EPIDEMIOLOGI TUBERKULOSIS PARU Nama : henni Natalia hutagaol Nim :201331286 Tuberkulosis (TB atau TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB sehingga dapat menyebabkan kerusakan dan gangguan fungsi pada berbagai organ tubuh, khususnya paru-paru. TB yang menyerang jaringan parenchyma paru (tidak termasuk pleura) TB paru, sedangkan yang menyerang organ lain TB ekstra paru. TB paru tdd: 1. TB paru dengan hasil pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam) yang positif 2. TB paru BTA negatif TB ekstra (luar) paru tdd: 1. TB ekstra paru ringan, spt: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif TB unilateral, TB sendi. TB kelen jar adrenalin 2. TB ekstra paru berat, spt: Meningitis TB, TB milier, pleuritis eksudatif TB dupleks, perikarditis, peritonitis,TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan genital Etiologi Kuman penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosis yang: 1. berbentuk batang 2. tahan terhadap asam pada pewarnaan sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). GAMBARAN EPIDEMIOLOGI Di dunia Diperkirakan telah menginfeksi 1/3 penduduk dunia Tahun 1993 WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB karena pd sbagian besar Negara di dunia, TB tidak terkendali (banyak yang tidak dapat disembuhkan dan penularan terus menyebar luas) Tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi 9 juta penderita baru TB denga kematian berkisar 3 juta orang. 95% kasus TB diperkirakan terdapat di negara berkembang 75% kasus TB diperkirakan adalah populasi usia reproduktif (15-50 tahun) Di negara2 berkembang kematian karena TB mencapai proporsi 25% dari seluruh sebab kematian. Kematian karena TB pada perempuan lebh banyak karena kematian karena masalah kehamilan, persalinan dan nifas. di Indonesia SKRT 1995, menunjukkan bahwa di Indonesia,TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dab penyakit saluran napas, atau nomor 1 untuk golongan penyakit infeksi Tahun 1999, di Indonesia diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif PENULARAN & RIWAYAT ALAMIAH Penularan Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif, khususnya TB paru. Cara Penularan (transmisi) TB dapat: 1. bersifat langsung melalui droplet (percikan dahak) dalam jarak dekat ketika batuk/ bersin atau 2. airborne (melalui udara) ketika droplet yang mengandung kuman di udara terhidup ke saluran napas. Droplet yang mengdnung kuman tsb dapat bertahan di udara bersuhu kamar selama beberapa jam. Kemungkinan terinfeksi TB tergantung konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara. Risiko penularan tahunan (Annual Risk of TB infection=ARTI) adalah risiko penduduk untuk terinfeksi TB setiap tahunnya. ARTI di Indonesia berkisar 1-3 %, artinya diantara 1000 penduduk, 10 - 30 orang akan terinfeksi setiap tahunnya. Riwayat Alamiah Infeksi primer Infeksi primer adalah infeksi yang terjadi saat pertama kali terpajan kuman TB. Perjalanan infeksi primer TB paru adalah sbb: Droplet yang sangat kecil terhirup droplet melewati sistem pertahanan mukosilier bronchus bergerak ke dan menetap di alveolus mulai terjadi infeksi dg berkembangbiaknya kuman TB di paru rerjadi peradangan di paru kuman TB masuk ke saluran limfe menuju kelenjar limfe di sekitar hilus paru terbentuk kompleks primer. Infeksi dibuktikan dengan tes/ reaksi tuberkulin yang positif. Waktu mulainya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer adalah sekitar 4 – 6 minggu. Penyakit TB pasca pimer Perjalanan infeksi selanjutnya pasca infeksi primer tergantung: 1. jumlah kuman yang masuk 2. respon imunitas seluler Beberapa kemungkinan perjalanan klinis selanjutnya pasca infeksi primer: 1. imunitas seluler dapat menghentikan perkembangan/ proses infeksi, namun beberapa kuman dapat menetap dan bertahan sebagai persister atau dorman (tidur) 2. imunitas tdk dapat menghentikan pekembangan kuman dan dalam beberapa bulan akan menjadi penderita penyakit TB paru. Masa antara saatnya mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, yang dilama 6 bulan. Menurut WHO (1996), kelanjutan perjalanan infeksi tanpa pengobatan adalah: 1. 50% dapat meninggal 2. 25% sembuh sendiri (dengan imunitas tinggi) 3. 25% kronis dan tetap menular GEJALA KLINIS, DIAGNOSIS & KOMPLIKASI Gejala Klinis TB dewasa Gejala TB paru terdiri dari Gejala utama: Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih Gejala tambahan: - Batuk darah - Dahak bercampur darah - Sesak napas - Nyeri dada - Badan lemas - Nafsu makan menurun - Berat badan menurun - Malaise - Keringat malam - Demam meriang > 1 bulan Gejala Klinis TB anak Gejala umum TB anak: Berat badan menurun 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik 1 bulan walau sudah mendapat penanganan gizi baik Anorexia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat Demam lama/ berulang tanpa sebab yang jelas Limphadenopathy superfisialis yang tidak multiple dan tidak nyeri. Terutama ditemukan di daerah leher, ketiak dan lipat paha (inguinal) Gejala2 saluran napas (misal batuk lama > 30 hari) Gejala2 saluran cerna (diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan) Benjolan (masa) dan tanda2 cairan di abdomen Gejala spesifik pada anak dapat berupa: TB kulit/ skrofuloderma TB tulang/ sendi TB otak/ syaraf, spt meningitis TB Reaksi TB pada mata (konjungtivitis fliktenularis, tiberkel koroid) Dll. Diagnosis Diagnosis TB dewasa Pemeriksaan mikroskopis Diagnosis TB paru pada dewasa dapat ditegagkan dengan pemeriksaan mikroskopis terhadap BTA pada dahak. Pemeriksaan dilakukan 3 kali/ keadaan, yaitu sewaktu, pagi dan sewaktu pemeriksaan SPS. TB paru dinyatakan positif jika minimal 2 dari 3 spesimen SPS positif Pemeriksaan radiologis Jika hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS yang positif maka dapat selain pemeriksaan ulang SPS juga dapat dilakukan pemeriksaan radiologis (Rontgen) foto toraks. Jika hasil Rontgennya: 1. tampak mendukung menunjukkan gambaran TB aktif TB (+) dan diobati 2. tidak mendukung TB (-) dan pemeriksaan SPS diulangi. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah kultur (biakan) Diagnosis TB anak Diagnosis akurat adalah menemukan kuman TB pada spesimen dahak, lambung atau biopsi. Tapi pada anak-anak mendapatkan spesimen sangat sulit, sehingga diagnosis terutama bertumpu pada gejala klinis dan uji tuberkulin, plus Rontgen. Suspek TB pada anak ditegakkan jika: 1. Riwayat kontak serumah dengan penderita TB BTA positif 2. Reaksi/ uji tuberkulin (Mantoux) yang (+) yaitu kemerahan dengan indurasi > 10 mm pada anak dengan gizi baik atau > 5 mm pada anak dengan gizi buruk 3. Terdapat gejala umum TB pada anak Foto Rontgen toraks pada anak harus dibaca secara hati2 karena sering tidak khas dan interpretasinya sulit. KOMPLIKASI Komplikasi (gejala dan kondisi penyulit yang terjadi pada infeksi yang semakin lanjut) dapat berupa: Hemoptisis (batuk darah) berat syok hipovolemik atau sumbatan jalan nafas Kolaps lobus paru karena retraksi bronkial Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) Fibrosis (pembentukan jaringan ikat) Pneumotoraks (udara dalam rongga pleura) Insufisiensi kardiopulmoner Penyebaran ke organ lain, mis: otak, sendi, ginjal, usus, tulang belakang, dll. TIPE PENDERITA Tipe Penderita Tipe penderita berdasarkan riwayat terapi sebelumnya dibagi menjadi: 1. Kasus baru: penderita yang belum pernah diobati dengan OAT (Obat Anti TB) atau sudah pernah mendapat OAT < dr 1 bulan 2. Kasus Kambuh (relaps): Kasus TB yang pernah mendapay OAT dan dinyatakan sembuh, tapi berobat lagi dengan BTA (+) 3. Kasus pindahan (transfer in): Kasus yang sedang menjalani pengobatan di suatu daerah kemudian pindah ke daerah lain 4. Kasus setelah lalai (setelah default/ drop-out): kasus yang sudah pernah berobat < 1 bulan dan berhenti ≥ 2 bulan, kmd datang lagi untuk berobat umumnya dengan BTA (+) 5. Kasus gagal: adalah kasus yang: a. BTA (+) yang masih tetap (+) atau kembali jadi (+) pd akhir bulan ke 5 terapi atau lebih b. BTA (-) dengan Rontgen (+) yang menjadi BTA (+) pd akhir bulan ke 2 terapi 6. Kasus kronis : kasus dengan BTA yang masih (+)setelah selesai terapi ulang pada kelompok kasus/ kategori II (yaitu kasus kambuh). PRINSIP, TAHAPAN & PANDUAN TERAPI Prinsip terapi: Prinsip terapi meliputi: 1. Berupa kombinasi 2. jumlahnya cukup 3. dosisnya tepat 4. lama terapi 6-8 bulan Apabila tidak memenuhi prinsip pengobatan dapat terjadi resistensi kuman TB.Oleh karena itu untuk menjamin kepatuhan perlu dijalankan pendekatan DOT (directly observed treatment) atau PMO (pengawas menelan obat) dengan baik. Tahapan terapi TB Terapi TB meliputi 2 tahap: 1. Tahap intensif (awal): penderita minum obat setiap hari dibawah pengawasan ketat agar tidak terjadi resistensi, khususnya thd Rifampisin. Apabila terapinya tepat, umumnya dalam 2 minggu penderita TB BTA (+) menjadi tidak menular. Lamanya tahap ini umumnya 2 bulan. 2. Tahap lanjutan. Pada tahap ini obat yang diminum lebih sedikit, dengan ferkuensi umumnya 3 x/ minggu, tapi jangka waktu lebih lama, yaitu setidaknya 4 bulan.Tahap ini penting untuk membunuh kuman persister (dorman) sehingga terhindar dari kekambuhan. Panduan terapi TB Panduan terapi TB (menurut DepKEs RI) tergantung pada kategori pasien: 1. Kategori I (kasus baru BTA (+), kasus BTA (-),Ro (+) &, sakit berat, serta TB ekstra paru berat): 2HRZE/4H3R3 2. Kategori II (kasus kambuh, gagal , setelah lalai): 2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3 3. Kategori III (kasus BTA (-),Ro (+) &, sakit ringan, serta TB ekstra paru ringan) 2HRZ/4H3R3 Regimen yang dipakai: 1. H=Isoniasid 2. R=Rifampisin 3. Z=Pirazinamin 4. S=Streptomisin 5. E=Etambutol.