SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS SPIRITUAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA NYATNYONO KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG Oleh : EKO PRASETIO NIM : 010112a025 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 Sekolah Tinggi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Program Studi Keperawatan Skripsi, Agustus 2016 Eko Prasetio Hubungan Aktivitas Spiritual Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang XIV+ 76 halaman + 10 tabel + 3 gambar + 14 lampiran ABSTRAK Lanjut usia yang bahagia dan sehat hanya dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara fisik, mental/spiritual dan sosial, merasa dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai harga diri serta dapat berpartisipasi dalam kehidupan. Terpenuhinya kebutuhan tertinggi yaitu spiritual maka seseorang memiliki kehidupan yang berkualitas, dengan demikian sudah selayaknya seorang yang lanjut usia diupayakan dapat terpenuhi kebutuhan spiritualnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebanyak 691 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 88 orang. Data dianalisis menggunakan menggunakan uji Chi square.. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden mempunyai aktivitas spiritual dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 61 responden (69,3 %) dan sebagian besar responden mempunyai kualitas hidup dalam kategori baik yaitu sebanyak 55 responden (62,5 %) Dari hasil uji statistik menggunakan chi square diketahui ada hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,001 Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan pengetahuan khususnya untuk lansia sehingga diharapkan dapat lebih mengetahui manfaat aktivitas spiritual dalam meningkatkan kualitas hidup. Kata kunci : aktivitas spiritual, kualitas hidup, lansia Kepustakaan : 23 kepustakaan (2005 -2014) Ngudi Waluyo School of Health Ungaran Nursing Study Program Final Assignment, August 2016 Eko Prasetio The relationship of spiritual activity and quality of life of the elderly in the village of Nyatnyono District of West Ungaran Semarang Regency XIV + 76 pages + 10 tables + 3 pictures +14 attachment ABSTRACT Elderly happy and healthy can only be achieved if the elderly feel healthy physically, mentally / spiritually and socially, to feel needed, to feel loved, to have dignity and be able to participate in life. Fulfillment of the highest spiritual person has a life of quality, so it is fitting a elderly sought spiritual needs can be met. The purpose of this study was to determine the relationship of spiritual activity and quality of life of the elderly in the village of Nyatnyono District of West Ungaran Semarang Regency This type of research is descriptive correlation with cross sectional approach using a questionnaire as a data collection tool. The population in this study were elderly people in the village of Nyatnyono District of West Ungaran Semarang regency as many as 691 people. The sampling technique used is proportionate random sampling with a sample size of 88 people. Data were analyzed using Chi-square test using . Based on the research, known to most of the respondents have a spiritual activity in the high category, a total of 61 respondents (69.3%) and the majority of respondents have a good quality of life category as many as 55 respondents (62.5%) From the statistical test using chi square is known to have a relationship of spiritual activity and quality of life of elderly in the village Nyatnyono District of West Ungaran Semarang District with p value 0,001 The results of this study can be used as a source of information and knowledge, especially for the elderly so it is expected to further understand the benefits of spiritual activity in improving the quality of life Key word : spiritual activity, quality of life, elderly Bibliography : 22 references BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah lansia maka membutuhkan penanganan yang serius karena secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi, maupun mentalnya dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial dan budaya sehingga perlu adanya peran serta keluarga dan adanya peran sosial dalam penanganannya (Nugroho, 2004). Peningkatan populasi kelompok lanjut usia diikuti pula dengan berbagai permasalahan seperti penurunan kondisi fisik dan psikis, menurunnya penghasilan akibat pensiun, dan kesepian akibat ditinggal oleh pasangan atau teman seusia. Hal ini mengakibatkan menurunnya kualitas hidup lansia. Adapun pengertian kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Fitria, 2011). Kualitas hidup individu dapat dinilai dari kondisi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan (Sekarwiri, 2008). Selain ditinjau dari perbedaan jumlah dan usia harapan hidup, lansia pria dan wanita juga memiliki perbedaan pada tingkat kualitas hidupnya. Kualitas hidup pria lansia lebih tinggi dari pada wanita lansia.Pada pria lansia dilaporkan secara signifikan memiliki kepuasan yang lebih tinggi dalam beberapa aspek yaitu hubungan personal, dukungan keluarga, keadaan ekonomi, pelayanan sosial, kondisi kehidupan, dan kesehatan. Wanita lansia memiliki nilai yang lebih tinggi dalam hal kesepian, ekonomi yang rendah dan kekhawatiran terhadap masa depan (Setyoadi, 2010) Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, hubungan dengan orang lain dan standar referensi (Nofitri, 2009). Permasalahan psikososial pada lansia dapat dinetralisir atau dihilangkan dengan kehidupan spiritualitas yang kuat. Spiritualitas mengatasi kehilangan yang terjadi sepanjang hidup dengan harapan (Stanley & Beare, 2012). Spiritual merupakan dimensi kesejahteraan bagi lansia serta dapat mengurangi stres dan kecemasan, mempertahankan keberadaan diri sendiri dan tujuan hidup. Spiritual secara signifikan dapat membantu lansia dan memberi layanan untuk beradaptasi terhadap perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis. Lansia yang memiliki pemahaman spiritual akan merasakan hubungan yang baik dengan orang lain sehingga dapat menemukan arti dan tujuan hidup, hal ini dapat membantu lansia mencapai potensi dan peningkatan kualitas hidupnya (Adegbola, 2006). Spiritual pada seseorang dapat menjadi faktor penting dalam cara seseorang menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis. Spiritual juga penting dalam meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan maaf (Potter & Perry, 2009).. Kesehatan spiritual lansia dikatakan baik apabila telah memenuhi beberapa karakteristik spiritual yaitu: hubungan dengan diri sendiri yang merupakan kekuatan dari dalam diri sendiri yaitu siapa dirinya apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, hubungan dengan alam yang harmonis, hubungan dengan orang lain dimana hubungan ini terdiri dari harmonis dan tidak harmonis, dan hubungan dengan Tuhan yang meliputi sembahyang dan berdoa, keikutsertaan dalam kegiatan ibadah (Hamid, 2009). Lanjut usia yang bahagia dan sehat hanya dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara fisik, mental/spiritual dan sosial, merasa dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai harga diri serta dapat berpartisipasi dalam kehidupan. Dengan terpenuhinya kebutuhan tertinggi yaitu spiritual maka seseorang memiliki kehidupan yang berkualitas, dengan demikian sudah selayaknya seorang yang lanjut usia diupayakan dapat terpenuhi kebutuhan spiritualnya (Sumiati, 2009). Salah satu upaya pemenuhan kebutuhan spiritual adalah dengan melakukan aktivitas spiritual. Penelitian dari Hasnani (2012) tentang spiritualitas dan kualitas hidup penderita kanker serviks di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita kanker serviks yang memiliki tingkat spiritualitas rendah cenderung lebih depresif daripada penderita kanker serviks yang memiliki tingkat spiritualitas baik. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Nyatnyono, pada bulan Maret 2016 dengan pengambilan data untuk variabel aktivitas spiritual dan kualitas hidup dengan menggunakan kuesioner terhadap 10 lansia menunjukkan 6 orang kualitas hidupnya kurang baik (merasa tidak puas terhadap hubungan sosial, kehidupan seksual serta dukungan yang diperoleh dari keluarga) dimana 4 orang memiliki aktivitas spiritual yang baik (rutin menjalankan sholat/ke gereja, rutin membaca kitab suci, dan rutin mengikuti acara pengajian/kebaktian) dan 2 orang memiliki aktivitas spiritual yang kurang baik (tidak rutin menjalankan sholat/ke gereja, tidak rutin membaca kitab suci, dan tidak rutin mengikuti acara pengajian/kebaktian). Hasil studi pendahuluan juga menunjukkan bahwa 4 orang kualitas hidupnya kurang baik (merasa tidak puas terhadap hubungan sosial, kehidupan seksual serta dukungan yang diperoleh dari keluarga) dimana 2 orang memiliki aktivitas spiritual yang baik (rutin menjalankan sholat/ke gereja, rutin membaca kitab suci, dan rutin mengikuti acara pengajian/kebaktian) dan 2 orang memiliki aktivitas spiritual yang kurang baik (tidak rutin menjalankan sholat/ke gereja, tidak rutin membaca kitab suci, dan tidak rutin mengikuti acara pengajian/kebaktian). Upaya yang selama ini dilakukan oleh lansia adalah aktif di kegiatan lansia diantaranya posyandu lansia atau kegiatan rukun warga lainnya. Mereka juga mempunyai interaksi dengan baik dengan lansia lain. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul, “Hubungan Aktivitas spiritual dengan Kualitas Hidup Lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitina ini adalah, adakah hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang? C. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan penelitian descriptive correlational yaitu penelitian yang menggambarkan atau mencari tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya (Notoatmodjo, 2010). Desain ini dipilih karena peneliti mencoba untuk meneliti hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup pada lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel independen dan dependen hanya dengan satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011). Pengukuran variabel yang aktivitas spiritual dan kualitas hidup dalam penelitian ini satu kali pada satu waktu. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang sebanyak 691 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Menurut Nursalam (2011), menentukan besarnya sampel suatu penelitian dengan jumlah populasi kurang dari 1000 menggunakan rumus: n N 1 N (d 2 ) Keterangan : n : jumlah sampel N : jumlah populasi d : tingkat signifikansi (0,1) 691 1 691(0,12 ) 691 n 1 691(0,01) 691 n 1 6,91 n 691 7,91 n 87,35 orang n Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel tersebut maka diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 88 orang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara proportionate random sampling. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : a. Lansia yang berusia 60-74 b. Bersedia menjadi responden Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: a. Lansia yang berkerja sebagai tenaga kesehatan atau mantan tenaga kesehatan b. Lansia yang mengalami gangguan psikologi kategori sangat berat (depresi, stres). G. Analisis Data Data yang sudah diolah kemudian akan dilakukan analisis secara bertahap sesuai tujuan penelitian, meliputi : 1. Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo, 2010). Chi square (χ2) satu sampel adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas di mana data berbentuk nominal dan sampelnya besar (Sugiyono, 2011). Analisis bivariat dalam penelitian ini akan digunakan untuk menguji hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup pada lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang yang diolah dengan menggunakan program pengolahan data Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.0. Menurut Sugiyono (2011), untuk memperjelas pembahasan serta mengetahui hubungan antar variabel maka dilakukan uji statistik korelasi dengan menggunakan uji chi square (X2) dengan hasil penelitian didapatkan p value sebesar 0,001. (Apabila p value/ signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil penelitian 1. Analisa univariat a. Gambaran aktivitas spiritual lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tabel 4. 1 Distribusi frekuensi aktivitas spiritual lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Aktivitas spiritual Rendah Tinggi Total Frekuensi 27 61 88 (%) 30,7 69,3 100,0 Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai aktivitas spiritual dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 61 responden (69,3 %). b. Gambaran kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tabel 4. 2 Distribusi frekuensi kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Kualitas hidup Kurang Baik Total Frekuensi 33 55 88 (%) 37,5 62,5 100,0 Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai kualitas hidup dalam kategori baik yaitu sebanyak 55 responden (62,5 %) 2. Analisa Bivariat Hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tabel 4. 3 Tabulasi silang hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Aktivits spiritual Rendah Tinggi Total Kualitas hidup Kurang Baik n 22 11 33 % 81,5 18,0 37,5 n 5 50 55 % 18,5 82,0 62,5 Total n 27 61 88 % 100 100 100 p value 0,000 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa, responden dengan aktivitas spiritual dalam kategori rendah sebagian besar yaitu sebanyak 88 responden (81,5 %) mempunyai kualitas hidup dalam kategori kurang dan responden dengan aktivitas spiritual dalam kategori tinggi sebagian besar mempunyai kualitas hidup dalam kategori baik yaitu sebanyak 50 responden (82,0 %). Dari hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,001. (Apabila p value/ signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran aktivitas spiritual lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai aktivitas spiritual dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 61 responden (69,3 %). Tingkat spiritual yang tergolong tinggi pada sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari aktivitas responden selama ini dimana dari hasil penelitian didapatkan data semua responden dalam penelitian ini adalah beragama islam dan hampir semua responden mengikuti berbagai kegiatan spiritual yang diajarkan dalam `agamanya khususnya agama islam. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil kuesioner yang menyatakan bahwa sebagian besar responden sering berdoa/sembahyang untuk mendapatkan ketenangan (38,9 %), sering membaca kitab suci untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (30,7 %), sering mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (30,7 %), selalu meningkatkan ibadah saya kepada Tuhan sejak terdiagnosa penyakit yang dideritanya (28,4 %) dan percaya tanpa bantuan Tuhan penyakit yang dideritanya tidak akan sembuh (29,5 %). Beberapa hal tersebut menunjukkan bahwas sebagian besar responden mempunyai aktivitas spiritual yang etrgolong dalam kategori tinggi. Secara fisik lanjut usia pasti mengalami penurunan, tetapi pada aktivitas yang berkaitan dengan agama justru mengalami peningkatan, artinya perhatian mereka terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Lanjut usia lebih percaya bahwa agama dapat memberikan jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupan, menentramkan batinnya (Padila. 2013). Saat mengalami stres, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agama atau spiritualnya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan yang dialaminya, khusunya lansia yang mengalami depresi. Sembahyang atau berdoa membaca kitab suci Al Quran dan praktik keagamaan lainnya sering membantu lanjut usia terhindar dari depresi, kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh (Hamid, 2008). Aktivitas dan spiritual dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa aktivitas spiritual adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual guna mendekatkandiri kepada Yang Maha Kuasa demi mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf, apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan menimbulkan verbalisasi distres dan perubahan perilaku, jika kondisi ini tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan perasaan bersalah, rasa takut, depresi dan kecemasan (Gunarsa, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami aktivitas spiritual tinggi juga dapat dilihat dari hasil wawancara sekilas terhadap responden saat penelitian ini berlangsung dimana dari hasil wawancara tersebut didapatkan data bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka sering mengikuti semua kegiatan aktivitas spiritual yang sudah dijadwalkan oleh warga dan takmir masjid di Lingkungan Desa Nyatyono, seperti yang mengikuti kegiatan keagamaan baik secara individu maupun berjamaah, jenis kegiatan aktivitas spiritual yang dilakukan oleh lanjut usia sesuai dengan kegiatan yang sudah tersusun oleh warga dan takmir masjid yaitu kegiatan aktivitas spiritual ceramah yang sudah terjadwal satu kali dalam seminggu, kemudian kegiatan aktivitas spiritual berdoa bersama dan melakukan zikir atau wirit yang dilakukan secara rutin oleh lanjut usia dan dipandu oleh seorang ustaz kegiatan ini sering dilakukan pada malam jumat dan adanya arisan yasinan, tahlilan bersama-sama dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya.. Kegiatan aktivitas spiritual lanjut usia yang secara individu dilakukan oleh sebagian besar adalah aktivitas spiritual yang dilakukan oleh para lanjut usia dengan keimanan dan ketaqwaan sendiri seperti halnya melaksanakan puasa pada bulan suci Ramadhan, melaksanakan sholat sunat dan membaca kitab suci Al-Quran, sedangkan aktivitas spiritual lanjut usia yang secara individu terjadwal yaitu melaksanakan sholat lima waktu tetapi ada beberapa lanjut usia yang tidak mampu mengikuti aktivitas spiritual sholat lima waktu karena terhalang kurang sehat atau mempunyai penyakit fisik lainya sehingga para lanjut usia melakukan sholat lima waktu secara individu. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai aktivitas spiritual dalam kategori tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya berbagai aktivitas yang dilakukan oleh sebagian besar responden untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa baik secara individu maupun secara kelompok dalam lingkungan tempat tinggal responden. Aktivitas spiritual yang tinggi tersebut juga didukung oleh situasi dan kondisi lingkungan Desa Nyatyono yang terkenal sebagai tempat untuk berziarah oleh beberapa orang di sekitar lingkungan maupun diluar lingkungan desa Nyatnyono. Hal tersebut berpengaruh terhadap kondisi dan aktivitas spiritual sebagian besar warga di Desa Nyatnyono dikarenakan dengan seringnya dan banyaknya orang yang berkunjung dan berziarah di Desa Nyatnyono menjadikan Desa tersebut sering mengadakan berbagai kegiatan yang berbau religius seperti istighosah, tahlilan, dan berbagai kegiatan lainnya yang berbau keagamaan. Hal tersebut menjadikan sebagian besar responden sering terpapar dengan berbagai kegiatan keagamaan tersebut dan sangat berpengaruh dengan aktivitas spirirtual responden yang tinggi. Menurut Hamid (2007)., dalam spiritualitas ada yang disebut aktivitas spiritual, aktivitas spiritual adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan spiritual guna mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa demi mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Adapun aktivitas spiritual yaitu, sholat merupakan suatu kegiatan khusus yang di mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam. Pada suatu penelitian, para ilmuwan menyimpulkan bahwa ketekunan dalam melaksanakan sholat dapat mengurangi kekhawatiran dan tingkat depresi. Berdoa merupakan bentuk dedikasi diri yang memungkinkan individu untuk bersatu dengan tuhan atau yang maha kuasa (McCullough,1995 dalam Potter & Perry 2007). Suatu penelitian menyatakan bahwa berdoa dapat mencakup perubahan kardiovaskuler dan relaksasi otot. Sering kali berdoa menyebabkan seseorang merasakan perbaikan suasana hati dan merasakan kedamaian dan ketenangan (Potter & Perry, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian Young (1993), dalam Mustiadi (2013), yang menunjukkan bahwa praktek spiritual lansia dapat meningkatkan perasaan produktivitas dan kemampuan lansia beradaptasi yang membantu dalam individu yang sedang stres dan depresi. Berdasarkan penelitian Nurhadi dan Nursalam (2003), bimbingan spiritual lansia berdampak positif terhadap pengurangan stres dan depresi pada lansia yang di panti dan lansia dengan penyakit terminal, jika stres dan depresi lanjut usia dapat dikurangi, maka respon imun lansia akan meningkat sehingga infeksi-infeksi sekunder dapat diminimalkan Menurut Meckley, et.al (1992) yang dikutip dalam (Yuningsih, 2013), menguraikan spiritual sebagai suatu yang multi dimensi yaitu dimensi eksitensial dan deminsi agama. Dimensi eksitensi berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertical sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Kuasa yang meuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan diri sendiri dengan orang lain. B. Gambaran kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai kualitas hidup dalam kategori baik yaitu sebanyak 55 responden (62,5 %). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner yang diberikan peneliti kepada responden tentang kualitas hidup responden yang terbagi menjadi beberapa kriteria yaitu kualitas hidup dilihat dari segi kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial pasien dan pengaruh dimensi lingkungan terhadap kualitas hidup responden. Kualitas hidup dalam kategori baik pada sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan oleh peneliti kepada responden dimana dari hasil jawaban responden tersebut didapatkan data sebagian besar respondne menyatakan bahwa mereka merasakan kualitas hidupnya saat ini baik (68,2 %), sebagian besar responden juga menyatakan bahwa mereka merasakan puas dengan kesehatan yang dialaminya saat ini (58,0 %). Selain sebagian besar responden juga menyatakan bahwa rasa sakit fisik yang dialaminya sedikit mencegah responden dalam dalam beraktivitas sesuai kebutuhannya (61,4 %)., dan sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka merasa hidupnya berarti (42,0 %). Beberapa indikator tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai kualitas hidup dalam kategori baik. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014) berjudul perbandingan kualitas hidup lansia di Panti Sosial Tresna Werdha dengan di keluarga. Kesimpulan da ri penelitian ini adalah lansia yang berada di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru memiliki kualitas hidup tinggi lebih banyak dibandingkan lansia yang berada di kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan yaitu berjumlah 16 orang responden (53,3%) di PSTW dan 13 or ang responden (43,3%) di keluarga. Pada masa lanjut usia, seseorang akan mengalami perubahan dalam segi fisik, kognitif, maupun dalam kehidupan psikososialnya (Ariyanti, 2009). Darnton-Hill (Gureje, 2008), juga menekankan pentingnya harapan hidup dan kualitas hidup bagi lanjut usia. Keempat domain dalam kual itas hidup adalah kesehatan fisik, kesehatan psikologi, hubungan sosial, dan aspek lingkungan (WHOQOL Group; Jackie Brown, 2008). Empat domain kualitas hidup diidentifikasi sebagai suatu perilaku, status keberadaan, kapasitas potensial, dan persepsi atau pengalaman subjektif (WHOQOL Group, 2008). Ratna (2008) juga menambahkan jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan lanjut usia yang akan menurunkan kualitas hidupnya. Kualitas hidup merupakan satu komponen utama yang bersifat subyektif untuk kesejahteraan hidup manusia.Komponen dari kualitas hidup salah satunya adalah kepuasan hidup. Kepuasan hidup selalu mengorientasikan diri pada proses pengalaman masa lalu dan masa kini. Jika di masa tua lansia memiliki perilaku seperti murung, suka menyendiri, terisolasi dari kegiatan di luar rumah, ada suatu kemungkinan bahwa sebenarnya mereka masih memiliki kebutuhan dimasa lalu yang belum dipuaskan.Kualitas hidup digunakan secara luas sebagai indeks kesejahteraan psikologis pada orang-orang dewasa lanjut, ada banyak hal yang dapat menciptakan munculnya kepuasan akan hidup pada lansia salah satunya apabila lansia mampu menyelesaikan tugas–tugas perkembangan. Adapun tugas–tugas perkembangan lansia adalah menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup, membentuk hubungan dengan orang lain yang seusia dan menyesuaikan diri dengan peran sosial (Vicky Tresnia, 2012). Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan data bahwa sebagian besar responden mempunyai kualitas hidup dalam kategori baik yaitu sebanyak 33 responden (637,5 %). Kualitas hidup yang tergolong rendah dalam penelitian ini menurut asumsi peneiti dikarenakan adanya kondisi fisik pada sebagian besar responden yang sudah memasuki usia lansia sehingga hal tersebut mempengaruhi kondisi kesehatan responden. Kualitas hidup seseorang dengan penyakit merupakan persepsi kesejahteraan seseorang dalam bidang psikologis, sosial, fisik dan hubungan lingkungan (Raudatussalamah & Fitri, 2012). Lansia dengan penyakit sering mengalami penurunan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang menyebabkan ketakutan, ansietas, kesedihan. Ketergantungan pada orang lain untuk mendapatkan perawatan diri secara terusmenerus dapat menimbulkan perasaan tidak berdaya. Sehingga menimbulkan rasa kehilangan tujuan dalam hidup yang mempengaruhi kekuatan dari dalam yang diperlukan untuk mengahadapi perubahan fungsi yang dialami (Potter & Perry, 2009). Kondisi kesehatan pada usia lanjut akan mempunyai dampak yang cukup serius pada kehidupan sosial dan fisik dimana hal tersebut akan menyebabkan penurunan kualitas hidup serta menyebabkan lanjut usia bergantung pada orang lain (Mangoenprasodjo & Hidayati, 2005), lansia secara umum jika digambarkan memang kurang menggembirakan. Usia tua, kesepian, sosial ekonomi yang kurang sejahtera, serta munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, reumatik, serta katarak menyebabkan produktivitas menurun serta mempengaruhi kehidupan sosial (Amareta, 2008). Semua hal di atas adalah dampak dari rendahnya kualitas hidup lanjut usia. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi fisik yang semakin lemah, hubungan personal yang buruk, ketiadaan kesempatan untuk memperoleh informasi, keterampilan baru, dan sebagainya. Semua penjelasan di atas sesuai dengan konsep WHOQOL Group (2006), yang menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, yaitu faktor kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial dan faktor lingkungan (Rapley, 2003). Kualitas hidup atau Quality of life (QOL) merupakan sebuah konsep dimana yang dapat membedakan ketentuan filosofi, politik, dan definisi yang berhubungan dengan kesehatan. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan adalah kualitas hidup yang menggambarkan kualitas hidup individu yang setelah, dan atau sedang mengalami sesuatu penyakit yang mendapatkan suatu pengelolaan (Suhartono, 2005). Kualitas hidup jika dilihat dari dimensi kesehatan fisik merupakan evaluasi dari kepuasan dan kebahagiaan terhadap aspek-aspek kesehatan fisik seperti rasa sakit dan ketidaknyamanan akibat penyakit, kebugaran, kualitas tidur, serta ketergantungan obat. Hal tersebut berarti semakin puas seseorang terhadap aspek kesehatan fisik, maka semakin baik pula kualitas hidupnya C. Hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan aktivitas spiritual dalam kategori tinggi sebagian besar mempunyai kualitas hidup dalam kategori baik yaitu sebanyak 50 responden (82,0 %). Ini disebabkan oleh lanjut usia yang teratur dalam melakukan kegiatan aktivitas spiritual sama halnya dengan semakin tingginya kegiatan aktivitas spiritual lanjut usia tersebut, baik secara individu maupun berjamaah maka semakin tinggi kualitas hidup yang akan dialami lanjut usia. Dari hasil uji statistik menggunakan Chi Square dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,001. (Apabila p value/ signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima). Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Konopack dan McAuley (2012) dengan judul “Efficacy-mediated effects of spirituality and physical activity on quality of life: A path analysis” kepada 215 responden yang berusia 50 tahun ke atas. Penelitian ini menyatakan bahwa pengaruh spiritualitas terhadap kualitas hidup dapat dilihat dari kesehatan mental, dan pengaruh aktivitas fisik terhadap kualitas hidup dapat dilihat dari kesehatan fisik responden (Sari, 2013). Agama dan spiritual adalah sumber koping bagi lansia ketika ia mengalami sedih, kesepian dan kehilangan. Hasil studi menunjukkan bahwa pada lansia yang mencapai usia 70 tahun, maka lansia tersebut berada pada level dimana penyesalan dan tobat berperan dalam penebusan dosa-dosa. Tobat dan pengampunan dapat mengurangi kecemasan yang muncul dari rasa bersalah atau ketidaktaatan dan menumbuhkan kepercayaan serta kenyamanan pada tahap awal iman. Hal ini memberikan pandangan baru bagi lansia terhadap kehidupan yang berhubungan dengan orang lain dan penerimaan yang positif terhadap kematian (Hefner, 2008). Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian tentang spiritual pada lansia telah dilakukan antara lain oleh Nurhidayah (2012), dengan judul kebahagiaan lansia di tinjau dari dukungan sosial dan spiritual. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif dan nyata antara dukungan sosial dengan kebahagiaan. Namun tidak didapatkan hubungan antara spiritual dengan kebahagiaan. Anggraini, Zulfitri dan Novayelinda (2013) melakukan penelitian dengan judul hubungan antara status spiritual lansia dengan gaya hidup lansia di Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara status spiritual lansia dengan gaya hidup lansia. Hal ini berarti status spiritual yang sehat akan memiliki gaya hidup yang sehat. Beberapa kegiatan yang termasuk aktivits spiritual diantaranya bersembahyang, berzikir, berdoa dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan seperti ini biasanya dilakukan secara personal. Lebih-lebih mereka yang taat beragama biasanya lebih merasa nyaman dengan pendekatan-pendekatan pribadi yang cenderung agamis. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, aktivitas spiritual dilakukan guna menemukan jati diri melalui petunjukNya. Kegiatan ritual tersebut disesuaikan dengan kepercayaan dan agama masing-masing (Hakim, 2010). Setiap manusia memiliki keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Spiritualitas dapat dipenuhi melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang tenang. Kedamaian merupakan keadilan, empati dan kesatuan. Kedamaian membuat individu menjadi tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup (Kozier, Berman & Snyder, 2007). Penelitian ini juga didukung oleh penelitia yang dilakukan Sumiati (2009) yang menjelaskan bahwa menjalani lanjut usia yang bahagia dan sehat hanya dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara fisik, mental/spiritual dan sosial, merasa dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai harga diri serta dapat berpartisipasi dalam kehidupan. Dengan terpenuhinya kebutuhan tertinggi yaitu spiritual maka seseorang memiliki kehidupan yang berkualitas, dengan demikian sudah selayaknya seorang yang lanjut usia diupayakan dapat terpenuhi kebutuhan spiritualnya D. Keterbatasan peneltiian Penelitian ini hanya meneliti tentang hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang tanpa melihat faktor lainnya sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi kualitas hidup lansia seperti faktor kesehatan lansia, jenis kelamin, penyakit yang menyertainya, status perkawinan, kondisi sosial ekonomi dan faktor lainnya. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Sebagian besar responden mempunyai aktivitas spiritual dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 61 responden (69,3 %). 2. Sebagian besar responden mempunyai kualitas hidup dalam kategori baik yaitu sebanyak 55 responden (62,5 %) 3. Ada hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lansia di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,0001 B. Saran 1. Bagi Lansia Bermanfaat sebagai sumber informasi dan pengetahuan khususnya untuk lansia sehingga diharapkan dapat lebih mengetahui manfaat aktivitas spiritual dalam meningkatkan kualitas hidup. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Bahan masukan, acuan dan pertimbangan bagi profesi keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan khususnya bagi lansia sehingga kualitas hidup mereka meningkat. 3. Perkembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan aktivitas spiritual dan kualitas hidup lansia. 4. Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti lain diharapkan dapat meneliti lebih lanjut tentang hubungan aktivitas spiritual dengan kualitas hidup lanjut usia atau bisa lebih spesifik dan lebih fokus terhadap jenis aktivitas spiritual lanjut usia dan kesehatan mental lanjut usia, serta dapat melengkapi keterbatasan seperti lanjut usia yang memiliki penyakit fisik, lanjut usia yang hidup sendiri dan faktor lainya agar semua bisa teratasi oleh peneliti selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Broker. 2009. Ensiklopedi Keperawatan. Jakarta : EGC Craven & Hirnle, 2006. Fundamentals of nursing, Human health and function. (3 th ed). Philadelphia : Lippincont Williams & Wilkins. Desita, 2010. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien. Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP. Haji Adam Malik Medan. SKRIPSI. USU Dinkes Prov Jateng, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Semarang Elkins et.,al, 2008. National Institute of Mental Health Treatment of Depression Collaborative Research Program: General effectiveness of treatments. Arch Gen Psychiatry, Vol. 46, No. 11, pp. 971-982 Fatayi, 2008. Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal yang Menjalani Terapi CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialisis) di wilayah Balik Papon Kalimantan Timur Fowler, & Keen, 2005. Kepercayaan Yang Bersifat Universal. http://www.natn.org.uk?result.asp Ghozali, 2007. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gibney. 2009. Gizi Kesejahteraan Masyarakat. Jakarta : EGC Grimm, 2010. Success and predictors of blood pressure control in diverse North American settings: the antihypertensive and lipid lowering treatment to prevent heart attack trial (ALLHAT).www. ncbi.nlm.gov/pubmed/124613 Hamid, 2009. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC Hasdianah, 2012. Mengenal Diabetes Melitus pada Orang Dewasa dan. Anak-Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika. Hasnani, 2012. Spiritualitas dan kualitas hidup penderita kanker serviks di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Hawari, D., 2008. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa, Skizofrenia. Jakarta : FKUI. Ikawati, 2010. Resep Hidup Sehat. Yogyakarta : Kanisius. Iskandar, 2010. Health Triad Iskandar. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Issa dan Baiyewu, 2006. Quality of Life Patient with Diabetes Melitus in a Nigerian Teaching Hospital. Hongkong Journal Psychiatry, 16, pp.27-33 Kozier, Berman & Snyder, 2007. Buku Ajar Praktik. Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC Lennywati. 2001. Diabetes Mellitus Penyakti Kencing Manis. Yogyakarta : Kanisius. Mangesha, 2007. Hypertension and Related Risk Factors in Type 2 Diabetes Mellitus (DM) Patients in Gaborone City Council (GCC) Clinics, Gaborone, Botswana. Afr. Health. Sci, 7(4):244-245. Maryati dan Suryawati, 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jilid 1. Salemba Empat, Jakarta. Mc. Brien, 2006. The Language of Learning: A Guide to Education Terms. Alexandria, VA. Association for Supervision and Curriculum Development Misnadiarly, 2006. Diabetes Mellitus, Gangrene, Ulcer Infeksi. Jakarta : Pustaka Popular Obor. Nabyl, 2012. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Aula Publisher Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta. Noviarini, 2013. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Pecandu Narkoba Yang Sedang Rehabilitasi. Skripsi. Universitas Gunadarma. Nursalam, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :Nuha Medika Pulchalski, 2008. Spirituality and the care of patients at the end Of Life :An essential component of care. Vol 56. Washington Rapkin & Schwartz, 2004. Toward a theoretical model of quality of life appraisal: Implications of fndings from studies of response shift. Health and Quality of Life Outcomes, 2(1), 14. Ried dan Walker, 2009. Quality of life in Caribbean youth with diabetes. West Indian Medical Journal, 58 (3), 250–255. Riwidigdo, 2010. Statistik Kesehatan, Yogyakarta : Mitra Cendikia Press Riyadi & Sukarmin, 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu Ross, Gilmour, & Dasgupta, 2010. “14-year diabetes incidence: The role of socio-economic status.” Statistics Canada. Salim, dkk, 2007. Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara. Wacana Schreurs, 2012. Psychotherapy and Spirituality:Integrating the Spiritual Siahaan, 2009. Hukum lingkungan dan ekologi pembangunan. Jakarta : Erlangga Soegondo, et.,al. 2013. Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes Untuk mencegah Komplikasi Kerusakan Organ-Organ Tubuh. Diakses tanggal 9 Maret 2015. Solli, Stavem, dan Kristiansen, 2010. Health related quality of life in diabetes: The associations of complications with EQ-5D score. Health And Quality of Life Outcomes, 8(18), 1–8. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alphabeta Suhud, M., 2009. Apakah itu Kualitas Hidup?Diakses darihttp://www. ygdi.org/foto_prod/upload_pdf/7696design %20dialife_april%2009.pdf pada tanggal 10 September 2013 Sutedjo, 2010. 5 Strategi Penderita DM Berusia Panjang. Yogyakarta : Kanisius Tandra, 2007. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Taylor, Lilis dan Lemon, 2007. Fundamental of Nursing: The Art and Science of Nursing Care. Philadelphia: Lippinott-Raven Publishers Tischler, 2012. Linking emotional intelligence, spirituality and workplace performance: defitions, models and ideas for research. Journal of Managerial Psychology, Vol.17 No.3. pp. 20348 Tobing, 2008. Care Your Self Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Plus Trisnawati & Soedijono, 2013. Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan (Online), Vol. 5, No. 1, Hlm.6-11 Vileikyte, 2008. Quality of life in patients with diabetic foot ulcers: validation of the Cardiff Wound Impact Schedule in a Canadian population. Jornal aeticle. Int Wound J 2010; 7:502–507. Young & Koospen, 2007. Atherosclerosis. In: Lilly L.S. Pathophysiology of Heart Disease.4th ed. Philadelphia: P. 118 -140 Yuliaw, 2009. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kualitas Hidup Dimensi Fisik pasien Gagal Ginjal Kronik di RS Dr. Kariadi Semarang. Diakses dari digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtpunim us-gdl-annyyuliaw-5289-2-bab2.pdf pada tanggal 29 Agustus 2010 Yuwono, 2010. Kualitas Hidup Menurut Spitzer pada Pender ita Gagal Ginjal Terminal yang Menjalani Hemodialisa di Unit Hemodialysis RSUP Dr. Kariadi Semarang