BAB II

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1
Kedudukan
Pembelajaran
Menulis
Teks
Pidato
dengan
Menggunakan Metode Kolaborasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan atau disingkat KTSP, yang
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/ daerah,
karakteristik sekolah/ daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
karakteristik peserta didik. KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan
kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan dan
diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai.
Definisi KTSP dalam Mulyasa (2008:12) adalah kurikulum operasional
yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan
yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan
Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
36.
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP menurut Mulyasa (2008:22)
yaitu untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum.
12
13
Pembelajaran keterampilan berbahasa pada dasarnya merupakan upaya
meningkatkan kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam
pelaksanaannya, keempat keterampilan itu harus mendapatkan kedudukan
pembelajaran yang seimbang dalam konteks yang dialami. Mengingat fungsi
utama bahasa sebagai alat komunikasi, maka proses pembelajaran berbahasa itu
harus diarahkan pada tercapainya keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan
maupun tertulis, baik secara pemahaman maupun penggunaan.
Di samping keterampilan berbahasa, pengajaran bahasa Indonesia juga
meliputi pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra memiliki dua macam yaitu
sebagai bahan pembelajaran di satu sisi dan sebagai sarana peningkatan
kemampuan berbahasa di sisi lain, perbandingan bobot dan sastra sebaiknya
seimbang dan dapat disajikan secara terpadu. Menulis teks pidato adalah salah
satu kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam komunikasi tertulis. Pembelajaran
menulis teks pidato merupakan kegiatan dari pembelajaran berbahasa.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
di dalam bahasa lisan maupun tulisan.
Sehubungan dengan hal di atas, kedudukan pembelajaran menulis teks
pidato dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terdapat dalam
aspek kemampuan berbahasa, pada keterampilan menulis, dengan standar
kompetensinya: mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks
pidato.
14
2.1.1
Standar Kompetensi
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia dan sastra Indonesia
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi merupakan dasar bagi peserta
didik untuk memahami dan merespon sesuatu lokal, regional, nasional, dan global
(Depdiknas,2006:260).
Yamin (2009:134) menjelaskan bahwa standar kompetensi adalah suatu
pembelajaran yang hasilnya dapat diukur, dan tercapainya tujuan, maka di dalam
memberi materi kepada siswa, para guru harus mampu menggunakan media untuk
menjelaskan, menerangkan sesuatu dalam bentuk gambar, contoh demo atau apa
saja yang tujuannya tampak nyata dan konkret bagi pembelajar.
Dalam kajian bahasa Indonesia dan standar kompetensi ada dua yaitu
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis teks pidato terdapat
dalam kemampuan berbahasa aspek menulis yang standar kompetensi yaitu
mampu mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Standar Kompetensi
merupakan suatu pembelajaran yang hasilnya dapat diukur, tercapainya tujuan,
maka di dalam memberi materi kepada siswa, menuntut guru untuk lebih kreatif,
berkualitas dan berdedikasi tinggi terhadap tugas sebagai pendidik, pengajar, dan
pelatih. Begitu pula pembelajaran menulis teks pidato dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan bagian penting dan materi pokok yang
15
harus diajarkan kepada siswa kelas X semester 2, sebab menulis teks pidato sangat
berkaitan pada tujuan pengajaran bahasa Indonesia yaitu terampil menulis.
Berkaitan dengan itu standar kompetensi yang dipilihkan yaitu mengungkapkan
informasi melalui paragraf dan teks pidato.
2.1.2
Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari
standar kompetensi. Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dikuasai oleh siswa dalam berkomunikasi lisan (mendengarkan
dan berbicara) dan tulisan (membaca dan menulis) sesuai dengan kaidah bahasa
dan sastra Indonesia, serta mengapresiasi karya sastra. Kompetensi ini harus
dimiliki dan dikembangkan seiring dengan perkembangan siswa agar dapat fasih
dalam berkomunikasi dan memecahkan masalah.
Kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan
materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan pencapaian kompetensi untuk
penelitian. Menurut Susilo (2007:140), kompetensi dasar adalah kemampuan
minimal dalam mata pelajaran yang harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa
untuk standar kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran.
Mulyasa (2008:139) membatasi kompetensi dasar sebagai sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu
sebagai rujukan penyusunan indikator. Kemampuan siswa dalam mata pelajaran
tertentu dijadikan sebagai rujukan dalam menyusun indikator.
16
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
dasar adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dalam satu mata
pelajaran tertentu dan dapat dijadikan acuan oleh guru dalam pembuatan
indikator, pengembangan materi pokok, dan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini
yang menjadi kompetensi dasar dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa
dalam menulis teks pidato.
2.1.3
Indikator
Indikator merupakan penjabaran kompetensi dasar yang dapat dijadikan
ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pelajaran. Susilo (2007:142)
mengatakan bahwa indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan,
atau respon yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk
menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kemampuan dasar/kompetensi dasar
tertentu.
Indikator menurut Mulyasa (2008:139) adalah perilaku yang dapat diukur
dan/ atau diobservasi untuk menunjukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu
yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator dikembangkan sesuai
dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi
daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional. Indikator digunakan sebagai
dasar untuk menyusun alat penilaian.
Indikator dalam menulis teks pidato di antaranya:
1)
menentukan maksud berpidato;
2)
menganalisis pendengar;
17
3)
memilih dan menyempitkan topik teks pidato;
4)
membuat kerangka teks pidato;
5)
menguraikan kerangka menjadi teks pidato;
6)
menyunting teks pidato tulisan teman.
Berdasarkan uraian di atas, penulis simpulkan bahwa indikator merupakan
kompetensi yang harus dilakukan dan dikuasai oleh siswa. Setelah pembelajaran,
siswa diharapkan dapat menulis teks pidato dengan baik.
2.1.4
Materi Pokok
Materi pokok adalah bahan pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk
mencapai suatu kompetensi dasar. Menurut Susilo (2007:140), materi pokok
adalah berupa bahan ajar esensial (konsep) yang harus dipelajari siswa dan
dikembangkan guru dalam materi pembelajaran. Pengurutan materi pokok dapat
menggunakan pendekatan prosedural, hierarkis, konkret ke abstrak dan
pendekatan tematik.
Berdasarkan uraian di atas, maka materi pokok dalam penelitian ini antara
lain:
1) menentukan maksud berpidato;
2) menganalisis pendengar;
3) memilih dan menyempitkan topik teks pidato;
4) membuat kerangka teks pidato;
5) menguraikan kerangka menjadi teks pidato;
6) menyunting teks pidato tulisan teman.
18
Berdasarkan uraian di atas, dalam pembelajaran menulis teks pidato siswa
tidak hanya belajar mengenai pengertian teks pidato, macam-macam metode teks
pidato, langkah-langkah menulis teks pidato, struktur teks pidato, namun siswa
juga dilatih dan dibimbing untuk bisa menulis teks pidato.
2.1.5
Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa dalam mempelajari
suatu materi pelajaran. Alokasi waktu perlu diperhatikan pada tahap
pengembangan
silabus
dan
perencanaan
pembelajaran.
Hal
ini
untuk
memperkirakan jumlah jam tatap muka yang diperlukan.
Susilo (2007:136) mengungkapkan bahwa dalam menentukan alokasi
waktu, prinsip yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi, luas,
ruang lingkup atau cakupan materi, frekuensi penggunaan materi baik untuk
belajar maupun di lapangan, serta tingkat pentingnya materi yang dipelajari,
Alokasi waktu yang diberikan terhadap siswa SMA untuk pembelajaran menulis
teks pidato 3 X 45 menit dalam satu kali pertemuan.
2.2
Keterampilan Menulis
2.2.1
Pengertian Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
dipelajari oleh siswa di sekolah. Melalui keterampilan menulis, siswa dituntut
untuk kreatif dan aktif dalam berpikir dan beraktivitas sebanyak mungkin
menuangkan ide-ide yang dimilikinya ke dalam bahasa tulis.
19
Menurut Akhadiah, S. dkk. (1988:2), menulis merupakan suatu proses,
yaitu proses penilaian. Ini berarti dalam melakukan kegiatan menulis ada beberapa
tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Pendapat
tersebut menunjukkan bahwa menulis merupakan kegiatan yang mempunyai
tahapan.
Sementara itu, menurut Syamsudin (1991:2), dalam arti sederhana menulis
itu mencoret-coret dengan alat tulis, dan dalam arti sesungguhnya menulis adalah
salah satu jenis keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia
sebagai alat komunikasi tidak langsung. Pendapat di atas menunjukan bahwa
menulis merupakan salah satu cara dalam melakukan komunikasi dengan orang
lain tanpa harus saling berhadapan.
Kuswari (2009:28) mengungkapkan menulis merupakan kegiatan yang
mengasyikan bahkan menulis bisa disebutkan sebagai kegiatan kreatif yang akan
mengantarkan siswa menjadi orang yang sukses di bidang karya tulis. Maksud
dari pengertian di atas bahwa dengan mempunyai kemampuan menulis dapat
membuat sukses apabila dalam tulisan tersebut mempunyai manfaat untuk dibaca.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:1219) terdapat pengertian
menulis yaitu melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang, membuat
surat) dengan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang bisa melahirkan
kreativitas seseorang. Dengan demikian, tulisan mempunyai kekuatan yang sangat
besar.
Tarigan (2005:15) menjelaskan bahwa menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
20
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Dalam
hal ini, menulis merupakan kegiatan menuangkan bahasa lisan atau isyarat
menjadi bahasa tulis (grafik) sehingga orang menjadi paham maksud dari apa
yang disampaikannya.
Begitu pula menurut Wiyanto (2006:1), menulis adalah mengubah bunyi
yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dilihat, kemudian kegiatan menulis
mengungkapkan gagasan secara tertulis. Sebuah bunyi yang terdengar, kemudian
diolah oleh pikiran, sehingga bunyi tersebut dapat dijelaskan kembali dalam
bentuk tulisan.
Alwasilah (2007:5) menyatakan bahwa menulis justru diawali dengan
penggunaan bahasa secara ekspresif dan imajinatif seperti lewat catatan harian.
Artinya, keterampilan menulis dapat diperoleh dari kebiasaan menulis.
Membiasakan menulis berarti melatih diri menggunakan kosakata dan bahasa
kemudian merangkainya, sehingga tercipta kalimat yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa menulis adalah
keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan manusia sebagai alat
komunikasi secara tidak langsung yang memiliki tahapan dalam proses
penulisannya dan menjadikan seseorang mendapat kesuksesan dalam membuat
tulisan, proses melukiskan lambang-lambang yang dapat dipahami dan melahirkan
pikiran atau gagasan dengan penggunaan bahasa secara ekspresif berdasarkan
kreativitas (seperti mengarang, membuat surat).
21
2.2.2
Tujuan Menulis
Tujuan menulis dapat mewujudkan tujuan yang tidak sederhana. Menurut
Tarigan (1994:23), tujuan menulis (the writer’s intention) adalah respons atau
jawaban yang diharapkan oleh penulis dari pembaca. Berdasarkan batasan
tersebut, maka tujuan menulis meliputi hal-hal berikut:
1)
2)
3)
4)
tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajarkan
disebut wacana informasi (informative discourse);
tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut
wacana persuasif (persuasive discourse);
tulisan yang bertujuan menghibur atau menyenangkan atau yang
mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana
kesusastraan atau literary discourse);
tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat dan
berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspressive diacourse)”.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan seseorang
menulis yaitu untuk memberitahukan, meyakinkan, menghibur, dan sebagai
ungkapan perasaan melalui sebauah tulisan.
Selanjutnya, Hugo Hartig dalam Tarigan (1994:24) mengemukakan tujuan
menulis sebagai berikut:
1) assigment purpose (tujuan penugasan), yaitu menulis yang dilakukan
untuk tujuan menyelesaikan tugas buka atas kemauan sendiri;
2) altrustic purpose (tujuan altruistik), bertujuan untuk menyenangkan
para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai
perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih
mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu;
3) persuasive purpose (tujuan persuasif), yaitu tulisan yang bertujuan
meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan;
4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan),
yaitu tulisan yang bertujuan memberi informasi atau
keterangan/penerangan kepada para pembaca;
5) self-ekpresive (tujuan pernyataan diri), yaitu tulisan yang bertujuan
memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para
pembaca;
6) creative purpose (tujuan kreatif), yaitu tulisan yang bertujuan
mencapai nilai-nilai artistic, nilai-nilai kesenian;
22
7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah), yaitu
keinginan penlis untuk memecahkan masalah dengan menjelaskan,
menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran
dan gagasan sebdiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para
pembaca.
Penulis menyimpulkan bahwa pada dasarnya kegiatan menulis dapat
memberikan keuntungan bagi penulisnya, diantaranya:
1) dapat mengenali kemampuan dan potensi diri sampai dimana
pengetahuan yang dimiliki;
2) dapat mengembangkan berbagai gagasan yang menuntut kemampuan
penalaran;
3) dapat memperluas wawasan baik secara teoretis maupun mengenai
fakta-fakta yang berhubungan;
4) dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkap
kannya secara tersurat;
5) dapat meninjau serta menilai gagasan sendiri secara objektif.
Dengan demikian, tujuan menulis dapat mengenali potensi yang ada dalam
diri dengan cara mengembangkan berbagai gagasan yang menuntut penalaran
yang disusun secara sistematik. Menulis juga dapat menambah wawsan mengenai
fakta-fakta yang berhubungan serta menilai gagasan sendiri secara objektif.
2.2.3
Manfaat Menulis
Menulis memiliki peran yang sangat penting bagi manusia yang selalu
dituntut untuk bersosialisasi dengan orang lain, banyak manfaat yang bisa
23
diperoleh dari aktivitas menulis. Komaidi (2007:12) menyebutkan beberapa
manfaat dari aktivitas menulis sebagai berikut.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Kalau kita ingin menulis pasti menimbulkan rasa ingin tahu
(curiocity) dan melatih kepekaan dalam melihat realitas di sekitar.
Kepekaan dalam melihat suatu realitas lingkungan itulah yang
kadang tidak dimiliki oleh orang yang bukan penulis.
Dengan kegiatan menulis mendorong kita untuk mencari referensi
seperti buku, majalah, Koran, jurnal dan sejenisnya. Dengan
membaca referensi-referensi tersebut tentu kita akan semakin
bertambah wawasan dan pengetahuan kita tentang apa yang akan
kita tulis.
Dengan aktivitas menulis, kita terlatih untuk menyusun pemikiran
dan argumen kita secara runtut, sistematis dan logis.
Dengan menulis secara psikologis akan mengurangi tingkat
ketegangan dan stres kita. Segala uneg-uneg, rasa senang, atau sedih
bisa ditumpahkan lewat tulisan di mana dalam tulisan orang bisa
bebas menulis tanpa diganggu atau diketahui oleh orang lain.
Dengan menulis di mana hasil tulisan kita dimuat oleh media massa
atau diterbitkan oleh suatu penerbit kita akan mendapatkan kepuasan
batin karena tulisannya dianggap bermanfaat bagi orang lain, selain
itu juga memperoleh honorarium (penghargaan) yang membantu kita
secara ekonomi.
Dengan menulis dimana tulisan kita dibaca oleh banyak orang
(mungkin puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan) membuat sang
penulis semakin popular dan dikenal oleh publik pembaca.
Pendapat
di
atas menunjukkan bahwa manfaat
menulis
adalah
menimbulkan rasa ingin tahu, mencari referensi, aktivitas menulis, mengurangi
tingkat ketegangan dan stres, dan bermanfaat bagi orang lain.
Hal serupa diungkapkan Hernowo (2005:81), manfaat menulis sebagai
berikut.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Mengatasi ihwal ketidak tahuan.
Mengelola kepercayaan yang mengekang dan tidak tepat.
Mengendalikan rasa takut.
Memperbaiki perasaan kurang menghargai diri sendidri.
Mengusir rasa gengsi.
Mengatasi ihwal ketidak tahuan.
Mengelola kepercayaan yang mengekang dan tidak tepat.
Mengendalikan rasa takut.
24
9) Memperbaiki perasaan kurang menghargai diri sendidri.
10) Mengusir rasa gengsi.
Manfaat menulis yang diungkapkan Hernowo di atas yaitu mengatasi
ketidaktahuan, maksudnya manfaat dari sering menulis sebagai penulis akan
mengetahui letak kesalahan dari tulisan yang telah penulis tulis, mengelola
kepercayaan yang mengekang dan tidak tepat, mengendalikan rasa takut,
memperbaiki perasaan kurang menghargai perasaan diri sendiri dan mengusir rasa
gengsi.
Hal yang berbeda diungkapkan Pennebaker dalam Hernowo (2005:54),
manfaat menulis sebagai berikut.
1)
2)
3)
4)
5)
Menulis menjernihkan pikiran.
Menulis mengatasi trauma.
Menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru.
Menulis membantu memecahkan masalah.
Menulis dengan bebas membantu ketika terpaksa harus menulis.
Manfaat menulis menurut Pennebeker adalah dengan seringnya menulis
akan membuat pikiran jernih, mengatasi trauma dituangkan ke dalam tulisan,
dengan menulis dapat membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru,
memecahkan masalah melalui sebuah tulisan karena semua yang ada dalam
pikiran dituangkan ke dalam tulisan, dan terakhir manfaat menulis secara bebas
dapat membantu ketika terpaksa harus menulis.
Semi (2007:4) berpendapat bahwa manfaat menulis dapat menimbulkan
rasa ingin tahu (curiocity) dan melatih kepekaan dalam melihat realitas disekitar
lingkungan itulah yang kadang tidak dimiliki oleh orang yang bukan penulis.
Seseorang dalam menulis memiliki rasa ingin tahu dan melatih kepekaannya
terhadap lingkungan sekitar.
25
Pendapat lain diemukakan oleh Laksana (2007:10), manfaat menulis dapat
menambah wawasan, melatih diri untuk berpikir lebih baik dan memelihara akal
sehat, manfaat menulis dapat memberikan kekuatan lisan dan kemahiran menulis
dengan gerakan lidah dan penanya. Manfaat menulis menambah wawasan kita
untuk berpikir lebih baik dan memelihara akal sehat.
Menurut Syamsudin (2005:3), manfaat menulis dapat membuat kegiatan
yang produktif dan ekspresif sehingga tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata
dapat bermanfaat bagi penulis. Manfaat menulis dapat mamberikan pendapat, ide,
dan pikiran melalui hasil tulisan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis
memiliki manfaat yang sangat luas. Selain dapat mengenali kemampuan dan
potensi diri, menulis merupakan cara menyampaikan pesan berupa pengetahuan,
pikiran, peasaan, dan pengalaman kita kepada orang lain.
2.2.4
Syarat-syarat Menulis
Keterampilan dasar dalam menulis, diperlukan pemahaman tentang
hakikat kegiatan menulis yang harus dipunyai dan harus dilalui sebelum dan
selama menulis. Tulisan yang baik adalah tulisan yang berisi gagasan atau topik
yang mampu menambah pemahaman dan pengetahuan pembaca. Menurut Semi,
(2007:42), syarat untuk menghasilkan tulisan yang baik dalam menulis sebaiknya
menguasai tiga keterampilan dasar, yaitu.
1) Keterampilan Berbahasa
Menulis merupakan suatu kegiatan memindahkan bahasa lisan ke
dalam bentuk tulisan dengan menggunakan lambang-lambang grafem.
Oleh sebab itu, tidak mungkin orang akan lancar menulis apabila tidak
26
memiliki keterampilan berbahasa tulis. Keterampilan berbahasa tulis,
pada dasarnya sama dengan keterampilan dengan berbahasa lisan
karena sama-sama berbentuk pencurahan gagasan dengan
menggunakan lambang bahasa. Keterampilan menggunakan bahasa
tulis yang dimaksud adalah pemakaian semua unsur bahasa, yaitu:
ejaan, kata, ungkapan, kalimat, dan pengembangan paragraf. Semua
unsur bahasa ini hendaknya digunakan dengan tepat dan efektif, yang
selalu disesuaikan dengan tujuan, isi dan latar belakang pembaca.
2) Keterampilan Penyajian
Keterampilan penyajian adalah keterampilan menyusun gagasan
sehingga kelihatan semuanya kompak dan rapi antara yang satu bagian
dengan bagian yang lain memperlihatkan kaitan atau hubungan yang
harmonis. Pada umumnya penyajian tulisan dapat dibagi dua, yaitu
cara deduktif dan cara induktif. Cara deduktif artinya penyajian yang
dimulai dari penyampaian gagasan pokok kemudian ulasan dan
penjelasan. Sebaliknya, penyajian secara induktif merupakan penyajian
yang dimulai dari uraian atau penjelasan kemudian disampaiakan
dengan cara yang baik. Cara penyajian tulisan sangat penting dikuasai.
Setiap jenis tulisan harus disampaikan dengan cara yang tepat menurut
aturan yang berlaku umum.
3) Keterampilan Perwajahan
Keterampilan perwajahan adalah keterampilan menata bentuk fisik
sebuah tulisan sehingga sebuah tulisan tersebut elihatan rapih dan
indah dipandang mata. Dalam keterampilan perwajahan yang harus
diketahui ialah, (1) penataan tifografi, seperti pemakaian huruf yang
ukurannya lebih besar, huruf miring, kalimat yang digarisbawahi, dan
menata tata muka kulit depan; (2) bagaimana memilih format, ukuran,
dan jenis kertas yang tepat. Kedua hal tersebut sangatlah penting.
Dalam menentukan bentuk fisik tulisan yang baik dapat dilakukan
dengan cara melihat atau berpedoman kepada karya tulis seseorang.
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam kegiatan
menulis sebaiknya menguasai keterampilan dasar yaitu keterampilan berbahasa,
keterampilan penyajian, dan keterampilan perwajahan.
2.3
Teks Pidato
2.3.1
Pengertian Teks Pidato
Teks pidato merupakan bahan tertulis yang siap dikomunikasikan secara
lisan. Berlatih menulis setidaknya menjadi pekerjaan yang mengasyikan lebih-
27
lebih jika dilakukan dalam bentuk nyata seperti dalam membuat teks pidato.
Umumnya kegiatan menulis berbeda dengan kegiatan mengarang, begitu juga
menulis teks pidato merupakan olah rasa dan olah pikir.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pengertian
teks pidato yaitu naskah yang mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata
yang memberikan penjelasan kepada orang banyak atau disiapkan untuk
diucapkan di depan khalayak. Dengan demikian teks pidato merupakan
pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang diucapkan di depan khalayak.
Selain itu Wiyanto (2004:2) mengungkapkan bahwa teks pidato adalah
penyampaian gagasan atau informasi kepada orang banyak secara tertulis dengan
dengan cara-cara tertentu. Secara umum teks pidato terdiri dari lima bagian, yaitu:
1) Salam pembuka.
2) Pendahuluan.
3) Isi.
4) Akhir.
5) Salam penutup.
Penggunaan sapaan bermanfaat untuk mengajak khalayak agar tetap
memperhatikan isi pidato. Selain itu, sapaan berfungsi untuk memberi tahu bahwa
topik pembicara telah berganti. Sapaan yang digunakan dalam berpidato harus
menghargai dan sesuai tatakrama dan situasi khalayak. Sapaan hendaknya tidak
menyinggung perasaan, merendahkan derajat, bersifat rasisme, dan bersifat
ejekan.
28
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian
teks pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata dengan
memperhatikan ketentuan bahasa, isi, dan sistematika pidato secara tertulis.
2.3.2
Tujuan Pidato
Tujuan sebuah pidato tergantung dari keadaan dan apa yang dikehendaki
oleh pembicara. Sesorang yang berpidato harus mampu mengungkapkan apa yang
berada di dalam pikirannya melalui lisannya, sehingga jalan pikirannya tersebut
dapat dimengerti, diketahui, dipahami dengan baik oleh khalayak.
Tujuan pidato menurut Yovinus (2008:12), pada umumnya dilakukan
untuk satu atau beberapa hal berikut ini:
1) Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan
suka rela;
2) Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain;
3) Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur, sehingga
orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
Dari uraian di atas, tujuan menulis pidato yaitu mempengaruhi orang lain,
memberi suatu pemahaman pada orang lain, dan bisa membuat orang lain senang.
Sementara itu, Rakhmat (2007:23) merumuskan tujuan pidato sebagai
berikut.
1) Pidato Informatif
Pidato informatif bertujuan untuk menyampaikan informasi.
Komunikasi diharapkan memperoleh penjelasan, menaruh minat dan
memiliki pengertian tentang persoalan yang dibicarakan. Khalayak
diharapkan mengetahui, mengerti, dan menerima informasi itu. Pidato
informatif harus jelas, logis, dan sistematis. Khalayak sulit memahami
pesan yang abstrak, meloncat-loncat.
2) Pidato Persuasif
29
Pidato persuasif ditujukan agar orang mempercayai sesuatu,
melakukannya, atau terbakar semangat dan antusiasmenya. Keyakinan
tindakan dan semangat adalah bentuk reaksi yang diharapkan. Bila
khalayak tidak mungkin dapat bertindak karena tidak ada kemampuan
untuk itu, mereka diharapkan memiliki keyakinan saja tentang
proposisi yang kita ajukan.
3) Pidato Rekreatif
Pidato paling sukar dan pling cepat diketahui hasilnya adalah pidato
rekreatif (untuk menghibur). Perhatian, kesenangan, dan humor adalah
reaksi pendengar yang diharapkan di sisni. Bahasanya bersifat enteng,
segar, dan mudah dicerna. Untuk menyampaikan pidato rekreatif,
orang bukan saja memerlukan akting yang menawan, tetapi juga
kecerdasan untuk membangkitkan tertawa. Diperlukan otak yang baik
untuk membuat humor yang baik.
Dari uraian di atas penulis simpulkan bahwa jika seseorang dapat
menyampaikan pidato yang sesuai dengan tujuannya, dan dengan bahasa yang
baik, serta dilandasi oleh pemikiran yang baik pula, maka biasanya orang akan
merasa tertarik untuk mendengar setiap perkataannya, dan memungkinkan akan
dipercaya, diikuti, serta dijalankan oleh pendengarnya.
2.3.3
Metode-metode Pidato
Pidato dapat disampaikan dengan beberapa metode. Ada pembicara yang
menggarap naskah secara lengkap, kemudian dibacanya pada kesempatan yang
disediakan baginya. Sebaliknya ada yang cukup menuliskan ide atu beberapa
catatan yang kemudian dikembangkannya sendiri pada waktu menyajikan secara
lisan. Metode manapun baik untuk dilaksanakan, tergantung pada kemampuan
pembicara. Untuk mengungkapkan ide dengan baik dan jelas maknanya
diperlukan latihan dan pengalaman yang tersendiri.
Menurut Yovinus (2008:13), metode dalam membawakan suatu pidato di
depan umum antara lain:
30
1) Metode Menghapal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu
menghapalkannya kata per kata;
2) Metode Serta Merta, yakni membawakan pidato tanpa persiapan dan
hanya mengandalkan pengalaman dan wawsan. Biasanya dalam
keadaan yang darurat dan tak terduga, banyak yang menggunakan
teknik serta merta;
3) Metode Naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang
telah dibuat sebelmnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato
resmi.
Keraf (1970:316) menyatakan bahwa dalam menyajikan pidato dikenal
ada empat macam metode sebagai berikut.
1) Metode Impromptu (serta merta)
Metode impromptu adalah metode penyajian berdasarkan kebutuhan
sesaat. Tidak ada persiapan sama sekali, pembicara secara serta-merta
berbicara berdasarkan pengetahuannya dan kemahirannya. Kesanggupan
penyajian lisan menurut cara ini sangat berguna dalam keadaan darurat,
tetapi kegunaannya terbatas pada kesempatan yang tidak terduga itu saja.
Pengetahuannya yang ada dikaitkan dengan situasi dan kepentingan saat
itu akan sangat menolong pembicara.
2) Metode Menghafal
Metode ini merupakan lawan dari metode di atas. Penyajian lisan yang
dibawakan dengan metode ini bukan saja direncanakan, tetapi ditulis
secara lengkap kemudian dihafal kata demi kata. Ada pembicara yang bisa
berhasil dengan metode ini, tetapi lebih sering menjemukan dan tidak
menarik. Ada kecenderungan untuk berbicara cepat-cepat mengeluarkan
kata-kata tanpa menghayati maknanya. Cara ini juga akan menyulitkan
pembicara untuk menyesuaikan dirinya dengan situasi dan reaksi-reaksi
pendengar selagi menyajikan gagasannya.
3) Metode Naskah
Metode ini jarang dipakai, kecuali dalam pidato-pidato resmi atau pidatopidato radio. Metode ini sifatnya masih agak kaku, sebab bila tidak
mengadakan latihan yang cukup maka pembicara seolah-olah
menimbulkan suatu tirai antara dia dengan pendengar. Mata pembicara
selalu ditujukan ke naskah, sehingga ia tak bebas menatap pendengarnya.
Bila pembicara bukan seorang ahli, maka ia pun tidak bisa memberi
tekanan dan variasi suara untuk menghidupkan pembicaraannya.
Kekurangan metode ini dapat diperkecil dengan latihan-latihan yang
intensif.
4) Metode Ekstemporan (tanpa persiapan naskah)
Metode ini sangat dianjurkan karena merupakan jalan tengah. Uraian yang
akan dibawakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan
dibuat catatan-catatan yang penting, yang sekaligus menjadi urutan bagi
uraian itu. Kadang-kadang disiapakan konsep naskah dengan tidak perlu
31
menghafal kata-katanya. Dengan mempergunakan catatan-catatan tersebut
di atas, pembicara dengan bebas berbicara serta bebas pula memilih katakatanya sendiri. Catatan-catatan tadi hanya digunakan untuk mengingat
urutan-urutan idenya. Metode ini lebih banyak memberikan fleksibilitas
dan variasi dalam memilih diksinya. Begitu pula pembicara dapat merubah
nada pembicaraannya sesuai dengan reaksi-reaksi yang timbul pada
hadirin sementara uraian itu berlangsung. Sebaliknya bila metode ini
terlalu bersifat sketsa, maka hasilnya sama dengan metode impromptu.
Pada kenyataannya, metode-metode di atas dapat digabungkan untuk
mencapai hasil yang lebih baik. Penggabungan metode yang paling sering
dilakukan adalah metode naskah dan ekstemporan. Pembicara menyiapkan uraian
secara mendalam dan terperinci dengan menyiapkan sebuah naskah tertulis.
Namun ia tidak membaca seluruh naskahnya. Naskah itu hanya dipakai untuk
membantunya dalam urutan-urutan gagsan yang akan dikemukakan.
2.3.4
Langkah-langkah Menulis Teks Pidato
Dalam penyusunan teks pidato, hendaknya kata-kata harus jelas, tepat, dan
menarik. Hindari kata-kata klise, hati-hati dalam penggunaan kata-kata pungut,
hindari vulgarisme dan kata-kata yang tidak sopan. Menurut Keraf (1970:317),
agar tidak menyimpang dari apa yang akan dibicarakan, maka akan lebih baik jika
kita mengikuti langkah-langkah menulis teks pidato sebagai berikut.
1)
Menentukan Maksud
Setiap tulisan selalu menentukan topik tertentu yang disampaikan kepada
khalayak, dan mengharapkan suatu reaksi tertentu dari pembaca atau
pendengar. Suatu uraian yang disajikan secara lisan harus pula menetapkan
suatu topik yang jelas beserta tujuan yang akan dicapai. Berdasarkan uraian
32
di atas, dalam menulis harus terlebih dahulu menentukan maksud dan
menetapkan topik.
2)
Menganalisa Pendengar dan Situasi
Ada beberapa topik yang dapat dipakai untuk menganalisa pendengar yang
akan dihadapi. Pembicara umumnya telah diberitahu pendengar mana yang
akan hadir dalam pertemuan tersebut. Sebab itu sebelum ia menganalisa
pendengar berdasarkan beberapa topik khusus, ia harus mulai dengan datadata umum. Data-data umum yang dapat dipakai untuk menganalisa para
hadirin adalah: jumlah, kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, dan
keanggotaan politik atau sosial. Berdasarkan uraian di atas, sebelum kita
menulis teks pidato terlebih dahulu menganalisa pendengar dan situasi
terlebih dahulu.
3)
Memilih dan Menyempitkan Topik
Memilih dan menyempitkan topik adalah setiap tulisan terlebih dahulu
seseorang memilih dan menyempitkan topik yang akan ditulis, yang ingin
disampaikan kepada para hadirin, dan mengharapkan suatu reaksi tertentu
daripada pembaca dan pendengar. Untuk memilih topik yang baik harus
memperhatikan beberapa aspek berikut:
1. Topik yang dipilih hendaknya sudah diketahui, kemungkinan untuk
memperoleh lebih banyak keterangan atau informasi.
2. Persoalan yang dibawakan hendaknya menarik perhatian pembicara
sendiri. Bila persoalan tidak menarik perhatiannya, maka persiapannya
merupakan hal yang sangat menjengkelkan, sehingga selalu timbul
33
bahaya bahwa pada suatu waktu pembicara meninggalkan begitu saja
topik tersebut, atau tidak menyiapkan secara mendalam.
3. Persoalan yang dibicarakan hendaknya menarik pula perhatian
pendengar. Bila persoalan tersebut sungguh-sungguh menarik perhatian
pendengar, maka pembicara tidak akan bersusah payah menjaga agar
pendengar-pendengarnya selalu mengarahkan perhatiannya kepada
pembicaraannya. Suatu topik dapat menarik perhatian pendengar karena:
a. Topik itu mengenai persoalan para pendengar sendiri.
b. Merupakan suatu jalan keluar dari suatu persoalan yang tengah
dihadapi.
c. Merupakan persoalan yang tengah ramai dibicarakan dalam
masyarakat, atau persoalan yang jarang terjadi.
d. Persoalan yang dibawakan mengandung konflik pendapat
4. Mengumpulkan Bahan
Setelah
memilih
dan
menyempitkan
topik
selanjutnya
yaitu
mengumpulkan bahan. Seperti sudah dikemukakan di atas, penyusunan
bahan-bahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu mengumpulkan bahan,
membuat kerangka karangan, dan menguraikan secara mendetail.
Mengumpulkan bahan maksudnya sebelum menulis terlebih dahulu kita
persiapkan materi terlebih dahulu sebagai bahan untuk menjadi sebuah
tulisan.
34
5. Membuat kerangka uraian
Sebelum menulis, alangkah baiknya membuat kerangka uraian terlebih
dahulu supaya tersusun dan hasilnya bisa tercapai. Untuk memanfaatkan
aspek psikologis tersebut pembicara dapat mempergunakan teknik
berikut untuk menyusun materinya:
a. Pertama-tama, dalam bagian pengantar uraiannya, ia menyampaikan
suatu orientasi mengenai apa yang akan diuraikannya, serta
bagaimana usaha untuk menjelaskan tiap bagian itu. Bila pendengar
telah mendapatkan gambaran dan kesan yang baik mengenai urutan
penyajiannya beserta kepentingan materi pembicaraanya, maka
mereka akan lebih siap untuk mengikuti uraian itu dengan cermat
dan penuh perhatian.
b. Sesudah memasuki uraian, tiap kali pembicara harus menonjolkan
bagian-bagian yang penting sebagai sudah dikemukakan pada awal
orientasinya. Tiap bagian yang ditonjolkan itu kemudian diikuti
dengan penjelasan, ilustrasi, atau keterangan-keterangan yang
sifatnya kurang penting, tetapi karena sudah ada motivasi, maka
setiap pendengar ingin mengetahui perinciannya itu. Demikian
dilakukan berulang kali dengan topik-topik penting berikutnya.
c. Pada akhir uraian, sekali lagi pembicara menyampaikan ikhtisar
seluruh uraiannya tadi, agar hadirin dapat memperoleh gambaran
secara bulat sekali lagi mengenai seluruh masalah yang baru saja
selesai dibicarakan itu.
35
6. Menguraikan secara mendetail
Setelah membuat kerangka uraian, tahap selanjutnya yaitu menguraikan
dari kerangka tersebut secara mendetail menjadi sebuah tulisan. Berapa
banyak catatan atau perincian yang diperlukan tergantung dari
penguasaan atas kerangka yang sudah dibuat. Tahap pertama dari
kerangka karangan yang dibuat yaitu bagian pengantar atau pembuka
maksudnya menyampaikan suatu orientasi, gambaran mengenai apa
yang akan di bicarakannya. Tahap kedua merupakan isi dari materi yang
akan dibicarakan sesuai dengan topik yang dipilih. Tahap ketiga penutup
yaitu kesimpulan dari materi yang sudah dibicarakan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
menulis teks pidato antara lain: 1) Menentukan maksud; 2) Menganalisa
pendengar dan situasi; 3) Memilih dan menyempitkan topik; 4) Mengumpulkan
bahan; 5) Membuat kerangka uraian; 6) Menguraikan secara mendetail.
2.4
Metode Kolaborasi
2.4.1
Pengertian Metode Kolaborasi
Alwasilah (2007:25) mengatakan bahwa, pengertian kolaborasi adalah
suatu teknik pengajaran menulis dengan melibatkan sejawat untuk saling
mengoreksi. Kolaborasi adalah ajang bertegur sapa dan bersilaturahmi ilmu
pengetahuan. Selain itu ada pembelajaran berjamaah/bersama (social learning).
Salah satu prinsipnya adalah bahwa setiap orang memiliki kelebihan tersendiri.
36
Dalam kolaborasi setiap orang dibiarkan mengembangkan potensi dan
kesenangannya masing-masing, di antaranya: menulis puisi, fiksi, atau artikel
opini. Komitmen dan niat masing-masing siswa menetukan pula keberhasilan
mereka dalam menulis teks pidato.
Metode ini biasa digunakan utuk melatih dan memberdayakan siwa dalam
kegiatan belajar mengajar. Pada kelas besar, biasanya dibuat menjadi kelompokkelompok kecil untuk berkolaborasi. Dalam setiap kelompoknya, siswa membaca
tulisan hasil menulis teks pidato temannya, kemudian mengoreksinya. Kolaborasi
ini bukan arena untuk mencari kesalahan orang lain, tetapi untuk belajar dari
kesalahan-kesalahan itu, kemudian sama-sama memperbaikinya supaya kesalahan
serupa bisa dihindari.
Dalam metode kolaborasi ini, pendekatan proses lebih ditekankan kepada
bagaimana siswa menuangkan gagasan menjadi sebuah tulisan. Setelah mendapat
komentar dan saran dari guru dan teman berupa coret-coretan perbaikan, siswa
menulis dan memperbaiki hasil tulisannya itu. Begitu seterusnya sampai tulisan
itu layak dianggap sebagai tulisan yang baik.
Pendekatan proses telah mengubah fokus dari produk tulisan kepada
proses menulis yang lebih menjanjikan siswa untuk lebih terampil dalam menulis.
Proses menulis lebih menitikberatkan pengembangan gagasan yang dicurahkan
untuk mendapatkan hasil tulisan yang optimal. Dalam kesempatan ini, guru
sebaiknya
memberikan
motivasi
kepada
mengembangkan gagasan yang dimilikinya.
siswa
untuk
lebih
berani
37
2.4.2
Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Teks Pidato dengan Metode
Kolaborasi
Pembelajaran merupakan sebuah proses. Langkah-langkah metode ini
merupakan cara yang bagus untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran
yang akan diajarkan. Selain itu, dapat menggunakannya untuk menilai tingkat
pengetahuan siswa. Alwasilah (2007:26)
mengungkapkan bahwa langkah-
langkah pembelajaran menulis teks pidato dengan menggunakan metode
kolaborasi sebagai berikut.
1)
2)
Siswa mengemukakan pengetahuannya tentang teks pidato.
Pendapat yang disampaikan siswa tentang teks pidato ditanggapi
oleh guru.
3) Siswa mengemukakan contoh teks pidato sesuai dengan yang
diketahuinya.
4) Setelah siswa mengemukakan pendapat tentang teks pidato sesuai
dengan pengtetahuan yang diketahuinya, guru menjelaskan materi
tentang teks pidato.
5) Siswa menyimak contoh teks pidato dari guru.
6) Siswa berkelompok (delapan kelompok, setiap orang terdiri atas lima
orang).
7) Siswa berkolaborasi dengan kelompoknya untuk menyatukan konsep
dan merumuskan hal-hal yang penting dalam menulis teks pidato.
8) Siswa menulis teks pidato masing-masing dengan menggunakan
bahasa sendiri, setelah berkolaborasi dengan kelompoknya tentang
hal-hal yang penting dalam menulis teks pidato.
9) Siswa berdiskusi dengan kelompoknya jika mendapatkan kendala
ketika menulis teks pidato, agar mendapatkan masukan-masukan
yang membangun dari setiap anggota kelompoknya.
10) Siswa berkolaborasi dengan kelompoknya mengoreksi/menganalisis
teks pidato yang ditulis teman sekelompoknya, dengan cara
menggaris bawahi atau mencoret kesalahan yang dibuatnya (setiap
anggota kelompok harus saling mengoreksi/ menganalisis).
11) Siswa memperhatikan hal-hal yang yang perlu diperhatikan ketika
mengoreksi/menganalisis tek pidato meliputi: kesesuaian isi dengan
topik, struktur isi pidato, pilihan kata, dan EYD (ejaan yang
disempurnakan) dalam berkolaborasi untuk mengoreksi/menganalisis
teks pidato teman sekelompoknya.
12) Siswa berkolaborasi mengoreksi/menganalisis teks pidato teman
sekelompoknya (setiap anggota kelompok harus saling mengoreksi)
38
dengan memperhatikan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika
mengoreksi/ menganalisis teks pidato meliputi: kesesuaian isi dengan
topik, struktur isi pidato, pilihan kata, dan EYD (ejaan yang
disempurnakan) dibimbing oleh guru.
13) Setelah proses kolaborasi tersebut berakhir, guru mengidentifikasi
kesalahan yang paling sering dilakukan siswa, kemudian
memberikan pengarahan agar tidak mengulangi kesalahan yang
sama.
14) Setelah itu, guru menyuruh kembali siswa untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam penulisan teks pidato dan melakukan
analisis kembali pada pertemuan atau siklus berikutnya sampai
dengan teks pidato tersebut dinilai sudah baik.
Dalam langkah-langkah di atas, siswa dituntut untuk lebih kreatif dalam
belajar serta merumuskan konsep dan kesimpulan sendiri terhadap materi yang
telah diajarkan. Setiap siswa saling mengoreksi atas kesalahannya dalam menulis
teks pidato dengan cara kerjasama.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa setelah
siswa selesai menulis teks pidato, setelah itu siswa berkolaborasi dengan
kelompoknya
mengoreksi/menganalisis
sekelompoknya.
Setelah
proses
teks
pidato
kolaborasi
yang
tersebut
ditulis
teman
berakhir,
guru
mengidentifikasi kesalahan yang paling sering dilakukan siswa, kemudian
memberikan pengarahan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
2.4.3
Kelebihan Metode Kolaborasi
Metode
digunakan
sebagai
kelancaran
kegiatan
pembelajaran.
Keberhasilan guru dalam pembelajaran bergantung pada metode apa yang
digunakan dalam pembelajaran tersebut. Setiap metode pasti ada kelebihan dan
kelemahannya. Di bawah ini akan diuraikan mengenai kelebihan metode
39
kolaborasi Alwasilah (2007: 109). Kelebihan metode kolaborasi ini diantaranya
sebagai berikut.
1) Menanamkan kerjasama dan toleransi terhadap pendapat orang lain
dan meningkatkan kemampuan menyatakan gagasan.
2) Menanamkan sikap akan menulis sebagai suatu proses karena kerja
kelompok menekankan revisi, memungkinkan siswa mengajari
sejawat, dan memungkinkan penulis yang agak lemah mengenal
tulisan karya sejawat yang lebih kuat (Lunsford: 1986).
3) Mendorong siswa saling belajar dalam kerja kelompok dan menyajikan
suasana kerja yang akan mereka alami dalam dunia professional di
masa mendatang (Allen: 1986).
4) Membiasakan koreksi diri dan menulis draf secara berulang, siswa
menjadi pembacanya yang paling setia (Brookes dan Grundy, 1990:
21).
Jadi, dengan menggunakan metode kolaborasi dapat merangsang
kreativitas siswa, dapat mengembangkan sikap, dan dapat memperluas wawasan.
Dengan menggunakan metode kolaborasi ini proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis simpulkan bahwa dengan metode
kolaborasi menanamkan kerjasama dan toleransi terhadap pendapat orang lain,
menanamkan sikap akan menulis sebagai suatu proses, mendorong siswa saling
belajar dalam kerja kelompok, dan membiasakan koreksi diri atas kesalahannya.
2.4.4
Kelemahan Metode Kolaborasi
Selain memiliki kelebihan dalam proses pembelajaran, metode kolaborasi
juga memiliki kelemahan. Menurut Alwasilah (2007:47) Beberapa kelemahan dari
metode kolaborasi sebagai berikut.
1)
Memerlukan pengawasan yang baik dari guru, karena jika tidak
dilakukan pengawasan yang baik, maka proses kolaborasi tidak akan
efektif.
40
2)
3)
4)
Ada kecenderungan untuk saling mencontoh pekerjaan orang lain.
Memakan waktu yang cukup lama, karena itu harus dilakukan dengan
penuh kesabaran.
Sulitnya mendapatkan teman yang dapat bekerjasama.
Kelemahan dalam metode kolaborasi adalah diperlukannya pengawasan
dari guru, ada kecenderungan mencontoh pekerjaan orang lain, memekan waktu
yang cukup lama, sulitnya mendapatkan teman yang dapat bekerjasama.
Berdasarkan uraian di atas, penulis simpulkan bahwa kelemahan metode
kolaborasi yaitu memakan waktu yang cukup lama dan memerlukan pengawasan
yang baik dari guru.
Download