I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rnasa ini di negara rnaju terdapat kecenderungan meningkatnya pilihan konsu~nenpada keanekaragaman nilai, cita rasa, kesegaran dan tingkat gizi produk pangan. Perrnintaan irnpor berubah kearah produk-produk pangan jadi d m produk-produk pangan kliusus yang bernilai tinggi, karena itu terjadi perubahan-perubahan dari produkproduk di pasar-pasar dirnana pengusaha ko~noditi pangan berusaha meningkatkan penjualannya melaiui segrnentasi pasar dan penganekaragarnan produk. Implikasi yang timbul di negara-negxa pengekspor adalah sebagian peluang pasar yang ada dinegara ~najusecara cepat berubah dan konsurnen lebih menghendaki produk pangan yang berrnutu tinggi, harga relatif murah dan mudah dicari (Departernen Perindustrian, 1988). Setelah perang di~niakedua tnasyarakat lebih menyukai produk-produk ikan yang telali disiangi daripada ikan yang masili utuli. Permintaan masyariakat se~nakin~neningkat terhadap produk-produk yang siap untuk dimakan seperti : filet ikan, sosis ikan, kamaboko, fish stick dan tsukudani. Dengan dernikian per~nirltaanakan produk-produk ini sernakin tinggi sehingga produksinya sernakin bertatnbah (Tanikawa, 1985): Dengan berkernbangnya jenis ~nakanandi atas, dimana keadaan tnorfologi ikan tersebut sudah hilang, maka jenis ikan tersebut hanyalah diketaliui berdasarkan kepada label yang tertulis. Di dalarn perdagangan, keinginan produsen yang hanya ingin rnencari keuntungan yang sebesar-besarnya telah ~neriirnbulkanusaha pemalsuan daging ikan, baik dari segi jenis ikan yang tnahal diganti dengan jenis ikan yang tnurah atau penggantian dagirig ikan dengan daging jenis lain. Di Inggris jenis ikan saithe (Pollachius virens) 2 sering sekali ditambahkan kedalarn daging ikan cod (Gadus morhua) yang lebih mahal. dan ikan dab (Limanda limanda) kedalarn lemon sole (Microstomus kitt). Di Belgia, Abrarns et al. (1984) rnenyatakan bahwa filet ikan lernon sole yang dijual secara kornersil adalah filet dab sedangkan filet sole (Solea solea) adalah Glyptocephalus cynoglossus. Di Australia dari 52 filet ikan yang dijual di Melbourne hanya 18 jenis atau sekitar 25 % sesuai dengan yang tertulis pada label. Dernikian juga hanya 1 1 jenis atau sekitar 18 % barrarnundi (Lates calcalifer) yang benar dengan yang tertulis pada label dan tidak ada John dory (Zeusfaber), King george whiting (Sillaginodes punctatus) yang sesuai dengan label. Oranye roughy (Haplostethus atlanticus) adalah yang paling banyak digunakan sebagai pengganti fiiet daging ikan untuk john dory dan ban-amuncii, worwong (Nemadactylus ntacropterus) untuk snapper dan ore0 dory (Allocyttus sp) untuk john dory (Sumrner dan Mealy, 1983). Di Jepang tnasalah pernalsuan daging ikan lebih serius karena ada dua spesies ikan yang ditambahkan kedalarn filet daging ikan lain yaitu escalor (Lepidocybium flavobrunneum) dan castor oil fish (Ruvettus pretiosus) yang tnerupakan ikan beracun dan tidak diperkenankan untuk dijual (Ukishima et al., 1984). Pemalsuan daging ikan akan rnerugikan konsurnen baik dari segi ekonorni, segi kesehatan dan segi kepercayaan. Dari segi ekonorni konsurnen dirugikan karena ikan yang rnalial diganti dengan ikan yang harganya lebih rnurah. Dari segi kepercayaan karena apabila pemalsuan diketahui akan tnenirnbulkan ketidakpercayaan sehingga tidak akan lnembeli produk itu lagi, sedangkan dari segi kesehatan ketnungkinan ada orang yang alergi dengan jenis ikan tertentu, detnikian juga jika ada jenis ikan yang beracun 3 tentu akan menimbulkan penyakit pada yang metnakannya . Masalah perdagangan tentang pemalsuan dan kesalahan label ini tidak diinginkan sehingga dibutuhkan suatu prosedur yang efisien untuk mengenal spesies yang asli dari filet ikan dan produk-produk yang telah diproses untuk menjamin bahwa yang terten pada label adalah sesuai dengan jenis ikan yang dicantumkan sehingga dapat rnelindungi konsumen dan terlaksananya perdagangan yang jujur. Setiap spesies mempunyai protein yang spesifik yang masing-masing berbeda, bahkan diantara spesies yang berhubungan sangat dekat sehingga pola komponen protein ini dapat digunakan untuk mengenal keaslian suatu spesies daging ikan (Hayden, 1981; Warnecke dan Safie, 1968). Protein adalah komponen yang inerupakan ekspresi infonnasi genetik sehingga dapat mencirikan suatu organisme (Lehninger, 1982). Banyak rnetode yang telah dilakukan untuk tnendeteksi suatu pemalsuan daging dan produk-produk daging. Metode yang paling banyak digunakan untuk mengetahui spesies daging hewan, daging ikan dan binatang liar adalah secara elektroforesis dan imunologi atau gabungan dari kedua rnetode tersebut (Swart dan Wilks, 1982; Hamilton, 1982; King dan Shaw, 1983). Elektroforesis merupakan suatu cara untuk rnelnisahkan protein berdasarkan berat molekul maupun tnuatan dibawah pengaruh lnedan listrik (Hitchcock dan Crimes, 1985). Proses pemisahan campuran senyawa terjadi berdasarkan kepada perbedaan migrasi partikel-partikel bennuatan dalam suatu medan listrik. Elektroforesis dapat digunakan untuk selnua ragam pemisahan senyawa yang bertnuatan dan senyawa netral bila dapat dibuat menjadi komplek yang bennuatan (Huor, 1985). Komponenkomponen protein akan clipisahkiln berdasarkan perbedaan mignsi melalui suatu medium 4 pendukung dibawah pengaruh medan listrik dan terlihat berupa pita-pita dan akan rnenjadi jelas dengan adanya proses pewarnaan (Kurth dan Shaw, 1983). Protein yang mempunyai berat molekul dari 20,000-60,000 merupakan ukuran yang ideal untuk pe~nisahansecara elektroforesis dengan menggunakan poliakrilamide gel. Pola elektroforesis ini tidak tergantung pada besar, umur, sex atau keadaan fisiologi ikan sehingga baik sekali dilakukan untuk contoh yang tidak diketahui (Mackie, 1980; Toom et al., 1982). Dalam ikan segar pengenalan spesies daging lebih mudah ciilakukan karena masih terdapat protein asli yang terlarut. Tetapi dalam daging ikan yang telah diproses dengan pemanasan ha1 ini agak sukar karena sebagian protein telah terdenatunsi sehingga kelarutan protein setnakin leinah dan pada waktu elektroforesis pita-pita protein tnenjadi tidak jelas. Untuk mengatasi ha1 ini rnaka digunakan pelarut yang kuat yaitu urea yang melepaskan ikatan beberapa fragtnen protein yang telah terdenaturasi sehingga dapat dilakukan analisis protein. Metode imunodifusi juga telah banyak digunakan untuk mengenal keaslian suatu spesies daging ikan. Metode ini berdasarkan kepada suatu reaksi yang spesifii antara ekstrak daging (antigen) dengan suatu antiserum (antibodi) sehingga terbentuk presipitasi (Stites, 1984). Beberapa metode yang digunakan untuk rnengenal spesies daging ialah dengan m e t d e difusi tunggal clan metode difusi ganda. Pada umurnnya yang banyak digunakan orang adalah metode difusi ganda dimana antigen dan antibodi berdifusi masing-masing kearah satu sama lainnya dalam suatu medium inert seperti gel agar. Tempat pertemuan antara antigen dan antibodi membentuk suatu garis presipitasi (Hayden, 1978; Swart d m Wiks, 1982). 5 Pengenalan spesies daging secara irnunodifusi rnetnerlukan pernbuatan antisera. Setiap protein asing yang masuk kedalam tubuh akan mengakibatkan pembentukan antibodi untuk melawan protein asing yang masuk tersebut. Protein asing tersebut harus dapat tnemenuhi empat kriteria supaya dapat digunakan sebagai antigen sehingga mernbentuk antibodi dalatn hewan percobaan. Keempat kriteria tersebut adalah : dapat diperoleh dalarn bentuk tnurni, dapat menimbulkan antibodi dalatn hewan percobaan, cukup stabil terhadap panas, dapat menginduksi produksi a n t i w i yang spesifik untuk spesies itu sendiri. Antisera yang akan diperoleh dapat rnernbentuk presipitasi dengan antigen yang sama sehingga dapat digunakan untuk rnendeteksi spesies yang asli dalarn suatu carnpuran atau adanya suatu pernalsuan daging yang asli dengan spesies yang lain. Besarnya persentasi pernalsuan dalarn suatu produk dapat diketahui dengan mengadakan pengenceran antigen. Antigen yang rnasih dapat rnengadakan presipitasi pada pengeceran yang tertinggi tnerupakan konsentrasi yang terdapat dalarn campunn tersebut. Dalarn penelitian ini akan dilakukan pengenalan spesies daging &an dalarn keadaan segar, daging ikan yang telah ditnasak pada 100°C selruna 30 rnenit dan daging ikan yang telah disterilisasi pada 121°C selarna 30 rnenit. Analisis kornponen protein dilakukan secara elektroforesis gel poliakrilamid tidak kontinyu (Disc-PAGE), elektroforesis gel poliakrilamid dengan adanya natriurn dodesil sulfat (SDS-PAGE), isoelektrik fokusing poliakrilamid gel (PAGIF) dan pengenalan spesies daging ikan secara itnunodifusi. B. Hipotesis 1. Setiap spesies tnetnpunyai protein yang spesifik dan dapat dipisahkan secara elektroforesis atau elektrofokusing sehingga diperoleh pola pita protein yang spesifik untuk setiap spesies. Dengan membandingkan pola pita yang spesifik ini dengan standar dapat dikend spesies contoh yang tidak diketahui. 2. Protein akan terdenaturasi akibat proses pemanasan, tetapi dengan menggunakan pelarut urea tnaka protein dapat l m t kembdi dan bila dipisahkan secara elektroforesis akan diperoleh pola spesifik spesies. 3. Antigen yang tahan panas dapat diekstrak dari jaringan ikan dan digunakan sebagai antigen untuk tnelii~nbi~lkan antisera yang Inampu ~nendeteksidaging ikan yang telah dipanaskan. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi protein spesies daging ikan dalaln keadaan segar. 2. Mengidentifikasi spesies daging ikan yang telah tnengala~nipetnasakan pada 100°C 3. Mengidentifikasi spesies daging ikan yang telah disterilisasi pada suhu 121°C selalna 7 Hasil penelitian ini digunakan antara lain: 1. Untuk ~nengetaliuispesies yang sebenarnya pada suatu produk perikanan yang tidak diketahui secara morfologi. 2. Untuk rnengetahui kemarnpuan rnetode elektoforesis, isoelektrik fokusing dan imunodifi~sidalatn mengenal spesies daging ikan sehingga dapat digunakan sebagai petneriksaan rutin di laboratoriurn. 3. Kemungkinan dapat digunakan untuk mengisolasi kornponen kornponen protein yang spesifik dari setiap spesies dan digunakan sebagai antigen dalarn rnemproduksi antisera yang spesifik urituk spesies yang menginduksinya.