5064 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
SKRIPSI
HUBUNGAN AKTIVITAS SPIRITUAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI
DESA NYATNYONO KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG
Oleh :
EKO PRASETIO
NIM : 010112a025
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
Sekolah Tinggi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Program Studi Keperawatan
Skripsi, Agustus 2016
Eko Prasetio
Hubungan Aktivitas Spiritual Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Desa Nyatnyono Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang
XIV+ 76 halaman + 10 tabel + 3 gambar + 14 lampiran
ABSTRAK
Lanjut usia yang bahagia dan sehat hanya dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara
fisik, mental/spiritual dan sosial, merasa dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai harga diri serta dapat
berpartisipasi dalam kehidupan. Terpenuhinya kebutuhan tertinggi yaitu spiritual maka seseorang memiliki
kehidupan yang berkualitas, dengan demikian sudah selayaknya seorang yang lanjut usia diupayakan dapat
terpenuhi kebutuhan spiritualnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas
spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebanyak 691 orang. Teknik sampling yang
digunakan adalah proportionate random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 88 orang. Data dianalisis
menggunakan menggunakan uji Chi square..
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden mempunyai aktivitas spiritual
dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 61 responden (69,3 %) dan sebagian besar responden mempunyai
kualitas hidup dalam kategori baik yaitu sebanyak 55 responden (62,5 %) Dari hasil uji statistik
menggunakan chi square diketahui ada hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,001
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan pengetahuan khususnya untuk lansia
sehingga diharapkan dapat lebih mengetahui manfaat aktivitas spiritual dalam meningkatkan kualitas hidup.
Kata kunci : aktivitas spiritual, kualitas hidup, lansia
Kepustakaan : 23 kepustakaan (2005 -2014)
Ngudi Waluyo School of Health Ungaran
Nursing Study Program
Final Assignment, August 2016
Eko Prasetio
The relationship of spiritual activity and quality of life of the elderly in the village of Nyatnyono
District of West Ungaran Semarang Regency
XIV + 76 pages + 10 tables + 3 pictures +14 attachment
ABSTRACT
Elderly happy and healthy can only be achieved if the elderly feel healthy physically, mentally /
spiritually and socially, to feel needed, to feel loved, to have dignity and be able to participate in life.
Fulfillment of the highest spiritual person has a life of quality, so it is fitting a elderly sought spiritual needs
can be met. The purpose of this study was to determine the relationship of spiritual activity and quality of life
of the elderly in the village of Nyatnyono District of West Ungaran Semarang Regency
This type of research is descriptive correlation with cross sectional approach using a questionnaire
as a data collection tool. The population in this study were elderly people in the village of Nyatnyono District
of West Ungaran Semarang regency as many as 691 people. The sampling technique used is proportionate
random sampling with a sample size of 88 people. Data were analyzed using Chi-square test using .
Based on the research, known to most of the respondents have a spiritual activity in the high
category, a total of 61 respondents (69.3%) and the majority of respondents have a good quality of life
category as many as 55 respondents (62.5%) From the statistical test using chi square is known to have a
relationship of spiritual activity and quality of life of elderly in the village Nyatnyono District of West
Ungaran Semarang District with p value 0,001
The results of this study can be used as a source of information and knowledge, especially for the
elderly so it is expected to further understand the benefits of spiritual activity in improving the quality of life
Key word : spiritual activity, quality of life, elderly
Bibliography : 22 references
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya jumlah lansia maka
membutuhkan penanganan yang serius karena
secara alamiah lansia itu mengalami penurunan
baik dari segi fisik, biologi, maupun mentalnya
dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi,
sosial dan budaya sehingga perlu adanya peran
serta keluarga dan adanya peran sosial dalam
penanganannya (Nugroho, 2004).
Peningkatan populasi kelompok lanjut
usia diikuti pula dengan berbagai permasalahan
seperti penurunan kondisi fisik dan psikis,
menurunnya penghasilan akibat pensiun, dan
kesepian akibat ditinggal oleh pasangan atau
teman seusia. Hal ini mengakibatkan
menurunnya kualitas hidup lansia. Adapun
pengertian kualitas hidup adalah persepsi
individu terhadap kehidupannya di masyarakat
dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada
yang terkait dengan tujuan, harapan, standar,
dan juga perhatian. Kualitas hidup dalam hal ini
merupakan suatu konsep yang sangat luas yang
dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis,
tingkat kemandirian, serta hubungan individu
dengan lingkungan (Fitria, 2011).
Kualitas hidup individu dapat dinilai dari
kondisi fisik, psikologis, hubungan sosial dan
lingkungan (Sekarwiri, 2008). Selain ditinjau
dari perbedaan jumlah dan usia harapan hidup,
lansia pria dan wanita juga memiliki perbedaan
pada tingkat kualitas hidupnya. Kualitas hidup
pria lansia lebih tinggi dari pada wanita
lansia.Pada pria lansia dilaporkan secara
signifikan memiliki kepuasan yang lebih tinggi
dalam beberapa aspek yaitu hubungan personal,
dukungan
keluarga,
keadaan
ekonomi,
pelayanan sosial, kondisi kehidupan, dan
kesehatan. Wanita lansia memiliki nilai yang
lebih tinggi dalam hal kesepian, ekonomi yang
rendah dan kekhawatiran terhadap masa depan
(Setyoadi, 2010) Beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup yaitu jenis
kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status
pernikahan, penghasilan, hubungan dengan
orang lain dan standar referensi (Nofitri, 2009).
Permasalahan psikososial pada lansia
dapat dinetralisir atau dihilangkan dengan
kehidupan spiritualitas yang kuat. Spiritualitas
mengatasi kehilangan yang terjadi sepanjang
hidup dengan harapan (Stanley & Beare,
2012).
Spiritual
merupakan
dimensi
kesejahteraan bagi lansia serta dapat mengurangi
stres
dan
kecemasan,
mempertahankan
keberadaan diri sendiri dan tujuan hidup.
Spiritual secara signifikan dapat membantu
lansia dan memberi layanan untuk beradaptasi
terhadap perubahan yang diakibatkan oleh
penyakit kronis. Lansia yang memiliki
pemahaman
spiritual
akan merasakan
hubungan yang baik dengan orang lain sehingga
dapat menemukan arti dan tujuan hidup, hal
ini dapat membantu lansia mencapai potensi dan
peningkatan kualitas hidupnya (Adegbola,
2006).
Spiritual pada seseorang dapat menjadi
faktor penting dalam cara seseorang menghadapi
perubahan yang diakibatkan oleh penyakit
kronis.
Spiritual
juga
penting
dalam
meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup.
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk
mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan
kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan
maaf (Potter & Perry, 2009)..
Kesehatan spiritual lansia dikatakan baik
apabila telah memenuhi beberapa karakteristik
spiritual yaitu: hubungan dengan diri sendiri
yang merupakan kekuatan dari dalam diri sendiri
yaitu siapa dirinya apa yang dapat dilakukannya
dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan
pada diri sendiri, hubungan dengan alam
yang harmonis, hubungan dengan orang lain
dimana hubungan ini terdiri dari harmonis dan
tidak harmonis, dan hubungan dengan Tuhan
yang meliputi sembahyang dan berdoa,
keikutsertaan dalam kegiatan ibadah (Hamid,
2009).
Lanjut usia yang bahagia dan sehat hanya
dapat dicapai apabila lansia
tersebut merasa
sehat secara fisik, mental/spiritual dan sosial,
merasa dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai
harga diri serta dapat berpartisipasi dalam
kehidupan. Dengan terpenuhinya kebutuhan
tertinggi yaitu spiritual maka seseorang
memiliki kehidupan yang berkualitas, dengan
demikian sudah selayaknya seorang yang lanjut
usia diupayakan dapat terpenuhi kebutuhan
spiritualnya (Sumiati, 2009). Salah satu upaya
pemenuhan kebutuhan spiritual adalah dengan
melakukan aktivitas spiritual.
Penelitian dari Hasnani (2012) tentang
spiritualitas dan kualitas hidup penderita kanker
serviks di Rumah Sakit Kanker Dharmais
Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penderita kanker serviks yang memiliki tingkat
spiritualitas rendah cenderung lebih depresif
daripada penderita kanker serviks yang memiliki
tingkat spiritualitas baik.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
di Desa Nyatnyono, pada bulan Maret 2016
dengan pengambilan data untuk variabel
aktivitas spiritual dan kualitas hidup dengan
menggunakan kuesioner terhadap 10 lansia
menunjukkan 6 orang kualitas hidupnya kurang
baik (merasa tidak puas terhadap hubungan
sosial, kehidupan seksual serta dukungan yang
diperoleh dari keluarga) dimana 4 orang
memiliki aktivitas spiritual yang baik (rutin
menjalankan sholat/ke gereja, rutin membaca
kitab suci, dan rutin mengikuti acara
pengajian/kebaktian) dan 2 orang memiliki
aktivitas spiritual yang kurang baik (tidak rutin
menjalankan sholat/ke gereja, tidak rutin
membaca kitab suci, dan tidak rutin mengikuti
acara pengajian/kebaktian).
Hasil
studi
pendahuluan
juga
menunjukkan bahwa 4 orang kualitas hidupnya
kurang baik (merasa tidak puas terhadap
hubungan sosial, kehidupan seksual serta
dukungan yang diperoleh dari keluarga) dimana
2 orang memiliki aktivitas spiritual yang baik
(rutin menjalankan sholat/ke gereja, rutin
membaca kitab suci, dan rutin mengikuti acara
pengajian/kebaktian) dan 2 orang memiliki
aktivitas spiritual yang kurang baik (tidak rutin
menjalankan sholat/ke gereja, tidak rutin
membaca kitab suci, dan tidak rutin mengikuti
acara pengajian/kebaktian). Upaya yang selama
ini dilakukan oleh lansia adalah aktif di kegiatan
lansia diantaranya posyandu lansia atau kegiatan
rukun warga lainnya. Mereka juga mempunyai
interaksi dengan baik dengan lansia lain.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul, “Hubungan Aktivitas spiritual
dengan Kualitas Hidup Lansia di Desa
Nyatnyono
Kecamatan
Ungaran
Barat
Kabupaten Semarang”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah penelitina ini adalah, adakah
hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas
hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan aktivitas spiritual dengan
kualitas hidup lansia
di Desa Nyatnyono
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan
penelitian descriptive correlational yaitu
penelitian yang menggambarkan atau mencari
tingkat hubungan antara variabel yang satu
dengan variabel yang lainnya (Notoatmodjo,
2010).
Desain ini dipilih karena peneliti
mencoba untuk meneliti hubungan aktivitas
spiritual dengan kualitas hidup pada lansia di
Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang.
Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan cross sectional. Pendekatan cross
sectional yaitu penelitian yang menekankan pada
waktu pengukuran data variabel independen dan
dependen hanya dengan satu kali pada satu saat
(Nursalam, 2011). Pengukuran variabel yang
aktivitas spiritual dan kualitas hidup dalam
penelitian ini satu kali pada satu waktu.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian
atau
objek
yang
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah
lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang
sebanyak 691 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang
diambil dari seluruh objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Menurut Nursalam
(2011), menentukan besarnya sampel suatu
penelitian dengan jumlah populasi kurang
dari 1000 menggunakan rumus:
n
N
1  N (d 2 )
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat signifikansi (0,1)
691
1  691(0,12 )
691
n
1  691(0,01)
691
n
1  6,91
n
691
7,91
n  87,35 orang
n
Berdasarkan
hasil
perhitungan
jumlah sampel tersebut maka diperoleh
sampel dalam penelitian ini sebanyak 88
orang.
Metode pengambilan sampel dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
cara
proportionate random sampling. Adapun
kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Lansia yang berusia 60-74
b. Bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Lansia yang berkerja sebagai tenaga
kesehatan atau mantan tenaga kesehatan
b. Lansia yang mengalami gangguan
psikologi kategori sangat berat (depresi,
stres).
G. Analisis Data
Data yang sudah diolah kemudian akan
dilakukan analisis secara bertahap sesuai tujuan
penelitian, meliputi :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini
dihitung dengan menggunakan rumus
distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo,
2010). Chi square (χ2) satu sampel adalah
teknik statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri
atas dua atau lebih kelas di mana data
berbentuk nominal dan sampelnya besar
(Sugiyono, 2011).
Analisis bivariat dalam penelitian ini
akan digunakan untuk menguji hubungan
aktivitas spiritual dengan kualitas hidup pada
lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang yang
diolah dengan menggunakan program
pengolahan data Statistical Product and
Service Solutions (SPSS) versi 20.0. Menurut
Sugiyono (2011), untuk memperjelas
pembahasan serta mengetahui hubungan
antar variabel maka dilakukan uji statistik
korelasi dengan menggunakan uji chi square
(X2) dengan hasil penelitian didapatkan p
value sebesar 0,001. (Apabila p value/
signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho
ditolak dan Ha diterima). Nilai p tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan aktivitas
spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil penelitian
1. Analisa univariat
a. Gambaran aktivitas spiritual lansia di Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang
Tabel 4. 1
Distribusi
frekuensi
aktivitas spiritual lansia
di Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang
Aktivitas spiritual
Rendah
Tinggi
Total
Frekuensi
27
61
88
(%)
30,7
69,3
100,0
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden mempunyai
aktivitas spiritual dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 61 responden (69,3 %).
b. Gambaran kualitas hidup lansia di Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang
Tabel 4. 2
Distribusi
frekuensi
kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang
Kualitas hidup
Kurang
Baik
Total
Frekuensi
33
55
88
(%)
37,5
62,5
100,0
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden mempunyai
kualitas hidup dalam kategori baik yaitu
sebanyak 55 responden (62,5 %)
2. Analisa Bivariat
Hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas
hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Tabel 4. 3
Tabulasi silang hubungan
aktivitas spiritual dengan kualitas hidup
lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Aktivits
spiritual
Rendah
Tinggi
Total
Kualitas hidup
Kurang
Baik
n
22
11
33
%
81,5
18,0
37,5
n
5
50
55
%
18,5
82,0
62,5
Total
n
27
61
88
%
100
100
100
p value
0,000
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui
bahwa, responden dengan aktivitas spiritual
dalam kategori rendah sebagian besar yaitu
sebanyak 88 responden (81,5 %) mempunyai
kualitas hidup dalam kategori kurang dan
responden dengan aktivitas spiritual dalam
kategori tinggi sebagian besar mempunyai
kualitas hidup dalam kategori baik yaitu
sebanyak 50 responden (82,0 %). Dari hasil
uji statistik menggunakan Chi Square dengan
taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p
value sebesar 0,001. (Apabila p value/
signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho
ditolak dan Ha diterima). Nilai p tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan aktivitas
spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran aktivitas spiritual lansia di Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar responden mempunyai
aktivitas spiritual dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 61 responden (69,3 %). Tingkat
spiritual yang tergolong tinggi pada sebagian
besar responden tersebut dapat dilihat dari
aktivitas responden selama ini dimana dari hasil
penelitian didapatkan data semua responden
dalam penelitian ini adalah beragama islam dan
hampir semua responden mengikuti berbagai
kegiatan spiritual yang diajarkan dalam
`agamanya khususnya agama islam. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil kuesioner yang
menyatakan bahwa sebagian besar responden
sering berdoa/sembahyang untuk mendapatkan
ketenangan (38,9 %), sering membaca kitab suci
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (30,7 %),
sering mengikuti kegiatan keagamaan di
masyarakat untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan (30,7 %), selalu meningkatkan ibadah
saya kepada Tuhan sejak terdiagnosa penyakit
yang dideritanya (28,4 %) dan percaya tanpa
bantuan Tuhan penyakit yang dideritanya tidak
akan sembuh (29,5 %). Beberapa hal tersebut
menunjukkan bahwas sebagian besar responden
mempunyai aktivitas spiritual yang etrgolong
dalam kategori tinggi.
Secara fisik lanjut usia pasti mengalami
penurunan, tetapi pada aktivitas yang berkaitan
dengan agama justru mengalami peningkatan,
artinya
perhatian mereka terhadap agama
semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Lanjut usia lebih percaya bahwa agama
dapat
memberikan jalan bagi pemecahan
masalah kehidupan, agama juga berfungsi
sebagai
pembimbing
dalam kehidupan,
menentramkan batinnya (Padila. 2013). Saat
mengalami stres, individu akan mencari
dukungan
dari
keyakinan
agama
atau
spiritualnya. Dukungan ini sangat diperlukan
untuk dapat menerima keadaan yang dialaminya,
khusunya lansia yang mengalami depresi.
Sembahyang atau berdoa membaca kitab suci Al
Quran dan praktik keagamaan lainnya sering
membantu lanjut usia terhindar dari depresi,
kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu
perlindungan terhadap tubuh (Hamid, 2008).
Aktivitas dan spiritual dari beberapa teori
dapat disimpulkan bahwa aktivitas spiritual
adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan spiritual guna mendekatkandiri
kepada Yang Maha Kuasa demi mencari arti dan
tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan
dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan
untuk memberikan dan mendapatkan maaf,
apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan
menimbulkan verbalisasi distres dan perubahan
perilaku, jika kondisi ini tidak segera ditangani
maka akan mengakibatkan perasaan bersalah,
rasa takut, depresi dan kecemasan (Gunarsa,
2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang
mengalami
aktivitas spiritual tinggi juga dapat dilihat dari
hasil wawancara sekilas terhadap responden saat
penelitian ini berlangsung dimana dari hasil
wawancara tersebut didapatkan data bahwa
sebagian besar responden menyatakan bahwa
mereka sering mengikuti semua kegiatan
aktivitas spiritual yang sudah dijadwalkan oleh
warga dan takmir masjid di Lingkungan Desa
Nyatyono, seperti yang mengikuti kegiatan
keagamaan baik secara individu maupun
berjamaah, jenis kegiatan aktivitas spiritual yang
dilakukan oleh lanjut usia sesuai dengan kegiatan
yang sudah tersusun oleh warga dan takmir
masjid yaitu kegiatan aktivitas spiritual ceramah
yang sudah terjadwal satu kali dalam seminggu,
kemudian kegiatan aktivitas spiritual berdoa
bersama dan melakukan zikir atau wirit yang
dilakukan secara rutin oleh lanjut usia dan
dipandu oleh seorang ustaz kegiatan ini sering
dilakukan pada malam jumat dan adanya arisan
yasinan, tahlilan bersama-sama dan berbagai
kegiatan keagamaan lainnya..
Kegiatan aktivitas spiritual lanjut usia yang
secara individu dilakukan oleh sebagian besar
adalah aktivitas spiritual yang dilakukan oleh
para lanjut usia dengan keimanan dan ketaqwaan
sendiri seperti halnya melaksanakan puasa pada
bulan suci Ramadhan, melaksanakan sholat
sunat dan
membaca kitab suci Al-Quran,
sedangkan aktivitas spiritual lanjut usia yang
secara individu terjadwal yaitu melaksanakan
sholat lima waktu tetapi ada beberapa lanjut usia
yang tidak mampu mengikuti aktivitas spiritual
sholat lima waktu karena terhalang kurang sehat
atau mempunyai penyakit fisik lainya sehingga
para lanjut usia melakukan sholat lima waktu
secara individu.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian
diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini mempunyai
aktivitas spiritual dalam kategori tinggi. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya berbagai
aktivitas yang dilakukan oleh sebagian besar
responden untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa baik secara individu
maupun secara kelompok dalam lingkungan
tempat tinggal responden. Aktivitas spiritual
yang tinggi tersebut juga didukung oleh situasi
dan kondisi lingkungan Desa Nyatyono yang
terkenal sebagai tempat untuk berziarah oleh
beberapa orang di sekitar lingkungan maupun
diluar lingkungan desa Nyatnyono. Hal tersebut
berpengaruh terhadap kondisi dan aktivitas
spiritual sebagian besar warga di Desa
Nyatnyono dikarenakan dengan seringnya dan
banyaknya orang yang berkunjung dan berziarah
di Desa Nyatnyono menjadikan Desa tersebut
sering mengadakan berbagai kegiatan yang
berbau religius seperti istighosah, tahlilan, dan
berbagai kegiatan lainnya yang berbau
keagamaan. Hal tersebut menjadikan sebagian
besar responden sering terpapar dengan berbagai
kegiatan keagamaan tersebut dan sangat
berpengaruh
dengan
aktivitas
spirirtual
responden yang tinggi.
Menurut
Hamid
(2007).,
dalam
spiritualitas ada yang disebut aktivitas
spiritual, aktivitas spiritual adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan
spiritual guna mendekatkan diri
kepada Yang Maha Kuasa demi mencari arti dan
tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan
dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan
untuk memberikan dan mendapatkan maaf.
Adapun
aktivitas
spiritual yaitu, sholat
merupakan suatu kegiatan khusus yang di
mulai dengan takbir dan di akhiri dengan
salam. Pada suatu penelitian, para ilmuwan
menyimpulkan
bahwa
ketekunan
dalam
melaksanakan
sholat
dapat
mengurangi
kekhawatiran dan tingkat
depresi. Berdoa
merupakan
bentuk
dedikasi
diri
yang
memungkinkan individu untuk bersatu dengan
tuhan atau yang maha kuasa (McCullough,1995
dalam Potter & Perry 2007). Suatu penelitian
menyatakan bahwa berdoa dapat mencakup
perubahan kardiovaskuler dan relaksasi otot.
Sering kali berdoa menyebabkan seseorang
merasakan
perbaikan suasana hati dan
merasakan kedamaian dan ketenangan (Potter &
Perry, 2007).
Hasil penelitian ini sesuai dengan
Penelitian Young (1993), dalam Mustiadi (2013),
yang menunjukkan bahwa praktek spiritual lansia
dapat meningkatkan perasaan produktivitas dan
kemampuan lansia beradaptasi yang membantu
dalam individu yang sedang stres dan depresi.
Berdasarkan penelitian Nurhadi dan Nursalam
(2003), bimbingan spiritual lansia berdampak
positif terhadap pengurangan stres dan depresi
pada lansia yang di panti dan lansia dengan
penyakit terminal, jika stres dan depresi lanjut
usia dapat dikurangi, maka respon imun lansia
akan meningkat sehingga infeksi-infeksi
sekunder dapat diminimalkan
Menurut Meckley, et.al (1992) yang
dikutip dalam (Yuningsih, 2013), menguraikan
spiritual sebagai suatu yang multi dimensi
yaitu dimensi eksitensial dan deminsi agama.
Dimensi eksitensi berfokus pada tujuan dan
arti kehidupan, sedangkan dimensi agama
lebih berfokus pada hubungan seseorang
dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual
sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertical
sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang
Maha
Kuasa
yang
meuntun kehidupan
seseorang,
sedangkan
dimensi horizontal
adalah hubungan diri sendiri dengan orang lain.
B. Gambaran kualitas hidup lansia di Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar responden mempunyai
kualitas hidup dalam kategori baik yaitu
sebanyak 55 responden (62,5 %). Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner yang
diberikan peneliti kepada responden tentang
kualitas hidup responden yang terbagi menjadi
beberapa kriteria yaitu kualitas hidup dilihat dari
segi kesehatan fisik, kesehatan psikologis,
hubungan sosial pasien dan pengaruh dimensi
lingkungan terhadap kualitas hidup responden.
Kualitas hidup dalam kategori baik pada
sebagian besar responden tersebut dapat dilihat
dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner
yang diberikan oleh peneliti kepada responden
dimana dari hasil jawaban responden tersebut
didapatkan data sebagian besar respondne
menyatakan bahwa mereka merasakan kualitas
hidupnya saat ini baik (68,2 %), sebagian besar
responden juga menyatakan bahwa mereka
merasakan puas dengan kesehatan yang
dialaminya saat ini (58,0 %). Selain sebagian
besar responden juga menyatakan bahwa rasa
sakit fisik yang dialaminya sedikit mencegah
responden dalam dalam beraktivitas sesuai
kebutuhannya (61,4 %)., dan sebagian besar
responden menyatakan bahwa mereka merasa
hidupnya berarti (42,0 %). Beberapa indikator
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini mempunyai
kualitas hidup dalam kategori baik.
Penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014)
berjudul perbandingan kualitas hidup lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha dengan di keluarga.
Kesimpulan da ri penelitian ini adalah lansia
yang berada di PSTW Khusnul Khotimah
Pekanbaru memiliki kualitas hidup tinggi lebih
banyak dibandingkan lansia yang berada di
kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan yaitu
berjumlah 16 orang responden (53,3%) di PSTW
dan 13 or ang responden (43,3%) di keluarga.
Pada masa lanjut usia, seseorang akan
mengalami perubahan dalam segi fisik, kognitif,
maupun dalam kehidupan psikososialnya
(Ariyanti, 2009). Darnton-Hill (Gureje, 2008),
juga menekankan pentingnya harapan hidup dan
kualitas hidup bagi lanjut usia. Keempat domain
dalam kual itas hidup adalah kesehatan fisik,
kesehatan psikologi, hubungan sosial, dan aspek
lingkungan (WHOQOL Group; Jackie Brown,
2008).
Empat
domain
kualitas
hidup
diidentifikasi sebagai suatu perilaku, status
keberadaan, kapasitas potensial, dan persepsi
atau pengalaman subjektif (WHOQOL Group,
2008). Ratna (2008) juga menambahkan jika
kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi,
akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan
lanjut usia yang akan menurunkan kualitas
hidupnya.
Kualitas
hidup
merupakan
satu
komponen utama yang bersifat subyektif untuk
kesejahteraan hidup manusia.Komponen dari
kualitas hidup salah satunya adalah kepuasan
hidup. Kepuasan hidup selalu mengorientasikan
diri pada proses pengalaman masa lalu dan masa
kini. Jika di masa tua lansia memiliki perilaku
seperti murung, suka menyendiri, terisolasi dari
kegiatan di luar rumah, ada suatu kemungkinan
bahwa sebenarnya mereka masih memiliki
kebutuhan
dimasa
lalu
yang
belum
dipuaskan.Kualitas hidup digunakan secara luas
sebagai indeks kesejahteraan psikologis pada
orang-orang dewasa lanjut, ada banyak hal yang
dapat menciptakan munculnya kepuasan akan
hidup pada lansia salah satunya apabila lansia
mampu
menyelesaikan
tugas–tugas
perkembangan.
Adapun
tugas–tugas
perkembangan lansia adalah menyesuaikan diri
dengan kematian pasangan hidup, membentuk
hubungan dengan orang lain yang seusia dan
menyesuaikan diri dengan peran sosial (Vicky
Tresnia, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian juga
didapatkan data bahwa sebagian besar responden
mempunyai kualitas hidup dalam kategori baik
yaitu sebanyak 33 responden (637,5 %). Kualitas
hidup yang tergolong rendah dalam penelitian ini
menurut asumsi peneiti dikarenakan adanya
kondisi fisik pada sebagian besar responden yang
sudah memasuki usia lansia sehingga hal tersebut
mempengaruhi kondisi kesehatan responden.
Kualitas hidup seseorang dengan
penyakit merupakan persepsi kesejahteraan
seseorang dalam bidang psikologis, sosial, fisik
dan hubungan lingkungan (Raudatussalamah &
Fitri, 2012). Lansia dengan penyakit sering
mengalami
penurunan kemandirian dalam
pemenuhan
kebutuhan
sehari-hari
yang
menyebabkan ketakutan, ansietas, kesedihan.
Ketergantungan pada orang lain untuk
mendapatkan perawatan diri secara terusmenerus dapat menimbulkan perasaan tidak
berdaya. Sehingga menimbulkan rasa kehilangan
tujuan dalam hidup yang mempengaruhi
kekuatan dari dalam yang diperlukan untuk
mengahadapi perubahan fungsi yang dialami
(Potter & Perry, 2009).
Kondisi kesehatan pada usia lanjut akan
mempunyai dampak yang cukup serius pada
kehidupan sosial dan fisik dimana hal tersebut
akan menyebabkan penurunan kualitas hidup
serta menyebabkan lanjut usia bergantung pada
orang lain (Mangoenprasodjo & Hidayati, 2005),
lansia secara umum jika digambarkan memang
kurang menggembirakan. Usia tua, kesepian,
sosial ekonomi yang kurang sejahtera, serta
munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti
kanker, jantung, reumatik, serta katarak
menyebabkan produktivitas menurun serta
mempengaruhi
kehidupan sosial (Amareta,
2008). Semua hal di atas adalah dampak dari
rendahnya kualitas hidup lanjut usia. Hal ini bisa
disebabkan oleh kondisi fisik yang semakin
lemah, hubungan personal yang buruk, ketiadaan
kesempatan untuk memperoleh
informasi,
keterampilan baru, dan sebagainya. Semua
penjelasan di atas sesuai dengan konsep
WHOQOL Group (2006), yang menyatakan
bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup, yaitu faktor kesehatan fisik,
kesehatan psikologis, hubungan sosial dan faktor
lingkungan (Rapley, 2003).
Kualitas hidup atau Quality of life
(QOL) merupakan sebuah konsep dimana yang
dapat membedakan ketentuan filosofi, politik,
dan definisi yang berhubungan dengan
kesehatan. Kualitas hidup yang berhubungan
dengan kesehatan adalah kualitas hidup yang
menggambarkan kualitas hidup individu yang
setelah, dan atau sedang mengalami sesuatu
penyakit yang mendapatkan suatu pengelolaan
(Suhartono, 2005). Kualitas hidup jika dilihat
dari
dimensi
kesehatan fisik merupakan
evaluasi dari kepuasan dan kebahagiaan
terhadap aspek-aspek kesehatan fisik seperti
rasa sakit dan ketidaknyamanan akibat penyakit,
kebugaran, kualitas tidur, serta ketergantungan
obat. Hal tersebut
berarti semakin
puas
seseorang terhadap aspek kesehatan fisik,
maka semakin baik pula kualitas hidupnya
C. Hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas
hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa responden dengan aktivitas spiritual
dalam kategori tinggi sebagian besar mempunyai
kualitas hidup dalam kategori baik yaitu
sebanyak 50 responden (82,0 %). Ini disebabkan
oleh lanjut usia yang teratur dalam melakukan
kegiatan aktivitas spiritual sama halnya dengan
semakin tingginya kegiatan aktivitas spiritual
lanjut usia tersebut, baik secara individu maupun
berjamaah maka semakin tinggi kualitas hidup
yang akan dialami lanjut usia.
Dari hasil uji statistik menggunakan Chi
Square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05)
didapatkan p value sebesar 0,001. (Apabila p
value/ signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis
Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai p tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan aktivitas
spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa
Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Konopack dan McAuley (2012) dengan judul
“Efficacy-mediated effects of spirituality and
physical activity on quality of life: A path
analysis” kepada 215 responden yang berusia
50 tahun ke atas. Penelitian ini menyatakan
bahwa pengaruh spiritualitas terhadap kualitas
hidup dapat dilihat dari kesehatan mental,
dan pengaruh aktivitas fisik terhadap kualitas
hidup dapat dilihat dari kesehatan fisik
responden (Sari, 2013).
Agama dan spiritual adalah sumber
koping bagi lansia ketika ia mengalami sedih,
kesepian
dan
kehilangan.
Hasil
studi
menunjukkan bahwa pada lansia yang mencapai
usia 70 tahun, maka lansia tersebut berada pada
level dimana penyesalan dan tobat berperan
dalam penebusan
dosa-dosa. Tobat
dan
pengampunan dapat mengurangi kecemasan
yang muncul dari rasa bersalah atau
ketidaktaatan dan menumbuhkan kepercayaan
serta kenyamanan pada tahap awal iman. Hal ini
memberikan pandangan baru bagi lansia terhadap
kehidupan yang berhubungan dengan orang lain
dan penerimaan yang positif terhadap kematian
(Hefner, 2008).
Hasil penelitian ini didukung oleh
beberapa penelitian tentang spiritual pada lansia
telah dilakukan antara lain oleh Nurhidayah
(2012), dengan judul kebahagiaan lansia di tinjau
dari dukungan sosial dan spiritual. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan
positif dan nyata antara dukungan sosial dengan
kebahagiaan. Namun tidak didapatkan hubungan
antara spiritual dengan kebahagiaan. Anggraini,
Zulfitri dan Novayelinda (2013) melakukan
penelitian dengan judul hubungan antara status
spiritual lansia dengan gaya hidup lansia di
Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai
Pesisir Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara status
spiritual lansia dengan gaya hidup lansia. Hal ini
berarti status spiritual yang sehat akan memiliki
gaya hidup yang sehat.
Beberapa kegiatan yang termasuk aktivits
spiritual diantaranya bersembahyang, berzikir,
berdoa dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan
seperti ini biasanya dilakukan secara personal.
Lebih-lebih mereka yang taat beragama
biasanya lebih merasa nyaman dengan
pendekatan-pendekatan pribadi yang cenderung
agamis. Sebagai orang yang percaya kepada
Tuhan, aktivitas spiritual dilakukan guna
menemukan jati diri melalui petunjukNya.
Kegiatan ritual tersebut disesuaikan dengan
kepercayaan dan agama masing-masing (Hakim,
2010).
Setiap manusia memiliki keinginan untuk
menjalin dan mengembangkan hubungan antar
manusia yang positif melalui keyakinan, rasa
percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga
dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan
emosional untuk melawan banyak penyakit.
Spiritualitas dapat dipenuhi melalui kedamaian
dan lingkungan atau suasana yang tenang.
Kedamaian merupakan keadilan, empati dan
kesatuan. Kedamaian membuat individu menjadi
tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan
dan kualitas hidup (Kozier,
Berman &
Snyder, 2007).
Penelitian ini juga didukung oleh penelitia
yang dilakukan
Sumiati (2009)
yang
menjelaskan bahwa menjalani lanjut usia yang
bahagia dan sehat hanya dapat dicapai apabila
lansia tersebut merasa sehat secara fisik,
mental/spiritual dan sosial, merasa dibutuhkan,
merasa dicintai, mempunyai harga diri serta
dapat berpartisipasi dalam kehidupan. Dengan
terpenuhinya kebutuhan tertinggi yaitu spiritual
maka seseorang memiliki kehidupan yang
berkualitas, dengan demikian sudah selayaknya
seorang yang lanjut usia diupayakan dapat
terpenuhi kebutuhan spiritualnya
D. Keterbatasan peneltiian
Penelitian ini hanya meneliti tentang
hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas
hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang tanpa
melihat faktor lainnya sehingga diharapkan pada
penelitian selanjutnya dilakukan penelitian
tentang
faktor-faktor
lainnya
yang
mempengaruhi kualitas hidup lansia seperti
faktor kesehatan lansia, jenis kelamin, penyakit
yang menyertainya, status perkawinan, kondisi
sosial ekonomi dan faktor lainnya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar responden mempunyai
aktivitas spiritual dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 61 responden (69,3 %).
2. Sebagian besar responden mempunyai
kualitas hidup dalam kategori baik yaitu
sebanyak 55 responden (62,5 %)
3. Ada hubungan aktivitas spiritual dengan
kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang dengan nilai p value 0,0001
B. Saran
1. Bagi Lansia
Bermanfaat sebagai sumber informasi
dan pengetahuan khususnya untuk lansia
sehingga diharapkan dapat lebih mengetahui
manfaat
aktivitas
spiritual
dalam
meningkatkan kualitas hidup.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Bahan
masukan,
acuan
dan
pertimbangan bagi profesi keperawatan
dalam meningkatkan mutu pelayanan
khususnya bagi lansia sehingga kualitas
hidup mereka meningkat.
3. Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan
aktivitas spiritual dan kualitas hidup lansia.
4. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti lain diharapkan dapat
meneliti lebih lanjut tentang hubungan
aktivitas spiritual dengan kualitas hidup
lanjut usia atau bisa lebih spesifik dan
lebih fokus terhadap jenis aktivitas spiritual
lanjut usia dan kesehatan mental lanjut usia,
serta dapat melengkapi keterbatasan seperti
lanjut usia yang memiliki penyakit fisik,
lanjut usia yang hidup sendiri dan faktor
lainya agar semua bisa teratasi oleh peneliti
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Broker. 2009. Ensiklopedi Keperawatan. Jakarta :
EGC
Craven & Hirnle, 2006. Fundamentals of nursing,
Human health and function. (3 th ed).
Philadelphia : Lippincont Williams &
Wilkins.
Desita, 2010. Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kualitas Hidup Pasien. Gagal Ginjal
Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa
di RSUP. Haji Adam Malik Medan.
SKRIPSI. USU
Dinkes Prov Jateng, 2012. Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah tahun 2012. Semarang
Elkins et.,al, 2008. National Institute of Mental
Health Treatment of
Depression
Collaborative Research Program: General
effectiveness of treatments. Arch Gen
Psychiatry, Vol. 46, No. 11, pp. 971-982
Fatayi, 2008. Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal
yang Menjalani Terapi CAPD (Continous
Ambulatory Peritoneal Dialisis) di wilayah
Balik Papon Kalimantan Timur
Fowler, & Keen, 2005. Kepercayaan Yang Bersifat
Universal.
http://www.natn.org.uk?result.asp
Ghozali, 2007. Aplikasi Analisis Multivariat dengan
Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gibney. 2009. Gizi Kesejahteraan Masyarakat.
Jakarta : EGC
Grimm, 2010. Success and predictors of blood
pressure control in diverse North American
settings: the antihypertensive and lipid
lowering treatment to prevent heart attack
trial
(ALLHAT).www.
ncbi.nlm.gov/pubmed/124613
Hamid, 2009. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan
Jiwa, Jakarta : EGC
Hasdianah, 2012. Mengenal Diabetes Melitus pada
Orang Dewasa dan. Anak-Anak dengan
Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hasnani, 2012. Spiritualitas dan kualitas hidup
penderita kanker serviks di Rumah Sakit
Kanker Dharmais Jakarta
Hawari, D., 2008. Pendekatan Holistik pada
Gangguan Jiwa, Skizofrenia. Jakarta :
FKUI.
Ikawati, 2010. Resep Hidup Sehat. Yogyakarta :
Kanisius.
Iskandar, 2010. Health Triad Iskandar. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo
Issa dan Baiyewu, 2006. Quality of Life Patient with
Diabetes Melitus in a Nigerian Teaching
Hospital. Hongkong Journal Psychiatry, 16,
pp.27-33
Kozier,
Berman & Snyder, 2007. Buku Ajar
Praktik. Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC
Lennywati. 2001. Diabetes Mellitus Penyakti
Kencing Manis. Yogyakarta : Kanisius.
Mangesha, 2007. Hypertension and Related Risk
Factors in Type 2 Diabetes Mellitus
(DM) Patients in Gaborone City Council
(GCC) Clinics, Gaborone, Botswana. Afr.
Health. Sci, 7(4):244-245.
Maryati dan Suryawati, 2006. Metodologi Penelitian
Untuk Bisnis. Jilid 1. Salemba Empat,
Jakarta.
Mc. Brien, 2006. The Language of Learning: A
Guide to Education Terms. Alexandria, VA.
Association for Supervision and Curriculum
Development
Misnadiarly, 2006. Diabetes Mellitus, Gangrene,
Ulcer Infeksi. Jakarta : Pustaka Popular
Obor.
Nabyl, 2012. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati
Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Aula
Publisher
Notoatmodjo,
2010.
Metodologi
Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka
Cipta.
Noviarini, 2013. Hubungan Dukungan Sosial
Dengan Kualitas Hidup Pada Pecandu
Narkoba Yang Sedang Rehabilitasi. Skripsi.
Universitas Gunadarma.
Nursalam, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta :Nuha Medika
Pulchalski, 2008. Spirituality and the care of patients
at the end Of Life :An essential component
of care. Vol 56. Washington
Rapkin & Schwartz, 2004. Toward a theoretical
model of quality of life appraisal:
Implications of fndings from studies of
response shift. Health and Quality of Life
Outcomes, 2(1), 14.
Ried dan Walker, 2009. Quality of life in Caribbean
youth with diabetes. West Indian Medical
Journal, 58 (3), 250–255.
Riwidigdo, 2010. Statistik Kesehatan, Yogyakarta :
Mitra Cendikia Press
Riyadi & Sukarmin, 2008. Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin &
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Ross, Gilmour, & Dasgupta, 2010. “14-year diabetes
incidence: The role of socio-economic
status.” Statistics Canada.
Salim, dkk, 2007. Teori & Paradigma Penelitian
Sosial. Yogyakarta: Tiara. Wacana
Schreurs, 2012. Psychotherapy and
Spirituality:Integrating the Spiritual
Siahaan, 2009. Hukum lingkungan dan ekologi
pembangunan. Jakarta : Erlangga
Soegondo, et.,al. 2013. Pengaturan Pola Hidup
Penderita Diabetes Untuk
mencegah
Komplikasi
Kerusakan
Organ-Organ
Tubuh. Diakses tanggal 9 Maret 2015.
Solli, Stavem, dan Kristiansen, 2010. Health
related quality of life in diabetes: The
associations of complications with EQ-5D
score. Health And Quality of Life
Outcomes, 8(18), 1–8.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung : Alphabeta
Suhud,
M.,
2009.
Apakah
itu
Kualitas
Hidup?Diakses
darihttp://www.
ygdi.org/foto_prod/upload_pdf/7696design
%20dialife_april%2009.pdf pada tanggal 10
September 2013
Sutedjo, 2010. 5 Strategi Penderita DM Berusia
Panjang. Yogyakarta : Kanisius
Tandra, 2007. Segala Sesuatu Yang Harus Anda
Ketahui
Tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Taylor, Lilis dan Lemon, 2007. Fundamental of
Nursing: The Art and Science of Nursing
Care.
Philadelphia:
Lippinott-Raven
Publishers
Tischler, 2012. Linking emotional intelligence,
spirituality and workplace performance:
defitions, models and ideas for research.
Journal of Managerial Psychology, Vol.17
No.3. pp. 20348
Tobing, 2008. Care Your Self Diabetes Mellitus.
Jakarta: Penebar Plus
Trisnawati & Soedijono, 2013. Faktor Risiko
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng
Jakarta Barat
Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan
(Online), Vol. 5, No. 1, Hlm.6-11
Vileikyte, 2008. Quality of life in patients with
diabetic foot ulcers: validation of the
Cardiff Wound Impact Schedule in a
Canadian population. Jornal aeticle. Int
Wound J 2010; 7:502–507.
Young & Koospen, 2007. Atherosclerosis. In: Lilly
L.S. Pathophysiology of Heart Disease.4th
ed. Philadelphia: P. 118 -140
Yuliaw, 2009. Hubungan Karakteristik Individu
dengan Kualitas Hidup Dimensi Fisik
pasien Gagal Ginjal Kronik di RS Dr.
Kariadi
Semarang.
Diakses
dari
digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtpunim
us-gdl-annyyuliaw-5289-2-bab2.pdf pada
tanggal 29 Agustus 2010
Yuwono, 2010. Kualitas Hidup Menurut Spitzer
pada Pender ita Gagal Ginjal Terminal
yang Menjalani Hemodialisa di Unit
Hemodialysis RSUP Dr. Kariadi Semarang
Download