PENGALAMAN CAREGIVER DALAM MERAWAT PASIEN PASCA STROKE DI RUMAH PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDA BARU KOTA TANGERANG SELATAN SKRIPSI Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: ERYTHRINA JULIANTI 109104000022 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Erythrina Julianti NIM : 109104000022 Judul Skripsi : Pengalaman Caregiver dalam Merawat Pasien Pasca Stroke di Rumah pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa semua pernyataan dalam skripsi ini: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jakarta, September 2013 Erythrina Julianti ii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul PENGALAMAN CAREGIVER DALAM MERAWAT PASIEN PASCA STROKE DI RUMAH PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDA BARU KOTA TANGERANG SELATAN Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta DISUSUN OLEH ERYTHRINA JULIANTI 109104000022 Pembimbing I Pembimbing II Uswatun Khasanah, S.Kep, Ns, MNS NIP: 197704012009122003 Maftuhah, M.Kep, Ph.D NIP: 196808082006042001 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul PENGALAMAN CAREGIVER DALAM MERAWAT PASIEN PASCA STROKE DI RUMAH PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDA BARU KOTA TANGERANG SELATAN Telah disusun dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh : Senin, 23 September 2013 Erythrina Julianti NIM: 109104000022 Pembimbing I Pembimbing II Uswatun Khasanah, S.Kep, Ns, MNS NIP: 197704012009122003 Maftuhah, M.Kep, Ph.D NIP: 196808082006042001 Penguji I Penguji II Uswatun Khasanah, S.Kep, Ns, MNS NIP: 197704012009122003 Maftuhah, M.Kep, Ph.D NIP: 196808082006042001 Penguji III Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB NIP: 197311062005012003 iv LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul PENGALAMAN CAREGIVER DALAM MERAWAT PASIEN PASCA STROKE DI RUMAH PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDA BARU KOTA TANGERANG SELATAN Disusun Oleh: ERYTHRINA JULIANTI 109104000022 Jakarta, September 2013 Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM NIP: 197905202009011012 Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr (Hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And v DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Erythrina Julianti Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Juli 1991 Status Pernikahan : Belum menikah Alamat : Pamulang Permai 2 Blok E 60 no.9, RT 002 RW 012. Benda Baru - Tangerang Selatan 15416 Telepon : 021-74635037 / 0856-917-96-805 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri Serua X [1997-2003] 2. SMP Negeri 2 Pamulang/SMP Negeri 9 Kota Tangerang Selatan [2003-2006] 3. SMA Negeri 1 Cisauk/ SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan [2006-2009] Riwayat Organisasi 1. PRAMUKA [2001-2003] 2. PASKIBRA SMPN 2 Pamulang [2003-2005] 3. Sekretaris Umum OSIS SMPN 2 Pamulang [2005-2006] 4. Bendahara ROHIS SMPN 2 Pamulang [2005-2006] 5. Pecinta Alam SMAN 1 Cisauk (Ketua Divisi Rimba Gunung) [2007-2009] 6. BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan [2010-2012] vi Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sesungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap (Q.S. Al-Insyirah 7,9) SKRIPSI INI PENULIS PERSEMBAHANKAN UNTUK... IBUNDA TERCINTA IR. HJ. SITI JAMILAH M.MPD Mama, Do’a mu menjadikanku bersemangat, kasih sayangmu yang membuat diriku semakin kuat. Hingga aku selalu bersabar melalui berbagai rintangan dalam mengejar cita-cita hingga kini cita-cita dan harapan tersebut telah ku gapai. AYAHANDA TERCINTA IR.PAUL KHASANUDDIN (ALM) Papa, akhirnya anakmu kini telah menyelesaikan pendidikan hingga jenjang sarjana, semoga anakmu ini dapat menjadi anak yang berguna bagi bangsa, agama dan keluarga. KELUARGA BESAR H. KARMAN ABBAS SULAIMAN SAHABATKU TERSAYANG.. Yang telah memberikanku support, semangat dikala aku lelah maupun jatuh, serta membantu dalam penelitian serta kesulitan dalam penyusunan skripsi ini... Rosita Juhriati Aisyah Land- J (Fidinia, Novia, Nurul, Geisandra, NurQom, Tami, Nining) L-Family , E.L.F Wifeu~ dan semua teman yang telah memberi support. vii FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, September 2013 Erythrina Julianti, NIM: 109104000022 Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke di Rumah pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan xviii + 100 halaman + 7 lampiran ABSTRAK Caregiver utama yang sebagian besar adalah keluarga, sangat membutuhkan dukungan emosional, informasi, pengetahuan dan keterampilan selama merawat pasien pasca stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman caregiver dalam merawat pasien pasca stroke di rumah dan bagaimana caregiver memaknai pengalaman tersebut. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif, untuk pengambilan data penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam. Informan dipilih dengan tehnik purposive sampling. Informan pada penelitian ini adalah caregiver yang bertugas merawat pasien pasca stroke di rumah. Data dianalisis menggunakan tehnik Burns & Grove. Penelitian ini mengidentifikasi 9 tema, yaitu (1) caregiver yang berperan dalam merawat pasien di rumah, (2) perawatan yang sudah dilakukan oleh caregiver untuk pasien di rumah, (3) Kebutuhan informasi perawatan (4) Hambatan dalam perawatan (5) Sumber dana pengobatan (6) Pengalaman menarik yang dialami caregiver (7) Perubahan yang terjadi pada caregiver (8) Kekohesifan hubungan keluarga dan (9) Harapan caregiver untuk pasien. Hasil penelitian menunjukan bahwa caregiver yang merawat pasien pasca stroke di rumah sebagian besar dilakukan oleh pasangan dari pasien. Perawatan yang dilakukan di rumah oleh caregiver meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, bantuan latihan aktivitas, pemenuhan spiritual, mengatur program pengobatan, serta membantu dalam sosialisasi dengan lingkungan. Dalam melakukan perawatan di rumah, caregiver mengalami beberapa pengalaman baik pengalaman positif seperti bertambah dekatnya pasien dengan keluarga, caregiver dapat mendekatkan diri kepada sang pencipta maupun pengalaman negatif seperti terdapatnya perubahan emosional dan perilaku pada pasien yang membuat perasaan caregiver menjadi sedih serta perubahan dalam keluarga. Pengalaman perawatan tersebut menimbulkan perubahan pada caregiver berupa perubahan psikologis, fisik, sosial dan spiritual pada caregiver keluarga dan berdampak pada kemampuan caregiver dalam merawat pasien. Pelayanan kesehatan seharusnya memberikan informasi yang lengkap terkait perawatan di rumah pasien pasca stroke dan melakukan home visit untuk mengetahui sejauh mana peran caregiver dalam merawat pasien pasca stroke. Selain itu perlu ditingkatkan bantuan dana dari pemerintah untuk menunjang pengobatan maupun rehabilitasi pasien pasca stroke. Kata kunci: pengalaman, caregiver, pasca stroke Daftar bacaan 62 (2000-2013) viii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE NURSING SCIENCE PROGRAM STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, September 2013 Erythrina Julianti, NIM: 109104000022 Caregiver Experience in Taking Care of Post Stroke Patient at Home in the Work Area Puskesmas Benda Baru in South Tangerang City xviii + 100 pages + 7 appendix ABSTRACT Primary caregivers who are mostly family, needs emotional support, information, knowledge, and skills to address the challenges during taking care of stroke patients. This study aims to determine the family caregiver experience in treating post-stroke patients and how to interpret the experience of the family caregiver. The method which is used a qualitative study with descriptive phenomenological approach, for data retrieval research conducted by in-depth interviews. Informants were selected by purposive sampling technique. Informants in this study are the caregiver in charge of caring for post-stroke patients at home. Data were analyzed using the techniques of Burns & Grove. This study identified 9 themes, are (1) the caregiver role in caring for patients at home, (2) treatments that have been performed by the caregiver for the patient at home, (3) Needed of the treatment information (4) Barriers in treatment (5) The source of funding for treatment (6) interesting experience experienced caregiver (7) The changes that occur in caregiver (8) cohesiveness and family relationships (9) The expectations of patient’s caregiver. The results showed that caregivers who were taking care for post-stroke patients at home are mostly done by a mate of patients. The treatment is done at home by a caregiver support includes day-to-day needs, support training activities, spiritual fulfillment, set up treatment programs, as well as assist in the socialization with the environment. In doing home care, caregiver had some interesting experiences both positive experiences such as the family get closer with patients, caregivers can get closer to the almighty or negative experiences such as the presence of emotional and behavioral changes in the patient's caregiver that makes sense to be sad as well as changes in the family . The treatment experience raises the variety of changes in the form of changes in caregiver psychological, physical, social and spiritual caregiver and family caregiver impact to the ability of the family in caring for patients post-stroke at home. Health care services should provide comprehensive information related to homecare patients with post-stroke and home visit to determine how far the role of caregiver. In addition to enhanced help of government funding to support the treatment and rehabilitation of post stroke patients. Keywords: experience, caregiver, post-stroke Reading lists 62 (2000-2013) ix KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikmat-Nya dan karuniaNya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke Di Rumah Pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan”. Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan dan kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaikbaiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr (Hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, MSN selaku sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS dan Ibu Maftuhah M.Kep, Ph.D selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti dan banyak sekali memberikan masukan dan bimbingan pada peneliti. x 4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada bangku kuliah serta staff akademik Bapak Azib Rosyidi, S.Psi dan Ibu Syamsiyah yang telah membantu urusan di kampus. 5. Kepala serta segenap Staf Puskesmas Benda Baru yang memberikan informasi serta data dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti. 6. Orang Tua peneliti yaitu Ir. Paul Khasanuddin (Alm.) dan Ir. Hj. Siti Jamilah, M.MPd yang selalu memberikan kasih sayang tak terhingga kepada anaknya, mendoakan serta memberikan dorongan dan masukan baik materiil maupun non materiil. 7. Keluarga besar peneliti yang selalu memberikan dukungan baik mateiil maupun non materiil. 8. Seluruh teman-teman angkatan 2009 yang selalu saya sayangi, memberikan makna kebersamaan, motivasi, dan membantu saya dalam melaksanakan tugas. Penulis sangat menyadari bahwa pada penyusunan skripsi ini, masih terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna karena keterbatasan yang peneliti miliki, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Ciputat, September 2013 Erythrina Julianti xi DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL ....................................................................................................i LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................ii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................iii LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................vi LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................................vii ABSTRAK ................................................................................................................viii ABSTRACT ..............................................................................................................ix KATA PENGANTAR ..............................................................................................xi DAFTAR ISI .............................................................................................................xiii DAFTAR TABEL ....................................................................................................xv DAFTAR BAGAN ....................................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang ...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................................6 C. Pertanyaan Penelitian .....................................................................................7 D. Tujuan Penelitian ...........................................................................................7 1. Tujuan .....................................................................................................7 E. Manfaat Penelitian .........................................................................................7 1. Manfaat Bagi Akademis ...........................................................................7 xii 2. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan .........................................................7 3. Manfaat Bagi Peneliti ...............................................................................8 4. Manfaat bagi Pasien dan Keluarga ...........................................................8 F. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................9 A. Pengalaman ....................................................................................................9 B. Caregiver .......................................................................................................9 1. Fungsi Caregiver ......................................................................................10 2. Beban pada Caregiver ..............................................................................10 C. Keluarga sebagai Caregiver ...........................................................................11 1. Definisi Keluarga .....................................................................................11 2. Fungsi Keluarga dalam Perawatan Kesehatan .........................................11 3. Peran Keluarga sebagai Pemberi Perawatan (caregiver) .........................12 D. Stroke .............................................................................................................15 1. Definisi Stroke .........................................................................................15 2. Manifestasi Klinis Stroke .........................................................................17 3. Komplikasi Stroke....................................................................................19 4. Penatalaksanaan Klien dengan Stroke .....................................................20 E. Perawatan di Rumah Klien Pasca Stroke .......................................................23 F. Kerangka Teori...............................................................................................31 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ..............................32 A. Kerangka Konsep ...........................................................................................32 xiii B. Definisi Istilah ................................................................................................33 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................34 A. Desain Penelitian ............................................................................................34 B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ........................................................36 C. Instrumen Penelitian.......................................................................................36 D. Informan Penelitian ........................................................................................37 E. Teknik Pengambilan Informan .......................................................................38 F. Tahapan Pengambilan Data ...........................................................................39 G. Teknik Analisis Data ......................................................................................40 H. Validasi Data ..................................................................................................41 I. Etika Penelitian ..............................................................................................43 BAB V HASIL PENELITIAN ..............................................................................44 A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian............................................................44 B. Analisa Tematik Hasil Penelitian ...................................................................44 BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................................71 A. Pembahasan Hasil Penelitian .........................................................................71 B. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................94 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................95 A. Kesimpulan ....................................................................................................95 B. Saran ...............................................................................................................97 1. Pelayanan Keperawatan Komunitas .........................................................97 xiv 2. Bagi penelitian selanjutnya ......................................................................97 3. Bagi Pemerintah .......................................................................................98 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xv DAFTAR TABEL Nomor Tabel Halaman Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk Peran Keluarga sebagai pemberi perawatan (caregiver) ..................................................................................... 13 Tabel 2.2 Penelitian Terkait .......................................................................... 27 Tabel 5.1 Karateristik Informan Utama ......................................................... 45 Tabel 5.2 Tabulasi Hasil Penelitian ............................................................... 71 xvi DAFTAR BAGAN Nomor Bagan Halaman Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................31 Bagan 3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................32 Bagan 4.1 Teknik Analisis Data.........................................................................40 Bagan 5.1. Skema Tema 2...................................................................................53 Bagan 5.2. Skema Tema 3...................................................................................55 Bagan 5.3. Skema Tema 4...................................................................................57 Bagan 5.4. Skema Tema 5...................................................................................59 Bagan 5.5. Skema Tema 6...................................................................................61 Bagan 5.6. Skema Tema 7...................................................................................67 Bagan 5.7. Skema Tema 8...................................................................................68 Bagan 5.8. Skema Tema 9...................................................................................70 xvii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permohonan Izin Studi Pendahuluan di PKM Benda Baru Lampiran 2 Pemberian Izin Studi Pendahuluan dari Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Lampiran 3 Permohonan Izin Penelitian di Kelurahan Benda Baru Lampiran 4 Pemberian Izin Penelitian dari Kelurahan Benda Baru Lampiran 5 Lembar Perizinan Peneliti untuk melakukan wawancara Lampiran 6 Lembar Persetujuan Informan Lampiran 7 Pedoman Wawancara Informan Utama xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, dan menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker (Yayasan Stroke Indonesia, 2009). Stroke merupakan suatu keadaan di mana terdapat suatu gangguan aliran darah ke otak, baik berupa penyumbatan maupun perdarahan. Penyakit stroke sering dianggap sebagai penyakit yang menjangkit para orang tua, namun sekarang ini ada kecenderungan juga bahwa penyakit stroke ini diderita oleh pasien di bawah 40 tahun (WHO, 2004). Hal ini dapat terjadi karena perubahan pola hidup yang mencontoh masyarakat modern, seperti mengonsumsi fast food, kurangnya olahraga, kebiasaan merokok dan faktor-faktor lainnya (Mangoenprasodjo, 2005). Setiap tujuh orang yang meninggal di Indonesia, satu diantaranya karena stroke. Angka kejadian stroke meningkat dengan tajam di Indonesia. Bahkan, menurut survey tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di rumah sakit pemerintah di seluruh penjuru Indonesia (Yayasan Stroke Indonesia, 2009). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa di perkotaan, kematian akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di pedesaan sebesar 11,5% sedangkan di DKI Jakarta sendiri memiliki prevalensi 12,5% dan menduduki peringkat ketiga di Indonesia (Riskesdas, 2007). Prevalensi stroke di provinsi Banten adalah 1 2 7,3%, sedangkan menurut kabupaten/kota prevalensi stroke berkisar antara 2,3-8,9% (Riskesdas, 2007). Tangerang Selatan yang dulunya sebagai kabupaten Tangerang merupakan daerah jenis sub-urban dan merupakan daerah perluasan dari Jakarta Selatan dan kota Tangerang, kasus penyakit seperti stroke sudah mulai banyak berkembang, yaitu terlihat dari persentase penderita stroke di kabupaten Tangerang sebesar 5,9% yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan 7,0% yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan disertai dengan gejala (Dinas kesehatan kota Tangerang, 2010). Pada usia > 60 tahun didapatkan presentase sebesar 1,71% dan penyakit stroke ini menempati penyakit ke-13 yang sering dialami oleh masyarakat kota Tangerang dengan peringkat pertama ditempati oleh Hipertensi yaitu dengan presentase sebesar 12,44% dimana hypertensi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya serangan stroke (Dinas Kesehatan kota Tangerang, 2010). Walaupun di Indonesia sudah dicanangkan beberapa program untuk membantu rehabilitasi stroke seperti homecare dan kunjungan rumah untuk pasien stroke di rumah, tingkat penyembuhan stroke masih rendah, sebanyak 15-30%. Sekitar 25% dari pasien stroke meninggal dalam tahun pertama setelah serangan stroke dan 14-15% mengalami stroke kedua dalam tahun yang sama setelah mengalami stroke pertama (Sustrani, et.al 2003). Berbagai masalah yang mungkin dialami pasien stroke antara lain: kelumpuhan/kelemahan, gangguan keseimbangan, gangguan berbicara atau berkomunikasi, gangguan menelan dan gangguan memori sehingga pasien 3 tersebut memerlukan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya (Mulyatsih, 2008). Keluarga memiliki fungsi untuk menjaga serta memelihara kesehatan (health care function) bagi anggota keluarga yang menderita suatu penyakit. Keluarga dapat menjalankan sebuah peran pendukung yang penting selama periode pemulihan dan rehabilitasi klien. Jika dukungan ini tidak tersedia, keberhasilan pemulihan dan rehabilitasi menurun secara signifikan. Penelitian di bidang kesehatan keluarga secara jelas menunjukkan bahwa keluarga berpengaruh besar pada kesehatan fisik anggota keluarganya (Campbell, 2000 dalam Friedman, 2003). Dukungan dari keluarga dan pemberian perawatan jangka panjang yang tepat membuat penderita stroke dapat memperoleh kembali kualitas hidup mereka, sehingga ketergantungan pasien stroke terhadap orang lain dapat diminimalkan serta proses penyembuhan pada pasien tersebut dapat ditingkatkan. Perawatan pasca stroke di rumah yang dapat dilakukan oleh keluarga meliputi seperti membantu aktivitas fisik, menangani kebersihan diri (personal hygiene), membantu dalam pemberian nutrisi (makan dan minum), kepatuhan pengobatan, mengatasi masalah emosional dan kognitif, pencegahan terjadinya cedera atau jatuh, dan membantu pasien memenuhi kebutuhan spiritual nya (Sustrani, et. al 2003). Hasil penelitian Agustina dkk (2009) tentang Kajian Kebutuhan Perawatan di Rumah bagi Klien dengan Stroke dalam aspek fisik melaporkan adanya bantuan dari pihak lain untuk pemenuhan kebutuhan dari mulai pengaturan nutrisi, eliminasi, pergerakan tubuh, perawatan diri. Untuk aspek 4 emosional, adanya dukungan dari orang terdekat dalam hal ini keluarga yang sangat berperan dalam proses pemulihan kondisi klien. Selain motivasi, perawatan yang diberikan keluarga untuk klien juga dianggap sebagai kebutuhan yang sangat penting (Agustina, et. al 2009). Penelitian lain mengatakan bahwa 75% pasien stroke yang dilakukan penelitian (jumlah sample adalah 40) bahwa mereka yang tinggal dengan keluarga memiliki kemampuan merawat diri dan memiliki tingkat mobilisasi yang lebih maju/ lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak dirawat oleh keluarga. Hal ini terlihat karena besarnya dukungan dari keluarga yang membantu kesembuhan serta emosional dari penderita itu sendiri (Mak, et. al 2006). Dalam merawat pasien dengan keadaan pasca stroke, keluarga juga memiliki hambatan dalam melakukan perawatan tersebut, serta banyak pula efek yang ditimbulkan ketika dalam merawat pasien dengan pasca stroke. Seperti dalam jurnal penelitian tentang stroke yang dilakukan menunjukkan hasil penelitian bahwa perawatan di rumah pada pasien pasca stroke itu berat, serta pada keluarga yang merawat (family caregiver) kebanyakan dari mereka mengalami kelelahan serta stress dan sekitar 40% dari family caregiver mengalami gejala somatik / mengalami gangguan kesehatan juga dikarenakan stress itu sendiri dan daya tahan tubuh yang lemah ( Sit, et. al 2004). Peneliti William E. Haley dari University of South Florida, mengatakan, "Stres yang tinggi dapat menjadi kronis serta tak terkendali dan merawat pasangan cacat dapat meningkatkan risiko stroke pengasuh keluarga sebesar 23%” (www.caringnews.com, 2013). Untuk mengatasi hambatan tersebut sebagian keluarga dapat mencari tahu sendiri tentang perawatan serta 5 mendatangi pusat perkumpulan penderita pasca stroke untuk berbagi pengalaman dan menyelesaikan masalah yang terdapat dalam pelaksanaan perawatan pada pasien pasca stroke (Mak, et.al 2006). Untuk menjelaskan fenomena perawatan stroke oleh keluarga, peneliti melakukan beberapa studi pendahuluan yaitu wawancara pada pasien pasca stroke di wilayah Pamulang, yaitu dua keluarga yang terdapat penderita pasca stroke dan anggota keluarga yang merawat pasien pasca stroke yang sudah sembuh. Responden bernama ibu Z dan ibu M, dan penderita pasca stroke berinisial Tn. E dan Tn. N. Mereka menyatakan bahwa dukungan dan peran keluarga sangat penting untuk pemulihan stroke bahkan mempercepat pemulihan penderita sehingga dapat memenuhi kebutuhan serta melakukan aktivitas seperti sedia kala, dari pernyataan diatas bahwa peningkatan kesehatan pada pasien pasca stroke dapat dicapai lebih cepat dengan bantuan dan partisipasi dari keluarga. Keluarga Tn.E dan Ny.Z mempunyai hambatan berupa keterbatasan ekonomi dalam melakukan perawatan dan anggota keluarga yang merawat yaitu Ny.Z mengalami sedikit perubahan mental selama merawat Tn.E, yaitu merasa sedikit depresi namun Ny.Z dapat mengatasi nya dengan tetap optimis dan meminta bantuan dengan anggota keluarga lain, serta sering berdoa dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Kondisi Tn.E sekarang sudah mulai membaik, namun seringkali terlihat murung dan sering menyendiri ketika waktu senggang, tetapi ketika keluarga berkumpul,Tn.E sangat senang dan semangat melakukan aktivitas. Sedangkan keluarga Ny.M dan Tn.N dengan keadaan ekonomi yang cukup baik dan anggota keluarga yang merawat tidak mengalami perubahan 6 emosional maupun mental, karena sudah kuat dan menerima semua yang terjadi, serta anak mereka seorang mahasiswi keperawatan, sehingga untuk informasi dan cara perawatan sudah mulai terlaksana dengan baik, dan keadaan dari Tn.N sendiri pun terlihat optimis walau semua aktivitas masih dilakukan dengan bantuan minimal. B. Rumusan Masalah Perawatan pasien pasca stroke biasanya membutuhkan perawat maupun fisioterapis yang membantu dalam perawatan tersebut, namun sebenarnya pelaksanaan dengan bantuan keluarga sangatlah penting proses pemulihan pasien stroke. Keluarga sebagai caregiver utama, sangat membutuhkan dukungan emosional, informasi, pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi ketidakpastian dan tantangan yang datang selama merawat pasien stroke. Hasil penelitian Sit et. al (2004) menunjukkan bahwa perawatan di rumah pada pasien pasca stroke itu berat, serta pada keluarga yang merawat (family caregiver) kebanyakan dari mereka mengalami kelelahan serta stress. Permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, memacu penulis untuk mempelajari lebih lanjut tentang pengalaman keluarga merawat pasien pasca stroke di rumah. Untuk memahami bagaimana perasaan dan pengalaman keluarga merawat anggota keluarga pasca stroke di rumah, maka rumusan masalah dalam studi ini adalah “Bagaimana pengalaman caregiver keluarga dalam merawat pasien pasca stroke di rumah pada wilayah kerja Puskesmas Benda Baru kota Tangerang Selatan ?”. 7 C. Pertanyaan Penelitian Bagaimana pengalaman keluarga selama dalam merawat pasien pasca stroke di rumah? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Untuk mengetahui pengalaman caregiver keluarga dalam merawat pasien pasca stroke di rumah pada wilayah kerja Puskesmas Benda Baru kota Tangerang Selatan. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Akademis Secara akademis penelitian ini berguna untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang pengalaman caregiver keluarga dalam dalam merawat pasien pasca stroke di rumah sehingga membantu dalam proses penyembuhan dan pemulihan pasien pasca stroke. 2. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan Memberikan kontribusi pada pelayanan kesehatan di komunitas maupun di rumah sakit. Dapat meningkatkan informasi dan kunjungan rumah (home visit) bagi keluarga pasien pasca stroke untuk melakukan perawatan di rumah guna membantu proses pemulihan pada pasien pasca stroke tersebut. 8 3. Manfaat bagi Peneliti Hasil Penelitian ini akan memperlihatkan pengalaman caregiver keluarga dalam merawat pasien pasca stroke di rumah. Peneliti juga akan mendapatkan informasi baru dalam perawatan pasien stroke di rumah serta dapat mengetahui pengalaman caregiver keluarga masing-masing dalam merawat pasien pasca stroke di rumah sehingga dapat dijadikan sebagai bahan penelitian lebih lanjut dalam pengembangan ilmu keperawatan. 4. Manfaat bagi Pasien dan Keluarga Untuk menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi pasien dan khususnya keluarga dalam melakukan perawatan di rumah secara baik guna membantu proses pemulihan pasien pasca stroke tersebut dan juga membantu keluarga dalam meningkatkan koping untuk menuju kualitas hidup menjadi baik dan sejahtera. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui Gambaran peran keluarga dalam perawatan di rumah pasca stroke di daerah Tangerang Selatan dikarenakan belum pernah dilakukan penelitian tentang hal tersebut di daerah ini dan merupakan daerah perluasan baru yang merupakan sub-urban sehingga dapat dilihat pelaksanaan perawatan di daerah yang peralihan antara desa dan kota tersebut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Pengalaman adalah pengetahuan dan hasil observasi terhadap sesuatu benda atau kejadian. Pengalaman tidak hanya memahami, tetapi merupakan proses aktif dari penemuan dan perubahan dalam memahami situasi nyata (Benner & Wrubel, 1982 dalam Tomey, 2006). Menurut Heidger dan Gadamer (1970, dalam Tomey, 2006), pengalaman adalah hasil dari perubahan yang terjadi pada situasi nyata yang dialami seseorang. Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengalaman adalah perubahan aktif yang dialami seseorang pada situasi nyata dari hasil observasi terhadap kejadian atau mengalami langsung. Pengalaman terdiri dari immediacy of experience yang diartikan sebagai pengalaman baru yang dialami seseorang terhadap suatu kejadian dan subjective experience merupakan persepsi yang dibentuk dari hasil interaksi yang lama dengan kejadian atau situasi kejadian (Emerson, 2009). Dalam hal ini pengalaman caregiver keluarga merupakan pengalaman berdasarkan hasil interaksi yang lama dengan situasi kejadian. B. Caregiver Caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada orang yang mengalami ketidakmampuan dan memerlukan bantuan karena penyakit dan keterbatasannya (Sukmarini, 2009). Caregiver dibagi menjadi caregiver informal dan caregiver formal. Caregiver informal adalah seorang 9 10 individu (anggota keluarga, teman, atau tetangga) yang memberikan perawatan secara keseluruhan, paruh waktu , tinggal bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan caregiver formal adalah caregiver yang merupakan bagian dari system pelayanan baik diberi pembayaran maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009). 1. Fungsi caregiver Fungsi dari caregiver adalah merawat klien yang menderita suatu penyakit termasuk juga menyediaan makanan, membawa klien ke pelayanan kesehatan, dan memberikan dukungan emosional, kasih sayang dan perhatian (Tantono et.al, 2006). Caregiver juga membantu klien dalam mengambil keputusan atau pada stadium akhir penyakitnya, justru caregiver ini yang bertugas membuat keputusan untuk kliennya. Keluarga caregiver merupakan penasihat yang sangat penting dan diperlukan oleh klien (Tantono et.al, 2006) 2. Beban pada caregiver Beban caregiver didefinisikan sebagai tekanan-tekanan mental atau beban yang muncul pada orang yang merawat lansia, penyakit kronis, anggota keluarga atau orang lain yang cacat. Beban caregiver dibagi atas dua yaitu beban subjektif dan beban objektif. Beban subjektif caregiver adalah respon psikologis yang dialami caregiver sebagai akibat perannya dalam merawat klien dengan penyakit. Sedangkan beban objektif caregiver yaitu masalah praktis yang dialami oleh caregiver, seperti masalah keuangan, gangguan pada kesehatan fisik, masalah dalam pekerjaan, dan aktivitas sosial (Sukmarini, 2009). Ada 3 faktor beban 11 caregiver yaitu efek dalam kehidupan pribadi dan sosial caregiver, beban psikologis dan perasaan bersalah. Caregiver harus memberikan sejumlah waktu energi dan uang. Tugas ini seringkali dirasakan tidak menyenangkan, menyebabkan stress psikologis dan melelahkan secara fisik. Beban psikologis yang dirasakan oleh caregiver antara lain rasa malu, marah, tegang, tertekan, lelah, dan tidak pasti (Louw Anneke, 2009). C. Keluarga sebagai Caregiver 1. Definisi keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya untuk menciptakan dan mempertahankan kebudayaannya (Suprajitno, 2004). Menurut Burgess (1963 dalam Friedman, 2003), definisi keluarga diantaranya adalah: 1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. 2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga. 3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan serta saudara (Friedman, 2003). 2. Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga, keluarga sebagai individu (klien) tetap berperan dalam melakukan peran sebagai anggota 12 keluarga. Keluarga mempunyai tugas di bidang perawatan kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. d. Memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya (Suprajitno, 2004). 3. Peran keluarga sebagai pemberi perawatan (Caregiver) Bila salah satu anggota keluarga menderita gangguan kesehatan, satu atau lebih anggota keluarga mengemban peran sebagai pemberi asuhan/caregiver (Friedman, Bowden, dan Jones, 2010). Pemberi perawatan/caregiver adalah seseorang yang secara langsung terlibat dalam perawatan. Di dalam keluarga peran caregiver ini merupakan sebuah peran informal. Peran caregiver adalah membantu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Caregiver berfungsi untuk menjaga keseimbangan /homeostasis atau stabilitas dari keluarga (Friedman, Bowden, dan Jones, 2010). Menurut Wahit Mubarak pemberi perawatan terbesar adalah seorang wanita, wanita lebih kepada mengerjakan perawatan yang lebih sulit seperti buang air, mandi, berpakaian, sedangkan laki-laki lebih kepada kebutuhan finansial, perencanaan perawatan (Mubarak, 2006). 13 Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk Peran keluarga sebagai pemberi perawatan (Caregiver) Diagnosa NANDA NIC NOC Ketegangan peran Caregiver Support (7040) Caregiver Home Care Readiness (2202) pemberi asuhan / Activities: Indicators: Caregiver Role 1) Determine caregiver’s level of knowledge 1) Willingness to assume caregiving role. Strain 2) Determine caregiver’s acceptance of role 2) Participation in desicions about home 3) Accept expressions or negative emotion care. Definisi : 4) Acknowledge difficulties of caregiving role 3) Knowledge about caregiving role. Kesulitan dalam 5) Explore with the caregiver strength and weaknesses 4) Demonstration of positive regard for melakukan peran 6) Acknowledge dependancy of patient on caregiver, as sebagai caregiver. appropriate 7) Make positive statements about caregiver’s efforts Berhubungan dengan: Status kesehatan penerima asuhan dan pemberi asuhan, 8) Encourage caregiver to asssume responbility, as appropriate. care recipient. 5) Knowledge of care recipient’s disease process 6) Knowledge of recommended treatment regimen 9) Provide support for decisions made by caregiver 7) Knowledge of prescribed activity 10) Encourage the acceptance of interdependency among 8) Knowledge of follow up care family members 11) Monitor family interaction problems related to care of 9) Knowledge of financial resources 10) Financial resources for caregiving 14 sumber daya, dan sosioekonomi . patient 12) Monitor for indicators of stress 11) Knowledge of when to contact health professional. 13) Explore with caregiver how she/he is coping 12) Perceived social support for caregiving 14) Teach caregiver stress management techniques 13) Confidence in ability to manage care at 15) Encourage caregiver participation in support groups 16) Inform caregiver of health care and community resources 17) Discuss caregiver limits with patient 18) Support caregiver in setting limits and taking care of self. home. 14) Willingness to involve care recipient in planning care. 15) Evidence of plans for caregiver backup 16) Participation in discharge planning. Measurement Scale 1: Not Adequate 2: Slightly Adequate 3: Moderately adequate 4: Substantially adequate 5: Totally adequate 15 D. Stroke 1. Definisi Stroke a. Pengertian WHO mendefinisikan stroke sebagai sindroma klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih yang dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang menetap tanpa ada penyebab lain selain gangguan pembuluh darah otak ( WHO dalam Truelsen, et. al 2006). Stroke atau serangan otak adalah kondisi abnormal dari pembuluh darah otak, dikarenakan adanya perdarahan pada otak atau adanya pembentukan embolus atau thrombus yang menghambat aliran darah dalam pembuluh darah arteri (Smeltzer & Bare, 2002). Kondisi ini menyebabkan terjadinya iskemia jaringan otak yang seharusnya secara normal diperdarahi oleh pembuluh darah yang telah rusak tersebut (Christenseen & Kockrow, 2005). Stroke mengacu kepada setiap gangguan neurologi mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui suplai arteri otak. (Price & Wilson, 2006). Jadi dapat disimpulkan bahwa stroke adalah gangguan aliran suplai darah ke otak yang terjadi secara mendadak yang dapat menimbulkan kecacatan menetap atau bahkan kematian. b. Etiologi Penyebab terjadinya serangan stroke seperti terlihat dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hal ini disebabkan oleh 16 dua jenis gangguan vaskuler, yaitu : iskemia (pasokan darah yang kurang) atau hemoragik (bocornya darah dari pembuluh darah intra cranial). Keadaan ini dapat terjadi bersamaan atau secara mandiri. Pada keadaan hemoragik akan menyebabkan peningkatan volume otak yang memicu terjadinya peningkatan tekanan intracranial, sehingga membuat daerah otak tertentu menjadi iskemia. Begitu juga sebaliknya, iskemia yang dikarenakan adanya thrombus atau embolus dapat memicu terjadinya perdarahan. Sebuah thrombus dimulai dengan adanya kerusakan lapisan endothelial pada pembuluh darah dan aterosklerosis merupakan penyebab utama (Anne Alexandrov dalam Williams, 2010). Penyebab hampir 70 persen kasus stroke hemoragik terjadi pada klien hipertensi. Kejadian stroke yang lainnya dapat disebabkan karena spasme arteri serebral yang dipicu oleh adanya iritasi, sehingga aliran darah ke otak menurun karena terjadi vasokonstriksi (Smeltzer & Bare, 2002). c. Patofisiologi Patofisiologi atau proses perjalanan penyakit stroke menurut (Black dan Hawk, 2009), dilandasi oleh sifat otak yang sangat sensitive terhadap kehilangan suplai darah, dimana otak tidak dapat melakukan metabolisme anaerob dalam keadaan kurang oksigen dan nutrisi. Kondisi hipoksia otak memicu terjadinya iskemia otak. Iskemia pada jaringan bagian distal termasuk otak yang mendapatkan suplai darah dari arteri terkait disebabkan oleh adanya oklusi pembuluh darah otak. Dampak dari oklusi ini juga terjadi 17 menyebabkan edema disekitar jaringan. Iskemia inilah yang dapat mengganggu metabolisme jaringan otak, karena minimnya suplai oksigen dan nutrisi. Iskemia dalam waktu singkat memicu terjadinya deficit neurologi atau TIA (Transient Iscemic Attact) dan jika aliran darah ke otak ini tidak segera tergantikan maka jaringan otak akan mengalami kerusakan yang irreversible atau infark dalam hitungan menit. Kondisi iskemia yang mengganggu metabolisme otak, sel mati dan terjadi perubahan yang permanent dalam 3- 10 menit (Black & Hawk, 2009). 2. Manifestasi klinik stroke Manifestasi klinik klien yang terkena serangan stroke menurut (Black & Hawk, 2009), bervariasi tergantung pada penyebabnya, luas area neuron yang rusak, lokasi neuron yang terkena serangan, dan kondisi pembuluh darah kolateral di serebral. Manifestasi dari stroke iskemik termasuk hemiparesis sementara, kehilangan fungsi wicara dan hilangnya hemisensori (Black & Hawk, 2009). Stroke dapat dihubungkan dengan area kerusakan neuron otak maupun defisit neurologi, menurut Smeltzer dan Bare (2002) manifestasi klinis dari stroke meliputi: a. Kehilangan Motorik. Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Disfungsi motor yang paling umum adalah Hemiparesis (kelemahan) dan hemiplegia (paralisis pada satu sisi tubuh) sering terjadi setelah stroke, yang biasanya desebabkan karena stroke pada bagian anterior 18 atau bagian tengah arteri serebral, sehingga memicu terjadinya infark bagian motorik dari kortek frontal. b. Aphasia, klien mengalami defisit dalam kemampuan berkomunikasi, termasuk berbicara, membaca, menulis dan memahami bahasa lisan. Terjadi jika pusat bahasa primer yang terletak di hemisfer yang terletak di hemisfer kiri serebelum tidak mendapatkan aliran darah dari arteri serebral tengah karena mengalami stroke, ini terkait erat dengan area wernick dan brocca. c. Disatria, dimana klien mampu memahami percakapan tetapi sulit untuk mengucapkannya, sehingga bicara sulit dimengerti. Hal ini disebabkan oleh terjadinya paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. d. Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya, seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya. e. Disfagia, dimana klien mengalami kesulitan dalam menelan karena stroke pada arteri vertebrobasiler yang mepengaruhi saraf yang mengatur proses menelan, yaitu N V (trigeminus), N VII (facialis), N IX (glossofarengeus) dan N XII (hipoglosus). f. Pada klien stroke juga mengalami perubahan dalam penglihatan seperti diplopia. g. Horner’s syndrome, hal ini disebabkan oleh paralisis nervus simpatis pada mata sehingga bola mata seperti tenggelam, ptosis pada kelopak 19 mata atas, kelopak mata bawah agak naik keatas, kontriksi pupil dan berkurangnya air mata. h. Unilateral neglected merupakan ketidak mampuan merespon stimulus dari sisi kontralateral infark serebral, sehingga mereka sering mengabaikan salah satu sisinya i. Defisit sensori disebabkan oleh stroke pada bagian sensorik dari lobus parietal yang disuplai oleh arteri serebral bagian anterior dan medial. j. Perubahan perilaku, terjadi jika arteri yang terkena stroke bagian otak yang mengatur perilaku dan emosi mempunyai porsi yang bervariasi, yaitu bagian kortek serebral, area temporal, limbik, hipotalamus, kelenjar pituitari yang mempengarui korteks motorik dan area bahasa. k. Inkontinensia baik bowel ataupun kandung kemih merupakan salah satu bentuk neurogenic blader atau ketidakmampuan kandung kemih, yang kadang terjadi setelah stroke. Saraf mengirimkan pesan ke otak tentang pengisian menginterpretasikan kandung secara kemih benar tetapi pesan otak tersebut tidak dapat dan tidak mentransmisikan pesan ke kandung kemih untuk tidak mengeluarkan urin. Ini yang menyebabkan terjadinya frekuensi urgensi dan inkontinensia. (Black & Hawk, 2009) dan (Smeltzer & Bare, 2002) 3. Komplikasi Stroke Komplikasi stroke meliputi Hipoksia Serebral, penurunan aliran darah serebral, dan luasnya area cedera. 20 a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian oksigenasi darah adekuat ke otak. b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (pemberian intarvena) harus menjamin penurunn viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. (Smeltzer & Bare, 2002) 4. Penatalaksanaan Klien dengan Stroke Penanganan klien stroke merupakan tanggung jawab dari semua pihak, baik dari tenaga kesehatan, klien dan juga keluarga. a. Penatalaksanaan Medis. Manajemen medis pada klien stroke adalah sejak awal dilakukan diagnosis sesegera mungkin. Menurut Black dan Hawk (2009) tujuan yang lainnya adalah mempertahankan oksigenasi, mencegah komplikasi dan kekambuhan, serta merehabilitasi klien stroke dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi stroke sejak awal. 2. Mempertahankan oksigenasi serebral untuk mencegah hipoksia dan mencegah peningkatan iskemia serebral. 3. Memulihkan aliran darah serebral. 4. Mencegah komplikasi, misalnya perdarahan, edema serebral, stroke berulang. 21 5. Rehabilitasi setelah stroke. Intervensi ditujukan pada memaksimalkan pemulihan fisik dan kognitif sejak awal serangan stroke (Black & Hawk, 2009). Pada klien dewasa yang mengalami injuri otak dan mengalami kerusakan saraf, dengan dilakukan pembelajaran ulang (relearning) segera dapat menggantikan kemampuan yang telah hilang. b. Penatalaksanaan Keperawatan. Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam penatalaksanaan klien stroke secara umum Menurut Hickey (2003), diantaranya: 1) Pencegahan primer dan sekunder terjadinya stroke merupakan tindakan preventif, dalam mengidentifikasi faktor resiko dan bekerja sama dengan klien tidak hanya memodifikasi faktor resiko tersebut tapi juga dalam mengembangkan pola hidup lebih sehat. 2) Manajemen penanganan klien pada fase akut,sehingga kondisi klien menjadi stabil dan melindungi klien dari kerusakan otak lebih lanjut karena iskemia. 3) Early focus rehabilitation. Rehabilitation dimulai segera setekah klien kondisinya stabil dan perawat perlu bekerjasama dengan tim yang lain untuk mengembangkan rencana perawatan klien.. 4) Discharge planning dan perawatan berkelanjutan bagi klien harus sudah direncanakan program rehabilitasi. 5) Pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga,ini membutuhkan tempat dan waktu yang tepat. Pendidikan kesehatan harus 22 dilakukan secara berkelanjutan setelah klien pulang oleh pemberi layanan kesehatan dikomunitas. c. Program rehabilitasi untuk klien pasca stroke. Program rehabilitasi yang sudah dicanangkan yaitu adanya program homecare yang dilakukan oleh perawat maupun oleh fisioterapi untuk mengembalikan fungsi tubuh dari klien dengan stroke. Program rehabilitasi tahap paska akut dimulai dengan mengevaluasi tingkat ketidakmampuan dan kemampuan yang masih tersisa. Proses evaluasi ini meliputi pemeriksaan neurologis menyeluruh untuk menentukan defisit neurologis yang terjadi, mencari faktor resiko yang dapat menghalangi proses pemulihan, serta mengevaluasi psiko-sosiologik klien dan keluarga. Apabila hal tersebut telah diketahui, maka proses pemulihan dapat dimulai dengan melakukan latihan aktif dan pasif. Latihan mobilisasi pasif dan aktif ini dilakukan dengan menggerakan semua sendi pada anggota gerak yang lumpuh. Apabila terjadi paralisis, maka latihan ROM pasif dapat dilakukan oleh perawat, fisiotherapis atau keluarga klien. Tindakan selanjutnya yaitu melakukan aktivitas elevasi dengan cara meninggikan letak kepala secara bertahap untuk kemudian dicapai posisi setengah duduk dan pada akhirnya posisi duduk. Apabila klien sudah dapat duduk secara aktif, maka latihan berdiri dan berjalan dapat dimulai. Peran keluarga sangat diperlukan dalam latihan berdiri dan berjalan ini untuk meningkatkan keyakinan diri klien mengenai 23 kemampuan mereka. Selain itu klien mulai diperkenalkan program Activity of Daily Living/ADL untuk mengetahui kegiatan sehari-hari yang bisa dilakukan oleh klien dan untuk mengukur tingkat disabilitas klien dapat menggunakan The Barthel Index yang dapat digunakan juga untuk mengetahui sejauh mana ketergantungan pasien. Sedangkan di Puskesmas sendiri sekarang sudah mulai dicanangkan program kunjungan rumah bagi klien dengan stroke, dalam kunjungan rumah tersebut klien pasca stroke dan keluarga diberikan informasi terkait perawatan di rumah, serta kunjungan rumah tersebut juga dapat bekerja sama dengan pihak rumah sakit. E. Perawatan di rumah klien pasca stroke Perawatan di rumah sangat bermanfaat dalam masa transisi setelah klien pulang dari perawatan di rumah sakit rehabilitasi. Perawatan di rumah diperlukan oleh penderita stroke yang memasuki fase subakut atau fase pemulihan serta penderita stroke pada fase lanjut atau kronis. Fase sub akut/pemulihan umumnya berlangsung mulai dari 2 minggu sampai dengan 6 bulan pasca stroke, ditandai oleh adanya pemulihan dan organisasi pada system saraf (Sismadi, 2005). Fase ini merupakan fase penting untuk pemulihan fungsional. Perawatan di rumah seringkali dihubungkan dengan perawat ataupun fisioterapis,namun pada hakikatnya keluarga lah yang dapat merawat secara penuh bagi klien. Menurut Mulyatsih (2008) bahwa perawatan klien pasca stroke di rumah mencakup beberapa hal, diantaranya : 1. Membantu dalam beraktivitas dan mengatasi kelumpuhan/kelemahan. 24 Apabila sewaktu pulang ke rumah klien belum mampu bergerak sendiri, aturlah klien senyaman mungkin, tidur terlentang atau miring ke salah satu sisi, dengan memberikan perhatian pada bagian lengan atau kaki yang mengalami kelumpuhan/lemah. Posisi lengan atau kaki diganjal bantal untuk memperlancar arus balikdarah ke jantung agar mencegah terjadinya edema. Keluarga juga dapat mencegah terjadinya kekakuan pada tangan dan kaki yang lemah dengan latihan gerak sendi minimal dua hari sekali. 2. Mengaktifkan sisi ekstremitas yang lemah. Pada klien yang masih mengalami kelemahan pada anggota gerak atas, beri dukungan kepada klien untuk mengaktifkan tangan yang lemah tersebut. Anjurkan klien makan, minum, mandi atau kegiatan harian lain menggunakan tangan yang masih lemah dibawah pengawasan dari keluarga. Dengan hal tersebut sel-sel otak akan terstimulasi untuk berlatih kembali aktivitas yang dipelajari sebelum sakit. 3. Menciptakan lingkungan yang aman bagi klien. Keluarga hendaknya menjauhkan atau menghindarkan barang atau keadaaan yang dapat membahayakan keselamatan klien, misalnya: nyala api, benda tajam dan benda berbahaya lainnya. Keluarga juga harus menyediakan sesuatu yang dibutuhkan oleh klien dengan menaruhnya di tempat yang mudah dijangkau oleh klien. Kamar mandi juga selalu disediakan keset agar tidak licin, serta penerangan di ruangan pun jangan terlalu silau maupun redup. Tempat tidur disesuaikan dan hendaknya lebih rendah sehingga mencegah jatuh pada klien. 25 4. Membantu dalam keseimbangan dan mencegah terjadinya jatuh. Untuk melatih keseimbangan berdiri, keluarga dapat membantu dengan melatih berjalan dan jika memungkinkan biarkan klien berusaha sendiri, dengan keluarga menemani disamping sisi klien yang lemah. 5. Membantu dalam eliminasi (buang air kecil dan besar) Keluarga dapat menyediakan urinal terutama di malam hari untuk mencegah klien mengompol, dan untuk membantu klien agar tidak mengalami konstipasi yaitu dengan cara memotivasi klien untuk bergerak aktif, mengkonsumsi makanan tinggi serat, minum air putih minimal 8 gelas perhari dan membiasakan duduk di kloset secara teratur. 6. Membantu dalam personal hygiene dan grooming bagi klien. 7. Membantu dalam mengatasai gangguan menelan pada klien. Dalam hal ini yang harus dilakukan keluarga adalah pada saat makan klien duduk di kursi atau makan di tempat tidur dengan duduk tegak 60-90 derajat, ketika klien menelan anjurkan klien untuk memutar kepala ke sisi yang lemah dan menekuk leher dan kepala untuk mempermudah menutupnya jalan nafas ketika klien menelan. 8. Membantu dalam hal berkomunikasi. Pada saat berbicara dengan klien usahakan wajah kita menghadap lurus ke arah klien agar klien bisa melihat gerak bibir dan ekspresi wajah kita. Usahakan berbicara perlahan, tenang, dengan intonasi suara normal jangan berteriak. Anjurkan dan berikan kesempatan kepada klien untuk berkomunikasi secara total, yaitu dengan 26 menggunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh, jangan cemas apabila klien memberikan jawaban yang kurang jelas. 9. Membantu dalam bersosialisasi dengan lingkungan. Klien harus bersosialisasi agar tidak merasa jenuh dan rendah diri. 10. Membantu dalam proses berfikir/kognitif klien. Keluarga dapat mengorientasikan kembali pemahaman klien terhadap tempat, waktu dan orang. Hal lain yang bisa dilakukan dengan mengajak klien untuk mebicarakan masa lalu yang menyenangkan. 11. Memenuhi kebutuhan spiritual dan psikososial klien. Keluarga dapat memberikan support mental dan selalu mengorientasikan klien kepada realita yang terjadi. Keluarga harus bersifat optimis, bahwa klien akan mengalai kemajuan. Selalu berkumpul dengan keluarga dan melakukan ibadah secara bersamaan/ berjamaah untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. 12. Mengatasi gangguan seksual pada klien. Dengan cara konsultasi dengan tim kesehatan dan mempererat hubungan dengan pasangan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. 13. Membantu dalam mengisi waktu luang dan hobi yang dimiliki klien. (Mulyatsih, 2008 dan Sismadi, 2005) Berdasarkan dengan topik penelitian yang akan dilakukan, terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan perawatan di rumah pada klien pasca stroke, keadaan keluarga yang merawat klien pasca stroke, hambatan yang terjadi selama perawatan, hingga perubahan yang terjadi selama pelaksanaan perawatan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di berikut ini. 27 Tabel 2.2 Penelitian Terkait Judul Penelitian Penulis Variabel Metode Penelitian Hasil Penelitian Penelitian Hubungan antara Irdawati dan Pengetahuan Analitik Observasional Selain pengetahuan, sikap dan perilaku faktor pengetahuan dan Winarsih Nur dan Sikap dengan menggunakan yang penting dalam perawatan klien pasca sikap keluarga Ambarwati keluarga desain Cross Sectional. stroke adalah dukungan keluarga Kapasitas dengan perilaku Penderita stroke dapat melakukan aktivitasnya dalam fungsional sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain, meningkatkan klien pasca jika hal tersebut di dukung motivasi dari kapasitas stroke keluarga penderita. fungsional klien pasca stroke Kebutuhan Metode Explanatory Dalam aspek fisik, adanya bantuan dari pihak Kajian kebutuhan Hana Agustina perawatan di Rismadewi, Ayu perawatan rumah bagi klien Prawesti klien yang pengaturan nutrisi, bantuan eliminasi, dengan stroke di Priambodo dan menderita pergerakan tubuh, perawatan diri. Rumah Sakit Irman Somantri stroke di Descriptive. lain untuk pemenuhan kebutuhan dari mulai Dalam aspek emosional, adanya dukungan dari 28 Umum Daerah rumah. orang terdekat dalam hal ini keluarga Cianjur merupakan kebutuhan yang dianggap sangat berperan dalam proses pemulihan kondisi klien Changing needs of Annie KM. Perubahan Deskriptif Korelasional Chinese family Mak , Ann kebutuhan dengan desain within- (jumlah sample adalah 40) bahwa mereka yang caregivers of Mackenzieand Caregiver subjects design tinggal dengan keluarga memiliki kemampuan stroke survivors May H. Lui klien stroke. 75% klien stroke yang dilakukan penelitian merawat diri dan memiliki tingkat mobilisasi yang lebih maju/ lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak dirawat oleh keluarga Dalam mengatasi hambatan sebagian keluarga mencari tahu tentang perawatan serta mendatangi pusat perkumpulan penderita pasca stroke untuk berbagi pengalaman dan menyelesaikan masalah perawatan pada klien pasca stroke. Stroke care in the Janet WH.Sit, Kesehatan Desain cross-sectional Dalam merawat klien stroke, Caregiver home : the impact Thomas KS umum deskriptif mengalami kelelahan serta stress dan sekitar 40% of social support Wong, Michael caregiver klien dari family caregivers mengalami gejala somatik / 29 on the general Clinton, health of family Leonard SW., caregivers and Yee-man. Satisfaction with Jane M. Cramm, Kualitas hidup care as a quality- Mathilde M. H. klien stroke hasil kualitas hidup yang lebih tinggi untuk klien dan keluarga. maupun keluarga. of-life predictor for Strating and stroke stroke mengalami gangguan kesehatan juga dikarenakan stress itu sendiri dan daya tahan tubuh yang lemah Desain Cross-sectional Kepuasan yang lebih tinggi dikaitkan dengan Tenaga proffesional harus menyediakan Anna P. Nieboer patients and their pelayanan suportif yang memadai dan informasi caregivers tentang stroke untuk mencegah penurunan kepuasan Seeking harmony Regina LT.Lee Kesesuaian in the provision of and Esther SB. kebutuhan ada 5 tahap, yaitu: care to the stroke- Mok. perawatan Hidup dengan seimbang klien stroke Memonitor progress pemulihan impaired: views of Grounded Theory Untuk harmonisasi kebutuhan proses perawatan Chinese family Menerima hambatan yang ada caregivers Pertemuan keluarga untuk mengatasi masalah Konsultasi kembali dengan serasi. 30 F. Kerangka Teori Perawatan klien pasca stroke di rumah adalah sebagai bagian dari proses pemulihan klien sehingga klien dapat mencapai kondisi yang optimal, tidak terjadi kekambuhan dan komplikasi (Ignatavicius & Workman, 2010). Sebagaimana Strauss dan Corbin membagi menjadi komponen fisik yaitu klien/ yang menderita suatu penyakit dan organisasi kerja yang terdiri dari pelayanan kesehatan dan keluarga (Tomey, 2006). Perawatan pasca stroke di rumah dapat diinformasikan oleh perawat dari rumah sakit, namun pelaksanaan nya dapat dibantu oleh keluarga di rumah. Sebagaimana fungsi keluarga sendiri meliputi fungsi perawatan kesehatan yang tujuannya untuk menjaga, membantu serta merawat anggota keluarga yang sakit. Peran serta dukungan keluarga akan mempengaruhi dalam perawatan anggota keluarga yang sakit ( Friedman, Jones & Bowden, 2003). Dengan pengalaman klien selama sakit dapat mempengaruhi pandangan klien terhadap dirinya sendiri dan pandangan terhadap keluarga klien. Hal tersebut akan mempengaruhi dari konsep diri dan interaksi klien dengan orang lain. Perawatan di rumah yang dibantu oleh keluarga, maka anggota keluarga yang sakit akan merasa lebih tenang dan nyaman karena dikelilingi oleh orang yang disayanginya. Peran dari pelayanan kesehatan, dalam memberikan informasi, klien itu sendiri, peran keluarga dan lingkungan rumah yang dianggap sebagai lingkungan yang nyaman bagi klien, turut serta dalam peningkatan kesehatan bagi keluarga serta pemulihan dari anggota keluarga yang sakit tersebut dan mencapai kesehatan / kesembuhan yang optimal dan dapat menjalani aktivitas sehari-hari seperti sedia kala. 31 Theory of Trajectory for Chronic Illness by Strauss & Corbin (1988) Faktor Eksternal Family Support Kemampuan Finansial Kualitas Health Care Provider Mempengaruhi Physical Component of Disease Who Suffer the Illness (Patient) Pengalaman klien selama sakit stroke Pandangan terhadap kelemahan pada diri sendiri Hubungan emosional dengan keluarga setelah menderita stroke. Total Organization of Work Family Healthcare Proffesional (Nursing) Fungsi perawatan keluarga Peran sebagai caregiver Managemen penyebab penyakit stroke. Managemen pengaruh hidup dengan sakit stroke Managemen gangguan koping pada klien yang menderita stroke Pengalaman merawat anggota keluarga dengan stroke (Klien) : Anggota keluarga yang merawat Peran keluarga terhadap perawatan Hambatan yang terjadi selama perawatan dan cara keluarga mengatasi hambatan tersebut Perasaan keluarga selama melakukan perawatan di rumah Harapan keluarga terhadap pasien Mempengaruhi Konsep diri klien dan Interaksi klien dengan orang lain setelah mengalami stroke Perawatan di Rumah pada klien pasca stroke Perubahan status kesehatan Klien dan keluarga Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : (Theory of Trajectory for Chronic Illness by Strauss & Corbin (1988) dalam Tomey,2006 dan Social Support System Theory dalam Friedman,2003) BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah ingin mengekplorasi dan mengidentifikasi lebih mendalam tentang pengalaman keluarga dalam merawat pasien pasca stroke di rumah, beserta caregiver yang berperan, hambatan keluarga, cara keluarga dalam mengatasi hambatan, pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga tersebut terhadap perawatan di rumah, dan perasaan serta pengalaman positif dan negatif selama merawat klien. Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan oleh peneliti. Pengalaman keluarga dalam merawat anggota keluarga pasca stroke Caregiver yang bertindak dalam merawat pasien pasca stroke. Pengetahuan keluarga terhadap perawatan pasca stroke Peran keluarga terhadap perawatan pasca stroke Hambatan serta perubahan yang terjadi dan cara keluarga mengatasi hambatan yang ada Perasaan keluarga selama melakukan perawatan (Pengalaman positif Pengalaman negatif yang dialami) Bagan 3.1 Kerangka Konseptual Sumber (Caplan, 1976, dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003) 34 35 B. Definisi Istilah 1. Pengalaman Perubahan aktif yang dialami seseorang pada situasi nyata dari hasil observasi terhadap kejadian atau mengalami langsung (Tomey, 2006). 2. Perawatan di Rumah Suatu aktivitas yang dilakukan oleh keluarga atau pengasuh di rumah untuk mengembalikan fungsi normal, memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi klien yang menderita sakit sehingga dapat terpenuhi kebutuhannya serta menjalani aktivitas kembali seperti sedia kala (Mulyatsih, 2008). 3. Pasca Stroke Kondisi individu setelah terserang stroke (brain attack) sehingga mengakibatkan kelumpuhan pada individu dan pada umumnya akan berdampak pada fisik dan psikologis individu (Smeltzer & Bare, 2002). 4. Caregiver Keluarga Caregiver keluarga didefinisikan sebagai individu yang memberikan asuhan keperawatan berkelanjutan secara sungguh-sungguh setiap hari bagi anggota keluarganya yang menderita penyakit kronis (Pfeiffer EA dalam Tantono, 2006) 5. Pengalaman Keluarga Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif. BAB IV METODE PENELITIAN Di dalam bab ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, tahapan pengambilan data, tahapan pengolahan dan analisis data dan etika penelitian yang digunakan. Metode penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian dan untuk menjawab topik yang akan diteliti. A. Desain penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian ini merupakan metode penyelidikan untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan, dilakukan secara sistematik menggunakan prosedur untuk menjawab pertanyaan, menghasilkan suatu temuan yang dapat dipakai melebihi batasan-batasan penelitian yang terdapat pada penelitian kuantitatif (Saryono & Mekar, 2010). Desain yang digunakan adalah deskriptif dimana penelitian deskriptif ini dapat dikatakan observasi klinis dan dapat mengarah ke studi eksplorasi (Polit & Beck, 2004). Pada penelitian ini pendekatan desain deskriptif yang digunakan adalah pendekatan Deskriptif Fenomenologi. Deskriptif Fenomenologi merupakan pendekatan yang menjelaskan fakta-fakta atau fenomena tersebut dan berusaha memahami tingkah laku manusia berdasarkan perspektif informan. Penelitian ini berfokus kepada penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat pada fenomena (Polit & Beck 2004). Peneliti menggunakan penelitian kualitatif fenomenologi ini untuk 34 35 menggambarkan riwayat hidup seseorang dengan cara menguraikan arti dan makna hidup serta informan akan menceritakan pengalaman mengenai suatu peristiwa yang dialaminya. Spigelberg (1975 dalam Streubert & Carpenter, 2003) mengemukakan ada tiga tahapan dalam studi fenomenologi deskriptif, yaitu: 1. Tahap intuiting, peneliti mengumpulkan data dengan cara mengeksplorasi pengalaman informan tentang fenomena yang diteliti (Struebert & Carpenter, 2003). Peneliti menggali data lebih dalam dengan menerapkan batas-batas penelitian, mengumpulkan informasi melalui pengamatan, wawancara, dokumen, bahan-bahan visual serta menerapkan aturan untuk mencatat informasi. 2. Tahap kedua yaitu analyzing, dimana peneliti akan mengidentifikasi pengalaman yang akan diteliti. peneliti menyatukan diri dengan hasil pendataan dengan cara mendengarkan deskripsi individu tentang pengalamannya kemudian mempelajari data yang telah ditranskripkan dan ditelaah berulang-ulang. Peneliti mengidentifikasi esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang didapat. Peneliti kemudian mengeksplorasi hubungan dan keterkaitan antara elemen-elemen tertentu dengan fenomena tersebut. Peneliti mengidentifikasi tema-tema arti dan makna tentang pengalaman keluarga berdasarkan data yang diperoleh dari transkrip wawancara dengan informan guna menjamin keakuratan dan kemurnian hasil penelitian. 3. Tahap ketiga yaitu describing, merupakan tahap ketiga, dimana peneliti menuliskan laporan data yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk 36 mengkomunikasikan hasil penelitian fenomenologi deskriptif kepada pembaca. Peneliti mengkomunikasikan dan memberikan gambaran tertulis dari elemen kritikal yang didasarkan pada pengklarifikasian dan pengelompokan fenomena (Streubert & Carpenter, 2003). B. Lokasi penelitian dan Waktu penelitian Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru kota Tangerang Selatan. Tempat tersebut dipilih dikarenakan belum pernah ada dilakukan penelitian tentang hal tersebut di daerah ini dan daerah Tangerang Selatan ini merupakan daerah perluasan baru yang merupakan sub-urban sehingga dapat dilihat pelaksanaan perawatan rumah di daerah yang peralihan antara desa dan kota tersebut dimana informasi mengenai perawatan di daerah perkotaan lebih lengkap dan memadai terhadap pasien pasca stroke dibandingkan dengan informasi yang didapatkan di daerah pedesaan. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap persiapan, penelitian dan penyusunan laporan lengkap. Untuk tahap persiapan dimulai pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013. Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan penyusunan proposal penelitian serta studi pendahuluan dan studi kepustakaan. Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juni 2013. Selanjutnya setelah proses pengumpulan data penelitian selesai maka dilanjutkan dengan tahap analisis data serta penyusunan laporan lengkap yang dilakukan bulan Juli 2013. C. Instrumen penelitian Menurut Moleong (2010) pada penelitian kualitatif instrumen utama 37 dalam pengumpulan data yaitu peneliti itu sendiri. Sedangkan instrumen pelengkap yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Panduan wawancara mendalam (indepth interview) dengan bantuan alat tulis dan tape recorder, di mana instrumen ini digunakan untuk menggali informasi yang dibutuhkan dalam mengetahui pengalaman keluarga dalam merawat pasien pasca stroke di rumah. 2. Selain menggunakan panduan wawancara mendalam, peneliti juga menggunakan catatan lapangan sebagai alat bantu dalam studi dokumentasi dan format observasi untuk pengumpulan data sekunder, dimana catatan lapangan ini menunjukkan ekspresi nonverbal dari informan. 3. Peneliti juga menggunakan Barthel Index sebagai alat bantu dalam mengetahui disabilitas dari pasien pasca stroke (Moleong, 2010). D. Informan Penelitian Sampel adalah sebagian dari populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Sabri & Hastono, 2006). Sampel dalam penelitian ini disebut Informan adalah keluarga dengan anggota keluarga mengalami pasca stroke dan sudah menjalani perawatan di rumah (rehabilitasi) di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru kelurahan Benda Baru. 1. Informan Utama Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan pasien pasca stroke. Setelah melakukan studi pendahuluan ke Puskesmas Benda Baru didapatkan pasien dengan pasca stroke berjumlah tujuh pasien pasca 38 stroke dan caregiver dari masing-masing keluarga akan dijadikan informan. Sedangkan untuk uji coba wawancara dilakukan pada dua caregiver keluarga dengan memiliki anggota keluarga pasca stroke di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Informan yang peneliti ambil sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan yaitu : 1. Bersedia menjadi informan 2. Memiliki anggota keluarga dengan penyakit stroke dan dalam tahap pemulihan (rehabilitasi) /pasca stroke. 3. Informan merupakan caregiver / yang merawat pasien pasca stroke di rumah. E. Teknik pengambilan informan Metode pengambilan informan yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian ini adalah non-probability sampling dimana tiap anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan informan. Teknik yang digunakan peneliti adalah non-probability sampling teknik purposive sampling yang digunakan jika penetapan sampel didasarkan atas kriteriakriteria tertentu. Alasan peneliti menggunakan teknik purposive sampling ini adalah agar informasi yang didapatkan diperoleh secara maksimal. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti. Dimana keluarga yang merawat pasien dengan pasca stroke di wilayah tersebut dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dapat dijadikan 39 sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan (Djam’an dan Aan, 2010). F. Tahapan pengambilan data Dalam proses pengumpulan data , ada beberapa metode yang dapat dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan kaidah penelitian kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder. 1. Data Primer Dalam memperoleh data primer, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan. Wawancara tersebut dilakukan dengan cara menanyakan sesuatu kepada informan dan bercakap-cakap secara langsung (face to face). Berikut adalah tahapan pengambilan data yang akan dilakukan peneliti: a. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan minimal selama 30 menit dan maksimal 60 menit untuk mengetahui pengalaman yang dialami informan secara spesifik dan informan akan menceritakan semua pengalamannya dengan jelas dan lengkap. b. Wawancara yang dilakukan akan direkam dengan tape recorder agar semua pembicaraan akan terekam dan tidak ada yang terlewat. c. Peneliti akan melakukan wawancara dengan bantuan seorang teman yang bertugas untuk membuat hasil wawancara secara tertulis dan sudah diberikan izin oleh informan untuk pengambilan data dengan menyertai orang lain selain peneliti. 40 2. Data Sekunder Peneliti membuat catatan lapangan / field note untuk mencatat ekspresi, mimik, maupun respon informan dengan hal tersebut peneliti akan mengetahui bagaimana perasaan informan ketika wawancara. G. Teknik analisis data Data yang diperoleh pada penelitian kualitatif diolah secara kualitatif naratif. Menurut Burns & Grove (2004) tahapan analisa data yang dilakukan meliputi : Bagan 4.1 Teknik Analisis Data Hasil wawancara dibuat ke dalam transkrip wawancara Membaca kembali transkrip wawancara hingga memahami isi wawancara Reduksi data / proses memilih data kasar atau data fokus Analisis Data Coding : mencari data spesifik dan diberikan nama kategori Reflective remarks Marginal remarks Memoing Display Data Cognitive Mapping Mengembangkan hipotesa tentang hubungan yang dapat diformulasikan dalam proporsi sementara Drawing and Verifying Conclusions Counting: Memaparkan data yang seringkali diucapkan dan merupakan pokok dari data Deskripsi lengkap laporan hasil data Deskripsi yang detail dari informan, setting, dan pengamatan dan pengalaman lingkungan dimana data dikumpulkan. 41 H. Validasi Data Penemuan penelitian harus ditunjukkan dengan adanya nilai kepercayaan yang kuat dan setiap penelitian harus mempunyai dokumen yang sudah dibuktikan kebenarannya. Pada penelitian kualitatif pengukuran nilai kepercayaan disebut “trustworthiness” (Graneheim,2004.). Untuk meningkatkan kekuatan kepercayaan / trustworthiness tersebut ada beberapa cara yaitu seperti credibility, confirmability, transferability dan auditability (Guba dan Lincoln, 1981 dalam Graneheim, 2004; Wood, 2006; Polit dan Hungler, 2004). Peneliti akan melakukan pengukuran nilai kepercayaan/ truthworthiness dengan cara credibility seperti yang dijelaskan berikut ini: a. Credibility Credibility dihubungkan dengan fokus penelitian dan mengenai kepercayaan tentang bagaimana proses dari analisis data tersebut dapat berfokus pada data yang diharapkan (Polit dan Hungler, 2004). Dalam menentukan kredibilitas ini ada beberapa cara yang dilakukan namun yang peneliti lakukan untuk uji kredibilitas adalah Member Check, yaitu Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member cek untuk mengetahui sejauh mana data yang diperoleh sesuai apa yang diberikan pemberi data. Dalam uji kredibilitas member cek ini harus diperhatikan hal seperti pengalaman yang disampaikan oleh informan benar-benar diakui sebagai miliknya, uji yang akan dilakukan yaitu dengan cara mengembalikan hasil dari analisis data kepada informan untuk konfirmasi penemuan yang ada, kemudian waktu yang digunakan peneliti untuk 42 melakukan wawancara mendalam pada penelitian harus benar-benar adekuat sehingga peneliti dapat memahami fenomena yang terjadi di kehidupan informan dan informan dapat terbuka dan menyampaikan informasi yang disampaikan lengkap dan tidak disembunyikan atau dibuatbuat. (Wood dan Haber,2006). Dalam melakukan uji validitas ini, peneliti melakukan kunjungan ulang kepada informan dengan tujuan untuk melakukan cek apa data yang diolah dan dipaparkan oleh peneliti sesuai dengan yang disampaikan, dan setelah dilakukan hal tersebut kepada informan, informan memberikan konfirmasibahwa data yang telah tersedia sesuai dengan yang dikatakan oleh informan dan dialami oleh informan, sehingga data yang ada merupakan data yang nyata dan tidak dibuat-buat. I. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, terdapat etika penelitian yang peneliti gunakan sebagai berikut : 1. Lembar persetujuan menjadi Informan ( Informed Consent) Lembar persetujuan yang diberikan kepada informan yang akan diteliti untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Jika informan bersedia untuk dilakukan wawancara dan menggunakan alat perekam, maka harus mentandatangani lembar persetujuan. Jika Informan menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan menghargai haknya. 2. Anonimity ( Tanpa Nama) 43 Untuk menjaga kerahasiaan informan, maka peneliti tidak akan mencantumkan identittas lengkap maupun nama asli informan pada lembar pedoman wawancara melainkan menggunakan inisial dan apabila hendak mengambil dokumentasi foto, harus seizin informan. 3. Veracity Proyek penelitian yang dilakuakan hendaknya dijelaskan secara jujur tentang manfaat, efeknya, dan apa yang akan didapat informan yang terlibat di dalamnya karena informan berhak mengetahui maksud dari penelitian. 4. Beneficence Penelitian yang dilakukan dimana melibatkan pasien sebagai informan diharapkan juga mengandung prinsip untuk kebaikan informan, guna mendapatkan suatu metode atau konsep yang baru untuk kebaikan informan dan pasien lainnya . 5. Confidentiality Peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkan. Sangat dianjurkan untuk tidak menyebutkan identitas informan dan mengekspos jawaban dari informan. Hal ini dimaksudkan agar informan tidak dirugikan karena dirinya merasa terekspos untuk khalayak ramai. Apabila diperlukan untuk mengekspos identitas pasien maka peneliti harus mendapatkan persetujuan dari informan dan peneliti harus menghargai hak-hak dari informan. Informasi hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan file disimpan dengan password yang hanya diketahui oleh peneliti (Hidayat, 2008). BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kelurahan Benda Baru merupakan satu dari delapan kelurahan yang berada di kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan yang mempunyai luas wilayah 2.88 km2 . Batas wilayah kelurahan Benda Baru adalah Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Serua (Kec. Ciputat), sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pondok Benda, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pondok Benda, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pamulang Barat. Puskesmas Benda Baru mempunyai daerah cakupan kerja meliputi Kelurahan Benda Baru, Kelurahan Kedaung dan Kelurahan Serua. Pada tahun 2012 di Kota Tangerang Selatan terdapat penderita pasca stroke yang terdapat di Puskesmas Benda Baru sebanyak 7 jiwa, jumlah ini tak terlalu banyak karena penderita lebih cenderung untuk berobat di rumah sakit sehingga tidak terdata di Puskesmas Benda Baru (Data Puskesmas Benda Baru tahun 2012). B. Analisa Tematik Hasil Penelitian Gambaran hasil penelitian Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke Di Rumah Pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan secara rinci menjelaskan uraian sembilan tema yang teridentifikasi dari hasil wawancara, tema-tema tersebut meliputi: (1) caregiver yang berperan dalam merawat pasien di rumah, (2) perawatan yang sudah dilakukan oleh caregiver untuk pasien di rumah, (3) Kebutuhan informasi perawatan (4) Hambatan dalam perawatan (5) Sumber dana 44 45 pengobatan (6) Pengalaman menarik yang dialami caregiver (7) Perubahan yang terjadi pada caregiver (8) Kekohesifan hubungan keluarga dan (9) Harapan caregiver untuk pasien. 1. Karakteristik Informan Gambaran karakteristik informan meliputi umur, jenis kelamin, menjadi caregiver di rumah pada pasien pasca stroke, dapat berkomunikasi dengan baik. Informan dalam penelitian ini adalah caregiver utama yang merawat pasien pasca stroke di rumah yang terdiri dari tujuh informan yang juga merupakan anggota keluarga dari pasien pasca stroke itu sendiri dengan persentase 85,72% dengan jenis kelamin perempuan dan 14,28% dengan jenis kelamiin laki-laki. Rentang usia informan penelilian yaitu 5065 tahun. Tabel 5.1 Karateristik Informan Utama No Nama Usia Hubungan Inisial Tingkat Kode Ketegantungan pasien 1 Ny. As 61 th Istri 90/100 P1 2 Ny. Am 65 th Istri 65/100 P2 3 Ny. Mh 52 th Istri 25/100 P3 4 Ny. Rs 60 th Istri 90/100 P4 5 Ny. Zt 60 th Istri 75/100 P5 6 Tn. Dr 57 th Suami 90/100 P6 7 Ny. Eu 50 th Istri 90/100 P7 *Tingkat ketergantungan diukur mengunakan Barthel Index 46 2. Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke di Rumah Berdasarkan 7 tema yang ditemukan pada saat wawancara, berikut adalah uraian dari masing-masing tema yang ditemukan, meliputi: a. Caregiver adalah anggota keluarga Dari hasil wawancara pada informan diketahui bahwa yang bertindak sebagai caregiver dalam merawat pasien pasca stroke ketika di rumah adalah anggota keluarga dari pasien itu sendiri dan mereka adalah pasangan (istri/suami) dari para pasien pasca stroke tersebut namun ada beberapa juga yang menggunakan bantuan anak pasien dalam merawat klien maupun orang lain seperti tenaga ahli yaitu perawat pada pelayanan homecare stroke walaupun bantuan dari yayasan tersebut hanya sementara dan anggota keluarga pula yang menjadi caregiver pada pasien . Berikut pernyataan informan, yaitu: “Yang rawat ibu, haha yah kadang sama-sama yah siape aje dah yang lagi ada di rumah” (P1) “Saya semua yang rawat, terus terang aja anak mah ga bantu yah anak perempuan pada jauh semua, kalo mantu juga ga enak nyuruhnya” (P2) “Sekarang yang merawat saya terus, dulu ada yang bantuin dari yayasan ,orang yayasan itu ada cuma setahun” (P3) “Ya saya yang ngerawat, semuanya saya emang” (P4) “Ya saya yang merawat, tapi kalau mandiin yah anak saya yang perempuan”(P5) “Saya yang ngerawat semua, ya gitu aja rawat-rawatnya” (P6) 47 “Ibu sendiri yah namanya anak-anak kan pada sekolah kalo yang gede kerja”(P7) b. Perawatan di rumah yang diberikan oleh caregiver. Perawatan pasca stroke di rumah meliputi memenuhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari , proses penyembuhan pada pasien dan juga membantu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Informan menceritakan bahwa banyak yang dilakukan untuk membantu perawatan di rumah pada pasien pasca stroke, diantaranya membantu dalam kebutuhan sehari-hari seperti membantu makan, minum, buang air besar, buang air kecil, dll), mengaktifkan sisi lemah tubuh pasien, pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, membantu sosialisasi pasien dengan lingkungan sampai mengantar pengobatan rawat jalan maupun pengobatan alternatif. Hal tersebut mencakup beberapa uraian sub tema yang berupa: 1) Pemenuhan kebutuhan sehari hari. Kebutuhan sehari hari pasien pasca stroke akan terganggu karena keterbatasan yang dimiliki oleh pasien itu sendiri, informan mengatakan bahwa sebagian besar informan sebagai caregiver membantu dalam pemenuhan kebutuhan pasien, mulai dari makan, eliminasi, personal hygiene dan grooming pada pasien berikut pernyataan 5 informan: “Bantu makannya, minumnya mandinya, buang air besarnya, buang air kecilnya, jalan-jalannya” (P2) 48 “Pagi mandiin, buatin sarapan, buang air besar buang air kecil, waktu ada pembantu dulu pembantu yang mandiin tapi makan tetap saya yang kasih, siapin air untuk mandi dan sikat gigi, nyiapin pakaian dia, buka pampers nya” (P3) “...mau buang air besar, dicebokin dimandiin dielapin,biasa gitu pake baju,kan belon bisa makan sendiri yah disuapin” (P1) “Masalah makan, ke kamar mandi, yah namanya ngerawat” (P6) “Ya biasa aja pakein baju gitu kan, sampe sekarang kalo pake baju juga kadang kadang kalo ga bisa ya ga bisa tapi kadang kadang bisa...,.... kalo makan namanya kita sebagai istri biasalah kita suapin”(P7) Sedangkan ada dua informan yang tidak membantu dalam hal pemenuhan makan, eliminasi dan personal hygiene dikarenakan pasien mengalami kelemahan di sisi bagian kiri sehingga masih bisa melakukan aktivitas dengan biasa, hanya dibantu sedikit oleh informan, berikut pernyataan dua informan: “Kalo makan udah bisa sendiri, ke kamar mandi juga, paling Cuma saya kasihin air tapi dia yang cebok sendiri, kalo ambil air sembahyang itu saya yang ambilin” (P4) “Udah bisa jalan, bisa makan sendiri tapi kalo mandiin sama bantu kencing sih sama anak saya yang perempuan cuma elap sama pegangin aja” (P5) 2) Membantu latihan aktifitas untuk mengaktifkan sisi ektremitas yang lemah. 49 Beberapa informan melakukan beberapa terapi untuk pasien agar sisi yang lemah tidak kaku dan dapat kembali dengan normal. Terapi yang dilakukan oleh informan berupa miring kanan miring kiri, jalan pagi sambil memegang batu dan tangan dikepalkan, mengajarkan pasien menggunakan tongkat dari mulai kaki limasampai satu kaki. Berikut adalah pernyataan lima informan yang melakukan terapi untuk mengatasi sisi pasien yang lemah: “Saya coba di rumah setiap jam 4 saya miring kanan- miring kiri bantu tangannya di gerak-gerakkan biar tak kaku” (P3) “Saya komando dia jalan di depan saya jalan dibelakang. Latihan pake batu, di depan halaman ada batu, dipegang sambil diangkat, kalo jalan pagi sambil pegang batu dan digerakkin tangannya” (P4) “Udah bisa jalan tapi belum lancar masih kita tuntun tapi lama lama bisa,makanya setiap pagi muter RT latihan jalan” (P5) “Kan ga bisa jalan ibu tuntun biar bisa jalan, ajarin pake tongkat dari yang kaki lima, kaki dua sampe yang satu, itu latih latih aja sama saya tangannya ditekuk, terus pegang pegang bola biar tangannya lentur” (P6) “Jalan pagi biasanya dianter sama ibu kadang sendiri aja biar dari ujung keujung, suka latih sendiri gerak gerakin disini suka olahraga tekukin tangan”(P7) 50 Terdapat satu informan yang membuat modifikasi untuk terapi pada pasien pasca stroke di rumah yaitu modifikasi roll barbel, alat tersebut menggunakan tali dengan roll dan diberi beban sesuai dengan kebutuhan pasien.. Informan membuat modifikasi alat tersebut, hal ini dilakukan informan karena latihan ini bagus untuk melatih kekuatan otot pasien dan melatih tangan agar tidak kaku namun untuk membeli alat seperti itu membutuhkan biaya yang cukup mahal, maka dari itu informan membuat modifikasi roll barbel dengan geretan burung yang diberi beban tempat minyak yang diisi air untuk melatih kekuatan otot pasien, berikut pernyataan dari satu informan: “Di rumah saya buat tempat minyak 5 liter pertama sedikit cairannya terus pake geretan burung, ditarik gitu, diturunin lagi, dari air sedikit sampe setengah, ibu tungguin berapa hitungan” (P4) 3) Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. Kebutuhan spiritual pada pasien pasca stroke sangatlah penting, kebutuhan spiritual tersebut diantaranya seperti shalat, mengaji, dzikir. Dalam melakukan shalat informan menyatakan tidak ada perubahan dan pasien tetap shalat seperti biasa, namun terdapat dua informan yang mengatakan melakukan pemenuhan kebutuhan spiritual dengan pasien dengan mengajarkan mengaji karena sebelumnya pasien jarang mengaji, berikut pernyataannya: 51 “Dulu saya suka ngajarin baca juz amma sama iqro, tapi saya sekarang sibuk jadi sempat terus jadinya sudah tidak ngajarin lagi” (P3) “Pertama saya ajarin dulu iqro, juz amma, sampe sekarang dia sudah hatam qur‟an” (P4) 4) Membantu dalam mengatur program pengobatan atau rawat jalan ( kontrol) Beberapa informan masih membantu pasien dalam melakukan kontrol ke dokter saraf maupun fisioterapis di rumah sakit atau puskesmas namun untuk beberapa pasien yang mempunyai masalah dalam biaya pengobatan, mereka membawa pasien untuk ke pengobatan lain, misalnya akupuntur, pijat urut dan bekam, karena menurut mereka pengobatan tersebut dalam mempercepat kesembuhan dan biaya tak terlalu besar, berikut pernyataan dari informan: ”Kalo sekarang-sekarang ini nggak, udah bisa jalan sendiri, paling sekarang cuma minta anterin mau urut begitu” (P1) “Berobat jalan di rumah, manggil, nelpon, yang bisa didatengin dari depok, terakhir tuh di pondok gede terapi tusuk jarum” (P2) “Sekarang saya fokus ke fisioterapi aja, seminggu tiga kali saya bawa ke fisioterapi, tapi sekarang saya lagi panggil tukang urut di rumah karena bapak ada masalah di punggung dan dia susah duduk.” (P3) 52 “Kontrol kalo lagi tekanan darah tinggi aja, sama hindarin bapak supaya nggak kecapean aja biar ga kambuh” (P4) “Yang penting jangan kecapean, jangan banyak kerjaan,kalo ada duit sih pengen kontrol ke dokter saraf lagi” (P5) “Suka berobat suka kontrol dokternya kesini,kan udah gabisa jalan bapaknya” (P6) “Waktu itu dia ikut terapi di cijantung sama ade, tapi dia ga ini mungkin ga cocok atau gimana terus diurut, dia minta diurut aja yaudah diurut tapi alhamdulillah agak berubah gitu” (P7) 5) Membantu dalam bersosialisasi dengan lingkungan Bagi pasien sangat penting untuk bersosialisasi agar pasien tidak merasa jenuh dan rendah diri, semenjak mengalami penyakit stroke informan menyatakan pasien berdiam diri di rumah karena belum bisa melakukan aktivitas, namun ada satu informan menceritakan bahwa dirinya membantu pasien dalam mengerjakan sesuatu yang pasien inginkan untuk mengangkat harga diri pasien dan juga agar pasien tidak jenuh dan tetap melakukan hobi seperti sedia kala, berikut pernyataan dari satu informan tersebut: “Kita tuh ngangkatnya begini kalo dia kerja atau apa jangan ngomong „jangan pak‟ kemauan dia sendiri, malah kita yang minta tolong jadinya dia merasa dianggap dan senang, kalo kita tolah dia jadi minder dan gak bisa ngerjain apa-apa, kalo dia mau nyapu ngepel makanya kita biarin aja dan dia sudah bisa 53 main pingpong sama bapak-bapak di komplek, sudah bisa bergaul sekarang tapi asal jangan terlalu cape aja” (P4) Tema tentang perawatan yang diberikan oleh caregiver dapat dilihat dalam skema berikut ini : KATEGORI SUBTEMA TEMA Eliminasi (BAB-BAK) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari Kebutuhan makan minum Miring Kanan-Kiri Menuntun Jalan Meremas Bola Tangan Bantuan latihan aktifitas Tarik angkat beban Mengaji Pemenuhan Spiritual Shalat Jamaah Perawatan di rumah yang diberikan oleh caregiver Pijat Urut Fisioterapi Akupunktur /Terapi tusuk Jarum Biarkan beraktivitas Bergaul dengan teman/tetangga Mengatur program Pengobatan Membantu Sosialisasi dengan lingkungan Bagan 5.1. Skema Tema 2 c. Kebutuhan informasi perawatan. Informasi tentang perawatan sangat dibutuhkan untuk merawat pasien di rumah, beberapa informan mengatakan bahwa informasi 54 tentang merawat pasien di rumah diperoleh dari rumah sakit sewaktu pasien dirawat, ada pula yang dapat informasi dari tetangga, berita maupun dari rekan-rekan informan dan juga tetangga di sekitar rumah informan , namun untuk pasien yang tidak dibawa ke rumah sakit mereka mendapatkan informasi seadanya dari rekan rekan karena tidak ada informasi apapun dari rumah sakit maupun pelayanan kesehatan, berikut pernyataan informan tentang hal tersebut: “Nggak dikasih tau ngerawat kan nggak kerumah sakit, jadi denger kata tetangga sini aja sama sebisanya saya” (P1) “Saya ikutin aja apa orang orang pada ngomong, saya juga bikin jamu sendiri dari kebon”(P2) “Paling dokter kasih tau kalo makan yang seperti ini, fisioterapi juga ajarin kalo bangunin harus begini, tangan harus digerakkin di miring kanan miring kiri”(P3) “Di satu tempat saya refleksi, diajarin suruh beli bola dan disuruh latihan pake batu, emang yang saya lihat dan diajarin di rumah sakit itu ibu tuh praktekkan di rumah, waktu pergi ke rehab medik juga diajarin” (P4) “Kalo saya dulu kan juga pernah ngalamin gini sama istri yang dulu (almarhumah) jadinya saya ngerawat kayak waktu itu”(P5) “Tadinya kan terapi nya di rumah sakit, tapi pas di rumah suruh diterusin sama saya yang terusin kayak begitu”(P6) 55 “Nggak, nggak pernah belajar ya cuma kita sehari hari buat dirumah aja kita tau sendiri gitu jadi skrg giniin sendiri aja jaga pantangan makanan garem aja” (P7) Tema tentang kebutuhan informasi perawatan dapat dilihat dalam skema berikut ini : KATEGORI SUBTEMA TEMA Membuat Ramuan Melatih Jalan Mengurangi makanan pantangan Latihan Miring KananKiri Latihan Remas Bola Informasi dari Rekan-rekan Kebutuhan Informasi perawatan Informasi dari rumah sakit/ fisioterapi Latihan tarik beban Bagan 5.2. Skema Tema 3 d. Hambatan dalam perawatan. Dalam merawat pasien dengan pasca stroke di rumah sering terdapat beberapa hambatan dalam melakukan perawatan di rumah. Informan mengatakan sejauh ini tidak terdapat hambatan dalam menjalani perawatan dan menjadi perawat bagi keluarga nya sendiri, berikut adalah pernyataan dari informan: “Nggak ada sih, alhamdulillah gitu lancar aja” (P1) “Nggak ada kesulitan nyantai-nyantai aja” (P2) “Nggak ada sih” (P3) “Kalo hambatan ga ada, saya nikmatin aja” (P4) 56 “Kalo hambatan sih nggak ada yah, masalah kerepotan yah itu kan masalah kewajiban suami, dulu saya juga ngurus kayak begini juga, yak udah takdir saya bilang namanya udah kewajiban merawat” (P5) “Nggak sih, nggak ada kesulitan, ibu sih ngerawat ngerawat aja” (P6) “Kesulitan nggak ada sih istilahnya alhamdulillah sih masih bisa jadi nggak ini lah” (P7) Namun ada beberapa informan yang mengalami kesulitan dalam merawat yang diakibatkan dengan perubahan emosional dari pasien itu sendiri jadi menghambat informan untuk merawat, perubahan pada pasien seperti kebiasaan buruk tetap mengkonsumsi makanan yang dilarang seperti makanan yang ada santannya, masih mengkonsumsi, pasien juga terkadang menjerit apabila keinginannya tidak dipenuhi, ada juga pasien yang tidak mau meminum obat yang dianjurkan serta kesibukan informan dalam kerja dan masuk pagi, kurang pengetahuan dari informan yang mengakibatkan kesulitan dalam perawatan di rumah, berikut pernyataannya: “Makannya juga maunya santen, rokok ga berhenti itu kali yah yang buat sekarang makin gabisa jalan, kan dia udah tiga kali kambuh ini mungkin karena ga dijaga yah, jadi gini harusnya mah dia yang nurut sama yg ngurusin tapi ini saya harus yang nurut sama dia, harusnya makan rebus rebusan tapi dia gamau, abis mau diapain daripada jerit-jerit,” (P6) 57 “Karena saya kan kerja masuk pagi, dan setiap saya mau pergi ngajar pasti selalu minta macem-macem apa gitu makanya saya suka telat” (P3) “Cuma sekarang tinggal bingungnya aja, istilahnya kita kan tadinya mau berobat ke dokter tapi ini kadang-kadang kalo ada rezeki eh dianya gak mau, maunya beli obat yang ini yah kita nurutin.” (P7) Tema tentang hambatan dalam perawatan dapat dilihat dalam skema berikut ini : KATEGORI SUBTEMA TEMA Makanan yang tidak boleh di konsumsi Hambatan dari pasien Kebiasaan Buruk Penolakan Pengobatan Kerja pada pagi hari Hambatan dalam perawatan Hambatan Caregiver Kurang Pengetahuan Bagan 5.3. Skema Tema 4 e. Sumber dana pengobatan. Dalam hal ini informan banyak menceritakan bahwa sebagian besar mereka mendapatkan uang pensiun untuk melakukan perawatan bagi pasien, ada informan yang mendapatkan sumber finansial dari usaha sendiri dan beberapa informan mendapatkan bantuan dari sanak keluarga maupun tetangga sekitar untuk berobat. Bantuan dari 58 pemerintah berupa jamkesda pun didapat oleh sebagian pasien, namun karena tak lancar nya bantuan jamkesda tersebut sehingga pasien beralih berobat pada pengobatan gratis, berikut pernyataan dari informan: “Dapet uang darimana aja, ada aja yang ngasih gitu,dari anakanak aja buat kehidupan sehari hari, terus kalo punya duit yah buat berobat kalo nggak yah stop” (P1) “Kalo biaya mah ga ada kesulitan, kalo keuangan mah ada aja kalo mau pergi berobat biayanya dateng dari mana aja, penghasilannya satu satunya kontrakan buat nambah nambah kebutuhan sehari-hari sama pengobatan” (P2) “Dapet uang pensiun nya aja, kalo pengobatan ada asuransi dari kantor” (P3) “Waktu itu kan bapak masih kerja, jadi masih ada asuransi dari kantor buat berobat” (P4) “Kalo ekonomi sih alhamdulillah yah nggak ada kesulitan, jemaah majelis ta‟lim, tetangga pada baik kalo dalam hal ekonomi banyak yang pada bantuin” (P5) “Sekarang pake biaya sendiri, dulu pake asuransi, dari anakanak aja tapi berobatnya yang murah murah aja soalnya duitnya ga ada” (P6) “Sekarang aja kalo mau bikin jamkesda aja gaboleh katanya kalo nggak langsung dirawat, jadi kalo kita berobat jalan itu nggak mungkin dananya yah kan berobatnya harus rutin, biayanya takut 59 gede namanya klo kita punya rezeki yah duitnya buat sekolah jadi paling dana dari anak anak aja, kalo cukup yah buat berobat” (P7) Tema tentang sumber dana pengobatan dapat dilihat dalam skema berikut ini : KATEGORI SUBTEMA TEMA Bantuan dari orang lain Bantuan dari keluarga Bantuan Dana Tunai Sumber dana pengobatan Bantuan dari perusahaan Program Jamkesda Pengobatan gratis Bantuan Program Bagan 5.4. Skema Tema 5 f. Pengalaman menarik yang dialami oleh caregiver Ketika dilakukan wawancara, informan menceritakan tentang pengalaman baru dan menarik yang dialami oleh informan sebagai caregiver yang terlihat pada sub tema berikut ini: 1) Pengalaman positif yang dialami caregiver Dalam merawat pasien di rumah banyak hal positif yang dialami oleh caregiver, beberapa informan menceritakan bahwa banyak hikmah positif yang terjadi pada dirinya seperti lebih sabar, lebih dekat dengan pasangan, pasien sakit lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan memperbanyak ibadah seperti mengaji dan shalat dhuha , serta informan yang selalu mengingat Allah dan mengambil hikmah dari kejadian tersebut, berikut pernyataan informan: 60 “Nggak ada pengalaman menarik sih tapi keluarga sih biasa aja pada perhatian” (P1) “Kemauan dia semuanya saya penuhi lah ga pernah saya tolak, apapun yang dia mau saya turutin, kesenengan dia saya turutin” (P2) “Tapi ada hikmahnya buat saya, dia jadi bisa baca qur‟an , jadi kalo menurut orang orang kan sakit tuh musibah ya, tapi dia jadi sholat dhuha, alhamdulillah nya jadi qur‟an tuh bisa kepegang gitu yah yang selama ini dia biasa sibuk di kantor, alhamdulillah deh ya”(P4) “Hikmah nya jadi saya mikir apa lagi yang mau kasih apa lagi buat saya, bukan yang jelek-jelek tapi apa hadiah yang mau dikasih ke saya, sampe dicoba seperti ini, anak saya juga ngomongin mau ke mekkah terus, mau naik haji apa nanti setelah kejadian ini itu yang akan dikasih sama Allah, insyaAllah sih ga lepas dari doa” (P5) “Gimana yah, ibunya jadi lebih sabar jadi banyakan ngalahnya jadinya sekarang”(P6) 2) Pengalaman negatif yang dialami caregiver Dalam merawat pasien di rumah tidak sedikit pula hal negatif yang dialami oleh caregiver, beberapa informan menceritakan bahwa banyak terjadi hal negatif yang terjadi selama merawat pasien seperti sering dimarahi, dipukul oleh pasien, dan 61 juga informan yang tidak terbiasa membantu eliminasi pasien, dan penambahan biaya kehidupan, berikut pernyataan informan: “Kalo ngobrol sama bapak pas dia emosinya tinggi , kalo kita terusin kita malah ribut berantem kita, ngatasinnya yah diemin aja, kalo lagi emosi dia suka mukul kita” (P2) “Sampe tiga kali kontrol sampe naik angkot sama saya cari taksi, abis naik motor gabisa, gabisa jalan jadinya harus nyewa taksi, tapi ya itu susahnya mah pas buang-buang kotoran aja”(P5) “Sekarang lebih manja, ga mau saya tinggalin terus kalo saya pergi atau nggak diturutin kemauannya suka ngamuk-ngamuk” (P6) “Dulu orangnya paling sabar orangnya, yang namanya marah marah itu jarang dulu orangnya sabar pas dia sakit kadangkadang emosi” (P7) Tema tentang pengalaman menarik yang dialami caregiver dapat dilihat dalam skema berikut ini : KATEGORI Dapat memenuhi keinginan klien. Banyak hikmah yang diberikan Allah Perubahan emosi pasien Perubahan kondisi pasien SUBTEMA TEMA Pengalaman Positif Pengalaman Menarik yang dialami caregiver Pengalaman Negatif Bagan 5.5. Skema Tema 6 62 g. Perubahan yang terjadi pada caregiver. Selama merawat pasien pasca stroke di rumah, terdapat beberapa perubahan yang dialami oleh informan mulai dari perubahan psikologis, perubahan kesehatan pada tubuh caregiver, perubahan sosial, maupun perubahan aktivitas caregiver sehari-hari, namun ada pula informan yang tidak mengalami perubahan apapun, hal ini terlihat dalam uraian sub tema seperti berikut: 1) Perubahan Psikologis Perubahan psikologis yang terjadi pada caregiver selama merawat pasien pasca stroke di rumah meliputi perasaan jenuh, sedih, dan kesal merupakan respon yang sering terjadi pada caregiver, seperti halnya akan diuraikan berikut ini: Perasaan jenuh juga dirasakan oleh caregiver, berikut pernyataannya: “Hehe jenuh, tapi kasian juga” (P3) Sedangkan ada caregiver yang merasakan perasaan sedih selama merawat pasien di rumah, berikut pernyataannya: “Yah sedih lah, yah sedih juga yah nangis sendiri kalo dipikirin yah stress kali ya, tapi suka mikir, ya Allah kenapa jadi begini” (P1) “Pikiran sedih batin sih udah biasa mah saya” (P2) “Hehe sedih...” (P3) 63 “Kadang berfikir begitu sedih juga” (P5) Disisi lain perasaan kesal pun timbul pada caregiver yang bertugas merawat pasien di rumah, dan berbagai faktor seperti keluarga, perilaku pasien dan hal lain yang mengakibatkan rasa kesal itu timbul, berikut pernyataannya: “Oh kesal ada lah pasti, kesal tapi setelah kesal minta maaf lagi, gimana mengungkapkannya ya? (P3) “Keselnya sih cuma sama keluarga, saya minta tolong untuk gantiin tapi ga ada yang dateng akhirnya yaudah kita sendiri aja yang rawat”(P5) “Sering kesel ibu sering emosi, banyak deh sering karena dianya begitu, itu ngata-ngatain saya”(P6) “Yah mungkin sebagai manusia mungkin ada rasa kesal” (P7) 2) Perubahan Fisik Dalam hal fisik, ada dua informan yang jarang terkena sakit dan ketika merawat pasien juga tidak ada perubahan dan tetap sehat, berikut pernyataannya: “Ibu alhamdulillah sehat terus selama ngurus bapak gitu ga ada keluhan apa-apa”(P1) “Alhamdulillah sih baik-baik aja ga ada keluhan” (P4) Sedangkan informan berikut ini mengalami kondisi tubuh mudah lelah dan terdapat kesulitan dalam tidur sehingga terkadang merasa pusing dan kurang tidur, berikut pernyataannya: “Sekarang jadi gampang lelah”(P3) 64 “Kita mah ya rasa rasa capek juga sebenernya yah, tapi ya gimana, kita ikhlasin aja” (P4) Keluhan sakit dan susah tidur cukup dirasakan oleh beberapa caregiver, berikut pernyataannya: “Saya mah tidurnya kurang, suka gaenak badan pusing, bdan pada lemes yah ada aja tapi saya ga rasain Cuma mikir paling masuk angin” (P2) “Kadang kalo tengah malem suka bangun minta mandi terus bilang mau kerja” (P6) “Alhamdulillah sih ga berat lah kalo misalnya sakit kan kayak masuk angin, batuk, pilek” (P7) 3) Perubahan Sosial Dalam hal aktivitas ada informan yang tidak mengalami perubahan seperti pernyataan berikut ini: “Ga ada perubahan sehari-hari di rumah cuma nyuci nyapu ngepel biasa ibu rumah tangga, paling keluar cuma ngaji seminggu sekali sama ke masjid dan kalo hari sabtu di balai”(P1) “Karena saya awalnya emang ibu rumah tangga jadi ga ada perubahan sih dalam sehari-hari emang karena emang biasa ngurusi bapak, dan bapaknya juga mandiri jadi tidak terlalu repot”(P4) 65 “Alhamdulillah lah kalo misalnya sakit kan kayak masuk angin, batuk, pilek, kalo bisa saya kerjain lah kerjain kalo nggak yah tumpuk tumpukan gitu kerjaan” (P7) Tetapi ada pula yang mengalami perubahan dalam melakukan aktifitas sehari hari nya, mengurus anak jadi sedikit berkurang karena harus mengurus suami, sedangkan ada pula informan yang tidak bisa melakukan aktivitas di luar rumah lagi karena harus mengurus pasien dan pasien juga tidak mau apabila ditinggal oleh informan,berikut adalah pernyataan informan: “Di rumah mah cuma ngurusin rumah, ngurusin bapak, ngaji udah gabisa” (P2) “Pengaruhnya buat anak jadi gabisa ngurusin anak, biasanya pagi ngurus anak ini harus ngurus suami dulu”(P3) “Saya gaboleh kemana-mana, jadi gabisa kemana mana ruang gerak dibatasin, diawasin tiap hari” (P6) 4) Perubahan Spiritual Perubahan spiritual yang terjadi pada caregiver merupakan hal yang terjadi pada caregiver apabila terdapat suatu masalah, biasanya caregiver mengalami perubahan spiritual seperti lebih mendekatkan diri kepada Allah, pasrah kepada Allah atas semua yang terjadi, dan berbakti kepada pasangan hidup kendati pasangan hidup tersebut mengalami keterbatasan atau masalah. Hal tersebut dapat dilihat dalam uraian berikut ini: 66 Salah satunya cara untuk caregiver dalam menenangkan diri mereka adalah dengan mendekatkan diri pada Allah, seperti penyataan informan berikut ini: “Ya saya lebih sabar, menambah ukhuwah menambah iman kita jadi harus terima apa yang dikasih, tapi alhamdulillah lah masih ada bisa itu aja kita masih bersyukur lah” (P7) “Paling paling yah berdoa apa yang dilakuin yah cuma berdoa...” (P1) Disisi lain perawatan, caregiver juga berserah atau pasrah kepada Allah untuk semua cobaan yang terjadi pada dirinya, berikut pernyataannya: “Terima aja dah namanya nasib, pasrah aja” (P1) “Tapi saya mah ngurusin dia dengan ikhlas hati saya senang saya rela pasrah, apa yg saya lakukan tolongin dia saya ikhlas aja” (P2) “Yak udah takdir saya bilang...”(P5) Karena sebagian besar caregiver adalah pasangan hidup penderita, maka dari itu caregiver harus berbakti pada pasangan untuk menunjukkan bahwa pasangan berkewajiban untuk merawat pasangan hidupnya, berikut pernyataannya: “Ya saya sih yah sabar aja kan suami, selagi saya masih sehat panjang umur yah saya lah yang ngerawat,kalo sekarang mah saya kebanyakan kasiannya sama dia” (P6) 67 “Namanya udah kewajiban merawat, putus asa sih nggak tetep berusaha, saya usaha sendiri sesuai tenaga saya apa adanya” (P5) Tema tentang perubahan pada caregiver dapat dilihat dalam skema berikut ini : KATEGORI SUBTEMA TEMA Jenuh Sedih Perubahan Psikologis Kesal Capek/Lelah Perubahan Fisik Keluhan sakit Perubahan aktifitas dan perubahan peran Perubahan pada Caregiver Perubahan Sosial Tidak ikut Kegiatan Mendekatkan diri pada Allah Pasrah kepada Allah Perubahan Spiritual Berbakti pada pasangan hidup Bagan 5.6. Skema Tema 7 i. Kekohesifan hubungan keluarga / kedekatan antar keluarga Selama pasien sakit dan selama perawatan pasien di rumah hubungan keluarga mengalami perubahan, dan sesuai dengan yang didapat bahwa hubungan keluarga semakin dekat seperti halnya sering berkumpul dengan pasien, selalu bersama dengan pasien, dan keinginan pasien selalu dituruti oleh keluarga, berikut pernyataan informan: 68 “Kalo siang malem selalu bareng ga ada bedanya sama sekali, dia sehat sampe dia sakit ga pernah pisah” (P2) “Iya semakin sayang, anak juga semakin sayang bahkan pulang langsung nyamperin ayahnya padahal masih pake helm” (P3) “Palingan kalo lagi diem saya selalu tanya „ada apa‟ biar masalah nya tuntas nggak ada yang terpendam” (P4) “bapaknya jadi ada waktu di rumah kalo pas kerja kan pulangnya jam 12 malem waktu masih sehat, sekarang jadinya bisa ngumpul” (P6) Tema tentang kekohesifan hubungan keluarga dapat dilihat dalam skema berikut ini : KATEGORI SUBTEMA Pasangan perhatian TEMA Makin harmonis Selalu bersama pasien Anak lebih sering berkumpul Ada waktu bersama di rumah Kekohesifan hubungan keluarga Keluarga Berkumpul Bagan 5.7. Skema Tema 8 j. Harapan caregiver untuk pasien. Beberapa informan mengungkapkan harapan ke depannya untuk pasien, agar pasien sehat seperti semula, dapat melanjutkan pengobatan kembali hingga pulih dan kehidupan kembali seperti sedia kala, berikut pernyataannya: 69 “Ada sih ada, harapan ibu mah mudah-mudahan sembuh kayak dulu lagi kayak semula, dan kalo ada duit mah mau lanjutin berobat lagi” (P1) “Pasrahin aja ke Allah aja namanya orang lagi sakit, yah begimana yah, saya mah kalo dia sehat Alhamdulillah tenang hati kita kalo Allah emang jalannya kesitu, klo Allah jalannya lain saya mah terima aja, kalo ditinggal suami pas sekarang juga terima aja asal jalannya baik, kita percaya sama allah serahkan diri kita, sehat sakit kita gatau, kalo emang Allah menghendaki bapak ada umur semoga sehat.” (P2) “Saya fikir yah biar dia sehat aja, dia sehat aja saya udah seneng banget, kita kan mengharapkan tetep sehat,, sebenernya sih kalo ada rezeki masih pengen ke dokter saraf lagi” (P5) “Kepinginnya sih bapak sehat, pinginnya, mungkin kalo berobatnya ke tempat yang dulu lagi mungkin sehat, ini kan ga dibawa lagi ke tempat yang dulu” (P6) “Yah maunya sih mudah mudahan sehat, maunya kita sih berobat seperti orang tapi yah gimana yah uangnya, terbentur dengan biaya” (P7) 70 Tema tentang harapan caregiver pada pasien dapat dilihat dalam skema berikut ini : KATEGORI SUBTEMA TEMA Pasrah terhadap yang terjadi Berdoa dengan sungguh-sungguh Sesuai kuasa Tuhan Harapan caregiver terhadap pasien Mendapat dana berobat Melanjutkan pengobatan Berusaha berobat Bagan 5.8. Skema Tema 9 BAB VI PEMBAHASAN Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan tentang interpretasi hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan implikasinya bagi keperawatan. Interpretasi hasil penelitian dilakukan dengan membandingkan berbagai temuan dalam hasil penelitian dengan hasil – hasil penelitian sebelumnya maupun teori yang terkait dengan hasil penelitian ini juga melengkapi pembahasan interpretasi hasil penelitian ini. Keterbatasan penelitian akan dibahas dengan membandingkan proses penelitian yang telah dilalui dengan kondisi ideal yang seharusnya dicapai. Sementara implikasi penelitian akan diuraikan dengan mempertimbangkan pengembangan lebih lanjut bagi pelayanan, pendidikan dan penelitian keperawatan khususnya keperawatan komunitas. A. Pembahasan Hasil Penelitian Peneliti telah mengidentifikasi sembilan tema yang merupakan hasil dari penelitian ini. Tema – tema tersebut teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Caregiver yang terlibat dalam merawat pasien pasien pasca stroke dirumah dapat digambarkan dengan tema pertama caregiver adalah anggota keluarga. Perawatan di rumah yang sudah dilakukan oleh caregiver untuk pasien pasca stroke dapat digambarkan dengan tema kedua perawatan di rumah yang diberikan oleh caregiver. Informasi yang diperoleh caregiver dalam merawat pasien di rumah dapat digambarkan dengan tema ketiga 71 72 kebutuhan informasi perawatan. Hambatan yang terjadi selama merawat pasien dapat digambarkan dengan tema keempat hambatan dalam perawatan. Sumber dana yang dibutuhkan dalam merawat pasien dapat digambarkan dengan tema kelima sumber dana pengobatan. Pengalaman positif dan negatif yang dialami oleh caregiver selama merawat pasien di rumah dapat digambarkan dengan tema keenam pengalaman menarik yang dialami oleh caregiver dan tema ketujuh perubahan yang terjadi pada caregiver. Hubungan keluarga selama merawat pasien pasca stroke di rumah dapat digambarkan dengan tema ke delapan kekohesifan hubungan keluarga / kedekatan antar keluarga. Harapan ke depan untuk pasien dapat digambarkan dengan tema kesembilan harapan caregiver untuk pasien. 1. Caregiver adalah anggota keluarga Penelitian ini menghasilkan tema pertama yaitu caregiver adalah anggota keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang bertindak sebagai caregiver dalam merawat pasien pasca stroke ketika di rumah adalah anggota keluarga dari pasien itu sendiri dan mereka adalah pasangan (istri/suami) dari para pasien pasca stroke tersebut namun ada beberapa juga yang menggunakan bantuan anak perempuan pasien dalam merawat klien. Caregiver yang bertindak adalah keluarga dalam penelitian ini sesuai dengan teori Friedman yang menyatakan bahwa bila salah satu anggota keluarga menderita gangguan kesehatan, satu atau lebih anggota keluarga mengemban peran sebagai pemberi asuhan/caregiver (Friedman, Bowden, dan Jones, 2010). Pendapat yang mendukung dari hasil penelitian adalah pendapat menurut Sukmarini 73 yang menyatakan caregiver informal adalah seorang individu (anggota keluarga, teman, atau tetangga) yang memberikan perawatan secara keseluruhan, paruh waktu , tinggal bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat (Sukmarini, 2009). Sedangkan menurut Family Caregiving Alliance (2008), caregiver wanita jelas menanggung beban pengasuhan informal pada masyarakat, dengan persentase 59% -75% dari pengasuh adalah perempuan. Sukmarini menyatakan bahwa terdapat caregiver formal yang dimana adalah caregiver yang merupakan bagian dari system pelayanan baik diberi pembayaran maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana salah satu informan (P3) menggunakan bantuan dari yayasan untuk merawat pasien pasca stroke di rumah. 2. Perawatan di rumah yang diberikan oleh caregiver. Penelitian ini menghasilkan tema kedua yaitu Perawatan di rumah yang diberikan oleh caregiver. Perawatan di rumah seringkali dihubungkan dengan perawat ataupun fisioterapis, namun pada hakikatnya keluarga lah yang dapat merawat secara penuh bagi klien. Bantuan dari pihak lain untuk pemenuhan kebutuhan dari mulai pengaturan nutrisi, eliminasi, pergerakan tubuh, perawatan diri sampai pengobatan (Agustina, 2009). Hasil penelitian dari Pyun Sungbom menyatakan bahwa program di rumah menawarkan keuntungan umum dari efek latihan karena latihan di rumah dapat familiar, lingkungan lebih nyata, dengan memperkaya lingkungan terapi dan dukungan emosional 74 dari anggota keluarga (Sungbom et.al, 2008). Menurut Mulyatsih (2008) bahwa perawatan klien pasca stroke di rumah mencakup beberapa hal, hasil penelitian yang ditemukan bahwa caregiver telah melakukan sebagian hal dari perawatan pasien pasca stroke di rumah yang dijelaskan ke dalam sub tema berikut ini: a) Pemenuhan kebutuhan sehari hari. Menurut Agustina (2009) bahwa bantuan dari pihak lain untuk pemenuhan kebutuhan dari mulai pengaturan nutrisi (makan), eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perawatan diri (seperti grooming dan personal hygiene). Pemenuhan kebutuhan sehari hari bagi pasien pasca stroke sangat diperlukan agar pasien teta bisa menjalankan aktifitas sehari-hari nya seperti sedia kala. Menurut Saban dan Hogan (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa caregiver diidentifikasi secara terus menerus dan mengemukakan peran caregiver dalam kebutuhan penderita stroke adalah untuk membantu pasien dengan kebutuhan fisik, termasuk mobilitas, buang hajat dan kebersihan (Saban & Hogan, 2012). Teori dan temuan diatas mendukung hasil penelitian yang ditemukan peneliti yang menunjukkan bahwa lima informan menyatakan membantu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti memandikan pasien, membantu dalam memakai baju dikarenakan pasien mengalami kelemahan dan tidak dapat melakukan hal tersebut sendiri, dan pada empat informan tersebut tingkat ketergantungan pasien sedang yaitu skor 25-75 dalam melakukan 75 aktivitas sehingga dibutuhkan bantuan parsial oleh caregiver. Untuk bantuan eliminasi yang dilakukan oleh caregiver adalah dalam membantu buang air kecil, membersihkan setelah buang air besar maupun kecil, serta ada satu informan yang juga membantu membersihkan pampers yang digunakan oleh pasien, dikarenakan pasien belum bisa pergi ke kamar mandi untuk buang air besar. Sebagian besar informan mengeluhkan kesulitan ketika membantu dalam membantu buang air besar dan membersihkan setelah buang air besar tersebut, karena untuk urusan eliminasi tersebut informan menyatakan sangat kerepotan dan terkadang rasa buang air besar pasien yang tidak bisa ditahan sehingga harus segera dibantu oleh caregiver. Wanita dilaporkan secara signifikan berbeda dari laki-laki, misalnya perempuan memiliki hampir dua kali kemungkinan memberikan dukungan terkait dengan toileting bantuan daripada pria (Brazil et. al, 2009). Menurut Mulyatsih (2008) peran keluarga dalam membantu dalam eliminasi (buang air kecil dan besar) yaitu dengan cara keluarga dapat menyediakan urinal terutama di malam hari untuk mencegah klien mengompol, dan untuk membantu klien agar tidak mengalami konstipasi yaitu dengan cara memotivasi klien untuk bergerak aktif, mengkonsumsi makanan tinggi serat, minum air putih minimal 8 gelas perhari dan membiasakan duduk di kloset secara teratur. Berdasarkan teori diatas, beberapa informan telah melakukan hal seperti menyediakan urinal di dekat pasien sehingga ketika pasien ingin 76 buang air kecil bisa dengan segera, dan informan juga membiasakan untuk duduk di kloset agar pasien terbiasa buang air besar dengan lancar dan tidak terjadi konstipasi. Sedangkan ada dua informan yang hanya membantu sedikit pasien dalam eliminasi seperti hanya membantu mengambilkan air saja, atau hanya menyiapkan makanan namun pasien dapat makan dan minum sendiri. Hal tersebut dikarenakan tingkat ketergantungan pasien tidak terlalu tinggi yaitu dengan skor 90-100 dalam melakukan aktivitas sehari-hari. b) Membantu latihan aktifitas untuk mengaktifkan sisi ekstremitas yang lemah Menurut Mulyatsih (2008) pada klien yang masih mengalami kelemahan pada anggota gerak atas, keluarga/caregiver beri dukungan kepada klien untuk mengaktifkan tangan yang lemah tersebut. Anjurkan klien makan, minum, mandi atau kegiatan harian lain menggunakan tangan yang masih lemah dibawah pengawasan dari keluarga. Dari hasil penelitian terdapat lima informan yang melakukan perawatan mengaktifkan sisi ekstremitas yang lemah dan memberikan dukungan agar pasien melakukan aktifitas dengan mandiri sehingga tingkat ketergantungan pasien berkurang dan pasien dapat menjalankan aktivitas seperti sedia kala. Bantuan yang diberikan oleh caregiver untuk pasien seperti membantu dalam memiringkan badan ke kanan dan kiri, menggerakkan dan menekuk tangan agar tidak terjadi kekakuan, membantu pasien untuk meremas bola dengan tangannya agar lentur. Menurut Suprajitno (2004) fungsi keluarga 77 dalam perawatan kesehatan salah satunya adalah memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga (Suprajitno, 2004). Berdasarkan teori tersebut mendukung hasil penelitian yang menujukkan satu informan yang melakukan modifikasi dalam perawatan, hal ini ditunjukkan dengan membuat angkat beban seperti yang dicontohkan oleh fisioterapi di rumah sakit, hal tersebut dilakukan agar kekuatan otot pasien menjadi meningkat sehingga bisa stimulasi otot yang lemah agar bisa bekerja kembali seperti semula. Dukungan dari keluarga dan pemberian perawatan jangka panjang yang tepat membuat penderita stroke dapat memperoleh kembali kualitas hidup mereka hal yang dapat dilakukan seperti pencegahan terjadinya cedera atau jatuh (Sustrani, et. al 2003). Hasil penelitian menunjukkan dua dari lima informan yang melakukan perawatan mengaktifkan sisi ekstremitas yang lemah dengan cara menemani dan menuntun pasien untuk jalan pagi serta mengajarkan pasien untuk berjalan dengan menggunakan tongkat dari yang kaki lima sampai tidak memakai tongkat, hal tersebut dilakukan agar mencegah terjadinya jatuh pada pasien. c) Pemenuhan kebutuhan spiritual klien Menurut Sustrani (2003) perawatan pasien pasca stroke di rumah yang dapat dilakukan oleh keluarga seperti membantu pasien memenuhi kebutuhan spiritual nya (Sustrani, et. al 2003). Memenuhi kebutuhan spiritual pasien dapat dilakukan dengan cara selalu 78 berkumpul dengan keluarga dan melakukan ibadah secara bersamaan/ berjamaah untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta (Mulyatsih, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua informan yang berperan sebagai caregiver melakukan perawatan sesuai dengan teori tersebut, yang dilakukan oleh informan adalah mengajarkan pasien untuk membaca al-qur’an dari awal iqro sampe pasien dapat hatam dan rutin dalam membaca al-qur’an yang sebelumnya jarang dilakukan oleh pasien sebelum pasien sakit. Hal tersebut menunjukkan informan membantu pasien dalam mendekatkan diri kepada sang pencipta dan menuntun pasien untuk menjadi insan yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Selain itu informan juga membiasakan untuk shalat berjamaah dengan pasien agar pasien selalu bersama dengan keluarga, merasa didukung dan termotivasi lebih besar untuk sembuh seperti sedia kala. d) Membantu dalam mengatur program pengobatan atau rawat jalan Perawatan pasca stroke di rumah salah satunya yang dapat dilakukan oleh keluarga termasuk caregiver seperti kepatuhan pengobatan, mengantar rawat jalan, serta membantu untuk mencari pengobatan / akses pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien (Sustrani, et. al 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan membantu pasien dalam mengakses pelayanan kesehatan dan memperoleh pengobatan yang dibutuhkan oleh pasien, tetapi untuk sebagian informan yaitu dua informan melakukan pengobatan dengan cara menghindari faktor yang dapat memperburuk keadaan 79 dan lebih kepada kontrol kesehatan pasien saja. Di sisi lain lima informan melakukan pengobatan berupa pengobatan alternatif seperti akupunktur dan urut untuk membatu pasien dapat berjalan seperti sedia kala, dan satu diantara lima informan tersebut masih mengantarkan pasien untuk fisioterapi ke rumah sakit sebagai rawat jalan pasien tersebut. e) Membantu dalam bersosialisasi dengan lingkungan Menurut Mulyatsih (2008) caregiver dapat membantu pasien dalam bersosialisasi dengan lingkungan agar klien tidak merasa jenuh dan rendah diri karena keadaannya yang sekarang (Mulyatsih, 2008). Sosialisasi yang dilakukan oleh caregiver seperti memoerkenalkan pasien dengan lingkungan sekitar setelah pasien lama tidak beraktifitas atau berdiam diri di rumah, bagi pasien yang tingkat ketergantungannya sudah baik bisa diajarkan sosialisasi seperti melakukan aktifitas yang biasa dilakukan atau melakukan hobi dari pasien, sedangkan untuk pasien yang tingkat ketergantungannya masih kurang stabil dapat dilakukan sosialisasi seperti mengajak jalan-jalan pasien ke tempat yang disenangi maupun di sekitar rumah dan berkumpul dengan tetangga sekitar rumah. Sesuai dengan teori berikut, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada satu informan yang melalukan hal seperti itu dengan cara membiarkan pasien untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan yang disenanginya tanpa melarang pasien untuk melakukannya, hal tersebut dilakukan untuk mengangkat harga diri pasien dan meyakinkan bahwa pasien masih berguna dan 80 dapat melakukan aktivitas dengan mandiri. Informan juga membiarkan pasien untuk berkumpul dengan tetangga maupun rekannya agar pasien tidak jenuh dan tetap bersosialisasi dengan lingkungan seperti biasa. 3. Informasi perawatan yang dibutuhkan caregiver. Informasi perawatan di rumah maupun pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga, ini membutuhkan tempat dan waktu yang tepat. Pendidikan kesehatan harus dilakukan secara berkelanjutan setelah klien pulang oleh pemberi layanan kesehatan di komunitas (Hickey, 2003). Dari hasil penelitian menyatakan bahwa informan yang membawa pasien ke rumah sakit, mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan untuk perawatan pasien di rumah dan program rehabilitasi yang dilakukan oleh keluarga untuk pasien di rumah juga diajarkan. Disisi lain keluarga yang tidak membawa pasien ke rumah sakit dan hanya mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat, sangatlah minim informasi dan hanya tahu informasi dari rekan dan sanak saudara saja, sedangkan menurut Hickey (2003) setelah pasien pulang ke rumah, pelayanan kesehatan di komunitas harus memberikan informasi terkait perawatan dan rehabilitasi di rumah pula guna membantu pasien untuk kembali ke fungsi nya semula. Tenaga proffesional harus menyediakan pelayanan suportif yang memadai dan informasi tentang stroke untuk mencegah penurunan kepuasan dari keluarga dan pasien (Cramm, et. al 2012). Namun pada hasil penelitian hal tersebut tidak sesuai teori yang ada, karena menurut informan ketika mereka membawa pasien ke 81 pelayanan kesehatan terdekat, tidak diberikan informasi apapun terkait perawatan di rumah pasien, sehingga informan sangat minim informasi dari pelayanan kesehatan yang seharusnya memberikan informasi guna meningkatkan kesembuhan pasien. Sementara itu di pelayanan kesehatan tersebut sudah mulai dicanangkan program home visit / kunjungan rumah yang sangat penting bagi pasien rehabilitasi stroke, namun pelaksanaannya kurang berjalan baik sehingga tidak berpengaruh pada peningkatan pengetahuan informasi caregiver ketika membawa pasien ke pelayanan kesehatan tersebut. 4. Hambatan dalam perawatan Pentingnya tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan rehabilitasi bagi pasien pasca stroke. Semakin teratur pasien stroke dalam melakukan rehabilitasi maka resiko kompikasi yang ditimbulkan dapat dicegah dan pengembalian fungsi dengan cepat, sebaliknya jika rehabilitasi tidak dijalani dengan sungguh-sungguh dan teratur maka dapat mempercepat terjadi kelumpuhan permanen pada anggota tubuh yang pernah mengalami kelumpuhan, dan salah satu yang mempengaruhi kepatuhan klien ini adalah peran keluarga (Selamiharja, 2005). Saat ini ketidakpatuhan klien menjadi isu dan masalah keseriusan dikalangan profesional kesehatan. Pengembangan riset atau program di bidang kesehatan tidak akan ada artinya jika tidak diikuti oleh kepatuhan klien terhadap riset atau program bagi mereka. Dari penelitian-penelitian tentang kepatuhan klien terhadap pengobatan, ketidakpatuhan banyak ditemukan pada klien dengan penyakit kronis (Niven, 2002). 82 Berdasarkan teori diatas bahwa kepatuhan pengobatan sangatlah penting bagi kesembuhan pasien, serta peran dan dukungan dari keluarga yang membantu untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan pada pasien. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti didukung oleh penelitian penelitian yang diungkapkan pada teori tersebut, bahwa sebagian dari pasien yaitu dua pasien mengalami ketidakpatuhan dalam pengobatan, dimana informan (P6) menyatakan bahwa pasien tidak mau berhenti untuk mengonsumsi rokok dan kopi, sehingga semakin hari kondisi pasien menjadi lemah dan kelumpuhan bertambah parah, dan informan juga mengatakan apabila keinginan pasien tidak dituruti akan berakibat pasien mengamuk dan membuat informan mengalami hal buruk, maka dari itu informan tidak bisa melarang pasien untuk melakukan hal tersebut. Sedangkan pada informan (P7) sudah mendukung dan membantu untuk mengakses pengobatan untuk pasien, namun pasien tidak mau atau malas untuk berobat, hal tersebut yang mengakibatkan tidak ada kenaikan dari status kesehatan pasien. Dalam hal tersebut muncul lah diagnosa ketegangan peran pemberi asuhan / caregiver role strain yaitu kesulitan dalam melakukan peran sebagai caregiver dikarenakan status kesehatan pasien yang semakin memburuk diakibatkan oleh ketidakpatuhan daripasien dalam pengobatan. Sedangkan pada informan (P3) menyatakan bahwa diri dia sangat kerepotan untuk merawat pasien dikarenakan dia kerja dan masuk pagi, sehingga perawatan pasien tidak maksimal pada pagi hari, hal tersebut juga dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam berobat. Untuk 83 informan (P3) ini diagnosa ketegangan peran pemberi asuhan/caregiver role strain juga muncul karena sumber daya tenaga caregiver yang terbatas sehingga pengobatan tidak maksiman damn membuat tekanan pada caregiver itu sendiri. 5. Sumber dana pengobatan Sangat diharapkan bahwa caregiver yang merupakan keluarga dapat membantu pemulihan penderita stroke. Untuk itu terlebih dahulu diperlukan sikap saling pengertian antara dokter, perawat, fisioterapist, tim rehabilitasi lainnya dengan keluarga perihal keadaan penderita. Tidak jarang terjadi keadaan buntu yang mengakibatkan pulang paksa atau pemberhentian pengobatan, keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Yang sering terjadi adalah dana yang kurang untuk membiayai pengobatan. Biasanya hal ini berakhir pada hak sepenuhnya pada penderita atau keluarga (Harsono, 2000). Teori yang dikemukakan diatas mendukung hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti, seluruh informan menyatakan bahwa dana sangat penting bagi pengobatan pasien. Untuk melakukan pengobatan tidak mudah dan memerlukan sumber dana yang cukup untuk melanjutkan pengobatan tersebut. Sebagian informan mendapatkan bantuan sumber dana dari perusahaan tempat pasien bekerja sehingga biaya pengobatan ditanggung oleh pihak asuransi, sebagian informan lainnya mendapatkan sumber dana berasal dari keluarga yaitu anak-anak dari pasien yang sudah bekerja dan bantuan dari tetangga sekitar yang terkadang ikut membantu 84 dalam biaya pengobatan namun apabila dana tersebut tidak ada maka informan menyatakan bahwa pengobatan dihentikan sementara sampai ada dana untuk berobat kembali. Upaya-upaya untuk dapat memenuhi jaminan kesehatan untuk mencakup semua penduduk (universal coverage) telah banyak diusahakan Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional untuk memenuhi jaminan kesehatan yang bisa dinikmati di seluruh wilayah Indonesia. Untuk informan (P1) dan (P7) mengatakan bahwa mereka mendapatkan bantuan program biaya pengobatan dari jamkesda, namun alokasi dana yang turun untuk berobat tidak seperti yang diharapkan serta pelayanan yang diberikan ketika menggunakan jamkesda tidak sesuai ketentuan, program bantuan dana jamkesmas telah diterima oleh keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami stroke namun ternyata bantuan dana tersebut hanya dapat membantu untuk pembiayaan rawat inap saja. Biaya rawat jalan maupun obat luar dari rumah sakit harus dibebankan kepada keluarga. Hal inilah yang masih dirasakan memberatkan keluarga, karena harus mengeluarkan biaya tambahan walaupun sudah mendapat bantuan dari pemerintah sehingga menyebabkan kedua informan merasa kecewa dan tidak melanjutkan pengobatan kembali dan memilih untuk mengikuti pengobatan gratis yang sering diselenggarakan oleh instansi atau organisasi tertentu. Diagnosa ketegangan peran pemberi asuhan / caregiver role strain pun muncul juga pada tema ini, dimana caregiver mengalami tekanan yang 85 berkaitan dengan keadaan sosioekonomi yang mempengaruhi dalam pengobatan dan kesehatan pasien. 6. Pengalaman menarik yang dialami caregiver Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya (Tomey, 2006). Dalam hal ini pengalaman caregiver keluarga merupakan subjective experience yang dapat diartikan sebagai persepsi yang dibentuk dari hasil interaksi yang lama dengan kejadian atau situasi kejadian berdasarkan hasil interaksi yang lama dengan situasi kejadian (Emerson, 2009). Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif (Emerson, 2009). Dasar teori diatas mendukung hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti, dimana pada informan ditemukan pengalaman yang menurut mereka pengalaman positif dan pengalaman negatif. Lima informan menyatakan bahwa banyak hikmah positif yang terjadi pada dirinya maupun pada pasien, seperti yang dikemukakan oleh informan (P1) bahwa keluarga yang sebelumnya sibuk namun sekarang perhatian kepada pasien, pada informan (P2) menyatakan bahwa lebih dekat dengan pasien dan keinginan pasien dipenuhi oleh informan semata-mata untuk menyenangkan hati pasangan hidupnya tersebut, dan untuk informan (P6) menyatakan bahwa dirinya lebih banyak mengalah untuk pasien, karena sebelumnya informan tersebut sedikit keras dan menuntut namun sekarang sudah lebih banyak mengalah. 86 Selain pengalaman positif hasil penelitian juga menunjukkan adanya pengalaman negatif yang muncul. Menurut penelitian Saban dan Hogan (2012) menyatakan bahwa caregiver mengungkapkan kesulitan mereka mengatasi perubahan mendadak dalam kepribadian pasien stroke. Caregiver terdorong harus belajar untuk mengatasi dan beradaptasi dengan kehidupan baru mereka secara waktu ke waktu (Saban & Hogan, 2012). Sesuai penelitian tersebut, hasil penelitian yang didapatkan peneliti sesuai dengan penelitian sebelumnya, diamana partisipan juga mulai membiasakan diri dan mengatasi hal tersebut dengan koping masing-masing. Pernyataan yang dikemukakan oleh informan, adanya perubahan emosi dan sifat pada pasien pasca stroke merupakan hal utama yang menyebabkan pengalaman negatif terjadi pada informan yang merawat pasien di rumah. Seperti hal nya yang dialami oleh ketiga informan yang mengeluh perubahan pada pasien tersebut membuat dirinya sedikit sedih dan marah, seperti yang dikemukakan oleh informan (P2) menyatakan bahwa dirinya seringkali dipukul apabila pasien sedang emosi lalu informan menegur pasien, maka dariitu informan akan mendiamkan saja apabila pasien sedang emosi agar menghidari pertikaian. Informan (P6) mengatakan bahwa pasien seringkali mengamuk apabila keinginannya tidak dipenuhi, hal tersebut seringkali membuat informan kesal dan lebih memenuhi semua keinginan dari pasien walaupun keinginannya itu terkadang tidak masuk diakal. Informan (P7) menyatakan kesedihannya karena perubahan yang terjadi pada pasien membuat pasien lebih sering emosi, padahal sebelumnya 87 pasien adalah orang yang paling sabar di keluarga namun sekarang seringkali pasien emosi, walau emosi yang ditimbulkan tidak terlalu besar. Perubahan kondisi kesehatan pasien dapat juga mempengaruhi kebiasaan yang sudah dilakukan sehari-hari, seperi hal nya yang diungkapkan oleh informan (P5) yang menyatakan merasa sedikit menagalami kesulitan ketika merawat pasien terutama pada bantuan eliminasi, dan untuk pengobatan pun karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan dan kondisi keluarga yang kurang serta akses untuk berobat sulit karena tidak mempunyai kendaraan pribadi kecuali sepeda motor, maka informan harus menyewa mobil atau naik taksi untuk pengobatan, sehingga hal tersebut memakan biaya yang lebih besar lagi. 7. Perubahan yang terjadi pada caregiver Respon psikologis caregiver yang lebih sering ditemukan dapat digambarkan sebagai stress ( termasuk beban caregiver dan ketegangan caregiver mencakup 58% dari studi), mood ( 30% dari studi) , tanda tanda depresi ( 16 % dari studi) dan koping (13% dari studi). variabel psikologis yang lebih jarang diukur adalah kelelahan, penyesuaian pengasuh, kesedihan, dan kepuasan dengan pengasuhan (Saban et.al, 2010). Beban caregiver didefinisikan sebagai tekanan-tekanan mental atau beban yang muncul pada orang yang merawat lansia, penyakit kronis, anggota keluarga atau orang lain yang cacat. Beban caregiver dibagi atas dua yaitu beban subjektif dan beban objektif. Beban subjektif caregiver adalah respon psikologis yang dialami caregiver sebagai akibat 88 perannya dalam merawat klien dengan penyakit. Sedangkan beban objektif caregiver yaitu masalah praktis yang dialami oleh caregiver, seperti masalah keuangan, gangguan pada kesehatan fisik, masalah dalam pekerjaan, dan aktivitas sosial (Sukmarini, 2009). Tema hasil analisis adalah perubahan pada caregiver. Perubahan yang terjadi pada informan dalam penelitian ini adalah : perubahan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Perubahan fisik yang terjadi pada caregiver adalah kelelahan, sakit kepala/pusing, masuk angin sehingga badan jadi sakit, dan kurang tidur. Perubahan fisik yang dikeluhkan caregiver sesuai dengan penyataan dari Family Caregiver Alliance (2008) yang menyebutkan adanya dampak pada fisik caregiver yaitu adanya nyeri badan. Penelitian Beandlands et. al (2005) semakin menguatkan hasil penelitian ini bahwa adanya dampak pada caregiver pada aspek fisik yaitu adanya keluhan kelelahan. Caregiver dalam melaksanakan perannya memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang mengalami kelumpuhan karena pasca stroke akan mengakibatkan kelelahan karena penurunan daya tahan tubuhnya menjadi berkurang. Namun hasil penelitian ini ternyata ada perbedaan dengan perubahan pada caregiver yang telah diteliti oleh Beandlands et. al (2005). Perubahan psikologis yang terjadi pada caregiver pada penelitian ini adalah adanya jenuh, sedih dan kesal. Menurut Beandlands et al (2005), perubahan psikologis yang terjadi pada caregiver adalah marah, ketakutan, kesal, kecewa, dan depresi. Ada beberapa persamaan yang muncul dari perubahan psikologi ini, yaitu adanya rasa marah dan 89 kesal. Perilaku tersebut muncul karena caregiver menginginkan pasien mengikuti apa yang disarankannya atau apa yang sudah dilakukannya untuk merawat pasien, namun ternyata pasien menolak karena adanya keinginan dalam memenuhi kebutuhan fisiologisnya ataupun karena adanya perubahan emosi dari pasien itu sendiri. Solusi lain untuk menghindari perilaku marah atau kesal adalah dengan menyiapkan caregiver pendamping (Carter, 2004). Hal tersebut mendukung penyataan dari informan (P5) yang memerlukan caregiver pendamping, dan ketika tidak ada siapapun yang membantu, rasa kesal itu timbul pada informan (P5). Menurut Carter (2004), caregiver merupakan pekerjaan yang sangat keras dan penting, dan selalu mendengarkan keluhan dan permintaan pasiennya. Namun pada saat tertentu caregiver akan mengalami kejenuhan serta membutuhkan perhatian (Carter, 2004). Hal tersebut juga dirasakan oleh informan (P3) yang merasa jenuh selama merawat pasien, sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain dan perhatian dari keluarga agar rasa marah, kesal dan jenuh dapat berkurang. Perubahan fisik menurut hasil penelitian Beandlands et al (2005), menyebutkan adanya arthritis, hipertensi, penyakit jantung, insomnia, sakit otot, dan kelelahan. Perubahan fisik yang terjadi pada caregiver adalah kelelahan, masuk angin sehingga nyeri badan, flu, dan kepala pusing. Perubahan fisik yang dikeluhkan caregiver sesuai dengan hasil penelitian dari Family Caregiver Alliance (2008) yang menyebutkan adanya dampak pada fisik caregiver yaitu adanya nyeri badan. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang menyatakan bahwa caregiver 90 mengalami kelelahan serta stress dan sekitar 40% dari family caregivers mengalami gejala somatik / mengalami gangguan kesehatan juga dikarenakan stress itu sendiri dan daya tahan tubuh yang lemah ( Sit, et. al 2004). Namun pada hasil penelitian ditemukan juga informan yang tidak mengalami perubahan fisik, yaitu pada informan (P1) dan informan (P4) yang mengatakan bahwa selama merawat pasien tidak ada keluhan penyakit apa-apa dan selalu dalam keadaan sehat. Faktor seperti jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, tingkat kecemasan/tingkat stress serta kelelahan caregiver akan sangat menentukan ada tidaknya perubahan setelah memberikan perawatan. Perubahan sosial yang terjadi pada caregiver dalam penelitian ini adalah terdapat perubahan aktifitas, peran dan tidak dapat mengikuti kegiatan. Terdapat persamaan dengan hasil penelitian. Beandlands et al (2005), yaitu adanya perubahan dalam mengikuti kegiatan sosial karena terbatasnya pergaulan. Caregiver tidak dapat mengikuti kegiatan di lingkungan sekitarnya seperti arisan, pengajian, kumpul bersama teman teman sekolah. Semua aktifitas tersebut menjadi sangat terbatas karena caregiver harus banyak membantu dan menemani pasien dengan pasca stroke. pengasuh juga mengutip kehilangan waktu pribadi sebagai masalah konstan yang mereka hadapi setelah stroke. Tuntutan pengasuhan saat tanggung jawab tambahan sebagai pengurus pasien, meninggalkan sedikit waktu pribadi untuk caregiver (Saban & Hogan, 2012). Merawat anggota keluarga dengan pasca stroke dapat menyebabkan gangguan peran sosial. Teori tersebut mendukung hasil 91 penelitian, seperti yang dikemukakan oleh informan (P2) dan informan (P3) bahwa caregiver menjadi terbatas aktivitasnya karena kelemahan fisik selama mengurus pasien, sehingga lebih banyak berdiam diri di rumah. Akibatnya caregiver tidak dapat menjalankan peran di keluarga dan masyarakat sekitarnya. Caregiver seharusnya berperan sesuai dengan struktur dalam keluarga dan sosialnya. Sementara pada informan (P6) tidak dapat menjalankan aktivitas sehari- hari dan sosialisasi dengan lingkungan diakibatkan karena permintaan pasien itu sendiri yang tidak ingin ditinggal dan ingin selalu caregiver ada di dekatnya. Perubahan spiritual terjadi pada caregiver dalam penelitian ini caregiver menjadi lebih mendekatkan diri pada Tuhannya, lebih giat melaksanakan ibadahnya, pasrah kepada Tuhannya, banyak bersyukur serta meyakini bahwa yang dilakukannya bernilai ibadah. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa hampir semua partisipan mengatakan lebih mendekatkan pada Allah dibanding sebelumnya. Mendekatkan diri kepada Tuhannya dilakukan oleh partisipan dengan menjalankan ibadah seperti ikut pengajian, sholat, berdoa, dan sikap pasrah terhadap ketentuan Allah. Rasa bersyukur partisipan diwujudkan dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhannya. Merawat pasien dengan pasca stroke ternyata dapat mendekatkan dengan sang pencipta dan merasakan Tuhan sayang padanya, karena masih diberikan kesempatan untuk beribadah. Potter dan Perry (2009) menyatakan seseorang akan memperoleh manfat lebih besar ketika seseorang menggunakan kepercayaannya sebagai kekuatan yang dapat memberikan dukungan pada kesehatannya. 92 Kepasrahan dan keyakinan adanya kasih sayang Allah telah menjadikan caregiver tetap bertahan untuk tetap memberikan perawatan pada pasien pasien pasca stroke. Selain mendekatkan diri kepada Allah, caregiver menyatakan ini adlaah saatnya untuk membalas kebaikan yang sudah pasangan berikan untuk caregiver, segabai pasangan hidup harus bersama di dalam suka maupun duka, sehingga dalam keadaan sakit seperti ini pun caregiver harus berbakti kepada pasangan hidupnya. Berdasarkan diagnosa Caregiver Role Strain / ketegangan peran pemberi asuhan bahwa ketegangan dalam merawat pasien pasca stroke di rumah akan mengakibatkan banyaknya perubahan yang terjadi pada caregiver itu sendiri, maka dari itu sesuai dengan intervensi secara tidak langsung yang dilakukan kepada caregiver oleh peneliti yaitu sesuai dengan rujukan NIC Caregiver Support, bahwa peneliti telah mengajarkan teknik manajemen stres pada caregiver seperti untuk selalu berdoa dan menerima dengan ikhlas apa yang terjadi, apabila ada masalah peneliti menganjurkan caregiver untuk berbagi cerita kepada sanak saudara maupun orang yang dipercaya agar mendapat solusi dan tidak memberatkan bagi caregiver itu sendiri. Selain itu peneliti juga mendorong caregiver untuk berpartisipasi dalam kelompok dukungan caregiver di masyarakat agar saling berbagi pengalaman sesama pemberi asuhan pada pasien pasca stroke. Peneliti juga menginformasikan caregiver perawatan kesehatan dan sumber daya masyarakat yang dapat dikunjungi atau didatangi oleh 93 caregiver apabila pasien maupun caregiver itu sendiri membutuhkan bantuan. 8. Kekohesifan hubungan keluarga Perawatan selama sakit yang diberikan oleh caregiver kepada pasien sangatlah berharga, dan karena penyembuhan pasien pasca stroke tersebut tidak cepat, maka dari itu hubungan yang kuat dan dekat dari keluarga sangat mempengaruhi penyembuhan dari pasien. Penelitian mengatakan bahwa 75% pasien stroke yang dilakukan penelitian (jumlah sample adalah 40) bahwa mereka yang tinggal dengan keluarga memiliki kemampuan merawat diri dan memiliki tingkat mobilisasi yang lebih maju/ lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak dirawat oleh keluarga. Hal ini terlihat karena besarnya dukungan dari keluarga yang membantu kesembuhan serta emosional dari penderita itu sendiri (Mak, et. al 2006). Teori tersebut mendukung dengan hasil penelitian yang didapatkan, yaitu terdapat empat informan yang lebih mejaga hubungan harmonis dengan pasien dan juga keluarga yang selalu berkumpul bersama dengan pasien semenjak pasien sakit, hal tersebut menyebabkan peningkatan rasa kasih sayang antar keluarga kepada pasien dan sebaliknya, dan rasa sayang tersebut akan menimbulkan adanya dukungan sosial yang kuat antar keluarga dan pasien agar kondisi pasien menjadi lebih baik lagi, dan cepat pulih seperti semula. 9. Harapan caregiver untuk pasien 94 Harapan keluarga terhadap pihak pihak terkait merupakan gambaran keinginan yang dimiliki oleh keluarga. Harapan keluarga dalam penelitian ini berkaitan dengan fungsi, sumber dan bentuk dukungan. Keluarga hendaknya memberikan dukungan kepada caregiver selama merawat pasien hemodialisa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Friedman, Bowden, dan Jones (2003), keluarga harus melaksanakan fungsi afektif dan koping dengan memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota keluarga dalam bentuk mempertahankan saat terjadi stress pada keluarga. Harapan yang dikemukakan caregiver yang merawat pasangan hidupnya sama dengan harapan caregiver yang merawat anaknya serta merawat orangtuanya. Keinginan yang paling utama adalah kesehatan bagi diri caregiver dan kesembuhan anggota keluarga yang dirawatnya. Doa yang dipanjatkan keluarga berupa adanya mukjizat atau keajaiban dari Tuhan merupakan keinginan seorang makhluk terhadap Penciptanya. Adanya bantuan dari pemerintah selalu menjadi harapan keluarga karena beban biaya yang sangat besar. B. Keterbatasan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti masih memiliki keterbatasan yaitu : 1. Penelitian ini merupakan pengalaman pertama peneliti, sehingga peneliti masih menghadapi banyak kesulitan untuk mendengarkan dan memperhatikan semua yang diungkapkan informan, sehingga peneliti 95 belum mampu untuk berfikir cepat dan merespon pernyataan dari informan. Kurangnya pengalaman dalam melakukan analisis data kualitatif sehingga menyebabkan peneliti mengalami kesulitan terutama dalam menentukan tema dan sub tema dari hasil wawancara yang telah dilakukan, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan data analisis. Pengelolaan waktu juga mempengaruhi dalam melakukan analisis deskripsi dan pembahasan yang dirasakan masih belum mendalam. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan tentang simpulan yang mencerminkan refleksi dari temuan penelitian dan saran yang merupakan tindak lanjut dari penelitian ini. A. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman secara mendalam mengenai pengalaman caregiver dalam merawat pasien pasca stroke di rumah pada wilayah kerja puskesmas Benda Baru kota Tangerang Selatan. Berdasarkan tema-tema yang teridentifikasi pada hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa merawat pasien pasca stroke di rumah sebagian besar dilakukan oleh pasangan dari pasien tersebut baik suami maupun istri. 2. Perawatan yang dilakukan di rumah oleh caregiver meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, bantuan latihan aktivitas, pemenuhan spiritual, mengatur program pengobatan, serta membantu dalam sosialisasi dengan lingkungan. Paling banyak yang dikeluhkan oleh caregiver adalah ketika membantu dalam eliminasi ( buang air besar) dan dianggap paling berat karena harus segera. 3. Kesulitan yang dihadapi caregiver ddalam merawat meliputi ketidakpatuhan pasien terhadap terapi yang diberikan dan perubahan emosional dari pasien yang menghambat perawatan di rumah pada pasien pasca stroke. 95 96 4. Dalam melakukan perawatan di rumah, caregiver mengalami beberapa pengalaman yang menarik baik pengalaman positif maupun negatif. Pengalaman perawatan tersebut menimbulkan berbagai perubahan pada caregiver berupa perubahan psikologis, fisik, sosial dan spiritual pada caregiver keluarga dan berdampak pada kemampuan caregiver keluarga dalam merawat pasien pasca stroke di rumah. 5. Diagnosa Ketegangan Pemberi Asuhan ( Caregiver role strain ) muncul di dalam hasil penelitian ini dan enam dari tujuh informan mengalami ketegangan tersebut sehingga menimbulkan berbagai perubahan pada caregiver itu sendiri, hal ini berarti perawatan apsien pasca stroke tidaklah mudah dan menyebabkan munculnya ketegangan pada pemberi asuhan. 6. Hasil penelitian menunjukkan kurang nya pemberian informasi terkait perawatan di rumah. Dengan pemberian informasi, edukasi dan perencanaan pulang yang terstruktur, caregiver keluarga dapat menghadapi tantangan yang ada selama merawat pasien stroke. 7. Selain informasi juga dibutuhkan bantuan dana untuk membantu pengobataan lanjutan bagi pasien, dan bantuan yang telah didapat oleh pasien dan keluarga belum mencukupi untuk biaya pengobatan sehingga sebagian pasien tak melanjutkan pengobatannya. B. Saran Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 97 1. Pelayanan Keperawatan Komunitas a) Perawat pelaksana di rumah sakit perlu memberikan informasi yang dibutuhkan pasien terkait dengan perawatan pasien pasca stroke di rumah seperti pengendalian faktor resiko kekambuhan, latihan-latihan fisik kepada pasien dan keluarga sehingga dapat melakukan perawatan di rumah dengan baik. b) Pelayanan kesehatan komunitas maupun perawat komunitas perlu meningkatkan perannya sebagai peran edukasi untuk mengembangkan discharge planning, memberikan informasi seperti dengan melakukan promosi kesehatan atau kunjungan rumah (home visit) dapat dilakukan untuk mengetahui sejauh mana caregiver melaksanakan peran dan fungsinya serta mengetahui keadaan kesehatan pada pasien pasca stroke tersebut. 2. Bagi penelitian selanjutnya Perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam lagi tentang pengalaman caregiver dalam merawat pasien pasca stroke di rumah dalam waktu yang lebih lama dan karakteristik partisipan yang lebih beragam. Hal ini perlu dilakukan agar dapat diketahui makna merawat, bukan hanya pada wanita, tetapi pada pria, hasil penelitian tersebut akan lebih menunjukan kebutuhan akan informasi dan edukasi yang diperlukan. 3. Bagi pemerintah Perawatan pasien stroke memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar. Kebijakan pemerintah untuk menyediakan biaya perawatan yang terjangkau sangat diharapkan oleh seluruh pasien dan 98 caregiver agar dapat memberikan pelayanan yang optimal. Untuk rumah sakit sendiri, dapat dibuat kerjasama dan kebijakan mengenai sistem asuransi kesehatan yang mudah dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Agustina, Hana Rismadewi., Ayu Prawesti Priambodo., Irman Somantri. Kajian Kebutuhan Perawatan di Rumah bagi Klien dengan Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2012 dari http://pustaka.unpad.ac.id pukul 12.15. 2009. Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. 2008. Beandlands et. Al. Caregiving by Family and Friends of Adults Receiving Dialysis. Nephrology Nursing Journal. Vol. 32. 2005. Bowman, Liza. Management of Clients with Stroke. In: Black, Joyce M. dan Jane Hokanson Hawks. 2009. Medical-surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes (8th Ed., pp. 1843-1871). Philadelphia: Elsevier Health Science Division. 2009. Brazil, K., Thabane, L. Foster and Bedard M. Gender difference among Canadian spousal caregivers at the ends of life. Health & Social Care in the Comunity. 17(2), 159-166. DOI: 10.1111/j.1365-2524.2008.00813.x. 2009. Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne Dotchterman. Nursing Interventions Classification (NIC) 5th ed. USA: Mosby Elsevier. 2008. Burns, Nancy and Susan K. Grove. The Practice of Nursing Research: Conduct, Critique, and Utilization 5th ed . Missouri: Elsevier Saunders. 2005 Carter, P. A. Caregivers Descriptions of Sleep Changes and Depressive Symptoms . Oncology Nursing Forum , 29 , 1277 – 1283. 2002 Christensen, Barbara Lauritsen and Elaine Oden Kockrow. Adult Health Nursing 5th ed. USA: Mosby. 2006. Cramm, Jane M., Mathilde M. H. Strating and Anna P. Nieboer. Satisfaction with care as a quality-of-life predictor for stroke patients and their caregivers. Qual Life Res 2012 21:1719–1725 doi: 10.1007/s11136-011-0107-1. 2012. Data Puskesmas Benda Baru. Jumlah penderita pasca stroke. 2012 Djam'an, Satori dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010. Emerson, Ralph Waldo. Experience. In: Emerson, Ralph Waldo. Essays. USA: Accessible Publishing Systems. 2009. Handayani, Dyah Yulistika dan Dinarsari Eka Dewi. Analisis Kualitas Hidup Penderita dan Keluarga Pasca Serangan Stroke (Dengan Gejala Sisa). Psycho Idea, Tahun 7 No.1. Diakses pada tanggal 13 Desember 2012 dari http://jurnal.ump.ac.id/index.php/psikologi/article/view/4/4 pukul 19.25. 2009. Friedman, Marilyn.M., Bowden, V.R., & Jones, Elain G. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek. Alih Bahasa: Achir Yani S. Hamid et al. Edisi 4. Jakarta : EGC. 2003. Friedman, Marilyn.M., Bowden, V.R., & Jones, Elain G. Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek. Alih Bahasa : Hamid,AY., Sutama A., Subekti,N.B., Yulianti D. Dan Herdina N. Edisi 5. Jakarta: EGC. 2010. Ginsberg, Lionel. Lecture notes: neurologi. Alih bahasa: Indah Retno Wardhani. Jakarta: Erlangga. 2007. Graneheim, U.H. and B. Lundman. Qualitative content analysis in nursing research: concepts, procedures and measures to achieve truthworthiness. Elsevier Nurse Education Today 24, 105-112 doi: 10.1016/j.nedt.2003.10.001. 2004. Hickey, JV. The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical Nursing 5th ed. Philadelphia: Williams & Wilkins. 2003 Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Igtanavicius, D.D., and Workman, M.L. Medical surgical nursing: Patientcentered collaborative care 6th ed. St.Louis, Missouri: Elsevier Saunders. 2010. Irdawati dan Winarsih Nur Ambarwati. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Keluarga dengan Perilaku dalam Meningkatkan Kapasitas Fungsional Pasien Pasca Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol . 2 No.2, Juni 2009 : 63-68. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2012 dari http://publikasiilmiah.ums.ac.id. Lumbantobing, S.M. Stroke : Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Louw Anneke, Endawati R. Tesis Penentuan Validitas dan Reliabilitas The Zarit Burden Interview untuk Menilai Beban Caregiver dalam Merawat Usia Lanjut dengan Disabilitas. Jakarta: FKUI. 2009. Mak, Annie KM., Ann Mackenzie, May HL. Lui. Changing needs of Chinese family caregivers of stroke survivors. Journal of Clinical Nursing, 16, 971979. 2006. Mangoenprasodjo A.Setiono. Stroke. Yogyakarta: Thinkfresh. 2005. Moleong, Lexy Dr. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004. Moorhead, Sue., Marison Johnson, Meridean L.Maas, Elizabeth Swanson. Nursing Outcomes Classification 4th ed. USA: Mosby Elsevier. 2008 Mubarak, Wahit Iqbal. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto. 2006. Mulyatsih, Enny. Stroke : Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Niven, Neil. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2002 Polit, D.F. and Cheryl Tatano Beck. Nursing Research: Generating and Assesing Evidence for Nursing Practice 8th Ed. Philadelpia: Lippincot Williams & Wilkins. 2004. Polit, D.F. and Cheryl Tatano Beck. Nursing Research: Principles and Methods. Philadelpia: Lippincot Williams & Wilkins. 2004. Potter, P.A., dan A.G. Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik edisi 4. Jakarta: EGC. 2009 Rasyid, Al. dan Lyna Soertidewi. Unit Stroke : Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Riskesdas 2007. Diakses dari http://labmandat.litbang.depkes.go.id/menudownload Pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 14.57. 2007. Saban, Karen L., Paula R. Sherwood, Holli A. Devon, and Denise M. Hynes. Measures of Psychological Stress and Physical Health in Family Caregivers of Stroke Survivors: A Literature Review. Journal of Neuroscience Nursing. American Association of Neuroscience Nurses. 2010. Saban, Karen L., Nancy S. Hogan. Female Caregivers of Stroke Survivors: Coping and Adapting to a Life That Once Was. Journal of Neuroscience Nursing. American Association of Neuroscience Nurses, DOI: 10.1097/JNN.0b013e31823ae4f9. 2012. Sungbom, Pyun., Yang Heeseung, Lee Sangil, Yook Jinsook, Kwon Jaesung, and Byun Eunmi. A Home Programme For Patients With Cognitive Dysfunction: A Pilot Study. Brain Injury, 23(7-8): 686-692. Informa Heathcare. 2009. Saryono dan Mekar. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. 2010. Shenton, Andrew K. Strategies for ensuring truthworthiness in qualitative research projects. Education for Information 2004, 22, 63–75. IOS Press. Sismadi, Sukmiasi dr. Lupus & Stroke. Jakarta: Sisma DigiMedia. 2005. Sit, Janet WH., Thomas KS Wong, Michael Clinton, Leonard SW., Yee-man. Stroke care in the home : the impact of social support on the general health of family caregivers. Journal of Clinical Nursing, 13, 816-824. 2004. Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC. 2002. Struebert, Helen J. And Dona R. Carpenter. Qualitative Research in Nursing: Advancing the Humanistic Imperative. Philadelphia: Lippincot. 2003. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. 2009. Sukmarini, Natalingrum. Optimalisasi Peran Caregiver Dalam Penatalaksanaan Skizofrenia. Bandung: Majalah Psikiatri XLII(1): 58-61. 2009. Suprajitno. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC. 2004. Sustrani,Lanny., Syamsir Alam, Iwan Hadibroto. Stroke. Jakarta : Gramedia. 2003. Swanson, Kristen M. Processes Related to Qualitative Research. In: Wood, Geri Lobiondo and Judith Haber. 2006. Nursing Research Methods and Critical Apprisal for Evidence-Based Practice, 6th ed. USA: Mosby Elsevier. 2006. Tantono, Siregar H., Siregar IMP, Hassan Z. Beban Caregiver Lanjut Usia Suatu Survey Terhadap Caregiver Lanjut Usia di Beberapa Tempat Sekitar Kota Bandung. Bandung: Majalah Psikiatri XL(4): 32-33. 2006 Taylor, S.E., Peplau, L. A., Sears, D.O. Social Psychology, 12th ed. Prentice Hall: New Jersey. 2006. Tomey, Ann Marriner and Martha Raile Alligood. Nursing Theories and Their Work. USA: Mosby Elsevier. 2006 Truelsen,Thomas, Stephen Begg and Colin Mathers. The Global burden of Cerebrovaskular Disease. Diakses dari www.who.int/healthinfo/statistics/bod_cerebrovasculardiseasestroke.pdf pada tanggal 15 Oktober 2012 pukul 14.01. 2006. Wiener, Carolyn.L and Marylinn J. Dodd. Theory of Illness Trajectory. In: Tomey, Ann Marriner and Martha Raile Alligood. Nursing Theorist and Their Work . USA: Mosby Elsevier. 2006. Valery, Feigin. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan Pemulihan Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. 2006. Williams, Jane., Lin Perry., Caroline Watkins. Acute Stroke Nursing. United Kingdom: Wiley-Blackwell. 2010. Wood, G. Lobiondo and Haber. Nursing Research: Methods and Critical Appraisal for Evidence Based Practice. St. Louis: Mosby. 2006. World Health Organization 2004. The Impact of Chronic Disease in Indonesia. Diakses dari www.who.int/entity/chp/chronic_disease_report/media/impact/indonesia.pdf pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 15.46. Yastroki 2009. Indonesia tempati urutan pertama didunia dalam jumlah terbanyak penderita stroke. Diakses dari http://www.yastroki.or.id/read.php?id=341 Pada tanggal 14 Oktober 2012 pukul 13.15. ________. Stroke Caregivers Face Their Own Health Challenges. Diakses dari http://www.caringnews.com/pub.59/issue.1550/article.6487/ tanggal 15 Maret 2013 pukul 13.20 WIB. 2013. ________. Family Caregiver Alliance: Women and Caregiving: Facts and Figures diakses dari http://www.caregiver.org/caregiver/isp/contenbtnode.isp?nodeid=1822 tanggal 16 Mei 2013. 2003. KEMBNTERIAN AGAMA uNryERsrTAS rsLAM NEGBRT ( UrN ) SYARIF HIDAYATT]LLAH JAKARTA FAKT]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESBHATAN Jl. Kertamukri No. 5 Pisangan Ciputat Telp. : (62-21)74716'718 Fax : (62-21) 740198s Wibsire : www.uinjkt.ac.id; E-maii: fkik'@uinllr.ac.ia 15419 Nomor : Un.01/Fl0/KM.0l.2lZz9g. Ciputat, 27 Desember 2012 12012 Lampiran : - Hal : Permohonan Izin Studi Pendahuluan Kepada YangTerhormat, Kepala Puskesmas Benda Bar".r Perumahan Villa Dago Kelurahan Benda Baru di Tangerang Selatan Assalamu'alaikum Wr. Wb- Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa diperlukari penyusunan Skripsi yang berjudul "Gambaran Peran Keluarga Dalam Pelaksanaan Perawatan di Rumah Pada Pasien Pasca stroke di Wilayah Kerja Puskesmas BenrJa Baru" sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin melaksanakan studi pendahuluarr atas nama : Nama Erythrina Julianti NIM 109104000022 Semester VII Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih. lVassalamu'alaikum Wr. Wb. A.n. Dekan Pembantu Dekan Tembusan: Dekan FKIK fauhari Widjajakusumah, AIF., PFK PEMBRINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DINAS KESEHIffAN Jl. Witana Harja Komp. Sasmita jaya No. 27 Telp. 021 -7M1557,Fax.021 -7441236 - Pamulang Pamulang, 18 Desember 2012 Nomor : 800 cpcu.r / Dinkes I Xll I 2012 Kepada Yth, Lampiran Perihal Dekan : Pemberian lzin Studi Pendahuluan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan fimu Kesehatan diTEII{PAT Schubungan dengan adanya surat dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarra Fakultas Kcdokteran dan Ilmu Kesehalan, Nomor : Permohonan lzin Studi Pendahuluan atas nama Un.0li FI0/KM0l.2/ /2012, perihal : : Nama Erythrina Julianti NIM 109104000022 Program Studi llmu Keperawatan Tema "Gambaran Peran Keluarga dalam Pelaksanaan Pcrawatan di Rumah pada Pasien Pasca Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru" Pada dasarnya kami tidak keberatan untuk memberikan Izin Stud Pendahuluan lang dilakukan oleh Mahasiswa LjIN Syarif Hidayatullah Jakarta, adapun dalam hal pelaksanaannya harap untuk berkoordinasi kepada Kepala UPT Puskesrnas yang akan dikunjungi. Demikian atas perhatian dan kerja sanuuya KLP ,TL * lorilAs l( "-{ 1 fz\ terima kasih DIN S KESEHATAN NG S]OLATAN -fr' NIP. 19690204 1990031 006 Tembusan:Yth l. Ibu Wali kota Tangerang Selataq (sebagai laporan) 23. ; Kepala UPT Puskesmas Benda Baru di Kota T'angerang Selatan; Yang Bersangkutan, KEMENTERIAN AGAI\,TA TINTyERSTTAS rSLAM NEGERT ( UrN ) SYARIF HIDAYATT]LLAH JAKARTA FAKT]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAIY Telp. : (62-21) 74716718 Ftx : (62-21) 740498s Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : [email protected] Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419 Nomor : Un.01/Fl0/Ktn.01.21799'U2013 Ciputa! ll Juni20l3 l^ampiran : : Permohonan Izin Penelitian Hal Kepada Yang Tertormat, Kepala Kelurahan Benda Baru JI. H. Rean No.17 Rt 02 Rw Cl Kecamatan Pamulang Kota Tangsel di Tangerang Selatan- I 54 I 6 Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dalam Engka penyelesajan tugas ali-hir perkuliahan mahasiswa diperlukarr penyusunan Skripsi yang berjudul "Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke di Rumah Pada Wilayah Kerja Puskesmas Bsnda Baru Kota Tangerang Selatan " Sehubungan dengan penelitian atas nama : itu kami mohon diberikan izin melaksanakan Nama Erythrina Julianti NIM 109104000022 Semester VM Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih. Widjajakusumah, AIF., PFK Tembusan: Dekan FKIK PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KECAMAfrAN PAMULANG KELURAHAN BENDA BARU Jl. H. Rean No.17 Rt.005 Rw.02 Kelui'ahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang Kode Pos 15416. Kota Tangerang Selatan, Telp.02l-7400838 SURAT I(BTERANGAN Nonror : Yang t+o(f/e tKel.Bd Br / VIl I z}t3 bertanda tangan dibawah 1 angerar-rg Selatan den gar-r ir-ri ini. Lurah Benda Baru Kecamatan pamulang Kota menerangkan bahr,va: Nama FRYTI-IRINA JIJLIANTI NIM 109104000022 Semester VIiI Progran-r Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatuilah -Iakarta. Bahwa benar )'ang bersangkutan telali melakr-rkan penelitian pada 'rvilhyah kerja Puskesrrias Keluraltan Berrcla Baru se.iak Tanggal l5.lurni sanipai dengan Tanggal 05 Juli 2013 Dengan baik dan sungguh sunggulr. Demikianlah surat keterangan ini buat dengan sebenarnya, kepacla yang berkepentingan dapat mempergunakan sebagaimana rnestinya. ffi oF ,t \ , l0 .luli 201 3 h Benda Baru ffi PROGRAM STTIDI II,MII KNPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAI\ ILMU KESETIATAN UIN SYARIF HIDAYATTJLLAH JAKARTA lrrr-l llrltll lhL'iG Kepada Yth, Benda Baru, 3 Jmi 2013 Bapak/Ibur Saudara/Saudari Di Tempat Assalamu'alaykum, Wr. Wb Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang sarva hormati, Sehubungan dengan tugas akhir dalam penyelesaian studi untuk mendapatkan gelar sarjana (S.Kep), saya sebagai peneliti: Nama :'Erythrina Julianti NIM : 109104000022 Jurusan : Program Studi Iknu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayafirllah Jakarta Kontak :085691796805 Mohon kiranya Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat meqiadi informan dalam pe,nelitian saya de,ngan judul '?engalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke Di krmah Pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Banr Kota Tangerang Selatan". Dimana informan akan dilakukan wawancara selama 45{0 menit. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan sebagai infomnn sangat berharga dalam penelitian ini. Jika ada pertanyaan berkaitan penelitian ini Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat menghubungi peneliti. Atas perhatian dan partisipasi BapaMbu/Saudara/Saudari, peneliti mengucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum, Wr. Wb. Benda Baru,3 Juni 2013 Hormat Saya, -e- Erythrina Julianti a Irrr-l ll,rlrrl hbh PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKUTTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKAP.TA LEMBAR PERSETUJUAN INFORMAN Saya telah diminta dan memberikan izin untuk terlibat dalam penelitian dan berperan serta sebegai responden dalam penelitian yang "Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke Di ini berjudul Rumah Pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan" yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti telah menjelaskan teriang penelitian yang dilakasanakan. Saya mengetahui bahrva tujuan penelitian aka-n ini dapat meningkdtkan kualitas pelayanan kesehatan. Saya mengerii bahwa catatan mengenai penelitian Kerahasiaan ini dijamin ini akan dirahasiakan. selegal mungkin. Sernua berkas yang mencantumkan identitas subyek peneliti hanya akan digunakan untuk keperluan pengelolaan data penelitian dan bila sudah tidak digunakan lagi akan dihapus. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data. Demikian dengan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya berperan sebagai infonnan dalam penelitian ini. BendaBarq I Juni20l3 Informan PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN UTAMA A. Petunjuk Umum 1. Tahap Perkenalan 2. Tahap Pencarian 3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam B. Petunjuk Wawancara Mendalam 1. Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti dan didampingi oleh seorang pencatat. 2. Anggota keluarga (caregivers) mempunyai kebebasan untuk menyampaikan pendapat, pengalaman, saran, dan komentar. 3. Pendapat, pengalaman, saran, dan komentar dari anggota keluarga (caregivers) tidak ada yang salah/benar. 4. Jawaban untuk kepentingan penelitian dan tidak mempengaruhi tugas dari anggota keluarga (caregivers). 5. Semua pendapat, pengalaman, saran, dan komentar akan dijamin kerahasiaannya. 6. Izin untuk direkam oleh tape recorder selama 30-45 menit untuk membantu pencatatan agar tidak ada pernyataan yang terlewatkan akan dimintakan dari setiap partisipan. 7. Partisipan dapat menarik informasi yang diberikan kapan saja tanpa sanksi apapun. C. Identitas Informan 1. Nama : 2. Usia : 3. Tanggal : 4. Waktu : 5. Tempat : D. Panduan Wawancara 1. Pertanyaan mengenai caregiver yang berperan dalam merawat. a) Siapakah yang biasanya merawat klien di rumah? b) Apa hubungan antara ibu/bapak/mbak/mas dengan klien? 2. Pertanyaan mengenai hambatan yang terjadi dalam perawatan. a) Dapatkah anda menceritakan hambatan atau kesulitan yang terjadi dalam melakukan perawatan di rumah ? (probe: kalau ada apa saja hambatan yang dialami oleh keluarga?) b) Darimanakah anda mendapat dana sumber untuk pengobatan? 3. Pertanyaan mengenai pengalaman selama melakukan perawatan pada klien. a) Dapatkah anda menceritakan bagaimana pengalaman bapak/ibu/mbak/mas selama merawat klien? (probe: adakah pengalaman yang menarik bagi anda?) b) Dapatkah anda menceritakan pengalaman menyenangkan selama merawat pasien? c) Dapatkah anda menceritakan pengalaman yang tidak menyenangkan selama merawat pasien? d) Bagaimana perasaan bapak/ibu/mbak/mas menjadi perawat bagi keluarga anda sendiri?? 4. Apakah ada perubahan dalam tubuh maupun keseharian anda selama merawat pasien? 5. Apa harapan anda terhadap pasien?