9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberculosis (TB) Paru. 2.1.1 Pengertian TB Paru Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kumanmycobacterium tuberculosis, ditemukan pertama kali pada tahun 1882 oleh robert koch. Kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru kedalam tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernapasan (bronchus) atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Penyakit TB adlah penyakit yang ditandai dengan gejala-gejala yang muncul dan daapat dibedakan pada orang dewasa dan anak-anak. Gejala yang tampak pada orang dewasa biasanya batuk terus menerus dengn dahak selama 3 minggu atau lebih, kadang-kadang dahak yang keluar becampur dengan darah sehingga menyebabkan sesak nafas dan nyeri pada dada, badan terasa lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sering berkeringat malam hari walau tanpa aktivitas dan demam meriang (demam ringan) lebih dari sebulan. Diluar tubuh manusia, kuman mycobacterium tuberkolosa hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari (notowatmodjo. S, 2001). Mycobacterium tuberkolosa mempunyai panjang 1-4 mikron dan lebar 0,2-0,8 mikron.kuman ini mulai melayang di udarah dan di sebut droplet nuclei (girsang,1999). Bakteri miko bakterium tuberkolosa seperti 10 halnya bakteri lian pada umumnya,akan tumubuh dengan subur pada lingkungan dengan kelemban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan hal essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri (gould dan brooker 2003). Manusia merupakan reservoar untuk penularan kuman mikobakterium tuberku losa.kuman tuberkolisis menular melalui druplet nuclei. Seseorang penderita tubrkolusis dapat menularkan 10 / 15 orang. Riwayat kontak adalah adanya interaksi seseorang dengan penderita kuhsusnya TB paru aktif yang semulanya seseorang tersebut sehat (tidak menderita suatu penyakit TB paru ) kontak serumah dengan penderitah TBC salah satu faktor terjadinya TBC, beberapa penelitian menunjukan bahwa kontak erat dengan penderita TBC BTA ( + ) mempunyai resiko maksimum untuk terinfeksi (aditama, T.Y,1998). 2.1.2 Diagnosis Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala klinis, mikrobiologi, radiologi, dan patologi klinik. Pada program tuberkulosis nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama6 . Pemeriksaan lain seperti radiologi, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis tuberkulosis hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis 2.1.3 Gejala Gejala sistemik/umum o Penurunan nafsu makan dan berat badan. o Perasaan tidak enak (malaise), lemah. o Demam tidak terlalu tinggi yang 11 berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. b) Gejala khusus o Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. o Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. 2.1.4 Cara Penularan Cara penularan dari seseorang penderita TBC ditentukan oleh (notoatmodjo, 2007) : 1. Banyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita. 2. Penyebaran kuman diudara. 3. Penyebaran kumn bersama dahak berupa droplet dan berada disekitar penderita TBC. Kuman mycrobacterium tuberculosis pada penderita TB paru dapat terlihat langsung dengan mikroskop pada sediaan dahaknya (BTA positif) dan sangat infeksius. Sedangkan penderita yang kumannyatidak dapat dilihat lagsung dengan mikroskop pada sediaan dahaknya (BTA negatif) dan sangat kurang menular. Penderita TB BTA positif mengeluarkan kuman-kuman diudara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada waktu bersin atau batuk. Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan sangat cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman tuberculosis dan dapat bertahan diudara selama beberapa jam (notoatmodjo, 2007). 12 Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap orang lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru orang yang menghirupnya. Kuman mulai membela diri (berkembang biak) dan terjaadi infeksi. Orang yang serumah dengan penderita TB BTA (+) adalah orang yang besar kemungkinannya terpapar kuman tuberculosis (notoatmodjo, 2007). Menurut penelitian ekologi kesehatan, tingkat penularan tuberculosis dilingkungan keluarga cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menukarkan kepada 3 orang didalam rumahnya. Didalam rumah dengan ventilasi yang baik kuman ini dapat hilaang terbawa angin dan akan lebih baik lagi jika ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa menangkap kuman TB (atmosukarto dan soewati.S,2000). Tingginya angka kesakitan TB paru disebabkan oleh berbagai faktor yaitu keadaan sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah (kemiskinan), tindakan pengobatan yang masih terbatas, rendahnya suatu gizi masyarakat dan kondisi suatu perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan (atmosukarto dan soewati.S,2000). 2.1.5 Klasifikasi Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu menurut Depkes (2007) yaitu: a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena: 1. Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus. 2. Tuberkulosis ekstra paru 13 Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada Tb Paru: 1. Tuberkulosis paru BTA positif a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakankuman Tb positif. d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnyahasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelahpemberian antibiotika non OAT. 2. Tuberkulosis paru BTA negatif a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif. b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis. c. Tidak ada perbaikan OAT.Ditentukan setelah pemberian (dipertimbangkan) antibiotika oleh dokter non untuk diberipengobatan. c. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu: 14 1. Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). 2. Kasus kambuh (relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi kambuh lagi. 3. Kasus setelah putus berobat (default ) Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. 4. Kasus setelah gagal (failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif ata kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan. 5. Kasus lain Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan(Depkes RI, 2006). 2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit TB paru. Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi yang dikemukakan oleh Gordon dan La Ritch (1950), menyebabkan bahwa timbul atau 15 tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu host, agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa: 1. Penyakit timbul karena ketidaseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host). 2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu / kelompok). 3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan social, fisik, ekonomi, dan biologis). 1. Agent (Bibit Penyakit) Bibit penyakit (agent) adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Macamnya berupa golongan biotis (unsure hidup) dan golongan a-biotis (unsure mati). Golongan biotis terdiri dari: a. Mikroorganisme (virus, bakteri, dan riketsia). b. Non-mikroorganisme (protozoa, metazoan / cacing). c. Tumbuhan (fungi atau jamur). Agent yang mempengaruhi penularan penyakit Tuberculosis adalah kuman Mycobacterium Tuberculosis. 2. Host (Pejamu) Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi) 16 dengan orang tua penderita, (2) paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita, (3) puncak sedang pada usia lanjut. Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi. 3. Lingkungan Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis. Keadaan 17 sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit ini. Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya. Lingkungan rumah menjadi hal yang sangat penting dalam penularan penyakit TB Paru. 2.2 Kondisi Fisik Rumah 2.2.1 Pengertian Rumah Sehat Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. (Permenkes No.829/1999) 18 2.2.2 Aspek Yang Berpengaruh Terhadap Rumah Sehat. Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain 1. Sirkulasi udara yang baik 2. Penerangan yang cukup 3. Air bersih terpenuhi. 4. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran. 5. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidakterpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor. 2.2.3 Ketentuan Persyaratan Kesehatan Perumahan Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut: 1. Bahan Bangunan a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut : 1) Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3 2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam 3) Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen. 2. Komponen dan penataan ruang rumah 19 Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut: a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan b. Dinding 1) Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara 2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak. f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap. 4. Pencahayaan Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan 5. Kualitas Udara Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut : a. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70% c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam 20 d. Pertukaran udara e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam 6. Ventilasi Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. 7. Binatang penular penyakit Tidak ada tikus bersarang di rumah. 8. Air a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang. b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan aiminum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene. 9. Limbah a. imbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah. b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah. 10. Kepadatan hunian ruang tidur Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi “Setiap warga 21 negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman , serasi, dan teratur” Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat menempati rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan, Rumah harus mempunyai fungsi sebagai : 1. Mencegah terjadinya penyakit 2. Mencegah terjadinya kecelakaan 3. Aman dan nyaman bagi penghuninya 4. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial 2.3 Kualitas Kondisi Fisik Rumah 2.3.1 Pencahayaan 1. Pencahayaan alam Pencahayaan Alam Diperoleh Dengan Masuknya Sinar Matahari Ke Dalam Rungan Melalui Jendela,Celah-Celah Dan Bagian-Bagian Bangunan Yang Terbuka. Cahaya Matahari Beguna Selain Untuk Penrangan Juga Dapat Mengurangi Kelembaban Ruangan,Mengusir Nyamuk,Membunuh KumanKuman Penyakit Terntu Seperti Tbc,Influenza,Penyakit Mata Dan LainLain.Kebutuhan Standar Minimum Cahaya Alam Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Untuk Berbagi Keprluan Menurut Who Diamana Salah Satunya Adalah Untuk Kamar Keluarga Dan Tidur Dalam Rumah Adalah 60-120 Lux. Untuk Memperoleh Jumlah Cahaya Matahari Pada Pagi Hari Secara Optimal 22 Sebaiknya Jendela Kamar Tidur Menghadap Ke Timur.Luas Jendela Yang Baik Paling Sedikit Mempunyai Luas 10-20 % Dari Luas Lantai. 2. Pencahayaan Buatan Pencahayaan Buatan Yang Baik Dan Memenuhi Standar Dapat Dipengaruhi Oleh: a. Cara Pemasang Sumber Cahaya Padad Dinding Atau Langit-Langi. b. Konstruksi Sumber Cahaya Dalam Ornament Yang Dipergunakan. c. Luas Dan Bentuk Ruangan. d. Penyebaran Sinar Dan Sumber Cahaya. 2.3.2 Ventilasi Ventilasi adalah usaha untuk memelihara kondisi atmosfir yang menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia.tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan oleh manusia.suatu ruangan yang tidak mempunyi sistem ventilasi yang baik dan dihuni oleh manusia akan menimbulkan beberapa keadaan yang dapat merugikan kesehatan manusia,misalnya kadar O2 akan berkurang,kadar CO2 akan meningkat,ruangan berbau,kelembaban udara dalam ruangan akan meningkat karena terjadi proses penguapan dari kulit pernapasan. Didalam ruangan yang tidak memiliki ventilasi yang yang baik dan dan lembab merupakan faktor resiko terjadinya kontak antara mycobacterim tersebut dengan orang,sehingga terjadinya efek (sakit) (Notoatmodjo,S.2002). Dua cara pengaturan ventilasi dalam rumah, yakni: 23 1. Ventilasi alami Adalah ventilasi yang terjadi secara alamiah diaman udara masuk kedalam ruangan melalui jendela, pintu ataupun lubang angin yang senga dibuat untuk itu. Ventilasi udara berungsi untuk melakukan pertukaran udara dari dan menuju kedalam rumah. Untuk itu, ukuran ventilasi udara pada bangunan rmah harus dibuat secara cukup sehingga mampu mengalirkan udara segar yang diperlukan kedala ruangan. Penempatan, ventilasi udara biasa dilakukan berdasarkan kebutuhan dan arah angin yang palng doinan di lokasi rumah. Selai itu pergerakan udara ddalam rumah bida diakibatkan oleh perbedaaan suhu antara daerah yang terpapar sinar matahari dengan bagian yang terlindung, misalnya adanya pepohonan di halaman rumah juga akan turut mempengaruh proses sirkulasi udara di rumah. Upayakan agar aliran udara harus diarahkan keruang-ruang yang sering digunakan sehingg proses penghawaan alami biasa efisien. 2. Ventiasi buatan. Adalah dengan mempergunakan alat yang khusus untuk mengalirkan udara, misalnya : mesin penghisap udara dan air conditioner (Helmyhisyam, 2009) Syarat-syarat dari ventilasi adalah : a. Luas lubang ventilasi teta, minimum 5 % dari luas lantai ruangan. Sedangkan lua lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimal 5 %. Jumlah keduanya menjadi 10 % kali luas lantai ruangan. 24 Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit. b. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain. c. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barangbarag besar (lemari, dinding sekat, dan lainlain) Pada prinsipya fungsi dari ventilasi dapat dibedakan dalam tiga bagian, yaitu 1. Penyediaan udara segar Dengan adanya ventilasi diharapkan menyediakan udara segar sesuai dengan kebutuhan akan udara segar bagi penghuni rumah tersebut. 2. Pendinginan konfekif Pergantian udara dalam rumah dengan udara yang berasal dari luar apabila suhunya lebih rendah akan menyebabkan rasa dingin dalam ruangan tersebut. 3. Pendinginan filosfis Gerakan udara mengenai kulit akan mempercepat hilangnya panas melalui dua jalan: a. Meningkatkan hilangnya panas konveksi b. Mempercepat penguapan dari tubuh lewat keringat Rumah sehat kontruktif dapat dibedakan dalam 2 (dua) macam (Notomodjo, S, 2002) : 25 2.3.3 Kelembaban Udara Kelembaban udara adalah prosentase jumlah kandungan air dalam udara Kelembaban terdiri dari 2 jenis, yaitu 1) Kelembaban absolut, yaitu berat uap air per unit volum udara; 2) Kelembaban nisbi (relatif), yaitu banyaknya uap air dalam udara pada suatu temperatur terhadap banyaknya uap air pada saat udara jenuh dengan uap air pada temperatur tersebut. Secara umum penilaian kelembaban dalam rumah dengan menggunakan hygrometer. Menurut indikator pengawasan perumahan, kelembaban udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam rumah adalah 40‐60 % dan kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 40 % atau > 60 % (Depkes RI, 1989). Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan memba pengaruh bagi penghuninya. Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, antara lain bakteri, spiroket, ricketsia dan virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara. Selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efekti dalam menghadang mikroorganisme. Bakteri mycobacterium tuberculosa seperti halnya bakteri lain, akan tumbuh dengan subur pad lingkungan dengan kelembaban tinggi karena air membentuk lebih dari 80 % volume sel bakteri dan merupakan hal yang essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri (Gould & Brooker, 2003). Selain itu menurut Notoatmodjo (2003), kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk bakteri tuberkulosis.