pengalaman ibu primipara dalam memberikan asi eksklusif di

advertisement
PENGALAMAN IBU PRIMIPARA DALAM
MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KELURAHAN KEMBANGAN
UTARA JAKARTA BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
MUSISKAH
109104000011
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka
apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja
keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap”
(QS. Al-Insyirah:6-8)
Dari semua telah kau tetapkan
Dalam takdir-Mu
Rencana indah yang telah Kau siapkan
Bagi masa depanku yang penuh harapan
Harapan kesuksesan terpangku di pundak
Sebagai janji kepada mereka... Ayah dan Mama...
Kupersembahkan skripsi ini sebagai ungkapan syukur dan terima kasihku
Untuk orangtuaku tercinta dengan keridhoannya yang selalu
mendoakanku dengan setulus hati, Untuk kedua kakakku tersayang yang
selalu memberikan semangat tiada henti, Untuk dosen yang telah berjasa,
Untuk semua orang yang ku cintai, Untuk saudaraku tersayang,
Untuk sahabat dan teman-teman yang selama ini bersama memetik ilmu
di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Terima kasihku tiada terhingga untuk semua
Dengan niat yang lurus, ikhlas dan berani bermimpi
Dan rasa kasih sayang ini yang membuatku sangat bersemangat
Dan mengalahkan rasa takut
Diriku tiada apa-apa tanpa mereka
Dan sujud syukurku padamu Ya Allah...
Alhamdulillahirabbil’alamiin...
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, Januari 2014
Musiskah, NIM: 109104000011
Pengalaman Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat
xvii + 89 halaman + 3 gambar + 3 bagan + 1 tabel + 7 lampiran
ABSTRAK
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, mencapai 34 per 1.000 kelahiran
hidup. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi dari sejak lahir sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan cairan maupun makanan lain merupakan pengalaman awal bagi
ibu primipara yang tidak mudah dilakukan untuk kehidupan terbaik bayinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam
memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
desain fenomenologi deskriptif, data diperoleh melalui wawancara mendalam.
Partisipan berjumlah enam orang meliputi ibu primipara yang telah memberikan
ASI eksklusif dan usia anak tidak lebih dari dua tahun diperoleh melalui
purpossive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara
dan catatan lapangan yang dianalisis dengan teknik Collaizi. Penelitian ini
mengidentifikasi delapan tema yaitu: 1) Makna ASI bagi ibu primipara; 2)
Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara; 3) Motivasi ibu primipara dalam
memberikan ASI eksklusif; 4) Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif; 5) Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif; 6)
Hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif; 7) Dukungan ibu
primipara dalam memberikan ASI eksklusif; dan 8) Mitos-mitos tentang ASI
eksklusif. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat
mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.
Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi mendalam tentang aspek
budaya dalam memberikan ASI eksklusif karena perilaku yang melekat pada ibu
berpengaruh oleh aspek budaya yang dimiliki dan penerapan teori maternal role
attainment-becoming a mother pada ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif.
Kata kunci : Pengalaman; ASI eksklusif; Ibu primipara
Daftar bacaan : 59 (1995-2013)
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH
NURSING SCIENCE PROGRAM
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY
JAKARTA
Undergraduate Thesis, January 2014
Musiskah, NIM : 109104000011
Mother Primiparous Experience in Exclusive Breastfeeding at Work Area
Health Center Village North Kembangan West Jakarta
xvii + 89 pages + 3 pictures + 3 drafts + 1 table + 7 attachments
ABSTRACT
The infant mortality rate in Indonesia was still high, reach 34 per 1000 baby born.
Exclusive breastfeeding to infant since they was born until six months old without
extra food or liquid was the first experienced for primiparous mother that not easy
to do for the best life of their baby. The objective of this study was to explore the
experience of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding. This research
was a qualitative with phenomenologi descriptive design, the sample data
gathered by depth interviewed. There were six participate of primiparous mother
that already give exclusive breastfeeding and the age of their child was no more
than two years old that achieved by purpossive sampling. The data that had been
gathered were an interview record and field note that analyzed by Collaizi
technique. This research identified eight themes, which are: 1) the meaning of
breastfeeding for primiparous mother; 2) the advantages of exclusive
breastfeeding for primiparous mother; 4) the motivation of primiparous mother in
giving exclusive breastfeeding; 5) the behavior of primiparous mother in giving
exclusive breastfeeding; 6) the emotion of primiparous mother in giving exclusive
breastfeeding; 7) the support of primiparous mother in giving exclusive
breastfeeding; 8) the myths of breastfeeding. The results of this research can give
an idea for the society about the experience of primiparous mother in giving
exclusive breastfeeding. Further research about deep exploration of cultural aspect
in giving exclusive breastfeeding is needed because of the behavior of a mother
was affected by cultural aspect that they got and application of the theory of
maternal role attainment-becoming a mother to the primiparous mother in giving
exclusive breastfeeding.
Keywords : experience; exclusive breastfeeding; primiparous mother
References : 59 (1995-2013)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengalaman Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat” yang disusun
dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan.
Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak
menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam
NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. dr. MK Tadjudin Sp.And selaku Dekan FKIK Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, M.KM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing akademik
5. Ibu Puspita Palupi, S. Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat selaku pembimbing I dan
Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan banyak memberi saran demi terselesaikannya penulisan
skripsi ini.
ix
6.
Seluruh dosen PSIK yang telah memberikan ilmunya dan segala
pengalamannya yang tak ternilai sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi
kami selaku mahasiswa.
7. Seluruh staff bidang akademik FKIK dan PSIK yang telah membantu
kelancaran hal-hal administratif.
8.
Kepala dan semua pegawai Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara yang
telah membantu dalam mencari data dan terima kasih atas perizinan dalam
penelitian ini.
9.
Keluarga tercinta yaitu orang tua dan kakak penulis yang selalu memberi
kasih sayang, dukungan, do’a dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat penulis angkatan 2009 yang telah berjuang bersama dalam
perkuliahan dan penyusunan skripsi di Ilmu Keperawatan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini baik dalam
persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian yang tidak dapat disebutkan satu
persatu dalam kesempatan ini.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua
kesalahan diampuni oleh Allah. Amin.
Jakarta, Januari 2014
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Pernyataan persetujuan..................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii
Pernyataan Keaslian Karya .............................................................................. v
Lembar Persembahan ....................................................................................... vi
Abstrak ............................................................................................................. vii
Abstract ............................................................................................................ viii
Kata Pengantar ................................................................................................. ix
Daftar Isi........................................................................................................... xi
Daftar Gambar.................................................................................................. xiv
Daftar Bagan .................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 8
E. Ruang Lingkup.............................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman ................................................................................... 10
B. ASI eksklusif ................................................................................. 11
1.
Pengertian............................................................................... 11
2.
Komposisi .............................................................................. 11
3.
Pembagian ASI ...................................................................... 15
4.
Anatomi payudara .................................................................. 16
5.
Fisiologi Laktasi..................................................................... 18
xi
6.
Manfaat ASI Eksklusif........................................................... 22
7.
Teknik Menyusui ................................................................... 25
8.
Masalah dalam Menyusui ...................................................... 26
C. Ibu Primipara................................................................................. 27
D. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother.................. 28
Kerangka Teori.............................................................................. 32
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep .......................................................................... 33
B. Definisi Istilah ............................................................................... 33
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian........................................................................... 34
B. Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................... 36
C. Partisipan Penelitian...................................................................... 36
D. Instrumen Penelitian...................................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37
F.
Teknik Analisa Data...................................................................... 41
G. Keabsahan Data............................................................................. 43
H. Etika Penelitian ............................................................................. 46
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian........................................... 47
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 48
1.
Karakteristik Partisipan.......................................................... 48
2.
Hasil analisis tematik ............................................................. 49
BAB VI PEMBAHASAN
A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ...................................... 68
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 85
xii
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 86
B. Saran.............................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1....................................................................................................... 18
Gambar 2.2....................................................................................................... 21
Gambar 2.3....................................................................................................... 21
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 ......................................................................................................... 28
Bagan 2.2 ......................................................................................................... 32
Bagan 4.1 ......................................................................................................... 42
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 ......................................................................................................... 47
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman wawancara
Lampiran 2. Matriks analisis tematik
Lampiran 3. Daftar riwayat hidup penulis
Lampiran 4. Surat izin studi pendahuluan
Lampiran 5. Surat izin penelitian
Lampiran 6. Surat permohonan menjadi partisipan
Lampiran 7. Surat persetujuan menjadi partisipan
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2007 berdasarkan Millenium
Development Goals (MDGs) di Indonesia masih tinggi, mencapai 34 per
1.000 kelahiran hidup dan target pada tahun 2015 harus mencapai 23 per
kelahiran hidup (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
2010). Estimasi AKB di provinsi DKI Jakarta tahun 2007 mencapai 28 per
1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) DKI Jakarta juga melaporkan
AKB pada tahun 2010 sebesar 8 per 1.000 kelahiran. Angka ini mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 8,4 per 1.000
kelahiran. Kemenkes RI (2012) mengungkapkan penyebab kematian bayi di
Indonesia, antara lain bayi berat lahir rendah 29%, asfiksia 27%, tetanus dan
infeksi 15%, masalah pemberian minum 10%, masalah hematologi 6%, diare
serta pneumonia 13%.
Bayi yang diberikan ASI selama enam bulan atau lebih memiliki
ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4
bulan, dan bayi yang disusui selama 4-5 bulan memiliki ketahanan hidup 2,6
kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari empat bulan (Nurmiati,
2008). Bayi yang tidak diberikan ASI akan meningkatkan terjadinya kematian
akibat penyakit infeksi, resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukemia,
1
2
dan kematian bayi secara mendadak. Ibu yang tidak memberikan ASI akan
meningkatkan kanker payudara, kanker ovarium, mempertahankan berat
badan kehamilan, diabetes tipe 2, infark miokard, dan sindrom metabolik
(Stuebe, 2009).
ASI merupakan cairan yang mengandung nutrisi bermanfaat bagi bayi
(Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes, 2008). Pemberian ASI eksklusif
berarti bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia enam bulan, tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,
juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi ataupun tim (Roesli, 2008). ASI mengandung zat gizi
lengkap seperti protein, energi, laktosa, natrium, kalsium, fosfor dan zat besi.
Pemberian ASI merupakan awal yang sempurna bagi bayi untuk memulai
kehidupannya karena ASI mudah langsung tersedia, tidak mahal dan mudah
dikonsumsi (Meadow, 2005).
Menyusui telah dilakukan oleh seorang ibu sejak beribu-ribu tahun
yang lalu dan juga telah dianjurkan dalam kitab suci Al-quran dalam surat AlBaqarah ayat 233:
ُ ‫ﻋﻠَﻰ ْاﻟ َﻤ ْﻮﻟُﻮ ِد ﻟَﮫ‬
ِ ‫ﺿ ْﻌﻦَ أ َ ْو َﻻدَھ ﱠُﻦ َﺣ ْﻮﻟَﯿ ِْﻦ ﻛ‬
‫َﺎﻣﻠَﯿ ِْﻦ ۖ ِﻟ َﻤ ْﻦ أ َ َرادَ أ َ ْن ﯾُﺘِ ﱠﻢ ﱠ‬
َ ‫ﺿﺎ َﻋﺔَ ۚ َو‬
َ ‫اﻟﺮ‬
ِ ‫َو ْاﻟ َﻮا ِﻟﺪَاتُ ﯾ ُْﺮ‬
ۚ ‫ﺎر َوا ِﻟﺪَة ٌ ِﺑ َﻮﻟَ ِﺪھَﺎ َو َﻻ َﻣ ْﻮﻟُﻮد ٌ ﻟَﮫُ ِﺑ َﻮﻟَ ِﺪ ِه‬
ِ ‫ِر ْزﻗُ ُﮭ ﱠﻦ َو ِﻛﺴ َْﻮﺗ ُ ُﮭ ﱠﻦ ِﺑ ْﺎﻟ َﻤ ْﻌ ُﺮ‬
‫ﻀ ﱠ‬
ٌ ‫ﻒ ﻧَ ْﻔ‬
ُ ‫وف ۚ َﻻ ﺗ ُ َﻜﻠﱠ‬
َ ُ ‫ﺲ ِإ ﱠﻻ ُو ْﺳ َﻌ َﮭﺎ ۚ َﻻ ﺗ‬
َ
ً
ُ‫َﺎو ٍر ﻓَ َﻼ ُﺟﻨَﺎ َح َﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ َﻤﺎ ۗ َوإِ ْن أ َ َردْﺗ ْﻢ‬
ْ
ْ
ِ ‫َو َﻋﻠَﻰ ْاﻟ َﻮ ِار‬
ٍ ‫ﻋﻦ ﺗ ََﺮ‬
َ ‫ﺼﺎﻻ‬
ُ ‫اض ِﻣﻨ ُﮭ َﻤﺎ َوﺗَﺸ‬
َ ِ‫ث ِﻣﺜْ ُﻞ ٰذَﻟِﻚَ ۗ ﻓَﺈ ِ ْن أ َرادَا ﻓ‬
˸
˴
͉
˴
˴Ϋ·˶
˵ϴ
͉ ͉ Ύ
Ϥ
ϥ͉ ΃
΍
ϮϤ
ϋ
ϭ
΍
Ϯ˵Ϙ͉Η΍
ϭ
ϑ˶ ϭή˵ό˸ Ϥ
Α
Ύ
ϣ
Ϣ
γ˴ ΍
Ϣ
ϋ˴ Ρ˴ Ύ
˴ϨΟ
ϼ˴˴ϓ
Ϣ
΍
Ϯ˵όο˶ ή˴
ϥ˸ ˴΃
˸˴Η΁
˸˴Ϡ
˸΍
˵
˸ Θδ˸ ˴Η
˸Ϡ
˵˴Ϡ
˴๡΍
˸˵Θϴ
˸˵ΘϤ
˸Ϝ
˸ϛ˵˴Ωϻ˴ϭ˸΃
˴Α
˶
˴ϟΎ
˶Ϣ
˴
˴ ˴๡΍
˴‫ن‬
﴾233﴿ ‫ﯿﺮ‬
ٌ ‫ﺼ‬
ِ َ‫ﺗ َ ْﻌ َﻤﻠُﻮنَ ﺑ‬
Yang artinya :
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
3
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya
dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan” (Q.S. Al-Baqarah ayat 233).
Menyikapi pentingnya pemberian ASI, Pemerintah Indonesia telah
menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang
Kesehatan pasal 128 ayat 1 yaitu setiap bayi berhak mendapatkan ASI
eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis
(Presiden Republik Indonesia (RI), 2009). Undang-Undang Perlindungan
Anak Bab I pasal 1 No.12 dan Bab II pasal 2 menetapkan bahwa hak anak
adalah non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, hak kelangsungan
hidup, dan perkembangan dan penghargaan terhadap pendapat anak yang
wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah, dan negara (Presiden RI, 2002). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif terutama
pada Bab III pasal 2 bertujuan untuk, yaitu menjamin pemenuhan hak bayi
untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia
enam bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya,
memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat,
Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif
(Presiden RI, 2012).
Data survey World Health Organization (WHO) Global Data Bank on
Infant and Young Child Feeding (IYCF) tahun 2007-2008 menunjukkan rasio
pemberian ASI eksklusif di Indonesia selama empat bulan sebanyak 40,6%
4
sedangkan pemberian selama enam bulan sebanyak 32,4%. Profil Data
Kesehatan (2011), melaporkan angka cakupan pemberian ASI eksklusif pada
bayi 0-6 bulan pada tahun 2010 di provinsi Jawa Barat sebanyak 67,3%,
sedangkan di provinsi DKI Jakarta sendiri sebanyak 62,1%. Riset Kesehatan
Dasar tahun 2010, bayi yang diberikan ASI eksklusif pada usia kurang dari
enam bulan hanya terdapat 15,3% saja. Angka tersebut masih rendah untuk
mencapai target kegiatan pembinaan gizi tahun 2010-2014 sebanyak 80%
(Kemenkes RI, 2012).
Tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah sebanyak
56,2% (Kemenkes RI, 2012). Kondisi ini terjadi karena faktor ekonomi,
rendahnya pengetahuan serta banyak promosi produk susu formula. Perilaku
ibu untuk menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif baru mencapai 39%.
Kondisi ini terjadi karena adanya kepercayaan, adat kebiasaan dan mitos
negatif dalam keluarga sehingga membutuhkan banyak perhatian untuk
meningkatkan dan menanggulangi masalah gizi (Rosita, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan Nurlely (2012) di Semarang,
melaporkan cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Poncol lebih tinggi yaitu 72,27% daripada wilayah Puskesmas Candilama
cakupannya hanya sebesar 2,23%. Perbedaan cakupan terjadi karena produksi
ASI yang dihasilkan sedikit, kemudian pada ibu bekerja yang harus
meninggalkan bayinya di rumah bersama neneknya merasa dan berkeyakinan
bahwa ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya selama
enam bulan. Kondisi ini membuktikan bahwa banyaknya faktor yang dapat
mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif selama enam bulan.
5
Hasil studi yang dilakukan oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia
(AIMI, 2010), ibu yang telah memiliki 3 anak berbagi pengalaman tentang
pemberian ASI eksklusif pada anaknya. Partisipan tersebut mengatakan
bahwa memberikan ASI tidak mudah, terutama untuk menyusui anak
pertamanya. Ia merasa bingung sekali ketika mengetahui kondisi puting lecet
dan mengalami mild baby blues selama 3 hari, dimana setiap menyusui dari
payudara yang lecet harus menangis. Ia juga sempat memberikan susu
formula karena kurangnya informasi dan orang tuanya juga mengatakan jika
diberikan ASI dan susu formula saja anak akan kelaparan sehingga ia
memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dini pada bayinya.
Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak
hidup dan baru menjadi seorang ibu. Beberapa ibu primipara biasanya
mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas dari gangguan,
sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk mencari pengetahuan
banyak tentang perawatan maternal (Lowdermilk, 2004). Seorang ibu
primipara memiliki keinginan kuat untuk dapat memberikan ASI kepada
bayinya. Hasil penelitian oleh Smith, dkk (2012) di Amerika Serikat, 4 dari 5
remaja sebagai ibu primipara memberikan ASI eksklusif selama 9 hari, dan
hanya satu remaja yang berhasil memberikan ASI eksklusif selama enam
bulan karena memiliki niat yang sangat kuat untuk menyusui bayinya,
menyatakan ASI adalah yang terbaik untuk kehidupan bayinya serta tidak
mengeluarkan uang. Bagi ibu primipara berhenti menyusui sangat berkaitan
dengan pengalaman mereka sebagai ibu yang memiliki pengetahuan kurang
tentang dasar-dasar ASI, kurangnya keterampilan menyusui, pengalaman
6
awal yang menyakitkan ketika mereka tidak siap untuk melakukan
pengeluaran ASI (Smith,dkk, 2012).
Studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas
Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat, didapatkan hasil cakupan
pemberian ASI eksklusif masih rendah terutama pada ibu primipara. Hal
tersebut dapat dilihat pada hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti,
terdapat data 60 orang ibu primipara yang datang di Puskesmas Kelurahan
Kembangan Utara diantaranya 25 orang yang memberikan ASI. Peneliti ingin
mengetahui fenomenologi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif yang ada di wilayah ini.
Berdasarkan uraian di atas bahwa pemberian ASI eksklusif sangat
penting dan merupakan pengalaman awal bagi ibu yang baru melahirkan anak
pertamanya, maka peneliti ingin mengeksplorasi lebih dalam pengalaman ibu
primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas
Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat.
B. Rumusan Masalah
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai
usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim. Data survey WHO IYCF tahun
2007-2008 rasio pemberian ASI eksklusif di Indonesia selama empat bulan
sebanyak 40,6% sedangkan pemberian selama enam bulan sebanyak 32,4%.
Bayi yang tidak diberikan ASI akan meningkatkan terjadinya kematian akibat
7
penyakit infeksi, resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukemia, dan
kematian bayi secara mendadak. Bagi ibu yang tidak memberikan ASI akan
meningkatkan terjadinya premenopause, kanker payudara, kanker ovarium,
mempertahankan berat badan kehamilan, diabetes tipe 2, infark miokard, dan
sindrom metabolik
Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak
hidup dan baru menjadi seorang ibu. Menyusui merupakan pengalaman awal
bagi ibu primipara yang tidak mudah dilakukan untuk kehidupan terbaik
bayinya. Penelitian untuk meneliti pengalaman ibu khususnya ibu primipara
dalam pemberian ASI eksklusif belum ada padahal penting untuk diketahui
agar tidak terjadi kegagalan dalam menyusui terutama untuk para calon ibu.
Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah ingin mengeksplorasi
pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat.
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu
primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat.
8
D. Manfaat
1. Manfaat Ilmiah
a. Memberikan informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya
mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.
b. Menjadi evidence based keperawatan mengenai pengalaman ibu
primipara dalam memberikan ASI eksklusif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur untuk menambah
wawasan pendidik dan peserta didik serta menjadi data dasar dalam
peningkatan ilmu keperawatan dalam hal mengkaji, mengidentifikasi
dan mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif.
b. Bagi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi tenaga
kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi melalui
promosi kesehatan pemberian ASI eksklusif.
c. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada para ibu terutama ibu primipara
mengenai ASI eksklusif dan pengalaman dalam memberikannya pada
bayi sehingga dapat memberikan motivasi untuk mempersiapkan diri
mereka mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif.
9
E. Ruang Lingkup
Penelitian yang dilakukan adalah pengalaman ibu primipara dalam
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan
Utara, Jakarta Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam untuk menggali pengalaman dari para
partisipan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan
Utara Jakarta Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Pengalaman menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,
2008) diartikan sebagai sesuatu yang pernah dijalankan dan atau dirasakan.
Pengalaman terjadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok
dengan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar)
pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan
perkembangan
bagi
kehidupan
seseorang
atau
kelompok
dalam
lingkungannya (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007).
Pengalaman hidup seseorang apabila diungkapkan kembali, bisa
berupa tanggapan, reaksi, interpretasi, autokritik, bahkan terhadap pertahanan
diri terhadap dunia luar. Pengalaman hidup juga menjadi gambaran lengkap
kehidupan seseorang dimasa lampau mengenai hitam putih, baik buruk, yang
dapat diungkapkan kembali melalui upaya penelusuran pengalaman hidup
tersebut (Bungin, 2008).
Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa pengalaman merupakan
guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. Pengalaman dapat
diartikan sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan
menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu
dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah,
2003). Berdasarkan definisi diatas bahwa pengalaman merupakan segala
10
11
sesuatu yang pernah dialami (dijalankan, dirasakan) terhadap peristiwa yang
terjadi pada waktu dan tempat tertentu yang akan menjadi sumber
pengetahuan.
B. ASI Eksklusif
1.
Pengertian
ASI merupakan
bentuk
nutrisi
terpilih
buat
bayi.
ASI
mengandung zat protektif dan semua zat gizi dengan komposisi sesuai
dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh dan kembang secara optimal
(Wong, 2008). ASI Eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI
secara eksklusif, artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga
tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia enam bulan
(Roesli, 2005).
2.
Komposisi
ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain
zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,
hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih (Roesli, 2005). ASI
mengandung zat gizi lengkap seperti protein, energi, laktosa, natrium,
kalsium, fosfor dan zat besi. Pemberian ASI merupakan awal yang
sempurna bagi bayi untuk memulai kehidupannya karena ASI mudah
langsung tersedia, tidak mahal dan mudah dikonsumsi (Meadow, 2005).
12
a.
Karbohidrat
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2008), karbohidrat
utama dalam ASI adalah laktosa. ASI mengandung lebih banyak
laktosa sekitar 20-30% dari susu sapi (Roesli, 2005). Laktosa akan
dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase didalam
usus halus. Galaktosa merupakan makanan vital bagi jaringan otak
yang sedang tumbuh. Laktosa akan difermentasi oleh bakteri usus
yang baik yaitu Lactobacillus bifidus menjadi asam laktat. Adanya
asam laktat ini memberikan suasana asam di dalam usus bayi yang
akan
memberikan
keuntungan
diantaranya
menghambat
pertumbuhan bakteri yang berbahaya pada usus dan meningkatkan
absorpsi kalsium dan fosfor (Hegar, 2008; Roesli, 2005).
b.
Lemak
Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah
kadarnya. Kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan
kalori untuk bayi yang sedang tumbuh (Roesli, 2005). Lemak ASI
akan mudah dicerna dan diserap oleh bayi, karena ASI juga
mengandung enzim lipase yang mencerna lemak sehingga hanya
sedikit lemak yang tidak diserap. Susu formula tidak mengandung
enzim, sebab enzim akan hancur bila dipanaskan. Itu sebabnya bayi
akan sukar menyerap lemak susu formula (Roesli, 2005).
Lemak utama ASI adalah asam lemak esensial terdiri dari
Omega-3, Omega-6, docoshexaenoic acid (DHA) dan arachidonic
13
acid (AA). Lemak ini sedikit atau tidak ada pada susu sapi, padahal
amat penting untuk pertumbuhan otak (Hegar, 2008; Roesli, 2005).
c.
Protein
Protein adalah bahan baku untuk tumbuh (Roesli, 2005).
Susu sapi dan ASI mengandung dua macam protein utama yaitu
whey dan kasein. Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah
dicerna. Kasein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal,
dan sulit dicerna oleh usus bayi (Roesli, 2005).
Protein ASI yang utama adalah whey, sedangkan protein
utama susu sapi adalah kasein. Rasio whey dan kasein pada ASI
adalah 60:40, sedangkan pada susu sapi rasionya 20:80. Hal ini tentu
menguntungkan bayi karena whey lebih mudah dicerna dibanding
kasein (Roesli, 2005). ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan
susu sapi mengandung laktoglobulin dan bovine serum albumin yang
sering menyebabkan alergi (Hegar, 2008; Roesli, 2005). Protein
istimewa lainnya yang terdapat dalam ASI adalah taurin, laktoferin
dan lisozim yang berperan dalam pertahanan tubuh (Hegar, 2008).
d.
Sel hidup
ASI tidak hanya memberikan perlindungan yang unik
terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang perkembangan
sistem kekebalan bayi itu sendiri. ASI memberikan zat kekebalan
yang belum dapat dibuat oleh bayi (Roesli, 2005).
Setiap tetes ASI mengandung berjuta-juta sel hidup yang
menyerupai sel darah putih sehingga dinamakan “sel darah putih”
14
dari ASI. Sel-sel ini beredar dalam usus bayi dan membunuh kumankuman jahat, menyimpan dan menyalurkan zat-zat penting seperti
enzim, faktor pertumbuhan, dan protein yang melawan kuman atau
imunoglobulin (Roesli, 2005).
e.
Imunoglobulin atau antibiotika alamiah
ASI mengandung imunoglobulin atau antibiotika alamiah,
suatu protein yang beredar dan bertugas mencegah infeksi serta
membunuh kuman-kuman-jahat yang masuk dalam tubuh bayi
(Roesli,
2005).
ASI
mengandung
kadar
tinggi
aktifitas
imunoglobulin A (IgA) yang memberikan perlindungan terhadap
berbagai penyakit bakteri dan virus, terutama yang mengenai saluran
pernapasan dan sistem gastrointestinal (Wong, 2008).
f.
Vitamin, mineral, dan zat besi
ASI dan susu sapi memiliki jumlah vitamin A dan B
kompleks yang memadai. Vitamin C rendah pada susu sapi, tetapi
tinggi pada ASI, selama asupan ibu mencukupi. Vitamin D rendah
pada ASI tetapi kebutuhannya sudah mencukupi. ASI hanya
mengandung seperempat jumlah vitamin K dibandingkan susu sapi
atau susu formula (Wong, 2008; Lowdermilk, 2004). Vitamin ini yang
dibutuhkan untuk koagulasi darah, dapat diproduksi oleh bakteri
usus halus. Penyakit perdarahan pada bayi baru lahir terjadi karena
kadar vitamin K rendah, sehingga pada saat bayi lahir diberikan
suntikan vitamin K (Lowdermilk, 2004).
15
Kandungan mineral susu sapi jauh lebih tinggi dari ASI,
dengan pengecualian besi dan fluorida. Kandungan besi rendah pada
kedua jenis susu, tetapi besi dalam ASI lebih mudah diserap oleh
bayi (50%) dari pada susu sapi (10%), dan susu formula (5%)
(Wong, 2008; Lowdermilk, 2004). Janin dan bayi baru lahir
menyimpan besi untuk digunakan selama beberapa bulan, sehingga
bayi yang hanya disusui biasanya dapat mempertahankan kadar
hemoglobin yang adekuat selama 6 bulan pertama kehidupannya
(Lowdermilk, 2004).
ASI memiliki kandungan kalsium yang rendah dibandingkan
susu sapi dan formula, tetapi rasio kalsium terhadap fosfat adalah
2:1. Rasio ini merupakan rasio yang optimal untuk mineralisasi
tulang, sehingga bayi cukup bulan yang disusui akan mendapat
banyak kalsium. Rasio kalsium terhadap fosfat di dalam susu
formula berada diantara ASI dan susu sapi (Lowdermilk, 2004).
3.
Pembagian ASI
Perubahan komposisi ASI terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
a.
Kolostrum merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari
keempat/ketujuh (Roesli, 2005). Kolostrum ini berwarna kuning atau
dapat pula jernih dan lebih menyerupai warna darah daripada susu,
lebih banyak mengandung protein dan zat anti-infeksi 10-17 kali
lebih banyak dibanding ASI yang matang sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak rendah. Total energi lebih rendah jika
dibandingkan dengan susu matang (Roesli, 2005). Kolostrum juga
16
mengandung imunoglobulin A (IgA), yang melindungi saluran
gastrointestinal bayi dari infeksi (Murray & McKinney, 2006).
b.
ASI
transisi/peralihan,
yaitu
ASI
yang
keluar
sejak
hari
keempat/ketujuh sampai hari ke-10/ke-14. Kadar protein didalamnya
semakin rendah, sedangkan karbohidrat dan lemaknya semakin
tinggi dan volumenya juga semakin meningkat (Roesli, 2005).
c.
ASI matang (mature), yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-14 dan
seterusnya yang memiliki komposisi yang konstan (Roesli, 2005).
4.
Anatomi Payudara
Payudara adalah sepasang kelenjar mamae yang terletak di antara
tulang iga kedua dan keenam (Lowdermilk, 2004). Payudara merupakan
kelenjar kulit khusus yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat
(Faiz & Moffat, 2004). Payudara terdiri dari bagian luar (eksternal) dan
bagian dalam (internal) (Roesli, 2005). Bagian luar terdiri dari sepasang
buah dada yang terletak di dada, puting susu, dan daerah kecoklatan di
sekitar puting susu (areola mammae). Bagian dalam terdiri dari empat
jaringan utama yaitu kelenjar susu (mammary alveoli) merupakan pabrik
susu, gudang susu (sinus lactiferous) yang berfungsi menampung ASI,
terletak di bawah daerah kecoklatan di sekitar puting susu, saluran susu
(ductus lactiferous) yang mengalirkan susu dari pabrik susu ke gudang
susu, serta jaringan penunjang dan pelindung, seperti jaringan ikat dan
sel lemak yang melindungi (Roesli, 2005).
Payudara memiliki berat kurang lebih 200 gram dan pada saat
hamil berat payudara meningkat menjadi 600 gram dan dapat mencapai
17
800 gram saat menyusui (Lowdermilk, 2004). Peningkatan berat payudara
tersebut menjadi persiapan ibu untuk menyusui bayinya (Lowdermilk,
2004).
Areola adalah daerah berwarna gelap yang letaknya mengelilingi
puting susu (gambar 2.1). Pada daerah ini terdapat kelenjar Montgomery
yang menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kulit disekitar
areola (Hegar, 2008). Hasil penelitian bahwa peningkatan kelenjar
Montgomery dapat meningkatkan aktivitas kecepatan menghisap pada
bayi (Geddes, 2007).
Alveolus adalah unit terkecil payudara yang menghasilkan susu.
Beberapa alveolus membentuk lobulus, beberapa lobulus berkumpul
menjadi
lobus.
Hasil
skema
tradisional
anatomi
payudara
menggambarkan kelenjar payudara memiliki 15 sampai 20 lobus yang
terdiri dari 20-30 lobulus (gambar 2.1). Masing-masing lobulus
mengandung 10 sampai 100 alveoli yang memiliki diameter kira-kira
0,12 mm dan dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus)
sehingga menyerupai sebuah pohon. ASI disalurkan dari alveolus ke
dalam saluran kecil (duktulus), kemudian bergabung membentuk saluran
yang lebih besar (duktus laktiferus), di bawah puting susu, duktus
laktiferus berubah menjadi menyempit membentuk sinus susu (sinus
laktiferus) dan membuka ke permukaan puting susu (gambar 2.1).
Dinding alveolus dan saluran laktiferus memiliki otot polos yang akan
menghasilkan ASI bila berkontraksi (Geddes, 2007).
18
Gambar 2. 1 Anatomi payudara
Sumber: Geddes (2007)
5.
Fisiologi Laktasi
Laktasi merupakan
pengeluaran susu dari
kelenjar susu
(lowdermilk, 2004). Selama kehamilan telah terjadi perubahan hormon
yang
berfungsi
mempersiapkan
jaringan
kelenjar
susu
untuk
memproduksi ASI (Roesli, 2000). Laktogenesis (permulaan produksi
susu) dimulai pada tahap akhir kehamilan dan terus berlanjut sampai bayi
lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara
(Lowdermilk, 2004).
Air susu mulai disekresikan 1-3 hari setelah melahirkan. ASI
yang keluar masih sedikit 1-10 ml setiap menyusui dan akan meningkat
menjadi 50-70 ml setiap menyusu pada hari ke 4-5. Produksi ASI dapat
mencapai 750-800 ml per hari pada minggu ke enam jika ibu terus
menyusui secara aktif (Ganong, 2008). Sebaiknya bayi disusui secara on
demand dan tidak terjadwal, yang ditentukan oleh rasa lapar untuk
menyusu agar penyusuan dapat berhasil (Wong, 2008).
19
Tiga refleks maternal yang berperan dalam menyusui yaitu
sekresi prolaktin, ereksi puting susu, dan refleks let down. Prolaktin
merupakan hormon laktogenik yang dihasilkan oleh hipofisis anterior,
berperan untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Refleks
prolaktin terjadi jika ujung-ujung saraf pada area papilla dan areola
mamae dirangsang oleh isapan bayi saat menyusui yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik (Lowdermilk, 2004). Stimulasi isapan bayi
mengirim impuls ke hipotalamus dan merangsang pengeluaran faktorfaktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor tersebut akan
merangsang hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan
hormon prolaktin. Hormon ini berperan penting untuk meningkatkan
produksi ASI oleh sel-sel alveolar (Lowdermilk, 2004). Jumlah prolaktin
yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan
besarnya stimulus isapan, yaitu prekuensi, intensitas dan lama bayi
menghisap (Garza, Hopkin, 1988; Lawrence, 1994, dikutip dalam
Lowdermilk, 2004). Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan
ereksi. Refleks ereksi puting susu membantu propulsi susu melalui sinussinus laktiferus ke pori-pori puting susu (Lowdermilk, 2004). Hal itu
berarti semakin sering bayi menyusu akan meningkatkan prolaktin
sehingga produksi susu di alveolar lebih banyak.
Pengeluaran susu dari payudara ke mulut bayi merupakan proses
aktif di dalam payudara (Lowdermilk, 2004). Proses ini tergantung pada
refleks let down atau refleks ejeksi susu (Lowdermilk, 2004). Refleks let
down secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi (gambar
20
2.2). Isapan bayi menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk
mensekresikan oksitosin. Oksitosin akan memicu kontraksi otot polos
dinding alveolus, menyebabkan susu keluar melalui sistem duktus masuk
ke sinus laktiferus, dimana susu siap tersedia untuk bayi (Lowdermilk,
2004; Ganong, 2008). Semakin sering bayi mengisap, pengosongan
alveolus dan duktus makin baik sehingga kemungkinan terjadinya
bendungan susu makin kecil dan menyusui makin lancar. Faktor-faktor
yang dapat meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk
menyusui bayi (Dewi, 2011).
Pada saat lahir bayi memiliki pola perilaku atau refleks yang
mempermudah pemberian ASI yaitu refleks mencari (rooting refleks),
refleks menghisap dan menelan, dan kenyang (Lowdermilk, 2004).
Rooting refleks timbul ketika pipi atau mulut bayi berada disekitar
payudara ibu yang menimbulkan refleks mencari pada bayi dengan
menggerakkan kepalanya untuk menuju puting susu. Jika puting susu
tersentuh maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk
menangkap puting (Perry dan Lowdermilk, 2006). Refleks menghisap
terjadi pada saat puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut ditarik
oleh lidah menjadi lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di
belakang puting susu yang terletak pada langit-langit keras (palatum
durum) (gambar 2.3). Tekanan bibir dan rahang yang terjadi secara
bersamaan membuat gusi menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus
sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, kemudian bagian
21
belakang lidah akan menekan langit-langit yang mengakibatkan ASI
keluar dari puting susu. Refleks menelan terjadi bila mulut bayi terisi
ASI dan menelannya masuk ke dalam lambung (Perry dan Lowdermilk,
2006).
Gambar 2.2 A. Milk production. B. Refleks let down.
Sumber : Perry & Lowdermilk (2006).
Gambar 2.3 Correct attachment (lacth-on) of infant at breast.
Sumber : Perry & Lowdermilk (2006).
22
6.
Manfaat ASI Eksklusif
Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua. ASI
bermanfaat untuk ibu, bayi, negara dan lingkungan (Roesli, 2008).
a.
Bagi ibu
Menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan
kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi
alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea
Laktasi (MAL) serta ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan
menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula
dan peralatannya (Hegar, 2008)
Menyusui bayi segera setelah melahirkan maka akan
mengurangi kemungkinan terjadinya perdarahan, karna pada ibu
menyusui terjadinya peningkatan kadar oksitosin yang berguna
untuk penutupan pembuluh darah, menjarangkan kehamilan karena
merupakan cara kontrasepsi yang murah, aman, dan cukup berhasil,
ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan
sebelum hamil, mengurangi kemungkinan terjadinya kanker, lebih
ekonomis, mudah dibawa kemana-mana dan praktis, tidak
merepotkan dan hemat waktu, memberi kepuasan bagi ibu (Roesli,
2005).
Sinclair (2009), menyebutkan bahwa menyusui menyebabkan
involusio uterus lebih cepat, perlindungan terhadap kanker ovarium,
menurunkan resiko kenker payudara premenopause khususnya jika
23
laktasi pertama terjadi sebelum usia 20 tahun dan berlangsung
selama sekurang-kurangnya enam bulan, resiko osteoporosis dapat
dipastikan menurun khususnya wanita yang telah hamil dan
menyusui bayi mereka, menunda ovulasi yang mendukung
pengaturan jarak anak, sekresi prolaktin meningkatkan relaksasi dan
prolaktin serta oksitosin meningkatkan kelekatan ibu dan anak serta
menghilangkan penggunaan kaleng formula, botol susu, dan pelapis
botol.
b.
Bagi bayi
Nutrisi ASI diantaranya adalah lemak, laktosa, protein, garam
mineral dan vitamin, protein ASI terdiri dari whey protein yang dapat
lebih mudah dicerna, sehingga pengosongan lambung lebih cepat,
sedang kasein lebih sulit dicerna (Wong, 2008). ASI memiliki asam
amino sistin dan taurin yang kadarnya lebih tinggi dari susu formula.
Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik, sedangkan taurin
berperan untuk pertumbuhan otak, perkembangan retina dan
maturasi pendengaran. Karbohidrat utama ASI adalah laktosa yang
mudah terurai menjadi glukosa dan galaktosa (Wong, 2008). Laktosa
dapat mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan
mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis
vitamin (Soetjiningsih, 1997). Galaktosa penting untuk pembentukan
galaktopid yang diperlukan untuk pertumbuhan sistem saraf pusat
(Wong, 2008).
24
ASI mengandung asam lemak esensial, asam linoleat (Omega
6) dan asam linolenant (Omega 3) yang menjadi prekursor
docoshexaenoic acid (DHA) dan arachidonic acid (AA). DHA dan
AA berfungsi penting dalam pertumbuhan otak anak (Wong, 2008).
Hal ini penting karena pada masa bayi sampai usia satu tahun terjadi
peningkatan jumlah neuron otak kedua, ASI juga mengandung
vitamin A, B, C, D, dan K dalam jumlah yang memadai sesuai
kebutuhan bayi (Lowdermilk, 2004; Wong, 2008).
ASI selain sebagai nutrisi juga dapat meningkatkan daya
tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan jalinan
kasih sayang (Roesli, 2005).
c.
Bagi negara
Manfaat ASI bagi negara dapat menghemat devisa untuk
pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya
menyiapkan susu; menghemat untuk biaya sakit karena muntah dan
mencret serta saluran napas; menghemat obat-obatan, tenaga, dan
sarana kesehatan; menciptakan generasi penerus bangsa yang
tangguh dan berkualitas untuk membangun negara; langkah awal
untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya
generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia (Roesli, 2005).
25
d.
Bagi lingkungan
ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di
dunia. Memberi ASI tidak memerlukan kaleng susu, karton, kertas
pembungkus, botol plastik dan dot karet. ASI tidak menambah polusi
udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang
mengeluarkan asap serta alat transportasi yang juga mengeluarkan
asap (Roesli, 2005).
7.
Teknik Menyusui
Proses menyusui akan berjalan dengan lancar jika ibu memiliki
keterampilan dalam menyusui, sehingga ASI dapat mengalir dari
payudara ibu ke bayi dengan efektif. Posisi dasar menyusui terdiri dari
posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara
ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi
duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring (Hegar, 2008).
Posisi menyusui yang benar menurut Hegar (2008) yaitu:
a. Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)
b. Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)
c. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi
membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi
d. Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik, ada kontak mata
antara ibu dengan bayi
e. Pegang belakang bahu jangan kepala bayi, dan kepala terletak
dilengan bukan didaerah siku.
26
Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik juga telah dijelaskan
bahwa dagu harus menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah
terputar keluar, lebih banyak areola bagian atas yang terlihat daripada
bagian bawah, dan tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu
(Hegar, 2008). Menyusui bayi sebaiknya dilakukan di setiap saat bayi
membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ratarata bayi menyusui selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih.
Menyusui bayi sesering mungkin sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24
jam dan tidak hanya pada satu payudara melainkan keduanya secara
seimbang, sehingga mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan
ASI. Menyusui pada malam hari dapat membantu mempertahankan
suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam
hari (Hegar, 2008).
8.
Masalah dalam Menyusui
Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama
kehidupan bayi tidaklah sederhana (Hegar, 2008). Beberapa kendala
yang sering menjadi alasan ibu masalah dalam menyusui karena produksi
ASI kurang, ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ibu
ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi), bayi
terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa,
susu formula pada hari-hari pertama kelahiran), kelainan yang terjadi
pada ibu seperti puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak,
engorgement, mastitis dan abses, ibu hamil lagi padahal masih menyusui,
27
ibu bekerja, kelainan yang terjadi pada bayi seperti bayi sakit,
abnormalitas bayi (Hegar, 2008).
Masalah yang terkait dalam menyusui terjadi ketika ASI tidak
keluar secara langsung serta rendahnya produksi ASI. Meningkatkan
produksi ASI dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi sesegera
mungkin setelah lahir, menyusui sesering mungkin karena semakin
sering bayi menghisap puting susu maka semakin banyak ASI yang
keluar dengan cara menyusui yang benar (Baskoro, 2008).
C. Ibu Primipara
Primipara merupakan wanita yang pertama kali mengalami satu kali
persalinan pada masa gestasi lebih dari minggu ke-20 (Hamilton, 1995). Ibu
primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak yang hidup
dan baru menjadi seorang ibu (Lowdermilk, 2004). Beberapa ibu primipara
biasanya mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas dari
gangguan, sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk mencari
pengetahuan banyak tentang perawatan maternal. pengetahuan tersebut
termasuk didalamnya tentang cara pemberian ASI yang benar (Lowdermilk,
2004).
Pengetahuan dasar tentang ASI dan keterampilan dalam menyusui
merupakan proses bagi seorang ibu untuk dapat memberikan ASI dengan
tepat. Penghentian menyusui oleh ibu primipara karena kurangnya
pengetahuan dasar tentang ASI, keterampilan yang kurang, perubahan hidup
28
yang baru, dan pengalaman awal yang menyakitkan ketika mereka tidak siap
untuk melakukan pengeluaran ASI (Smith, dkk., 2012).
D. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother
Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother (Pencapaian
peran ibu-menjadi seorang ibu) merupakan pengembangan dari teori Reva
Rubin yang dikenal dengan proses bonding-attachment (Tomey dan Alligood,
2006). Teori Mercer (1991) mengemukakan mengenai pencapaian peranan
ibu, yang ditempatkan dengan lingkaran sarang Bronfenbrenner (1979) dalam
Tomey dan Alligood (2006) mengenai mikrosistem, mesosistem dan
makrosistem sebagai berikut :
Makrosistem
Mesosistem
Mikrosistem
Hubungan ibu-ayah
Relationship
peraw
atan
IBU
Empati/ peka pada isyarat
bayi, harga diri/konsep diri,
pengasuhan, kedewasaan dan
fleksibilitas, sikap, kehamilan
dan pengalaman kelahiran,
kesehatan secara keseluruhan,
dan konflik peran/ketegangan
ANAK
Temperamen /perangai
Kemampuan untuk
memberikan isyarat
penampilan
karakteristik
daya tanggap
kesehatan
Sekolah
Dukungan sosial
HASIL PADA ANAK
KOMPONEN PERAN IBU
Keterikatan pada bayi, memperoleh
kompetensi dalam perilaku ibu, dan
mengekspresikan kepuasan
Kognitif / mental
Pengembangan
Perilaku
Kesehatan
Kompetensi sosial
Fungsi keluarga
Pengaturan kerja orangtua
Konsistensi pengaruh budaya
Bagan 2.1 Model of Maternal Role Attainment (Mercer, 1991).
29
1.
Mikrosistem adalah lingkungan terdekat di mana pencapaian peran ibu
terjadi. Faktor-faktor ini meliputi fungsi keluarga, hubungan ayah-ibu,
dukungan sosial, status ekonomi, nilai-nilai keluarga dan stressor.
2.
Mesosistem tersebut meliputi, pengaruh dan berinteraksi dengan orangorang dalam mikrosistem ini. Mesosistem meliputi hari perawatan,
sekolah, lingkungan kerja, tempat ibadah, dan lingkungan yang umum
berada dalam masyarakat. Misalnya, melihat bagaimana ibu memberikan
ASI eksklusif baik di tempat kerja maupun tempat umum lainnya agar
kebutuhan bayi tetap terpenuhi.
3.
Makrosistem adalah budaya pada lingkungan individu. Makrosistem
terdiri atas sosial, politik, dan budaya. Misalnya, lingkungan pelayanan
kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI
eksklusif, adanya kebijakan dari pemerintah tentang pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan, dan adanya budaya yang dianut dalam
proses pemberian ASI eksklusif seperti pantangan makanan/minuman
yang berkaitan dengan menyusui serta bagaimana persepsi budaya yang
sudah diwariskan turun-temurun mengenai menyusui.
Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran
ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang
mendasarinya. Pencapaian peran ibu merupakan interaksi dan proses
perkembangan yang terjadi sepanjang waktu yang menjadikan ibu berespon
terhadap bayinya. Proses ini terdiri dari empat tahap pencapaian peran ibu,
yaitu :
30
a.
Anticipatory
Tahap ini dimulai selama kehamilan yang menggambarkan
kesiapan secara sosial dan psikologis dalam menerima kehamilan. Pada
tahap ini ibu sudah membayangkan bagaimana melakukan perawatan
pada bayi termasuk memberikan ASI.
b.
Formal
Tahap formal dimulai saat kelahiran bayi dimana ibu mulai
belajar untuk mandiri dalam menjalankan peran ibu. Pada tahap ini ibu
belajar dengan melihat bagaimana cara orang lain dalam memberikan
ASI eksklusif.
c.
Informal
Tahap ini dimulai saat ibu mencoba mengembangkan perannya
yang unik menurut dirinya sendiri tanpa mencontoh peran ibu lain. Pada
tahap ini ibu primipara melakukan dengan keterampilannya sendiri dalam
memberikan ASI eksklusif.
d.
Personal
Tahap ini ibu sudah menginternalisasi perannya. Pada tahap ini
ibu primipara merasakan kepuasan karena berhasil dalam memberikan
ASI Eksklusif. Model konseptual Mercer memandang bahwa sifat bayi
berdampak pada identitas peran ibu yang meliputi: temperamen,
kemampuan memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum,
tanggap dan kesehatan umum.
Komponen utama dari peran ibu terbagi menjadi tiga yaitu keterikatan
pada bayi, memperoleh kompetensi dalam perilaku ibu, dan mengekspresikan
31
kepuasan dalam interaksi antara ibu dan bayi (Mercer, 1995 dalam Tomey
dan Alligood, 2006). Komponen ini ibu harus memiliki rasa kasih sayang
pada bayi, keterampilan dalam praktik menyusui dengan benar dan akhirnya
mendapatkan kepuasan tersendiri setelah semuanya tercapai.
Sifat dan perilaku dari ibu dan anak dapat mempengaruhi identitas
peran masing-masing. Sifat-sifat keibuan dan perilaku dimasukkan dalam
model Mercer adalah empati atau kepekaan terhadap isyarat bayi, harga diri
atau konsep diri, pengasuhan yang diterima sebagai seorang anak,
kedewasaan dan fleksibilitas, sikap, kehamilan dan pengalaman kelahiran,
kesehatan secara keseluruhan, dan konflik peran atau ketegangan (Tomey dan
Alligood, 2006). Adanya peran ibu akan terjadi interaksi bayi pada ibu
meliputi kontak mata sebagai isyarat pembicaraan, refleks menggenggam,
refleks tersenyum dan tingkah laku tenang sebagai respon terhadap perawatan
yang dilakukan ibu. Konsistensi perilaku interaksi dengan ibu dan respon
yang datang dari ibu akan meningkatkan pergerakan (Tomey dan Alligood,
2006).
32
KERANGKA TEORI
Mikrosistem





fungsi keluarga
hubungan ayah-ibu
dukungan sosial
status ekonomi
nilai-nilai keluarga
Mesosistem
Makrosistem
 perawatan bayi
 faktor lingkungan
kerja
 lingkungan umum
lainnya
 pelayanan kesehatan
 kebijakan pemerintah
 budaya yang dianut
Pencapaian peran pada ibu primipara
(maternal role attainment)
 keterikatan pada bayi
 perilaku dan keterampilan dalam
menyusui
 kepuasan interaksi pada bayi
Formal
Anticipatory
kesiapan menerima
kehamilan pertama
 kelahiran anak
pertama
 ibu belajar
bagaimana cara
dalam memberikan
ASI dari orang lain
Informal
Personal
ibu memberikan
ASI dengan
caranya sendiri
ibu terbiasa
memberikan
ASI
Terjadi interaksi bayi pada ibu




kontak mata
refleks menggenggam
refleks tersenyum
sikap tenang
Pengalaman ibu
primipara dalam
memberikan ASI
Eksklusif
Bagan 2.2 Dimodifikasi dari Model of Maternal Role Attainment
(Mercer,1991).
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya, ASI eksklusif adalah
pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan dan cairan lainnya dari sejak
dilahirkan sampai bayi usia enam bulan. Ibu primipara merupakan ibu yang
baru pertama kali mempunyai anak. Pengalaman memberikan ASI eksklusif
merupakan pengalaman awal bagi ibu primipara untuk mencapai perannya
sebagai seorang ibu. Pemberian ASI eksklusif tidak mudah dilakukan oleh
seorang ibu primipara, banyak faktor yang mempengaruhi baik dari
lingkungan keluarga, lingkungan umum dan pelayanan kesehatan sehingga
dalam prosesnya harus belajar sampai ibu dapat melakukannya dengan
keterampilan yang dimiliki dan merasakan kepuasan atas keberhasilannya
dalam memberikan ASI eksklusif. Untuk itu peneliti ingin mengeksplorasi
secara mendalam mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan
ASI eksklusif.
B. Definisi Istilah
Untuk memperjelas istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan definisi istilah, yaitu:
1. Pengalaman memberikan ASI eksklusif adalah segala sesuatu yang
pernah dialami (dijalankan, dirasakan) dalam memberikan ASI eksklusif.
2. Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak
hidup dan baru menjadi seorang ibu.
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif adalah istilah keseluruhan untuk
sekelompok pendekatan yang berkaitan dengan pemahaman tentang
pengalaman dan perilaku, dan makna dan interpretasi yang telah dilakukan
berdasarkan proses penelitian sosial. Penelitian ini berfokus pada beberapa
fenomena yang menarik bagi peneliti dan kepada peserta penelitian
(Holloway, 2008). Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang
sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.
Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2010).
Fenomenologi adalah pendekatan filosofis untuk mempelajari
fenomena (penampilan) dan pengalaman manusia (Holloway, 2008). Tujuan
penelitian fenomenologi adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman yang
dialami oleh orang di dalam kehidupan ini, termasuk interaksinya dengan
orang lain (Danim, 2003). Fenomenologi deskriptif mencakup seluruh
fenomena tetapi menunjukkan aspek-aspek tertentu saja, termasuk makna
tersembunyi yang ada pada orang yang diteliti. Fenomenologi deskriptif
secara langsung mendeskripsikan persepsi pengalaman hidup mereka yang
luas dan mendalam (Holloway, 2008). Spiegelberg (1975) dalam Streubert &
34
35
Carpenter (2003) mengidentifikasi 3 langkah proses untuk fenomenologi
deskriptif : 1) intuisi (intuiting), 2) analisis (analyzing), 3) menggambarkan
(describing). Langkah pertama yaitu intuisi, peneliti sepenuhnya terlibat
dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti mulai mengetahui
tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para partisipan, pengalaman
ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Pada tahap intuisi ini peneliti
sebagai instrumen dalam proses wawancara. Peneliti menjadi alat untuk
pengumpulan data dan mendengarkan keterangan partisipan melalui proses
wawancara. Langkah kedua yaitu analisis, yang melibatkan
identifikasi
esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan
bagaimana data disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut
berkaitan dengan elemen-elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi
hubungan dan koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang dialami
partisipan. Langkah ketiga yaitu menggambarkan, pada tahap deskripsi
peneliti akan mengkomunikasikan dan memberi penjelasan secara tertulis dan
lisan, juga elemen-elemen penting dari fenomena tersebut. Peneliti akan
menguraikan penjelasan dengan mengklasifikasikan atau mengelompokan
pada tiap fenomena tersebut. Peneliti akan menghindari upaya untuk
menggambarkan fenomena sebelum waktunya.
Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih
partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya (Sugiyono, 2010). Melalui penelitian dan pendekatan ini
diharapkan peneliti dapat menggali informasi dan memperoleh penjelasan
36
terperinci tentang suatu pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif di wilayah kerja Kembangan Utara, Jakarta Barat.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Kembangan Utara Jakarta Barat pada bulan Juli sampai Desember 2013.
C. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini yaitu para ibu primipara yang telah
memberikan ASI eksklusif selama enam bulan yang berada di wilayah
puskesmas kelurahan Kembangan Utara dan diwawancarai secara langsung
oleh peneliti. Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan
kecukupan (adequancy). Teknik purpossive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2010). Partisipan dalam penelitian ini yaitu ibu primipara yang telah
memberikan ASI eksklusif dengan usia anak tidak lebih dari dua tahun yang
berada di wilayah puskesmas kelurahan Kembangan Utara dan telah
teridentifikasi saat pengumpulan data sampai mencapai saturasi data
partisipan berjumlah enam orang, dengan kriteria partisipan yang akan
diteliti:
a.
Dapat berkomunikasi dengan baik.
b.
Bersedia dan kooperatif menjadi partisipan penelitian.
37
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu
pedoman wawancara mendalam (in depth interview) dalam bentuk
pertanyaan, alat bantu perekam (perekam suara dari handphone), alat pencatat
dan catatan lapangan (fieldnote).
E. Teknik Pengumpulan Data
1.
Pengumpulan data
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai
September 2013. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan
dibantu oleh alat perekam (perekam suara dari handphone), pedoman
wawancara dan catatan lapangan (field note). Wawancara mendalam
dilakukan pada partisipan dengan berpedoman pada pedoman wawancara
yang telah disiapkan sebelumnya.
2.
Tahap pengumpulan data
a.
Tahap persiapan pengumpulan data
1.) Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus
perizinan kepada pihak-pihak terkait seperti kepala Dinas
Kesehatan Jakarta Barat, kepala Lurah Kembangan Utara,
Kepala Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara dan RT/RW
serta melakukan kode etik penelitian.
2.) Setelah perizinan selesai peneliti melakukan uji coba pedoman
wawancara pada satu orang partisipan pemula yang memiliki
kriteria sama seperti partisipan yang akan dilakukan dalam
38
penelitian ini. Uji coba pedoman wawancara ini dilakukan untuk
melatih peneliti agar lancar saat pengumpulan data pada
partisipan sebenarnya.
3.) Selanjutnya peneliti mendata partisipan yang sesuai dengan
kriteria, lalu mengadakan pertemuan dengan partisipan untuk
melakukan inform consent dan menjelaskan tujuan serta manfaat
dari penelitian ini.
4.) Peneliti akan melakukan wawancara terlebih dahulu pada
partisipan lalu hasil dari wawancara dilakukan transkrip data.
b.
Tahap pelaksanaan pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan
pembuatan
laporan
penelitian,
peneliti
menggunakan
teknik
wawancara mendalam (in depth interview) yang merupakan salah
satu teknik pengumpulan data dalam studi kualitatif. Teknik ini
dilakukan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang
pendapat, persepsi, penerimaan atau kepercayaan masyarakat
terhadap pemberian ASI eksklusif (Budiarto, 2004).
Peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur
yang merupakan wawancara yang bebas di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Peneliti juga
menggunakan alat perekam untuk mengetahui semua percakapan
dalam wawancara tentang pengalaman ibu primipara dalam
memberikan ASI eksklusif. Peneliti sebelumnya memberitahukan
39
alasan penggunaan alat perekam serta untuk permohonan izin kepada
partisipan.
Selama wawancara mendalam peneliti juga membuat catatan
lapangan (field note). Catatan lapangan (field note) adalah catatan
tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif (Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong,
2010). Peneliti membuat catatan lapangan yang berisi deskripsi
tentang tanggal, waktu dan informasi dasar tentang suasana saat
wawancara seperti tatanan lingkungan, interkasi sosial dan aktivitas
yang berlangsung saat wawancara dilakukan. Teknik ini diharapkan
dapat menjalin komunikasi yang baik secara langsung, terbuka,
fleksibel dan terarah, sehingga informasi yang didapat lebih banyak
dan luas mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan
ASI eksklusif.
Penelitian kualitatif memungkinkan untuk memeriksa isuisu, ide- ide yang muncul dan wawancara untuk kedua atau ketiga
kalinya. Waktu yang dibutuhkan sekitar 45 sampai 90 menit
(Holloway, 2008). Peneliti melakukan wawancara singkat dalam
beberapa pertemuan, pertemuan pertama peneliti akan melakukan
informed consent ketersediaan menjadi partisipan serta melakukan
kontrak waktu untuk
pertemuan
selanjutnya,
kedua adalah
melakukan wawancara mendalam yang dilakukan selama 45 sampai
40
60 menit dan ketiga peneliti akan melakukan member check dari
hasil wawancara.
Menurut Guba dan Lincoln (1981) dalam Moleong (2010),
cara penata urutan pertanyaan yaitu dengan bentuk cerobong.
Peneliti melakukan pertanyaan-pertanyaan dimulai dari segi yang
umum mengarah kepada yang khusus. Setiap pertanyaan yang
berikutnya berkaitan dengan yang sebelumnya dengan bentuk yang
semakin menyempit dan khusus. Peneliti menggunakan Pendekatan
ini diharapkan partisipan merasakan nyaman berbicara dengan
peneliti,
kemudian
dapat
melanjutkan
wawancara
untuk
mengeksplorasi inti dari topik penelitian.
Tugas peneliti dalam melakukan wawancara meliputi aktif
mendengarkan, empati, fleksibel dan tanggap, merekam dan
mencatat, lebih banyak mendengarkan, menindak lanjuti jawaban
partisipan serta wawancara dilakukan dengan face to face.
Wawancara akan berlangsung baik kalau telah tercipta rapport antara
peneliti dengan partisipan, Stainback dalam Sugiyono (2010)
mengatakan bahwa rapport adalah suatu hubungan yang saling
menguntungkan, merasa saling percaya dan terjalin emosi diantara
kedua
orang
(peneliti
dan
partisipan).
Teknik
yang
telah
dipersiapkan di atas dapat membuat partisipan lebih luwes, lebih
terbuka dan percaya kepada peneliti sehingga partisipan mau
menceritakan pengalamannya dalam memberikan ASI eksklusif
secara terbuka dan di dapat hasil yang akurat dan valid.
41
F. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moleong, 2010). Penelitian
ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam
memberikan ASI eksklusif. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan teknik Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data
berdasarkan Colaizzi (1978) dalam dalam Streubert & Carpenter (2003),
meliputi:
1. Peneliti dapat memberikan gambaran fenomena yang diteliti, yaitu tentang
pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.
2. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara kepada partisipan dan
membuat transkrip dari hasil wawancara partisipan sesuai fenomena yang
diteliti.
3. Peneliti membaca semua hasil transkrip partisipan secara berulang-ulang
sesuai fenomena yang diteliti.
4. Peneliti membaca transkrip kembali dan mencari pernyataan-pernyataan
penting dari setiap pernyataan partisipan.
5. Peneliti menentukan makna dari setiap pernyataan penting dari semua
partisipan.
6. Peneliti mengorganisasikan data yang terkumpul dan mengelompokkannya
kedalam suatu kelompok tema.
7. Peneliti menulis hasil secara keseluruhan ke dalam bentuk desktiptif
secara lengkap, dengan melakukan analisis detail tentang perasaan
partisipan dan perspektif yang terkandung dalam tema.
42
8. Peneliti kembali ke lapangan dan menanyakan partisipan kembali untuk
validasi dari hasil deskripsi yang telah dibuat.
Memiliki gambaran fenomena yang
diteliti secara jelas
Mengumpulkan data melalui wawancara
dan membuat transkrip hasil wawancara
dengan partisipan
Membaca semua hasil transkrip partisipan
secara berulang-ulang
Mencari pernyatan-pernyataan penting dari
setiap pernyataan partisipan
Menentukan makna dari setiap pernyataan
penting dari semua partisipan
mengelompokkannya ke dalam suatu
kelompok tema
Menulis hasil secara keseluruhan ke dalam
bentuk deskriptif secara lengkap
Kembali ke partisipan untuk validasi data
deskripsi yang dibuat
Bagan 4.1 Teknik analisa data
Sumber : Colaizzi (1987) dalam Streubert & Carpenter (2003)
43
G. Keabsahan Data
Menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan menurut (Moleong,
2010), yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).
1.
Kredibilitas (credibility)
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya.
Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang
detail,
triangulasi,
peer
debriefing,
analisis
kasus
negatif,
membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check
(Bungin, 2008). Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian,
yaitu (Bungin, 2008; Moleong, 2010):
a.
Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari
kebudayaan dan dapat menguji informasi dari partisipan dan untuk
membangun kepercayaan para partisipan terhadap peneliti dan juga
kepercayaan diri peneliti sendiri.
b.
Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.
44
c.
Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut.
d.
Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat atau yang ahli
dalam bidang kualitatif.
c.
Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan
dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujianpengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya
pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
data.
Penelitian ini peneliti menggunakan kredibilitas peer debriefing,
dimana setelah peneliti mengumpulkan data peneliti akan membuat
transkrip data. Transkip data yang dibuat peneliti akan dibicarakan oleh
pembimbing untuk mendiskusikan unsur-unsur yang penting yang
dialami partisipan.
2.
Keteralihan (transferability)
Keteralihan merupakan teknik untuk meneliti agar laporan hasil
fokus penelitian dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang
menggambarkan konteks tempat penelitian diadakan. Uraiannya harus
mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
pembaca agar dapat memahami penemuan yang diperoleh. Peneliti akan
45
memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dalam menerapkan hasil
penelitian agar orang lain dapat memahami.
3.
Kebergantungan (dependability)
Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan
catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian. Pencatatan
itu diklasifikasikan dari data mentah sehingga formasi tentang
pengembangan
melakukan
instrument
pencatatan
sebelum
auditing
pelaksanaan
dari
dilakukan.
mulai
Peneliti
menentukan
masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, analisa
data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan
sebelum dilakukan auditing oleh pembimbing I dan II untuk mereview
seluruh hasil penelitian.
4.
Kepastian (confirmability).
Kapastian (confirmability) bermakna bahwa keyakinan atas data
yang diperoleh. Kepastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak
bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan,
pendapat dan penemuan seseorang. Dapat dikatakan bahwa pengalaman
seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau
banyak orang, barulah dapat dikatakan objektif. Pada penelitian ini hasil
penelitian ditelusuri oleh pembimbing (auditor) untuk memastikan
apakah hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah
yang dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti, dan menelaah
kegiatan peneliti dalam memeriksakan keabsahan data.
46
H. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan subjek manusia, maka peneliti harus
memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam
menentukan dirinya, sehingga penelitian yang dilakukan benar-benar
menjunjung kebebasan manusia. Masalah etika penelitian keperawatan sangat
penting karena penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia. Hidayat (2007) menyatakan bahwa masalah etika yang harus
diperhatikan dalam proses penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Lembar persetujuan (informed consent)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada partisipan untuk
ketersediaannya menjadi partisipan penelitian. Persetujuan dari partisipan
merupakan hak dari partisipan yang sebelumnya sudah diberitahukan
oleh peneliti mengenai tujuan penelitian, prosedur pelaksanaan, manfaat
penelitian,
dan
kerahasiaan
partisipan.
Lembar
persetujuan
ini
ditandatangani oleh partisipan yang bersedia menjadi partisipan
penelitian.
2.
Tanpa nama (anonymity)
Penelitian ini tidak akan mencantumkan nama partisipan pada
lembar pengumpulan data yang diisi oleh partisipan, tetapi dengan
menuliskan inisial.
3.
Kerahasiaan (privacy)
Kerahasiaan partisipan akan dijamin oleh peneliti, baik sebuah
informasi maupun masalah-masalah lainnya yang diberikan oleh
partisipan.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada enam
partisipan melalui proses analisis data dari hasil wawancara mendalam, ditemukan
tema yang selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk naratif dengan penyajian hasil
penelitian sebagai berikut.
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara merupakan salah satu dari
delapan puskesmas kelurahan yang terdapat di Kecamatan Kembangan.
Puskesmas ini terletak di Jl. Raya Kembangan Rt.005/02 Jakarta Barat,
memiliki luas bangunan/luas tanah 112/470 dan dipimpin oleh dr. Rosmawati
Wijaya.
Kelurahan Kembangan Utara memiliki luas wilayah 348 ha yang
terdiri dari 10 RW, 110 RT dengan jumlah penduduk 15.721 jiwa dan 5.148
KK. Kelurahan Kembangan Utara berada di dalam wilayah Kecamatan
Kembangan yang secara administratif terdiri dari 6 kelurahan, 62 RW, 600
RT,
37.584
KK,
140.201
jiwa
dan luas
area
dengan
kepadatan
penduduk sebesar 5.796 jiwa/Km2.
Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara tercatat 60 orang ibu
primipara dan dari data tersebut hanya 25 orang ibu primipara yang
memberikan ASI eksklusif, sebanyak 35 orang lainnya tidak memberikan ASI
eksklusif.
47
48
B. Hasil Penelitian
1.
Karakteristik Partisipan
Partisipan penelitian ini adalah seorang ibu primipara yang telah
memberikan ASI eksklusif. Karakteristik dari partisipan antara lain
nama, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, agama dan suku bangsa.
Peneliti melakukan wawancara mendalam pada enam orang partisipan
setelah menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan ibu tersebut
bersedia untuk menjadi partisipan dengan mengisi lembar informed
consent. Karakteristik partisipan yang peneliti dapatkan sebagai berikut:
Nama
Usia
Pekerjaan
Pendidikan
terakhir
Agama
Suku
bangsa
Usia
anak
P1
25 thn
IRT
SMA
Islam
Betawi
Guru
S1
Islam
Betawi
28 thn
IRT
SMA
Islam
Betawi
P4
27 thn
IRT
SMA
Islam
Betawi
P5
P6
25 thn
25 thn
IRT
SMA
Islam
IRT
SMA
Islam
Tabel 5.1 Karakteristik partisipan
Betawi
Betawi
7 bulan
1 tahun
3 bulan
1 tahun
5 bulan
1 tahun
2 bulan
10bulan
1 tahun
P2
29 thn
P3
Partisipan pertama (P1) berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,
pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan
mempunyai anak berusia 7 bulan.
Partisipan kedua (P2) berusia 29 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,
pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan
mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan.
49
Partisipan ketiga (P3) berusia 28 tahun, pekerjaan guru, pendidikan
terakhir S1, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak
berusia 1 tahun 5 bulan.
Partisipan keempat (P4) berusia 27 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,
pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan
mempunyai anak berusia 1 tahun 2 bulan.
Partisipan kelima (P5) berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,
pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan
mempunyai anak berusia 10 bulan.
Partisipan keenam (P6) berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,
pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan
mempunyai anak berusia 1 tahun.
2.
Hasil analisis tematik
Tema berdasarkan hasil analisis tematik yang teridentifikasi pada
penelitian mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif yaitu: 1) Makna ASI bagi ibu primipara, 2) Keunggulan ASI
eksklusif bagi ibu primipara, 3) Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi
ibu primipara, 4) Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif, 5) Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif,
6) Hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif, 7)
Dukungan ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif, dan 8) Mitosmitos tentang ASI eksklusif.
50
Tema 1. Makna ASI bagi ibu primipara
ASI bagi ibu primipara dapat diartikan dalam beberapa hal. Pada
penelitian ini didapatkan beberapa makna yang terkandung dalam ASI
bagi ibu primipara yang meliputi beberapa kategori yaitu: 1) air susu ibu,
2) cairan susu berwarna putih, 3) makanan pemula bagi bayi baru lahir,
4) nutrisi bagi bayi, dan 5) ASI eksklusif.
1.
Air susu ibu
Semua partisipan mengungkapkan bahwa makna ASI adalah
air susu ibu. Berikut ini salah satu ungkapan dari partisipan yang
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 7
bulan:
“...hmm..ASI itu adalah Air Susu Ibu (sambil tersenyum)...” (P1)
2.
Cairan susu berwarna putih
Empat dari enam partisipan mengungkapkan makna ASI itu
cairan susu berwarna putih. Berikut ini salah satu ungkapan dari
partisipan berusia 27 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga:
“...ASI itu menurut saya merupakan cairan yang berasal dari dalam
tubuh ibu yang dikeluarkan melalui payudara bentuknya seperti
cairan susu warnanya putih yang harus diberikan kepada bayi...ya
karena ASI itu memang sangat bagus untuk bayi (suasana tenang
dan partisipan terlihat sambil berfikir)...” (P4)
3.
Makanan pemula bagi bayi baru lahir
Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan
bahwa ASI adalah minuman atau makanan untuk bayi. Berikut ini
adalah ungkapannya:
51
“...ASI adalah minuman formula atau makanan pemula yang lebih
utama untuk sang bayi daripada seperti susu formula lainnya...”
(P1)
4.
Nutrisi bagi bayi
Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa ASI adalah
suplemen bagi bayi. Berikut ini adalah ungkapan dari partisipan
berusia 29 tahun dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan:
“...ASI itu merupakan hmm..suatu suplemen nutisi dari dalam tubuh
ibu yang alami yang sangat bermanfaat untuk bayi...(sambil
tersenyum dan menggendong anaknya)...” (P2)
5.
ASI eksklusif
Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa ASI adalah suplemen
bagi bayi. Berikut ini adalah ungkapan dari partisipan yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 1 tahun:
“...ASI yang diberikan kepada bayi dari sejak dilahirkan sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan makanan dan minuman lain, pokoknya
ASI aja tuh yang dikasih (sambil tersenyum dan suasana ruangan
tenang)...” (P6)
Tema 2. Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara
ASI eksklusif merupakan pilihan dari semua partisipan karena
berbeda dari susu lain. Perbedaan tersebut menjadi sebuah keunggulan
bagi ASI eksklusif yang tidak dimiliki oleh susu lain termasuk susu
formula. Hasil penelitian ini didapatkan beberapa subtema yang meliputi:
1) kandungan ASI dan 2) kelebihan ASI.
1.
Kandungan ASI
Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa di dalam
kandungan ASI itu memiliki komponen-komponen yang bermanfaat
52
untuk bayi. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3
bulan:
“...dari ASI tersebut banyak komponen-komponen yang sangat
berguna untuk bayi, pokoknya baiklah (sambil berfikir dan menyusui
anaknya)...” (P2)
Satu partisipan berusia 28 tahun mengungkapkan bahwa di dalam
kandungan ASI terdapat DHA untuk bayi. Berikut ini adalah
ungkapannya:
“... ASI itu mengandung DHA, untuk perkembangan otaknya yang
tidak sama dengan susu formula...” (P3)
Sebagian partisipan mengungkapkan bahwa di dalam kandungan
ASI terdapat karbohidrat, kalsium, protein, vitamin, dan zat untuk
kekebalan tubuh bayi. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan
berusia 29 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga:
“...ASI mengandung karbohidrat, kalsium, protein, sumber gizi, ada
lemak tubuh dari ibu juga...vitamin juga ada banyak... zat untuk
kekebalan tubuh bayi... jumlahnya lebih dari susu formula...(mata
terlihat ke arah atas, sambil berfikir)...” (P2)
2.
Kelebihan ASI
Lima dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI
eksklusif itu tidak repot, instan, dan praktis. Berikut salah satu
ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan:
“...ASI eksklusif itu tidak repot, instan, praktis, dan mudah, hehehe...
(sambil tertawa)...” (P2)
53
Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa ASI eksklusif
itu
hemat biaya, ekonomis. Berikut ungkapan salah satu dari
partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 7 bulan:
“...hmm.. pokoknya hemat biaya ya, ekonomis kalau ASI tuh...” (P1)
Tema 3. Motivasi ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif
Hasil penelitian kepada semua partisipan didapatkan beberapa sub
tema diantaranya yaitu memberikan manfaat pada ibu, anak, keluarga,
dan lingkungan. Berikut ini merupakan kategori yang terdapat pada
subtema:
1.
Memberikan manfaat pada ibu
Sebagian partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif
itu dapat mencegah penyakit kanker payudara. Berikut salah satu
ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai guru dan mempunyai
anak berusia 1 tahun 5 bulan:
“...kalau yang saya tahu itu dapat mencegah terjadinya kanker
payudara...(tangan sambil memegang payudaranya)...” (P3)
Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI
eksklusif bagi ibu itu lebih cepat mengurangi kegemukan pasca
melahirkan. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 29
tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga:
“...lebih cepat mengurangi kegemukan pasca melahirkan...” (P2)
2.
Memberikan manfaat pada bayi
Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI
eksklusif bagi anak untuk menjadi lebih sehat dan meningkatkan
54
kekebalan tubuh dan tidak mudah sakit. Berikut salah satu ungkapan
dari partisipan berusia 28 tahun dan bekerja sebagai guru:
“... ya..anak saya menjadi lebih sehat...” (P3)
Salah satu partisipan berusia 27 tahun mengungkapkan bahwa
manfaat ASI untuk mengawali kehidupan. Berikut ini ungkapannya:
“...sangat penting sekali tentunya. Karena ASI adalah cairan
pertama kali diminum untuk mengawali kehidupan anak
bahkan sampai sekarang pun dia itu sangat dibutuhkan untuk
saya, ya itulah ASI. Kehidupan saya maka kehidupan anak
juga...” (P4)
yang
saya
anak
saya
Semua partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif
bagi bagi bayi adalah berat badan bayi menjadi bertambah. Berikut
salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga dan mempunyai anak berusia 7 bulan:
“...berat badannya meningkat kalau ditimbang, setiap bulan angka
timbangannya tuh naik...” (P1)
Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI
eksklusif bagi bayi untuk perkembangan otak, menjadi pinter dan
cerdas. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang mempunyai
anak berusia 1 tahun:
“...otaknya menjadi pinter dan cerdas...(sambil tersenyum)...” (P6)
Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI
eksklusif
bagi
bayi
untuk
meningkatkan
pertumbuhan
dan
perkembangannya. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan
berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 10 bulan:
55
“...iya bagus, karena untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangannya yang harus diberikan selama enam bulan...” (P5)
Semua partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI adalah untuk
meningkatkan daya tubuh bayi. Berikut ungkapan salah satu
partisipan berusia 28 tahun dan bekerja sebagai guru:
“... ASI baik untuk bayi yang baru keluar yang masih belum ada
daya tahan tubuhnya, karena pada kolostrum itu dapat
meningkatkan daya tahan tubuhnya karna dia kan tidak makan...
(anak sedang tidur dipangkuan ibu)...” (P3)
3.
Memberikan manfaat pada keluarga
Semua partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif
bagi keluarga dapat menjalin kasih sayang keluarga. Berikut salah
satu ungkapan dari partisipan yang mempunyai anak berusia 1 tahun:
“...kalau untuk keluarga meningkatkan tali kasih sayang antara
saya, anak dan suami...” (P6)
4.
Memberikan manfaat pada lingkungan
Semua partisipan menungkapkan bahwa manfaat ASI bagi
lingkungan adalah tidak menimbulkan banyak sampah. Berikut salah
satu ungkapan dari partisipan berusia 28 tahun dan bekerja sebagai
guru:
“...wah..jelas yah, ASI itu langsung dari payudara, tidak pakai
kardus atau kaleng yang nantinya akan menimbulkan banyak
sampah...” (P3)
Tema 4. Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif
Hasil dari wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti
kepada semua partisipan perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI
eksklusif meliputi beberapa subtema: 1) proses inisiasi menyusui dini
56
(IMD), 2) posisi ibu saat memberikan ASI eksklusif, 3) posisi anak saat
diberikan ASI eksklusif, 4) waktu pemberian ASI eksklusif, 5) tanda bayi
cukup ASI, 6) pelekatan mulut bayi pada payudara ibu. Berikut kategori
yang terdapat pada subtema:
1.
Proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Lima dari enam partisipan mengungkapkan tentang langkah-langkah
dalam proses inisiasi menyusui dini. Berikut salah satu ungkapan
dari partisipan berusia 29 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah
tangga:
“...pada saat bayi dilahirkan, bayi saya diletakkan diatas badan
saya oleh bidan, diantara payudara di bagian dada dalam posisi
tengkurap..Bayi saya masih belum bersih, masih ada darah dan
kotoran dari rahim...(sambil memperagakan dengan tangan)...” (P2)
Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan bahwa hanya
sebagai pendekatan bayi. Berikut ini ungkapannya:
“...hanya sebagai pendekatan sekedar memperagakan bayi untuk
mencari puting...” (P1)
2.
Posisi ibu primipara saat memberikan ASI eksklusif
Semua partisipan mengungkapkan bahwa dalam memberikan ASI
eksklusif dengan posisi duduk. Berikut salah satu ungkapan dari
partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 7 bulan:
“...sambil duduk saya pangku terus juga sambil tiduran juga bisa...”
(P1)
Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa dalam
memberikan ASI eksklusif dengan posisi sambil jalan-jalan. Berikut
57
salah satu ungkapan dari partisipan berusia 27 tahun dan bekerja
sebagai ibu rumah tangga:
“...berdiri sambil jalan-jalan
bayinya...” (P4)
juga
Salah satu partisipan berusia 28 tahun
bisa, sambil
digendong
mengungkapkan bahwa
dalam memberikan ASI eksklusif dengan mengikuti posisi nyaman
bayi. Berikut ini ungkapannya:
“... ya..ngikutin posisi nyaman bayinya aja...” (P3)
3. Posisi bayi saat diberikan ASI eksklusif
Semua partisipan mengungkapkan bahwa posisi bayi saat diberikan
ASI eksklusif dipangku dan dimiringkan ke tubuh ibu. Berikut salah
satu ungkapan dari partisipan yang mempunyai anak berusia 1 tahun
3 bulan:
“...biasa aja duduk anak dipangku sambil dimiringkan tubuh anak
saya kebadan saya, nempel diperut terus langsung mulutnya
menghisap payudara (sambil memperagakan dengan tangan)...”
(P2)
Semua partisipan mengungkapkan bahwa posisi bayi saat diberikan
ASI eksklusif tiduran sesuai posisi payudara yang diberikan. Berikut
salah satu ungkapan dari partisipan yang mempunyai anak berusia 10
bulan:
“...sambil tiduran kalau anak saya mau tidur, cuma posisi saya itu
miring sesuai payudara mana yang mau saya berikan ASInya, anak
saya juga agak miring sedikit sambil saya ganjel pakai bantal kalau
sambil tiduran, hehehe...(sambil tersenyum)...” (P5)
Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa posisi bayi saat
diberikan ASI eksklusif sambil digendong pakai gendongan. Berikut
58
salah satu ungkapan dari partisipan berusia 27 tahun dan pendidikan
terakhir SMA:
“...sambil gendong juga saya berikan ASInya pake gendongan trus
sekalian saya sambil jalan-jalan...” (P4)
4.
Waktu pemberian ASI eksklusif
Waktu untuk ibu memberikan ASI eksklusif pada bayi berbeda-beda
setiap partisipan. Berikut ini penjelasan dari setiap partisipan:
Lima dari enam partisipan mengungkapakan bahwa waktu untuk
memberikan ASI eksklusif pada saat bayi menangis. Berikut salah
satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
dan mempunyai anak berusia 7 bulan:
“...pada saat bayi menangis pengen nyusu langsung saya berikan...”
(P1)
Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan bahwa waktu
untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi setiap mau tidur. Berikut
ini ungkapannya:
“...saya memberikannya setiap anak mau tidur...” (P1)
Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa waktu untuk
memberikan ASI eksklusif setelah bayi bangun tidur. Berikut salah
satu ungkapan dari partisipan berusia 25 tahun dan pendidikan
terakhir SMA:
“...saat dia bangun tidur saya berikan...” (P6)
59
Salah satu partisipan berusia 29 tahun mengungkapkan bahwa waktu
untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi tidak ada batasan dan
sesuai kebutuhan anak. Berikut ini ungkapannya:
“...kalau untuk ASI saya tidak membatasi. Disaat anak ingin
menyusu, ya saya langsung kasih...ya kapan saja...” (P2)
Semua partisipan mengungkapkan bahwa durasi untuk memberikan
ASI eksklusif pada bayi sekitar lima sampai sepuluh menit dan
diberikan sekitar dua sampai tiga jam sekali. Berikut salah satu
ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
bersuku Betawi:
“...ya..gak lama, gak sampe berjam-jam, sekitar 5-10 menit...” (P4)
“...sekitar 2-3 jam sekali saya memberikannya...” (P5)
5.
Tanda bayi cukup ASI
Ibu yang memberikan ASI eksklusif akan menghentikan proses
menyusui setelah mengetahui adanya tanda-tanda yang ditunjukkan
oleh bayi bahwa saat itu bayi sudah cukup ASInya. Berikut ini
penjelasan dari setiap partisipan:
Semua partisipan mengungkapkan bahwa tanda bayi cukup ASI
apabila bayi sudah tertidur. Berikut salah satu ungkapan dari
partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan berusia 25
tahun:
“...dia sudah tertidur nyenyak, berarti cukup ASI yang saya
berikan...” (P1)
60
Sebagian partisipan mengungkapkan bahwa tanda bayi cukup ASI
apabila bayi tidak menghisap payudara. Berikut salah satu ungkapan
dari partisipan berusia 29 tahun dan pendidikan terakhir SMA:
“...biasanya itu tergantung dari si bayi kalau dia sudah melepaskan
payudara saya, ya sudah selesai (anak sedang bermain boneka)...”
(P2)
Sebagian dari partisipan juga mengungkapkan bahwa tanda bayi
cukup ASI apabila bayi sudah kenyang dan tidak berlebihan. Berikut
salah satu ungkapan dari partisipan:
“...kalau sudah kenyang ya sudah. Tidak sampai gumoh atau
muntah...” (P4)
6.
Pelekatan mulut bayi pada payudara ibu
Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa pelekatan mulut
bayi yaitu mulut bayi menghisap puting sampai ke areola. Berikut
salah satu ungkapan dari partisipan berusia 29 tahun dan pendidikan
terakhir SMA:
“...hmm..menempel ya mulut anak saya pada puting, sampe
menutupi yang hitam-hitam payudara, baru dia merasa nyaman
(sambil memperagakan dengan tangan dan suasana tetap tenang
dan fokus)...” (P2)
Semua partisipan juga mengungkapkan bahwa pelekatan mulut bayi
dibantu menggunakan tangannya untuk memasukkan ke dalam mulut
dan selanjutnya payudara dipegang selama menyusui.
“...waktu awal-awal sih dibantu pakai tangan saya yang
memasukkannya terus saya pegangin payudaranya. Sekarang mah
saya cuma bantu memasukkan putingnya saja, saya uda ga
dipegangin sampai selesai menyusui...” (P4)
61
Salah satu partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia
1 tahun mengungkapkan bahwa dalam pelekatan mulut bayi itu
payudara tidak menutupi hidung bayi. Berikut ini ungkapannya:
“...lalu jangan sampai hidungnya menutup kepayudara karena nanti
tidak bisa nafas, hehehe (sambil tertawa)...” (P6)
Tema 5. Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif
Hasil dari wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti
kepada semua partisipan bahwa perasaan ibu selama memberikan ASI
eksklusif berbeda-beda dilihat dari aspek psikologis yang meliputi:
perasaan senang, bangga sebagai ibu, dan merasa puas. Berikut ini
merupakan kategori yang terdapat dalam tema:
Lima dari enam partisipan mengungkapkan bahwa merasa senang karena
bisa memberikan ASI eksklusif pada anak pertama. Berikut salah satu
ungkapan dari partisipan berusia 27 tahun dan bersuku Betawi:
“... saya senang ya, karena bisa memberikan ASI eksklusif. Terutama ini
anak pertama saya dan telah menjadi awal pengalaman bagi saya...”
(P4)
Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa bangga sebagai ibu
karena bisa selalu kontak dengan anak. Berikut salah satu ungkapan dari
partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak
berusia 1 tahun 3 bulan:
“...ya..perasaan saya banggalah sebagai ibu karena menjadi sudah
menjadi suatu kewajiban terus juga bisa selalu dekat kontak dengan
anak, terus sudah ada pada tubuh, jadi tidak menyia-nyiakan apa yang
sudah ada didalam tubuh (tersenyum)...” (P2)
62
Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan bahwa merasa
puas dan perasaanya menjadi lega. Berikut ungkapannya:
“... saya merasa puas yah... puas karena dapat memberikan yang terbaik
untuk anak...” (P1)
Tema 6. Hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif
Hambatan saat memberikan ASI eksklusif dialami oleh semua
partisipan. Hambatan tersebut disebabkan karena adanya masalah baik
pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham
masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap masalah pada anak
saja. Hasil penelitian para partisipan bahwa hambatan saat memberikan
ASI eksklusif yaitu: 1) masalah pada payudara dan 2) masalah fisiologis
ibu. Berikut ini uraiannya:
1.
Masalah pada payudara
Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa payudara terasa
sakit. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 27 tahun
dan pendidikan terakhir SMA:
“...kalau masalah, ini payudara saya terasa sakit...” (P4)
Semua partisipan mengungkapkan bahwa payudara bengkak. Berikut
salah satu ungkapan dari partisipanberusia 25 tahun dan mempunyai
anak berusia 7 bulan:
“...payudara saya bengkak...(sambil memegang payudara)...” (P1)
Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan bahwa
Kadang puting juga lecet. Berikut ini ungkapannya:
63
“... kadang puting juga lecet” (P1)
Salah satu partisipan berusia 27 tahun mengungkapan bahwa
payudara terasa nyeri. Berikut ini ungkapannya:
“... hmm..payudara saya berasa ngilu, nyeri...” (P4)
Salah satu partisipan berusia 28 tahun dan bekerja sebagai guru
mengungkapkan bahwa produksi ASInya berkurang. Berikut ini
ungkapannya:
“... payudara saya ASInya keluar sedikit...” (P3)
2.
Masalah fisiologis ibu
Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa masalah fisiologis
yang terjadi adanya rasa kantuk dan lelah ibu. Berikut salah satu
ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
bersuku Betawi:
“... kadang kalau saya sudah ngantuk dan lelah banget terus anak
masih pengen terus netek rasanya gimana gitu, jadi kadang saya
tidur anak saya mah tetep aja tuh netek sampe-sampe gak tahu kalau
anak saya juga tidur,hehe (sambil tertawa)...” (P5)
Tema 7. Dukungan ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif
Faktor pendukung itu sangat penting untuk memberikan motivasi
ibu dalam memberikan ASI eksklusif dan sebagai salah satu wujud untuk
mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif. Dari hasil
wawancara kepada semua partisipan didapatkan beberapa sub tema yaitu
1) dukungan informasional, 2) dukungan emosional, dan 3) dukungan
64
instrumental. Berikut ini merupakan kategori yang terdapat pada
subtema:
1.
Dukungan informasional
Hasil wawancara yang dilakukan pada enam partisipan didapatkan
dukungan informasional dari suami, mama, dan teman kepada ibu
primipara dalam memberikan ASI eksklusif.
Salah satu partisipan berusia 27 tahun mengungkapkan bahwa suami
sering menanyakan dan mengingatkan untuk memberikan ASI.
berikut ini ungkapannya:
“...kalau suami saya mendukung sekali ya. Suami paling sering
menanyakan sudah ditetein belum begitu, mengingatkan saya
terutama jika anak menangis dan bangun tidur untuk ditetein...”
(P4)
Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa suaminya bilang
kalau anak lebih baik dan lebih bagus diberikan ASI eksklusif.
Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu
rumah tangga dan mempunyai anak berusia 7 bulan:
“...suami bilang kalau anak lebih baik dan lebih bagus ASI eksklusif
daripada susu formula untuk anak kita berikan ASI eksklusif sampai
usia 6 bulan...” (P1)
Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa dukungan dari
mama adalah dengan mengajarkan posisi saat memberikan ASI
eksklusif. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 25
tahun dan bersuku Betawi :
“...terutama orang tua mendukung saya, mama pernah mengajarkan
cara memegang bayi saat memberikan ASI, menggendong bayi, ya
seperti itulah...” (P6)
65
Salah satu partisipan berusia 27 tahun mendapatkan informasi dari
temannya dengan mengatakan berikan ASI saja, karena ASI itu
bagus, jangan diberikan susu formula. Berikut ini ungkapannya:
“...teman saya juga bilang sama saya katanya ASI saja, ASInya juga
keluarnya banyak, ngapain harus susu formula...” (P4)
2.
Dukungan emosional
Dukungan
emosional
didapatkan
oleh
beberapa
partisipan.
Dukungan tersebut ddapatkan dari suami dan dari teman partisipan.
Salah satu partisipan berusia 29 tahun mengungkapkan bahwa suami
memberikan semangat yang terbaik adalah ASI eksklusif. Berikut ini
ungkapannya:
“...semangat ya bunda, pokoknya yang terbaik berikan ASI eksklusif,
jangan susu formula...” (P2)
Salah satu partisipan berusia 25 tahun dan bersuku Betawi
mendapatkan dukungan emosional dari temannya. Berikut salah satu
ungkapan dari partisipan:
“...teman saya juga mendukung. Teman saya bilang uda ASI aja,
walaupun keluarnya sedikit, nanti juga lama-lama banyak ASInya.
Bagusan ASI tahu untuk anak sampai 6 bulan...” (P6)
3.
Dukungan instrumental
Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa mamanya
mendukung banget dari sejak hamil dan membuatkan sayur daun
katuk. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja
sebagai guru dan bersuku Betawi:
“...mama ngedukung banget dari pas hamil 8 bulanan lebih,
pokoknya uda bulannya dah, bilang nanti anaknya ASI aja jangan
66
dikasih susu. Sering dibuatin sayur daun katuk katanya biar ASInya
banyak...” (P3)
Tema 8. Mitos-mitos tentang ASI eksklusif
Pandangan masyarakat mengenai ASI eksklusif berbeda-beda.
Adanya mitos-mitos tentang ASI eksklusif merupakan salah satu
pertimbangan keputusan bagi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif
pada anak. Hasil penelitian didapatkan beberapa mitos dan tanggapan
dari para partisipan. Berikut ini uraiannya:
Salah satu partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 1
tahun mengungkapkan bahwa tidak pernah mendengar mengenai mitosmitos tentang ASI eksklusif. Berikut ini ungkapannya:
“... oh.. saya gak pernah denger...” (P6)
Salah satu partisipan berusia 27 tahun mengungkapkan bahwa pernah
denger mitos-mitos tentang kolostrum itu kotor dan berwarna kuning.
Berikut ini ungkapannya:
“...hmm...pernah sih ya saya denger dari tetangga, ada yang
mengatakan kalau kolostrum itu harus dibuang karena kotor dan
warnanya agak kuning begitu katanya...” (P4)
Salah satu partisipan berusia 29 tahun dan pendidikan terakhir SMA juga
mengungkapkan bahwa tidak menanggapi tentang mitos-mitos yang ada.
Berikut ini adalah ungkapan:
“...kalau itu sih cuma omongan yah, karena kalau sekarang itu kan harus
ditunjukkan secara medis tidak hanya sekedar omongan...” (P2)
Lima dari enam partisipan mengungkapkan bahwa adanya mitos selama
memberikan ASI eksklusif adanya pantangan makanan seperti tidak
67
makan pedes, asem, dan minum es. Berikut salah satu ungkapan dari
partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 7 bulan:
“...katanya sih, kalau selama memberikan ASI eksklusif itu gak boleh
makan yang pedes, bayi akan mencret-mencret-mencret, makan yang
asem juga sama. Banyak makan es juga anak saya jadi flu,tapi
tergantung dari kekebalan tubuh anaknya juga sih...” (P1)
Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa adanya perubahan pada
payudara yaitu payudara menjadi kendor. Berikut salah satu ungkapan
dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan berusia 29
tahun:
“...pernah denger dari orang, kalau sering menyusui anak, jadi
payudara saya menjadi seperti kendor, berbeda dari sebelum
melahirkan, hehe (sambil tertawa)...”(P2)
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menjabarkan beberapa bagian yang terkait dengan hasil penelitian
yang telah diperoleh. Bagian pertama menjabarkan pembahasan hasil penelitian
yaitu membandingkan dengan konsep, teori, dan berbagai penelitian sebelumnya
yang terkait dengan hasil penelitian ini untuk memperkuat pembahasan
interpretasi hasil penelitian. Bagian kedua adalah mengemukakan berbagai
keterbatasan selama proses penelitian dengan membandingkan pengalaman
selama proses penelitian yang telah dilakukan dengan proses yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan aturan.
A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi
Penelitian ini menghasilkan sepuluh tema. Beberapa diantaranya
memiliki sub tema dengan beberapa kategori makna tertentu. Tema tersebut
teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Berikut penjelasan secara rinci
untuk masing-masing tema yang dihasilkan dari penelitian ini:
Tema 1. Makna ASI bagi ibu primipara
ASI memiliki makna yang begitu luas, yang mencakup penilaian serta
pemikiran seseorang. Penelitian ini makna ASI bagi ibu primipara
dipersepsikan bervariasi oleh para partisipan. Makna ASI bagi ibu meliputi
air susu ibu, cairan susu berwarna putih, makanan pemula bagi bayi baru
lahir, dan suplemen bagi bayi. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.33 tahun 2012 bahwa yang dimaksud dengan Air
68
69
Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar
payudara ibu. ASI adalah makanan pemula utama untuk bayi (Wong, dkk.,
2008). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti bahwa salah
satu partisipan mengungkapkan ASI merupakan makanan pemula yang lebih
utama untuk sang bayi dari pada susu formula lainnya dan partisipan lainnya
juga mengatakan bahwa ASI merupakan cairan yang berasal dari dalam tubuh
ibu yang dikeluarkan melalui payudara bentuknya seperti cairan susu
warnanya putih yang harus diberikan kepada bayi. Woolridge, Fisher (1988)
dalam Wong, dkk (2008), pada setiap awal pemberian makan yang dilakukan
oleh ibu, susu itu mengandung lebih sedikit lemak dan mengalir lebih cepat
daripada susu yang keluar menjelang akhir pemberian makan. Menjelang
akhir pemberian makan, susu ini lebih putih dan mengandung lebih banyak
lemak.
Hasil
penelitian
ini
didapatkan
bahwa
semua
partisipan
mengungkapkan pemahamannya tentang ASI eksklusif merupakan ASI yang
diberikan kepada bayi dari sejak dilahirkan sampai usia enam bulan tanpa
tambahan makanan dan minuman lain, hanya ASI saja yang diberikan.
Roesli (2008) menjelaskan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara
eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia enam
bulan, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur
susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim.
70
Tema 2. Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian partisipan mengatakan
bahwa didalam kandungan ASI terdapat karbohidrat, kalsium, protein,
vitamin, dan zat untuk kekebalan tubuh bayi. Hasil ini sesuai dengan teori
yang ditulis oleh Roesli (2008), bahwa ASI mengandung lebih dari 200
unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan dan sel darah
putih.
Penelitian ini juga didapatkan bahwa lima dari enam partisipan
mengungkapkan kelebihan ASI eksklusif itu tidak repot, instan, praktis, dan
mudah selain itu juga ASI eksklusif itu hemat biaya. Hal ini juga sejalan
dengan hasil penelitian Wen, et.al (2009) yang menyatakan bahwa sebanyak
52% ibu mengatakan ASI eksklusif itu lebih murah, biayanya efektif dan
sebanyak 29% mengatakan ASI eksklusif itu lebih mudah. Hasil penelitian
juga sesuai dengan teori Mercer (1991) bahwa untuk pencapaian peran
sebagai seorang ibu dipengaruhi oleh lingkungan makrosistem yang berkaitan
dengan adanya tingkat status ekonomi seseorang dimana untuk memberikan
ASI eksklusif itu sangat ekonomis. Wong, dkk (2008) menjelaskan ASI
adalah makanan yang paling murah, selalu tersedia setiap saat, siap disajikan
dalam susuh kamar, dan bebas dari kontaminasi. ASI lebih mudah di
disiapkan, lebih mudah dicerna oleh bayi dan memberikan ASI akan
membuat perjalanan menjadi terasa ringkas dan mudah, selain itu juga gratis
(Roesli, 2008).
71
Tema 3. Motivasi ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif
Hasil wawancara yang dilakukan pada enam partisipan dalam
penelitian ini didapatkan bahwa motivasi ibu primipara dalam memberikan
ASI eksklusif karena dapat memberikan manfaat pada ibu, bayi, keluarga,
dan lingkungan. Roesli (2008) menyatakan bahwa memberikan ASI secara
eksklusif berarti keuntungan untuk semua. Bayi akan lebih sehat, cerdas, dan
berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik, perusahaan,
lingkungan dan masyarakat pun akan mendapat keuntungan. Sebagian
partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif
untuknya adalah dapat mencegah kanker payudara. Hal ini sejalan dengan
penelitian Buckeley, Kathleen dan Gloria (2006) yang menyatakan bahwa
menyusui dapat mengurangi resiko kanker payudara sebanyak 4,3% untuk
setiap tahun selama menyusui. Donnelly, dkk (2013) juga melaporkan bahwa
sebanyak 81,5% ibu mengatakan alasan yang menyebabkan terjadinya kanker
payudara karena tidak menyusui bayi mereka. Penelitian ini juga didapatkan
bahwa dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat yang
dirasakan ibu setelah memberikan ASI eksklusif adanya penurunan berat
badan dari berat badan sebelum hamil. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Wen, et.al (2009) di Australia bahwa sebanyak 10% ibu mengatakan manfaat
pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan berat badan pasca melahirkan.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa hampir semua partisipan
mengungkapkan bahwa ASI eksklusif dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi, meningkatkan daya tahan tubuh bayi, anak menjadi lebih
sehat. Dewi (2011) menjelaskan bahwa manfaat pemberian ASI eksklusif
72
kepada anak selama 6 bulan pertama dapat menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangannya menjadi lebih baik, bayi jarang mengalami sakit karena
adanya zat protektif untuk melindungi bayi dari infeksi. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Wen, et.al (2009) bahwa ASI baik untuk
kesehatan bayi, melindungi bayi dari penyakit, meningkatkan sistem
kekebalan tubuh serta membantu menjalin kedekatan antara ibu dan anak.
Penelitian ini juga didapatkan bahwa empat dari enam partisipan
mengatakan anak menjadi pinter dan cerdas setelah diberikan ASI eksklusif.
Menurut Roesli (2008), pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi berusia
enam bulan akan menjamin tercapainya kecerdasan anak secara optimal
karena adanya nutrien yang tepat yang secara khusus disesuaikan dengan
kebutuhan bayi agar otak menjadi tumbuh dengan optimal. Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian Maharditha, dkk (2008) menunjukkan bahwa
perkembangan kognitif pada bayi yang diberikan ASI eksklusif lebih tinggi
sebanyak 4.761 dibandingkan dengan tidak diberikan ASI eksklusif sebanyak
4.431 pada yang diukur dengan skala kognitif Mullen dalam waktu sekitar
enam sampai sembilan bulan. Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa
manfaat ASI sangat penting karena ASI adalah cairan yang pertama kali
diminum untuk mengawali kehidupan anak. Hal ini sejalan dengan teori yang
ditulis oleh Meadow (2005), bahwa pemberian ASI merupakan awal yang
sempurna bagi bayi untuk memulai kehidupannya karena ASI mudah
langsung tersedia, tidak mahal dan mudah dikonsumsi. Partisipan mengatakan
pemberian ASI eksklusif
juga bermanfaat bagi lingkungan karena tidak
menimbulkan banyak sampah, seperti kaleng dan kardus susu. Hal ini sejalan
73
dengan teori yang ditulis oleh Roesli (2005), bahwa ASI akan mengurangi
bertambahnya sampah dan polusi di dunia. Memberi ASI tidak memerlukan
kaleng susu, karton, kertas pembungkus, botol plastik dan dot karet.
Tema 4. Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif
Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif salah satunya
adalah melakukan Inisiasi Menyusui Dini setelah melahirkan. Hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti terdapat lima dari enam partisipan yang
mengungkapkan bahwa inisiasi menyusui dini dilakukan pada saat bayi
dilahirkan, bayi diletakkan diatas badan ibu oleh bidan, diantara payudara di
bagian dada dalam posisi tengkurap, bayi saya masih belum bersih, masih ada
darah dan kotoran dari rahim. Salah satu ibu primipara lainnya mengatakan
bahwa
inisiasi
menyusui
dini
hanya
sebagai
pendekatan
sekedar
memperagakan bayi untuk mencari puting. Hal ini sesuai dengan Depkes
(2008), bahwa Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah meletakkan bayi
menempel di dada atau perut ibu segera setelah lahir, membiarkannya
merayap mencari puting, kemudian menyusu sampai puas. Proses ini
dibiarkan berlangsung minimal selama satu jam pertama sejak bayi lahir. Hal
ini juga sejalan dengan hasil penelitian Haider, et.al (2010), bahwa prevalensi
ibu yang mempraktekkan perilaku menempatkan bayi ke payudara ibu dalam
satu jam pertama setelah lahir sebanyak 76%, pemberian kolostrum dan tidak
memberikan cairan lain atau makanan dalam tiga hari pertama sebanyak 54%,
tidak memberikan susu botol sebanyak 85%, menyusui on demand sebanyak
96%, dan pemberian ASI eksklusif dari lahir sampai 6 bulan sebanyak 90%,
74
hal itu terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu tentang bahaya menunda
inisiasi menyusui dini yang menjadi alasan ibu untuk melakukan praktek itu.
Penelitiannya juga didapatkan hanya seperempat dari ibu yang melaporkan
bahwa memulai menyusui dalam waktu satu jam setelah melahirkan,
sementara mayoritas dari ibu-ibu tersebut melakukannya dalam waktu satu
sampai 3 jam setelah melahirkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lee,
et.al (2013), didapatkan bahwa sebagian besar ibu yang pertama kali
melahirkan menyadari pentingnya inisiasi menyusui dini dan nilai kolostrum.
Mereka mengatakan bahwa praktek inisisasi menyusui dini adalah tugas dari
tenaga kesehatan yang membantu mereka untuk melakukannya biasanya
dalam waktu satu jam setelah melahirkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
teori Mercer (1991) yang menyebutkan bahwa komponen utama dari peran
ibu terbagi menjadi tiga yaitu keterikatan pada bayi, memperoleh kompetensi
dalam perilaku ibu, dan mengekspresikan kepuasan dalam interaksi antara ibu
dan bayi. Pada komponen ini ibu harus memiliki rasa kasih sayang pada bayi,
keterampilan dalam praktik menyusui dengan benar dan akhirnya
mendapatkan kepuasan tersendiri setelah semuanya tercapai. Pencapaian
peran sebagai seorang ibu dilakukan dengan empat fase yang salah satunya
adalah fase formal, dimana pada fase ini ibu melahirkan anak pertama dan
belajar memberikan ASI untuk pertama kali dengan orang lain disini yaitu
seorang bidan atau petugas kesehatan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa beberapa
partisipan mengungkapkan dalam memberikan ASI eksklusif dilakukan
dengan posisi duduk, tiduran, berdiri sambil jalan-jalan, dan salah satu
75
partisipan mengungkapkan memberikan posisi sesuai dengan kenyamanan
bayinya. Hal ini sesuai dengan teori yang ditulis Leifer (2005), bahwa
memberikan ASI eksklusif pada bayi harus memiliki persiapan sebelumnya
baik untuk ibu maupun bayi. Persiapan untuk ibu dan bayi salah satunya
adalah dengan posisi yang nyaman dan rileks dalam memberikan ASI
eksklusif pada bayi. Dewi (2011) juga menyatakan bahwa terdapat berbagai
macam posisi menyusui yang biasa dilakukan oleh ibu yaitu dengan posisi
duduk, berdiri, dan berbaring. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori
yang ditulis oleh Murray & McKinney (2006), bahwa ada empat posisi dasar
untuk memberikan ASI eksklusif yaitu posisi memegang bola kaki dimana
ibu akan lebih mudah melihat mulut bayi ketika menghisap puting, posisi
menggendong atau mengayun bayi terutama untuk bayi yang kecil, posisi
berbaring miring, dan posisi di atas pangkuan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa semua partisipan
mengatakan dalam memberikan ASI eksklusif tubuh bayi harus dimiringkan
kebadan ibu, menempel diperut lalu langsung mulutnya menghisap payudara.
Empat dari enam partisipan juga mengungkapkan bahwa pelekatan mulut
bayi saat menyusui menempel pada puting sampai menutupi bagian hitam
pada payudara (areola) dan salah satu partisipan mengatakan jangan sampai
hidung bayi menutupi payudara saat menyusui karena akan membuat bayi
tidak bisa bernapas. Hal ini sejalan dengan teori yang ditulis oleh Lowdermilk
(2004), bahwa menyusui bayi dengan membawanya dekat ke payudara, bukan
payudara didekatkan ke bayi. wajah, dada, abdomen, dan lutut bayi,
semuanya harus menghadap tubuh ibu. Menyentuhkan bibir bawah bayi
76
dengan puting untuk memulai refleks rooting. Bayi akan berputar ke arah
puting lalu mencium bau kolostrum dan susu dengan mulut terbuka.
Meletakkan mulut bayi pada payudara dengan menuntun puting dan jaringan
areola masuk ke mulut bayi di atas lidah. Menekan payudara dengan ibu jari
di atas areola dan jari-jari lain dibawah areola untuk memungkinkan bayi
menghisap dengan efektif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa semua partisipan mengatakan waktu awal-awal
menyusui dibantu menggunakan tangan untuk memasukkan putting lalu
payudara dipegang dan sekarang hanya bantu memasukkan putingnya saja,
sudah tidak dipegangin sampai selesai menyusui. Lowdermilk (2004)
menyatakan hal yang sama, bahwa puting dan sebagian besar areola harus
berada didalam mulut bayi. apabila hidung bayi kelihatan tertutup oleh
payudara, ibu dapat mengangkat panggul bayi sehingga memberikan banyak
ruang
untuk
bernapas.
Selama
menyusui
untuk
beberapa
minggu
kemungkinan ibu harus menggunakan tangannya untuk memegang payudara
agar bayi dapat menghisap dengan efektif. Hasil penelitian ini sejalan dengan
teori Mercer (1991) yang menyebutkan bahwa untuk mencapai peran sebagai
seorang ibu terdiri dari tiga komponen yaitu keterikatan ibu dengan bayi,
memiliki keterampilan dalam menyusui dengan benar dan kepuasan
berinteraksi dengan bayi.
Penelitian ini didapatkan bahwa lima dari enam partisipan mengatakan
waktu untuk memberikan ASI eksklusif disaat anaknya menangis. Sebagian
partisipan lainnya memberikan ASI eksklusif saat anaknya mau tidur dan
bangun tidur. Hal ini sejalan dengan teori yang ditulis oleh Murray &
77
McKinney (2006), bahwa ketika bayi merasa lapar, mereka biasanya
menangis keras sampai kebutuhan mereka terpenuhi. Beberapa bayi akan
menarik diri ke dalam tidur karena ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan kelaparan. Pada kondisi itu ibu harus siap untuk memberikan ASI
kepada bayi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Kuzma,
(2013), menyatakan bahwa sebanyak 91% dari ibu-ibu yang menyusui,
mereka memberikannya ketika bayi mereka menangis, sebanyak 7 sampai 8
kali perhari.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa semua partisipan mengatakan
bahwa memberikan ASI eksklusif pada bayi sekitar 5 sampai 10 menit dan
diberikan sekitar dua sampai tiga jam sekali. Hanya satu partisipan yang
mengatakan bahwa dalam meberikan ASI esksklusif tidak membatasi, disaat
anak ingin menyusu langsung kasih dan kapan saja. Menyusui bayi sebaiknya
dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya. Rata-rata bayi menyusui selama 5 sampai 15 menit,
walaupun terkadang lebih. Hal ini sejalan dengan teori yang ditulis oleh
Hegar (2008), bahwa menyusui bayi sesering mungkin sedikitnya lebih dari 8
kali dalam 24 jam dan tidak hanya pada satu payudara melainkan keduanya
secara
seimbang,
menghasilkan
ASI.
sehingga
mendapat
Menyusui
pada
stimulasi
malam
hari
yang
sama
dapat
untuk
membantu
mempertahankan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama
pada malam hari. Leifer (2005) juga menunjukkan bahwa, bayi yang baru
lahir perlu diberi makan setiap 2 atau 3 jam di awal kapasitas lambung bayi
baru lahir yang kecil. Umumnya bayi baru lahir menyusui selama kurang
78
lebih 15 menit pada payudara pertama, dan selanjutnya diikuti oleh payudara
lainnya. Rata-rata waktu untuk menyusui adalah 15 sampai 20 menit per
payudara.
Semua partisipan dalam penelitian ini mengatakan bahwa tanda bayi
mereka sudah cukup ASI yang telah diberikan ketika bayi sudah tertidur
nyenyak dan sebagian dari partisipan mengatakan ketika bayi sudah
melepaskan payudaranya dan kenyang. Hal ini sesuai dengan teori yang
ditulis Leifer (2005), bahwa ibu harus diajarkan untuk mengetahui isyarat
pada bayi baru lahir, bagaimana menentukan ASI yang telah diberikan pada
bayi sudah cukup. Kecukupan ASI pada bayi dapat ditunjukkan pada pola
mengisap bayi yang baru lahir akan memperlambat, bayi yang baru lahir bisa
tertidur, dan payudara ibu terasa lembut, menunjukkan kenyang.
Tema 5. Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ibu merasakan senang dan
bangga sebagai ibu dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Hal ini
sejalan dengan penelitian Wen, et.al (2006) yang menyatakan bahwa ketika
ibu sukses dalam memberikan ASI eksklusif, mereka merasakan kebanggaan
dan kenyamanan berdasarkan pengalaman ibu yang berada di unit neonatal
Swedia. Hasil penelitian yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa salah
satu partisipan mengatakan merasa puas dan lega karena dapat memberikan
yang terbaik untuk anak. Hal ini sejalan dengan teori yang ditulis oleh Wong,
dkk (2008), ibu memiliki perasaan yang menyatu sangat dekat dengan
anaknya dan merasa tuntas dan merasa puas ketika bayi menghisap ASI
79
darinya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori Mercer (1991) yang
menyebutkan bahwa untuk mencapai peran sebagai seorang ibu adanya fase
personal, dimana pada tahap ini ibu sudah menginternalisasi perannya, ibu
primipara merasakan kepuasan karena berhasil dalam memberikan ASI
Eksklusif.
Tema 6. Hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif
Penelitian ini didapatkan bahwa ibu primipara mengalami hambatan
dalam memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian didapatkan bahwa para
parisipan mengalami masalah pada payudara seperti payudara terasa sakit,
lecet pada putting, bengkak, terasa nyeri, produksi ASI yang kurang dan
adanya rasa kantuk serta lelahnya ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Ibu
yang memberikan ASI eksklusif mungkin mengalami beberapa masalah
umum. Beberapa kasus, komplikasi ini dapat dicegah jika ibu menerima
pendidikan yang tepat tentang menyusui (Perry & Wong, 2006). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Tucker, Wilson & Samandari
(2011) yang menyatakan bahwa dari 102 responden yang memulai
memberikan ASI eksklusif tetapi berhenti saat empat bulan pasca melahirkan,
hampir dua per tiga ibu remaja yang terdaftar lebih dari satu alasan untuk
berhenti menyusui yaitu kembali ke sekolah (34%), merasa bahwa ASI saja
tidak memuaskan bayi (33%), produksi ASI mereka tidak cukup (32%), nyeri
puting (28%), dan alasan lain (19%).
Penelitian yang dilakukan Agunbiade & Ogunleye (2012), didapatkan
hasil yang menunjukkan bahwa kendala utama pemberian ASI eksklusif
adalah persepsi ibu bahwa bayi terus menjadi lapar setelah diberikan ASI
80
(29%), masalah kesehatan ibu (26%), takut bayi menjadi kecanduan ASI
(26%), tekanan dari ibu mertua (25%), nyeri di payudara (25%), dan
kebutuhan untuk kembali bekerja (24%). Penelitian ini juga didapatkan hasil
bahwa pengalaman beberapa ibu merasa sangat sulit untuk menyusui selama
enam bulan. Hal ini karena mereka mengeluh bahwa payudara mereka sakit
sedangkan bayi mereka terus saja menghisap dengan kuat agar ASI bisa
mengalir dengan lancar (Agunbiade & Ogunleye, 2012).
Tema 7. Dukungan ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif
Dukungan
ibu
primipara selama memberikan
ASI eksklusif
didapatkan baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga seperti teman.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti, dimana semua partisipan mendapat
dukungan dari suami dan adanya dorongan dari keluarga mereka untuk
memberikan ASI eksklusif dari sejak kehamilannya. Hasil penelitian juga
sesuai dengan teori Mercer (1991) bahwa untuk pencapaian peran sebagai
seorang ibu dipengaruhi oleh lingkungan makrosistem, dimana dalam
memberikan ASI eksklusif terdapat fungsi keluarga dan adanya dukungan
sosial. Hal ini juga sejalan dengan teori yang ditulis oleh Perry & Wong
(2006), dukungan dari pasangan dan keluarga merupakan faktor yang sangat
besar bagi ibu untuk mencapai kesuksesan dalam memberikan ASI eksklusif.
Persiapan prenatal idealnya dilakukan oleh ayah termasuk menyediakan
informasi tentang keuntungan memberikan ASI eksklusif dan bagaimana
berpatisipasi dalam merawat bayi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
Mannion, et.al (2013) menyatakan bahwa sebanyak 55% wanita merasa
81
bahwa pasangan mereka mendorong untuk memberikan ASI eksklusif dan
sebanyak 23% mengatakan pasangan mereka berfikir bahwa memberikan ASI
eksklusif adalah yang terbaik dan sehat untuk bayi. Penelitiannya juga
dihasilkan bahwa dukungan yang terkait dalam memberikan ASI eksklusif
oleh ibu maternal 65%, teman 65%, dan dokter 61%. Bentuk dukungan selain
dari anggota keluarga juga didapatkan oleh ibu primipara berupa dukungan
informasional dan emosional. Dukungan yang didapatkan oleh semua
partisipan meliputi dukungan informasional, emosional dan instrumental.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa beberapa ibu
primipara mendapatkan dukungan selain dari keluarga yaitu dukungan dari
teman dalam bentuk dukungan informasional dan emosional namun pada
penelitian ini tidak terdapat dukungan penghargaan yang diberikan. Hal ini
sejalan dengan penelitian Tucker et.al (2011), menyatakan bahwa beberapa
remaja Afrika Amerika mengatakan bahwa wanita lain dalam keluarga
mereka telah memberikan ASI dan dan semua orang mendukung. Hal ini juga
sejalan dengan teori Friedman (1998), bahwa dukungan sosial dapat dibagi
menjadi 5 buah komponen yaitu 1) dukungan emosional yang menunjukkan
bantuan dalam bentuk dorongan empati dan kepedulian terhadap individuindividu lain. Dengan begitu individu merasa dihormati dan dicintai selain itu
juga individu akan merasa aman; 2) dukungan penghargaan, merupakan
ungkapan positif dari orang lain kepada individu yang mencakup dorongan
atas persetujuan terhadap ide-ide dan perasaan yang dimiliki individu; 3)
dukungan instrumental, merupakan dukungan yang diberikan dalam bentuk
tindakan nyata, pemberian barang-barang nyata atau jasa individu pada saat
82
dibutuhkan.
Macam-macam
aktivitas
seperti
menyediakan
bantuan,
meminjamkan, atau memberikan uang, dapat disuruh melakukan suatu hal,
menyediakan transportasi dan membantu dengan tugas yang praktis; 4)
dukungan informasi, pemberian informasi atau mengajarkan keterampilan
yang bisa menyediakan pemecahan masalah terhadap masalah dan dukungan
yang meliputi informasi yang membantu individu dalam mengevaluasi
penampilan pribadi; 5) hubungan sosial, menghabiskan waktu dengan orang
lain pada waktu luang dan kegiatan rekreasi.
Hasil penelitian ini ibu kandung atau orang tua telah memberikan
dukungan secara instrumental yaitu sering membuatkan sayur daun katuk
dengan alasan untuk memperbanyak produksi ASI. Sebagian dari orang tua
partisipan juga memberikan dukungan secara informasional dengan
mengajarkan bagaimana posisi yang baik saat memberikan ASI dan cara
menggendong bayi dengan baik dan benar. Hasil penelitian menunjukkan
adanya bentuk dukungan emosional yang diberikan oleh suami meliputi
memberikan semangat selalu untuk memberikan ASI eksklusif pada anak,
selain itu dukungan informasional juga diberikan oleh suami dengan selalu
mengingatkan apabila bayi menangis untuk segera memberikan ASI. Hal ini
sejalan dengan teori yang ditulis oleh Roesli (2008), dari semua dukungan
bagi ibu menyusui, dukungan ayah adalah dukungan yang paling berarti bagi
ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
Ayah cukup memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan
yang praktis. Dukungan lain yang dirasakan oleh ibu adalah dukungan dari
83
teman-temanya dalam bentuk informasional bahwa ASI eksklusif lebih baik
daripada susu formula.
Tema 8. Mitos-mitos tentang ASI eksklusif
Ketidaksempurnaan dalam pemberian ASI eksklusif sering disebabkan
karena adanya berbagai mitos yang berkembang dimasyarakat (Yuliarti,
2010). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa pernah mendengar
adanya mitos bahwa kolostrum adalah air kotor dan harus dibuang. hal ini
sejalan dengan penelitian Kuzma (2013) yang menyatakan bahwa sebanyak
98% ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya, hanya duapertiganya
yang telah memberikan kolostrum kepada bayinya. Sebagian besar penjelasan
yang diberikan oleh ibu yang menolak untuk memberikan kolostrum karena
adanya keyakinan budaya yang menyatakan bahwa kolostrum dapat
membahayakan bayi, kolostrum kotor, haram, berisi nanah yang terinfeksi,
limbah dari ibu, bukan makanan untuk anak, menular, dan dapat
menyebabkan mata kuning. Danandjaja dalam Swasono (1997) menjelaskan
bayi baru disusui bila air susu ibunya telah berwarna putih, yakni setelah
kolostrum dibuang. Hal ini sama seperti di Trunyan, Bali, kolostrum dibuang
karena dianggap menyebabkan bayi sakit perut.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti bahwa selama memberikan
ASI eksklusif adanya mitos tentang pembatasan makanan yang dimakan.
Selama memberikan ASI eksklusif tidak boleh makan pedas dan asam karena
dapat menyebabkan bayi diare. Banyak minum es dapat menyebabkan anak
sakit flu. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kuzma (2013) bahwa
84
sebanyak 57% ibu menyusui mengakui adanya pembatasan makanan oleh
budaya mereka. Anggorodi dalam Swasono (1997) menjelaskan terdapat
pantangan makanan bagi wanita hamil dan menyusui di Desa Simpar dan
Desa Kosambi, kabupaten Subang, Jawa Barat. Kategori makanan bagi
wanita hamil dan menyusui berkenaan dengan pandangan budaya tentang
makanan yang dianggap baik sehingga harus dikonsumsi, maupun yang
dianggap dapat memberikan dampak buruk bagi dirinya dan bayi dalam
kandungannya sehingga harus dihindari. Makanan yang dianggap dapat
memberikan dampak buruk itu umumnya disebut sebagai makanan pantang.
Penduduk disana mempunyai pandangan yang sama tentang beberapa jenis
makanan yang dianggap baik, seperti daun katuk, daun bayam, kacang
panjang, dan daun pepaya. Daun-daunan ini dianggap dapat menambah air
susu. Masyarakat juga berpendapat bahwa makan telur disebut sebagai
makanan pantang karena dapat menyebabkan air susu menjadi amis. Mitosmitos yang terjadi di lingkungan sekitar juga mengatakan bahwa memberikan
ASI eksklusif akan membuat payudara menjadi tidak kencang berbeda dari
sebelum melahirkan. Faktanya bahwa payudara menjadi tidak kencang
disebabkan oleh bertambahnya usia dan kehamilan. Pada saat hamil, hormonhormon menambah kelenjar ASI sehingga membuat ukuran payudara lebih
dari ukuran biasanya. Ketika masa menyusui usai, ukuran payudara akan
kembali menjadi normal sehingga mengendur (tidak kencang) (Yuliarti,
2010).
85
B. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan pengalaman proses penelitian didapatkan beberapa
keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain:
1.
Ketika mencari partisipan penelitian yang harus sesuai dengan kriteria
inklusi merupakan suatu tantangan tersendiri. Peneliti harus memilih data
partisipan dari petugas kelurahan Kembangan Utara yang kebanyakan
partisipan adalah ibu multipara, sehingga selama penelitian hanya
didapatkan enam partisipan yang memenuhi kriteria.
2.
Kebanyakan partisipan di wilayah Kembangan Utara merupakan
penduduk yang berasal dari suku Betawi sehingga karakteristik budaya
partisipan kurang bervariasi.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mendapatkan
gambaran
arti
pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Tema yang
teridentifikasi sejumlah delapan tema dari enam partisipan yang telah
diwawancarai.
Makna ASI bagi ibu primipara merupakan air susu ibu, cairan yang
berwana putih, makanan pemula bagi bayi baru lahir, nutrisi bagi bayi, dan
ASI eksklusif. Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara karena adanya
kandungan ASI dan kelebihan ASI. Kandungan didalam ASI memiliki
banyak komponen yang bermanfaat dan kelebihan ASI itu adalah praktis dan
ekonomis. Motivasi ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif karena
dapat memberikan manfaat pada ibu yaitu mencegah penyakit kanker
payudara, mengurangi kegemukan pasca melahirkan. Memberikan manfaat
pada bayi yaitu anak menjadi sehat, ASI mengawali kehidupan anak,
meningkatkan berat badan anak, pertumbuhan dan perkembangannya
meningkat, meningkatkan IQ, dan meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
Manfaat bagi keluarga adalah menjalin kasih sayang keluarga. Memberikan
manfaat pada lingkungan bahwa semua partisipan mengatakan ASI tidak
menimbulkan banyak sampah.
86
87
Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif meliputi bayi
diletakkan di tubuh ibu dan peragaan bayi mencari puting. Posisi ibu saat
memberikan ASI eksklusif terdiri dari duduk dan tiduran, berdiri sambil jalan,
dan sesuai posisi nyaman bayi. Posisi bayi saat diberikan ASI eksklusif yaitu
dipangku dan di miringkan ke tubuh ibu, tiduran sesuai posisi payudara yang
diberikan, dan digendong menggunakan gendongan. Waktu pemberian ASI
eksklusif dilakukan saat bayi menangis, sebelum bayi tidur, setelah bayi
bangun tidur, tidak ada batasan dan sesuai kebutukan anak, dan durasi dalam
memberikan ASI sekitar 5 sampai 10 menit dalam waktu 2 sampai 3 jam
sekali. Tanda bayi cukup ASI dapat dilihat dengan bayi tertidur, bayi tidak
menghisap payudara, bayi kenyang dan tidak berlebihan. Pelekatan mulut
bayi pada payudara yaitu mulut bayi menghisap puting sampai ke areola,
pelekatan dibantu dengan tangan ibu, dan payudara tidak menutupi hidung
bayi.
Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif dapat
dilihat dari aspek psikologis bahwa ibu merasa senang, merasa bangga, dan
kepuasan diri. Terdapat hambatan ibu primipara selama memberikan ASI
eksklusif yang meliputi masalah pada payudara seperti payudara bengkak,
puting lecet, terasa nyeri, dan produksi ASI kurang dan masalah fisiologis ibu
yaitu rasa kantuk dan lelah.
Dukungan ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif didapatkan
baik dari dalam keluarga meliputi orangtua dan suami maupun dari luar
keluarga seperti teman. Dukungan yang diberikan meliputi dukungan
informasional, dukungan emosional, dan dukungan instrumental. Mitos-mitos
88
tentang ASI Eksklusif meliputi tidak tahu tentang mitos-mitos ASI eksklusif,
mitos tentang kolostrum kotor dan berwarna kuning, tidak menanggapi
tentang mitos, pantangan makanan yaitu tidak makan pedes, asem dan minum
es selama memberikan ASI eksklusif. Mitos lainnya adalah perubahan bentuk
payudara, dua orang partisipan mengatakan pernah mendengar bahwa
memberikan ASI eksklusif membuat payudara menjaditidak kencang,
berbeda dari sebelum melahirkan.
B. Saran
1.
Pelayanan kesehatan
Perawat dan tenaga kesehatan lainnya mendapatkan gambaran tentang
pemberian ASI eksklusif yang dilakukan oleh ibu primipara. Penelitian
ini dapat menjadi landasan bagi keperawatan untuk mengembangkan
asuhan keperawatan pada pelayanan ibu dan anak serta menjadi landasan
dalam promosi kesehatan dalam upaya meningkatkan pemberian ASI
eksklusif khususnya pada ibu primipara.
2.
Institusi keperawatan
Hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi landasan
dalam mengembangkan program kurikulum pendidikan keperawatan
terkait
dengan
mata
ajar
keperawatan
maternitas
dan
dapat
mengembangkan kompetensi pembelajaran pada mahasiswa mengenai
pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.
89
3.
Peneliti selanjutnya
Bagi
peneliti
selanjutnya
dapat
menjadi
bahan
referensi
dan
pertimbangan serta perlu adanya penelitian lanjutan melalui eksplorasi
mendalam tentang aspek budaya dalam pemberian ASI eksklusif karena
perilaku yang melekat pada ibu berpengaruh oleh aspek budaya yang
dimiliki dan penerapan teori maternal role attainment-becoming a
mother pada ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Agunbiade, Ojo M dan Opeyemi V Ogunleye. Constraints to exclusive
breastfeeding practice among breastfeeding mothers in Southwest Nigeria:
implications for scaling up. 2012. diakses pada tanggal 16 Desember 2013
dalam http://www.internationalbreastfeedingjournal.com
Baskoro, Anton. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta : Banyu Media,
2008
Buckeley, Kathleen M., dan Gloria E Charles. Benefits and challenges of
transitioning preterm infants to at-breast feedings, 2006. diakses pada
tanggal 16 Desember 2013 dalam http://www.biomedcentral.com
Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC, 2004
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008
Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta : EGC,
2003
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Depdiknas, 2008
Dewi, Vivian Nanny Lia. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika, 2011
Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes. Pesan-Pesan tentang Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) dan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif untuk tenaga kesehatan dan
keluarga Indonesi, 2008
Donnelly, Tam Truong., dkk. Beliefs and attitudes about breast cancer and
screening practices among Arab women living in Qatar: a cross-sectional
study, 2013. diakses pada tanggal 18 Desember 2013 dalam
http://www.biomedcentral.com
Faiz, O & Moffat, D. At a Glance Series Anatomi. Jakarta : EMS, 2004
Friedman, M. M. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC, 1998
Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC, 2008
Geddes, Donna T. Inside the Lactating Breast: The Latest Anatomy Research.
America : Elsevier Inc, 2007
Haider, Rukhsana., et.al. Breastfeeding in infancy: identifying the programrelevant issues in Bangladesh, 2010. diakses pada tanggal 18 Desember
2013 dalam http://www.internationalbreastfeedingjournal.com
Hamilton, Persis Mary. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC,
1995
Hegar, Badriul. Bedah ASI. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2008
Hidayat, A. Azis. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2. Jakarta
: Salemba Medika, 2007
Holloway, Immy. A-Z Qualitative Research in Healthcare Second Edition. British
: Blackwell Publishing, 2008
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi,
2012
Kementerian Kesehatan RI, Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Jakarta, 2012. diakses pada tanggal 20 Maret 2013 dalam
http://www.depkes.go.id
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium Di Indonesia 2010. Jakarta : Bappenas, 2010.
diakses pada tanggal 20 Maret 2013 dalam http://www.bappenas.go.id
Kuzma, Jerzy. Knowledge, attitude and practice related to infant feeding among
women in rural Papua New Guinea: a descriptive, mixed method study,
2013.
diakses
pada
tanggal
18
Desember
2013
dalam
http://www.internationalbreastfeedingjournal.com
Lee, Hope Mei Hong., Jo Durham., Jenny Booth., dan Vanphanom Sychareun. A
qualitative study on the breastfeeding experiences of first-time mothers in
Vientiane, Lao PDR, 2013. diakses pada tanggal 16 Desember 2013 dalam
http://www.biomedcentral.com
Leifer, Gloria. MA, RN. Maternity Nursing an Introductory Text, Tenth Edition.
USA: Saunders Elsevier, 2008
Lowdermilk, B. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC, 2004
Maharditha, I G., Soetjiningsih, I K. G., dan Suandi. Cognitive development in
babies with exclusive breastfeeding using Mullen Scale test, 2008. diakses
pada
tanggal
16
Desember
2013
dalam
http://www.paediatricaindonesiana.org
Mannion, Cynthia A., Amy J Hobbs., Sheila W McDonald., dan Suzanne C
Tough. Maternal perceptions of partner support during Breastfeeding,
2013.
diakses
pada
tanggal
16
Desember
http://www.internationalbreastfeedingjournal.com
2013
dalam
Meadow, Sir Roy. Lecture Notes Pediatrika. Jakarta : EMS, 2005
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2010
Murray, Sharon S. dan McKinney, Emily S. Foundations of Maternal-Newborn
Nursing, Fourth Edition. USA : Saunders Elsevier, 2006
Nizar, Erfi. Anak Pertama Gagal ASI Eksklusif- Bagaimana Dengan Adik?.
Jakarta Selatan : AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia), 2010. diakses
pada tanggal 20 maret 2013 dalam http://aimi-asi.org
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta, 2007
Nurlely, Ika Apriani. perbedaan faktor-faktor pemberian asi eksklusif di wilayah
kerja puskesmas poncol dan puskesmas candilama kota Semarang, 2012
Nurmiati, B. Pengaruh Durasi Pemberian Asi Terhadap Ketahanan Hidup Bayi di
Indonesia, 2008.
diakses pada tanggal 28 April 2013 dalam
http://journal.ui.ac.id/u
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) Tahun 2012. Jakarta, 2011. diakses pada tanggal 21
Maret 2013 dalam http://bappedajakarta.go.id
Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. jakarta, 2012.
diakses pada tanggal 20 Maret 2013 dalam http://www.depkes.go.id
______________________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Jakarta, 2002. diakses pada
tanggal 20 maret 2013 dalam http://www.kesehatananak.depkes.go.id
______________________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta, 2009. diakses pada tanggal 21
Maret 2013 dalam http://www.jkn.kemkes.go.id
Perry, Shannon E & Donna L.Wong. Maternal child nursing care, third edition.
MOSBY.2006.USA.
Perry, Shannon E. dan Lowdermilk, Deitra L. Maternity Nursing Seventh Edition.
USA : Mosby Elsevier, 2006
Roesli, Utami. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya, 2005
___________. Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : Pustaka Bunda, 2008
Rosita, Ratna. Rencana operasional promosi kesehatan ibu dan anak. Jakarta,
2010
Sinclair, Constance. Buku saku kebidanan. Jakarta: EGC, 2009
Smith, Paige H, dkk. Early Breastfeeding Experiences of Adolescent Mothers : A
Qualitative Prospective Study. USA, 2012
Soetjiningsih. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC, 1997
Streubert, Helen J dkk. Qualitative research in nursing advancing the humanistic
imperative. Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins, 2003
Stuebe, Alison. The Risk of Not Breastfeeding for Mothersand Infants. Chapel Hill
: Departement of Obstetrics and Gynecology, 2009
Sugiyono. Memahami penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2010
Swasono, Meutia F. Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam
Konteks Budaya. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press), 1997
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2003
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Jakarta : IMTIMA, 2007
Tomey and Alligood. Nursing Theorist and Their Work sixth edition. USA :
Mosby, 2006
Tucker, Christine M., Ellen K Wilson., dan Ghazaleh Samandari. Infant feeding
experiences among teen mothers in North Carolina: Findings from a
mixedmethods study, 2011. diakses pada tanggal 18 Desember 2013 dalam
http://www.internationalbreastfeedingjournal.com
Wen, Li Ming., Louise A Baur., Chris Rissel., Garth Alperstein., dan Judy M
Simpson. Intention to breastfeed and awareness of health
recommendations: findings from first-time mothers in southwest Sydney,
Australia, 2009. diakses pada tanggal 18 Desember 2013 dalam
http://www.biomedcentral.com
WHO. Global Data Bank on Infant and Young Child Feeding (IYCF). USA : BPS
and Macro International, 2008
Wong, Donna.L. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC, 2008
Yuliarti, Nurheti. Keajaiban ASI - Makanan Terbaik Untuk Kesehatan,
Kecerdasan, Dan Kelincahan Si Kecil, edisi 1. Yogyakarta: ANDI, 2010
Lampiran 1
Pedoman Wawancara Mendalam
Pengalaman Ibu Primipara Dalam Memberikan Asi Eksklusif Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat
A. Petunjuk umum
a. Tahap perkenalan
b. Ucapkan terima kasih kepada partisipan atas ketersediaan dan waktu yang
telah diluangkan untuk pelaksanaan wawancara
c. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam
B. Petunjuk wawancara mendalam
a. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara
b. Informan bebas menyampaikan pengalaman, pendapat dan saran
pengalaman,pendapat dan saran partisipan sangat bernilai
c. Pernyataan partisipan tidak bernilai benar dan salah
d. Semua hasil wawancara akan dijaga kerahasiaannya
e. Wawancara ini akan direkam dengan tape recorder untuk membantu
pencatatan hasil wawancara
C. Identitas partisipan
Nama partisipan (inisial)
:
Umur
:
Pekerjaan
:
Pendidikan
:
Agama
:
Suku bangsa
:
Nama anak
:
Umur anak
:
Hari & tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
D. Pertanyaan Wawancara
1.
Menggali pengetahuan
a. Apa yang ibu ketahui tentang ASI Eksklusif?
b. Darimana ibu mengetahui informasi itu?
2.
Pengalaman
a. Ibu bisa menjelaskan pengalaman ibu dalam memberikan ASI
eksklusif?
b. Menurut ibu apa yang menjadi alasan ibu memberikan ASI eksklusif?
c. Menurut ibu, bagaimana teknik atau cara ibu dalam memberikan ASI
eksklusif?
d. Menurut ibu, apa hambatan atau masalah yang ibu alami dan rasakan
dalam memberikan ASI secara eksklusif?
e. Bagaimana perasaan ibu dalam memberikan ASI eksklusif?
f. Manfaat apa yang ibu dapatkan setelah ibu memberikan ASI secara
eksklusif?
a) Manfaat bagi ibu?
b) Manfaat bagi bayi?
c) Manfaat bagi keluarga?
d) Manfaat bagi lingkungan?
g. Bagaimana tanggapan dari suami keluarga maupun lingkungan
sekitar selama ibu memberikan ASI eksklusif?
h. Menurut ibu apa saja mitos- mitos yang ada tentang ASI eksklusif?
Lampiran 2
MATRIKS ANALISIS TEMATIK
PERNYATAAN SIGNIFIKAN
ASI itu Air Susu Ibu
KATEGORI
Air Susu Ibu
SUB TEMA
P
P
P
P
P
P
1
2
3
4
5
6
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
TEMA
Makna ASI bagi ibu
primipara
ASI itu cairan yang berasal dari tubuh ibu Cairan susu berwarna
yang dikeluarkan melalui payudara dan
putih
bentuknya seperti cairan susu yang
berwarna putih yang sangat bagus untuk
bayi
ASI adalah minuman formula atau
Makanan pemula bagi
makanan pemula yang lebih utama untuk
bayi baru lahir
sang bayi daripada seperti susu formula
lainnya
√
Suatu suplemen nutrisi dari dalam tubuh
Nutrisi bagi bayi
√
ibu yang alami yang sangat bermanfaat
untuk bayi
ASI yang diberikan kepada bayi dari
ASI eksklusif
√
sejak dilahirkan sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan makanan dan minuman
lain
ASI sangat bagus untuk bayi karena
Memiliki banyak
Kandungan ASI
banyak mengandung komponen-
komponen yang
eksklusif bagi ibu
komponen yang bermanfaat bagi tubuh
bermanfaat
primipara
√
Keunggulan ASI
√
√
√
bayi
ASI mengandung DHA untuk
Mengandung DHA
√
perkembangan otaknya yang tidak sama
dengan susu formula
ASI mengandung karbohidrat, kalsium,
Banyaknya nutrisi
protein, vitamin, dan zat untuk kekebalan
dalam ASI
tubuh bayi yang jumlahnya lebih banyak
√
√
√
√
sesuai dengan kebutuhan bayi
Tidak repot, instan, praktis, dan mudah
Praktis
Hmm...pokoknya hemat biaya ya kalau
Ekonomis
Kelebihan ASI
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
ASI tuh
Kalau yang saya tahu itu dapat mencegah
Mencegah penyakit
Memberikan manfaat
Motivasi ibu
terjadinya kanker payudara
payudara
pada ibu
primipara dalam
√
memberikan ASI
eksklusif
Lebih cepat mengurangi kegemukan
Mengurangi
pasca melahirkan
kegemukan pasca
√
√
√
√
melahirkan
Anak saya menjadi lebih sehat
Anak menjadi sehat
Memberikan manfaat
√
√
√
pada anak
Karena ASI adalah cairan yang pertama
ASI mengawali
kali diminum untuk mengawali
kehidupan anak
kehidupan anak saya bahkan sampai
√
sekarang pun dia itu sangat dibutuhkan
untuk anak saya, ya itulah ASI.
Kehidupan saya maka kehidupan anak
saya juga
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Anak saya berat badannya menjadi
Peningkatan berat
bertambah setiap bulannya
badan
ASI itu penting untuk pertumbuhan dan
Pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan usianya
perkembangan
yang harus diberikan sampai 6 bulan
meningkat
Manfaatnya untuk perkembangan
Meningkatkan IQ
√
ASI sangat baik terutama pada saat baru
Meningkatkan daya
√
lahir itu keluar kolostrum yang harus
tahan tubuh bayi
√
√
√
otaknya. Otaknya menjadi lebih pinter
dan cerdas
diberikan kepada anak untuk lebih
meningkatkan daya tahan tubuhnya
√
√
√
Meningkatkan tali kasih sayang antara
Menjalin kasih sayang
Memberikan manfaat
saya, anak dan suami
keluarga
pada keluarga
ASI itu langsung dari payudara, tidak
Tidak menimbulkan
Memberikan manfaat
pakai kardus atau kaleng yang nantinya
banyak sampah
pada lingkungan
Pada saat bayi dilahirkan, bayi saya
Bayi diletakkan di
Proses Inisiasi
Perilaku ibu primipara
diletakkan diatas badan saya oleh bidan,
tubuh ibu
Menyusui Dini (IMD)
dalam memberikan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
akan menimbulkan banyak sampah
ASI eksklusif
diantara payudara di bagian dada. Bayi
saya masih ada darah-darahnya lalu saya
langsung memeluknya sambil ditutupin
sama kain
Hanya sebagai pendekatan sekedar
Peragaan bayi mencari
memperagakan bayi untuk mencari
putting
√
puting
Biasanya duduk terus juga sambil tiduran
Duduk dan tiduran
Posisi ibu primipara
saat memberikan ASI
√
eksklusif
Berdiri sambil jalan-jalan juga bisa,
Berdiri sambil jalan
√
√
√
√
gendong bayinya
Posisi nyaman bayinya aja
Posisi nyaman bayi
Anak dipangku sambil dimiringkan tubuh Di pangku dan di
anak kebadan saya, nempel diperut terus
miringkan ke tubuh ibu
√
Posisi anak saat
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
diberikan ASI
eksklusif
langsung mulutnya menghisap payudara
diperut terus langsung mulutnya
menghisap payudara
Sambil tiduran kalau anak saya mau
Tiduran sesuai posisi
tidur, cuma posisi saya itu miring sesuai
payudara yang
payudara mana yang mau saya berikan
diberikan
ASInya, anak saya juga agak miring
sedikit
Kadang sambil di gendong pake
Di gendong pakai
gendongan juga saya berikan ASInya
gendongan
Saat dia menangis
Saat bayi menangis
Setiap mau tidur
Sebelum bayi tidur
Saat dia bangun tidur
Setelah bayi bangun
Waktu pemberian ASI
eksklusif
√
√
√
√
√
√
√
√
tidur
Tidak membatasi. Disaat anak ingin
Tidak ada batasan dan
menyusu, ya saya langsung kasih
sesuai kebutuhan anak
Sekitar 5-10 menit
Durasi memberikan
Sekitar 2-3 jam sekali saya
√
ASI
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
memberikannya
Dia sudah tertidur nyenyak
Bayi tertidur
Tergantung dari si bayi kalau dia sudah
Bayi tidak menghisap
melepaskan payudara saya, ya sudah
payudara
Tanda bayi cukup ASI
√
selesai
Kalau sudah kenyang ya sudah. Tidak
Bayi kenyang dan tidak
√
√
√
sampai gumoh atau muntah
berlebihan
Mulut anak saya menempel pada puting,
Mulut bayi menghisap
Pelekatan mulut bayi
sampe menutupi yang hitam-hitam
putting sampai ke
pada payudara ibu
payudara
areola
Waktu awal-awal sih dibantu pakai
Pelekatan dibantu
tangan saya yang memasukkannya terus
dengan tangan ibu
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
saya pegangin payudaranya. Sekarang
mah saya cuma bantu memasukkan
putingnya saja, saya uda ga dipegangin
sampai selesai menyusui
Jangan sampai hidungnya menutup
Payudara tidak
kepayudara karena nanti tidak bisa nafas
menutupi hidung bayi
Saya merasa senang ya bisa memberikan
Merasa senang
√
Apek psikologis
Perasaan ibu
ASI eksklusif dan menjadi pengalaman
primipara selama
pertama buat saya
memberikan ASI
eksklusif
√
√
√
√
√
Saya merasa bangga sebagai ibu karena
Merasa bangga
√
√
√
√
√
√
sudah menjadi suatu kewajiban
Saya merasa puas yah bisa memberikan
Kepuasan diri
√
yang terbaik untuk anak
Payudara saya terasa sakit
Terasa sakit
Masalah pada
Hambatan ibu
payudara
primipara selama
√
√
memberikan ASI
eksklusif
Payudara saya bengkak
Payudara bengkak
√
Kadang puting juga lecet
Putting lecet
√
Payudara berasa ngilu, nyeri
Terasa nyeri
Payudara saya ASI yang keluar sedikit
Produksi ASI kurang
Saat saya ngantuk dan lelah anak masih
Rasa kantuk dan lelah
pengen terus netek
ibu
√
√
√
√
√
Masalah fisiologis ibu
√
√
Kalau suami saya mendukung sekali ya.
Dukungan
Dukungan
Dukungan ibu
Suami paling sering menanyakan sudah
informasional dari
informasional
primipara dalam
ditetein belum begitu, mengingatkan saya
suami
√
memberikan ASI
eksklusif
terutama jika anak menangis dan bangun
tidur untuk ditetein
√
Suami bilang kalau anak lebih baik dan
√
√
√
lebih bagus ASI eksklusif daripada susu
formula sampai usia 6 bulan
Mama pernah mengajarkan cara
Dukungan
memegang bayi saat memberikan ASI
informasional dari
√
√
mama
Teman saya juga bilang sama saya
Dukungan
katanya ASI saja, ASInya juga keluarnya
informasional dari
banyak, ngapain harus susu formula
teman
Semangat ya bunda, pokoknya yang
Dukungan emosional
terbaik berikan ASI eksklusif, jangan
dari suami
√
Dukungan emosional
√
√
susu formula
Teman saya juga mendukung. Teman
Dukungan emosional
saya bilang uda ASI aja, walaupun
dari teman
√
keluarnya sedikit, nanti juga lama-lama
banyak ASInya. Bagusan ASI tahu untuk
anak sampai 6 bulan
Mama sering membuat sayur daun katuk
Dukungan instrumental
Dukungan
katanya biar ASInya banyak
dari mama
instrumental
Oh.. Gak pernah denger
Tidak tahu
√
√
√
Mitos-mitos selama
memberikan ASI
eksklusif
Hmm...pernah denger dari tetangga, ada
Kolostrum kotor dan
Mitos tentang
yang mengatakan kalau kolostrum itu
berwarna kuning
kolostrum
√
harus dibuang karena kotor dan warnanya
agak kuning
Kalau itu sih cuma omongan yah, karena
Tidak menanggapi
√
kalau sekarang itu kan harus ditunjukkan
tentang mitos
secara medis
Katanya sih, kalau selama memberikan
Tidak makan pedes,
ASI eksklusif gak boleh makan yang
asem dan minum es
Pantangan makanan
√
√
√
√
√
pedes, bayi akan mencret-mencretmencret, makan yang asem juga sama.
Banyak makan es anak saya jadi flu
Pernah denger dari orang, kalau
Payudara menjadi tidak
Perubahan bentuk
memberikan ASI eksklusif itu payudara
kencang
payudara
menjadi seperti kendor, berbeda dari
sebelum melahirkan,hehe
√
√
Lampiran 3
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Musiskah
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 01 September 1991
Status Pernikahan
: Belum menikah
Alamat
: Jl. Masjid At-Taqwa Rt 005/08 No.05
Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat 11610
Telepon
: 085697150636
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 01 Kembangan Utara Jakarta Barat
[1997-2003]
2. Mts. Annida Al-Islamy Jakarta Barat
[2003-2006]
3. SMA Negeri 112 Jakarta Barat
[2006-2009]
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
[2009-2014]
Organisasi
1. Pramuka
[2003-2004]
2. Paskibra
[2003-2004]
3. Rohis
[2006-2009]
Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:
1. Seminar “Mencegah Osteopenia di Masa Muda sebagai Investasi
Kesehatan Tulang Jangka Panjang” tahun 2009.
2. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization
Era” tahun 2009.
3. Pelatihan Kesehatan “Health Training 4 Medical Skill” tahun 2009.
4. Seminar Nasional IMMPPG Ke-V “Produk Aman, Bergizi, dan Halal untuk
Kemandirian Bangsa” tahun 2009.
5. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012.
6. Seminar Nasional
Peran dan Mutu
“Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan
Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan
Global” tahun 2012.
7. Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam
Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012.
Download