globalisasi ekonomi: perdagangan dan keuangan

advertisement
TIRANI MODAL:
REJIM PERJANJIAN GLOBAL
MENJAJAH
HUKUM DAN KEBIJAKAN
NASIONAL
Presentasi untuk Konferensi Warisan otoritarianisme-ELSAM
FISIP-UI, Depok, 5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan
Institute for Global Justice (IGJ)
LATAR BELAKANG
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
2
The Silent Take Over
• Buku Naomi Klein, “The Silent Take Over” menggambarkan
terjadinya pengambil-alihan diam-diam segala sumberdaya dan
kebijakan ekonomi negara-negara di dunia oleh korporasi dan
badan-badan dunia
• Neo-liberalisme telah mendominasi segala hal dan dianggap sebagai
kebenaran mutlak: bahwa pasar adalah penjelas satu-satunya ilmu
ekonomi; dan kebijakan ekonomi hanya bisa dijalankan lewat
mekanisme pasar (diistilahkan oleh Joseph Stiglitz sebagai
fundamentalisme pasar)
• Pada saat ini agenda free trade (perdagangan bebas) telah
mendominasi semua kebijakan ekonomi yang dijalankan di berbagai
negara. Bahkan, free trade telah mendefinisikan ulang semua
hubungan internasional (bilateral dan regional) di antara berbagai
negara menjadi di bawah dominasi kesepakatan perdagangan bebas.
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
3
AGENDA NEO-LIBERALISME DALAM
KESEPAKATAN FREE TRADE
• LIBERALISASI: membebaskan perusahaan-perusahaan swasta dari berbagai
aturan pemerintah yang mengikat. Perdagangan internasional dan investasi dibuka
sebesar-besarnya.
• DEREGULASI: mengurangi peraturan-peraturan pemerintah yang bisa
merugikan kalangan pengusaha
• PRIVATISASI: menjual BUMN-BUMN di bidang barang dan jasa kepada
investor swasta, termasuk bank-bank, industri strategis, jalan raya, jalan tol, listrik,
sekolah, rumah sakit, bahkan air minum.
• MEMOTONG PENGELUARAN PUBLIK dalam hal pelayanan
sosial: pengurangan anggaran sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur
publik – jalan, jembatan, air bersih – guna mengurangi peran pemerintah; untuk
diberikan ke swasta
• MENGHAPUS KONSEP BARANG PUBLIK: menghapus
tanggung jawab pemerintah atas kesehatan, pendidikan, jaminan sosial dan
lainnya; menggantinya dengan tanggung jawab individual.
• FLEKSIBILITAS PASAR TENAGA KERJA: menghapuskan hak-hak
pekerja lewat kerja kontrak/out-sourcing, peniadaan tunjangan kerja dan
pesangon, pemudahan PHK, pelemahan Serikat Buruh dll.
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
4
KRISIS GLOBAL 2008:
TERJADINYA KOMBINASI 3-F
• FINANCE: Krisis pasar keuangan dunia dipicu oleh bangkrutnya
pasar sub-prime mortgage AS sebesar $ 400 milyar, memicu
kerugian korporasi-korporasi keuangan.
– Krisis Dollar AS: jatuhnya $ terhadap Euro
– Akibat dari menggilanya pasar spekulasi keuangan yang tak terkontrol (bubble
economy), sementara pasar riil stagnan.
• FUEL: Krisis energi membuat harga minyak melambung tinggi, dari
di bawah $ 25 per- barrel sebelum perang Irak (2001) menjadi $ 127
per-barrel saat ini (dan masih terus naik)
• FOOD: Krisis pangan karena naiknya harga-harga komoditas
pangan: beras naik 217%; gandum 140%; jagung 125%; kedelai
110%
• Apa yang sebenarnya sedang terjadi ?
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
5
INSTRUMEN REKOLONISASI –
PERJANJIAN INTERNASIONAL
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
6
Badan-Badan
Keuangan
Internasional (IFI)
IMF, World Bank, ADB
Export Credit Agencies
(pemerintah2 dari
Negara tempat korporasi
global
Bank-Bank
Komersial &
Pasar
Keuangan
WTO &
FTAs -EPAs
PEMERINTAH2
NASIONAL
dan Pemerintah
Daerah/Lokal
Korporasi Global
dan Firma Konsultan
5 Agustus 2008
Pemerintah2
Utara
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
7
A. REJIM KEUANGAN GLOBAL
• Modal swasta mendominasi total arus keuangan ke negara
berkembang. Dari $ 285 milyar di tahun 1996, modal swasta
merupakan $ 244 milyar (lebih dari 80%)
• Arus modal swasta 5x lebih besar dari arus modal ofisial. Di tahun
1990 arus swasta baru $ 44,4 milyar, tetapi di tahun 1996 sudah $
234,8 milyar. Sedangkan arus pembiayaan ofisial di tahun 1990 $
56,3 milyar, dan tahun 1996 malah turun menjadi $ 40,8 milyar.
• Dalam hal komposisinya, maka didominasi investasi asing
langsung (FDI), investasi portofolio dan pinjaman bank komersial.
Muncul instrumen keuangan baru yang dipakai para spekulan
(hedge fund), seperti transaksi derivatif, obligasi internasional,
Eurobonds, dana pensiun, GDR, dan lain-lain.
• Investasi portofolio inilah yang bersifat jangka pendek dan mudah
menguap (volatile) karena dapat cepat ditarik dan dipindahkan ke
tempat lain (karena itu disebut pula “hot money”).
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
8
Globalisasi keuangan memicu krisis dunia 1997
• Para investor portofolio ini tumbuh pesat di akhir tahun 1980an dan awal
tahun 1990an.
• Di AS, investor ini memiliki lebih dari 49% ekuitas di AS. Di Asia, Tokyo
merupakan pusat pengelolaan dana terbesar di dunia, yaitu lebih dari $ 1
trilyun.
• Dari 10 fund manager terbesar di dunia, 3 dari AS dengan asset $ 1.231
milyar; 3 dari Swiss ($ 1.610 milyar); 2 dari Jepang ($ 1.130 milyar); serta
Inggeris dan Perancis ($ 881 milyar).
• Di 5 pasar yang sedang berkembang (emerging market) yaitu Malaysia,
Afrika Selatan, Thailand, Turki dan Venezuela; maka investasi portofolio
ini beberapa kali lipat lebih besar dibanding FDI.
• Perkiraan Bank Dunia, maka investor portofolio ini sekarang mengelola
asset dalam jumlah lebih dari $ 20 trilyun.
• Ketika terjadi krisis, maka 5 negara yang paling menderita krisis, yaitu
Indonesia, Korea Selatan, Thailand, Malaysia dan Filipina menerima arus
modal netto sebesar $ 93 milyar di tahun 1997; di Amerika Latin sebesar $
73 milyar tahun 1996; yang keluar dengan cepat begitu saja
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
9
Agen-agen Keuangan Global
• Bank-bank komersial (TNBs – Trans-National Banks)
• Ekuitas Privat (Private Equity)
– Venture capitalist: investasi di usaha-usaha awal yang mengembangkan
teknologi baru, kewirausahaan, dll.
– Private equity: membeli sebagian perusahaan-perusahaan dengan pinjaman
sangat besar untuk keuntungan jangka pendek, menciptakan kekayaan
lewat rekayasa keuangan tapi tanpa nilai ekonomis. Private equity
mengelola dana sebesar $ 400 milyar di tahun 2007
– Hedge funds: spekulasi atas segala hal yang mungkin, dengan menggunakan
instrumen keuangan yang kompleks, seperti derivatif, bonds, dll dengan
pinjaman yang sangat besar. Hedge funds di tahun 2007 mempunyai asset
lebih dari $ 1,4 trilyun
• Perusahaan-perusahaan asuransi
• Dana-dana pensiun
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
10
KORPORASI (TNC) TERBESAR SAAT INI (2007),
5 DIANTARANYA ADALAH KORPORASI KEUANGAN
Profits
($bil)
Assets
($bil)
Market
Value
($bil)
Name
Country
Category
Sales
($bil)
1
Citigroup
US
Banking
108.28
17.05
1484.1
247.66
2
General Electric
US
Conglomerates
152.36
16.59
750.33
372.14
3
American Intl Group
US
Insurance
95.04
10.91
776.42
173.99
4
Bank of America
US
Banking
65.45
14.14
1110.46
188.77
5
HSBC Group
UK
Banking
62.97
9.52
1031.29
186.74
6
ExxonMobil
US
Oil & gas
263.99
25.33
195.26
405.25
7
Royal Dutch/Shell Group
NL/UK
Oil & gas
265.19
18.54
193.83
221.49
8
BP
UK
Oil & gas
285.06
15.73
191.11
231.88
9
ING Group
NL/UK
Diversified financials
92.01
8.1
1175.16
68.04
10
Toyota Motor
JP
Consumer durables
165.68
11.13
211.15
140.89
Source: Forbes, Special Report - The Global 2000, June 2007
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
11
Export Credit and Investment Guarantee
Agency (ECA)
• Lembaga keuangan milik pemerintah khususnya di negara-negara maju,
biasanya di bawah Menteri keuangan atau Perdagangan, yang mengeksport
kredit (utang) untuk proyek-proyek skala besar dari TNCs untuk investasi
dan perdagangan di negara-negara berkembang dengan garansi dari
pemerintah setempat  ini untuk melindungi eksportir dan investor terhadap
risiko tinggi di negara-negara berkembang
• Jasa yang diberikan ECA:
 Utang untuk eksport dan eksportir
 Garansi yang ditopang pemerintah negara maju atas pinjaman bankbank swasta yang diberikan kepada negara-negara berkembang untuk
membeli barang dan jasa dari negara-negara maju
 Asuransi atas risiko politik dari investasi di luar negeri: melindungi bankbank komersial dan eksportir dari risiko bila mereka tidak dibayar .
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
12
Beberapa ECA di dunia:
ECA dari Asia diantaranya:
• US Export Import Bank (USEXIM)
• Hermes (Germany)
• ECGD (Britain)
• COFACE (France)
• SACE (Italy)
• ERG (Switzerland)
• EDC (Canada)
• Exportkreditnamden (Sweden)
• FGB (Finland)
• and others
5 Agustus 2008
• JBIC (Japan Bank for
International Cooperation) a
merge between OECF and
JEXIM (Japan Export-Import
Bank)
• KEIC (Korea Export Insurance
Cooperation)
• SINOSURE (China)
• KEXIM (Export Import Bank of
Korea)
• MECIB (Malaysia Export Credit
Insurance Berhad)
• Thai EXIM Bank (Thailand)
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
13
ECA menopang proyek-proyek berikut ini:
(yang berdampak serius bagi kerusakan ekonomi
dan kerusakan lingkungan )
Dam/bendungan besar
Pembangkit listrik (nuklir, batu bara)
Pertambangan (emas, batu bara, nikel dll)
Jalan raya / tol
Saluran pipa minyak
Fasilitas industri dan kimiawi
Pengusahaan hutan dan pembalakan kayu
Industri kertas dan pulp (bubur kertas)
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
14
Peran ECA dalam pembiayaan internasional
• ECA saat ini adalah lembaga keuangan publik terbesar di dunia, yang
secara keseluruhan ukurannya melebihi kelompok Bank Dunia, dan
mendanai lebih banyak proyek-proyek sektor swasta di negara-negara
berkembang ketimbang lembaga-lembaga keuangan lainnya.
• ECA kira-kira mencakup ekspor sebesar $800 milyar setiap tahunnya.
“1 dari setiap 8 dollar perdagangan dunia dibiayai oleh ECA. Kebanyakan dari
7 dollar itu dipengaruhi oleh apa yang dilakukan oleh ECA”.
• ECA adalah sumber utama pembiayaan publik di negara-negara miskin.
Di tahun-tahun belakangan ini, diperkirakan telah memberikan kredit
untuk jangka menengah dan panjang sebesar kira-kira USD 50-70 milyar
per-tahun.
• ECA mewakili bagian terbesar dari arus keuangan publik yang mengalir
dari Utara ke Selatan
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
15
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
16
Contoh: ECA di sektor energi dan air di Indonesia
• Memasukkan IPP (Independent Power Producers) di Indonesia
sebagai hasil dari privatisasi perusahaan listrik negara (PLN), untuk
dimasuki oleh TNCs (dan TNBs) yang ditopang oleh lembaga ECA
negara-negara maju, diantaranya :
– JBIC mendanai white paper MDBs sebesar USD 400 juta.
– OPIC, JBIC, MITI, US-Exim mendanai Paiton I, IPP pertama di
Indonesia
– US-EXIM, ECGD, KfW, Hermes mendanai Paiton II
– 15 proyek-proyek energididanai oleh 8 ECA (JEXIM, EDC, EKN,
FGB, KfW, US-EXIM, NCM, ERG sebesar USD 3.7 milyar dari
nilai proyek USD 4.5 milyar)
• MIGA, ECA dari Bank Dunia di tahun 2005 telah menggaransi 6
proyek dengan total biaya USD 203.2 juta untuk sektor air.
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
17
IMF
• IMF menjalankan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan rejim
keuangan internasional, berdasarkan ‘Konsensus Washington’ yang
berisikan liberalisasi, privatisasi dan pengetatan anggaran.
• IMF berkuasa mengontrol perekonomian negara-negara yang dilanda
krisis lewat Program Penyesuaian Struktural (SAP-Structural Adjustment
Program) dengan kontrak LOI (letter of intent) yang komprehensif.
• Indonesia menjadi pasien IMF Sejak krisis 1997, dengan paket
bantuan yang diorganisir IMF sebesar $ 43 milyar, sementara
berhutang ke IMF sebesar $ 5 milyar. Sejak itu Indonesia harus
menjalankan program kebijakan ekonomi sesuai dengan LOI dalam
berbagai bidang. IMF juga merekomendasikan program bail-out utang
swasta (obligasi) BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang
sekarang berjumlah Rp 600 trilyun. Hutang kepada IMF dikembalikan
Indonesia tahun 2006.
• Akibat intervensi IMF ke Indonesia sangat merusak. Sudah banyak
kritik keras dilayangkan ke IMF, yang membuat ekonomi Indonesia
stagnan dan kehilangan kedaulatannya.
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
18
BANK DUNIA
• Mendikte strategi dan program pembangunan di negara-negara
berkembang lewat pinjaman proyek dan pinjaman program
berdasarkan SAP. Bank Dunia berkepentingan dalam merombak
hukum, perundang-undangan dan kebijakan agar ramah pasar
(liberal).
• Di Indonesia, Bank Dunia kembali ke Indonesia sejak 1966
dalam kerangka IGGI. Kemudian sebagai ketua CGI
(Consultative Group on Indonesia) sejak dibubarkannya IGGI
tahun 1992. Setiap tahun Bank Dunia memberikan utang yang
sekarang berjumlah sekitar $ 143 milyar. CGI dibubarkan tahun
2007, tetapi pemerintah tetap meminta utang kepada Bank
Dunia.
• Bank Dunia terakhir mendanai dan menyusun konsep UndangUndang Penanaman Modal no. 25 tahun 2007 bersama-sama
dengan Departemen Perdagangan, yang merupakan pintu masuk
penjajahan baru.
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
19
Paket Penyesuaian Struktural (SAP) dari
Bank Dunia–IMF untuk Indonesia
• Mengembalikan mekanisme pasar bebas sebagai penentu pembentukan
harga barang dan jasa dan proses pengalokasian sumber-sumber ekonomi
secara optimal (allocative efficiency)
• Privatisasi seluas-luasnya. Berarti meminimalkan penguasaan pemerintah
dalam asset ekonomi dan meminimalkan keterlibatan pemerintah dalam
kegiatan ekonomi, termasuk dalam pembangunan prasarana publik
• Kebijakan moneter (pengetatan kredit dan pengenaan tingkat suku bunga
yang relatif tinggi) dan fiskal (pengurangan atau penghapusan subsidi) yang
kontraktif dengan tujuan mencegah inflasi
• Penghapusan segala bentuk proteksi dan liberalisasi impor untuk
menimbulkan daya saing dan efisiensi unit-unit ekonomi domestik, sesuai
dengan ketentuan WTO
• Memperbesar dan memperlancar arus masuk investasi asing lewat fasilitas
yang lebih luas dan liberal. Ketentuan yang membatasi pemilikan asing
dihapuskan
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
20
Ranking 10 Negara Penghutang Eksternal terbesar (US$ Juta) 2005
Rank
Country Name
Amount
1
China
$281,612.0
2
Russian Federation
$229,042.0
3
Brazil
$187,994.0
4
Turkey
$171,059.0
5
Mexico
$167,228.0
6
Indonesia
$138,300.0
7
India
$123,123.0
8
Argentina
$114,335.0
9
Poland
$98,821.0
Hungary
$66,119.0
10
http://www.globalhealthfacts.org/topic.jsp?i=88
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
21
B. REJIM PERDAGANGAN GLOBAL
WTO adalah Organisasi Perdagangan Dunia, berdiri 1994, yang
mengikat secara hukum (legal binding) anggota-anggotanya untuk
menjalankan liberalisasi perdagangan dan ekonomi sebesar-besarnya
untuk kepentingan ekspansi ekonomi negara maju dan TNC.
WTO menjadi super-kuat, karena perjanjian-perjanjiannya (agreements)
punya kekuatan hukum yang kuat untuk memaksa negara
berkembang membuka pasar mereka seluas-luasnya, memaksa
Investasi asing 100%, menghapus subsidi, menswastakan pelayanan
publik, memonopoli pengetahuan; intinya
menempatkan TNC sebagai “Raja” dan
negara sebagai “pelayan”…
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
22
PRINSIP-PRINSIP DASAR ATURAN WTO:
NEO LIBERALISME
1. Perluasan akses pasar dan mekanisme pasar: pembukaan akses pasar untuk semakin terbuka seluasluasnya di suatu negara adalah dasar utama dari perdagangan bebas. Untuk itu dijalankan melalui
penghapusan atau penurunan tarif atas suatu produk hingga 0%. Demikian pula dijalankan penghapusan atas
subsidi dan dukungan negara yang menghambat bekerjanya mekanisme pasar
2. Harmonisasi Tarif: Seluruh hambatan di perbatasan harus dirubah hanya menjadi tarif. Karenanya secara
terjadual akan dihapuskan seluruh hambatan-hambatan non-tarif yang ada
3. Most Favoured Nation (MFN). Mengharuskan pemerintah memperlakukan semua negara, investasi dan
perusahaan asing secara sama dari segi hukum atau non diskriminasi. Misalnya, Negara tidak dapat
menghentikan impor daging sapi dari Eropa bila ia tetap mengimpor daging sapi dari negara lain.
3. National Treatment (NT). Mengharuskan semua negara untuk memperlakukan sama antara investor
asing dengan perusahaan domestik. Jadi pemerintah tidak boleh memberikan perlakuan beda yang lebih
menguntungkan perusahaan lokal, misalnya.
4. Penghapusan restriksi kuantitatif. Melarang penggunaan restriksi selain tarif dan bea. Negara tidak
boleh membatasi ekspor atau impor dengan menetapkan kuota untuk membatasi arus barang.
5. Liberalisasi progresif: seluruh sektor ekonomi didorong untuk melakukan liberalisasi, termasuk
autonomous liberalization (liberalisasi yang dilakukan secara sukarela).
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
23
WTO
Multilateral
Agreement on
Trade in Goods
5 Agustus 2008
General
Agreement on
Trade in
Services
(GATS)
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
Trade Related
Aspects of
Intellectual
Property Rights
(TRIPS)
24
Bidang-bidang utama yang diatur WTO
WTO
AGRICULTURE
(AOA)
SERVICES
(GATS)
IPRs
(TRIPs)
>Market Access
>Subsidy
Investment
Monopoly
All agricultural
Commodities and
Food (exclude
Fisheries)
5 Agustus 2008
-Business
-Communication
-Construction
-Distribution
-Education
-Environment
-Financial
-Health/Social
-Tourism
-Recreational,
cultural, sport
-Transport
-Other services
INVESTMENT
(TRIMS)
-Copyrights
-Trademarks
-Geographical indications
-Industrial designs
-Patents
-Layout-design of
integrated circuits
-Trade secrets
-Contractual licenses
-Protection of Plants
Varieties
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
INDUSTRY
(NAMA)
Market Access
-Textile & Clothing
-Electronics
-Fisheries& fishery products
-Footwear
-Leather& leather products
-Parts & components of vehicles
-Gems stone & pearls
-Others
25
Multilateral Agreement on Trade in Goods
GATT 1994
• GATT 1947
• Semua rektifikasi, amandemen dan modifikasi yang berlaku sebelum 1 Januari 1995
(protokol, keputusan-keputusan dari CONTRACTING PARTIES)
• Protokol-protokol aksesi (ke GATT)
• Kesepahaman (Pasal I:1b, XVII, XXIV, XXVIII, provisi BOP, waiver)
• Protokol Marrakesh → Jadual konsesi tarif
Perjanjian atas:
• Pertanian (Agreement on Agriculture – AOA)
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Tekstil dan Pakaian Jadi
TRIMS (Trade Related Investment Measures – Investasi terkait perdagangan)
Antidumping (pelaksanaan pasal VI GATT 1994)
Subsidi and Countervailing Measures (Subsidi dan Tindakan-tindakan imbalan)
PSI (Pre-Shipment Inspection – Pemeriksaan Pra-Pengapalan)
Rules of Origin (Ketentuan Asal Barang)
Safeguards (Tindakan pengamanan)
Import Licensing (Prosedur Perijinan Import)
Customs Valuation (Nilai Pabean) (pelaksanaan pasal VII GATT 1994)
TBT (Technical Barriers to Trade – Hambatan Teknis dalam Perdagangan)
SPS (Sanitary and Phytosanitary – Perlindungan kesehatan manusia, hewan dan
tumbuh-tumbuhan)
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
26
AOA di Indonesia
•
•
•
•
AOA berlaku sejak diratifikasinya WTO oleh Indonesia lewat UU no. 7 tahun 1994.
Sejak itu liberalisasi pertanian di Indonesia semakin kencang, terutama karena IMF
dan WTO, yaitu:
• Subsidi pupuk dicabut tanggal 2 Desember 1998, diikuti dengan liberalisasi
ekonomi pupuk yang sebelumnya dimonopoli PUSRI. Akibatnya biaya
produksi melonjak
• Monopoli impor beras oleh BULOG dicabut pada akhir tahun 1999;
sehingga kini siapa saja bisa mengimpor. Akibatnya impor tidak terkontrol;
• Pada masa krisis 1998, bea masuk komoditas pangan dipatok maksimum 5%.
Bahkan saat itu komoditas pangan strategis dipatok 0%, seperti beras, gula,
kedele, jagung, telur dll.
Di tahun 1998, Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia, yaitu
4,8 juta ton beras.
Di tahun 2001, total impor komoditas pangan utama Indonesia (yaitu beras, jagung,
bungkil kedele, kacang tanah, gandum) nilainya telah mencapai Rp 11,8 trilyun.
Pangan kini jadi ajang spekulasi. Salah satu bentuk mekanisme pasarnya adalah lewat
pasar bursa berjangka internasional.
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
27
General Agreement on Trade in Services (GATS)
• GATS
•
•
•
•
•
•
•
Bagian I (Ruang Lingkup dan Batasan)
Bagian II (Kewajiban Umum dan Disiplin)
Bagian III (Komitmen Spesifik) → Jadual komitmen spesifik
Bagian IV (Liberalisasi progresif)
Bagian V (Ketentuan mengenai kelembagaan)
Bagian VI (Ketentuan Penutup)
LAMPIRAN
–
–
–
–
–
–
–
–
5 Agustus 2008
Lampiran tentang Pasal II (MFN) Exemptions → Daftar dari pasal II
Lampiran tentang Movement of Natural Persons → protokol ke-3 (1995)
Lampiran tentang Jasa Angkutan Udara
Lampiran tentang Jasa Keuangan → yang kedua, protokol ke-5 (1995, 1997)
Lampiran Kedua tentang Jasa Keuangan
Lampiran tentang Negosiasi Jasa Angkutan Laut
Lampiran tentang Telekomunikasi
Lampiran tentang Negosiasi Telekomunikasi Dasar
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
28
GATS di Indonesia
• GATS berlaku sejak diratifikasinya WTO oleh Indonesia lewat UU no. 7 tahun 1994.
Sejak itu banyak dibuat peraturan yang meliberalisasikan sektor jasa-jasa publik yaitu:
– UU No. 15 tahun 1985 tentang ketenagalistrikan;
– Keppres No. 15 tahun 1987 tentang Jalan Tol;
– UU No. 3 tahun 1989 tentang Telekomunikasi;
– UU No. 13 tahun 1992 tentang Perkeretaapian;
– UU No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
– UU No. 15 tahun 1992 tentang Penerbangan
– UU No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran.
– PP No. 20 tahun 1994 tentang Pemilikan Saham asing (PMA) hingga 100%.
– UU no. 22 tahun 2001 tentang Migas
– UU no. 20 tahun 2002 tentang ketenagalistrikan
– UU no. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air
– UU no. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan
• Intinya peraturan-peraturan tersebut meliberalisasikan sektor-sektor yang bersifat
publik menjadi penguasaan swasta (privatisasi).
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
29
Trade-Related Aspects of Intellectual Property
Rights (TRIPS)
• TRIPS
– Bagian I (Ketentuan Umum dan Prinsip-prinsip Dasar)
– Bagian II (Standar mengenai Keberadaan, Lingkup dan Penggunaan HAKI)
•
•
•
•
•
•
•
•
Seksi 1: Hak Cipta dan hak-hak lain yang terkait (Copyright and related rights)
Seksi 2: Merek (Trademarks)
Seksi 3: Indikasi Geografis (geographical indication)
Seksi 4: Desain produk industri (industrial designs)
Seksi 5: Paten (patents)
Seksi 6: Layout-design (topografi) rangkaian elektronik terpadu (integrated circuits)
Seksi 7: Pelindungan terhadap informasi yang dirahasiakan (trade secrets)
Seksi 8: Pengendalian praktek-praktek persaingan curang dalam perjanjian lisensi
– Bagian III (Penegakan hukum di bidang HAKI)
– Bagian IV (Tata cara memperoleh dan mempertahankan HAKI berikut prosedur
inter-partes yang terkait)
– Bagian V (Pencegahan dan penyelesaian sengketa)
– Bagian VI (Ketentuan peralihan)
– Bagian VII (Ketentuan kelembagaan; ketentuan penutup)
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
30
TRIPs di Indonesia
• TRIPs berlaku sejak diratifikasinya WTO oleh Indonesia lewat UU
no. 7 tahun 1994. Setelah itu Indonesia mulai merubah UU HAKI
agar sesuai dengan aturan TRIPs.
• Lengkapnya ada 7 UU HAKI yang bersesuaian dengan TRIPs, yaitu:
–
–
–
–
–
–
–
UU No. 14/2000 tentang Paten,
UU No. 15/2000 tentang Merk,
UU No. 29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT),
UU No. 30/2000 tentang Rahasia Dagang,
UU No. 31/2000 tentang Desain Industri,
UU No. 32/2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu; dan
UU No. 19/2002 tentang Hak Cipta
• UU HAKI ini melindungi lebih dari 90% HAKI yang didaftarkan di
Indonesia yang dimiliki oleh korporasi multinasional. UU HAKI
mengancam dan menghukum produk-produk UMKM yang seringkali
meniru produk luar.
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
31
REJIM PERDAGANGAN BARU:
FTA (FREE TRADE AGREEMENT)
Perjanjian perdagangan (trade agreement) sebenarnya mengenai
3 hal:
1.
2.
3.
Multilateral Trade Agreements (MTAs) : WTO
Regional Trade Agreements (RTAs) : NAFTA, AFTA
Bilateral Trade Agreements (BTAs) :
• Antara 2 negara (Indonesia-Japan EPA);
• Antara sebuah blok/kawasan dengan sebuah negara
(mis. ASEAN-China FTA);
• Antara 2 blok/kawasan (mis. ASEAN - EU FTA potensial).
Istilah FTA biasanya mengacu pada 2 dan 3 saja (RTA dan BTA)
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
32
F T A adalah WTO Plus, yaitu :
• AOA Plus
• GATS Plus
• TRIPs Plus
• NAMA Plus
• Investment
• Government Procurement
• Competition Policy
• Trade Facilitation
• Security and militarism
• Etc, etc …
Dan WTO Minus …
• Minus S&D
• Minus Less than full reciprocity
• Minus Fleksibilitas
• Minus kategori LDCs, dll
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
33
FTA: The Noodle Bowl
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
34
Regionalisme Baru*
• Sekarang berkembang yang namanya “New Regionalism” atau new FTA yang
isinya melebihi komitmen di WTO (WTO-plus). Dua ciri penting
regionalisme baru ini:
(1) Jauh lebih mendalam dalam hal cakupannya, baik dalam hal isu-isu
yang dinaunginya maupun derajad integrasi keterlibatan anggotanya yang
disebut sebagai “behind the border issues” dan bukan sekedar menjalankan
pemotongan tarif;
(2) Juga bisa tidak dibatasi dalam kawasan terdekat saja.
• Di dalamnya termasuk: dilindunginya investasi dan liberalisasi, harmonisasi
dan penerapan timbal balik atas standard dan sertifikasi, perlindungan rejim
HAKI, dibukanya pasar belanja pemerintah, penyelarasan dan harmonisasi
prosedur kepabeanan, dan pengembangan prosedur sengketa (dispute settlement
procedures). Bahkan untuk kasus US-Singapore FTA dimasukkan juga isu nonperdagangan semacam liberalisasi neraca berjalan (capital account)
* This explanation refer to paper by Ramkishen S. Rajan, “Trade Liberalization and The New Regionalism in The Asia Pacific: Taking Stock of Recent Ongoings, paper
February 2003, School of Economics, University of Adelaide, Australia
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
35
Dampak Liberalisasi Perdagangan untuk negara-negara
Asia Timur/Tenggara
• Hilangnya ruang pengambilan kebijakan (The loss of policy
space) – pemerintah lama kelamaan tidak lagi dapat
menentukan kebijakan yang tepat sesuai kebutuhan
masyarakatnya;
• Negara-negara tersebut tidak lagi dapat menikmati
pendapatan dari pemberlakuan tarif;
• Banyak negara ini mengalami proses de-industrialisasi –
dimana banyak sektor industri yang mati atau gulung tikar
(mis. tekstil, alas kaki, elektronik, dll.);
• Semakin meluasnya kemiskinan, kelaparan dan
pengangguran;
• Kerusakan lingkungan meluas.
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
36
C. Rejim Investasi Global
• Investasi asal mulanya adalah kegiatan yang terkait
dengan perdagangan dalam rejim kolonial.
• Dimulai dengan ‘investasi kolonial’, yaitu (1) investasi
lama untuk eksploitasi sumberdaya alam dan
pertanian; (2) investasi baru untuk menguasai pasar
lokal serta penguasaan bahan baku dan buruh murah
agar kompetitif di pasar internasional
• Aturan-aturan investasi dengan begitu lebih mengenai
rejim perdagangan, bukan mengenai hubungan yang
kompleks antara investor dengan negara penerima
investasi. Ini adalah konsep yang sempit tentang
investasi
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
37
INVESTASI DAN PERDAGANGAN
• Aturan investasi internasional selalu terkait dengan isu
non-diskriminasi di dalam perdagangan; sebagaimana
yang ada dalam prinsip GATT/WTO (General Agreement
on Tariff and Trade/ World Trade Organisation), yaitu
national treatment, most favoured nation, market access,
transparancy dll.
• Rejim investasi hingga kini diatur atau merupakan
bagian dari perjanjian-perjanjian perdagangan:
– Bilateral (BITs, TIFA, EPA, BFTA),
– Regional (NAFTA, Uni-Eropa, Mercosur, ASEAN, Energy
Charter Treaty-OECD);
– Multilateral (MAI yang gagal, GATS dan TRIMS dalam sistem
WTO).
– Penanganannya banyak dilakukan oleh UNCTAD, OECD dan
kelompok Bank Dunia.
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
38
Bilateral Investment Treaties (BIT)
• Sejak 1950an hingga kini, telah ada sekitar 2.200 BITs di dunia (data
dari UNCTAD, World Investment Report 2003)
• Ciri-ciri utama BIT:
– Jaminan akan hak-hak investor asing akan repatriasi keuntungan
dan dana-dana terkait investasi lainnya;
– Hak atas perlakuan ‘most-favoured nation’ (MFN) – perlakuan
yang sama antara satu negara dengan negara lainnya;
– Hak atas perlakuan ‘national treatment’ (NT) – perlakuan yang
sama dengan pelaku usaha dalam negeri;
– Hak atas kompensasi bila terjadi nasionalisasi, penyitaan atau
bentuk-bentuk pengambil-alihan lainnya;
– Jaminan atas perlakuan standard minimum internasional;
– Adanya sistem penyelesaian sengketa berdasar negara-ke-negara
atau investor-ke-negara
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
39
Summary of U.S. Bilateral Investment Treaty (BIT)
dari website http://www.ustr.gov/Trade_Agreements/BIT/Summary_of_US_Bilateral_Investment_Treaty_(BIT)_Program.html
The U.S. bilateral investment treaty (BIT) program helps protect private investment, develop market-oriented policies in partner
countries, and promote U.S. exports.
The BIT program's basic aims are to:
Protect investment abroad in countries where investor rights are not already protected through existing agreements (such as modern
treaties of friendship, commerce, and navigation, or free trade agreements);
Encourage the adoption of market-oriented domestic policies that treat private investment in an open, transparent, and nondiscriminatory way; and
Support the development of international law standards consistent with these objectives.
U.S. BITs provide investments with six core benefits:
First, U.S. BITs require that investors and their “covered investments” (that is, investments of a national or company of one BIT party
in the territory of the other party) be treated as favorably as the host party treats its own investors and their investments or
investors and investments from any third country. The BIT generally affords the better of national treatment or most-favorednation treatment for the full life-cycle of investment – from establishment or acquisition, through management, operation, and
expansion, to disposition.
Second, BITs establish clear limits on the expropriation of investments and provide for payment of prompt, adequate, and
effective compensation when expropriation takes place.
Third, BITs provide for the transferability of investment-related funds into and out of a host country without delay and using a
market rate of exchange.
Fourth, BITs restrict the imposition of performance requirements, such as local content targets or export quotas, as a condition for
the establishment, acquisition, expansion, management, conduct, or operation of an investment.
Fifth, BITs give covered investments the right to engage the top managerial personnel of their choice, regardless of nationality.
Sixth, BITs give investors from each party the right to submit an investment dispute with the government of the other party to
international arbitration. There is no requirement to use that country's domestic courts.
The United States negotiates BITs on the basis of a model text. For further information on the BIT program, contact the bilateral
investment treaty coordinators at 202-736-4906 (Department of State) or 202-395-9679 (Office of the U.S. Trade Representative).
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
40
Multilateral Agreement on Investment
Draft, Distributed January 13, 1997 (Beberapa pasal utama)
NATIONAL TREATMENT AND MOST FAVOURED NATION TREATMENT
•
1.1. Each Contracting Party shall accord to investors of another Contracting Party and to their investments, treatment no less favourable than the treatment
it accords [in like circumstances] to its own investors and their investments with respect to the establishment, acquisition, expansion, operation,
management, maintenance; use, enjoyment and sale or other disposition of investments.
•
1.2. Each Contracting Party shall accord to investors of another Contracting Party and to their investments, treatment no less favourable than the treatment
it accords [in like circumstances] to investors of any other Contracting Party or of a non-Contracting Party, and to the investments of investors of any other
Contracting Party or of a non-Contracting Party, with respect to the establishment, acquisition, expansion, operation, management, maintenance, use,
enjoyment, and sale or other disposition of investments.
EXPROPRIATION AND COMPENSATION
•
2.1. A Contracting Party shall not expropriate or nationalise directly or indirectly an investment in its territory of an investor of another Contracting Party or
take any measure or measures having equivalent effect (hereinafter referred to as "expropriation") except:
•
a) for a purpose which is in the public interest, b) on a non-discriminatory basis, c) in accordance with due process of law, and d) accompanied by payment
of prompt, adequate and effective compensation in accordance with Articles 2.2 to 2.5 below.
•
2.2. Compensation shall be paid without delay.
•
2.3. Compensation shall be equivalent to the fair market value of the expropriated investment immediately before the expropriation occurred. The fair
market value shall not reflect any change in value occurring because the expropriation had become publicly known earlier.
•
2.4. Compensation shall be fully realisable and freely transferable.
•
2.5. [Compensation shall include interest at a commercial rate established on a market basis for the currency of payment from the date of expropriation until
the date of actual payment.]2
TRANSFERS
•
4.1. Each Contracting Party shall ensure that all payments relating to an investment in its territory of an investor of another Contracting Party may be freely
transferred into and out of its territory without delay. Such transfers shall include, in particular, though not exclusively:
•
a) the initial capital and additional amounts to maintain or increase an investment;
•
b) returns3;
•
c) payments made under a contract including a loan agreement;
•
d) proceeds from the sale or liquidation of all or any part of an investment;
•
e) payments of compensation under Articles 2 and 3;
•
f) payments arising out of the settlement of a dispute;
•
g) earnings and other remuneration of personnel engaged from abroad in connection with an investment.
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
41
Substansi UU PM (1)
Pasal 1
(8) Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan
hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
Pasal 2
Ketentuan dalam Undang-Undang ini berlaku bagi penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia.
Pasal 12
(1) Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha
yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.
Pasal 3
(1) Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas: … (d) perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal
negara;
Pasal 4
(2) Dalam menetapkan kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah: memberi perlakuan yang sama
bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;
Pasal 6
(1) Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara mana pun
yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
42
Substansi UU PM (2)
Pasal 7
(1) Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan penanam modal, kecuali
dengan undang-undang.
(2) Dalam hal Pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemerintah akan memberikan kompensasi yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan harga pasar.
(3) Jika di antara kedua belah pihak tidak tercapai kesepakatan tentang kompensasi atau ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), penyelesaiannya dilakukan melalui jalur arbitrase.
Pasal 8
(1)
Penanam modal dapat mengalihkan aset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkan oleh penanam modal sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)
Aset yang tidak termasuk aset sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan aset yang ditetapkan oleh undang-undang
sebagai aset yang dikuasai oleh negara.
(3) Penanam modal diberikan hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam Valuta asing, antara lain terhadap: .....
Pasal 22
(1)
Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan
dan diperpanjang di muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal, berupa:
a.
Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan
diperpanjang di muka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun;
b.
Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan
diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; dan
c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka
sekaligus selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua puluh lima) tahun.
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
43
Substansi UU PM (3)
Pasal 32
(4)
Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam
modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase
internasional yang harus disepakati oleh para pihak.
Pasal 33
(3)
Dalam hal penanam modal yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan perjanjian atau
kontrak kerja sama dengan Pemerintah melakukan kejahatan korporasi berupa tindak pidana
perpajakan, penggelembungan biaya pemulihan, dan bentuk penggelembungan biaya
lainnya untuk memperkecil keuntungan yang mengakibatkan kerugian negara berdasarkan temuan
atau pemeriksaan oleh pihak pejabat yang berwenang dan telah mendapat putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap, Pemerintah mengakhiri perjanjian atau kontrak kerja sama dengan
penanam modal yang bersangkutan.
Dengan UU PM yang baru ini, maka Indonesia secara unilateral,
sukarela dan tanpa diminta atau dipaksa, telah menyerahkan
kedaulatannya dalam hal pengaturan investasi kepada rejim
investasi global yang pendekatannya adalah pada HAK-HAK
INVESTOR ASING, bukan pada HAK-HAK NEGARA.
UU PM telah melanggar amanat dasar konstitusi dan menjual
negara pada kepentingan asing/korporasi transnasional
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
44
ANALISIS DAN KESIMPULAN
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
45
Analisis dan Kesimpulan
• Perjanjian-perjanjian internasional merupakan alat utama bagi kembalinya dominasi
negara-negara maju, yang sudah dimulai semenjak dimulainya kemerdekaan politik
(dekolonisasi) negeri-negeri bekas jajahan. Proses ini dapat dinamakan sebagai rekolonisasi atas ekonomi negara-negara miskin dan berkembang.
• Globalisasi modal mengambil bentuk dalam tiga rejim utama: (1) rejim keuangan
global; (2) rejim perdagangan global; dan (3) rejim investasi global.
• Krisis global saat ini adalah bagian dari dinamika rejim-rejim global tersebut, yang
inheren dalam sistem kapitalisme global. Over-produksi, over-konsumsi dan
distribusi yang semakin tidak adil, akan terus melahirkan krisis demi krisis. Sampai
kini krisis selalu dianggap lumrah dalam kapitalisme, meskipun memakan banyak
korban
• Bentuk akhir pengorganisasian kapitalisme global saat ini adalah Free Trade
Agreement, baik lewat mekanisme multilateral, bilateral dan regional. Karenanya
semua hubungan internasional sekarang dikaitkan dengan pembangunan rejim FTA.
• Tujuannya adalah diubahnya rejim nasional (kebijakan, hukum dan perundangundangan) agar menjadi subordinasi saja dari pusat-pusat modal dari pemerintah
negara-negara maju dan korporasi multi-nasional.
• Dengan diubahnya aturan dan kebijakan secara permanen, maka “re-kolonialisme”
akan terjamin tanpa adanya perlawanan berarti. Rekolonialisme sudah masuk ke
dalam sistem hukum, peraturan dan kebijakan negara-negara tersebut. Cepat atau
lambat, tapi pasti. ***
5 Agustus 2008
Bonnie Setiawan, Tirani Modal, 2008
46
Download