Peran Liana dalam Kehidupan Orangutan

advertisement
ISSN 1978-9513
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009
PERAN LIANA DALAM KEHIDUPAN ORANGUTAN
Tatang Mitra Setia
Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta
ABSTRAK
Orangutan adalah hewan arboreal yang penyebarannya saat ini hanya di
Sumatera bagian utara (Pongo abelii) dan di Klimantan (Pongo pygmaeus). Jenis
yang ada di Kalimantan dikenal sebagai tiga anak jenis, yaitu: Pongo pygmaeus
pygmaeus; Pongo pygmaeus wurmbii: dan Pongo pygmaeus morio. Habitat
orangutan yang ada di daerah hutan tropis, didalamnya terdapat keanekaregaman
jenis tumbuhan liana dan pohon. Keberadaan liana sangat bermanfaat bagi
orangutan sebagai sumber pakan dan sarana
penopang dalam lokomosi
pergerakan pindah tempat dan istirahat
Kata kunci : liana, orangutan
PENDAHULUAN
Orangutan merupakan hewan yang
mempunyai gaya hidup soliter dan
mempunyai ukuran tubuh yang besar. Saat
ini orangutan hanya ditemukan di hutan
tropis di pulau Sumatera dan Kalimantan.
Hewan ini dalam melakukan aktivitas
hariannya seperti: makan, lokomosi dan
istirahat lebih sering arboreal di pepohonan
hutan dengan struktur vertikal hutan yang
terdiri antara lain dalam bentuk pohon dan
liana dari pada di permukaan tanah.
Liana
merupakan
tumbuhan
pemanjat, banyak ditemukan di hutan
hujan tropis dan keberadaannya menambah
keanekaragaman jenis pada struktur
vertikal hutan serta merupakan salah satu
ciri dari hutan hujan tropis. Tumbuhan
liana memanjat dan menopang pada batang
tumbuhan lain dengan bergelantungan atau
melilit untuk mencapai suatu kanopi
dengan ketinggian tertentu. Kemudian
dedaunannya berkembang di atas kanopi
pohon yang ditumpanginya tersebut.
Penelitian terhadap tumbuhan liana
belum begitu banyak dilakukan, tetapi dari
Setia TM
hasil-hasil yang sudah diteliti, dapat
diketahui
keanekaragamannya
dan
peranannya bagi hutan itu sendiri atau bagi
hewan arboreal yang tinggal di hutan
tersebut. Salah satu manfaat tumbuhan
liana bagi hewan arboreal antara lain
adalah sebagai sumber pakan dan sebagai
alat pendukung bagi lalu lintas di
pepohonan. Bagi hewan bertubuh besar
seperti orangutan, maka keberadaan liana
sebagai alat pendukung untuk lokomosi
sangat membantu sekali.
Tujuan penulisan makalah ini
adalah mencoba menguraikan peran
tumbuhan liana dalam kehidupan harian
orangutan.
ORANGUTAN : Penyebaran,
Klasifikasi dan Habitat
Orangutan muncul pertama kalinya
pada awal Miosin dengan asal daerah
penyebaran adalah Indocina. Pada masa
Pleistosin orangutan ditemukan menyebar
dari Cina Selatan menuju Laos, Vietnam,
Semenanjung Malaya dan terus ke pulau
55
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009
Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Pada saat
sekarang orangutan hanya ditemukan di
Sumatera bagian utara dan Kalimantan
saja, sedangkan di tempat lain sudah
punah.
Orangutan
pertamakali
telah
didiskripsi pada awal abad 17 dan
kemudian diberi nama Simia satyrus.
Berdasarkan International Commission on
Zoological Nomenclature tahun 1927 nama
orangutan berubah menjadi Pongo
pygmaeus. Hingga saat ini ada dua anak
jenis orangutan, yaitu: Pongo pygmaeus
abelii, penyebarannya di Sumatera dan
Pongo pygmaeus pygmaeus di Kalimantan
(Goossens dkk.). Publikasi terbaru
(Brandon-Jones dkk., 2004) menyatakan
bahwa orangutan yang ada sekarang, terdiri
dari dua jenis yaitu: Pongo abelli di
Sumatera dan Pongo pygmaeus hidup di
Kalimantan dengan 2 anak jenis, yaitu:
Pongo pygmaeus pygmaeus (di bagian
barat dan sebelah utara Sungai Kapuas,
Indonesia dan bagian barat Sarawak,
Malaysia), Pongo pygmaeus wurmbii
(bagian barat daya Kalimantan, antara
Sungai Kapuas dan Barito). Hasil terbaru
dari Orangutan Population and Habitat
Viability Assessment (Singleton dkk,
2004) membedakan populasi orangutan
Kalimantan yang berada
Kalimantan
Timur (sebelah selatan Sungai Mahakam,
Indonesia dan Sabah, Malaysia) sebagai
anak jenis ke tiga dari Pongo pygmaeus
yaitu: Pongo pygmaeus morio.
Orangutan hidup di hutan tropik
dengan tipe habitat hutan rawa, hutan
dataran rendah sampai hutan dataran tinggi
lebih kurang 1500 dpl. Hidup orangutan
lebih sering di pepophonan (arboreal) dan
sering pada ketinggian antara 10 samapi 20
meter di lapisan tengah kanopi hutan.
Walau sering di pepohonan, kadangkadang orangutan turun juga ke permukaan
tanah untuk memakan tanah, serangga
ataupun makanan yang lainnya. Orangutan
adalah pemakan buah (frugivorous), tetapi
Setia TM
selain itu memakan juga bagian lain dari
tumbuh-tumbuhan seperti: daun, kulit
batang pohon, batang liana, bunga dan biji.
Berdasarkan penelitian Rodman (1977)
maka diketahui bahwa proporsi bagian
makanan yang dimakan adalah sebagai
berikut: 53,8 % terdiri dari buah, 29 %
terdiri dari daun, 14,2% terdiri dari kulit
kayu, 2,2% bunga dan 0,8% serangga.
TUMBUHAN LIANA
Hutan tropis adalah hutan yang
terletak di daerah khatulistiwa, yaitu yang
dibatasi oleh dua garis lintang 23.5 derajat
LS dan 23.5 derajat LU. Htan tropis
mempunyai karakter:
curah hajannya
tinggi yang merata sepanjang tahun, yaitu
antara 200 - 225 cm/tahun; matahari
bersinar sepanjang tahun, dari bulan satu
ke bulan yang lain perubahan suhunya
relatif kecil; di bawah kanopi atau tudung
pohon, gelap sepanjang hari, sehingga
tidak ada perubahan suhu antara siang dan
malam hari
Hutan hujan tropik adalah salah
satu tipe hutan tropik yang mempunyai
curah hujan sampai 4000 mm per tahun,
tempetatur rata-rata 250 C dan kelembaban
berkisar dari 60 hingga 100% (Vickery,
1984).
Di hutan hujan tropik,
keanekaragaman tumbuhan cukup tinggi
dan mempunyai struktur vertikal dan
horizontal yang rumit.
Semua jenis
tumbuhan memerlukan air, nutrisi, oksigen
dan CO2 serta kelembaban tanah dan
matahari. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, di antara jenis tumbuhan saling
berkompetisi.Di hutan tropis ada tujuh
habitus tumbuhan, yaitu: terna (herba),
semak, perdu, merambat, liana, epifit dan
parasitik.
Dalam hal kompetisi antara
tumbuhan pohon dan tumbuhan liana,
maka salah satu faktor yang diperebutkan
adalah cahaya matahari. Cahaya matahari
56
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009
tidak dapat disimpan, sehingga harus
dimanfaatkan seefisien mungkin. Akibat
dari adanya kompetisi ini maka ada
adaptasi pada tumbuhan anatara lain: ada
tumbuhan
yang
bersifat
heliofit
(membutuhkan cahaya matahari) dan
sciofit (tumbuhan yang bisa hidup di
bawah naungan tumbuhan lain).
Tumbuhan yang membutuhkan
cahaya matahari merupakan komunitas
hutan yang pada umumnya berdimensi
pohon. Pohon yang dimaksud adalah: yang
berkayu, tegak tunggal dengan diameter
lebih dari 7 cm dan ketinggiannya
bervariasi dari 5 hingga lebih dari 70 meter
(Longman dan Jenik, 1987).
Adanya
perbedaan
ketinggian
tersebut
mengakibatkan adanya lapisan-lapisan
kanopi. Kedua ciri ini membentuk suatu
struktur vertikal hutan. Kemudian setiap
jenis tumbuhan yang berbentuk pohonpohon tersebut mempunyai bentuk
mahkota yang berbeda, keadaan ini
menyusun suatu struktur horizontal.
Jenis
tumbuhan
lain
yang
batangnya menopang pada tumbuhan
berpohon tegak juga mengisi komunitas
hutan. Tumbuhan ini yang umum disebut
liana, dapat memecahkan masalah untuk
mencukupi kebutuhan cahaya matahari
adalah dengan cara memanjat atau
menopang pada tumbuhan tegak lainnya.
Liana
yang
merupakan
tumbuhan
memanjat, batangnya berkayu tetapi tidak
dapat berdiri tegak tanpa penopang,
mempunyai diameter batang mencapai 15
cm dan panjang batangnya mencapai 70
meter (Jacobs, 1980). Tumbuhan liana ini
memanjat pohon lain sebagai penopang
sampai mencapai mahkota pohon yang
ditumpangi. Kemudian di tempat tersebut
dedaunan liana akan cepat berkembang
sehingga bisa memanfaatkan cahaya
matahari secara efisien (Gambar 1).
Gambar 1. Habitus tumbuhan liana
Setia TM
57
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009
Melihat perilaku yang demikian
antara tumbuhan liana dengan tumbuhan
pohon lain maka dapat dikatakan liana
bersifat komensal, yaitu mengambil
keuntungan tetapi tidak merugikan
inangnya. Walaupun tidak merugikan
tumbuhan inang, tetapi kadang- kadang
jika dedaunan liana di kanopi terlalu
banyak, maka akan dapat meredupkan atau
menaungi pohon yang ditumpangi dan
mengurangi keperluan sinar tumbuhan
inang.
Batang dari liana, dikatakan sebagai
kabel karena : lentur, tidak mudah patah
dan penampang melintangnya berbentuk
bintang atau seperti pita. Berdasarkan cara
memanjat untuk mencapai kanopi dari
pohon yang ditumpangi maka tumbuhan
liana dapat diklasifikasikan sebagai:
a. Leaners (tumbuhan bersanda pada
pendukungnya), misalnya: Plumbago
capensis
b. Thorn
Lianas
(tumbuhan
yang
mempunyai duri untuk mengkait
tumbuhan pendukungnya) misalnya:
Bougenvillea spp
c. Tendril Lianas (tumbuhan liana yang
menggunakan sulur untuk memanjat
pendukungnya) misalnya: dari suku
jenis-jenis Leguminosae.
Ada bentuk lain dari liana misalnya
yang ditemukan pada beberapa jenis Ficus
spp, yaitu: mula-mula tumbuh seperti epifit
di kanopi inangnya kemudian akarnya
turun ke tanah. Kadang-kadang tipe jenis
ini dapat mencekik tumbuhan inangnya
sehingga mati. Tipe ini disebut Strangler.
Liana diketemukan hidup 90% di
hutan tropik dan merupakan tumbuhan
khas pada hutan hujan tropik Kepadatan
liana tergantung dari kehangatan dan
kelembaban udara di suatu habitat. Jenisjenis liana menyusun 8% dari jenis
tumbuhan lain di hutan hujan tropis
(Jacobs, 1980). Di hutan-hutan yang tidak
terganggu, jenis liana penyebarannya
sangat
bervariasi
terutama
yang
Setia TM
menghasilkan buah dan bunga. Penelitian
di Sabah, dalam area 78.500 km2
ditemukan 150 marga dari liana (13
Asclepiadaceae; 12 Menispermaceae; 10
Rubiaceae;
9
Apocynaceae;
9
Leguminoceae; 8 Anonaceae). Penelitian
di Barro Colorado menemukan pada 39
pohon mempunyai 28 liana pada kanopinya
(yang terdiri dari 55 jenis). Dari penelitian
Manullang (1990) di Ketambe, Sumatera
menunjukkan bahwa kepadatan liana per
Ha adalah: 884 (berdiameter lebih dari 1
cm); 394 (berdiameter lebih dari 2 cm);
290 (berdiameter lebih dari 2,5 cm) dan 86
(berdiameter lebih besar dari 5 cm).
Sedangkan
penelitian
F0x
(dalam
Manullang, 1990) di Sabah mengatakan
bahwa kepadatan liana per Ha adalah 370
(berdiameter lebih dari 2,5 cm) dan 140
(berdia meter lebih dari 5 cm).
Di alam, liana yang berkayu dapat
berkembang biak melalui biji. Penyebaran
bijinya dapat dibantu oleh angin ataupun
hewan, misalnya orangutan.
Biji-biji
tersebut dapat tumbuh mulai dari hutan
hujan dataran rendah sampai dataran
tinggi.
AKTIVITAS HARIAN
ORANGUTAN DAN LIANA
Dalam kehidupannya sehari-hari,
orangutan melakukan aktivitas harian
berupa makan, lokomosi, istirahat dan
sosial. Berdasarkan proporsi yang dipakai
untuk aktivitas harian, maka Rodman
(1977) menghitung bahwa orangutan
menggunakan waktunya 45,9% untuk
makan, 39,2% untuk istirahat, 11,1% untuk
lokomisi (traveling), 2,7% untuk bersosial
dan 1% membuat sarang.
Segala aktivitas harian orangutan
ini 50% dilakukan pada lapisan hutan yang
ketinggiannya antara 10 – 20 meter, yaitu
pada lapisan tengah dan bawah (Rijksen,
1978). Menurut Cant (1987) bahwa dari
58
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009
hasil risetnya, secara kualitatif, di hutan
Ketambe Sumatera liana hampir tampak
padat pada lapisan bawah.
Kalau dilihat dari keunikan
tumbuhan liana, baik dari segi bentuk
batang, cara menopang liana pada
tumbuhan inang ataupun dari bagianbagian tumbuhan liana seperti daun, buah
dan bunganya maka keberadaan liana pada
suatu komunitas hutan sangat bermanfaat
bagi hewan yang tinggal di dalamnya.
Hasil penelitian Manullang (1990) ternyata
orangutan menggunakan liana yang
berdiameter 2 dan 2,5 cm lebih sering. Hal
ini disebabkan karena alasan untuk
mendapatkan sumber pakan yang ada pada
liana tersebut. Sumber pakan tersebut
berupa buah, bunga, daun dan kuncup.
Hasil kumpulan jenis-jenis tumbuhan yang
dimakan orangutan sebanyak 118 jenis (di
hutan Ketambe, Sumatera), diketahui
bahwa 13,55% adalah berupa liana (Tabel
1) dan sebanyak 6,78% adalah Ficus spp
yang bersifat pencekik (strangler)
TABEL 1. Jenis – jenis liana dan bagian yang dimakan oleh orangutan (RIJKSEN, 1978)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Jenis
Tinomiscium phytocrenoides
Pycnarrhenia longifolia
Rourea minor
Acacia pennata
Brousonnetia kurzii
Maclura amboinensis
Cambretum latifolium
Aspidopterys sp
Celastrus hindsii
Salacia chinensis
Cissus sp 1
Cissus sp 2
Cissus sp 3
Iodes yatesii
Strychnos ignatii
Selain menggunakan liana sebagai
sumber
pakan,
maka
orangutan
menggunakan liana dalam aktivitas
hariannya sebagai sarana pendukung
sewaktu lokomosi pindah tempat dari satu
pohon ke pohon yang lain.
Adanya
tumbuhan liana yang bersambungan dari
satu pohon ke pohon lain sangat membantu
orangutan jika berpindah tempat, terutama
jika jarak antara tajuk pohonnya agak jauh.
Adanya liana yang menopang atau
bergantung di batang pohon yang tinggi
Setia TM
Suku
Menispermaceae
Menispermaceae
Connaraceae
Mimosaceae
Moraceae
Moraceae
Combretaceae
Malphigiaceae
Celastraceae
Celastraceae
Vitaceae
Vitaceae
Vitaceae
Icacinaceae
Loganiaceae
Bagian yang
dimakan
Buah
Buah
Buah
Daun, Kuncup
Buah
Buah
Buah
Daun
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Bunga, Kuncup
Buah
dan besar sangat memudahkan orangutan
untuk memanjat ke pohon yang diameter
batangnya cukup besar (Gambar 2.).
Hasil penelitian Cant (1987)
mendukung
bahwa
orangutan
menggunakan liana sebagai sarana
penopang pergerakan, yaitu pergerakan
secara quadrumanous (pergerakan dengan
menggunakan ke empat anggota gerak).
Liana yang berdiameter lebih dari 4 cm
dipergunakan untuk pergerakan ‘Climb
Down’; ‘Climb Diagonal’ dan Climb
59
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009
Horizontal’. Selain itu dengan adanya
‘liana‘ Ficus spp yang berupa lilitan pada
batang berdiameter besar atau adanya
gantungan akarnya yang besar dapat juga
membantu jika orangutan akan masuk ke
pohon inangnya tersebut.
Orangutan tidak menggunakan
‘gulungan’ atau kumpulan liana sebagai
tempat perlindungan dari ancaman
predator, melainkan kadang-kadang hanya
menggunakan sebagai sarana pendukung
A
untuk duduk istirahat yang lama.Ada
sejenis hewan lain yang menggunakan
keberadaan
liana
sebagai
tempat
berlindung dari ancaman predator. Hewan
tersebut bernama Two – Toed Sloth, yaitu:
jika siang hari tidak aktif. Binatang ini
selalu tidur dengan bergantung di bagian
tengah kumpulan lilitan batang liana agar
terhindar dari serangan predator yang
ukurannya lebih besar.
B
Gambar 2. Orangutan jantan (A), dan orangutan pradewasa serta betina
dengan anak (B) menggunakan liana untuk keluar masuk
pohon besar.
Uraian dalam makalah ini hanya
sebagian kecil saja manfaat liana bagi salah
satu jenis mamalia yang arboreal seperti
orangutan. Jenis tumbuhan, misalnya dari
suku Rafflesiaciae juga menggunakan
sejenis liana bernama Tetrastigma sp
sebagai inang. Sebenarnya masih banyak
lagi kemungkinan manfaat liana dalam
suatu komunitas hutan, tetapi informasi
data sangat sedikit, oleh sebab itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian yang lebih
mendalam lagi.
Setia TM
KESIMPULAN
Dari tulisan yang telah diuraikan
dalam makalah ini, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Orangutan hidup pada daerah hutan
tropis yang didalamnya terdapat
keanekaregaman jenis tumbuhan liana
dan pohon.
2. Keberadaan tumbuhan liana merupakan
90% di hutan tropik dan merupakan
tumbuhan khas pada hutan hujan tropis.
Jenis-jenis liana menyusun 8% dari
60
VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009
jenis tumbuhan lain di hutan hujan
tropis.
3. Keberadaan liana sangat bermanfaat
bagi orangutan sebagai sumber pakan,
dari 118 jenis tumbuhan yang dimakan
orangutan
di
hutan
Ketambe
(Sumatera), diketahui bahwa 13,55%
adalah berupa tumbuhan liana
4. Tumbuhan liana mempunyai diameter
batang mencapai 15 cm dan panjang
batangnya mencapai 70 meter, bagi
orangutan
bermanfaat
sebagai
penopang dalam lokomosi pergerakan
pindah tempat dan istirahat.
.
DAFTAR PUSTAKA
Brandon-Jones D., Eudey AA., Geissmann
T., Grove CP., Melnick DJ.,
Morales JC., Shekelle M. and
Stewart CB.
Asian Primate
Classification.
International
Journal of Primatology, 5:97-164,
2004.
Cant JGH.
Positional Behaviour of
Female
Bornean
Orangutans
(Pongo pygmaeus).
Am. J.
Primatol. , 12:71-221, 1987.
Goossens B., Chikhi L., Jalil MF., James
S., Ancrenaz M., LackmanAncrenaz, I. and Bruford, M. in:
Orangutans: Georaphic Variation in
Behavioral
Ecology
and
Conservation (S. A. Wich, S.S.U.
Atmoko, T. M. Setia, eds). Oxford
University Press, 2009, p.1-13.
Scientific and Technical, Singapore,
1987, p. 347.
Manullang BO. The Importance of Lianas
to a Communityof Primates
Relative to the Importance of Trees.
Thesis
MSc
University
of
California, Davis, 1990, p. 109.
Rijksen H. A Field Study of Sumatran
Orangutan (Pongo pygmaeus abelli,
Lesson 1827) : Ecology, Behaviour
and Conservation. H. Vveenman
and Zonen B. V. , Wegeningen,
1978, p. 420.
Rodman PS.
Feeding Behaviour of
Orangutan of The Kutai Nature
Reserve, East Kalimantan.
IN;
PrimateEcology (T. H. Clutton –
Bbrock, ed. ), Academic Press, New
York, 1977, p. 383 – 413.
Singleton I., Wich SA., Hosson S.,
Stephens S., Utami-Atmoko SS.,
Leighton M., Rosen N., TaylorHolzer K., Lacy R., and Byers O.
Orangutan Populationand Habitat
Viability Assessment: Final Report,
IUCN-SSC Conservation Breeding
Spesialist Group, Apple Valey,
MN, 2004
Vickery ML. Ecology of Tropical Plants.
John Willey and Sons, Toronto,
1984, p. 170.
Jacob M.
The Tropical Rain Forest.
Springer-Verlag, Germany, 1988, p.
293.
Longman KA and J. Jenik. Tropical Forest
and its Environment. Longman
Setia TM
61
Download