bahan press release

advertisement
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Siaran Pers
RI Perlu Antisipasi Perkembangan Sektor Digital
Jakarta, 19 November—Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky
Sibarani menyatakan salah satu isu yang berkembang dalam pertemuan CEO APEC
yang menjadi perhatian BKPM adalah trend perkembangan ekonomi digital di masa
mendatang. Isu tersebut, menurut Franky, juga sejalan dengan survey PwC di antara
CEO Perusahaan Asia Pasifik yang memperoyeksikan perkembangan ekonomi digital
sebagai ekonomi masa depan. PwC dalam surveynya menyebutkan pada visi 2020,
disimpulkan bahwa Asia-Pasifik akan semakin modern dan terkoneksi dengan sektor
digital. Oleh karena itu, Franky menilai bahwa hal ini harus mendapatkan perhatian
pemerintah sehingga perlu diantisipasi.
“Para CEO APEC ini melihat bahwa perubahan di era digital ini untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi, sekaligus mendorong inovasi baru. Mereka juga melihat
Indonesia sebagai pasar potensial. Tentu dari sisi regulasi, pemerintah juga harus
siap mengantisipasinya, terutama untuk mendorong berkembangnya industri digital
di Indonesia,” jelas Franky, dalam keterangan resmi ke media hari ini (19/11).
Franky Sibarani menambahkan salah satu langkah yang dilakukan BKPM adalah
menyusun panduan investasi yang dapat menjadi fondasi perkembangan ekonomi
digital di Indonesia. Panduan investasi sektor ekonomi digital, jelas Franky, akan
mengacu kepada road map pengembangan ekonomi digital yang disusun oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Terkait panduan investasi,
BKPM menjadi vocal point untuk mengkoordinasikan masukan-masukan baik dari
kementerian dan lembaga pemerintah maupun swasta dan kalangan dunia usaha.
“Dalam survey PwC disebutkan sharing economy akan sangat berkembang, di mana
perusahaan tidak perlu memiliki aset, tapi menyewa, seperti saat ini Uber,
Airbnb yang menawarkan penginapan, dan banyak lagi. Fenomena perkembangan
bisnis berbasis online seperti Go-Jek, Grab Bike, Tokopedia, Lazada dan lainnya,
menunjukkan bisnis ini juga sudah mulai berpengaruh di Indonesia” paparnya.
Hal lain yang menjadi catatan Franky Sibarani terkait proyeksi perkembangan
ekonomi digital adalah perlunya broadband sebegai pendukung utama pertumbuhan
bisnis sektor tersebut. Merujuk kepada survei PwC tersebut, 28% CEO
menilai broadband mendorong pertumbuhan bisnis, diikuti perjanjian fasilitasi
perdagangan sebesar 26%, perjanjian perdagangan bebas 18%, koridor tranportasi
(15%), dan koridor maritim 13%.
1
“Ekonomi digital memiliki karakteristik khusus. Seperti hasil survey tentang faktor
pendorong pertumbuhan bisnis mereka, lebih banyak responden yang
menjawab broadband dari pada perjanjian perdagangan seperti TPP dan lainnya,”
tambah Franky.
Sebelumnya, PwC dalam survei yang dirilis beberapa hari lalu (16/11) menyebutkan
posisi Indonesia sebagai negara tujuan investasi utama di antara negara anggota
APEC bersama dengan RRT dan Amerika Serikat. Hasil survey menyebutkan
mayoritas responden atau 52% CEO menyatakan akan meningkatkan investasinya ke
Indonesia, dan 38% lainnya bertahan pada nilai investasi yang sama. Angka tersebut
merupakan prosentase tertinggi setelah RRT. Responden Survei PwC tersebut juga
memiliki keyakinan lebih tinggi terhadap perekonomian Indonesia dalam periode
menengah 3-5 tahun mendatang. Keyakinan tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan periode jangka pendek di jangka waktu 12 bulan mendatang.
--Selesai-Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi:
Ariesta Riendrias Puspasari
Kepala Biro Peraturan Perundang-Undangan, Hubungan Masyarakat
dan Tata Usaha Pimpinan
Jl. Jend. Gatot Subroto No.44 Jakarta 12190
Telepon : 021-5269874
HP : 08161946825
E-mail : [email protected]
2
Download