manifestasi spritualitas kristen di era modern

advertisement
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia – ISSN : 2541-0849
Vol. 1, no 2 Oktober 2016
MANIFESTASI SPRITUALITAS KRISTEN DI ERA MODERN
Fereddy Siagian
Akademi Maritim Cirebon
email: [email protected]
Abstrak
Kehidupan spiritualitas orang-orang percaya didasari oleh iman yang tertuju
kepada Yesus Kristus. Dengan percaya dan beriman kepada Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat yang telah menebus dosa-dosa dunia dan yang telah bangkit,
maka mereka menerima karunia Roh, yaitu Roh Kudus tinggal di dalam kehidupan
mereka. Mereka memiliki hidup yang baru yang berada di dalam kasih Allah.
Spiritualitas adalah suatu konsep yang memiliki definisi yang sangat luas. Begitu
luasnya, sehingga sangat sulit untuk menemukan makna atau esensi yang sesungguhnya
dari konsep spiritualitas. Begitu luasnya, sehingga mustahil untuk merumuskan konsep
spiritualitas dalam sebuah kalimat. Konsep spiritualitas telah ada sejak ratusan tahun
yang lalu dan terus-menerus mengalami perkembangan hingga sampai saat ini. Konsep
spiritualitas pada Zaman gereja awal yang dikembangkan oleh Paulus tentunya akan
sangat berbeda jikalau dibandingkan dengan konsep spiritualitas pada Zaman Modern
atau masa kini. Manifestasi spiritualitas ini mendorong kehidupan orang percaya baik
secara pribadi dan komunal – sesuai tugas panggilannya masing-masing - bergumul
dan berjuang untuk mendatangkan tanda-tanda Kerajaan Allah: kasih, keadilan, kuasa,
dan damai sejahtera di tengah-tengah kehidupan sosial yang dihadapinya Roh Kudus
memimpin Gereja untuk hadir di setiap konteks di mana ia ada dan dapat menunaikan
tugas esensi panggilan-Nya. Gereja yang sejati adalah Gereja yang berdoa memohon
kepada Roh Allah agar menguduskan kehidupannya; dan menjadikannya sebagai alat
Tuhan untuk dapat menjadi ‘terang dan garam’ guna mendatangkan pembaruan di
masyarakat dan dunia.
Kata Kunci : Manifestasi, Spritualitas Kristen, Modern
Manifestasi Spritualitas Kristen Di Era Modern
Pendahuluan
Di tengah-tengah zaman yang semakin sekuler dan materialistis, kehidupan
manusia sering kali mengalami kekeringan di dalam batinnya. Kondisi zaman yang
demikian acapkali memunculkan kebutuhan yang mendalam di dalam diri manusia
untuk secara serius menaruh perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
spiritualitas. Secara umum, yang dimaksudkan dengan spiritualitas di sini adalah usaha
pencarian manusia terhadap realitas transenden, baik itu berupa sesuatu yang dipercaya
sebagai realitas Ilahi atau nilai-nilai luhur yang mana manusia dapat memilikinya agar
hidup mereka menjadi saleh.
Usaha untuk mengubah hati adalah dengan cara mengolah pikiran, perasaan,
dan tubuh. Berbagai upaya yang sering dilakukan oleh beberapa golongan yakni mereka
mengolah pikirannya dengan menghafal ayat-ayat dari kitab, dan melakukan
pengosongan pikiran. Ada pula yang mengolah tubuhnya dengan berpuasa. Ada yang
meninggalkan kehidupan dunia lalu memilih untuk menyendiri atau menyepi. Tetapi
bukan itu upaya membangun spiritualitas yang sejati. Manusia telah tercemar oleh
dosa. Masalah utama dan terbesar bagi pengembangan spiritualitas sejati adalah hati
manusia yang sudah tercemar oleh dosa. Karena itu, sia-sialah melatih pikiran dan
perasaan positif, melatih tubuh dan mencari lingkungan sosial yang baik, jika hati
sudah rusak oleh dosa, sekalipun tindakan beragama manusia sudah begitu baik. “Tidak
ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada
seorang pun yang mencari Allah. Semuanya orang telah menyeleweng, mereka semua
tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Roma 3:10-12). Semua
itu dikarenakan “Yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya.”
(Kej
8:21)
Fenomena munculnya ketertarikan terhadap hal-hal spiritualitas juga dapat
dilatarbelakangi oleh situasi transisi – situasi perubahan yang tidak menentu arahnya di
dalam sosial, ekonomi, dan politik - di suatu masyarakat dan bangsa. Bagi orang-orang
Jawa, suatu masa yang disebut sebagai masa kalabendu – sebuah masa ketika aneka
bencana seperti gempa bumi, banjir air dan lumpur, tanah longsor, gunung meletus,
kekerasan, kekacauan, kelaparan besar bertubi-bertubi menimpa suatu masyarakat dan
bangsa – dapat menjadi latar belakang munculnya kerinduan yang sangat besar terhadap
hal-hal spiritualitas. Orang-orang bertanya “Mengapa kami mengalami bencana yang
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
67
Fereddy Siagian
tragis ini?”; “Apa maksudnya bencana tragis ini bagi kehidupan kami?”; “Apakah ini
suatu pertanda bahwa selama ini hidup kami tidak berada di jalan yang ‘lurus’ sehingga
kami harus melakukan taubat?”;dst.
Walaupun ada fenomena ketertarikan yang luar biasa terhadap hal-hal
spiritualitas sebagai reaksi terhadap zaman sekuler, materialistis, dan situasi perubahan
yang tidak menentu. Namun demikian tidak ada kesepakatan tentang pendefinisian
terhadap istilah spiritualitas. Hal ini karena pendefinisian istilah tersebut bergantung
pada berbagai sudut pandang yang beragam dari para pemeluk aliran-aliran
kepercayaan, agama-agama, dan kelompok-kelompok tertentu. Ambil contoh sebagian
besar penganut aliran kebatinan di Indonesia mengartikan arti kata spiritualitas sebagai
usaha pengolahan diri manusia untuk mencapai budi luhur dan kesempurnaan. Tujuan
pengolahan diri ini untuk mencari dan menemukan sifat-sifat ilahi di dalam batin
manusia terdalam. Karena di dalam bagian yang terdalam itu ada ‘Roh Suci’ manusia
yang menyatakan ‘inti-pati yang hakiki di dalam diri manusia’ ataupun “jiwanya yang
sejati.” “Sebab itu dapat diajarkan, bahwa manusia harus mengarahkan pandangannya
‘ke dalam,’ kepada batinnya yang sedalam-dalamnya, supaya menyadari serta
mengalami keesaannya dengan sumber-hidup yang kekal ilahi”. Jika agama-agama
orientasi spiritualitasnya lebih bersifat theosentris, sebaliknya kebatinan lebih bersifat
anthroposentris.
Ada juga pendefinisian spiritualitas tertentu, yaitu yang mempunyai sifat
keterarahannya
kepada
alam
seperti pantheisme,
yang
mendasari
pencarian
spiritualitasnya pada alam dan berusaha untuk mengalami kedalaman kesatuan dengan
alam.6 Jenis spiritualitas ini marak juga pada zaman sekarang, yaitu di dalam Gerakan
Zaman Baru (GZB).7 Para pengikut GZB mengkombinasikan kepercayaan mereka
dengan perkembangan informasi sosial dan teknologi maju.8 Di dalam GZB,
spiritualitas9 menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam usaha
mentransformasi diri sendiri agar dapat menemukan sumber asli bagi hidupnya. Sumber
asli itu adalah kehidupan yang harmonis dengan alam
68
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
Manifestasi Spritualitas Kristen Di Era Modern
Pembahasan
Spiritualitas berasal dari bahasa Latin spiritus artinya ‘roh, jiwa atau
semangat.’ Dalam bahasa Ibrani ruach dan bahasa Yunani pneuma yang berarti ‘angin
atau nafas.’ Jadi spiritualitas dapat diartikan sebagai ‘semangat yang menggerakkan
sesuatu.’
Alkitab mencatat perbandingan orang dengan spiritulitas dan yang tidak.
Dalam Surat 1 Korintus, digunakan kata pneumatikos untuk menegur golongan tertentu
di dalam Jemaat Korintus yang menganggap diri mereka ‘spiritual atau rohani’. Mereka
merasa memiliki karunia-karunia istimewa, yaitu karunia nubuat dan bahasa roh.
Namun walaupun hidup dipenuhi karunia-karunia tetapi mereka masih hidup di dalam
pertengkaran, percabulan, penyembahan berhala, ajaran sesat dan semacamnya. Paulus
menyebut mereka sebagai manusia duniawi yang tidak dapat menerima hal-hal spiritual
yang berasal dari Roh Allah.
Sementara manusia duniawi adalah manusia psukhikos “bersifat jiwa, alamiah”
(1Kor. 2:13-15; 15:44-46); dan sarkikos “bersifat daging” (1Kor. 3:1; 9:11-13).
Manusia duniawi hidup tanpa Roh Allah dan oleh karena itu mereka tidak dapat
mengerti hal-hal yang spiritual. Sebaliknya manusia spiritual adalah manusia yang dapat
menilai segala sesuatu karena hidupnya dipimpin oleh Roh Allah dan memiliki pikiran
Yesus Kristus. (1Kor. 2:15-16). Kehidupan spiritualitas orang-orang percaya didasari
oleh iman yang tertuju kepada Yesus Kristus. Dengan percaya dan beriman kepada
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat yang telah menebus dosa-dosa dunia dan
yang telah bangkit, maka mereka menerima karunia Roh, yaitu Roh Kudus tinggal di
dalam kehidupan mereka. Berdasarkan karunia Roh yang diterima dan tinggal di dalam
hidup orang-orang percaya, maka kehidupan mereka yang lama diperbarui. Mereka
memiliki hidup yang baru yang berada di dalam kasih Allah.
Dengan demikian maka kehidupan spiritualitas Kristen merupakan kasih
karunia dan anugerah Allah semata-mata. Kehidupan spiritualitas ada karena kasih
karunia dan anugerah Allah yang mengerjakan dan mengaruniakan keselamatan bagi
orang-orang percaya melalui karya penebusan Yesus Kristus di atas kayu salib. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa munculnya kehidupan spiritualitas di dalam diri
orang-orang percaya inisiatifnya datang dari Allah.
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
69
Fereddy Siagian
Memiliki kehidupan spiritualitas sejati berarti memiliki kesadaran spiritualitas
yang peka dan jernih terhadap realitas kehadiran Allah, baik di dalam kehidupan pribadi
sebagai orang percaya maupun di dalam kehidupan bersama dengan orang lain. Di
wilayah-wilayah kehidupan apa pun misalnya kehidupan emosional pribadi, sosial,
ekonomi, moral, seksual, profesi, hubungan dengan sesama dan semacamnya tidak
dibiarkan lepas dari kesadaran spiritualitas tersebut. Hal ini didasari pada pengakuan
yang sepenuhnya bahwa tidak ada satupun bagian kehidupan orang-orang percaya yang
boleh terpisah dari kehadiran Allah. Akibatnya kehidupan yang dijalani oleh orang
percaya adalah kehidupan yang kudus dan benar. Hidupnya mengalami proses dituntun
dan diajar oleh Roh Kudus untuk mengenal dan mendalami kebenaran Kristus
sebagaimana dinyatakan oleh Alkitab.
1. Spritualitas Kristen dan Beragama Kristen
Beragama
keagamaan,
ditunjukkan
tetapi spiritualitas
dalam
lebih
bentuk
melaksanakan
berbicara tentang
upacara-upacara
semangat
apa
yang
menggerakkan seseorang melakukan upacara keagamaan. Beragama berbicara tentang
apa yang tampak di luar, tetapi spiritualitas berbicara tentang apa yang terjadi di
dalam. Spiritualitas yang sejati akan melahirkan tindakan keagamaan yang sejati.
Tetapi spiritualitas yang palsu akan menghasilkan tindakan keagamaan yang semu.
Itulah sebabnya ada orang yang kelihatan keagamaannya begitu baik yakni
rajin beribadah, rajin membaca firman Tuhan, rajin melayani, tekun berdoa dan bahkan
fasih berkhotbah, tetapi sekaligus hidup di dalam berbagai dosa dan kejahatan. Hal itu
kemungkinan besar karena ia memiliki spiritualitas yang palsu. Tuhan Yesus sangat
mengecam orang-orang yang demikian, karena biasanya mereka hidup di dalam
kemunafikan. Berulang kali Yesus mengecam kemunafikan orang Farisi dan ahli
Taurat. Allah pun membenci segala perayaan keagamaan orang-orang Israel karena
mereka memperkaya dirinya sendiri tanpa mempedulikan orang-orang miskin: “Aku
membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan
rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran
dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak
yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyiannyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar” (Amos 5:21-23). Seorang
70
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
Manifestasi Spritualitas Kristen Di Era Modern
pelayan Tuhan bisa kelihatan baik di gereja dan masyarakat, tetapi di dalam
keluarganya ia tampak begitu jahat. Ini tanda spiritualitas palsu.
2. Ciri Khas Spritualitas Kristiani
Masih banyak sisi lain dari ciri khas atau karakter spiritual Kristen. Sebagian
besar karakter spiritual kristen dapat dikatakan buah Roh (Gal 5:22-23). Orang percaya
yang memiliki spiritualitas kristiani maka di dalam dirinya akan nampak ciri khas
seperti :
Pertama, ia orang yang berbeda. Boleh dikatan bahwa berbagai perselisihan
moral yang terbesar pada setiap zaman bukanlah perselisihan dalam teori moral, tetapi
pada kemampuan untuk membedakan masalah yang sebenarnya. Karakter spiritual yang
baik merupakan inti nasihat Paulus yang berbunyi, “Janganlah kamu menjadi serupa
dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan
yang sempurna” (Rm 12:2).
Kedua, adalah keberanian. Ini merupakan kemampuan untuk melakukan
pekerjaan dengan baik pada waktu keadaan kacau dan sulit. Karakter spiritual yang baik
memiliki keberanian bekerja dengan baik pada saat pencobaan menimpa, dan keadaan
tidak menyenangkan. Keberanian adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan
baik sementara menghadapi ancaman dalam kehidupan, gangguan keamanan, tantangan
masa depan, dan tuntutan pengorbanan atas sesuatu yang sangat dikasihi.
Ketiga, penguasaan diri merupakan sifat baik yang ketiga. Penguasaan diri ini
berarti menguasai hidup kita sendiri. Mampu mengelola, mengendalikan, dan mengatur
segala sesuatu yang sedang terjadi di dalam diri kita. Dengan pertolongan Roh Allah,
karakter spiritual orang kristen yang telah menyerahkan hidupnya pada Kristus akan
menguasai dirinya sedemikian rupa tanpa membiarkan keadaan, barang apa pun atau
siapa pun yang menguasainya. Seperti karunia Roh lainnya, penguasaan diri perlu
dilatih sebab jika tidak maka akan kehilangan karunia itu.
Keempat, adil. Karakter spiritual orang kristen yang membuahkan keadilan
selalu memutuskan untuk bertindak adil dan tidak memperlakukan seseorang berbeda
dengan orang lain. Para nabi menuntut keadilan, serta mengemukakan perkara Tuhan
melawan Israel, “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
71
Fereddy Siagian
apakah yang dituntut Tuhan daripadamu; selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan
hidup dengan rendah hati dihadapan Allahmu? (Mikha 6:8).
3. Manifestasi Spritulitas Kristen
Sedikitnya ada tiga manifestasi Spiritualitas Kristen di dalam kehidupan orangorang percaya. Ketiga spiritualitas itu adalah kehidupan spiritualitas yang dicirikan
dengan persekutuan yang intim di dalam kehidupan pribadi orang percaya bersama
dengan Allah; kehidupan spiritualitas yang ada di dalam komunitas orang percaya; dan
yang terakhir adalah kehidupan spiritualitas yang dinyatakan di dalam praksis. Ketiga
manifestasi ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Mereka adalah saling
menyatu, memperkaya, dan mengisi satu sama lainnya. Ketiganya merupakan kesatuan
yang utuh dan penuh yang butuh diekspresikan di dalam kehidupan orang-orang
percaya.
Persekutuan Yang Intim Antara Kehidupan Orang Percaya Dan Allah
Tujuan dari spiritualitas Kristen adalah untuk mencapai persekutuan yang intim antara
orang percaya dengan Allah. Persekutuan yang intim ini sering disebut sebagai unio
mystica (persatuan atau persekutuan mistik) dengan Allah. Di sini kata mistik tidak
berarti sebuah rahasia,18 “but in its use to indicate the mystery of God‘s love for us
revealed in Christ – and is a secret, or a mystery, not because it is kept secret, on the
contrary it is something to be proclaimed and made known... and accessible to us in the
life, death, and resurrection of Christ.” Dengan kata lain unio mystica adalah
persekutuan yang sangat mendalam antara orang percaya dengan Allah yang telah
menyatakan diri-Nya untuk diketahui dan dikenal melalui pribadi Yesus Kristus. Unio
mystica ini mendapat dasarnya dari Alkitab seperti di dalam Injil Yohanes 10:30 “Aku
dan BapaKu adalah satu”; 17:11 (bdk. Ayb. 21, 22, 23; Fil. 1:23) “...supaya mereka
menjadi satu seperti kita.” Melalui unio mystica ini, orang percaya dapat
‘membenamkan (immerse)’ dirinya di dalam kehadiran Allah dan di kedalaman kasihNya secara pribadi (juga dapat secara komunal) melalui disiplin-disiplin rohani seperti
berdoa, berpuasa, kontemplasi, membaca Firman Tuhan dsb.
Di dalam sejarah gereja di masa lalu, usaha untuk Unio mystica secara radikal
di dalam kehidupan orang percaya banyak dilakukan melalui kehidupan di monasteri
atau pertapaan Kristen dengan cara hidup selibat dan menarik diri dari keramaian.
Seorang teolog mengatakan bahwa jika perginya orang-orang percaya ke pertapaan
72
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
Manifestasi Spritualitas Kristen Di Era Modern
Kristen sebagai reaksi terhadap keadaan dunia yang semakin dipenuhi hawa nafsu yang
jahat, maka hal itu masih dapat dikatakan mempunyai nilai positif. Oleh karena
tindakan tersebut menunjukkan sikap protes terhadap keterpurukan kehidupan manusia
di dalam dosa. Tetapi jika kepergian itu sebagai usaha mengisolasi diri dari dunia
karena dunia semata-mata dianggap jahat secara keseluruhannya, maka tindakan
tersebut adalah keliru. Tindakan ini tidak sesuai dengan dengan pernyataan Tuhan
Yesus di dalam Injil Yohanes 17:18 (baca juga ay. 15, 16) yang mengatakan: “sama
seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus
mereka ke dalam dunia.”
Unio mystica yang dilakukan melalui disiplin-disiplin rohani mempunyai
peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan kehidupan spiritualitas orang percaya.
Misalnya hal ini dapat dicontohkan dalam tradisi spiritualitas pengikut-pengikut Ordo
Fransiskan yang terlibat pelayanan supervisi di dalam pastoral klinis. “…a Fransiscan
has committed himself/herself to an on-going personal prayer life containing at least
one hour a day of contemplative prayer. This daily contemplative prayer may facilitate
the person’s growth in becoming more Christlike in compassion for oneself and others.”
Catatan untuk ditegaskan di sini bahwa bukan disiplin-disiplin rohani itu sendiri yang
memperbarui hidup orang-orang percaya, tetapi Allah bekerja menyatakan anugerahNya melalui tekad dan kesungguhan orang-orang dalam melakukan hal-hal tersebut.
Tepat
sekali
apa
yang
dikatakan
oleh
Foster
sebagai
berikut:
God has given us the Disciplines of the spiritual life as a means of receiving His grace.
The Disciplines allow us to place ourselves before God so that He can transform us …
The Disciplines are God’s ways of getting us into the ground; they put us where He can
work within us and transform us. By themselves the Spiritual Disciplines can do
nothing; they can only get us to the place where something can be done. They are God’s
means of grace. The inner righteousness we seek is not something that is poured on our
heads. God has ordained the Disciplines of the spiritual life as the means by which we
are placed where He can bless us.
Kehidupan
Spiritualitas
di
dalam
Komunitas
Orang
Percaya
Kehidupan spiritualitas setiap pribadi orang percaya mendapat konteksnya di dalam
sebuah komunitas orang percaya. Kehidupan spiritualitas yang dihidupi secara sendirian
dan terisolasi dari sebuah komunitas adalah bukan manifestasi kehidupan spiritualitas
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
73
Fereddy Siagian
Kristen yang benar. Karena kehidupan spiritualitas yang seperti itu dapat memunculkan
sikap egois, sombong, serta memunculkan sikap ketidakpedulian terhadap sesamanya.
Kehidupan spiritualitas di dalam komunitas orang percaya sebenarnya mencerminkan
kehidupan Allah Trinitas. Seorang penulis berkata bahwa Allah Bapa sejak dari
mulanya tidak pernah sendirian dan terisolasi dari pribadi-pribadi lainnya, Ia ada di
dalam komunitas, yaitu di dalam komunitas Allah Trinitas. Jika Allah Bapa adalah
kasih maka Allah Bapa butuh mengekspresikan dan menyatakan kasih-Nya kepada
kedua pribadi Allah Trinitas lainnya dan demikian juga sebaliknya. Kasih tidak dapat
diekspresikan jika tanpa adanya komunitas; dan kasih yang tidak diekspresikan maka
kasih itu tidak berfungsi.
Pentingnya sebuah komunitas di dalam membangun kehidupan spiritualitas
pribadi orang percaya juga ditegaskan oleh pengajaran Tuhan Yesus tentang doa. Tuhan
Yesus menegaskan apabila dua atau tiga orang berkumpul – di dalam sebuah komunitas
- sehati dan sepikir di dalam doa maka Allah ada di tengah-tengah mereka (Mat. 18:20;
bdk. Mat. 5:23-24, 1Kor. 12; Rm. 12:3-8).
Allah menghendaki agar setiap pribadi orang percaya dapat terus menerus - di
dalam proses kehidupan yang aktif, dinamis, dan progresif melalui tuntunan dan
pimpinan Roh Kudus - menumbuhkan dan menghidupkan kehidupan spiritualitasnya
masing-masing di dalam sebuah komunitas. Hal ini penting agar kehidupan spiritualitas
mereka dapat ‘dikawal’ oleh komunitas sehingga jika terjadi penyimpangan dapat
dikoreksi oleh komunitas dengan berdasarkan pada kebenaran Firman Tuhan. Namun
juga bisa terjadi sebaliknya ketika komunitas orang percaya telah berjalan jauh dari
Allah, maka Allah memperingatkan mereka melalui nabi-nabi-Nya yang diutus kepada
mereka. Dalam hal ini kehidupan spiritualitas komunitas “dikawal” dan dikoreksi oleh
hamba-hamba-Nya yang Allah kirim.Bersama-sama dan di dalam komunitas, orang
percaya dapat menghayati dan mengalami juga unio mystica bersama Allah. Rasul
Paulus dan penulis PB lainnya menggambarkan unio mystica secara komunal dengan
memakai gambaran komunitas orang beriman sebagai Tubuh Kristus (Rm. 12:3 dst.;
1Kor. 12:14 dst.), mempelai perempuan Kristus (Ef. 5:27 dst.; Why. 21:9), umat Allah
(Gal. 6:15-16; Ef. 2:12; Ibr. 8:8-10; 1Ptr. 2:9; 1Kor. 10:1-10; Rm. 15:8-10); komunitas
Roh Kudus (1Kor. 3:16; Ef. 2:17-22; 1Ptr. 2:4-7) dsb.
74
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
Manifestasi Spritualitas Kristen Di Era Modern
Manifestasi kehidupan spiritualitas Kristen bersama di dalam sebuah
komunitas mempunyai tujuan untuk membentuk kesatuan dalam penyembahan yang
tertuju kepada Allah (worship); pembangunan rohani bersama antar orang percaya;
kesatuan iman, kasih, dan pengharapan bersama; kerjasama pelayanan bersama dengan
diperlengkapi karunia-karunia rohani; penghayatan sakramen bersama; dan kesaksian
hidup komunal Kristen di dalam kata dan perbuatan kepada komunitas lainnya dsb.
Masing-masing komunitas orang percaya yang berada di berbagai denominasi gereja
boleh mempunyai konfesi (pernyataan iman gerejawi lokal teruntuk aliran gerejanya
sendiri), bentuk pemerintahan gerejawi, dan ajaran penekanan teologi yang beragam
sesuai dengan konteksnya pergumulannya masing-masing. Namun demikian perbedaanperbedaan tersebut sebaiknya tidak menjadi penghambat dan penghalang bagi persatuan
gereja. Kehidupan spiritualitas bersama yang berpusat kepada Kristus dan Allah
Tritinitas menjadi dasar pengikat dan pemersatu yang ampuh dan kokoh. Di dalam
kedua pusat spiritualitas ini, kehidupan bersama dirayakan. Mungkin pencarian dan
pencapaian kesatuan gereja yang kelihatan (the visible unity of the Church) secara
oikumenis dapat ditempuh melalui manifestasi kehidupan spiritualitas Kristen bersama
ini.
Kehidupan Spiritualitas Kristen di dalam
praksis
sangat
sering
terjadi
pemahaman yang keliru mengenai spiritualitas di dalam kehidupan orang-orang
percaya. Di mana hal-hal yang menyangkut kehidupan spiritualitas orang-orang percaya
hanya dipahami dalam kategori urusan- urusan batin saja dan tidak kait-mengkait
dengan soal fisik atau jasmani (tubuh). Akibatnya, penekanan spiritualitas yang
demikian berakibat hanya fokus kepada aspek pengalaman spiritualitas yang dianggap
“luar biasa“ seperti mempunyai penglihatan-penglihatan rohani; dan penekanan pada
perasaan ekstasi misalnya penekanan utama pada karunia bahasa roh, pujian, dan
penyembahan yang sangat emosional dsb. Jelas sekali bahwa pemahaman kehidupan
spiritualitas sejenis ini berpusat kepada pencapaian pengalaman spiritual pribadi sebagai
tujuannya
akhirnya.
McIntosh
mengkritik
jenis
spiritualitas
ini
dengan
menegaskan bahwa:
“...personal exerience is not in itself the goal of spirituality. Individuals are not so much
seeking to discover their own feeling as to live into the knowledge and love of God
through the hard work of being members one with another of the Body of Christ.
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
75
Fereddy Siagian
Spirituality in this early Christian sense is inherently mutual, communal, practical and
oriented towards the God who makes self-known precisely in this new pattern of life
called church.”
Lagi, jenis kehidupan spiritualitas yang berpusat kepada pencapaian
pengalaman spiritual pribadi sebagai tujuannya ini melihat hidup tidak sebagai
keseluruhan yaitu kesatuan tubuh dan jiwa (roh). Hidup dilihat di dalam perspektif
dikotomi sehingga sebagai akibatnya perkara-perkara kehidupan jasmanih atau tubuh
dan sosial ditempatkan di bawah perkara-perkara kehidupan spiritual yang berorientasi
pada kepuasan batin dan diri pribadi. Spiritualitas jenis ini tidak melihat hidup sebagai
sesuatu yang holistik yang harus dipersembahkan kepada Allah. Oleh karena tubuh
digolongkan kepada dunia fisik atau dunia fenomena sebaliknya jiwa digolongkan pada
dunia noumena (metafisika); tubuh dianggap sebagai belenggu atau rantai bagi jiwa.
Spiritualitas semacam ini mempengaruhi juga di dalam konsep keselamatan, yakni
keselamatan yang hanya berfokus pada perkara keselamatan jiwa saja. Akibatnya
keselamatan hanya dipahami di dalam perkara-perkara eskatologis di masa yang akan
datang. Spiritualitas semacam ini juga tidak mencerminkan mengenai esensi tugas
gereja secara benar. Tugas gereja dipahami sekedar proporsional, yakni sekedar
pemberitaan nama Yesus Kristus semata-mata agar siapa yang percaya dapat
diselamatkan di dunia akhirat; dan bukan menyatakan tindakan-tindakan sosial di dalam
kehidupan praksis.
Kalaupun tindakan-tindakan sosial dijalankan oleh Gereja, maka itu adalah
urutan kedua atau kesekian setelah tugas pemberitaan Injil yang mendapat prioritas
utamanya. Hal ini mengabaikan esensi tugas Gereja yang sebenarnya, yang meliputi
penginjilan dan tindakan sosial. Melba Padilla Maggay, seorang teolog perempuan dari
Filipina, mengatakan bahwa penginjilan dan tindakan sosial adalah tugas yang esensi
dari Gereja; penginjilan berbicara mengenai proklamasi keselamatan di dalam nama
Yesus Kristus dan tindakan sosial berbicara mengenai kehadiran Gereja di suatu
konteks. Kedua esensi tugas gereja ini bertujuan menghadirkan kesaksian tentang
Kerajaan Allah dan kedua tugas Gereja ini adalah intisari Injil (berita gembira, Yunani:
euangelion).
Spiritualitas Kristen yang benar harus diaktualisasikan juga di dalam
kehidupan yang menaruh perhatian terhadap jasmani (tubuh) dan sosial. Spiritualitas
76
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
Manifestasi Spritualitas Kristen Di Era Modern
demikian berfokus pada tindakan praksis yang menaruh perhatian terhadap masalahmasalah seperti kemiskinan, gender, ketidakadilan sosial, problem ekologi dan sosial
politik, dst. Manifestasi spiritualitas ini mendorong kehidupan orang percaya baik
secara pribadi dan komunal – sesuai tugas panggilannya masing-masing - bergumul dan
berjuang untuk mendatangkan tanda-tanda Kerajaan Allah: kasih, keadilan, kuasa, dan
damai sejahtera di tengah-tengah kehidupan sosial yang dihadapinya. Hal ini adalah
sebagaimana Yesus Kristus telah lakukan. Ia dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Allah
untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di tengah-tengah pergumulan
masyarakat pada waktu itu. Hal yang sama semestinya juga diperbuat oleh Gereja
sebagai kumpulan orang-orang percaya – yang mengaku sebagai murid dan pengikut
Kristus – untuk dapat terus peka terhadap tuntunan Roh Kudus yang terus aktif,
dinamis, serta progresif di dalam dunia ini. Roh Kudus memimpin Gereja untuk hadir di
setiap konteks di mana ia ada dan dapat menunaikan tugas esensi panggilan-Nya. Gereja
yang sejati adalah Gereja yang berdoa memohon kepada Roh Allah agar menguduskan
kehidupannya; dan menjadikannya sebagai alat Tuhan untuk dapat menjadi ‘terang dan
garam’ guna mendatangkan pembaruan di masyarakat dan dunia. Gereja yang demikian
adalah gereja yang rajin dan tekun berbuat didasari oleh kasih karunia dan anugerah
Allah yang telah menyelamatkan hidupnya.
Kesimpulan
Dari semua tujuan dimilikinya spiritualitas kristiani baik oleh anggota gereja
maupun para pelayan, diharapkan semua orang menjadi kawan sekerja Allah yang
memenuhi panggilan menghadirkan tanda-tanda kehdiran Kerajaan Sorga dalam dunia.
Mengembangkan spiritualitas kristiani dalam diri masing-masing orang haruslah
menjadi tugas bersama yang terus dikerjakan sebagai bagian dari memenuhi panggilan
untuk menjadi sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna
Kehidupan spiritualitas Kristen di dalam diri orang-orang percaya dimulai ketika
mereka percaya dan beriman kepada Yesus Kristus dan sebagai akibatnya mereka
mempunyai karunia Roh. Roh Kudus tinggal di dalam hidup mereka dan memimpin
mereka untuk melakukan kehendak Allah sebagaimana Yesus Kristus telah lakukan.
Spiritualitas Kristen memiliki keunikannya sendiri oleh karena merupakan kasih
karunia dan anugerah semata-mata dari Allah. Spiritualitas Kristen menekankan
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
77
Fereddy Siagian
kehidupan persekutuan yang intim antara orang-orang percaya bersama dengan Allah
Trinitas. Di dalam persekutuan tersebut kehidupan orang-orang percaya ditransformasi
untuk hidup sesuai dengan kasih Allah. Kehidupan spiritualitas Kristen adalah aktif,
dinamis, dan progresif – baik di dalam diri orang percaya maupun komunitas orang
percaya – seturut tuntunan dan pimpinan Roh Kudus untuk menyatakan tanda-tanda
Kerajaan Allah dalam tindakan praksis sebagai respon terhadap tantangan-tantangan
pergumulan yang dihadapinya.
78
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
Manifestasi Spritualitas Kristen Di Era Modern
BIBLOIGRAFI
Adolf Heuken.2002, Spiritualitas Kristiani –Pemekaran hidup rohani selama dua puluh
abad . Jakarta: Yayasan Cipta Loka Karya.
B.F. Drewes dan Julianus Mojau.2006, Apa Itu Teologi? Pengantar ke dalam Ilmu
Teologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Darminta, J. Mistik.1995, Devosi dan Hidup Rohani. Yogyakarta: Kanisius.
David Augsburger.2006, Dissident discipleship: a Spirituality of Self-surrender, Love
of God, and Love of Neighbor. USA: Brazor Press.
Donald S. Whitney.2006, Spiritual Disciplines For The Christian Life. Filipina:
Navpress.
Kenneth A, Curtis, Stephen Lang & Randy Petersen.2003, 100 Peristiwa Penting
Dalam Sejarah Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Paulinus Yan Olla.2010, Teologi Spiritual Pengantar pada Teologi spiritual, Tematema dan Strukturalisasi Pengajarannya. Yogyakarta: Kanisius.
Robin Robertson.2004, Menuju Spiritualitas Baru. Yogyakarta: Media Abadi
Tom Jacobs.2004,
Faham Allahdalam Filsafat Agama-agama dan Teologi.
Yogyakarta: Kanisius.
Tom Jacobs.2004, Teologi Doa. Yogyakarta: Kanisius.
Internet
http://lenymansopu31.blogspot.co.id/2015/01/spiritualitas-kristen.html
diakses
pada
tanggal 26 September 2016 pukul 17:28
http://petrusfs.blogspot.co.id/2008/02/spiritualias-kristen-di-dalam-tugas.html
diakses
pada tanggal 28 September 2016 pukul 14:00
http://semuaberkat.blogspot.co.id/2010/10/spiritualitas-kristen-dasar-tujuan-dan.html
diakses pada tanggal 29 September 2016 pukul 18:00
http://lenymansopu31.blogspot.co.id/2015/01/spiritualitas-kristen.html
Syntax Literate, Vol. 1, No. 2 Oktober 2016
79
Download