BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Sumber, dan Jenis Modal 2.1.1 Pengertian Modal Dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta juga makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjadi besar, maka faktor produksi modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi. Sebenarnya masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan yang tak akan berakhir, mengingat bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai rupa aspek. Dalam hubungan inipun perlu disayangkan bahwa hingga kini di antara para ahli ekonomi sendiri belum terdapat “communis opinio” tentang apa yang disebut modal, sehingga karena begitu banyaknya pendapatpendapat mengenai pengertian modal yang kadang-kadang bertentangan satu dengan lainnya, hal ini akan dapat membingungkan kita (Riyanto 2010:17). Dalam hubungan ini dikemukakan beberapa pengertian modal menurut beberapa penulis. Modal merupakan hak yang dimiliki perusahaan, komponen modal yang terdiri dari: modal setor, agio saham, laba ditahan, cadangan laba, dan lainnya. (Kasmir 2010:311). Schwiedland (dalam Riyanto 2010:18) memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, di mana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya. 2.1.2 Sumber – sumber Penawaran Modal Menurut Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (2010:209), sumber penawaran modal dibagi menjadi dua : 13 14 1. Sumber-sumber penawaran modal menurut asalnya 2. Sumber-sumber penawaran modal menurut cara terjadinya Dalam sumber-sumber penawaran modal menurut asalnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Sumber internal (Internal Sources) Sumber internal adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan adalah “keuntungan yang ditahan”/laba ditahan (retained net profit) dan penyusutan (depreciations). a. Laba ditahan Besarnya laba yang dimasukkan dalam cadangan atau laba ditahan, selain tergantung kepada besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu, juga tergantung kepada “dividend policy” dan “plowing back policy” yang dijalankan oleh perusahaan yang bersangkutan. Meskipun laba yang diperoleh selama periode tertentu besar, tetapi oleh karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian besar dari laba tersebut dibagikan sebagai dividen, maka bagian laba yang dijadikan cadangan kecil, yang ini berarti bahwa sumber intern yang berasal dari cadangan adalah kecil jumlahnya. b. Depresiasi Sumber intern selain berasal dari laba/cadangan juga berasal dari depresiasi. Besarnya depresiasi setiap tahunnya adalah tergantung kepada metode depresiasi yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Sementara sebelum depresiasi tersebut digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang akan diganti, dapat digunakan untuk membelanjai perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai saat pergantian tersebut. Selama waktu itu depresiasi merupakan sumber penawaran modal di dalam perusahaan itu sendiri. Makin besar jumlah depresiasi berarti makin besar sumber internal dari dana yang dihasilkan di dalam perusahaan yang bersangkutan. 15 2. Sumber eksternal (External Sources) Sumber eksternal adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan. Dana yang berasal dari sumber eksternal berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Modal yang berasal dari para kreditur merupakan utang bagi perusahaan dan modal yang berasal dari pada kreditur tersebut ialah apa yang disebut modal asing/modal pinjaman. Modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan merupakan dana yang akan tetap ditanamkan dalam perusahaan, dan dana ini dalam perusahaan akan menjadi modal sendiri. Dalam sumber-sumber penawaran modal menurut cara terjadinya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1. Tabungan Tabungan ialah pendapatan yang tidak dikonsumir. Suatu perusahaan dikatakan mengadakan tabungan apabila perusahaan menyisihkan sebagian dari keuntungan yang diperolehnya untuk pembentukan cadangan yang bertujuan antara lain untuk memperkuat basis finansial atau untuk membelanjai expansi dikemudian hari. Memperkuat basis finansial misalnya dengan mengadakan investasi dalam “earning assets”. Untuk mengahadapi perluasan perusahaan dikemudian hari perlu dibentuk cadangan. Dengan demikian maka tabungan ini merupakan sumber internal bagi perusahaan. 2. Penciptaan atau kreasi uang/kredit oleh bank Sebagai sumber kedua dari penawaran modal adalah penciptaan atau kreasi uang atau kredit oleh bank. Yang dapat menciptakan uang itu tidak hanya bank sirkulasi tetapi juga bank-bank dagang yang menciptakan uang giral. 3. Intensifikasi penggunaan uang Cara ini dapat dilakukan oleh bank dengan meminjamkan kembali uang –uang yang dipercayakan atau disimpan oleh masyarakat di bank. Perusahaanperusahaan produksipun dapat mengintensifkan penggunaan uang yang 16 sementara menganggur misalnya dengan meminjamkan kepada perusahaanperusahaan lain yang membutuhkan atau untuk digunakan sendiri di dalam perusahaan untuk memperluas usaha-usahanya. 2.1.3 Jenis – jenis Modal Riyanto (2010:227) membagi jenis-jenis modal menjadi dua, yaitu: 1. Modal asing/utang Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Menurut waktu pemakaiannya, modal asing atau utang dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Modal asing/utang jangka pendek Modal utang jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Sebagian besar utang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya. b. Modal asing/utang jangka menengah Modal utang jangka menengah adalah utang yang jangka waktu atau umumnya adalah lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan membelanjai usaha dengan jenis kredit ini dirasakan karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan kredit jangka pendek di satu pihak dan juga sukar untuk dipenuhi dengan kredit jangka panjang di lain pihak. c. Modal asing/utang jangka panjang Modal utang jangka panjang adalah utang yang jangka adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Utang jangka panjang ini pada 17 umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. 2. Modal sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri menurut Riyanto (2010:240) terbagi menjadi tiga, yaitu : a. Modal Saham Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbatas. Bagi perusahaan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetap tertanam di dalam perusahaan tersebut selama hidupnya. Meskipun bagi pemegang saham sendiri itu bukanlah merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya. b. Cadangan Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan. Tidak semua cadangan termasuk dalam pengertian modal sendiri. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri ialah : 1. Cadangan ekspansi 2. Cadangan modal kerja 3. Cadangan selisih kurs 4. Cadangan umum/tak terduga c. Laba Ditahan Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka 18 dibentuklah cadangan sebagaimana diuraikan di atas. Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan. 2.2 Alasan Penggunaan Modal Pinjaman Dengan menerapkan kebijakan leverage, perusahaan memutuskan untuk mengikutsertakan modal pinjaman dengan disertai kewajiban membayar beban yang bersifat tetap di dalam struktur modal perusahaan sebagai jaminan penarikan modal pinjaman dari kreditur, karena tidak satupun dari pihak kreditur yang bersedia memberikan pinjaman tanpa adanya jaminan keamanan dan pembayaran kembali dana yang berasal dari para pemegang saham. Dengan menggunakan modal pinjaman dalam membelanjai aktivitas usahanya, berarti membuka kesempatan bagi manajemen perusahaan untuk memaksimalkan kemakmuran para pemilik atau pemegang saham, tercermin pada meningkatnya return on equity. Proporsi modal pinjaman ini tidak selalu memberikan jaminan meningkatnya keuntungan atau laba. Untuk melihat apakah dengan menerapkan kebijakan financial leverage itu memberikan keuntungan atau tidak, dapat dilihat dengan membandingkan tingkat bunga atau modal pinjaman dengan tingkat pengembalian yang diperoleh perusahaan. Dalam hal ini terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu : 1. Rate of return lebih besar daripada tingkat bunga, berarti terdapat keuntungan bagi pemegang saham yang merupakan selisih antara rate of return yang dicapai dengan tingkat bunga. Keadaan ini disebut favourable leverage. 2. Rate of return sama dengan tingkat bunga, berarti pendapatan bagi para pemegang saham sama dengan bunga yang harus dibayarkan. Keadaan ini tidak disarankan untuk menarik modal pinjaman kecuali ada pertimbangan lain. 19 3. Rate of return lebih kecil daripada tingkat bunga. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan menderita kerugian akibat digunakannya modal pinjaman dan kondisi ini disebut unfavourable leverage. Pengertian internal rate of return seperti yang diungkapkan Ross (2009:400) : “Internal rate of return yaitu tingkat diskonto yang membuat Net Present Value dari suatu investasi sebesar nol” Pendapat lain juga diungkapkan Gitman dalam “Principles of Managerial Finance” (2009:431) : “Internal rate of return is the discount rate that equates the NPV of an investment with $0 (because the present value of cash inflows equals the initial investment)” Dengan memperbesar leverage, maka hal ini akan berarti bahwa tingkat ketidakpastian dari return yang akan diperoleh akan semakin tinggi, tetapi pada saat yang sama hasil tersebut juga akan memperbesar jumlah return yang akan diperoleh. Besarnya leverage ini bisa berbeda – beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya atau dari satu periode ke periode lainnya dalam satu perusahaan, tetapi yang jelas semakin tinggi leverage maka akan semakin tinggi pula risiko yang dihadapi serta semakin besar return atau penghasilan yang diharapkan. Risiko yang dimaksud adalah ketidakpastian dalam hubungannya dengan kemampuan perusahaan membayar kewajiban – kewajiban tetapnya. Adapun alasan mengapa perusahaan menggunakan modal pinjaman menurut Sugiarto (2009:2) adalah : 1. Penggunaan utang tidak akan memengaruhi kekuasaan (voice share) dari pemilik perusahaan sejauh perusahaan tidak menyalahi kontrak terhadap kewajiban perusahaan (pemberi utang bisa menerima voting privileges hanya jika perusahaan menyalahi kontrak terhadap kewajiban). 20 2. Pembayaran utang kepada kreditur dapat mengurangi pajak penghasilan perusahaan. 3. Kebijakan utang perusahaan juga dikaitkan dengan upaya pengurangan masalah keagenan. Manajer dianggap tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. 2.3 Proporsi Penggunaan Modal Pinjaman Setiap perusahaan yang menerapkan kebijakan modal pinjaman harus benar-benar memperhatikan imbangan risiko dan hasil dari kebijakan tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya efek negatif dari penggunaan modal pinjaman, yaitu meningkatnya cost of capital dan risiko keuangan. Oleh karena itu, proporsi atau perbandingan antara modal pinjaman dan modal sendiri merupakan yang paling penting dalam menentukan profitabilitas dari penggunaan finansial tersebut. Ross dalam Sugiarto (2009:90), menunjukkan bahwa perusahaan yang bagus kinerjanya dapat memberi sinyal berupa porsi utang yang tinggi pada struktur modalnya. Hanya perusahaan yang benar-benar kuat yang berani menanggung risiko mengalami kesulitan keuangan ketika porsi utang relatif tinggi. Perusahaan yang kurang bagus kinerjanya tidak akan berani memakai utang dalam jumlah yang besar karena jika itu dilakukan maka peluang kebangkrutannya akan tinggi. Pandangan lain dari Pandey dalam Sugiarto (2009:92), menyatakan bahwa hubungan profitabilitas dan utang perusahaan diprediksi berbentuk kuadratik (bentuk U). Pada perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah akan menggunakan tingkat utang tinggi. Dengan meningkatnya profitabilitas perusahaan, berangsur tingkat utangnya menurun hingga pada suatu titik, peningkatan profitabilitas perusahaan akan diiringi peningkatan utang. 21 2.4 Laporan Keuangan Seperti kita ketahui bahwa laporan keuangan, merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkannya pada suatu periode tertentu. Apa yang dilaporkan kemudian dianalisis, sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Dengan melakukan analisis akan diketahui letak kelemahan dan kekuatan perusahaan. Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada, baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. Di samping itu, juga untuk memanfaatkan peluang yang ada dan menghadapi atau menghindari ancaman yang mungkin timbul sekarang dan di masa yang akan datang. Secara umum dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir 2010:66). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, seperti setiap tiga bulan atau enam bulan untuk kepentingan perusahaan, sedangkan untuk laporan yang lebih luas dibuat satu tahun sekali. Dalam praktiknya kita mengenal beberapa macam laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas. 1. Neraca Pengertian neraca menurut Horne yang dikutip Kasmir (2010:69) berpendapat bahwa : “Neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik.” Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa neraca merupakan ringkasan laporan laporan keuangan, artinya laporan keuangan disusun secara garis besarnya dan tidak mendetail. Neraca juga menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (hutang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. 22 Komponen atau isi yang terkandung dalam suatu aktiva dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu : 1. Aktiva lancar 2. Aktiva tetap 3. Aktiva lainnya Kemudian kewajiban (utang) dibagi ke dalam dua jenis, yaitu : 1. Kewajiban lancar (utang jangka pendek) 2. Utang jangka panjang Sedangkan komponen modal terdiri dari 1. Modal disetor 2. Laba ditahan 2. Laporan laba rugi Pengertian laporan laba rugi menurut Horne dalam Kasmir (2010:82) menyebutkan : “Laporan laba rugi merupakan ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu diakhiri dengan laba atau rugi pada periode tersebut”. Laporan laba rugi biasanya dibuat setiap satu tahun atau tiap semester enam bulan atau tiga bulan dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah digunakan, sehingga dapat diketahui kondisi perusahaan apakah dalam keadaan laba atau rugi. 23 3. Laporan perubahan modal Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini (Kasmir 2010:68). Laporan ini juga menunjukan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal. 4. Laporan arus kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan (Kasmir 2010:68). Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain. Sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk atau arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu. Laporan keuangan akan menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, sehingga memudahkan untuk menilai kinerja manajemen perusahaan yang akan menjadi patokan atau ukuran apakah manajemen mampu atau berhasil dalam menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai pedoman untuk meningkatkan kinerja ke depan. 2.5 Analisis Laporan Keuangan Setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, maka akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Agar laporan keuangan dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, maka perlu dilakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut. Bagi pihak pemilik dan manajemen tujuan utama dari analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, maka akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak (Kasmir 2010:90-91). 24 Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan, sehingga dengan mengetahui kelemahan maka manajemen akan dapat memperbaiki kelemahan tersebut. Begitupun dengan kekuatan, kekuatan tersebut harus dipertahankan atau ditingkatkan sebagai modal selanjutnya ke depan. Yang pada akhirnya bagi pihak pemilik dan manajemen dapat mengetahui posisi dan kondisi keuangan sehingga dapat dengan tepat dalam merencanakan dan mengambil keputusan-keputusan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Jadi kesimpulannya tujuan dan manfaat dari analisis laporan keuangan menurut Kasmir (2010:92) adalah : 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudaj dianggap berhasil atau gagal. 6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. Metode analisis laporan keuangan menurut Kasmir (2010:95) terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai, yaitu : 1. Analisis Vertikal Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode. 25 2. Analisis Horizontal Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lain. Sedangkan jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan menurut Kasmir (2010:96) adalah sebagai berikut : 1. Analisis Perbandingan antara Laporan Keuangan Analisis ini dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan lebih dari satu periode. Artinya minimal dua periode atau lebih. Dari analisis ini akan dapat diketahui perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi dapat berupa kenaikan atau penurunan dari masing-masing komponen analisis. Dari perubahan ini terlihat masing-masing kemajuan atau kegagalan dalam mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya 2. Analisis Trend Merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari periode ke periode sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami perubahan yaitu naik, turun atau tetap, serta seberapa besar perubahan tersebut dihitung dalam persentase. 3. Analisis Persentase Per Komponen Merupakan analisis yang dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan keuangan, baik yang ada di neraca maupun laporan laba rugi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui : a. Persentase investasi terhadap masing-masing aktiva atau terhadap total aktiva. b. Struktur permodalan. c. Komposisi biaya terhadap penjualan. 26 4. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan dan penggunaan dana dalam suatu periode. Analisis ini juga untuk mengetahui jumlah modal kerja dan sebab-sebab berubahnya modal kerja perusahaan dalam suatu periode. 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas Merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui sumber-sumber kas perusahaan dan penggunaan uang kas dalam suatu periode. Kemudian untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas dalam periode tertentu. 6. Analisis Rasio Merupakan analisis yang digunakann untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos anatara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. 7. Analisis Laba Kotor Merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke satu periode. Kemudian juga untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya laba kotor tersebut antar periode. 8. Analisis Titik Pulang Pokok atau Titik Impas (Break Even Point) Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui pada kondisi berapa penjualan atau produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami kerugian. Kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat penjualan. 2.5.1 Analisis Rasio Sudah menjadi kebiasaan bahwa pada akhir suatu periode setiap perusahaan akan melihat kinerja perusahaan yang dijalankan oleh manajemennya. 27 Salah satu cara yang terpenting untuk melihat kinerja manajemen adalah dari laporan keuangan yang telah disusun pada periode yang bersangkutan. Ukuran apakah manajemen berhasil atau tidak dalam meningkatkan kinerja maka terlebih dahulu laporan keuangan tersebut haruslah dianalisis yang kita kenal dengan nama analisis laporan keuangan. Dalam laporan keuangan akan terlihat aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan tersebut dituangkan dalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Angka-angka yang ada dalam laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat satu sisi saja. Angka-angka ini akan menjadi lebih berarti, apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen lainnya. Caranya dengan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan atau antar laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan dapat disimpulkan posisi keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini kita kenal dengan nama analisis rasio keuangan. Rasio keuangan menurut Horne (dalam Kasmir 2010:93), menyatakan bahwa : “Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya”. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan. Dari hasil rasio keuangan ini akan kelihatan kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Jadi, rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Hasil dari rasio keuangan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan atau sebaliknya. Di samping itu juga untuk menilai kemampuan 28 manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan (aset) secara efektif dan efisien. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal apa saja yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan atau merupakan kebijakan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan untuk melakukan perubahan orang-orang yang duduk dalam manajemen ke depan. Penyajian laporan keuangan secara khusus merupakan salah satu tanggung jawab manajer keuangan. Hal ini sesuai dengan fungsi manajemen keuangan seperti yang dikatakan oleh Horne (2010:2) : “Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum”. Dengan kata lain, bahwa tugas seorang manajer keuangan adalah mencari dana dari berbagai sumber dan membuat keputusan tentang sumber dana yang harus dipilih. 2.5.1.1 Rasio Likuiditas Weston (dalam Kasmir 2010:110) menyebutkan bahwa : “Rasio likuditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek”. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut, terutama utang yang sudah jatuh tempo. Jenis-jenis rasio likuiditas menurut Kasmir (2010:110) yang dapat digunakan terdiri dari : 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. 29 Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (Margin of Safety) suatu perusahaan. Rumus untuk mencari Rasio Lancar dapat digunakan sebagai berikut : 2. Rasio sangat Lancar (Quick Ratio) Merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya, nilai sediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Rumus untuk mencari Rasio sangat Lancar (Quick Ratio) dapat digunakan sebagai berikut : 3. Rasio Kas (Cash Ratio) Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan yang ada di bank. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rumus untuk mencari Rasio Kas (Cash Ratio) dapat digunakan sebagai berikut : 30 4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover) Menurut Gill (dalam Kasmir 2010:111) rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biayabiaya yang berkaitan dengan penjualan. Rumus untuk mencari Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover) dapat digunakan sebagai berikut : 2.5.1.2 Rasio Solvabilitas (Leverage) Rasio solvabilitas atau rasio leverage ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir 2010:112). Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Adapun jenis-jenis rasio solvabilitas menurut Kasmir (2010:112) antara lain: 31 1. Debt to Assets Ratio (Debt Ratio) Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan antara total utang dengan total aktiva. Rumus untuk mencari Debt to Assets Ratio (Debt Ratio) dapat digunakan sebagai berikut : 2. Debt to Equity Ratio Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rumus untuk mencari Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai berikut : 3. Long Term Debt to Equity Ratio Merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumus untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai berikut : 32 4. Times Interest Earned Merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga (Weston dalam Kasmir 2010:113). Rasio ini diartikan juga kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio menurut Horne dalam Kasmir (2010:113). Rumus untuk mencari Times Interest Earned dapat digunakan sebagai berikut : 5. Fixed Charge Coverage Merupakan rasio yang menyerupai Times Interest Earned. Hanya saja bedanya, rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. Rumus untuk mencari Fixed Charge Coverage dapat digunakan sebagai berikut : 2.5.1.3 Rasio Profitabilitas Merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir 2010:115). Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. 33 Jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Kasmir (2010:115) sebagai berikut : 1. Profit Margin (Profit Margin on Sales) Merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit margin. Rumus untuk mencari Times Profit Margin (Profit Margin on Sales) dapat digunakan sebagai berikut : Sedangkan rumus untuk margin laba bersih : 2. Return on Assets (ROA) Merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan salah satu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Rumus untuk mencari Return on Assets (ROA) dapat digunakan sebagai berikut : 3. Return on Equity (ROE) Merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin 34 tinggi rasio ini, makin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut : 4. Laba Per Lembar Saham Merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham meningkat dengan pengertian lain bahwa tingkat pengembalian tinggi. Rumus untuk mencari Laba Per Lembar Saham dapat digunakan sebagai berikut : 5. Rasio Pertumbuhan Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio ini yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan pendapatan per saham, dan pertumbuhan dividen per saham. 6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio) Rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi, seperti : a. Rasio harga saham terhadap pendapatan. b. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku. 35 2.5.1.4 Rasio Aktivitas Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya (Kasmir 2010:113). Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan, sediaan, penagihan piutang, dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Jenis-jenis rasio aktivitas yang dirangkum dari beberapa ahli keuangan (dalam Kasmir 2010:113), yaitu : 1. Perputaran Piutang (Receivable Turnover) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Makin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang makin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan makin baik. Sebaliknya jika rasio makin rendah, maka ada over investment dalam piutang. Yang jelas bahwa rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang. Rumus untuk mencari Perputaran Piutang (Receivable Turnover) dapat digunakan sebagai berikut : 2. Hari Rata-rata Penagihan Piutang (Days of Receivable) Bagi perbankan yang akan memberikan kredit, perlu juga menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable). Hasil perhitungan ini 36 menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga sering disebut days sales uncollected. Rumus untuk mencari Hari Rata-rata Penagihan Piutang (Days of Receivable) dapat digunakan sebagai berikut : 3. Perputaran Sediaan (Inventory Turnover) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran sediaan (Inventory Turnover). Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Makin kecil rasio ini, maka makin jelek demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Perputaran Sediaan (Inventory Turnover) menurut Horne (dalam Kasmir 2010:129) dapat digunakan sebagai berikut : Sedangkan menurut Weston (dalam Kasmir 2010:130) yaitu : 4. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assetss Turnover) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini caranya adalah 37 membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode. Rumus untuk mencari Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assetss Turnover) dapat digunakan sebagai berikut : 5. Perputaran Aktiva (Assetss Turnover) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rumus untuk mencari Perputaran Aktiva (Assetss Turnover) dapat digunakan sebagai berikut : 2.6 Hubungan Debt Ratio dan Times Interest Earned Ratio terhadap Return on Equity Proporsi modal pinjaman ini tidak selalu memberikan jaminan meningkatnya keuntungan atau laba. Untuk melihat apakah dengan menerapkan kebijakan financial leverage itu memberikan keuntungan atau tidak, dapat dilihat dengan membandingkan tingkat bunga atau modal pinjaman dengan tingkat pengembalian yang diperoleh perusahaan. Pengaruh rasio utang terhadap rentabilitas modal sendiri dapat positif, dapat negatif ataupun dapat tidak mempunyai pengaruh sama sekali (Riyanto 2010:51). Dalam hal ini terdapat tiga kemungkinan yang mungkin terjadi menurut Riyanto (2010:51) : 38 1. Pengaruhnya positif, artinya makin besar rasio ini mengakibatkan makin besarnya rentabilitas modal sendiri. Hal ini akan terjadi kalau rentabilitas ekonomi lebih besar daripada tingkat bunga. Hal ini juga dapat dilihat menurut Riyanto (2010:375) : “Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif kalau pendanaan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap penggunaan dana itu”. 2. Pengaruh negatif terjadi dalam keadaan ekonomi yang sebaliknya, yaitu dalam keadaan rentabilitas ekonomi lebih kecil daripada tingkat suku bunga. Dalam contoh tersebut ialah dalam keadaan yang buruk atau sangat buruk. 3. Tidak terdapat pengaruh terjadi dalam keaadaan ekonomi di mana rentabilitas ekonomi sama persis sama dengan tingkat bunga pinjaman, maka berapapun menggunakan utang, rentabilitas modal sendiri tetap sama. Dengan demikian, maka penggunaan utang akan menimbulkan risiko, namun juga dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan, yang terlihat dari Return on Equity perusahaan.