IMPLIKASI KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP

advertisement
IMPLIKASI KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP
DISCRETIONARY ACCRUAL
Abdul Haris
Email: [email protected]
HP. 081939700100
Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo
Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715
Abstract: Changes in the world economic system that occurred in late as a result of globalization will
affect Indonesian economic and legal system. A number of studies have examined the discretionary
accrual, and this study also takes this topic. It investigates the impact of highly ownership
concentration on discretionary accrual. The researcher is interested in Indonesian companies that
their ownership concentrates on a few owners in form of institution with the majority of Limited
Corporation. Samples in this study are firms listed in the Jakarta Stock Exchange 2006-2011. Multiple
regression analysis is used to test the hypotesis. The dependent variables are discretionary accrual
and the independent variables of the ownership proportion by institutions are measured with the first
biggest ownership by institutions. The control variables are leverage, size and return. The result of this
study suggests that the companies owned by institutions do discretionary accrual in income decreasing
to avoid political cost.
Keyword: earnings management, institution ownership, and discrenionary accrual.
Hasil studi Carlson dan Bathala, (1997)
PENDAHULUAN
Perubahan sistim ekonomi dunia yang
didasarkan pada pandangan investor institusional
terjadi pada akhir-akhir ini yang diakibatkan
adalah pemilik sementara (transient owners) yang
globalisasi akan mempengaruhi sistim hukum dan
hanya berfokus pada current earnings (Porter,
ekonomi
1992 dalam Midiastuti dan Machfoedz, 2003).
Indonesia.
Globalisasi
merupakan
dan
Perubahan yang tidak diinginkan dalam laba
peningkatan kegiatan ekonomi dan bisnis antar
jangka pendek dapat mengakibatkan investor
negara-negara di dunia yang didukung oleh
institusional melikuidasi kepemilikan mereka
kemajuan teknologi seperti teknologi informasi,
karena manajer dianggap berkinerja tidak baik.
telekomunikasi dan transportasi.
Dengan melikuidasi kepemilikan mereka karena
fenomena
baru
akibat
perkembangan
Studi ini bertujuan untuk membuktikan
apakah
ada
implikasi
negatif
konsentrasi
manajer dianggap berkinerja tidak baik. Dengan
terlikuidasi saham oleh institusi yang berjumlah
terhadap
besar maka akan mempengaruhi nilai saham
discretionary accrual. Studi ini merupakan
secara keseluruhan, akibatnya manajer melakukan
replikasi penelitian yang dilakukan oleh Carlson
tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka
dan Bathala, (1997) dan Rajgofal, et al., (1999)
pendek.
kepemilikan
saham
oleh
institusi
yang menguji pengaruh konsentrasi kepemilikan
terhadap manajemen laba.
Hasil studi Rajgofal, et al., (1999) yang bisa
memperoleh keuntungan dalam mendapatkan dan
memproses
informasi,
sehingga
investor
1
institusional dapat melakukan monitoring dengan
manajemen perusahaan dengan mendudukkan
lebih baik dan tidak mudah percaya dengan
anggota
tindakan manajemen laba.
perusahaan. Dari fakta tersebut maka perusahaan-
keluarga
di
dalam
manajemen
Hasil kedua penelitian tersebut berbeda
perusahaan publik di Indonesia tidak memiliki
karena ada perbedaan struktur kepemilikan.
pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian,
Carlson dan Bathala, (1997) menguji pada
sehingga masalah perbedaan kepentingan utama
struktur kepemilikan menyebar, Rajgofal, et al.,
adalah perbedaan kepentingan antara pemilik
(1999)
kepemilikan
mayoritas sebagai pengendali perusahaan dengan
terkonsentrasi. Peneliti tertarik untuk melakukan
pemilik minoritas (Gunarsih, 2003). Pemilik
studi ini karena struktur kepemilikan perusahaan
mayoritas mempunyai insentif dan kemampuan
publik
kepemilikannya
untuk memonitor dan mengendalikan manajemen,
terkonsentrasi pada sedikit pemilik dalam bentuk
sehingga akan mempresentasikan kepentingannya
institusi
sendiri yang akan merugikan kepentingan pemilik
menguji
di
pada
struktur
Indonesia
dengan
mayoritas
PT
(Perseroan
Terbatas). Dari 118 perusahaan yang tercatat dari
tahun 2006 – 2012 ada 826 amatan, 883
minoritas (Gunarsih, 2003).
Manajemen laba merupakan salah satu
perusahaan terdapat kepemilikan institusi, dengan
permasalahan
kepemilikan maksimal 0,5% maksimal 99,59%,
menyajikan laba yang sesuai dengan kepentingan
dan hanya kurang dari 10% perusahaan yang
manajemen yang mungkin tidak sesuai dengan
mempunyai
kepemimpinan
kepemilikan
institusi
dibawah
keagenan
prinsipal.
karena
manajemen
Peluang
untuk
42,04% (Gunarsih, 2003). Selain itu Indonesia
mendistorsi laba akrual tersebut timbul karena
termasuk pasar kurang likuid, sehingga investor
GAPP (General Accepted Accounting Principles)
tetap memiliki saham dan menggunakan hak
memberikan kesempatan bagi manajer untuk
suara untuk mempengaruhi perusahaan guna
memodifikasi
memperoleh return yang lebih baik walaupun
menghasilkan earnings yang diinginkan (Watt
kinerja perusahaan kurang baik (Maug, 1998).
dan Zimmerman, 1986).
laporan
keuangan
untuk
La Porta, et al., (1996) menjelaskan bahwa
kuat atau lemahnya
perlindungan terhadap
investor berhubungan dengan tatanan hukum
Kepemilikan Institusi sebagai Agen Pengawas
(Monitoring Agents)
yang diikuti oleh negara yang bersangkutan.
Menurut Shleifer dan Vishny (1997) untuk
Indonesia dan negara-negara di Asia pada
meningkatkan akuntabilitas manajerial, dapat
umumnya, termasuk ke dalam negara yang
digunakan mekanisme pengawasan oleh institusi
mendasarkan pada French Civil Law, dengan
memaksa pada insider untuk bertindak lebih hati-
salah satu cirinya adalah struktur kepemilikan
hati. Peningkatan aktivitas investor institusional
perusahaan
itu
dalam melakukan pengawasan terjadi karena
keluarga pemilik perusahaan juga menguasai
peningkatan kepemilikan saham oleh institusional
yang
terkonsentrasi,
selain
2
akan
mendorong
Kepemilikan
tindakan
saham
secara
oleh
kolektif.
institusi
Manajemen Laba
juga
Masalah
keagenan
sebenarnya
muncul
berimplikasi negatif terhadap disccreationary
ketika prinsipal kesulitan untuk memastikan
accrual karena investor institusional tidak mudah
bahwa agen bertindak untuk memaksimumkan
melikuidasi sahamnya hanya karena adanya
kesejahteraan prinsipal. Menurut teori keagenan
penurunan laba sekarang (Rajgofal, et al., 1999).
salah satu mekanisme yang secara luas digunakan
Menurut Zhuang, et al., (2000) yang
dan diharapkan dapat menyelaraskan tujuan
menguji corporate goverance pada lima negara,
prinsipal dan agen adalah melalui mekanisme
Indonesia, Repubik Korea, Malaysia, Filipina,
pelaporan keuangan (Wolk, et al., 2001). Melalui
dan Thailand. Hasilnya adalah tidak efektifnya
pelaporan keuangan yang merupakan tanggung
Dewan
jawab agen, prinsipal dapat mengukur, menilai
Direksi,
lemahnya
pengendalian,
lemahnya audit, kurangnya disclosure yang
sekaligus
mencukupi, kurangnya pelaksana legal, serta
Zimmerman, 1986).
terkonsentrasinya
akuntansi dikenal adanya dasar akrual yang
kepemilikan
perusahaan.
mengawasi
kinerja
Namun,
(Watts
karena dalam
Dalam kepemilikan terkonsentrasi, pemilik besar
mewajibkan
(large shareholder-pemilik dengan kepemilikan
pendapatan (biaya) yang sudah menjadi hak
tinggi) dapat berperan mengawasi manajemen.
(kewajiban) dalam periode sekarang, meskipun
Menurut Shleifer dan Vishny (1997), pemilik
transaksi kasnya
besar dapat melakukan pengawasan karena dapat
berikutnya, sehingga angka-angka dalam laporan
mendapatkan
memonitor
keuangan mengandung komponen akrual, baik
manajemen serta mempunyai hak suara untuk
yang berada di bawah kebijakan manajemen
menekan manajemen dalam beberapa kasus.
(dicretionary)
Khususnya pemegang saham dengan kepemilikan
discreationary) (Sugiri, 1999). Karena adanya
lebih
kecenderungan
dari
informasi
51%,
akan
dan
mempunyai
hak
perusahaan
agen
untuk
mengakui
baru terjadi dalam periode
maupun
manajer
yang
tidak
untuk
(non
mencari
pengendalian langsung atas perusahaan dan
keuntungan sendiri (moral hazard) dan tingkat
manajemen. Konsentrasi kepemilikan, selain
asimetri informasi yang tinggi, ditambah motif-
menguntungkan juga berpotensi menimbulkan
motif
kerugian.
semakin
manajemen memanfaatkan pos-pos akrual guna
terkonsentrasi maka pemegang saham akan
menyajikan laba yang sesuai dengan kepentingan
mempresentasikan kepentingan meraka sendiri,
yang mungkin tidak sesuai dengan kepentingan
yang mungkin berbeda dengan kepentingan
prinsipal.
Apabila
kepemilikan
tertentu,
memperbesar
kemungkinan
investor lain, pekerja dan manajer. Potensi
Definisi manajemen laba menurut Schipper
kerugian kedua adalah pemegang saham akan
(1989) sebagai intervensi dalam proses pelaporan
menanggung
keuangan kepada pihak eksternal yang bertujuan
risiko
yang
kepemilikan tidak terdiversifikasi.
besar
karena
memperoleh
keuntungan
pribadi
untuk
3
stockholders atau manajer. Stockholder akan
investor yang berpengalaman (sophisticated)
diuntungkan jika
yang
manajemen laba
digunakan
bisa
memperoleh
keuntungan
dalam
untuk memberi sinyal tentang informasi privat
mendapatkan dan memproses informasi. Wang
yang dimiliki oleh manajer (Healy dan Palepu,
dan William (1994) dan Rajgofal, et al., (1999)
1995), atau untuk mengurangi biaya politik
menemukan bahwa investor institusional akan
(Watts Zimmerman, 1986). Namun, stockholder
melakukan monitoring dengan lebih baik dan
akan dirugikan jika manajemen laba digunakan
tidak mudah percaya dengan tindakan manajemen
untuk
laba.
menghasilkan
keuntungan
abnormal
pribadi manajer, seperti menaikkan kompensasi
Dalam hubungannya dengan kepemilikan
(Healy, 1985) atau mengurangi kemungkinan
institusional juga terdapat perbedaan dalam
pemecahan ketika kinerja manajer bersangkutan
corporate governance pada negara dengan pasar
rendah (Weisbach, 1988).
likuid dan pasar tidak likuid. Maug (1998)
menjelaskan bahwa pasar modal likuid akan
mengurangi insentif pemilik saham dalam jumlah
HIPOTESIS
Dalam hubungannya dengan monitoring,
besar untuk memonitor perusahaan karena pasar
investor institusional diyakini lebih mampu
yang
memonitor tindakan manajemen dibandingkan
menjual saham apabila menerima informasi yang
investor individual. Namun bila, dihubungkan
tidak menguntungkan
dengan tindakan manajemen laba, ada dua
Sebaliknya, pada pasar kurang likuid akan
pendapat yang bertentangan. Pendapat pertama,
memaksa investor untuk tetap memiliki saham
yang
dan
didasarkan
pada
pandangan
investor
likuid
memungkinkan
menggunakan
mereka
mengenai
hak
untuk
perusahaan.
suara
untuk
institusional adalah pemilik sementara (transient
mempengaruhi perusahaan guna memperoleh
owners) yang hanya berfokus pada current
return yang lebih baik.
earnings (Porter, 1992 dalam Midiastuti dan
Hasil
studi
Rajgofal,
et
al.,
(1999)
tidak
menemukan hubungan negatif antara kepemilikan
diinginkan dalam laba jangka pendek dapat
institusional dengan discretionary accrual. Hasil
mengakibatkan investol institusional melikuidasi
ini menunjukkan bahwa manajer mengakui
kepemilikan mereka sehingga manajer yang
bahwa
dianggap
memiliki
Machfoedz,
2003).
berkinerja
Perubahan
tidak
yang
baik.
Dengan
investor
institusional
informasi
lebih
dibandingkan
banyak
investor
terlikuidasi saham oleh institusi yang berjumlah
individual, sehingga investor manajer untuk me-
besar maka akan mempengaruhi nilai saham
manage laba menjadi kurang bermanfaat karena
secara keseluruhan, akibatnya manajer melakukan
investor institusional tidak mudah “dibodohi”.
tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka
Konsisten dengan pendapat bahwa investor
pendek (Carlson dan Bathala, 1997). Pendapat
institusional tidak berfokus pada laba sekarang
kedua , memandang investor institusional sebagai
tapi pada kinerja jangka panjang karena investor
4
institusional
dapat
berperan
sebagai
agen
(NDTAC) atau tingkat akrual yang wajar yang
pengawas yang efektif dalam mengendalikan
tidak dari rekayasa manajer.
perilaku
TAC
opportunistic
manajer
yang
dapat
= laba bersih
–
arus
kas
operasi
………………….. (1)
diobservasi dari adanya discretionary accrual
sehingga yang diusulkan untuk institusi sebagai
TACt/Tat-1 = a1 {1/TAt-1} + a2 {ΔSALt/TAt-1} +
berikut:
a3 {PPEt/TAt-1} + t ……….. (2)
NDTAC
Sampel penelitian ini adalah perusahaan
tercatat
di
BEI
â1
{1/Tat-1}
+â2{(ΔSAL1
periode
2006-2012.
Â3{PPEt/TAt-1} + t ………. (3)
DTACt = TACt/TAt-1 – NDTAC …….. (4)
Pemilihan sampel dilakukan dengan purposive
Keterangan:
yaitu sampel yang memenuhi kriteria antara lain
TAC
perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria
DTAC = discretionary accrual
antara lain perusahaan manufaktur yang tercatat
TA
di BEI, data laporan keuangan tersedia dan
DSAL = Perubahan penjualan bersih periode t
perusahaan mempublikasikan laporan keuangan
DREC = Perubahan piutang bersih periode t
auditan
PPE
dengan
–
ΔREC)/TAt-1} +
METODE PENELITIAN
yang
=
menggunakan
tahun
buku
= total accrual periode t
= Total Aktiva periode t
= Property, Plant, and Equipment
(aktiva tetap)
berakhir pada tanggal 31 Desember.
a1, a2, a3= Koefisien regresi
â1, â2, â3= Fitted coefficient yang diperoleh
Variabel dan Data Penelitian
dari hasil regresi
Variabel penelitian yang digunakan dalam
konsentrasi
(ΔSAL – ΔREC) dilakukan dengan alasan
accrual.
lebih mudah bagi manajemen untuk merekayasa
Konsentrasi kepemilikan dalam penelitian ini
laba dari penjualan kredit dari pada penjualan
diukur dengan proksi persentase kepemilikan
tunai, atau penjualan kredit merupakan komponen
terbesar pertama perusahaan publik oleh institusi
DTAC. Sedangkan PPE merupakan bagian dari
dalam bentuk PT.
total akrual yang berhubungan dengan biaya
penelitian
kepemilikan
ini
adalah
dan
skunder
discretionary
Discretionary accrual (DTAC) dihitung
deprisiasi
yang
NDTAC.
DTAC
positif
dengan model Jones yang dimodifikasi (Dechow,
mencerminkan adanya income increasing dan
et al., 1995) untuk mengukur tingkat manajemen
sebaliknya income decreasing.
laba. Model ini menggunakan total accrual
Data yang diperlukan adalah data laporan
(TAC) yang diklasifikasikan menjadi komponen
keuangan terdiri dari total aset, data piutang, data
discretionary (DTAC) yaitu tingkat akrual yang
persediaan, data utang, data laba bersih, data
abnormal atau merupakan tingkat akrual hasil
penjualan, data arus kas, dan data aktiva tetap.
rekayasa laba oleh manajer dan non discretionary
Data perusahaan yang diperlukan terdiri dari
5
persentase kepemilikan institusi. Semua data
ekstrim (Carlson dan Bathala, 1997).
diperoleh dari ICMD dan laporan arus kas.
Perusahaan yang mempunyai kinerja
yang
ekstrim
akan
melakukan
Model Analisis
memanipulasi laba dengan akun-akun
Untuk menguji hipotesis digunakan model 5
discretionary accrual, dengan tujuan
sebagai berikut:
agar labanya tetap stabil.
DTACit = a + b1 INT + b2 LEV + b3 SIZE + b5
a
= Konstanta.
ROA + e …. (5)
e
= Error.
Keterangan:
DTACit = Nilai discretionary accrual sebagai
variabel dependen karena variabel ini
kemungkinan
besarnya
INT
LEV
dipengaruhi
persentase
oleh
kepemilikan
Penelitian ini menggunakan metode pooling
yaitu menggunakan data time series dan cross
section,
data
perubahan
yang
berhasil
saham oleh institusi.
dikumpulkan sebagai sampel sebanyak 113
= Persentase kepemilikan saham oleh
perusahaan,
institusi
mempengaruhi
periode pengamatan dari tahun 2006 – 2012
discretionary accrual (sebagai variabel
sebanyak 417 sampel. Hasil deskriptif statistik
independen).
disajikan untuk sampel data terlihat pada Tabel 1.
akan
dengan
total
observasi
selama
= Leverage dapat digunakan untuk
mengurangi
perilaku
utang
yang
tinggi
memungkinkan
manajer discretionary accrual.
SIZE = Size dihitung dari log asset, perusahaan
besar
memiliki
kemampuan
untuk
mensinkronkan pendapatan dan laba
dengan
melakukan
discretionary
accrual untuk akun-akun yang tidak
terjadi berulang-ulang (Carlson dan
barhala, 1997), sehingga perusahaan
besar
lebih
Tabel 1. Deskriptif Statistik
opportunistic
manajemen (Dechow, 1995). Tingkat
mampu
melakukan
manipulasi laba dengan akun-akun
discretionary accrual.
ROA
HASIL PENELITIAN
= Laba dibagi dengan total aset, untuk
mengontrol pengaruh kinerja yang
KPMLK
DTAC
LEV
SIZE
ROA
Mean
Dev. Std. Minimum Maximum N
0,5144
-0,9458
0,7812
5,8101
-0,0158
0,2213
1,6612
0,5675
0,6566
0,2511
0,0974
-31,95
0,0029
4,490
-1,09
0,9632
1,3323
8,3755
7,75
2,49
417
417
417
417
417
Dari Tabel 1 tersebut terlihat bahwa ratarata kepemilikan terbesar pertama oleh institusi
(KPMLK) 51,44% serta maksimum kepemilikan
saham 96,32% dan
kepemilikan minimum
9,74%, hasil ini menggambarkan bahwa rata-rata
perusahaan di Indonesia terkonsentrasi pada
sedikit pemilik dengan jumlah kepemilikan tiap
investor banyak, rata-ratanya lebih 50%.
Data
proporsi
kepemilikan
perusahaan
publik oleh institusi (non-individu) dengan
proporsi tertinggi di tahun 2006 sampai 2012
6
berubah-ubah, tetapi kepemilikan terbesar sampai
rata
Leverage
di
atas
50%.
lebih dari 90%. Dengan demikian, kepemilikan
perusahaan publik di Indonesia dibelanjai dari
publik hanya 10% bahkan kurang. Pada tahun
utang, sehingga besarnya maksimum utang
2006, terdapat empat perusahaan publik dengan
sampai 86% sampai 80%. Besarnya tingkat utang
total proporsi kepemilikan institusi lebih dari
ini akan meningkatkan risiko kebangkrutan
90%.
karena beban bunga yang harus dibayar tiap
Rata-rata discretionary accrual (DTAC)
periode.
Variabel
adalah -0,9458 nilai maksimum 1,3323 dan
variabel
kontrol
minimal -31,95 hasil ini menggambarkan bahwa
mempunyai utang besar cenderung melakukan
perusahaan-perusahaan sampel yang diambil rata-
manajemen laba, tingkat utang yang tinggi
rata melakukan manajemen laba dalam bentuk
memungkinkan
income decreasing, hal ini termotivasi untuk
dengan akun-akun discretionary accrual. Variasi
menghindari pajak yang tumpang tindih dan
dari laba berhubungan dengan kebangkrutan,
memberatkan, tuntutan kenaikan upah pekerja
dengan
atau regulasi tertentu, karena perusahaan yang
mengurangi estimasi variansi klaim utang yang
berhadapan dengan politik cenderung melakukan
didasarkan pada volalitas laba.
rekayasa penurunan laba untuk menurunkan
biaya politik.
Hasil rata-rata
laba
leverage
Kebanyakan
karena
manajer
yang
(LEV)
sebagai
perusahaan
memanipulasi
diatur
manajer
yang
laba
dapat
Variabel Size menunjukkan rata-rata 5,8
maksimal 7,75 minimal 4,49 ini menunjukkan
discretionary accrual
bahwa perusahaan-perusahaan sampel memiliki
(DTAC) yang negatif ini mungkin juga bisa
ukuran perusahaan yang relatif sama dan tidak
disebabkan karena rata-rata laba perusahaan
terlalu ekstrim. Variabel size dihitung dari log
negtif, sampel yang diambil pada periode tersebut
aset, pemilihan metode akuntansi. Perusahaan
banyak perusahaan yang merugi, kalau angka
besar memiliki kemampuan untuk mensinkronkan
laba negatif maka hasil discretionary accrual
pendapatan
(DTAC) menjadi negatif, sampel yang diambil
discretionary accrual untuk akun-akun yang tidak
pada periode tersebut banyak perusahaan yang
terjadi berulang-ulang.
dan
laba
dengan
melakukan
merugi, kalau angka laba negatif maka hasil
Variabel return (ROA) rata-ratanya -1,58%
discretionary accrual (DTAC) menjadi negatif,
minimal -1,09% maksimal 249%. Dari hasil
tapi laba yang negatif tersebut bisa saja terjadi
tersebut terlihat bahwa rata-rata return rendah -
karena perusahaan menghindari beberapa tekanan
1,58%. Variabel ini untuk mengontrol pengaruh
di atas.
kinerja yang ekstrim. Perusahaan dengan kinerja
Rata-rata Leverage (LEV) adalah 78,12%
ekstrim cenderung melakukan manajemen laba.
maksimum 838% dan minimum 0,029%, hasil ini
mengindikasikan tingginya tingkat risiko rata-rata
perusahaan di Indonesia yang tercermin dari rata7
persamaan. Hasil pada Tabel 2 menunjukkan
Hasil Uji Diagnostik
Uji penyampelan tidak dilakukan karena
bahwa tidak ada variabel independen yang
sesuai central limit theorm semakin besar sampel,
signifikan mempengaruhi absolut residual. Berarti
maka
model
sampling
distribution
rata-rata
akan
penelitian
ini
tidak
terkena
terdistribusi normal, maka pelanggaran terhadap
heterokedastisitas. Semua hasil pengujian pada
asumsi normalitas tidak cukup berpengaruh pada
Tabel 2 signifikansinya lebih dari 5%, sehingga
tingkat risiko tipe I (Sharma, 1996 seperti yang
dapat disimpulkan tidak ada variabel independen
dikutip Halim dan Hidayat, 1999). Central limit
yang signifikan mempengaruhi absolut residual,
theorm menyatakan bahwa jika terdapat variabel
jadi tidak terjadi heterkodastisitas atau antara
random dalam jumlah yang besar dan terdistribusi
pengamatan satu dengan pengamatan yang lain
secara identik, maka distribusi penjumlahannya
variasi residualnya sama.
cenderung akan berdistribusi secara normal
sejalan dengan meningkatnya jumlah variabel
tersebut. Varian central limit theorm menyatakan
bahwa walaupun jumlah variabel-variabel tidak
cukup besar atau jika variabel-variabel tersebut
tidak independen, penjumlahannya masih akan
tetap terdistribusi secara normal (Gujarati, 2003).
Penelitian
ini
memiliki
sampel
Tabel 2. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
untuk Persamaan 5
Signifikansi
(Constanta0
0,841
KPMLK
0,660
LEV
0,312
SIZE
0,441
LABA
0,130
Sig. (F-Statistic)
0,463
Dependen variabel: Absolute Residual
60
perusahaan selama 7 tahun pengamatan sehingga
Otokorelasi dideteksi dengan DW nilainya
jumlah seluruhnya menjadi 417 buah observasi.
du<d<4-du’.
Jumlah ini menurut central limit theorm sudah
kelambatan yang biasanya banyak terjadi pada
cukup besar sehingga residual sudah bisa
data time series karena data observasi pada
diasumsikan memiliki distribusi yang normal
periode
(sampel size yang digunakan lebih dari 30).
kemungkinan besar akan saling ketergantungan.
Hasil uji heteroskedastisitas untuk menguji
Nilai
Otokorelasi
sebelumnya
DW
pada
dan
Tabel
terjadi
periode
3
karena
sekarang,
hasilnya
1,901
adanya variansi residual yang tidak sama antara
(persamaan 5) di antara batas bawah (1,209) dan
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam
batas atas (2,792), sehingga tidak terdapat
penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya
otokorelasi. Dari hasil uji ini dapat dikatakan
masalah heteroskedastisitas
digunakan uji
bahwa tidak terjadi ketergantungan data dengan
dengan
angka
absolut
data tahun sebelumnya yang terjadi karena
persamaan
empiris
pengamatan data runtut waktu.
residual).
Glejser
Suatu
(diuji
model
dari
dikatakan bebas dari heteroskedastisitas jika
Uji
multikolinearitas
digunakan
untuk
semua variabel independen tidak signifikan
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan
mempengaruhi nilai absolut residual dari estimasi
asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya
8
hubungan linear antar variabel independen dalam
mempunyai koefisien negatif dan signifikan
model regresi. Model klasik regresi linier
secara statistis.
mengharuskan tidak adanya hubungan linier
Hasil uji hipotesis pada model persamaan 5
semprna antar variabel-variabel independen di
pada
dalam model regresi. Asumsi tidak adanya
persamaan 5 pada Tabel 3 secara keseluruhan
multikolinearitas
bahwa
model persamaan dapat digunakan ditunjukkan
population regression function hanya diikuti
dengan nilai Fhitung 3,179 signifikan secara
variabel-variabel yang bukan merupakan fungsi
statistis pada 5% nilai R2 0,046 dan R2 yang
linier sempurna dari satu atau lebih variabel
disesuaikan 0,032 menunjukkan bahwa variabel
model (Gujarati, 2003).
independen mampu memjelaskan variasi dalam
Gejala
mengharuskan
adanya
multikolinearitas
Tebal
3
secara
keseluruhan
model
bisa
variabel dependen hanya sekitar 4,6% (3,2%), hal
ditentukan dari VIF (Variance – Inflating –
ini mengindikasikan bahwa masih banyak faktor
Factor) dan nilai dari toleran (TOL) maupun CI
lain yang dapat menjelaskan variabel dependen.
(Condition Index). Pada penelitian ini dilihat dari
Hasil uji pengujian hipotesis dihasilkan
VIP dan CI. Hasil pada Tabel 3 dapat dilihat hasil
koefisien
VIF meupun CI di bawah 10, jadi tidak ada
kepemilikan saham oleh institusi adalah negatif
masalah multikolinearitas serius kesuali ROA
signifikan (-1,670 dengan a5%) (one tail test).
lebih besar dari 10 tetapi kurang dari 30, jadi ada
Hal ini mengidentifikasikan bahwa variabel
multikolinearitas moderat (Gujarati, 1995). Dari
kepemilikan saham oleh institusi adalah negatif
hasil ini dapat dikatakan bahwa data yang
terhadap discretionary accrual, hal ini konsisten
digunakan
ada
dengan pendapat bahwa investor institusional
hubungan antara variabel independen yang satu
dapat melakukan monitoring dengan lebih baik
dengan variabel independen yang lain, karena
dan tidak mudah percaya dengan tindakan
kalau hal ini terjadi maka akan mengganggu hasil
manajemen laba Rajgofal, et al., (1999).
dalam
penelitian
ini
tidak
penelitian.
variabel
INT
sebagai
pengukur
Dari hasil uji ini maka pengawasan oleh
investor
institusional
dapat
meningkatkan
pengawasan sehingga mampu memaksa para
PEMBAHASAN
Hasil uji hipotesis untuk menguji apakah
insider
untuk
bertindak
lebih
hati-hati.
proporsi kepemilikan saham oleh Institusi yang
Peningkatan aktivitas investor institusional dalam
terkonsentrasi pada sedikit pemilik dalam jumlah
melakukan
besar
berpengaruh
peningkatan kepemilikan saham oleh institusional
negatif terhadap dicretionary accrual. Hipotesis
akan mendorong tindakan secara kolektif. Hasil
ini akan ditolak bila terbukti variabel INT
ini juga konsisten dengan pendapat bahwa pada
(singkatan
pasar kurang liquid akan memaksa investor untuk
(kepemilikan
dari
mayoritas)
kepemilikan
oleh
institusi)
pengawasan
terjadi
karena
tetap memiliki saham dan menggunakan hak
9
suara untuk mempengaruhi perusahaan guna
sekarang tapi pada kinerja jangka panjang karena
memperoleh return yang lebih baik.
investor institusional dapat berperan sebagai agen
Kepemilikan saham oleh institusi yang
pengawas yang efektif dalam mengendalikan
besar, dapat digunakan sebagai pengendali dan
perilaku opportunitistic manajer yang dapat
tidak mudah melikuidasi sahamnya hanya karena
diobservasi dari adanya discretionary accrual.
adanya penurunan laba sekarang. Hasil ini
Variabel
size
dengan
berhubungan
discretionary
negatif
menunjukkan bahwa manajer mengakui bahwa
signifikan
accrual,
investor institusional lebih banyak memiliki
berlawanan dengan prediksi teori akuntansi
saham dan menggunakan hak suara untuk
positif (Watts dan Zimmerman, 1978). Dalam
mempengaruhi perusahaan guna memperoleh
teori akuntansi positif dikatakan bahwa semakin
return yang lebih baik.
besar perusahaan lebih memiliki kemampuan
Kepemilikan saham oleh institusi yang
untuk mensinkronkan pendapatan dan laba
besar, dapat digunakan sebagai pengendali dan
dengan melakukan discretionary accrual untuk
tidak mudah melikuidasi sahamnya hanya karena
akun-akun yang tidak terjadi berulang-ulang
adanya penurunan laba sekarang. Hasil ini
(Carlson dan bathala, 1997), sehingga perusahaan
menunjukkan bahwa manajer mengakui bahwa
besar lebih mampu melakukan manipulasi laba
investor institusional lebih banyak memiliki
dengan akun-akun discretionary accrual. Dalam
informasi
penelitian
dibandingkan
investor
individual,
ini
hasilnya
berlawanan,
karena
sehingga motivasi manajer untuk me-manage
hasilnya tidak positif tapi negatif, hasil ini
laba menjadi kurang bermanfaat karena investor
mengindikasikan bahwa perusahaan publik di
institusional tidak mudah “di pengaruhi faktor
Indonesia dalam skala besar lebih rentan terhadap
negatif”. Konsisten dengan pendapat bahwa
perubahan ekonomi.
investor institusional tidak berfokus pada laba
Tabel 3. Hasil Pengujian untuk Persamaan 5
Harapan
Konstanta
INT
LEV
?
SIZE
+
ROA
+
Dependent Var. :DTAC
R-Square
: 0,046
Adjust R-Square: 0,032
S E of the Estimate: 1,2813
Pada
mempunyai
perusahaan
daya
tahan
dalam
lebih
Koefisien
T
VIF
1,076
1,552*
-0,099
-1,670**
1,104
0,074
1,110
1,249
-0,155
-2,546***
1,032
0,083
1,256
1,198
Durbin-Watson : 1,984
N(observasi)
: 417
F-Statistic
: 3,199
Sig. (F-Statistic) : 0,014
skala
rendah
besar
dari
perusahaan kecil, terbukti hasil penelitian Halim
dan
Hidayat
C.I
1,000
2,087
4,500
7,563
23,664
(1999),
menunjukkan
kinerja
keuangan pada perusahaan besar mengalami
penurunan
kinerja
lebih
besar
dari
pada
10
perusahaan
kecil
dan
perusahaan-perusahaan
menengah,
besar
sehingga
banyak
mengindikasikan bahwa investor institusi sebagai
yang
investor yang berpengalaman (sophisticated)
labanya negatif, sehingga mempengaruhi hasil
yang tidak mudah percaya dengan tindakan
penelitiana ini.
manajemen laba. Hasil ini juga konsisten dengan
Tabel 3 merupakan hasil regresi persamaan
pendapat bahwa pada pasar kurang likuid akan
DTACit = a+ b1 INT + b2 LEV + b3 SIZE + b5 ROA
memaksa investor untuk tetap memiliki saham
+e
dan
T:hasil thitung, ***signifikan pada a1%, **
mempengaruhi perusahaan guna memperoleh
signifikan pada a5% *signifikan pada a10%. CI:
return lebih baik.
menggunakan
hak
suara
untuk
Condition Index, VIF: variance inflation factor,
untuk mendeteksi multikolinearitas, DTAC: nilai
Saran
discretionary accrual, INT: kepemilikan oleh
Penelitian
berikutnya
dapat
dilakukan
institusi, LEV: Leverage (total hutang dibagi total
dengan mempertimbangkan dan memperhatikan
asset), SIZE: Size dihitung dari log asset ROA:
keterbatasan penelitian ini antara lain proporsi
Laba dibagi dengan total asset. Durbin-Watson:
kepemilikan
untuk menguji otokorelasi.
langsung, tanpa mempertimbangkan kepemilikan
Variabel dependen
tidak langsung, apakah hasilnya konsisten atau
DTAC
it
atau
=
nilai
dicretionary
accrual
perusahaan i periode t.
hanya
terbatas
kepemilikan
tidak.
Proporsi
kepemilikan
diukur
dengan
Variabel independen =
proporsi kepemilikan terbesar pertama, peneliti
a) INT: kepemilikan oleh institusi diukur dari
selanjutnya
dapat
menggunakan
suatu
persentase kepemilikan terbesar pertama oleh
pengukuran yang berbeda misalnya Herfindahl
institusi.
Index untuk mengukur konsentrasi kepemilikan.
b) SIZE: Size dihitung dari log asset.
Laporan keuangan pada periode krisis mungkin
c) ROA: Laba dibagi dengan total asset.
juga dapat mengganggu hasil penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR RUJUKAN
Carlson, S.J. dan Bathala, C.T. 1997. Ownership
Differences and Firm’Income Smoothing
Behavior. Journal of Business Finance &
Accounting, 24:179-196.
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
perusahaan yang dimiliki oleh mayoritas institusi
melakukan manajemen laba dalam bentuk income
decreasing untuk menghindari biaya politik. Hasil
uji
regresi
menunjukkan
bahwa
variabel
Dechow, P. 1995. Accounting Earning and Cash
Flows as a Measures of Firm
Performance: the Role of Accounting
Accruals. Journal of Accounting and
Economics, 18:13-42.
kepemilikan saham oleh institusi adalah negatif
terhadap
decretionary
accrual.
Hal
ini
Sudarmayanti. 2004. Good Governance. Penerbit
Mandar Maju/2004/Bandung.
11
Gujarati, D.N. 1995. Basic Econometrics. Edisi 3,
McGrawhill.
Gunarsih, T. 2003.
Pengaruh Struktur
Kepemilikan
dalam
Corporate
Governance dan Strategi Diversifikasi
terhadap Kinerja Perusahaan. Unpublished
Disertasi, Universitas Gajah Mada.
Halim, A., dan nasukhi, H. 1999. Pengaruh Krisis
Moneter dan Ukuran Perusahaan terhadap
Kinerja Finansial Perusahaan Publik di
BEJ: Suatu Penerapan MANOVA.
KOMPAK, Juli, 311-337.
Healy, P.M. 1985. The Effect of Bonus Schemes
on Acconting Decisions. Journal of
Accounting and Economics, Volume 7.
Healy, P.M., Palepu, K.G. 1993. The Effect of
Firm’s Disclosure Strategies on Stock
Price. Accounting Horizon, 1-11.
La Porta, R., Florencio, L., dan Shleifer, A. 1996.
Law and finance, National Bureau of
Economic Research working Paper,
>http://www.nber.org/papers/w5661.
Marwah M. Diah. 2003. Restrukturisasi BUMN di
Indonesia, Privatisasi Atau Korporatisasi.
Literata, Jendela Dunia Ilmu.
Maug, E. 1998. Large Shareholders AS Monitor:
Is there a trade-off between liquidity and
control. Journal of Finance 34 (2), 549561.
Shleifer, A., dan Vishny, R.W. 1997. A survey of
corporate Governance. Journal of Finance
52, 737-783.
Sugiri, S. 1999. Earnings management: Teori,
Model, dan Bukti Empiris, Telaah: 1-7.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas.
Wang, Z., dan William, T.H. 1994. Accounting
Income Smothing and Stockholder
Wealth. Journal of Applied Business
Research, Summer.
Watts, R.L., and Zimmerman, J.L. 1986. Positive
Accounting Theory. Englewood Cliffs, NJ:
Prensice-Hall, Inc.
Weinbach, M. 1988. Outside Directors and CEO
turnover. Journalof Financial Economics,
Vol 20.
Wolk, H.I., Tearney, M.G., Dodd, J.L. 2001.
Accounting Theory-A Conceptual and
Institutional Approach. 5th Ed, SouthWestern College Publishing.
Zhuang, Juzhong., Edwards, D., Webb, D., Ma.
Virginita,
A.C.2000.
Corporate
Governance and Finance in East Asia – a
Study of Indonesia, Republic of Korea,
Malaysia, Philippines, and Thailand, Asia
Development Bank, Manila.
Midiastuti, P.P dan Machfoedz, M.2003. Analisis
Hubungan
Mekanisme
Corporate
Governance dan Indikasi Manajemen
Laba. Oktober, SNA VI, Surabaya.
Rajgofal S., Venkatachalam, M., dan Jiambalvo.
1999. Is Institution Ownership Associated
with Earnings Management and the
Extent to Which Stock Price Reflect
Future
Earnings.
Working
Paper,
University of Washington Seattle.
Schipper, K. 1989. Comentary on Earnings
managemen.
Accounting
Horizons,
Volume 3 (Desember)
12
Download