http://jurnal.fk.unand.ac.id Laporan Kasus Gangguan Psikotik Akibat Stroke Iskemik Rini Gusya Liza1, Bahagia Loebis2 Abstrak Stroke atau yang disebut juga dengan penyakit serebrovaskuler berkontribusi terhadap timbulnya delusi dan halusinasi di kemudian hari.Pengobatan yang diberikan pada kondisi medis sering menghasilkan remisi dari psikosis tetapi hal tersebut tidaklah selalu terjadi. Gejala psikosis dapat bertahan lama setelah kondisi medis yang menyebabkannya sembuh. Dilaporkan seorang pasien yang mengalami gangguan psikotik setelah mengalami stroke iskemik. Gangguan psikotik akibat stroke iskemik merupakan suatu kasus dalam Consultation Liaison Psychiatry. Kata kunci: gangguan psikotik, stroke iskemik, delusi dan halusinasi Abstract Stroke or also called cerebrovascular disease contributed to the emergence of delusions and hallucinations in the future. Treatment given to medical conditions often produce remission of psychosis but it is not always happen. Psychotic symptoms can persist longer after recovery. Reported a patient who suffered a psychotic disorder after ischemic stroke. Psychotic disorders due to ischemic stroke is a case in Consultation Liaison Psychiatry Keywords: psychotic disorder, ischemic stroke, delusions and hallucinations Affiliasi penulis: 1. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas waham) sebenarnya ada sejak kondisi medis terjadi. Banyak kondisi medis yang berbeda mampu Sumatera Utara menimbulkan psikosis. Kondisi neurologis yang dapat Korespondensi: Rini Gusya Liza, E-mail: [email protected], menyebabkan psikosis termasuk tumor otak, penyakit Telp: 0751-24451 serebrovaskular, penyakit Huntington, multipel sklerosis, epilepsi, gangguan atau trauma neuron PENDAHULUAN visual atau pendengaran, tuli, migrain dan infeksi Psikosis merupakan gangguan mental dimana pikiran, respons afektif, kemampuan mengenali sistem saraf pusat.1,2 Stroke atau yang disebut juga dengan penyakit serebrovaskuler berkontribusi realitas dan kemampuan untuk berkomunikasi ataupun terhadap timbulnya delusi dan halusinasi di kemudian berhubungan sangat hari.3 Pengobatan yang diberikan pada kondisi medis terganggu, dimana karakteristik klasik psikosis adalah sering menghasilkan remisi dari psikosis tetapi hal gangguan tes realitas, halusinasi, delusi dan ilusi. tersebut tidaklah selalu terjadi. Gejala psikosis dapat Gangguan psikosis akibat kondisi medis umum harus bertahan dibedakan dengan dengan orang lain gangguan yang psikotik primer contohnya skizofrenia, gangguan waham, gangguan lama menyebabkannya Tujuan setelah kondisi medis yang adalah untuk sembuh.1,4 laporan kasus ini skizoafektif atau gangguan mood primer dengan memahami simtom psikiatri yang dapat terjadi pada gambaran psikotik. Diagnosis psikosis oleh karena penderita stroke iskemik dan penatalaksanaannya. kondisi medis umum dibuat ketika riwayat medis Psikosis adalah komplikasi pasca stroke yang pasien, pemeriksaan fisik atau hasil uji laboratorium jarang terjadi. Insidennya kira-kira 1%.3 Penelitian menunjukkan satu atau lebih kondisi medis misalnya terhadap pasien stroke yang berusia lebih dari 60 perubahan otak yang mungkin menimbulkan gejala tahun selama periode 9 tahun, hanya lima pasien yang psikotik, dan gejala psikotiknya (misalnya, halusinasi, diidentifikasi mengalami psikosis. Semuanya Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2) 607 http://jurnal.fk.unand.ac.id mengalami lesi pada frontoparietal kanan dan atropi ini disebut juga release hallucinations, biasanya subkorteks. Tiga dari lima pasien mengalami kejang dijumpai pada pasien stroke denganlokasi lesi yang pasca stroke.5 hampir sama. Pada pasien-pasien yang mengalami Informasi tentang mekanisme psikosis pasca fenomena halusinasi secara signifikan menunjukkan stroke berasal dari penelitian terhadap lima pasien atrofi subkortikal yang mengalami psikosis pasca stroke, mereka ditunjukkan dari perbedaan yang signifikan pada menemukan pada semua pasien memiliki lesi di besarnya rasio frontal horn ventrikel lateral otak dan hemisfer kanan, primer melibatkan regio frontoparietal. ventrikel ketiga otak.5 Halusinasi visual dapat terjadi Bila dibandingkan dengan pasien lain yang tidak akibat lesi vaskuler fokal di jaras visual lobus mengalami psikosis setelah dilakukan matching umur, temporalis, parietalis dan oksipitalis. Halusinasi ini pendidikan, ukuran dan lokasi lesi, pasien-pasien disebut juga release hallucinations. Biasanya dijumpai dengan psikosis sekunder memiliki atropi subkortikal pada pasien stroke dengan lesi di hemisfer kanan yang lebih besar seperti diperlihatkan pada area yang sehingga dapat menjelaskan peran hemisfer kanan luas pada kedua tanduk frontal dari ventrikel lateral pada dan korpus ventrikel lateral. Beberapa peneliti juga bermacam-macam, melaporkan tingginya frekuensi kejang pada pasien bahkan kadang-kadang sampai beberapa hari. Infark dengan psikosis sekunder. Kejang ini biasanya dimulai di lobus oksipital dapat menyebabkan halusinasi setelah timbulnya lesi otak tetapi sebelum awitan psychedelic yaitu pasien memvisualisasikan bentuk- psikosis. Telah dihipotesiskan bahwa tiga faktor yang bentuk geometrik, spiral, papan main dam dan lain- mungkin penting pada mekanisme halusinasi organik lain.8 Halusinasi autoscopy yaitu pasien melihat antara lain keterlibatan lesi hemisfer kanan dari kortek gambar atau bayangannya sendiri. Halusinasi ini temporoparietal, kejang dan atropi otak subkortikal. 6 biasanya disebabkan oleh perdarahan subarachnoid. proses daripada persepsi pasien visual. Isi berlangsung kontrol, yang halusinasinya beberapa menit Gambaran klinis stroke dapat menimbulkan Kadang-kadang disertai waham yaitu pasien meyakini spektrum yang bervariasi dari sindrom neurobehavior bahwa dirinya benar-benar dua disebut Dopplganger. yang harus menjadi perhatian oleh praktisi kesehatan Halusinasi akustik dapat disebabkan lesi struktur otak mental dalam mengevaluasi gejala psikiatri pada terutama dikorteks auditorik temporal, vaskuler.8 jarang pasien. Efek neurobehavior yang dapat terjadi antara disebabkan oleh lesi lain gejala afektif ataupun gejala psikotik yang dapat pasien pasca stroke sering ditemukan waham kejar, terjadi segera setelah serangan stroke atau beberapa sindrom Capgras dan neutoscopy. Adanya waham bulan sampai beberapa tahun kemudian. Adanya penyangkalan penyakit (anosognosia) atau Anton’s penyakit otak yang mendasari akan mempunyai efek syndrome. Waham pasca stroke sering disebabkan samping oleh trombus atau perdarahan intraserebri pada terhadap penyembuhan gejala neurobehavior.7 Episode berkembang Waham pada temporoparietal kiri atau subkorteks.8 psikosis secara (halusinasi akut dan dan waham) menetap selama KASUS beberapa hari sampai beberapa bulan. Selain itu HBM, perempuan (57 tahun), Janda, Kristen, dijumpai juga adanya riwayat kejang pada pasien Batak, SD, IRT, alamat Jl. Tani Asli Gg. Gloria no.2 tersebut. yang Desa Tanjung Gusta Dusun II, di konsulkan ke mengalami fenomena halusinasi secara signifikan Poliklinik Psikiatri RSUP HAM Medan pada tanggal 17 menunjukkan atrofi subkortikal daripada pasien-pasien November 2011. Nomor Rekam Medik : 49 24 04. kontrol, Ditemukan yang pada ditunjukkan pasien-pasien dari perbedaan yang Alloanamnesis: Sari, Perempuan, 17 tahun, signifikan pada besarnya rasio frontal horn ventrikel belum menikah, Kristen, Batak, SMA, hubungan lateral otak dan ventrikel ketiga otak.5 Halusinasi visual dengan HBM: Anak HBM, akrab dengan HBM, kesan dapat terjadi akibat lesi vaskuler fokal di jaras visual dapat dipercaya. lobus temporalis, parietalis dan oksipitalis. Halusinasi Sebab utama: sering marah-marah, Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2) 608 http://jurnal.fk.unand.ac.id pembicaraan kadang tidak nyambung, kadang Kristen, Batak, Tidak Tamat SD, petani (almarhum). senyum-senyum sendiri, bicara sendiri dialami HBM Ibu: CS, Kristen, Batak, Tidak Tamat SD, petani sejak 15 hari yang lalu. (almarhum). Kepribadian orang tua: ayah pemarah, Keluhan utama: badan terasa lemas, pusing, kaki dan lengan kiri terasa lemah. tegas. Ibu: ramah, agak cerewet. HBM merupakan anak ke-dua dari lima bersaudara. Riwayat penyakit sekarang: 20 hari yang lalu, Kondisi sosial ekonomi saat ini: kurang, HBM awalnya HBM merasa kepala pusing saat sedang tidak bekerja, mendapat bantuan biaya sehari-hari dari bekerja di rumah, kemudian HBM tiba-tiba terjatuh dan anak-anaknya. Gambaran kepribadian OS sebelum tidak sadarkan diri lebih kurang 5 menit, HBM sakit: mudah bergaul, ramah. kemudian di bawa keluarga ke klinik di dekat rumah tidak dijumpai. Riwayat bunuh diri: tidak dijumpai. HBM dan dirawat, selama dirawat kaki dan tangan kiri Riwayat keluarga yang menderita penyakit jiwa: tidak OS terasa lemah dan sulit digerakan, lidah HBM juga dijumpai. Stresor psikososial: terasa berat dan bicara celat. Setelah dirawat selama 3 hari keadaan HBM semakin memburuk, HBM mulai Pemeriksaan Psikiatri Khusus bicara-bicara sendiri dan senyum-senyum sendiri serta pembicaraan HBM kacau dan kadang Gambaran umum: penampilan: seorang tidak perempuan, sesuai umur, kurang rapi, kesan tidak nyambung. HBM kemudian di rujuk ke IGD RSUP dapat mengurus diri sendiri. Tingkah laku dan aktivitas HAM dan dirawat di bangsal neurologi. Selama psikomotor: hipoaktif, lemah lengan dan tungkai kiri. dirawat di bangsal neurologi, HBM sering marah- Sikap terhadap pemeriksa: kurang kooperatif, kontak marah, bicara-bicara sendiri, senyum-seyum sendiri, mata dijumpai. HBM sering mengatakan mendengar suara-suara Pembicaraan : isi kadang relevan kadang tidak, yang mengejeknya. HBM mengatakan ada tetangga bicara celat, arus pembicaraan lambat, nada suara yang ingin mencelakai dan telah mengguna-gunai pelan, produktivitas kurang, perbendaharaan bahasa dirinya. sedikit. Afek: inappropriate, mood: disforik, emosi Riwayat penyakit terdahulu: riwayat gangguan psikosomatik: tidak dijumpai, riwayat lainnya: tidak dijumpai. gangguan Bentuk pikiran umum: RTA terganggu, psikosis neurologi: menderita penyakit stroke 7 tahun yang lalu, (+). Bentuk pikiran spesifik: jawaban yang tidak HBM dirawat di RS.HAM tetapi pulang paksa karena relevan. Isi pikiran: waham persekutorik (+),HBM tidak ada biaya, kemudian HBM tidak kontrol lagi, mengatakan ada tetangga yang ingin mencelakai dan riwayat gangguan mental emosional: tidak dijumpai, telah riwayat gangguan medik lainnya: menderita hipertensi (+)HBM sejak 10 tahun yang lalu tetapi tidak kontrol. digosipkan oleh tetangga. mengguna-gunai mengatakan dirinya. sering Waham referensi dijelek-jelekan dan Riwayat kehidupan pribadi: riwayat prenatal: Persepsi: Halusinasi pendengaran (+) yang tidak jelas, riwayat masa bayi dan anak: tidak jelas, mengatakan bahwa HBM sering mendengar suara- riwayat masa remaja: banyak teman, kurang percaya suara diri, suka bergantung kepada orang lain. Riwayat depersonalisasi: tidak dijumpai. Mimpi dan fantasi: pendidikan: sampai kelas 6 SD, hubungan guru dan tidak dijumpai. yang mengejeknya. Derealisasi dan teman biasa. HBM tidak pernah tinggal kelas, prestasi Sensorium: alertness compos mentis. Orientasi HBM: biasa. Riwayat pekerjaan: ibu rumah tangga. waktu: terganggu (HBM tidak tahu hari apa saat Riwayat percintaan, perkawinan dan rumah tangga. dilakukan wawancara), orientasi tempat: baik (HBM HBM tidak pernah pacaran, menikah 1x dengan tahu sedang berada di rumah sakit apa), orientasi almarhum suami HBM. Ia dijodohkan oleh orang tua. personal: baik (HBM tahu yang mana dokter dan HBM memiliki 7 orang anak. Suami HBM meninggal perawat). Konsentrasi terganggu (HBM hanya dapat dunia karena sakit liver pada tahun 2006. menghitung 100-7 sampai angka 93). Kalkulasi Riwayat keluarga: identitas orangtua Ayah: AM, terganggu (HBM tidak dapat menjawab perkalian 15 x Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2) 609 http://jurnal.fk.unand.ac.id 5). Daya ingat jauh : baik (HBM tahu nama sekolah SD dulu), daya ingat agak lama: terganggu (HBM Lidah istirahat dan dijulurkan medial. Sistem motorik;trofi/tonus: eutrofi/normotonus. tidak ingat kapan kejadian gempa di Padang), daya Kekuatan otot, ekstremitas atas: kanan (5555), kiri ingat baru saja: baik (HBM tahu sarapan apa tadi (1111), extremitas bawah, kanan (5555), kiri (1111). pagi), daya ingat segera: terganggu (HBM tidak Reflex fisiologis; kanan dan kiri; Biceps/Triceps: mampu mengulang 4 digit angka terakhir yang (+/+,+/+), APR/KPR: (+/+/ +/+). Reflex patologis; disebutkan benar). kanan/kiri Hoffman-Trommer:(-)/(-). Babinski: (-)/(-), Pengetahuan umum: baik (HBM tahu nama presiden klonus kaki: (-)/(-). Sistem sensibilitas; eksteroseptif: RI sekarang). Pikiran abstrak: baik (HBM tahu tidak dijumpai adanya kelainan, propioseptif: tidak peribahasa panjang tangan). dijumpai adanya kelainan. Gangguan ekstrapiramidal: oleh pemeriksa dengan Insight: derajat III (sadar akan penyakitnya tidak dijumpai. Fungsi luhur: terganggu. tetapi dalam waktu bersamaan melempar kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal, atau faktor Pemeriksaan Penunjang organik). judgement sosial: baik (HBM mau ikut jika a. Laboratorium ada gotong royong dikampungnya), judgment tes: baik Hb: 12g/dl, Leukosit: 9,95 103/mm3, Trombosit: (HBM tahu apa yang akan dilakukan bila menemukan 422 103/mm3. Hematokrit: 24,5%. Eritrosit: 3,03 sepucuk surat yang lengkap dengan perangkonya). 106/mm3. Hitung jenis: net/ limf/ mon/ bas/ eus: 76,3/ Kemampuan mengendalikan rangsang dari dalam diri 16,7/ 5,9/ 0,54/ 0,54. Trigliserida: 109 mg/dl. Widal, sendiri: terganggu. titer:1/40. b. Head CT Scan dengan kontras Pemeriksaan Fisik Hasil: Supratentorial tampak lesi hipodens di Status sekarang; sensorium: compos mentis. periventrikular kanan. Tidak tampak midline shift. Tekanan darah: 160/90 mmHg. Frekuensi nadi: 80 Cortical sulci dan ventricular system normal. Kesan: kali/menit. Frekuensi nafas: 24 kali/menit. Suhu tubuh: Cerebral infarct di periventrikular kanan. 36,20C. Pemeriksaan umum; kepala: mata: reflex c. Pemeriksaan EKG: Kesan normal cahaya +/+; pupil isokor ka=ki; Telinga/hidung/mulut: dalam batas normal. Leher: tekanan vena jugularis Diagnosis banding: Gangguan psikotik akibat Stroke normal, Iskemik, Demensia vaskular. tidak dijumpai pembengkakan kelenjar. Thoraks: bentuk simetris fusiform. Jantung: iktus normal, suara tambahan (-). Paru: suara pernafasan Diagnosis Multiaksial vesikuler, suara tambahan (-). Abdomen: simetris, Aksis I: Gangguan psikotik akibat Stroke Iskemik. soepel, nyeri tekan (-), Hepar/lien/ren: tidak teraba. Aksis II: Tidak ada diagnosis, ciri kepribadian depen- Kelamin: tidak dilakukan pemeriksaan. Ekstremitas: den, mekanisme pertahanan ego: represi, proyeksi, atrofi (-) introyeksi, distorsi, denial Aksis III: Hemiparese sinistra ec. Stroke iskemik Pemeriksaan Neurologik Sensorium: compos mentis. Tanda peningkatan (infark serebri)+Hipertensi stage II Aksis IV: Tidak ada diagnosis TIK: tidak dijumpai. Tanda perangsangan meningeal: Aksis V: GAF scale saat pemeriksaan: 40-31. GAF tidak dijumpai. Nervus kranialis: N I: Normosmia, N II: scale 1 minggu terakhir: 70-61. GAF scale satu tahun Reflex cahaya +/+, pupil isokor, diameter 3 mm, N III, terakhir: 80-71. Skor BPRS (Brief Psychotic Rating IV, VI: Gerakan bola mata (+) normal. N V: Motorik Scale): 61. dan sensorik tidak dijumpai kelainan. N VII: Sudut mulut tertarik kekanan. N VIII: Pendengaran dalam Defensive Functioning Scale; current batas normal. N IX, X: Disartria (-), uvula medial, defenses atau coping style: represi, isolasi, introyeksi, disfagia (-). N XI: Mengangkat bahu (+) normal. N XII: somatisasi, delutional projection, psychotic distortion, Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2) 610 http://jurnal.fk.unand.ac.id psychotic denial. Predominan current defence level: kurang, Level of defensive dysregulation. Prognosis: ragu-ragu pemeriksaan menuju baik. extremitas Penatalaksanaan; dari Bagian perbendaharaan neurologi kiri, sudut bahasa sedikit, didapatkan mulut dari kelemahan tertarik ke kanan, Psikiatri; pemeriksaan CT scan menunjukan adanya infark Risperidon 2 mg 1 x ½ tablet/oral/hari (malam), paraventrikuler. Diagnosis ini disingkirkan karena pada psikoedukasi keluarga, terapi suportif. Dari Bagian HBM yang lebih menonjol gejala psikotiknya berupa Neurologi: IVFD R Sol 20 gtt/mnt, Inj Citicolin 1 RTA yang terganggu, adanya waham dan halusinasi. amp/12 jam, Ranitidin 1 amp/12 jam, Captopril 3x25 Sedangkan kemampuan kognitif lain seperti atensi, mg, Fisioterapi. fungsi eksekutif dan visio-spasial masih baik, dimana kemampuan berpikir abstrak HBM masih baik, orientasi tempat dan personal masih baik. PEMBAHASAN Pada kasus ini seorang perempuan, HBM, 57 Pada aksis II tidak ada diagnosis, dijumpai tahun, didiagnosis dengan “Gangguan psikotik akibat ciri kepribadian dependen dimana HBM membiarkan kondisi medis umum” yaitu “Gangguan psikotik akibat orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan stroke anamnesis, penting bagi dirinya yaitu HBM menikah dijodohkan neurologis, oleh orang tua dan HBM terpaku pada ketakutan akan iskemik” pemeriksaan berdasarkan fisik, hasil pemeriksaan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya dan pemeriksaan psikiatri dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan psikiatri mendapatkan seorang ditinggalkan agar mengurus diri sendiri, setelah perempuan, sesuai dengan usia, tingkah laku dan orangtua meninggal dunia, HBM kemudian bergantung aktivitas psikomotor: hipoaktif, lemah lengan dan pada suaminya, setelah suaminya meninggal, HBM tungkai kurang merasa kehilangan sosok untuk bergantung, HBM kooperatif, pembicaraan: arus lambat, perbendahara- merasa tidak berdaya karena hanya suami OS yang an sedikit, isi kadang relevan kadang tidak, afek: bekerja inappropriate, mood: disforik, bentuk pikiran: RTA mengharapkan terganggu, psikosis (+), asosiasi longgar, isi pikiran: anaknya. kiri. Sikap terhadap pemeriksa: mencari nafkah, bantuan sekarang biaya hidup dari HBM anak- halusinasi HBM menggunakan mekanisme pertahanan pendengaran (+) yang mengatakan bahwa HBM ego introyeksi dimana HBM menyalahkan dirinya mendengar suara-suara tetangga mengejek HBM, karena tidak mampu membahagiakan keluarganya. insight derajat III. Sedangkan menggunakan mekanisme pertahanan waham persekutorik (+), persepsi: Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik DSM- ego distorsi dimana ego telah mengubah kenyataan IV-TR untuk gangguan mental akibat kondisi medik yang ada untuk menyesuaikan dengan sesuatu yang umum. Kriteria Diagnostik Gangguan Psikotik akibat datang dari dalam dirinya (inner need) yaitu waham Kondisi Medis Umum menurut DSM – IV – TR: persekutorik, Halusinasi dan waham yang lebih menonjol, adanya pendengaran, dimana OS meyakini bahwa ia benar- bukti yang jelas dari riwayat, pemeriksaan fisik atau benar selalu diejek dan dihina orang lain. Ketika pemeriksaan laboratorium dimana gangguan tersebut ditanya masalah kematian suaminya, HBM sepertinya merupakan konsekuensi langsung dari kondisi medis menyembunyikan kesedihannya, oleh karena HBM umum, dari menggunakan mekanisme pertahanan ego isolasi. gangguan mental lainnya dan gangguan tersebut tidak HBM juga menggunakan mekanisme pertahanan ego terjadi selama perjalan delirium. denial yaitu HBM menyangkal kalau ia sakit karena gangguan tersebut bukan bagian Diagnosis banding adalah demensia vaskular waham referensi dan halusinasi faktor dari dirinya tapi ia menyalahkan orang lain yang sesuai dengan kriteria diagnostik DSM-IV-TR karena menyebabkan pada anamnesis dan pemeriksaan psikiatri dijumpai menggunakan mekanisme pertahanan ego proyeksi. gangguan memori (daya ingat segera), adanya HBM juga menggunakan mekanisme pertahanan ego gangguan represi dimana HBM merepresikan masalah yang ia berbahasa yaitu bicara celat, arus pembicaraan lambat, nada suara pelan, produktivitas alami, penyakitnya sedangkan disini mekanisme HBM pertahanan juga ego Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2) 611 http://jurnal.fk.unand.ac.id somatisasi, dimana konflik yang dialami HBM di minimal dan relatif aman dapat ditoleransi dengan represi dan dimunculkan dalam bentuk keluhan fisik lebih baik.15 Risperidon diberikan dengan dosis awal 1 seperti pusing dan badan lemah maka sesuai dengan mg karena dosis awal risperidon adalah: 1-2 mg/hari DSM-IV-TR derajat pertahanan yang dialami HBM peroral untuk psikosis akut dibagi dua dosis tapi dapat adalah level of defense dysregulation. juga diberikan satu kali perhari, kemudian dinaikan Pada Aksis III dijumpai diagnosis dengan stroke iskemik karena dari anamnesis didapatkan 1mg/hari setiap hari sampai efektivitas yang diinginkan tercapai dengan dosis maksimum 16 mg/hari.9 keluhan badan terasa lemas, pusing, kaki dan tangan Risperidon merupakan substrat bagi enzim kiri lemah. 20 hari yang lalu awalnya HBM merasa CYP2D6, setiap obat yang bersifat inhibitor terhadap kepala rumah, enzim CYP2D6 ini akan meningkatkan konsentrasi kemudian tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri risperidon di plasma sedangkan obat yang bersifat lebih kurang 5 menit, HBM kemudian di bawa keluarga inducer ke klinik di dekat rumah dan dirawat, selama dirawat risperidon dari plasma. Tetapi untuk risperidon arti kaki dan tangan kiri HBM terasa lemah dan sulit klinisnya belum meyakinkan karena obat induk dan digerakan, lidah juga terasa berat dan bicara celat metabolitnya adalah zat aktif.10 Interaksi risperidon serta didapatkan riwayat stroke 7 tahun yang lalu dan dengan obat yang diberikan oleh bagian neurologi riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Dari hasil yaitu citikolin, ranitidin dan kaptopril adalah: meminum pemeriksaan neurologi dijumpai kekuatan motorik risperidon bersama ranitidin dapat meningkatkan sebelah kiri adalah 1. Pemeriksaan nervus VII sudut kadar ranitidin sehingga dapat meningkatkan risiko mulut tertarik ke kanan dan dari hasil pemeriksaan efek Head meningkatkan efek antihipertensi. Sedangkan citicolin pusing CT saat Scan sedang kesan bekerja cerebral di infarct pada periventikular kanan. akan mempercepat samping pengurangan risperidon.10 Risperidon dosis dapat merupakan suplemen untuk otak belum diketahui Pada Aksis IV tidak ada diagnosis karena tidak interaksinya dengan risperidon.11 dijumpai adanya faktor stressor psikososial. Pada follow up hari ke 7, bicara-bicara sendiri, Pada Aksis V didiagnosis dengan GAF Scale senyum-senyum sendiri dan marah-marah sudah 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan berkurang, waham masih ada dan halusinasi masih realita ada dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi). GAF scale satu minggu terakhir: 70- tapi frekuensinya sudah berkurang, dosis risperidon dinaikan menjadi 2 mg sekali sehari malam. 61 (beberapa gejala ringan atau beberapa disabilitas Pada follow up hari ke 14, bicara-bicara sendiri, pada fungsi sosial, pekerjaan tetapi secara umum senyum-senyum sendiri sudah jauh berkurang, marah- fungsi masih baik dan masih menjalin hubungan marah tidak ada lagi, waham sudah berkurang interpersonal) sedangkan GAF scale satu tahun intensitasnya dan halusinasi frekuensinya jarang, terakhir: 80-71 (gejala sementara dapat diatasi, dosis risperidon dinaikan menjadi 2mg dua kali sehari disabilitas ringan dalam sosial,pekerjaan dan lain-lain). malam, obat dilanjutkan sampai pasien pulang dan Beberapa keadaan yang memberikan pada waktu kontrol ke poliklinik satu minggu kemudian gambaran prognosis yang baik pada kasus ini adalah dosis obat diturunkan bila gejala psikotik sudah tidak tidak terdapatnya gangguan psikiatri sebelumnya, ada dan kemudian dapat dihentikan. faktor pencetus jelas, awitan akut, tidak ada riwayat Edukasi keluarga diberikan kepada keluarga keluarga serta terdapatnya dukungan keluarga dan OS agar mengetahui apa sebenarnya gangguan yang sosial yang baik. Sedangkan yang memberikan diderita prognosis mengenai obat yang akan diberikan kepada OS baik buruk sosioekonomi yang adalah janda dan status kurang.2 HBM diberikan terapi risperidon untuk psikotik OS, perjalanan penyakitnya, keterangan tentang lamanya pengobatan maupun tentang efek samping obat yang akan diberikan.12 akut nya karena risperidon merupakan obat golongan Rencana pemberian terapi suportif apabila antipsikotik atipikal merupakan obat pilihan yang insight pasien sudah baik dan keadaan umum pasien mempunyai efektivitas yang baik, efek samping sudah membaik yang diberikan berupa reassurance Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2) 612 http://jurnal.fk.unand.ac.id yaitu memberikan dukungan, rasa aman dan 5. ketentraman pada pasien sehingga dapat mengurangi E, neuropsychiatry penderitaannya dan explanation yang mencakup penjelasan tentang gangguan yang dialami pasien, Chemerinski Robinson of stroke. RG. The Psychosomatics, 2000;41(1):5-14. 6. penyebab dan perencanaan terapi.13 Robinson RG, Jorge R. Neuropsychiatry aspects of cerebrovascular disease. Dalam : Sadock BJ, Pelayanan konsultasi merupakan suatu regu Sadock VA, editor (penyunting). Comprehensive penolong yang merespon setiap permintaan dari Textbook of Psychiatry. Volume I. Edisi ke-9. bagian kedokteran lain untuk meminta bantuan dalam Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009. menegakkan diagnosis, terapi dan penatalaksanaan hlm.420-35. lain, misalnya pada pasien stroke iskemik yang dikirim 7. American Psychiatric Association. Diagnostic and ke psikiatri untuk melakukan CLP (Consultation- statistical manual of mental disorders. 4thed text Liaison Psychiatry), maka pelayanan juga merupakan revision. intervensi Association; 2000. singkat kewilayah bidang lain, yang biasanya berakhir dengan sebuah jawaban konsul dan rencana tindakan penatalaksanaan. 8. Arlington: Amir N. Penatalaksanaan pasien stroke dengan penanganan kasus gangguan psikotik pada stroke Yayasan iskemik ini dilakukan secara dini melalui team work, XXXI:1998;2:169-82. rujukan harus terus dibina yang tentunya untuk kepentingan pasien itu sendiri.14 9. Kesehatan Jiwa Darmawangsa Stahl SM. Essensial psychopharmacology the prescriber’s guide. Edisi ke-1. Grady MM, editor (penyunting). Keberadaan seorang psikiater sekiranya dapat Psychiatric gangguan emosi. JIWA Majalah Psikiatri. Jakarta: Kerjasama kerjasama yang erat antara psikiater dan dokter American UK: Press Syndicate of the University of Cambridge; 2005. hlm. 411-16. membantu mengatasi gangguan psikiatrik yang timbul, 10. Stahl SM. Essential psychopharmacology. Edisi dalam hal ini adalah psikotik, sehingga diharapkan ke-2. Cambridge: Cambridge University Press; dapat memperpanjang survival serta meningkatkan 2002. pasien.14 kualitas hidup 11. Monson K, Schoenstadt A. Drug interactions with risperidone. (diunduh Februari 2012). Tersedia DAFTAR PUSTAKA dari: URL: HYPERLINK http://bipolar-disorder. 1. emedtv.com. Nemade R, Dombeck M. Symptom of psychiatry due to a medical condition. (diunduh Februari 2012). 2. 3. Tersedia dari: URL: HYPERLINK Abuse and Mental Health Services Administration. http://www.mentalhelp.net Evidence-based Sadock BJ, Sadock VA. Mental disorders due to a Frontliner Staff. Family Psychoeducation. U.S: general medical condition. Synopsis of psychiatry Department of Health and Human Services; 2009. behavioral sciances/ clinical psychiatry. 10th ed. 13. Winston A, Rosenthal RN, Pinsker H. Introduction practices KITs. Training Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. to supportive psychotherapy. Edisi ke-1 Arlington: Santos S, et al. Stroke-psychosis. description of American Psychiatric Publishing; 2004. two cases. Actas Esp Psiquaiatr. 2009; 37(4): Levenson 14. Waney AT. Consultation liaison psychiatry dan/atau psychosomatic medicine. Dalam: Jiwa 240-2. 4. 12. Center for Mental Health Services. Substance JL. 2007;14(9):37-40. Stroke. Primary Psychiatry. Majalah Psikiatri. Jakarta: Yayasan Kesehatan Jiwa Darmawangsa; 2005. hlm.1-2. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2) 613