(EPS) Earning Per Share (EPS)

advertisement
9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) sebagai salah satu rasio yang biasa
digunakan dalam prospektus, bahan penyajian, dan laporan tahunan kepada
pemegang saham yang merupakan laba bersih dikurangi dividen (laba
tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan rata-rata tertimbang
dari saham biasa yang beredar akan menghasilkan laba per saham.
Sehingga Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah pendapatan yang
diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar.
Alat ukur yang paling sering digunakan adalah Earning Per Share
(EPS). Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan
mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat
luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa
EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi
mengenai besarnya dividen per saham dan tingkat harga saham dikemudian
hari, serta EPS juga relevan untukk menilai efektivitas manajemen dan
kebijakan pembayaran dividen.
Darmadji dan Fakhuruddin (2001) mengatakan : “bahwa yang
dimaksud dengan Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan
9
10
seberapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang
saham per saham.”
Sedangkan menurut Halim (2003) menyatakan bahwa:“Earning Per
Share (EPS), adalah perbandingan antara keuntungan bersih setelah pajak
yang diperoleh emiten dengan jumlah saham yang beredar.”
Menurut Marpaung (2003) Earning per share ialah :
“Laba per lembar saham (earning per share) merupakan keuntungan yang
diperoleh dari pembagian laba bersih setelah pajak (EAT) dengan total
saham”
Earning Per Share menurut Siamat (2004) adalah sebagai berikut;
“Earning Per Share (EPS) adalah laba bersih yang berhasil diperoleh
perusahaan untuk setiap unit saham selama suatu periode tertentu”
Menurut Tandelilin (2001), “Earning Per Share atau laba per lembar
saham menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan
bagi semua pemegang saham perusahaan atau jumlah uang yang dihasilkan
(return) dari setiap lembar saham. Bagi para investor, informasi EPS
merupakan informasi yang paling mendasar dan berguna, karena bisa
menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang.”
11
Rumus yang digunakan adalah:
Net Income – Preferred Dividends
EPS =
Average Number of common share Outstanding
Keterangan:
EPS
= Earning Per Share
Net Income
= laba bersih setelah pajak
Preferred Devidend = dividend saham preferen
Average Number of common share outstanding = rata-rata jumlah saham
yang beredar.
Menurut Nachrowi (2006), “ dalam berinvestasi di bursa, investor akan
memperhatikan berbagai aspek, salah satunya adalah penghasilan per
lembar saham (earning per share)”. EPS merupakan salah satu indikator
yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecil kecilnya
EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan.
Perhitungan EPS dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba bersih setelah pajak
EPS =
Jumlah saham beredar
Madichah (2005), EPS merupakan hasil yang akan diterima oleh para
pemegang saham untuk lembar saham yang dimilikinya atas keikut
sertaannya
dalam
perusahaan.
EPS
yang
cenderung
naik
maka
12
kemungkinan keuntungan yang didapat oleh investor lebih besar dari pada
kerugian yang mungkin terjadi. Dengan demikian besarnya EPS dapat
dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan dimana EPS yang tinggi
menandakan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang
saham.
Menurut
Darmadji
(2001),
semakin
tinggi
nilai
EPS
akan
menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang
disediakan untuk pemegang saham. Dengan meningkatnya laba maka harga
saham cenderung naik, begitu juga sebaliknya, hal itu juga akan diikuti
perubahan return sahamnya.
Menurut Prastowo (2005), laba biasanya menjadi dasar penentuan
pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham dimasa datang. Oleh karena
itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang
dilaporkan perusahaan.
Menurut Widoatmodjo (2005), menerangkan bahwa :
“Earning Per Share merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak
dengan jumlah saham yang beredar”.
Earning Per Share (EPS) atau pendapatan per lembar saham,
diperoleh dari laba bersih dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar.
EPS yang semakin besar menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba per lembar saham juga meningkat Tandelilin (2001).
13
Menurut Besley dan Brigham (2000) laba per lembar saham (EPS),
adalah “Earning Per Share is called ‘the bottom line’, denoting that of all the
items of on the income statement.” Dengan demikian, laba per lembar saham
EPS menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan
mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham.
Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai
perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara
untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik
saham dalam perusahaan.
Tujuan perhitungan Earning Per Share (EPS) menurut Machfoesdz
(2000) adalah untuk melihat progres dari operasi perusahaan, menentukan
harga saham, dan menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan.
Selanjutnya, Syamsudin (2004) mengatakan bahwa pada umumnya para
pemegang saham tertarik dengan Earning Per Share (EPS) yang besar
karena
hal
tersebut
merupakan
salah
satu
indikator
keberhasilan
perusahaan.
Menurut Syamsuddin (2004), yaitu: “Laba per saham (Earning Per
Share) adalah laba bersih setelah pajak dibagi dengan jumlah lembar saham
yang beredar.”Menurut Baridwan (2003) menjelaskan mengenai laba per
lembar saham (Earning Per Share) yakni : “Pendapatan per lembar saham
adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap
lembar saham yang beredar.”
14
Earning Per Share (EPS) merupakan alat anlisis tingkat profitabilitas
perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah
salah satu dari alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham
biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran keuangan
Fabozzi (1999).
Menurut
keberhasilan
Harahap
manajemen
(2007),
dalam
EPS
digunakan
mencapai
untuk
keuntungan
mengukur
bagi
pemilik
perusahaan. Rasio rendah berarti manajemen tidak menghasilkan kinerja
yang baik dengan dengan memperhatikan pendapatan-pendapatan yang
diperoleh. Rasio tinggi berarti perusahaan sudah mapan (mature).
Dengan demikian, laba per lembar saham (Earning Per Share) adalah
Rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan (return) yang diperoleh
investor atau pemegang saham per saham dengan cara membagi laba bersih
setelah pajak dengan jumlah saham biasa yang beredar. Laba per lembar
saham (Earning Per Share) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai
perusahaan. Laba per lembar saham (Eaning Per Share) juga merupakan
salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan
bagi para pemilik saham dalam perusahaan.
Basic EPS untuk EPS yang hanya memperhitungkan saham biasa,
digunakan Basic EPS dengan formula :
Basic EPS = ( Laba bersih – Dividen preferen) / Jumlah saham biasa
berdasarkan rata-rata tertimbang.
15
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi EPS
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi earning per share
adalah :
1. Pengguna hutang
Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan perusahaan,
manajemen dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perusahaan
dalam struktur modal yang mampu memaksimumkan harga saham
perusahaannya. Menurut Brigham dan Houston yamh dialihbahasakan oleh
Suharto dan Wibowo (2001) bahwa “Perubahan dalam penggunaan hutang
akan mengakibatkan perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena itu
juga mengakibatkan perubahan harga saham”. Dari penjelasan tersebut
terlihat bahwa perubahan penggunaan hutang, ,erupakan faktor yang
mempengaruhi tingkat besaran EPS.
Selain itu, seperti yang dikemukakan oleh Wild et al (2008) bahwa
“motivasi utama perusahaan memperoleh pendanaan usaha melalui utang
adalah potensi biaya yag lebih rendah. Dari sudut pandang pemegang
saham, utang lebih murah dibandingkan dengan pendanaan ekuitas”.
Pendapat tersebut didasarkan oleh karena bunga sebagian besar jumlahnya
tetap, dan jika bunga labih kecil dari pengembalian yang diperoleh dari
pendanaan utang, selisih lebih atas pengembalian akan menjadi keuntungan
bagi investor ekuitas. Selain itu, karena bunga merupakan beban yang dapat
mengurangi pajak sedangkan dividen tidak, dampaknya adalah besarnya
16
pajak yang ditanggung perusahaan akan semakin kecil sebagai akibat dari
penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan sehingga pada akhirnya
adalah terjadi kanaikan pada EPS.
2. Tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Dalam memenuhi sumber dananya, manajemen pun dihadapkan pada
beberapa alternatif sumber pendanaan, apakah dengan modal sendiri atau
dengan pinjaman (modal asing). Menurut Sutrisno (2001) “Dalam memilih
alternatif sumber dananya tersebut, perlu diketahui pada tingkat profit
sebelum bunga dan pajak (EBIT=Earning Before Interest and Tax) berapa
apabila dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang
sama”. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat laba bersih
sebelum bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang mempengaruhi
besarnya laba per lembar saham.
3. Faktor penyebab Kenaikan Earning Per Share yaitu :
1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
4. Presebtase kenaikan laba bersih lebih besar daripada presentase
kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Presentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih
besar daripada presentase penurunan laba bersih.
17
4. Faktor Penyebab Penurunan Earning Per Share yaitu :
1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang berdar naik.
2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
4. Presentase penurunan laba bersih lebih besar deripada presentase
penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Presentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih
besar daripada presentase kenaikan laba bersih.
Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per lembar saham akan
meningkat apabila presentase kenaikan laba bersihnya lebih besar deripada
presentase kanaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar. (Weston dan
Eugene, 1993).
2.1.3 Penilaian Laba Per Lembar Saham (EPS)
Angka laba per lembar saham (Earning Per Share) diperoleh dari
laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Karena itu langkah
pertama yang dilakukan adalah memahami laporang keuangan yang
disajikan perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca
dan laporan rugi laba.
Neraca manunjukkan posisi kekayaan, kewajiban finansial dan modal
sendiri pada waktu tertentu. Laporan rugi laba menunjukkan berapa
penjualan yang diperoleh, berapa biaya yang ditanggung dan berapa laba
18
yang diperoleh perusahaan pada periode waktu tetentu (biasanya selama 1
tahun).
Alasan mengapa laba per lembar saham Earning Per Share (EPS)
disajikan di laporan laba rugi menurut Niswonger dkk (2000) adalah : “Jumlah
absolute
laba
bersih
sulit
untuk
dipakai
mengevaluasi
profitabilitas
perusahaan dapat dinyatakan dengan laba per lembar saham banyak
berubah. Dalam kasus seperti itu profitabilitas perusahaan dapat dinyatakan
dengan laba per lembar saham (EPS). “Sedangkan perhitungan laba per
lembar saham (EPS) menurut Niswonger dkk (2001) adalah : “Jika sebuah
perusahaan hanya memiliki saham biasa yang beredar, maka laba per
lembar saham biasa ditentukan dengan membagi laba bersih dengan jumlah
saham biasa yang beredar.”
2.1.4 Pengertian Saham
Saham dapat dedifinisikan tanda pernyataan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas teesebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut. (Darmadji dan Fakhruddin,2001).
Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap
pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan
19
sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang yang dijual oleh
peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrument
keuangan. (Mishkin 2001).
Menurut Thian (2001) mengemukakan bahwa Saham adalah: Surat
berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan
terhadap suatu perusahaan. Apabila investor membeli saham, maka ia akan
menjadi pemilik dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut.
Menurut
Samsul
(2006),“Saham
adalah
tanda
bukti
memiliki
perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham
(shareholder atau stockholder)”.
Menurut Harinto dan Sudomo (2005), mendefinisikan saham sebagai
berikut:“Saham (shares) adalah surat bukti pemilikan bagian modal atau
tanda pernyataan modal pada perseroan terbatas yang memberi hak atas
dividend dan lain-lain menurut besar kecilnya modal disetor”
Menurut E.Tandelilin (2007) menyatakan bahwa:
Saham merupakan bukti kepemilikan atas asset-aset perusahaan yang
menerbitkan saham, dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka
investor akan mempunyai hak atas pendapatan dan kekayaan perusahaan,
setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.
Pengertian saham menurut Rusdin (2008) yaitu: “Sertifikat yang
menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham
memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”.
20
Sedangkan menurut Hendy M. Fakhruddin (2008) saham adalah:
“Bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti
kepemilikan atas suatu perusahaan”.
Menurut Kamarudin(2008) mengemukakan bahwa “Saham merupakan
surat berharga yang bersifat kepemilikan atau bukti penyertaan dalam suatu
perusahaan”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
saham adalah suatu sekuritas yang menjadi tanda penyertaan atau
kepemilikan terhadap pendapatan dan asset seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan.
2.1.5 Jenis-Jenis Saham
Saham merupakan sekuritas yang paling populer dipasar modal
karena saham bisa memberikan keuntungan dalam jumlah yang besar
dengan jangka waktu yang relative singkat. Menurut Zaki Baridwan (2004)
yaitu:
“Apabila perusahaan mengeluarkan satu macam saham maka saham
itu disebut saham biasa (common stock). Apabila saham yang dikeluarkan 2
macam, yang satu adalah saham biasa dan yang lainnya adalah saham
prioritas (preferred stock)“.
21
Menurut Kamaruddin Ahmad (2008) saham dapat dibedakan melalui
cara pengalihan dan hak tagihan atau manfaat yang diperoleh oleh para
pemegang saham diantaranya sebagai berikut:
1. Menurut Cara Pengalihannya
a. Saham atas unjuk (bearer stocks), diatas sertifikat saham ini tidak
dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas unjuk,
seseorang
pemilik
sangat
mudah
untuk
mengalihkan
atau
memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya sangat mirip
dengan uang.
b. Saham atas nama (registered stocks), diatas sertifikat saham ini ditulis
nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen peralihan dan
kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang
khusus memuat daftar nama pemegang saham.
2. Menurut Hak Tagihan
a. Saham biasa (common stock), surat berharga yang paling banyak dan
luas perdagangannya. Pemegang surat berharga ini memiliki hak
suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dan disamping
memperoleh pembagian keuntungan (dividen) dari perusahaan juga
kemungkinan adanya keuntungan atas kenaikan modal (nilai) surat
berharga tersebut atau disebut capital gain.
Jenis saham biasa ini terdiri atas :
22
1) Blue chip stock. Saham yang mempunyai kualitas atas rangking
investasi yang tinggi dan biasanya saham perusahaan besar dan
memiliki reputasi yang baik, mampu menghasilkan pendapatan
yang tinggi dan konsisten dalam membayar dividen.
2) Income stock. Saham dari suatu emiten, dimana emiten yang
bersangkutan dapat membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata
dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
3) Growth stock. Saham dari emiten merupakan pemimpin dalam
industrinya dan beberapa tahun terakhir berturut-turut mampu
mendapatkan hasil di atas rata-rata.
4) Cycical stock. Saham yang mempunyai sifat mengikuti pergerakan
situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara umum.
5) Defensive stock. Saham yang tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro, maupun situasi bisnis secara umum.
6) Speculative stock. Saham yang emitennya tidak dapat secara
konsisten mendapatkan penghasilan dari tahun ke tahun.
b. Saham prioritas (preferred stock). Saham prioritas merupakan saham
yang
mempunyai
beberapa
kelebihan,
biasanya
kelebihan ini
dihubungkan dengan pembagian dividen atau pembagian aktiva pada
saat dilikuidasi. Karakteristik saham ini gabungan antara obligasi
dengan saham biasa, karena menghasilkan pendapatan tetap (seperti
23
obligasi), tetapi juga bisa tidak mendapatkan hasil seperti yang
diharapkan investor.
Adapun jenis dari saham preferen ini adalah sebagai berikut :
1) Cumulative referred stock. Saham preferen jenis ini memberikan
hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang sifatnya
kumulatif dalam presentasi atau jumlah tertentu dalam arti bahwa
kalau dalam tahun tertentu dividen yang dibayarkan tidak
mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini
dipertimbangkan
pada
tahun-tahun
berikutnya.
Pembayaran
dividen kepada pemegang saham preferen selalu didahulukan dari
pemegang saham biasa.
2) Non cumulative preferred stock. Pemilik saham jenis ini mendapat
prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu presentase
atau jumlah tertentu tetapi tidak bersifat kumulatif.
3) Participating preffered stock. Pemilik saham jenis ini selain
memperoleh dividen ekstra, setelah dividen dibayarkan penuh
kepada
seluruh
pemegang
saham
preferen,
mereka
juga
memperoleh dividen ekstra bersama-sama dengan pemegang
saham biasa.
24
2.1.6
Harga Saham
Setelah mengetahui pengertian saham dari beberapa para ahli maka
selanjutnya adalah penjelasan mengenai pengertian dari harga saham.
Berikut adalah pengertian harga saham dari beberapa ahli ekonomi.
Dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham,
perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para investor, selain
kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang
digunakan dalam melakukan transaksi di pasar modal merupakan harga yang
terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar.
Menurut Rusdin (2008) harga saham yaitu: “Harga saham ditentukan
menurut hukum permintaan-penawaran atau kekuatan tawar-menawar. Makin
banyak orang yang ingin membeli, maka harga saham tersebut cenderung
bergerak naik. Sebaliknya, makin banyak orang yang ingin menjual saham,
maka saham tersebut akan bergerak turun”.
Menurut Jogiyanto (2003), “Harga saham merupakan harga saham
yang terjadi dipasar busra pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku
pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan di pasar bursa”.
Pengertian harga saham menurut Widiatmodjo (2000), “harga saham
merupakan harga atau nilai uang yang bersedia dikeluarkan untuk
memperoleh atas suatu saham”.
25
Menurut Agus Sartono (2001), harga saham terbentuk dipasar modal
dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau
earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price
earning ratio, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga
deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan.
Sedangkan menurut Sutrisno (2001) mengemukakan bahwa “Harga
Saham atau harga pasar saham adalah nilai saham yang terjadi akibat
diperjualbelikan saham tersebut di pasar sekunder”.
Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar
yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan
dengan nilai dari suatu saham tersebut. Secara singkat, Jogiyanto
mengungkapkan bahwa nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai
buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic
value). Jogiyanto (2008) menjelaskan: “Nilai buku merupakan nilai saham
menurut pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar merupakan nilai saham
di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham”.
Dari kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa harga saham sama
halnya dengan harga komoditi di suatu pasar yang berlaku hukum ekonomi.
Naik turunnya harga saham ditentukan oleh pasar dimana adanya
kesepakatan atas permintaan dan penawaran. Ketika terdapat banyak
pemintaan, maka harga yang ditawarkan semakin tinggi, dan ketika
26
permintaan berkurang atau sedikit maka harga yang ditawarkan akan
menurun atau semakin rendah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga yang
terbentuk dari kesapakatan penjual dan pembeli saham atau harga yang
terbentuk dari kekuatan permintaan dan penawaran saham yang terjadi di
pasar bursa pada saat tertentu.
2.1.7 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut
Weston
dan
Brigham
(2001),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi harga saham :
1. Laba perlembar saham
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan
menerima laba atas saham yang dimilkinya. Semakin tnggi laba per
lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan
pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk
melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham
perusahaan akan meningkat.
2. Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
a. Mempengaruhi persaingan pasar modal antara saham dengan
obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual
sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan
27
menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi
apabila tingkat bunga mengalami penurunan.
b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga
adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah
laba perubahan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan
ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
3. Jumlas Kas Deviden yang diberikan
Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjaadi dua, yaitu
sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi
disisihkan laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang
saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan
oleh investor sehingga harga saham naik.
4. Jumlah laba yang didapat perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang
mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukkan prospek yang
cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya
akan memepengaruhi harga saham perusahaan.
5. Tingkat Resiko dan Pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan
meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya
28
semakin tinggi resiko makan semakin tinggi pula tingkat pengembalian
saham yang diterima.
2.1.8 Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham
Earning per Share (EPS) adalah rasio antara laba bersih setelah pajak
dengan jumlah lembar saham (Tjptono Darmadji dan Hendy M Fakhuddin,
2006). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan
dengan harapan akan memperoleh dividend atau capital gain. Laba biasanya
menjadi dasar penentuan pembayaran dividend dan kenaikan nilai saham
dimasa datang.
Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan
angka EPS yang dilaporkan perusahaan (Prastowo dan Julianty, 2002).
Apabila Earnings per Share (EPS) perusahaan tinggi, akan semakin banyak
investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga
saham akan tinggi (Dharmastuti, 2004). Pernyataan tersebut di perkuat oleh
hasil penelitian Puji Astuti (2002), Sasongko dan Wulandari (2006)
menemukan bahwa EPS berhubungan positif dan signifikan terhadap harga
saham.
29
2.1.9 Hubungan Earning Per Share terhadap Harga Saham
Tandelilin (2001) menyatakan bahwa EPS berhubungan positif dengan
harga saham sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara earning dengan perubahan harga saham.
Sasongko
dan
Wulandari
(2006)
menemukan
bahwa
EPS
berhubungan positif dan signifikan terhadap harga saham.
2.2
Penelitian Terdahulu
Penelitian Yang dilakukan oleh Mita Maryati (2012) dengan judul
“Pengaruh Earning Per Share, Dividend Per Share, Dan Financial Leverage
Terhadap Harga Saham Pada Industri Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2007-2010”. Populasi penelitian ini adalah 31 industri
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010.
Sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling,
diperoleh 10 perusahaan. Analisis data menggunakan teknik regresi
berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji F.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Earnings Per Share berpengaruh positif
dan signifikan terhadap harga saham, Dividend Per Share tidak berpengaruh
terhadap harga saham, Financial leverage tidak berpengaruh terhadap harga
saham, Hasil uji F menunjukkan nilai signifikansi berarti model yang
dikembangkan fit atau benar.
30
Penelitian yang dilakukan oleh Denies Priatinah Prabandaru Adhe
Kusuma (2012) dengan judul “Pengaruh Return On Investment (ROI),
Earning Per Share (EPS), Dan Dividen Per Share (DPS) Terhadap Harga
Saham Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode 2008-2010”. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel menggunakan
metode purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 31 perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI pada periode 2008 -2010. Analisis data
yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan teknik
analisis regresi sederhana dan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukan bahwa (1) Return on Investment secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, Earning Per Share
secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap HargaSaham,
Dividen Per Share secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Harga Saham, Return On Investment, Earning Per Share, Dan Dividen Per
Share secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga
Saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Amelia Dwi Wulandari dengan judul
“Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share Terhadap Harga
Saham (Kasus Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) dan Harga Saham pada
31
perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta pengaruh
Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) terhadap Harga Saham
pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode
Agustus 2010 - Januari 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif dan metode korelasional. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang memuat data historis keuangan
perusahaan dengan menggunakan analisis Regresi Berganda. Berdasarkan
hasil analisis data menunjukkan EPS dan DPS secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham dan sisanya dipengaruhi faktor lain diluar
yang diteliti. Secara parsial EPS berpengaruh secara tidak signifikan dan
DPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dari hasil
tersebut maka investor dapat memperhatikan EPS dan DPS sebagai
pertimbangan untuk menentukan keputusan investasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Arman M.S Hamka, dengan judul “
Pengaruh Variabel Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan
Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham. (Studi Pada Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Populasi penelitian
ini sebanyak 41 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Untuk pengambilan sampel yang memenuhi beberapa kriteria
yang ditentukan, kemudian diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan.
Berdasarkan populasi dan sampel tersebut maka dilakukan analisis regresi
berganda. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi linear
32
berganda menunjukkan secara simultan EPS, PER dan ROE berpengaruh
signifikan terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan. Secara
parsial, EPS, PER dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham
perusahaan pertambangan, karena EPS, PER dan ROE merupakan
informasi penting bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi yang
tepat.
Dengan demikian, dapat
disimpulkan
bahwa ketiga variabel
independen yaitu EPS, PER dan ROE secara simultan maupun parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan.
Variabel EPS merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan
terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
33
2.3
Kerangka Pemikiran
34
2.4
Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran
di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Terdapat pengaruh “Earning Per Share terhadap Harga Saham PT.
Fastfood Indonesia, Tbk.”
Download