17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kinerja

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Kinerja keuangan
2.1.1 Pengertian
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh
mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)
Untuk memutuskan suatu perusahaan memiliki kualitas yang baik maka ada
dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan untuk melihat
perusahaan tersebut telah menjalankan suatu kaidah-kaidah manajemen yang baik.
Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh
perusahaan yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh pada
balancesheet (neraca), income statement (laporan laba rugi) dan cash flow statement
(laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian
financial performance tersebut.
2.1.2 Manfaat Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja mempunyai manfaat yang dapat digabungkan oleh manajemen
antara lain :
17
18
1.
Mengelola organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan
secara
maksimal.
2.
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti :
promosi, transfer dan pemberhentian.
3.
Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria, seleksi dan evaluasi proses pelatihan karyawan.
4.
Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka.
5.
Menyediakan suatu dasar hasil distribusi penghargaan.
Kinerja suatu perusahaan yang tergambar dalam laporan keuangan menjadi
salah satu aspek yang diperhatikan oleh pemakai laporan keuangan. Oleh karena itu
manajemen suatu perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja
suatu perusahaan yang tergambar dalam laporan keuangan, yaitu dengan cara
melakukan analisis laporan keuangan. Dari hasil analisis dapat dinilai sejauh mana
kinerja suatu perusahaan.
2.1.3 Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan
Menurut Irham Fahmi dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan (2011: 238),
ada 5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara
umum, yaitu :
19
a.
Melakukan review terhadap data laporan keuangan.
Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat
tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia
akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan.
b.
Melakukan perhitungan.
Penerapan metode perhitungan di sini adalah disesuaikan dengan kondisi dan
permasalahan yang sedang di lakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut
akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.
c.
Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh
Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian di lakukan
perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya.
d.
Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang
ditemukan.
Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah
dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsirann untuk melihat
apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan.
e.
Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai
permasalahan yang ditemukan.
20
Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi
dicari solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa yang
maka
menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan.
2.2 Analisis Laporan Keuangan
Setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan, serta
dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, akan terlihat kondisi
keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah
diketahuinya berapa jumlah harta (kekayaan), kewajiban (utang) serta modal (ekuitas)
dalam neraca yang dimiliki. Kemudian juga akan diketahui jumlah pendapatan yang
diterima dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dengan
demikian, dapat diketahui bagaimana hasil usaha (laba atau rugi) yang diperoleh
selama periode tertentu dari laporan laba rugi yang disajikan. Agar laporan keuangan
menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak,
perlu dilakukan analisis laporan keuangan.
Analisis laporan keuangan umumnya dilakukan oleh para pemberi modal
seperti kreditor, investor, dan oleh perusahaan itu sendiri berkaitan dengan
kepentingan manajerial dan penilaian kinerja perusahaan. Kerangka konsep analisis
laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang diawali dari analisis kondisi
lingkungan perusahaan yang memerhatikan berbagai pihak yang berkepentingan,
kemudian informasi manajerial mulai dari visi dan misi manajemen, pengendalian
21
manajemen, sampai tingkat kebijakan operasional perusahaan, yang direfleksikan
dalam bentuk
kinerja laporan keuangan standar mencakup laporan keuangan neraca,
laba-rugi, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas ditambah catatan atas laporan
keuangan.
2.2.1 Pengertian
Analisis laporan keuangan
Dalam buku Manajemen keuangan dinyatakan bahwa, Analisis laporan
keuangan adalah alat analisis bagi manajemen keuangan perusahaan yang bersifat
menyeluruh, dapat digunakan untuk mendeteksi/mendiagnosis tingkat kesehatan
perusahaan, melalui analisis kondisi arus kas atau kinerja organisasi perusahaan baik
yang bersifat parsial maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. (Harmono,
2009:104).
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah
menganalisis antara pos-pos yang ada dalam satu laporan. Atau dapat pula dilakukan
antara satu laporan dengan laporan yang lainnya. Hal ini dilakukan agar lebih tepat
dalam menilai kemajuan atau kinerja manajemen dari periode-periode selanjutnya.
Menurut Kasmir (2008 : 68) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan dan
manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis keuangan. Secara umum
dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah :
22
1.
Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik
kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
harta,
periode.
2.
Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan.
3.
Untuk
mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan.
4.
Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke
depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5.
Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6.
Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahan sejenis tentang
hasil yang mereka capai.
2.2.3 Metode dan Teknik Analisis
Analisis-analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau pelajari daripada
hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan
posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik
analisis yang tepat. Metode dan teknik analisis digunakan untuk menentukan dan
mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat
23
diketahui
perubahan-perubahan
dari
masing-masing
pos
tersebut
bila
diperbandingkan
dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan
tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, misalnya
diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan
keuangan perusahaan lainnya.
Tujuan
penentuan metode dan teknik analisis yang tepat adalah agar laporan
keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, para pengguna
hasil analisis tersebut dapat dengan mudah untuk menginterpretasikannya.
Menurut Kasmir dinyatakan bahwa terdapat dua macam metode analisis
laporan keuangan yang bisa dipakai, yaitu sebagai berikut.
1.
Analisis Vertikal (Statis)
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode
laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu
periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak
diketahui perkembangan dari periode ke periode.
2.
Analisis Horizontal (Dimanis)
Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan
laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat
perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lain.
24
Kemudian , di samping metode yang digunakan untuk menganalisis laporan
keuangan,
terdapat beberapa jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan. Adapun
jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
1.
Analisis
perbandingan antara laporan keuangan.
2.
Analisis trend.
3.
Analisis persentase per komponen.
4.
Analisis sumber dan penggunaan dana.
5.
Analisis sumber dan penggunaan kas.
6.
Analisis rasio.
7.
Analisis kredit.
8.
Analisis laba kotor.
9.
Analisis titik pulang pokok atau titik impas (break even point).
(2008:68)
2.3
Analisis Rasio
Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan maka diperlukan suatu
tolak ukur. Tolak ukur yang sering digunakan adalah rasio. Analisis dan inteprestasi
25
dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang
kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya
didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.
Analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan
perhitungan
laba-rugi satu dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang
sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga
memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan investor
serta memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat
diperoleh.
2.3.1 Pengertian Analisis Rasio
Pengertian Analisis Rasio menurut Warsidi dan Bambang yang dikutip oleh
Irham Fahmi dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan dinyatakan :
Analisis Rasio keuangan merupakan instrument analisis prestasi perusahaan
yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk
menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi dimasa lalu
dan membantu menggambarkan trend pola perubahaan tersebut, untuk kemudian
menunjukan
risiko
dan
bersangkutan.(2011:108)
peluang
yang
melekat
pada
perusahaan
yang
26
Handono Mardiyanto menjelaskan bahwa “analisis rasio keuangan merupakan
(tools) untuk memahami laporan keuangan (khususnya neraca dan labaperalatan
rugi).” (2009:51)
2.3.2 Penggolongan Angka Rasio
Pada dasarnya angka-angka rasio dapat digolongkan menjadi dua golongan.
Golongan yang pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan
unsur dari angka rasio tersebut dan golongan yang kedua adalah didasarkan pada
tujuan dari penganalisis.
2.3.2.1 Penggolongan Angka Rasio Berdasarkan Sumber Datanya
Menurut Munawir (2002 : 68) penggolongan angka rasio berdasarkan sumber
datanya dapat dibedakan antara lain :
1.
Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios) yang tergolong dalam kategori ini
adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca,
misalnya current ratio dan quick ratio.
2.
Rasio-rasio laporan rugi-laba (income statement ratios) yaitu angka-angka rasio
yang dalam penyusunannya semua datanya diambil dari laporan rugi-laba,
misalnya gross profit margin, net operating margin, dan operating ratio.
3.
Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratios) yaitu semua angka rasio yang
penyusunan datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan rugi-laba,
27
misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat perputaran
piutang
(account receivable turn over), sales to inventory, dan sales to fixed
assets.
2.3.2.2 Penggolongan Angka Rasio Berdasarkan Tujuan Penganalisis
Penggolongan angka rasio berdasarkan pada sumber datanya sebenarnya kurang
bermanfaat bagi pihak penganalisis sebab bagi penganalisis yang penting adalah
kegunaan dari angka rasio tersebut dan kesimpulan apa yang dapat diperoleh dari
angka rasio tersebut. Jadi yang lebih berguna adalah angka-angka rasio yang dibuat
berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi laporan keuangan suatu
perusahaan.
Menurut Hampton yang dikutip oleh Djarwanto (1984 : 138) dalam bukunya
pokok-pokok analisis Laporan Keuangan dinyatakan bahwa rasio keuangan dapat
digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu :
1.
Rasio likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana. Solvency perusahaan,
kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus
dipenuhi.
2.
Rasio leverage, bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
28
3.
Rasio pemilikian, berkaitan langsung atau tidak langsung dengan keuntungan dan
likuiditas.
Membantu pemilik saham dalam mengevaluasi aktivitas dan
kebijaksanaan perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham di pasaran.
2.3.3 Jenis-Jenis Rasio
Secara umum, rasio dibagi menjadi lima jenis sebagai berikut :
1.
Rasio Likuiditas
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek atau mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo.
2.
Rasio leverage
Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk
membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal
sendiri.
3.
Rasio aktivitas
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber
daya perusahaan (penjualan, sediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
29
4.
Rasio profitabilitas
Rasio
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau
laba dalam suatu periode tertentu.
5.
Rasio pertumbuhan
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.
2.3.4 Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Menurut Irham Fahmi (2011 : 109) dinyatakan bahwa manfaat yang bisa
diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan yaitu :
a.
Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai
kinerja dan prestasi perusahaan.
b.
Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai
rujukan untuk membuat perencanaan.
c.
Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi
suatu perusahaan dari perspektif keuangan.
d.
Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan
untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya
jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.
e.
Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder
organisasi.
30
2.3.5 Keunggulan Analisis Rasio
Menurut
Sofyan Syafri Harahap yang dikutip oleh Irham Fahmi (2011 : 109)
dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan dinyatakan analisis rasio mempunyai
keunggulan sebagai berikut :
a.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca
dan ditafsirkan.
b.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c.
Mengetahui posisi perusahaan ditengah industry lain.
d.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score).
e.
Menstandardisasi size perusahaan.
f.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
g.
Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang
akan datang.
2.3.6 Keterbatasan Analisis Rasio
Menurut Agnes Sawir (2000 : 44) menyatakan bahwa keterbatasan analisis
rasio antara lain adalah :
31
a.
Kesulitan dalam mengidentifikasai kategori industri dari perusahaan yang
dianalisis
apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.
b.
Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara
penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manupulasi.
c.
Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda,
misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.
d.
Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.
2.4 Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas
2.4.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas atau sering juga disebut rasio modal kerja merupakan rasio
yang digunakan seberapa likuidnya suatu perusahaan.
Fred Weston yang dikutip oleh Kasmir (2008 : 129) dalam bukunya Analisis
Laporan Keuangan menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk
memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.
Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo,
32
baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di
dalam perusahaan
(likuiditas perusahaan).
Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila
perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam
keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban
tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid.(Kasmir, 2008 : 130)
Kasmir (2008 : 129) mengatakan bahwa, dalam praktiknya, tidak jarang pula
perusahaan mengalami kelebihan dana. Artinya jumlah dana tunai dan dana yang
segera dapat dicairkan melimpah. Kejadian ini bagi perusahaan juga kurang baik
karena ada aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal. Manajemen kurang mampu
menjalankan kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam hal menggunakan
dana yang dimiliki. Sudah pasti hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian
laba seperti yang diinginkan.
Alat untuk mengukur likuiditas perusahaan biasanya digunakan rasio-rasio
sebagai berikut :
a.
Current Ratio
Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini
menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh
aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan
33
jatuh tempo utang (Agnes Sawir, 2000 : 8). Dengan kata lain, seberapa banyak
aktiva
lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera
jatuh tempo.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Current Ratio
=
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑𝑠
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ πΏπ‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘–π‘’π‘ 
× 100%
b.
Quick Ratio
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangak
pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan
(inventory). (Kasmir, 2008 : 137)
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Quick Rasio
c.
=
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑𝑠 − πΌπ‘›π‘£π‘’π‘›π‘‘π‘œπ‘Ÿπ‘–π‘’π‘ 
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ πΏπ‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘–π‘’ 𝑠
× 100%
Cash Ratio
Rasio ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
uang kas yang tesedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat
ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara kas. (Kasmir, 2008 : 139)
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
34
Cash Rasio
=
πΆπ‘Žπ‘ π‘•
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ πΏπ‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘–π‘’π‘ 
× 100%
2.4.2 Rasio Aktivitas
Menurut Kasmir, rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.
(Kasmir, 2008 : 172), rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran rasio
aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efesien dan efektif dalam mengelola
asset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya.
Kasmir menyatakan dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan (2008 : 173),
bahwa penggunaan rasio aktivitas adalah cara membandingkan antara tingkat
penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode, artinya diharapkan
adanya keseimbangan seperti piutang dan aktiva tetap lainnya. Kemampuan
manajemen untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva yang dimiliki
merupakan tujuan utama rasio ini. Rasio-rasio aktivitas yang digunakan meliputi :
a.
Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
Rasio ini melihat sejauh mana tingkat perputaran persediaan yang dimiliki
oleh suatu perusahaan.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
35
Inventory Turnover
=
π‘ π‘Žπ‘™π‘’π‘ 
πΌπ‘›π‘£π‘’π‘›π‘‘π‘œπ‘Ÿπ‘–π‘’π‘ 
Berada Menurut Irham Fahmi (2011 : 133) menjelaskan bahwa kondisi
perusahaan yang baik adalah dimana kepemilikan persediaan dan perputaran adalah
selalu berada
dalam kondisi yang seimbang, artinya jika perputaran adalah kecil maka
akan terjadi
penumpukan barang dalam jumlah yang banyak di gudang, namun jika
perputaran terlalu tinggi maka jumlah barang yang disimpan di gudang akan kecil,
sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kehilangan bahan/barang di pasaran dalam
kejadian yang bersifat di luar perhitungan seperti gagal panen, bencana alam,
kekacauan stabilitas politik dan keamanan serta berbagai kejadian lainnya. Maka ini
bisa menyebabkan perusahaan terganggu aktivitas produksinya dan lebih jauh
berpengaruh pada sisi penjualan serta perolehaan keuntungan.
b.
Recevable Turnover (Perputaran Piutang)
Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang
ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio
menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin
rendah (bandingan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi
perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over
investment dalam piutang. (Kasmir, 2008 : 176)
36
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Receivables Turnover
=
π‘†π‘Žπ‘™π‘’π‘ 
π‘…π‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘Žπ‘π‘™π‘’
2.4.3 Rasio Profitabilitas
Tujuan
akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh
laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya.
Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan
dapat berbuat banyak baik bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan
mutu produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan
dalam praktiknya dituntut harus mamapu untuk memenuhi target yang telah
ditetapkan. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang
diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu
perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga
dengan nama rasio rentabilitas. (Kasmir, 2008 : 196)
Irham Fahmi (2011 : 135) menyatakan bahwa Rasio profitabilitas merupakan
rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh
besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan
penjualan maupun investasi. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan meliputi :
37
a.
Return on Investment (ROI)
Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu
memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan
investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset perusahaan yang ditanamkan.
(Irham
Fahmi, 2011 : 137)
Menurut Kasmir (2008 : 202) menyatakan hasil pengembalian investasi
atau lebih dikenal Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang
menunjukan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan dan ROI
juga merupaka suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola
investasinya.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Return on Investment =
πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” π‘Žπ‘“π‘‘π‘’π‘Ÿ π‘‡π‘Žπ‘₯
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑𝑠
× 100%
Download