12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Identifikasi Menurut Chaplin dalam Kartono (2008:8) menyatakan bahwa identifikasi adalah proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu. Hakim, (2010:http://imadiklus.com) menyatakan bahwa kata “identifikasi” berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Asal kata to identify sebagai kata kerja, dan identification sebagai benda. To identify secara sederhana artinya adalah mengenali. Hubungannya jika dikaitkan dengan “identifikasi kebutuhan belajar” artinya ialah mengenali kebutuhan belajar seseorang atau masyarakat atau kelompok orang tertentu yang akan menjadi sasaran didik atau peserta didik. Sasrawan, (2011: http://hedisasrawan.blogspot.com) mengartikan kata identifikasi sebagai tanda kenal diri, bukti dari penentu atau penetapan identitas seseorang, sehingga mengidentifikasi memiliki arti upaya menentukan atau menetapkan identitas seseorang Anonim dalam Hakim, (2010:http://imadiklus.com) menyatakan bahwa identifikasi adalah penempatan atau penentu identitas seseorang atau benda pada suatu saat tertentu. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa identifikasi adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk memeriksa dan menganalisa secara lebih mendalam akan sebuah hal, suatu proses atau benda. 12 13 B. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial Bonner dalam Ahmadi (2009:49) menyatakan bahwa interaksi social adalah suatu hubungan komunikasi antaran individu atau lebih, yang di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Hal ini sebenarnya merupakan keuntungan yang besar bagi manusia, sebab dengan adanya manusia sebagai objek dan sebagai subjek timbulah kemajuan– kemajuan dalam hidup bermasyarakat. Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2010:55) menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyengkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompokkelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Menurut Theodore dalam Santoso (2010:162) menyatakan interaksi social adalah peristiwa yng kompleks, termasuk tingkah laku yang berupa rangsangan dan reaksi keduanya, dan yang mungkin mempunyai satu arti sebagai rangsangan dan yang lain sebagai reaksi. Jadi, dalam melaksanakan interaksi, setiap individu dituntut dua hal penting, yaitu yang pertama sebagaimana setiap individu mengorganisir presepsi sikap dan tingkahlakunya pada situasi social agar ia dapat berpartisipasi aktif dalam interaksi social. Dan yang kedua adalah yang dimana masyarakat manusia yang mempunyai nilai, aturan dan norma- 14 norma social, yang harus diakui dan dilakukan oleh setiap individu yang berada dalam masyarakat tersebut. Sarwono (?:199) mengatakan bahwa interaksi sosial adalah perilaku yang khusus karena sedikitnya dibutuhkan dua orang untuk melakukannya. Stogdill dalam Sarwono (?:199) mengatakan bahwa interaksi adalah suatu keadaan di mana A bereaksi terhadap B, dan B bereaksi terhadap A sedemikian rupa sehingga reaksi mereka saling berbalasan. Walgito (2003:65) mengungkapkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Sedangkan menurut Yoseph dalam Santoso (2010:163) menyatakan bahwa interaksi social adalah sesuatu proses yang berhubungan dengan keseluruhan tingkah laku anggota-anggota kelompok kegiatan dalam hubungan dengan yang lain dan dalam hubungan dengan aspek-aspek keadaan lingkungan, selama kelompok tersebut dalam kegiatan. Sedangkan menurut Sutherland dalam Santoso (2010:164) mengemukakan bahwa interaksi social adalah suatu hubungan yang mempunyai pengaruh secara dinamis antara individu dengan individu dan antara individu dengan kelompok dalam situasi social. Sutherland juga menekankan pada aspek hubungan yang mempunyai penguat antara individu dan atau individu dengan kelompok karena interaksi social ini dapat terjadi pada dua atau lebih individu, yang satu sama lain 15 saling menjalin hubungan secara aktif. Individu-individu tersebut berada dalam kehidupan kelompok. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa interaksi sosial itu merupakan suatu hubungan antara siswa dengan guru dan teman sebaya di lingkungan sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas. Dimana siswa, guru dan teman sebaya mampu untuk saling menerima dan berkomunikasi dengan baik, mampu menjalin kerja sama untuk mengatasi suatu masalah, serta mampu mempertahankan hubungan yang telah terjalin dengan baik tersebut. 2. Bentuk-bentuk interaksi sosial Tuntutan dan realitas kehidupan sosial akan direaksi secara berbedabeda oleh masing-masing siswa, tergantung kemampuan berinteraksi yang dimilikinya. Schneiders Soekanto (2010:64) mengemukakan bahwa interaksi sosial yang dituntut dalam kehidupan sekolah, dengan tidak mempertimbangkan kebutuhan akademik, tidak jauh berbeda dengan interaksi sosial yang dilakukan di lingkungan kelurga, walaupun setiap individu akan bereaksi secara berbeda-beda terhadap keduanya. Selain itu, Schneiders dalam Soekanto (2010:64) telah menyusun tuntutan lingkungan atas perilaku yang diharapkan dan yang berkaitan dengan realitas, proses, dan relasi sosial, serta yang dihadapi oleh siswa di lingkungan sekolah, yang dapat meliputi indikator-indikator sebagai berikut a. Kemampuan siswa untuk menjalin interaksi dengan teman di sekolah : Siswa mampu menerima teman apa adanya Kemampuan siswa mengenali potensi diri Partisipasi siswa dalam menjalin kerja sama dengan teman 16 b. Kepedulian siswa dengan masalah yang sedang dihadapi oleh teman-temannya Kemampuan siswa mempertahankan hubungan persahabatan Kemampuan siswa dalam bersikap dan berinteraksi terhadap guru, kepala sekolah, dan personil sekolah lainnya. Kemampuan siswa dalam menjaga sikap ketika bertemu dengan guru, kepala sekolah dan personil sekolah lainnya. Kemampuan siswa untuk terbuka kepada guru, kepala sekolah dan personil sekolah lainnya. Kemampuan siswa untuk bertutur kata dengan sopan santun ketika berkomunikasi dengan guru, kepala sekolah dan personil sekolah lainnya. Siswa memiliki perasaan terbuka kepada guru, kepala sekolah dan prsonil sekolah lainnya tentang masalah yang dihadapi dan memiliki keinginan untuk mencari pemecahan masalahnya. Soekanto (2010:65) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial dibagi menjadi dua yaitu proses asosiatif dan proses disasosiatif. Berikut ini merupakan penjabarannya: a. Proses Asosiatif Yaitu sebuah proses yang terjadi saling pengertian serta kerjasama secara timbal balik antar orang per orang atau dengan kelompok lainnya. Proses asosiatif ini terbagi yaitu: 1) Kerjasama (cooperation) yaitu usaha bersama antar individu atau kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Proses terjadinya kerjasama yaitu apabila diantara individu atau kelompok tersebut menyadari akan adanya kepentingan maupun ancaman yang sama sehingga menyebabkan mereka mau 17 melakukan kerjasama di berbagai bidang. Beberapa bentuk kerjasama meliputi: a) Gotong royong dan kerja bakti, misalnya saja ketika ada perayaan hari besar keagamaan, maka warga Sikh beramairamai melakukan kerja bakti membersihkan gurdwara yang menjadi tempat ibadah. b) Bargaininng atau tawar menawar merupakan proses kerjasama dalam bentuk perjanjian pertukaran kepentingan, kekuasaan, barang-barang maupun jasa antara dua organisasi atau lebih yang terjadi di bidang politik, ekonomi, hukum, maupun militer. c) Co-optation yaitu proses kerjasama bagi individu maupun kelompok yang terlibat dalam sebuah organisasi dimana terjadi proses penerimaan unsur-unsur baru dalam pelaksanaan kepemimpinan untuk menciptakan stabilitas d) Koalisi atau coalition yaitu dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan tertentu yang kemudian melakukan kerjasama e) Patungan atau joint-venture yaitu kerjasama dalam melaksanakan proyek-proyek tertentu. 2) Akomodasi merupakan suatu proses ke arah tercapainya persepakatan sementara yang dapat diterima kedua belah pihak yang tengah bersengketa. Selain itu akomodasi juga dikatakan sebagai suatu proses yang sedang berlangsung dimana akomodasi menampakkan suatu proses untuk meredakan pertentangan baik yang terjadi di antara individu, kelompok, maupun masyarakat. Bentuk-bentuk akomodasi yaitu : a) Coersion atau pemaksaan yaitu bentuk akomodasi yang terjadi karena adanya paksaan maupun kekerasan fisik atau psikologis b) Compromise atau kompromi yaitu bentuk akomodasi yang dicapai karena masing-masing pihak yang terlibat dalam proses ini saling mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaian oleh pihak ketiga c) Meditation yaitu akomodasi yang dilakukan melalui penyelesaian oleh pihak ketiga yang netral 18 d) Conciliation yaitu bentuk akomodasi dengan usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak yang ingin berselisih e) Toleransi yaitu bentuk akomodasi secara tidak formal dan dikarenakan adanya pihak-pihak yang mencoba untuk menghindari diri dari pertikaian. f) Stalemate yaitu pencapaian akomodasi dimana pihak-pihak yang bertikai dan mempunyai keinginan yang sama berhenti pada satu titik tertentu dan masing-masing dari mereka menahan diri g) Adjudication yaitu usaha akomodasi yang dilakukan mengalami jalan buntu sehingga penyelesaiannya menggunakan jalan pengadilan 3) Asimilasi merupakan proses pencampuran orang-orang yang berasal dari kebudayaan yang berbeda dimana mereka melepaskan ciri khas kebudayaannya dan berbaur dalam suatu kebudayaan yang sama dan berbeda dengan kebudayaan asli mereka. b. Proses Disasosiatif Proses ini merupakan perlawanan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang ada pada suatu masyarakat. Bentuk-bentuk proses disasosiatif yaitu : 1) Persaingan yaitu proses sosial dimana individu atau kelompok berjuang dan bersaing untuk memperebutkan tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya terbatas. Persaingan terjadi pada berbagai bidang. 2) Controvertion yaitu proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan ataupun pertikaian. Kontroversi adalah proses sosial dimana terjadinya pertentangan pada tataran konsep dan wacana, sedangkan pertentangan atau pertikaian telah memasuki unsur-unsur kekerasan dalam proses sosialnya 3) Konflik adalah proses sosial dimana individu ataupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan seperti emosi, pola perilaku, dan prinsip,. Perbedaan ini dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan dimana pertikaian itu dapat menghasilkan ancaman dan kekerasan fisik. 3. Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial 19 Gerungan (2009: 62), kelangsungan interaksi sosial dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks, tetapi dapat dibedakan beberapa faktor yang mendasarinya, baik secara tunggal maupun bergabung, yaitu faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, faktor simpati. Berdasarkan pendapat tersebut, maka faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi social, antara lain adalah sebagai berikut: a. Faktor Imitasi Faktor ini telah diuraikan oleh Gabriel Tarde yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan social itu sebenarnya berdasarkan pada factor imitasi saja. Walaupun pendapat ini berat sebelah, namun peranan imitasi dalam interaksi social itu tidak kecil. Terbukti misalnya pada anak-anak yang sedang belajarbahasa, seakan-akan mereka mengimitasi dirinya sendiri, mengulang-ngulang bunyi katakata, melatih fungsi-fungsi lidah, dan mulut untuk berbicara. Kemudian ia mengimitasi kepada orang lain, dan memang sukar orang belajar bahasa tanpa mengimitasi orang lain, bahkan tidak hanya berbahasa saja, tetapi juga tingkah laku tertentu, cara member hormat, cara berterima kasih , cara member isyarat, dan lain-lain kita pelajari pada mula-mulanya mengimitasi. Juga cara berpakaian , adat istiadat, dan konvensi lainnya factor imitasilah yang memegang peranan penting. b. Faktor Sugesti 20 Yang dimaksud dengan sugesti disini adalah pengaruh psikis, baik yang dating dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Karena itu dalam psikologis sugesti ini dibedakan adanya, yakni auto sugesti yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri. Hetro sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain. Baik auto sugesti maupun hetro sugesti dalam kehidupan seharihari memegang peranan yang sangat penting. Banyak hari-hari yang diharapkan oleh individu baik karena auto sugesti maupun karena hetro sugesti. Sering individu merasa sakit-sakitan saja, walaupun secara objektif tidak apa-apa. Tetapi karena ada auto sugestinya maka individu merasa dalam keadaan yang tidak sehat, masih banyak lagi hal-hal yang disebabkan karena auto sugesti ini. c. Faktor Identifikasi Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Misalnya identifikasi seorang anak laki-laki untuk menjadi sama seperti ayahnya atau seorang anak perempuan untuk menjadi sama seperti ibunya. Proses identifikasi ini mula-mula berlangsung secara tidak sadar (secara dengan sendirinya) kemudian irrasional yaitu berdasarkan perasaan-perasaan atau kecendrungan- kecendrungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan yang ketiga identifikasi berguna untuk melengkapi system norma- 21 norma, cita-cita, dan pedoman-pedoman tingkahlaku orang yang mengidentifikasi itu. Mula-mula anak mengidentifikasinya dirinya sendiri dengan orang tuanya, tetapi lambat laun setelah ia dewasa, berkembang di sekolah, maka identifikasi dapat beralih dari orang tuanya kepada orang-orang yang berwatak luhur dan sebagainya d. FaktorSimpati Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidakatas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaiaan perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkahlaku menarik baiknya. Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Seperti pada proses identifikasi, proses simpati pun kadang-kadang berjalan tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaiaan perasaan. 4. Macam-macam interaksi Dari pengertian interaksi sosial yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat diketahui bahwa interaksi sosial tidak hanya terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, melainkan interaksi sosial dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok. Menurut Maryati dan 22 Suryawati dalam Handayani (http://jurnal-sdm.blogspot.com) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1. Interaksi antara individu dan individu. Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan). 2. Interaksi antara individu dan kelompok. Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya. 3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok. Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerjasama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek. Sedangkan pendapat lain dipaparkan oleh Santosa (2004: 27) interaksi sosial terdiri dari empat macam, yaitu : Interaksi antara individu dengan diri pribadi. Interaksi antara individu dengan individu. Interaksi antara individu dengan kelompok. Interaksi antara kelompok dengan kelompok. 5. Aspek-aspek Interaksi Sosial Soekanto (2010:55) menyatakan bahwa suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu : a. Adanya kontak sosial (social contact) Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu :antar individu, antar individu dengan kelompok dan antar kelompok. Selain itu, suatu kontak sosial dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung. b. Adanya komunikasi Komunikasi disini berarti bahwa seseorang memberikan arti kepada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. 23 Dayakisni, (2009:79) mengungkapkan bahwa interaksi sosial individu memiliki aspek-aspek sebagai berikut: a. Adanya interaksi, Setiap hubungan sudah barang tentu terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan individu lain, maupun antara individu dengan kelompok, serta hubungan antara kelompok dengan kelompok. Interaksi b. Ada individu, Setiap interaksi sosial menuntut tampilnya individuindividu yang melaksanakan hubungan. Interaksi sosial itu terjadi karena adanya peran serta dari individu satu dan individu lain, baik secara personal atau kelompok. c. Ada tujuan, Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti mempengaruhi individu lain. d. Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok, interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok ini terjadi karena individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok. Sedangkan menurut Tim Sosiologi dalam Handayani (http://jurnal- sdm.blogspot.com), terdapat empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain : a. b. c. d. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu. C. Siswa Berprestasi Tinggi Menjadi siswa yang berprestasi tinggi di sekolah merupakan menjadi hal yang rumit untuk diwujudkan bagi sebagian siswa, namun sebagian siswa tidak 24 ambil pusing berkaitan hal tersebut. Tidak ada formulasi yang baku berkaitan dengan pengertian siswa yang berprestasi tinggi di sekolah. Siswa dikatakan berprestasi tinggi di suatu sekolah apabila mampu memperoleh hasil belajar yang sangat memuaskan. Namun ada juga yang asumsi yang menyatakan bahwa siswa berprestasi tinggi di sekolah adalah yang mengelompokkan siswa berprestasi sebagai siswa yang mampu meraih peringkat 10 besar. adapula yang hanya beranggapan bahwa siswa berprestasi tinggi di sekolah adalah siswa yang meraih peringkat 3 besar atau bahkan hanya siswa yang meraih rangking 1 atau juara umum saja. Seorang individu yang memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut : 1. Mempunyai tanggung jawab pribadi Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas sekolah atau bertanggung jawab terhadap pekerjaanya, untuk mencapai rasa puas dengan hasil pekerjaan yang merupakan hasil kerjanya sendiri. 2. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar keunggulan Biasanya nilai yang ditentukan lebih tinggi dari standar atau nilai yang mampu dicapai orang lain. Sehingga siswa lebih termotivasi untuk menguasai secara tuntas materi pelajaran. 3. Berusaha bekerja kreatif Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, akan selalu tampak gigih, dan giat untuk mencari cara yang kreatif untuk dapat menyelesaikan tugastugas sekolahnya. 25 4. Berusaha untuk meraih cita-cita Adanya cita-cita yang ingin dicapai dapat meningkatkan usaha siswa untuk berhasil dalam wsetiap kegiatan belajarnya di sekolah. Keberhasilan pada setiap kegiatan yang ada di sekolahdan memperoleh hasil yang baik akan memungkinkan siswa untuk mencapai cita-citanya. 5. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya Siswa yang memilikki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha untuk dapat mengikuti dan menyelesaikan seluruh kegiatan yang di sekolah dengan sebaik-baiknya. 6. Mengadakan antisipasi Maksudnya adalah melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin siswa dialami oleh siswa. Siswa tersebut akan berusaha menyokong persiapan belajarnya. C. Posisi interaksi sosial siswa dalam bimbingan dan konseling Pada masa ini anak dapat menjalin hubungan interaksi sosial yang baik dengan lingkungan rumah, masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Interaksi sosial yang terjalin di sekolah adalah adanya interaksi antara siswa dengan guru dan sesama siswa yang harus dikembangkan, di mana hal ini dapat memperkuat hubungan sosial antara mereka. Interaksi sosial adalah hubungan antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok yang saling mempengaruhi sehingga terjadi hubungan timbal balik dan pada akhirnya membentuk struktur sosial. Setiap interaksi sosial menuntut tampilnya individu melaksanakan hubungan, hubungan yang terjadi 26 dalam interaksi sosial yaitu (1) kerjasama, (2) persesuaian, (3) asimilasi/perpaduan. Bimbingan konseling adalah sebuah layanan yang berorientasi pada siswa. Bimbingan konseling berusaha memahami keberadaan dan kebutuhan siswa, serta membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Dari pemahaman akan kebutuhan siswa itulah, bahkan jika kebijakan yang dibuat pemerintah dalam bidang pendidikan juga merujuk pada pemahaman akan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi siswa. Sebagaimana tugas-tugas yang dilakukan guru kelas ataupun guru bidang studi, guru BK juga tak bisa menghindar dari interaksi dengan siswa. Guru BK berusaha memberikan layanan kepada siswa dengan tujuan agar siswa mencapai kehidupan bermakna bagi diri dan selanjutnya dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungannya. Proses pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya menghasilkan individu siswa yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psikologis. Bimbingan dan konseling (BK) memiliki fungsi dan peranan yang strategis, melalui layanan Bimbingan Konseling. para siswa diharapkan mampu mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mampu merencanakan masa depannya. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka bentuk kegiatan kelompok yang dianggap efektif dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa di lingkungan sekolah adalah melalui layanan bimbingan kelompok. Bimbingan 27 kelompok merupakan suatu kegiatan yang mengandung unsur psikopedagogis yang memanfaatkan dinamika kelompok, dengan jumlah anggota kelompok yang memungkinkan pemimpin kelompok dapat melakukan pendekatan personal, serta dilakukan secara berkesinambungan yang berisi pemberian informasi tentang cara meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa secara lebih mendalam. Informasi tersebut diberikan terutama dengan tujuan memperbaiki dan mengembangkan diri siswa dan pemahaman terhadap cara menjalin interaksi sosial yang baik dengan orang lain. Kegiatan bimbingan kelompok juga dapat membuat anggotanya lebih menghargai pendapat orang lain, dan lebih berani mengungkapkan pendapatnya secara bertanggung jawab. Siswa sebagai anggota kelompok mempunyai hak yang sama untuk melatih diri dalam mengemukakan pendapatnya, membahas masalah yang dialaminya dengan tuntas, dapat saling tukar informasi, memberi saran dan belajar memecahkan masalah yang dihadapi anggota bersama-sama, serta dapat berbagi pengalaman dan diskusi. Apa yang disampaikan dalam bimbingan kelompok diharapkan lebih mengena mengingat bentuk komunikasi yang dijalani bersifat multiarah.