siklus hidup serangga vektor penyakit

advertisement
SIKLUS HIDUP SERANGGA VEKTOR PENYAKIT
Kelompok 6.
-
ANDI FIRDAYANTI
-
FIKA VARA DIVA
-
JUWANTI RANTE
-
MARYAM
-
NUR MUH.ARIEF
-
MUH AIDIL FITRAH
-
MUHAMMAD AKHYAR
POLITEKNIK KESEHATAN MASYARAKAT.
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN.
TP. 2016/20
TUGAS
MAKALAH
SIKLUS HIDUP SERANGGA VEKTOR PENYAKIT
OLEH:
KELOMPOK VI
-
ANDI FIRDAYANTI
-
FIKA VARA DIVA
-
JUWANTI RANTE
-
MARYAM
-
NUR MUH.ARIEF
-
MUH AIDIL FITRAH
-
MUHAMMAD AKHYAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES MAKASSAR
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
’’SIKLUS HIDUP SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PRNYAKIT”. Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada yang telah
berperan serta dalam menyusun makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah agar isi makalah lebih baik
lagi
Karena keterbatasn pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar, 13 September 2016
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit-penyakit di Indonesia yang ditularkan melalui
serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu,
antara lain demam berdarah dengue (DBD), malaria, dan kaki
gajah. Akhir-akhir ini, muncul penyakit virus chikungunyah yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, juga
terdapat penyakit saluran pencernaan, seperti disentri, kolera,
demam tifoid dan paratifoid yang ditularkan secara mekanis oleh
lalat rumah.
Beberapa vektor yang sering ada di Indonesia adalah
nyamuk, lalat, kutu, pinjal dan tungau. Nyamuk yang menjadi
vector penyakit penting di Indonesia yaitu genus culex, anopheles,
dan aedes. Genus lalat yang penting adalah musca. Peran kutu
sebagai vector belum definitif, akan tetapi karena ia menghisap
darah, maka besar sekali kemungkinannya bahwa kutu dapat
menyebarkan penyakit. Pinjal yang pernah terkenal dimasa lalu
adalah pinjal tikus (xenopsylla cheopis), penyebaran penyakit pest,
yang disebabkan bakteri pasteurella pestis, saat ini penyakit pest
sudah jarang didapat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud siklus hidup serangga?
2.Sebutkan dan jelaskan 4 tipe metamorfosis pada serangga!
3. Bagaimanacontoh-contoh Siklus Hidup beberapa serangga
vektor penyakit?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1.Mengetahui siklus hidup/metamorfosis pada serangga
2. Mengetahui dan menjelaskan 4 tipe metamorfosis pada
serangga.
3. Mengetahui contoh-contoh siklus hidup beberapa serangga
vektor penyakit
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 SIKLUS HIDUP SERANGGA
Umumnya cara reproduksi serangga adalah seksual di mana sel
telur dan sperma bersatu. Sel telur yang telah di buahi akan berkembang
menjadi embrio melalui tahapan-tahapan yang mirip dengan hewan lain.
Selanjutnya serangga yang baru terbentuk ini dapat keluar melalui cara
oviparitas, ovoviviparitas, atau viviparitas.
Setelah
embrio
terbentuk,
akan
terjadi
pertumbuhan
dan
perkembangan pasca embrio. Beberapa peristiwa unik dan kompleks
yang terjadi adalah ectosin yaitu peristiwa larva meninggalkan telur;
molting yaitu lepasnya kulit lama yang merupakan hasil ketidakmampuan
kulit serangga untuk membesar; dan metamorphosis yaitu proses
perkembangan
mulai
ectosin
sampai
menjadi
serangga
dewasa.
Beberapa istilah penting dalam bidang entomologi adalah generation,
brood, stage, stadium, dan instar.
Serangga dewasa yang terbentuk akan dapat bereproduksi setelah
sistem reproduksinya matang. Mencari pasangan adalah perilaku yang
penting yang kemudian dilanjutkan dengan kopulasi inseminasi, dan
oviposisi. Hal-hal tersebut seringkali merupakan spesies spesifik dan
berbeda antara serangga-serangga lainnya.
2.2TIPE-TIPE SIKLUS HIDUP
Setelah telur menetas, serangga pra dewasa mengalami beberapa
serangkai perubahan sampai mencapai bentuk dan ukuran serangga
dewasa (imago) yang dinamakan metamorfosis. Dalam metamorphosis
melibatkan proses ganti kulit yang disebut ekdisis yang terjadi secara
berkala. Pada proses ini eksoskleton ditanggalkan dan diganti dengan
kulit
yang
baru,
sehingga
memungkinkan
pertumbuhan
dan
perkembangan serangga. Eksoskeleton yang ditanggalkan disebut
eksuvium.
Adanya metamorphosis serangga secara ekologis diperoleh
beberapa keuntungan, seperti :
1. Adanya perbedaan habitat, beberapa larva serangga mempunyai
habitat yang
berbeda dengan habitat imagonya.
2. Adanya perbedaan makanan utnuk larva dan imagonya.
Metamorfosis serangga dapat dikelompokkan ke dalam 4 tipe, yaitu :
a.
Hemimetabola (Metamorfosis tidak sempurna)
Fase spesies yang belum dewasa pada metamorfosis biasanya
disebut larva/nimfa. Tapi pada metamorfosis kompleks pada kebanyakan
spesies serangga, hanya fase pertama yang disebut larva/nimfa. Pada
hemimetabolisme,
perkembangan
nimfa
berlangsung
pada
fase
pertumbuhan berulang dan ekdisis (pergantian kulit), fase ini disebut
instar.
Hemimetabola adalah tahap perkembangan Insecta yang tidak
sempurna, dimana Insecta muda yang menetas mirip dengan induknya,
tetapi ada organ yang belum muncul, misalnya sayap. Sayap itu akan
muncul hingga pada saat dewasa hewan tersebut. Insecta muda disebut
Ringkasan skemanya adalah telur – nimfa (larva) – dewasa
nimfa.
(imago).
Contoh Insecta ini adalah belalang, kecoa (periplaneta
americana), jangkrik (gryllus sp.), dan walang sangit (leptocorisa acuta).
Tahapan perkembangannya sebagai berikut:
Ø
Telur
Telur diletakkan secara beragam, beberapa serangga menyatukan
telurnya secara pasif, misalnya pada Plasmida (walkingstick), yang lain
menempelkan telur pada substratnya satu-satu atau dalam kelompok.
Jenis-jenis Vrysopidae (Neuroptera) meletakkan telur dengan tungkai
yang kaku yang panjang; telur terdapat di ujung tangkai. Berbagai jenis
serangga (belalang lapangan, belalang sembah, lipas) meletakkan telur
dalam paket, disebut ooteka atau paket telur; dalam satu paket terdapat
banyak telur. Bahan untuk melekatkan telur atau untuk pembuatan paket
berasal dari kelenjar penyerta (accessory glands).
Ø
Nimfa
ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama
dengan dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian
kulit (ekdisis). Tiap tahapan diantara pergantian kulit disebut instar.
Tergantung dari spesiesnya, bisa terdapat 8-17 instar. Nimfa bisa
memerlukan waktu dari mulai 4 minggu sampai dengan beberapa tahun
untuk terus berkembang sampai cukup besar untuk berubah menjadi
dewasa.
Ø
Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya
semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta
sayapnya.
b.
Holometabola (metamorfosa sempurna)
Holometabola adalah perkembangan Insecta dengan setiap tahap
menunjukan perubahan
wujud
yang sanagt
berbeda
(sempurna).
Tahapnya adalah sebagai berikut ; telur – larva – pupa – dewasa.
Larvanya berbentuk ulat tumbuh dan mengalami ekdisis beberapa kali.
Setalah itu larva menghasilkan pelindung keras disekuur tubuhnya untuk
membentuk pupa. Pupa berkembang menjadi bagian tubuh seperti
antena, sayap, kaki, organ reproduksi, dan organ lainnya yang merupakan
struktur Insecta dewasa.
Selanjutnya, Insecta dewasa keluar dari pupa. Sementara di dalam
pupa,
serangga
akan
mengeluarkan
cairan
pencernaan,
untuk
menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel
itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari
hancuran tubuh larva. Contoh Insecta ini adalah kupu-kupu, lalat, dan
nyamuk.
Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada
fase remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly
yang hanya hidup pada fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang
fase remajanya hidup di bawah tanah selama 13 hingga 17 tahun. Kedua
spesies ini melakukan metamorfosis tidak sempurna.
Tahapan dari metamorfosis sempurna adalah:
Ø
Telur
Ø
Larva, serangga muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan
dewasa. Larva merupakan fase yang aktif makan, sedangkan pupa
merupakan
bentuk
peralihan
yang
dicirikan
dengan
terjadinya
perombakan dan penyususunan kembali alat-alat tubuh bagian dalam dan
luar.
Ø
Pupa, atau chrysalis. Pupa adalah kepompong dimana pada saat
itu serangga tidak melakukan kegiatan apa-apa. Di dalam pupa, serangga
akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh
larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan
tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva.
Proses kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut
histogenesis.
Ø
Imago, fase dewasa atau fase perkembangbiakan.
c.
Tanpa metamorfosis / ametamorfosis (ametabola).
Perubahan struktur tubuh pada serangga ini hampir tidak kelihatan,
sehingga
seringkali
disebut
juga
tidak
mengalami
metamorfosis.
Contohnya serangga ametabola adalah Collembola, Thysanura dan
Diplura. Bentuk pradewasa ametabola disebut nimfa.
Segera setelah menetas lahir serangga muda yang mirip dengan
induknya.
Kemudian
setelah
tumbuh
membesar
dan
mengalami
pergantian kulit baru menjadi serangga dewasa tanpa terjadi perubahan
bentuk, hanya mengalami pertambahan besar ukuran saja.
d.
Metamorfosis bertahap (paurometabola)
Perkembangan serangga ini berubah secara bertahap dalam
bentuk luarnya dari telur sampai bentuk dewasa. Bentuk pradewasa
disebut nimfa, mempunyai kebiasaan serupa dengan yang dewasa.
Kelompok serangga ini disebut juga Paurometabola.
Contohnya antara lain, kutu (Phthiraptera), kepik (Hemiptera),
rayap (Isoptera), belalang (Orthoptera), lipas (Dictyoptera) (Gambar ).
Selain itu ada pula serangga yang termasuk di dalam kelompok
metamorfosis sederhana tetapi stadium pradewasanya hidup di air,
contohnya ialah capung (Odonata). Bentuk pradewasa disebut naiad atau
tempayak. Kelompok serangga ini disebut juga Hemimetabola.
Serangga mengalami perubahan bentuk secara bertahap, selama
siklus hidupnya mengalami tiga stadia pertumbuhan, yaitu stadia telur,
nimfa, dan imago.
.
2.3 CONTOH-CONTOH SIKLUS HIDUP SERANGGA VEKTOR PENYAKIT
A. SIKLUS HIDUP NYAMUK
Nyamuktermasukserangga yang mengalamimetamorfosissempurna
(holometabola)
karenamengalamiempattahapdalammasapertumbuhandanperkembangan.
Tahapan yang dialamiolehnyamukyaitutahaptelur, larva, pupa dandewasa.
1. Tahap Telur
Telur Aedes aegypti kecil seperti beras warna hitam tetapi ukurannya
panjang hana 0,5 mm,biasanya telur Aedes aegypti diletakkan di dinding
container (kamar mandi,gentong dll) tepat diatas permukaan air.
Kalau gentong terisi air lagi, maka telur Aedes aegypti akan
menetas, namun kalau air tidak terisi lagi maka telur ini akan tetap
bertahan selama 3 bulan.
Karena telur ini menempel pada permukaan dinding bak mandi atau
dinding
gentong,
maka
hukumnya
wajib
untuk
menguras
+
menggosok/membersihkan dengan sikat agar telor lepas dan digelontor
dengan air.
2. Larva/Jentik jentik
Telur menetas menjadi Larva atau Jentik Jentik, jentik akan
berganti kulit sebanyak 3 kali ( 4 instar), umur jentik sekitar 7 hari itulah
mengapa pengurasan bak mandi/gentong disarankan “minimal” 7 hari
sekali, kalau 10 hari sekali maka Jentik sudah berubah jadi nyamuk.Abate
adalah larvasida yang fungsinya menghambat proses pergantian kulit
(instar) larva tersebut , utnuk itu lebih baik kalau habis dikuras bak
mandi/gentong diberi abate.
3. Kepompong/Pupa
Kepompong atau Pupa adalah Fase Tidak Makan dari nyamuk,
Umur kepompong 2 – 3 hari dan tidak makan selama periode tersebut..
Kepompong benafas dengan siphon.
4. Imago/Dewasa Nyamuk
Nyamuk dapat bertahan selama 1 bulan, nyamuk betina akan
memerlukan darah untuk perkembangan telurnya,,sedang nyamuk jantan
tidak memerlukan darah cukup
hidu
dari
sari
bunga =
nectar.
Selama hidupnya nyamuk betina dapat bertelur 4 – 5 kali, dan bila dia
mengisap darah penderita demam berdarah akan terhisap dan virus
berkembang di tubuh nyamuk. Bila dia menghisap darah lagi maka virus
akan ditularkan ke orang lain.
Nyamukbiasanyameletakkantelur di tempat yang berair, padatempat
yang
keberadaannyakeringtelurakanrusakdanmati.
–
Kebiasaanmeletakkantelurdarinyamukberbeda
bedatergantungdarijenisnya.
NyamukAedesmeletakkantelurdanmenempelpada yang terapungdiatas air
ataumenempelpadapermukaanbenda
yang
merupakantempat
air
padabataspermukaan air dantempatnya
Nyamukanopelesakanmeletakkantelurnyadipermukaan
air
satupersatuataubergerombolantetapisalinglepas,
teluranopelesmempunyaialatpengapung.
Nyamukculexakanmeletakkantelurdiataspermukaan
air
secarabergerombolandanbersatuberbentukrakitsehinggamampuuntukmen
gapung, sedangkanjentiknyamenggantung di air (Nurmaini, 2001).
5. SIKLUS HIDUP LALAT
Untuk mengatasi perkembangan lalat, maka kit perlu mengetahui
siklus hidup lalat. Siklus hidup lalat mengalami metamorfosis sempurna,
dengan stadium telur, larva atau tempayak, pupa atau kepompong dan
lalat dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7-22 hari,
tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia. Lalat betina telah dapat
menghasilkan telur pada usia 4-8 hari, dengan jumlah telur sebanyak 75150 butir dalam sekali bertelur. Semasa hidupnya seekor lalat bertelur 5-6
kali.
Berikut
masing-masing
stadium
dalam
perkembangannya
lalat
(Wijayantono, 1992):

Stadium Pertama (Stadium Telur)
Stadium ini berlangsung selama 12-24 jam. Bentuk telur lalat
adalah oval panjang dan berwarna putih, besar telur 0,8-2 mm. Telur
dapat dihasilkan oleh lalat betina sebanyak 150-200 butir. Lamanya
stadium ini dapat dipengaruhi oleh faktor panas dan kelembaban, tempat
bertelur dimana semakin panas semakin cepat menetas dan berlaku
sebaliknya. Telur diletakkan pada bahan-bahan organik yang lembab
seperti sampah, kotoran binatang, kotoran manusia atau bahan-bahan lain
yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang membusuk.

Stadium Kedua (Stadium Larva atau Tempayak)
Stadium ini terdiri dari 3 tingkatan yaitu:
1. Tingkat I --- Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran
panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat
aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit
dan keluar menjadi instar II.
2. Tingkat II --- Ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah
beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan keluar instar III dan
banyak bergerak.
3. Tingkat III --- Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini
memerlukan waktu 3-9 hari, larva tidak banyak bergerak, larva
berpindah ke tempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi
kepompong.

Stadium Ketiga (Stadium Pupa atau Kepompong)
Pada stadium ini jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan
tubuh dewasa, stadium ini berlangsung 3-9 hari atau tergantung suhu
setempat yang disenangi lebih kurang 35°C. Pupa ini berwarna coklat
hitam dan berbentuk lonjong. Pada stadium ini tubuh larva telah menjadi
dewasa, kurang bergerak (tak bergerak sama sekali). Setelah stadium ini
selesai maka melalui celah lingkaran pada bagian anterior akan keluar
lalat muda.

Stadium Keempat (Stadium Lalat Dewasa)
Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga
yaitu lalat. Untuk menjadi lalat dewasa yang matang dan siap untuk
melakukan perkawinan memerlukan waktu kurang lebih dari 15 jam. Umur
lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu. Perlu kita ketahui faktor suhu
setempat, kelembaban udara dan makanan yang tersedia berpengaruh
terhadap pertumbuhan lalat baik dari telur hingga menjadi lalat dewasa.
6. SIKLUS HIDUP PINJAL
Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada
hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang
kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan
gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa
dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah
bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu. Pinjal yang biasa
dikenal kutu loncat fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada anjing dan
kucing namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing yang
juga dapat berpindah dan berkembang biak pada anjing.
Pinjal berukuran kecil dengan panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak
cepat. Biasanya berwarna gelap (misalnya, cokelat kemerahan untuk kutu
kucing). Pinjal merupakan serangga bersayap dengan bagian-bagian
mulut seperti tabung yang digunakan untuk menghisap darah host
mereka. Kaki pinjal berukuran panjang, sepasang kaki belakangnya
digunakan untuk melompat (secara vertikal sampai 7 inch (18 cm);
horizontal 13 inch (33 cm)). Pinjal merupakan kutu pelompat terbaik
diantara kelompoknya. Tubuh pinjal bersifat lateral dikompresi yang
memudahkan mereka untuk bergerak di antara rambut-rambut atau bulu
di tubuh inang. Kulit tubuhnya keras, ditutupi oleh banyak bulu dan duri
pendek yang mengarah ke belakang, dimana bulu dan duri ini
memudahkan pergerakan mereka pada hostnya.
7. SIKLUS HIDUP TUNGAU
Ciri Morfologi dari tungau penyebab skabies antara lain berukuran
0.2-0.5mm, berbentuk oval, cembung dan datar pada sisi perut
(Chowsidow 2006 dalam Yahmi Ira Setyaningrum,2014). Ukuranyya,
yang betina berkisar antara 330-450 mikron × 250-350 mikron, sedankang
yang
jantan
lebih
kecil
yakni
200-240
mikron
×
150-200
mikron(Yasin,2009). Tungau dewasa mempunyai empat pasang tungkai
yang terletak pada toraks. Toraks dan abdomen menyatu membentuk
idiosoma, segmen abdomen tidak ada atau tidak jelas (Krantz 1978 dalam
Yahmi Ira Setyaningrum,2014).
Gambar 1
A.
Betina tampak dorsal B. Jantan tampak
ventral
Keterangan
Siklus
hidup
: 1. Anus, 2. Telur, 3. Alat kelamin
tungau
yaitu
dimulai
saat
setelah
kopulasi
(perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati tetapi
kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang
digali oleh tungau betina. Tungai betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 mm sehari
dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
jumlah 40-50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi
larva yang mempunyai 3 pasang kaki.larva ini dapat tinggal dalam
terowongan tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk,yaitu jantan dan betina dengan 4 pasang
kaki. Seluruh
siklus hidupnya
mulai telursampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-13 hari.(Handoko,2007 dalam Yasin,2009).
Gambar 2. Siklus Hidup Tungau sarcobtes scabiae
Menurut CDC tahun 2008, tungau Sarcoptes scabiei melalui 4
tahap pertumbuhan dalam siklus hidupnya yaitu telur,larva nimfa dan
dewasa.
1.
Tungau betina meninggalkan 2-3 telur sehari di bawah kulit. Telur
berbentukoval dan mempunyai panjang 0,10-0,15 mm. menetas dalam 34 hari.
2.
Setelah menetas, larva bermigarasi ke permukaan kuliatluar dan
bersembunyi di dalamlapisan stratum korneum. Dalian kecil dikenal
dengan sebutan “ kantong perubahan kulit”. Stadium larva, yang muncul
dari telur hanya memiliki 3 pasang kaki dan bertahan sekitar3-4 hari.
3.
Kemudian larva berubah menjadi nimfa yang mempunyai 4 pasang
kaki. Perubahan bentuk ini sedikit lebih besar disbanding dengan stadium
larva sebelum nantinya akan berubah kebentuk dewasa. Larva dan nimfa
sering ditemukan di kantung-kantung kulit (molthing pouches) atau dalam
folikel rambut yang kelihatannya sama dengan bentuk dewasa namun
ukurannya lebih kecil.
4.
Tungau dewasa berbentuk bulat, ukuran panjang betina antara 0,30-
0,45 mm dan lebar 0,25-0,35 mm. dan ukuran jantan sedikit lebih dari
setangah ukuran betina. Perkawinan terjadi, tungau jantan secara aktif
masuk keterowongan yang telah dibuat oleh tungau betina. Setelah terjadi
kopolasi,tungau jantan mati atau dapat bertahan hidup beberapa hari
dalam terowongan. Tungau betina keluar permukaan kulit dan mencari
tempat yang cocok untuk membuat terowongan baru untuk meletakkan
telur-telurnya. Siklus hidup dari telur sampai berubah menjadi dewasa
berlangsung kurang lebih satu bulan
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN

Umumnya cara reproduksi serangga adalah seksual di mana sel
telur dan sperma bersatu


Tipe Siklus Hidup/Metamorphosis terbagi atas 4 yaitu:
a.
Hemimetabola (Metamorfosis tidak sempurna)
b.
Holometabola (metamorfosa sempurna)
c.
Tanpa metamorfosis / ametamorfosis (ametabola).
d.
Metamorfosis bertahap (paurometabola)
Adapun contoh-contoh siklus hidup beberapa serangga vektor
penyakit yaitu: siklus hidup nyamuk, siklus hidup lalat, siklus hidup
pinjal dan siklus hidup tungau.
3.2 SARAN
Penyusun menyarankan agar kita mengetahui dan memahami
tentang Siklus-Siklus Hidup Serangga untuk mencegah penularan
penyakitnya.
Makalah ini juga dapat digunakan sebagai tambahan bahan bacaan
khususnya pelajaran Entomologi. Penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA

http://adenurik.blogspot.co.id/2013/07/metamorphosisserangga.html

http://belasurianti.blogspot.co.id/2014/10/microsoftinterne
texplorer4-0-2.html

http://fkmapkesling2013.blogspot.co.id/2013/11/vektorpenyakit.html

http://rahmisafitriani.blogspot.co.id/2014/10/siklus-hidupdan-bionomik-vektor.html

http://erickhlagi.blogspot.co.id/2013/03/lalat-merupakanvektor-penyakit-dan.html

http://budidarma.com/2011/05/makalah-pinjal-mata-kuliahpengendalian-vektor-epidemiologi.html

http://bbpkmakassar.or.id/index.php/artikel/80-artikelkesehatan/103-jabatan-fungsional-kesehatan-sebagaisolusi-karir-2
Download