ENSEFALOPATI HIPERTENSI

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1928, Oppenheimer dan Fishberg memperkenalkan
istilah
hypertensive encephalopathy untuk menggambarkan keadaan ensefalopati dalam
hubungannya dengan hipertensi maligna oleh karena kenaikan tekanan darah yang
menyebabkan hipertensi vaskulopati dan edema intraserebral. Ensefalopati
merupakan istilah umum yang menggambarkan kerusakan atau disfungsi otak.
Ensefalopati dapat disebabkan oleh infeksi, trauma, gangguan metabolik, dan
penyakit sistem organ lainnya.
Hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang ditandai oleh
peningkatan tekanan sistolik dan atau tekanan diastolik. Menurut JNC 7 (The
Joint National Committee on Prevention, Detection,Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure) hipertensi diklasifikan sebagai berikut:
Tabel 1.1 Klasifikasi Hipertensi
Kategori
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
<120
<80
Pre-Hipertensi
120-139
80-89
Hipertensi stage 1
140-159
90-99
Hipertensi stage 2
≥160
≥100
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V, halaman 1079
Hipertensi terdiri dari hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi.
Peningkatan tekanan darah secara mendadak tanpa menyebabkan kerusakan organ
sasaran disebut hipertensi urgensi. Sedangkan peningkatan tekanan darah sistolik
dan diastolik secara mendadak yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran
dikenal sebagai hipertensi emergensi. Dalam hal ini organ sasaran antara lain otak,
ginjal, jantung, mata, dan pembuluh darah, oleh karena itu orang dengan tekanan
darah tinggi memiliki resiko terhadap penyakit cardiovaskular, cerebrovaskular,
ginjal, dan gangguan pada penglihatan.
Otak merupakan organ vital yang memiliki kebutuhan akan oksigen yang tinggi.
Apabila terjadi gangguan sirkulasi yang mengangkut oksigen ke otak maka dapat
terjadi kerusakan pada otak yang dapat bersifat permanen jika tidak ditangani
dengan segera. Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada otak oleh karena
kenaikan tekanan darah secara mendadak yang melampaui kemampuan
autoregulasi otak. Hal ini dikenal dengan ensefalopati hipertensi.
Hypertensive encephalopathy
Page 29
BAB II
PEMBAHASAN
1.2 Anatomi Sistem Saraf
a. Jaringan Saraf
1) Neuron
Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakn unut anatimi dan
fungsional sistem persarafan.
a) Nuron terdiri dari:
(1) Badan sel
Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi
nukleus yang di dalamnya terdapat nukleolus. Di
sekelilingnya terdapat perikarion yang berisi neurofilamen
yang berkelompok yang disebut neurofibril. Di luarnya
berhubungan dengan dendrit dan akson yang memberikan
dukungan terhadap proses-proses fisiologis.
Hypertensive encephalopathy
Page 29
(2) Dendrit
Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi
menuju badan sel. Merupakn bagian yang menjulur keluar
dari badan sel dan menjalar ke segala arah. Khususnya di
korteks serebri dan serebellum, dendrit mempunyai
tonjolan-tonjolan kecil bulat, yang disebut tonjolan dendrit.
(3) Akson
tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan
informasi keluar dari badan sel disebut akson.
Dendrit dan akson secara kolektif sering disebut
sebagai serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan
untuk menerima, menyampaikan dan meneruskan pesanpesan neural disebabkan sifat khusus membran sel neuron
yang mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan
elektrokimia.
b) Klasifikasi sruktural neuron
Klasifikasi sruktural neuron berdasarkan pada hubungan
antara dendrit, badan sel dan akson mencakup:
(1) Neiron tanpa akson
Secara struktur lebih kecil dan tidak mempunyai akson.
Neuron ini belokasi pada otak dan beberapa organ perasa
khusus
(2) Neuron bipolar
Ukuran dari neuron bipolar lebih kecil dibandingkan
dengan neuron unipolar dan multipolar. Neuron bipilar
sangat jarang ada, tetapi meraka ada di dalam rongga
perasa khusus, neuron ini menyiarkan ulang informasi
tentang penglihatan, penciuman dan pendengaran dari selsel yang peka terhadap rangsang ke neuron-neuron lainnya.
(3) Neuron unipolar
Hypertensive encephalopathy
Page 29
Di dalam suatu neuron unipolar, dendrit dan akson
melakukan proses secara berlanjutan. Dalam suatu neuron,
segmen awal dari cabang dendrit membawa aksi potensial
dan neuron ini memiliki akson. Beberapa neuron sensorik
dari saraf tepi merupakn neuron unipolar dan sinaps neuron
berakhir di sistem saraf pusat (SSP).
(4) Neuron multipolar
Neuron multipolar lebih banyak memiliki dendrit dan
dengan satu akson. Neuron ini merupakan tipe neuron yang
sebagian besar berada di SSP. Contoh tipe neuron ini
adalah seluruh neuron motorik yang mengendalikan otot
rangka.
c) Klasifikasi fungsional
(1) Neuron sensorik
Neuron sensorik merupakan neuron unipolar atau disebut
juga dengan serabut aferen yang menghubungkan antara
reseptor sensorik dan batang otak atau otak. Neuron ini
mengumpulkan
informasi
dengan
memperhatikan
lingkungan luar tubuh. Tubuh manusia memiliki sekitar 10
juta neuron sensorik. Neuron sensorik somatis melakukan
pengawasan di luar tubuh dan neuron sensorik viseral
memonitor kondisi di dalam tubuh.
Reseptor sensoorik yang lebih spesifik meliputi:
(a) Eksteroseptor, menyediakan informasi tentang kondisi
lingkungan luar dan lingkunagan yang didapat dari
indera seperti penglihatan, penciuman, pendengaran
dan peraba.
(b) Proprioseptor,
memonitor
keadaan
posisi
dan
pergerakan otot rangka dan sendi.
(c) Interoseptor, memonitor kondisi sistem pencernaan,
pernapasan, kardiovaskuler, perkemihan, reproduksi,
serta beberapa sensasi perasa dan rasa nyeri.
Hypertensive encephalopathy
Page 29
(2) Neuron motorik
Neuron motorik atau neuron eferen membawa instruksiinstruksi dari SSP menuju efektor perifer. Tubuh manusia
memiliki sekitar 500 ribu neuron motorik. Akson-akson
pembawa pesan dari SSP yang disebut dengan serabut
eferen, terdiri atas sistem saraf somatis (SSS) dan sistem
saraf otonom (SSO).
(3) Interneuron
Interneuron atau neuron eferen berada di antara neuron
sensorik dan motorik. Interneuron terdapat di seluruh otak
dan batang otak. Tubuh manusia memiliki 20 juta
interneuron dan berespons untuk mendistribusikan setiap
informasi dari neuron sensorik dan mengkoordinasikan
aktivitas motorik.
2) Neuroglia
Neuroglia adalah Penyokong, pelindung neuron-neuron SSP
dan sebagai sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan medula
spinalis. Ada empat sel neuroglia yaitu:
a) Mikroglia, sel ini ditemukan di seluruh SSP dan dianggap
berperan penting dalam proses melawan infeksi.
b) Ependimal, berperan dalam produksi cairan serebrospinal
(CSS).
c) Astroglia, berperan sebagai barier darah-otak, memperbaiki
kerusakan jaringan neuron dan menjaga perubahan interstisial.
d) Oligodendroglia, berperan dalam menghasilkan mielin.
3) Sel Schwann
Hypertensive encephalopathy
Page 29
Sel schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf tepi.
Membren plasma sel schwann secara konsentris mengelilingi
tonjolan neuron sistem saraf tepi (SST).
4) Mielin
Mielin merupakan suatu kompleks protein yang mengisolasi
tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran ion natrium dan kalium
melintasi membran neuronal dengan hampir sempurna. Selubung
meilin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan terdapat
celah-celah yang tidak memiliki mielin, yang disebut nodus
Renvier.
5) Transmisi sinaps
Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh.
Kejadian listrik ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls
saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di
antara neuron.
Neuron tidak bersambung satu sama lain. Tempat dimana
neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ
efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat
dimana suatu impuls dapat lewat dari suatu neuron ke neuron
lainnya atau efektor. Agar proses ini menjadi efektif, maka sebuah
pesan tidak selalu harus melalui perjalanan melalui akson, tetapi
bisa ditransmisikan melalui jalan lain untuk menuju sel lainnya.
Sinaps bisa bersifat elektrik untuk melakukan kontak antarsel
atau bersifat kimia dengan melibatkan neurotransmiter.
a) Sinaps listrik
Sinaps-sinaps listrik terletak di SSP dan SST, tetapi sinapssinaps tersebut jarang ada. Sinaps ini sering ada di pusat otak,
termasuk di vestibular nuklei, dan juga ditemukan di mata dan
sekitar di ganglia SSP.
b) Sinaps kimia
Hypertensive encephalopathy
Page 29
Situasi dari sinaps kimia jauh lebih dinamis dibandingkan
dengan sinaps listrik, karena sel-sel tidak berpasangan. Pada
sinaps kimia, suatu potensial aksi dapat muncul dengan atau
melepaskan
sejumlah
neurotransmiter
menuju
neuron
postsinaps. Kondisi ini akan mengintervensi sel-sel postsinaps
sehingga lebih sensitif terhadap stimulus yang muncul.
6) Neurotransmiter
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam
neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson.
Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis
dan juga direabsorpsi untuk daur ulang.
Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antarneuron.
Setiap neuron melepaskan satu transmiter. Zat-zat kimia ini
menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga
dengan bantuan zat-zat kimia ini, neuron dapat lebih mudah dalam
menyalurkan impuls, tergantung dari jenis neuron dan trnsmiter
tersebut (Ganong, 1999).
c) Otak
Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges.
Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan durameter,
lapusan araknoid, dan lapisan piameter.
Hypertensive encephalopathy
Page 29
1) Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari
otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung
dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringanjaringan yang halus dari otak dan medula spinalis.
2) Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan
terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam
lapisan ini disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan
yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk
melindungi otak dan medulla spinalis dari guncangan.
3) Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak
dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki
pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.
Otak dibagi menjadi 3 bagian besar : serebrum, serebellum dan
batang otak. Semua berada dalam satu bagian struktur tubuh yang
disebut tengkorak, yang melindungi otak dan cedera.
1) Serebrum
Cerebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Pada
cerebrum terletak pusat 2 saraf yang mengatur semua kegiatan
sensorik dan motorik juga mengatur proses penalaran intelegensia
dan ingatan.
a) Empat lobus
(1) Frontalis (lobus terbesar), terletak pada fossa anterior. Area
ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,
kepribadian dan menahan diri.
(2) Parietalis (lobus sensorik). Area ini menginterpretasikan
sensasi kecuali sensasi baru. Lobus parietal mengatur
individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian
tubuhnya.
(3) Temporalis, mengintegrasikan sensasi, kecap, bau dan
pendengaran, ingatan jangka pendek sangat berhubungan
dengan daerah ini.
Hypertensive encephalopathy
Page 29
(4) Oksipital, terletak pada lobus posterior hemisfer serebri.
Bagian ini bertanggung jawab untuk menginterpretasikan
penglihatan.
b) Serebellum
Terletak pada fosa kranii posterior dan ditutupi oleh dura
meter yang menyerupai atap tenda, yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum.
Fungsi serebellum yaitu:
(1) Mengatur
otot-otot
postural
tubuh.
Serebellum
mengkoordinasi penyesuaian secara cepat dan otomatis
dengan memelihara keseimbangan tubuh.
(2) Melakukan program akan gerakan-gerakan pada keadaan
sadar dan bawah sadar.
c) Batang otak
Ke arah kaudal batang otak berlanjut sebagai medula spinalis
dan kebagiab rostral berhubungan langsung dengan pusat-pusat
otak yang lebih tinggi. Bagian-bagian batang otak dari bawah
ke atas adalah medula oblongata, pons dan mensensefalon
(otak tengah). Di sepanjang batang otak banyak ditemukan
jaras-jaras yang berjalan naik dan turun. Batang otak merupakn
pusat transmiter dan refleks dari SSP.
(1) Pons
berbentuk
jembatan
serabut-serabut
yang
menghubungkan kedua hemisfer hemisfer serebellum, serta
menghubungkan mensensefalon di sebalah atas dengan
medula oblongata di bawah. Pons merupakan mata rantai
penghubung yang penting pada jaras kortikoserebelaris
yang menyatukan hemisfer serebri dan sereblellum. Bagian
bawah pons berperan dalam pengaturan pernapasan.
(2) Medulla oblongata merupak pusat reflek yang penting untuk
jantung,
vasokonstriktor,
pernapasan,
bersin,
batuk,
menelan, pengeluaran air liur dan muntah.
Hypertensive encephalopathy
Page 29
(3) Mensensefalon (otak tengah) merupakan bagian pendek dari
batang otak yang letaknya di atas pons. Secara fisiologis
mensensefalon mempunyai peran yang penting dalam
pengaturan respons-respons tubuh.
d) Diensefalon memproses ransang sensori dan membantu
memulai atau memodifikasi reaksi tubuh terhadap ransangransang tersebut. Diensefalon dibagi menjadi empat bagian
yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan hipotalamus
Diencephalon sebagai pusat penyambung sensasi bau yang
diterima. Semua impuls memori sensasi dan nyeri melalui
bagian ini.
(1) Talamus, talamus merupak stasiun transmiter yang penting
dalam otak dan juga merupakan pengintegrasi subkortikal
yang penting
(2) Hipotalamus, hipotalamus terletak di bawah talamus yang
berfungsi pengendalian secara tidak sadar kontaksi otototot skeletal, pengendalian fungsi otonom, koordinasi
aktivitas sistem persarafan dan endokrin, sekresi hormon
ADH dan hormon oksitosin, menghasilkan dorongan emosi
dan perilaku, koordinasi antara fungsi otonom dan volunter
dan mengatur suhu tubuh.
(3) Subtalamus, fungsi belum jelas diketahui, tetapi lesi pada
subtalamus dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang
disebut hemibalismus.
(4) Epitalamus, berhubungan dengan sistem limbik dan sedikit
berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan
integritasi informasi olfaktorius. Epifisis menyekresi
malatonin dan membantu mengatur irama sirkadian tubih
serta menghambat hormon-hormon gonadotropin.
e) Saraf kranial
Hypertensive encephalopathy
Page 29
f) Sistem limbik
Sistem limbik berkaitan dengan:
(1) Suatu pendirian atau respons emosional yang mengarahkan
pada tingkah laku individu.
(2) Suatu respons sadar terhadap lingkungan.
(3) Memberdayakan fungsi intelaktual darri korteks serebri
secara tidak sadar dan memfungsikan batang otak secara
otomatis untuk merespons keadaan.
(4) Memfasilitasi penyimpanan suatu memori dan menggali
kembali simpanan memori yang diperlukan.
(5) Merespons suatu pengalaman dan ekspresi suasana hati,
terutama reaksi takut, marah dan emosi yang berhubungan
dengan perilaku seksual.
Hypertensive encephalopathy
Page 29
d) Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan perpanjangan medula oblongata ke arah kaudal
di dalam kanalis vertebralis mulai setinggi cornu vertebralis cervicalis I
memanjang hingga setinggi cornu vertebralis lumbalis I - II. Terdiri dari 31
segmen yang setiap segmennya terdiri dari satu pasang saraf spinal. Dari
medula spinalis bagian cervical keluar 8 pasang , dari bagian thorakal 12
pasang, dari bagian lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang serta
dari coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis. Seperti halnya otak, medula
spinalispun terbungkus oleh selaput meninges yang berfungsi melindungi
saraf spinal dari benturan atau cedera.
Gambaran penampang medula spinalis memperlihatkan bagian-bagian
substansia grissea dan substansia alba. Substansia grisea ini mengelilingi
canalis centralis sehingga membentuk columna dorsalis, columna lateralis
dan columna ventralis. Massa grisea dikelilingi oleh substansia alba atau
badan putih yang mengandung serabut-serabut saraf yang diselubungi oleh
myelin. Substansi alba berisi berkas-berkas saraf yang membawa impuls
sensorik dari SST menuju SSP dan impuls motorik dari SSP menuju SST.
Substansia grisea berfungsi sebagai pusat koordinasi refleks yang berpusat
di medula spinalis.Disepanjang medulla spinalis terdapat jaras saraf yang
berjalan dari medula spinalis menuju otak yang disebut sebagai jaras
acenden dan dari otak menuju medula spinalis yang disebut sebagai jaras
desenden. Subsatansia alba berisi berkas-berkas saraf yang berfungsi
membawa impuls sensorik dari sistem tepi saraf tepi ke otak dan impuls
motorik dari otak ke saraf tepi. Substansia grisea berfungsi sebagai pusat
koordinasi refleks yang berpusat dimeudla spinalis. Refleks-refleks yang
berpusat di sistem saraf puast yang bukan medula spinalis, pusat
koordinasinya tidak di substansia grisea medula spinalis. Pada umumnya
penghantaran impuls sensorik di substansia alba medula spinalis berjalan
menyilang garis tenga. ImPuls sensorik dari tubuh sisi kiri akan dihantarkan
ke otak sisi kanan dan sebaliknya.
Demikian juga dengan impuls motorik. Seluruh impuls motorik dari otak
yang
dihantarkan ke saraf tepi melalui medulla spinalis akan menyilang.
Hypertensive encephalopathy
Page 29
Upper Motor Neuron (UMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal
dari korteks motorik serebri atau batang otak yang seluruhnya (dengan serat
saraf-sarafnya ada di dalam sistem saraf pusat. Lower motor neuron (LMN)
adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari sistem saraf pusat tetapi
serat-serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat dan membentuk sistem
saraf tepi dan berakhir di otot rangka. Gangguan fungsi UMN maupun
LMN menyebabkan kelumpuhan otot rangka, tetapi sifat kelumpuhan
UMN berbeda dengan sifat kelumpuhan UMN. Kerusakan LMN
menimbulkan kelumpuhan otot yang 'lemas', ketegangan otot (tonus)
rendah dan sukar untuk merangsang refleks otot rangka (hiporefleksia).
Pada kerusakan UMN, otot lumpuh (paralisa/paresa) dan kaku (rigid),
ketegangan otot tinggi (hipertonus) dan mudah ditimbulkan refleks otot
rangka (hiperrefleksia). Berkas UMN bagian medial, dibatang otak akan
saling menyilang. Sedangkan UMN bagian Internal tetap berjalan pada sisi
yang sama sampai berkas lateral ini tiba di medula spinalis. Di segmen
medula spinalis tempat berkas bersinap dengan neuron LMN. Berkas
tersebut akan menyilang. Dengan demikian seluruh impuls motorik otot
rangka akan menyilang, sehingga kerusakan UMN diatas batang otak akan
menimbulkan
kelumpuhan
pada
otot-otot
sisi yang berlawanan.
Salah satu fungsi medula spinalis sebagai sistem saraf pusat adalah sebagai
pusat refleks. Fungsi tersebut diselenggarakan oleh substansia grisea
medula spinalis. Refleks adalah jawaban individu terhadap rangsang,
melindungi tubuh terhadap pelbagai perubahan yang terjadi baik
dilingkungan internal maupun di lingkungan eksternal. Kegiatan refleks
terjadi melalui suatu jalur tertentu yang disebut lengkung reflex.
Fungsi medulla spinalis
1. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu dikornu motorik atau kornu
ventralis.
2. Mengurus kegiatan reflex spinalis dan reflex tungkai
3. Menghantarkan
rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju
cerebellum
Hypertensive encephalopathy
Page 29
4. Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.
Lengkung refleks
Reseptor: penerima rangsang
 Aferen: sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem
saraf pusat (ke pusat refleks)
 Pusat refleks : area di sistem saraf pusat (di medula spinalis: substansia
grisea), tempat terjadinya sinap ((hubungan antara neuron dengan
neuron dimana terjadi pemindahan /penerusan impuls)
 Eferen: sel saraf yang membawa impuls dari pusat refleks ke sel
efektor. Bila sel efektornya berupa otot, maka eferen disebut juga
neuron motorik (sel saraf /penggerak)
 Efektor: sel tubuh yang memberikan jawaban terakhir sebagai jawaban
refleks. Dapat berupa sel otot (otot jantung, otot polos atau otot rangka),
sel kelenjar.
Sistem Saraf Tepi
Kumpulan neuron diluar jaringan otak dan medula spinalis membentuk
sistem saraf tepi (SST). Secara anatomik digolongkan ke dalam sarafsaraf otak sebanyak 12 pasang dan 31 pasang saraf spinal. Secara
fungsional, SST digolongkan ke dalam: a) saraf sensorik (aferen)
somatik : membawa informasi dari kulit, otot rangka dan sendi, ke
sistem saraf pusat, b) saraf motorik (eferen) somatik : membawa
informasi dari sistem saraf pusat ke otot rangka, c) saraf sesnsorik
(eferen) viseral : membawa informasi dari dinding visera ke sistem
saraf pusat, d) saraf mototrik (eferen) viseral : membawa informasi dari
sistem saraf pusat ke otot polos, otot jantung dan kelenjar. Saraf eferen
viseral disebut juga sistem saraf otonom. Sistem saraf tepi terdiri atas
saraf otak (s.kranial) dan saraf spinal.
Saraf Otak (s.kranial)
Bila saraf spinal membawa informasi impuls dari perifer ke medula
spinalis dan membawa impuls motorik dari medula spinalis ke perifer,
maka ke 12 pasang saraf kranial menghubungkan jaras-jaras tersebut
dengan batang otak. Saraf cranial sebagian merupakan saraf campuran
artinya memiliki saraf sensorik dan saraf motoric
Hypertensive encephalopathy
Page 29
a. Saraf Spinal
Tiga puluh satu pasang saraf spinal keluar dari medula apinalis dan
kemudian dari kolumna vertabalis melalui celah sempit antara ruas-ruas
tulang vertebra. Celah tersebut dinamakan foramina intervertebrelia.
Seluruh saraf spinal merupakan saraf campuran karena mengandung seratserat eferen yang membawa impuls baik sensorik maupun motorik.
Mendekati medula spinalis, serat-serat eferen memisahkan diri dari serat –
serat eferen. Serat eferen masuk ke medula spinalis membentuk akar
belakang (radix dorsalis), sedangkan serat eferen keluar dari medula
spinalis membentuk akar depan (radix ventralis). Setiap segmen medula
spinalis memiliki sepasang saraf spinal, kanan dan kiri. Sehingga dengan
demikian terdapat 8 pasang saraf spinal servikal, 12 pasang saraf spinal
torakal, 5 pasang saraf spinal lumbal, 5 pasang saraf spinal sakral dan satu
pasang saraf spinal koksigeal. Untuk kelangsungan fungsi integrasi,
terdapat neuron-neuron penghubung disebut interneuron yang tersusun
sangat bervariasi mulai dari yang sederhana satu interneuron sampai yang
sangat
kompleks
banyak
interneuron.
Dalam
menyelenggarakan
fungsinya, tiap saraf spinal melayani suatu segmen tertentu pada kulit,
yang disebut dermatom. Hal ini hanya untuk fungsi sensorik. Dengan
demikian
gangguan
sensorik
pada
dermatom
tertentu
dapat
memberikan gambaran letak kerusakan.
b. Sistem Saraf Somatik
Dibedakan 2 berkas saraf yaitu saraf eferen somatik dan eferen viseral.
Saraf eferen somatik : membawa impuls motorik ke otot rangka yang
menimbulkan gerakan volunter yaitu gerakan yang dipengaruhi kehendak.
Saraf eferen viseral : membawa impuls mototrik ke otot polos, otot jantung
dan kelenjar yang menimbulkan gerakan/kegiatan involunter (tidak
dipengaruhi kehendak). Saraf-saraf eferen viseral dengan ganglion tempat
sinapnya dikenal dengan sistem saraf otonom yang keluar dari segmen
medula spinalis torakal 1 – Lumbal 2 disebut sebagai divisi torako lumbal
(simpatis). Serat eferen viseral terdiri dari eferen preganglion dan eferen
postganglion. Ganglion sistem saraf simpatis membentuk mata rantai
dekat kolumna vertebralis yaitu sepanjang sisiventrolateral kolumna
vertabralis, dengan serat preganglion yang pendek dan serat post ganglion
Hypertensive encephalopathy
Page 29
yang panjang. Ada tiga ganglion simpatis yang tidak tergabung dalam
ganglion paravertebralis yaitu ganglion kolateral yang terdiri dari ganglion
seliaka, ganglion mesenterikus superior dan ganglion mesenterikus
inferior. Ganglion parasimpatis terletak relatif dekat kepada alat yang
disarafinya bahkan ada yang terletak didalam organ yang dipersarafi.
Semua serat preganglion baik parasimpatis maupun simpatis serta semua
serat postganglion parasimpatis, menghasilkan asetilkolin sebagai zat
kimia perantara. Neuron yang menghasilkan asetilkolin sebagai zat kimia
perantara
dinamakan
neuron
kolinergik
sedangkan
neuron
yang
menghasilkan nor-adrenalin dinamakan neuron adrenergik. Sistem saraf
parasimpatis dengan demikian dinamakan juga sistem saraf kolinergik,
sistem saraf simpatis sebagian besar merupakan sistem saraf adrenergik
dimana postganglionnya menghasilkan nor-adrenalin dan sebagian kecil
berupa sistem saraf kolinergik dimana postganglionnya menghasilkan
asetilkolin. Distribusi anatomik sistem saraf otonom ke alat-alat visera,
memperlihatkan bahwa terdapat keseimbangan pengaruh simpatis dan
parasimpatis pada satu alat. Umumnya tiap alat visera dipersarafi oleh
keduanya. Bila sistem simpatis yang sedang meningkat, maka pengaruh
parasimpatis terhadap alat tersebut kurang tampak, dan sebaliknya. Dapat
dikatakan pengaruh simpatis terhadap satu alat berlawanan dengan
pengaruh parasimpatisnya. Misalnya peningkatan simpatis terhadap
jantung mengakibatkan kerja jantung meningkat, sedangkan pengaruh
parasimpatis menyebabkan kerja jantung menurun. Terhadap sistem
pencernaan, simpatis mengurangi kegiatan, sedangkan parasimpatis
meningkatkan kegiatan pencernaan. Atau dapat pula dikatakan, secara
umum pengaruh parasimpatis adalah anabolik, sedangkan pengaruh
simpatis adalah katabolik.
e) Sirkulasi Darah pada Sistem Saraf Pusat
Sirkulasi darah pada sistem saraf terbagi atas sirkulasi pada otak dan
medula spinalis. Dalam keadaan fisiologik jumlah darah yang dikirim ke
otak sebagai blood flow cerebral adalah 20% cardiac out put atau 11001200 cc/menit untuk seluruh jaringan otak yang berat normalnya 2% dari
berat badan orang dewasa. Untuk mendukung tercukupinya suplai oksigen,
Hypertensive encephalopathy
Page 29
otak mendapat sirkulasi yang didukung oleh pembuluh darah besar.
Suplai Darah Otak
ARTERIA CAROTIS INTERNA
sinus caroticus (baroreceptor)
 Pars cervicalis – sinus caroticus
 Pars petrosa – aa. Caroticotympanicae P
 Pars cavernosa – r. meningeus, a. hypophysialis inferior, rr.
ganglionares trigeminalis
 Pars cerebralis – a. ophtalmica , a. hypophysialis superior.,
a.communicans posterior, a. choroidea anterior
Cabang terminal :
a. cerebri anterior
a. cerebri media
siphon caroticum
circulus arteriosus cerebri Willisi
CIRCULUS ARTERIOSUS WILLISI
 Merupakan anastomose yang penting antara 4
arteri (a.vertebralis & a.carotis interna) yang
memasok darah ke otak
 Dibentuk oleh : a.cerebri posterior,
a.communicans posterior, a.carotis interna,
Hypertensive encephalopathy
Page 29
a.cerebri anterior & a.comunicans anterior
Masing-masing a.cerebralis mengantar darah
ke satu permukaan dan satu kutub cerebrum :
1. a.cerebri anterior → mengantar darah hampir
seluruh permukaan medial & superior serta
polus frontalis
2. a.cerebri media → mengantar darah ke
permukaan lateral & polus temporalis
3. a.cerebri posterior → mengantar darah ke
permukaan inferior & polus occipitalis
Pembuluh balik di otak
Ada 2 kelompok pembuluh balik :
1. Vv.cerebrales superficialis (v.cerebri externa)
2. Vv.cerebrales profunda (v.cerebri interna)
 Cabang v.cerebri externa : v.cerebri superior,
v.cerebri media, v.cerebri anterior & v.basilaris
Hypertensive encephalopathy
Page 29
 v.Cerebri externa tdp dirongga subarachnoid
 Cabang v.cerebri interna : v.terminalis &v.choroidea
 v.Terminalis & v.choroidea bergabung membentuk v.cerebri magna
Arteri Vertebralis kanan dan kiri
Arteri vertebralis dipercabangkan oleh arteri sub clavia. Arteri ini berjalan ke
kranial melalui foramen transversus vertebrae ke enam sampai pertama kemudian
membelok ke lateral masuk ke dalam foramen transversus magnum menuju
cavum cranii. Arteri ini kemudian berjalan ventral dari medula oblongata dorsal
dari olivus, caudal dari tepi caudal pons varolii. Arteri vertabralis kanan dan kiri
akan bersatu menjadi arteri basilaris yang kemudian berjalan frontal untuk
akhirnya bercabang menjadi dua yaitu arteri cerebri posterior kanan dan kiri.
Daerah yang diperdarahi oleh arteri cerbri posterior ini adalah facies convexa
lobus temporalis cortex cerebri mulai dari tepi bawah sampai setinggi sulcus
temporalis media, facies convexa parietooccipitalis, facies medialis lobus
occipitalis cotex cerebri dan lobus temporalis cortex cerebri. Anastomosis antara
arteri-arteri cerebri berfungsi utnuk menjaga agar aliran darah ke jaringan otak
tetap terjaga secara continue. Sistem carotis yang berasal dari arteri carotis interna
dengan sistem vertebrobasilaris yang berasal dari arteri vertebralis, dihubungkan
oleh circulus arteriosus willisi membentuk Circle of willis yang terdapat pada
bagian dasar otak. Selain itu terdapat anastomosis lain yaitu antara arteri cerebri
media dengan arteri cerebri anterior, arteri cerebri media dengan arteri cerebri
posterior.
Suplai Darah Medula Spinalis
Medula spinalis mendapat dua suplai darah dari dua sumber yaitu: 1) arteri
Spinalis anterior yang merupakan percabangan arteri vertebralis, 2) arteri Spinalis
posterior,
yang
juga
merupakan
percabangan
arteri
vertebralis.
Antara arteri spinalis tersebut diatas terdapat banyak anastomosis sehingga
merupakan anyaman plexus yang mengelilingi medulla spinalis dan disebut
vasocorona. Vena di dalam otak tidak berjalan bersama-sama arteri. Vena jaringan
otak bermuara di jalan vena yang terdapat pada permukaan otak dan dasar otak.
Dari anyaman plexus venosus yang terdapat di dalam spatum subarachnoid darah
Hypertensive encephalopathy
Page 29
vena dialirkan kedalam sistem sinus venosus yang terdapat di dalam durameter
diantara lapisan periostum dan selaput otak.
Cairan Cerebrospinalis (CSF)
Cairan cerebrospinalis atau banyak orang terbiasa menyebutnya cairan otak
merupakan bagian yang penting di dalam SSP yang salah satu fungsinya
mempertahankan tekanan konstan dalam kranium. Cairan ini terbentuk di Pleksus
chroideus ventrikel otak, namun bersirkulasi disepanjang rongga sub arachnoid
dan ventrikel otak. Pada orang dewasa volumenya berkisar 125 cc, relatif konstan
dalam produksi dan absorbsi. Absorbsi terjadi disepanjang sub arachnoid oleh vili
arachnoid. Ada empat buah rongga yang saling berhubungan yang disebut
ventrikulus cerebri tempat pembentukan cairan ini yaitu: 1) ventrikulus lateralis ,
mengikuti hemisfer cerebri, 2) ventrikulus lateralis II, 3) ventrikulus tertius III
dtengah-tengah otak, dan 4) ventrikulus quadratus IV, antara pons varolli dan
medulla oblongata.
Ventrikulus lateralis berhubungan dengan ventrikulus tertius melalui foramen
monro. Ventrikulus tertius dengan ventrikulus quadratus melalui foramen
aquaductus sylvii yang terdapat di dalam mesensephalon. Pada atap ventrukulus
quadratus bagian tengah kanan dan kiri terdapat lubang yang disebut foramen
Luscka dan bagian tengah terdapat lubang yang disebut foramen magendi.
Sirkulasi cairan otak sangat penting dipahami karena bebagai kondisi patologis
dapat terjadi akibat perubahan produksi dan sirkulasi cairan otak. Cairan otak
yang dihasilkan oleh flexus ventrikulus lateralis kemudian masuk kedalam
ventrikulus lateralis, dari ventrikulus lateralis kanan dan kiri cairan otak mengalir
melalui foramen monroi ke dalam ventrikulus III dan melalui aquaductus sylvii
masuk ke ventrikulus IV. Seterusnya melalui foramen luscka dan foramen
megendie masuk kedalam spastium sub arachnoidea kemudian masuk ke lakuna
venosa dan selanjutnya masuk kedalam aliran darah.
Ensefalopati hipertensi
2.1.
Definisi
Ensefalopati hipertensi adalah sindrom klinik akut reversibel yang dicetuskan
oleh kenaikan tekanan darah secara mendadak sehingga melampaui batas
Hypertensive encephalopathy
Page 29
autoregulasi otak. HE dapat terjadi pada normotensi yang tekanan darahnya
mendadak naik menjadi 160/100 mmHg. Sebaliknya mungkin belum terjadi pada
penderita hipertensi kronik meskipun tekanan arteri rata-rata mencapai 200 atau
225 mmHg.
2.2. Epidemiologi
Ensefalopati hipertensi banyak ditemukan pada usia pertengahan dengan riwayat
hipertensi essensial sebelumnya. Menurut penelitian di USA, sebanyak 60 juta
orang yang menderita hipertensi, kurang dari 1 % mengidap hipertensi emergensi.
Mortalitas dan morbiditas dari penderita ensefalopati hipertensi bergantung pada
tingkat keparahan yang dialami. Selain itu, diteliti bahwa insiden hipertensi
essensial pada orang kulit putih sebanyak 20-30%, sedangkan pada orang kulit
hitam sebanyak 80%. Sehingga orang kulit hitam lebih beresiko untuk menderita
ensefalopati hipertensi.
2.3. Etiologi
Ensefalopati hipertensi dapat merupakan komplikasi dari berbagai penyakit antara
lain penyakit ginjal kronis, stenosis arteri renalis, glomerulonefritis akut, toxemia
akut, pheokromositoma, sindrom cushing, serta penggunaan obat seperti
aminophyline, phenylephrine. Ensefalopati hipertensi lebih sering ditemukan pada
orang dengan riwayat hipertensi esensial lama.
2.4. Patofisiologi
Secara fisiologis peningkatan tekanan darah akan mengaktivasi regulasi
mikrosirkulasi di otak (respon vasokontriksi terhadap distensi dinding endotel).
Aliran darah otak tetap konstan selama perfusi aliran darah otak berkisar 60 – 120
mmHg. Ketika tekanan darah meningkat secara tiba-tiba, maka akan terjadi
vasokontriksi dan vasodilatasi dari arteriol otak yang mengakibatkan kerusakan
endotel, ekstravasasi protein plasma, edema serebral.
Jika peningkatan tekanan darah terjadi secara persisten sampai ke hipertensi
maligna maka dapat menyebabkan nekrosis fibrinoid pada arteriol dan gangguan
pada sirkulasi eritrosit dalam pembuluh darah yang mengakibatkan deposit fibrin
dalam pembuluh darah (anemia hemolitik mikroangiopati).
Hypertensive encephalopathy
Page 29
Berikut teori-teori mengenai ensefalopati hipertensi:
2.4.1.
Reaksi autoregulasi yang berlebihan
(the overregulation theory of hypertensive encephalopathy)
Kenaikan tekanan darah yang mendadak menimbulkan reaksi vasospasme arteriol
yang hebat disertai penurunan aliran darah otak dan iskemi. Vasospasme dan
iskemi akan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, nekrosis, fibrinoid,
dan perdarahan kapiler yang selanjutnya mengakibatkan kegagalan sawar darah
otak sehingga dapat timbul edema otak .
Bagan 2.1. Patofisiologi Ensefalopati Hipertensi akibat Reaksi
Autoregulasi yang Berlebihan
↑↑ Blood pressure
Intense reflex cerebral vasoconstriction
(Exaggerated autoregulation)
↑↑ Cerebral blood flow
Focal cerebral ischemia
- Transient focal deficits
- Focal seizure
Vessel wall
ischemia
Global cerebral
ischemia
Arteriolar and capillary
damage
Localized cerebral edema
Petechial hemorrhages
Sumber: Cermin Dunia Kedokteran
2.4.2.
Kegagalan autoregulasi
(the breakthrough theory of hypertensive encephalopathy)
Tekanan darah tinggi yang melampaui batas regulasi dan mendadak menyebabkan
kegagalan autoregulasi sehingga tidak terjadi vasokonstriksi tetapi justru
vasodilatasi. Vasodilatasi awalnya terjadi secara segmental (sausage string
Bagan 2.2 Patofisiologi Ensefalopati Hypertensive
Hipertensi akibatencephalopathy
Kegagalan
Autoregulasi
Page 29
pattern), tetapi akhirnya menjadi difus. Permeabilitas segmen endotel yang
dilatasi terganggu sehingga menyebabkan ekstravasasi komponen plasma yang
akhirnya menimbulkan edema otak .
↑↑ Blood pressure
Failure of autoregulation
Forced vasodilatation
Endothelial permeability
- Hyperperfusion
- capillary hydrostatic pressure
Cerebral edema
Hypertensive encephalopathy
(headache, nausea, vomiting,
altered mental status, convulsion)
Sumber: Cermin Dunia Kedokteran
Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami
perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg,
sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg.
Pada keadaan hiperkapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas
tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja dari tekanan darah
menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya edema otak.
2.5. Manifestasi klinis
Ensefalopati hipertensi merupakan suatu sindrom hipertensi berat yang dikaitkan
dengan ditemukannya nyeri kepala hebat, mual, muntah, gangguan penglihatan,
confusion, pingsan sampai koma. Onset gejala biasanya berlangsung perlahan,
Hypertensive encephalopathy
Page 29
dengan progresi sekitar 24-48 jam. Gejala-gejala gangguan otak yang difus dapat
berupa defisit neurologis fokal, tanda-tanda lateralisasi yang bersifat reversibel
maupun irreversibel yang mengarah ke perdarahan cerebri atau stroke.
Microinfark dan peteki pada salah satu bagian otak jarang dapat menyebabkan
hemiparesis ringan, afasia atau gangguan penglihatan. Manifestasi neurologis
berat muncul jika telah terjadi hipertensi maligna atau tekanan diastolik
>125mmHg disertai perdarahan retina, eksudat, papiledema, gangguan pada
jantung dan ginjal.
2.6. Penegakkan Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis ensefalopati hipertensi, maka pada pasien dengan
peningkatan tekanan darah perlu diidentifikasi jenis hipertensinya, apakah
hipertensi urgensi atau hipertensi emergensi. Hal ini dapat dilakukan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui tanda dan gejala kerusakan
target organ terutama di otak seperti adanya nyeri kepala hebat, mual, muntah,
penglihatan kabur, penurunan kesadaran, kejang, riwayat hipertensi sebelumnya,
penyakit ginjal, penggunaan obat-obatan, dan sebagainya. Selain itu dapat
dilakukan funduskopi untuk melihat ada tidaknya perdarahan retina dan papil
edema sebagai tanda peningkatan tekanan intra kranial. Penilaian kardiovaskular
juga perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya distensi vena jugular atau
crackles pada paru. Urinalisis dan pemeriksaan darah untuk mengetahui
kerusakan fungsi ginjal (peningkatan BUN dan kreatinin).
Pemeriksaan CT scan atau MRI kepala dapat menunjukkan adanya edema
pada bagian otak dan ada tidaknya perdarahan. Edema otak biasanya terdapat
pada bagian posterior otak namun dapat juga pada batang otak.
Hypertensive encephalopathy
Page 29
Sumber: Adam and Victor’s Principle of Neurology 8th Edition
Gambar 2.1 Gambaran CT Scan (kanan) dan MRI (kiri) kepala pada wanita 55
tahun dengan Ensefalopati Hipertensi dan kejang menunjukkan adanya lesi
white matter yang terkonsentrasi pada bagian posterior otak
Gambaran Patologik
Hasil temuan neuropatologik dari hipertensif ensefalopati seperti yang
ditunjukkan melalui otopsi memberikan berbagai tingkatan perubahan vaskuler
(nekrosis fibrinoid dari arteriol, trombosis arteriol dan kapiler-kapiler), dan lesilesi parenkim (mikroinfark, perdarahan petekie, edema serebral). Perdarahan
cincin disekitar prekapiler yang mengalami trombus merupakan lesi mikroskopik
yang klasik. Jika hipertensif ensefalopati berkembang pada seorang pasien dengan
hipertensi yang lama, maka dapat ditemukan berbagai perubahan hipertensif
serebrovaskuler yang lain, antara lain atrofi medial, hiperplasia, hialinisasi, dan
mikroaneurisma.
Lesi-lesi yang terbentuk sebagian besar multipel dan bilateral, dan yang
paling menonjol pada lapisan putih yang dalam dan di daerah perpotongan abuabu – putih pada area watershed dan posterior; dimana biasanya sangat menyerang
batang otak. Lesi-lesi tersebut juga dapat terjadi pada ganglia basalis, diensefalon,
dan korteks serebral. Perluasan dan tingkat kerusakannya dapat bervariasi namun
umumnya berhubungan dengan tingkat kerusakan manifestasi neurologik dan
tekanan darah, terutama selama tingkat akhir. Pembengkakan otak,
Hypertensive encephalopathy
Page 29
2.7. Diagnosis Banding
Diagnosis banding ensefalopati hipertensi antara lain:
a. Stroke iskemik atau hemoragik
b. Stroke trombotik akut
c. Perdarahan intracranial
d. Encephalitis
e. Hipertensi intracranial
f. Lesi massa SSP
g. Kondisi lain yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah atau
yang memiliki gejala serupa
Membaiknya gejala klinis dan peningkatan status mental setelah tekanan
darah terkontrol merupakan karakteristik untuk mendiagnosis dan membedakan
ensefalopati hipertensi dari penyakit-penyakit di atas.
2.8 Terapi
Penurunan tekanan darah arterial, sesuai dengan tingkatan tekanan darah pasien
terutama yang berhubungan dengan kejadian neurologis, harus dilakukan dengan
monitoring secara tetap dan titrasi obat, tekanan darah arterial diukur dengan
kateterisasi jika memungkinkan.
Terapi ini bertujuan untuk menurunkan tekanan darah arterial sebesar 25%
selama 1-2 jam dan tekanan darah diastolic ke 100-110 mmHg. Jika dengan
penurunan tekanan darah arterial memperburuk keadaan neurologis, maka harus
dipertimbangkan kembali rencana pengobatannya. Untuk obat anti hipertensi
intravena yang bekerja cepat hanya labetalol, sodium nitroprusside dan
phenoldopam (pada gagal ginjal) sudah terbukti efektif pada HE.
Labetalol adalah suatu beta adrenergic blockers, kelihatannya paling
adekuat tidak menurunkan aliran darah otak dan bekerja selama 5 menit untuk
administrasi. Dosis inisial alah 20 mg dosis bolus, kemudian 20-80 mg dosis
intravena setiap 10 menit sampai tekanan darah yang diinginkan atau total dosis
sebesar 300 mg tercapai.
Sodium nitroprusside, sebuah vasodilator, memiliki onset yang cepat
(hitungan detik) dan durasi yang singkat dalam bekerja (1-2 menit).
Bagaimanapun, ini dapat mempengaruhi suatu venodilatasi cerebral yang penting
Hypertensive encephalopathy
Page 29
dengan kemungkinan menghasilkan peningkatan aliran darah otak dan hipertensi
intracranial. Suatu tindakan cytotoxic, dengan melepaskan radikal bebas NO dan
produk metaboliknya, sianida dapat menyebabkan kematian mendadak, atau
koma. Dosis inisial 0,3-0,5 mcg/kg/min IV, sesuaikan dengan kecepatan tetesan
infus sampai target efek yang diharapkan tercapi dengan dosis rata-rata 1-6
mcg/kg/min.
Fenildopam (Corlopam), sebuah short acting dopamine agonis (DA1)
pada level perifer, dengan durasi pendek dalam bekerja. Ini meningkatkan aliran
darah ginjal dan ekskresi sodium dan dapat digunakan pada pasien dengan gejala
gagal ginjal. Dosis inisial 0,003 mcg/kg/min IV secara progresif ditingkatkan
sampai maksimal 1,6 mcg/kg/min.
Nicardipine dalam dosis bolus 5-15 mg/h IV dan dosis maintenance 3-5
mg/h dapat juga digunakan.
Nifedipine sublingual, clonidine, diazoxide, atau hydralazine intravena
tidak direkomendasikan karena dapat mempengaruhi penurunan yang tidak
terkontrol dari tekanan darah arterial yang mengakibatkan iskemi cerebral dan
renal.
2.9 Prognosis
Pada penderita ensefalopati hipertensi, jika tekanan darah tidak segera diturunkan,
maka penderita akan jatuh dalam koma dan meninggal dalam beberapa jam.
Sebaliknya apabila tekanan darah diturunkan secepatnya secara dini prognosis
umumnya baik dan tidak menimbulkan gejala sisa.
Hypertensive encephalopathy
Page 29
BAB III
KESIMPULAN
Ensefalopati hipertensi merupakan sindrom klinik akut reversibel yang dicetuskan
oleh kenaikan tekanan darah secara mendadak sehingga melampaui batas
autoregulasi otak
Kejadian ensefalopati hipertensi merupakan keadaan gawat darurat yang
memerlukan penanganan segera untuk mencegah terjadi kerusakan otak yang luas
dan permanen. Kerusakan otak yang terjadi disebabkan oleh peningkatan tekanan
darah secara mendadak yang melampaui autoregulasi otak, dalam hal ini terjadi
respon vasokontriksi maupun vasodilatasi yang berakhir dengan edema serebri.
Manifestasi klinik ensefalopati hipertensi ditandai dengan adanya nyeri
kepala hebat, mual, muntah, penurunan kesadaran, kejang, adanya papiledema
pada pemeriksaan funduskopi.
Penanganan ensefalopati hipertensi dilakukan dengan menurunkan
tekanan darah secepat mungkin sehingga gejala klinis dan status mental dapat
membaik. Jika penanganan terlambat maka akan ada gejala sisa atau bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Hypertensive encephalopathy
Page 29
DAFTAR PUSTAKA
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, volume 4. Jakarta: EGC
Harsono . 2009. Kapita Selekta Neurologi Ed. 2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Khatib O, El-Guindy M. Clinical Guidelines for the Management of Hypertension. Cairo: WHO
regional Office for the Eastern Mediterranean. 2005: 13-14.
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM. Jakarta : Internal Publishing
Sidharta, P.,Mardjono,N ., 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat
Paulsen.F & Waschke.J 2012. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 23 Jilid 1, Jakarta: EGC
Yogiantoro, M.. Hipertensi Essensial. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009: 1079.
http://medlinux.blogspot.com/2012/02/hipertensi-ensefalopati.html
Hypertensive encephalopathy
Page 29
Download