BAB I Pendahuluan Dalam dua dekade terakhir teridentifikasi bahwa gagal jantung merupakan masalah besar kesehatan masyarakat karena banyak mengenai populasi terutama lanjut usia (lansia), yaitu mereka yang berusia 60 tahun atau lebih. Di Amerika Serikat, gagal jantung menjadi penyebab utama para lansia dirawat di rumah sakit (Kane et al, 1999).1,2,3,4 Ada beberapa kelainan pada jantung lansia yang merupakan akibat proses menua. Akan tetapi kelainan tersebut dapat juga sudah ada pada usia yang relatif masih muda, dan sebaliknya mungkin sekali kelainan tersebut belum ditemukan sebagai hasil proses menua pada seseorang yang usianya sudah tergolong lanjut. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa proses menua jantung mempunyai korelasi positif dengan meningkatnya usia, meskipun belum dapat dikatakan adanya korelasi absolut antara usia dengan kelainan yang didapati pada lansia.5 Walaupun patofisiologi gagal jantung dapat dikatakan hampir sama antara usia muda dan lansia, namun lansia cenderung lebih mudah mengalami gagal jantung bila berhadapan dengan berbagai stressor. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kemampuan lansia dalam merespon suatu stressor.5 Manifestasi gagal jantung pada lansia sering tertutup oleh kondisi penyakit yang menyertai, dan sangat dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya organ lain yang dipengaruhi secara sekunder oleh keadaan gagal jantungnya. Oleh karena itu data objektif lebih banyak diperlukan untuk mendiagnosis gagal jantung pada lansia.5,6 Prinsip pengobatan gagal jantung pada lansia tidak berbeda dengan pasien muda. Pengobatan juga menggunakan obat-obatan yang sama, akan tetapi perlu dipikirkan adanya penyesuaian dosis, interaksi, efek samping, toksisitas obat serta penyakit iatrogenik.2,6 Sejenis zat yang bernama koenzim Q10 diperlukan untuk mengatasi radikal bebas dan kerusakan mitokondria sebagai penyebab gagal jantung pada lansia. Secara alami banyak ditemukan pada hewan dan manusia. Suplemennya tersedia dalam berbagai bentuk sediaan dan komposisi. Dosis optimal belum diketahui dan berbeda sesuai beratnya kondisi yang diterapi. Meskipun berfungsi sebagai suplemen makanan, bukan berarti bebas dari efek samping, sehingga harus diperhatikan beberapa hal dalam penggunaannya. Ternyata penambahan koenzim Q10 dengan Universitas Sumatera Utara berbagai dosis pada beberapa studi menunjukkan peningkatan pada ejeksi fraksi, toleransi latihan dan status NYHA, walaupun pada studi lain tidak terbukti.10,13 Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini adalah menguraikan masalah gagal jantung pada lansia dan menjelaskan peranan koenzim Q10 sebagai salah satu pengobatan terbaru pada keadaan yang berhubungan dengan proses penuaan dan penyakit kronik. Universitas Sumatera Utara