Preparasi Radiofarmaka Nanokoloid Human Serum Albumin (HSA)

advertisement
Petunjuk Penulisan Manuskrip untuk Jurnal Kefarmasian Indonesia
PREPARASI RADIOFARMAKA NANOKOLOID HUMAN SERUM
ALBUMIN (HSA) UNTUK LIMFOSINTIGRAFI
Yunilda, Widyastuti, R.Awaludin V. Yulianti Susilo, S. Setiawati
Pusat Teknologi Radioisotop Dan Radiofarmaka-BATAN
Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang Selatan 15314
Telp: (021) 7563141 Fax: (021) 7563141
[email protected]
Diterima………………..Direvisi……………….Disetujui……………….
Abstrak
Nanokoloid Human Serum Albumin (HSA) yang ditandai dengan radionuklida teknesium-99m digunakan dalam
bidang kedokteran nuklir untuk deteksi kanker payudara melalui pemeriksaan sentinel lymph node (SLN).
Pemeriksaan SLN ini digunakan untuk mendeteksi penyebaran sel kanker sebelum maupun setelah operasi yang
ditandai dengan akumulasi radiofarmaka pada kelenjar getah bening yang dideteksi dengan menggunakan kamera
gamma atau SPECT. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh protokol pembuatan radiofarmaka nanokolid HSA
yang komposisi dan persyaratnnya disesuaikan dengan dengan Technical Leaflet Nanocoll Albumon yang mengacu
pada SNMMI (The Society of Nuclaer Medicine and Molecular Imaging) dan EANM (European Association of
Nuclear Medicine). Ukuran partikel 80 % berukuran < 100 nm dan yield penandaan dengan teknesium-99m > 95 %.
Penelitian ini meliputi tahap preparasi dan pengujian kualitas. Metodanya dilakukan dengan cara mendenaturasi
protein HSA pada pH dan pemanasan pada suhu tertentu. Pengujian kualitas dilakukan menggunakan alat Particle
Size Analyzer (PSA) untuk menentukan ukuran partikelnya, menggunakan alat Transmission Electron Microscopy
(TEM) untuk melihat morfologi partikelnya, menggunakan kromatografi kertas untuk pengujian yield penandaannya.
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan ukuran partikel 80 % berukuran < 100 nm, bentuk morfologi, yield
penandaan > 95 % dan pH sediaan 7,3 – 7,4 yang sesuai dengan persyaratan. Dari penelitian yang telah dilakukan
didapatkan protokol pembuatan nanokoloid HSA.
Kata kunci : Sentinel lymph node, Lymphoscintigraphy, Radiofarmaka, Nano Partikel,
Human Serum Albumin (HSA)
Abstract
Nanocolloid Human Serum Albumin (HSA) labeled with technetium-99m is widely used in nuclear
medicine for detection of breast cancer through examination of sentinel lymph node (SLN). SLN
examination is used to detect the spread of cancer cells before and after surgery is characterized by the
accumulation of a radiopharmaceutical in lymph nodes were detected using a gamma camera or SPECT.
The aim this study is to establish the protocol of HAS nanocolloid preparation with composition and
specification adjusted to the Technical Leaflet Nanocoll Albumon which refers to SNMMI (The Society of
Nuclaer Medicine and Molecular Imaging) and EANM (European Association of Nuclear Medicine). More
than 80 % of particle have a size less than 100 nm and a labeling yield with technetium-99m greater than
95%. This study includes the step of preparation and quality testing. The method is carried out by means of
protein denaturation of HSA at pH and heating at a certain temperature. Quality tests were made using a
Particle Size Analyzer (PSA) test to determine the particle size, using a Transmission Electron Microscopy
(TEM) to look at the morphology of the particles, using paper chromatography to yield testing marking.
This study has been done obtained a particle size of 80% <100 nm, morphology, labelling yield greater
than 95% and pH of preparations 6-8.5. This study was obtained protocol of preparing nanocolloid HSA.
Keywords: Sentinel lymph node, Lymphoscintigraphy, Radiopharmaceuticals, Nanoparticle,
Human Serum Albumin
Petunjuk Penulisan Manuskrip untuk Jurnal Kefarmasian Indonesia
PENDAHULUAN
Penyakit kanker merupakan salah satu
penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab
kematian sekitar 8,2 juta orang. Kanker paru,
hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara
adalah penyebab terbesar kematian akibat
kanker setiap tahunnya.
Berdasarkan data riset kesehatan dasar 2013,
Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan
RI, penyakit kanker serviks dan kanker
payudara menduduki tingkat teratas penyakit
kanker yang juga menaikkan
tingkat
kematian di Indonesia.(1)
Untuk mengendalikan kedua jenis
kanker tersebut, perlu dilakukan pendeteksian
dini terhadap penyakit ini. Dalam bidang
kedokteran nuklir pendeteksian dini terhadap
penyakit kanker payudara dilakukan dengan
cara memeriksa kelenjar getah bening atau
Sentinel Lymph Nude (SLN). Seperti kita
ketahui kelenjar getah bening berfungsi untuk
menyaring getah bening yang berasal dari
seluruh tubuh. Kelenjar getah bening ini akan
menyaring getah bening yang bersifat
pathogen dan juga menyaring limbah selular,
sel-sel mati dan sel-sel kanker. Dengan
adanya sel-sel kanker yang berada pada
kelenjar getah bening, maka dengan
menyuntikkan suatu sediaan radifarmaka
akan terjadi akumulasi. Ini merupakan suatu
metoda untuk mendeteksi adanya sel kanker
pada kelenjar getah bening, yang disebut
dengan limfosintigrafi. (2)-(4)
Limfosintigrafi merupakan pemeriksaan
kelenjar getah bening atau sentinel lymph
node (SLN) yang menggunakan sediaan
radiofarmaka, dengan cara menelusuri sistim
limfatik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara menyuntikkan sediaan radiofarmaka ke
dalam tubuh pasien melalui subcutaneous
injection, peritumoural injection dan
periareolar injection. Radiofarmaka yang
disuntikkan ini kemudian dideteksi dengan
menggunakan kamera gamma atau probe
gamma. Pemeriksaan SLN ini oleh ahli bedah
onkologi, digunakan untuk mendeteksi
penyebaran sel kanker, baik sebelum operasi
maupun setelah operasi, yang ditandai dengan
terjadinya akumulasi sediaan radiofarmaka
pada kelenjar getah bening, sehingga bisa
dilakukan tindakan dengan tepat. Sediaan
radiofarmaka
yang
digunakan
untuk
penelusuran
sistim lifatik ini adalah
teknesium-99m nanokoloid HAS. Selama ini,
kebutuhan rumah sakit akan radiofarmaka ini
diimpor dari luar negeri yaitu Nanocoll
Albumon.(5)-(9)
Penelitian ini merupakan preparasi
sediaan radiofarmaka nanokoloid Human
Serum Albumin (HSA). Peneliti sebelumnya
telah pernah melakukan preparasi sediaan
Human Serum Albumin (HSA) nanosfer yang
berbentuk koloid dengan ukuran partikel
100-200 nm, dengan menggunakan bahan
pendukung dan metoda yang berbeda dengan
metoda dan bahan pendukung pada penelitian
ini.(10) Namun untuk memenuhi kebutuhan
permintaan rumah sakit akan sediaan ini,
maka dilakukanlah penelitian preparasi
sediaan radiofarmaka nanokoloid HSA ini,
yang komposisi dan persyaratan kualitasnya
disesuaikan dengan komposisi dan kualitas
nanocoll albumon.
Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan protokol preparasi sediaan
nanokoloid HSA, yang komposisi dan
persyarat kualitasnya disesuaikan nanocoll
albumon yang mengacu pada SNMMI (The
Society of Nuclaer Medicine and Molecular
Imaging) dan EANM (European Association
of Nuclear Medicine).
METODA
Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah, Human Serum Albumin (HSA)
(Aldrich), dilarutkan dalam larutan salin
(NaCl
0,9
%)
(IPHA-laboratories),
SnCl2.2H2O (Aldrich) dilarutkan dalam
larutan asam klorida pekat, kemudian
diencerkan dengan aquabides (IPHA
laboratories). Sebagai bahan pembuat buffer
digunakan
NaH2PO4.H2O
dan
Na2HPO4.2H2O buatan E. Merck. Glukosa
buatan E. Merck yang dilarutkan dalam
aquabides digunakan sebagai larutan
pendispersi. Kertas Whatman no 1, metanol
Petunjuk Penulisan Manuskrip untuk Jurnal Kefarmasian Indonesia
Metoda Penandaan
Penandaan sediaan nanokoloid HSA
dilakukan dengan menambahkan 2 – 10 mCi
larutan perteknetat Tc-99m ke dalam vial
yang berisi sediaan radiofarmasi nanokoloid
HSA, kemudian dilakukan inkubasi selama 10
menit
Metoda Kromatografi
Pada pemakaiannya sediaan radiofarmaka
teknesium-99m nanokoloid HSA ini harus
memenuhi syarat kemurnian radiokimia yaitu
> 95 %.
Untuk mengetahui kemurnian
100
40
bets 1
bets 2
Ukuran Partikel
13.43 - 79.03 nm
60
Ukuran Partikel
8.42 - 37.43 nm
80
Ukuran Partikel
8.0 - 10.40 nm
b.Analisa Bentuk Morfologi Partikel
Untuk mengtahui bentuk morfologi
partikel dari sediaan radiofarmasi nanokoloid
HSA dilakukan dengan menggunakan alat
TEM.
Ukuran partikel yang terbentuk pada
preparasi sediaan nanokoloid HSA ini, seperti
terlihat pada Gambar 1, > 80 % dari jumlah
partikel yang ada, < 100 nm, artinya ukuran
partikel sediaan nanokoloid HSA ini 80 %
dari jumlah seluruh partikelnya, lebih kecil
dari 100 nm, sehingga dikatakan telah
memenuhi persyaratan digunakan dalam
bidang kedokteran nuklir, untuk pemeriksaan
dengan metoda limfosintigrafi.
Ukuran Partikel
21.87 - 40.41 nm
Analisa Karakteristik Partikel
a.Pengukuran Partikel
Untuk mengetahui ukuran partikel dari
sediaan radiofarmasi
nanokoloid HSA
sehingga diketahui memenuhi syarat untuk
pemakaian kepada pasien di rumah sakit,
dilakukan pengujian ukuran partikelnya
dengan menggunakan alat Particle Size
Analyzer (PSA).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ukuran Partikel
9.97 - 83.97 nm
Prosedur kerja
Pembuatan Nanokoloid HSA
Human Serum Albumin ditimbang,
kemudian dilarutkan dalam larutan salin.
Selanjutnya dilarutkan dalam larutan NaOH.
Kedalam larutan ini ditambahkan larutan
SnCl2.2H2O sambil dialiri gas nitrogen. Atur
pH larutan dengan pH 7,3 – 7,4. Panaskan
larutan sambil diaduk dengan kecepatan yang
stabil pada suhu 900C selama 30 menit.
Dinginkan larutan sambil diaduk. Setelah
tercapai suhu kamar, tambahkan larutan
glukosa dalam buffer fosfat phosphate .
Saring larutan. Selanjutnya dispensing larutan
ke dalam vial masing-masing 1 ml.
radiokimia kit radiofarmaka teknesium-99m
nanokoloid HSA ini, dilakukan pengujian
dengan metoda Kromatografi Kertas (KK).
Kertas yang digunakan adalah kertas
Whatman no 1 yang berfungsi sebagai fasa
diam. Sedangkan sebagai fasa geraknya
digunakan larutan metanol 80 %. Pada
kromatografi kertas ini, teknesium-99m
nanokoloid HSA ini, berada pada Rf = 0,
sedangkan teknesium yang berupa teknesium
bebas berada pada posisi Rf = 0,3 – 0,5
Jumlah Partikel Yang Mempunyai
Ukuran 5 - 100 (%)
buatan E. Merck. Sebagai penyaring
digunakan filter Millipore 0,22um disposable
steril. Satu set alat pemanas dan stirer untuk
proses denaturasi.
bets 3
bets 4
bets 5
20
0
Nomor Bets
Gambar 1. Hasil Pengukuran Ukuran Partikel
Pada Beberapa Bets Dengan persyaratan >
80% berukuran < 100nm
Ukuran partikel pada sediaan
nanokoloid HSA ini sangat menentukan
dalam penggunaannya di bidang kedokteran
nuklir, dimana diharapkan keberadaannya
dalam organ target, memenuhi waktu yang
dibutuhkan
untuk
diagnosa,
tetapi
mempunyai
kecepatan
yang
optimal
meninggalkan organ target sehingga efek
samping dari keberadaan radioisotop pada
Petunjuk Penulisan Manuskrip untuk Jurnal Kefarmasian Indonesia
organ target yang dimaksud dapat
diminimalisir.(11)
Bentuk morfologi partikel yang
dihasilkan dari penelitian ini diukur dengan
alat Transmission Electron Microscopy
(TEM). Dari hasil pengukuran dengan alat
TEM didapatkan gambarannya seperti pada
Gambar.2 berikut ini:
kromatografi kertas (KK). Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan didapatkan
posisi teknesium-99m nanokoloid HSA dan
teknesium-99m
bebas
pada
kertas
kromatografi whatman no 1, seperti terlihat
pada Gambar 3. Berikut.
Gambar 2. Partikel Nanokoloid HSA dalam
medium air, dilihat dengan alat Transmission
Electron Microscopy (TEM)
Dari Gambar 2. di atas, terlihat bentuk
morfologi partikel nanokoloid HSA yang
bervariasi. Sebelum dilakukan pengkuran
larutan diencerkan, sehingga partikel tidak
tumpang tindih satu sama lain, sehingga
terlihat bentuk masing-masing partikelnya.
Pada gambar terlihat partikel terpisah satu
sama lain, hal ini disebabkan adanya glukosa
pada sediaan nanokoloid HSA ini. Fungsi dari
glukosa adalah sebagai pendispersi, sehingga
partikel terpisah satu sama lain. Sebagaimana
diketahui glukosa mempunyai gugus yang
bersifat hidrofilik dan hidrofobik pada
masing-masing ujungnya. Ujung yang
bersifat hidrofobik berinteraksi dengan
partikel nanokoloid HSA, sedangkan partikel
yang bersifat hidrofilik berinteraksi dengan
pelarutnya air, sehingga masing-masing
partikel saling terpisah.
Untuk
mengetahui
jumlah
teknesium-99m yang berikatan dengan
nanokoloid HSA, digunakan metoda
Gambar 3. Posisi puncak nanokoloid HSA Rf
= 0,14, dan posisi Tc perteknetat 0,38
Dari Gambar 3 tersebut terlihat posisi
teknesium-99m nanokoloid HSA berada pada
Rf = 0,14 dan teknesium-99m bebas pada Rf
= 0,38. Seperti kita ketahui nanokolid HAS
merupakan senyawa koloid, dimana adanya
partikel dalam larutan. Partikel-pertikel
tersebut adalah berupa nano HSA yang
berikatan dengan teknesium-99m. Karena
berupa partikel teknesium-99m nano HSA ini
Petunjuk Penulisan Manuskrip untuk Jurnal Kefarmasian Indonesia
Persentase Yield Penandaan Tc--99m
Nanokoloid HSA (%)
tidak bisa terbawa pelarut ke atas dimana ini
merupakan salah satu prinsip kromatografi
yaitu pemisahan berdasarkan ukuran partikel.
Sedangkan teknesium-99m yang berupa
larutan polar akan terbawa oleh fasa geraknya
yang juga berupa larutan polar dan berhenti
pada posisi Rf = 0,38, sehingga kedua
senyawa yang membentuk koloid ini yaitu
partikel teknesium-99m nano HSA dan
teknesium-99m bebasnya terpisah. Dengan
menghitung aktivitas di masing-masing Rf,
dapat
kita
ketahui
berapa
jumlah
teknesium-99m yang berikatan dengan nano
HSA dan berupa teknesium-99m yang tidak
berikatan,
sehingga
diketahui
yield
penandaan nanokoloid HSA ini.
Dari penelitian yang telah dilakukan
didapatkan yield penandaan teknesium-99m
nanokoloid HSA seperti pada Gambar 4
berikut.
100
80
60
40
20
dengan nanokoloid HSA, teknesium dengan
tingkat oksidasi +7 dalam bentuk perteknetat
(TcO4-1) harus direduksi menjadi teknesium
dengan tingkat oksidasi yang lebih rendah.
Untuk berikatan dengan biomolekul seperti
human serum albumin, teknesium berada
pada tingkat oksidasi +5.(10)
Setelah preparasi dilakukan juga
pengujian pH pada setiap bets. pH setiap bets
berkisar antara 7.3 – 7.4. Sesuai dengan
prosedur preparasinya, diakhir preparasi
nanokoloid HSA ini ditambahkan buffer
fosfat. Penambahan buffer ini berfungi untuk
mempertahankan pH nanokoloid HSA dalam
keadaan basa. Seperti kita ketahui human
serum albumin ini terdiri dari gabungan
beberapa asam amino. Asam amino-asam
amino memiliki gugus karboksil (-COOH)
dan gugus amina (-NH2). Dalam larutan,
asam amino ini bersifat amfoter cenderung
menjadi asam pada larutan basa dan menjadi
basa pada larutan asam. Dalam keadaan asam,
asam amino seperti human serum albumin
akan bermuatan negatif. Muatan negative ini
pada nanokoloid HSA, perlu dipertahankan
karena senyawa ini akan dikomplekskan
dengan teknesium-99m yang bermuatan +4.
Disinilah fungsi dari penambahan buffer
fosfat pada akhir preparasi.
0
bets 1
bets 2
bets 3
bets 4
Nomor Bets
Gambar 4. Yiel Penandaan Teknesium-99m
Nanokoloid HSA
Gambar 4. di atas menggambarkan yield
penandaan dari beberapa bets > 95 %. Hal ini
menunjukkan
bahwa teknesium-99m
nanokoloid HSA ini telah memenuhi syarat
digunakan untuk pendeteksian dengan metoda
limfosintigrafi. Angka ini 95 % ini
menyatakan
bahwa
dalam
sediaan
radiofarmaka tersebut 95 % nya merupakan
kompleks
yang
terbentuk
antara
teknesium-99m dengan HSA dan kurang
lebih 5 % merupakan teknesium 99m yang
tidak berikatan dengan HSA. Seperti kita
ketahui larutan perteknetat (99mTcO4-) dalam
bentuk (Na99mTcO4), merupakan senyawa
yang sangat stabil, sehingga untuk berikatan
KESIMPULAN
Dari pengerjaan yang telah dilakukan
didapatkan ukuran partikel nanokoloid HSA
80 % < 100 nm, bentuk morfologi partikel
nanokoloid HSA, kemurnian radiokimia > 95
%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
ini didapatkan protokol preparasi nanokoloid
HSA,
yang
persyaratan
kualitasnya
disesuaikan dengan Technical Leaflet Nano
Albumon yang mengacu pada SNMMI (The
Society of Nuclaer Medicine and Molecular
Imaging) dan EANM (European Association
of Nuclear Medicine).
SARAN
Dari penelitian yang dilakukan disarankan
untuk melanjutkan pengujian kestabilan
sediaan nanokolid HSA ini, yaitu kestabilan
Petunjuk Penulisan Manuskrip untuk Jurnal Kefarmasian Indonesia
setelah dilabel dengan teknesium-99m dan
kestabilan selama penyimpanan setelah
preparasi. Selain itu perlu juga dilakukan
pengujian karakteristik fisika dan kimia
sediaan ini.
6.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih saya sampaikan
kepada bapak Indra Saptiama dan ibu Grace
Tj Sulungbudi, yang telah membantu
penelitian ini.
7.
DAFTAR RUJUKAN
1.
2.
3.
4.
5.
Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data
Dan Informasi. 2015.
Tokin C a, Cope FO, Metz WL, Blue
MS, Potter BM, Abbruzzese BC, et al.
The efficacy of Tilmanocept in sentinel
lymph
mode
mapping
and
identification in breast cancer patients:
a
comparative
review
and
meta-analysis of the 99mTc-labeled
nanocolloid human serum albumin
standard of care. Clin Exp Metastasis.
2012;29(7):681–6.
Vidal-Sicart S, Valdés Olmos R.
Sentinel node mapping for breast
cancer: Current situation. J Oncol.
2012;2012.
Kraft O, Havel M. Sentinel lymph
nodes and planar scintigraphy and
SPECT/CT in various types of
tumours. Estimation of some factors
influencing detection success. Nucl
Med Rev. 2013;16(1):17–25.
Brouwer O, Buckle T, Vermeeren L,
Klop W, Balm A, Van Der Poel HG, et
al.
Comparing
the
hybrid
fluorescent-radioactive
tracer
indocyanine
green99mTc-Nanocolloid
with99mTc-nanocolloid for sentinel
node identification: A validation study
using
lymphoscintigraphy
and
SPECT/CT. J Nucl Med [Internet].
2012;53(7):1034–40. Available from:
http://www.scopus.com/inward/record.
url?eid=2-s2.0-84863472429&partnerI
8.
9.
10.
11.
D=40&md5=8dce238efb4551b484845
ec89818bdca
Van Den Berg NS, Buckle T, Kleinjan
GI, Klop WM, Horenblas S, Van Der
Poel HG, et al. Hybrid tracers for
sentinel node biopsy. Q J Nucl Med
Mol imaging Off Publ Ital Assoc Nucl
Med [and] Int Assoc Radiopharmacol
(IAR), [and] Sect Soc Radiopharm.
2014;58(2):193–206.
Heuveling DA, Visser GWM, De
Groot M, De Boer JF, Baclayon M,
Roos WH, et al. Nanocolloidal
albumin-IRDye
800CW:
A
near-infrared fluorescent tracer with
optimal retention in the sentinel lymph
node. Eur J Nucl Med Mol Imaging.
2012;39(7):1161–8.
Schiller E, Bergmann R, Wunderlich
G, Andreeff M, Jacob A, Pietzsch H-J.
Ga-68and
Cu-64-Labeled
NOTA-Albumin Conjugates for PET
Sentinel Lymph Node Imaging. ISRN
Mol Imaging [Internet]. 2013;2013:1–
8.
Available
from:
http://www.hindawi.com/isrn/molecul
ar.imaging/2013/386976/
Wallace AM, Han LK, Povoski SP,
Deck K, Schneebaum S, Hall NC, et al.
Comparative
evaluation
of
[(99m)tc]tilmanocept for sentinel
lymph node mapping in breast cancer
patients: results of two phase 3 trials.
Ann
Surg
Oncol
[Internet].
2013;20(8):2590–9. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/arti
clerender.fcgi?artid=3705144&tool=p
mcentrez&rendertype=abstract
Widyasari EM, Oekar NK, Teknologi
P, Bahan N, Kit F, Serum H, et al.
Formulasi kit. 2012;
Giammarile F, Alazraki N, Aarsvold
JN, Audisio RA, Glass E, Grant SF, et
al. The EANM and SNMMI practice
guideline for lymphoscintigraphy and
sentinel node localization in breast
cancer. Eur J Nucl Med Mol Imaging.
2013;40(12):1932–47.
Petunjuk Penulisan Manuskrip untuk Jurnal Kefarmasian Indonesia
Petunjuk Penulisan Manuskrip untuk Jurnal Kefarmasian Indonesia
LAMPIRAN GAMBAR
Contoh gambar:
Gambar 1. Spektrum UV senyawa hasil isolasi dalam n-heksan
Petunjuk Penulisan Manuskrip untuk Jurnal Kefarmasian Indonesia
LAMPIRAN TABEL
Contoh tabel:
Tabel 1. Hasil uji kontrol kualitas tablet salut selaput
Parameter Tablet
Salut Selaput
F1
F2
F3
Penampilan fisik
Bulat bikonveks, warna
coklat, permukaan halus
Bulat bikonveks, warna
coklat, permukaan halus
Bulat bikonveks, warna
coklat, permukaan halus
208,35±0,86 mg
3,34%
8,05±0,001 mm
7,32±0,001 mm
Hancur
212,76±0,34 mg
5,54%
8,07±0,001 mm
7,36±0,001 mm
Tidak hancur
217,50±0,72 mg
7,88%
8,09±0,001 mm
7,40±0,001 mm
Tidak hancur
36,37±0,72 %
8,12±0,84 %
0%
98,78±1,65 %
95,52±2,36 %
98,44±1,22 %
Bobot
Kenaikan bobot
Diameter
Tebal
Waktu hancur
Uji disolusi medium
asam (2 jam)
Uji disolusi medium
basa (45 menit)
Download