SIKLUS HIDUP SERANGGA VEKTOR PENYAKIT Kelompok 6. - ANDI FIRDAYANTI - FIKA VARA DIVA - JUWANTI RANTE - MARYAM - NUR MUH.ARIEF - MUH AIDIL FITRAH - MUHAMMAD AKHYAR POLITEKNIK KESEHATAN MASYARAKAT. JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN. TP. 2016/20 TUGAS MAKALAH SIKLUS HIDUP SERANGGA VEKTOR PENYAKIT OLEH: KELOMPOK VI - ANDI FIRDAYANTI - FIKA VARA DIVA - JUWANTI RANTE - MARYAM - NUR MUH.ARIEF - MUH AIDIL FITRAH - MUHAMMAD AKHYAR JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES MAKASSAR 2016/2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ’’SIKLUS HIDUP SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PRNYAKIT”. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada yang telah berperan serta dalam menyusun makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah agar isi makalah lebih baik lagi Karena keterbatasn pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Makassar, 13 September 2016 Penyusun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit-penyakit di Indonesia yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, antara lain demam berdarah dengue (DBD), malaria, dan kaki gajah. Akhir-akhir ini, muncul penyakit virus chikungunyah yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, juga terdapat penyakit saluran pencernaan, seperti disentri, kolera, demam tifoid dan paratifoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah. Beberapa vektor yang sering ada di Indonesia adalah nyamuk, lalat, kutu, pinjal dan tungau. Nyamuk yang menjadi vector penyakit penting di Indonesia yaitu genus culex, anopheles, dan aedes. Genus lalat yang penting adalah musca. Peran kutu sebagai vector belum definitif, akan tetapi karena ia menghisap darah, maka besar sekali kemungkinannya bahwa kutu dapat menyebarkan penyakit. Pinjal yang pernah terkenal dimasa lalu adalah pinjal tikus (xenopsylla cheopis), penyebaran penyakit pest, yang disebabkan bakteri pasteurella pestis, saat ini penyakit pest sudah jarang didapat. 1.2 RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah: 1. Apa yang dimaksud siklus hidup serangga? 2.Sebutkan dan jelaskan 4 tipe metamorfosis pada serangga! 3. Bagaimanacontoh-contoh Siklus Hidup beberapa serangga vektor penyakit? 1.3 TUJUAN Adapun tujuan dari makalah ini adalah: 1.Mengetahui siklus hidup/metamorfosis pada serangga 2. Mengetahui dan menjelaskan 4 tipe metamorfosis pada serangga. 3. Mengetahui contoh-contoh siklus hidup beberapa serangga vektor penyakit BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 SIKLUS HIDUP SERANGGA Umumnya cara reproduksi serangga adalah seksual di mana sel telur dan sperma bersatu. Sel telur yang telah di buahi akan berkembang menjadi embrio melalui tahapan-tahapan yang mirip dengan hewan lain. Selanjutnya serangga yang baru terbentuk ini dapat keluar melalui cara oviparitas, ovoviviparitas, atau viviparitas. Setelah embrio terbentuk, akan terjadi pertumbuhan dan perkembangan pasca embrio. Beberapa peristiwa unik dan kompleks yang terjadi adalah ectosin yaitu peristiwa larva meninggalkan telur; molting yaitu lepasnya kulit lama yang merupakan hasil ketidakmampuan kulit serangga untuk membesar; dan metamorphosis yaitu proses perkembangan mulai ectosin sampai menjadi serangga dewasa. Beberapa istilah penting dalam bidang entomologi adalah generation, brood, stage, stadium, dan instar. Serangga dewasa yang terbentuk akan dapat bereproduksi setelah sistem reproduksinya matang. Mencari pasangan adalah perilaku yang penting yang kemudian dilanjutkan dengan kopulasi inseminasi, dan oviposisi. Hal-hal tersebut seringkali merupakan spesies spesifik dan berbeda antara serangga-serangga lainnya. 2.2TIPE-TIPE SIKLUS HIDUP Setelah telur menetas, serangga pra dewasa mengalami beberapa serangkai perubahan sampai mencapai bentuk dan ukuran serangga dewasa (imago) yang dinamakan metamorfosis. Dalam metamorphosis melibatkan proses ganti kulit yang disebut ekdisis yang terjadi secara berkala. Pada proses ini eksoskleton ditanggalkan dan diganti dengan kulit yang baru, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan serangga. Eksoskeleton yang ditanggalkan disebut eksuvium. Adanya metamorphosis serangga secara ekologis diperoleh beberapa keuntungan, seperti : 1. Adanya perbedaan habitat, beberapa larva serangga mempunyai habitat yang berbeda dengan habitat imagonya. 2. Adanya perbedaan makanan utnuk larva dan imagonya. Metamorfosis serangga dapat dikelompokkan ke dalam 4 tipe, yaitu : a. Hemimetabola (Metamorfosis tidak sempurna) Fase spesies yang belum dewasa pada metamorfosis biasanya disebut larva/nimfa. Tapi pada metamorfosis kompleks pada kebanyakan spesies serangga, hanya fase pertama yang disebut larva/nimfa. Pada hemimetabolisme, perkembangan nimfa berlangsung pada fase pertumbuhan berulang dan ekdisis (pergantian kulit), fase ini disebut instar. Hemimetabola adalah tahap perkembangan Insecta yang tidak sempurna, dimana Insecta muda yang menetas mirip dengan induknya, tetapi ada organ yang belum muncul, misalnya sayap. Sayap itu akan muncul hingga pada saat dewasa hewan tersebut. Insecta muda disebut Ringkasan skemanya adalah telur – nimfa (larva) – dewasa nimfa. (imago). Contoh Insecta ini adalah belalang, kecoa (periplaneta americana), jangkrik (gryllus sp.), dan walang sangit (leptocorisa acuta). Tahapan perkembangannya sebagai berikut: Ø Telur Telur diletakkan secara beragam, beberapa serangga menyatukan telurnya secara pasif, misalnya pada Plasmida (walkingstick), yang lain menempelkan telur pada substratnya satu-satu atau dalam kelompok. Jenis-jenis Vrysopidae (Neuroptera) meletakkan telur dengan tungkai yang kaku yang panjang; telur terdapat di ujung tangkai. Berbagai jenis serangga (belalang lapangan, belalang sembah, lipas) meletakkan telur dalam paket, disebut ooteka atau paket telur; dalam satu paket terdapat banyak telur. Bahan untuk melekatkan telur atau untuk pembuatan paket berasal dari kelenjar penyerta (accessory glands). Ø Nimfa ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit (ekdisis). Tiap tahapan diantara pergantian kulit disebut instar. Tergantung dari spesiesnya, bisa terdapat 8-17 instar. Nimfa bisa memerlukan waktu dari mulai 4 minggu sampai dengan beberapa tahun untuk terus berkembang sampai cukup besar untuk berubah menjadi dewasa. Ø Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya. b. Holometabola (metamorfosa sempurna) Holometabola adalah perkembangan Insecta dengan setiap tahap menunjukan perubahan wujud yang sanagt berbeda (sempurna). Tahapnya adalah sebagai berikut ; telur – larva – pupa – dewasa. Larvanya berbentuk ulat tumbuh dan mengalami ekdisis beberapa kali. Setalah itu larva menghasilkan pelindung keras disekuur tubuhnya untuk membentuk pupa. Pupa berkembang menjadi bagian tubuh seperti antena, sayap, kaki, organ reproduksi, dan organ lainnya yang merupakan struktur Insecta dewasa. Selanjutnya, Insecta dewasa keluar dari pupa. Sementara di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Contoh Insecta ini adalah kupu-kupu, lalat, dan nyamuk. Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah selama 13 hingga 17 tahun. Kedua spesies ini melakukan metamorfosis tidak sempurna. Tahapan dari metamorfosis sempurna adalah: Ø Telur Ø Larva, serangga muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Larva merupakan fase yang aktif makan, sedangkan pupa merupakan bentuk peralihan yang dicirikan dengan terjadinya perombakan dan penyususunan kembali alat-alat tubuh bagian dalam dan luar. Ø Pupa, atau chrysalis. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan apa-apa. Di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Proses kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis. Ø Imago, fase dewasa atau fase perkembangbiakan. c. Tanpa metamorfosis / ametamorfosis (ametabola). Perubahan struktur tubuh pada serangga ini hampir tidak kelihatan, sehingga seringkali disebut juga tidak mengalami metamorfosis. Contohnya serangga ametabola adalah Collembola, Thysanura dan Diplura. Bentuk pradewasa ametabola disebut nimfa. Segera setelah menetas lahir serangga muda yang mirip dengan induknya. Kemudian setelah tumbuh membesar dan mengalami pergantian kulit baru menjadi serangga dewasa tanpa terjadi perubahan bentuk, hanya mengalami pertambahan besar ukuran saja. d. Metamorfosis bertahap (paurometabola) Perkembangan serangga ini berubah secara bertahap dalam bentuk luarnya dari telur sampai bentuk dewasa. Bentuk pradewasa disebut nimfa, mempunyai kebiasaan serupa dengan yang dewasa. Kelompok serangga ini disebut juga Paurometabola. Contohnya antara lain, kutu (Phthiraptera), kepik (Hemiptera), rayap (Isoptera), belalang (Orthoptera), lipas (Dictyoptera) (Gambar ). Selain itu ada pula serangga yang termasuk di dalam kelompok metamorfosis sederhana tetapi stadium pradewasanya hidup di air, contohnya ialah capung (Odonata). Bentuk pradewasa disebut naiad atau tempayak. Kelompok serangga ini disebut juga Hemimetabola. Serangga mengalami perubahan bentuk secara bertahap, selama siklus hidupnya mengalami tiga stadia pertumbuhan, yaitu stadia telur, nimfa, dan imago. . 2.3 CONTOH-CONTOH SIKLUS HIDUP SERANGGA VEKTOR PENYAKIT A. SIKLUS HIDUP NYAMUK Nyamuktermasukserangga yang mengalamimetamorfosissempurna (holometabola) karenamengalamiempattahapdalammasapertumbuhandanperkembangan. Tahapan yang dialamiolehnyamukyaitutahaptelur, larva, pupa dandewasa. 1. Tahap Telur Telur Aedes aegypti kecil seperti beras warna hitam tetapi ukurannya panjang hana 0,5 mm,biasanya telur Aedes aegypti diletakkan di dinding container (kamar mandi,gentong dll) tepat diatas permukaan air. Kalau gentong terisi air lagi, maka telur Aedes aegypti akan menetas, namun kalau air tidak terisi lagi maka telur ini akan tetap bertahan selama 3 bulan. Karena telur ini menempel pada permukaan dinding bak mandi atau dinding gentong, maka hukumnya wajib untuk menguras + menggosok/membersihkan dengan sikat agar telor lepas dan digelontor dengan air. 2. Larva/Jentik jentik Telur menetas menjadi Larva atau Jentik Jentik, jentik akan berganti kulit sebanyak 3 kali ( 4 instar), umur jentik sekitar 7 hari itulah mengapa pengurasan bak mandi/gentong disarankan “minimal” 7 hari sekali, kalau 10 hari sekali maka Jentik sudah berubah jadi nyamuk.Abate adalah larvasida yang fungsinya menghambat proses pergantian kulit (instar) larva tersebut , utnuk itu lebih baik kalau habis dikuras bak mandi/gentong diberi abate. 3. Kepompong/Pupa Kepompong atau Pupa adalah Fase Tidak Makan dari nyamuk, Umur kepompong 2 – 3 hari dan tidak makan selama periode tersebut.. Kepompong benafas dengan siphon. 4. Imago/Dewasa Nyamuk Nyamuk dapat bertahan selama 1 bulan, nyamuk betina akan memerlukan darah untuk perkembangan telurnya,,sedang nyamuk jantan tidak memerlukan darah cukup hidu dari sari bunga = nectar. Selama hidupnya nyamuk betina dapat bertelur 4 – 5 kali, dan bila dia mengisap darah penderita demam berdarah akan terhisap dan virus berkembang di tubuh nyamuk. Bila dia menghisap darah lagi maka virus akan ditularkan ke orang lain. Nyamukbiasanyameletakkantelur di tempat yang berair, padatempat yang keberadaannyakeringtelurakanrusakdanmati. – Kebiasaanmeletakkantelurdarinyamukberbeda bedatergantungdarijenisnya. NyamukAedesmeletakkantelurdanmenempelpada yang terapungdiatas air ataumenempelpadapermukaanbenda yang merupakantempat air padabataspermukaan air dantempatnya Nyamukanopelesakanmeletakkantelurnyadipermukaan air satupersatuataubergerombolantetapisalinglepas, teluranopelesmempunyaialatpengapung. Nyamukculexakanmeletakkantelurdiataspermukaan air secarabergerombolandanbersatuberbentukrakitsehinggamampuuntukmen gapung, sedangkanjentiknyamenggantung di air (Nurmaini, 2001). 5. SIKLUS HIDUP LALAT Untuk mengatasi perkembangan lalat, maka kit perlu mengetahui siklus hidup lalat. Siklus hidup lalat mengalami metamorfosis sempurna, dengan stadium telur, larva atau tempayak, pupa atau kepompong dan lalat dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7-22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia. Lalat betina telah dapat menghasilkan telur pada usia 4-8 hari, dengan jumlah telur sebanyak 75150 butir dalam sekali bertelur. Semasa hidupnya seekor lalat bertelur 5-6 kali. Berikut masing-masing stadium dalam perkembangannya lalat (Wijayantono, 1992): Stadium Pertama (Stadium Telur) Stadium ini berlangsung selama 12-24 jam. Bentuk telur lalat adalah oval panjang dan berwarna putih, besar telur 0,8-2 mm. Telur dapat dihasilkan oleh lalat betina sebanyak 150-200 butir. Lamanya stadium ini dapat dipengaruhi oleh faktor panas dan kelembaban, tempat bertelur dimana semakin panas semakin cepat menetas dan berlaku sebaliknya. Telur diletakkan pada bahan-bahan organik yang lembab seperti sampah, kotoran binatang, kotoran manusia atau bahan-bahan lain yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang membusuk. Stadium Kedua (Stadium Larva atau Tempayak) Stadium ini terdiri dari 3 tingkatan yaitu: 1. Tingkat I --- Telur yang baru menetas disebut instar I, berukuran panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, sangat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1-4 hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II. 2. Tingkat II --- Ukuran besarnya dua kali dari instar I, setelah beberapa hari maka kulit akan mengelupas dan keluar instar III dan banyak bergerak. 3. Tingkat III --- Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memerlukan waktu 3-9 hari, larva tidak banyak bergerak, larva berpindah ke tempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi kepompong. Stadium Ketiga (Stadium Pupa atau Kepompong) Pada stadium ini jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa, stadium ini berlangsung 3-9 hari atau tergantung suhu setempat yang disenangi lebih kurang 35°C. Pupa ini berwarna coklat hitam dan berbentuk lonjong. Pada stadium ini tubuh larva telah menjadi dewasa, kurang bergerak (tak bergerak sama sekali). Setelah stadium ini selesai maka melalui celah lingkaran pada bagian anterior akan keluar lalat muda. Stadium Keempat (Stadium Lalat Dewasa) Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga yaitu lalat. Untuk menjadi lalat dewasa yang matang dan siap untuk melakukan perkawinan memerlukan waktu kurang lebih dari 15 jam. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu. Perlu kita ketahui faktor suhu setempat, kelembaban udara dan makanan yang tersedia berpengaruh terhadap pertumbuhan lalat baik dari telur hingga menjadi lalat dewasa. 6. SIKLUS HIDUP PINJAL Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu. Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada anjing dan kucing namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada anjing. Pinjal berukuran kecil dengan panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak cepat. Biasanya berwarna gelap (misalnya, cokelat kemerahan untuk kutu kucing). Pinjal merupakan serangga bersayap dengan bagian-bagian mulut seperti tabung yang digunakan untuk menghisap darah host mereka. Kaki pinjal berukuran panjang, sepasang kaki belakangnya digunakan untuk melompat (secara vertikal sampai 7 inch (18 cm); horizontal 13 inch (33 cm)). Pinjal merupakan kutu pelompat terbaik diantara kelompoknya. Tubuh pinjal bersifat lateral dikompresi yang memudahkan mereka untuk bergerak di antara rambut-rambut atau bulu di tubuh inang. Kulit tubuhnya keras, ditutupi oleh banyak bulu dan duri pendek yang mengarah ke belakang, dimana bulu dan duri ini memudahkan pergerakan mereka pada hostnya. 7. SIKLUS HIDUP TUNGAU Ciri Morfologi dari tungau penyebab skabies antara lain berukuran 0.2-0.5mm, berbentuk oval, cembung dan datar pada sisi perut (Chowsidow 2006 dalam Yahmi Ira Setyaningrum,2014). Ukuranyya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron × 250-350 mikron, sedankang yang jantan lebih kecil yakni 200-240 mikron × 150-200 mikron(Yasin,2009). Tungau dewasa mempunyai empat pasang tungkai yang terletak pada toraks. Toraks dan abdomen menyatu membentuk idiosoma, segmen abdomen tidak ada atau tidak jelas (Krantz 1978 dalam Yahmi Ira Setyaningrum,2014). Gambar 1 A. Betina tampak dorsal B. Jantan tampak ventral Keterangan Siklus hidup : 1. Anus, 2. Telur, 3. Alat kelamin tungau yaitu dimulai saat setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati tetapi kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungai betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40-50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.larva ini dapat tinggal dalam terowongan tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk,yaitu jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai telursampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-13 hari.(Handoko,2007 dalam Yasin,2009). Gambar 2. Siklus Hidup Tungau sarcobtes scabiae Menurut CDC tahun 2008, tungau Sarcoptes scabiei melalui 4 tahap pertumbuhan dalam siklus hidupnya yaitu telur,larva nimfa dan dewasa. 1. Tungau betina meninggalkan 2-3 telur sehari di bawah kulit. Telur berbentukoval dan mempunyai panjang 0,10-0,15 mm. menetas dalam 34 hari. 2. Setelah menetas, larva bermigarasi ke permukaan kuliatluar dan bersembunyi di dalamlapisan stratum korneum. Dalian kecil dikenal dengan sebutan “ kantong perubahan kulit”. Stadium larva, yang muncul dari telur hanya memiliki 3 pasang kaki dan bertahan sekitar3-4 hari. 3. Kemudian larva berubah menjadi nimfa yang mempunyai 4 pasang kaki. Perubahan bentuk ini sedikit lebih besar disbanding dengan stadium larva sebelum nantinya akan berubah kebentuk dewasa. Larva dan nimfa sering ditemukan di kantung-kantung kulit (molthing pouches) atau dalam folikel rambut yang kelihatannya sama dengan bentuk dewasa namun ukurannya lebih kecil. 4. Tungau dewasa berbentuk bulat, ukuran panjang betina antara 0,30- 0,45 mm dan lebar 0,25-0,35 mm. dan ukuran jantan sedikit lebih dari setangah ukuran betina. Perkawinan terjadi, tungau jantan secara aktif masuk keterowongan yang telah dibuat oleh tungau betina. Setelah terjadi kopolasi,tungau jantan mati atau dapat bertahan hidup beberapa hari dalam terowongan. Tungau betina keluar permukaan kulit dan mencari tempat yang cocok untuk membuat terowongan baru untuk meletakkan telur-telurnya. Siklus hidup dari telur sampai berubah menjadi dewasa berlangsung kurang lebih satu bulan BAB 3 PENUTUPAN 3.1 KESIMPULAN Umumnya cara reproduksi serangga adalah seksual di mana sel telur dan sperma bersatu Tipe Siklus Hidup/Metamorphosis terbagi atas 4 yaitu: a. Hemimetabola (Metamorfosis tidak sempurna) b. Holometabola (metamorfosa sempurna) c. Tanpa metamorfosis / ametamorfosis (ametabola). d. Metamorfosis bertahap (paurometabola) Adapun contoh-contoh siklus hidup beberapa serangga vektor penyakit yaitu: siklus hidup nyamuk, siklus hidup lalat, siklus hidup pinjal dan siklus hidup tungau. 3.2 SARAN Penyusun menyarankan agar kita mengetahui dan memahami tentang Siklus-Siklus Hidup Serangga untuk mencegah penularan penyakitnya. Makalah ini juga dapat digunakan sebagai tambahan bahan bacaan khususnya pelajaran Entomologi. Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini. BAB 4 DAFTAR PUSTAKA http://adenurik.blogspot.co.id/2013/07/metamorphosisserangga.html http://belasurianti.blogspot.co.id/2014/10/microsoftinterne texplorer4-0-2.html http://fkmapkesling2013.blogspot.co.id/2013/11/vektorpenyakit.html http://rahmisafitriani.blogspot.co.id/2014/10/siklus-hidupdan-bionomik-vektor.html http://erickhlagi.blogspot.co.id/2013/03/lalat-merupakanvektor-penyakit-dan.html http://budidarma.com/2011/05/makalah-pinjal-mata-kuliahpengendalian-vektor-epidemiologi.html http://bbpkmakassar.or.id/index.php/artikel/80-artikelkesehatan/103-jabatan-fungsional-kesehatan-sebagaisolusi-karir-2