Tinjauan Pustaka TERAPI ANTIBIOTIKA DENGAN PENDEKATAN PHARMACOKTNETTCS (PK) I PHARMACODYNAMTCS (PD) Cucunawangsih', Olou, E. Tampubolon2 1 obiolo gi, F akultas Kedokteran II niv er sitas P e lita Harapan 'Siloo* Hospital Lippo Village, Tangerang, Indonesia D epart emen Mikr ABSTRACT The paradigm of antibiotic therapy has change with emphasis on pharmacokinetic (PK)lpharmacodynamics (PD) in conjunction with the result of antibiotic susceptibility test. Time above MIC (I>MIC) is a good indicators for time-dependent killing antibiotics, such as p-lactams, macrolides, clindamrycin, and linezolid. Maximize the duration of exposure with interval dose is a best method to achieve therapeutic goals.C*o*@eak)/MIC and 24 jo*AUC/MIC are used to assess the clinical outcome and microbiological fficacy between amino g ly c o s ide s and flu o r o quino I o n e s and mi c r o or g ani sm s . Key words: antibiotic - pharmacokinetics (PK) - pharmacodynamics (PD) - MIC - AUC ABSTRAK Paradigma terapi antibiotika telah berubah dengan menekankan pada pharmakonetics (PK) dan pharmacodynamics (PD) dalam hubungannya dengan hasil uji pekaan antibiotika terhadap mikroorganisme. Parameter time above MIC (>MIC) merupakan indikator yang baik untuk antibiotik tipe time-dependent killing, seperti B-lactams, makrolida, klindamisin, dan hnezolid. Memaksimalkan durasi paparan dengan dosis bagi merupakan metode yang paling tepat untuk mencapai tujuan terapi. C-u^(Peak)/MIC danZ4jam-AUC/MIC digunakan untuk menilai interaksi mikroorganisme dengan dosis obat pada antibiotik golongan aminoglikosida dan fluoroquinolon. Kata kunci: antibiotika - pharmacokinetics (PK) - pharmacodynamics (PD) - MIC - AUC 2. Menghambat sintesis PENDAHULUAN protein (aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida, erdasarkan mekaniseme kerj anya, antibiotika dapat digolongkan menj adi: B 1. Antibiotika yang bekerja pada dinding sel (vancomycin dan golongan B-laktam yaitu penisilin, sefalosporin, monobaktam, dan 3. dan klindamisin) Antibiotika yang menghambat sintesis asam nukleat (quinolon, metronidazole, dan rifampin) 4. Bersifat sebagai antimetabolit (sulfonamide dan trimetoprim) karbapenem) Pharmacokinetics (PK) mengambarkan hubungan antara konsentrasi antibiotika dalam Cucunawangsih Departemen of Microbiology, Faculty of Medicine Universitas Pelita Harapan Jl. Boulevard Jend.Sudirman, Lippo Karawaci, Tangerang, Indonesia. T el: +62-21-54210130 ; F ax: +62-21-54210133; Email : cucunawanssih.fk@ uph.edu 32 ini yang termasuk dalam pharmacokinetics (PK) adalah tubuh dengan waktu.3 Dalam hal (R) absorbsi, distribusi, metabolism, eliminasi, half-\ifu, volume distribusi, and area under the concentration-time curve (AUC). Kadar antibiotika dalam serum merupakan cara yan-q UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDICINUS . Vol. 4 No. 3 Juna 2013 - September Z01g dapat digunakan untuk kepada kemampuan obat dalam membunuh menentukan konsentrasi minimal yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Minimal Inhibitory ConcentrationlMlC) atau pertumbuhan menghambat atau mikroorganisme. Secara garis besar, dua faktor yang menentukan kemampuan antibiotika menentukan konsentrasi minimal untuk menimbulkan efek dalam membunuh bakteri adalah faktor Bactericidal ConcentrationlMBC).4 Dengan kata lain, konsentrasi obat dalam darah (plasma/serum) dihubungkan dengan eradikasi bakteri secara in vivo. Pharmakodynamics (PD) membicarakan hubungan antara konsentrasi obat dengan efek farmakologis atau klinis yang ditimbulkannya. Hubungan ini merujuk konsentrasi dan waktu antibiotika untuk tetap bakterisidal (Minimal Fharmfi s#ki berikatan dengan tempat ikatannya pada bakteri. Integrasi antara seberapa banyak (konsentrasi/C) dan seberapa lama (waktu/T) dari kadar antibiotika masih berada di atas konsentrasi nol terhadap interval dosis disebut dengan Area Under the Plasma Concentration Time Curve (AUC). rr*tfr uf Fft a rmac*dyn#m i# Fredictt*rs $f Efficu*y PK/PD prrameters Triillf PealdttrlC T4-h AUC/IHIT (} ffi the currle: "amount nf drug" ,a,rea under & (-! q! {} --r' -t*tqrtr,@t5f Tlme tlatf atw mU{*! fihj{ iS '*ril*s.firffi r€ry.rired lg r-,rhFbit flr0,r4*'!h ,n € tE$t fuhc' tst*!*n+tif a**tit l {hCIun's} Gambar 1. Pola Antimicrobial Sumber: A PK/PD Approach to Antibiotic Therapy atas MBC atau MIC (T>MBC atau MIC) pada C ON C ENT RAT I ON.DE P EN DENT KILLING VS TIME.DEPENDENT KILLING dalam clinical outcomes. 1. 2. setiap interval pemberian merupakan penentu Time-Dependent Killing Terdapat beberapa antibiotika yang mempunyai efek daya bunuh terhadap bakteri ditentukan berdasarkan waktu atau konsentrasi antibiotika pada tempat ikatannya. Sehingga bila konsentrasi telah mencapai titik tertentu dimana biasanya 2-4 kah dr atas MIC bagi bakteri tertentu, efek daya bunuhnya telah maksimal. Peningkatan dosis atau konsentrasi obat tidak akan meningkatkan efek bunuh. Dengan demikian Concentration-Dependent (DoseDependent) Killing daya antibiotika ini digolongkan sebagai antibiotika timedependent (concentration-independent). Concentration-dependent antibiotica adalah antibiotika yang mempunyai daya bunuh lebih cepat ketika konsentrasinya mencapai di atas MIC. Pada antibiotika golongan ini, tingkat eradikasi bakteri meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi antibiotika sampai pada level tertentu dan mati dalam waktu singkat. Pada keadaan ini efek durasi paparan antibiotika tidak mempunyai efek sehingga parameter PK/PD yang berperan adalah AUC/MIC atau Peak/MIC atau C-,*/MIC. Lamal durasi dimana konsentrasi antibiotika di UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 33 TERAPI ANTIBIOTIKA Hal lain yang perlu diketahui adalah Post- yang lebih panjang (1-5 jam) terhadap bakteri Antibiotic Effect (PAE) yang merupakan efek gram negatif dibandingkan golongan betalactam dan glycopeptides yang memiliki PAE lebih pendek. Terhadap bakteri gram positif, aminoglycosides / fluoroquinolones menunjukkan PAE yang singkat (< 1 jam). antibiotika yang secara persisten dapat menekan pertumbuhan bakteri setelah paparan Aminoglycosides atau antibiotika.' fluoroquinolones akan menunjukkan PAE Tabel 1. Tipe Antibiotika dan Parameter PK/PD Tipe I Aminoglycosides Fluoroquinolones Metronidazole Daptomycin C onc entration- dep endent killing and Prolong e d p er si st ent effe c t Tipe Tujuan Terapi Antibiotika Pola Aktivitas II killing and Minimal Time dependent C-u* konsentrasi (Peak)/MIC 24 jam- Memaksimalkan durasi T>MIC paparan Carbapenems Cephalosporins persistent effects PKiPD Memaksimalkan AUC/MIC Quinupristin/Dalfopristin Penicillin and B-lactams - Parameter Erythromycin Linezolid Clarithromycin Lincosamides Tipe III Azithromycin onc entration- de p endent killin Time -dependent killing and C g w ith Clindamycin Oxazolidinones Tetracyclines Glycopeptides Tigecycline Moderate to prolonged persistent efficts Memaksimalkan dosis 241am- obat AUC/MIC MIC: Minimum Inhibitory Concentration; AUC: Area nt r at o n P harmac okine ti / P harmac o dynami c ; C *o* t Maximum C o n ce s cs Tipe I Concentration-dependent killing and prolonged persistent effect Pada antibiotika ini, dosis tepat dan adequate akan memaksimalkan konsentrasi karena makin tinggi konsenstrasi maka makin luas dan makin cepat daya bunuh terhadap bakteri. Untuk aminoglycosides, respon terapi akan Berdasarkan data yang ada, dosis aminoglycoside sebesar 7 mg/kg akan mencapai rasio tersebut dan lebih effectif bilamana menggunakan dosis yang lebih rendah. Golongan fluoroquinolones mempunyai efek daya bunuh optimal terhadap bakteri gram negatif bilamana rasio 24 jamAUC/MIC mencapat 125, sedangkan terhadap bakteri gram positif adalah 40. Under Curve; PK/PD: i Tujuan terapi pada antibiotika golongan ini adalah menjaga konsentrasi obat diatas MIC dengan cara memaksimalkan durasi paparan. Berdasarkan data retrospektif pada manusia yang ada,target terbaik adalah l00Vo T>4-5x MIC.8 Untuk golongan beta-lactam dan erythromycin daya bunuh maksimal tercapai bilamana T>MIC adalah minimal 70Vo dari dosis interval. lll Concentration-dependent with Time' killing and Moderate to prolonged persistent effects Tipe dependent Antibiotika jenis ini akan mempunyai daya bunuh paling optimal bilamana memaksimalkan jumlah/dosis yang diterima. Untuk vancomycin diperlukan paling tidak I25x rasio 24 jam-AUC/MIC. Tipe Il Time-dependent killing and Minimal persistent effects 34 UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDICINUS . Vol.4 No. 3 Juni 2013 - September 2013 Predictore sf Bacterial Eradication : Ph a rmac *ki neti*/P ha rrn ac*d y n fr rn ie Frmf i *es Feakdl.fiC - Anrinoglycosides f ?4h-,4UClllitJC > itdlc - Eeta-laflam* - Clintlamy*in - Eqirihrormycin - Linezolid - Azithromycin - 0uinolones - Vancomycin Gambar 2. Parumeter PK/PD Antimikroba Sumber: A PK/PD Approach to Antibiotic Therapy KEPEKAAN TERHADAP MIKRO . ORGANISME PMD berkaitan erat dengan PK, seperti C-u* yang dapat Semua indeks parameter mengukur seberapa besar kerentanan bakteri terhadap antibiotika. Karena itu, PK dapat disesuaikan guna memenuhi indeks PK/PD yang berhubungan dengan efikasi suatu obat. Sebagai contoh, pada hasil kultur didapatkan microorganisme Pseudomonas aeruginosa yang masih sensitif terhadap meropenem dengan MIC = 1, maka target konsentrasi meropenem adalah 4-5 mglL (4-5x MIC); bilamana MIC - 2 maka target konsentrasi meropenem yang masih dapat membunuh bakteri tersebut adalah 8-10 mglL (8-10x MIC) --+ menurut teori. berikut: (1) kombinasi antibiotik yang digunakan sebagai terapi empiris harus merupakan antibiotika berspektrum luas; (2) kombinasi harus mempunyai efek tambahan atau sinergisme dalam melawan bakteri pathogen; (3) mampu menurunkan ataupun mencegah potensi munculnya resistensi. Pada kasus dengan infeksi bakteri Gramnegatif, seperti Pseudomas aeruginosa dan Acinetobacter spp., terapi awal yang tidak tepatladequate akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Dengan demikian pemakaian antibiotika double coverage pada terapi awal harus menggunakan antibiotika spektrum luas, yaitu antibiotika yang jrga memiliki efek anaerob. Apabila hasil kultur and resistensi telah tersedia, maka sangat disarankan untuk melakukan de-escalation. kombinasi B-lactam dan Antibiotika aminoglycoside umumnya digunakan untuk terapi pada infeksi bakteri Gram-negatif. DOUBLE COVERAGE ria Pemakaian double coverage (dua macam antibiotika yang digunakan untuk mematikan/menghambat mikroorganism yang sama) harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai Gram -N e gativ e B acte UNIVERSITAS PELITA HARAPAN Anaerobes Tidak terdapat data yang dapat mendukung manfaat pemakaian antibiotika kombinasi pada infeksi bakteri anaerob. 35 TERAPI ANTIBIOTIKA Tabel 2. Antrbiotika yang juga Memiliki Efek Anaerob Antimicrobial Class/Subclass Lincosamides Nitroimidazoles Agents Clindamicin Metronidazole Penicillin and B-lactams/B-lactamase Ampicillin, Penicillin, Piperacillin, Amox-Clavulanic Acid, Ampicillin-Sulbactam, Piperacillin-T azobactam inhibitor combinations Tetracycline Tetracyclines Moxifloxacin Fluoroquinolone Phenicols Chloramphenicole Ceftri axo ne, Ceftizoxime, C efotaxime, C efoper azone Cephalosporin Doripenem, Ertapenem, Imipenem, Meropenem Carbapenems PRINSIP PEMILIHAN ANTIBIOTIKA Dosis Vancomycin Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan Vancomycin merupakan antibiotika tipe Concentration-dependent with timedependent killing and moderate to prolonged persistent effects. Oleh karena itu, meningkatkan konsentrasi obat di atas ambang batas terapeutik tidak akan antibiotika: 1. Apakah antibiotika merupakan indikasi terapi berdasarkan gejala klinis yang tampak 2. Sebelum terapi antibiotika diberikan, harus dilakukan pemeriksaan mikrobiologi dari spesimen klinis yang tepat 3. Organisme yang paling mungkin menjadi penyebab infeksi 4. Antibiotika terbaik manakah menghasilkan daya bunuh yang lebih cepat ataupun lebih besar. Gunakan Actual body weight (ABW) dengan dosis 10-15 mg/kg. Vancomycin TIDAK direkomendasikan untuk: a. yang Pasien dengan CAPD sesuai dengan keadaan pasien 5. Apakah diperlukan terapi antibiotika 6. 7 . 8. 9. kombinasi Apakah terdapat faktor lain yang perlu diperhatikan, seperti genetik (G6PD), kehamilan, laktasi, fungsi ginjal dan hati Bagaimana jalur utama ekskresi terapi antibiotika yang akan diberikan? Berapa dosis paling tepat yang harus diberikan? Dalam hal ini bergantung pada beberapa hal, yaitu: PK/PD; Kepekaan terhadap agent penyebab; Vd (Volume of Distribution); dan Cl (renal clearance) Berapa lama terapi antibiotika akan diberikan dan apakan akan timbul resistensi? 10. Apakah diperlukan modifikasi terapi antibiotika setelah data kultur diperoleh? Profilaksis pada: Operasi rutin b. c. d. Bayi BBLR Systemic or local prophylaxis for indwelling central or local catheters Terapi untuk hasil kultur positif (hanya satu botol) coagulase-negative staphylococci Terapi empiris pada pasien netropenia tanpa ada bukti keberadaan grampositive bacteria Melanjutkan terapi empiris meskipun hasil uji mikrobiologi tidak menunjukkan adanya organisme yang resisten terhadap beta-lactam Dekontaminasi selektif kolonisasi MRSA pada saluran cerna Terapi utama untuk pseudomembraneous colitis e. f. g. Terapi topikal/irigasi; MSSA atau infeksi lain yang disebabkan oleh bakteri gram-positif yang masih sensitif terhadap beta-lactam. 36 U NIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDICINUS . Vol.4 No. 3 Juni 2013 - September Dosis Amynoglycoside Suatu kombinasi antara "high peak" dengan " aminoglycoside .free" akan membantu mengurangi seleksi dan munculnya organisme yang resisten (dengan menghilangkan fenomena b. Aminoglikosida adalah antibiotika tipe Concentration-dependent killing and prolonged persistent effect, yang berarti bahwa dengan meningkatnya konsentrasi aminoglikosida, tingkat dan luasnya bakteri yang mati akan meningkat pula. Saat ini, sangat disarankan untuk mengoptimalkan aminoglycoside peak serum concentration terhadap ratio MIC (C*""/MIC) mencapai > 10:1 guna memaksimalkan kematian bacteria. resistensi adaptif), serta meminimalkan amino g ly c o s ide - as s o c i at e d t o xic ity Aminoglycoside pada puncak konsentrasi mempunyai efek PAE C. yang lebih lama d. Once Daily Dosing 2013 Dosis lxlhari harus dipertimbangkan pada semua pasien yang tersangka/ terinfeksi oleh bakteri Gram-ne gatif KECUALI pada pasien-pasien dengan kehamilan, menyusui, luka bakar (> ,, a. Aminoglycoside merupakan antibiotika tipe Concentrationdependent killing and prolonged persistent effect cystic fibrosis, cirrhosis, transplants, neutropenia, endocarditis, and CrCl < 20 mLlmrn. 20%o), ascites, dialysis, solid organ DAFTAR PUSTAKA 1. Murray PR, Rosenthal KS, Kobayashi GS, Pfaellen MA. Antibacterial Agent in Medical Microbiology, 4"' ed. Mosby. 2002. p. 185-I95. 2. Salyers AA, Whitt DD. Antimicrobial Compound in Bacterial Pathogenesis. Moiecular Appro ach,2nd ed. ASM Press .2002.p. 150- 167 . 3. A PK/PD Approach to http://www.rxkinetics.com/antibiotic pk pd.html 4. Fatmawati N, Cucunawangsih. Antibiotic In: A Therapy. Konsep Terapi Antibiotika dalam Optimalisasi Penyakit Infeksi. Medicinus. 2009 ; 3 (2): 5. Setiawan B, Nainggolan L. Prinsip Penggunaan Antibiotika. Dalam: Bunga Rampai Penyakit Infeksi. Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi a. 2004 . p . 1 04-1 1 5 . 6. Quintiliani R. Drug Therapy: Using Pharmacodynamic and Pharmacokinetic Concepts to Optimize Treatment of Infection Disease. InfectMed. 2000;21 (5): p.219-133. Browsed: www.medscape.com t. Ambrose PG, Owens RC, Grasela D. Antimicrobial Pharmacodynamics in the Clinis of North America Antibiotics Therapy, Part 1. 2000; 8a (6): l43l-L446 8. Li C, Du X, Kuti JL, Nicolau DP. Clinical Pharmacodynamics of Meropenem in Patients with Lower Respiratory Tract Infections. Antimicrob Agents Chemother 2007; 51:172530 9. Reese RE, Betts RF, Gumustop B. Introduction to Antibiotic Use Antibiotics. 3'd ed. Lippincott Wiiliams and Wlkins. 2002. p.277 -308. in Handbook of 10. Amy Armbrust, et al. Antimicrobial and Clinical Microbiology Guidebook. 2006 UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 37