Sinta Mei Salisa Siregar

advertisement
1
ABSTRAK
ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA
TERHADAP PELAKU BANDAR JUDI TOGEL
(Studi Putusan No: 113/Pid.B/2013/PN.GS)
Oleh
Sinta Mei Salisa Siregar, Eddy Rifai, Eko Raharjo
Email : [email protected]
Tujuan dari penelitian ini untuk: (1) mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam
penjatuhan pidana terhadap pelaku bandar judi togel. (2) mengetahui faktor
penghambat bagi hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku bandar judi togel
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan : (1) Dasar
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku bandar judi togel
yaitu mempertimbangkan hal yang bersifat yuridis yaitu semua unsur delik perjudian
yang didakwakan kepada terdakwa, fakta-fakta hukum dari hasil pemeriksaan
dipersidangan berupa keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa, dan barang bukti,
kemudian yang bersifat non yuridis yaitu hal yang memberatkan dan hal yang
meringankan dari sifat pribadi terdakwa. Hakim juga berpedoman pada Pasal 183
KUHP dan Pasal 193 ayat (1) dan Ayat (2) KUHAP. (2) Faktor-faktor pengahambat
bagi hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku bandar judi togel, yaitu faktor
undang-undang yang sudah usang, faktor yang timbul dari masyarakat itu sendiri,
faktor penegak hukum, dan faktor kebudayaan.
Kata Kunci : Pertimbangan Hakim, Penjatuhan Pidanan, Bandar Judi Togel
2
ABSTRACT
ANALYSIS OF JUDGE’S CONSIDERATION IN IMPOSING PUNISHMENT
TOWARDS THE ACTOR OF LOTTERY CROUPIER
( Study of Verdict Number : 113/Pid.B/2013/PN.GS )
by
Sinta Mei Salisa Siregar, Eddy Rifai, Eko Raharjo
Email : [email protected]
The purpose of this study is to : (1) know the basic considerations of judges in
imposition of punishment towards perpetrators of lottery croupier. (2) determine the
inhibiting factors for the judges to impose the punishment to the perpetrators of
lottery croupier. Based on the results of the research and discussion, it can be
concluded that : (1) Basic considerations of the judge in imposing the punishment to
theperpetrators of lottery croupier is the consideration of juridical that all elements of
gambling delicts which the accused to the defendant, legal facts from the result of the
examination in the court in the form of information from witnesses, testimony of the
defendant, and evidence, then the non-juridical is aggravating and mitigating factors
of the personal nature of the defendant. The judges are also guided by Article 183
KUHP and Article 193 paragraph (1) and (2) KUHAP. (2) The inhibiting factors for
the judges in imposing punishment to the perpetrators lottery croupier, is the factors
of outdated law, factors arising from society itself, law enforcement factors, and
cultural factors.
Keywords : Considerations of Judge , Imposition of Punishment , Lottery
Croupier
3
I. PENDAHULUAN
Manusia dalam kehidupan sehari-hari
membutuhkan uang guna mencukupi
kebutuhan hidupnya, untuk itu
seseorang harus bekerja agar dapat
memenuhi kebutuhannya itu. UUD
1945 menegaskan bahwa setiap bangsa
Indonesia bebas untuk bekerja, dalam
Pasal 27 Ayat (2) yang menyatakan
bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”. Segala cara
di tempuh demi memenuhi kebutuhan
manusia
yang tak terbendung,
termasuk pekerjaan yang berkaitan
dengan perjudian.
Hakikatnya perjudian khususnya judi
Toto Gelap (Togel) merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan
norma agama, moral, kesusilaan
maupun hukum, serta membahayakan
bagi penghidupan dan kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara. Tidak
ada
satupun
Agama
yang
memperbolehkan umatnya melakukan
perbuatan
tersebut.
Perjudian
merupakan suatu kejahatan (delict)
yang dirasakan sangat menganggu
ketertiban dan ketentraman sehingga
meresahkan warga, apabila dilihat dari
sudut akibat yang timbul dan pengaruh
atau dampak yang timbul.
Berbagai macam dan bentuk perjudian
semakin marak dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari, baik yang
bersifat
terang-terangan
maupun
secara sembunyi-sembunyi, bahkan
sebagian
masyarakat
seolah-olah
memandang perjudian sebagai sesuatu
hal yang wajar, yang tidak perlu lagi
dipermasalahkan, sehingga berbagai
tempat sekarang ini banyak dibuka
agen-agen judi togel dan judi-judi
lainnya yang sebenarnya telah
menyedot dana masyarakat dalam
jumlah yang cukup besar.1
Terkait
dengan
perjudian
banyak negara yang
melarang
perjudian sampai taraf tertentu, Karena
perjudian
mempunyai konsekuensi sosial
yang kurang baik. Beberapa negara
sudah melarang adanya perjudian,
terutama di negara-negara Islam.
Menurut Kartini Kartono dalam
bukunya yang berjudul patologi sosial,
perjudian adalah pertaruhan dengan
sengaja yaitu mempertaruhkan suatu
nilai atau sesuatu yang dianggap
bernilai dengan menyadari adanya
resiko dan harapan-harapan tertentu
dalam peristiwa-peristiwa permainan,
pertandingan,
perlombaan
dan
kejadian-kejadian yang tidak atau
belum pasti hasilnya.
Definisi serupa dikemukakan oleh
Stephen Lea, et al (1987) dalam buku
The Individual in the Economy, A
Textbook of Economic Psychology
seperti yang dikutip oleh Papu (2002),
mereka mengatakan bahwa perjudian
adalah suatu kondisi dimana terdapat
potensi kehilangan sesuatu yang
berharga atau segala hal yang
mengandung risiko. Namun demikian,
perbuatan mengambil risiko dalam
perilaku berjudi, perlu dibedakan
pengertiannya dari perbuatan lain yang
1
Bambang Sutiyoso, Perjudian Dalam
Perspektif Hukum,
http://bambang.staff.uii.ac.id/2008/10/17/perju
dian-dalam-perspektif-hukum/, diakses
Tanggal 17 Oktober 2008.
4
juga mengandung risiko2. Ketiga unsur
dibawah ini mungkin dapat menjadi
faktor yang membedakan perilaku
berjudi dengan perilaku lain yang juga
mengandung risiko:
1. Perjudian adalah suatu kegiatan
sosial yang melibatkan sejumlah
uang (atau sesuatu yang berharga)
dimana pemenang memperoleh
uang dan imbalan lainnya yang
dianggap berharga.
2. Risiko yang diambil bergantung
pada kejadian-kejadian di masa
mendatang, dengan hasil yang
tidak diketahui, dan banyak
ditentukan oleh hal-hal yang
bersifat
kebetulan
atau
keberuntungan.
3. Risiko yang diambil bukanlah
suatu yang harus dilakukan,
kekalahan atau kehilangan dapat
dihindari dengan tidak ambil
bagian dalam permainan judi.
Perjudian tidak terlepas dari bandar
judi yang berperan dalam menawarkan
atau memberikan kesempatan untuk
permainan
judi,
bahkan
menjadikannya
sebagai
suatu
pencarian untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya
sehari-hari.
Perjudian
termasuk dalam Buku ke 1 di dalam
KUHP tentang kejahatan. Kejahatan
adalah
Rechtsdelicten,
artinya
perbuatan yang bertentangan dengan
keadilan.3
Intinya
kejahatan
merupakan suatu hal yang ditentang
2
Papu, Johanes. 2002. Perilaku Berjudi
://www.epsikologi.com/epsi/sosial_detail.asp/diakses
tanggal 12 Maret 2010.
3
Tri Andrisman, Delik Tertentu dalam KUHP,
Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2011,
hlm. 8
oleh masyarakat, baik itu diatur dalam
undang-undang maupun tidak diatur
dalam undang-undang.4
KUHP Pasal 1 Ayat (1) tentang Asas
Legalitas menegaskan bahwa “Tiada
satu perbuatan dapat dipidana kecuali
atas kekuatan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada,
sebelum
perbuatan
dilakukan”.
Maksud dari isi pasal tersebut adalah
tidak ada suatu perbuatan atau
kejahatan yang dapat dipidana jika
tidak ada undang-undang yang
mengaturnya.
Peraturan
tentang
perjudian itu sendiri dapat dilihat di
dalam Pasal 303 ayat (1), (2), (3)
KUHP dan di dalam Undang-Undang
No.7 Tahun 1974 tentang Penertiban
Perjudian.
Mengenai pengertian perjudian sendiri
diatur dalam Pasal 303 ayat (3) KUHP
sebagai berikut : “Yang disebut
permainan judi adalah tiap-tiap
permainan, di mana pada umumnya
kemungkinan
mendapat
untung
bergantung pada peruntungan belaka,
juga karena pemainnya lebih terlatih
atau lebih mahir. Di situ termasuk
segala pertaruhan tentang keputusan
perlombaan atau permainan lainlainnya yang tidak diadakan antara
mereka yang turut berlomba atau
bermain, demikian juga segala
pertaruhan lainnya”.
Tindak pidana perjudian merupakan
delik atau kejahatan yang memenuhi
unsur-unsur tindak pidana, yaitu :
1. Barang siapa yaitu sebagai pelaku
tindak pidana
4
Loc. Cit.
5
2. Melawan hukum, perjudian adalah
suatu perbuatan melawan hukum
3. Ancaman pidana, yaitu sanksinya
penjara maksimal 10 tahun dan
denda maksimal du puluh lima juta
rupiah.
Contoh kasus tindak pidana perjudian
yang dilakukan oleh seorang bandar
judi togel yang terjadi di daerah
Kabupaten Lampung Tengah, pada
tanggal 26 Januari 2013. Awalnya
Polsek Terusan Nunyai mendapat
laporan masyarakat bahwa terdakwa
Hermanto dan Asmuni yang masih
termasuk dalam Daftar Pencarian
Orang (DPO) sebagai agen
atau
bandar perjudian toto gelap. Kemudian
saksi Andi Kurniawan bin Amir Syah,
saksi Bayu Agus Tanoto bin Suyut dan
saksi Evan Herlani Tinambunan bin A.
Tinambunan selaku anggota Polsek
Terusan Nunyai mendapatkan surat
perintah
untuk
melakukan
penangkapan
terhadap
terdakwa,
kemudian
para
saksi
tersebut
melakukan penangkapan pada hari
Sabtu tanggal 26 Januari 2013 sekitar
jam 11.00 WIB di rumah terdakwa
yang beralamat di Jalan Udara Rt 01 B
Kampung Bandar Agung Kec. Terusan
Nunyai Kab. Lampung Tengah dan
saat itu terdakwa sedang duduk di
meja rumahnya, dan didapati barang
bukti berupa:
a. 1 (satu) buah buku mimpi;
b. 1 (satu) buah handphone merk
Maxtron warna hitam;
c. 1 (satu) buah buku rekapan
nomor/angka yang dipasangkan
oleh pembeli;
d. Uang tunai sebesar Rp. 20.000,(dua puluh ribu rupiah) yang
merupakan uang pasangan dari
pemasang;
Hermanto sebagai pelaku tindak
pidana pada kasus ini diancam dengan
Pasal 303 KUHP Ayat (1) poin ke 1
menyatakan bahwa :
“Diancam dengan pidana paling
lama dua tahun delapan bulan atau
denda paling banyak enam ribu
rupiah
(berdasarkan
UndangUndang No. 7 Tahun 1974 tentang
penertiban perjudian di ubah
pidananya menjadi sepuluh tahun
penjara dan denda dua puluh lima
juta ) tanpa mendapat izin dengan
sengaja
menawarkan
atau
memberikan kesempatan untuk
permainan judi dan menjadikan
pencarian, atau dengan sengaja
turut serta dalam suatu perusahaan
untuk itu”
Surat
Putusan
Nomor:
113/Pid.B/2013/PN.GS., menyatakan
bahwa tuntutan pidana Jaksa Penuntut
Umum yaitu berupa :
1. Menyatakan terhadap terdakwa
Hermanto Bin Faqih terbukti
secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana
“Tanpa mendapat izin dengan
sengaja menawarkan atau memberi
kesempatan untuk permainan judi
dan
menjadikan
sebagai
pencaharian” melanggar pasal 303
aayat (1) KUHP Jo. Pasal 2 Ayat
(1) Undang-Undang No.7 Tahun
1974 tentang Penertiban Perjudian
Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
2. Menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa Hermanto bin Faqih
berupa pidana penjara selama 7
(tujuh) bulan dikurangkan dengan
masa penahanan yang telah dijalani
terdakwa
dengan
perintah
terdakwa tetap di tahan
6
3. Menetapkan barang bukti berupa :
a. 1 (satu) buah buku rekapan
nomor atau angka yang
dipasangkan
b. 1 (satu) buah buku mimpi
c. 1 (satu) buah handphone merk
Maxtron warna hitam
dirampas untuk dimusnahkan
d. 1 (satu) lembar uang tunai
pecahan Rp. 20.000,- (dua
puluh ribu rupiah)
dirampas untuk negara
4. Membebankan
biaya
perkara
kepada terdakwa sebesar Rp.
1.000,- (seribu rupiah)
Hakim di dalam Surat Putusan Nomor:
113/Pid.B/2013/PN.GS.,
memutus
terhadap terdakwa berupa :
1. Menyatakan terhadap Terdakwa
Hermanto Bin Faqih terbukti
secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana
“Turut serta tanpa hak dengan
sengaja menawarkan kesempatan
untuk melakukan permainan judi
sebagai mata pencaharian”
2. Menjatuhkan pidana terhadap
Terdakwa Hermanto bin Faqih
dengan pidana penjara selama 4
(empat) bulan dan 15 (lima belas)
hari
3. Menetapkan masa penahan yang
telah dijalani oleh terdakwa
dikurangkan
seluruhnya
dari
pidana yang dijatuhkan
4. Menetapkan agar terdakwa tetap
berada dalam tahanan
5. Memerintahkan barang bukti :
a. 1 (satu) buah buku rekapan
nomor atau angka dipasangkan
b. 1 (satu) lembar uang tunai
pecahan Rp. 20.000,- (dua
puluh ribu)
dirampas untuk negara
6. Membebankan kepada terdakwa
untuk membayar untuk membayar
biaya perkara sebesar Rp. 1.000,(seribu rupiah)
Hakim memutus penjatuhan pidana
kepada terdakwa dirasa terlalu ringan
jika dibandingkan dengan Ancaman
pidana KUHP serta tuntutan Jaksa
Penuntut Umum dalam Surat Putusan
Nomor:
113/Pid.B/2013/PN.GS.
Hakim dalam memutus perkara
mempunyai kebebasan untuk dapat
menjatuhkan sanksi pidana yang
terdapat dalam setiap putusannya,
namun meskipun begitu tidak berarti
bahwa hakim boleh menjatuhkan
pidana dengan sewenang-wenang.
Hakim Dalam menjatuhkan putusan,
pasti mempunyai pertimbangannya
sendiri terhadap terdakwa. Atas dasar
pemikiran dan latar belakang tersebut
penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul : “Analisis Pertimbangan
Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana
Terhadap Pelaku Bandar Judi Togel
(Studi
Putusan
No.113/Pid.B/2013/Pn.Gs.).
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, permasalahan dalam tulisan
ini adalah :
a. Apakah yang menjadi dasar
pertimbangan
hakim
dalam
menjatuhkan pidana
terhadap
pelaku bandar judi togel.
b. Apakah faktor penghambat bagi
hakim dalam menjatuhkan pidana
terhadap pelaku bandar judi togel.
Penelitian skripsi ini menggunakan
metode yuridis normatif dan yuridis
empiris. Adapun jenis dan sumber
data, terdiri dari data primer yang
bersumber dari lapangan, berupa hasil
7
wawancara dengan responden yang
terdiri dari 1 Jaksa pada Kejaksaan
Negeri Gunung Sugih, 1 Hakim
Pengadilan Negeri Gunung Sugih, dan
1 Dosen Hukum Pidana Fakultas
Hukum Unila dan data sekunder
bersumber dari kepustakaan. Analisis
yang digunakan adalah analisis
kualitatif,
kemudian
diambil
kesimpulan secara induktif.
II. HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
DAN
A. Dasar Pertimbangan Hakim
dalam Menjatuhkan Pidana
Terhadap Pelaku Bandar Judi
Togel (studi putusan nomor:
113/Pid.B/2013/PN.GS.)
Hakim adalah salah satu aparat yang
berwenang dalam upaya penegakan
hukum terhadap pelaku tindak pidana.
Pasal 22 Undang-Undang No. 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman menjelaskan bahwa semua
peradilan diseluruh wilayah Negara
Republik Indonesia adalah peradilan
negara yang diatur dengan undangundang
serta
menerapkan
dan
menegakan hukum serta keadilan
berdasarkan Pancasila dan peradilan
dilakukan demi Keadilan berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, juga
diselenggarakan dengan sederhana,
cepat, dan biaya ringan.
Pasal 50 Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman
menjelaskan
bahwa
putusan pengadilan selain harus
memuat alasan dan dasar putusan, juga
memuat pasal tertentu dari peraturan
perundang-undangan
yang
bersangkutan atau sumber hukum tak
tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili.
Hakim dalam menjatuhkan putusan
harus memiliki suatu pertimbanganpertimbangan
terlebih
dahulu.
Dakwaan
atau
tuntutan
jaksa
merupakan
salah
satu
dasar
pertimbangan bagi hakim sebelum
menjatuhkan pidana. Hakim bisa saja
berpendapat sama dengan jaksa,
sebaliknya
hakim
juga
bisa
bertentangan dengan jaksa dengan
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa
lebih ringan atau melebihi dari
tuntutan
JPU.
Hakim
dalam
menjatuhkan pidana akan mengacu
pada hal-hal yang terbukti dan
berdasarkan alat bukti di pengadilan
sesuai dengan Pasal 183 KUHAP.
Firdaus Siafaan mengatakan bahwa,
sebelum majelis hakim menjatuhkan
putusannya, maka majelis hakim akan
mempertimbangkan
hal-hal
yang
bersifat yuridis dan non yuridis. Pada
perkara nomor 113/Pid.B/2013/PN.GS
kepada terdakwa Hermanto hal-hal
yang menjadi pertimbangan hakim
yaitu:
a. Hal-hal yang bersifat yuridis
1) Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
(JPU)
Dakwaan JPU dalam perkara No.
113/Pid.B/2013/PN.GS adalah bahwa
terdakwa Hermanto bersalah telah
melakukan tindak pidana tanpa
mendapat izin dengan sengaja
menawarkan
atau
memberi
kesempatan untuk permainan judi dan
menjadikan sebagai pencaharian.
Proses pembuktian dalam persidangan
berdasarkan surat dakwaan jaksa
penuntut umum yang mendakwa
dengan pasal 303 Ayat (1) ke-1 KUHP
Jo. Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang
8
No.7 Tahun 1974 tentang Penertiban
Perjudian Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1
KUHP yang unsur-unsurnya sebagai
berikut :
1. Unsur Barang Siapa
Kata “barang siapa” adalah setiap
orang yang dapat dijadikan sebagai
subyek hukum atau pendukung hak
dan kewajiban, yang dalam perkara
ini adalah Terdakwa Hermanto bin
Faqih dimana dalam persidangan
terdakwa
mengakui
dan
membenarkan identitas dirinya
sebagaimana tertera dalam surat
dakwaan, kemudian terdakwa
mampu
menjawab
seluruh
pertanyaan majelis hakim, dan
jaksa penuntut umum dengan baik
dan lancar, dapat mengingat serta
menerangkan
sesuai
dengan
perbuatan yang terdakwa telah
lakukan, maka hal tersebut
menunjukkan bahwa terdakwa saat
melakukan perbuatan maupun saat
memberikan keterangan dimuka
persidangan adalah berada dalam
kedaan sehat jasmani dan rohani
serta tidak ditemukannya alasan
pembenar dan pemaaf sehingga
terdakwa
dipandang
mampu
bertanggung jawab atas seluruh
perbuatan pidana yang telah
dilakukannya.
2. Unsur Tanpa hak dengan Sengaja
Menawarkan
atau
Memberi
Kesempatan untuk Permainan Judi
dan Menjadikan sebagai Pencarian
atau dengan Sengaja Turut Serta
dalam Suatu Perusahaan untuk itu.
Sub unsur dengan kata “tanpa hak”
disini adalah bahwa setiap
permainan judi hanya dapat
diselenggarakan (diadakan) dengan
izin dari penguasa pemerintah yang
berwenang,
apabila
penyelenggraan permainan judi
dilaksanakan tanpa izin maka
perbuatan tersebut melanggar
hukum dan bertentangan dengan
hukum.
Sub unsur dengan kata “memberi
kesempatan untuk melakukan
permaianan
judi”
ditafsirkan
bahwa pelaku yang menawarkan
kesempatan atau yang memberi
kesempatan untuk permainan judi,
yang bersangkutan, harus diketahui
atau terbukti, bukan melakukan
pada saat itu.
Sub unsur dengan kata “turut serta
dalam suatu perusahaan untuk itu”
meliputi berbagai kegiatan atau
perbuatan, misalnya menjadi agen
atau bandar, sub agen, atau
menjualkan kupon-kupon atau
blangko-blangko, tiket atau karcis,
atau
selebaran-selebaran
dan
sebagainya.
3. Unsur yang melakukan, yang
menyuruh melakukan, dan yang
turut serta melakukan
Menimbang, bahwa berdasarkan
keterangan
sksi-saksi
dan
pengakuan terdakwa sendiri serta
dihubungkan dengan barang bukti
dan fakta-fakta yang saling
bersesuaian satu sama lain di
persidangan dan didapatkan faktafakta hukum bahwa pada hari
Sabtu tanggal 26 Januari 2013
sekira jam 11.00 WIB terdakwa
bertindak sebagai bandar
judi
togel dan menjual togel tersebut
pada hari Senin, Rabu, Kamis,
Sabtu, dan Minggu yang dilakukan
dengan cara menawarkan langsung
kepada pembeli atau pembeli yang
akan memesan melalui SMS.
9
Bahwa judi togel yang dilakukan
terdakwa bersama Asmuni (DPO)
merupakan
untung-untungan
karena tidak selamanya bandar
atau pembeli menang. Pembeli
akan mendapatkan keuntungan
apabila angka yang dibeli tersebut
cocok dengan angka yang keluar,
sebaliknya apabila jika angka yang
dipasang tidak cocok maka
dianggap
kalah
dan
uang
pembelian tersebut menjadi milik
bandar.
Menimbang, bahwa berdasrakan
fakta-fakta hukum tersebut diatas,
maka ketiga unsur yaitu barang
siapa, tanpa izin dengan sengaja
menawarkan
atau
member
kesempatan untuk permainan judi
dan
menjadikan
sebagai
pencaharian atau dengan sengaja
turut serta dalam suatu perusahaan
untuk itu, dan unsur yang
melakukan,
yang
menyuruh
melakukan, dan yang turut serta
melakukan terpenuhi.
2) Keterangan terdakwa dan saksi
Terdakwa Hermanto mengakui bahwa
benar telah menjual dan memainkan
judi jenis togel dan mengakui terhadap
barang bukti yang merupakan alat
yanag digunakan oleh terdakwa dalam
melakukan tindak pidana perjudian
tersebut.
Saksi Brigpol Andi Kurniawan, Briptu
Bayu Agus Tanoto, dan Briptu Evan
Herlani Tinambunan selaku anggota
polsek mengakui telah melakukan
penangkapan dengan membawa surat
perintah
penangkapan
terhadap
Terdakwa berdasarkan informasi dari
masyarakat yang kemudian dilakukan
penyelidikan beberapa hari dan
ternyata benar bahwa terdakwa
menjual judi jenis togel.
3) Barang bukti yang ditujukan di
persidangan
a) 1 (satu) buah buku mimpi
b) 1 (satu) buah handphone merk
Maxtron warna hitam
c) 1 (satu) buah buku rekapan
nomor/angka yang dipasangkan
oleh pembeli
d) Uang tunai sebesar Rp. 20.000,(dua puluh ribu rupiah) yang
merupakan uang dari pemasang
4) Pasal-pasal yang terdapat dalam
hukum pidana
Berdasarkan
bukti-bukti
yang
ditemukan, terdakwa dijerat Pasal 303
Ayat (1) KUHP Jo. Pasal 2 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974
tentang Penertiban Perjudian yang
berisi :
“Diancam dengan pidana paling
lama dua tahun delapan bulan atau
denda paling banyak enam ribu
rupiah
(berdasarkan
UndangUndang No. 7 Tahun 1974 tentang
penertiban perjudian di ubah
pidananya menjadi sepuluh tahun
penjara dan denda dua puluh lima
juta ) tanpa mendapat izin dengan
sengaja
menawarkan
atau
memberikan kesempatan untuk
permainan judi dan menjadikan
pencarian, atau dengan sengaja
turut serta dalam suatu perusahaan
untuk itu”
b. Hal-hal yang bersifat non Yuridis
1) Kondisi terdakwa
Pada saat melakukan tindak pidana
perjudian, kondisi korban dalam
keadaan sehat dan waras sehingga ia
dapat melakukan tindak pidana
perjudian.
2) Keadaan sosial ekonomi terdakwa
Terdakwa berumur 48 (empat puluh
delapan) tahun bekerja sebagai tukang
10
ojek di daerah pasar Bandar Angung
Lampung Tengah dan menjadi tulang
punggung keluarga untuk menghidupi
dan memenuhi kebutuhan istri dan
anak-anaknya.
3) Faktor agama dari terdakwa
Terdakwa beraga Islam
perbuatannya
memperlancar
persidangan.
sehingga
jalannya proses
Selain dari pertimbangan non yuridis
di
atas,
hakim
juga
mempertimbangkan hukuman terhadap
terdakwa karena belum pernah
dihukum
dan
terdakwa
hanya
merupakan bandar judi togel dalam
skala kecil yang memulai usahanya
belum lama dengan uang yang
ditemukan sebagai barang bukti hanya
Rp.20.000.- (dua puluh ribu rupiah).
Pada kasus ini pun terdakwa berlaku
sopan, mengikuti jalannya persidangan
dengan tertib dan tidak macam-macam
juga tidak mengajukan eksepsi
/keberatan sehingga hakim merasa
hukuman 4 bulan sudah cukup sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan oleh
terdakwa.
Firdaus Siafaan juga mengatakan
bahwa hukuman yang diberikan oleh
hakim kepada terdakwa sudah cukup
sesuai, mengingat di dalam UndangUndang No. 7 Tahun 1974 tentang
Penertiban
Perjudian
tidak
menentukan minimal sanksi yang
harus diberikan, kemudian terdakwa
hanyalah bandar judi dengan skala
kecil yang pada saat itu hanya
ditemukan uang Rp.20.000,- (dua
puluh ribu rupiah) dari uang pemasang
sebagai barang bukti. Firdaus Siafaan
Selanjutnya mengatakan, bahwa hakim
sebagai penegak hukum, dalam segala
putusan akan dipertimbangkan dengan
seadil-adilnya sesuai dengan tujuan
hukum, yaitu kepastian hukum,
kemanfaatan hukum, dan keadilan
hukum dan harus berjalan seiring
seirama, meskipun didalam prakteknya
sering terjadi hambatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka hakim
dalam menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa berdasarkan pada Pasal 187
KUHAP mempertimbangkan terlebih
dahulu hal-hal yang memberatkan dan
yang meringankan, yaitu :
Hal-hal yang memberatkan
1. Perbuatan
para
terdakwa
meresahkan masyarakat
2. Perbuatan terdakwa bertentangan
dengan Program Pemerintah dalam
memberantas penyakit masyarakat
khususnya perjudian dan normanorma keagamaan
Hal-hal yang meringankan
1. Terdakwa belum pernah dihukum
2. Terdakwa bersikap sopan dan
mengakui
terus
terang
Elfa Yulita juga berpendapat sama
bahwa putusan hakim terhadap
terdakwa dirasa sudah cukup sesuai,
selama putusan hakim tidak kurang
dari setengah dari tuntutan JPU. Pada
pekara ini JPU menuntut hukuman
terhadap terdakwa berupa pidana
penjara selama 7 bulan dikurangi masa
tahanan, dalam putusan hakim
memutus pidana penjara selama 4
bulan 15 hari dan putusan tersebut
tidak kurang dari setengah dari
dakwaan
JPU.
Jaksa
dalam
memberikan
dakwaan
juga
mempunyai
pertimbanganpertimbagan sendiri, dilihat dari unsur
perbuatan dan juga alat-alat bukti yang
ada dipersidangan. Elfa Yulita juga
11
menambahkan bahwa hakim dalam
menjatuhkan putusan juga harus
memperhatikan
hal-hal
seperti
membawa akibat penderitaan pada
anak-anak dan istrinya
karena
kehilangan seorang ayah sebagai
pencari nafkah, karena itu suatu
putusan hakim selain memberikan efek
jera juga harus memperhatikan aspek
sosial, aspek moral, selain dari aspek
yuridis sehingga tujuan hukum dan
penghukuman itu tercapai yaitu
keadilan kepastian hukum, dan
kemanfaatan.
Diah Gustiniati mengatakan bahwa,
hakim dalam menjatuhkan putusan
harus berpacu kepada teori-teori
pertimbangan hakim, misalnya dilihat
dari
kebijaksanaanya
atau
keseimbangan antara perbuatan dan
hukumannya.
Selanjutnya
Diah
Gustiniati mengatakan bahwa hakim
bukanlah hanya sebagai corong
undang-undang, tetapi hakim dengan
kekuasaan dan kewenangannya dapat
memberikan keputusan yang seadiladilnya. Adil di sini bukan hanya
untuk satu pihak, tetapi adil untuk
semua pihak, baik itu pelaku, korban,
maupun masyarakat. Kemudian juga
berpendapat sama bahwa pada putusan
pidana tentang tindak pidana yang
dilakukan oleh terdakwa Hermanto
sudah cukup sesuai, dilihat dari
perbuatan terdakwa yang masih bisa
dikatakan ringan,
karena usaha
perjudiannya masih kecil-kecilan.
Penulis
menyatakan
bahwa,
berdasarkan
putusan
Pengadilan
Negeri Gunung Sugih Nomor:
113/Pid.B/2013/PN.GS,
perbuatan
terdakwa terbukti secara sah dan
meyakinkan telah melakukan tindak
pidana perjudian karena sudah
memenuhi unsur-unsur tindak pidana,
juga adanya alat bukti yang
mendukung,
seperti
keterangan
terdakwa, keterangan saksi, juga
barang bukti yang ditemukan. Hakim
dalam proses penjatuhan putusan juga
sudah sesuai dengan Pasal 183
KUHAP yang menyatakan bahwa,
hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seorang kecuali apabila
sekurang-kurangnya dua alat bukti
yang sah ia memperoleh keyakinan
bahwa suatu tindak pidana benar-benar
terjadi dan bahwa terdakwalah yang
bersalah melakukannya.
Penulis tidak sependapat dengan apa
yang dikemukakan oleh Firdaus
Siafaan dan Elva Yulita. Hemat
penulis, hukuman 4 bulan 15 hari yang
diberikan hakim terhadap terdakwa
kurang sesuai. Pasal 2 Ayat (1)
Undang-Undang No. 7 tahun 1974
tentang
Penertiban
Perjudian
menjelaskan bahwa sanksi pidana bagi
pelaku tindak pidana perjudian adalah
maksimal 10 tahun penjara dan
maksimal denda dua puluh lima juta
rupiah, sehingga jika dilihat dari
perbuatannya, terdakwa yang berstatus
sebagai bandar judi togel, dapat
dijadikan sebagai dasar pemberat oleh
hakim untuk menjatuhkan putusan
yang lebih berat dari pelaku tindak
pidana perjudian yang bukan seorang
bandar judi. Meskipun terdakwa
merupakan bandar judi dengan skala
kecil, namun perbuatan terdakwa yang
mengajak orang lain untuk berbuat
judi, dapat menimbulkan kejahatan
lain, seperti yang dikemukakan oleh
Elfa Yulita bahwa tindak pidana
perjudian
dapat
menimbulkan
kejahatan yang lain, seperti pencurian,
12
minum-minuman
keras,
bahkan
kejahatan terhadap nyawa orang lain.
Perbuatan
terdakwa
sangat
meresahkan, terutama bagi masyarakat
sekitar, juga dapat ditiru oleh anakanak sehingga merusak moral generasi
muda yang akan memimpin bangsa ini
dikemudian hari.
Terdakwa sebaiknya agar dihukum
lebih berat, yaitu hukuman penjara
yang tidak kurang dari 1 tahun.
Pemidananaan ini tidak hanya
bertujuan
untuk
memberikan
penderitaan kepada terdakwa dan tidak
merendahkan martabat terdakwa.
Berdasarkan tujuan pemidanaan dapat
diketahui bahwa hukum pidana bukan
hanya sebagai sarana pembalasan,
namun untuk melakukan pembinaan
terhadap narapidana menjadi orang
yang lebih baik dan berguna. Tujuan
dari pemidanaan tersebut agar dapat
memberikan efek jera, baik untuk
terdakwa yang melakukan tindak
pidana, untuk mencegah timbulnya
perbuatan yang sama bagi orang lain,
juga agar terdakwa dalam menjalankan
hukumannya dapat
dibina dan
dibimbing
di
Lembaga
Pemasyarakatan untuk menjadi pribadi
yang lebih baik. Penulis berpendapat
bahwa, masa tahanan yang hanya 4
bulan 15 hari belum sepenuhnya
menyadarkan
terdakwa,
karena
waktunya terlalu singkat sehingga
kurang cukup waktu bagi terdakwa
untuk melakukan intropkesi diri,
terlebih untuk membina seorang
bandar judi yang merupakan suatu
perbuatan yang sudah menjadi
kebiasaan
dan
berulang-ulang
dilakukan oleh terdakwa.
Dalam hal ini, jaksa penuntut umum
juga
berperan
penting
dalam
melayangkan tuntutannya, karena
merupakan salah satu dasar yang dapat
dipertimbangkan oleh hakim dalam
menjatuhkan putusannya. Pada kasus
ini jaksa penuntut umum menuntut
terhadap terdakwa penjara 7 bulan
dikurangi masa tahanan, sehingga
dirasa kurang sesuai dengan perbuatan
yang dilakukan oleh terdakwa.
Jika dilihat dari dasar pertimbangan
hakim dalam menjatuhkan putusan
terhadap terdakwa, dapat diketahui
bahwa hakim pada kasus ini lebih
menggunakan teori kebijaksanaan,
sebagai salah satu teori penjatuhan
putusan yang dikemukakan oleh
Mackenzie yaitu, teori keseimbangan,
teori pendekatan seni dan intuisi, teori
pendekatan keilmuan, teori pendekatan
pengalaman, teori ratio decidendi, teori
kebijaksanaan.5
Hakim
lebih
memperlihatkan sisi kebijaksaannya
dan instink atau intuisi daripada
pengetahuan
hakim.
Hakim
menyesuaikan dengan keadaan dan
hukuman yang wajar bagi terdakwa.
Dengan mempertimbangkan terdakwa
yang hanya merupakan bandar judi
skala kecil juga sifat pribadi terdakwa,
namun
kurang
memperhatikan
keseimbangan antara putusan yang
dijatuhkan dan dampak dari putusan
tersebut, karena setiap putusan hakim
akan
mempengaruhi
kehidupan
terdakwa di masa depan yang juga
berkaitan
dengan
kepentingan
masyarakat.
5
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim
dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar
Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 105-106.
13
B. Faktor Penghambat bagi Hakim
dalam Menjatuhkan Pidana
terhadap Pelaku Bandar Judi
Togel
Menjatuhkan pidana berarti sama saja
dengan menegakkan hukum yang ada
di Indonesia. Hakim sebagai penegak
hukum yang mempunyai kebebasan
dalam
melaksanakan
kekuasaan
kehakiman, dalam praktiknya juga
mengalami
hambatan
dalam
menegakkan hukuman kepada pelaku
tindak
pidana.
Faktor-faktor
penghambat bagi hakim dalam
menjatuhkan pidana terhadap pelaku
bandar judi togel, yaitu :
1. Faktor hukumnya sendiri
Firdaus Siafaan mengatakan bahwa,
sebagai penegak hukum pasti pernah
mengalami
hambatan
dalam
menegakan hukum. Dikaitkan dengan
perkara
perjuadian
togel
yang
dilakukan oleh terdakwa Hermanto
hakim mengalami hambatan yang
dikarenakan faktor undang-undang
yang masih terlalu kaku. Dikarenakan
ketentuan yang diatur dalam undangundang tersebut belum sesuai atau
tidak sesuai dengan perkembangan
tindak pidana judi togel saat ini.
Benar bahwa hukum tertinggal satu
langkah dari kejahatan, jika dilihat
sekarang sudah banyak macam-macam
perjudian yang beredar di kota-kota
mapun di daerah-daerah. Majunya
perkembangan
tekhnologi
juga
membuat
perjudian
semakin
berkembang. Banyak cara-cara baru
untuk melakukan
perjudian togel
melalui tekhnologi canggih saat ini
seperti
melalui
situs
internet.
Meskipun saat ini sudah ada UndangUndang No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) mengenai perbuatan yang
berkaitan dengan perjudian, namun
Undang-Undang No. 7 Tahun 1974
tentang Penertiban Perjudian harus
diperbarui lagi karena pada undangundang ITE belum diatur secara
khusus.
2. Faktor masyarakat itu sendiri
Kurangnya kepatuhan terhadap hukum
di masyarakat menjadi faktor utama
yang menghambat penegakan hukum.
Masyarakat merupakan lingkungan
dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan. Elfa Yulita mengatakan
bahwa pada kenyataannya banyak
masyarakat yang kurang patuh
terhadap hukum terutama pada Pasal 1
Undang-Undang No. 7 Tahun 1974
tentang Penertiban Perjudian yang
mengatakan bahwa segala macam
perjudian
adalah
kejahatan.
Sebenarnya masyarakat sadar bahwa
perjudian adalah perbuatan yang
dilarang oleh hukum, bahkan agama
manapun
menegaskan
bahwa
perjudian adalah perbuatan dosa,
namun masyarakat masih banyak yang
kurang sadar akan dampak dari
perbuatanya,
bahkan
dapat
menimbulkan kejahatan yang lain,
seperti pencurian, minum-minuman
keras, bahkan kejahatan terhadap
nyawa orang lain.
3. Faktor penegak hukum
Elfa Yulita mengatakan bahwa dalam
penegakan hukum terhadap tindak
pidana perjudian khususnya judi togel,
tidak menemukan adanya hambatan
yang berarti. Hanya saja perlu adanya
koordinasi antara hakim dan jaksa
dengan kepolisian setempat. Karena
kepolisian sangat membantu dalam
menyelidiki suatu kasus yang terjadi di
masyarakat.
14
4. Faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakan hukum
Firdaus Siafaan mengatakan, bahwa
untuk sarana dan prasarana yang
mendukung
penegak
hukum
khususnya pada Kehakiman di
Pengadilan Negeri Gunung Sugih
dirasa sudah cukup memadai. Sarana
dan prasarana seperti, tercukupinya
pegawai di Pengadilan Negeri Gunung
Sugih, ruangan sidang yang memadai,
penyimpanan dan penyusunan berkas
yang aman dan sudah memakai
komputer, mobil
tahanan, dan
peralatan penunjang lainnya yang
dirasa sudah cukup dan bukan suatu
yang menghambat bagi hakim dalam
menegakkan hukum.
5. Faktor kebudayaan
Perjudian
merupakan
penyakit
masyarakat yang sudah menjadi
kebiasaan oleh masyarakat dari zaman
dahulu, yang saat ini sudah melekat
pada masyarakat Indonesia. Sehinga
perbuatan tersebut sudah menjadi
kebudayaan
yang susah untuk
dihapuskan. Perjudian togel sudah
sering dilakukan oleh masyarakat
pedesaan dan bahkan menjadi suatu
pencaharian bagi mereka. Hal tersebut
yang membuat penegak hukum
terhambat untuk menegakan hukum
terhadap perjudian togel.
Diah Gustiniati berpendapat sama
tentang perundang-undangan perjudian
yang usang. Menurutnya peraturan
tentang
perjudian
harus
lebih
diperbarui dan disosialisasikan kepada
masyarakat. Mengingat banyak sekali
jenis judi bermunculan di Indonesia,
baik itu yang skala kecil maupun yang
skala besar.
Menurut penulis, faktor penghambat
bagi hakim dalam menjatuhkan pidana
terhadap pelaku bandar judi togel
merupakan hambatan yang tidak
terlalu sulit untuk di hilangkan. Faktor
kakunya
undang-undang
yang
mengatur tentang penertiban perjudian,
dapat diselesaikan dengan cara
merevisi undang-undang tersebut.
Selain itu ada Peraturan Pemerintah
No.9 Tahun 1981 yang mengatur
tentang
Pelaksanaan
Penertiban
Perjudian, sehingga hakim tidak boleh
terpaku oleh satu undang-undang saja.
Faktor
masyarakat
juga
dapat
diselesaikan dengan cara memberikan
sosialisasi
terhadap
masyarakat
tentang undang-undang yang mengatur
tentang
perjudian,
sehingga
masyarakat mengerti dampak dari
perjudian
dan
bagaimana
pemidanaannya.
Menurut penulis, selain beberapa
faktor tersebut faktor penghambat
penegakan hukum hukum tersebut
yang harus lebih diperhatikan adalah
penegak hukumnya itu sendiri seperti
Polisi, Hakim, dan Jaksa. Saat ini
praktik jual beli hukum sudah sering
terjadi. Tak jarang para penegak
hukum
menyalahgunakan
kewenangannya untuk kepentingannya
sendiri.
Hakim
kerap
kali
menyalahgunakan wewenangnya di
dalam praktik peradilan, dengan
mudahnya menjatuhkan hukuman
seringan-ringannya
atau
seberatberatnya kepada terdakwa sesuai
permintaan si pembeli hukum. Hal
yang sama juga dilakukan oleh jaksa
maupun polisi, menyalahgunakan
wewenangnya demi kepentingannya
sendiri. Teori Gerhard Robbes yang
menjelaskan bahwa secara kontekstual
ada 3 (tiga) esensi yang terkandung
15
dalam kebebasan hakim melaksanakan
kekuasaan kehakiman, yaitu hakim
hanya tunduk pada hukum dan
keadilan, tidak seorangpun termasuk
pemerintah dapat mempengaruhi atau
mengarahkan putusan yang akan
dijatuhkan oleh hakim dan tidak boleh
ada konsekuensi terhadap pribadi
hakim dalam menjalankan tugas dan
fungsi yudisialnya6 tidak berjalan
sesuai dengan sebagaimana mestinya.
Hal tersebut penyebab lemahnya
hukum di indonesia. Dengan begitu
banyak pihak pihak yang merasa
dirugikan,
perjudian
semakin
berkembang dan masyarakat pun akan
menjadi terpuruk.
III. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dasar pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan pidana terhadap
pelaku bandar judi togel dalam
perkara
nomor:
113/Pid.B/2013/PN.GS.,
yaitu
mempertimbangkan hal-hal yang
bersifat yuridis dan non yuridis.
Hal yang bersifat yuridis yaitu
semua unsur delik Pasal 303
KUHP Ayat (1) Poin 1 Jo. Pasal 2
Ayat (1) Undang-Undang No. 7
Tahun 1974 tentang Penertiban
Perjudian yang didakwakan kepada
terdakwa telah terpenuhi, dan
berdasarkan fakta-fakta hukum
yang
terungkap
dari
hasil
pemeriksaan dipersidangan berupa
keterangan saksi-saksi, keterangan
terdakwa, dan barang bukti yang
diajukan dipersidangan. Hal-hal
6
Ibid, hlm. 104.
yang bersifat non yuridis yaitu halhal yang memberatkan dan hal-hal
yang meringankan dari sifat
pribadi terdakwa. Selain itu hakim
juga berpedoman pada Pasal 183
KUHP dan Pasal 193 ayat (1) dan
Ayat (2) KUHAP.
Majelis
hakim
dalam
mempertimbangkan
penjatuhan
pidana
menggunakan
teori
kebijaksanaan, teori pendektan seni
dan
intuisi
juga
teori
keseimbangan, namun hakim lebih
memperlihatkan
sisi
kebijaksaannya
dengan
mempertimbangkan terdakwa yang
hanya merupakan bandar judi skala
kecil juga sifat pribadi terdakwa,
namun kurang memperhatikan
keseimbangan antara putusan yang
dijatuhkan dan dampak dari
putusan tersebut, karena setiap
putusan
hakim
akan
mempengaruhi
kehidupan
terdakwa di masa depan yang juga
berkaitan dengan kepentingan
masyarakat.
Majelis hakim dalam menjatuhkan
pidana mempertimbangkan juga
tujuan pemidanaan di Indonesia,
bukan hanya mengacu pada konsep
atau teori pembalasan, artinya
hukuman yang dijatuhkan oleh
pengadilan bukan merupakan
semata-mata hanyalah pembalasan
atas perbuatan yang dilakukan
terdakwa, akan tetapi maksud
penghukuman
tersebut
selain
merupakan pemberian waktu yang
tepat untuk membina terdakwa di
Lembaga Pemasyarakatan agar
menjadi pribadi yang lebih baik
dan jera akan perbuatannya, juga
16
maksud
pemidanaan
tersebut
merupakan peringatan bagi orang
lain agar tidak meniru dan
mencontoh prilaku buruk dari
terdakwa.
Indonesia. Sehinnga perbuatan
tersebut
sudah
menjadi
kebudayaan yang susah untuk
dihapuskan.
DAFTAR PUSTAKA
2. Faktor-faktor penghambat bagi
hakim dalam menjatuhkan pidana
terhadap pelaku bandar judi togel,
yaitu faktor undang-undang yang
sudah usang. Undang-undang
tersebut dikatakan sudah usang
karena
diundangkan
dan
disosialisasikan pada tahun 1974
dan belum ada perbaikan hingga
saat ini..
Faktor yang kedua yaitu faktor
yang timbul dari masyarakat itu
sendiri. Hukum yang berfungsi
untuk mengatur masyarakat dan
bertujuan
untuk
mencapai
kedamaian di dalam masyarakat,
namun taraf kepatuhan hukum
dalam masyarakat yang kurang,
menjadi penghambta tegaknya
hukum di Indonesia.
Faktor yang ketiga yaitu faktor
penegak hukum. Penegak hukum
tidak
menemukan
adanya
hambatan yang berarti. Hanya saja
perlu adanya koordinasi antara
hakim dan jaksa dengan kepolisian
setempat. Karena kepolisian sangat
membantu dalam menyelidiki
suatu kasus yang terjadi di
masyarakat.
Faktor yang terakhir adalah faktor
kebudayaan. Perjudian merupakan
penyakit masyarakat yang sudah
menjadi kebiasaan oleh masyarakat
dari zaman dahulu, yang saat ini
sudah melekat pada masyarakat
Andrisman, Tri. 2011. Delik Tertentu
dalam KUHP. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Kartono, Kartini. 2003. Patologi
Sosial. Rajagrafindo Press. Jakarta
Rifai, Ahmad. 2010. Penemuan Hukum
oleh Hakim dalam Perspektif Hukum
Progresif, Sinar Grafika, Jakarta.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan
Kitab Undang-Undang Acara Pidana
Undang -Undang No.17 Tahun 1974
tentang Penertiban Perjudian
Undang-Undang No.48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman
Pengertian
bandar
judi.
www.wikipedia.com, diakses tanggal
22 Juli 2013.
Papu, Johanes. 2002. Perilaku Berjudi
://www.epsikologi.com/epsi/sosial_detail.asp/di
akses tanggal 12 Maret 2010.
Sutiyoso, Bambang. 2008. Perjudian
Dalam
Perspektif
Hukum,
http://bambang.staff.uii.ac.id/2008/10/
17/perjudian-dalam-perspektifhukum/, diakses tanggal 29 Agustus
2013.
Download