Uploaded by Irpan Pardiansah

BAB II

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberculosis (TB) Paru.
2.1.1 Pengertian TB Paru
Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar
disebabkan oleh kumanmycobacterium tuberculosis, ditemukan pertama kali pada
tahun 1882 oleh robert koch. Kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh
manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian kuman tersebut
menyebar dari paru kedalam tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfa, melalui saluran pernapasan (bronchus) atau penyebaran langsung
kebagian-bagian tubuh lainnya. Penyakit TB adlah penyakit yang ditandai
dengan gejala-gejala yang muncul dan daapat dibedakan pada orang dewasa dan
anak-anak. Gejala yang tampak pada orang dewasa biasanya batuk terus menerus
dengn dahak selama 3 minggu atau lebih, kadang-kadang dahak yang keluar
becampur dengan darah sehingga menyebabkan sesak nafas dan nyeri pada dada,
badan terasa lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sering
berkeringat
malam
hari walau
tanpa
aktivitas
dan
demam
meriang
(demam ringan) lebih dari sebulan.
Diluar tubuh manusia, kuman mycobacterium tuberkolosa hidup baik pada
lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari
(notowatmodjo. S, 2001). Mycobacterium tuberkolosa mempunyai panjang 1-4
mikron dan lebar 0,2-0,8 mikron.kuman ini mulai melayang di udarah dan di
sebut droplet nuclei (girsang,1999). Bakteri miko bakterium tuberkolosa seperti
10
halnya bakteri lian pada umumnya,akan tumubuh dengan subur pada lingkungan
dengan kelemban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80% volume sel bakteri
dan merupakan hal essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel
bakteri (gould dan brooker 2003). Manusia merupakan reservoar untuk penularan
kuman mikobakterium tuberku losa.kuman tuberkolisis menular melalui druplet
nuclei. Seseorang penderita tubrkolusis dapat menularkan 10 / 15 orang. Riwayat
kontak adalah adanya interaksi seseorang dengan penderita kuhsusnya TB paru
aktif yang semulanya seseorang tersebut sehat (tidak menderita suatu penyakit TB
paru ) kontak serumah dengan penderitah TBC salah satu faktor terjadinya TBC,
beberapa penelitian menunjukan bahwa kontak erat dengan penderita TBC BTA (
+ ) mempunyai resiko maksimum untuk terinfeksi (aditama, T.Y,1998).
2.1.2 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala klinis,
mikrobiologi, radiologi, dan patologi klinik. Pada program tuberkulosis nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis
utama6 . Pemeriksaan lain seperti radiologi, biakan dan uji kepekaan dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
Tidak dibenarkan mendiagnosis tuberkulosis hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB
paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis
2.1.3 Gejala
Gejala sistemik/umum o Penurunan nafsu makan dan berat badan. o
Perasaan tidak enak (malaise), lemah. o Demam tidak terlalu tinggi yang
11
berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.
Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. b)
Gejala khusus o Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke
paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. o Jika ada
cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
2.1.4 Cara Penularan
Cara
penularan
dari
seseorang
penderita
TBC
ditentukan
oleh
(notoatmodjo, 2007) :
1. Banyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita.
2. Penyebaran kuman diudara.
3. Penyebaran kumn bersama dahak berupa droplet dan berada disekitar
penderita TBC.
Kuman mycrobacterium tuberculosis pada penderita TB paru dapat terlihat
langsung dengan mikroskop pada sediaan dahaknya (BTA positif) dan sangat
infeksius. Sedangkan penderita yang kumannyatidak dapat dilihat lagsung dengan
mikroskop pada sediaan dahaknya (BTA negatif) dan sangat kurang menular.
Penderita TB BTA positif mengeluarkan kuman-kuman diudara dalam bentuk
droplet yang sangat kecil pada waktu bersin atau batuk. Droplet yang sangat kecil
ini mengering dengan sangat cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman
tuberculosis dan dapat bertahan diudara selama beberapa jam (notoatmodjo,
2007).
12
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap orang lain. Jika
kuman tersebut sudah menetap dalam paru orang yang menghirupnya. Kuman
mulai membela diri (berkembang biak) dan terjaadi infeksi. Orang yang serumah
dengan penderita TB BTA (+) adalah orang yang besar kemungkinannya terpapar
kuman tuberculosis (notoatmodjo, 2007). Menurut penelitian ekologi kesehatan,
tingkat penularan tuberculosis dilingkungan keluarga cukup tinggi, dimana
seorang penderita rata-rata dapat menukarkan kepada 3 orang didalam rumahnya.
Didalam rumah dengan ventilasi yang baik kuman ini dapat hilaang terbawa angin
dan akan lebih baik lagi jika ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara
yang bisa menangkap kuman TB (atmosukarto dan soewati.S,2000).
Tingginya angka kesakitan TB paru disebabkan oleh berbagai faktor yaitu
keadaan sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah (kemiskinan), tindakan
pengobatan yang masih terbatas, rendahnya suatu gizi masyarakat dan kondisi
suatu perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan (atmosukarto dan
soewati.S,2000).
2.1.5 Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu menurut Depkes (2007) yaitu:
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis
paru
adalah
tuberkulosis
yang
menyerang
jaringan(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
13
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada
Tb Paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakankuman Tb
positif.
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnyahasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelahpemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c. Tidak
ada
perbaikan
OAT.Ditentukan
setelah
pemberian
(dipertimbangkan)
antibiotika
oleh
dokter
non
untuk
diberipengobatan.
c.
Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
14
1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi kambuh
lagi.
3. Kasus setelah putus berobat (default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
4. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif ata
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
5. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan
masih
BTA
positif
setelah
selesai
pengobatan
ulangan(Depkes RI, 2006).
2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit TB paru.
Model tradisional
epidemiologi atau segitiga epidemiologi
yang
dikemukakan oleh Gordon dan La Ritch (1950), menyebabkan bahwa timbul atau
15
tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu host, agent,
dan environment. Gordon berpendapat bahwa:
1. Penyakit timbul karena ketidaseimbangan antara agent (penyebab) dan
manusia (host).
2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik
agent dan host (baik individu / kelompok).
3.
Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam
interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari
lingkungan (lingkungan social, fisik, ekonomi, dan biologis).
1. Agent (Bibit Penyakit)
Bibit penyakit (agent) adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya
atau ketidakberadaannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat menimbulkan
penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Macamnya berupa
golongan biotis (unsure hidup) dan golongan a-biotis (unsure mati). Golongan
biotis terdiri dari:
a.
Mikroorganisme (virus, bakteri, dan riketsia).
b.
Non-mikroorganisme (protozoa, metazoan / cacing).
c.
Tumbuhan (fungi atau jamur).
Agent yang mempengaruhi penularan penyakit Tuberculosis adalah kuman
Mycobacterium Tuberculosis.
2. Host (Pejamu)
Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3
puncak kejadian dan kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi)
16
dengan orang tua penderita, (2) paling luas pada masa remaja dan dewasa
muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen
kehamilan pada wanita, (3) puncak sedang pada usia lanjut. Dalam
perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak
berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup
sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi.
Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang
diakibatkan
tekanan
psikologis
dan
kehamilan
yang
menurunkan
resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi daripada populasi
yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi
sosioekonomi. Aspek
keturunan
dan
distribusi
secara
familial
sulit
terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi
keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam
keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam
infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi,
kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku
sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas
spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa resistensi,
namun sulit untuk dievaluasi.
3. Lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian
yang besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya
pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis. Keadaan
17
sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran
sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas
sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan
pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa
kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji
rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya pengalaman
sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus
peningkatan epidemi penyakit ini. Pada lingkungan biologis dapat berwujud
kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi
adalah berbahaya. Lingkungan rumah menjadi hal yang sangat penting dalam
penularan penyakit TB Paru.
2.2 Kondisi Fisik Rumah
2.2.1 Pengertian Rumah Sehat
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi
kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah
setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai
tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang
sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah
yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni Rumah
sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga
memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang
optimal. (Permenkes No.829/1999)
18
2.2.2 Aspek Yang Berpengaruh Terhadap Rumah Sehat.
Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa
aspek yang sangat berpengaruh, antara lain
1.
Sirkulasi udara yang baik
2.
Penerangan yang cukup
3.
Air bersih terpenuhi.
4.
Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan
pencemaran.
5.
Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta
tidakterpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun
udara kotor.
2.2.3 Ketentuan Persyaratan Kesehatan Perumahan
Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:
1. Bahan Bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain sebagai
berikut :
1)
Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3
2)
Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam
3)
Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
19
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai
berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding
1)
Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi
untuk pengaturan sirkulasi udara
2)
Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan
ruang bermain anak.
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
4. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi
seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan
5. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C
b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
20
d. Pertukaran udara
e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
6. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10%
dari luas lantai.
7. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus bersarang di rumah.
8. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang.
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan aiminum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.
9. Limbah
a. imbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua
orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Masalah
perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang perumahan
dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi “Setiap warga
21
negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki
rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman , serasi, dan teratur”
Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat
menempati rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup hanya sebagai
tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan, Rumah harus
mempunyai fungsi sebagai :
1. Mencegah terjadinya penyakit
2. Mencegah terjadinya kecelakaan
3. Aman dan nyaman bagi penghuninya
4. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial
2.3 Kualitas Kondisi Fisik Rumah
2.3.1 Pencahayaan
1. Pencahayaan alam
Pencahayaan Alam Diperoleh Dengan Masuknya Sinar Matahari Ke
Dalam Rungan Melalui Jendela,Celah-Celah Dan Bagian-Bagian Bangunan
Yang Terbuka. Cahaya Matahari Beguna Selain Untuk Penrangan Juga Dapat
Mengurangi Kelembaban Ruangan,Mengusir Nyamuk,Membunuh KumanKuman Penyakit Terntu Seperti Tbc,Influenza,Penyakit Mata Dan LainLain.Kebutuhan Standar Minimum Cahaya Alam Yang Memenuhi Syarat
Kesehatan Untuk Berbagi Keprluan Menurut Who Diamana Salah Satunya
Adalah Untuk Kamar Keluarga Dan Tidur Dalam Rumah Adalah 60-120 Lux.
Untuk Memperoleh Jumlah Cahaya Matahari Pada Pagi Hari Secara Optimal
22
Sebaiknya Jendela Kamar Tidur Menghadap Ke Timur.Luas Jendela Yang
Baik Paling Sedikit Mempunyai Luas 10-20 % Dari Luas Lantai.
2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan Buatan Yang Baik Dan Memenuhi Standar Dapat
Dipengaruhi Oleh:
a. Cara Pemasang Sumber Cahaya Padad Dinding Atau Langit-Langi.
b. Konstruksi Sumber Cahaya Dalam Ornament Yang Dipergunakan.
c. Luas Dan Bentuk Ruangan.
d. Penyebaran Sinar Dan Sumber Cahaya.
2.3.2 Ventilasi
Ventilasi adalah usaha untuk memelihara kondisi atmosfir yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia.tersedianya udara segar dalam
rumah atau ruangan amat dibutuhkan oleh manusia.suatu ruangan yang tidak
mempunyi sistem ventilasi yang baik dan dihuni oleh manusia akan menimbulkan
beberapa keadaan yang dapat merugikan kesehatan manusia,misalnya kadar O2
akan berkurang,kadar CO2 akan meningkat,ruangan berbau,kelembaban udara
dalam ruangan akan meningkat karena terjadi proses penguapan dari kulit
pernapasan. Didalam ruangan yang tidak memiliki ventilasi yang yang baik dan
dan lembab merupakan faktor resiko terjadinya kontak antara mycobacterim
tersebut dengan orang,sehingga terjadinya efek (sakit) (Notoatmodjo,S.2002).
Dua cara pengaturan ventilasi dalam rumah, yakni:
23
1.
Ventilasi alami
Adalah ventilasi yang terjadi secara alamiah diaman udara masuk
kedalam ruangan melalui jendela, pintu ataupun lubang angin yang
senga dibuat untuk itu. Ventilasi udara berungsi untuk melakukan
pertukaran udara dari dan menuju kedalam rumah. Untuk itu, ukuran
ventilasi udara pada bangunan rmah harus dibuat secara cukup sehingga
mampu mengalirkan udara segar yang diperlukan kedala ruangan.
Penempatan, ventilasi udara biasa dilakukan berdasarkan kebutuhan dan
arah angin yang palng doinan di lokasi rumah. Selai itu pergerakan udara
ddalam rumah bida diakibatkan oleh perbedaaan suhu antara daerah
yang terpapar sinar matahari dengan bagian yang terlindung, misalnya
adanya pepohonan di halaman rumah juga akan turut mempengaruh
proses sirkulasi udara di rumah. Upayakan agar aliran udara harus
diarahkan keruang-ruang yang sering digunakan sehingg proses
penghawaan alami biasa efisien.
2.
Ventiasi buatan.
Adalah dengan mempergunakan alat yang khusus untuk mengalirkan
udara, misalnya : mesin penghisap udara dan air conditioner
(Helmyhisyam, 2009)
Syarat-syarat dari ventilasi adalah :
a. Luas lubang ventilasi teta, minimum 5 % dari luas lantai ruangan.
Sedangkan lua lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)
minimal 5 %. Jumlah keduanya menjadi 10 % kali luas lantai ruangan.
24
Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak
terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.
b. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari
sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.
c. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang
hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan
sampai terhalang oleh barangbarag besar (lemari, dinding sekat, dan lainlain)
Pada prinsipya fungsi dari ventilasi dapat dibedakan dalam tiga bagian, yaitu
1.
Penyediaan udara segar
Dengan adanya ventilasi diharapkan menyediakan udara segar sesuai
dengan kebutuhan akan udara segar bagi penghuni rumah tersebut.
2.
Pendinginan konfekif
Pergantian udara dalam rumah dengan udara yang berasal dari luar apabila
suhunya lebih rendah akan menyebabkan rasa dingin dalam ruangan
tersebut.
3.
Pendinginan filosfis
Gerakan udara mengenai kulit akan mempercepat hilangnya panas melalui
dua jalan:
a.
Meningkatkan hilangnya panas konveksi
b.
Mempercepat penguapan dari tubuh lewat keringat
Rumah sehat kontruktif dapat dibedakan dalam 2 (dua) macam
(Notomodjo, S, 2002) :
25
2.3.3 Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah prosentase jumlah kandungan air dalam udara
Kelembaban terdiri dari 2 jenis, yaitu 1) Kelembaban absolut, yaitu berat uap air
per unit volum udara; 2) Kelembaban nisbi (relatif), yaitu banyaknya uap air
dalam udara pada suatu temperatur terhadap banyaknya uap air pada saat udara
jenuh dengan uap air pada temperatur tersebut.
Secara umum penilaian
kelembaban dalam rumah dengan menggunakan hygrometer. Menurut
indikator
pengawasan perumahan, kelembaban udara yang memenuhi syarat kesehatan
dalam rumah adalah 40‐60 % dan kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat
kesehatan adalah
< 40 % atau > 60 % (Depkes RI, 1989). Rumah yang tidak
memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan memba pengaruh
bagi penghuninya. Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme, antara lain bakteri, spiroket, ricketsia dan virus.
Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara. Selain itu
kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi
kering sehingga kurang efekti
dalam menghadang mikroorganisme.
Bakteri
mycobacterium tuberculosa seperti halnya bakteri lain, akan tumbuh dengan subur
pad
lingkungan dengan kelembaban tinggi karena air membentuk lebih dari 80
% volume sel bakteri dan merupakan hal yang essensial untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup sel bakteri (Gould
& Brooker, 2003). Selain itu menurut
Notoatmodjo (2003), kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang
baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk bakteri tuberkulosis.
Download