BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keadaan umum lokasi 2.1.1 Geografis Suaka Margasatwa Muara Angke merupakan kawasan suaka alam dengan tipe ekosistem lahan basah (wetland). Suaka Margasatwa Muara Angke secara administratif terletak pada 06006'-06°10' Lintang Selatan dan 106o43'-106°48' Bujur Timur (BKSDA DKI Jakarta, 2009). Wilayah ini masuk pada Kelurahan Kapuk Muara dan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kodya Jakarta Utara DKI Jakarta (Gambar 1). Batas wilayah Suaka Margasatwa Muara Angke adalah sebagai berikut : - Sebelah utara berbatasan dengan Hutan lindung Angkek Kapuk. - Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Angke dan perkampungan nelayan Muara Angke. - Sebelah selatan berbatasan dengan areal PT. Mandara Permai (Pantai Indah Kapuk). - Sebelah barat berbatasan dengan Perumahan Pantai Indah Kapuk. 6 7 Sumber : Google Map Gambar 2. Peta Suaka Margasatwa Muara Angke 2.1.2 Pemanfaatan Perairan Mangrove di Muara angke Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke merupakan satu-satunya ekosistem mangrove yang tersisa di pantai Jakarta. Luas hutan mangrove di wilayah Kamal dan Angke (Muara Angke) DKI Jakarta pada tahun 1990 sekitar 1.144 hektar, namun karena kebijakan pemerintah sebagian besar kawasan mangrove dikonversi menjadi kawasan pemukiman. Pada saat ini kawasan mangrove Muara Angke tinggal tersisa 327,7 hektar dengan status sebagai kawasan Hijau Lindung dan seluas 150 hektar sebagai areal budidaya tambak (Santoso, 2012). Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke merupakan sebagian kecil dari lahan basah yang tersisa di DKI Jakarta. Seluruh kawasan merupakan rawa berlumpur yang selalu tergenang oleh air pasang surut. Tinggi genangan air bervariasi antara 0,5 meter hingga 3 meter. Kawasan ini juga merupakan limpasan 8 dari muara sungai angke sehingga wilayah ini merupakan penyangga banjir untuk sungai angke. Berdasarkan hasil penelitian Mulyadi (2010), berikut adalah tabel jenis – jenis ikan yang terdapat pada perairan Muara Angke (Tabel 1). Tabel 1. Jenis – jenis ikan yang ditemukan di perairan Muara Angke terutama sekitar lokasi yang ditumbuhi mangrove. No Suku Jenis Nama Lokal Megalops cyprinoides Ikan Bulan-bulan 1 Elopsidae Clariidae 2 Clarias batrachus Ikan Lele Loricariidae Liposarcus pardalis 3 Ikan Sapu-sapu Hemiramphidae Dermogenys 4 Ikan Julung-julung Aplocheilidae Aplocheilus panchax 5 Ikan Kepala timah Poeciliidae Xiphophoros hellerii 6 Ikan Pedang Synbranchidae Monopteros albus 7 Ikan Belut Cichlidae Oreochromis mossambicus, 8 Ikan Mujair O. niloticus Ikan Nila Eleotrididae Butis gymnopomus 9 Ikan Belungor Ophiocara sp. Ikan Payangka hitam Oxyeleotris marmorata Ikan Betutu Drombus kranjiensis 10 Gobiidae Periophthalmodon schlosseri Ikan Belodok Schismatogobius marmoratus 11 12 13 14 Helostomidae Helostoma temminckii Anabantiidae Anabas testudineus Belontiidae Trichogaster trichopteros Channidae Channa striata Ikan Tambakan Ikan Puyu IkanTemanggu berambai Ikan Gabus Jenis ikan sapu – sapu (Liposarcus pardalis) merupakan ikan introduksi yang mampu beradaptasi dan berkembang biak dengan baik di lingkungan mangrove yang telah tercemar. Jenis ikan yang seringkali diolah oleh masyarakat sebagai bahan dasar bakso yaitu ikan Bulan – bulan (Megalops cyprinoides) (Mulyadi, 2010). 9 2.2 Kebiasaan makanan Makanan merupakan faktor pengendali yang penting dalam menghasilkan sejumlah ikan disuatu perairan, karena merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan di suatu perairan. Pengelompokan ikan berdasarkan kepada variasi makanan yang dimakan, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam – macam makanan, stenophagic yaitu ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit dan monophagic yaitu yang makanannya terdiri dari atas satu macam makanan saja (Effendie, 1997). Menurut Effendie (1997), kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat dan bagaimana cara ikan memperoleh makanannya. Effendi (1997) menambahkan bahwa faktorfaktor yang menentukan suatu jenis ikan akan memakan suatu jenis organisme adalah ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna, rasa, tekstur makanan dan selera ikan terhadap makanan. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu spesies ikan adalah umur, tempat dan waktu. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan suasana lingkungannya. Pengelompokan ikan menurut jenis makanannya antara lain : 1. Herbivora yaitu hewan yang hanya memakan tumbuhan. 2. Karnivora yaitu hewan yang hanya memakan daging. 3. Omnivora yaitu hewan yang memakan tumbuhan dan hewan sebagai sumber makanan pokoknya. 10 Dengan mengetahui tabiat makanan ikan dapat dilihat antar hubungan ekologi diantara organisme di perairan itu, misalnya bentuk – bentuk pemangsaan, saingan dan rantai makanan. Jadi makanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan. 2.3 Pencernaan makanan pada ikan Sistem pencernaan meliputi organ yang berhubungan dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyediaan bahan – bahan kimia, serta pengeluaran sisa – sisa makanan yang tidak tercernakan keluar dari tubuh. Saluran pencernaan ikan karnivora biasanya lebih pendek dari saluran pencernaan ikan herbivora. Hal tersebut dikarenakan dinding sel daging tipis, berupa selaput sehingga lebih mudah dicerna, sedangkan dinding sel tumbuh – tumbuhan mengandung selulosa yang alot sehingga lebih sulit dicerna. Oleh karena itu, saluran pencernaan ikan pemakan tumbuhan atau herbivora lebih panjang (Mudjiman, 2004). Saluran pencernaan pada ikan karnivora hanya sepanjang tubuhnya saja, sedangkan pada ikan herbivora dapat mencapai tiga kali panjang tubuhnya. Selain itu, lambung ikan – ikan herbivora membesar dan berdinding tebal yang kuat, mirip dengan empedal atau ampela pada ayam. Kelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan getah (enzim) pencernaan. Enzim pencernaan berguna untuk menguraikan bahan makanan sehingga terpecah menjadi unit-unit terkecil, misalnya, protein menjadi asam amino dan karbohidrat menjadi glukosa. Enzim pencernaan pada ikan karnivora berupa enzim – enzim pemecah protein, 11 sedangkan pada ikan herbivora lebih dominan enzim – enzim pemecah karbohidrat (Mudjiman, 2004). 2.4 Makanan alami Makanan alami adalah makanan yang tumbuh sendiri di habitat ikan tersebut. Fungsi utama pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk kelangsungan atau mempertahankan hidupnya dan kelebihannya akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Selama ini jenis pakan yang banyak digunakan adalah pakan buatan. Jenis pakan buatan mempunyai banyak kekurangan dibandingkan pakan alami. Komponen penyusun pakan alami lebih lengkap, sehingga ikan cenderung lebih menyukai pakan alami. Jenis makanan alami dapat berupa bahan nabati maupun hewani, tergantung pada jenis ikan yang dipelihara. Jenisnya dapat berupa plankton (fitoplankton dan zooplankton), alga filament (lumut), alga dasar (kelekap), detritus campur bakteri dan cendawan, organisme bentos, tanaman yang hidup di dalam perairan ,tanaman air yang mengapung, serta binatang – binatang nekton (Mudjiman 2004). Makanan alami ikan terdiri dari organisme renik berukuran mikro (kecil) dan organisme makro. 2.4.1 Plankton Plankton merupakan organisme yang hidup melayang-layang di dalam air, gerakan pasif, dan hanya mengikuti arah arus karena tidak mampu untuk melawan 12 gerakan air (Mudjiman 2008). Istilah Plankton pertama kali diperkenalkan oleh Victor Hensen tahun 1887, istilah tersebut berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengembara (Reynolds 1990). Organisme plankton dapat dijumpai pada perairan asin, payau maupun tawar (Odum 1998). Sachlan (1982) membagi plankton menjadi dua kelompok, pembagian dilakukan berdasarkan daur hidupnya yaitu holoplankton dan meroplankton. Holoplankton merupakan organisme akuatik yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik, sedangkan meroplankton adalah organisme yang hanya sebagian dari hidupnya bersifat planktonik. Secara biologis plankton terdiri dari dua macam golongan, yaitu plankton nabati atau plankton tumbuh-tumbuhan (fitoplankton) dan plankton hewani atau plankton binatang (zooplankton) (Mudjiman 2008). Odum (1998) mengemukakan bahwa plankton terdiri dari zooplankton dan fitoplankton, zooplankton adalah hewan herbivora dan karnivora yang bersifat planktonik, sedangkan fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopik yang melayang-layang dalam air, mempunyai klorofil dan mampu berfotosintesis. Mudjiman (2008) mengatakan ikan pemakan plankton, baik yang masih burayakan maupun yang dewasa dapat menerima makanan tambahan maupun pakan buatan. Akan tetapi, bentuk makanan itu harus disesuaikan dengan bentuk makanan aslinya, yaitu berupa tepung, butiran-butiran kecil, maupun serpihanserpihan halus (flake). Untuk burayakan, pakan buatan tersebut biasanya diberikan dalam bentuk suspense (butiran-butiran halus yang dilarutkan dalam air). Hasil penelitian Hasibuan (2011) yang berlokasi di muara-muara teluk Jakarta pada pengambilan bulan april dan bulan juli terlihat berbeda. Keadaan 13 Muara Angke pada bulan April merupakan stasiun yang memiliki tingkat stabilitas perairan yang rendah, sedangkan pada bulan juli ketika surut menunjukkan bahwa stasiun Muara Cengkareng Drain memiliki tingkat stabilitas perairan paling tinggi dan stasiun Muara Angke menjadi stasiun yang mengalami gannguan paling besar atau kondisi perairan tidak stabil. Genus fitoplankton pada bulan Juli lebih banyak ditemukan dengan jumlah 30 yang termasuk ke dalam lima kelas (Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Chyanophyceae, Chrysophyceae dan Dynophyceae) dibandingkan dengan bulan april genus yang ditemukan sebanyak 19 yang termasuk ke dalam 3 kelas (Bacillariophyceae, Cyanophyceae dan Dynophyceae). Hasil pengamatan Hasibuan (2011) menyebutkan bahwa komunitas fitoplankton pada pengambilan sampel bulan April dan juli dengan persentase genus terbesar berasal dari famili Bacillariophyceae. Hal ini terjadi karena Fitoplankton famili Bacillariophyceae mempunyai kemampuan tumbuh dengan cepat dan dapat beradaptasi dengan baik meskipun kondisi nutrient dan cahaya yang rendah (Gumelar 2005). 2.4.2 Benthos Bentos merupakan organisme yang hidup pada permukaan atau di dalam substrat dasar perairan yang meliputi organisme nabati yang disebut fitobentos dan organisme hewani disebut zoobentos (Odum, 1971). Secara umum bentos dibagi menjadi tiga kelompok yaitu makrozoobentos (berukuran lebih besar dari 1mm), meiozoobentos (berukuran antara 0,1-1mm), dan mikrozoobentos (berukuran lebih kecil dari 0,1mm) (Nybakken, 1988). 14 Lind (1979) in Suryadiputra (1995), menyatakan peranan bentos di perairan meliputi kemampuannya mendaur ulang bahan-bahan organik, membantu proses mineralisasi, dan kedudukannya dalam berbagai posisi penting dalam rantai makanan. Bentos juga dapat digunakan sebagai indikator pencemaran karena siklus hidupnya yang panjang dan sifat penyebarannya terbatas. Tipe substrat dasar ikut menentukan jumlah dan jenis hewan bentos disuatu perairan (Susanto, 2000). Tipe substrat seperti rawa tanah dasar berupa lumpur. Macam dari substrat sangat penting dalam perkembangan komunitas hewan bentos. Pasir cenderung memudahkan untuk bergeser dan bergerak ke tempat lain. Substrat berupa lumpur biasanya mengandung sedikit oksigen dan karena itu organisme yang hidup di dalamnya harus dapat beradaptasi pada keadaan tersebut (Ramli, 1989). Hasil pengamatan Sidauruk (2001) yang dilakukan di perairan teluk Jakarta pada bulan September 2000 – Januari 2001 telah ditemukan tiga kelompok organisme yaitu Pelecypoda, Gastropoda, dan Echinodermata. makrozoobentos yang ditemukan adalah 22 jenis (Tabel 2). Jenis 15 Tabel 2. Jenis – jenis makrozoobentos yang ditemukan diperairan Teluk Jakarta (Sidauruk, 2001) : Organisme Jenis Makrozoobentos Pelecypoda Astarte Novathaca Clinicardium Nuculana Solerna Tapes Pema Gastropoda Tonna Odostomia Gemula Papyriscala Umbonium Turitela terebra Aliculastrum Alectrion Calpurnus Pyramidella Phasianella Zeuxis Cantharidus Ischinocerithium Echinodermata Astropecten Hasil pengamatan Sidauruk (2001) secara umum, parameter fisika dan kimia yang dilakukan didalam perairan Teluk Jakarta tepatnya di Muara Kamal pada bulan September 2000 – Januari 2001 menunjukkan bahwa perairan Muara Kamal merupakan daerah yang berarus kecil dan jenis substratnya adalah liat berdebu, dan hasil pengamatan terhadap parameter kimia perairan dapat disimpulkan kondisi air telah tercemar. 16 2.4.3 Tumbuhan air. Tumbuhan air atau disebut juga tumbuhan akuatik adalah tumbuhan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di air. Peranan tumbuhan air secara umum (Widjadja, 1999) : 1. Sebagai organisme autotrof bersama dengan algae, tumbuhan air bisa mengubah nutrient organik menjadi bahan organik. 2. Tumbuhan air menyediakan naungan untuk ikan dan biota air lainnya. 3. Secara tidak langsung, tumbuhan air berfungsi sebagai tempat menempel perifiton yang sangat menguntungkan terutama bagi larva ikan. 4. Tumbuhan air berakar berperan sebagai penstabil dasar perairan. 5. Melalui aktifitas fotosintesis, tumbuhan air memproduksi oksigen ke lingkungan sekitarnya. 6. Tumbuhan air memiliki nilai estetika bila dikelola dengan baik. 7. Tumbuhan air dapat membuat kondisi air cocok untuk ikan dengan system keseimbangan di air. 8. Tumbuhan air digunakan untuk mencuci limbah air tercemar yaitu sebagai perangkap nutrient dari perairan eutrofik. 9. Tumbuhan air juga merupakan makanan langsung dari herbivora dan juga beberapa jenis tanaman air menjadi makanan manusia.