BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kinerja keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239) Untuk memutuskan suatu perusahaan memiliki kualitas yang baik maka ada dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan untuk melihat perusahaan tersebut telah menjalankan suatu kaidah-kaidah manajemen yang baik. Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh pada balancesheet (neraca), income statement (laporan laba rugi) dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian financial performance tersebut. 2.1.2 Manfaat Penilaian Kinerja Penilaian kinerja mempunyai manfaat yang dapat digabungkan oleh manajemen antara lain : 17 18 1. Mengelola organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimal. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti : promosi, transfer dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria, seleksi dan evaluasi proses pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar hasil distribusi penghargaan. Kinerja suatu perusahaan yang tergambar dalam laporan keuangan menjadi salah satu aspek yang diperhatikan oleh pemakai laporan keuangan. Oleh karena itu manajemen suatu perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja suatu perusahaan yang tergambar dalam laporan keuangan, yaitu dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Dari hasil analisis dapat dinilai sejauh mana kinerja suatu perusahaan. 2.1.3 Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan Menurut Irham Fahmi dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan (2011: 238), ada 5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu : 19 a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan. Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. b. Melakukan perhitungan. Penerapan metode perhitungan di sini adalah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang di lakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan. c. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian di lakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya. d. Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsirann untuk melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan. e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. 20 Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi dicari solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa yang maka menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan. 2.2 Analisis Laporan Keuangan Setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta (kekayaan), kewajiban (utang) serta modal (ekuitas) dalam neraca yang dimiliki. Kemudian juga akan diketahui jumlah pendapatan yang diterima dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dengan demikian, dapat diketahui bagaimana hasil usaha (laba atau rugi) yang diperoleh selama periode tertentu dari laporan laba rugi yang disajikan. Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan umumnya dilakukan oleh para pemberi modal seperti kreditor, investor, dan oleh perusahaan itu sendiri berkaitan dengan kepentingan manajerial dan penilaian kinerja perusahaan. Kerangka konsep analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang diawali dari analisis kondisi lingkungan perusahaan yang memerhatikan berbagai pihak yang berkepentingan, kemudian informasi manajerial mulai dari visi dan misi manajemen, pengendalian 21 manajemen, sampai tingkat kebijakan operasional perusahaan, yang direfleksikan dalam bentuk kinerja laporan keuangan standar mencakup laporan keuangan neraca, laba-rugi, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas ditambah catatan atas laporan keuangan. 2.2.1 Pengertian Analisis laporan keuangan Dalam buku Manajemen keuangan dinyatakan bahwa, Analisis laporan keuangan adalah alat analisis bagi manajemen keuangan perusahaan yang bersifat menyeluruh, dapat digunakan untuk mendeteksi/mendiagnosis tingkat kesehatan perusahaan, melalui analisis kondisi arus kas atau kinerja organisasi perusahaan baik yang bersifat parsial maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. (Harmono, 2009:104). 2.2.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah menganalisis antara pos-pos yang ada dalam satu laporan. Atau dapat pula dilakukan antara satu laporan dengan laporan yang lainnya. Hal ini dilakukan agar lebih tepat dalam menilai kemajuan atau kinerja manajemen dari periode-periode selanjutnya. Menurut Kasmir (2008 : 68) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah : 22 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa harta, periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahan sejenis tentang hasil yang mereka capai. 2.2.3 Metode dan Teknik Analisis Analisis-analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau pelajari daripada hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik analisis yang tepat. Metode dan teknik analisis digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat 23 diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat adalah agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, para pengguna hasil analisis tersebut dapat dengan mudah untuk menginterpretasikannya. Menurut Kasmir dinyatakan bahwa terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang bisa dipakai, yaitu sebagai berikut. 1. Analisis Vertikal (Statis) Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode. 2. Analisis Horizontal (Dimanis) Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lain. 24 Kemudian , di samping metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan, terdapat beberapa jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan. Adapun jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Analisis perbandingan antara laporan keuangan. 2. Analisis trend. 3. Analisis persentase per komponen. 4. Analisis sumber dan penggunaan dana. 5. Analisis sumber dan penggunaan kas. 6. Analisis rasio. 7. Analisis kredit. 8. Analisis laba kotor. 9. Analisis titik pulang pokok atau titik impas (break even point). (2008:68) 2.3 Analisis Rasio Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan maka diperlukan suatu tolak ukur. Tolak ukur yang sering digunakan adalah rasio. Analisis dan inteprestasi 25 dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio. Analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba-rugi satu dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan investor serta memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh. 2.3.1 Pengertian Analisis Rasio Pengertian Analisis Rasio menurut Warsidi dan Bambang yang dikutip oleh Irham Fahmi dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan dinyatakan : Analisis Rasio keuangan merupakan instrument analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi dimasa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahaan tersebut, untuk kemudian menunjukan risiko dan bersangkutan.(2011:108) peluang yang melekat pada perusahaan yang 26 Handono Mardiyanto menjelaskan bahwa “analisis rasio keuangan merupakan (tools) untuk memahami laporan keuangan (khususnya neraca dan labaperalatan rugi).” (2009:51) 2.3.2 Penggolongan Angka Rasio Pada dasarnya angka-angka rasio dapat digolongkan menjadi dua golongan. Golongan yang pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur dari angka rasio tersebut dan golongan yang kedua adalah didasarkan pada tujuan dari penganalisis. 2.3.2.1 Penggolongan Angka Rasio Berdasarkan Sumber Datanya Menurut Munawir (2002 : 68) penggolongan angka rasio berdasarkan sumber datanya dapat dibedakan antara lain : 1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios) yang tergolong dalam kategori ini adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio dan quick ratio. 2. Rasio-rasio laporan rugi-laba (income statement ratios) yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunannya semua datanya diambil dari laporan rugi-laba, misalnya gross profit margin, net operating margin, dan operating ratio. 3. Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratios) yaitu semua angka rasio yang penyusunan datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan rugi-laba, 27 misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat perputaran piutang (account receivable turn over), sales to inventory, dan sales to fixed assets. 2.3.2.2 Penggolongan Angka Rasio Berdasarkan Tujuan Penganalisis Penggolongan angka rasio berdasarkan pada sumber datanya sebenarnya kurang bermanfaat bagi pihak penganalisis sebab bagi penganalisis yang penting adalah kegunaan dari angka rasio tersebut dan kesimpulan apa yang dapat diperoleh dari angka rasio tersebut. Jadi yang lebih berguna adalah angka-angka rasio yang dibuat berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi laporan keuangan suatu perusahaan. Menurut Hampton yang dikutip oleh Djarwanto (1984 : 138) dalam bukunya pokok-pokok analisis Laporan Keuangan dinyatakan bahwa rasio keuangan dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu : 1. Rasio likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana. Solvency perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dipenuhi. 2. Rasio leverage, bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. 28 3. Rasio pemilikian, berkaitan langsung atau tidak langsung dengan keuntungan dan likuiditas. Membantu pemilik saham dalam mengevaluasi aktivitas dan kebijaksanaan perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham di pasaran. 2.3.3 Jenis-Jenis Rasio Secara umum, rasio dibagi menjadi lima jenis sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo. 2. Rasio leverage Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. 3. Rasio aktivitas Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. 29 4. Rasio profitabilitas Rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. 5. Rasio pertumbuhan Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. 2.3.4 Manfaat Analisis Rasio Keuangan Menurut Irham Fahmi (2011 : 109) dinyatakan bahwa manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan yaitu : a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan. b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan. c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi. 30 2.3.5 Keunggulan Analisis Rasio Menurut Sofyan Syafri Harahap yang dikutip oleh Irham Fahmi (2011 : 109) dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan dinyatakan analisis rasio mempunyai keunggulan sebagai berikut : a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. c. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industry lain. d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score). e. Menstandardisasi size perusahaan. f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. 2.3.6 Keterbatasan Analisis Rasio Menurut Agnes Sawir (2000 : 44) menyatakan bahwa keterbatasan analisis rasio antara lain adalah : 31 a. Kesulitan dalam mengidentifikasai kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. b. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manupulasi. c. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. d. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan. 2.4 Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas 2.4.1 Rasio Likuiditas Rasio likuiditas atau sering juga disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan seberapa likuidnya suatu perusahaan. Fred Weston yang dikutip oleh Kasmir (2008 : 129) dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, 32 baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid.(Kasmir, 2008 : 130) Kasmir (2008 : 129) mengatakan bahwa, dalam praktiknya, tidak jarang pula perusahaan mengalami kelebihan dana. Artinya jumlah dana tunai dan dana yang segera dapat dicairkan melimpah. Kejadian ini bagi perusahaan juga kurang baik karena ada aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal. Manajemen kurang mampu menjalankan kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam hal menggunakan dana yang dimiliki. Sudah pasti hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian laba seperti yang diinginkan. Alat untuk mengukur likuiditas perusahaan biasanya digunakan rasio-rasio sebagai berikut : a. Current Ratio Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan 33 jatuh tempo utang (Agnes Sawir, 2000 : 8). Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Current Ratio = πΆπ’πππππ‘ π΄π π ππ‘π πΆπ’πππππ‘ πΏπππππππ‘πππ × 100% b. Quick Ratio Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangak pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). (Kasmir, 2008 : 137) Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Quick Rasio c. = πΆπ’πππππ‘ π΄π π ππ‘π − πΌππ£πππ‘πππππ πΆπ’πππππ‘ πΏπππππππ‘ππ π × 100% Cash Ratio Rasio ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tesedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara kas. (Kasmir, 2008 : 139) Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : 34 Cash Rasio = πΆππ π πΆπ’πππππ‘ πΏπππππππ‘πππ × 100% 2.4.2 Rasio Aktivitas Menurut Kasmir, rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. (Kasmir, 2008 : 172), rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efesien dan efektif dalam mengelola asset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Kasmir menyatakan dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan (2008 : 173), bahwa penggunaan rasio aktivitas adalah cara membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode, artinya diharapkan adanya keseimbangan seperti piutang dan aktiva tetap lainnya. Kemampuan manajemen untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva yang dimiliki merupakan tujuan utama rasio ini. Rasio-rasio aktivitas yang digunakan meliputi : a. Inventory Turnover (Perputaran Persediaan) Rasio ini melihat sejauh mana tingkat perputaran persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : 35 Inventory Turnover = π ππππ πΌππ£πππ‘πππππ Berada Menurut Irham Fahmi (2011 : 133) menjelaskan bahwa kondisi perusahaan yang baik adalah dimana kepemilikan persediaan dan perputaran adalah selalu berada dalam kondisi yang seimbang, artinya jika perputaran adalah kecil maka akan terjadi penumpukan barang dalam jumlah yang banyak di gudang, namun jika perputaran terlalu tinggi maka jumlah barang yang disimpan di gudang akan kecil, sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kehilangan bahan/barang di pasaran dalam kejadian yang bersifat di luar perhitungan seperti gagal panen, bencana alam, kekacauan stabilitas politik dan keamanan serta berbagai kejadian lainnya. Maka ini bisa menyebabkan perusahaan terganggu aktivitas produksinya dan lebih jauh berpengaruh pada sisi penjualan serta perolehaan keuntungan. b. Recevable Turnover (Perputaran Piutang) Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over investment dalam piutang. (Kasmir, 2008 : 176) 36 Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Receivables Turnover = πππππ π πππππ£ππππ 2.4.3 Rasio Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak baik bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mamapu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas. (Kasmir, 2008 : 196) Irham Fahmi (2011 : 135) menyatakan bahwa Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan meliputi : 37 a. Return on Investment (ROI) Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset perusahaan yang ditanamkan. (Irham Fahmi, 2011 : 137) Menurut Kasmir (2008 : 202) menyatakan hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan dan ROI juga merupaka suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Return on Investment = πΈππππππ πππ‘ππ πππ₯ πππ‘ππ π΄π π ππ‘π × 100%