pengaruh citra perusahaan, citra produk dan citra pemakai terhadap

advertisement
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
PENGARUH CITRA PERUSAHAAN, CITRA PRODUK DAN CITRA
PEMAKAI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK
FOREMOST PADA DISTRO RUBY SOHO DI SINGARAJA
Made Suci Pratiwi, I Wayan Suwendra, Ni Nyoman Yulianthini
Jurusan Manajemen
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh : (1) citra perusahaan, citra produk dan citra
pemakai terhadap keputusan pembelian, (2) citra perusahaan terhadap keputusan pembelian, (3) citra
produk terhadap keputusan pembelian dan (4) citra pemakai terhadap keputusan pembelian. Penelitian
ini menggunakan desain kuantitatif kausal.Subjek penelitian adalahDistro Ruby Soho di Singaraja dan
objeknya adalahcitra perusahaan, citra produk, citra pemakai dan keputusan pembelian.Data
dikumpulkan dengan metode pencatatan dokumen dan kuesioner,analisis yang di gunakan adalah
analisisregresi berganda. Hasil analisis regresi bergandamenunjukkan bahwa bahwa (1) citra
perusahaan, citra produk dan citra pemakai secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian,(2) citra perusahaan, citra produk dan citra pemakaisecara parsial berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian dan (3) variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan
pembelian adalah citra perusahaan.
Kata kunci : citra perusahaan, citra produk, citra pemakai dan keputusan pembelian.
Abstract
This research aims to knowinfluence of : (1)corporate image, product image and user image to
purchasing decisions, (2) corporate image to purchasing decisions, (4) product image to purchasing
decisions and (4) user image to purchasing decisions. This research use quantitative design. The subject
of the research is Distro Ruby Soho at Singarajaand the object iscorporate image, product image, user
image and purchasing decisions. Data is collected by recording of documents and questionnaires
method, analyzed by multiple regression analysis. Themultiple regression analysis result shows that (1)
the corporate image, product image and user image have influence positively and significant to the
purchasing decisions, (2) the corporate image, product image and user imagepartially significanteffect to
the purchasing decisions, and (3) The most dominant influencepurchasing decisions are corporate
image.
Key words: corporate image, product image, user image and purchasing decisions.
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Persaingan pasar yang semakin ketat
secara tidak langsung akan mempengaruhi
usaha
suatu
perusahaan
dalam
mempertahankan
pangsa
pasar.
Perusahaan dituntut untuk memahami
prilaku konsumen pada pasar sasarannya
dengan menawarkan atau menjual produk
yang berkualitas disertai pelayanan yang
baik kepada pelanggannya. Apabila hal
tersebut dapat dilakukan,perusahaan akan
berkesempatan mendapat keuntungan
yang lebih bila dibandingkan dengan
pesaing.
Konsumen mempunyai peran yang
penting bagi perusahaan. Oleh karena itu,
dalam eksistensi produk di pasaran
sehingga semua kegiatan perusahaan akan
diupayakan untuk bisa memposisikan
produk agar dapat diterima oleh konsumen.
Sehubungan
dengan
keberadaan
konsumen
dan
beraneka
ragam
kebutuhannya maka produsen harus
tanggap untuk melakukan pengamatan
terhadap apa yang menjadi keinginan
konsumen. Sehingga perusahaan dapat
memenuhi dan memuaskan konsumen
melalui produk yang ditawarkan.
Kepercayaan
pada
sebuah
merk
memegang
peranan
penting
dalam
keputusan pembelian konsumen. Dalam hal
ini konsumen percaya bahwa merk yang
mempunyai citra citra perusahaan, citra
produk dan citra pemakai yang positif
merupakan suatu jaminan untuk suatu
produk. Konsumen akan selalu membeli
produk untuk memenuhi kebutuhan akan
tetapi produk mana yang mereka beli dan
bagaimana mereka membuat keputusan
akan erat hubungannya dengan perasaan
mereka terhadap citra dari produk yang
ditawarkan.
Distro saat ini sudah menjamur di
berbagai kota besar. Puluhan bahkan
ratusan distro menyengat seperti wabah ke
penjuru kota di Indonesia. Dengan makin
maraknya, di beberapa tempat mangkal
kawula muda, setiap ratusan meter hadir
distro dan kini telah mewabah di kota
Singaraja.
Salah satu distro di Singaraja adalah
Ruby Soho. Ruby Soho adalah sebuah
distro yang berdiri sejak akhir tahun 2010.
Usaha bisnis yang berada pusat kota di Jl.
A. Yani barat 175x Singaraja ini terlihat
berbeda bila dibandingkan dengan distro
lain yang ada di Singaraja. Mulai desain
interiornya hingga konsep distro yang
membedakan dengan distro yang lain.
Ruby Soho terus mencoba menyediakan
produk-produk yang berkualitas dan
pelayanan yang maksimal. Produk-produk
yang ada di Ruby Soho merupakan produk
bermerk yang sudah memiliki komunitas
dan penggemarnya masing-masing seperti
Petersaysdenim, Crooz, Overload, Hube,
Damn,
Addicted,
Furious,
Mayhem,
Foremost, Handmad, Dynamite dan Ruby
Soho itu sendiri. Jadi selain menjual produk
orang lain, Ruby Soho juga memiliki produk
sendiri yang diberi label Ruby Soho cloth.
Menurut
Kotler
(2005)
dalam
meningkatkan persaingan masing-masing
perusahaan harus dapat memenangkan
persaingan tersebut dengan menampilkan
produk yang terbaik dan dapat memenuhi
selera konsumen yang selalu berkembang
dan berubah-ubah. Untuk memenangkan
persaingan yang semakin kompetitif para
pelaku usaha dituntut untuk mampu
menciptakan keunggulan bersaing atas
produk dan layanannya dalam upaya
memuaskan pelanggan. Hal ini sangat
penting
karena
konsep
pemasaran
menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan
konsumen merupakan syarat ekonomi dan
sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan
(Basu Swastha, 2009). Tanpa adanya
pelanggan, setiap perusahaan akan
kehilangan pendapatannya yang berakibat
pada jatuhnya bisnis tersebut.
Konsumen
pada
umumnya
akan
langsung percaya kepada merk yang sudah
terkenal atau dikenal banyak orang karena
itu berarti merk tersebut mempunyai citra
yang baik di masyarakat seperti citra
perusahaan, citra produk dan citra pemakai.
Citra perusahaan merupakan
kesan
psikologis dan gambaran dari berbagai
kegiatan suatu perusahaan di mata
khalayak
publiknya yang berdasarkan
pengetahuan,
tanggapan
serta
pengalaman-pengalaman
yang
telah
diterimanya (Mulyana, 2008:48). Citra
produk adalah sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap suatu
produk, Biel (1992). Citra pemakai (user
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
image) adalah sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap pemakai
yang menggunakan suatu barang atau jasa
(Biel, 1992:365)
Saat ini Foremost menjadi salah satu
merk yang paling terkemuka dan terkenal di
kalangan anak-anak muda . Berikut akan
ditampilkan data penjualan Foremost
selama bulan November 2012 hingga
Agustus 2013.
Tabel 1.1 Data penjualan di Distro Ruby Soho dengan rata-rata dari bulan November 2012Agustus 2013
Rata-rata penjualan dari November
No.
Nama Produk
2012-Agustus 2013
1
Foremost
Rp. 10.757.375
2
Crooz
Rp. 6.424.150
3
Petersaysdenim
Rp. 7.792.500
4
Ruby Soho
Rp. 6.368.500
5
Hube
Rp. 8.288.600
6
Addicted
Rp. 6.047.600
7
Furious
Rp. 7.238.050
8
Mayhem
Rp. 5.165.200
9
Overload
Rp. 4.160.000
10
Dynamite
Rp. 3.887.100
11
Handmad
Rp. 4.510.000
12
Damn
Rp. 5.325.100
Sumber : Data penjualan pada Distro Ruby Soho Kota Singaraja
Tabel diatas adalah data penjualan
Produk pada Distro Ruby Soho, dimana
data tersebut menunjukan citra produk, citra
pemakai, citra perusahaan mempengaruhi
keputusan pembelian. Dilihat dari adanya
tingkat penjualan, produk Foremost yang
mendapatkan penjualan paling tinggi di
bandingkan produk Petersaysdenim, Crooz,
Overload, Hube, Damn, Addicted, Furious,
Mayhem, Handmad, Dynamite dan Ruby
Soho. Tetapi produk Foremost mengalami
penurunan penjualan dari bulan November
2012 hingga Agustus 2013 dapat di lihat
pada lampiran 2. Sementara produk yang
lainnya mengalami fluktuasi. Hal ini diduga
karena adanya persaingan antara produk
satu dengan produk yang lainnya. Seperti
contohnya : munculnya desain baru dari
produk-produk yang ada di Distro Ruby
Soho.
Berdasarkan data tersebut peneliti
menjadi tertarik untuk melakukan penelitian
“Pengaruh Citra Perusahaan, Citra Produk,
dan Citra Pemakai Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Foremost pada Distro
Ruby Soho di Singaraja”
Berdasarkan uraian latar belakang
masalah tersebut, maka yang menjadi
pokok permasalahannya adalah apakah
ada
pengaruh
simultan
dari
Citra
Perusahaan, Citra Produk, dan Citra
Pemakai terhadap Keputusan Pembelian
produk Foremost pada Distro Ruby Soho di
Singaraja?, apakah ada pengaruh parsial
dari Citra Perusahaan, Citra Produk dan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
Citra
Pemakai
terhadap
Keputusan
Pembelian produk Foremost pada Distro
Ruby Soho di Singaraja?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah ada pengaruh
simultan dari Citra Perusahaan, Citra
Produk, Citra Pemakai terhadap Keputusan
Pembelian produk Foremost pada Distro
Ruby Soho di Singaraja, dan untuk
mengetahui apakah ada pengaruh parsial
dari Citra Perusahaan, Citra Produk dan
Citra
Pemakai
terhadap
Keputusan
Pembelian produk Foremost pada Distro
Ruby Soho di Singaraja.
Sembelum kita mengetahui apa itu citra
perusahaan, citra produk dan citra pemakai,
ada baiknya kita mengetahui terlebih
dahulu pengertian citra dan merk. Citra
adalah adalah kepercayaan dan ide
seseorang terhadap sesuatu (Kotler,
2005:626). Pendapat tersebut sejalan
dengan pendapat Buchari (1992) bahwa,
citra adalah kesan, impressi, perasaan atau
persepsi yang ada pada publik mengenai
perusahaan, suatu obyek, orang atau
lembaga. Bison Simamora (2002:149),
mengatakan bahwa merk merupakan janji
penjual untuk secara konsisten memberikan
feature, manfaat dan jasa tententu kepada
pembeli, bukan hanya sekedar simbol yang
membedakan produk perusahaan tertentu
dengan kompetitornya.
Citra merk adalah sekumpulan asosiasi
merk yang terbentuk dan melekat di benak
konsumen (Aaker, 1991:109). Citra merk
dibangun berdasarkan kesan, pemikiran
ataupun
pengalaman
yang
dialami
seseorang terhadap suatu merk yang pada
akhirnya akan membentuk sikap terhadap
merk
yang
bersangkutan
(Setiadi,
2003:180). Konsumen yang terbiasa
menggunakan merk tertentu cenderung
memiliki konsistensi terhadap citra merk.
Jadi apabila suatu konsep merk yang kuat
dapat dikomunikasikan secara baik kepada
pasar sasaran yang tepat, maka produk
akan menghasilkan citra merk yang dapat
mencerminkan identitas merk yang jelas
(Rangkuti,2004:22).
Setiap perusahaan pasti mempunyai
seuah citra di masyarakat. Citra itu dapat
berperingkat baik, sedang , maupun buruk.
Dampak peringkat citra yang berbeda antar
perusahaan dalam suatu industri
ikut
mempengaruhi keberhasilan mereka dalam
kegiatan bisnis dan pemasaran produknya.
Hal ini dikarenakan persepsi konsumen
terhadap citra perusahaan dapat memberi
pengaruh pada kecenderungan keputusan
pembelian.
Citra perusahaan diawali dengan adanya
persepsi
publik
mengenai
suatu
perusahaan yang terbentuk dalam benak
para pelanggan. Untuk membentuk citra
perusahaan yang positif, perusahaan perlu
melakukan kegiatan yang terkait dengan
lingkungan perusahaan, baik internal
ataupun eksternal. Menurut Siswanto
Sutojo (2004:3) citra perusahaan adalah
persepsi masyarakat terhadap jati diri suatu
perusahaan.
Sementara menurut Biel (1992:363) citra
perusahaan merupakan kesan psikologis
dan gambaran dari berbagai kegiatan suatu
perusahaan di mata khalayak publiknya
yang berdasarkan pengetahuan, tanggapan
serta pengalaman-pengalaman yang telah
diterimanya. Sementara menurut Sutisna
(2000: 67) citra perusahaan adalah
gambaran singkat yang dimiliki oleh
perusahaan yang diciptakan melalui
akumulasi pesan-pesan yang diterima
melalui pengalaman yang dirasakan oleh
seluruh indera.
Berdasarkan beberapa pengertian dari
beberapa ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa citra perusahaan adalah
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap perusahaan yang
membuat suatu produk atau jasa. Menurut
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana
(2002:27) citra perusahaan meliputi (a)
Bukti langsung (tangibles), yaitu hal-hal
yang bisa dilihat secara langsung dalam
suatu perusahaan yang meliputi fasilitas
fisik, pegawai dan sarana komunikasi, (b)
Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan
memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera dan memuaskan. Untuk
mengukur kehandalan dapat menggunakan
kepuasan dari pelanggan, (c) Daya tanggap
(responsiveness), yaitu keinginan para staff
untuk membantu para pelanggan dalam
memenuhi kebutuhannya. Untuk mengukur
daya
tanggap
dapat
menggunakan
pelayanan
yang
tanggap
kepada
pelanggan, (d) Jaminan (assurance),
meliputi kesopanan, kemampuan dan sifat
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
dapat dipercaya yang dimilki para staff, (e)
Empati, yaitu memahami apa yang
dibutuhkan oleh para pelanggan mmelalui
komunikasi yang baik dengan pelanggan.
Citra produk
adalah sekumpulan
asosiasi yang dipersepsikan konsumen
terhadap suatu produk, Biel (1992).
Persepsi terhadap produk merupakan
persepsi konsumen terhadap keseluruhan
dari kualitas yang dimiliki oleh sebuah
produk yang berkaitan dengan apa yang
diharapkan oleh konsumen. Sementara
menurut Buchari Alma (2007:139) citra
produk
adalah
persepsi
seseorang
terhadap seperangkat atribut baik berwujud
maupun tidak berwujud.
Menurut Simamora (2004:43) citra
produk adalah sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap suatu
produk. Citra produk dibangun agar menjadi
positif dimata publik baik yang telah
menjadi
konsumen
nyata
maupun
konsumen
yang
hendak
dibidik
Berdasarkan beberapa pengertian dari
beberapa ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa citra produk adalah
kesan, pendapat, atau tanggapan yang
dimiliki oleh konsumen terhadap suatu
objek produk tertentu.
Konsumen memiliki kepentingan yang
berbeda-beda terhadap suatu produk, jadi
persepsi konsumen terhadap suatu produk
berbeda pula. Persepsi konsumen ini akan
melibatkan apa yang penting bagi
konsumen (Durianto dkk., 2001). Secara
garis besar persepsi produk terdiri dari (1)
Kualitas Produk, Menurut American Society
for Quality Control, kualitas produk
merupakan keseluruhan ciri dan karakterkarakter dari sebuah produk atau jasa yang
menunjukkan
kemampuannya
untuk
memuaskan kebutuhan yang tersirat.
Menurut Tjiptono (1997: 25) kualitas produk
disusun oleh enam elemen yaitu (a) Kinerja,
yaitu elemen kualitas produk yang berkaitan
langsung dengan bagaimana suatu produk
dapat menjalankan fungsinya dengan baik
sehingga dapat digunkan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, (b) Feature, yaitu
merupakan fungsi-fungsi sekunder yang
ditambahkan
pada
suatu
produk.
Contohnya Laptop dilengkapi dengan
mouse,
(c)
Keawetan
(durability),
menunjukkan suatu pengukuran terhadap
siklus produk, baik secara teknis maupun
waktu. Suatu produk dikatakan awet
apabila produk tersebut tahan dalam
pemakaian berulang-ulang, (d) Konsistensi,
yaitu
merupakan
elemen
yang
menunjukkan seberapa jauh suatu produk
dapat
memenuhi
standar/spesifikasi
tertentu, (e) Estetika (asthethic), yaitu
merupakan
aspek emosional
dalam
mempengaruhi
kepuasan
konsumen.
Estetika disini juga dapat diartikan sebagai
daya tarik produk terhadap panca indera.
Misalnya bentuk fisik mobil yang menarik,
model atau desain yang artistik, warna, dan
sebagainya. (2) Harga merupakan suatu
nilai yang diberikan oleh seseorang
(produsen) terhadap suatu barang (produk)
ataupun jasa. Harga yang dimiliki oleh
sebuah barang ataupun jasa berbeda-beda
sesuai dengan jenis, bentuk, serta
kegunaan yang dimiliki. Perusahaan
berlomba-lomba
menawarkan
produk
kepada konsumen dengan harga yang
relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat. Hal ini
dilakukan karena pada umunya harga yang
lebih murah akan lebih diharapkan oleh
pembeli dibanding harga yang terlampau
tinggi. (3) Kemudahan, suatu produk akan
lebih cepat dikenal oleh konsumen apabila
produk tersebut mudah digunakan atau
dioperasikan.
Selain mudah digunakan
produk
yang
ditawarkan
hendaknya
nyaman saat digunakan. Hal lain yang
perlu diperhatikan lagi adalah efisiensi dari
produk yang ditawarkan.
Efisien yang
dimaksud
disini yaitu
mendapatkan,
memakai atau mendapatkan pelayanan dari
suatu produk yang tidak memerlukan waktu
yang terlalu lama. Konsumen akan
cenderung lebih merasa puas jika ia
merasa relatif mudah, nyaman, dan efisien
dalam mendapatkan produk ataupun
pelayanan.
Citra pemakai (user image) adalah
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen
terhadap
pemakai
yang
menggunakan suatu barang atau jasa (Biel,
1992:365). Sementara menurut Suharta
Abdul Manjid (2009:70) citra pemakai
adalah perasaan atau konsepsi seseorang
terhadap konsumen yang menggunakan
suata produk tertentu. Menurut Zeithaml
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
(1996:87) citra pemakai adalah kesan
terhadap suatu produk atau merk dari suatu
perusahaan yang disimpan dalam ingatan
konsumen
yang
dihasilkan
melalui
pengalaman masalalu. Sementara menurut
Edward (2002) citra pemakai adalah
gambaran yang dimiliki oleh seseorang
mengenai dirinya sendiri. Berdasarkan
beberapa pengertian dari beberapa ahli
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
citra pemakai adalah sekumpulan asosiasi
yang dipersepsikan konsumen terhadap
pemakai yang menggunakan barang atau
jasa, meliputi pemakai itu sendiri, gaya
hidup atau kepribadian dan status sosial.
Citra pemakai meliputi (1) Gaya Hidup/
kepribadian, menurut Kotler (2002:192)
pengertian gaya hidup adalah sebagai
berikut. “Gaya hidup merupakan pola hidup
seseorang yang dituangkan dalam aktivitas,
minat, serta pendapatnya”. Gaya hidup
menggambarkan
keseluruhan
diri
seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Secara umum gaya hidup
dapat diartikan sebagai suatu yang dikenali
dengan bagaimana orang menghabiskan
waktunya (aktivitas), apa yang penting
orang pertimbangkan pada lingkungan
(minat), dan apa yang orang pikirkan
tentang diri sendiri dan dunia di sekitar
(opini). Sementara menurut Minor dan
Mowen (2009:57) gaya hidup menunjukkan
bagaimana orang menjalani hidupnya,
bagaimana membelanjakan uang, dan
bagaimana mengalokasikan waktu. Dari
beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola
hidup seseorang yang dinyatakan dalam
kegiatan, minat serta pendapatnya dalam
membelanjakan uangnya serta bagaimana
mengalokasikan waktu. Menurut Edward
(2002) citra pemakai dapat diukur dengan
menggunakan kondisi ekonomi, gaya hidup
modern, prestis dan mengkonsumsi barang.
(2) Kelas sosial atau golongan sosial
mempunyai arti yang relatif lebih banyak
dipakai untuk menunjukkan lapisan sosial
yang didasarkan atas kriteria ekonomi. Jadi,
definisi kelas sosial atau golongan sosial
ialah
sekelompok
manusia
yang
menempati lapisan sosial berdasarkan
kriteria ekonomi. Selanjutanya Kotler
(dalam Wijana, 2008: 25) mendefinisikan
kelas sosial merupakan pembagian dalam
suatu masyarakat yang relatif homogen
dan permanen yang disusun secara
hierarkis dan memiliki anggota yang
memiliki nilai-nilai, minat, dan prilaku yang
sama. Dari kedua definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa kelas sosial merupakan
penggolong sekelompok masyarakat yang
menempati lapisan sosial tertentu dan
secara hierarkis memiliki nilai-nilai, minat,
dan prilaku yang sama. Menurut Sutisna
(2001) menyebutkan bahwa kelas sosial
dapat
diukur
dengan
menggunakan
pekerjaan dari konsumen, usia, kepribadian
dan prilaku.
Keputusan pembelian merupakan salah
satu bagian dari perilaku konsumen. Di
mana, perilaku konsumen merupakan
tindakan yang secara langsung terlibat
dalam usaha memperoleh, menentukan
produk dan jasa, termasuk proses
pengambilan keputusan yang mendahului
dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut
(Fandy
Tjiptono,
2002:22).
Dalam
memahami perilaku konsumen, terdapat
banyak
pengaruh
yang
mendasari
seseorang dalam mengambil keputusan
pembelian suatu produk atau merk. Pada
kebanyakan orang, perilaku pembelian
konsumen
seringkali
diawali
dan
dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan
dari luar dirinya, baik berupa rangsangan
pemasaran maupun rangsangan dari
lingkungan yang lain. Rangsangan tersebut
kemudian diproses (diolah) dalam diri,
sesuai dengan karakteristik pribadinya,
sebelum akhirnya diambil keputusan
pembelian.
Menurut
Basu
Swastha
(2009:32) menyatakan pengertian prilaku
konsumen dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan serta
menggunakan barang-barang dan jasajasa, termasuk di dalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan
dan
penerapan
kegiatan
(Basu
Swastha,2009). Perilaku konsumen akan
menentukan
proses
pengambilan
keputusan dalam pembelian mereka.
Proses tersebut
merupakan
sebuah
pendekatan penyelesaian masalah yang
terdiri atas beberapa tahap. Seluruh proses
tersebut tidak selalu dilakukan oleh
konsumen dalam pembeliannya. Pada
umunya konsumen akan lebih mudah
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
mengambil keputusan dalam pembelian
ulang atau pembelian yang sifatnya terus
menerus terhadap produk yang sama.
Menurut (Sofjan Assauri, 2004) Keputusan
pembelian merupakan suatu proses
pengambilan keputusan akan pembelian
yang mencakup penentuan apa yang akan
dibeli atau tidak melakukan pembelian dan
keputusan itu diperoleh dari kegiatankegiatan sebelumnya. Sementara menurut
(Basu Swasta dan T Hani Handoko, 2000)
Keputusan pembelian adalah sebuah
pendekatan penyelesaian masalah pada
kegiatan manusia untuk membeli suatu
barang atau jasa dalam memenuhi
keinginan dan kebutuhannya yang terdiri
dari pengenalan kebutuhan dan keinginan,
pencarian informasi, evaluasi terhadap
alternatif pembelian, keputusan pembelian,
dan tingkah laku setelah pembelian. Proses
pengambilan keputusan pembelian pada
setiap orang pada dasarnya adalah sama,
hanya saja semua proses tersebut tidak
semua dilaksanakan oleh para konsumen.
Berdasarkan tujuan pembelian, konsumen
dapat di klasifikasikan menjadi dua
kelompok yaitu konsumen akhir atau
individual dan konsumen organisasional
atau konsumen industrial. Konsumen akhir
terdiri atas individu dan rumah tangga yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
sendiri atau untuk dikonsumsi. Sedangkan
konsumen organisasional terdiri atas
organisasi, pemakai industri, pedagang dan
lembaga non-profit, tujuan pembeliannya
adalah untuk keperluan bisnis atau
meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Perilaku
konsumen
dalam
proses
pengambilan keputusan untuk melakukan
pembelian akan diwarnai oleh ciri
kepribadiannya, usia, pendapatan dan gaya
hidupnya.
Tahap-tahap dalam proses keputusan
pembelian yaitu 1. Pengenalan masalah,
proses pembelian dimulai ketika pembeli
mengenali masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh
rangsangan
internal
atau
eksternal.
Rangsangan ini kemudian akan berubah
menjadi dorongan. Berdasarkan dorongan
yang ada dalam diri konsumen maka
konsumen akan mencari objek yang
diketahui
untuk
dapat
memuaskan
dorongan tersebut, 2. Pencarian informasi
seorang konsumen yang mulai tergugah
minatnya mungkin akan atau mungkin tidak
mencari informasi yang lebh banyak lagi.
Jika dorongan konsumen kuat, dan obyek
yang
dapat
memuaskan
kebutuhan
tersedia, maka konsumen akan membeli
obyek tersebut. Jika tidak, kebutuhan
konsumen itu tingggal menggendap dalam
ingatannya. Konsumen mungkin tidak
berusaha untuk memperoleh informasi lebih
lanjut atau sangat aktif mencari informasi
sehubungandengan
kebutuhan
itu.
Konsumen
yang
berusaha
untuk
menghimpun informasi lebih banyak dapat
dibedakan kedalam dua tingkat, yaitu: (a)
Konsumen yang mencari informasi dalam
keadaan sedang-sedang saja atau yang
disebut perhatian yang meningkat. Dalam
hal ini konsumen akan menjadi lebih
tanggap terhadap informasi tentang produk
yang dapat memenuhi kebutuhannya.
Informasi tersebut antara lain berupa iklan,
produk serupa yang dibeli teman, dan
pembicaraan tentang produk tersebut. (b)
Berusaha aktif mencari informasi, Dalam
tingkat ini konsumen mencari bahan
bacaan, menanyakan kepada teman, dan
ikut terlibat dalam berbagai kegiatan lainnya
untuk menghimpun informasi tentang
produk. Sumber informasi konsumen
terbagi ke dalam empat kelompok, yaitu:
Sumber pribadi, yaitu keluarga, teman,
tetangga, kenalan. Sumber niaga, yaitu
periklanan petugas penjualan, penjual,
bungkus, dan pameran. Sumber umum,
yaitu media massa, organisasi konsumen.
Sumber
pengalaman,
yaitu
pernah
menangani,
pernah
menguji,
mempergunakan produk. 3. Evaluasi
alternatif, tidak ada proses tunggal dan
sederhan yang digunakan oleh semua
konsumen atau oleh salah satu konsumen
dalam semua situasi pembelian. Keadaan
ini berarti setiap konsumen pasti memiliki
beberapa alternatif sebelum akhirnya
menjatuhkan pilihan. Beberapa konsep
dasar dari proses evaluasi konsumen
adalah yang pertama konsumen berusaha
memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen
mencari manfaat tertentu dari solusi produk.
Ketiga, konsumen memandang masingmasing produk sebagai kumpulan atribut
dengan kemampuan yang berbeda-beda
dalam
memberikan
manfaat
yang
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
digunakan untuk memuaskan kebutuhan
itu, 4. Keputusan membeli, Dalam evaluasi
para konsumen membentuk preferensi atas
merekmerek yang ada di dalam kumpulan
pilihan. Konsumen tersebut juga dapat
membentuk niat untuk membeli merk yang
paling disukai. Namun, ada dua faktor yang
dapat berada di antara niat pembelian dan
keputusan pembelian. Pertama adalah
sikap orang lain, sejauh mana sikap orang
lain mengurangi alternatif yang disukai
seseorang akan bergantung pada dua hal
yaitu, intensitas sikap negatif orang lain
terhadap alternatif yang disukai konsumen
dan motivasi konsumen untuk menuruti
keinginan orang lain. Kedua, faktor situasi
yang tidak terantisipasi yang dapat muncul
dan mengubah niat pembelian. Faktorfaktor tersebut diantaranya seperti faktor
pendapatan,
keluarga,
harga,
dan
keuntungan dari produk tersebut. dalam
melaksanakan niat pembelian, konsumen
dapat membuat sub keputusan pembelian,
yaitu:
keputusan
merek,
keputusan
pemasok, keputusan kuantitas, keputusan
waktu, dan keputusan metode pembayaran,
5. Perilaku paska membeli, setelah
membeli
produk,
konsumen
akan
mengalami
level
kepuasan
atau
ketidakpuasan tertentu. Dalam tahap ini,
konsumen mungkin mengalami disonasi
kognitif (keraguan menyangkut ketepatan
keputusan pembelian). Pemasar biasanya
berusaha meminimumkan disonasi kognitif
konsumen dengan berbagai strategi,
diantaranya melakukan kontak purna beli
dengan konsumen, menyediakan garansi
dan jaminan, dan memperkuat keputusan
konsumen melalui iklan perusahaan.
METODE
Desain penelitian adalah kuantitatif
kausal. Subyek penelitian ini adalah
konsumen Distro Ruby Soho sedangkan
objeknya adalah citra perusahaan, citra
produk, citra pemakai dan keputusan
pembelian. Populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian (Arikunto, 1996:115),
populasi juga merupakan kumpulan semua
elemen yang memiliki satu atau lebih atribut
yang menjadi tujuan (Arikunto, 1996:115).
Untuk penelitian ini populasi yang
digunakan adalah pelanggan Distro Ruby
Soho di Singaraja. Teknik pengumpulan
datanya menggunakan metode koesioner
dan di analisis dengan regresi berganda
melalui bantuan program SPSS 20.00 for
windows.
Memastikan
data
dapat
memenuhi uji asumsi klasik maka uji
normalitas dapat disimak pada grafik
histogram. Dengan membandingkan antara
data nyata dengan garis kurva yang
terbentuk. Hasil temuan ini menunjukkan
bahwa data riil membentuk garis kurva
yang cenderung simetris terhadap mean
(0,00), artinya residual data yang digunakan
dalam model regresi pada penelitian ini
telah terdistribusi secara normal seperti
nampak pada gambar 1 berikut ini.
Gambar 1 Grafik Histogram
Metode lain yang dapat dipakai
untuk melihat normalitas yaitu dengan cara
normal probability plots lebih handal
daripada cara grafik histogram karena cara
ini membandingkan data riil dengan
distribusi normal (otomatis oleh komputer)
secara komulatif. Suatu data dikatakan
berdistribusi normal jika plots (titik-titik) data
riil mengikuti garis diagonal.
Hasil dari normal probability plots dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa plots dari
data riil mengikuti garis diagonal, hal ini
menunjukkan bahwa data riil yang
digunakan dalam model regresi pada
penelitian ini telah berdistribusi secara
normal seperti nampak pada Gambar 2.
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
penelitian ini. Sehingga syarat uji asumsi
klasik terpenuhi.
Untuk menjelaskan ketentuan daerah
terjadinya autokorelasi positif atau negatif,
maupun tidak terjadi autokorelasi, disajikan
pada Gambar 3.
(daerah autokorelasi +) -2
(0,0637)
+2 (daerah autokorelasi-)
Gambar 3.4. Kurva Interval Autokorelasi
Salah satu cara untuk mengetahui
adanya gejala multikolinieritas adalah
dengan melakukan perbandingan antara
koefisien determinasi simultan variabel
independent terhadap variabel dependent
pada fungsi regresi empat variabel dengan
koefisien determinasi antara variabel
independent pada fungsi regresi auxilary.
Apabila Tolerance value lebih tinggi dari
0,10 atau Variance Inflation Faktor (VIF)
lebih kecil dari pada 10 maka disimpulkan
tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji
multikolinieritas dari penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 2 yang tampak sebagai
berikut.
Tabel 2 Hasil Uji Multikolinieritas
Tol VIF
N Variabel
Keteranga
era
o Bebas
n
nce
1
Citra
Perusaha
an
0,6
38
1,98
6
Bebas
Multikolinie
ritas
2
Citra
Produk
0,6
38
1,98
6
Bebas
Multikolinie
ritas
3
Citra
Pemakai
0,6
38
1,98
6
Bebas
Multikolinie
ritas
Hasil uji Durbin Watson dalam
analisis uji autokorelasi ini diketahui bahwa
nilai DW sebesar 1,089, berati nilai DW
berada diantara -2 dan +2 (-2 < 0.0637<
+2)
(Ghozali,
2005).
Maka
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terjadi
autokorelasi dalam model regresi penelitian
ini. Sehingga uji autokorelasi memenuhi
syarat regresi berganda.
Homoskedastisitas terjadi jika pada grafik
scatterplot titik-titik hasil pengolahan data
antara ZPRED (variabel bebas) dan
SRESID (variabel terikat) menyebar dan
tidak mempunyai pola yang teratur.
Sedangkan heteroskedastisitas terjadi jika
pada
grafik
scatterplot
titik-titiknya
mempunyai pola yang teratur, baik
menyempit,
melebar
maupun
bergelombang.
Gambar 4 Grafik Scatterplot
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas
pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai
tolerance dari ke empat varibel lebih besar
dari 10% atau 0,1 dan nilai VIF dari ke
empat variabel lebih kecil dari 10. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala
multikolinieritas dalam model regresi
Hasil pengujian heteroskedastisitas pada
heteroskedastisitas ini menunjukkan bahwa
pada grafik scatterplot terlihat titik-titik
scatterplot menyebar tanpa pola yang
teratur serta ada beberapa titik yang
menyempit dan juga ada yang melebar. Hal
ini menunjukkan bahwa pada analisis ini
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
tidak ada gejala heteroskedastisitas atau
bersifat
homoskedastisitas.
Sehingga
syarat uji heteroskedastisitas memenuhi
syarat regresi.
Untuk
mengetahui
sejauh
mana
pengaruh citra perusahaan, citra produk
dan citra pemakai terhadap keputusan
pembelian data yang telah terkumpul
dianalisis menggunakan analisis regresi
berganda dan pengumpulan data yang
digunakan adalah pencatatan dokumen dan
kuesioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil analisis regresi berganda dengan
bantuan program computer package for
social science (SPSS) 20,00 for windows
maka diperoleh hasil penelitian seperti yang
nampak pada Tabel 3.
Tabel 3. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linear Berganda dengan Bantuan SPSS
Parameter Koefisien p-value
α=
Keputusan Simpulan
0,05
Ada hubungan secara simultan
Ryx1x2x3 0,975
0,000
0.05
Menolak Ho
x1x2x3 terhadap y
Ada pengaruh secara simultan
2
R y x1x2x3 0,951
0,000
0,05
Menolak Ho
x1x2x3 terhadap y
Ada pengaruh secara parsial x1
Pyx1
0,899
0,000
0,05
Menolak Ho
terhadap y
Menunjukan
besar sumbangan
P2yx1
0,801
0,000
0,05
Menolak Ho
pengaruh secara parsial x1 ke y
Ada pengaruh secara parsial x2
Pyx2
0,872
0,003
0,05
Menolak Ho
ke y
Menunjukan besar sumbangan
2
P yx2
0,761
0,000
0,05
Menolak Ho
pengaruh secara parsial x2 ke y
Ada pengaruh secara parsial x3
Pyx3
0,453
0,011
0,05
Menolak Ho
ke y
Menunjukan besar sumbangan
2
P yx3
0,205
0,000
0,05
Menolak Ho
pengaruh secara x3 ke y
Pyε
0,049
Sumber : Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan Output
SPSS diperoleh
Ryx1x2x3 = 0,975, dengan nilai p-value
0,000 kurang dari alpha 0,05. Hal ini berarti
menolak Ho, yang artinya ada pengaruh
dari citra perusahaan, citra produk dan
citra
pemakai
terhadap
keputusan
pembelian produk Foremost pada Distro
Ruby Soho di Singaraja. Besarnya
pengaruh citra perusahaan, citra produk
dan citra pemakai terhadap keputusan
pembelian dapat dilihat pada Tabel 1.
Besar koefisien determinasi (R2yx1x2x3)
adalah 0,951. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa
95,1%
merupakan
besarnya
keputusan pembelian yang diterima secara
simultan dipengaruhi oleh variabel citra
perusahaan, citra produk dan citra pemakai,
sedangkan
sisanya
sebesar
04,9%
dipengaruhi oleh variabel lain.
Pengaruh dari citra perusahaan terhadap
keputusan pembelian dilihat pada Tabel 1,
menunjukkan hasil Pyx1 = 0,899 dengan
nilai p-value 0,000 kurang dari alpha 0,05,
maka menolak Ho. Hasil ini berarti ada
pengaruh secara parsial dari citra
perusahaan terhadap keputusan pembelian
produk Foremost pada Distro Ruby Soho di
Singaraja
.
Besar
pengaruh
citra
perusahaan terhadap keputusan pembelian
yaitu 89,9%. Citra produk
terhadap
keputusan pembelian, menunjukkan hasil
Pyx2 = 0,872 dengan nilai p-value 0,003
kurang dari alpha 0,05, maka menolak Ho.
Hasil ini berarti ada pengaruh secara
parsial citra produk terhadap keputusan
pembelian produk Foremost pada Distro
Ruby Soho di Singaraja. Besar pengaruh
biaya promosi terhadap laba yaitu 87,2%.
Citra
pemakai
terhadap
keputusan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
pembelian, menunjukkan hasil Pyx3 = 0,453
dengan nilai p-value 0,011 kurang dari
alpha 0,05, maka menolak Ho. Hasil ini
berarti ada pengaruh secara parsial dari
citra
pemakai
terhadap
keputusan
pembelian produk Foremost pada Distro
Ruby Soho di Singaraja. Besar pengaruh
citra
pemakai
terhadap
keputusan
pembelian yaitu 45,3%.
Variabel
yang
paling
dominan
mempengaruhi
keputusan
pembelian
produk Foremost pada Distro Ruby Soho di
Singaraja adalah citra perusahaan. Besar
pengaruh citra perusahaan terhadap
keputusanpembelian yaitu 0,899 atau
89,9%.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Citra perusahaan (X1), citra produk (X2),
dan citra pemakai (X3) berpengaruh secara
simultan terhadap keputusan pembelian (Y)
produk Foremost pada Distro Ruby Soho di
Singaraja. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian dari Fitriani (2008).
Citra perusahaan (X1) berpengaruh secara
parsial terhadap keputusan pembelian (Y)
produk Foremost pada Distro Ruby Soho di
Singaraja. Hasil penelitian ini sejalan
dengan teori yang dikemukakan oleh Kottler
(2000) dan sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fitriani (2008), yang
menunjukkan
citra
perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian. Sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Kottler (2000) bahwa
“salah satu prinsip yang diterapkan dalam
mempengaruhi
keputusan
pembelian
adalah citra perusahaan. Artinya bahwa
dengan meningkatkan citra perusahaan,
maka kepercayaan konsumen untuk
mengambil keputusan pembelian akan
semakin meningkat”. Hal ini berarti semakin
bagus citra perusahaan yang dimiliki
perusahaan, maka akan semakin tinggi
pula bagi konsumen dalam memberikan
keputusan pembelian. Dengan terbuktinya
hipotesis
tersebut,
maka
keputusan
pembelian didasari oleh kepercayaan pihak
konsumen bahwa perusahaan memiliki
moral, watak, sifat-sifat pribadi yang positif
dan
kooperatif.
Citra
Produk (X2)
berpengaruh secara parsial terhadap
keputusan pembelian (Y) produk Foremost
pada Distro Ruby Soho di Singaraja. Hasil
penelitian ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan
oleh
Siswanto
Sutojo
(2003:53) yang menyatakan bahwa “
keputusan konsumen dalam membeli
barang atau jasa sangat dipengaruhi oleh
citra produk, sehingga konsumen lebih
memilih produk atau jasa yang mempunyai
citra positif”. Hal ini berarti semakin tinggi
citra produk yang dalam suatu produk,
maka akan semakin tinggi pula bagi
konsumen
memberikan
keputusan
pembelian. Citra Pemakai (X3) terhadap
Keputusan pembelian (Y) produk Foremost
pada Distro Ruby Soho di Singaraja. Hasil
penelitian ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Kottler (2005: 33) dan
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fitriani
(2008), yang menunjukkan bahwa citra
pemakai secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan, maka dapat ditarik simpulan
yaitu: (1) Adanya pengaruh yang signifikan
dan positif variabel citra perusahaan, citra
produk dan citra pemakai terhadap
keputusan pembelian produk Foremost
pada Distro Ruby Soho di Singaraja. (2)
Citra perusahaan memiliki pengaruh yang
paling besar atau dominan terhadap
keputusan pembelian produk Foremost
pada Distro Ruby Soho di Singaraja.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
dapat diajukan beberapa saran yaitu: (1)
Bagi Distro Ruby Soho dalam rangka
meningkatkan
pembelian
agar
memperhatikan variabel-variabel tersebut
diatas. (2) Bagi peneliti berikutnya, untuk
dapat menggunakan variabel-variabel lain
sebagai variabel untuk melihat keputusan
konsumen untuk melakukan keputusan
pembelian.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker,
1991, Managing Brand Equity;
Capitalizing onthe Value of Brand
Name, Free Press, New York..
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014)
Alma, Buchari. 1992. Manajemen
Pemasaran dan Pemasaran Jasa: jilid
4. Bandung:Alfabeta
Arafat, Wilson. Manajemen Perbankan
Indonesia; Teori dan Implementasi
Jakarta: LP3ES, 2006
Arikunto, S, 2005. Manajemen Penelitian.
Jakarta: PT Rhineka Cipta
Assuri, Sofyan.2004. Manajemen
Pemasaran. PT. Grafindo Persada.
Jakarta
Rangkuti . Cara Strategi Menentukan Harga
Produk Barang Dan Jasa –
Manajemen
Pemasaran.www.Organisasi.org:
2008, 19 April
Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi
Yang Efektif & Analisis Kasus
Integrated Marketing
Communication. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Setiadi, N., (2003), Perilaku Konsumen,
Prenada Media Group, Jakarta
Basu Swastha dan T. Hani Handoko.
(2000). “Manajemen Pemasaran :
AnalisisPerilaku Konsumen”.
Yogyakarta : BPFE.
Simamora, Henry. 2000. Manajemen
Pemasaran Internasional, Jilid
II.Jakarta: Salemba Empat.
Basu Swasta. 1999. Asas-Asas
Pemasaran. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Penerbit Liberty
Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Durianto, 2001.Strategi Menaklukan Pasar.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kottler, Philip. 2005. Manajamen
Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta:
PT. IndeksKelompok Gramedia.
Kotler,Philip.2005, Marketing
Management.Dalam Benyamin
Molan.Jilid satu, Edisi kesebelas.
Jakarta: Indeks.
.
Sutisna. 2001. Manajemen Pemasaran :
Perilaku Konsumen dan Komunikasi
Pemasaran.Bandung: Remaja
Rosda Karya
---------, Perilaku Konsumen & Komunikasi
Pemasaran,
Bandung
:
Rosdakarya,2001.
Download