Hukum Harta Kekayaan

advertisement
HUKUM HARTA KEKAYAAN
MATERI
PENGANTAR HUKUM INDONESIA
Pengertian :
Hukum harta kekayaan adalah hukum yang
mengatur hubungan antaran subjek hukum
(manusia dan badan hukum) dengan objek
hukum (kepentingan/belang), serta hubungan
hukum yang timbul antar subjek hukum. Objek
hukum adalah kepentingan (belang) yang
bernilai ekonomi
KEPENTINGAN (SECARA TEORITIS)
Kepentingan
Berwujud/ Materiel
Benda yang memiliki
nilai ekonomi
Kepentingan
tidak
berwujud/immateriel,
misalnya : Hak octrooi,
hak cipta, dan lain-lain
RUANG LINGKUP
 HUKUM BENDA
HUKUM PERIKATAN
HUKUM HAK IMMATERIEL
HUKUM BENDA
Hukum benda merupakan hukum yang mengatur hak
subjek hukum terhadap benda/hak kebendan. menurut
Asser dan Paul Scholten benda terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
Benda tetap dan benda bergerak (tidak tetap)
Benda yang dapat dikuasai dan tidak dapat dikuasai
Benda yang ada dan benda yang akan ada
Benda yang berwujud dan benda yang tidak
berwujud
5. Benda yang dapat dibagi (misal ; uang) dan tidak
dapat dibagi (contoh; benda pusaka)
Menurut Hukum Perdata Barat, bahwa yang dimaksud benda
tetap adalah tanah, selain itu, benda tetap adalah bendabenda yang oleh hukum digolongkan sebagai benda.
Sedangkan menurut hukum adat, benda tetap hanyalah
tanah.
Penggolongan tanah dalam hukum adat tersebut,
sekarang telah diatur dalam undang-undang khusus yaitu
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria (UUPA). Menurut pasal 16 ayat (1) UUPA
hak-hak atas tanah adalah sebagai berikut :
1. Hak milik (Eigendom) = 2,5 Ha untuk kota, 3 Ha untuk daerah)
2. Hak Guna Usaha/HGU (Erpacht) = hak untuk berusaha di atas
tanah untuk pertanian dan perkebunan pada tanah yang
dikuasai oleh negara.
3. Hak Guna Bangunan/HGB (Opstaal) = hak untuk mendirikan
bangunan yang dikuasai negara atau tanah hak milik orang
lain, berlaku 30 tahun dan dapat diperpanjang.
4. Hak Pakai = hak untuk menggunakan/memungut hasil
5. Hak Sewa = untuk keperluan bangunan dengan membayar
sewa yang telah disepakati
6. Hak Gadai
7. Hal Memungut Hasil Hutan, dan
8. Hak
Dalam pasal 16 ayat (2) UUPA, juga diatur
hak-hak atas air dan ruang agkasa yang
meliputi :
1. Hak Guna Air
2. Hak Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan,
dan
3. Hak Guna Ruang Angkasa
HUKUM PERIKATAN
Pengertian :
Hukum yang mengatur ikatan/hubungan hukum antara
subjek hukum. Ikatan / hubungan tersebut dapat terjadi
karena :
1. Adanya persetujuan/kehendak bebas dari masingmasng subjek hukum (kedua pihak sama-sama
sepakat);
2. Karena adanya perbuatan yang menimbulkan kerugian
pada orang lain, sehingga si pembuat terikat untuk
mengganti kerugian (kedua belah pihak tidak setuju);
dan
3. Adanya kehendak satu atau sepihak dari subjek hukum,
sedangkan subjek hukum lainnya tidak mengetahui,
sehingga subjek hukum yang pertama terikat atau harus
menyelesaikan ikatan
itu (hanya satu pihak yang
setuju/zaakwarneming)
Ruang Lingkup :
Dari pengertian di atas tadi, maka ruang lingkup hukum
perikatan adalah sebagai berikut :
1. Hukum Perjanjian;
2. Hukum
Perbuatan
Melanggar
Hukum
(Onrechtmatigedaad); dan
3. Hukum Perjanjian yang tidak masuk ke dalam nomor
1 dan 2, yang dalam bahasa hukum disebut sebagai
hukum perjanjian lainnya (zaakwarneming).
Hukum Perjanjian
Dalam hukum perdata, setiap subjek hukum dinggap
orang yang mandiri, oleh karena itulah dia diberikan
hak dan kewajiban untuk membuat penjanjian dengan
subjek hukum lainnya. Isi perjanjian adalah /objek
hukum (kepentingan) yang berupa kepentingan atau
belang. Di dalam hukum perdata belang/kepentingan
itu disebut sebagai “prestatie” yang artinya :
1. Berbuat sesuatu/melakukan suatu perbutan;
2. Tidak berbuat sesuatu/tidak melakukan
perbuatan; dan
3. Memberikan sesuatu/menyerahkan benda.
Yang diatur dalam pasal 1234 KUHPerdata
suatu
Hukum perjanjian adalah mengatur ikatan /hubungan di
lapangan harta kekayaan, dimana suatu subjek hukum
berhak atas prestatie (creditor/kreditur) dengan subjek
hukum lainnya yang wajib melaksanakan prestatie
(debitur). Antara kreditur dan debitur diberikan kebebasan
untuk membuat perjanjian. Oleh sebab itulah salah satu
asas dalam hukum perjanjian dinamakan asas Kebebasab
Berjanji/Berkontrak yang diatur dalam pasal 1338
KUHPerdata ayat (1), yang berbunyi “Perjanjian yang
dibuat oleh subjek hukum tersebut, merupakan undangundang bagi pihak yang membuatnya”.
Perjanjian yang dibuat oleh masing-masing subjek hukum
(antara debitur dan kreditur) dapat mencakup dalam
segala bidang. Oleh karena itulah maka perjanjian yang
dibuat oleh pihak-pihak itu sangat bervariasi dan setiap
saat bisa berkembang dan bertambah. Oleh karena itulah
maka pasal 1338 ini sering dinamkan hukum yang bersifat
menambah (anvullenrecht).
Syarat Perjanjian
Di dalam hukum, walaupun subjek hukum diberikan kebebasan
untuk membuat perjanjian, tetapi kebebasan itu tetap dibatasi
yaitu jangan sampai mengganggu ketertiban. Kebebasan dalam
membuat perjanjian dibatasi oleh ketertiban. Ketertiban itu diatur
dalam pasal 1320 KUHPerdata. Secara substansi, isi dari pasal
1320 adalah :
1. Adanya kata sepakat diantara subjek hukum yang membuat
perjanjian itu. Kata sepakat tu dianggap ada apabila tidak
ada : (1) paksaan/dwang, (2) kekeliruan /dwaling, dan (3)
penipuan /bedrog. Jika terdapat salah satu dari ketiga hal di
atas, maka perjanjian itu dinamakan perjanjian yang tidak
sempurna (cacat yuridis/cacat hukum);
2. Setiap subjek yang membuat perjanjian haruslah orang yang
cakap, yaitu oang yang dianggap dewasa. Dalam hukum
perdata barat , subjek hukum yang dianggap dewasa apabila
dia telah berumur 21 tahun, sebagaiman diatur dalam pasal
330 KUHPerdata. Subjek hukum yang telah dewasa/cakap
memiliki kewenangan untuk melakukan sikap tindak hukum
(handelings bekwaam)
Lanj…
3. Isi perjanjian itu tidak boleh bertentangan dengan
hukum. Dalam istilah lain disebut causanya harus halal.
Yang dimaksud undang-undang di sini mencakup
bukan saja peraturan tertulis, tetapi juga meliputi
peraturan yang tidak tertulis seperti kebiasaan,
kelayakan, dan kepatutan; dan
4. Objek
perjanjian
(kepentingan/belang/prestatie)
haruslah
terukur.
Dengan
kata
lain,
kepentingan/prestatie itu haruslah tertentu atau terukur
melauli kriteria yang umum.
Jika syarat nomor 3 dan 4 dilanggar, maka perjanjian itu
disebut batal demi hukum (nite), jika syarat nomor 1 dan 2
dilanggar, maka dinamakan perjanjian dapat dibatalkan
atas kesepakatan kedua belah pihak atau oleh hakim
(vernitebaar).
Bentuk Perjanjian :
1. Perjanjian timpang (satu subjek hukum hanya memiliki
hak/kreditur, dan subjek hukum lainnya hanya memiliki
kewajiban (debitur). Contoh : perjanjian pinjammeminjam;
2. Perjanjian timbal balik ( masing-masing subjek hukum
memiliki hak dan kewajiban. Contoh : perjanjian jual –
beli.
Cidera Janji
Apabila pihak-pihak ada yang tidak melaksanakan
kewajibannya, maka yang bersangkutan disebut cidera
janji/ ingkar janji. Dalam bahasa Belanda disebut
wanprestatie.
Pada umumnya, perkara yang ditangani oleh
pengadilan di Indonesai sebagian besar berasal dari
wanprestatie dan onrechtmatigedaad.
Macam-Macam Perjanjian :
Menurut Hukum Perdata Barat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jual beli;
Sewa menyewa;
Pemberian/hibah (schenking);
Persekutuan (maatschaft);
Penyuruhan;
Pinjam;
Penanggunagan hutang;
Perdamaian (dading); dan
Kerja.
Menurut Hukum Perdata Adat :
1. Kredit (meminjamkan barang tanpa
bunga);
2. Kempitan (menitipkan barang);
3. Tebasan (membeli hasil hutan);
4. Perburuhan (kerja dengan upah/tanpa
upah);
5. Panjer (melakukan tindakan hukum di
masa yang akan datang);
6. Pemegangan (jaminan dengan barang
tertentu);
7. Pertanggungan kerabat;
8. Tolong menolong;
9. Serikat;
10. Transaksi tanah; dan
11. Pemeliharaan ternak.
Hukum Perbuatan Melanggar Hukum
(Onrechtmatigedaad)
Pengertian :
Setiap subjek hukum yang melakukan perbuatan
melanggar hukum harus bertanggung jawab atas kerugian
yang diakibatkan oleh perbutannya itu. Dengan perkataan
lain, subjek hukum yang melanggar harus mengganti
kerugian . Dalam istilah Belanda, Perbuatan Melanggar
Hukum disebut onrechtmatigedaad (khusus melanggar
hukum di bidang perdata). Dalam istilah Perancis ada istilah
yang mirip yaitu abus de droit (penyalahugunaan hak) dan
dalam istilah Belanda yang lain ada istilah misbruik van
recht (penyalahgunaan hak).
Makna Perbuatan Melanggar Hukum :
Dalam pasal 1365 KUHPerdata ditentukan bahwa “setiap
orang (manusia dan badan hukum) yang melakukan
perbuatan menimbulkan kerugian pada subjek hukum lain
wajib atau terikat untuk mengganti kerugian yang
ditimbulkan oleh perbuatan itu”.
Unsur-Unsur Perbuatan Melanggar Hukum :
Untuk dikatakan melakukan PMH , haruslah dipenuhi atau
harus terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
1. Adanya sikap tindak; mencakup baik perbuatan pasif
(sikap) maupun perbuatan aktif (tindak);
2. Sikap itu melanggar hukum; hukum yang dilanggar itu
mencakup baik Undang-undang, kebiasaan, traktat,
yurisprudensi, maupun doktrin.
Lanjt..
Berbeda dengan konsep/beberapa konsep dalam
hukum pidana, bahwa yang melanggar hukum hanya
melanggar undang-undang. Dalam beberapa teori
dikatakan jika subjek hukum hanya melanggar undangundang, maka itu disebut sebagai perbutan melanggar
hukum formil, sedangkan kalau perbuatan itu disamping
melanggar undang-undang juga melanggar kebiasaan,
traktat, yurisprudensi, dan doktrin, maka pebuatan itu
dinamakan perbuatan melanggar hukum materiel.
3. Perbuatan itu didasarkan pada kesalahan; dengan
perkataan lain orang yang melanggar hukum itu karena
ia bersalah. Untuk mengetahui subjek hukum itu salah,
maka harus diketahui apakah ia memiliki kesengajaan
(opzet) atau kelalaian (culpa);
4. Kerugian yang ditimbulkan haruslah nyata uang
mencakup kerugian yang bersifat materiel maupun
yang besifat immateriel. Yang bersifat materiel seperti
adanya barang yang rusak, sedangkan yang bersiat
immateriel misalnya adanya kekahwatiran/ketakutan,
maupun kehilangan kenikmatan;
5. Harus ada hubungan sebab akibat (kausalitas) antara
peruatan melanggar hukum dengan kerugian yang
timbul.
Perbuatan Melanggar Hukum
Menurut Hukum Adat
Dalam pandangan filsafat hukum adat, bahwa alam
semesta (cosmos) memiliki keteraturan , artinya semua
yang ada di alam semesta keberadaanya memiliki aturan
yang tercipta menurut mekanisme alam semesta itu sendiri.
Keteraturan alam semesta dinamakan garis ketertiban
kosmis. Manusia adalah bagian dari alam semesta, oleh
karena itu dia harus hidup, bersikap tidak sesuai dengan
garis ketertiban kosmis tadi. Manusia yang hidup berlainan
/bertentangan dengan garis ketertiban kosmis tadi,
dipandang/dimaknai sebagai hidup yang tidak sesuai
engan alam (tidak sesuai dengan garis ketertiban kosmis).
Lanjt..
Garis ketertiban kosmis itulah yang merupakan garis adat
(hukum adat). Dengan demikian, orang yang bersikap
tindak bertentangan dengan garis ketertiban kosmis sama
artinya dengan bersikap tindak yang bertentangan
dengan hukum adat. Garis ketertiban kosmis itu
diwujudkan dalam hukum adat. Hukum adat di Indonesia
sangat beraneka ragam (pluralisme). Sebagai salah satu
patokan yang pernah dikemukakan oleh Corneis van
Vollenhoven, bahwa di Indonesia terdapat 19 lingkungan
hukum adat. Salah satu contoh perwujudan garis
ketertiban kosmis itu terdapat dalam hukum adat daerah
Tapanuli. Garis ketertiban kosmis dalam hukum adat
Tapanili diwujudkan dalam konsep “daliha natolu” atau
“tungku bertiang tiga”.
Lanjt…
Tungku adalah tempat memasak/landasan untuk memasak
yang memiliki3 kaki. Makna tiga kaki adalah bahwa tungku
itu harus ditopang oleh tiga pilar, dan jika salah satu pilar
rusak/tidak berfungsi maka tungku akan roboh. Karena itu,
ketiga pilar/kakinya itu harus terus menerus dipelihara agar
tungku tu dapat berguna. Perwujudan daliha natolu itu
terlihat jelas dalam aturan perkawinan orang batak. Untuk
terjadinya perkawinan, minimal harus ada tiga marga.
Misalnya marga Sihombing, Sibutar-butar, dan Sitorus. Lakilaki Sihombing tidak boleh menikah dengan perempuan
Sitorus, dia harus kain keluar (exogam) maka dia harus
mengambil wanita Sibutar-butar. Laki-laki Sibutar-butar tidak
boleh mengambil perempuan Sihombing, maka dia harus
mengambil perempuan Sitorus, tidak boleh bertimbal balik
(asymetri conobium)
Pelanggaran Garis Ketertiban Adat /Kosmis :
Orang yang melanggar adat (garis ketertiban kosmis)
dihukum untuk mengembalikan garis ketertiban kosmis
yang terganggu tadi dengan cara :
1. Permintaan maaf;
2. Pembayaran uang adat;
3. Menyelenggarakan selamatan (nepung dusun/upacara
adat); dan
4. Mengganti kerugian immateriel
Hukum Perikatan Lainnya
Istilah hukum perikatan lainnya digunakan karena
perikatan ini tidak dapat dimasukan dalam hukum
perjanjian maupun dalam hukum pebuatan melanggar
hukum (hukum penyelewengan perdata)
Zaakwarneming (1354) diartikan sebagai sikap tindak
/tindakan hukum yang dilakukan mengurus kepentingan
subjek hukum lain (manusia dan badan hukum), tanpa
diminta atau tanpa persetujuan pihak yang diurus
kepentingannya tersebut.
Unsur-Unsur Zaakwarneming :
1. Adanya tindakan hukum yang sempurna;
2. Tindakan itu dilakukan secara sukarela, artinya
tindakan tersebut tidak didasarkan pada paksaan
atau perintah; dan
3. Sebagai akibat dari tindakan itu, maka harus ada
ganti kerugian.
Pihak yang melakukan pengurusan, berhak menuntut ganti
rugi atas biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melakukakn
pengurusan itu (diatur dalam pasal 1357 KUHPerdata). Akan
tetapi pihak yang mengurus tidak berrhak menuntut upah
dari pengurusan tadi (diatur dalam pasal 1358)
HUKUM HAK IMMATERIEL
Hukum hak immateriel adalah hukum yang mengatur
hubungan antara subjek hukum (manusia dan badan
hukum) dengan hak-hak yang dihasilkan dari kekuatan
pikiran manusia, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
gubahan lagu, karya tulis, sastra, karikatur, dan lain-lain.
Hak yang dihasilkan dari kekuatan pikiran itu memiliki nilai
ekonomi, sehingga ia dapat dialihkan, seperti dijual, dibeli,
serta dihibahkan kepada pihak lain.
Lanjt…
Diaturnya
hak-hak
immateriel
tersebut
disamping
memberikan perlindungan kepada yang menciptakannya,
juga meransang orang lain untuk berkarya. Hukum hak
immateriel disebut juga hukum hak kekayaan intelektual
(HKI)
Ruang Lingkup HKI :
1. Hak Cipta (copy right)
2. Hak Kekayaan Industri (industrial Property Right), yang
mencakup :
a. Paten
b. Desain industri
c. Merk (trade mark)
d. Penangguangan praktek persaingan curang
e. Desain tata letak sirkuit terpadu
f. Rahasia dagang; dan
g. Perlindungan varietas tanaman.
Beberapa Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia
yang Mengatur Hak Kekayaan Intelektual :
1. UU Nomor 30 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu
2. UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
3. UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten
4. UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merk
5. UU Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman .
Download