1 ABSTRAK ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU BANDAR JUDI TOGEL (Studi Putusan No: 113/Pid.B/2013/PN.GS) Oleh Sinta Mei Salisa Siregar, Eddy Rifai, Eko Raharjo Email : [email protected] Tujuan dari penelitian ini untuk: (1) mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap pelaku bandar judi togel. (2) mengetahui faktor penghambat bagi hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku bandar judi togel Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan : (1) Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku bandar judi togel yaitu mempertimbangkan hal yang bersifat yuridis yaitu semua unsur delik perjudian yang didakwakan kepada terdakwa, fakta-fakta hukum dari hasil pemeriksaan dipersidangan berupa keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa, dan barang bukti, kemudian yang bersifat non yuridis yaitu hal yang memberatkan dan hal yang meringankan dari sifat pribadi terdakwa. Hakim juga berpedoman pada Pasal 183 KUHP dan Pasal 193 ayat (1) dan Ayat (2) KUHAP. (2) Faktor-faktor pengahambat bagi hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku bandar judi togel, yaitu faktor undang-undang yang sudah usang, faktor yang timbul dari masyarakat itu sendiri, faktor penegak hukum, dan faktor kebudayaan. Kata Kunci : Pertimbangan Hakim, Penjatuhan Pidanan, Bandar Judi Togel 2 ABSTRACT ANALYSIS OF JUDGE’S CONSIDERATION IN IMPOSING PUNISHMENT TOWARDS THE ACTOR OF LOTTERY CROUPIER ( Study of Verdict Number : 113/Pid.B/2013/PN.GS ) by Sinta Mei Salisa Siregar, Eddy Rifai, Eko Raharjo Email : [email protected] The purpose of this study is to : (1) know the basic considerations of judges in imposition of punishment towards perpetrators of lottery croupier. (2) determine the inhibiting factors for the judges to impose the punishment to the perpetrators of lottery croupier. Based on the results of the research and discussion, it can be concluded that : (1) Basic considerations of the judge in imposing the punishment to theperpetrators of lottery croupier is the consideration of juridical that all elements of gambling delicts which the accused to the defendant, legal facts from the result of the examination in the court in the form of information from witnesses, testimony of the defendant, and evidence, then the non-juridical is aggravating and mitigating factors of the personal nature of the defendant. The judges are also guided by Article 183 KUHP and Article 193 paragraph (1) and (2) KUHAP. (2) The inhibiting factors for the judges in imposing punishment to the perpetrators lottery croupier, is the factors of outdated law, factors arising from society itself, law enforcement factors, and cultural factors. Keywords : Considerations of Judge , Imposition of Punishment , Lottery Croupier 3 I. PENDAHULUAN Manusia dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan uang guna mencukupi kebutuhan hidupnya, untuk itu seseorang harus bekerja agar dapat memenuhi kebutuhannya itu. UUD 1945 menegaskan bahwa setiap bangsa Indonesia bebas untuk bekerja, dalam Pasal 27 Ayat (2) yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Segala cara di tempuh demi memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbendung, termasuk pekerjaan yang berkaitan dengan perjudian. Hakikatnya perjudian khususnya judi Toto Gelap (Togel) merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Tidak ada satupun Agama yang memperbolehkan umatnya melakukan perbuatan tersebut. Perjudian merupakan suatu kejahatan (delict) yang dirasakan sangat menganggu ketertiban dan ketentraman sehingga meresahkan warga, apabila dilihat dari sudut akibat yang timbul dan pengaruh atau dampak yang timbul. Berbagai macam dan bentuk perjudian semakin marak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi, bahkan sebagian masyarakat seolah-olah memandang perjudian sebagai sesuatu hal yang wajar, yang tidak perlu lagi dipermasalahkan, sehingga berbagai tempat sekarang ini banyak dibuka agen-agen judi togel dan judi-judi lainnya yang sebenarnya telah menyedot dana masyarakat dalam jumlah yang cukup besar.1 Terkait dengan perjudian banyak negara yang melarang perjudian sampai taraf tertentu, Karena perjudian mempunyai konsekuensi sosial yang kurang baik. Beberapa negara sudah melarang adanya perjudian, terutama di negara-negara Islam. Menurut Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul patologi sosial, perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan suatu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu dalam peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya. Definisi serupa dikemukakan oleh Stephen Lea, et al (1987) dalam buku The Individual in the Economy, A Textbook of Economic Psychology seperti yang dikutip oleh Papu (2002), mereka mengatakan bahwa perjudian adalah suatu kondisi dimana terdapat potensi kehilangan sesuatu yang berharga atau segala hal yang mengandung risiko. Namun demikian, perbuatan mengambil risiko dalam perilaku berjudi, perlu dibedakan pengertiannya dari perbuatan lain yang 1 Bambang Sutiyoso, Perjudian Dalam Perspektif Hukum, http://bambang.staff.uii.ac.id/2008/10/17/perju dian-dalam-perspektif-hukum/, diakses Tanggal 17 Oktober 2008. 4 juga mengandung risiko2. Ketiga unsur dibawah ini mungkin dapat menjadi faktor yang membedakan perilaku berjudi dengan perilaku lain yang juga mengandung risiko: 1. Perjudian adalah suatu kegiatan sosial yang melibatkan sejumlah uang (atau sesuatu yang berharga) dimana pemenang memperoleh uang dan imbalan lainnya yang dianggap berharga. 2. Risiko yang diambil bergantung pada kejadian-kejadian di masa mendatang, dengan hasil yang tidak diketahui, dan banyak ditentukan oleh hal-hal yang bersifat kebetulan atau keberuntungan. 3. Risiko yang diambil bukanlah suatu yang harus dilakukan, kekalahan atau kehilangan dapat dihindari dengan tidak ambil bagian dalam permainan judi. Perjudian tidak terlepas dari bandar judi yang berperan dalam menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi, bahkan menjadikannya sebagai suatu pencarian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Perjudian termasuk dalam Buku ke 1 di dalam KUHP tentang kejahatan. Kejahatan adalah Rechtsdelicten, artinya perbuatan yang bertentangan dengan keadilan.3 Intinya kejahatan merupakan suatu hal yang ditentang 2 Papu, Johanes. 2002. Perilaku Berjudi ://www.epsikologi.com/epsi/sosial_detail.asp/diakses tanggal 12 Maret 2010. 3 Tri Andrisman, Delik Tertentu dalam KUHP, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2011, hlm. 8 oleh masyarakat, baik itu diatur dalam undang-undang maupun tidak diatur dalam undang-undang.4 KUHP Pasal 1 Ayat (1) tentang Asas Legalitas menegaskan bahwa “Tiada satu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”. Maksud dari isi pasal tersebut adalah tidak ada suatu perbuatan atau kejahatan yang dapat dipidana jika tidak ada undang-undang yang mengaturnya. Peraturan tentang perjudian itu sendiri dapat dilihat di dalam Pasal 303 ayat (1), (2), (3) KUHP dan di dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Mengenai pengertian perjudian sendiri diatur dalam Pasal 303 ayat (3) KUHP sebagai berikut : “Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lainlainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya”. Tindak pidana perjudian merupakan delik atau kejahatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana, yaitu : 1. Barang siapa yaitu sebagai pelaku tindak pidana 4 Loc. Cit. 5 2. Melawan hukum, perjudian adalah suatu perbuatan melawan hukum 3. Ancaman pidana, yaitu sanksinya penjara maksimal 10 tahun dan denda maksimal du puluh lima juta rupiah. Contoh kasus tindak pidana perjudian yang dilakukan oleh seorang bandar judi togel yang terjadi di daerah Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 26 Januari 2013. Awalnya Polsek Terusan Nunyai mendapat laporan masyarakat bahwa terdakwa Hermanto dan Asmuni yang masih termasuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sebagai agen atau bandar perjudian toto gelap. Kemudian saksi Andi Kurniawan bin Amir Syah, saksi Bayu Agus Tanoto bin Suyut dan saksi Evan Herlani Tinambunan bin A. Tinambunan selaku anggota Polsek Terusan Nunyai mendapatkan surat perintah untuk melakukan penangkapan terhadap terdakwa, kemudian para saksi tersebut melakukan penangkapan pada hari Sabtu tanggal 26 Januari 2013 sekitar jam 11.00 WIB di rumah terdakwa yang beralamat di Jalan Udara Rt 01 B Kampung Bandar Agung Kec. Terusan Nunyai Kab. Lampung Tengah dan saat itu terdakwa sedang duduk di meja rumahnya, dan didapati barang bukti berupa: a. 1 (satu) buah buku mimpi; b. 1 (satu) buah handphone merk Maxtron warna hitam; c. 1 (satu) buah buku rekapan nomor/angka yang dipasangkan oleh pembeli; d. Uang tunai sebesar Rp. 20.000,(dua puluh ribu rupiah) yang merupakan uang pasangan dari pemasang; Hermanto sebagai pelaku tindak pidana pada kasus ini diancam dengan Pasal 303 KUHP Ayat (1) poin ke 1 menyatakan bahwa : “Diancam dengan pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak enam ribu rupiah (berdasarkan UndangUndang No. 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian di ubah pidananya menjadi sepuluh tahun penjara dan denda dua puluh lima juta ) tanpa mendapat izin dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikan pencarian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu” Surat Putusan Nomor: 113/Pid.B/2013/PN.GS., menyatakan bahwa tuntutan pidana Jaksa Penuntut Umum yaitu berupa : 1. Menyatakan terhadap terdakwa Hermanto Bin Faqih terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa mendapat izin dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan untuk permainan judi dan menjadikan sebagai pencaharian” melanggar pasal 303 aayat (1) KUHP Jo. Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang No.7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Hermanto bin Faqih berupa pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan dikurangkan dengan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dengan perintah terdakwa tetap di tahan 6 3. Menetapkan barang bukti berupa : a. 1 (satu) buah buku rekapan nomor atau angka yang dipasangkan b. 1 (satu) buah buku mimpi c. 1 (satu) buah handphone merk Maxtron warna hitam dirampas untuk dimusnahkan d. 1 (satu) lembar uang tunai pecahan Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) dirampas untuk negara 4. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah) Hakim di dalam Surat Putusan Nomor: 113/Pid.B/2013/PN.GS., memutus terhadap terdakwa berupa : 1. Menyatakan terhadap Terdakwa Hermanto Bin Faqih terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Turut serta tanpa hak dengan sengaja menawarkan kesempatan untuk melakukan permainan judi sebagai mata pencaharian” 2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Hermanto bin Faqih dengan pidana penjara selama 4 (empat) bulan dan 15 (lima belas) hari 3. Menetapkan masa penahan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan 4. Menetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan 5. Memerintahkan barang bukti : a. 1 (satu) buah buku rekapan nomor atau angka dipasangkan b. 1 (satu) lembar uang tunai pecahan Rp. 20.000,- (dua puluh ribu) dirampas untuk negara 6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000,(seribu rupiah) Hakim memutus penjatuhan pidana kepada terdakwa dirasa terlalu ringan jika dibandingkan dengan Ancaman pidana KUHP serta tuntutan Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Putusan Nomor: 113/Pid.B/2013/PN.GS. Hakim dalam memutus perkara mempunyai kebebasan untuk dapat menjatuhkan sanksi pidana yang terdapat dalam setiap putusannya, namun meskipun begitu tidak berarti bahwa hakim boleh menjatuhkan pidana dengan sewenang-wenang. Hakim Dalam menjatuhkan putusan, pasti mempunyai pertimbangannya sendiri terhadap terdakwa. Atas dasar pemikiran dan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Pelaku Bandar Judi Togel (Studi Putusan No.113/Pid.B/2013/Pn.Gs.). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam tulisan ini adalah : a. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku bandar judi togel. b. Apakah faktor penghambat bagi hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku bandar judi togel. Penelitian skripsi ini menggunakan metode yuridis normatif dan yuridis empiris. Adapun jenis dan sumber data, terdiri dari data primer yang bersumber dari lapangan, berupa hasil 7 wawancara dengan responden yang terdiri dari 1 Jaksa pada Kejaksaan Negeri Gunung Sugih, 1 Hakim Pengadilan Negeri Gunung Sugih, dan 1 Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila dan data sekunder bersumber dari kepustakaan. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, kemudian diambil kesimpulan secara induktif. II. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Pelaku Bandar Judi Togel (studi putusan nomor: 113/Pid.B/2013/PN.GS.) Hakim adalah salah satu aparat yang berwenang dalam upaya penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana. Pasal 22 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menjelaskan bahwa semua peradilan diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia adalah peradilan negara yang diatur dengan undangundang serta menerapkan dan menegakan hukum serta keadilan berdasarkan Pancasila dan peradilan dilakukan demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, juga diselenggarakan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Pasal 50 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menjelaskan bahwa putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. Hakim dalam menjatuhkan putusan harus memiliki suatu pertimbanganpertimbangan terlebih dahulu. Dakwaan atau tuntutan jaksa merupakan salah satu dasar pertimbangan bagi hakim sebelum menjatuhkan pidana. Hakim bisa saja berpendapat sama dengan jaksa, sebaliknya hakim juga bisa bertentangan dengan jaksa dengan menjatuhkan pidana terhadap terdakwa lebih ringan atau melebihi dari tuntutan JPU. Hakim dalam menjatuhkan pidana akan mengacu pada hal-hal yang terbukti dan berdasarkan alat bukti di pengadilan sesuai dengan Pasal 183 KUHAP. Firdaus Siafaan mengatakan bahwa, sebelum majelis hakim menjatuhkan putusannya, maka majelis hakim akan mempertimbangkan hal-hal yang bersifat yuridis dan non yuridis. Pada perkara nomor 113/Pid.B/2013/PN.GS kepada terdakwa Hermanto hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim yaitu: a. Hal-hal yang bersifat yuridis 1) Dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Dakwaan JPU dalam perkara No. 113/Pid.B/2013/PN.GS adalah bahwa terdakwa Hermanto bersalah telah melakukan tindak pidana tanpa mendapat izin dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan untuk permainan judi dan menjadikan sebagai pencaharian. Proses pembuktian dalam persidangan berdasarkan surat dakwaan jaksa penuntut umum yang mendakwa dengan pasal 303 Ayat (1) ke-1 KUHP Jo. Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang 8 No.7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 KUHP yang unsur-unsurnya sebagai berikut : 1. Unsur Barang Siapa Kata “barang siapa” adalah setiap orang yang dapat dijadikan sebagai subyek hukum atau pendukung hak dan kewajiban, yang dalam perkara ini adalah Terdakwa Hermanto bin Faqih dimana dalam persidangan terdakwa mengakui dan membenarkan identitas dirinya sebagaimana tertera dalam surat dakwaan, kemudian terdakwa mampu menjawab seluruh pertanyaan majelis hakim, dan jaksa penuntut umum dengan baik dan lancar, dapat mengingat serta menerangkan sesuai dengan perbuatan yang terdakwa telah lakukan, maka hal tersebut menunjukkan bahwa terdakwa saat melakukan perbuatan maupun saat memberikan keterangan dimuka persidangan adalah berada dalam kedaan sehat jasmani dan rohani serta tidak ditemukannya alasan pembenar dan pemaaf sehingga terdakwa dipandang mampu bertanggung jawab atas seluruh perbuatan pidana yang telah dilakukannya. 2. Unsur Tanpa hak dengan Sengaja Menawarkan atau Memberi Kesempatan untuk Permainan Judi dan Menjadikan sebagai Pencarian atau dengan Sengaja Turut Serta dalam Suatu Perusahaan untuk itu. Sub unsur dengan kata “tanpa hak” disini adalah bahwa setiap permainan judi hanya dapat diselenggarakan (diadakan) dengan izin dari penguasa pemerintah yang berwenang, apabila penyelenggraan permainan judi dilaksanakan tanpa izin maka perbuatan tersebut melanggar hukum dan bertentangan dengan hukum. Sub unsur dengan kata “memberi kesempatan untuk melakukan permaianan judi” ditafsirkan bahwa pelaku yang menawarkan kesempatan atau yang memberi kesempatan untuk permainan judi, yang bersangkutan, harus diketahui atau terbukti, bukan melakukan pada saat itu. Sub unsur dengan kata “turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu” meliputi berbagai kegiatan atau perbuatan, misalnya menjadi agen atau bandar, sub agen, atau menjualkan kupon-kupon atau blangko-blangko, tiket atau karcis, atau selebaran-selebaran dan sebagainya. 3. Unsur yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan sksi-saksi dan pengakuan terdakwa sendiri serta dihubungkan dengan barang bukti dan fakta-fakta yang saling bersesuaian satu sama lain di persidangan dan didapatkan faktafakta hukum bahwa pada hari Sabtu tanggal 26 Januari 2013 sekira jam 11.00 WIB terdakwa bertindak sebagai bandar judi togel dan menjual togel tersebut pada hari Senin, Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu yang dilakukan dengan cara menawarkan langsung kepada pembeli atau pembeli yang akan memesan melalui SMS. 9 Bahwa judi togel yang dilakukan terdakwa bersama Asmuni (DPO) merupakan untung-untungan karena tidak selamanya bandar atau pembeli menang. Pembeli akan mendapatkan keuntungan apabila angka yang dibeli tersebut cocok dengan angka yang keluar, sebaliknya apabila jika angka yang dipasang tidak cocok maka dianggap kalah dan uang pembelian tersebut menjadi milik bandar. Menimbang, bahwa berdasrakan fakta-fakta hukum tersebut diatas, maka ketiga unsur yaitu barang siapa, tanpa izin dengan sengaja menawarkan atau member kesempatan untuk permainan judi dan menjadikan sebagai pencaharian atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu, dan unsur yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan terpenuhi. 2) Keterangan terdakwa dan saksi Terdakwa Hermanto mengakui bahwa benar telah menjual dan memainkan judi jenis togel dan mengakui terhadap barang bukti yang merupakan alat yanag digunakan oleh terdakwa dalam melakukan tindak pidana perjudian tersebut. Saksi Brigpol Andi Kurniawan, Briptu Bayu Agus Tanoto, dan Briptu Evan Herlani Tinambunan selaku anggota polsek mengakui telah melakukan penangkapan dengan membawa surat perintah penangkapan terhadap Terdakwa berdasarkan informasi dari masyarakat yang kemudian dilakukan penyelidikan beberapa hari dan ternyata benar bahwa terdakwa menjual judi jenis togel. 3) Barang bukti yang ditujukan di persidangan a) 1 (satu) buah buku mimpi b) 1 (satu) buah handphone merk Maxtron warna hitam c) 1 (satu) buah buku rekapan nomor/angka yang dipasangkan oleh pembeli d) Uang tunai sebesar Rp. 20.000,(dua puluh ribu rupiah) yang merupakan uang dari pemasang 4) Pasal-pasal yang terdapat dalam hukum pidana Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan, terdakwa dijerat Pasal 303 Ayat (1) KUHP Jo. Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian yang berisi : “Diancam dengan pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak enam ribu rupiah (berdasarkan UndangUndang No. 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian di ubah pidananya menjadi sepuluh tahun penjara dan denda dua puluh lima juta ) tanpa mendapat izin dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikan pencarian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu” b. Hal-hal yang bersifat non Yuridis 1) Kondisi terdakwa Pada saat melakukan tindak pidana perjudian, kondisi korban dalam keadaan sehat dan waras sehingga ia dapat melakukan tindak pidana perjudian. 2) Keadaan sosial ekonomi terdakwa Terdakwa berumur 48 (empat puluh delapan) tahun bekerja sebagai tukang 10 ojek di daerah pasar Bandar Angung Lampung Tengah dan menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. 3) Faktor agama dari terdakwa Terdakwa beraga Islam perbuatannya memperlancar persidangan. sehingga jalannya proses Selain dari pertimbangan non yuridis di atas, hakim juga mempertimbangkan hukuman terhadap terdakwa karena belum pernah dihukum dan terdakwa hanya merupakan bandar judi togel dalam skala kecil yang memulai usahanya belum lama dengan uang yang ditemukan sebagai barang bukti hanya Rp.20.000.- (dua puluh ribu rupiah). Pada kasus ini pun terdakwa berlaku sopan, mengikuti jalannya persidangan dengan tertib dan tidak macam-macam juga tidak mengajukan eksepsi /keberatan sehingga hakim merasa hukuman 4 bulan sudah cukup sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa. Firdaus Siafaan juga mengatakan bahwa hukuman yang diberikan oleh hakim kepada terdakwa sudah cukup sesuai, mengingat di dalam UndangUndang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian tidak menentukan minimal sanksi yang harus diberikan, kemudian terdakwa hanyalah bandar judi dengan skala kecil yang pada saat itu hanya ditemukan uang Rp.20.000,- (dua puluh ribu rupiah) dari uang pemasang sebagai barang bukti. Firdaus Siafaan Selanjutnya mengatakan, bahwa hakim sebagai penegak hukum, dalam segala putusan akan dipertimbangkan dengan seadil-adilnya sesuai dengan tujuan hukum, yaitu kepastian hukum, kemanfaatan hukum, dan keadilan hukum dan harus berjalan seiring seirama, meskipun didalam prakteknya sering terjadi hambatan. Berdasarkan hal tersebut, maka hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berdasarkan pada Pasal 187 KUHAP mempertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan, yaitu : Hal-hal yang memberatkan 1. Perbuatan para terdakwa meresahkan masyarakat 2. Perbuatan terdakwa bertentangan dengan Program Pemerintah dalam memberantas penyakit masyarakat khususnya perjudian dan normanorma keagamaan Hal-hal yang meringankan 1. Terdakwa belum pernah dihukum 2. Terdakwa bersikap sopan dan mengakui terus terang Elfa Yulita juga berpendapat sama bahwa putusan hakim terhadap terdakwa dirasa sudah cukup sesuai, selama putusan hakim tidak kurang dari setengah dari tuntutan JPU. Pada pekara ini JPU menuntut hukuman terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 7 bulan dikurangi masa tahanan, dalam putusan hakim memutus pidana penjara selama 4 bulan 15 hari dan putusan tersebut tidak kurang dari setengah dari dakwaan JPU. Jaksa dalam memberikan dakwaan juga mempunyai pertimbanganpertimbagan sendiri, dilihat dari unsur perbuatan dan juga alat-alat bukti yang ada dipersidangan. Elfa Yulita juga 11 menambahkan bahwa hakim dalam menjatuhkan putusan juga harus memperhatikan hal-hal seperti membawa akibat penderitaan pada anak-anak dan istrinya karena kehilangan seorang ayah sebagai pencari nafkah, karena itu suatu putusan hakim selain memberikan efek jera juga harus memperhatikan aspek sosial, aspek moral, selain dari aspek yuridis sehingga tujuan hukum dan penghukuman itu tercapai yaitu keadilan kepastian hukum, dan kemanfaatan. Diah Gustiniati mengatakan bahwa, hakim dalam menjatuhkan putusan harus berpacu kepada teori-teori pertimbangan hakim, misalnya dilihat dari kebijaksanaanya atau keseimbangan antara perbuatan dan hukumannya. Selanjutnya Diah Gustiniati mengatakan bahwa hakim bukanlah hanya sebagai corong undang-undang, tetapi hakim dengan kekuasaan dan kewenangannya dapat memberikan keputusan yang seadiladilnya. Adil di sini bukan hanya untuk satu pihak, tetapi adil untuk semua pihak, baik itu pelaku, korban, maupun masyarakat. Kemudian juga berpendapat sama bahwa pada putusan pidana tentang tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa Hermanto sudah cukup sesuai, dilihat dari perbuatan terdakwa yang masih bisa dikatakan ringan, karena usaha perjudiannya masih kecil-kecilan. Penulis menyatakan bahwa, berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor: 113/Pid.B/2013/PN.GS, perbuatan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana perjudian karena sudah memenuhi unsur-unsur tindak pidana, juga adanya alat bukti yang mendukung, seperti keterangan terdakwa, keterangan saksi, juga barang bukti yang ditemukan. Hakim dalam proses penjatuhan putusan juga sudah sesuai dengan Pasal 183 KUHAP yang menyatakan bahwa, hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. Penulis tidak sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Firdaus Siafaan dan Elva Yulita. Hemat penulis, hukuman 4 bulan 15 hari yang diberikan hakim terhadap terdakwa kurang sesuai. Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang No. 7 tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian menjelaskan bahwa sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana perjudian adalah maksimal 10 tahun penjara dan maksimal denda dua puluh lima juta rupiah, sehingga jika dilihat dari perbuatannya, terdakwa yang berstatus sebagai bandar judi togel, dapat dijadikan sebagai dasar pemberat oleh hakim untuk menjatuhkan putusan yang lebih berat dari pelaku tindak pidana perjudian yang bukan seorang bandar judi. Meskipun terdakwa merupakan bandar judi dengan skala kecil, namun perbuatan terdakwa yang mengajak orang lain untuk berbuat judi, dapat menimbulkan kejahatan lain, seperti yang dikemukakan oleh Elfa Yulita bahwa tindak pidana perjudian dapat menimbulkan kejahatan yang lain, seperti pencurian, 12 minum-minuman keras, bahkan kejahatan terhadap nyawa orang lain. Perbuatan terdakwa sangat meresahkan, terutama bagi masyarakat sekitar, juga dapat ditiru oleh anakanak sehingga merusak moral generasi muda yang akan memimpin bangsa ini dikemudian hari. Terdakwa sebaiknya agar dihukum lebih berat, yaitu hukuman penjara yang tidak kurang dari 1 tahun. Pemidananaan ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan penderitaan kepada terdakwa dan tidak merendahkan martabat terdakwa. Berdasarkan tujuan pemidanaan dapat diketahui bahwa hukum pidana bukan hanya sebagai sarana pembalasan, namun untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana menjadi orang yang lebih baik dan berguna. Tujuan dari pemidanaan tersebut agar dapat memberikan efek jera, baik untuk terdakwa yang melakukan tindak pidana, untuk mencegah timbulnya perbuatan yang sama bagi orang lain, juga agar terdakwa dalam menjalankan hukumannya dapat dibina dan dibimbing di Lembaga Pemasyarakatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Penulis berpendapat bahwa, masa tahanan yang hanya 4 bulan 15 hari belum sepenuhnya menyadarkan terdakwa, karena waktunya terlalu singkat sehingga kurang cukup waktu bagi terdakwa untuk melakukan intropkesi diri, terlebih untuk membina seorang bandar judi yang merupakan suatu perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan dan berulang-ulang dilakukan oleh terdakwa. Dalam hal ini, jaksa penuntut umum juga berperan penting dalam melayangkan tuntutannya, karena merupakan salah satu dasar yang dapat dipertimbangkan oleh hakim dalam menjatuhkan putusannya. Pada kasus ini jaksa penuntut umum menuntut terhadap terdakwa penjara 7 bulan dikurangi masa tahanan, sehingga dirasa kurang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa. Jika dilihat dari dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap terdakwa, dapat diketahui bahwa hakim pada kasus ini lebih menggunakan teori kebijaksanaan, sebagai salah satu teori penjatuhan putusan yang dikemukakan oleh Mackenzie yaitu, teori keseimbangan, teori pendekatan seni dan intuisi, teori pendekatan keilmuan, teori pendekatan pengalaman, teori ratio decidendi, teori kebijaksanaan.5 Hakim lebih memperlihatkan sisi kebijaksaannya dan instink atau intuisi daripada pengetahuan hakim. Hakim menyesuaikan dengan keadaan dan hukuman yang wajar bagi terdakwa. Dengan mempertimbangkan terdakwa yang hanya merupakan bandar judi skala kecil juga sifat pribadi terdakwa, namun kurang memperhatikan keseimbangan antara putusan yang dijatuhkan dan dampak dari putusan tersebut, karena setiap putusan hakim akan mempengaruhi kehidupan terdakwa di masa depan yang juga berkaitan dengan kepentingan masyarakat. 5 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 105-106. 13 B. Faktor Penghambat bagi Hakim dalam Menjatuhkan Pidana terhadap Pelaku Bandar Judi Togel Menjatuhkan pidana berarti sama saja dengan menegakkan hukum yang ada di Indonesia. Hakim sebagai penegak hukum yang mempunyai kebebasan dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman, dalam praktiknya juga mengalami hambatan dalam menegakkan hukuman kepada pelaku tindak pidana. Faktor-faktor penghambat bagi hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku bandar judi togel, yaitu : 1. Faktor hukumnya sendiri Firdaus Siafaan mengatakan bahwa, sebagai penegak hukum pasti pernah mengalami hambatan dalam menegakan hukum. Dikaitkan dengan perkara perjuadian togel yang dilakukan oleh terdakwa Hermanto hakim mengalami hambatan yang dikarenakan faktor undang-undang yang masih terlalu kaku. Dikarenakan ketentuan yang diatur dalam undangundang tersebut belum sesuai atau tidak sesuai dengan perkembangan tindak pidana judi togel saat ini. Benar bahwa hukum tertinggal satu langkah dari kejahatan, jika dilihat sekarang sudah banyak macam-macam perjudian yang beredar di kota-kota mapun di daerah-daerah. Majunya perkembangan tekhnologi juga membuat perjudian semakin berkembang. Banyak cara-cara baru untuk melakukan perjudian togel melalui tekhnologi canggih saat ini seperti melalui situs internet. Meskipun saat ini sudah ada UndangUndang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) mengenai perbuatan yang berkaitan dengan perjudian, namun Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian harus diperbarui lagi karena pada undangundang ITE belum diatur secara khusus. 2. Faktor masyarakat itu sendiri Kurangnya kepatuhan terhadap hukum di masyarakat menjadi faktor utama yang menghambat penegakan hukum. Masyarakat merupakan lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Elfa Yulita mengatakan bahwa pada kenyataannya banyak masyarakat yang kurang patuh terhadap hukum terutama pada Pasal 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian yang mengatakan bahwa segala macam perjudian adalah kejahatan. Sebenarnya masyarakat sadar bahwa perjudian adalah perbuatan yang dilarang oleh hukum, bahkan agama manapun menegaskan bahwa perjudian adalah perbuatan dosa, namun masyarakat masih banyak yang kurang sadar akan dampak dari perbuatanya, bahkan dapat menimbulkan kejahatan yang lain, seperti pencurian, minum-minuman keras, bahkan kejahatan terhadap nyawa orang lain. 3. Faktor penegak hukum Elfa Yulita mengatakan bahwa dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana perjudian khususnya judi togel, tidak menemukan adanya hambatan yang berarti. Hanya saja perlu adanya koordinasi antara hakim dan jaksa dengan kepolisian setempat. Karena kepolisian sangat membantu dalam menyelidiki suatu kasus yang terjadi di masyarakat. 14 4. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum Firdaus Siafaan mengatakan, bahwa untuk sarana dan prasarana yang mendukung penegak hukum khususnya pada Kehakiman di Pengadilan Negeri Gunung Sugih dirasa sudah cukup memadai. Sarana dan prasarana seperti, tercukupinya pegawai di Pengadilan Negeri Gunung Sugih, ruangan sidang yang memadai, penyimpanan dan penyusunan berkas yang aman dan sudah memakai komputer, mobil tahanan, dan peralatan penunjang lainnya yang dirasa sudah cukup dan bukan suatu yang menghambat bagi hakim dalam menegakkan hukum. 5. Faktor kebudayaan Perjudian merupakan penyakit masyarakat yang sudah menjadi kebiasaan oleh masyarakat dari zaman dahulu, yang saat ini sudah melekat pada masyarakat Indonesia. Sehinga perbuatan tersebut sudah menjadi kebudayaan yang susah untuk dihapuskan. Perjudian togel sudah sering dilakukan oleh masyarakat pedesaan dan bahkan menjadi suatu pencaharian bagi mereka. Hal tersebut yang membuat penegak hukum terhambat untuk menegakan hukum terhadap perjudian togel. Diah Gustiniati berpendapat sama tentang perundang-undangan perjudian yang usang. Menurutnya peraturan tentang perjudian harus lebih diperbarui dan disosialisasikan kepada masyarakat. Mengingat banyak sekali jenis judi bermunculan di Indonesia, baik itu yang skala kecil maupun yang skala besar. Menurut penulis, faktor penghambat bagi hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku bandar judi togel merupakan hambatan yang tidak terlalu sulit untuk di hilangkan. Faktor kakunya undang-undang yang mengatur tentang penertiban perjudian, dapat diselesaikan dengan cara merevisi undang-undang tersebut. Selain itu ada Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1981 yang mengatur tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian, sehingga hakim tidak boleh terpaku oleh satu undang-undang saja. Faktor masyarakat juga dapat diselesaikan dengan cara memberikan sosialisasi terhadap masyarakat tentang undang-undang yang mengatur tentang perjudian, sehingga masyarakat mengerti dampak dari perjudian dan bagaimana pemidanaannya. Menurut penulis, selain beberapa faktor tersebut faktor penghambat penegakan hukum hukum tersebut yang harus lebih diperhatikan adalah penegak hukumnya itu sendiri seperti Polisi, Hakim, dan Jaksa. Saat ini praktik jual beli hukum sudah sering terjadi. Tak jarang para penegak hukum menyalahgunakan kewenangannya untuk kepentingannya sendiri. Hakim kerap kali menyalahgunakan wewenangnya di dalam praktik peradilan, dengan mudahnya menjatuhkan hukuman seringan-ringannya atau seberatberatnya kepada terdakwa sesuai permintaan si pembeli hukum. Hal yang sama juga dilakukan oleh jaksa maupun polisi, menyalahgunakan wewenangnya demi kepentingannya sendiri. Teori Gerhard Robbes yang menjelaskan bahwa secara kontekstual ada 3 (tiga) esensi yang terkandung 15 dalam kebebasan hakim melaksanakan kekuasaan kehakiman, yaitu hakim hanya tunduk pada hukum dan keadilan, tidak seorangpun termasuk pemerintah dapat mempengaruhi atau mengarahkan putusan yang akan dijatuhkan oleh hakim dan tidak boleh ada konsekuensi terhadap pribadi hakim dalam menjalankan tugas dan fungsi yudisialnya6 tidak berjalan sesuai dengan sebagaimana mestinya. Hal tersebut penyebab lemahnya hukum di indonesia. Dengan begitu banyak pihak pihak yang merasa dirugikan, perjudian semakin berkembang dan masyarakat pun akan menjadi terpuruk. III. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku bandar judi togel dalam perkara nomor: 113/Pid.B/2013/PN.GS., yaitu mempertimbangkan hal-hal yang bersifat yuridis dan non yuridis. Hal yang bersifat yuridis yaitu semua unsur delik Pasal 303 KUHP Ayat (1) Poin 1 Jo. Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian yang didakwakan kepada terdakwa telah terpenuhi, dan berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap dari hasil pemeriksaan dipersidangan berupa keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa, dan barang bukti yang diajukan dipersidangan. Hal-hal 6 Ibid, hlm. 104. yang bersifat non yuridis yaitu halhal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan dari sifat pribadi terdakwa. Selain itu hakim juga berpedoman pada Pasal 183 KUHP dan Pasal 193 ayat (1) dan Ayat (2) KUHAP. Majelis hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan pidana menggunakan teori kebijaksanaan, teori pendektan seni dan intuisi juga teori keseimbangan, namun hakim lebih memperlihatkan sisi kebijaksaannya dengan mempertimbangkan terdakwa yang hanya merupakan bandar judi skala kecil juga sifat pribadi terdakwa, namun kurang memperhatikan keseimbangan antara putusan yang dijatuhkan dan dampak dari putusan tersebut, karena setiap putusan hakim akan mempengaruhi kehidupan terdakwa di masa depan yang juga berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Majelis hakim dalam menjatuhkan pidana mempertimbangkan juga tujuan pemidanaan di Indonesia, bukan hanya mengacu pada konsep atau teori pembalasan, artinya hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan bukan merupakan semata-mata hanyalah pembalasan atas perbuatan yang dilakukan terdakwa, akan tetapi maksud penghukuman tersebut selain merupakan pemberian waktu yang tepat untuk membina terdakwa di Lembaga Pemasyarakatan agar menjadi pribadi yang lebih baik dan jera akan perbuatannya, juga 16 maksud pemidanaan tersebut merupakan peringatan bagi orang lain agar tidak meniru dan mencontoh prilaku buruk dari terdakwa. Indonesia. Sehinnga perbuatan tersebut sudah menjadi kebudayaan yang susah untuk dihapuskan. DAFTAR PUSTAKA 2. Faktor-faktor penghambat bagi hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku bandar judi togel, yaitu faktor undang-undang yang sudah usang. Undang-undang tersebut dikatakan sudah usang karena diundangkan dan disosialisasikan pada tahun 1974 dan belum ada perbaikan hingga saat ini.. Faktor yang kedua yaitu faktor yang timbul dari masyarakat itu sendiri. Hukum yang berfungsi untuk mengatur masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat, namun taraf kepatuhan hukum dalam masyarakat yang kurang, menjadi penghambta tegaknya hukum di Indonesia. Faktor yang ketiga yaitu faktor penegak hukum. Penegak hukum tidak menemukan adanya hambatan yang berarti. Hanya saja perlu adanya koordinasi antara hakim dan jaksa dengan kepolisian setempat. Karena kepolisian sangat membantu dalam menyelidiki suatu kasus yang terjadi di masyarakat. Faktor yang terakhir adalah faktor kebudayaan. Perjudian merupakan penyakit masyarakat yang sudah menjadi kebiasaan oleh masyarakat dari zaman dahulu, yang saat ini sudah melekat pada masyarakat Andrisman, Tri. 2011. Delik Tertentu dalam KUHP. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Kartono, Kartini. 2003. Patologi Sosial. Rajagrafindo Press. Jakarta Rifai, Ahmad. 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Acara Pidana Undang -Undang No.17 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian Undang-Undang No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pengertian bandar judi. www.wikipedia.com, diakses tanggal 22 Juli 2013. Papu, Johanes. 2002. Perilaku Berjudi ://www.epsikologi.com/epsi/sosial_detail.asp/di akses tanggal 12 Maret 2010. Sutiyoso, Bambang. 2008. Perjudian Dalam Perspektif Hukum, http://bambang.staff.uii.ac.id/2008/10/ 17/perjudian-dalam-perspektifhukum/, diakses tanggal 29 Agustus 2013.