VALUASI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP HUTAN LINDUNG ANGKE KAPUK [Dimas Widhie Satrio] [Politeknik Keuangan Negara STAN] [[email protected]] INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK Diterima Pertama [] Dinyatakan Diterima [] KATA KUNCI: [Penilaian, Perikanan, Manfaat, Produktivitas, Lingkungan, Nilai]. KLASIFIKASI JEL: [Q220] ABSTRAK. Kawasan Hutan Lindung Angke Kaouk merupakan satu-satunya kawasan mangrove yang berada di Jakarta. Kawasan HLAK merupakan kawasan yang dapat mengurangi emisi karbon dan polusi kendaraan yang sangat masif secara signifikan. Tidak heran jika kawasan ini sering disebut sebagai jantung dari Jakarta, khusunya Jakarta Utara. Kawasan HLAK memiliki berbagai manfaat, baik langsung dan tidak langsung yang memberikan keuntungan bagi masyarakat dalam skala kecil dan besar. Manfaat ini kemudian dapat dinilai menggunakan berbagai metode kuantitatif yang kemudian akan memberikan angka akhir sebagai nilai. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah dengan mengurangkan total pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan oleh nelayan yang melaut. Melalui metode ini, dapat disimpulkan bahwa nilai manfaat perikanan Hutan Lindung Angke Kapuk mencapai angka yang besar setiap tahunya. ABSTRACT. The Forest of Angke Kapuk is the only mangrove protected forest in Jakarta. This forest capable to reduce carbon emission dan massive pollution significantly. It is not surprising that this forest often called as the heart of Jakarta, especially North Jakarta. The forest of Angke Kapuk has so many benefit, including direct and indirect which is profitable for society in small and bigger scale. This benefit later can be valued by various quqantitative method and provide final score as a value. On this research, substraction method will be used between the revenue and expenditure of the fisherman.Through this method, can be concluded that the value of fishery in Angke Kapuk Forestry reach massive number each yea Halaman 1 Jurnal Manajemen Keuangan Publik VALUASI SUMBER DAYA PERIKANAN TANGKAP HUTAN LINDUNG ANGKE KAPUK Halaman 2 Dinas Widhie Satrio 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota yang memiliki tingkat kepadatan penduduk terbesar di Indonesia. Hal ini didukung dengan adanya fakta bahwa Jakarta adalah ibu kota Indonesia itu sendiri. Kepadatan ini mengakibatkan alternasi yang signifikan dalam aspek ekologis maupun perekonomian. Polusi yang diakibatkan oleh banyaknya kendaraan juga merupakan salah satu dari sekian banyak masalah yang terjadi di Jakarta. Tingkat polusi di Jakarta Utara berada pada rentang 51-100 kategori sedang (Kementrian Lingkungan Hidup, 2017). Adanya peningkatan kadar polusi di Jakarta tidak hanya memberikan dampak negatif pada manusia, namun juga pada makhluk hidup lain seperti aneka flora dan fauna (Kementrian Lingkungan Hidup, 2017). Ditengah hiruk-pikuk peradaban kota Jakarta, terdapat suatu kawasan yang memiliki ekosistem mangrove yang berada pada daerah pesisir di Jakarta Utara. Kawasan mangrove di daerah ini merupakan satu-satunya kawasan yang memiliki ekosistem mangrove di DKI Jakarta. Eksistensi kawasan mangrove ini terbilang sangat krusial, karena memberikan efek yang signifikan terhadap keberlangsungan masyarakat, termasuk penduduk yang berada di DKI Jakarta secara luas. Efek ini direalisasikan dengan adanya manfaat yang bersumber dari pengolahan sumber daya alam baik flora maupun fauna. Sumber daya alam ini lah yang harus dilestarikan selain karena merupakan satusatunya kawasan mangrove di Jakarta. Pada dasarnya, sumber daya alam merupakan suatu aspek yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat, baik itu manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung. Manfaat ini dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, namun pemanfaatan sumber daya alam ini harus dilakukan secara maksimal dengan memperhatikan pelestarian keseimbangan alam dan fungsi lingkungan hidup. Sumber daya alam juga mencakup berbagai flora dan fauna dimana kedua makhluk hidup tersebut harus dikelola dan dikonsumsi secara baik dan bijaksana agar tidak tergerus dan habis pada masa yang akan datang. Dalam perananya, terdapat berbagai macam sumber daya alam yang telah rusak dan tereksploitasi masif oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Hilangnya sumber daya alam ini juga diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang begitu tinggi hingga kebutuhan akan konsumsi SDA dan pemukiman membuat sumber daya alam semakin menipis dari tahun ke tahun. Sumber daya alam yang terbilang sangat rawan dan potensial pada saat ini adalah hutan mangrove. Kawasan ini sangat potensial karena mencakup berbagai nilai seperti eksistensi burung, ikan, kepiting, dll. Hutan mangrove ini juga berfungsi sebagai pencegah terjadinya abrasi dan kayunya pun dapat dimanfaatkan menjadi bahan makanan, kayu bakar, dan bahkan kayu untuk furniture. Kawasan ini juga terbilang rawan karena eksistensinya yang perlahan dapat menipis disebabkan oleh limbah rumah tangga atau eksploitasi yang berlebihan. Hutan Lindung Mangrove Angke Kapuk merupakan salah satu hutan mangrove yang potensial dan rawan di DKI Jakarta, maka dari itu penulis akan melakukan penelitian akan hutan mangrove ini untuk melihat seberapa besar manfaat yang diberikan pada masyarakat. 1.2 Tujuan 1. 2. 3. Menentukan besaran use value (nilai guna langsung dan tidak langsung) secara kuantitatif dari Hutan Lindung Mangrove Angke Kapuk Jakarta Mengetahui data-data konkrit atas pemanfaatan ekosistem di kawasan Hutan Lindung Mangrove Angke Kapuk Jakarta Memberikan pengetahuan akan besarnya manfaat perikanan yang ada dalam kawasan Hutan Lindung Mangrove Angke Kapuk Jakarta Jurnal Manajemen Keuangan Publik VALUASI SUMBER DAYA PERIKANAN TANGKAP HUTAN LINDUNG ANGKE KAPUK Halaman 3 Dinas Widhie Satrio 2. KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Kerangka Teori Dewasa ini, melonjaknya tingkat pertumbuhan merupakan salah satu masalah krusial yang dihadapi oleh Indonesia, khususnya di Jakarta. Seiring berjalanya waktu, tidak dapat dimungkiri bahwa perkembangan kota dan penduduk di Jakarta meningkat tajam. Pertumbuhan pesat ini mengakibatkan adanya kenaikan konsumsi dan penggunaan SDA, dimana dalam kasus lain, konsumsi akan kendaraan berakibat meningkatnya kadar polusi di Jakarta. Salah satu cara untuk mengurangi eksternalitas ini adalah dengan merawat dan melestarikan kawasan hijau di Jakarta, khususnya Jakarta Utara. Belakangan ini, kawasan hijau di Jakarta kian mengecil dikarenakan lahan-lahan yang dialihfungsikan menjadi lahan komersial atau bisnis. Parahnya lagi, kawasan hijau mangrove hanya ada satu di Jakarta, yaitu Jakarta Utara. Kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk merupakan salah satu bagian dari kawasan hijau yang berada di Jakarta Utara. Kawasan ini memberikan banyak manfaat, baik langsung maupun tidak langsung yang mana bersifat menguntungkan bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Atas hal ini, penulis ingin melakukan penelitian dan analisis terhadap salah satu manfaat langsung yang berada di Kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk, yaitu perikanan. 2.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ada di Hutan Lindung Angke Kapuk, Jakarta Utara, Kecamatan Penjaringan. Lokasi ini berada di Jl. Pantai Indah Timur, RT.7/RW.2, Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14460. Secara administrasi, penilaian manfaat ini dilakukan pada kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk yang berlokasi pada Kecamatan Penjaringan, Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara. Kawasan ini dikelola oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta. Secara geografis, kawasan ini terletak pada 6o05’ – 6o10’LS dan 106o43’ – 106o48’ BT. Terbentang dari barat sampai timur sepanjang 5000 meter di antara Kali Angke dan Kali Kamal dan lebar sebesar kurang lebih 100 meter. Luas dari kawasan ini berkisar sebesar 44,76 hektar. Batas Selatan dari kawasan ini adalah Suaka Margasatwa Muara Angke, Taman Wisata Alam, dan Pantai Indah Kapuk, sedangkan batas utara dari kawasan ini adalah Laut Jawa. Kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk ini memiliki berbagai manfaat yang mencakup manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung tersebut termasuk hutan mangrove Peta Lokasi Penelitian 1 sebagai hutan lindung dan perairan yang berbatasan langsung dengan kawasan ini digunakan nelayan untuk mencari ikan. Kayu dari hutan mangrove ini juga dapat digunakan sebagai kayu bakar. Manfaat tidak langsung dari hutan mangrove ini adalah sebagai penahan abrasi dan pemecah gelombang ombak. Kawasan ini juga memberikan manfaat tidak langsung berupa pasar dimana didalamnya terdapat berbagai pedagang. Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis memfokuskan untuk menilai manfaat dari perolehan berbagai ikan oleh nelayan di kawasan tersebut. Barang/Jasa yang akan dinilai a. : Direct Use Value (Nilai Guna Langsung): Ikan tangkapan (Productivity Function Approach) 3. METODE PENELITIAN Data yang akan digunakan adalah data primer yang berasal dari wawancara serta pencatatan langsung pada subjek yang terkait dengan pemanfaatan SDA di Hutan Lindung Angke Kapuk menggunakan kuesioner, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan pencarian informasi dari instansi terkait atau jurnal akademik. Pengumpulan data ini dilakukan secara Jurnal Manajemen Keuangan Publik VALUASI SUMBER DAYA PERIKANAN TANGKAP HUTAN LINDUNG ANGKE KAPUK Halaman 4 Dinas Widhie Satrio online dengan memanfaatkan teknologi berbasis internet dan secara langsung melakukan perjalanan ke instansi terkait atau via telepon. Data yang didapat ini kemudian diolah secara kuantitatif dengan menggunakan metode produktivitas Produvtion Function Approach (PFA). Data-data yang diperoleh dalam rangka mencari nilai manfaat dari objek penelitian diolah melalui aplikasi Microsoft excel. Rumus Total Economic Value: TEV = Nilai Manfaat Langsung + Nilai Manfaat tidak langsung. Nilai Manfaat Perikanan Tangkap: Nilai perikanan diperoleh dari pengurangan nilai revenue (keuntungan dari hasil jual ikan) dengan nilai total cost (biaya total yang dikeluarkan untuk memperoleh keuntungan). Manfaat Perikanan = Σ (Hasil Tangkap/Tahun x Harga Jual x Jumlah Penangkap Ikan) – (Biaya Total x Jumlah nelayan) 4. HASIL PENELITIAN 6 Kuro 40.000 Biaya yang diperlukan untuk menangkap ikan mencakup biaya mesin, perawatan mesin, perahu, jaring dan perawatanya, serta bensin untuk melaut. Estimasi nilai dari pemanfaatan ikan di kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk dapat dilakukan dengan cara mengalikan jumlah nelayan yang melaut dengan hasil tangkapan/kg dan banyak trip yang dilakukan selama setahun dikurangi dengan biaya pembelian mesin, jaring, dan biaya perawatan serta frekuensi perawatanya dikali jumlah nelayan. Manfaat Perikanan = (Hasil Tangkap/Tahun x Harga Jual Ikan x Jumlah Penangkap Ikan) – (Biaya Variabel x Jumlah nelayan) 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 4.1 Hasil Penelitian Pemanfaatan atas penangkapan ikan di kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk diestimasi menggunakan metode Productivity Function Approach (PFA). Jumlah nelayan yang diwawancarai sebanyak 3 (tiga) orang. Penangkapan ikan ini dilakukan dengan frekuensi 5 kali seminggu. Harga jual ikan adalah tergantung dari jenis-jenis ikan yang didapat, yang mana dapat dilihat pada tabel dibawah ini; No. Jenis Ikan Harga/kg 1 Bandeng 30.000 2 Kedukang 10.000 Berdasarkan penelitian komperehensif dan analisis data-data yang diperoleh untuk menilai objek penelitian di Kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) yang berada di daerah Penjaringan, Jakarta Utara, Kelurahan Kapuk Muara, penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai manfaat langsung per tahun berupa perikanan tangkap adalah sebesar Rp.713,862,400,-. Nilai ini diperoleh melalui pengolahan data (primer dan sekunder) secara kuantitatif menggunakan tools berupa excel. Nilai manfaat dari Hutan Lindung Angke Kapuk ini juga tidak terlepas dari penyesuaian terhadap data dan subjektivitas dari penulis. Kombinasi antara fakta dan opini dalam analisis kemudian melahirkan nilai manfaat berupa angka yang diharapkan dapat berguna baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. 5.2 Saran 3 Piper 9.000 4 Belanak 20.000 5 Sembilang 9.000 Berdasarkan hasil survey lapangan dan analisis komperehensif yang dilakukan, penulis dapat memberikan beberapa saran yang sekiranya berguna untuk penelitian selanjutnya, yaitu: (1)Pembersihan dan pelestarian dari objek penelitian Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) ada baiknya agar lebih diperhatikan oleh dinas kehutanan dan lingkungan hidup; (2)Akses menuju VALUASI SUMBER DAYA PERIKANAN TANGKAP HUTAN LINDUNG ANGKE KAPUK Dinas Widhie Satrio kawasan hutan lindung yang terbilang cukup rusak diharapkan agar dapat diperbaiki dan dirawat untuk penggunaan yang lebih baik di masa yang akan datang; (3)Penulis agar lebih memerhatikan lokasi dan jarak objek penelitian agar kegiatan dapat berlangsung secara efisien dan efektif. Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) merupakan kawasan hijau (mangrove) satu-satunya yang berada di DKI Jakarta. Eksistensi hutan lindung ini terbilang sangat krusial, karena pada dasarnya hutan ini lah yang memberikan dampak signifikan atas pengurangan efek rumah kaca dan polusi kendaraan yang kian memburuk seiring berjalanya waktu. Atas hal ini, kawasan tersebut sering disebut sebagai salah satu dari jantung Jakarta, khususnya di daerah Jakarta Utara. Berlandaskan hal tersebut, kawasan ini sebaiknya dilindungi dan dilestarikan, baik oleh dinas yang berwenang maupun kita sebagai komponen masyarakat untuk kepentingan di masa yang akan datang. 6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN Dalam melakukan survey lapangan dalam rangka mengumpulkan data untuk menentukan nilai manfaat dari objek penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2020, penulis menemui berbagai kendala baik internal maupun eksternal yang sekiranya memberikan hambatan yang cukup signifikan terhadap kelancaran kegiatan. Kendala yang dihadapi adalah izin dan restu dari orang tua terhadap pelaksanaan dan kelancaran kegiatan survey, dimana hal tersebut terbilang sulit didapatkan karena adanya pandemi (Corona) yang sedang mewabah di dunia, khususnya Indonesia. Selain hal tesebut, Covid-19 (corona) mengakibatkan pengurangan jumlah pengunjung dan nelayan secara signifikan yang seharusnya berada di lokasi objek penelitian sebagai sarana untuk memperoleh data primer. Atas hal tesebut, data yang diperoleh untuk melakukan analisis terhadap objek penelitian menjadi sangat minim dan kurang dapat diandalkan. Perbedaan antara ekspektasi dan realitas di lapangan juga menjadi hambatan atas penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh dari narasumber bersifat tidak lengkap dan tentatif, sehingga nilai terhadap manfaat perikanan kurang relevan di masa yang akan datang dalam jangka waktu singkat. Data primer yang diperoleh dari responden pun menurut hemat penulis, tidak sepenuhnya kredibel karena faktor ingatan dan hal lainya. Ketidaksesuaian antara ekspektasi dan Jurnal Manajemen Keuangan Publik Halaman 5 realitas yang ada mengharuskan adanya penyesuaian terhadap data dalam analisis. Kendala terakhir yang dihadapi adalah jarak yang cukup jauh antara objek penelitian dengan tempat tinggal penulis, dimana dalam hal ini menjadikan survey atas objek penelitian menjadi tidak efektif dan efisien dalam aspek finansial dan waktu. DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES) Ginting, T. (2017). Valuasi Ekonomi dan Alternatif Kebijakan Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Repository IPB. Mahardika, S. M., Saputra, S. W., & Ain, C. (2018). Valuasi Ekonomi Sumberdaya Ikan dan Ekowisata Mangrove di Muara Angke. Journal of Maquares, 458-464. Wahyudewantoro, G. (2015). KAJIAN JENIS DAN POTENSI IKAN DI HUTAN LINDUNG ANGKEKAPUK, PENJARINGAN JAKARTA UTARA. PENA Akuatika.