Putusan Nomor : Put-68167/PP/M.IXB/19/2016 Jenis Pajak : Bea

advertisement
Putusan Nomor
: Put-68167/PP/M.IXB/19/2016
Jenis Pajak
: Bea Masuk
Tahun Pajak
: 2014
Pokok Sengketa
: bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah bahwa atas SPP
Nomor: SPP-133/BC.6/2014 tanggal 27 Juni 2014, Pemohon Banding mengajukan keberatan
dengan surat Nomor: 061/SC/DSI/VII/14 tanggal 18 Agustus 2014 dan dengan Keputusan
Terbanding Nomor: KEP-301/BC.8/2014 tanggal 10 Oktober 2014 permohonan Pemohon
Banding ditolak, sehingga Pemohon Banding dengan surat Nomor: 83/SC/DSI/X/14 tanggal
22 Oktober 2014 mengajukan banding;
Menurut
Terbanding
: bahwa dalam menetapkan tagihan BM dan PDRI serta pengenaan denda atas barang yang
diimpor, Terbanding telah melaksanakan semua ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan selisih jumlah barang, yaitu Pasal 86A Undangundang Kepabeanan jo. Pasal 6 ayat (1) PP Nomor 28 tahun 2008 tentang Pengenaan Sanksi
Administrasi Berupa Denda Di Bidang Kepabeanan;
Menurut
Pemohon
Banding
: bahwa sehubungan dengan SPP tanggal 27 Juni 2014 atas barang yang diimpor Pemohon
Banding Nomor: SPP-133/BC.6/2014 sejumlah Rp 247.414.000,00 dan Surat Keputusan
Terbanding Nomor: KEP-301/BC.8/2014 tanggal 10 Oktober 2014 mengenai Penetapan atas
Keberatan Pemohon Banding yang Pemohon Banding terima pada tanggal 14 Oktober 2014,
maka dengan ini Pemohon Banding mengajukan banding;
Menurut Majelis : Pemenuhan Ketentuan Formal Penerbitan SPP
bahwa SPP Nomor: SPP-133/BC.6/2014 tanggal 27 Juni 2014 diterbitkan sebagai koreksi
atas pelanggaran kepabeanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86A Undang-Undang
nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang nomor 17 Tahun 2006;
bahwa atas SPP Nomor: SPP-133/BC.6/2014 tanggal 27 Juni 2014, Pemohon Banding
mengajukan keberatan dengan Surat Keberatan Nomor: 061/SC/DSI/VII/14 tanggal 18
Agustus 2014 dan dengan Keputusan Terbanding Nomor: KEP-301/BC.8/2014 tanggal 10
Oktober 2014 permohonan Pemohon Banding ditolak, sehingga Pemohon Banding dengan
Surat Nomor: 83/SC/DSI/X/14 tanggal 22 Oktober 2014 mengajukan banding;
bahwa pada SPP Nomor: SPP-133/BC.6/2014 tanggal 27 Juni 2014 tidak mencantumkan
pertimbangan alasannya hanya menyebutkan berdasarkan Laporan Hasil Audit Nomor: LHA124/BC.62/IP/2014 tanggal 25 Juni 2014 dengan alasan penetapan “Kesalahan
pemberitahuan jumlah barang impor (selisih lebih jumlah barang antara yang tercatat pada
laporan penerimaan barang dengan pemberitahun pabean)”, untuk mengetahuinya dicari dan
diteliti pada Laporan Hasil Audit Nomor: LHA-124/BC.62/IP/2014 tanggal 25 Juni 2014
atau Surat Uraian Banding (SUB), alasan dikeluarkannya SPP bahwa terdapat selisih jumlah
barang yang diberitahukan pada PIB dibandingkan dengan Packing List dan Laporan
Penerimaan Barang (LPB), hasil pengujian kedapatan jumlah barang pada PIB tidak sesuai
dengan Laporan Penerimaan Barang (LPB) dengan rincian sebagai berikut
N
o
1
2
3
4
5
Nopen
Tanggal
001197
001198
001343
003097
009098
01/04/11
01/04/11
13/04/11
12/08/11
12/08/11
Vessel
MV.
AAA
MV.BBB
Total PIB
3.000.000
3.000.000
3.000.000
4.500.000
1.500.000
Total LPB
Selisih
9.160.030
160.030
6.051.660
51.660
Penetapan
3.053.343,33
3.053.343,33
3.053.343,33
4.525.830
1.528.830
bahwa menurut Pemohon Banding, berdasarkan berita acara hasil akhir pembongkaran akhir
yang ditandatangani pihak DDD selaku surveyor resmi yang ditunjuk pemerintah dalam
mengawasi aktifitas pembongkaran raw sugar, maupun pihak terkait Iainnya seperti
pengawas dari pihak pelabuhan maupun pengawasan gudang di lapangan yang menyatakan
bahwa hasil akhir pembongkaran kapal jumlahnya adalah berkurang atau menyusut dari
jumlah yang tertera di Bill of Lading;
N
Nama Kapal
Tahun
B/L
Jumlah Aktual
Selisih
o.
Penerimaan
Kurang
Lebih
1 MV. AAA
2011
9,000,00
8,997,910
(2,090)
0
2 MV. BBB
2011
6,000,00
5,958,590
(41,410)
0
bahwa menurut Pemohon Banding, selisih pencatatan administrasi internal disebabkan karena
adanya perbedaan jenis timbangan yang digunakan, dimana saat proses bongkar kapal di
pelabuhan penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan/weight bridge di
Pemohon Banding yang dibandingkan dengan timbangan di pelabuhan/PT. CCC yang
kemudian digunakan sebagai acuan para pihak terkait yaltu Pemohon Banding selaku pemilik
barang, PT. CCC selaku pemilik pelabuhan dan PT. DDD sebagai surveyor independen
dalam menghitung hasil akhir pembongkaran yang menyatakan susut dari BL. Dalam
pencatatan Pemohon Banding saat pelaksanaan stock opname adalah dengan menggunakan
timbangan Chronos di bagian produksi sebagai acuan timbangan, sehingga perbandingan
antara berita acara saat pembongkaran kapal dan hasil akhir pencatatan stock opname
menunjukkan angka yang berbeda, hal ini dapat dijelaskan melalui kalibrasi laboratorium
metrologi bahwa kedua timbangan ini mempunyai kalibrasi toleransi yang berbeda;
bahwa menurut Pemohon Banding, secara keseluruhan jumlah penerimaan quantity kapal
Pemohon Banding adalah susut/short yang besar dan Pemohon Banding tetap membayar
kewajiban pajak impor secara penuh sesuai angka Bill of Lading meskipun quantity barang
yang diterima berkurang dan Pemohon Banding tidak diberi kesempatan untuk meminta
kembali kelebihan bayar pajak impor yang telah diterima oleh negara;
bahwa menurut Pemohon Banding, DDD adalah badan independen resmi yang ditunjuk
pemerintah melalui surat keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:
594/MPP/Kep/9/2004 dalam pelaksanaan verifikasi atau penelusuran teknis Impor gula yang
mencakup spesifikasi gula, Icumsa gula, nomor HS, jumlah gula yang diimpor, waktu
pengapalan, serta pelabuhan bongkar. Maka pelaksanaan pembongkaran dan pencatatan
pembongkaran Pemohon Banding sudah sesuai dengan standar operasi yang ditetapkan oleh
pemerintah, seharusnya hasil akhir draft survey dan berita acara yang ditandatangani oleh
DDD yang dianggap sebagai angka yang sah Iegalitasnya, bukan pencatatan internal stock
opname Pemohon Banding seperti yang dilakukan oleh pihak Terbanding pada saat
pelaksanaan audit dan dijadikan dasar pihak Terbanding dalam menerbitkan Surat Penetapan
Pabean;
bahwa menurut Majelis, SPP Nomor: SPP-133/BC.6/2014 tanggal 27 Juni 2014 yang
diterbitkan oleh Terbanding ditandatangani oleh Pelaksana Tugas atau Plt. Direktur Audit an.
Direktur Jenderal, yaitu oleh saudara EEE ;
bahwa Pasal 31 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak antara lain
menyatakan:
(1) Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutus Sengketa
Pajak.
(2) Pengadilan Pajak dalam hal Banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas
keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
bahwa Pasal 1 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak antara lain
menyatakan:
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
4.
Keputusan adalah suatu penetapan tertulis di bidang perpajakan yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan dan
dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
bahwa berdasarkan Peraturan perundang-undangan mengenai Pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dalam jabatan struktural diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun
2000 (PP) yang menyebutkan:
Pasal 4 ayat (1):
Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
dalam dan dari Jabatan struktural ditetapkan dengan keputusan
pejabat yang berwenang
Pasal 1 angka 8:
Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berwenang mengangkat,
memindahkan, dan/atau memberhentikan Pegawai Negeri Sipil dalam
dan dari Jabatan struktural sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
bahwa terkait dengan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Kepala BKN
mengeluarkan Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: K.26-20/V.24-25/99 tanggal
10 Desember 2001 Perihal: Tatacara Pengangkatan PNS sebagai Pelaksana Tugas:
huruf a. Pengangkatan sebagai Pelaksana Tugas tidak perlu ditetapkan dengan surat
keputusan pengangkatan dalam jabatan, melainkan cukup dengan surat perintah
dari Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk, karena yang
bersangkutan masih melaksanakan tugas jabatannya yang definitif (contoh
terlampir);
Huruf g. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai Pelaksana Tugas tidak memiliki
kewenangan untuk mengambil atau menetapkan keputusan yang mengikat seperti
pembuatan DP-3, penetapan surat keputusan, penjatuhan hukuman disiplin, dan
sebagainya;
bahwa dasar wewenang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam dan dari
jabatan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009:
Pasal 12:
(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pusat di lingkungannya dalam dan dari Jabatan
struktural eselon II ke bawah atau jabatan fungsional yang Jenjangnya setingkat dengan
itu.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
wewenangnya atau memberi kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk
menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
dalam dan dari Jabatan struktural eselon III ke bawah atau jabatan fungsional yang
Jenjangnya setingkat dengan itu.
Pasal 1 angka 3 yang menyebutkan antara lain: “Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat
adalah Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, Kepala
Kepolisian Negara………………… dst…”
bahwa Pengangkatan Pelaksana Tugas (Plt.) dan Kewenangannya ditetapkan juga dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 117/PMK.01/2009 tanggal 25 Juni 2009 tentang
Pengangkatan Pelaksana Tugas dalam Jabatan Struktural di Lingkungan Departemen
Keuangan.
Pasal 8 ayat (4):
Pejabat yang berwenang mengangkat Plt adalah:
a. Menteri Keuangan untuk Plt Jabatan struktural eselon II berdasarkan usulan Pimpinan
Unit Eselon I yang bersangkutan melalui Sekretaris Jenderal; dan
b. Pimpinan Unit Eselon I untuk Plt Jabatan struktural eselon III berdasarkan usulan yang
disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon II yang membawahi Sumber Daya Manusia.
Pasal 10:
Plt tidak memiliki kewenangan untuk mengambil atau menetapkan keputusan yang mengikat
yaitu:
a. Pembuatan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3);
b. Penjatuhan Hukuman Disiplin;
c. Penetapan Surat Keputusan; dan
d. Lain-lain keputusan yang menyebabkan pengeluaran Negara.
bahwa Surat Penetapan Pabean (SPP) Nomor: SPP-133/BC.6/2014 tanggal 27 Juni 2014 yang
diterbitkan oleh Terbanding ditandatangani oleh Pelaksana Tugas atau Plt. Direktur Audit
an.Direktur Jenderal merupakan penetapan Keputusan tagihan kurang bayar kepada Pemohon
Banding sebesar Rp 247.414.000,00 (dua ratus empat puluh tujuh juta empat ratus empat
belas ribu rupiah) dan merupakan tindak lanjut Laporan Hasil Audit (LHA) Nomor: LHA124/BC.62/IP/2014 tanggal 25 Juni 2014 audit berdasarkan Pasal 86A Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, tidak sesuai dengan:
1. Huruf g Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: K.26-20/V.24-25/99 tanggal
10 Desember 2001, bahwa Plt. tidak memiliki kewenangan untuk mengambil atau
menetapkan keputusan yang mengikat seperti pembuatan DP-3, penetapan surat
keputusan, penjatuhan hukuman disiplin, dan sebagainya;
2. Pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 117/PMK.01/2009 tanggal 25 Juni 2009,
bahwa Plt. tidak memiliki kewenangan untuk mengambil atau menetapkan keputusan
yang mengikat yaitu: Penetapan Surat Keputusan;
menimbang
: bahwa berdasarkan Pertimbangan tersebut di atas, Majelis berpendapat penetapan keputusan
Terbanding tidak sah, oleh karenanya Majelis berkesimpulan membatalkan Keputusan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: KEP-301/BC.8/2014 tanggal 10 Oktober 2014,
tentang Penetapan atas Keberatan Pemohon Banding Terhadap Penetapan Yang Dilakukan
Oleh Pejabat Bea Dan Cukai, dan Surat Penetapan Pabean (SPP) Nomor: SPP-133/BC.6/2014
tanggal 27 Juni 2014, sehingga tagihannya menjadi nihil;
Mengingat
: Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Undang-undang Nomor 10
Tahun 1995 Tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor
17 Tahun 2006, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan perkara
ini;
Memutuskan
: Mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding dan membatalkan
Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: KEP-301/BC.8/2014 tanggal 10 Oktober
2014 tentang Penetapan atas Keberatan Pemohon Banding Terhadap Penetapan Yang
Dilakukan Oleh Pejabat Bea Dan Cukai, dan Surat Penetapan Pabean (SPP) Nomor: SPP133/BC.6/2014 tanggal 27 Juni 2014 berdasarkan Laporan Hasil Audit (LHA) Nomor: LHA124/BC.62/IP/2014 tanggal 25 Juni 2014, atas nama: Pemohon Banding sehingga bea masuk,
pajak dalam rangka impor dan denda administrasi yang masih harus dibayar adalah nihil;
Demikian diputus di Jakarta pada hari Kamis tanggal 17 September 2015 berdasarkan
musyawarah Majelis IXB Pengadilan Pajak, dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti
sebagai berikut:
Drs. Sunarto, M.M., M.H.
Sudirman S., S.H., M.H.
Drs. Surendro Suprijadi, M.M.
Asep Komara, S.E.
sebagai Hakim Ketua,
sebagai Hakim Anggota,
sebagai Hakim Anggota,
sebagai Panitera Pengganti,
dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Jumat tanggal 29 Januari 2016
oleh Hakim Ketua Majelis IXB dengan dihadiri oleh Hakim Anggota, dan Panitera Pengganti,
serta tidak dihadiri oleh Terbanding maupun Pemohon Banding.
Download