MODUL PERKULIAHAN Etik UMB Mengenali Potensi Diri Fakultas Program Studi FIKOM Marcomm Tatap Muka Kode MK 02 Disusun Oleh Reddy Anggara, S. IKom., M. IKom Deskripsi Kompetensi Pokok bahasan komunikasi efektif membahas mengenai manfaat komunikasi, macam-macam komunikasi, cara berkomunikasi, komunikasi efektif.. Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat mengertian komunikasi, dan unsurunsur komunikasi, mengetahui cara berkomunikasi, memahami bahasa tubuh, mampu melakukan komunikasi efektif. Pengantar Mengapa kita perlu mengenal diri ? Pertanyaan ini seoleh-olah sederhana tetapi memiliki makna yang dalam. Tanpa mengeal diri kita sebaik -baiknya kita akan selamanya tidak mengetahui jati diri kita. "Kenalilah dirimu" demikian kata-kata dari Socrates, agar manusia berhasil di dunia. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan dalam bentuk yang sempurna dan manusia diciptakan untuk sukses. Ingat pada awal penciptaan manusia yang diciptakan sebagai pemimpin di dunia. Manusia dilengkapi dengan pancaindera dan sarana fisik yang lengkap serta kemampuan berfikir dan menggunakan hati yang bijaksana. Oleh sebab itu, apabila gagal di dunia, kita telah menyia-nyiakan pemberian Tuhan. Kegagalan kita pada dasarnya wujud dari ketidaktahuan tentang diri kita sendiri. Orang gagal pada umumnya adalah orang yang sudah melakukan sesuatu tetapi tidak tahu tujuan hidup dan kegiatan yang dilakukan. Sejak lahir, kita diperintahkan Tuhan untuk memanfaatkan segala isi alam dengan berfikir, mendengarkan, melihat, memperhatikan, melakukan, dan mencoba dengan menggunaka potensi akal budi. Ilmuwan dan psikolog mengemukakan bahwa kegagalan manusia untuk sukses karena manusia hanya menggunakan potensi akal berkisar 3 - 10%. Kemampuan mengenali potensi akal inilah salah satu kunci sukses dalam hidup. Kita mengetahui bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan bentuk yang berbeda-beda. Setiap manusia mempunyai ciri khas. Ciri khas setiap manusia ini dikenal dengan Kepribadian. Kepribadian ini adalah ciri yang melekat pada individu, seperti mental, jiwa sosial, emosional dan identitas individu. Keperibadian merupakan kunci sukses membangun karier dan kehidupan yang menarik dan menyenangkan. Mengapa kepribadian sangat penting dan mempengaruhi kesuksesan orang? Dengan mengetahui kepribadian yaitu karakter yang berupa ciri khas, jiwa, hobi, bakat dan minat, kita dapat mengembangkan potensi diri kita sendiri. dengan mengenal diri maka kita dapat mengenal kekuatan dan kelemahan diri kita. Seluruh kekuatan terus dipupuk dan dijadikan modal untuk sukses, sedangkan kelemahan terus diperbaki dan karakter buruk ditinggalkan. Dengan demikian dalam diri kita banyak terkandung citra positif dan sangat sedikit citra negatif. Dengan berkembangnya citra positif yang sesuai dengan sifat masyarakat yang menghendaki kehidupan baik dan jauh dari kejahatan, maka citra diri yang positif akan mendorong kesuksesan. Banyak kasus yang dapat dicontoh bahwa kepribadian seseorang dapat mengantarkan kepada kesuksesan. Fatin Indonesian Idol pada saat ini dan Jenderal Soedirman pada masa lalu. Keberhasilan mereka disebabkan mereka mampu menunjukkan karakter diri yang positif dan menghilangkan karakter yang negatif. Veri dapat menghilangkan karakter minder, dan tidak percaya diri, sedangkan Jenderal Sudirman mampu menghilangkan karakter hipokondriasis yaitu karakter merasa sakit. Jenderal Sudirman menghilangkan perasaan rasa sakit (penyakit paru-paru) dan mampu memimpin perang gerilya selama 7 bulan. Akankah Anda mampu sukses dengan mengenali diri seperti Fatin Indonesian Idol dan Jenderal Sudirman? Semoga. Pengantar Secara sederhana, mengenal diri berarti tahu tentang dirinya sendiri yang pada gilirannya akan melahirkan konsep diri. Konsep diri memiliki pengaruih besar dalam hidup seseorang. Konsep diiri yang baik akan berakibat baik (positif) terhadap dirinya sendiri, dan sebaliknya apabila konsep dirinya buruk (negatif) berakibat buruk pula terhadap dirinya (Triwidodo, 2004:40). Untuk mampu mengenal diri, terlebih dahulu kita harus mengatahui diri (self). Diri adalah komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai eksistensi individualitasnya, pengamatannya tentang apa yang merupakan miliknya, pengertiannya mengenai siapakah dia itu, dan perasaannya tentang sifat-sifatnya, kualitasnya, dan segala miliknya. Diri seseorang adalah jumlah total dari apa yang bisa disebut kepunyaannya (Sobur, 2003:499). Dari definisi di atas, ternyata diri memiliki pengetian yang luas dan mendalam, terutama yang berkaitan dengan dimensi atau kualitas kejiwaan seseorang. Namun demikian, meskipun diri lebih berorientasi psikis, tetpai secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa diri meliputi totalitas fisik dan psikis (jasmani dan rohani). Dalam karyanya yang terkenal Principles of Psychology, William James 1980 (dalam Sarwono, 1997), mengemukakan bahwa diri (self) adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinyan sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya psikisnya saja, melainkan juga tentang anak-istri, rumah, pekerjaan, nenek moyang, temaqn-teman, milik, dan uangnya. Kalau semua bagus, ia merasa senang dan bangga. Akan tetapi, apabila ada yang rusak, kurang baik, hilang, ia merasa putus asa, kecewa, dan lain-lain. Konsep Diri Setelah seseorang mengenal dirinya sendiri, maka akan sampai kepada apa yang disebut dengan konsep diri (self cocept). Diri adalah suatu susunan konsep hipotetis yang merujuk kepada perangkat kompleks dari karakteristik proses fisik, perilaku, dan kejiwaan seseorang. Menurut Calhoun (1990), sekurang-kurangnya kita dapat melihat lima aspek dari diri, yaitu: 1. Tentang fisik diri, tubuh dan semua aktivitas biologis yang berlangsung di dalamnya. 2. Suatu area luas yang bisa kita sebut diri sebagai proses: suatu aliran akal pikiran, emosi, dan perilaku kita yang konstan. 3. Diri sosial, yaitu suatu konsep yang penting bagi ahli-ahli sosial. Diri sosial terdiri dari akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respons secara umum terhadap orang lain dan masyarakat. 4. Konsep diri, yaitu suatu pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya masing-masing. Konsep diri anda adalah apa yang terlintas dalam pikiran anda masingmasing saat anda berpikir tentang ”saya”. 5. Citra diri, apa yang anda inginkan. Prinsip konsep diri adalah pandangan saya yang menyeluruh tentang diri saya sendiri: who am I. Konsep diri mengarah kepada kesadaran tentang diri sendiri, keberadaannya, fungsi dari keberadaan itu sendiri. Konsep diri yang baik menjadikan seseorang menjadi mandiri. Kemandirian adalah wujud kematangan pribadi seseorang, yang tahu siapa dan apadia sebenarnya. Konsep diri tidak dibawa manusia sejak lahir, melainkan diajarkan melalui proses sosial di masyarakat. Konsep diri diperoleh melalui hubungan antarsesama. Kita mengetahui bahwa kita ini dan itu, atau pintar – bodoh, karena umpan balik dari orang lain. Konsep diri ada dan berkembang melalui proses interaksi (Syam, 2009:54). Pembukaan Diri (Self Disclosure) Pembukaan diri (self disclosure) adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut (Supratiknya, 1995:14). Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu lebih melibatkan perasaan. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan dan dilakukannya, atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan. Pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu bersikap terbuka kepada yang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain. Kedua proses yang dapat berlangsung secara serentak itu apabila terjadi pada kedua belah pihak akan membuahkan relasi yang terbuka antara kita dengan orang lain. Manfaat Self Disclosure Menurut Johnson (Supratiknya, 1995:15), manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antarpribadi adalah: 1) Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang. 2) Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain tersebut menyukai diri kita. Akibatnya, ia akan semakin membuka diri kepada kita. 3) Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki sifatsifat sebagai berikut: kompeten, tebuka, fleksibel, adaptif, dan intelegen, yakni sebagai dari ciri-ciri orang yang masak dan bahagia. 4) Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain. 5) Membuka diri berarti bersikap realistik. Maka, pembukaan diri kita haruslah jujur, tulus dan autentik. Faktor Penghambat Mengenali diri Sangat mungkin tidak semua orang dapat mengenal dirinya sendiri. Artinya, terdapat sejumlah faktor yang menghambat untuk mengenal diri, di antaranya: 1. Indiferentisme, yaitu sikap hidup yang apatis, dingin, tidak perduli, acuh tak acuh. Manusia yang dihinggapi indiferentisme memandang bahwa hidup ini tak ada bedanya: sedih-gembira, baik-buruk, dan lain-lain. Ia apatis terhadap diri dan lingkungannya. 2. Perasaan malu. Memiliki perasaan malu adalah ciri manusia berbudaya, karena malu merupakan salah satu sendi dari etika. Bahkan agama menyebut, bahwa malu sebagian dari iman. Namun persoalannya, apabila seseorang meiliki sikap malu yang berlebihan sehingga menyudutkannya dalam pergaulan. Ketika ras malu tersebut melampaui batas-batas kewajaran, maka ia cenderung tidak bisa menampilkan dirinya sendiri, ia akan kehilangan konsep diri dan citra diri. 3. Mencintai orang lain secara salah. Mencintai sesama adalah perbuatan mulia. Tetapi apabila mencintai orang lain secara berlebihan (filantrofis) akan merusak yang bersangkutan. Apalagi jika mencintai orang lain atas dasar ingin dipuji dan dipuja. Sikap berlebihan dalam mencintai orang lain akan membawa dampak buruk terhadap perkembangan diri. 4. Selalu cemas apa yang akan dikatakan orang lain terhadap dirinya. Sikap ini akan menjadi penghambat serius untuk mengaktualisasikan diri. Orang yang memiliki selalu cemas kerapkali tidak bisa menerima keadaan apabila orang lain mengkonseptualisasikan dirinya berbeda dengan keinginannya. Orang ini lebih mementingkan rasa aman sehingga ia memiliki hambatan untuk mengungkapkan dirinya. 5. Enggan menolong orang lain. Di samping ada orang yang suka atau gemar menolong orang lain, ada juga orang yang justeru enggan menolong orang lain. Sikap ini pada akhirnya membentuk citra diri negatif yang sudah barang tentu akan merugkan dirinya. Orang disekelilingnya akan berpendapat bahwa orang yang yang enggan menolong orang lain memiliki konsep diri yang negatif. Mengarahkan diri menuju ke pengembangan diri Sejatinya, pengembangan diri merupakan kebutuhan setiap orang untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Mengarahkan diri merupakan proses pengembangan diri secara sadar dengan menyingkirkan segenap rintangan yang menghalangi pengembangan diri dan memutuskan masukan mana yang baik bagi dirinya (Triwidodo, 2004:67). Menurut Irawati (2003:2), pengembangan diri paling tidak akan menyadarkan seseorang kepada hal-hal berikut: 1. Agar mengetahui kekuatan-kekuatan diri dengan lebih baik, dan mengoptimalkannya untuk keberhasilan. 2. Agar mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam diri sendiri. 3. Agar lebih memahami, menyadari tentang apa yang sebetulnya kita miliki. 4. Agar kita memahami arti motivasi guna mewujudkan cita-cita yang kita inginkan. 5. Agar kita mengetahui makna displin dalam kehidupan kita. 6. Agar kita memahami makna kepercayaan diri dalam kehidupan pribadi kita. 7. Agar kita memahami makna taku dan kuatir dalam menghadapi kenyataan hidup hari ini dan masa dean, dan berusaha utuk mengatasinya. 8. Agar kita dapat memahami dampak stres dalam kehidupan. 9. Agaqr kita dapat mengerti dampak prokrastinasi (perbuatan yang tidak efisien dan efektif). 10. Agar diperoleh pemahaman tentang arti dan makna kreativitas dalam meniti karir, dan peningkatan kualitas kemampuan intelektual. 11. Agar kita dapat memahami dan memaknai mengani ketangguhan diri dalam mencapai keberhasilan hidup. 12. Agar kita dapat memahami arti dan makna penyesuaian diri di dalam lingkungan kerja, dan lingkungan sosial di mana kita berada. 13. Dengan mempelajari pengembangan diri, kita mampu bersaing dengan diri kita sendiri, bukan dengan orang lain. Idealnya, pengembangan diri harus dilakukann secara terencana dan terarah sehingga seseorang mencapai kepribadian yang terbaik. Pengembangan diri pada dasarnya bukan bersifat fisik, melainkan lebih bersifat psikis. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Mengoptimalkan potensi diri. Setiap orang memiliki potensi diri yaqng telah dianugrahkan oleh Tuhan. Namun demikian, potensi tersebut tidak akan berkembang apabila yang bersangkutan tidak berusaha engembangkannya secara optimal. 2. Berpikir positif. Berpikir positif berarti kita memulai sesuatu dengan energi positif, sehingga besar kemungkinan apa yang dipikirkan secara positif akan mencapai keberhasilan. 3. Menumbuhkan kreativitas. Kreativitas perlu ditumbuhkan dan dikembangkan sehingga mencapai kreativitas yang positif dan bermanfaat. Diri kita akan menjadi tangguh dalam mengejar kesuksesan apabila kita kreatif. 4. Sebelum bertindak, pikirkan kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi. Kita sebaiknay tidak berpikir bagaimana nanti, tetapi sebaiknya nanti bagaimana. Apabila kita berpikir nanti bagaimana, maka kita akan mempersiapkan diri lebih baik untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. 5. Mengembangkan kemampuan diri. Kemampuan diri tuidak akan berkembang, apabila kita sendiri tidak berusaha untuk mengembangkannya. 6. Ketekunan. Ketekunan adalah modal dasar untuk mencapai sukses. Berbagai potensi diri akan menjadi tidak berkembang secara optimal apabila kita tidak tekun. Daftar Pustaka Hamersma, Harry, 1981. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Irawati, Dewi, 2003. Pengembangan Diri. Bandung: Akademi Sekretaris dan Manajemen Ariyanti. Muslimin, 2004. Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian. Malang: UMM Press. Sarwono, sarlito Wirawan, 1997. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum. Bandung:Pustaka Setia. Supratiknya, A., 1995. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius. Syam, Nina Winangsih, 2004. Sosioogi Komunikasi. Bandung: Humaniora. Triwidodo, Titiek & Djoko Jakarta:Grasindo. Kristanto, 2004. Pengembangan Kepribadian Sekretaris.