8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan (role) menurut Komaruddin (1994:768) adalah sebagai berikut : 1). Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh seseorang dalam manajemen. 2). Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status. 3). Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata. 4). Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya. 5). Fungsi setiap variable dalam hubungan sebuah akibat. Definisi di atas dapat memberi petunjuk bahwa yang melakukan suatu peran adalah sesuatu yang nyata, bukan sesuatu yang abstrak. Jadi yang dimaksud dari penelitian ini adalah unyuk mempelajari apakah pemeriksaan intern berperan nyata dalam menunjang keefektifan pengendalian intern penjualan. 2.2 Pengertian Auditing Untuk melaksanakan audit, diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan sejumlah kriteria yang dapat digunakan sebagai pedoman pengevaluasian informasi tersebut. Informasi menilik berbagai bentuk, sedangkan kriteria untuk mengevaluasi informasi cukup beragam dan audit dilakukan oleh orang yang independen dan berkompeten. Menurut Mulyadi (2002;9) auditing didefinisikan sebagai berikut : “Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”. 9 2.3 Audit Internal Dalam memperoleh pemahaman tentang audit internal secara jelas dan lengkap, maka pada bagian ini peneliti akan membahas pengertian dari audit internal yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan audit internal itu sendiri. 2.3.1 Pengertian Audit Internal Di dalam suatu perusahaan, pengendalian intern merupakan suatu sistem yang dirancang untuk dilaksanakan oleh manusia, sehingga penyimpangan pelaksanaan pengendalian intern sebagai akibat dari situasi dan kondisi perusahaan sangat mungkin terjadi, maka untuk mencegah kemungkinan adanya penyimpangan tersebut diperlukan adanya suatu bagian khusus dari perusahaan yang bertugas memonitor pengendalian intern perusahaan tersebut. Bagian yang dimaksud adalah bagian pemeriksaan intern yang berbentuk staf eksekutif. Hiro Tugiman (1997:11) dalam bukunya Standar Profesional Audit Internal menyatakan : “Internal Auditing adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saran tujuan pemeriksaan menyangkut pula pembangunan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar”. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa internal auditing merupakan : 1). Suatu aktivitas independen objektif 2). Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultasi 3). Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi 4). Membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya 5). Memberikan suatu pendekatan yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi. 10 Definisi pemeriksaan Intern menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (KOPAI) (2004:5) sebagai berikut : “ Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan efektifitas pengelolaan resiko, pengendalian dan proses governance”. Dari definisi tersebut dapat diuraikan kata-kata kunci audit internal sebagai berikut : 1. Kegiatan Assurance dan konsultasi Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultasi bagi organisasi atau perusahaan. 2. Independen dan objektif Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, yang mana hal ini sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksa sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif para auditor internal. 3. Memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan organisasi Audit internal diharapkan dapat membantu organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi. 4. Pendekatan yang sistematis dan teratur Auditor internal dalam melaksanakan tugasnya harus tepat pada pokok permasalahan atau tidak bias, sehingga permasalahan yang dihadapi perusahaan dapat segera teratasi. 5. Pengelolaan risiko Auditor internal mempunyai fungsi dalam membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap pengendalian intern. peningkatan pengelolaan risiko dan system 11 6. Pengendalian Auditor internal mempunyai fungsi audit internal dalam membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi, dan efektifitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan. 7. Proses Governance Auditor internal mempunyai fungsi audit internal dalam menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut : a. Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai didalam organisasi. b. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas. c. Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unit-unit yang tepat dalam organisasi. d. Secara efektif mengkoordinasi kegiatan diri dan mengkomunikasikan informasi diantara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal, auditor eksternal serta manajemen. Sementara definisi audit internal menurut Institute of Internal Auditor (IIA) yang dikutip oleh Sawyer’s (2003 : 6) menyebutkan bahwa : “Audit internal is a systematic, objective appraisal by auditor internal of the operation and control within organization to determine wether: a. Financial and operating information is accurate and reliable b. Risk to the enterprise are identified and minimized c. External regulation and acceptable internal policies and procedures are followed d. Satisfactory operating criteria are met e. Resources are used effectively achieved all for the purposed of sitting members of the organization in the effective discharge of their responsibilities”. Dari definisi audit internal tersebut dapat diartikan bahwa audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang objektif dan sistematis dalam menilai 12 pengendalian dan kegiatan operasi dalam suatu organisasi yang dilakukan oleh auditor internal untuk menyakinkan bahwa : a. Informasi keuangan dan operasi harus akurat dan reliable, b. Risiko bisnis dapat diidentifikasi dan diminimalisasi, c. Peraturan kebijakan dan prosedur telah ditaati, d. Tercapainya kriteria kegiatan operasional organisasi, e. Menyakinkan bahwa sumber daya telah digunakan secara efektif serta penempatan para anggota organisasi berjalan secara efektif sesuai dengan tanggung jawab. 2.3.2 Tujuan Audit Internal Tujuan audit internal yaitu membantu seluruh anggota manajemen agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif dengan jalan memberikan analisis, penilaian, rekomendasi, saran dan keterangan dari operasi perusahaan yang diperiksanya. Mengenai tujuan dari suatu pemeriksaan intern ini, Hiro Tugiman (1997:99) menyebutkan bahwa : “Tujuan pemeriksaan intern adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif”. Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal (2004:8) menyatakan sebagai berikut: “Tujuan kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam charter audit internal, konsisten dengan Standar Audit Internal dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan Dewan Organisasi”. 2.3.3 Fungsi dan Tanggung Jawab Audit Internal Pemeriksaan intern merupakan suatu fungsi staf atau penasehat. Pemeriksaan intern tidak bertujuan untuk melakukan pengendalian tindakantindakan secara langsung. Fungsi pemeriksaan intern adalah memberikan informasi dan gambaran nyata dari suatu keadaan kepada pimpinan. 13 Fungsi audit internal menurut Hiro Tugiman (1997:11) adalah sebagai berikut : “Fungsi audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi, untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Tujuannya adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawab secara efektif”. Tanggung jawab seorang audit internal menurut Komite SPAP Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Profesi Akuntan Publik (2001;322.1) yaitu : “Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi dan informasi lain kepada manajemen entitas dan bagian komisaris atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut auditor internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya”. Selanjutnya tanggung jawab seorang pemeriksaan intern dalam organisasi ditetapkan dengan jelas oleh suatu kebijakan manajemen. Pemeriksa intern harus menyediakan keterangan dan informasi untuk semua catatan kekayaan perusahaan dan membantu manajemen dengan memberikan nasehat berdasarkan keadaan yang nyata. Selain itu juga pemeriksaan intern harus bisa mengkoordinasikan kegiatan-kegiatannya agar tujuan pemeriksaan intern dari suatu organisasi dapat tercapai. 2.4 Norma Praktik Profesional Audit Internal Menurut Hiro Tugiman ( 2004: 8) Standar profesi meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. Independensi atau kemandirian unit audit internal yang membuatnya terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa dan objektivitas para pemeriksa internal Kemampuan Profesional Lingkup Pekerjaan Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Manajemen Bagian Audit Internal. Dari keterangan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa setiap standar profesi dibuat untuk menjadikan seorang auditor internal itu mempunyai sikap dan mental yang profesional terhadap tugas dan kewajibannya. 14 2.4.1 Independensi Auditor Internal Adanya independensi bagi audit internal sangat penting bagi efektivitas pemeriksaannya. Independensi merupakan sikap yang selalu membebaskan diri dari kepentingan semua pihak yang terkait dengan pekerjaan audit, hal ini berarti auditor internal dalam memberikan penilaian tidak memihak kepada siapapun. Hal ini dapat dicapai bila fungsi auditor internal diberikan status dan kedudukan yang jelas, seperti yang dikemukakan IIA (1994:7) sebagai berikut : “The internal audit activity should be independent, and internal auditor should be objective in performing their work”. Independensi berarti bahwa auditor internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa. Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif sehingga dapat membuat pertimbangan penting secara netral dan tidak menyimpang. Hal ini dikemukakan pula oleh Hiro Tugiman (1997:20) sebagai berikut : “Para internal internal auditor dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Independen para internal auditor dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal mana sangat diperlukan bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif para internal auditor”. Objektivitas adalah sikap mental yang independen yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh auditor internal dalam melaksanakan pemeriksaannya. Status organisasi bagian audit internal haruslah memadai serta memberikan keleluasaan untuk memenuhi tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan. Jadi apabila unsure status organisasi dan objektivitas sudah terpenuhi, maka diharapkan auditor internal telah independen. 2.4.2 Kompetensi Audit Internal Kualifikasi audit internal menurut Amin W. Tunggal (2000:22) antara lain : a. Audit internal harus memiliki pendidikan dan latihan yang memadai, karena audit berhubungan dengan analisis dan pertimbangan. 15 b. Selain pendidikan dan pelatihan seorang audit internal juga harus berpengalaman dibidangnya. Apabila seorang auditor internal yang baru, maka ia harus dibimbing oleh auditor yang kompeten. c. Seorang auditor dikatakan kompeten bila ia memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Auditor harus tertarik dan ingin mengetahui semua operasi perusahaan, selain itu juga harus mempunyai perhatian terhadap prestasi dan persoalan karyawan perusahaan mulai tingkat bawah sampai tingkat atas. b) Seorang auditor internal harus tekun dalam menjalankan tugasnya. c) Auditor juga harus memandang suatu kesalahan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan dan kesalahan sebisa mungkin dihindari. d) Auditor internal harus menelaah semua pengaruh yang terjadi terhadap profitabilitas dan efisiensi kegiatan perusahaan. e) Mempertimbangkan auditee sebagai mitra, karena tujuan dari audit internal bukan mengkritik tetapi untuk meningkatkan operasi perusahaan. d. Seorang auditor internal harus mempunyai ide-ide cemerlang untuk membangun organisasi. 2.4.3 Ruang Lingkup Audit Internal Ruang lingkup audit internal menilai sistem pengendalian internal serta pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Ruang lingkup audit internal menurut The Institute of Internal Auditor (IIA) yang dikutip Boyton et al ( 2000;983) adalah sebagai berikut : “ the scope of audit internal encompass the examination and evaluation of adequacy and effectiveness the organization’s system of internal control and the quality of performance in carrying out assigned responsibilities : (1) Reliability and integrityof information; (2) Compliance with polocies, plans, prosedures, law, regulations, and contracts; (3) Safe guarding of assets; (4) Economical and Efficient use of resources ; (5)Accomplishment of established objectivitas and for operations or program.” Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa ruang lingkup audit internal harus meliputi pengujian dan pengevaluasian terhadap kememadaian dan efektivitas sistem pengendalian perusahaan dan kualitas kerja dengan tanggung jawab anggota organisasi, yang mencakup : 1. Keandalan informasi 16 2. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan serta kontrak 3. Perlindungan terhadap harta benda 4. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien 5. pencapaian tujuan perusahaan Ruang lingkup pemeriksaan internal dalam norma profesi pemeriksaan intern meliputi : 1. Menelaah keandalan informasi keuangan dan operasional serta cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi dan melaporkan informasi tersebut. 2. Menelaah berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-hal tersebut 3. Menelaah berbagai cara yang digunakan untuk melindungi harta kekayaan dan bila dipandang perlu memverifikasi keberadaan harta-harta tersebut. 4. Menilai keekonomisan dan efisiensi dalam hal penggunaan sumbersumber daya. 5. Menelaah berbagai tujuan dan sasaran program untuk menilai apakah hasilnya akan konsisten dengan apa yang telah ditetapkan perusahaan dan apakah program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. 2.4.4 PelaksanaanAudit Internal Pelaksanaan audit internal dikemukakan oleh The Institute of Internal Auditor (IIA) (1995:39-59) sebagai berikut : “Performance of audit work-audit work should include” : 1) Plannimg the audit 2) Examining and evaluation information 3) Communicating result 4) Following up. Pengertian dari pelaksanaan audit internal yang dikemukakan di atas menurut Hiro Tugiman (1997:53-78) adalah sebagai berikut : 17 1. Perencanaan audit yang mencakup : a) Menetapkan tujuan dan ruang lingkup pekerjaan. b) Mendapatkan informasi mengenai aktivitas yang diperiksa. c) Menentukan sumber-sumber penting dalam melaksanakan pemeriksaan. d) Mengkomunikasikan dengan pihak terkait. e) Melakukan survei langsung. f) Menulis program pemeriksaan. g) Menentukan kapan, kepada siapa hasil pemeriksaan dikomunikasikan. h) Mendapatkan persetujuan untuk perencanaan pekerjaan pemeriksaan. 2. Proses pengujian dan pengevaluasian informasi adalah : a) Seluruh informasi yang berhubungan dengan ruang lingkup dan tujuan dikumpulkan. b) Informasi harus mencukupi, kompeten, dan relevan. c) Prosedur pemeriksaan, termasuk teknik pengujian dan sampel harus dipilih. d) Proses pengumpulan, analisa dan interpretasi serta dokumen harus diawasi untuk memelihara objektivitas. 3. Audit internal harus melaporkan hasil audit: b) Laporan tertulis setelah pekerjaan selesai. c) Laporan harus objektif dan jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu. d) Laporan menyatakan tujuan, ruang lingkup dan hasil pemeriksaan. e) Laporan mencakup rekomendasi untuk pemeliharaan dan pernyataan keberhasilan pelaksanaan disertai tindakan koreksi. f) Pemeriksaan internal harus mendiskusikan kesimpulan-kesimpulan dan rekomendasi-rekomendasi dengan pihak manajemen. g) Pemeriksaan internal harus melakukan tindak lanjut untuk memastikan tindakan yang pantas telah dilakukan. 4. Hasil audit harus ditindak lanjuti. a) Adanya proses untuk menentukan kecukupan, keefektivan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan yang dilaporkan. 18 b) Adanya tanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut. c) Dalam menentukan luas dari tindak lanjut, auditor internal harus mempertimbangkan berbagai prosedur dari hal-hal yang berkaitan dengan tindak lanjut, yang dilaksanakan oleh pihak lain dalam organisasi. d) Dewan harus diberi laporan tentang seluruh keputusan manajemen senior terhadap berbagai temuan pemeriksaan penting. e) Sifat,ketetapan waktu, dan luas tindak lanjut ditentukan oleh pimpinan audit internal. f) Dalam menentukan prosedur tindak lanjut yang tepat memperhatikan: ▪ Pentiungnya temuan yang dilaporkan ▪ Tingkat usaha dan biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi yang dilaporkan ▪ Resiko yang mnungkin terjadi bila tindakan korektif yang dilakukan gagal ▪ Tingkat kesulitan pelaksanaan tindakan korektif dan, ▪ Jangka waktu yang dfibutuhkan. g) Pemonitoran oleh pemeriksa internal hingga diperbaiki karena berbagai akibat yang mungkin ditimbulkan terhadap organisasi. h) Pemeriksa internal harus memastikan bahwa tindakan yang dilakukan terhadap temuan memperbaiki berbagai kondisi yang mendasarti dilakukannya tindakan tersebut. i) Pimpinan audit internal bertanggung jawab membuat jadwal kegiatan tindakan tindak lanjut sebagai bagian dari pembuatan jadwal pekerjaan pemeriksaan. j) Penjadwalan tindak lanjut harus didasarkan pada resiko dan kerugian yang terkait, juga tingkat kesulitan dan perlunya ketepatan waktu dalam penerapan tindakan korektif. k) Pimpinan audikt harus menetapkan berbagai prosedur. l) Berbagai teknik yang digunkan untuk menyelesaikan tindak lanjut secara efektif. 19 2.4.4.1 Laporan Audit Internal Tahap yang paling penting dari semua tahapan pemeriksaan adalah tahap pembuatan dan penerbitan laporan. Laporan pemeriksaan intern yang disusun dan digunakan dengan baik merupakan sarana utama yang dapat digunakan oleh pihak intern maupun ekstern untuk mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan oleh pemeriksaan intern. Laporan audit internal akan dianggap baik jika memenuhi persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Gil Courtmance dan didaptasi oleh Hiro Tugiman (1997:191) sebagai berikut : 1. Objektif Suatu laporan pemeriksaan yang objektif membicarakan pokok persoalan dalam pemeriksaan, bukan rincian prosedural atau hal-hal lain yang diperlukan dalam proses pemeriksaan, sehingga tidak akan terkesan menampilkan diri pemeriksa, namun lebih difokuskan pada hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Berwibawa Laporan yang berwibawa maksudnya adalah laporan pemeriksaan harus dapat dipercaya dan mendorong pembaca atau pemakainya untuk setuju dengan substansi yang terdapat dalam laporan tersebut. Meskipun pembaca belum tentu akan menerima temuan, kesimpulan dan rekomendasi pemeriksa internal dengan senang hati, namun mereka cenderung untuk tidak menolaknya. Mereka percaya kepada pemeriksa internal dan percaya pada laporan yang dibuat oleh pemeriksa internal. Keseimbangan Laporan pemeriksan yang seimbang adalah laporan yang memberikan gambaran tentang organisasi dengan aktivitas secara wajar dan realistis. Dalam hal ini auditor internal memperlakukan secara seimbang sebagaimana auditor internal ingin diperlakukan seandainya mereka bertukar peran. Cara penulisan professional Laporan pemeriksaan harus menggunakan penulisan yang profesioal maksudnya, dalam pembutan laporan pemeriksaan harus jelas dan ringkas, agar dapat mudah dimengerti oleh pemakainya. 2. 3. 4. Laporan hasil audit menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:16) adalah : “Auditor internal mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu. a. Kriteria komunikasi 20 Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan, dan rencana tindakannya. a) Komunikasi akhir penugasan bila memungkinkan memuat opini keseluruhan dan simpulan auditor internal. b) Auditor internal dianjurkan untuk memberi apresiasi dalam komunikasi hasil penugasan terhadap kinerja yang memuaskan dari kegiatan yang direview. c) Bilamana hasil penugasan disampaikan kepada pihak luar organisasi, maka pihak berwenang harus menetapkan pembatasan dalam distribusi dan penggunaannya. b. Kualitas komunikasi Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus akurat, obyektif, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu. Dan jika terjadi kesalahan, penanggung jawab audit internal harus mengkomunikasikan informasi yang telah dikoreksi kepada semua pihak yang telah menerima komunikasi sebelumnya. c. Pengungkapan atas ketidakpatuhan terhadap standar-standar Dalam hal ini terdapat ketidakpatuhan tehadap standar yang mempengaruhi penugasan tertentu, komunikasi hasil-hasil penugasan harus mengungkap: a) Standar yang tidak dipatuhi b) Alasan ketidak patuhan c) Dampak dari ketidakpatuhan terhadap penugasan. d. Diseminasi hasil-hasil penugasan Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan hasil penugasan kepada pihak-pihak yang berhak. 2.4.4.2 Tindak lanjut Atas Laporan Hasil Audit Internal Tindak lanjut merupakan tahap terakhir dari langkah kerja audit internal. Tindak lanjut dimaksudkan supaya auditor internal mempunyai keyakinan bahwa tindakan yang layak telah diambil sesuai dengan yang dilaporkan pada temuan audit. Bagian audit internal harus menentukan bahwa manajemen telah melaksanakan tindakan koreksi dan tindakan tersebut menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan. Hiro Tugiman dalam bukunya Standar Profesional Audit Internal (1997:75) menyatakan : “Pemeriksa internal harus terus menerus meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat”. 21 Pemeriksaan internal harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau dewan telah menerima resiko akibat tidak dilakukannya tindak korektif atas temuan yang dilaporkan. 2.4.5 Manajemen Audit Internal Menurut Hiro Tugiman dalam bukunya Standar Profesional Audit Internal (1997:19) menyatakan bahwa : “Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara tepat. ▪ Tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab Pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagi bagian audit internal. ▪ Perencanaan Pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal. ▪ Kebijakan dan prosedur Pimpinan audit internal harus membuat berbagai kebijaksanaan dan prosedur secara tertulis yang akan digunakan sebagai pedoman oleh staf pemeriksa. ▪ Manajemen personel Pimpinan audit internal harus menetapkan program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia pada bagian audit internal. ▪ Auditor eksternal Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan usaha-usaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal ▪ Pengendalian mutu Pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan pengendalian mutu atau jaminan kualitas untuk mengevaluasi berbagai kegiatan audit internal”. 2.5 Pengertian Efektifitas Pengertian efektivitas (effectiveness) yang dikemukakan oleh Komaruddin (2000:269) adalah : “Suatu keadaan yang menunjukan kegiatan keberhasilan atau kegagalan manajemen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu”. Efektifitas menggambarkan hasil dari suatu pekerjaan dan efektifitas sering dikaitkan dengan efisiensi merupakan perbandingan antara pemakaian 22 sumber daya (input) dengan keluaran (output) yang dihasilkan dalam suatu pekerjaan. 2.6 Pengendalian Intern 2.6.1 Pengertian Pengendalain Intern Pengertian Pengendalian Intern menurut Mulyadi (2002:180) adalah sebagai berikut : “Pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : 1. Keandalan pelaporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku 3. Efektivitas dan efisiensi operasi. Pendapat lain menurut COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the treadway Commission) pada tahun 1992 yang dikutip oleh Ramney, dkk. (1997:532) adalah: “Internal control is a process – affected by an entity’s board of director s, management, and other personal – designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in following categories: a) reliability of financial reporting, b) effectiviness and efficiency of operations, and c) compliance with applicable laws and regulation”. Pengertian di atas dapat diartikan bahwa pengendalian intern merupakan suatu proses yang dilakukan oleh dewan direksi, manajemen, dan lainnya yang dirancang untuk memberikan jaminan secara wajar berkaitan dengan tujuan dalam kategori berikut ini, yaitu efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan pada hukum dan peraturan yang berlaku. 2.6.2 Unsur-Unsur Pengendalian Intern Untuk terciptanya pengendalian intern yang baik, yang mampu mendorong terwujudnya suatu keadaan pengawasan yang memadai maka diperlukan beberapa unsur yang mendukungnya. Unsur-unsur tersebut terbentuk dari suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan yang lainnya. Apabila salah satu 23 unsur pengendalian intern tidak ada, akan menyebabkan lemahnya pengendalian tersebut. Dalam perusahaan itu diperlukan suatu pemeliharaan terhadap pengendalian intern yang cukup sehingga akan menjamin terlaksananya pengendalian yang memadai. Pada dasarnya pengendalian intern untuk setiap perusahaan baru dapat berfungsi baik apabila terdapat unsur-unsur pengendalian yang memadai. Berdasarkan standar akuntansi seksi 319 yang kemudian dikutip oleh Mulyadi (2002:183) menyebutkan lima unsur pokok pengendalian intern, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. Lingkungan pengendalian Penaksiran risiko Informasi dan Komunikasi Aktivitas pengendalian, dan Pemantauan. Unsur pengendalian internal di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan kebijakan, perusahaan pengendalian terdiri prosedur-prosedur mengenai dari yang pentingnya tindakan-tindakan, mencerminkan pengendalian sikap dalam kebijakanpemimpin perusahaan. Pemahaman dan penilaian terhadap lingkungan pengendalian harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut : a. Nilai integritas dan etika Manajemen harus memasukkan pesan bahwa integritas dan nilai-nilai etika tidak dapat dikompromi, dan para pekerja harus menerima dan mengerti pesan tersebut. Manajemen harus menjelaskannya secara terus menerus melalui kata-kata dan tindakan, komitmen untuk standar etika yang tinggi. b. Komitmen terhadap kompetensi Manajemen harus merinci tingkat kompetensi yang di inginkan untuk pekerjaan utama dan menerjemahkan keinginan tingkat kompetensi dalam pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. c. Filosofi manajemen dan gaya operasi 24 Filosofi dan gaya operasi manajemen normalnya memiliki dampak menembus pada suatu kesatuan. Ini tentunya tidak terlihat tetapi satu dapat terlihat untuk tanda positif atau negative. d. Struktur organisasi Struktur organisasi perusahaan berfungsi untuk : a) Menetapkan wewenang dan tanggung jawab dalam perusahaan b) Menetapkan prosedur dan kebijakan yang dapat dilaksanakan dalam perusahaan. e. Dewan Komisaris dan Komite Audit Dewan aktif dan efektif, atau komite akan memberikan fungsi pengawasan dan karena kemampuan manajemen untuk mengesampingkan sistem pengendalian, dewan memainkan peranan penting dalam menjamin keefektifan pengendalian internal. f. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab Metode komunikasi mengenai wewenang dan tanggung jawab yang bersifat formal dapat dituangkan ke dalam bentuk kebijakan dan prosedur secara tertulis. g. Kebijakan dan praktek sumber daya manusia Aspek yang paling penting dalam pengendalian internal adalah para pekerja. Jika para pekerja tersebut kompeten, maka pengendalian yang lain dapat diterapkan serta hasil laporan keuangan dapat disajikan dengan baik. Sebenarnya efisiensi pekerja dapat diselenggarakan pada tingkat yang tinggi, dimana didukung oleh beberapa pengendalian yang mendukung pekerja tersebut. 2. Penaksiran risiko Perusahaan harus dapat menyadari dan menghadapi apabila terjadi risiko dalam perusahaan. Termasuk perbaikan tujuan, penggabungan aktivitas penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan aktivitas lain dalam organisasi adalah operasi yang harus diperhatikan. Termasuk penetapan peralatan untuk mengidentifikasikan, menganalisa dan mengelola risikorisiko yang berhubungan. 25 3. Informasi dan Komunikasi Tujuan dari sistem informasi akuntansi adalah mengidentifikasi, mengumpulkan, mengklasifikasi, menganalisa, mencatat dan melaporkan transaksi perusahaan dan untuk memelihara pertanggung jawaban yang berhubungan dengan aktiva tetap. Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personil yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada didalam maupun diluar organisasi. 4. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dapat digolongkan kedalam berbagai kelompok. Aktivitas pengendalian dikategorikan sebagai berikut: 1) Pemisahan tugas yang cukup 2) Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas 3) Dokumen dan catatan yang memadai 4) Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan 5) Pengecekan independen atas pelaksanaan. 5. Pemantauan Pemantauan adalah aktivitas penilaian keefektivan tentang rancangan dan operasi pengendalian internal secara terus menerus atau secara periodik oleh manajemen untuk menentukan apakah operasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 2.6.3 Tujuan Pengendalian Intern Pengendalian intern yang diterapkan oleh manajemen harus memadai agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan pengendalian intern menurut Mulyadi (2002:180) adalah sebagai berikut : 26 “Tujuan pengendalian intern adalah memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu : (1) Keandalan, (2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, (3) Efektivitas dan efisiensi operasi”. Adapun tujuan pengendalian internmenurut AICPA (American Institute Certified Public Accountan) yang dikutip dan dialih bahasakan oleh La Midjan dan Azhar Susanto (2001:136) adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Mengamankan harta perusahaan Menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi perusahaan Meningkatkan efisiensi operasi perusahaan Ketaatan pada kebijakan-kebijakan yang telah digariskan pimpinan perusahaan. Penjelasan lebih lanjut mengenai tujuan pengendalian intern di atas diuraikan berikut ini : 1. Mengamankan harta perusahaan Harta perusahaan perlu diamankan dari segala kemungkinan yang akan merugikan perusahaan berupa pencurian, penyelewengan, kecurangan dan lain-lain, baik secara fisik maupun administratif. Untuk mengawasi kemungkinan tersebut, maka perlu dirancang berbagai metode dan cara-cara tertentu untuk mencegah kecurangan. 2. Menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi perusahaan Informasi yang keluar dari catatan akuntansi dalam bentuk laporan keuangan yang berisi informasi akuntansi keuangan dan laporan manajemen yang berisi informasi akuntansi antara lain, harus dapat dipercaya, tidak menyesatkan, dan mapu diuji kebenarannya. Catatan akuntansi harus terus menerus diuji coba agar kebenaran data akuntansi dapat dipertahankan. Untuk dapat melaksanakan uji coba tersebut, maka perlu dipisahkan berbagai fungsi yang ada dalam struktur organisasi perusahaan, terutama yang menyangkut transaksi keuangan. 3. Meningkatkan efisiensi perusahaan 27 Dengan digunakan berbagai metode dan prosedur untuk mengendalikan biaya yaitu dengan menyusun biaya standar, maka akan menjadi alat yang efektif untuk mengendalikan biaya yang bertujuan menciptakan efisiensi. 4. Ketaatan pada kebijakan yang telah digariskan perusahaan Kebijakan pimpinan yang telah ditetapkan dengan surat keputusan, juga merupakan alat pengendalian yang penting dalam perusahaan yang harus ditaati dan dijalankan oleh setiap karyawan. Dengan surat keputusan, pimpinan perusahaan dapat mengendalikan berbagai aktivitas perusahaan khususnya pengeluaran. 2.6.4 Keterbatasan Pengendalian Intern Struktur pengendalian intern tidak dapat dianggap sepenuhnya efektif, meskipun telah dirancang dan disusun sebaik-baiknya. Bahkan meskipun pengendalian intern yang ideal telah dirancang, keberhasilannya tetap tergantung pada kompetensi dan keandalan pelaksanaannya. Jadi bagaimana pun pengendalian intern itu disusun dengan sarana dan prasarana peralatan yang modern tetap tidak akan terlepas dari kemungkinan adanya suatu penyelewengan atau kecurangan, pengulangan pekerjaan dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien. Karena pada dasarnya pengendalian intern mempunyai keterbatasan yang melekat, yang mau tidak mau perlu disadari. Menurut Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (1998:173) pengendalian intern memiliki keterbatasan bawaan, yaitu: 1. Kesalahan dalam pertimbangan Seringkali, manajemen dan personel lain dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu atau tekanan lain. 2. Gangguan dalam pengendalian Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau karena kelalaian. 3. Kolusi (collusion) Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi (collusion). Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terditeksinya kecurangan oleh pengendalian yang dirancang. 28 4. Pengabaian oleh manajemen Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah, seperti kepentingan pribadi, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan semu. 5. Biaya lawan manfaat Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. 2.7 Aktiva Tetap 2.7.1 Pengertian Aktiva Tetap Pengertian aktiva tetap menurut Mulyadi (2002:179) adalah sebagai berikut: “Aktiva Tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun , dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2000:16-1) adalah : “Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap adalah harta berwujud yang dimiliki oleh perusahaan, digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan yang umumnya lebih dari satu periode akuntansi. 2.7.2 karakteristik Aktiva Tetap Menurut Harnanto (2002:314) setiap item yang dapat digolongkan sebagai aktiva tetap berwujud, harus mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan Mempunyai bentuk fisik Memberikan manfaat dimasa yang akan datang Dipakai atau digunakan secara aktif di dalam kegiatan normal perusahaan, atau dimiliki tidak sebagai investasi atau untuk dijual kembali 5. Mempunyai masa manfaat lebih permanen (lebih dari satu periode akuntansi). 29 Dari penjelasan di atas dapat diartikan sebagai berikut: 1. Aktiva tetap menggambarkan fisik untuk mempermudah produksi barang lain atau memberikan jasa pada perusahaan atau pelanggannya pada operasi normal perusahaan. 2. Umumnya aktiva tetap mempunyai umur terbatas dan di akhir hidupnya harus diganti. Masa hidup aktiva dapat diestimasi jumlah tahun yang didasarkan pada pemakaian dan keausan yang disebabkan oleh berbagai elemen baik variable maupun tidak. 3. Nilai aktiva tetap tergantung dari kemampuannya untuk memaksakan pihak-pihak lain di dalam memperoleh hak-hak kepemilikan secara hukum atas penggunaannya dari pada kemampuan dari pemaksaan kontrak. 4. semuanya non moneter, manfaatnya diterima berasal dari penggunaan atau penjualan jasanya dari pada konversi sejumlah uang tertentu. 5. Umumnya jasa-jasa yang timbul, diterima lebih panjang dari siklus operasi bisnis (lebih dari satu tahun). 2.8 Pengendalian Intern Aktiva Tetap Menurut La Midjan dan Azhar Susanto (2001:292) unsur-unsur dari pengendalian internal atas aktiva tetap adalah : 1. Adanya budget untuk pembelian aktiva tetap yang disetujui oleh pejabat yang berwenang. Persetujuan ini biasanya dilakukan dalam berbagai tingkat tergantung dari jenis dan harga aktiva tetap yang bersangkutan. 2. Adanya kebijaksanaan kapitalisasi secara tertulis, yakni yang membedakan antara pengeluaran yang dianggap sebagai aktiva tetap dan pengeluaran bukan aktiva tetap. 3. Adanya kartu induk dan kartu eksploitasi berikut pengarsipan atas dokumen pemiliknya, perolehan dan nomor induk. Setiap terjadi prosedur perolehan aktiva tetap dilaporkan secara rutin, terdapat pembuatan daftar aktiva tetap, terdapat pemberian kode atau tanda pengenal atas masing-masing aktiva tetap yang diperoleh. 30 4. Harus ditetapkan dengan tepat nilai residu, terdapatnya perhitungan nilai residu, terdapat pencatatan nilai residu secara akuntansi. 5. Perlu disusun sistem dan prosedur pemeliharaan (maintenance) dan pengawasan atas aktiva tetap. Setiap dokumen perolehan aktiva tetap disimpan dengan baik, dilakukan pengawasan yang baik terhadap buktibukti pemilikan aktiva tetap. 6. Pemeriksaan fisik secara rutin dan periodik. Setiap aktiva tetap yang dimilki dilakukan pengamanan dan perawatan dengan baik, setiap aktiva tetap dilakukan pengontrolan. 7. Adanya asuransi kerugian atas aktiva tetap yang bisa rusak karena kebakaran atau bencana lainnya atau kerugian karena hilang atau dicuri. Terdapat pembukuan atas pembayaran premi asuransi. 2.9 Peranan Pemeriksaan Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Intern Aktiva Tetap Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saransaran tujuan pemeriksaan menyangkut pula pembangunan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar. Adapun tujuan pengendalian intern : 1. 2. 3. 4. Mengamankan harta perusahaan Menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi perusahaan Meningkatkan efisiensi operasi perusahaan Ketaatan pada kebijakan-kebijakan yang telah digariskan pimpinan perusahaan. Sebagaimana yang telah diuraikan bahwa aktivitas-aktivitas di atas merupakan suatu fungsi kegiatan yang penting dalam organisasi, maka dalam hal ini perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari pimpinan perusahaan untuk mengawasi pelaksanaannya. Untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengendalian aktiva tetap, pimpinan perusahaan dibantu oleh staf pemeriksa intern. Staf pemeriksa intern melakukan fungsi dengan melakukan 31 penilaian terhadap pelaksanaan pengendalian aktiva tetap serta memberi saransaran yang diperlukan untuk menunjang tercapainya efektivitas. Efektivitas juga berarti hubungan antara masukan dan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan. Jadi dalam hal ini pelaksanaan pemeriksaan intern yang efektif dapat menunjang efektivitas pengendalian intern aktiva tetap.