IMPLIKASI KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP DISCRETIONARY ACCRUAL Abdul Haris Email: [email protected] HP. 081939700100 Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715 Abstract: Changes in the world economic system that occurred in late as a result of globalization will affect Indonesian economic and legal system. A number of studies have examined the discretionary accrual, and this study also takes this topic. It investigates the impact of highly ownership concentration on discretionary accrual. The researcher is interested in Indonesian companies that their ownership concentrates on a few owners in form of institution with the majority of Limited Corporation. Samples in this study are firms listed in the Jakarta Stock Exchange 2006-2011. Multiple regression analysis is used to test the hypotesis. The dependent variables are discretionary accrual and the independent variables of the ownership proportion by institutions are measured with the first biggest ownership by institutions. The control variables are leverage, size and return. The result of this study suggests that the companies owned by institutions do discretionary accrual in income decreasing to avoid political cost. Keyword: earnings management, institution ownership, and discrenionary accrual. Hasil studi Carlson dan Bathala, (1997) PENDAHULUAN Perubahan sistim ekonomi dunia yang didasarkan pada pandangan investor institusional terjadi pada akhir-akhir ini yang diakibatkan adalah pemilik sementara (transient owners) yang globalisasi akan mempengaruhi sistim hukum dan hanya berfokus pada current earnings (Porter, ekonomi 1992 dalam Midiastuti dan Machfoedz, 2003). Indonesia. Globalisasi merupakan dan Perubahan yang tidak diinginkan dalam laba peningkatan kegiatan ekonomi dan bisnis antar jangka pendek dapat mengakibatkan investor negara-negara di dunia yang didukung oleh institusional melikuidasi kepemilikan mereka kemajuan teknologi seperti teknologi informasi, karena manajer dianggap berkinerja tidak baik. telekomunikasi dan transportasi. Dengan melikuidasi kepemilikan mereka karena fenomena baru akibat perkembangan Studi ini bertujuan untuk membuktikan apakah ada implikasi negatif konsentrasi manajer dianggap berkinerja tidak baik. Dengan terlikuidasi saham oleh institusi yang berjumlah terhadap besar maka akan mempengaruhi nilai saham discretionary accrual. Studi ini merupakan secara keseluruhan, akibatnya manajer melakukan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Carlson tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka dan Bathala, (1997) dan Rajgofal, et al., (1999) pendek. kepemilikan saham oleh institusi yang menguji pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap manajemen laba. Hasil studi Rajgofal, et al., (1999) yang bisa memperoleh keuntungan dalam mendapatkan dan memproses informasi, sehingga investor 1 institusional dapat melakukan monitoring dengan manajemen perusahaan dengan mendudukkan lebih baik dan tidak mudah percaya dengan anggota tindakan manajemen laba. perusahaan. Dari fakta tersebut maka perusahaan- keluarga di dalam manajemen Hasil kedua penelitian tersebut berbeda perusahaan publik di Indonesia tidak memiliki karena ada perbedaan struktur kepemilikan. pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian, Carlson dan Bathala, (1997) menguji pada sehingga masalah perbedaan kepentingan utama struktur kepemilikan menyebar, Rajgofal, et al., adalah perbedaan kepentingan antara pemilik (1999) kepemilikan mayoritas sebagai pengendali perusahaan dengan terkonsentrasi. Peneliti tertarik untuk melakukan pemilik minoritas (Gunarsih, 2003). Pemilik studi ini karena struktur kepemilikan perusahaan mayoritas mempunyai insentif dan kemampuan publik kepemilikannya untuk memonitor dan mengendalikan manajemen, terkonsentrasi pada sedikit pemilik dalam bentuk sehingga akan mempresentasikan kepentingannya institusi sendiri yang akan merugikan kepentingan pemilik menguji di pada struktur Indonesia dengan mayoritas PT (Perseroan Terbatas). Dari 118 perusahaan yang tercatat dari tahun 2006 – 2012 ada 826 amatan, 883 minoritas (Gunarsih, 2003). Manajemen laba merupakan salah satu perusahaan terdapat kepemilikan institusi, dengan permasalahan kepemilikan maksimal 0,5% maksimal 99,59%, menyajikan laba yang sesuai dengan kepentingan dan hanya kurang dari 10% perusahaan yang manajemen yang mungkin tidak sesuai dengan mempunyai kepemimpinan kepemilikan institusi dibawah keagenan prinsipal. karena manajemen Peluang untuk 42,04% (Gunarsih, 2003). Selain itu Indonesia mendistorsi laba akrual tersebut timbul karena termasuk pasar kurang likuid, sehingga investor GAPP (General Accepted Accounting Principles) tetap memiliki saham dan menggunakan hak memberikan kesempatan bagi manajer untuk suara untuk mempengaruhi perusahaan guna memodifikasi memperoleh return yang lebih baik walaupun menghasilkan earnings yang diinginkan (Watt kinerja perusahaan kurang baik (Maug, 1998). dan Zimmerman, 1986). laporan keuangan untuk La Porta, et al., (1996) menjelaskan bahwa kuat atau lemahnya perlindungan terhadap investor berhubungan dengan tatanan hukum Kepemilikan Institusi sebagai Agen Pengawas (Monitoring Agents) yang diikuti oleh negara yang bersangkutan. Menurut Shleifer dan Vishny (1997) untuk Indonesia dan negara-negara di Asia pada meningkatkan akuntabilitas manajerial, dapat umumnya, termasuk ke dalam negara yang digunakan mekanisme pengawasan oleh institusi mendasarkan pada French Civil Law, dengan memaksa pada insider untuk bertindak lebih hati- salah satu cirinya adalah struktur kepemilikan hati. Peningkatan aktivitas investor institusional perusahaan itu dalam melakukan pengawasan terjadi karena keluarga pemilik perusahaan juga menguasai peningkatan kepemilikan saham oleh institusional yang terkonsentrasi, selain 2 akan mendorong Kepemilikan tindakan saham secara oleh kolektif. institusi Manajemen Laba juga Masalah keagenan sebenarnya muncul berimplikasi negatif terhadap disccreationary ketika prinsipal kesulitan untuk memastikan accrual karena investor institusional tidak mudah bahwa agen bertindak untuk memaksimumkan melikuidasi sahamnya hanya karena adanya kesejahteraan prinsipal. Menurut teori keagenan penurunan laba sekarang (Rajgofal, et al., 1999). salah satu mekanisme yang secara luas digunakan Menurut Zhuang, et al., (2000) yang dan diharapkan dapat menyelaraskan tujuan menguji corporate goverance pada lima negara, prinsipal dan agen adalah melalui mekanisme Indonesia, Repubik Korea, Malaysia, Filipina, pelaporan keuangan (Wolk, et al., 2001). Melalui dan Thailand. Hasilnya adalah tidak efektifnya pelaporan keuangan yang merupakan tanggung Dewan jawab agen, prinsipal dapat mengukur, menilai Direksi, lemahnya pengendalian, lemahnya audit, kurangnya disclosure yang sekaligus mencukupi, kurangnya pelaksana legal, serta Zimmerman, 1986). terkonsentrasinya akuntansi dikenal adanya dasar akrual yang kepemilikan perusahaan. mengawasi kinerja Namun, (Watts karena dalam Dalam kepemilikan terkonsentrasi, pemilik besar mewajibkan (large shareholder-pemilik dengan kepemilikan pendapatan (biaya) yang sudah menjadi hak tinggi) dapat berperan mengawasi manajemen. (kewajiban) dalam periode sekarang, meskipun Menurut Shleifer dan Vishny (1997), pemilik transaksi kasnya besar dapat melakukan pengawasan karena dapat berikutnya, sehingga angka-angka dalam laporan mendapatkan memonitor keuangan mengandung komponen akrual, baik manajemen serta mempunyai hak suara untuk yang berada di bawah kebijakan manajemen menekan manajemen dalam beberapa kasus. (dicretionary) Khususnya pemegang saham dengan kepemilikan discreationary) (Sugiri, 1999). Karena adanya lebih kecenderungan dari informasi 51%, akan dan mempunyai hak perusahaan agen untuk mengakui baru terjadi dalam periode maupun manajer yang tidak untuk (non mencari pengendalian langsung atas perusahaan dan keuntungan sendiri (moral hazard) dan tingkat manajemen. Konsentrasi kepemilikan, selain asimetri informasi yang tinggi, ditambah motif- menguntungkan juga berpotensi menimbulkan motif kerugian. semakin manajemen memanfaatkan pos-pos akrual guna terkonsentrasi maka pemegang saham akan menyajikan laba yang sesuai dengan kepentingan mempresentasikan kepentingan meraka sendiri, yang mungkin tidak sesuai dengan kepentingan yang mungkin berbeda dengan kepentingan prinsipal. Apabila kepemilikan tertentu, memperbesar kemungkinan investor lain, pekerja dan manajer. Potensi Definisi manajemen laba menurut Schipper kerugian kedua adalah pemegang saham akan (1989) sebagai intervensi dalam proses pelaporan menanggung keuangan kepada pihak eksternal yang bertujuan risiko yang kepemilikan tidak terdiversifikasi. besar karena memperoleh keuntungan pribadi untuk 3 stockholders atau manajer. Stockholder akan investor yang berpengalaman (sophisticated) diuntungkan jika yang manajemen laba digunakan bisa memperoleh keuntungan dalam untuk memberi sinyal tentang informasi privat mendapatkan dan memproses informasi. Wang yang dimiliki oleh manajer (Healy dan Palepu, dan William (1994) dan Rajgofal, et al., (1999) 1995), atau untuk mengurangi biaya politik menemukan bahwa investor institusional akan (Watts Zimmerman, 1986). Namun, stockholder melakukan monitoring dengan lebih baik dan akan dirugikan jika manajemen laba digunakan tidak mudah percaya dengan tindakan manajemen untuk laba. menghasilkan keuntungan abnormal pribadi manajer, seperti menaikkan kompensasi Dalam hubungannya dengan kepemilikan (Healy, 1985) atau mengurangi kemungkinan institusional juga terdapat perbedaan dalam pemecahan ketika kinerja manajer bersangkutan corporate governance pada negara dengan pasar rendah (Weisbach, 1988). likuid dan pasar tidak likuid. Maug (1998) menjelaskan bahwa pasar modal likuid akan mengurangi insentif pemilik saham dalam jumlah HIPOTESIS Dalam hubungannya dengan monitoring, besar untuk memonitor perusahaan karena pasar investor institusional diyakini lebih mampu yang memonitor tindakan manajemen dibandingkan menjual saham apabila menerima informasi yang investor individual. Namun bila, dihubungkan tidak menguntungkan dengan tindakan manajemen laba, ada dua Sebaliknya, pada pasar kurang likuid akan pendapat yang bertentangan. Pendapat pertama, memaksa investor untuk tetap memiliki saham yang dan didasarkan pada pandangan investor likuid memungkinkan menggunakan mereka mengenai hak untuk perusahaan. suara untuk institusional adalah pemilik sementara (transient mempengaruhi perusahaan guna memperoleh owners) yang hanya berfokus pada current return yang lebih baik. earnings (Porter, 1992 dalam Midiastuti dan Hasil studi Rajgofal, et al., (1999) tidak menemukan hubungan negatif antara kepemilikan diinginkan dalam laba jangka pendek dapat institusional dengan discretionary accrual. Hasil mengakibatkan investol institusional melikuidasi ini menunjukkan bahwa manajer mengakui kepemilikan mereka sehingga manajer yang bahwa dianggap memiliki Machfoedz, 2003). berkinerja Perubahan tidak yang baik. Dengan investor institusional informasi lebih dibandingkan banyak investor terlikuidasi saham oleh institusi yang berjumlah individual, sehingga investor manajer untuk me- besar maka akan mempengaruhi nilai saham manage laba menjadi kurang bermanfaat karena secara keseluruhan, akibatnya manajer melakukan investor institusional tidak mudah “dibodohi”. tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka Konsisten dengan pendapat bahwa investor pendek (Carlson dan Bathala, 1997). Pendapat institusional tidak berfokus pada laba sekarang kedua , memandang investor institusional sebagai tapi pada kinerja jangka panjang karena investor 4 institusional dapat berperan sebagai agen (NDTAC) atau tingkat akrual yang wajar yang pengawas yang efektif dalam mengendalikan tidak dari rekayasa manajer. perilaku TAC opportunistic manajer yang dapat = laba bersih – arus kas operasi ………………….. (1) diobservasi dari adanya discretionary accrual sehingga yang diusulkan untuk institusi sebagai TACt/Tat-1 = a1 {1/TAt-1} + a2 {ΔSALt/TAt-1} + berikut: a3 {PPEt/TAt-1} + t ……….. (2) NDTAC Sampel penelitian ini adalah perusahaan tercatat di BEI â1 {1/Tat-1} +â2{(ΔSAL1 periode 2006-2012. Â3{PPEt/TAt-1} + t ………. (3) DTACt = TACt/TAt-1 – NDTAC …….. (4) Pemilihan sampel dilakukan dengan purposive Keterangan: yaitu sampel yang memenuhi kriteria antara lain TAC perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria DTAC = discretionary accrual antara lain perusahaan manufaktur yang tercatat TA di BEI, data laporan keuangan tersedia dan DSAL = Perubahan penjualan bersih periode t perusahaan mempublikasikan laporan keuangan DREC = Perubahan piutang bersih periode t auditan PPE dengan – ΔREC)/TAt-1} + METODE PENELITIAN yang = menggunakan tahun buku = total accrual periode t = Total Aktiva periode t = Property, Plant, and Equipment (aktiva tetap) berakhir pada tanggal 31 Desember. a1, a2, a3= Koefisien regresi â1, â2, â3= Fitted coefficient yang diperoleh Variabel dan Data Penelitian dari hasil regresi Variabel penelitian yang digunakan dalam konsentrasi (ΔSAL – ΔREC) dilakukan dengan alasan accrual. lebih mudah bagi manajemen untuk merekayasa Konsentrasi kepemilikan dalam penelitian ini laba dari penjualan kredit dari pada penjualan diukur dengan proksi persentase kepemilikan tunai, atau penjualan kredit merupakan komponen terbesar pertama perusahaan publik oleh institusi DTAC. Sedangkan PPE merupakan bagian dari dalam bentuk PT. total akrual yang berhubungan dengan biaya penelitian kepemilikan ini adalah dan skunder discretionary Discretionary accrual (DTAC) dihitung deprisiasi yang NDTAC. DTAC positif dengan model Jones yang dimodifikasi (Dechow, mencerminkan adanya income increasing dan et al., 1995) untuk mengukur tingkat manajemen sebaliknya income decreasing. laba. Model ini menggunakan total accrual Data yang diperlukan adalah data laporan (TAC) yang diklasifikasikan menjadi komponen keuangan terdiri dari total aset, data piutang, data discretionary (DTAC) yaitu tingkat akrual yang persediaan, data utang, data laba bersih, data abnormal atau merupakan tingkat akrual hasil penjualan, data arus kas, dan data aktiva tetap. rekayasa laba oleh manajer dan non discretionary Data perusahaan yang diperlukan terdiri dari 5 persentase kepemilikan institusi. Semua data ekstrim (Carlson dan Bathala, 1997). diperoleh dari ICMD dan laporan arus kas. Perusahaan yang mempunyai kinerja yang ekstrim akan melakukan Model Analisis memanipulasi laba dengan akun-akun Untuk menguji hipotesis digunakan model 5 discretionary accrual, dengan tujuan sebagai berikut: agar labanya tetap stabil. DTACit = a + b1 INT + b2 LEV + b3 SIZE + b5 a = Konstanta. ROA + e …. (5) e = Error. Keterangan: DTACit = Nilai discretionary accrual sebagai variabel dependen karena variabel ini kemungkinan besarnya INT LEV dipengaruhi persentase oleh kepemilikan Penelitian ini menggunakan metode pooling yaitu menggunakan data time series dan cross section, data perubahan yang berhasil saham oleh institusi. dikumpulkan sebagai sampel sebanyak 113 = Persentase kepemilikan saham oleh perusahaan, institusi mempengaruhi periode pengamatan dari tahun 2006 – 2012 discretionary accrual (sebagai variabel sebanyak 417 sampel. Hasil deskriptif statistik independen). disajikan untuk sampel data terlihat pada Tabel 1. akan dengan total observasi selama = Leverage dapat digunakan untuk mengurangi perilaku utang yang tinggi memungkinkan manajer discretionary accrual. SIZE = Size dihitung dari log asset, perusahaan besar memiliki kemampuan untuk mensinkronkan pendapatan dan laba dengan melakukan discretionary accrual untuk akun-akun yang tidak terjadi berulang-ulang (Carlson dan barhala, 1997), sehingga perusahaan besar lebih Tabel 1. Deskriptif Statistik opportunistic manajemen (Dechow, 1995). Tingkat mampu melakukan manipulasi laba dengan akun-akun discretionary accrual. ROA HASIL PENELITIAN = Laba dibagi dengan total aset, untuk mengontrol pengaruh kinerja yang KPMLK DTAC LEV SIZE ROA Mean Dev. Std. Minimum Maximum N 0,5144 -0,9458 0,7812 5,8101 -0,0158 0,2213 1,6612 0,5675 0,6566 0,2511 0,0974 -31,95 0,0029 4,490 -1,09 0,9632 1,3323 8,3755 7,75 2,49 417 417 417 417 417 Dari Tabel 1 tersebut terlihat bahwa ratarata kepemilikan terbesar pertama oleh institusi (KPMLK) 51,44% serta maksimum kepemilikan saham 96,32% dan kepemilikan minimum 9,74%, hasil ini menggambarkan bahwa rata-rata perusahaan di Indonesia terkonsentrasi pada sedikit pemilik dengan jumlah kepemilikan tiap investor banyak, rata-ratanya lebih 50%. Data proporsi kepemilikan perusahaan publik oleh institusi (non-individu) dengan proporsi tertinggi di tahun 2006 sampai 2012 6 berubah-ubah, tetapi kepemilikan terbesar sampai rata Leverage di atas 50%. lebih dari 90%. Dengan demikian, kepemilikan perusahaan publik di Indonesia dibelanjai dari publik hanya 10% bahkan kurang. Pada tahun utang, sehingga besarnya maksimum utang 2006, terdapat empat perusahaan publik dengan sampai 86% sampai 80%. Besarnya tingkat utang total proporsi kepemilikan institusi lebih dari ini akan meningkatkan risiko kebangkrutan 90%. karena beban bunga yang harus dibayar tiap Rata-rata discretionary accrual (DTAC) periode. Variabel adalah -0,9458 nilai maksimum 1,3323 dan variabel kontrol minimal -31,95 hasil ini menggambarkan bahwa mempunyai utang besar cenderung melakukan perusahaan-perusahaan sampel yang diambil rata- manajemen laba, tingkat utang yang tinggi rata melakukan manajemen laba dalam bentuk memungkinkan income decreasing, hal ini termotivasi untuk dengan akun-akun discretionary accrual. Variasi menghindari pajak yang tumpang tindih dan dari laba berhubungan dengan kebangkrutan, memberatkan, tuntutan kenaikan upah pekerja dengan atau regulasi tertentu, karena perusahaan yang mengurangi estimasi variansi klaim utang yang berhadapan dengan politik cenderung melakukan didasarkan pada volalitas laba. rekayasa penurunan laba untuk menurunkan biaya politik. Hasil rata-rata laba leverage Kebanyakan karena manajer yang (LEV) sebagai perusahaan memanipulasi diatur manajer yang laba dapat Variabel Size menunjukkan rata-rata 5,8 maksimal 7,75 minimal 4,49 ini menunjukkan discretionary accrual bahwa perusahaan-perusahaan sampel memiliki (DTAC) yang negatif ini mungkin juga bisa ukuran perusahaan yang relatif sama dan tidak disebabkan karena rata-rata laba perusahaan terlalu ekstrim. Variabel size dihitung dari log negtif, sampel yang diambil pada periode tersebut aset, pemilihan metode akuntansi. Perusahaan banyak perusahaan yang merugi, kalau angka besar memiliki kemampuan untuk mensinkronkan laba negatif maka hasil discretionary accrual pendapatan (DTAC) menjadi negatif, sampel yang diambil discretionary accrual untuk akun-akun yang tidak pada periode tersebut banyak perusahaan yang terjadi berulang-ulang. dan laba dengan melakukan merugi, kalau angka laba negatif maka hasil Variabel return (ROA) rata-ratanya -1,58% discretionary accrual (DTAC) menjadi negatif, minimal -1,09% maksimal 249%. Dari hasil tapi laba yang negatif tersebut bisa saja terjadi tersebut terlihat bahwa rata-rata return rendah - karena perusahaan menghindari beberapa tekanan 1,58%. Variabel ini untuk mengontrol pengaruh di atas. kinerja yang ekstrim. Perusahaan dengan kinerja Rata-rata Leverage (LEV) adalah 78,12% ekstrim cenderung melakukan manajemen laba. maksimum 838% dan minimum 0,029%, hasil ini mengindikasikan tingginya tingkat risiko rata-rata perusahaan di Indonesia yang tercermin dari rata7 persamaan. Hasil pada Tabel 2 menunjukkan Hasil Uji Diagnostik Uji penyampelan tidak dilakukan karena bahwa tidak ada variabel independen yang sesuai central limit theorm semakin besar sampel, signifikan mempengaruhi absolut residual. Berarti maka model sampling distribution rata-rata akan penelitian ini tidak terkena terdistribusi normal, maka pelanggaran terhadap heterokedastisitas. Semua hasil pengujian pada asumsi normalitas tidak cukup berpengaruh pada Tabel 2 signifikansinya lebih dari 5%, sehingga tingkat risiko tipe I (Sharma, 1996 seperti yang dapat disimpulkan tidak ada variabel independen dikutip Halim dan Hidayat, 1999). Central limit yang signifikan mempengaruhi absolut residual, theorm menyatakan bahwa jika terdapat variabel jadi tidak terjadi heterkodastisitas atau antara random dalam jumlah yang besar dan terdistribusi pengamatan satu dengan pengamatan yang lain secara identik, maka distribusi penjumlahannya variasi residualnya sama. cenderung akan berdistribusi secara normal sejalan dengan meningkatnya jumlah variabel tersebut. Varian central limit theorm menyatakan bahwa walaupun jumlah variabel-variabel tidak cukup besar atau jika variabel-variabel tersebut tidak independen, penjumlahannya masih akan tetap terdistribusi secara normal (Gujarati, 2003). Penelitian ini memiliki sampel Tabel 2. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas untuk Persamaan 5 Signifikansi (Constanta0 0,841 KPMLK 0,660 LEV 0,312 SIZE 0,441 LABA 0,130 Sig. (F-Statistic) 0,463 Dependen variabel: Absolute Residual 60 perusahaan selama 7 tahun pengamatan sehingga Otokorelasi dideteksi dengan DW nilainya jumlah seluruhnya menjadi 417 buah observasi. du<d<4-du’. Jumlah ini menurut central limit theorm sudah kelambatan yang biasanya banyak terjadi pada cukup besar sehingga residual sudah bisa data time series karena data observasi pada diasumsikan memiliki distribusi yang normal periode (sampel size yang digunakan lebih dari 30). kemungkinan besar akan saling ketergantungan. Hasil uji heteroskedastisitas untuk menguji Nilai Otokorelasi sebelumnya DW pada dan Tabel terjadi periode 3 karena sekarang, hasilnya 1,901 adanya variansi residual yang tidak sama antara (persamaan 5) di antara batas bawah (1,209) dan satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam batas atas (2,792), sehingga tidak terdapat penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya otokorelasi. Dari hasil uji ini dapat dikatakan masalah heteroskedastisitas digunakan uji bahwa tidak terjadi ketergantungan data dengan dengan angka absolut data tahun sebelumnya yang terjadi karena persamaan empiris pengamatan data runtut waktu. residual). Glejser Suatu (diuji model dari dikatakan bebas dari heteroskedastisitas jika Uji multikolinearitas digunakan untuk semua variabel independen tidak signifikan mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan mempengaruhi nilai absolut residual dari estimasi asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya 8 hubungan linear antar variabel independen dalam mempunyai koefisien negatif dan signifikan model regresi. Model klasik regresi linier secara statistis. mengharuskan tidak adanya hubungan linier Hasil uji hipotesis pada model persamaan 5 semprna antar variabel-variabel independen di pada dalam model regresi. Asumsi tidak adanya persamaan 5 pada Tabel 3 secara keseluruhan multikolinearitas bahwa model persamaan dapat digunakan ditunjukkan population regression function hanya diikuti dengan nilai Fhitung 3,179 signifikan secara variabel-variabel yang bukan merupakan fungsi statistis pada 5% nilai R2 0,046 dan R2 yang linier sempurna dari satu atau lebih variabel disesuaikan 0,032 menunjukkan bahwa variabel model (Gujarati, 2003). independen mampu memjelaskan variasi dalam Gejala mengharuskan adanya multikolinearitas Tebal 3 secara keseluruhan model bisa variabel dependen hanya sekitar 4,6% (3,2%), hal ditentukan dari VIF (Variance – Inflating – ini mengindikasikan bahwa masih banyak faktor Factor) dan nilai dari toleran (TOL) maupun CI lain yang dapat menjelaskan variabel dependen. (Condition Index). Pada penelitian ini dilihat dari Hasil uji pengujian hipotesis dihasilkan VIP dan CI. Hasil pada Tabel 3 dapat dilihat hasil koefisien VIF meupun CI di bawah 10, jadi tidak ada kepemilikan saham oleh institusi adalah negatif masalah multikolinearitas serius kesuali ROA signifikan (-1,670 dengan a5%) (one tail test). lebih besar dari 10 tetapi kurang dari 30, jadi ada Hal ini mengidentifikasikan bahwa variabel multikolinearitas moderat (Gujarati, 1995). Dari kepemilikan saham oleh institusi adalah negatif hasil ini dapat dikatakan bahwa data yang terhadap discretionary accrual, hal ini konsisten digunakan ada dengan pendapat bahwa investor institusional hubungan antara variabel independen yang satu dapat melakukan monitoring dengan lebih baik dengan variabel independen yang lain, karena dan tidak mudah percaya dengan tindakan kalau hal ini terjadi maka akan mengganggu hasil manajemen laba Rajgofal, et al., (1999). dalam penelitian ini tidak penelitian. variabel INT sebagai pengukur Dari hasil uji ini maka pengawasan oleh investor institusional dapat meningkatkan pengawasan sehingga mampu memaksa para PEMBAHASAN Hasil uji hipotesis untuk menguji apakah insider untuk bertindak lebih hati-hati. proporsi kepemilikan saham oleh Institusi yang Peningkatan aktivitas investor institusional dalam terkonsentrasi pada sedikit pemilik dalam jumlah melakukan besar berpengaruh peningkatan kepemilikan saham oleh institusional negatif terhadap dicretionary accrual. Hipotesis akan mendorong tindakan secara kolektif. Hasil ini akan ditolak bila terbukti variabel INT ini juga konsisten dengan pendapat bahwa pada (singkatan pasar kurang liquid akan memaksa investor untuk (kepemilikan dari mayoritas) kepemilikan oleh institusi) pengawasan terjadi karena tetap memiliki saham dan menggunakan hak 9 suara untuk mempengaruhi perusahaan guna sekarang tapi pada kinerja jangka panjang karena memperoleh return yang lebih baik. investor institusional dapat berperan sebagai agen Kepemilikan saham oleh institusi yang pengawas yang efektif dalam mengendalikan besar, dapat digunakan sebagai pengendali dan perilaku opportunitistic manajer yang dapat tidak mudah melikuidasi sahamnya hanya karena diobservasi dari adanya discretionary accrual. adanya penurunan laba sekarang. Hasil ini Variabel size dengan berhubungan discretionary negatif menunjukkan bahwa manajer mengakui bahwa signifikan accrual, investor institusional lebih banyak memiliki berlawanan dengan prediksi teori akuntansi saham dan menggunakan hak suara untuk positif (Watts dan Zimmerman, 1978). Dalam mempengaruhi perusahaan guna memperoleh teori akuntansi positif dikatakan bahwa semakin return yang lebih baik. besar perusahaan lebih memiliki kemampuan Kepemilikan saham oleh institusi yang untuk mensinkronkan pendapatan dan laba besar, dapat digunakan sebagai pengendali dan dengan melakukan discretionary accrual untuk tidak mudah melikuidasi sahamnya hanya karena akun-akun yang tidak terjadi berulang-ulang adanya penurunan laba sekarang. Hasil ini (Carlson dan bathala, 1997), sehingga perusahaan menunjukkan bahwa manajer mengakui bahwa besar lebih mampu melakukan manipulasi laba investor institusional lebih banyak memiliki dengan akun-akun discretionary accrual. Dalam informasi penelitian dibandingkan investor individual, ini hasilnya berlawanan, karena sehingga motivasi manajer untuk me-manage hasilnya tidak positif tapi negatif, hasil ini laba menjadi kurang bermanfaat karena investor mengindikasikan bahwa perusahaan publik di institusional tidak mudah “di pengaruhi faktor Indonesia dalam skala besar lebih rentan terhadap negatif”. Konsisten dengan pendapat bahwa perubahan ekonomi. investor institusional tidak berfokus pada laba Tabel 3. Hasil Pengujian untuk Persamaan 5 Harapan Konstanta INT LEV ? SIZE + ROA + Dependent Var. :DTAC R-Square : 0,046 Adjust R-Square: 0,032 S E of the Estimate: 1,2813 Pada mempunyai perusahaan daya tahan dalam lebih Koefisien T VIF 1,076 1,552* -0,099 -1,670** 1,104 0,074 1,110 1,249 -0,155 -2,546*** 1,032 0,083 1,256 1,198 Durbin-Watson : 1,984 N(observasi) : 417 F-Statistic : 3,199 Sig. (F-Statistic) : 0,014 skala rendah besar dari perusahaan kecil, terbukti hasil penelitian Halim dan Hidayat C.I 1,000 2,087 4,500 7,563 23,664 (1999), menunjukkan kinerja keuangan pada perusahaan besar mengalami penurunan kinerja lebih besar dari pada 10 perusahaan kecil dan perusahaan-perusahaan menengah, besar sehingga banyak mengindikasikan bahwa investor institusi sebagai yang investor yang berpengalaman (sophisticated) labanya negatif, sehingga mempengaruhi hasil yang tidak mudah percaya dengan tindakan penelitiana ini. manajemen laba. Hasil ini juga konsisten dengan Tabel 3 merupakan hasil regresi persamaan pendapat bahwa pada pasar kurang likuid akan DTACit = a+ b1 INT + b2 LEV + b3 SIZE + b5 ROA memaksa investor untuk tetap memiliki saham +e dan T:hasil thitung, ***signifikan pada a1%, ** mempengaruhi perusahaan guna memperoleh signifikan pada a5% *signifikan pada a10%. CI: return lebih baik. menggunakan hak suara untuk Condition Index, VIF: variance inflation factor, untuk mendeteksi multikolinearitas, DTAC: nilai Saran discretionary accrual, INT: kepemilikan oleh Penelitian berikutnya dapat dilakukan institusi, LEV: Leverage (total hutang dibagi total dengan mempertimbangkan dan memperhatikan asset), SIZE: Size dihitung dari log asset ROA: keterbatasan penelitian ini antara lain proporsi Laba dibagi dengan total asset. Durbin-Watson: kepemilikan untuk menguji otokorelasi. langsung, tanpa mempertimbangkan kepemilikan Variabel dependen tidak langsung, apakah hasilnya konsisten atau DTAC it atau = nilai dicretionary accrual perusahaan i periode t. hanya terbatas kepemilikan tidak. Proporsi kepemilikan diukur dengan Variabel independen = proporsi kepemilikan terbesar pertama, peneliti a) INT: kepemilikan oleh institusi diukur dari selanjutnya dapat menggunakan suatu persentase kepemilikan terbesar pertama oleh pengukuran yang berbeda misalnya Herfindahl institusi. Index untuk mengukur konsentrasi kepemilikan. b) SIZE: Size dihitung dari log asset. Laporan keuangan pada periode krisis mungkin c) ROA: Laba dibagi dengan total asset. juga dapat mengganggu hasil penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR RUJUKAN Carlson, S.J. dan Bathala, C.T. 1997. Ownership Differences and Firm’Income Smoothing Behavior. Journal of Business Finance & Accounting, 24:179-196. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah perusahaan yang dimiliki oleh mayoritas institusi melakukan manajemen laba dalam bentuk income decreasing untuk menghindari biaya politik. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel Dechow, P. 1995. Accounting Earning and Cash Flows as a Measures of Firm Performance: the Role of Accounting Accruals. Journal of Accounting and Economics, 18:13-42. kepemilikan saham oleh institusi adalah negatif terhadap decretionary accrual. Hal ini Sudarmayanti. 2004. Good Governance. Penerbit Mandar Maju/2004/Bandung. 11 Gujarati, D.N. 1995. Basic Econometrics. Edisi 3, McGrawhill. Gunarsih, T. 2003. Pengaruh Struktur Kepemilikan dalam Corporate Governance dan Strategi Diversifikasi terhadap Kinerja Perusahaan. Unpublished Disertasi, Universitas Gajah Mada. Halim, A., dan nasukhi, H. 1999. Pengaruh Krisis Moneter dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Finansial Perusahaan Publik di BEJ: Suatu Penerapan MANOVA. KOMPAK, Juli, 311-337. Healy, P.M. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Acconting Decisions. Journal of Accounting and Economics, Volume 7. Healy, P.M., Palepu, K.G. 1993. The Effect of Firm’s Disclosure Strategies on Stock Price. Accounting Horizon, 1-11. La Porta, R., Florencio, L., dan Shleifer, A. 1996. Law and finance, National Bureau of Economic Research working Paper, >http://www.nber.org/papers/w5661. Marwah M. Diah. 2003. Restrukturisasi BUMN di Indonesia, Privatisasi Atau Korporatisasi. Literata, Jendela Dunia Ilmu. Maug, E. 1998. Large Shareholders AS Monitor: Is there a trade-off between liquidity and control. Journal of Finance 34 (2), 549561. Shleifer, A., dan Vishny, R.W. 1997. A survey of corporate Governance. Journal of Finance 52, 737-783. Sugiri, S. 1999. Earnings management: Teori, Model, dan Bukti Empiris, Telaah: 1-7. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Wang, Z., dan William, T.H. 1994. Accounting Income Smothing and Stockholder Wealth. Journal of Applied Business Research, Summer. Watts, R.L., and Zimmerman, J.L. 1986. Positive Accounting Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prensice-Hall, Inc. Weinbach, M. 1988. Outside Directors and CEO turnover. Journalof Financial Economics, Vol 20. Wolk, H.I., Tearney, M.G., Dodd, J.L. 2001. Accounting Theory-A Conceptual and Institutional Approach. 5th Ed, SouthWestern College Publishing. Zhuang, Juzhong., Edwards, D., Webb, D., Ma. Virginita, A.C.2000. Corporate Governance and Finance in East Asia – a Study of Indonesia, Republic of Korea, Malaysia, Philippines, and Thailand, Asia Development Bank, Manila. Midiastuti, P.P dan Machfoedz, M.2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Oktober, SNA VI, Surabaya. Rajgofal S., Venkatachalam, M., dan Jiambalvo. 1999. Is Institution Ownership Associated with Earnings Management and the Extent to Which Stock Price Reflect Future Earnings. Working Paper, University of Washington Seattle. Schipper, K. 1989. Comentary on Earnings managemen. Accounting Horizons, Volume 3 (Desember) 12