Yesus Kristus dan Qur`an [163] - Jemaat

advertisement
Jemaat-jemaat Allah Al Maséhi
[163]
Yesus Kristus dan Qur’an
[163]
(Edisi 3 19960511-20040810)
Kekristenan, Yudaisme dan Islam mempunyai sumber yang sama dalam Abraham. Para ahli
teologi yang besar (mis. Calvin, Harnack, Brunner) sepakat bahwa teisme rasional, Yudaisme,
Alkitab, dan Islam adalah Unitarian. Secara teoritis, semua agama tersebut seharusnya dapat
sepakat mengenai Allah yang mereka sembah, dan bekerjasama kearah mencapai kekeluargaan
dunia yang bersatu. Mengapa tidak demikian? Karya ini menelaah persamaan dan perbedaan
dalam hal sejarah dan dasar kepercayaan. Karya ini menganalisa Tuhan di dalam Alkitab dan
Qur’an, nama-nama Tuhan, perkembangan historis, konsep dan rincian mengenai Mesias,
kepercayaan mengenai Kerajaan Seribu Tahun dan kebangkitan orang mati. Banyak warga Kristen
yang akan terkejut dengan ajaran Muhammad di dalam Qur’an mengenai Yesus Kristus yang ada
dalam Alkitab.
Christian Churches of God
PO Box 369, WODEN ACT 2606, AUSTRALIA
E-mail: [email protected]
(Hakcipta  1996, 1997, 1999, 2004 Wade Cox)
(tr. 2003/04)
Karya tulis ini boleh disalin semula dan didistribusikan secara bebas dengan syarat ia disalin semuanya
tanpa apa-apa perubahan atau penghapusan kata. Nama dan alamat penerbit serta notis hakcipta harus
disertakan.
Sebarang bayaran tidak boleh dikenakan ke atas penerima-penerima salinan yang
didistribusikan. Petikan-petikan ringkas daripadanya boleh dimasukkan ke dalam artikel-artikel kritis dan
karya ulasan tanpa melanggar undang-undang hakcipta.
Karya ini boleh didapati daripada Internet di:
http://www.logon.org dan http://www.ccg.org
Yesus Kristus dan Qur’an[163]
Mukasurat 2
Yesus Kristus dan Qur’an [163]
Pendahuluan
Dua agama besar di dunia, Kristen dan Islam,
pada saat ini saling bertentangan dan berada
di ambang peperangan. Di permukaan, kedua
agama berkaitan dengan Abraham dan
keturunannya sebagai inti pokok dari seluruh
keluarga dunia. Secara teoritis, Islam (yang
berarti menyerah) menyembah Tuhan yang
sama seperti yang ditemukan dalam halamanhalaman Alkitab. Kita mengetahui hal ini
dari penelaahan terhadap Alkitab dan Qur’an.
Para ahli teologia utama (seperti Kalvin,
Harnack dan Brunner) sepakat bahwa teisme
rasional, Yudaisme, Alkitab dan Islam adalah
Unitarian.
Kesemua
agama
tersebut
seharusnya dapat mencapai kesepakatan
mengenai Tuhan yang mereka sembah.
Demikian pula, seharusnya kita dapat
menemukan sejumlah persamaan di dalam
kitab suci masing-masing.
Lalu mengapa mereka saling bertentangan
hingga taraf, di Mesir contohnya, setelah
selama lebih-kurang 1.545 tahun sejak dewan
Chalcedon, Gereja Koptik Mesir sekarang ini
dianiaya oleh Islam Fundamentalis di negri
yang telah mengupayakan hubungan dengan
Roma, darimana mereka telah memutuskan
hubungan sejak Dewan tersebut (tahun 451).
Alasan inilah, yaitu Dewan (yang berciri
Trinitarian),
yang menjadi
penyebab
berkembangnya Islam. Mengapa setelah
lebih-kurang
empatbelas
abad
hidup
berdampingan secara damai hal ini harus
terjadi? Apakah Muhammad, berdasarkan
bukti-bukti dari Qur’an, mendukung hal ini?
Apakah ajaran Qur’an mengenai Yesus
Kristus dan apakah Islam masih sama dengan
Islam yang pertama kali ada? Tugas kita
adalah untuk mengkaji apa yang diajarkan
Qur’an meengenai Yesus Kristus dan melihat
kepada pegangan moden mengenai Islam dan
Kekristenan.
Tuhan di dalam Alkitab dan Qur’an
Pernyataan bahwa konsep Islam mengenai
Tuhan berbeda dengan konsep Kristen,
sekalipun terdapat persamaan superfisial,
muncul dari pertimbangan terhadap struktur
teologis dari kedua sistem tersebut, yang
telah diubah daripada yang asal. Dalam
pengertian Kristen, konsep Ketuhanan telah
diubah
oleh
pengaruh
agama-agama
misterius melalui adopsi sinkretis bersama
dengan model tritunggal atau trinitarian.
Islam, di sisi lain, dipengaruhi oleh
perkembangan metafisik dari Monisme India
yang muncul belakangan sebagai perluasan
dari teologi Aria. Akan tetapi, konsep asli
dari Alkitab maupun Qur’an, adalah konsep
yang dipegang Abraham mengenai Tuhan
dan
bangsa-bansa
yang
merupakan
keturunannya memegang pemahaman yang
sama. Ini mencakup baik Israel, Yudea,
bangsa-bangsa Arab maupun anak-anak
Keturah.
Bagi semua keturunan Abraham, Tuhan
adalah roh dan kuasa yang memanifestasikan
diriNya pada umatNya dan mempunyai
rencana dan maksud yang jelas bagi semua
ciptaan di bawah kepemimpinanNya.
Penantian terhadap seorang Raja, Tuhan atau
Mesias telah begitu nyata sejak Abraham dan
dipegang oleh kelompok-kelompok sukubangsa yang adalah keturunannya. Bangsa
Arab adalah keturunan dari Ismail hingga
keduabelas raja (Kejadian 17:20) (dengan
demikian merupakan kesejajaran Israel dan
juga memberikan duabelas lagi bahagian
untuk keduabelas suku Israel). Tradisi
mereka, sampai pada dan melalui
Muhammad, diberikan kepada seluruh umat
Islam. Dari Ishak, tradisi diturunkan kepada
bangsa Israel, dan selanjutnya ke dua
kerajaan, Israel dan Yudea.
Sekte-sekte Yahudi mengharapkan Mesias di
abad pertama dan Anak-anak Zadok (yang
dinyatakan dengan tidak pasti sebagai suku
Essene) menyatakan bahwa akan ada dua
Yesus Kristus dan Qur’an [163]
Mesias, Mesias dari Harun dan Mesias Raja
dari Israel dan bahwa kedua Mesias ini
adalah sebenarnya satu Mesias (lihat G.
Vermes, The Dead Sea Scrolls, versi bahasa
Inggris, mengenai: Pemerintahan Damascus
VII dan fragmen dari kasus IV). Dengan
demikian pengharapan yang dipegang adalah
bahwa Mesias akan datang sebanyak dua
kali. Setelah kematian Kristus, para rasul,
ketujuhpuluh murid dan murid-murid
mereka, menyebarkan Injil ke suku-suku
terhilang dan dengan demikian tradisi
Kristeen disebarkan ke Eropa, Mesir, Asia
dan India. Dengan demikian Kekristenan
telah tersebar dari Yudaisme dan meluaskan
berita keselamatan ke bangsa-bangsa Kafir
yang pada saat itu dikenal sebagai nonYahudi.
Yesus Kristus sebagai Mesias
Sang Mesias atau Ia Yang Diurapi dalam
Perjanjian Lama digenapi dalam kelahiran
Yahoshua atau Yesus melalui Maria atau
Maryam dari Nasaret. Silsilah Yesus Kristus
(lihat karya tulis Silsilah Yesus Kristus
[119]) dalam Perjanjian Baru di Kitab Lukas
dimengerti oleh para rabbi Yudaisme
sebagaimana juga oleh Heli, ayah Maria atau
Maryam.
Istilah Kristus dalam bahasa Yunani berarti
Yang Diurapi. Kata ini mempunyai arti yang
sama dengan kata Mesias, yaitu Yang
Diurapi dalam bahasa Ibrani. Dengan
demikian, Kristus dan Mesias mempunyai
arti yang sama. Kata Arab untuk terminologi
ini dalam Qur’an mempunyai arti yang sama
yaitu Yang Diurapi atau Mesias Tuhan. Nabi
Muhammad menyebut Yesus Kristus sebagai
Mesias dalam berbagai bagian Qur’an dan
terutama dalam kutukannya terhadap
ketahyulan baru mengenai Trinitas dalam
Surah 4 Wanita 171 dimana ia juga menyebut
Yesus sebagai Firman; dan dalam Surah
4:172. Surah 86, Al Tariq (Bintang Fajar –
sebagaimana diterjemahkan oleh Pickthall)
disajikan untuk menjelaskan pentingnya
kematian Yesus Kristus, sang Bintang Fajar,
yang dengan itu memberikan pembaharuan
kepada semua orang atau dilahirkan kembali
melalui kematiannya, ditandai dengan
Mukasurat 3
pencurahan darah dan air dari luka di
lambungnya.
Arti kuno yang asli lainnya dari Al Tariq
adalah Ia yang datang di waktu malam dan Ia
yang
meengetuk
pintu.
Pentingnya
pernyataan Yesus Kristus di gereja Sardis
dan tentang jaman dan tentang Gereja-gereja
(Jemaat) secara umum dalam Wahyu 3:3 dan
Wahyu 16:15 dan pernyataan pada Gereja
(Jemaat) Laodikia dalam Wahyu 3:20 dengan
demikian menjadi lebih jelas. Ia menyatakan
kepada Gereja (Jemaat) di Laodikia, dan
terhadap jaman, bahwa Ia datang sebagai
Mesias. Ia menyatakan bahwa ia adalah Al
Tariq, sang Bintang Fajar, atau Mesias Raja.
Ia juga menyatakan bahwa Gereja-gereja
(Jemaat-jemaat), terutama di Sardis dan
Laodikia, tidak mengharap kepadanya
sewaktu dia datang. Dengan demikian itu
berarti kedua era gereja ini akan
diperpanjangkan sewaktu kedatangannya.
Arti penting dari Surah AL Tariq ini terabai
sepenuhnya pada zaman Islam moden.
Yesus, sang Firman, Imam Besar dalam
tatanan Melkisedek adalah sang Bintang
Fajar dari planet bumi. Sungguh disayangkan
bahwa di dalam bahasa Inggris beberapa
pemahaman yang lebih mendalam mengenai
nama tersebut terhilang dan memerlukan
penjelasan tersendiri. Hal ini dapat dilihat
dari Ayub 1:6; 2:1 dan 38:4-7 bahwa ada
Bintang Fajar dan Putra-putra Allah yang
hadir pada saat penciptaan dunia dan bahwa
Putra-putra Allah tersebut, yang termasuk
Iblis, mempunyai hak menghampiri Tahta
Allah
secara
terus-menerus.
Kristus
menyatakan secara samar-samar siapa
diriNya di dalam Injil, namun makna
sepenuhnya
mengenai
perkara
yang
diperkatakannya tidak dipahami. Nama
Bintang Fajar di dalam bahasa asli Ibrani
dan Arab mempunyai arti yang sama dengan
Ia yang datang di waktu malam dan Ia yang
mengetuk pintu. Ini terkandung dalam istilah
Arab Al Tariq dan dipahami oleh bangsa
Arab.
Qur’an
menunjukkan
sebuah
pemahaman yang jelas dan pasti mengenai
siapakah Sang Bintang Fajar itu. Mari kita
telaah Surah 86 Al Tariq (atau sang Bintang
Fajar):
Mukasurat 4
Dinyatakan di Mekkah:
1
"Dalam nama Allah, yang maha Pengasih dan
Penyayang.
2
Dalam nama surga dan Bintang Fajar.
3
Ah, apa yang akan menjelaskan padamu apakah
Bintang Fajar itu!
4
Bintang yang menembus!
5
Tak ada jiwa manusia yang dapat menjagainya.
6
Maka biarlah manusia memikirkan dari apa ia
diciptakan.
7
Ia diciptakan dari cairan yang tercurah
8
Yang keluar dari lambung.
9
Lihat! Ia mampu mengembalikan Dia (hidup
kembali)
10
Pada hari dimana pikiran yang tersembunyi
akan dibukakan
11
Maka Ia tak’kan lagi mempunyai kuasa ataupun
pertolongan
12
Demi langit yang memberikan hujan,
13
Dan bumi yang terbelah (dengan tumbuhnya
pohon dan tanaman)
14
Lihat! ini (quran) adalah perkataan yang akhir,
15
Bukan perkataan yang menyenangkan belaka.
16
Lihat! mereka membuat persekongkolah
(terhadap engkau, Oh Muhammad)
17
Dan Aku membuat rencana (terhadap mereka)
18
Maka berikan penundaan bagi mereka yang
tidak percaya.
19
Perlakukan mereka dengan lembut untuk
sementara waktu."
Terjemahan Pickthall
Perhatikan ayat 6 dan 7 yang dengan jelas
menyatakan bahwa kita diciptakan. Ini
merupakan keterkaitan dengan bagian dari
penyaliban sang Bintang Fajar ketika Yesus
Kristus ditusuk dengan tombak dan
dinyatakan mati. Dengan kata lain, pada titik
inilah dalam kematian Yesus, sang Bintang
Fajar, manusia sebenarnya diciptakan. Tetapi
karena manusia diciptakan dari Adam, apa
yang sebenarnya dimaksud Muhammad? Ia
menyatakan bahwa dimulai pada saat itu
manusia diciptakan kembali atau dilahirkan
kembali di dalam sang Mesias, Yesus putra
Maryam (Maria), sebagaimana ia biasa
memanggilnya. Muhammad dengan jelas
memaksudkan kebangkitan dari kematian
dalam ayat 8 yang dinyatakan disini dalam
Bintang Fajar. Beberapa warga Islam
berusaha untuk menyatakan bahwa cairan
yang tercurah adalah air mani. Akan tetapi,
secara anatomis ini tidak masuk akal.
Ada yang menyatakan bahwa Surah 4:157
menyangkal
penyaliban.
Demikianlah
Profesor A.H. Johns memegang keyakinan
itu melalui kata-katanya:
Yesus Kristus dan Qur’an[163]
Mereka (Umat Yahudi) mengatakan, ‘Kami
membunuh Kristus, Yesus putra Maria, Utusan
Tuhan.’ Mereka tidaklah membunuhNya dan
mereka tidak menyalibkan Dia, tetapi nampak
pada mereka seolah-olah demikian (seolah-olah
mereka memang melakukannya). (A H Johns The
Koran Pt. II, Bulletin of Christian Affairs, No.
113, July 1981, p. 12)
Tidaklah sesuai bila dinyatakan bahwa
Muhammad menyangkal hal itu dilakukan
atau bahwa kematian secara fisik memang
terjadi. Orang Yahudi mendakwa bahawa
mereka telah membunuh Kristus dan dia
tidak dibangkitkan. Mererka mendakwa
bahawa pada masa itu dia mati dan tetap
mati. Dari kata-kata jelas teks dalam Al Tariq
nampak
kebalikannya.
Adalah
sama
mungkinnya bahwa ia sebenarnya menolak
pernyataan
kaum
Yahudi
mengenai
kebangkitan. Penambahan di dalam tanda
kurung bukanlah tulisan asli. Jika pengartian
Profesor Johns benar, maka Muhammad
tidak pantas menjadi nabi karena ia
menentang Hukum Tuhan dan kesaksian
(Yesaya 8:20). Oleh karena itu, seharusnya
ada arti lain dari tulisan itu.
(Karena kata-kata tersebut merupakan bagian
dari pewahyuan dalam tradisi keislaman,
terkadang gaya perseorangan penulis Alkitab
menjadi masalah bagi umat Islam. Konsep
mengenai inspirasi dan ketepatan dari Roh
Kudus telah dikurangi dengan perubahan
sinkretis dan mengalir dari hukum alkitabiah
dan pengajaran dari doktrin Atanasia dan
secara umum adalah penyebab dari
pandangan ini. Lihat juga Johns, dalam karya
tersebut di atas, halaman 19 untuk komentar
mengenai perilaku Muslim dan berbagai
bentuk narasi Alkitab dan bentuk oral
Qur’an).
Muhammad membuat pernyataan dalam
Surah 5 Meja yang Dibentangkan 18:
Mereka yang menyatakan bahwa Allah adalah
Kristus putra Maryam adalah orang kafir.
Nyatakan siapa yang mempunyai kuasa
menentang Allah, bahka jika ia bermaksud untuk
melenyapkan Kristus putra Maryam, ibunya dan
setiap orang di muka bumi.
Kaum Trinitarian berpendirian bahwa Yesus
Kristus adalah Tuhan. Tetapi secara jelas,
Yesus Kristus di dalam tubuh manusia
bukanlah
Tuhan.
Malahan,
Alkitab
Yesus Kristus dan Qur’an [163]
menyatakan bahawa hanya ada seorang Allah
yang benar yang telah mengutus Yesus
Kristus. Pengetahuan ini adalah kritikal
untuk hidup kekal (Yohanes 17:3). Konsep
bahwa Kristus adalah buah pertama
diabaikan dan konsep trinitarian pada jaman
para nabi merusak konsep ketunggalan
spiritual Allah. Lebih-lebih lagi, nama Allah
diambil dari Eloah dan dengan berkesannya
bermakna Kuasa itu. Kristus bukanlah Eloah
dan hal ini didukung oleh Alkitab (lihat
rangkaian karya tulis mengenai Ketuhanan,
terutama Keillahian Yesus Kristus [147] dan
Pra-Eksistensi Yesus Kristus [243]). Nama
untuk Tuhan di dalam bahasa Latin dan
Yunani (dan juga dalam bahasa Inggris) tidak
mengandung arti yang serumit arti dalam
bahasa Ibrani dan Kasdim atau Aram dan
Arab.
Dari Surah Al Tariq, umat Kristen dapat
memahami apa yang dimaksud ketika Kristus
menyatakan bahwa ia adalah pintu (atau,
gerbang) dalam Yohanes 10:7. Selanjutnya
dalam Matius 7:7 dan Lukas 11:10, pintu
telah dibukakan bagi siapa saja yang
mengetuk, dan dalam Wahyu 3:20, Lihat Aku
berdiri di muka pintu dan mengetuk.
Kesemua tulisan tersebut merupakan
referensi yang diambil dari dan menandakan
nama dan status Kristus sebagai sang Bintang
Fajar, maksud dari pelayananNya dan bahwa
ia adalah sang Mesias.
Baik dalam Al Tariq maupun Lembu,
Muhammad menyatakan bahwa tidak akan
ada penolong atau perantara. Ia tidaklah
menyangkal
kuasa
Kristus
dalam
penghakiman manusia, tetapi praktik yang
semakin berkembang dalam perantaraan
melalui manusia, atau melalui Bunda Maria,
para malaikat ataupun para orang suci yang
telah mati. Contoh lebih jauh adalah dalam
Perjalanan Malam pasal 17 ayat 56-57 yang
menyatakan,
Jika kamu mau berdoalah kepada siapapun yang
kau anggap allah selain Dia. Mereka tak dapat
mengangkat bebanmu, ataupun mengubahnya.
Mereka sendiri, kepada siapa mereka berdoa,
berusaha untuk mendekat pada Allah mereka,
saling berlomba untuk mendekat padaNya.
Konsep alkitabiahpun demikian, yaitu bahwa
doa harus diucapkan kepada Tuhan saja
Mukasurat 5
(dalam nama Yesus), dan bukan kepada yang
lain.
Pada jaman para nabi tradisi-tradisi berikut
ini telah dipeluk:

Menyangkal Sabat melalui Dewan
Elvira (tahun 300 Masehi) dan
dengan Titah Konstantin tahun 321
Masehi.

Doktrin Trinitas dan kebangkitan di
hari Minggu, yang kemudian disebut
hari Tuhan, ditetapkan oleh Dewan di
Nicea tahun 325 Masehi. Kepatuhan
diperoleh Konstantin dengan cara
datang dengan kawalan pasukan
Romawi dan menangkap Theonas
dari Marmarica, Secundas dari
Ptolemais (dan banyak uskup yang
lain). Para uskup ini bersama dengan
Arius diasingkan ke Illyricum sampai
tahun 327/328 Masehi, saat mereka
dipanggil kembali dan dipulihkan
kedudukannya.

Penghapusan kebaktian di hari Sabat
oleh Dewan Laodikia di tahun 366
Masehi.

Penghormatan kepada para malaikat
dan orang suci yang telah mati
(santa/santo – tahun 375 Masehi)

Penyembahan pada santo dan patung
berhala di Dewan Konstantinopel
tahun 381 Masehi. Kedua elemen dari
Trinitas dirumuskan dalam dewan ini
dan kekuasaan diberikan kepada faksi
Atanasia.

Penyembahan pada Maryam (Maria),
atau (Mariolatry) dan penggunaan
gelar Bunda Allah diperkenalkan
dalam Dewan Efesus di tahun 431
Masehi.

Trinitas akhirnya dirumuskan dengan
Roh Kudus sebagai elemen ke tiga
dalam Dewan Chalcedon (tahun 451
Masehi).

Doktrin mengenai Purgatory (tempat
penantian sementara sebelum masuk
surga atau neraka) ditetapkan oleh
Yesus Kristus dan Qur’an[163]
Mukasurat 6
Paus Gregory Agung pada tahun 593
Masehi.
Kristus sebagai Anak Allah
Teks-teks dari Quran yang diambil
berasingan memang nampaknya menafikan
hakikat Kristus sebagai Anak Allah. Seperti
Alkitab, Quran harus difahami mengikut
konteks dan tidak boleh dibaca secara
berasingan.
Trinitas
telah
dibina
atas
dusta
Binitarianisme yang diperkenalkan di Nicea
pada tahun 325 TM. Konsep Keduaan
Kristus dan Tuhan terbit dari kesalahan ini.
Nabi (yang lebih salah lagi dipanggil
Muhammad) dihadapkan dengan keperluan
untuk terus menyangkal kesalahan ini kerana
sebaran ajaran palsu itu. Mari kita periksa
teks-teksnya.
Perempuan
1. [4.171] Wahai Ahli kitab (Yahudi dan Nasrani)!
Janganlah kamu melampaui batas dalam perkara
agama kamu dan janganlah kamu mengatakan sesuatu
terhadap Allah melainkan yang benar; sesungguhnya
Al Masih Isa Ibni Mariam itu hanya seorang pesuruh
Allah dan Kalimah Allah yang telah disampaikanNya
kepada Mariam dan (dia juga tiupan) roh
daripadaNya. Maka berimanlah kamu kepada Allah
dan Rasul-rasulNya dan janganlah kamu mengatakan:
(Tuhan itu) tiga. Berhentilah (daripada mengatakan
yang demikian), supaya menjadi kebaikan bagi kamu.
Hanyasanya Allah ialah Tuhan Yang Maha Esa, Maha
Suci Allah daripada mempunyai anak. Bagi Allah
jualah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi
dan cukuplah Allah menjadi Pengawal (Yang
Mentadbirkan sekalian makhlukNya).
Di sini kita ada, apa yang bermula sebagai
satu hujah sah yang melawan doktrin
Trinitas.
Kemudian
ia
menyatakan
“Hanyasanya Allah ialah Tuhan Yang Maha
Esa, Maha Suci Allah daripada mempunyai
anak,” dan kerana itu kita tertinggal dengan
hujah bahawa dia menafikan keanakan
Tuhan. Bagaimanapun, seperti yang akan kita
lihat Quran tidak menafikan bahawa Tuhan
telah meletakkan Kristus di dalam rahim
Mariam melalui Titah Ilahi. Maka Hadis
memberi gambaran salah tentang apa yang
dinyatakan Quran di sini.
Sekali lagi kita lihat tiga teks ini dalam
“Mariam”
[19.88] Dan mereka yang kafir berkata: (Allah) ArRahman, mempunyai anak.
[19.91] Kerana mereka ada mengatakan: (Allah) ArRahman mempunyai anak.
[19.92] Padahal tiadalah layak bagi (Allah) ArRahman, bahawa Dia mempunyai anak.
Jadi nampaknya kita berhadapan sekali lagi
dengan penafian yang sama, dan satu
penafian seluruh prinsip Bapa yang
mempunyai anak-anak.
Para Nabi
1. [21.26] Dan mereka (yang musyrik) berkata: (Allah)
Ar-Rahman mempunyai anak. Maha Sucilah Ia.
Bahkan (mereka yang dikatakan menjadi anak Allah
itu) ialah hamba-hambaNya yang dimuliakan.
Jadi sekali lagi kita ada satu penafian prinsip
keanakan dan kebapaan. Jadi kita boleh
debatkan bahawa umat pilihan adalah hambahamba, tetapi bolehkah kita juga berhujah
bahawa kita juga adalah anak-anak dan
waris-waris? Sesungguhnya kita dapat dari
teks-teks Alkitab. Sekali lagi, jika itulah
pokoknya, maka Quran tidak layak sebagai
satu teks kerana ia bertentangan dengan
hukum taurat dan kesaksian (Yesaya 8:20)
dan dengan itu adalah tidak sah. Quran
patutnya mempunyai penjelasan lain bagi apa
yang diperkatakan di sini dalam teks-teks itu.
Kita juga melihat:
Orang-orang Percaya
1. [23.91] Allah tidak sekali-kali mempunyai anak dan
tidak ada sama sekali sebarang tuhan bersamaNya;
(kalaulah ada banyak tuhan) tentulah tiap-tiap tuhan
itu akan menguasai dan menguruskan segala yang
diciptakannya dengan bersendirian dan tentulah
setengahnya akan bertindak mengalahkan setengahnya
yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang dikatakan
oleh mereka (yang musyrik) itu.
Maka Diteisme dikecam oleh Quran. Ia juga
dikutuk oleh Alkitab. Alkitab cukup jelas
bahawa Tuhan memang telah mengambil
anak-anak dan mencipta berbagai anak-anak
Tuhan, dan itu merupakan pengetahuan
standard dalam semua sistem-sistem purba.
Penjelasannya adalah bahawa anak-anak
Tuhan semuanya telah diciptakan Tuhan
Yesus Kristus dan Qur’an [163]
melalui titah Ilahi, dan bukan melalui
sebarang perbuatan memperanakkan. Ini akan
menjadi lebih jelas dari Quran sendiri seperti
yang akan kita lihat di bawah.
Teks-teks di bawah juga nampaknya
menyampaikan idea penafian keanakan itu.
Kekebalan
1. [9.30] Dan orang-orang Yahudi berkata: Uzair ialah
anak Allah dan orang-orang Nasrani berkata: AlMasih ialah anak Allah. Demikianlah perkataan
mereka dengan mulut mereka sendiri, (iaitu) mereka
menyamai perkataan orang-orang kafir dahulu;
semoga Allah binasakan mereka. Bagaimanakah
mereka boleh berpaling dari kebenaran?
Hiasan-hiasan Emas
1. [43.81] Katakanlah (Wahai Muhammad, kepada
mereka yang musyrik itu): Kalau betul Allah Yang
Maha pemurah, mempunyai anak (sebagaimana yang
kamu dakwakan) maka akulah orang yang awal
pertama yang akan menyembah anak itu; (tetapi
dakwaan kamu itu tidak berasas)!
Juga ditegaskan bahawa Quran mengajar
penafian kematian, pemalangan serta
kebangkitan anak Allah dari ayat berikut:
Perempuan
[4.157] Dan juga (disebabkan) dakwaan mereka
dengan mengatakan: Sesungguhnya kami telah
membunuh Al-Masih Isa Ibni Mariam, Rasul Allah.
Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak
memalangnya (di kayu palang salib), tetapi
diserupakan bagi mereka (orang yang mereka bunuh
itu seperti Nabi Isa) dan Sesungguhnya orang-orang
yang telah berselisih faham, mengenai Nabi Isa,
sebenarnya mereka berada dalam keadaan syak (raguragu) tentang menentukan (pembunuhannya). Tiada
sesuatu pengetahuan pun bagi mereka mengenainya
selain daripada mengikut sangkaan semata-mata dan
mereka tidak membunuhnya dengan yakin.
Penjelasan mudah semua teks-teks ini
ditemui dalam teks Surah 19:33-35
“Mariam.”
[19.33] Dan segala keselamatan serta kesejahteraan
dilimpahkan kepadaku pada hari aku diperanakkan
dan pada hari aku mati, serta pada hari aku
dibangkitkan hidup semula (pada hari kiamat).
[19.34] Yang demikian sifat-sifatnya itulah Isa Ibni
Mariam. Keterangan yang tersebut ialah keterangan
yang sebenar-benarnya, yang mereka ragu-ragu dan
berselisihan padanya.
Mukasurat 7
[19.35] Tiadalah layak bagi Allah mempunyai anak.
Maha Sucilah Ia. Apabila menetapkan jadinya sesuatu
perkara, maka hanyalah Dia berfirman kepadanya:
Jadilah engkau, lalu menjadilah ia.
[61.6] Dan (ingatlah juga peristiwa) ketika Nabi Isa
Ibni Mariam berkata: Wahai Bani Israil, sesungguhnya
aku ini Pesuruh Allah kepada kamu, mengesahkan
kebenaran Kitab yang diturunkan sebelumku, iaitu
Kitab Taurat [Hukum atau Torah] dan memberikan
berita gembira dengan kedatangan seorang Rasul yang
akan datang kemudian daripadaku bernama: Ahmad.
Maka ketika dia datang kepada mereka membawa
keterangan-keterangan yang jelas nyata, mereka
berkata: Ini ialah sihir yang jelas nyata!
[4.159] Dan tidak ada seorang pun dari kalangan ahli
Kitab melainkan dia akan beriman kepada Nabi Isa
sebelum matinya dan pada hari kiamat kelak Nabi Isa
akan menjadi saksi terhadap mereka.
Gelaran “Ahmad” itu mungkin merujuk
kepada jemaat dan bukannya kepada
Muhammad seperti yang diandaikan oleh
Hadis Islam. Kita akan membincangkan
aspek-aspek ini dalam Komentar Mengenai
Quran.
Pada abad ketujuh kita masih lagi berhadapan
dengan Kekafiran yang menyatakan bahawa
para dewa telah turun dan bersetubuh dengan
manusia dan memperanakkan anak-anak.
Itulah dakwaan yang dilawan Muhammad.
Quran hendaklah dibaca berdasarkan
pemahaman masalah-masalah zaman itu.
Surat-surat Paulus juga harus dibaca dan
difahami mengikut konteks.
Hakikatnya adalah bahawa Tuhan hanya
mengatakan ‘Jadilah’, dan Kristus telahpun
ada di dalam rahim Mariam. Dia mati pada
palang itu, dimasukkan dalam kubur, dan
bangkit hidup semula dan naik ke syurga
selepas tiga hari dan tiga malam dalam perut
bumi.
Nama-nama Tuhan
Tuhan dikenal dengan berbagai nama dalam
bahasa Yahudi. Ini menciptakan masalah
bagi bahasa Inggris. Akar-kata Ibraninya
adalah El. Bentuk tunggal dari Tuhan adalah
Eloah. Bentuk jamaknya adalah Elohim.
Dalam dewan Kasdim dinyatakan bahwa
sebutannya adalah Elaha’ atau Elahh dan
bentuk jamaknya adalah Elahim. Kata bahasa
Arab Allah’ merupakan turunan atau bunyi
Mukasurat 8
lain dari Eloah atau Elaha’. Nama Tuhan
yang diberikan di Sinai adalah YAH[o]VAH.
Akar katanya adalah Yah atau Jah (SHD
3050) untuk bentuk panjang Yehovah (SHD
3068) yang merupakan turunan dari ‘eyeh
‘asher ‘eyeh (Akulah Aku telah mengutus
Aku kepadamu, Keluaran 3:14, lihat
Companion Bible). Yehovah (Jehovah) (SHD
3068) adalah sebutan nasional Yahudi untuk
Tuhan. Yehovih (Jehovih) (SHD 3069)
diucapkan atau dibaca Elohim untuk tidak
mencampur-adukkan kedua keberadaan itu
dan SHD 3068 diucapkan sebagai Adonai
(SHD 136). Eloah (atau Allah) adalah pribadi
yang menyandang nama Yehovih atau
Yehovah Maha Tinggi.
Tuhan dinyatakan sebagai Tuhan yang hidup
yang berkenan menjadi Tuhan bagi semua
pemikiran dan kehidupan manusia pada mana
keberadaanNya sendiri bergantung. Dari
Abraham Ia nampak tersembunyi dari umat
manusia dan menyatakan diriNya kepada
manusia dalam berbagai tahapan dalam
sejarah dan dalam teofani seperti kepada
Musa dan pemberian Hukum Tuhan di Sinai.
Ia selalu menyatakan penyertaanNya pada
umatNya dan umat Israel terutama dipandang
sebagai bangsa perjanjian. Nabi Muhammad
menyatakan ini di dalam Qur’an (2:63,83ff.,
93,246; 3:93; 5:12,90), dan mengisolasikan
peran dan kewajiban dari bangsa ini dengan
memberi mereka nasihat dalam Surah 2:40
dan seterusnya, dan Surah 122. Sampai pada
abad ke duabelas, Islam selalu berpendirian
bahwa Ishak-lah yang memegang hal
kesulungan dan bukan Ismail, tetapi fobia
keangkuhan dari para penulis Hadis di
kemudian hari memutar-balikkan ajaran ini
dan menyatakan bahwa hak kesulungan ada
pada Ismail. Hadis merupakan sebuah tulisan
penjelasan atau tulisan yang diberikan untuk
mengartikan Qur’an sama seperti Talmud
atau Hukum Lisan digunakan untuk
menjelaskan Alkitab bagi Yudaisme rabinis.
Interpreatasi ini seringkali bertentangan
dengan tulisan yang jelas-jelas ada dalam
Kitab Suci itu sendiri. Kekristenan
kemudiannya menerima sistem yang berada
di bawah struktur Roma dan kemudian
Protestanpun mengikuti. Dengan demikian
Yesus Kristus dan Qur’an[163]
ketiga sistem menjadi sama sekali berbeda
pemahamannya.
Inovasi Hadistis dalam Islam ini mempunyai
penyimpangan yang serius sehingga ajaran
Yesus Kristus dan para rasul dianggap
bertentangan dan karenanya Alkitab harus
sama-sekali ditolak sebagai suatu kepalsuan.
Maksud Allah terhadap bangsa Arab-pun
menjadi
salah
dimengerti.
Deskripsi
Muhammad mengenai bangsa Arab sebagai
Bangsa
Penengah
diubah
kembali
pengertiannya, pada Abad Pertengahan,
menjadi Bangsa Terbaik, dan dengan
demikian kehilangan sudut pandang yang
benar atas apa yang dimaksud Muhammad
mengenai
terminologi
tersebut.
Penyimpangan ini tak pelak dipicu dengan
petualangan Gereja Kristen Atanasia
terhadap Islam dan polarisasinya yang total.
Terlupakanlah peran sebagai pelindung
Bangsa Alkitab atau Nasrani sebagaimana
umat Kristen Nazareth biasa disebut.
Sebenarnya, Omar mengeluarkan sebuah
titah perlindangan terhadap umat Kristen di
Mesopotamia dan, ketika invasi terhadap
Afrika Utara dan Spanyol terjadi, titah yang
sama ini juga diperluas. Sayangnya, Inkuisisi
secara eksplisit diarahkan pada mereka dan
juga menghantam umat Yahudi maupun
Islam. Para penulis Yahudi modern (seperti
misalnya Netanyahu), berusaha untuk
menyangkal bahwa Inkuisisi dilakukan
terhadap umat Kristen yang mematuhi
Hukum Tuhan dan hukum tentang makanan
dan hari-hari Raya. Mereka berusaha untuk
membuat suatu klaim bahwa Inkuisisi
ditujukan pada kaum Yahudi dan bahwa apa
yang disebut Kekristenan Yudea, kaum
Albigensia dan Waldensia sebenarnya adalah
kaum Yahudi sekalipun faktanya para rabbi
di jaman itu menyatakan mereka bukanlah
Yahudi. Konflik ini tidak dpahami baik oleh
Kekristenan modern maupun Islam dan
nampaknya secara sengaja ditutup-tutupi oleh
Yudaisme rabbinis.
Islam modern tidak memahami bahwa Anakanak Alkitab adalah juga bangsa Israel.
Pernyataan untuk mematuhi perjanjian dalam
Surah 17 adalah untuk anak-anak Israel,
termasuk mereka yang adalah Israel rohani
dan semua yang berserah, termasuk Islam.
Yesus Kristus dan Qur’an [163]
Dalam periode pasca-pengasingan, nama
Adonai digantikan untuk nama perjanjian
Yahweh sebagai sebutan sekaligus sebagai
penghormatan dan permuliaan, mungkin
karena ketidak-mampuan untuk memahami
peran bawahan dari Elohim Israel yang
adalah Malaikat Agung dari penebusan dan
pembebasan Israel dan tentang Mesias (lihat
Kejadian 48:15-16; Mazmur 45:6-7; Ibrani
1:8-9).
Nama perjanjian Yah[o]vah diperkenalkan
kepada Musa dan telah, melalui tradisi,
menjadi nama Tuhan yang tertulis dan yang
tidak diucapkan. Dari Keluaran 6:2-3 nama
ini tidak dikenal oleh Abraham, Ishak dan
Yakub dan hanya secara khusus digunakan
untuk Israel. Tetapi Yah[o]vah (di bawah
pendelegasian dari Yehovah Agung)
bagaimanapun juga adalah pemerintah dari
seluruh umat manusia. Israel diberikan
kepada Yehovah sebagai milik utama dari
pembagian bangsa-bangsa untuk para Putra
Allah oleh Allah yang Maha Tinggi (Ulangan
32:8 – RSV).
Konsep mengenai keberadaan Tuhan sejati
yang tungggal dikelilingi oleh para malaikat,
yang diberi nama sebagai putra-putra Tuhan
merupakan suatu yang tetap dikumandangkan
dalam tulisan-tulisan Perjanjian Lama dan
Baru dan dalam Qur’an. Konsep mengenai
malaikat yang berhubungan dengan Yehovah
ditemukan pada Perjanjian Lama dalam
Kejadian 21:17, 22:11, 15:16, 31:11-13;
Keluaran 3:2-5; Hakim-hakim 6:11-23 dsb.,
dimana para utusan Tuhan dikenal sebagai
Yehovah sendiri dan di dalam perikopperikop tersebut berbicara berganti-ganti
sebagai malaikat dan sebagai Yehovah dan
sekali waktu nama Tuhan sendiri atau
Yehovah ditemukan berada dalam malaikat
pembimbing (Keluaran 23:20-21). Dalam
kasus-kasus tersebut, malaikat berada di
dalam bentuk tampilan Yehovah dalam setiap
situasi yang spesifik yang disebutkan dan
berada dalam rupa manusia tetapi tidak
dalam bentuk inkarnasi. Akan tetapi,
dinyatakan bahwa tak seorangpun yang
pernah melihat Tuhan sehingga malaikat
yang muncul menjadi wajah Tuhan dan hal
itu disebutkan ketika Musa mendapatkan
janji bahwa wajah Tuhan (dalam RSV
Mukasurat 9
disebut kehadiran) akan menyertai umatnya
di padang gurun (Keluaran 33: 14-15). Figur
ini disebut sebagai Elohim dan El atau
disebut Tuhan tetapi bukan Yehovih atau
Yehovah Agung. Figur ini disebut oleh
Yudea sebagai Penghulu Malaikat Mikhail
tetapi sekarang dipahami sebagai Yesus
Kristus atau Sang Firman, perwakilan Tuhan
yang nampak atau kehadiran Tuhan.
Adalah dari aktualisasi Tuhan di dalam
perwujudan tunggal sebagai Firman yang
disebut Elohim (dan El) dimana nama Tuhan
yang dinyatakan terjadi. Kata jamak Elohim
ini diterapkan pada para malaikat atau para
utusan yang tampil kepada Eloah. Adalah
dari konsep ini kaum Paulisia dituduh telah
menyebut Yesus Kristus sebagai malaikat
(lihat ERE, artikel mengenai Paulisia,
Volume 9, hal. 696).
Nama Allah merupakan turunan dari nama
Tuhan yang diucapkan, terutama dari
terminologi Ibrani Eloah. Elohim yang
jamak, juga merupakan turunan dari bentuk
tunggal ini. Secara tradisional, YHVH
tidaklah diucapkan. Adonai digunakan untuk
SHD 3068 dan Elohim untuk SHD 3069.
Elohim, walaupun terkadang berbentuk
tunggal, pada dasarnya adalah kata jamak dan
seringkali menyertai kata kerja jamak. Untuk
menyebut nama dari pribadi Tuhan didalam
bentuk yang tidak tegas dan tunggal,
digunakanlah nama Eloah. Eloha di dalam
pengertian generik juga dapat diartikan pada
sebuah konsep negatif berupa bukan Tuhan
atau sama sekali bukan tuhan (Ulangan
32:17) dimana penyangkalan terhadap kuasa
dan Allah Bapa diperlukan. Eloah (atau
Allah) digunakan untuk membedakan antara
Tuhan yang Kekal (yang disebut sebagai
Allah Bapa) dan Elohim sebagai sang
Firman, sang Wajah, atau Hadirat Tuhan.
Malaikat Hadirat Tuhan ini disebut dalam
Keluaran 23:20. Ia menyandang nama Tuhan,
karena namaku ada dalam Dia. Sebuah
contoh yang baik dari perbedaan ini ada
dalam Mazmur 18:32:
32
"Sebab siapakah Allah selain dari Tuhan,
Dan siapakah gunung batu kecuali Allah (Elohim)
kita?"
Mukasurat 10
Konsep bahwa Firman Tuhan adalah sebuah
bentuk illahi yang terpisah ditemukan dalam
kebiasan bahwa hakim sebagai elohim dalam
penghakiman mereka yang dibimbing oleh
Tuhan, seperti juga para imam.
Eloah digunakan "empatpuluh-dua kali
dalam kitab Ayub dan hanya limabelas kali di
tempat yang lainnya (seperti dalam Ulangan
32:15, 17; Mazmur 18:31 (H 18:32); Amsal
30:5; Yesaya 44:8; Habakuk 1:11)" (The
Interpreter’s Dictionary of the Bible, Vol. 2,
hal. 414). Karena Qur’an merupakan catatan
perkataan Muhammad, perbedaanpun terjadi.
Allah, Elohim, Yahovah, sang Kekal adalah
satu dan sama kecuali bahwa Elohim
digunakan sebagai hakim dalam kaitannya
dengan sang Firman, Mesias atau pada
Dewan dari para Elohim (lihat juga karya
tulis Umat Pilihan sebagai Elohim [001],
Tuhan yang Kita Sembah [002], Keillahian
Yesus Kristus [147], Roh Kudus [117],
Perintah Allah yang Pertama: Dosa Iblis
[153] dan serial mengenai Hukum Tuhan
[252-263]. Kata Yahovah atau Yehovah
merupakan turunan dari tulisan Ibrani YHVH
dengan penambahan tanda baca di kemudian
hari. Secara tradisional nama ini tak pernah
diucapkan agar tidak mencampurkan antara
dua kepribadian yang disebut di dalam
naskah Alkitab sebagai Yehovah dan
Yahovih. Bahkan, para Sopherim, juru tulis
rabinis, mengubah Yehovah menjadi Adonai
di 134 tempat dalam teks Masoret untuk
menyelubungi hal ini (lihat Companion
Bible, Appendixes 31, 32 dan 33) perubahan
yang serupa juga dibuat terhadap terminologi
elohim (dalam karya tersebut di atas).
Islam yang berpandukan Hadis
menolak Kristus dan dengan itu
menyangkal Quran
Islam moden menolak komentar mengenai
Mesias dan menyatakan dari sejumlah teks
dalam Qur’an bahwa Muhammad tidak
memberikan perbedaan terhadap Yesus
Kristus, sepereti dalam Surah 6 Sapi pada
ayat 81-91 dan secara spesifik dalam ayat 86,
Yesus disebut sebagai Yang Maha Benar.
Pada kenyataannya, pengelompokkan tulisan
ini dengan jelas menunjukkan bahwa hikmat
itu merupakan pemberian Tuhan dan tidak
Yesus Kristus dan Qur’an[163]
berasal dari manusia. Tuhan membukakan
pada para orang terpilih kebenaran dan
memberikan kuasa dan kenabian Alkitab.
Kepatuhan
terhadap
firmannya
yang
diungkapkan merupakan sesuatu yang
kondisional
untuk
mempertahankan
pengetahuan dan otoritas; dan penghapusan
otoritas kepada orang-orang patuh lainnya,
hukuman
untuk
ketidak-patuhan. Ini
merupakan pengulangan pernyataan Yesus
Kristus dalam Matius 21:43.
Teks-teks berikut adalah penting bagi
memahami peranan Kristus dalam Quran dan
teks-teks ini mengulangi pendirian Alkitab.
1. [5.43] Dan (sungguh menghairankan), bagaimana
mereka meminta keputusan hukum kepadamu, padahal
di sisi mereka ada Kitab Taurat yang mengandungi
hukum Allah, kemudian mereka berpaling pula
sesudah itu (dari hukumanmu)? Dan (sebenarnya)
mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.
2. [5.44] Sesungguhnya Kami telah menurunkan
Kitab Taurat, yang mengandungi petunjuk dan
cahaya yang menerangi; dengan Kitab itu Nabi-nabi
yang menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum
bagi orang-orang Yahudi dan (dengannya juga) ulama
mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum
Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan
menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat)
itu dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan
pengawasnya (dari sebarang perubahan). Oleh itu
janganlah kamu takut kepada manusia tetapi
hendaklah kamu takut kepadaKu (dengan menjaga diri
dari melakukan maksiat dan patuh akan perintahKu)
dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayatayatKu dengan harga yang sedikit (kerana mendapat
rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia) dan
sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah
diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka
mereka itulah orang-orang yang kafir.
3. [5.46] Dan Kami utuskan Nabi Isa Ibni Mariam
mengikuti jejak langkah mereka (Nabi-nabi Bani
Israil), untuk membenarkan Kitab Taurat yang
diturunkan sebelumnya dan Kami telah berikan
kepadanya Kitab Injil, yang mengandungi
petunjuk hidayat dan cahaya yang menerangi,
sambil mengesahkan benarnya apa yang telah ada
di hadapannya dari Kitab Taurat, serta menjadi
petunjuk dan nasihat pengajaran bagi orang-orang
yang (hendak) bertakwa.
4. [5.66] Dan kalau mereka bersungguh-sungguh
menegakkan (menjalankan perintah-perintah Allah
dalam) Taurat dan Injil dan apa yang diturunkan
kepada mereka dari Tuhan mereka (Al-Quran),
nescaya mereka akan makan (yang mewah) dari atas
mereka (langit) dan dari bawah kaki mereka (bumi).
Yesus Kristus dan Qur’an [163]
Di antara mereka ada sepuak yang adil dan
kebanyakan dari mereka, buruk keji amal
perbuatannya.
5. [5.68] Katakanlah: Wahai Ahli Kitab! Kamu tidak
dikira mempunyai sesuatu agama sehingga kamu
tegakkan ajaran Kitab-kitab Taurat dan Injil (yang
membawa kamu percaya kepada Nabi Muhammad)
dan apa yang diturunkan kepada kamu dari Tuhan
kamu (iaitu Al-Quran) Dan demi sesungguhnya, apa
yang diturunkan kepadamu (wahai Muhammad) dari
Tuhanmu itu, akan menambahkan kederhakaan dan
kekufuran kepada kebanyakan mereka. Oleh itu
janganlah engkau berdukacita terhadap kaum yang
kafir itu.
6. [5.110] (Ingatlah) ketika Allah berfirman: Wahai
Isa Ibni Mariam! Kenanglah nikmatKu kepadamu dan
kepada ibumu, ketika Aku menguatkanmu dengan
Rohulqudus (Jibril), iaitu engkau dapat berkata-kata
dengan manusia (semasa engkau masih kecil) dalam
buaian dan sesudah dewasa dan (ingatlah) ketika Aku
mengajarmu menulis membaca dan hikmat
pengetahuan, khasnya Kitab Taurat dan Kitab
Injil dan (ingatlah) ketika engkau jadikan dari tanah
seperti bentuk burung dengan izinKu, kemudian
engkau tiupkan padanya, lalu menjadilah ia seekor
burung dengan izinku dan (ingatlah ketika) engkau
menyembuhkan orang buta dan orang sopak dengan
izinku dan (ingatlah) ketika engkau menghidupkan
orang-orang yang mati dengan izinKu dan (ingatlah)
ketika Aku menghalangi Bani Israil daripada
membunuhmu, ketika engkau datang kepada mereka
dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat),
lalu orang-orang yang kafir di antara mereka berkata:
Bahawa ini hanyalah sihir yang terang nyata.
Dalam Surah 5 Pembukaan Meja 46, 78 dan
110 dan seterusnya, kita melihat bahwa Injil
diberikan kepada Yesus Kristus untuk
mengkonfirmasikan
apa
yang
telah
dibukakan sebelum Dia, seperti pemenuhan
Hukum Tuhan dan kita memberikan kepada
Dia Injil dimana bimbingan dan cahaya
mengkonfirmasikan
apa
yang
telah
(diungkapkan) sebelum Injil itu di dalam
Taurat – sebuah bimbingan dan nasihat bagi
mereka yang tersesat (kejahatan).
Muhammad menyatakan dengan samarsamar pada ayat 47 bahwa Umat Firman
Tuhan akan dihakimi dengan apa yang
diwahyukan dan bahwa: … Mereka
mendapatkan kita untuk membukakan
kebenaran Firman Tuhan, maka bedakanlah
diantara mereka dengan apa yang telah
diwahyukan Allah pada kita …
Mukasurat 11
Sebuah
bagian
yang
jelas-jelas
membingungkan muncul pada ayat 51 karena
Muhammad dikatakan telah membuat
kontradiksi terhadap dirinya sendiri saat
mengatakan, Hai kalian yang percaya!
Janganlah berteman dengan Yahudi ataupun
Kristen. Mereka keduanya saling berteman.
Disini Muhammad membuat perbedaan yang
jelas antara Umat Firman Tuhan (contohnya
kaum Syeba) dan mereka yang secara umum
ia sebut Kristen. Ia membedakan antara
Gereja Tuhan, yang pada saat itu
berkedudukan di dataran tinggi Syria,
Armenia dan Mesopotamia, yang mematuhi
Hukum Tuhan dan ajaran Yesus Kristus, dan
sekte-sekte gereja Kristen utama umumnya
yang telah mengadopsi sejumlah adat-istiadat
kafir dan melakukan ketakhyulan yang serius,
termasuk Trinitas.
Para
penulis
di
masa
selanjutnya
menyertakan komentar ini sebagaimana yang
dilakukan oleh Pickthall pada ayat 53 setelah,
Maka
orang-orang
percaya
akan
mengatakan (kepada Umat Firman Tuhan),
Apakah ini yang bersumpah demi Allah
dengan sumpah yang paling mengikat bahwa
mereka benar-benar beserta denganmu?
Karya mereka telah gagal dan mereka telah
menjadi pecundang. Teks ini berkesesuaian
dengan janji Yesus Kristus dalam kitab
Wahyu kepada jemaat (gereja) di Filadelfia,
dimana mereka yang mengatakan bahwa
mereka adalah Yahudi, tetapi bukan, dan
sesungguhnya adalah jemaat Iblis, akan
menyembah
(proskuneo)
orang-orang
pilihan.
Muhammd menyatakan, dalam Surah 42
Nasihat ayat 13, bahwa agama (dari mereka
yang menyerah) dimulai oleh Abraham,
Musa dan Yesus dan tidaklah terpecah-belah,
yang dikenal sejak jaman Nabi Nuh.
Pendirian ini adalah yang kita pahami
sebagai dasar dari agama sejak jaman Nabi
Nuh dan hukum-hukum Tuhan yang
dipahami dari Nabi Nuh. Yudaisme rabinis
menyebutnya
hukum
Nuh
dan
menyatakannya sebagai sesuatu yang berbeda
dengan hukum Taurat sebagaimana yang
diperoleh dari tradisi lisan turun-temurun.
Hukum ini bersumber dari Adam (lihat
Yesus Kristus dan Qur’an[163]
Mukasurat 12
dalam serial mengenai Hukum Tuhan: [L1],
dan karya-karya tulis [252-263] dan [281].
Tak ada perbedaan Alkitabiah antara hukum
Tuhan yang diberikan kepada Musa dan
hukum yang dijalankan oleh Nuh dan
Abraham dan yang dilakukan oleh
Melkisedek
di
Salem.
Muhammad
menyatakan bahwa Tuhan sendiri memilih
dan memanggil mereka yang berpegang pada
iman. Ini adalah pegangan Paulus dalam
Roma 8:29-34.
Pada ayat 14 Surah 42, Muhammad
menyatakan bahwa kepercayaan telah
berpecah selepas pengetahuan diberikan dan
dipicu
oleh
persaingan
(atau
oleh
pertimbangan duniawi) dan bahwa mereka
yang diciptakan untuk mewarisi Firman
Allah di generasi berikutnya, yaitu sesudah
perpecahan, dipenuhi dengan keraguan
mengenainya. Dengan kata lain, sistem
gereja-gereja utama ini menjadi terpecahbelah dan murtad. Dengan jelas ia
menyebutkan aliran Difisit/Monofisit dan
aliran doktrin Kalsedonia, dan kekeliruan
mendasar mereka dalam kaitannya dengan
doktrin asli yang dipraktikkan oleh apa yang
disebut kaum Paulisia.
Muhammad menyatakan, dalam Surah 43
Hiasan Emas ketika membahas mengenai
penetapan agama, bahwa Mesir menjadikan
terang pada Musa (ayat 54). Disini Firaun
dan Mesir digunakan dalam pengertian klasik
Alkitabiah mengenai dosa dan kekuasaan
dunia. Ia juga menyatakan bahwa umat
mentertawakan Yesus Kristus.
Muhammad, sesuai wahyu di dalam Qur’an,
menyatakan tentang Yesus Kristus, bahwa Ia
tidak lain adalah hamba (dari Tuhan, yaitu
Abd Allah, yang dianggap sebagai jabatan
tertinggi dari Tuhan) pada siapa kita (yaitu
Eloah, atau Elaha’) bersahabat dan kita
menjadikannya sebuah pola untuk anak-anak
Israel. Ia menggunakan ini dalam pengertian
Roma 11 dan adalah dari Muhammad kita
dapat melihat identitas nasional dan
tanggung-jawab yang jelas dari umat pilihan.
Pada ayat 63, Muhammad menyatakan bahwa
Yesus datang dengan bukti nyata (akan
kekuasaan Tuhan - Pickthall). Ia mengatakan,
Aku telah datang kepadamu dengan hikmat
dan untuk menjelaskan sejumlah hal yang
merupakan perbedaan diantara kamu. Jadi
jalankanlah kewajibanmu pada Allah dan
patuhilah aku. Ia juga menunjukkan
perseteruan antara kelompok-kelompok
Yahudi pada ayat 65. Hadits menggunakan
Surah 3 Keluarga Imran dari ayat 80-84. Pada
ayat 80, Muhammad mengetakan, Dan Ia
memerintahkan
padamu
agar
tidak
menjadikan malaikat dan nabi-nabi sebagai
allah. Apakah Ia akan memerintahkan
padamu untuk tidak percaya setelah kamu
menyerah (kepada Allah); dan dari ayat 83
dan 84:
Katakan (Oh Muhammad): Kami percaya
pada Allah dan apa yang diwahyukan kepada
kami dan apa yang telah diwahyukan kepada
Abraham dan Ismail dan Ishak dan Yakub
dan suku-suku, dan apa yang telah
dipercayakan pada Musa dan Yesus dan para
nabi dari Allah mereka. Kami tidak
membeda-bedakan mereka, dan kepadaNya
kami menyerahkan diri.
Dan siapapun yang memeluk agama selain
agama Penyerahan (pada Allah) tidaklah
akan diterima darinya, dan ia akan menjadi
pencundang dalam kekekalan.
Istilah Menyerah diterapkan pada Musa,
Yesus Kristus dan Muhammad di dalam
Perjanjian Lama dan Baru dan Qur’an. Kata
bahasa Arab untuk menyerah adalah Al
Islam. Istilah pecundang dalam kekekalan
hanya dapat diterapkan dalam pengertian
memperoleh kebangkitan dan penghakiman
yang lebih rendah tingkatannya.
Dari komentar, Kami tidak membedabedakan mereka dst., kaum Islam masa kini
berusaha untuk menyangkal keberadaan
Atanasia dan kemudian, entah bagaimana,
mengabaikan ajaran Yesus Kristus yang
sebenarnya
tidak
dibenarkan
oleh
Muhammad. Pendirian ini tidaklah jauh
berbeda dengan firman Yesus Kristus sendiri
ketika ia menyampaikan Wahyu kepada
Yohannes. Dalam Wahyu 22:7-9 Yesus
mengatakan:
7
"Sesungguhnya
Aku
datang
segera.
Berbahagialah orang yang menuruti perkataanperkataan nubuat kitab ini!" 8 Dan aku, Yohanes,
Yesus Kristus dan Qur’an [163]
akulah yang telah mendengar dan melihat
semuanya itu. Dan setelah aku mendengar dan
melihatnya, aku tersungkur di depan kaki
malaikat, yang telah menunjukkan semuanya itu
kepadaku, untuk menyembahnya. 9 Tetapi ia
berkata kepadaku: "Jangan berbuat demikian!
Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan
saudara-saudaramu, para nabi dan semua mereka
yang menuruti segala perkataan kitab ini.
Sembahlah Allah!"
Pernyataan Yesus Kristus dan Muhammad
adalah sama. Penggunaan istilah kurios atau
Tuhan di dalam kaitannya dengan Yesus
Kristus adalah dalam pengertian pemimpin
atau pemerintah, bukan seperti yang
digunakan
Muhammad
disini
dalam
pengertian Tuhan. Istilah tersebut tidaklah
membuat perbedaan antara keduanya adalah
dalam hal inspirasi dari pesan yang
disampaikan, tetapi Injil Kerajaan Allah
adalah pesan dari buah-buah sulung dan dari
Roh Kudus Pentakosta, jadi Muhammad
tidak dapat menyangkal Yesus Kristus
sebagai buah sulung karena itulah
keseluruhan misiNya, dan yang memang
diakui oleh Muhammad, sebagaimana yang
dinyatakan dengan amat jelas di dalam Al
Tariq. Apa yang memang dilakukan
Muhammad adalah untuk menghancurkan
secara total konsep Atanasia mengenai
Trinitas, yang memang tidak pernah dipegang
oleh Gereja Kristen yang awal, dan yang
telah menyebabkan mereka terus-menerus
dianiaya (lihat terjemahan Profesor Roth
mengenai Titah Iman [the Edict of the Faith]
pada tahun 1512 dari Andres Del Palacio,
Inkuisitor Wilayah Valensia – C. Roth, The
Spanish Inquisition). Islam tidak dapat
menyangkal Yesus Kristus lalu tetap menjadi
Islam. Haruslah diingat bahwa Muhammad
menulis untuk menentang ketakhyulan
trinitarian. Mereka menyatakan bahwa Yesus
Kristus adalah Tuhan yang sejati sementara
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa
hanya ada satu Tuhan yang sejati dan bahwa
Yesus Kristus adalah putraNya yang Ia utus
(Yohanes 17:3; 1Yohanes 5:20). Qur’an
harus dibaca dengan pemahaman akan tulisan
yang tersedia bagi Muhammad. Keluarganya
hidup di bawah pengaruh Kristen dan
sebelumnya adalah Kristen. Tetapi ia bukan
penganut Trinitas dan itulah yang menjadi
sebab Islam muncul dan Qur’an dituliskan.
Mukasurat 13
Dalam Surah 57 Besi, Muhammad, pada ayat
26-27, menunjukkan bahwa kepercayaan
yang diberiken kepada Nuh dan Abraham
dan bahwa kenabian dan Firman Tuhan
dipercayakan pada keturunan mereka, dan
bahwa para utusan (atau nabi) dibuat
mengikuti jejak-langkah Nuh dan Abraham,
dan bahwa Yesus dibuat mengikuti dan
diberi Injil dan bahwa Tuhan menimbulkan
belas-kasih dan kemurahan di dalam hati
mereka yang mengikuti Dia. Ia menggunakan
ayat-ayat itu untuk secara spesifik
membantah bahwa monastisisme bukanlah
titah Tuhan. Signifikansi hal ini amatlah
besar. Sekte-sekte yang mempraktikkan
penyimpangan non-Alkitabiah ini pada saat
itu mencakup Atanasia maupun Monofisit.
Kaum Paulisia adalah satu-satunya sekte
yang tidak melakukan hal itu. Hal ini tidak
lagi mempunyai unsur Alkitabiah sama
seperti
ketika
Muhammad
tidak
mengabsahkannya dengan perkataan ini yang
ditujukan bagi Tuhan, Tetapi mereka
menciptakan monastisisme – Kami tidak
mentahbiskannya untuk mereka.
Dari ayat 25,
Kami mengirimkan utusan kami dengan bukti
yang jelas dan mewahyukan mereka dengan Injil
dan Keseimbangan agar umat manusia
menggunakan ukuran yang benar.
Umat Firman Tuhan diperingatkan pada ayat
29 bahwa mereka sama sekali tidak punya
kendali atas pembalasan Tuhan tetapi
pembalasan itu berada di tangan Tuhan untuk
dijatuhkan
pada
siapapun
yang
diinginkanNya. Ini merupakan penentangan
secara langsung terhadap doktrin-doktrin
yang diterbitkan pada tahun 590 Masehi oleh
Gregorius I saat ia mendirikan Tahta Suci
Roma sementara, yang berakhir setelah 1.260
tahun atau pada tahun 1850 Masehi. Roma
menitahkan bahwa otoritas sementara berada
di tangan Gereja Roma. Berdasarkan "Bull
Unam Sanctam", keselamatan dianggap
mustahil di luar Gereja Roma. Ini tentu saja
merupakan sesuatu yang bertentangan dengan
Alkitab dan juga bertentangan dengan apa
yang dinyatakan Qur’an.
Firman Tuhan dijaga oleh Yudea sampai
tibanya Mesias dan Firman itu beserta
Mukasurat 14
Perjanjian Baru tersedia pada masa kini.
Gulungan kitab Laut Mati menunjukkan
bahwa Alkitab adalah tetap sama seperti yang
digunakan pada jaman Yesus Kristus.
Dengan demikian Islam tidak dapat
menyatakan bahwa Alkitab telah sama sekali
menyimpang.
Dalam Surah 61 Kedudukan (Jemaah), di
ayat 6, Muhammad mengatakan,
Dan ketika Yesus putra Maryam mengatakan ‘Hai
anak-anak Israel, lihatlah aku adalah utusan Allah
bagimu, meneguhkan semua yang telah
diwahyukan sebelum aku di dalam Taurat dan
membawa kabar baik mengenai seorang utusan
yang akan datang setelah aku; yang namanya
adalah yang Terpuji. Akan tetapi sekalipun Ia
telah datang bagi mereka dengan bukti yang nyata
mereka berkata ‘Ini hanyalah sihir’.
Dituduhkan bahwa istilah yang Terpuji (atau
Ahman) adalah, karena merupakan salah satu
dari nama-nama nabi, menyebut tentang
dirinya sendiri, tetapi orang lain mengatakan
bahwa istilah itu digunakan untuk Roh
Kudus atau sang Penghibur, dan yang lain
lagi mengatakan itu adalah nama bagi
keduanya dan merupakan bukti bagi
penerimaan Muhammad. Akan sangat luar
biasa bagi Muhammad bila tidak memahami
peran Roh Kudus dan agaknya mustahil jika
ia berusaha untuk menempatkan dirinya
dalam peran Roh Kudus.
Pada ayat 14, ia menyebut mengenai
perbedaan pendapat antara dua pihak umat
Israel, ketika Yesus Kristus bertanya kepada
para rasul siapakah pembantunya, dan ada
yang percaya dan yang tidak percaya, dan
mereka yang percaya dikuatkan oleh Tuhan
dan menjadi lebih unggul.
Seseorang hanya dapat mengasumsikan
bahwa yang ia maksud disini ia menyebut
mengenai 40 tahun masa karunia untuk
terjadinya pertobatan di dalam kerangka
tanda Yunus dan penggenapannya adalah
kehancuran Bait Allah pada tahun 70 Masehi
dan perusakan Yerusalem dari 1 Nisan tahun
70 Masehi hingga Nisan 71 Masehi, tepat 40
tahun setelah kematian Yesus Kristus. Gereja
Tuhan melarikan diri ke Pella dan
diselamatkan, sementara Yerusalem dan Bait
Allah dan para pengikutnya dimusnahkan. Di
tengah waktu ini mereka yang beralih
Yesus Kristus dan Qur’an[163]
kepercayaan dipisahkan dan ditolak dari
Yehuda.
Dari Surah 19 Maria dan Surah 21 Nabi-nabi,
kita melihat bahwa Muhammad menyajikan
silsilah para nabi dengan Ishak dan Israel, ke
dalam kedudukan Daud dan Salomo sebagai
raja. Ia menyatakan tak ada keistimewaan
bagi Ismail, tetapi justru menyatakan bagi
dirinya
penerimaan
diantara
mereka
sebagaimana dinyatakan di dalam Alkitab
dan sebagai nabi (19:54 dan seterusnya dan
21:85) dan sebagai salah satu dari umat
pilihan dalam Surah 38:49.
Dari Surah Maria, kita mendapatkan
pernyataan yang jelas mengenai kelahiran
Yesus Kristus dari wanita perawan, tetapi
kisahnya nampak berkaitan dengan Injil
Apokriptik Mesir, kecuali bila komentar yang
diberikan bersifat alegori yang mungkin
memang disengaja, dan mengandung maksud
mengenai masa pemisahan (lihat karya tulis
Pemurnian dan Sunat [251]). Menyangkut
pernyataan bahwa Maria jelas mengandung
sebelum menikah, uraian dalam ayat 27
mungkin adalah pengungkapan tentang
anggapan dari pihak sanak-keluarga atau desa
tempat tinggalnya.
Pada ayat 28, Muhammad membuat
observasi yang paling penting dimana ia
menyebut Maria sebagai saudara perempuan
Harun. Dalam Matius dan Lukas kita
memperoleh silsilah Yesus Kristus, yang
adalah dari Daud – di dalam Matius –
melalui Salomo; dan dalam Lukas, melalui
Natan (lihat karya tulis Silsilah Mesias
[119]). Yesus Kristus berada dalam garis
keturunan Yehuda dan kedua garis keturunan
tersebut bersumber dari Yehuda, namun agar
memenuhi nubuatan tentang dua kali
kedatangan Mesias, Mesias Harun dan
Mesias Israel, garis keturunan dari suku Lewi
diperlukan. Garis keturunan Yudea saja
tidaklah memadai untuk melengkapi
nubuatan ini, yang kita tahu menyebar dari
tulisan Anak-anak Zadok. Lebih lanjut,
nubuatan di dalam Zakharia 12:10-14
menunjukkan
bahwa
"mereka
akan
memandang kepada Dia yang telah mereka
tikam", keluarga dari garis keturunanNya
nampaknya adalah dari Daud melalui Natan
Yesus Kristus dan Qur’an [163]
(ayat 12) dan Lewi melalui Simei (ayat 13).
Karena saudara sepupu Maria, Elisabet,
adalah istri dari Zakharia, imam besar dari
Pembagian Abiya, dan karena keterbatasan
yang ditetapkan pada kaum Lewi dalam kitab
Bilangan, Elisabet dan, mungkin karena itu,
Maria, adalah sepenuhnya Lewi, dalam hal
Elisabet dan sebagian Lewi dalam hal Maria,
memungkinkan Zakharia untuk digenapi dan
Yesus Kristus adalah Mesias dari Harun dan
Israel. Pernyataan Muhammad bukanlah
kekeliruan ataupun istilah umum, namun
merupakan kesamaan terhadap nubuatan di
dalam Zakharia, mungkin menunjukkan
bahwa ia juga telah membaca dan memahami
Zakharia.
Kekacauan timbul menyangkut penyangkalan
oleh Muhammad bahwa Tuhan akan
mengambil seorang putra bagi diriNya. Baik
Kekristenan Atanasia dan Islam masa kini
tidaklah memahami takdir pamungkas umat
manusia sebagai putra-putra Tuhan, dan
bahwa Yesus Kristus adalah buah sulung dari
hal ini.
Muhammad berusaha untuk menyangkal
pendirian kaum Atanasia mengenai Trinitas
yang membatasi konsep rohani dari kesatuan
dan keberadaan kekal dengan Tuhan
membatasi Yesus Kristus pada konsep putra
tunggal dan tersendiri di dalam pengertian
keberadaan
fisik
sebagai
manusia.
Muhammad sama sekali tidak menyangkal
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias dan buah
sulung. Bahkan, ia menyatakan hal itu.
Tradisi Hadist yang awal menunjukkan
bahwa Alkitab disalin ke dalam bahasa Ibrani
pada jaman Muhammad, dan mempunyai dua
sumber. Hexaplas Origen disalin ke dalam
bahasa Ibrani dalam beberapa tahap dan
Alkitab tersedia di Pella dan Arabia pada
jaman-jaman awal, sementara Gereja Tuhan
telah berdiri di wilayah dataran tinggi
Mesopotamia. Hukum Tuhan dan Hukum
para Nabi tentunya tersedia sejak jaman
dinasti Yudea di Mekkah dan Felix Arabia
secara umum.
Islam masa kini memalsukan bahwa bukubuku yang dibaca oleh Muhammad tidaklah
sama dengan yang terdapat sekarang ini dan
Mukasurat 15
dengan demikian mereka tidak perlu
mematuhi ketentuan dari Muhammad untuk
mempelajari Taurat dan naskah yang
berisikan Perjanjian Baru. Gulungan kitab
Laut Mati menunjukkan kelirunya ajaran
tersebut.
Dari tulisannya, Muhammad dengan jelas
mengakui Yesus adalah Kristus, sang Mesias.
Kaum Suni dan Syiah melakukan terhadap
ajaran Muhammad hal yang sama seperti
yang dilakukan Roma terhadap Injil Kerajaan
Allah. Bahkan, karena hal inilah, dan karena
penyembahan
berhala
bangsa
Arab,
Muhammad memulai pelayanannya. Islam
masa kini mempunyai dispensasi yang
berbeda, mereka melanggar Sabat melawan
perintah langsung dari Muhammad, dan tidak
mematuhi hukum tentang makanan karena
mereka tidak memahami hukum yang
dinyatakan di dalam Taurat, karena mereka
tidak membacanya. Seseorang tak dapat
membaca Qur’an secara terpisah dari Alkitab
dan mencapai pemahaman. Penutupan
kebenaran ini, walaupun dilakukan secara
tidak sengaja, juga berlangsung sekarang ini.
Di dalam karya terjemahannya yang
sebenarnya baik, N.J. Darwood telah
menganggap Al Tariq sebagai Pengunjung di
Waktu Malam dari arti nama tersebut yang
paling menyimpang. Nama ini digunakan
lebih jarang dari Bintang Fajar dan Ia yang
Berdiri di Pintu dan Mengetuk, tetapi dikenal
dan digunakan dalam 1 Tesalonika 5:2,
karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa
hari Tuhan datang seperti pencuri pada
malam.
Sekalipun nama ini kehilangan artinya yang
mendalam bagi pembaca Alkitab berbahasa
Inggris maupun Indonesia, tak diragukan
bahwa Tariq dipahami secara umum dalam
Islam. Tanyakan pada setiap anak apa arti
nama Tariq dan jika ia memang tahu, yang
amat mungkin, ia akan menjawab Sang
Bintang Fajar. Identifikasi istilah Surah, sang
Bintang Fajar dan Ia yang Ditikam
Lambungnya, dengan Yesus Kristus,
merupakan sesuatu yang sederhana dan tak
dapat dihindarkan.
Dengan demikian kita dapat melihat
perkembangan tradisi ini sejak jaman Musa,
Mukasurat 16
yang memberikan komentar kenabian yang
pertama dalam Kejadian 17:19 dan di saat
pemberian janji kepada Yudea dalam
Kejadian 49:10, Tongkat Kerajaan tidak akan
beranjak dari Yehuda ataupun lambang
pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia
[Syiloh] datang yang berhak atasnya, maka
kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.
Nubuat Musa dalam Ulangan 18:15 dan
18:18-19 dinyatakan telah digenapi oleh
Yesus Kristus.
Pengharapan umum dari tradisi YehudaKristen-Islam adalah kedatangan Mesias,
Raja Kebenaran, yang akan mendirikan
kekuasaanNya selama 1.000 tahun (Wahyu
20:4) yang disebut Milenium. Tradisi Kristen
adalah bahwa Milenium (atau Chiliad) akan
didahului dengan kebangkitan yang pertama
dari Pelekizu (para martir, atau mereka yang
dianiaya karena Yesus Kristus). Kebangkitan
yang ke dua atau yang menyeluruh terjadi
pada akhir dari Milenium.
Satan (juga disebut Azazel [Ibrani] atau Iblis
[Arab]) dibelenggu selama 1.000 tahun dan
dilepaskan pada akhir dari Milenium pada
saat mana ia akan sekali lagi menyesatkan
dunia dan perang yang terakhir terjadi.
Penyesatan yang terakhir ini akan diikuti
dengan pemusnahan total bangsa-bansa, dan
kemudian kebangkitan yang ke dua atau yang
menyeluruh. Qur’an, dalam Surah 18 Gua
ayat 95-101, menyebut perang akhir Gog dan
Magog
ini
dengan
namanya
dan
menunjukkan bahwa adalah pada saat itu
sangkakala
yang
terakhir
akan
dikumandangkan untuk kebangkitan orang
mati yang menyeluruh dan penghakiman
sebagaimana yang telah kita lihat.
Sangkakala yang terakhir sebenarnya adalah
dua sangkakala (Surah 39:68 Pasukan, dan
Surah 79:6 Ia yang Ditarik ke Depan dan
seterusnya). Pasukan akan menjadi pemula
penghancuran bangsa-bangsa, dan yang
kedua untuk kebangkitan, dan pada ayat 6975 ditunjukkan penataan Buku Penghakiman.
Yesaya 65:20 menunjukkan bahwa sebuah
periode 100 tahun akan terjadi setelah
kebangkitan yang ke dua agar semua dapat
memperoleh keselamatan. Setelah itu
Yesus Kristus dan Qur’an[163]
penghakiman dan pemusnahan mereka yang
tidak bertobat akan terjadi.
Nubuatan Alkitab menandakan bahwa Elia
(atau seseorang yang ditempati roh Elia) akan
dikirim untuk memberi amaran tentang
kedatangan Mesias (Maleakhi 4:5). Matius
17:11 menunjukkan bahwa Elia akan datang
dan memulihkan segala sesuatu dan bahwa
Yohanes Pembaptis adalah pendahulu dari
nabi ini. Anak-anak Zadok menyebut nabi ini
sebagai Penterjemah Hukum Tuhan (yang
mungkin kenyataannya, adalah Mesias Israel
dan bukan Elia) dan Yeremia 4:15
menandakan bahwa nabi atau suara yang
menyuarakan peringatan mengenai jaman
akhir (lihat karya tulis Peringatan Mengenai
Jaman Akhir [044]) akan berasal dari suku
Dan dan Efraim. Nubuatan Katholik di
kemudian hari menyebut mengenai nabi dari
suku Dan ini sebagai Antikristus dari suku
Dan karena ia adalah penganut Sabat yang
menghancurkan berhala (iconolast) dan
membawa ajaran yang menentang kebaktian
gereja di hari Minggu.
Tradisi Mahdi dalam Islam menyatakan
bahwa Jaman Akhir atau Hari Kiamat akan
didahului dengan sebuah periode kekacauan
secara universal. Penderitaan dan penekanan
akan diakhiri dengan pemunculan Imam
Mahdi sebagai pemulih keadaan dan raja dari
Kerajaan Milenia (atau Chiliastic). Kerajaan
ini akan dihancurkan oleh Daddjal, si iblis,
(juga disebut dalam Wahyu 20:4-12) yang
pada gilirannya akan dikalahkan oleh Nabi
Isa (Yesus Kristus) yang akan memulihkan
keadilan. Para pengikut Imam Mahdi telah
mengacaukan ajaran mengenai Akitab dan
Qur’an telah menempatkan Elia, atau sang
Imam Mahdi, sang Penterjemah dari Hukum
Tuhan dalam DSS, sebagai pemulih dan raja
dari Milenium, dan mereka kemudian
menyatakan bahwa Isa atau Yesus Kristus
datang setelah pelepasan Iblis (dalam hal ini
Daddjal), untuk peperangan terakhir atau
Gog dan Magog sebelum kebangkitan yang
ke dua. Dari situ diketahui bahwa mereka
tidak menyadari bahwa ada dua peperangan
Gog dan Magog, satu di awal dan satu di
akhir dari Milenium. Akan tetapi penantian
akan nabi ini adalah tetap sama.
Yesus Kristus dan Qur’an [163]
Pengharapan Mesianis dalam Islam telah
dipeluk oleh pergerakan Ahmadiyyah yang
didirikan oleh Mirza Ghulam Armad di akhir
abad ke 10 yang telah mengambil konsep
Hindu dan juga konsep Mesianis Timur
Tengah (lihat K. Cragg [juga terdapat dalam
Ling 7.37 dan 7.39], Islam and the Muslim,
Open University Press, 1978, hal. 70).
Karena itu konsep ini adalah konsep yang
sesat.
Dalam Surah 18 Gua kita menemukan, dalam
ayat 95-111, bahwa Gog dan Magog
(Pemimpin dan Bangsa) mula-mula dibatasi
secara alegoris oleh gundukan diantara
bangsa-bangsa (pegunungan) dan pada ayat
99 dan 100 kita menemukan bahwa mereka
dilepaskan di saat peniupan sangkakala
terakhir dan dihancurkan oleh Tuhan
sebelum tibanya Hari Kebangkitan pada ayat
106. Taman Firdaus disebut sebagai upah
selepas kebangkitan pada ayat 108, tetapi
diasumsikan bahwa yang dimaksudkan
adalah taman yang ke dua atau yang terbaru.
Simbolisme pegunungan disini mempunyai
berbagai variasi arti alegoris. Dari Alkitab
kita tahu bahwa bangsa-bangsa (selalu
dilambangkan dengan pegunungan) diratakan
Mukasurat 17
dan dihancurkan oleh Yesus Kristus, tetapi
setelah pelepasan Iblis, Gog dan Magog
muncul kembali untuk peperangan yang ke
dua dan terakhir. Nampaknya Muhammad
menggunakan
gundukan
ini
sebagai
pelambang untuk meniadakan perbezaan
pada kekuasaan nasional di bawah
pemerintahan Mesias, tetapi sekalipun
demikian, tetap kekal pada identitas genetis
sebagaimana yang menjadi pengharapan
dalam batasan yang disebutkan oleh Musa.
Hubungan antara batasan alami pegunungan
Kaukasus tidaklah terhindarkan bagi bangsa
Arab di jaman Muhammad dan, karena itu,
pernyataan ini harus dianggap sebagai alegori
yang penting. Pesan dari Qur’an harus
diinterpretasikan dalam konteks Alkitab.
Apabila dibaca dan diertikan secara terpisah
dari kitab lain, Qur’an, sebagaimana juga
Perjanjian Baru, boleh diselewengkan, dan
tidak dapat dihindari dari menjadi sumber
perpecahan, penganiayaan dan peperangan.
Apabila ketiga-tiga Kitab tersebut dibaca
secara serentak, yang mana sepatutnya
demikian, pemahaman mungkin menjadi
nyata dan satu rencana keselamatan yang
lengkap akan muncul yang mana tidak boleh
disalah ertikan.
Download