menghisap puting, posisi menggendong atau mengayun bayi terutama untuk bayi yang kecil, posisi berbaring miring, dan posisi di atas pangkuan Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa semua partisipan mengatakan dalam memberikan ASI eksklusif tubuh bayi harus dimiringkan kebadan ibu, menempel diperut lalu langsung mulutnya menghisap payudara. Empat dari enam partisipan juga mengungkapkan bahwa pelekatan mulut bayi saat menyusui menempel pada puting sampai menutupi bagian hitam pada payudara (areola) dan salah satu partisipan mengatakan jangan sampai hidung bayi menutupi payudara saat menyusui karena akan membuat bayi tidak bisa bernapas. Hal ini sejalan dengan teori yang ditulis oleh Lowdermilk (2004), bahwa menyusui bayi dengan membawanya dekat ke payudara, bukan payudara didekatkan ke bayi. wajah, dada, abdomen, dan lutut bayi, semuanya harus menghadap tubuh ibu. Menyentuhkan bibir bawah bayi 76 dengan puting untuk memulai refleks rooting. Bayi akan berputar ke arah puting lalu mencium bau kolostrum dan susu dengan mulut terbuka. Meletakkan mulut bayi pada payudara dengan menuntun puting dan jaringan areola masuk ke mulut bayi di atas lidah. Menekan payudara dengan ibu jari di atas areola dan jari-jari lain dibawah areola untuk memungkinkan bayi menghisap dengan efektif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa semua partisipan mengatakan waktu awal-awal menyusui dibantu menggunakan tangan untuk memasukkan putting lalu payudara dipegang dan sekarang hanya bantu memasukkan putingnya saja, sudah tidak dipegangin sampai selesai menyusui. Lowdermilk (2004) menyatakan hal yang sama, bahwa puting dan sebagian besar areola harus berada didalam mulut bayi. apabila hidung bayi kelihatan tertutup oleh payudara, ibu dapat mengangkat panggul bayi sehingga memberikan banyak ruang untuk bernapas. Selama menyusui untuk beberapa minggu kemungkinan ibu harus menggunakan tangannya untuk memegang payudara agar bayi dapat menghisap dengan efektif. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Mercer (1991) yang menyebutkan bahwa untuk mencapai peran sebagai seorang ibu terdiri dari tiga komponen yaitu keterikatan ibu dengan bayi, memiliki keterampilan dalam menyusui dengan benar dan kepuasan berinteraksi dengan bayi. Penelitian ini didapatkan bahwa lima dari enam partisipan mengatakan waktu untuk memberikan ASI eksklusif disaat anaknya menangis. Sebagian partisipan lainnya memberikan ASI eksklusif saat anaknya mau tidur dan bangun tidur. Hal ini sejalan dengan teori yang ditulis oleh Murray & 77 McKinney (2006), bahwa ketika bayi merasa lapar, mereka biasanya menangis keras sampai kebutuhan mereka terpenuhi. Beberapa bayi akan menarik diri ke dalam tidur karena ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kelaparan. Pada kondisi itu ibu harus siap untuk memberikan ASI kepada bayi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Kuzma, (2013), menyatakan bahwa sebanyak 91% dari ibu-ibu yang menyusui, mereka memberikannya ketika bayi mereka menangis, sebanyak 7 sampai 8 kali perhari. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa semua partisipan mengatakan bahwa memberikan ASI eksklusif pada bayi sekitar 5 sampai 10 menit dan diberikan sekitar dua sampai tiga jam sekali. Hanya satu partisipan yang mengatakan bahwa dalam meberikan ASI esksklusif tidak membatasi, disaat anak ingin menyusu langsung kasih dan kapan saja. Menyusui bayi sebaiknya dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Rata-rata bayi menyusui selama 5 sampai 15 menit, walaupun terkadang lebih. Hal ini sejalan dengan teori yang ditulis oleh Hegar (2008), bahwa menyusui bayi sesering mungkin sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam dan tidak hanya pada satu payudara melainkan keduanya secara seimbang, menghasilkan ASI. sehingga mendapat Menyusui pada stimulasi malam hari yang sama dapat untuk membantu mempertahankan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari. Leifer (2005) juga menunjukkan bahwa, bayi yang baru lahir perlu diberi makan setiap 2 atau 3 jam di awal kapasitas lambung bayi baru lahir yang kecil. Umumnya bayi baru lahir menyusui selama kurang 78 lebih 15 menit pada payudara pertama, dan selanjutnya diikuti oleh payudara lainnya. Rata-rata waktu untuk menyusui adalah 15 sampai 20 menit per payudara. Semua partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa tanda bayi mereka sudah cukup ASI yang telah diberikan ketika bayi sudah tertidur nyenyak dan sebagian dari partisipan mengatakan ketika bayi sudah melepaskan payudaranya dan kenyang. Hal ini sesuai dengan teori yang ditulis Leifer (2005), bahwa ibu harus diajarkan untuk mengetahui isyarat pada bayi baru lahir, bagaimana menentukan ASI yang telah diberikan pada bayi sudah cukup. Kecukupan ASI pada bayi dapat ditunjukkan pada pola mengisap bayi yang baru lahir akan memperlambat, bayi yang baru lahir bisa tertidur, dan payudara ibu terasa lembut, menunjukkan kenyang. Tema 5. Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ibu merasakan senang dan bangga sebagai ibu dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Hal ini sejalan dengan penelitian Wen, et.al (2006) yang menyatakan bahwa ketika ibu sukses dalam memberikan ASI eksklusif, mereka merasakan kebanggaan dan kenyamanan berdasarkan pengalaman ibu yang berada di unit neonatal Swedia. Hasil penelitian yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa salah satu partisipan mengatakan merasa puas dan lega karena dapat memberikan yang terbaik untuk anak. Hal ini sejalan dengan teori yang ditulis oleh Wong, dkk (2008), ibu memiliki perasaan yang menyatu sangat dekat dengan anaknya dan merasa tuntas dan merasa puas ketika bayi menghisap ASI 79 darinya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori Mercer (1991) yang menyebutkan bahwa untuk mencapai peran sebagai seorang ibu adanya fase personal, dimana pada tahap ini ibu sudah menginternalisasi perannya, ibu primipara merasakan kepuasan karena berhasil dalam memberikan ASI Eksklusif. Tema 6. Hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif Penelitian ini didapatkan bahwa ibu primipara mengalami hambatan dalam memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian didapatkan bahwa para parisipan mengalami masalah pada payudara seperti payudara terasa sakit, lecet pada putting, bengkak, terasa nyeri, produksi ASI yang kurang dan adanya rasa kantuk serta lelahnya ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Ibu yang memberikan ASI eksklusif mungkin mengalami beberapa masalah umum. Beberapa kasus, komplikasi ini dapat dicegah jika ibu menerima pendidikan yang tepat tentang menyusui (Perry & Wong, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Tucker, Wilson & Samandari (2011) yang menyatakan bahwa dari 102 responden yang memulai memberikan ASI eksklusif tetapi berhenti saat empat bulan pasca melahirkan, hampir dua per tiga ibu remaja yang terdaftar lebih dari satu alasan untuk berhenti menyusui yaitu kembali ke sekolah (34%), merasa bahwa ASI saja tidak memuaskan bayi (33%), produksi ASI mereka tidak cukup (32%), nyeri puting (28%), dan alasan lain (19%). Penelitian yang dilakukan Agunbiade & Ogunleye (2012), didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa kendala utama pemberian ASI eksklusif adalah persepsi ibu bahwa bayi terus menjadi lapar setelah diberikan ASI 80 (29%), masalah kesehatan ibu (26%), takut bayi menjadi kecanduan ASI (26%), tekanan dari ibu mertua (25%), nyeri di payudara (25%), dan kebutuhan untuk kembali bekerja (24%). Penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa pengalaman beberapa ibu merasa sangat sulit untuk menyusui selama enam bulan. Hal ini karena mereka mengeluh bahwa payudara mereka sakit sedangkan bayi mereka terus saja menghisap dengan kuat agar ASI bisa mengalir dengan lancar (Agunbiade & Ogunleye, 2012). Tema 7. Dukungan ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif Dukungan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif didapatkan baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga seperti teman. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti, dimana semua partisipan mendapat dukungan dari suami dan adanya dorongan dari keluarga mereka untuk memberikan ASI eksklusif dari sejak kehamilannya. Hasil penelitian juga sesuai dengan teori Mercer (1991) bahwa untuk pencapaian peran sebagai seorang ibu dipengaruhi oleh lingkungan makrosistem, dimana dalam memberikan ASI eksklusif terdapat fungsi keluarga dan adanya dukungan sosial. Hal ini juga sejalan dengan teori yang ditulis oleh Perry & Wong (2006), dukungan dari pasangan dan keluarga merupakan faktor yang sangat besar bagi ibu untuk mencapai kesuksesan dalam memberikan ASI eksklusif. Persiapan prenatal idealnya dilakukan oleh ayah termasuk menyediakan informasi tentang keuntungan memberikan ASI eksklusif dan bagaimana berpatisipasi dalam merawat bayi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Mannion, et.al (2013) menyatakan bahwa sebanyak 55% wanita merasa 81 bahwa pasangan mereka mendorong untuk memberikan ASI eksklusif dan sebanyak 23% mengatakan pasangan mereka berfikir bahwa memberikan ASI eksklusif adalah yang terbaik dan sehat untuk bayi. Penelitiannya juga dihasilkan bahwa dukungan yang terkait dalam memberikan ASI eksklusif oleh ibu maternal 65%, teman 65%, dan dokter 61%. Bentuk dukungan selain dari anggota keluarga juga didapatkan oleh ibu primipara berupa dukungan informasional dan emosional. Dukungan yang didapatkan oleh semua partisipan meliputi dukungan informasional, emosional dan instrumental. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa beberapa ibu primipara mendapatkan dukungan selain dari keluarga yaitu dukungan dari teman dalam bentuk dukungan informasional dan emosional namun pada penelitian ini tidak terdapat dukungan penghargaan yang diberikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Tucker et.al (2011), menyatakan bahwa beberapa remaja Afrika Amerika mengatakan bahwa wanita lain dalam keluarga mereka telah memberikan ASI dan dan semua orang mendukung. Hal ini juga sejalan dengan teori Friedman (1998), bahwa dukungan sosial dapat dibagi menjadi 5 buah komponen yaitu 1) dukungan emosional yang menunjukkan bantuan dalam bentuk dorongan empati dan kepedulian terhadap individuindividu lain. Dengan begitu individu merasa dihormati dan dicintai selain itu juga individu akan merasa aman; 2) dukungan penghargaan, merupakan ungkapan positif dari orang lain kepada individu yang mencakup dorongan atas persetujuan terhadap ide-ide dan perasaan yang dimiliki individu; 3) dukungan instrumental, merupakan dukungan yang diberikan dalam bentuk tindakan nyata, pemberian barang-barang nyata atau jasa individu pada saat 82 dibutuhkan. Macam-macam aktivitas seperti menyediakan bantuan, meminjamkan, atau memberikan uang, dapat disuruh melakukan suatu hal, menyediakan transportasi dan membantu dengan tugas yang praktis; 4) dukungan informasi, pemberian informasi atau mengajarkan keterampilan yang bisa menyediakan pemecahan masalah terhadap masalah dan dukungan yang meliputi informasi yang membantu individu dalam mengevaluasi penampilan pribadi; 5) hubungan sosial, menghabiskan waktu dengan orang lain pada waktu luang dan kegiatan rekreasi. Hasil penelitian ini ibu kandung atau orang tua telah memberikan dukungan secara instrumental yaitu sering membuatkan sayur daun katuk dengan alasan untuk memperbanyak produksi ASI. Sebagian dari orang tua partisipan juga memberikan dukungan secara informasional dengan mengajarkan bagaimana posisi yang baik saat memberikan ASI dan cara menggendong bayi dengan baik dan benar. Hasil penelitian menunjukkan adanya bentuk dukungan emosional yang diberikan oleh suami meliputi memberikan semangat selalu untuk memberikan ASI eksklusif pada anak, selain itu dukungan informasional juga diberikan oleh suami dengan selalu mengingatkan apabila bayi menangis untuk segera memberikan ASI. Hal ini sejalan dengan teori yang ditulis oleh Roesli (2008), dari semua dukungan bagi ibu menyusui, dukungan ayah adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Ayah cukup memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan yang praktis. Dukungan lain yang dirasakan oleh ibu adalah dukungan dari 83 teman-temanya dalam bentuk informasional bahwa ASI eksklusif lebih baik daripada susu formula. Tema 8. Mitos-mitos tentang ASI eksklusif Ketidaksempurnaan dalam pemberian ASI eksklusif sering disebabkan karena adanya berbagai mitos yang berkembang dimasyarakat (Yuliarti, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa pernah mendengar adanya mitos bahwa kolostrum adalah air kotor dan harus dibuang. hal ini sejalan dengan penelitian Kuzma (2013) yang menyatakan bahwa sebanyak 98% ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya, hanya duapertiganya yang telah memberikan kolostrum kepada bayinya. Sebagian besar penjelasan yang diberikan oleh ibu yang menolak untuk memberikan kolostrum karena adanya keyakinan budaya yang menyatakan bahwa kolostrum dapat membahayakan bayi, kolostrum kotor, haram, berisi nanah yang terinfeksi, limbah dari ibu, bukan makanan untuk anak, menular, dan dapat menyebabkan mata kuning. Danandjaja dalam Swasono (1997) menjelaskan bayi baru disusui bila air susu ibunya telah berwarna putih, yakni setelah kolostrum dibuang. Hal ini sama seperti di Trunyan, Bali, kolostrum dibuang karena dianggap menyebabkan bayi sakit perut. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti bahwa selama memberikan ASI eksklusif adanya mitos tentang pembatasan makanan yang dimakan. Selama memberikan ASI eksklusif tidak boleh makan pedas dan asam karena dapat menyebabkan bayi diare. Banyak minum es dapat menyebabkan anak sakit flu. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kuzma (2013) bahwa 84 sebanyak 57% ibu menyusui mengakui adanya pembatasan makanan oleh budaya mereka. Anggorodi dalam Swasono (1997) menjelaskan terdapat pantangan makanan bagi wanita hamil dan menyusui di Desa Simpar dan Desa Kosambi, kabupaten Subang, Jawa Barat. Kategori makanan bagi wanita hamil dan menyusui berkenaan dengan pandangan budaya tentang makanan yang dianggap baik sehingga harus dikonsumsi, maupun yang dianggap dapat memberikan dampak buruk bagi dirinya dan bayi dalam kandungannya sehingga harus dihindari. Makanan yang dianggap dapat memberikan dampak buruk itu umumnya disebut sebagai makanan pantang. Penduduk disana mempunyai pandangan yang sama tentang beberapa jenis makanan yang dianggap baik, seperti daun katuk, daun bayam, kacang panjang, dan daun pepaya. Daun-daunan ini dianggap dapat menambah air susu. Masyarakat juga berpendapat bahwa makan telur disebut sebagai makanan pantang karena dapat menyebabkan air susu menjadi amis. Mitosmitos yang terjadi di lingkungan sekitar juga mengatakan bahwa memberikan ASI eksklusif akan membuat payudara menjadi tidak kencang berbeda dari sebelum melahirkan. Faktanya bahwa payudara menjadi tidak kencang disebabkan oleh bertambahnya usia dan kehamilan. Pada saat hamil, hormonhormon menambah kelenjar ASI sehingga membuat ukuran payudara lebih dari ukuran biasanya. Ketika masa menyusui usai, ukuran payudara akan kembali menjadi normal sehingga mengendur (tidak kencang) (Yuliarti, 2010). 85 B. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan pengalaman proses penelitian didapatkan beberapa keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain: 1. Ketika mencari partisipan penelitian yang harus sesuai dengan kriteria inklusi merupakan suatu tantangan tersendiri. Peneliti harus memilih data partisipan dari petugas kelurahan Kembangan Utara yang kebanyakan partisipan adalah ibu multipara, sehingga selama penelitian hanya didapatkan enam partisipan yang memenuhi kriteria. 2. Kebanyakan partisipan di wilayah Kembangan Utara merupakan penduduk yang berasal dari suku Betawi sehingga karakteristik budaya partisipan kurang bervariasi. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran arti pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Tema yang teridentifikasi sejumlah delapan tema dari enam partisipan yang telah diwawancarai. Makna ASI bagi ibu primipara merupakan air susu ibu, cairan yang berwana putih, makanan pemula bagi bayi baru lahir, nutrisi bagi bayi, dan ASI eksklusif. Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara karena adanya kandungan ASI dan kelebihan ASI. Kandungan didalam ASI memiliki banyak komponen yang bermanfaat dan kelebihan ASI itu adalah praktis dan ekonomis. Motivasi ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif karena dapat memberikan manfaat pada ibu yaitu mencegah penyakit kanker payudara, mengurangi kegemukan pasca melahirkan. Memberikan manfaat pada bayi yaitu anak menjadi sehat, ASI mengawali kehidupan anak, meningkatkan berat badan anak, pertumbuhan dan perkembangannya meningkat, meningkatkan IQ, dan meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Manfaat bagi keluarga adalah menjalin kasih sayang keluarga. Memberikan manfaat pada lingkungan bahwa semua partisipan mengatakan ASI tidak menimbulkan banyak sampah. 86 87 Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif meliputi bayi diletakkan di tubuh ibu dan peragaan bayi mencari puting. Posisi ibu saat memberikan ASI eksklusif terdiri dari duduk dan tiduran, berdiri sambil jalan, dan sesuai posisi nyaman bayi. Posisi bayi saat diberikan ASI eksklusif yaitu dipangku dan di miringkan ke tubuh ibu, tiduran sesuai posisi payudara yang diberikan, dan digendong menggunakan gendongan. Waktu pemberian ASI eksklusif dilakukan saat bayi menangis, sebelum bayi tidur, setelah bayi bangun tidur, tidak ada batasan dan sesuai kebutukan anak, dan durasi dalam memberikan ASI sekitar 5 sampai 10 menit dalam waktu 2 sampai 3 jam sekali. Tanda bayi cukup ASI dapat dilihat dengan bayi tertidur, bayi tidak menghisap payudara, bayi kenyang dan tidak berlebihan. Pelekatan mulut bayi pada payudara yaitu mulut bayi menghisap puting sampai ke areola, pelekatan dibantu dengan tangan ibu, dan payudara tidak menutupi hidung bayi. Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif dapat dilihat dari aspek psikologis bahwa ibu merasa senang, merasa bangga, dan kepuasan diri. Terdapat hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif yang meliputi masalah pada payudara seperti payudara bengkak, puting lecet, terasa nyeri, dan produksi ASI kurang dan masalah fisiologis ibu yaitu rasa kantuk dan lelah. Dukungan ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif didapatkan baik dari dalam keluarga meliputi orangtua dan suami maupun dari luar keluarga seperti teman. Dukungan yang diberikan meliputi dukungan informasional, dukungan emosional, dan dukungan instrumental. Mitos-mitos 88 tentang ASI Eksklusif meliputi tidak tahu tentang mitos-mitos ASI eksklusif, mitos tentang kolostrum kotor dan berwarna kuning, tidak menanggapi tentang mitos, pantangan makanan yaitu tidak makan pedes, asem dan minum es selama memberikan ASI eksklusif. Mitos lainnya adalah perubahan bentuk payudara, dua orang partisipan mengatakan pernah mendengar bahwa memberikan ASI eksklusif membuat payudara menjaditidak kencang, berbeda dari sebelum melahirkan. B. Saran 1. Pelayanan kesehatan Perawat dan tenaga kesehatan lainnya mendapatkan gambaran tentang pemberian ASI eksklusif yang dilakukan oleh ibu primipara. Penelitian ini dapat menjadi landasan bagi keperawatan untuk mengembangkan asuhan keperawatan pada pelayanan ibu dan anak serta menjadi landasan dalam promosi kesehatan dalam upaya meningkatkan pemberian ASI eksklusif khususnya pada ibu primipara. 2. Institusi keperawatan Hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi landasan dalam mengembangkan program kurikulum pendidikan keperawatan terkait dengan mata ajar keperawatan maternitas dan dapat mengembangkan kompetensi pembelajaran pada mahasiswa mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. 89 3. Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan referensi dan pertimbangan serta perlu adanya penelitian lanjutan melalui eksplorasi mendalam tentang aspek budaya dalam pemberian ASI eksklusif karena perilaku yang melekat pada ibu berpengaruh oleh aspek budaya yang dimiliki dan penerapan teori maternal role attainment-becoming a mother pada ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. DAFTAR PUSTAKA Agunbiade, Ojo M dan Opeyemi V Ogunleye. Constraints to exclusive breastfeeding practice among breastfeeding mothers in Southwest Nigeria: implications for scaling up. 2012. diakses pada tanggal 16 Desember 2013 dalam http://www.internationalbreastfeedingjournal.com Baskoro, Anton. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta : Banyu Media, 2008 Buckeley, Kathleen M., dan Gloria E Charles. Benefits and challenges of transitioning preterm infants to at-breast feedings, 2006. diakses pada tanggal 16 Desember 2013 dalam http://www.biomedcentral.com Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC, 2004 Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008 Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta : EGC, 2003 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas, 2008 Dewi, Vivian Nanny Lia. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika, 2011 Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes. Pesan-Pesan tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif untuk tenaga kesehatan dan keluarga Indonesi, 2008 Donnelly, Tam Truong., dkk. Beliefs and attitudes about breast cancer and screening practices among Arab women living in Qatar: a cross-sectional study, 2013. diakses pada tanggal 18 Desember 2013 dalam http://www.biomedcentral.com Faiz, O & Moffat, D. At a Glance Series Anatomi. Jakarta : EMS, 2004 Friedman, M. M. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC, 1998 Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC, 2008 Geddes, Donna T. Inside the Lactating Breast: The Latest Anatomy Research. America : Elsevier Inc, 2007 Haider, Rukhsana., et.al. Breastfeeding in infancy: identifying the programrelevant issues in Bangladesh, 2010. diakses pada tanggal 18 Desember 2013 dalam http://www.internationalbreastfeedingjournal.com Hamilton, Persis Mary. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC, 1995 Hegar, Badriul. Bedah ASI. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2008 Hidayat, A. Azis. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika, 2007 Holloway, Immy. A-Z Qualitative Research in Healthcare Second Edition. British : Blackwell Publishing, 2008 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi, 2012 Kementerian Kesehatan RI, Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta, 2012. diakses pada tanggal 20 Maret 2013 dalam http://www.depkes.go.id Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di Indonesia 2010. Jakarta : Bappenas, 2010. diakses pada tanggal 20 Maret 2013 dalam http://www.bappenas.go.id Kuzma, Jerzy. Knowledge, attitude and practice related to infant feeding among women in rural Papua New Guinea: a descriptive, mixed method study, 2013. diakses pada tanggal 18 Desember 2013 dalam http://www.internationalbreastfeedingjournal.com Lee, Hope Mei Hong., Jo Durham., Jenny Booth., dan Vanphanom Sychareun. A qualitative study on the breastfeeding experiences of first-time mothers in Vientiane, Lao PDR, 2013. diakses pada tanggal 16 Desember 2013 dalam http://www.biomedcentral.com Leifer, Gloria. MA, RN. Maternity Nursing an Introductory Text, Tenth Edition. USA: Saunders Elsevier, 2008 Lowdermilk, B. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC, 2004 Maharditha, I G., Soetjiningsih, I K. G., dan Suandi. Cognitive development in babies with exclusive breastfeeding using Mullen Scale test, 2008. diakses pada tanggal 16 Desember 2013 dalam http://www.paediatricaindonesiana.org Mannion, Cynthia A., Amy J Hobbs., Sheila W McDonald., dan Suzanne C Tough. Maternal perceptions of partner support during Breastfeeding, 2013. diakses pada tanggal 16 Desember http://www.internationalbreastfeedingjournal.com 2013 dalam Meadow, Sir Roy. Lecture Notes Pediatrika. Jakarta : EMS, 2005 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010 Murray, Sharon S. dan McKinney, Emily S. Foundations of Maternal-Newborn Nursing, Fourth Edition. USA : Saunders Elsevier, 2006 Nizar, Erfi. Anak Pertama Gagal ASI Eksklusif- Bagaimana Dengan Adik?. Jakarta Selatan : AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), 2010. diakses pada tanggal 20 maret 2013 dalam http://aimi-asi.org Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta, 2007 Nurlely, Ika Apriani. perbedaan faktor-faktor pemberian asi eksklusif di wilayah kerja puskesmas poncol dan puskesmas candilama kota Semarang, 2012 Nurmiati, B. Pengaruh Durasi Pemberian Asi Terhadap Ketahanan Hidup Bayi di Indonesia, 2008. diakses pada tanggal 28 April 2013 dalam http://journal.ui.ac.id/u Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2012. Jakarta, 2011. diakses pada tanggal 21 Maret 2013 dalam http://bappedajakarta.go.id Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. jakarta, 2012. diakses pada tanggal 20 Maret 2013 dalam http://www.depkes.go.id ______________________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Jakarta, 2002. diakses pada tanggal 20 maret 2013 dalam http://www.kesehatananak.depkes.go.id ______________________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta, 2009. diakses pada tanggal 21 Maret 2013 dalam http://www.jkn.kemkes.go.id Perry, Shannon E & Donna L.Wong. Maternal child nursing care, third edition. MOSBY.2006.USA. Perry, Shannon E. dan Lowdermilk, Deitra L. Maternity Nursing Seventh Edition. USA : Mosby Elsevier, 2006 Roesli, Utami. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya, 2005 ___________. Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : Pustaka Bunda, 2008 Rosita, Ratna. Rencana operasional promosi kesehatan ibu dan anak. Jakarta, 2010 Sinclair, Constance. Buku saku kebidanan. Jakarta: EGC, 2009 Smith, Paige H, dkk. Early Breastfeeding Experiences of Adolescent Mothers : A Qualitative Prospective Study. USA, 2012 Soetjiningsih. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC, 1997 Streubert, Helen J dkk. Qualitative research in nursing advancing the humanistic imperative. Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins, 2003 Stuebe, Alison. The Risk of Not Breastfeeding for Mothersand Infants. Chapel Hill : Departement of Obstetrics and Gynecology, 2009 Sugiyono. Memahami penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2010 Swasono, Meutia F. Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press), 1997 Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2003 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta : IMTIMA, 2007 Tomey and Alligood. Nursing Theorist and Their Work sixth edition. USA : Mosby, 2006 Tucker, Christine M., Ellen K Wilson., dan Ghazaleh Samandari. Infant feeding experiences among teen mothers in North Carolina: Findings from a mixedmethods study, 2011. diakses pada tanggal 18 Desember 2013 dalam http://www.internationalbreastfeedingjournal.com Wen, Li Ming., Louise A Baur., Chris Rissel., Garth Alperstein., dan Judy M Simpson. Intention to breastfeed and awareness of health recommendations: findings from first-time mothers in southwest Sydney, Australia, 2009. diakses pada tanggal 18 Desember 2013 dalam http://www.biomedcentral.com WHO. Global Data Bank on Infant and Young Child Feeding (IYCF). USA : BPS and Macro International, 2008 Wong, Donna.L. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC, 2008 Yuliarti, Nurheti. Keajaiban ASI - Makanan Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan, Dan Kelincahan Si Kecil, edisi 1. Yogyakarta: ANDI, 2010 Lampiran 1 Pedoman Wawancara Mendalam Pengalaman Ibu Primipara Dalam Memberikan Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat A. Petunjuk umum a. Tahap perkenalan b. Ucapkan terima kasih kepada partisipan atas ketersediaan dan waktu yang telah diluangkan untuk pelaksanaan wawancara c. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam B. Petunjuk wawancara mendalam a. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara b. Informan bebas menyampaikan pengalaman, pendapat dan saran pengalaman,pendapat dan saran partisipan sangat bernilai c. Pernyataan partisipan tidak bernilai benar dan salah d. Semua hasil wawancara akan dijaga kerahasiaannya e. Wawancara ini akan direkam dengan tape recorder untuk membantu pencatatan hasil wawancara C. Identitas partisipan Nama partisipan (inisial) : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Agama : Suku bangsa : Nama anak : Umur anak : Hari & tanggal : Waktu : Tempat : D. Pertanyaan Wawancara 1. Menggali pengetahuan a. Apa yang ibu ketahui tentang ASI Eksklusif? b. Darimana ibu mengetahui informasi itu? 2. Pengalaman a. Ibu bisa menjelaskan pengalaman ibu dalam memberikan ASI eksklusif? b. Menurut ibu apa yang menjadi alasan ibu memberikan ASI eksklusif? c. Menurut ibu, bagaimana teknik atau cara ibu dalam memberikan ASI eksklusif? d. Menurut ibu, apa hambatan atau masalah yang ibu alami dan rasakan dalam memberikan ASI secara eksklusif? e. Bagaimana perasaan ibu dalam memberikan ASI eksklusif? f. Manfaat apa yang ibu dapatkan setelah ibu memberikan ASI secara eksklusif? a) Manfaat bagi ibu? b) Manfaat bagi bayi? c) Manfaat bagi keluarga? d) Manfaat bagi lingkungan? g. Bagaimana tanggapan dari suami keluarga maupun lingkungan sekitar selama ibu memberikan ASI eksklusif? h. Menurut ibu apa saja mitos- mitos yang ada tentang ASI eksklusif? Lampiran 2 MATRIKS ANALISIS TEMATIK PERNYATAAN SIGNIFIKAN ASI itu Air Susu Ibu KATEGORI Air Susu Ibu SUB TEMA P P P P P P 1 2 3 4 5 6 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ TEMA Makna ASI bagi ibu primipara ASI itu cairan yang berasal dari tubuh ibu Cairan susu berwarna yang dikeluarkan melalui payudara dan putih bentuknya seperti cairan susu yang berwarna putih yang sangat bagus untuk bayi ASI adalah minuman formula atau Makanan pemula bagi makanan pemula yang lebih utama untuk bayi baru lahir sang bayi daripada seperti susu formula lainnya √ Suatu suplemen nutrisi dari dalam tubuh Nutrisi bagi bayi √ ibu yang alami yang sangat bermanfaat untuk bayi ASI yang diberikan kepada bayi dari ASI eksklusif √ sejak dilahirkan sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan dan minuman lain ASI sangat bagus untuk bayi karena Memiliki banyak Kandungan ASI banyak mengandung komponen- komponen yang eksklusif bagi ibu komponen yang bermanfaat bagi tubuh bermanfaat primipara √ Keunggulan ASI √ √ √ bayi ASI mengandung DHA untuk Mengandung DHA √ perkembangan otaknya yang tidak sama dengan susu formula ASI mengandung karbohidrat, kalsium, Banyaknya nutrisi protein, vitamin, dan zat untuk kekebalan dalam ASI tubuh bayi yang jumlahnya lebih banyak √ √ √ √ sesuai dengan kebutuhan bayi Tidak repot, instan, praktis, dan mudah Praktis Hmm...pokoknya hemat biaya ya kalau Ekonomis Kelebihan ASI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ ASI tuh Kalau yang saya tahu itu dapat mencegah Mencegah penyakit Memberikan manfaat Motivasi ibu terjadinya kanker payudara payudara pada ibu primipara dalam √ memberikan ASI eksklusif Lebih cepat mengurangi kegemukan Mengurangi pasca melahirkan kegemukan pasca √ √ √ √ melahirkan Anak saya menjadi lebih sehat Anak menjadi sehat Memberikan manfaat √ √ √ pada anak Karena ASI adalah cairan yang pertama ASI mengawali kali diminum untuk mengawali kehidupan anak kehidupan anak saya bahkan sampai √ sekarang pun dia itu sangat dibutuhkan untuk anak saya, ya itulah ASI. Kehidupan saya maka kehidupan anak saya juga √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Anak saya berat badannya menjadi Peningkatan berat bertambah setiap bulannya badan ASI itu penting untuk pertumbuhan dan Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usianya perkembangan yang harus diberikan sampai 6 bulan meningkat Manfaatnya untuk perkembangan Meningkatkan IQ √ ASI sangat baik terutama pada saat baru Meningkatkan daya √ lahir itu keluar kolostrum yang harus tahan tubuh bayi √ √ √ otaknya. Otaknya menjadi lebih pinter dan cerdas diberikan kepada anak untuk lebih meningkatkan daya tahan tubuhnya √ √ √ Meningkatkan tali kasih sayang antara Menjalin kasih sayang Memberikan manfaat saya, anak dan suami keluarga pada keluarga ASI itu langsung dari payudara, tidak Tidak menimbulkan Memberikan manfaat pakai kardus atau kaleng yang nantinya banyak sampah pada lingkungan Pada saat bayi dilahirkan, bayi saya Bayi diletakkan di Proses Inisiasi Perilaku ibu primipara diletakkan diatas badan saya oleh bidan, tubuh ibu Menyusui Dini (IMD) dalam memberikan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ akan menimbulkan banyak sampah ASI eksklusif diantara payudara di bagian dada. Bayi saya masih ada darah-darahnya lalu saya langsung memeluknya sambil ditutupin sama kain Hanya sebagai pendekatan sekedar Peragaan bayi mencari memperagakan bayi untuk mencari putting √ puting Biasanya duduk terus juga sambil tiduran Duduk dan tiduran Posisi ibu primipara saat memberikan ASI √ eksklusif Berdiri sambil jalan-jalan juga bisa, Berdiri sambil jalan √ √ √ √ gendong bayinya Posisi nyaman bayinya aja Posisi nyaman bayi Anak dipangku sambil dimiringkan tubuh Di pangku dan di anak kebadan saya, nempel diperut terus miringkan ke tubuh ibu √ Posisi anak saat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ diberikan ASI eksklusif langsung mulutnya menghisap payudara diperut terus langsung mulutnya menghisap payudara Sambil tiduran kalau anak saya mau Tiduran sesuai posisi tidur, cuma posisi saya itu miring sesuai payudara yang payudara mana yang mau saya berikan diberikan ASInya, anak saya juga agak miring sedikit Kadang sambil di gendong pake Di gendong pakai gendongan juga saya berikan ASInya gendongan Saat dia menangis Saat bayi menangis Setiap mau tidur Sebelum bayi tidur Saat dia bangun tidur Setelah bayi bangun Waktu pemberian ASI eksklusif √ √ √ √ √ √ √ √ tidur Tidak membatasi. Disaat anak ingin Tidak ada batasan dan menyusu, ya saya langsung kasih sesuai kebutuhan anak Sekitar 5-10 menit Durasi memberikan Sekitar 2-3 jam sekali saya √ ASI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ memberikannya Dia sudah tertidur nyenyak Bayi tertidur Tergantung dari si bayi kalau dia sudah Bayi tidak menghisap melepaskan payudara saya, ya sudah payudara Tanda bayi cukup ASI √ selesai Kalau sudah kenyang ya sudah. Tidak Bayi kenyang dan tidak √ √ √ sampai gumoh atau muntah berlebihan Mulut anak saya menempel pada puting, Mulut bayi menghisap Pelekatan mulut bayi sampe menutupi yang hitam-hitam putting sampai ke pada payudara ibu payudara areola Waktu awal-awal sih dibantu pakai Pelekatan dibantu tangan saya yang memasukkannya terus dengan tangan ibu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ saya pegangin payudaranya. Sekarang mah saya cuma bantu memasukkan putingnya saja, saya uda ga dipegangin sampai selesai menyusui Jangan sampai hidungnya menutup Payudara tidak kepayudara karena nanti tidak bisa nafas menutupi hidung bayi Saya merasa senang ya bisa memberikan Merasa senang √ Apek psikologis Perasaan ibu ASI eksklusif dan menjadi pengalaman primipara selama pertama buat saya memberikan ASI eksklusif √ √ √ √ √ Saya merasa bangga sebagai ibu karena Merasa bangga √ √ √ √ √ √ sudah menjadi suatu kewajiban Saya merasa puas yah bisa memberikan Kepuasan diri √ yang terbaik untuk anak Payudara saya terasa sakit Terasa sakit Masalah pada Hambatan ibu payudara primipara selama √ √ memberikan ASI eksklusif Payudara saya bengkak Payudara bengkak √ Kadang puting juga lecet Putting lecet √ Payudara berasa ngilu, nyeri Terasa nyeri Payudara saya ASI yang keluar sedikit Produksi ASI kurang Saat saya ngantuk dan lelah anak masih Rasa kantuk dan lelah pengen terus netek ibu √ √ √ √ √ Masalah fisiologis ibu √ √ Kalau suami saya mendukung sekali ya. Dukungan Dukungan Dukungan ibu Suami paling sering menanyakan sudah informasional dari informasional primipara dalam ditetein belum begitu, mengingatkan saya suami √ memberikan ASI eksklusif terutama jika anak menangis dan bangun tidur untuk ditetein √ Suami bilang kalau anak lebih baik dan √ √ √ lebih bagus ASI eksklusif daripada susu formula sampai usia 6 bulan Mama pernah mengajarkan cara Dukungan memegang bayi saat memberikan ASI informasional dari √ √ mama Teman saya juga bilang sama saya Dukungan katanya ASI saja, ASInya juga keluarnya informasional dari banyak, ngapain harus susu formula teman Semangat ya bunda, pokoknya yang Dukungan emosional terbaik berikan ASI eksklusif, jangan dari suami √ Dukungan emosional √ √ susu formula Teman saya juga mendukung. Teman Dukungan emosional saya bilang uda ASI aja, walaupun dari teman √ keluarnya sedikit, nanti juga lama-lama banyak ASInya. Bagusan ASI tahu untuk anak sampai 6 bulan Mama sering membuat sayur daun katuk Dukungan instrumental Dukungan katanya biar ASInya banyak dari mama instrumental Oh.. Gak pernah denger Tidak tahu √ √ √ Mitos-mitos selama memberikan ASI eksklusif Hmm...pernah denger dari tetangga, ada Kolostrum kotor dan Mitos tentang yang mengatakan kalau kolostrum itu berwarna kuning kolostrum √ harus dibuang karena kotor dan warnanya agak kuning Kalau itu sih cuma omongan yah, karena Tidak menanggapi √ kalau sekarang itu kan harus ditunjukkan tentang mitos secara medis Katanya sih, kalau selama memberikan Tidak makan pedes, ASI eksklusif gak boleh makan yang asem dan minum es Pantangan makanan √ √ √ √ √ pedes, bayi akan mencret-mencretmencret, makan yang asem juga sama. Banyak makan es anak saya jadi flu Pernah denger dari orang, kalau Payudara menjadi tidak Perubahan bentuk memberikan ASI eksklusif itu payudara kencang payudara menjadi seperti kendor, berbeda dari sebelum melahirkan,hehe √ √ Lampiran 3 RIWAYAT HIDUP Nama : Musiskah Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 01 September 1991 Status Pernikahan : Belum menikah Alamat : Jl. Masjid At-Taqwa Rt 005/08 No.05 Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan Jakarta Barat 11610 Telepon : 085697150636 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri 01 Kembangan Utara Jakarta Barat [1997-2003] 2. Mts. Annida Al-Islamy Jakarta Barat [2003-2006] 3. SMA Negeri 112 Jakarta Barat [2006-2009] 4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta [2009-2014] Organisasi 1. Pramuka [2003-2004] 2. Paskibra [2003-2004] 3. Rohis [2006-2009] Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop: 1. Seminar “Mencegah Osteopenia di Masa Muda sebagai Investasi Kesehatan Tulang Jangka Panjang” tahun 2009. 2. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era” tahun 2009. 3. Pelatihan Kesehatan “Health Training 4 Medical Skill” tahun 2009. 4. Seminar Nasional IMMPPG Ke-V “Produk Aman, Bergizi, dan Halal untuk Kemandirian Bangsa” tahun 2009. 5. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012. 6. Seminar Nasional Peran dan Mutu “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” tahun 2012. 7. Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012.