e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) PENGARUH CITRA PERUSAHAAN, CITRA PRODUK DAN CITRA PEMAKAI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK FOREMOST PADA DISTRO RUBY SOHO DI SINGARAJA Made Suci Pratiwi, I Wayan Suwendra, Ni Nyoman Yulianthini Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh : (1) citra perusahaan, citra produk dan citra pemakai terhadap keputusan pembelian, (2) citra perusahaan terhadap keputusan pembelian, (3) citra produk terhadap keputusan pembelian dan (4) citra pemakai terhadap keputusan pembelian. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif kausal.Subjek penelitian adalahDistro Ruby Soho di Singaraja dan objeknya adalahcitra perusahaan, citra produk, citra pemakai dan keputusan pembelian.Data dikumpulkan dengan metode pencatatan dokumen dan kuesioner,analisis yang di gunakan adalah analisisregresi berganda. Hasil analisis regresi bergandamenunjukkan bahwa bahwa (1) citra perusahaan, citra produk dan citra pemakai secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian,(2) citra perusahaan, citra produk dan citra pemakaisecara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dan (3) variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian adalah citra perusahaan. Kata kunci : citra perusahaan, citra produk, citra pemakai dan keputusan pembelian. Abstract This research aims to knowinfluence of : (1)corporate image, product image and user image to purchasing decisions, (2) corporate image to purchasing decisions, (4) product image to purchasing decisions and (4) user image to purchasing decisions. This research use quantitative design. The subject of the research is Distro Ruby Soho at Singarajaand the object iscorporate image, product image, user image and purchasing decisions. Data is collected by recording of documents and questionnaires method, analyzed by multiple regression analysis. Themultiple regression analysis result shows that (1) the corporate image, product image and user image have influence positively and significant to the purchasing decisions, (2) the corporate image, product image and user imagepartially significanteffect to the purchasing decisions, and (3) The most dominant influencepurchasing decisions are corporate image. Key words: corporate image, product image, user image and purchasing decisions. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) PENDAHULUAN Persaingan pasar yang semakin ketat secara tidak langsung akan mempengaruhi usaha suatu perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar. Perusahaan dituntut untuk memahami prilaku konsumen pada pasar sasarannya dengan menawarkan atau menjual produk yang berkualitas disertai pelayanan yang baik kepada pelanggannya. Apabila hal tersebut dapat dilakukan,perusahaan akan berkesempatan mendapat keuntungan yang lebih bila dibandingkan dengan pesaing. Konsumen mempunyai peran yang penting bagi perusahaan. Oleh karena itu, dalam eksistensi produk di pasaran sehingga semua kegiatan perusahaan akan diupayakan untuk bisa memposisikan produk agar dapat diterima oleh konsumen. Sehubungan dengan keberadaan konsumen dan beraneka ragam kebutuhannya maka produsen harus tanggap untuk melakukan pengamatan terhadap apa yang menjadi keinginan konsumen. Sehingga perusahaan dapat memenuhi dan memuaskan konsumen melalui produk yang ditawarkan. Kepercayaan pada sebuah merk memegang peranan penting dalam keputusan pembelian konsumen. Dalam hal ini konsumen percaya bahwa merk yang mempunyai citra citra perusahaan, citra produk dan citra pemakai yang positif merupakan suatu jaminan untuk suatu produk. Konsumen akan selalu membeli produk untuk memenuhi kebutuhan akan tetapi produk mana yang mereka beli dan bagaimana mereka membuat keputusan akan erat hubungannya dengan perasaan mereka terhadap citra dari produk yang ditawarkan. Distro saat ini sudah menjamur di berbagai kota besar. Puluhan bahkan ratusan distro menyengat seperti wabah ke penjuru kota di Indonesia. Dengan makin maraknya, di beberapa tempat mangkal kawula muda, setiap ratusan meter hadir distro dan kini telah mewabah di kota Singaraja. Salah satu distro di Singaraja adalah Ruby Soho. Ruby Soho adalah sebuah distro yang berdiri sejak akhir tahun 2010. Usaha bisnis yang berada pusat kota di Jl. A. Yani barat 175x Singaraja ini terlihat berbeda bila dibandingkan dengan distro lain yang ada di Singaraja. Mulai desain interiornya hingga konsep distro yang membedakan dengan distro yang lain. Ruby Soho terus mencoba menyediakan produk-produk yang berkualitas dan pelayanan yang maksimal. Produk-produk yang ada di Ruby Soho merupakan produk bermerk yang sudah memiliki komunitas dan penggemarnya masing-masing seperti Petersaysdenim, Crooz, Overload, Hube, Damn, Addicted, Furious, Mayhem, Foremost, Handmad, Dynamite dan Ruby Soho itu sendiri. Jadi selain menjual produk orang lain, Ruby Soho juga memiliki produk sendiri yang diberi label Ruby Soho cloth. Menurut Kotler (2005) dalam meningkatkan persaingan masing-masing perusahaan harus dapat memenangkan persaingan tersebut dengan menampilkan produk yang terbaik dan dapat memenuhi selera konsumen yang selalu berkembang dan berubah-ubah. Untuk memenangkan persaingan yang semakin kompetitif para pelaku usaha dituntut untuk mampu menciptakan keunggulan bersaing atas produk dan layanannya dalam upaya memuaskan pelanggan. Hal ini sangat penting karena konsep pemasaran menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan (Basu Swastha, 2009). Tanpa adanya pelanggan, setiap perusahaan akan kehilangan pendapatannya yang berakibat pada jatuhnya bisnis tersebut. Konsumen pada umumnya akan langsung percaya kepada merk yang sudah terkenal atau dikenal banyak orang karena itu berarti merk tersebut mempunyai citra yang baik di masyarakat seperti citra perusahaan, citra produk dan citra pemakai. Citra perusahaan merupakan kesan psikologis dan gambaran dari berbagai kegiatan suatu perusahaan di mata khalayak publiknya yang berdasarkan pengetahuan, tanggapan serta pengalaman-pengalaman yang telah diterimanya (Mulyana, 2008:48). Citra produk adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk, Biel (1992). Citra pemakai (user e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) image) adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa (Biel, 1992:365) Saat ini Foremost menjadi salah satu merk yang paling terkemuka dan terkenal di kalangan anak-anak muda . Berikut akan ditampilkan data penjualan Foremost selama bulan November 2012 hingga Agustus 2013. Tabel 1.1 Data penjualan di Distro Ruby Soho dengan rata-rata dari bulan November 2012Agustus 2013 Rata-rata penjualan dari November No. Nama Produk 2012-Agustus 2013 1 Foremost Rp. 10.757.375 2 Crooz Rp. 6.424.150 3 Petersaysdenim Rp. 7.792.500 4 Ruby Soho Rp. 6.368.500 5 Hube Rp. 8.288.600 6 Addicted Rp. 6.047.600 7 Furious Rp. 7.238.050 8 Mayhem Rp. 5.165.200 9 Overload Rp. 4.160.000 10 Dynamite Rp. 3.887.100 11 Handmad Rp. 4.510.000 12 Damn Rp. 5.325.100 Sumber : Data penjualan pada Distro Ruby Soho Kota Singaraja Tabel diatas adalah data penjualan Produk pada Distro Ruby Soho, dimana data tersebut menunjukan citra produk, citra pemakai, citra perusahaan mempengaruhi keputusan pembelian. Dilihat dari adanya tingkat penjualan, produk Foremost yang mendapatkan penjualan paling tinggi di bandingkan produk Petersaysdenim, Crooz, Overload, Hube, Damn, Addicted, Furious, Mayhem, Handmad, Dynamite dan Ruby Soho. Tetapi produk Foremost mengalami penurunan penjualan dari bulan November 2012 hingga Agustus 2013 dapat di lihat pada lampiran 2. Sementara produk yang lainnya mengalami fluktuasi. Hal ini diduga karena adanya persaingan antara produk satu dengan produk yang lainnya. Seperti contohnya : munculnya desain baru dari produk-produk yang ada di Distro Ruby Soho. Berdasarkan data tersebut peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian “Pengaruh Citra Perusahaan, Citra Produk, dan Citra Pemakai Terhadap Keputusan Pembelian Produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja” Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahannya adalah apakah ada pengaruh simultan dari Citra Perusahaan, Citra Produk, dan Citra Pemakai terhadap Keputusan Pembelian produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja?, apakah ada pengaruh parsial dari Citra Perusahaan, Citra Produk dan e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) Citra Pemakai terhadap Keputusan Pembelian produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh simultan dari Citra Perusahaan, Citra Produk, Citra Pemakai terhadap Keputusan Pembelian produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja, dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh parsial dari Citra Perusahaan, Citra Produk dan Citra Pemakai terhadap Keputusan Pembelian produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja. Sembelum kita mengetahui apa itu citra perusahaan, citra produk dan citra pemakai, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian citra dan merk. Citra adalah adalah kepercayaan dan ide seseorang terhadap sesuatu (Kotler, 2005:626). Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Buchari (1992) bahwa, citra adalah kesan, impressi, perasaan atau persepsi yang ada pada publik mengenai perusahaan, suatu obyek, orang atau lembaga. Bison Simamora (2002:149), mengatakan bahwa merk merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat dan jasa tententu kepada pembeli, bukan hanya sekedar simbol yang membedakan produk perusahaan tertentu dengan kompetitornya. Citra merk adalah sekumpulan asosiasi merk yang terbentuk dan melekat di benak konsumen (Aaker, 1991:109). Citra merk dibangun berdasarkan kesan, pemikiran ataupun pengalaman yang dialami seseorang terhadap suatu merk yang pada akhirnya akan membentuk sikap terhadap merk yang bersangkutan (Setiadi, 2003:180). Konsumen yang terbiasa menggunakan merk tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap citra merk. Jadi apabila suatu konsep merk yang kuat dapat dikomunikasikan secara baik kepada pasar sasaran yang tepat, maka produk akan menghasilkan citra merk yang dapat mencerminkan identitas merk yang jelas (Rangkuti,2004:22). Setiap perusahaan pasti mempunyai seuah citra di masyarakat. Citra itu dapat berperingkat baik, sedang , maupun buruk. Dampak peringkat citra yang berbeda antar perusahaan dalam suatu industri ikut mempengaruhi keberhasilan mereka dalam kegiatan bisnis dan pemasaran produknya. Hal ini dikarenakan persepsi konsumen terhadap citra perusahaan dapat memberi pengaruh pada kecenderungan keputusan pembelian. Citra perusahaan diawali dengan adanya persepsi publik mengenai suatu perusahaan yang terbentuk dalam benak para pelanggan. Untuk membentuk citra perusahaan yang positif, perusahaan perlu melakukan kegiatan yang terkait dengan lingkungan perusahaan, baik internal ataupun eksternal. Menurut Siswanto Sutojo (2004:3) citra perusahaan adalah persepsi masyarakat terhadap jati diri suatu perusahaan. Sementara menurut Biel (1992:363) citra perusahaan merupakan kesan psikologis dan gambaran dari berbagai kegiatan suatu perusahaan di mata khalayak publiknya yang berdasarkan pengetahuan, tanggapan serta pengalaman-pengalaman yang telah diterimanya. Sementara menurut Sutisna (2000: 67) citra perusahaan adalah gambaran singkat yang dimiliki oleh perusahaan yang diciptakan melalui akumulasi pesan-pesan yang diterima melalui pengalaman yang dirasakan oleh seluruh indera. Berdasarkan beberapa pengertian dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa citra perusahaan adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa. Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2002:27) citra perusahaan meliputi (a) Bukti langsung (tangibles), yaitu hal-hal yang bisa dilihat secara langsung dalam suatu perusahaan yang meliputi fasilitas fisik, pegawai dan sarana komunikasi, (b) Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan. Untuk mengukur kehandalan dapat menggunakan kepuasan dari pelanggan, (c) Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staff untuk membantu para pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk mengukur daya tanggap dapat menggunakan pelayanan yang tanggap kepada pelanggan, (d) Jaminan (assurance), meliputi kesopanan, kemampuan dan sifat e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) dapat dipercaya yang dimilki para staff, (e) Empati, yaitu memahami apa yang dibutuhkan oleh para pelanggan mmelalui komunikasi yang baik dengan pelanggan. Citra produk adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk, Biel (1992). Persepsi terhadap produk merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan dari kualitas yang dimiliki oleh sebuah produk yang berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Sementara menurut Buchari Alma (2007:139) citra produk adalah persepsi seseorang terhadap seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud. Menurut Simamora (2004:43) citra produk adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Citra produk dibangun agar menjadi positif dimata publik baik yang telah menjadi konsumen nyata maupun konsumen yang hendak dibidik Berdasarkan beberapa pengertian dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa citra produk adalah kesan, pendapat, atau tanggapan yang dimiliki oleh konsumen terhadap suatu objek produk tertentu. Konsumen memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk, jadi persepsi konsumen terhadap suatu produk berbeda pula. Persepsi konsumen ini akan melibatkan apa yang penting bagi konsumen (Durianto dkk., 2001). Secara garis besar persepsi produk terdiri dari (1) Kualitas Produk, Menurut American Society for Quality Control, kualitas produk merupakan keseluruhan ciri dan karakterkarakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat. Menurut Tjiptono (1997: 25) kualitas produk disusun oleh enam elemen yaitu (a) Kinerja, yaitu elemen kualitas produk yang berkaitan langsung dengan bagaimana suatu produk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga dapat digunkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, (b) Feature, yaitu merupakan fungsi-fungsi sekunder yang ditambahkan pada suatu produk. Contohnya Laptop dilengkapi dengan mouse, (c) Keawetan (durability), menunjukkan suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara teknis maupun waktu. Suatu produk dikatakan awet apabila produk tersebut tahan dalam pemakaian berulang-ulang, (d) Konsistensi, yaitu merupakan elemen yang menunjukkan seberapa jauh suatu produk dapat memenuhi standar/spesifikasi tertentu, (e) Estetika (asthethic), yaitu merupakan aspek emosional dalam mempengaruhi kepuasan konsumen. Estetika disini juga dapat diartikan sebagai daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik mobil yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya. (2) Harga merupakan suatu nilai yang diberikan oleh seseorang (produsen) terhadap suatu barang (produk) ataupun jasa. Harga yang dimiliki oleh sebuah barang ataupun jasa berbeda-beda sesuai dengan jenis, bentuk, serta kegunaan yang dimiliki. Perusahaan berlomba-lomba menawarkan produk kepada konsumen dengan harga yang relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dilakukan karena pada umunya harga yang lebih murah akan lebih diharapkan oleh pembeli dibanding harga yang terlampau tinggi. (3) Kemudahan, suatu produk akan lebih cepat dikenal oleh konsumen apabila produk tersebut mudah digunakan atau dioperasikan. Selain mudah digunakan produk yang ditawarkan hendaknya nyaman saat digunakan. Hal lain yang perlu diperhatikan lagi adalah efisiensi dari produk yang ditawarkan. Efisien yang dimaksud disini yaitu mendapatkan, memakai atau mendapatkan pelayanan dari suatu produk yang tidak memerlukan waktu yang terlalu lama. Konsumen akan cenderung lebih merasa puas jika ia merasa relatif mudah, nyaman, dan efisien dalam mendapatkan produk ataupun pelayanan. Citra pemakai (user image) adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa (Biel, 1992:365). Sementara menurut Suharta Abdul Manjid (2009:70) citra pemakai adalah perasaan atau konsepsi seseorang terhadap konsumen yang menggunakan suata produk tertentu. Menurut Zeithaml e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) (1996:87) citra pemakai adalah kesan terhadap suatu produk atau merk dari suatu perusahaan yang disimpan dalam ingatan konsumen yang dihasilkan melalui pengalaman masalalu. Sementara menurut Edward (2002) citra pemakai adalah gambaran yang dimiliki oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Berdasarkan beberapa pengertian dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa citra pemakai adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan barang atau jasa, meliputi pemakai itu sendiri, gaya hidup atau kepribadian dan status sosial. Citra pemakai meliputi (1) Gaya Hidup/ kepribadian, menurut Kotler (2002:192) pengertian gaya hidup adalah sebagai berikut. “Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dituangkan dalam aktivitas, minat, serta pendapatnya”. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Secara umum gaya hidup dapat diartikan sebagai suatu yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sementara menurut Minor dan Mowen (2009:57) gaya hidup menunjukkan bagaimana orang menjalani hidupnya, bagaimana membelanjakan uang, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat serta pendapatnya dalam membelanjakan uangnya serta bagaimana mengalokasikan waktu. Menurut Edward (2002) citra pemakai dapat diukur dengan menggunakan kondisi ekonomi, gaya hidup modern, prestis dan mengkonsumsi barang. (2) Kelas sosial atau golongan sosial mempunyai arti yang relatif lebih banyak dipakai untuk menunjukkan lapisan sosial yang didasarkan atas kriteria ekonomi. Jadi, definisi kelas sosial atau golongan sosial ialah sekelompok manusia yang menempati lapisan sosial berdasarkan kriteria ekonomi. Selanjutanya Kotler (dalam Wijana, 2008: 25) mendefinisikan kelas sosial merupakan pembagian dalam suatu masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang disusun secara hierarkis dan memiliki anggota yang memiliki nilai-nilai, minat, dan prilaku yang sama. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas sosial merupakan penggolong sekelompok masyarakat yang menempati lapisan sosial tertentu dan secara hierarkis memiliki nilai-nilai, minat, dan prilaku yang sama. Menurut Sutisna (2001) menyebutkan bahwa kelas sosial dapat diukur dengan menggunakan pekerjaan dari konsumen, usia, kepribadian dan prilaku. Keputusan pembelian merupakan salah satu bagian dari perilaku konsumen. Di mana, perilaku konsumen merupakan tindakan yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut (Fandy Tjiptono, 2002:22). Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk atau merk. Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari lingkungan yang lain. Rangsangan tersebut kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian. Menurut Basu Swastha (2009:32) menyatakan pengertian prilaku konsumen dapat diartikan sebagai suatu kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan serta menggunakan barang-barang dan jasajasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penerapan kegiatan (Basu Swastha,2009). Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas beberapa tahap. Seluruh proses tersebut tidak selalu dilakukan oleh konsumen dalam pembeliannya. Pada umunya konsumen akan lebih mudah e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) mengambil keputusan dalam pembelian ulang atau pembelian yang sifatnya terus menerus terhadap produk yang sama. Menurut (Sofjan Assauri, 2004) Keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatankegiatan sebelumnya. Sementara menurut (Basu Swasta dan T Hani Handoko, 2000) Keputusan pembelian adalah sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya yang terdiri dari pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, evaluasi terhadap alternatif pembelian, keputusan pembelian, dan tingkah laku setelah pembelian. Proses pengambilan keputusan pembelian pada setiap orang pada dasarnya adalah sama, hanya saja semua proses tersebut tidak semua dilaksanakan oleh para konsumen. Berdasarkan tujuan pembelian, konsumen dapat di klasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu konsumen akhir atau individual dan konsumen organisasional atau konsumen industrial. Konsumen akhir terdiri atas individu dan rumah tangga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi. Sedangkan konsumen organisasional terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang dan lembaga non-profit, tujuan pembeliannya adalah untuk keperluan bisnis atau meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian akan diwarnai oleh ciri kepribadiannya, usia, pendapatan dan gaya hidupnya. Tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian yaitu 1. Pengenalan masalah, proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan ini kemudian akan berubah menjadi dorongan. Berdasarkan dorongan yang ada dalam diri konsumen maka konsumen akan mencari objek yang diketahui untuk dapat memuaskan dorongan tersebut, 2. Pencarian informasi seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau mungkin tidak mencari informasi yang lebh banyak lagi. Jika dorongan konsumen kuat, dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan tersedia, maka konsumen akan membeli obyek tersebut. Jika tidak, kebutuhan konsumen itu tingggal menggendap dalam ingatannya. Konsumen mungkin tidak berusaha untuk memperoleh informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasi sehubungandengan kebutuhan itu. Konsumen yang berusaha untuk menghimpun informasi lebih banyak dapat dibedakan kedalam dua tingkat, yaitu: (a) Konsumen yang mencari informasi dalam keadaan sedang-sedang saja atau yang disebut perhatian yang meningkat. Dalam hal ini konsumen akan menjadi lebih tanggap terhadap informasi tentang produk yang dapat memenuhi kebutuhannya. Informasi tersebut antara lain berupa iklan, produk serupa yang dibeli teman, dan pembicaraan tentang produk tersebut. (b) Berusaha aktif mencari informasi, Dalam tingkat ini konsumen mencari bahan bacaan, menanyakan kepada teman, dan ikut terlibat dalam berbagai kegiatan lainnya untuk menghimpun informasi tentang produk. Sumber informasi konsumen terbagi ke dalam empat kelompok, yaitu: Sumber pribadi, yaitu keluarga, teman, tetangga, kenalan. Sumber niaga, yaitu periklanan petugas penjualan, penjual, bungkus, dan pameran. Sumber umum, yaitu media massa, organisasi konsumen. Sumber pengalaman, yaitu pernah menangani, pernah menguji, mempergunakan produk. 3. Evaluasi alternatif, tidak ada proses tunggal dan sederhan yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh salah satu konsumen dalam semua situasi pembelian. Keadaan ini berarti setiap konsumen pasti memiliki beberapa alternatif sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan. Beberapa konsep dasar dari proses evaluasi konsumen adalah yang pertama konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masingmasing produk sebagai kumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu, 4. Keputusan membeli, Dalam evaluasi para konsumen membentuk preferensi atas merekmerek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat untuk membeli merk yang paling disukai. Namun, ada dua faktor yang dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu, intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Kedua, faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Faktorfaktor tersebut diantaranya seperti faktor pendapatan, keluarga, harga, dan keuntungan dari produk tersebut. dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen dapat membuat sub keputusan pembelian, yaitu: keputusan merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan keputusan metode pembayaran, 5. Perilaku paska membeli, setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Dalam tahap ini, konsumen mungkin mengalami disonasi kognitif (keraguan menyangkut ketepatan keputusan pembelian). Pemasar biasanya berusaha meminimumkan disonasi kognitif konsumen dengan berbagai strategi, diantaranya melakukan kontak purna beli dengan konsumen, menyediakan garansi dan jaminan, dan memperkuat keputusan konsumen melalui iklan perusahaan. METODE Desain penelitian adalah kuantitatif kausal. Subyek penelitian ini adalah konsumen Distro Ruby Soho sedangkan objeknya adalah citra perusahaan, citra produk, citra pemakai dan keputusan pembelian. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1996:115), populasi juga merupakan kumpulan semua elemen yang memiliki satu atau lebih atribut yang menjadi tujuan (Arikunto, 1996:115). Untuk penelitian ini populasi yang digunakan adalah pelanggan Distro Ruby Soho di Singaraja. Teknik pengumpulan datanya menggunakan metode koesioner dan di analisis dengan regresi berganda melalui bantuan program SPSS 20.00 for windows. Memastikan data dapat memenuhi uji asumsi klasik maka uji normalitas dapat disimak pada grafik histogram. Dengan membandingkan antara data nyata dengan garis kurva yang terbentuk. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa data riil membentuk garis kurva yang cenderung simetris terhadap mean (0,00), artinya residual data yang digunakan dalam model regresi pada penelitian ini telah terdistribusi secara normal seperti nampak pada gambar 1 berikut ini. Gambar 1 Grafik Histogram Metode lain yang dapat dipakai untuk melihat normalitas yaitu dengan cara normal probability plots lebih handal daripada cara grafik histogram karena cara ini membandingkan data riil dengan distribusi normal (otomatis oleh komputer) secara komulatif. Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika plots (titik-titik) data riil mengikuti garis diagonal. Hasil dari normal probability plots dalam penelitian ini menunjukkan bahwa plots dari data riil mengikuti garis diagonal, hal ini menunjukkan bahwa data riil yang digunakan dalam model regresi pada penelitian ini telah berdistribusi secara normal seperti nampak pada Gambar 2. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) penelitian ini. Sehingga syarat uji asumsi klasik terpenuhi. Untuk menjelaskan ketentuan daerah terjadinya autokorelasi positif atau negatif, maupun tidak terjadi autokorelasi, disajikan pada Gambar 3. (daerah autokorelasi +) -2 (0,0637) +2 (daerah autokorelasi-) Gambar 3.4. Kurva Interval Autokorelasi Salah satu cara untuk mengetahui adanya gejala multikolinieritas adalah dengan melakukan perbandingan antara koefisien determinasi simultan variabel independent terhadap variabel dependent pada fungsi regresi empat variabel dengan koefisien determinasi antara variabel independent pada fungsi regresi auxilary. Apabila Tolerance value lebih tinggi dari 0,10 atau Variance Inflation Faktor (VIF) lebih kecil dari pada 10 maka disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinieritas dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang tampak sebagai berikut. Tabel 2 Hasil Uji Multikolinieritas Tol VIF N Variabel Keteranga era o Bebas n nce 1 Citra Perusaha an 0,6 38 1,98 6 Bebas Multikolinie ritas 2 Citra Produk 0,6 38 1,98 6 Bebas Multikolinie ritas 3 Citra Pemakai 0,6 38 1,98 6 Bebas Multikolinie ritas Hasil uji Durbin Watson dalam analisis uji autokorelasi ini diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,089, berati nilai DW berada diantara -2 dan +2 (-2 < 0.0637< +2) (Ghozali, 2005). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi penelitian ini. Sehingga uji autokorelasi memenuhi syarat regresi berganda. Homoskedastisitas terjadi jika pada grafik scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED (variabel bebas) dan SRESID (variabel terikat) menyebar dan tidak mempunyai pola yang teratur. Sedangkan heteroskedastisitas terjadi jika pada grafik scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur, baik menyempit, melebar maupun bergelombang. Gambar 4 Grafik Scatterplot Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari ke empat varibel lebih besar dari 10% atau 0,1 dan nilai VIF dari ke empat variabel lebih kecil dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas dalam model regresi Hasil pengujian heteroskedastisitas pada heteroskedastisitas ini menunjukkan bahwa pada grafik scatterplot terlihat titik-titik scatterplot menyebar tanpa pola yang teratur serta ada beberapa titik yang menyempit dan juga ada yang melebar. Hal ini menunjukkan bahwa pada analisis ini e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) tidak ada gejala heteroskedastisitas atau bersifat homoskedastisitas. Sehingga syarat uji heteroskedastisitas memenuhi syarat regresi. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh citra perusahaan, citra produk dan citra pemakai terhadap keputusan pembelian data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan analisis regresi berganda dan pengumpulan data yang digunakan adalah pencatatan dokumen dan kuesioner. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil analisis regresi berganda dengan bantuan program computer package for social science (SPSS) 20,00 for windows maka diperoleh hasil penelitian seperti yang nampak pada Tabel 3. Tabel 3. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linear Berganda dengan Bantuan SPSS Parameter Koefisien p-value α= Keputusan Simpulan 0,05 Ada hubungan secara simultan Ryx1x2x3 0,975 0,000 0.05 Menolak Ho x1x2x3 terhadap y Ada pengaruh secara simultan 2 R y x1x2x3 0,951 0,000 0,05 Menolak Ho x1x2x3 terhadap y Ada pengaruh secara parsial x1 Pyx1 0,899 0,000 0,05 Menolak Ho terhadap y Menunjukan besar sumbangan P2yx1 0,801 0,000 0,05 Menolak Ho pengaruh secara parsial x1 ke y Ada pengaruh secara parsial x2 Pyx2 0,872 0,003 0,05 Menolak Ho ke y Menunjukan besar sumbangan 2 P yx2 0,761 0,000 0,05 Menolak Ho pengaruh secara parsial x2 ke y Ada pengaruh secara parsial x3 Pyx3 0,453 0,011 0,05 Menolak Ho ke y Menunjukan besar sumbangan 2 P yx3 0,205 0,000 0,05 Menolak Ho pengaruh secara x3 ke y Pyε 0,049 Sumber : Pengolahan Data SPSS Berdasarkan Output SPSS diperoleh Ryx1x2x3 = 0,975, dengan nilai p-value 0,000 kurang dari alpha 0,05. Hal ini berarti menolak Ho, yang artinya ada pengaruh dari citra perusahaan, citra produk dan citra pemakai terhadap keputusan pembelian produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja. Besarnya pengaruh citra perusahaan, citra produk dan citra pemakai terhadap keputusan pembelian dapat dilihat pada Tabel 1. Besar koefisien determinasi (R2yx1x2x3) adalah 0,951. Hasil tersebut menunjukkan bahwa 95,1% merupakan besarnya keputusan pembelian yang diterima secara simultan dipengaruhi oleh variabel citra perusahaan, citra produk dan citra pemakai, sedangkan sisanya sebesar 04,9% dipengaruhi oleh variabel lain. Pengaruh dari citra perusahaan terhadap keputusan pembelian dilihat pada Tabel 1, menunjukkan hasil Pyx1 = 0,899 dengan nilai p-value 0,000 kurang dari alpha 0,05, maka menolak Ho. Hasil ini berarti ada pengaruh secara parsial dari citra perusahaan terhadap keputusan pembelian produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja . Besar pengaruh citra perusahaan terhadap keputusan pembelian yaitu 89,9%. Citra produk terhadap keputusan pembelian, menunjukkan hasil Pyx2 = 0,872 dengan nilai p-value 0,003 kurang dari alpha 0,05, maka menolak Ho. Hasil ini berarti ada pengaruh secara parsial citra produk terhadap keputusan pembelian produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja. Besar pengaruh biaya promosi terhadap laba yaitu 87,2%. Citra pemakai terhadap keputusan e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) pembelian, menunjukkan hasil Pyx3 = 0,453 dengan nilai p-value 0,011 kurang dari alpha 0,05, maka menolak Ho. Hasil ini berarti ada pengaruh secara parsial dari citra pemakai terhadap keputusan pembelian produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja. Besar pengaruh citra pemakai terhadap keputusan pembelian yaitu 45,3%. Variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja adalah citra perusahaan. Besar pengaruh citra perusahaan terhadap keputusanpembelian yaitu 0,899 atau 89,9%. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa Citra perusahaan (X1), citra produk (X2), dan citra pemakai (X3) berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian (Y) produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Fitriani (2008). Citra perusahaan (X1) berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian (Y) produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kottler (2000) dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2008), yang menunjukkan citra perusahaan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kottler (2000) bahwa “salah satu prinsip yang diterapkan dalam mempengaruhi keputusan pembelian adalah citra perusahaan. Artinya bahwa dengan meningkatkan citra perusahaan, maka kepercayaan konsumen untuk mengambil keputusan pembelian akan semakin meningkat”. Hal ini berarti semakin bagus citra perusahaan yang dimiliki perusahaan, maka akan semakin tinggi pula bagi konsumen dalam memberikan keputusan pembelian. Dengan terbuktinya hipotesis tersebut, maka keputusan pembelian didasari oleh kepercayaan pihak konsumen bahwa perusahaan memiliki moral, watak, sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Citra Produk (X2) berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian (Y) produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Siswanto Sutojo (2003:53) yang menyatakan bahwa “ keputusan konsumen dalam membeli barang atau jasa sangat dipengaruhi oleh citra produk, sehingga konsumen lebih memilih produk atau jasa yang mempunyai citra positif”. Hal ini berarti semakin tinggi citra produk yang dalam suatu produk, maka akan semakin tinggi pula bagi konsumen memberikan keputusan pembelian. Citra Pemakai (X3) terhadap Keputusan pembelian (Y) produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kottler (2005: 33) dan Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2008), yang menunjukkan bahwa citra pemakai secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan yaitu: (1) Adanya pengaruh yang signifikan dan positif variabel citra perusahaan, citra produk dan citra pemakai terhadap keputusan pembelian produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja. (2) Citra perusahaan memiliki pengaruh yang paling besar atau dominan terhadap keputusan pembelian produk Foremost pada Distro Ruby Soho di Singaraja. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diajukan beberapa saran yaitu: (1) Bagi Distro Ruby Soho dalam rangka meningkatkan pembelian agar memperhatikan variabel-variabel tersebut diatas. (2) Bagi peneliti berikutnya, untuk dapat menggunakan variabel-variabel lain sebagai variabel untuk melihat keputusan konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. DAFTAR PUSTAKA Aaker, 1991, Managing Brand Equity; Capitalizing onthe Value of Brand Name, Free Press, New York.. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014) Alma, Buchari. 1992. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa: jilid 4. Bandung:Alfabeta Arafat, Wilson. Manajemen Perbankan Indonesia; Teori dan Implementasi Jakarta: LP3ES, 2006 Arikunto, S, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rhineka Cipta Assuri, Sofyan.2004. Manajemen Pemasaran. PT. Grafindo Persada. Jakarta Rangkuti . Cara Strategi Menentukan Harga Produk Barang Dan Jasa – Manajemen Pemasaran.www.Organisasi.org: 2008, 19 April Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi Yang Efektif & Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Setiadi, N., (2003), Perilaku Konsumen, Prenada Media Group, Jakarta Basu Swastha dan T. Hani Handoko. (2000). “Manajemen Pemasaran : AnalisisPerilaku Konsumen”. Yogyakarta : BPFE. Simamora, Henry. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional, Jilid II.Jakarta: Salemba Empat. Basu Swasta. 1999. Asas-Asas Pemasaran. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Penerbit Liberty Sugiyono. 2010.Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Durianto, 2001.Strategi Menaklukan Pasar. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Kottler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. IndeksKelompok Gramedia. Kotler,Philip.2005, Marketing Management.Dalam Benyamin Molan.Jilid satu, Edisi kesebelas. Jakarta: Indeks. . Sutisna. 2001. Manajemen Pemasaran : Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran.Bandung: Remaja Rosda Karya ---------, Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, Bandung : Rosdakarya,2001.