pengalaman caregiver dalam merawat pasien pasca stroke di

advertisement
PENGALAMAN CAREGIVER DALAM MERAWAT
PASIEN PASCA STROKE DI RUMAH PADA WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BENDA BARU KOTA
TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
ERYTHRINA JULIANTI
109104000022
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama
: Erythrina Julianti
NIM
: 109104000022
Judul Skripsi
: Pengalaman Caregiver dalam Merawat Pasien Pasca
Stroke di Rumah pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda
Baru Kota Tangerang Selatan
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa semua pernyataan dalam skripsi ini:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta,
September 2013
Erythrina Julianti
ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
PENGALAMAN CAREGIVER DALAM MERAWAT PASIEN
PASCA STROKE DI RUMAH PADA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BENDA BARU KOTA TANGERANG SELATAN
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSUN OLEH
ERYTHRINA JULIANTI
109104000022
Pembimbing I
Pembimbing II
Uswatun Khasanah, S.Kep, Ns, MNS
NIP: 197704012009122003
Maftuhah, M.Kep, Ph.D
NIP: 196808082006042001
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
PENGALAMAN CAREGIVER DALAM MERAWAT PASIEN PASCA
STROKE DI RUMAH PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDA
BARU KOTA TANGERANG SELATAN
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh :
Senin, 23 September 2013
Erythrina Julianti
NIM: 109104000022
Pembimbing I
Pembimbing II
Uswatun Khasanah, S.Kep, Ns, MNS
NIP: 197704012009122003
Maftuhah, M.Kep, Ph.D
NIP: 196808082006042001
Penguji I
Penguji II
Uswatun Khasanah, S.Kep, Ns, MNS
NIP: 197704012009122003
Maftuhah, M.Kep, Ph.D
NIP: 196808082006042001
Penguji III
Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB
NIP: 197311062005012003
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
PENGALAMAN CAREGIVER DALAM MERAWAT PASIEN PASCA
STROKE DI RUMAH PADA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDA
BARU KOTA TANGERANG SELATAN
Disusun Oleh:
ERYTHRINA JULIANTI
109104000022
Jakarta, September 2013
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM
NIP: 197905202009011012
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr (Hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Erythrina Julianti
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 23 Juli 1991
Status Pernikahan
: Belum menikah
Alamat
: Pamulang Permai 2 Blok E 60 no.9, RT 002 RW 012.
Benda Baru - Tangerang Selatan 15416
Telepon
: 021-74635037 / 0856-917-96-805
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Serua X
[1997-2003]
2. SMP Negeri 2 Pamulang/SMP Negeri 9 Kota Tangerang Selatan [2003-2006]
3. SMA Negeri 1 Cisauk/ SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan
[2006-2009]
Riwayat Organisasi
1. PRAMUKA
[2001-2003]
2. PASKIBRA SMPN 2 Pamulang
[2003-2005]
3. Sekretaris Umum OSIS SMPN 2 Pamulang
[2005-2006]
4. Bendahara ROHIS SMPN 2 Pamulang
[2005-2006]
5. Pecinta Alam SMAN 1 Cisauk (Ketua Divisi Rimba Gunung)
[2007-2009]
6. BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
[2010-2012]
vi
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila telah selesai
(dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sesungguh-sungguh (urusan) yang lain dan
hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap
(Q.S. Al-Insyirah 7,9)
SKRIPSI INI PENULIS PERSEMBAHANKAN UNTUK...
IBUNDA TERCINTA IR. HJ. SITI JAMILAH M.MPD
Mama, Do’a mu menjadikanku bersemangat, kasih sayangmu yang membuat
diriku semakin kuat. Hingga aku selalu bersabar melalui berbagai rintangan dalam
mengejar cita-cita hingga kini cita-cita dan harapan tersebut telah ku gapai.
AYAHANDA TERCINTA IR.PAUL KHASANUDDIN (ALM)
Papa, akhirnya anakmu kini telah menyelesaikan pendidikan hingga jenjang sarjana,
semoga anakmu ini dapat menjadi anak yang berguna bagi bangsa, agama dan
keluarga.
KELUARGA BESAR H. KARMAN ABBAS SULAIMAN
SAHABATKU TERSAYANG..
Yang telah memberikanku support, semangat dikala aku lelah maupun jatuh, serta
membantu dalam penelitian serta kesulitan dalam penyusunan skripsi ini...
 Rosita Juhriati Aisyah
 Land- J (Fidinia, Novia, Nurul, Geisandra, NurQom, Tami, Nining)
 L-Family , E.L.F Wifeu~ dan semua teman yang telah memberi support.
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, September 2013
Erythrina Julianti, NIM: 109104000022
Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke di Rumah pada
Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan
xviii + 100 halaman + 7 lampiran
ABSTRAK
Caregiver utama yang sebagian besar adalah keluarga, sangat membutuhkan dukungan
emosional, informasi, pengetahuan dan keterampilan selama merawat pasien pasca
stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman caregiver dalam merawat
pasien pasca stroke di rumah dan bagaimana caregiver memaknai pengalaman tersebut.
Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
deskriptif, untuk pengambilan data penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam.
Informan dipilih dengan tehnik purposive sampling. Informan pada penelitian ini adalah
caregiver yang bertugas merawat pasien pasca stroke di rumah. Data dianalisis
menggunakan tehnik Burns & Grove. Penelitian ini mengidentifikasi 9 tema, yaitu (1)
caregiver yang berperan dalam merawat pasien di rumah, (2) perawatan yang sudah
dilakukan oleh caregiver untuk pasien di rumah, (3) Kebutuhan informasi perawatan (4)
Hambatan dalam perawatan (5) Sumber dana pengobatan (6) Pengalaman menarik yang
dialami caregiver (7) Perubahan yang terjadi pada caregiver (8) Kekohesifan hubungan
keluarga dan (9) Harapan caregiver untuk pasien. Hasil penelitian menunjukan bahwa
caregiver yang merawat pasien pasca stroke di rumah sebagian besar dilakukan oleh
pasangan dari pasien. Perawatan yang dilakukan di rumah oleh caregiver meliputi
bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, bantuan latihan aktivitas, pemenuhan
spiritual, mengatur program pengobatan, serta membantu dalam sosialisasi dengan
lingkungan. Dalam melakukan perawatan di rumah, caregiver mengalami beberapa
pengalaman baik pengalaman positif seperti bertambah dekatnya pasien dengan keluarga,
caregiver dapat mendekatkan diri kepada sang pencipta maupun pengalaman negatif
seperti terdapatnya perubahan emosional dan perilaku pada pasien yang membuat
perasaan caregiver menjadi sedih serta perubahan dalam keluarga. Pengalaman
perawatan tersebut menimbulkan perubahan pada caregiver berupa perubahan psikologis,
fisik, sosial dan spiritual pada caregiver keluarga dan berdampak pada kemampuan
caregiver dalam merawat pasien. Pelayanan kesehatan seharusnya memberikan informasi
yang lengkap terkait perawatan di rumah pasien pasca stroke dan melakukan home visit
untuk mengetahui sejauh mana peran caregiver dalam merawat pasien pasca stroke.
Selain itu perlu ditingkatkan bantuan dana dari pemerintah untuk menunjang pengobatan
maupun rehabilitasi pasien pasca stroke.
Kata kunci: pengalaman, caregiver, pasca stroke
Daftar bacaan 62 (2000-2013)
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE PROGRAM
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, September 2013
Erythrina Julianti, NIM: 109104000022
Caregiver Experience in Taking Care of Post Stroke Patient at Home in the Work
Area Puskesmas Benda Baru in South Tangerang City
xviii + 100 pages + 7 appendix
ABSTRACT
Primary caregivers who are mostly family, needs emotional support, information,
knowledge, and skills to address the challenges during taking care of stroke patients. This
study aims to determine the family caregiver experience in treating post-stroke patients
and how to interpret the experience of the family caregiver. The method which is used a
qualitative study with descriptive phenomenological approach, for data retrieval research
conducted by in-depth interviews. Informants were selected by purposive sampling
technique. Informants in this study are the caregiver in charge of caring for post-stroke
patients at home. Data were analyzed using the techniques of Burns & Grove. This study
identified 9 themes, are (1) the caregiver role in caring for patients at home, (2)
treatments that have been performed by the caregiver for the patient at home, (3) Needed
of the treatment information (4) Barriers in treatment (5) The source of funding for
treatment (6) interesting experience experienced caregiver (7) The changes that occur in
caregiver (8) cohesiveness and family relationships (9) The expectations of patient’s
caregiver. The results showed that caregivers who were taking care for post-stroke
patients at home are mostly done by a mate of patients. The treatment is done at home by
a caregiver support includes day-to-day needs, support training activities, spiritual
fulfillment, set up treatment programs, as well as assist in the socialization with the
environment. In doing home care, caregiver had some interesting experiences both
positive experiences such as the family get closer with patients, caregivers can get closer
to the almighty or negative experiences such as the presence of emotional and behavioral
changes in the patient's caregiver that makes sense to be sad as well as changes in the
family . The treatment experience raises the variety of changes in the form of changes in
caregiver psychological, physical, social and spiritual caregiver and family caregiver
impact to the ability of the family in caring for patients post-stroke at home. Health care
services should provide comprehensive information related to homecare patients with
post-stroke and home visit to determine how far the role of caregiver. In addition to
enhanced help of government funding to support the treatment and rehabilitation of post
stroke patients.
Keywords: experience, caregiver, post-stroke
Reading lists 62 (2000-2013)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
proposal skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia
dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikmat-Nya dan karuniaNya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke Di Rumah
Pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan”.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya,
kesungguhan dan kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaikbaiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :
1.
Bapak Prof. Dr (Hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, MSN selaku
sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS dan Ibu Maftuhah M.Kep, Ph.D
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran
selama membimbing peneliti dan banyak sekali memberikan masukan dan
bimbingan pada peneliti.
x
4.
Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti
selama duduk pada bangku kuliah serta staff akademik Bapak Azib Rosyidi,
S.Psi dan Ibu Syamsiyah yang telah membantu urusan di kampus.
5.
Kepala serta segenap Staf Puskesmas Benda Baru yang memberikan
informasi serta data dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti.
6.
Orang Tua peneliti yaitu Ir. Paul Khasanuddin (Alm.) dan Ir. Hj. Siti
Jamilah, M.MPd yang selalu memberikan kasih sayang tak terhingga kepada
anaknya, mendoakan serta memberikan dorongan dan masukan baik materiil
maupun non materiil.
7.
Keluarga besar peneliti yang selalu memberikan dukungan baik mateiil
maupun non materiil.
8.
Seluruh teman-teman angkatan 2009 yang selalu saya sayangi, memberikan
makna kebersamaan, motivasi, dan membantu saya dalam melaksanakan
tugas.
Penulis sangat menyadari bahwa pada penyusunan skripsi ini, masih
terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna karena keterbatasan yang peneliti
miliki, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat
memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya
terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat,
September 2013
Erythrina Julianti
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ....................................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................................vii
ABSTRAK ................................................................................................................viii
ABSTRACT ..............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ..............................................................................................xi
DAFTAR ISI .............................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xv
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................6
C. Pertanyaan Penelitian .....................................................................................7
D. Tujuan Penelitian ...........................................................................................7
1. Tujuan .....................................................................................................7
E. Manfaat Penelitian .........................................................................................7
1. Manfaat Bagi Akademis ...........................................................................7
xii
2. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan .........................................................7
3. Manfaat Bagi Peneliti ...............................................................................8
4. Manfaat bagi Pasien dan Keluarga ...........................................................8
F. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................9
A. Pengalaman ....................................................................................................9
B. Caregiver .......................................................................................................9
1. Fungsi Caregiver ......................................................................................10
2. Beban pada Caregiver ..............................................................................10
C. Keluarga sebagai Caregiver ...........................................................................11
1. Definisi Keluarga .....................................................................................11
2. Fungsi Keluarga dalam Perawatan Kesehatan .........................................11
3. Peran Keluarga sebagai Pemberi Perawatan (caregiver) .........................12
D. Stroke .............................................................................................................15
1. Definisi Stroke .........................................................................................15
2. Manifestasi Klinis Stroke .........................................................................17
3. Komplikasi Stroke....................................................................................19
4. Penatalaksanaan Klien dengan Stroke .....................................................20
E. Perawatan di Rumah Klien Pasca Stroke .......................................................23
F. Kerangka Teori...............................................................................................31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ..............................32
A. Kerangka Konsep ...........................................................................................32
xiii
B. Definisi Istilah ................................................................................................33
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................34
A. Desain Penelitian ............................................................................................34
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ........................................................36
C. Instrumen Penelitian.......................................................................................36
D. Informan Penelitian ........................................................................................37
E. Teknik Pengambilan Informan .......................................................................38
F. Tahapan Pengambilan Data ...........................................................................39
G. Teknik Analisis Data ......................................................................................40
H. Validasi Data ..................................................................................................41
I. Etika Penelitian ..............................................................................................43
BAB V HASIL PENELITIAN ..............................................................................44
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian............................................................44
B. Analisa Tematik Hasil Penelitian ...................................................................44
BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................................71
A. Pembahasan Hasil Penelitian .........................................................................71
B. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................94
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................95
A. Kesimpulan ....................................................................................................95
B. Saran ...............................................................................................................97
1. Pelayanan Keperawatan Komunitas .........................................................97
xiv
2. Bagi penelitian selanjutnya ......................................................................97
3. Bagi Pemerintah .......................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk Peran Keluarga sebagai pemberi perawatan
(caregiver) ..................................................................................... 13
Tabel 2.2 Penelitian Terkait .......................................................................... 27
Tabel 5.1 Karateristik Informan Utama ......................................................... 45
Tabel 5.2 Tabulasi Hasil Penelitian ............................................................... 71
xvi
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................31
Bagan 3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................32
Bagan 4.1 Teknik Analisis Data.........................................................................40
Bagan 5.1. Skema Tema 2...................................................................................53
Bagan 5.2. Skema Tema 3...................................................................................55
Bagan 5.3. Skema Tema 4...................................................................................57
Bagan 5.4. Skema Tema 5...................................................................................59
Bagan 5.5. Skema Tema 6...................................................................................61
Bagan 5.6. Skema Tema 7...................................................................................67
Bagan 5.7. Skema Tema 8...................................................................................68
Bagan 5.8. Skema Tema 9...................................................................................70
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Izin Studi Pendahuluan di PKM Benda Baru
Lampiran 2 Pemberian Izin Studi Pendahuluan dari Dinas Kesehatan Tangerang
Selatan
Lampiran 3 Permohonan Izin Penelitian di Kelurahan Benda Baru
Lampiran 4 Pemberian Izin Penelitian dari Kelurahan Benda Baru
Lampiran 5 Lembar Perizinan Peneliti untuk melakukan wawancara
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Informan
Lampiran 7 Pedoman Wawancara Informan Utama
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar
di Asia, dan menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit
jantung dan kanker (Yayasan Stroke Indonesia, 2009). Stroke merupakan
suatu keadaan di mana terdapat suatu gangguan aliran darah ke otak, baik
berupa penyumbatan maupun perdarahan. Penyakit stroke sering dianggap
sebagai penyakit yang menjangkit para orang tua, namun sekarang ini ada
kecenderungan juga bahwa penyakit stroke ini diderita oleh pasien di bawah
40 tahun (WHO, 2004). Hal ini dapat terjadi karena perubahan pola hidup
yang mencontoh masyarakat modern, seperti mengonsumsi fast food,
kurangnya
olahraga,
kebiasaan
merokok
dan
faktor-faktor
lainnya
(Mangoenprasodjo, 2005).
Setiap tujuh orang yang meninggal di Indonesia, satu diantaranya
karena stroke. Angka kejadian stroke meningkat dengan tajam di Indonesia.
Bahkan, menurut survey tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor
satu di rumah sakit pemerintah di seluruh penjuru Indonesia (Yayasan Stroke
Indonesia, 2009). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan
bahwa di perkotaan, kematian akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun
sebesar 15,9%, sedangkan di pedesaan sebesar 11,5% sedangkan di DKI
Jakarta sendiri memiliki prevalensi 12,5% dan menduduki peringkat ketiga di
Indonesia (Riskesdas, 2007). Prevalensi stroke di provinsi Banten adalah
1
2
7,3%, sedangkan menurut kabupaten/kota prevalensi stroke berkisar antara
2,3-8,9% (Riskesdas, 2007).
Tangerang Selatan yang dulunya sebagai kabupaten Tangerang
merupakan daerah jenis sub-urban dan merupakan daerah perluasan dari
Jakarta Selatan dan kota Tangerang, kasus penyakit seperti stroke sudah
mulai banyak berkembang, yaitu terlihat dari persentase penderita stroke di
kabupaten Tangerang sebesar 5,9% yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan
dan 7,0% yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan disertai dengan gejala
(Dinas kesehatan kota Tangerang, 2010). Pada usia > 60 tahun didapatkan
presentase sebesar 1,71% dan penyakit stroke ini menempati penyakit ke-13
yang sering dialami oleh masyarakat kota Tangerang dengan peringkat
pertama ditempati oleh Hipertensi yaitu dengan presentase sebesar 12,44%
dimana hypertensi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya serangan
stroke (Dinas Kesehatan kota Tangerang, 2010).
Walaupun di Indonesia sudah dicanangkan beberapa program untuk
membantu rehabilitasi stroke seperti homecare dan kunjungan rumah untuk
pasien stroke di rumah, tingkat penyembuhan stroke masih rendah, sebanyak
15-30%. Sekitar 25% dari pasien stroke meninggal dalam tahun pertama
setelah serangan stroke dan 14-15% mengalami stroke kedua dalam tahun
yang sama setelah mengalami stroke pertama (Sustrani, et.al 2003). Berbagai
masalah
yang
mungkin
dialami
pasien
stroke
antara
lain:
kelumpuhan/kelemahan, gangguan keseimbangan, gangguan berbicara atau
berkomunikasi, gangguan menelan dan gangguan memori sehingga pasien
3
tersebut memerlukan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya
(Mulyatsih, 2008).
Keluarga memiliki fungsi untuk menjaga serta memelihara kesehatan
(health care function) bagi anggota keluarga yang menderita suatu penyakit.
Keluarga dapat menjalankan sebuah peran pendukung yang penting selama
periode pemulihan dan rehabilitasi klien. Jika dukungan ini tidak tersedia,
keberhasilan pemulihan dan rehabilitasi menurun secara signifikan. Penelitian
di bidang kesehatan keluarga secara jelas menunjukkan bahwa keluarga
berpengaruh besar pada kesehatan fisik anggota keluarganya (Campbell, 2000
dalam Friedman, 2003).
Dukungan dari keluarga dan pemberian perawatan jangka panjang
yang tepat membuat penderita stroke dapat memperoleh kembali kualitas
hidup mereka, sehingga ketergantungan pasien stroke terhadap orang lain
dapat diminimalkan serta proses penyembuhan pada pasien tersebut dapat
ditingkatkan. Perawatan pasca stroke di rumah yang dapat dilakukan oleh
keluarga meliputi seperti membantu aktivitas fisik, menangani kebersihan diri
(personal hygiene), membantu dalam pemberian nutrisi (makan dan minum),
kepatuhan pengobatan,
mengatasi
masalah
emosional
dan
kognitif,
pencegahan terjadinya cedera atau jatuh, dan membantu pasien memenuhi
kebutuhan spiritual nya (Sustrani, et. al 2003).
Hasil penelitian Agustina dkk (2009) tentang Kajian Kebutuhan
Perawatan di Rumah bagi Klien dengan Stroke dalam aspek fisik melaporkan
adanya bantuan dari pihak lain untuk pemenuhan kebutuhan dari mulai
pengaturan nutrisi, eliminasi, pergerakan tubuh, perawatan diri. Untuk aspek
4
emosional, adanya dukungan dari orang terdekat dalam hal ini keluarga yang
sangat berperan dalam proses pemulihan kondisi klien. Selain motivasi,
perawatan yang diberikan keluarga untuk klien juga dianggap sebagai
kebutuhan yang sangat penting (Agustina, et. al 2009). Penelitian lain
mengatakan bahwa 75% pasien stroke yang dilakukan penelitian (jumlah
sample adalah 40) bahwa mereka yang tinggal dengan keluarga memiliki
kemampuan merawat diri dan memiliki tingkat mobilisasi yang lebih maju/
lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak dirawat oleh keluarga. Hal ini
terlihat karena besarnya dukungan dari keluarga yang membantu kesembuhan
serta emosional dari penderita itu sendiri (Mak, et. al 2006).
Dalam merawat pasien dengan keadaan pasca stroke, keluarga juga
memiliki hambatan dalam melakukan perawatan tersebut, serta banyak pula
efek yang ditimbulkan ketika dalam merawat pasien dengan pasca stroke.
Seperti dalam jurnal penelitian tentang stroke yang dilakukan menunjukkan
hasil penelitian bahwa perawatan di rumah pada pasien pasca stroke itu berat,
serta pada keluarga yang merawat (family caregiver) kebanyakan dari mereka
mengalami kelelahan serta stress dan sekitar 40% dari family caregiver
mengalami gejala somatik / mengalami gangguan kesehatan juga dikarenakan
stress itu sendiri dan daya tahan tubuh yang lemah ( Sit, et. al 2004).
Peneliti William E. Haley dari University of South Florida,
mengatakan, "Stres yang tinggi dapat menjadi kronis serta tak terkendali dan
merawat pasangan cacat dapat meningkatkan risiko stroke pengasuh keluarga
sebesar 23%” (www.caringnews.com, 2013). Untuk mengatasi hambatan
tersebut sebagian keluarga dapat mencari tahu sendiri tentang perawatan serta
5
mendatangi pusat perkumpulan penderita pasca stroke untuk berbagi
pengalaman dan menyelesaikan masalah yang terdapat dalam pelaksanaan
perawatan pada pasien pasca stroke (Mak, et.al 2006).
Untuk menjelaskan fenomena perawatan stroke oleh keluarga, peneliti
melakukan beberapa studi pendahuluan yaitu wawancara pada pasien pasca
stroke di wilayah Pamulang, yaitu dua keluarga yang terdapat penderita pasca
stroke dan anggota keluarga yang merawat pasien pasca stroke yang sudah
sembuh. Responden bernama ibu Z dan ibu M, dan penderita pasca stroke
berinisial Tn. E dan Tn. N. Mereka menyatakan bahwa dukungan dan peran
keluarga sangat penting untuk pemulihan stroke bahkan mempercepat
pemulihan penderita sehingga dapat memenuhi kebutuhan serta melakukan
aktivitas seperti sedia kala, dari pernyataan diatas bahwa peningkatan
kesehatan pada pasien pasca stroke dapat dicapai lebih cepat dengan bantuan
dan partisipasi dari keluarga. Keluarga Tn.E dan Ny.Z mempunyai hambatan
berupa keterbatasan ekonomi dalam melakukan perawatan dan anggota
keluarga yang merawat yaitu Ny.Z mengalami sedikit perubahan mental
selama merawat Tn.E, yaitu merasa sedikit depresi namun Ny.Z dapat
mengatasi nya dengan tetap optimis dan meminta bantuan dengan anggota
keluarga lain, serta sering berdoa dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kondisi Tn.E sekarang sudah mulai membaik, namun seringkali terlihat
murung dan sering menyendiri ketika waktu senggang, tetapi ketika keluarga
berkumpul,Tn.E sangat senang dan semangat melakukan aktivitas.
Sedangkan keluarga Ny.M dan Tn.N dengan keadaan ekonomi yang
cukup baik dan anggota keluarga yang merawat tidak mengalami perubahan
6
emosional maupun mental, karena sudah kuat dan menerima semua yang
terjadi, serta anak mereka seorang mahasiswi keperawatan, sehingga untuk
informasi dan cara perawatan sudah mulai terlaksana dengan baik, dan
keadaan dari Tn.N sendiri pun terlihat optimis walau semua aktivitas masih
dilakukan dengan bantuan minimal.
B. Rumusan Masalah
Perawatan pasien pasca stroke biasanya membutuhkan perawat
maupun fisioterapis yang
membantu dalam perawatan tersebut, namun
sebenarnya pelaksanaan dengan bantuan keluarga sangatlah penting proses
pemulihan pasien stroke. Keluarga sebagai caregiver utama, sangat
membutuhkan
dukungan
emosional,
informasi,
pengetahuan
dan
keterampilan untuk mengatasi ketidakpastian dan tantangan yang datang
selama merawat pasien stroke. Hasil penelitian Sit et. al (2004) menunjukkan
bahwa perawatan di rumah pada pasien pasca stroke itu berat, serta pada
keluarga yang merawat (family caregiver) kebanyakan dari mereka
mengalami kelelahan serta stress. Permasalahan yang telah diuraikan
sebelumnya, memacu penulis untuk mempelajari lebih lanjut tentang
pengalaman keluarga merawat pasien pasca stroke di rumah. Untuk
memahami bagaimana perasaan dan pengalaman keluarga merawat anggota
keluarga pasca stroke di rumah, maka rumusan masalah dalam studi ini
adalah “Bagaimana pengalaman caregiver keluarga dalam merawat pasien
pasca stroke di rumah pada wilayah kerja Puskesmas Benda Baru kota
Tangerang Selatan ?”.
7
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pengalaman keluarga selama dalam merawat pasien pasca stroke
di rumah?
D. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan
Untuk mengetahui pengalaman caregiver keluarga dalam merawat
pasien pasca stroke di rumah pada wilayah kerja Puskesmas Benda Baru
kota Tangerang Selatan.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Akademis
Secara akademis penelitian ini berguna untuk menambah informasi
dan pengetahuan tentang pengalaman caregiver keluarga dalam dalam
merawat pasien pasca stroke di rumah sehingga membantu dalam proses
penyembuhan dan pemulihan pasien pasca stroke.
2. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan
Memberikan kontribusi pada pelayanan kesehatan di komunitas
maupun di rumah sakit. Dapat meningkatkan informasi dan kunjungan
rumah (home visit) bagi keluarga pasien pasca stroke untuk melakukan
perawatan di rumah guna membantu proses pemulihan pada pasien pasca
stroke tersebut.
8
3. Manfaat bagi Peneliti
Hasil Penelitian ini akan memperlihatkan pengalaman caregiver
keluarga dalam merawat pasien pasca stroke di rumah. Peneliti juga akan
mendapatkan informasi baru dalam perawatan pasien stroke di rumah
serta dapat mengetahui pengalaman caregiver keluarga masing-masing
dalam merawat pasien pasca stroke di rumah sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan penelitian lebih lanjut dalam pengembangan ilmu
keperawatan.
4. Manfaat bagi Pasien dan Keluarga
Untuk menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi pasien dan
khususnya keluarga dalam melakukan perawatan di rumah secara baik
guna membantu proses pemulihan pasien pasca stroke tersebut dan juga
membantu keluarga dalam meningkatkan koping untuk menuju kualitas
hidup menjadi baik dan sejahtera.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui Gambaran peran keluarga dalam
perawatan di rumah pasca stroke di daerah Tangerang Selatan dikarenakan
belum pernah dilakukan penelitian tentang hal tersebut di daerah ini dan
merupakan daerah perluasan baru yang merupakan sub-urban sehingga dapat
dilihat pelaksanaan perawatan di daerah yang peralihan antara desa dan kota
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Pengalaman adalah pengetahuan dan hasil observasi terhadap sesuatu
benda atau kejadian. Pengalaman tidak hanya memahami, tetapi merupakan
proses aktif dari penemuan dan perubahan dalam memahami situasi nyata
(Benner & Wrubel, 1982 dalam Tomey, 2006). Menurut Heidger dan
Gadamer (1970, dalam Tomey, 2006), pengalaman adalah hasil dari
perubahan yang terjadi pada situasi nyata yang dialami seseorang. Dari teori
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengalaman adalah perubahan aktif
yang dialami seseorang pada situasi nyata dari hasil observasi terhadap
kejadian atau mengalami langsung.
Pengalaman terdiri dari immediacy of experience yang diartikan
sebagai pengalaman baru yang dialami seseorang terhadap suatu kejadian dan
subjective experience merupakan persepsi yang dibentuk dari hasil interaksi
yang lama dengan kejadian atau situasi kejadian (Emerson, 2009). Dalam hal
ini pengalaman caregiver keluarga merupakan pengalaman berdasarkan hasil
interaksi yang lama dengan situasi kejadian.
B. Caregiver
Caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada
orang yang mengalami ketidakmampuan dan memerlukan bantuan karena
penyakit dan keterbatasannya (Sukmarini, 2009). Caregiver dibagi menjadi
caregiver informal dan caregiver formal. Caregiver informal adalah seorang
9
10
individu (anggota keluarga, teman, atau
tetangga) yang memberikan
perawatan secara keseluruhan, paruh waktu , tinggal bersama maupun
terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan caregiver formal adalah
caregiver yang merupakan bagian dari system pelayanan baik diberi
pembayaran maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009).
1. Fungsi caregiver
Fungsi dari caregiver adalah merawat klien yang menderita
suatu penyakit termasuk juga menyediaan makanan, membawa klien ke
pelayanan kesehatan, dan memberikan dukungan emosional, kasih sayang
dan perhatian (Tantono et.al, 2006). Caregiver
juga membantu klien
dalam mengambil keputusan atau pada stadium akhir penyakitnya, justru
caregiver ini yang bertugas membuat keputusan untuk kliennya. Keluarga
caregiver merupakan penasihat yang sangat penting dan diperlukan oleh
klien (Tantono et.al, 2006)
2. Beban pada caregiver
Beban caregiver didefinisikan sebagai tekanan-tekanan mental
atau beban yang muncul pada orang yang merawat lansia, penyakit kronis,
anggota keluarga atau orang lain yang cacat. Beban caregiver dibagi atas
dua yaitu beban subjektif dan beban objektif. Beban subjektif caregiver
adalah respon psikologis yang dialami caregiver sebagai akibat perannya
dalam merawat klien dengan penyakit. Sedangkan beban objektif
caregiver yaitu masalah praktis yang dialami oleh caregiver, seperti
masalah keuangan, gangguan pada kesehatan fisik, masalah dalam
pekerjaan, dan aktivitas sosial (Sukmarini, 2009). Ada 3 faktor beban
11
caregiver yaitu efek dalam kehidupan pribadi dan sosial caregiver, beban
psikologis dan perasaan bersalah. Caregiver harus memberikan sejumlah
waktu
energi
dan
uang.
Tugas
ini
seringkali
dirasakan
tidak
menyenangkan, menyebabkan stress psikologis dan melelahkan secara
fisik. Beban psikologis yang dirasakan oleh caregiver antara lain rasa malu,
marah, tegang, tertekan, lelah, dan tidak pasti (Louw Anneke, 2009).
C. Keluarga sebagai Caregiver
1. Definisi keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang hidup dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya untuk menciptakan dan
mempertahankan kebudayaannya (Suprajitno, 2004). Menurut Burgess
(1963 dalam Friedman, 2003), definisi keluarga diantaranya adalah:
1.
Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
2.
Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam
satu rumah tangga.
3.
Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu,
anak laki-laki dan anak perempuan serta saudara (Friedman, 2003).
2. Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan
Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga, keluarga sebagai
individu (klien) tetap berperan dalam melakukan peran sebagai anggota
12
keluarga. Keluarga mempunyai tugas di bidang perawatan kesehatan yang
perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:
a.
Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b.
Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
c.
Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
d.
Memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga.
e.
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya (Suprajitno,
2004).
3. Peran keluarga sebagai pemberi perawatan (Caregiver)
Bila salah satu anggota keluarga menderita gangguan kesehatan,
satu atau lebih anggota keluarga mengemban peran sebagai pemberi
asuhan/caregiver (Friedman, Bowden,
dan
Jones, 2010). Pemberi
perawatan/caregiver adalah seseorang yang secara langsung terlibat dalam
perawatan. Di dalam keluarga peran caregiver ini merupakan sebuah peran
informal. Peran caregiver adalah membantu memberikan perawatan pada
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Caregiver
berfungsi untuk menjaga keseimbangan /homeostasis atau stabilitas dari
keluarga (Friedman, Bowden, dan Jones, 2010). Menurut Wahit Mubarak
pemberi perawatan terbesar adalah seorang wanita, wanita lebih kepada
mengerjakan perawatan yang lebih sulit seperti buang air, mandi,
berpakaian, sedangkan laki-laki lebih kepada kebutuhan finansial,
perencanaan perawatan (Mubarak, 2006).
13
Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk Peran keluarga sebagai pemberi perawatan (Caregiver)
Diagnosa NANDA
NIC
NOC
Ketegangan peran
Caregiver Support (7040)
Caregiver Home Care Readiness (2202)
pemberi asuhan /
Activities:
Indicators:
Caregiver Role
1) Determine caregiver’s level of knowledge
1) Willingness to assume caregiving role.
Strain
2) Determine caregiver’s acceptance of role
2) Participation in desicions about home
3) Accept expressions or negative emotion
care.
Definisi :
4) Acknowledge difficulties of caregiving role
3) Knowledge about caregiving role.
Kesulitan dalam
5) Explore with the caregiver strength and weaknesses
4) Demonstration of positive regard for
melakukan peran
6) Acknowledge dependancy of patient on caregiver, as
sebagai caregiver.
appropriate
7) Make positive statements about caregiver’s efforts
Berhubungan
dengan:
Status kesehatan
penerima asuhan dan
pemberi asuhan,
8) Encourage caregiver to asssume responbility, as
appropriate.
care recipient.
5) Knowledge of care recipient’s disease
process
6) Knowledge of recommended treatment
regimen
9) Provide support for decisions made by caregiver
7) Knowledge of prescribed activity
10) Encourage the acceptance of interdependency among
8) Knowledge of follow up care
family members
11) Monitor family interaction problems related to care of
9) Knowledge of financial resources
10) Financial resources for caregiving
14
sumber daya, dan
sosioekonomi .
patient
12) Monitor for indicators of stress
11) Knowledge of when to contact health
professional.
13) Explore with caregiver how she/he is coping
12) Perceived social support for caregiving
14) Teach caregiver stress management techniques
13) Confidence in ability to manage care at
15) Encourage caregiver participation in support groups
16) Inform caregiver of health care and community resources
17) Discuss caregiver limits with patient
18) Support caregiver in setting limits and taking care of self.
home.
14) Willingness to involve care recipient in
planning care.
15) Evidence of plans for caregiver backup
16) Participation in discharge planning.
Measurement Scale
1: Not Adequate
2: Slightly Adequate
3: Moderately adequate
4: Substantially adequate
5: Totally adequate
15
D. Stroke
1.
Definisi Stroke
a. Pengertian
WHO mendefinisikan stroke sebagai sindroma klinis dengan
gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih yang dapat mengakibatkan kematian
atau kecacatan yang menetap tanpa ada penyebab lain selain gangguan
pembuluh darah otak ( WHO dalam Truelsen, et. al 2006). Stroke atau
serangan otak adalah kondisi abnormal dari pembuluh darah otak,
dikarenakan adanya perdarahan pada otak atau adanya pembentukan
embolus atau thrombus yang menghambat aliran darah dalam
pembuluh darah arteri (Smeltzer & Bare, 2002).
Kondisi ini menyebabkan terjadinya iskemia jaringan otak yang
seharusnya secara normal diperdarahi oleh pembuluh darah yang telah
rusak tersebut (Christenseen & Kockrow, 2005). Stroke mengacu
kepada setiap gangguan neurologi mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui suplai arteri otak.
(Price & Wilson, 2006).
Jadi dapat disimpulkan bahwa stroke adalah gangguan aliran
suplai darah ke otak yang terjadi secara mendadak yang dapat
menimbulkan kecacatan menetap atau bahkan kematian.
b. Etiologi
Penyebab terjadinya serangan stroke seperti terlihat dari
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hal ini disebabkan oleh
16
dua jenis gangguan vaskuler, yaitu : iskemia (pasokan darah yang
kurang) atau hemoragik (bocornya darah dari pembuluh darah intra
cranial). Keadaan ini dapat terjadi bersamaan atau secara mandiri.
Pada keadaan hemoragik akan menyebabkan peningkatan volume otak
yang memicu terjadinya peningkatan tekanan intracranial, sehingga
membuat daerah otak tertentu menjadi iskemia. Begitu juga
sebaliknya, iskemia yang dikarenakan adanya thrombus atau embolus
dapat memicu terjadinya perdarahan.
Sebuah thrombus dimulai dengan adanya kerusakan lapisan
endothelial pada pembuluh darah dan aterosklerosis merupakan
penyebab utama (Anne Alexandrov dalam Williams, 2010). Penyebab
hampir 70 persen kasus stroke hemoragik terjadi pada klien hipertensi.
Kejadian stroke yang lainnya dapat disebabkan karena spasme arteri
serebral yang dipicu oleh adanya iritasi, sehingga aliran darah ke otak
menurun karena terjadi vasokonstriksi (Smeltzer & Bare, 2002).
c. Patofisiologi
Patofisiologi atau proses perjalanan penyakit stroke menurut
(Black dan Hawk, 2009), dilandasi oleh sifat otak yang sangat
sensitive terhadap kehilangan suplai darah, dimana otak tidak dapat
melakukan metabolisme anaerob dalam keadaan kurang oksigen dan
nutrisi. Kondisi hipoksia otak memicu terjadinya iskemia otak.
Iskemia pada jaringan bagian distal termasuk otak yang mendapatkan
suplai darah dari arteri terkait disebabkan oleh adanya oklusi
pembuluh darah otak. Dampak dari oklusi ini juga terjadi
17
menyebabkan edema disekitar jaringan. Iskemia inilah yang dapat
mengganggu metabolisme jaringan otak, karena minimnya suplai
oksigen dan nutrisi. Iskemia dalam waktu singkat memicu terjadinya
deficit neurologi atau TIA (Transient Iscemic Attact) dan jika aliran
darah ke otak ini tidak segera tergantikan maka jaringan otak akan
mengalami kerusakan yang irreversible atau infark dalam hitungan
menit. Kondisi iskemia yang mengganggu metabolisme otak, sel mati
dan terjadi perubahan yang permanent dalam 3- 10 menit (Black &
Hawk, 2009).
2.
Manifestasi klinik stroke
Manifestasi klinik klien yang terkena serangan stroke menurut
(Black & Hawk, 2009), bervariasi tergantung pada penyebabnya, luas
area neuron yang rusak, lokasi neuron yang terkena serangan, dan
kondisi pembuluh darah kolateral di serebral. Manifestasi dari stroke
iskemik termasuk hemiparesis sementara, kehilangan fungsi wicara dan
hilangnya hemisensori (Black & Hawk, 2009).
Stroke dapat dihubungkan dengan area kerusakan neuron otak
maupun defisit neurologi, menurut Smeltzer dan Bare (2002) manifestasi
klinis dari stroke meliputi:
a. Kehilangan Motorik. Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan
mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik.
Disfungsi motor yang paling umum adalah Hemiparesis (kelemahan)
dan hemiplegia (paralisis pada satu sisi tubuh) sering terjadi setelah
stroke, yang biasanya desebabkan karena stroke pada bagian anterior
18
atau bagian tengah arteri serebral, sehingga memicu terjadinya infark
bagian motorik dari kortek frontal.
b. Aphasia, klien mengalami defisit dalam kemampuan berkomunikasi,
termasuk berbicara, membaca, menulis dan memahami bahasa lisan.
Terjadi jika pusat bahasa primer yang terletak di hemisfer yang
terletak di hemisfer kiri serebelum tidak mendapatkan aliran darah
dari arteri serebral tengah karena mengalami stroke, ini terkait erat
dengan area wernick dan brocca.
c. Disatria, dimana klien mampu memahami percakapan tetapi sulit
untuk mengucapkannya, sehingga bicara sulit dimengerti. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya paralisis otot yang bertanggung jawab
untuk menghasilkan bicara.
d. Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya, seperti terlihat ketika klien mengambil sisir
dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
e. Disfagia, dimana klien mengalami kesulitan dalam menelan karena
stroke pada arteri vertebrobasiler yang mepengaruhi saraf yang
mengatur proses menelan, yaitu N V (trigeminus), N VII (facialis), N
IX (glossofarengeus) dan N XII (hipoglosus).
f. Pada klien stroke juga mengalami perubahan dalam penglihatan
seperti diplopia.
g. Horner’s syndrome, hal ini disebabkan oleh paralisis nervus simpatis
pada mata sehingga bola mata seperti tenggelam, ptosis pada kelopak
19
mata atas, kelopak mata bawah agak naik keatas, kontriksi pupil dan
berkurangnya air mata.
h. Unilateral neglected merupakan ketidak mampuan merespon stimulus
dari sisi kontralateral infark serebral, sehingga mereka sering
mengabaikan salah satu sisinya
i. Defisit sensori disebabkan oleh stroke pada bagian sensorik dari lobus
parietal yang disuplai oleh arteri serebral bagian anterior dan medial.
j. Perubahan perilaku, terjadi jika arteri yang terkena stroke bagian otak
yang mengatur perilaku dan emosi mempunyai porsi yang bervariasi,
yaitu bagian kortek serebral, area temporal, limbik, hipotalamus,
kelenjar pituitari yang mempengarui korteks motorik dan area bahasa.
k. Inkontinensia baik bowel ataupun kandung kemih merupakan salah
satu bentuk neurogenic blader atau ketidakmampuan kandung kemih,
yang kadang terjadi setelah stroke. Saraf mengirimkan pesan ke otak
tentang
pengisian
menginterpretasikan
kandung
secara
kemih
benar
tetapi
pesan
otak
tersebut
tidak
dapat
dan
tidak
mentransmisikan pesan ke kandung kemih untuk tidak mengeluarkan
urin. Ini yang menyebabkan terjadinya frekuensi urgensi dan
inkontinensia.
(Black & Hawk, 2009) dan (Smeltzer & Bare, 2002)
3.
Komplikasi Stroke
Komplikasi stroke meliputi Hipoksia Serebral, penurunan aliran
darah serebral, dan luasnya area cedera.
20
a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian oksigenasi darah
adekuat ke otak.
b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung,
dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (pemberian
intarvena)
harus
menjamin
penurunn
viskositas
darah
dan
memperbaiki aliran darah serebral.
c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi
atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik.
(Smeltzer & Bare, 2002)
4.
Penatalaksanaan Klien dengan Stroke
Penanganan klien stroke merupakan tanggung jawab dari semua
pihak, baik dari tenaga kesehatan, klien dan juga keluarga.
a. Penatalaksanaan Medis.
Manajemen medis pada klien stroke adalah sejak awal dilakukan
diagnosis sesegera mungkin. Menurut Black dan Hawk (2009) tujuan
yang
lainnya
adalah
mempertahankan
oksigenasi,
mencegah
komplikasi dan kekambuhan, serta merehabilitasi klien stroke dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi stroke sejak awal.
2.
Mempertahankan oksigenasi serebral untuk mencegah hipoksia
dan mencegah peningkatan iskemia serebral.
3.
Memulihkan aliran darah serebral.
4.
Mencegah komplikasi, misalnya perdarahan, edema serebral,
stroke berulang.
21
5.
Rehabilitasi
setelah
stroke.
Intervensi
ditujukan
pada
memaksimalkan pemulihan fisik dan kognitif sejak awal serangan
stroke (Black & Hawk, 2009). Pada klien dewasa yang
mengalami injuri otak dan mengalami kerusakan saraf, dengan
dilakukan
pembelajaran
ulang
(relearning)
segera
dapat
menggantikan kemampuan yang telah hilang.
b. Penatalaksanaan Keperawatan.
Perawat memiliki peran yang sangat penting
dalam penatalaksanaan klien stroke secara umum Menurut
Hickey (2003), diantaranya:
1) Pencegahan primer dan sekunder terjadinya stroke merupakan
tindakan preventif, dalam mengidentifikasi faktor resiko dan
bekerja sama dengan klien tidak hanya memodifikasi faktor resiko
tersebut tapi juga dalam mengembangkan pola hidup lebih sehat.
2) Manajemen penanganan klien pada fase akut,sehingga kondisi
klien menjadi stabil dan melindungi klien dari kerusakan otak lebih
lanjut karena iskemia.
3) Early focus rehabilitation. Rehabilitation dimulai segera setekah
klien kondisinya stabil dan perawat perlu bekerjasama dengan tim
yang lain untuk mengembangkan rencana perawatan klien..
4) Discharge planning dan perawatan berkelanjutan bagi klien harus
sudah direncanakan program rehabilitasi.
5) Pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga,ini membutuhkan
tempat dan waktu yang tepat. Pendidikan kesehatan harus
22
dilakukan secara berkelanjutan setelah klien pulang oleh pemberi
layanan kesehatan dikomunitas.
c. Program rehabilitasi untuk klien pasca stroke.
Program rehabilitasi yang sudah dicanangkan yaitu adanya
program homecare yang dilakukan oleh perawat maupun oleh
fisioterapi untuk mengembalikan fungsi tubuh dari klien dengan
stroke. Program rehabilitasi tahap paska akut dimulai dengan
mengevaluasi tingkat ketidakmampuan dan kemampuan yang masih
tersisa. Proses
evaluasi
ini
meliputi
pemeriksaan neurologis
menyeluruh untuk menentukan defisit neurologis yang terjadi,
mencari faktor resiko yang dapat menghalangi proses pemulihan, serta
mengevaluasi psiko-sosiologik klien dan keluarga. Apabila hal
tersebut telah diketahui, maka proses pemulihan dapat dimulai dengan
melakukan latihan aktif dan pasif. Latihan mobilisasi pasif dan aktif
ini dilakukan dengan menggerakan semua sendi pada anggota gerak
yang lumpuh. Apabila terjadi paralisis, maka latihan ROM pasif dapat
dilakukan oleh perawat, fisiotherapis atau keluarga klien. Tindakan
selanjutnya
yaitu
melakukan
aktivitas
elevasi
dengan
cara
meninggikan letak kepala secara bertahap untuk kemudian dicapai
posisi setengah duduk dan pada akhirnya posisi duduk. Apabila klien
sudah dapat duduk secara aktif, maka latihan berdiri dan berjalan
dapat dimulai.
Peran keluarga sangat diperlukan dalam latihan berdiri dan
berjalan ini untuk meningkatkan keyakinan diri klien mengenai
23
kemampuan mereka. Selain itu klien mulai diperkenalkan program
Activity of Daily Living/ADL untuk mengetahui kegiatan sehari-hari
yang bisa dilakukan oleh klien dan untuk mengukur tingkat disabilitas
klien dapat menggunakan The Barthel Index yang dapat digunakan
juga untuk
mengetahui
sejauh mana ketergantungan pasien.
Sedangkan di Puskesmas sendiri sekarang sudah mulai dicanangkan
program kunjungan rumah bagi klien dengan stroke, dalam kunjungan
rumah tersebut klien pasca stroke dan keluarga diberikan informasi
terkait perawatan di rumah, serta kunjungan rumah tersebut juga dapat
bekerja sama dengan pihak rumah sakit.
E. Perawatan di rumah klien pasca stroke
Perawatan di rumah sangat bermanfaat dalam masa transisi setelah
klien pulang dari perawatan di rumah sakit rehabilitasi. Perawatan di rumah
diperlukan oleh penderita stroke yang memasuki fase subakut atau fase
pemulihan serta penderita stroke pada fase lanjut atau kronis. Fase sub
akut/pemulihan umumnya berlangsung mulai dari 2 minggu sampai dengan 6
bulan pasca stroke, ditandai oleh adanya pemulihan dan organisasi pada
system saraf (Sismadi, 2005). Fase ini merupakan fase penting untuk
pemulihan fungsional. Perawatan di rumah seringkali dihubungkan dengan
perawat ataupun fisioterapis,namun pada hakikatnya keluarga lah yang dapat
merawat secara penuh bagi klien. Menurut Mulyatsih (2008) bahwa
perawatan klien pasca stroke di rumah mencakup beberapa hal, diantaranya :
1.
Membantu dalam beraktivitas dan mengatasi kelumpuhan/kelemahan.
24
Apabila sewaktu pulang ke rumah klien belum mampu bergerak
sendiri, aturlah klien senyaman mungkin, tidur terlentang atau miring ke
salah satu sisi, dengan memberikan perhatian pada bagian lengan atau
kaki yang mengalami kelumpuhan/lemah. Posisi lengan atau kaki
diganjal bantal untuk memperlancar arus balikdarah ke jantung agar
mencegah terjadinya edema. Keluarga juga dapat mencegah terjadinya
kekakuan pada tangan dan kaki yang lemah dengan latihan gerak sendi
minimal dua hari sekali.
2.
Mengaktifkan sisi ekstremitas yang lemah.
Pada klien yang masih mengalami kelemahan pada anggota
gerak atas, beri dukungan kepada klien untuk mengaktifkan tangan yang
lemah tersebut. Anjurkan klien makan, minum, mandi atau kegiatan
harian lain menggunakan tangan yang masih lemah dibawah pengawasan
dari keluarga. Dengan hal tersebut sel-sel otak akan terstimulasi untuk
berlatih kembali aktivitas yang dipelajari sebelum sakit.
3.
Menciptakan lingkungan yang aman bagi klien.
Keluarga hendaknya menjauhkan atau menghindarkan barang
atau keadaaan yang dapat membahayakan keselamatan klien, misalnya:
nyala api, benda tajam dan benda berbahaya lainnya. Keluarga juga harus
menyediakan sesuatu yang dibutuhkan oleh klien dengan menaruhnya di
tempat yang mudah dijangkau oleh klien. Kamar mandi juga selalu
disediakan keset agar tidak licin, serta penerangan di ruangan pun jangan
terlalu silau maupun redup. Tempat tidur disesuaikan dan hendaknya
lebih rendah sehingga mencegah jatuh pada klien.
25
4.
Membantu dalam keseimbangan dan mencegah terjadinya jatuh.
Untuk melatih keseimbangan berdiri, keluarga dapat membantu
dengan melatih berjalan dan jika memungkinkan biarkan klien berusaha
sendiri, dengan keluarga menemani disamping sisi klien yang lemah.
5.
Membantu dalam eliminasi (buang air kecil dan besar)
Keluarga dapat menyediakan urinal terutama di malam hari
untuk mencegah klien mengompol, dan untuk membantu klien agar tidak
mengalami konstipasi yaitu dengan cara memotivasi klien untuk bergerak
aktif, mengkonsumsi makanan tinggi serat, minum air putih minimal 8
gelas perhari dan membiasakan duduk di kloset secara teratur.
6.
Membantu dalam personal hygiene dan grooming bagi klien.
7.
Membantu dalam mengatasai gangguan menelan pada klien.
Dalam hal ini yang harus dilakukan keluarga adalah pada saat
makan klien duduk di kursi atau makan di tempat tidur dengan duduk
tegak 60-90 derajat, ketika klien menelan anjurkan klien untuk memutar
kepala ke sisi yang lemah dan menekuk leher dan kepala untuk
mempermudah menutupnya jalan nafas ketika klien menelan.
8. Membantu dalam hal berkomunikasi.
Pada saat berbicara dengan klien usahakan wajah kita
menghadap lurus ke arah klien agar klien bisa melihat gerak bibir dan
ekspresi wajah kita. Usahakan berbicara perlahan, tenang, dengan
intonasi suara normal jangan berteriak. Anjurkan dan berikan kesempatan
kepada
klien
untuk
berkomunikasi
secara
total,
yaitu
dengan
26
menggunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh, jangan cemas apabila
klien memberikan jawaban yang kurang jelas.
9.
Membantu dalam bersosialisasi dengan lingkungan.
Klien harus bersosialisasi agar tidak merasa jenuh dan rendah diri.
10. Membantu dalam proses berfikir/kognitif klien.
Keluarga dapat mengorientasikan kembali pemahaman klien
terhadap tempat, waktu dan orang. Hal lain yang bisa dilakukan dengan
mengajak klien untuk mebicarakan masa lalu yang menyenangkan.
11. Memenuhi kebutuhan spiritual dan psikososial klien.
Keluarga dapat memberikan support mental dan selalu
mengorientasikan klien kepada realita yang terjadi. Keluarga harus
bersifat optimis, bahwa klien akan mengalai kemajuan. Selalu berkumpul
dengan keluarga dan melakukan ibadah secara bersamaan/ berjamaah
untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.
12. Mengatasi gangguan seksual pada klien.
Dengan cara konsultasi dengan tim kesehatan dan mempererat
hubungan dengan pasangan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis.
13. Membantu dalam mengisi waktu luang dan hobi yang dimiliki klien.
(Mulyatsih, 2008 dan Sismadi, 2005)
Berdasarkan dengan topik penelitian yang akan dilakukan, terdapat
beberapa penelitian yang terkait dengan perawatan di rumah pada klien pasca
stroke, keadaan keluarga yang merawat klien pasca stroke, hambatan yang
terjadi selama perawatan, hingga perubahan yang terjadi selama pelaksanaan
perawatan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di berikut ini.
27
Tabel 2.2
Penelitian Terkait
Judul Penelitian
Penulis
Variabel
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Penelitian
Hubungan antara
Irdawati dan
 Pengetahuan
Analitik Observasional
 Selain pengetahuan, sikap dan perilaku faktor
pengetahuan dan
Winarsih Nur
dan Sikap
dengan menggunakan
yang penting dalam perawatan klien pasca
sikap keluarga
Ambarwati
keluarga
desain Cross Sectional.
stroke adalah dukungan keluarga
 Kapasitas
dengan perilaku
 Penderita stroke dapat melakukan aktivitasnya
dalam
fungsional
sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain,
meningkatkan
klien pasca
jika hal tersebut di dukung motivasi dari
kapasitas
stroke
keluarga penderita.
fungsional klien
pasca stroke
Kebutuhan
Metode Explanatory
 Dalam aspek fisik, adanya bantuan dari pihak
Kajian kebutuhan
Hana Agustina
perawatan di
Rismadewi, Ayu perawatan
rumah bagi klien
Prawesti
klien yang
pengaturan nutrisi, bantuan eliminasi,
dengan stroke di
Priambodo dan
menderita
pergerakan tubuh, perawatan diri.
Rumah Sakit
Irman Somantri
stroke di
Descriptive.
lain untuk pemenuhan kebutuhan dari mulai
 Dalam aspek emosional, adanya dukungan dari
28
Umum Daerah
rumah.
orang terdekat dalam hal ini keluarga
Cianjur
merupakan kebutuhan yang dianggap sangat
berperan dalam proses pemulihan kondisi klien

Changing needs of
Annie KM.
Perubahan
Deskriptif Korelasional
Chinese family
Mak , Ann
kebutuhan
dengan desain within-
(jumlah sample adalah 40) bahwa mereka yang
caregivers of
Mackenzieand
Caregiver
subjects design
tinggal dengan keluarga memiliki kemampuan
stroke survivors
May H. Lui
klien stroke.
75% klien stroke yang dilakukan penelitian
merawat diri dan memiliki tingkat mobilisasi
yang lebih maju/ lebih cepat dibandingkan
dengan yang tidak dirawat oleh keluarga

Dalam mengatasi hambatan sebagian keluarga
mencari tahu tentang perawatan serta
mendatangi pusat perkumpulan penderita pasca
stroke untuk berbagi pengalaman dan
menyelesaikan masalah perawatan pada klien
pasca stroke.
Stroke care in the
Janet WH.Sit,
Kesehatan
Desain cross-sectional
Dalam merawat klien stroke, Caregiver
home : the impact
Thomas KS
umum
deskriptif
mengalami kelelahan serta stress dan sekitar 40%
of social support
Wong, Michael
caregiver klien
dari family caregivers mengalami gejala somatik /
29
on the general
Clinton,
health of family
Leonard SW.,
caregivers
and Yee-man.
Satisfaction with
Jane M. Cramm,
Kualitas hidup
care as a quality-
Mathilde M. H.
klien stroke
hasil kualitas hidup yang lebih tinggi untuk klien
dan keluarga.
maupun keluarga.
of-life predictor for Strating and
stroke
stroke
mengalami gangguan kesehatan juga dikarenakan
stress itu sendiri dan daya tahan tubuh yang lemah
Desain Cross-sectional
 Kepuasan yang lebih tinggi dikaitkan dengan
 Tenaga proffesional harus menyediakan
Anna P. Nieboer
patients and their
pelayanan suportif yang memadai dan informasi
caregivers
tentang stroke untuk mencegah penurunan
kepuasan
Seeking harmony
Regina LT.Lee
Kesesuaian
in the provision of
and Esther SB.
kebutuhan
ada 5 tahap, yaitu:
care to the stroke-
Mok.
perawatan
 Hidup dengan seimbang
klien stroke
 Memonitor progress pemulihan
impaired: views of
Grounded Theory
Untuk harmonisasi kebutuhan proses perawatan
Chinese family
 Menerima hambatan yang ada
caregivers
 Pertemuan keluarga untuk mengatasi masalah
 Konsultasi kembali dengan serasi.
30
F. Kerangka Teori
Perawatan klien pasca stroke di rumah adalah sebagai bagian dari
proses pemulihan klien sehingga klien dapat mencapai kondisi yang optimal,
tidak terjadi kekambuhan dan komplikasi (Ignatavicius & Workman, 2010).
Sebagaimana Strauss dan Corbin membagi menjadi komponen fisik yaitu
klien/ yang menderita suatu penyakit dan organisasi kerja yang terdiri dari
pelayanan kesehatan dan keluarga (Tomey, 2006). Perawatan pasca stroke di
rumah dapat diinformasikan oleh perawat dari rumah sakit, namun
pelaksanaan nya dapat dibantu oleh keluarga di rumah. Sebagaimana fungsi
keluarga sendiri meliputi fungsi perawatan kesehatan yang tujuannya untuk
menjaga, membantu serta merawat anggota keluarga yang sakit. Peran serta
dukungan keluarga akan mempengaruhi dalam perawatan anggota keluarga
yang sakit ( Friedman, Jones & Bowden, 2003).
Dengan pengalaman klien selama sakit dapat mempengaruhi
pandangan klien terhadap dirinya sendiri dan pandangan terhadap keluarga
klien. Hal tersebut akan mempengaruhi dari konsep diri dan interaksi klien
dengan orang lain. Perawatan di rumah yang dibantu oleh keluarga, maka
anggota keluarga yang sakit akan merasa lebih tenang dan nyaman karena
dikelilingi oleh orang yang disayanginya. Peran dari pelayanan kesehatan,
dalam memberikan informasi,
klien itu sendiri, peran keluarga dan
lingkungan rumah yang dianggap sebagai lingkungan yang nyaman bagi klien,
turut serta dalam peningkatan kesehatan bagi keluarga serta pemulihan dari
anggota keluarga yang sakit tersebut dan mencapai kesehatan / kesembuhan
yang optimal dan dapat menjalani aktivitas sehari-hari seperti sedia kala.
31
Theory of Trajectory for Chronic
Illness by Strauss & Corbin (1988)
Faktor Eksternal
 Family Support
 Kemampuan Finansial
 Kualitas Health Care Provider
Mempengaruhi
Physical Component of Disease
Who Suffer the
Illness (Patient)
Pengalaman klien
selama sakit stroke
Pandangan
terhadap
kelemahan
pada diri
sendiri
Hubungan
emosional
dengan
keluarga
setelah
menderita
stroke.
Total Organization of Work
Family
Healthcare
Proffesional
(Nursing)
 Fungsi perawatan keluarga
 Peran sebagai caregiver
 Managemen
penyebab penyakit
stroke.
 Managemen
pengaruh hidup
dengan sakit stroke
 Managemen
gangguan koping
pada klien yang
menderita stroke
Pengalaman merawat anggota
keluarga dengan stroke (Klien) :
 Anggota keluarga yang merawat
 Peran keluarga terhadap perawatan
 Hambatan yang terjadi selama
perawatan dan cara keluarga
mengatasi hambatan tersebut
 Perasaan keluarga selama
melakukan perawatan di rumah
 Harapan keluarga terhadap pasien
Mempengaruhi
Konsep diri klien dan Interaksi
klien dengan orang lain setelah
mengalami stroke
Perawatan di Rumah
pada klien pasca
stroke
Perubahan status kesehatan Klien
dan keluarga
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber : (Theory of Trajectory for Chronic Illness by Strauss & Corbin (1988)
dalam Tomey,2006 dan Social Support System Theory dalam Friedman,2003)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah ingin mengekplorasi dan mengidentifikasi lebih
mendalam tentang pengalaman keluarga dalam merawat pasien pasca stroke
di rumah, beserta caregiver yang berperan, hambatan keluarga, cara keluarga
dalam mengatasi hambatan, pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga tersebut
terhadap perawatan di rumah, dan perasaan serta pengalaman positif dan
negatif selama merawat klien. Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka
konsep yang akan dilakukan oleh peneliti.





Pengalaman keluarga dalam
merawat anggota keluarga pasca
stroke
Caregiver yang bertindak dalam
merawat pasien pasca stroke.
Pengetahuan keluarga terhadap
perawatan pasca stroke
Peran keluarga terhadap perawatan
pasca stroke
Hambatan serta perubahan yang
terjadi dan cara keluarga mengatasi
hambatan yang ada
Perasaan keluarga selama melakukan
perawatan (Pengalaman positif
Pengalaman negatif yang dialami)
Bagan 3.1 Kerangka Konseptual
Sumber (Caplan, 1976, dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003)
34
35
B. Definisi Istilah
1. Pengalaman
Perubahan aktif yang dialami seseorang pada situasi nyata dari hasil
observasi terhadap kejadian atau mengalami langsung (Tomey, 2006).
2. Perawatan di Rumah
Suatu aktivitas yang dilakukan oleh keluarga atau pengasuh di rumah untuk
mengembalikan fungsi normal, memberikan kenyamanan dan ketenangan
bagi klien yang menderita sakit sehingga dapat terpenuhi kebutuhannya
serta menjalani aktivitas kembali seperti sedia kala (Mulyatsih, 2008).
3. Pasca Stroke
Kondisi individu setelah terserang stroke (brain attack) sehingga
mengakibatkan kelumpuhan pada individu dan pada umumnya akan
berdampak pada fisik dan psikologis individu (Smeltzer & Bare, 2002).
4. Caregiver Keluarga
Caregiver keluarga didefinisikan sebagai individu yang memberikan
asuhan keperawatan berkelanjutan secara sungguh-sungguh setiap hari bagi
anggota keluarganya yang menderita penyakit kronis (Pfeiffer EA dalam
Tantono, 2006)
5. Pengalaman Keluarga
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik
dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman
mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang
melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Di dalam bab ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian, lokasi
penelitian dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel,
instrumen penelitian, tahapan pengambilan data, tahapan pengolahan dan analisis
data dan etika penelitian yang digunakan. Metode penelitian ini sesuai dengan
tujuan penelitian dan untuk menjawab topik yang akan diteliti.
A. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian ini
merupakan metode penyelidikan untuk mencari jawaban atas suatu
pertanyaan, dilakukan secara sistematik menggunakan prosedur untuk
menjawab pertanyaan, menghasilkan suatu temuan yang dapat dipakai
melebihi batasan-batasan penelitian yang terdapat pada penelitian kuantitatif
(Saryono & Mekar, 2010). Desain yang digunakan adalah deskriptif dimana
penelitian deskriptif ini dapat dikatakan observasi klinis dan dapat mengarah
ke studi eksplorasi (Polit & Beck, 2004).
Pada penelitian ini pendekatan desain deskriptif yang digunakan adalah
pendekatan Deskriptif Fenomenologi. Deskriptif Fenomenologi merupakan
pendekatan yang menjelaskan fakta-fakta atau fenomena tersebut dan
berusaha memahami tingkah laku manusia berdasarkan perspektif informan.
Penelitian ini berfokus kepada penyelidikan
fenomena, kemudian
pengalaman yang seperti apakah yang terlihat pada fenomena (Polit & Beck
2004). Peneliti menggunakan penelitian kualitatif fenomenologi ini untuk
34
35
menggambarkan riwayat hidup seseorang dengan cara menguraikan arti dan
makna hidup serta informan akan menceritakan pengalaman mengenai suatu
peristiwa yang dialaminya. Spigelberg (1975 dalam Streubert & Carpenter,
2003) mengemukakan ada tiga tahapan dalam studi fenomenologi deskriptif,
yaitu:
1.
Tahap
intuiting,
peneliti
mengumpulkan
data
dengan
cara
mengeksplorasi pengalaman informan tentang fenomena yang diteliti
(Struebert & Carpenter, 2003). Peneliti menggali data lebih dalam
dengan menerapkan batas-batas penelitian, mengumpulkan informasi
melalui pengamatan, wawancara, dokumen, bahan-bahan visual serta
menerapkan aturan untuk mencatat informasi.
2.
Tahap kedua yaitu analyzing, dimana peneliti akan mengidentifikasi
pengalaman yang akan diteliti. peneliti menyatukan diri dengan hasil
pendataan dengan cara mendengarkan deskripsi individu tentang
pengalamannya kemudian mempelajari data yang telah ditranskripkan
dan ditelaah berulang-ulang. Peneliti mengidentifikasi esensi dari
fenomena yang diteliti berdasarkan data yang didapat. Peneliti kemudian
mengeksplorasi hubungan dan keterkaitan antara elemen-elemen tertentu
dengan fenomena tersebut. Peneliti mengidentifikasi tema-tema arti dan
makna tentang pengalaman keluarga berdasarkan data yang diperoleh
dari transkrip wawancara dengan informan guna menjamin keakuratan
dan kemurnian hasil penelitian.
3.
Tahap ketiga yaitu describing, merupakan tahap ketiga, dimana peneliti
menuliskan laporan data yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk
36
mengkomunikasikan hasil penelitian fenomenologi deskriptif kepada
pembaca. Peneliti mengkomunikasikan dan memberikan gambaran
tertulis dari elemen kritikal yang didasarkan pada pengklarifikasian dan
pengelompokan fenomena (Streubert & Carpenter, 2003).
B. Lokasi penelitian dan Waktu penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah di wilayah kerja
Puskesmas Benda Baru kota Tangerang Selatan. Tempat tersebut dipilih
dikarenakan belum pernah ada dilakukan penelitian tentang hal tersebut di
daerah ini dan daerah Tangerang Selatan ini merupakan daerah perluasan
baru yang merupakan sub-urban sehingga dapat dilihat pelaksanaan
perawatan rumah di daerah yang peralihan antara desa dan kota tersebut
dimana informasi mengenai perawatan di daerah perkotaan lebih lengkap dan
memadai terhadap pasien pasca stroke dibandingkan dengan informasi yang
didapatkan di daerah pedesaan.
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap persiapan,
penelitian dan penyusunan laporan lengkap. Untuk tahap persiapan dimulai
pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013. Pada tahap persiapan ini peneliti
melakukan penyusunan proposal penelitian serta studi pendahuluan dan studi
kepustakaan. Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juni
2013. Selanjutnya setelah proses pengumpulan data penelitian selesai maka
dilanjutkan dengan tahap analisis data serta penyusunan laporan lengkap yang
dilakukan bulan Juli 2013.
C. Instrumen penelitian
Menurut Moleong (2010) pada penelitian kualitatif instrumen utama
37
dalam pengumpulan data yaitu peneliti itu sendiri. Sedangkan instrumen
pelengkap yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Panduan wawancara mendalam (indepth interview) dengan bantuan alat
tulis dan tape recorder, di mana instrumen ini digunakan untuk menggali
informasi yang dibutuhkan dalam mengetahui pengalaman keluarga
dalam merawat pasien pasca stroke di rumah.
2.
Selain menggunakan panduan wawancara mendalam, peneliti juga
menggunakan catatan lapangan sebagai alat bantu dalam studi
dokumentasi dan format observasi untuk pengumpulan data sekunder,
dimana catatan lapangan ini menunjukkan ekspresi nonverbal dari
informan.
3.
Peneliti juga menggunakan Barthel Index sebagai alat bantu dalam
mengetahui disabilitas dari pasien pasca stroke (Moleong, 2010).
D. Informan Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau
diukur (Sabri & Hastono, 2006). Sampel dalam penelitian ini disebut
Informan adalah keluarga dengan anggota keluarga mengalami pasca stroke
dan sudah menjalani perawatan di rumah (rehabilitasi) di wilayah kerja
Puskesmas Benda Baru kelurahan Benda Baru.
1. Informan Utama
Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan pasien pasca
stroke. Setelah melakukan studi pendahuluan ke Puskesmas Benda Baru
didapatkan pasien dengan pasca stroke berjumlah tujuh pasien pasca
38
stroke dan caregiver dari masing-masing keluarga akan dijadikan
informan. Sedangkan untuk uji coba wawancara dilakukan pada dua
caregiver keluarga dengan memiliki anggota keluarga pasca stroke di
wilayah kerja Puskesmas Pamulang.
Informan yang peneliti ambil sesuai dengan kriteria inklusi yang telah
ditetapkan yaitu :
1.
Bersedia menjadi informan
2.
Memiliki anggota keluarga dengan penyakit stroke dan dalam tahap
pemulihan (rehabilitasi) /pasca stroke.
3.
Informan merupakan caregiver / yang merawat pasien pasca stroke di
rumah.
E. Teknik pengambilan informan
Metode pengambilan informan yang digunakan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah non-probability sampling dimana tiap anggota populasi
tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan informan. Teknik
yang digunakan peneliti adalah non-probability sampling teknik purposive
sampling yang digunakan jika penetapan sampel didasarkan atas kriteriakriteria tertentu. Alasan peneliti menggunakan teknik purposive sampling ini
adalah agar informasi yang didapatkan diperoleh secara maksimal.
Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang telah
ditentukan sebelumnya oleh peneliti sesuai dengan kriteria yang diinginkan
oleh peneliti. Dimana keluarga yang merawat pasien dengan pasca stroke di
wilayah tersebut dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dapat dijadikan
39
sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan kriteria
inklusi yang telah ditetapkan (Djam’an dan Aan, 2010).
F. Tahapan pengambilan data
Dalam proses pengumpulan data , ada beberapa metode yang dapat
dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan kaidah penelitian kualitatif
yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.
1.
Data Primer
Dalam memperoleh data primer, peneliti melakukan wawancara
mendalam kepada informan. Wawancara tersebut dilakukan dengan
cara menanyakan sesuatu kepada informan dan bercakap-cakap secara
langsung (face to face). Berikut adalah tahapan pengambilan data
yang akan dilakukan peneliti:
a. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan
minimal selama 30 menit dan maksimal 60 menit untuk
mengetahui pengalaman yang dialami informan secara spesifik dan
informan akan menceritakan semua pengalamannya dengan jelas
dan lengkap.
b. Wawancara yang dilakukan akan direkam dengan tape recorder
agar semua pembicaraan akan terekam dan tidak ada yang terlewat.
c. Peneliti akan melakukan wawancara dengan bantuan seorang
teman yang bertugas untuk membuat hasil wawancara secara
tertulis dan sudah diberikan izin oleh informan untuk pengambilan
data dengan menyertai orang lain selain peneliti.
40
2. Data Sekunder
Peneliti membuat catatan lapangan / field note untuk
mencatat ekspresi, mimik, maupun respon informan dengan hal
tersebut peneliti akan mengetahui bagaimana perasaan informan
ketika wawancara.
G. Teknik analisis data
Data yang diperoleh pada penelitian kualitatif diolah secara
kualitatif naratif. Menurut Burns & Grove (2004) tahapan analisa data yang
dilakukan meliputi :
Bagan 4.1
Teknik Analisis Data
Hasil wawancara dibuat ke dalam
transkrip wawancara
Membaca kembali transkrip wawancara
hingga memahami isi wawancara
Reduksi data / proses memilih data
kasar atau data fokus
Analisis Data
Coding : mencari data spesifik dan
diberikan nama kategori
Reflective remarks
Marginal remarks
Memoing
Display Data
Cognitive Mapping
Mengembangkan hipotesa tentang
hubungan yang dapat diformulasikan
dalam proporsi sementara
Drawing and Verifying Conclusions
Counting: Memaparkan data yang
seringkali diucapkan dan merupakan
pokok dari data
Deskripsi lengkap laporan hasil data
Deskripsi yang detail dari informan,
setting, dan pengamatan dan pengalaman
lingkungan dimana data dikumpulkan.
41
H. Validasi Data
Penemuan penelitian harus ditunjukkan dengan adanya nilai
kepercayaan yang kuat dan setiap penelitian harus mempunyai dokumen yang
sudah dibuktikan kebenarannya. Pada penelitian kualitatif pengukuran nilai
kepercayaan
disebut
“trustworthiness”
(Graneheim,2004.).
Untuk
meningkatkan kekuatan kepercayaan / trustworthiness tersebut ada beberapa
cara yaitu seperti credibility, confirmability, transferability dan auditability
(Guba dan Lincoln, 1981 dalam Graneheim, 2004; Wood, 2006; Polit dan
Hungler, 2004). Peneliti akan melakukan pengukuran nilai kepercayaan/
truthworthiness dengan cara credibility seperti yang dijelaskan berikut ini:
a. Credibility
Credibility dihubungkan dengan fokus penelitian dan mengenai
kepercayaan tentang bagaimana proses dari analisis data tersebut dapat
berfokus pada data yang diharapkan (Polit dan Hungler, 2004). Dalam
menentukan kredibilitas ini ada beberapa cara yang dilakukan namun yang
peneliti lakukan untuk uji kredibilitas adalah Member Check, yaitu Proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan
member cek untuk mengetahui sejauh mana data yang diperoleh sesuai apa
yang diberikan pemberi data.
Dalam uji kredibilitas member cek ini harus diperhatikan hal
seperti pengalaman yang disampaikan oleh informan benar-benar diakui
sebagai miliknya, uji yang akan dilakukan yaitu
dengan cara
mengembalikan hasil dari analisis data kepada informan untuk konfirmasi
penemuan yang ada, kemudian waktu yang digunakan peneliti untuk
42
melakukan wawancara mendalam pada penelitian harus benar-benar
adekuat sehingga peneliti dapat memahami fenomena yang terjadi di
kehidupan informan dan informan dapat terbuka dan menyampaikan
informasi yang disampaikan lengkap dan tidak disembunyikan atau dibuatbuat. (Wood dan Haber,2006).
Dalam melakukan uji validitas ini, peneliti melakukan kunjungan
ulang kepada informan dengan tujuan untuk melakukan cek apa data yang
diolah dan dipaparkan oleh peneliti sesuai dengan yang disampaikan, dan
setelah dilakukan hal tersebut kepada informan, informan memberikan
konfirmasibahwa data yang telah tersedia sesuai dengan yang dikatakan
oleh informan dan dialami oleh informan, sehingga data yang ada
merupakan data yang nyata dan tidak dibuat-buat.
I.
Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, terdapat etika penelitian yang peneliti
gunakan sebagai berikut :
1.
Lembar persetujuan menjadi Informan ( Informed Consent)
Lembar persetujuan yang diberikan kepada informan yang akan
diteliti untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan. Jika informan bersedia untuk dilakukan wawancara dan
menggunakan alat perekam, maka harus mentandatangani lembar
persetujuan. Jika Informan menolak untuk diteliti maka peneliti tidak
akan memaksa dan menghargai haknya.
2.
Anonimity ( Tanpa Nama)
43
Untuk menjaga kerahasiaan informan, maka peneliti tidak akan
mencantumkan identittas lengkap maupun nama asli informan pada
lembar pedoman wawancara melainkan menggunakan inisial dan apabila
hendak mengambil dokumentasi foto, harus seizin informan.
3. Veracity
Proyek penelitian yang dilakuakan hendaknya dijelaskan secara
jujur tentang manfaat, efeknya, dan apa yang akan didapat informan yang
terlibat di dalamnya karena informan berhak mengetahui maksud dari
penelitian.
4. Beneficence
Penelitian yang dilakukan dimana melibatkan pasien sebagai
informan diharapkan juga mengandung prinsip untuk kebaikan informan,
guna mendapatkan suatu metode atau konsep yang baru untuk kebaikan
informan dan pasien lainnya .
5. Confidentiality
Peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkan.
Sangat dianjurkan untuk tidak menyebutkan identitas informan dan
mengekspos jawaban dari informan. Hal ini dimaksudkan agar informan
tidak dirugikan karena dirinya merasa terekspos untuk khalayak ramai.
Apabila diperlukan untuk mengekspos identitas pasien maka peneliti
harus mendapatkan persetujuan dari informan dan peneliti harus
menghargai hak-hak dari informan. Informasi hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian dan file disimpan dengan password yang hanya
diketahui oleh peneliti (Hidayat, 2008).
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kelurahan Benda Baru merupakan satu dari delapan kelurahan yang
berada di kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan yang mempunyai
luas wilayah 2.88 km2 . Batas wilayah kelurahan Benda Baru adalah Sebelah
Utara berbatasan dengan Kelurahan Serua (Kec. Ciputat), sebelah selatan
berbatasan dengan Kelurahan Pondok Benda, sebelah barat berbatasan
dengan Kelurahan Pondok Benda, sebelah timur berbatasan dengan
Kelurahan Pamulang Barat. Puskesmas Benda Baru mempunyai daerah
cakupan kerja meliputi Kelurahan Benda Baru, Kelurahan Kedaung dan
Kelurahan Serua. Pada tahun 2012 di Kota Tangerang Selatan terdapat
penderita pasca stroke yang terdapat di Puskesmas Benda Baru sebanyak 7
jiwa, jumlah ini tak terlalu banyak karena penderita lebih cenderung untuk
berobat di rumah sakit sehingga tidak terdata di Puskesmas Benda Baru (Data
Puskesmas Benda Baru tahun 2012).
B. Analisa Tematik Hasil Penelitian
Gambaran hasil penelitian Pengalaman Caregiver Dalam Merawat
Pasien Pasca Stroke Di Rumah Pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru
Kota Tangerang Selatan secara rinci menjelaskan uraian sembilan tema yang
teridentifikasi dari hasil wawancara, tema-tema tersebut meliputi: (1)
caregiver yang berperan dalam merawat pasien di rumah, (2) perawatan yang
sudah dilakukan oleh caregiver untuk pasien di rumah, (3) Kebutuhan
informasi perawatan (4) Hambatan dalam perawatan (5) Sumber dana
44
45
pengobatan (6) Pengalaman menarik yang dialami caregiver (7) Perubahan
yang terjadi pada caregiver (8) Kekohesifan hubungan keluarga dan (9)
Harapan caregiver untuk pasien.
1. Karakteristik Informan
Gambaran karakteristik informan meliputi umur, jenis kelamin,
menjadi caregiver di rumah pada pasien pasca stroke, dapat berkomunikasi
dengan baik. Informan dalam penelitian ini adalah caregiver utama yang
merawat pasien pasca stroke di rumah yang terdiri dari tujuh informan
yang juga merupakan anggota keluarga dari pasien pasca stroke itu sendiri
dengan persentase 85,72% dengan jenis kelamin perempuan dan 14,28%
dengan jenis kelamiin laki-laki. Rentang usia informan penelilian yaitu 5065 tahun.
Tabel 5.1 Karateristik Informan Utama
No
Nama
Usia
Hubungan
Inisial
Tingkat
Kode
Ketegantungan pasien
1
Ny. As
61 th
Istri
90/100
P1
2
Ny. Am
65 th
Istri
65/100
P2
3
Ny. Mh
52 th
Istri
25/100
P3
4
Ny. Rs
60 th
Istri
90/100
P4
5
Ny. Zt
60 th
Istri
75/100
P5
6
Tn. Dr
57 th
Suami
90/100
P6
7
Ny. Eu
50 th
Istri
90/100
P7
*Tingkat ketergantungan diukur mengunakan Barthel Index
46
2. Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke di Rumah
Berdasarkan 7 tema yang ditemukan pada saat wawancara, berikut
adalah uraian dari masing-masing tema yang ditemukan, meliputi:
a. Caregiver adalah anggota keluarga
Dari hasil wawancara pada informan diketahui bahwa yang
bertindak sebagai caregiver dalam merawat pasien pasca stroke ketika
di rumah adalah anggota keluarga dari pasien itu sendiri dan mereka
adalah pasangan (istri/suami) dari para pasien pasca stroke tersebut
namun ada beberapa juga yang menggunakan bantuan anak pasien
dalam merawat klien maupun orang lain seperti tenaga ahli yaitu
perawat pada pelayanan homecare stroke walaupun bantuan dari
yayasan tersebut hanya sementara dan anggota keluarga pula yang
menjadi caregiver pada pasien . Berikut pernyataan informan, yaitu:
“Yang rawat ibu, haha yah kadang sama-sama yah siape aje
dah yang lagi ada di rumah” (P1)
“Saya semua yang rawat, terus terang aja anak mah ga bantu
yah anak perempuan pada jauh semua, kalo mantu juga ga enak
nyuruhnya” (P2)
“Sekarang yang merawat saya terus, dulu ada yang bantuin
dari yayasan ,orang yayasan itu ada cuma setahun” (P3)
“Ya saya yang ngerawat, semuanya saya emang” (P4)
“Ya saya yang merawat, tapi kalau mandiin yah anak saya yang
perempuan”(P5)
“Saya yang ngerawat semua, ya gitu aja rawat-rawatnya” (P6)
47
“Ibu sendiri yah namanya anak-anak kan pada sekolah kalo
yang gede kerja”(P7)
b. Perawatan di rumah yang diberikan oleh caregiver.
Perawatan pasca stroke di rumah meliputi memenuhi
pemenuhan kebutuhan sehari-hari , proses penyembuhan pada pasien
dan juga membantu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Informan menceritakan bahwa banyak yang dilakukan untuk membantu
perawatan di rumah pada pasien pasca stroke, diantaranya membantu
dalam kebutuhan sehari-hari seperti membantu makan, minum, buang
air besar, buang air kecil, dll), mengaktifkan sisi lemah tubuh pasien,
pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, membantu sosialisasi pasien
dengan lingkungan sampai mengantar pengobatan rawat jalan maupun
pengobatan alternatif. Hal tersebut mencakup beberapa uraian sub tema
yang berupa:
1) Pemenuhan kebutuhan sehari hari.
Kebutuhan sehari hari pasien pasca stroke akan terganggu
karena keterbatasan yang dimiliki oleh pasien itu sendiri, informan
mengatakan bahwa sebagian besar informan sebagai caregiver
membantu dalam pemenuhan kebutuhan pasien, mulai dari makan,
eliminasi, personal hygiene dan grooming pada pasien berikut
pernyataan 5 informan:
“Bantu makannya, minumnya mandinya, buang air besarnya,
buang air kecilnya, jalan-jalannya” (P2)
48
“Pagi mandiin, buatin sarapan, buang air besar buang air
kecil, waktu ada pembantu dulu pembantu yang mandiin tapi
makan tetap saya yang kasih, siapin air untuk mandi dan sikat
gigi, nyiapin pakaian dia, buka pampers nya” (P3)
“...mau buang air besar, dicebokin dimandiin dielapin,biasa
gitu pake baju,kan belon bisa makan sendiri yah disuapin” (P1)
“Masalah makan, ke kamar mandi, yah namanya ngerawat” (P6)
“Ya biasa aja pakein baju gitu kan, sampe sekarang kalo pake
baju juga kadang kadang kalo ga bisa ya ga bisa tapi kadang
kadang bisa...,.... kalo makan namanya kita sebagai istri biasalah
kita suapin”(P7)
Sedangkan ada dua informan yang tidak membantu dalam hal
pemenuhan makan, eliminasi dan personal hygiene dikarenakan
pasien mengalami kelemahan di sisi bagian kiri sehingga masih
bisa melakukan aktivitas dengan biasa, hanya dibantu sedikit oleh
informan, berikut pernyataan dua informan:
“Kalo makan udah bisa sendiri, ke kamar mandi juga, paling
Cuma saya kasihin air tapi dia yang cebok sendiri, kalo ambil air
sembahyang itu saya yang ambilin” (P4)
“Udah bisa jalan, bisa makan sendiri tapi kalo mandiin sama
bantu kencing sih sama anak saya yang perempuan cuma elap
sama pegangin aja” (P5)
2) Membantu latihan aktifitas untuk mengaktifkan sisi ektremitas
yang lemah.
49
Beberapa informan melakukan beberapa terapi untuk pasien
agar sisi yang lemah tidak kaku dan dapat kembali dengan normal.
Terapi yang dilakukan oleh informan berupa miring kanan miring
kiri, jalan pagi sambil memegang batu dan tangan dikepalkan,
mengajarkan pasien menggunakan tongkat dari mulai kaki
limasampai satu kaki. Berikut adalah pernyataan lima informan
yang melakukan terapi untuk mengatasi sisi pasien yang lemah:
“Saya coba di rumah setiap jam 4 saya miring kanan- miring
kiri bantu tangannya di gerak-gerakkan biar tak kaku” (P3)
“Saya komando dia jalan di depan saya jalan dibelakang.
Latihan pake batu, di depan halaman ada batu, dipegang sambil
diangkat, kalo jalan pagi sambil pegang batu dan digerakkin
tangannya” (P4)
“Udah bisa jalan tapi belum lancar masih kita tuntun tapi
lama lama bisa,makanya setiap pagi muter RT latihan jalan”
(P5)
“Kan ga bisa jalan ibu tuntun biar bisa jalan, ajarin pake
tongkat dari yang kaki lima, kaki dua sampe yang satu, itu latih
latih aja sama saya tangannya ditekuk, terus pegang pegang bola
biar tangannya lentur” (P6)
“Jalan pagi biasanya dianter sama ibu kadang sendiri aja biar
dari ujung keujung, suka latih sendiri gerak gerakin disini suka
olahraga tekukin tangan”(P7)
50
Terdapat satu informan yang membuat modifikasi untuk
terapi pada pasien pasca stroke di rumah yaitu modifikasi roll
barbel, alat tersebut menggunakan tali dengan roll dan diberi beban
sesuai dengan kebutuhan pasien.. Informan membuat modifikasi
alat tersebut, hal ini dilakukan informan karena latihan ini bagus
untuk melatih kekuatan otot pasien dan melatih tangan agar tidak
kaku namun untuk membeli alat seperti itu membutuhkan biaya
yang cukup mahal, maka dari itu informan membuat modifikasi
roll barbel dengan geretan burung yang diberi beban tempat
minyak yang diisi air untuk melatih kekuatan otot pasien, berikut
pernyataan dari satu informan:
“Di rumah saya buat tempat minyak 5 liter pertama sedikit
cairannya terus pake geretan burung, ditarik gitu, diturunin lagi,
dari air sedikit sampe setengah, ibu tungguin berapa hitungan”
(P4)
3) Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien.
Kebutuhan spiritual pada pasien pasca stroke sangatlah
penting, kebutuhan spiritual tersebut diantaranya seperti shalat,
mengaji, dzikir. Dalam melakukan shalat informan menyatakan
tidak ada perubahan dan pasien tetap shalat seperti biasa, namun
terdapat dua informan yang mengatakan melakukan pemenuhan
kebutuhan spiritual dengan pasien dengan mengajarkan mengaji
karena sebelumnya pasien jarang mengaji, berikut pernyataannya:
51
“Dulu saya suka ngajarin baca juz amma sama iqro, tapi saya
sekarang sibuk jadi sempat terus jadinya sudah tidak ngajarin
lagi” (P3)
“Pertama saya ajarin dulu iqro, juz amma, sampe sekarang dia
sudah hatam qur‟an” (P4)
4) Membantu dalam mengatur program pengobatan atau rawat jalan
( kontrol)
Beberapa
informan
masih
membantu
pasien
dalam
melakukan kontrol ke dokter saraf maupun fisioterapis di rumah
sakit atau puskesmas namun untuk beberapa pasien yang
mempunyai masalah dalam biaya pengobatan, mereka membawa
pasien untuk ke pengobatan lain, misalnya akupuntur, pijat urut dan
bekam, karena menurut mereka pengobatan tersebut dalam
mempercepat kesembuhan dan biaya tak terlalu besar, berikut
pernyataan dari informan:
”Kalo sekarang-sekarang ini nggak, udah bisa jalan sendiri,
paling sekarang cuma minta anterin mau urut begitu” (P1)
“Berobat jalan di rumah, manggil, nelpon, yang bisa didatengin
dari depok, terakhir tuh di pondok gede terapi tusuk jarum” (P2)
“Sekarang saya fokus ke fisioterapi aja, seminggu tiga kali saya
bawa ke fisioterapi, tapi sekarang saya lagi panggil tukang urut
di rumah karena bapak ada masalah di punggung dan dia susah
duduk.” (P3)
52
“Kontrol kalo lagi tekanan darah tinggi aja, sama hindarin
bapak supaya nggak kecapean aja biar ga kambuh” (P4)
“Yang penting jangan kecapean, jangan banyak kerjaan,kalo
ada duit sih pengen kontrol ke dokter saraf lagi” (P5)
“Suka berobat suka kontrol dokternya kesini,kan udah gabisa
jalan bapaknya” (P6)
“Waktu itu dia ikut terapi di cijantung sama ade, tapi dia ga ini
mungkin ga cocok atau gimana terus diurut, dia minta diurut aja
yaudah diurut tapi alhamdulillah agak berubah gitu” (P7)
5) Membantu dalam bersosialisasi dengan lingkungan
Bagi pasien sangat penting untuk bersosialisasi agar pasien
tidak merasa jenuh dan rendah diri, semenjak mengalami penyakit
stroke informan menyatakan pasien berdiam diri di rumah karena
belum bisa melakukan aktivitas, namun ada satu informan
menceritakan bahwa dirinya membantu pasien dalam mengerjakan
sesuatu yang pasien inginkan untuk mengangkat harga diri pasien
dan juga agar pasien tidak jenuh dan tetap melakukan hobi seperti
sedia kala, berikut pernyataan dari satu informan tersebut:
“Kita tuh ngangkatnya begini kalo dia kerja atau apa jangan
ngomong „jangan pak‟ kemauan dia sendiri, malah kita yang
minta tolong jadinya dia merasa dianggap dan senang, kalo kita
tolah dia jadi minder dan gak bisa ngerjain apa-apa, kalo dia
mau nyapu ngepel makanya kita biarin aja dan dia sudah bisa
53
main pingpong sama bapak-bapak di komplek, sudah bisa
bergaul sekarang tapi asal jangan terlalu cape aja” (P4)
Tema tentang perawatan yang diberikan oleh caregiver dapat
dilihat dalam skema berikut ini :
KATEGORI
SUBTEMA
TEMA
Eliminasi (BAB-BAK)
Pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
Kebutuhan makan
minum
Miring Kanan-Kiri
Menuntun Jalan
Meremas Bola Tangan
Bantuan latihan
aktifitas
Tarik angkat beban
Mengaji
Pemenuhan
Spiritual
Shalat Jamaah
Perawatan di rumah
yang diberikan oleh
caregiver
Pijat Urut
Fisioterapi
Akupunktur /Terapi
tusuk Jarum
Biarkan beraktivitas
Bergaul dengan
teman/tetangga
Mengatur program
Pengobatan
Membantu
Sosialisasi dengan
lingkungan
Bagan 5.1. Skema Tema 2
c. Kebutuhan informasi perawatan.
Informasi tentang perawatan sangat dibutuhkan untuk merawat
pasien di rumah, beberapa informan mengatakan bahwa informasi
54
tentang merawat pasien di rumah diperoleh dari rumah sakit sewaktu
pasien dirawat, ada pula yang dapat informasi dari tetangga, berita
maupun dari rekan-rekan informan dan juga tetangga di sekitar rumah
informan , namun untuk pasien yang tidak dibawa ke rumah sakit
mereka mendapatkan informasi seadanya dari rekan rekan karena tidak
ada informasi apapun dari rumah sakit maupun pelayanan kesehatan,
berikut pernyataan informan tentang hal tersebut:
“Nggak dikasih tau ngerawat kan nggak kerumah sakit, jadi
denger kata tetangga sini aja sama sebisanya saya” (P1)
“Saya ikutin aja apa orang orang pada ngomong, saya juga
bikin jamu sendiri dari kebon”(P2)
“Paling dokter kasih tau kalo makan yang seperti ini, fisioterapi
juga ajarin kalo bangunin harus begini, tangan harus digerakkin
di miring kanan miring kiri”(P3)
“Di satu tempat saya refleksi, diajarin suruh beli bola dan
disuruh latihan pake batu, emang yang saya lihat dan diajarin di
rumah sakit itu ibu tuh praktekkan di rumah, waktu pergi ke
rehab medik juga diajarin” (P4)
“Kalo saya dulu kan juga pernah ngalamin gini sama istri yang
dulu (almarhumah) jadinya saya ngerawat kayak waktu itu”(P5)
“Tadinya kan terapi nya di rumah sakit, tapi pas di rumah
suruh diterusin sama saya yang terusin kayak begitu”(P6)
55
“Nggak, nggak pernah belajar ya cuma kita sehari hari buat
dirumah aja kita tau sendiri gitu jadi skrg giniin sendiri aja jaga
pantangan makanan garem aja” (P7)
Tema tentang kebutuhan informasi perawatan dapat dilihat
dalam skema berikut ini :
KATEGORI
SUBTEMA
TEMA
Membuat Ramuan
Melatih Jalan
Mengurangi makanan
pantangan
Latihan Miring KananKiri
Latihan Remas Bola
Informasi dari
Rekan-rekan
Kebutuhan Informasi
perawatan
Informasi dari
rumah sakit/
fisioterapi
Latihan tarik beban
Bagan 5.2. Skema Tema 3
d. Hambatan dalam perawatan.
Dalam merawat pasien dengan pasca stroke di rumah sering
terdapat beberapa hambatan dalam melakukan perawatan di rumah.
Informan mengatakan sejauh ini tidak terdapat hambatan dalam
menjalani perawatan dan menjadi perawat bagi keluarga nya sendiri,
berikut adalah pernyataan dari informan:
“Nggak ada sih, alhamdulillah gitu lancar aja” (P1)
“Nggak ada kesulitan nyantai-nyantai aja” (P2)
“Nggak ada sih” (P3)
“Kalo hambatan ga ada, saya nikmatin aja” (P4)
56
“Kalo hambatan sih nggak ada yah, masalah kerepotan yah itu
kan masalah kewajiban suami, dulu saya juga ngurus kayak begini
juga, yak udah
takdir saya bilang namanya udah kewajiban
merawat” (P5)
“Nggak sih, nggak ada kesulitan, ibu sih ngerawat ngerawat aja”
(P6)
“Kesulitan nggak ada sih istilahnya alhamdulillah sih masih bisa
jadi nggak ini lah” (P7)
Namun ada beberapa informan yang mengalami kesulitan
dalam merawat yang diakibatkan dengan perubahan emosional dari
pasien itu sendiri jadi menghambat informan untuk merawat, perubahan
pada pasien seperti kebiasaan buruk tetap mengkonsumsi makanan
yang
dilarang
seperti
makanan
yang
ada
santannya,
masih
mengkonsumsi, pasien juga terkadang menjerit apabila keinginannya
tidak dipenuhi, ada juga pasien yang tidak mau meminum obat yang
dianjurkan serta kesibukan informan dalam kerja dan masuk pagi,
kurang pengetahuan dari informan yang mengakibatkan kesulitan dalam
perawatan di rumah, berikut pernyataannya:
“Makannya juga maunya santen, rokok ga berhenti itu kali yah
yang buat sekarang makin gabisa jalan, kan dia udah tiga kali
kambuh ini mungkin karena ga dijaga yah, jadi gini harusnya
mah dia yang nurut sama yg ngurusin tapi ini saya harus yang
nurut sama dia, harusnya makan rebus rebusan tapi dia gamau,
abis mau diapain daripada jerit-jerit,” (P6)
57
“Karena saya kan kerja masuk pagi, dan setiap saya mau pergi
ngajar pasti selalu minta macem-macem apa gitu makanya saya
suka telat” (P3)
“Cuma sekarang tinggal bingungnya aja, istilahnya kita kan
tadinya mau berobat ke dokter tapi ini kadang-kadang kalo ada
rezeki eh dianya gak mau, maunya beli obat yang ini yah kita
nurutin.” (P7)
Tema tentang hambatan dalam perawatan dapat dilihat dalam
skema berikut ini :
KATEGORI
SUBTEMA
TEMA
Makanan yang tidak
boleh di konsumsi
Hambatan dari
pasien
Kebiasaan Buruk
Penolakan Pengobatan
Kerja pada pagi hari
Hambatan dalam
perawatan
Hambatan Caregiver
Kurang Pengetahuan
Bagan 5.3. Skema Tema 4
e. Sumber dana pengobatan.
Dalam hal ini informan banyak menceritakan bahwa sebagian
besar mereka mendapatkan uang pensiun untuk melakukan perawatan
bagi pasien, ada informan yang mendapatkan sumber finansial dari
usaha sendiri dan beberapa informan mendapatkan bantuan dari sanak
keluarga maupun tetangga sekitar untuk berobat. Bantuan dari
58
pemerintah berupa jamkesda pun didapat oleh sebagian pasien, namun
karena tak lancar nya bantuan jamkesda tersebut sehingga pasien
beralih berobat pada pengobatan gratis, berikut pernyataan dari
informan:
“Dapet uang darimana aja, ada aja yang ngasih gitu,dari anakanak aja buat kehidupan sehari hari, terus kalo punya duit yah buat
berobat kalo nggak yah stop” (P1)
“Kalo biaya mah ga ada kesulitan, kalo keuangan mah ada aja
kalo mau pergi berobat biayanya dateng dari mana aja,
penghasilannya satu satunya kontrakan buat nambah nambah
kebutuhan sehari-hari sama pengobatan” (P2)
“Dapet uang pensiun nya aja, kalo pengobatan ada asuransi
dari kantor” (P3)
“Waktu itu kan bapak masih kerja, jadi masih ada asuransi dari
kantor buat berobat” (P4)
“Kalo ekonomi sih alhamdulillah yah nggak ada kesulitan,
jemaah majelis ta‟lim, tetangga pada baik kalo dalam hal ekonomi
banyak yang pada bantuin” (P5)
“Sekarang pake biaya sendiri, dulu pake asuransi, dari anakanak aja tapi berobatnya yang murah murah aja soalnya duitnya ga
ada” (P6)
“Sekarang aja kalo mau bikin jamkesda aja gaboleh katanya
kalo nggak langsung dirawat, jadi kalo kita berobat jalan itu nggak
mungkin dananya yah kan berobatnya harus rutin, biayanya takut
59
gede namanya klo kita punya rezeki yah duitnya buat sekolah jadi
paling dana dari anak anak aja, kalo cukup yah buat berobat” (P7)
Tema tentang sumber dana pengobatan dapat dilihat dalam
skema berikut ini :
KATEGORI
SUBTEMA
TEMA
Bantuan dari orang lain
Bantuan dari keluarga
Bantuan
Dana Tunai
Sumber dana
pengobatan
Bantuan dari perusahaan
Program Jamkesda
Pengobatan gratis
Bantuan
Program
Bagan 5.4. Skema Tema 5
f. Pengalaman menarik yang dialami oleh caregiver
Ketika dilakukan wawancara, informan menceritakan tentang
pengalaman baru dan menarik yang dialami oleh informan sebagai
caregiver yang terlihat pada sub tema berikut ini:
1) Pengalaman positif yang dialami caregiver
Dalam merawat pasien di rumah banyak hal positif yang
dialami oleh caregiver, beberapa informan menceritakan bahwa
banyak hikmah positif yang terjadi pada dirinya seperti lebih sabar,
lebih dekat dengan pasangan, pasien sakit lebih mendekatkan diri
kepada Sang Pencipta dengan memperbanyak ibadah seperti
mengaji dan shalat dhuha , serta informan yang selalu mengingat
Allah dan mengambil hikmah dari kejadian tersebut, berikut
pernyataan informan:
60
“Nggak ada pengalaman menarik sih tapi keluarga sih biasa
aja pada perhatian” (P1)
“Kemauan dia semuanya saya penuhi lah ga pernah saya tolak,
apapun yang dia mau saya turutin, kesenengan dia saya turutin”
(P2)
“Tapi ada hikmahnya buat saya, dia jadi bisa baca qur‟an ,
jadi kalo menurut orang orang kan sakit tuh musibah ya, tapi dia
jadi sholat dhuha, alhamdulillah nya jadi qur‟an tuh bisa
kepegang gitu yah yang selama ini dia biasa sibuk di kantor,
alhamdulillah deh ya”(P4)
“Hikmah nya jadi saya mikir apa lagi yang mau kasih apa lagi
buat saya, bukan yang jelek-jelek tapi apa hadiah yang mau
dikasih ke saya, sampe dicoba seperti ini, anak saya juga
ngomongin mau ke mekkah terus, mau naik haji apa nanti setelah
kejadian ini itu yang akan dikasih sama Allah, insyaAllah sih ga
lepas dari doa” (P5)
“Gimana yah, ibunya jadi lebih sabar jadi banyakan ngalahnya
jadinya sekarang”(P6)
2) Pengalaman negatif yang dialami caregiver
Dalam merawat pasien di rumah tidak sedikit pula hal
negatif
yang
dialami
oleh
caregiver,
beberapa
informan
menceritakan bahwa banyak terjadi hal negatif yang terjadi selama
merawat pasien seperti sering dimarahi, dipukul oleh pasien, dan
61
juga informan yang tidak terbiasa membantu eliminasi pasien, dan
penambahan biaya kehidupan, berikut pernyataan informan:
“Kalo ngobrol sama bapak pas dia emosinya tinggi , kalo kita
terusin kita malah ribut berantem kita, ngatasinnya yah diemin
aja, kalo lagi emosi dia suka mukul kita” (P2)
“Sampe tiga kali kontrol sampe naik angkot sama saya cari
taksi, abis naik motor gabisa, gabisa jalan jadinya harus nyewa
taksi, tapi ya itu susahnya mah pas buang-buang kotoran
aja”(P5)
“Sekarang lebih manja, ga mau saya tinggalin terus kalo saya
pergi atau nggak diturutin kemauannya suka ngamuk-ngamuk”
(P6)
“Dulu orangnya paling sabar orangnya, yang namanya marah
marah itu jarang dulu orangnya sabar pas dia sakit kadangkadang emosi” (P7)
Tema tentang pengalaman menarik yang dialami caregiver
dapat dilihat dalam skema berikut ini :
KATEGORI
Dapat memenuhi
keinginan klien.
Banyak hikmah yang
diberikan Allah
Perubahan emosi
pasien
Perubahan kondisi
pasien
SUBTEMA
TEMA
Pengalaman
Positif
Pengalaman Menarik
yang dialami
caregiver
Pengalaman
Negatif
Bagan 5.5. Skema Tema 6
62
g. Perubahan yang terjadi pada caregiver.
Selama merawat pasien pasca stroke di rumah, terdapat
beberapa perubahan yang dialami oleh informan mulai dari perubahan
psikologis, perubahan kesehatan pada tubuh caregiver, perubahan sosial,
maupun perubahan aktivitas caregiver sehari-hari, namun ada pula
informan yang tidak mengalami perubahan apapun, hal ini terlihat
dalam uraian sub tema seperti berikut:
1) Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis yang terjadi pada caregiver selama
merawat pasien pasca stroke di rumah meliputi perasaan jenuh,
sedih, dan kesal merupakan respon yang sering terjadi pada
caregiver, seperti halnya akan diuraikan berikut ini:
Perasaan
jenuh
juga
dirasakan
oleh
caregiver,
berikut
pernyataannya:
“Hehe jenuh, tapi kasian juga” (P3)
Sedangkan ada caregiver yang merasakan perasaan sedih
selama merawat pasien di rumah, berikut pernyataannya:
“Yah sedih lah, yah sedih juga yah nangis sendiri kalo dipikirin
yah stress kali ya, tapi suka mikir, ya Allah kenapa jadi begini”
(P1)
“Pikiran sedih batin sih udah biasa mah saya” (P2)
“Hehe sedih...” (P3)
63
“Kadang berfikir begitu sedih juga” (P5)
Disisi lain perasaan kesal pun timbul pada caregiver yang
bertugas merawat pasien di rumah, dan berbagai faktor seperti
keluarga, perilaku pasien dan hal lain yang mengakibatkan rasa
kesal itu timbul, berikut pernyataannya:
“Oh kesal ada lah pasti, kesal tapi setelah kesal minta maaf
lagi, gimana mengungkapkannya ya? (P3)
“Keselnya sih cuma sama keluarga, saya minta tolong untuk
gantiin tapi ga ada yang dateng akhirnya yaudah kita sendiri
aja yang rawat”(P5)
“Sering kesel ibu sering emosi, banyak deh sering karena
dianya begitu, itu ngata-ngatain saya”(P6)
“Yah mungkin sebagai manusia mungkin ada rasa kesal” (P7)
2) Perubahan Fisik
Dalam hal fisik, ada dua informan yang jarang terkena sakit dan
ketika merawat pasien juga tidak ada perubahan dan tetap sehat,
berikut pernyataannya:
“Ibu alhamdulillah sehat terus selama ngurus bapak gitu ga ada
keluhan apa-apa”(P1)
“Alhamdulillah sih baik-baik aja ga ada keluhan” (P4)
Sedangkan informan berikut ini mengalami kondisi tubuh
mudah lelah dan terdapat kesulitan dalam tidur sehingga terkadang
merasa pusing dan kurang tidur, berikut pernyataannya:
“Sekarang jadi gampang lelah”(P3)
64
“Kita mah ya rasa rasa capek juga sebenernya yah, tapi ya
gimana, kita ikhlasin aja” (P4)
Keluhan sakit dan susah tidur cukup dirasakan oleh
beberapa caregiver, berikut pernyataannya:
“Saya mah tidurnya kurang, suka gaenak badan pusing,
bdan pada lemes yah ada aja tapi saya ga rasain Cuma mikir
paling masuk angin” (P2)
“Kadang kalo tengah malem suka bangun minta mandi terus
bilang mau kerja” (P6)
“Alhamdulillah sih ga berat lah kalo misalnya sakit kan
kayak masuk angin, batuk, pilek” (P7)
3) Perubahan Sosial
Dalam hal aktivitas ada informan yang tidak mengalami perubahan
seperti pernyataan berikut ini:
“Ga ada perubahan sehari-hari di rumah cuma nyuci nyapu
ngepel biasa ibu rumah tangga, paling keluar cuma ngaji
seminggu sekali sama ke masjid dan kalo hari sabtu di balai”(P1)
“Karena saya awalnya emang ibu rumah tangga jadi ga ada
perubahan sih dalam sehari-hari emang karena emang biasa
ngurusi bapak, dan bapaknya juga mandiri jadi tidak terlalu
repot”(P4)
65
“Alhamdulillah lah kalo misalnya sakit kan kayak masuk angin,
batuk, pilek, kalo bisa saya kerjain lah kerjain kalo nggak yah
tumpuk tumpukan gitu kerjaan” (P7)
Tetapi ada pula yang mengalami perubahan dalam
melakukan aktifitas sehari hari nya, mengurus anak jadi sedikit
berkurang karena harus mengurus suami, sedangkan ada pula
informan yang tidak bisa melakukan aktivitas di luar rumah lagi
karena harus mengurus pasien dan pasien juga tidak mau apabila
ditinggal oleh informan,berikut adalah pernyataan informan:
“Di rumah mah cuma ngurusin rumah, ngurusin bapak, ngaji
udah gabisa” (P2)
“Pengaruhnya buat anak jadi gabisa ngurusin anak, biasanya
pagi ngurus anak ini harus ngurus suami dulu”(P3)
“Saya gaboleh kemana-mana, jadi gabisa kemana mana ruang
gerak dibatasin, diawasin tiap hari” (P6)
4) Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual yang terjadi pada caregiver merupakan
hal yang terjadi pada caregiver apabila terdapat suatu masalah,
biasanya caregiver mengalami perubahan spiritual seperti lebih
mendekatkan diri kepada Allah, pasrah kepada Allah atas semua
yang terjadi, dan berbakti kepada pasangan hidup kendati pasangan
hidup tersebut mengalami keterbatasan atau masalah. Hal tersebut
dapat dilihat dalam uraian berikut ini:
66
Salah satunya cara untuk caregiver dalam menenangkan
diri mereka adalah dengan mendekatkan diri pada Allah, seperti
penyataan informan berikut ini:
“Ya saya lebih sabar, menambah ukhuwah menambah iman
kita jadi harus terima apa yang dikasih, tapi alhamdulillah lah
masih ada bisa itu aja kita masih bersyukur lah” (P7)
“Paling paling yah berdoa apa yang dilakuin yah cuma
berdoa...” (P1)
Disisi lain perawatan, caregiver juga berserah atau pasrah
kepada Allah untuk semua cobaan yang terjadi pada dirinya, berikut
pernyataannya:
“Terima aja dah namanya nasib, pasrah aja” (P1)
“Tapi saya mah ngurusin dia dengan ikhlas hati saya senang
saya rela pasrah, apa yg saya lakukan tolongin dia saya ikhlas
aja” (P2)
“Yak udah takdir saya bilang...”(P5)
Karena sebagian besar caregiver adalah pasangan hidup penderita,
maka dari itu caregiver harus berbakti pada pasangan untuk
menunjukkan bahwa pasangan berkewajiban untuk merawat
pasangan hidupnya, berikut pernyataannya:
“Ya saya sih yah sabar aja kan suami, selagi saya masih sehat
panjang umur yah saya lah yang ngerawat,kalo sekarang mah saya
kebanyakan kasiannya sama dia” (P6)
67
“Namanya udah kewajiban merawat, putus asa sih nggak tetep
berusaha, saya usaha sendiri sesuai tenaga saya apa adanya”
(P5)
Tema tentang perubahan pada caregiver dapat dilihat dalam
skema berikut ini :
KATEGORI
SUBTEMA
TEMA
Jenuh
Sedih
Perubahan
Psikologis
Kesal
Capek/Lelah
Perubahan Fisik
Keluhan sakit
Perubahan aktifitas dan perubahan
peran
Perubahan pada
Caregiver
Perubahan Sosial
Tidak ikut Kegiatan
Mendekatkan diri pada Allah
Pasrah kepada Allah
Perubahan
Spiritual
Berbakti pada pasangan hidup
Bagan 5.6. Skema Tema 7
i. Kekohesifan hubungan keluarga / kedekatan antar keluarga
Selama pasien sakit dan selama perawatan pasien di rumah
hubungan keluarga mengalami perubahan, dan sesuai dengan yang
didapat bahwa hubungan keluarga semakin dekat seperti halnya sering
berkumpul dengan pasien, selalu bersama dengan pasien, dan keinginan
pasien selalu dituruti oleh keluarga, berikut pernyataan informan:
68
“Kalo siang malem selalu bareng ga ada bedanya sama sekali, dia
sehat sampe dia sakit ga pernah pisah” (P2)
“Iya semakin sayang, anak juga semakin sayang bahkan pulang
langsung nyamperin ayahnya padahal masih pake helm” (P3)
“Palingan kalo lagi diem saya selalu tanya „ada apa‟ biar masalah
nya tuntas nggak ada yang terpendam” (P4)
“bapaknya jadi ada waktu di rumah kalo pas kerja kan pulangnya
jam 12 malem waktu masih sehat, sekarang jadinya bisa ngumpul”
(P6)
Tema tentang kekohesifan hubungan keluarga dapat dilihat
dalam skema berikut ini :
KATEGORI
SUBTEMA
Pasangan perhatian
TEMA
Makin
harmonis
Selalu bersama
pasien
Anak lebih sering berkumpul
Ada waktu bersama di rumah
Kekohesifan
hubungan
keluarga
Keluarga
Berkumpul
Bagan 5.7. Skema Tema 8
j. Harapan caregiver untuk pasien.
Beberapa informan mengungkapkan harapan ke depannya
untuk pasien, agar pasien sehat seperti semula, dapat melanjutkan
pengobatan kembali hingga pulih dan kehidupan kembali seperti sedia
kala, berikut pernyataannya:
69
“Ada sih ada, harapan ibu mah mudah-mudahan sembuh kayak
dulu lagi kayak semula, dan kalo ada duit mah mau lanjutin berobat
lagi” (P1)
“Pasrahin aja ke Allah aja namanya orang lagi sakit, yah
begimana yah, saya mah kalo dia sehat Alhamdulillah tenang hati
kita kalo Allah emang jalannya kesitu, klo Allah jalannya lain saya
mah terima aja, kalo ditinggal suami pas sekarang juga terima aja
asal jalannya baik, kita percaya sama allah serahkan diri kita, sehat
sakit kita gatau, kalo emang Allah menghendaki bapak ada umur
semoga sehat.” (P2)
“Saya fikir yah biar dia sehat aja, dia sehat aja saya udah seneng
banget, kita kan mengharapkan tetep sehat,, sebenernya sih kalo ada
rezeki masih pengen ke dokter saraf lagi” (P5)
“Kepinginnya
sih
bapak
sehat,
pinginnya,
mungkin
kalo
berobatnya ke tempat yang dulu lagi mungkin sehat, ini kan ga
dibawa lagi ke tempat yang dulu” (P6)
“Yah maunya sih mudah mudahan sehat, maunya kita sih berobat
seperti orang tapi yah gimana yah uangnya, terbentur dengan biaya”
(P7)
70
Tema tentang harapan caregiver pada pasien dapat dilihat
dalam skema berikut ini :
KATEGORI
SUBTEMA
TEMA
Pasrah terhadap
yang terjadi
Berdoa dengan
sungguh-sungguh
Sesuai kuasa Tuhan
Harapan caregiver
terhadap pasien
Mendapat dana
berobat
Melanjutkan
pengobatan
Berusaha berobat
Bagan 5.8. Skema Tema 9
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan tentang interpretasi
hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan implikasinya bagi keperawatan.
Interpretasi hasil penelitian dilakukan dengan membandingkan berbagai
temuan dalam hasil penelitian dengan hasil – hasil penelitian sebelumnya
maupun teori yang terkait dengan hasil penelitian ini juga melengkapi
pembahasan interpretasi hasil penelitian ini. Keterbatasan penelitian akan
dibahas dengan membandingkan proses penelitian yang telah dilalui dengan
kondisi ideal yang seharusnya dicapai. Sementara implikasi penelitian akan
diuraikan dengan mempertimbangkan pengembangan lebih lanjut bagi
pelayanan, pendidikan dan penelitian keperawatan khususnya keperawatan
komunitas.
A. Pembahasan Hasil Penelitian
Peneliti telah mengidentifikasi sembilan tema yang merupakan hasil
dari penelitian ini. Tema – tema tersebut teridentifikasi berdasarkan tujuan
penelitian. Caregiver yang terlibat dalam merawat pasien pasien pasca stroke
dirumah dapat digambarkan dengan tema pertama caregiver adalah anggota
keluarga. Perawatan di rumah yang sudah dilakukan oleh caregiver untuk
pasien pasca stroke dapat digambarkan dengan tema kedua perawatan di
rumah yang diberikan oleh caregiver. Informasi yang diperoleh caregiver
dalam merawat pasien di rumah dapat digambarkan dengan tema ketiga
71
72
kebutuhan informasi perawatan. Hambatan yang terjadi selama merawat
pasien dapat digambarkan dengan tema keempat hambatan dalam perawatan.
Sumber dana yang dibutuhkan dalam merawat pasien dapat digambarkan
dengan tema kelima sumber dana pengobatan. Pengalaman positif dan negatif
yang dialami oleh caregiver selama merawat pasien di rumah dapat
digambarkan dengan tema keenam pengalaman menarik yang dialami oleh
caregiver dan tema ketujuh perubahan yang terjadi pada caregiver. Hubungan
keluarga selama merawat pasien pasca stroke di rumah dapat digambarkan
dengan tema ke delapan kekohesifan hubungan keluarga / kedekatan antar
keluarga. Harapan ke depan untuk pasien dapat digambarkan dengan tema
kesembilan harapan caregiver untuk pasien.
1.
Caregiver adalah anggota keluarga
Penelitian ini menghasilkan tema pertama yaitu caregiver adalah
anggota keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang
bertindak sebagai caregiver dalam merawat pasien pasca stroke ketika di
rumah adalah anggota keluarga dari pasien itu sendiri dan mereka adalah
pasangan (istri/suami) dari para pasien pasca stroke tersebut namun ada
beberapa juga yang menggunakan bantuan anak perempuan pasien dalam
merawat klien. Caregiver yang bertindak adalah keluarga dalam
penelitian ini sesuai dengan teori Friedman yang menyatakan bahwa bila
salah satu anggota keluarga menderita gangguan kesehatan, satu atau
lebih
anggota
keluarga
mengemban
peran
sebagai
pemberi
asuhan/caregiver (Friedman, Bowden, dan Jones, 2010). Pendapat yang
mendukung dari hasil penelitian adalah pendapat menurut Sukmarini
73
yang menyatakan caregiver informal adalah seorang individu (anggota
keluarga, teman, atau
tetangga) yang memberikan perawatan secara
keseluruhan, paruh waktu , tinggal bersama maupun terpisah dengan
orang yang dirawat (Sukmarini, 2009). Sedangkan menurut Family
Caregiving Alliance (2008), caregiver wanita jelas menanggung beban
pengasuhan informal pada masyarakat, dengan persentase 59% -75%
dari pengasuh adalah perempuan.
Sukmarini menyatakan bahwa terdapat caregiver formal yang
dimana adalah caregiver yang merupakan bagian dari system pelayanan
baik diberi pembayaran maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009). Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian dimana salah satu informan (P3)
menggunakan bantuan dari yayasan untuk merawat pasien pasca stroke di
rumah.
2.
Perawatan di rumah yang diberikan oleh caregiver.
Penelitian ini menghasilkan tema kedua yaitu Perawatan di
rumah yang diberikan oleh caregiver. Perawatan di rumah seringkali
dihubungkan dengan perawat ataupun fisioterapis, namun pada
hakikatnya keluarga lah yang dapat merawat secara penuh bagi klien.
Bantuan dari pihak lain untuk pemenuhan kebutuhan dari mulai
pengaturan nutrisi, eliminasi, pergerakan tubuh, perawatan diri sampai
pengobatan (Agustina, 2009). Hasil penelitian dari Pyun Sungbom
menyatakan bahwa program di rumah menawarkan keuntungan umum
dari efek latihan karena latihan di rumah dapat familiar, lingkungan lebih
nyata, dengan memperkaya lingkungan terapi dan dukungan emosional
74
dari anggota keluarga (Sungbom et.al, 2008). Menurut Mulyatsih (2008)
bahwa perawatan klien pasca stroke di rumah mencakup beberapa hal,
hasil penelitian yang ditemukan bahwa caregiver telah melakukan
sebagian hal dari perawatan pasien pasca stroke di rumah yang dijelaskan
ke dalam sub tema berikut ini:
a) Pemenuhan kebutuhan sehari hari.
Menurut Agustina (2009) bahwa bantuan dari pihak lain
untuk pemenuhan kebutuhan dari mulai pengaturan nutrisi (makan),
eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perawatan diri (seperti
grooming dan personal hygiene). Pemenuhan kebutuhan sehari hari
bagi pasien pasca stroke sangat diperlukan agar pasien teta bisa
menjalankan aktifitas sehari-hari nya seperti sedia kala. Menurut
Saban dan Hogan (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
caregiver diidentifikasi secara terus menerus dan mengemukakan
peran caregiver dalam kebutuhan penderita stroke adalah untuk
membantu pasien dengan kebutuhan fisik, termasuk mobilitas, buang
hajat dan kebersihan (Saban & Hogan, 2012).
Teori dan temuan diatas mendukung hasil penelitian yang
ditemukan peneliti yang menunjukkan bahwa lima informan
menyatakan membantu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
seperti memandikan pasien, membantu dalam memakai baju
dikarenakan pasien mengalami kelemahan dan tidak dapat melakukan
hal tersebut sendiri, dan pada empat informan tersebut tingkat
ketergantungan pasien sedang yaitu skor 25-75 dalam melakukan
75
aktivitas sehingga dibutuhkan bantuan parsial oleh caregiver. Untuk
bantuan eliminasi yang dilakukan oleh caregiver adalah dalam
membantu buang air kecil, membersihkan setelah buang air besar
maupun kecil, serta ada satu informan yang juga membantu
membersihkan pampers yang digunakan oleh pasien, dikarenakan
pasien belum bisa pergi ke kamar mandi untuk buang air besar.
Sebagian besar informan mengeluhkan kesulitan ketika membantu
dalam membantu buang air besar dan membersihkan setelah buang air
besar tersebut, karena untuk urusan eliminasi tersebut informan
menyatakan sangat kerepotan dan terkadang rasa buang air besar
pasien yang tidak bisa ditahan sehingga harus segera dibantu oleh
caregiver. Wanita dilaporkan secara signifikan berbeda dari laki-laki,
misalnya perempuan memiliki hampir dua kali kemungkinan
memberikan dukungan terkait dengan toileting bantuan daripada pria
(Brazil et. al, 2009).
Menurut Mulyatsih (2008) peran keluarga dalam membantu
dalam eliminasi (buang air kecil dan besar) yaitu dengan cara keluarga
dapat menyediakan urinal terutama di malam hari untuk mencegah
klien mengompol, dan untuk membantu klien agar tidak mengalami
konstipasi yaitu dengan cara memotivasi klien untuk bergerak aktif,
mengkonsumsi makanan tinggi serat, minum air putih minimal 8 gelas
perhari dan membiasakan duduk di kloset secara teratur. Berdasarkan
teori diatas, beberapa informan telah melakukan hal seperti
menyediakan urinal di dekat pasien sehingga ketika pasien ingin
76
buang air kecil bisa dengan segera, dan informan juga membiasakan
untuk duduk di kloset agar pasien terbiasa buang air besar dengan
lancar dan tidak terjadi konstipasi. Sedangkan ada dua informan yang
hanya membantu sedikit pasien dalam eliminasi seperti hanya
membantu mengambilkan air saja, atau hanya menyiapkan makanan
namun pasien dapat makan dan minum sendiri. Hal tersebut
dikarenakan tingkat ketergantungan pasien tidak terlalu tinggi yaitu
dengan skor 90-100 dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b) Membantu latihan aktifitas untuk mengaktifkan sisi ekstremitas yang
lemah
Menurut Mulyatsih (2008) pada klien yang masih mengalami
kelemahan pada anggota gerak atas, keluarga/caregiver beri dukungan
kepada klien untuk mengaktifkan tangan yang lemah tersebut.
Anjurkan klien makan, minum, mandi atau kegiatan harian lain
menggunakan tangan yang masih lemah dibawah pengawasan dari
keluarga. Dari hasil penelitian terdapat lima informan yang melakukan
perawatan mengaktifkan sisi ekstremitas yang lemah dan memberikan
dukungan agar pasien melakukan aktifitas dengan mandiri sehingga
tingkat
ketergantungan
pasien
berkurang
dan
pasien
dapat
menjalankan aktivitas seperti sedia kala. Bantuan yang diberikan oleh
caregiver untuk pasien seperti membantu dalam memiringkan badan
ke kanan dan kiri, menggerakkan dan menekuk tangan agar tidak
terjadi kekakuan, membantu pasien untuk meremas bola dengan
tangannya agar lentur. Menurut Suprajitno (2004) fungsi keluarga
77
dalam
perawatan kesehatan salah satunya adalah memodifikasi
lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga (Suprajitno, 2004).
Berdasarkan teori tersebut mendukung hasil penelitian yang
menujukkan satu informan yang melakukan modifikasi dalam
perawatan, hal ini ditunjukkan dengan membuat angkat beban seperti
yang dicontohkan oleh fisioterapi di rumah sakit, hal tersebut
dilakukan agar kekuatan otot pasien menjadi meningkat sehingga bisa
stimulasi otot yang lemah agar bisa bekerja kembali seperti semula.
Dukungan dari keluarga dan pemberian perawatan jangka
panjang yang tepat membuat penderita stroke dapat memperoleh
kembali kualitas hidup mereka hal yang dapat dilakukan seperti
pencegahan terjadinya cedera atau jatuh (Sustrani, et. al 2003). Hasil
penelitian menunjukkan dua dari lima informan yang melakukan
perawatan mengaktifkan sisi ekstremitas yang lemah dengan cara
menemani dan menuntun pasien untuk jalan pagi serta mengajarkan
pasien untuk berjalan dengan menggunakan tongkat dari yang kaki
lima sampai tidak memakai tongkat, hal tersebut dilakukan agar
mencegah terjadinya jatuh pada pasien.
c) Pemenuhan kebutuhan spiritual klien
Menurut Sustrani (2003) perawatan pasien pasca stroke di
rumah yang dapat dilakukan oleh keluarga seperti membantu pasien
memenuhi kebutuhan spiritual nya (Sustrani, et. al 2003). Memenuhi
kebutuhan spiritual pasien dapat dilakukan dengan cara selalu
78
berkumpul dengan keluarga dan melakukan ibadah secara bersamaan/
berjamaah untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta (Mulyatsih,
2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua informan yang
berperan sebagai caregiver melakukan perawatan sesuai dengan teori
tersebut, yang dilakukan oleh informan adalah mengajarkan pasien
untuk membaca al-qur’an dari awal iqro sampe pasien dapat hatam
dan rutin dalam membaca al-qur’an yang sebelumnya jarang
dilakukan oleh pasien sebelum pasien sakit. Hal tersebut menunjukkan
informan membantu pasien dalam mendekatkan diri kepada sang
pencipta dan menuntun pasien untuk menjadi insan yang lebih baik
lagi dari sebelumnya. Selain itu informan juga membiasakan untuk
shalat berjamaah dengan pasien agar pasien selalu bersama dengan
keluarga, merasa didukung dan termotivasi lebih besar untuk sembuh
seperti sedia kala.
d) Membantu dalam mengatur program pengobatan atau rawat jalan
Perawatan pasca stroke di rumah salah satunya yang dapat
dilakukan oleh keluarga termasuk caregiver seperti kepatuhan
pengobatan, mengantar rawat jalan, serta membantu untuk mencari
pengobatan / akses pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien
(Sustrani, et. al 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
informan membantu pasien dalam mengakses pelayanan kesehatan
dan memperoleh pengobatan yang dibutuhkan oleh pasien, tetapi
untuk sebagian informan yaitu dua informan melakukan pengobatan
dengan cara menghindari faktor yang dapat memperburuk keadaan
79
dan lebih kepada kontrol kesehatan pasien saja. Di sisi lain lima
informan melakukan pengobatan berupa pengobatan alternatif seperti
akupunktur dan urut untuk membatu pasien dapat berjalan seperti
sedia kala, dan satu diantara lima informan tersebut masih
mengantarkan pasien untuk fisioterapi ke rumah sakit sebagai rawat
jalan pasien tersebut.
e) Membantu dalam bersosialisasi dengan lingkungan
Menurut Mulyatsih (2008) caregiver dapat membantu pasien
dalam bersosialisasi dengan lingkungan agar klien tidak merasa jenuh
dan rendah diri karena keadaannya yang sekarang (Mulyatsih, 2008).
Sosialisasi yang dilakukan oleh caregiver seperti memoerkenalkan
pasien dengan lingkungan sekitar setelah pasien lama tidak
beraktifitas atau berdiam diri di rumah, bagi pasien yang tingkat
ketergantungannya sudah baik bisa diajarkan sosialisasi seperti
melakukan aktifitas yang biasa dilakukan atau melakukan hobi dari
pasien, sedangkan untuk pasien yang tingkat ketergantungannya masih
kurang stabil dapat dilakukan sosialisasi seperti mengajak jalan-jalan
pasien ke tempat yang disenangi maupun di sekitar rumah dan
berkumpul dengan tetangga sekitar rumah. Sesuai dengan teori berikut,
hasil penelitian menunjukkan bahwa ada satu informan yang
melalukan hal seperti itu dengan cara membiarkan pasien untuk
melakukan aktivitas atau pekerjaan yang disenanginya tanpa melarang
pasien untuk melakukannya, hal tersebut dilakukan untuk mengangkat
harga diri pasien dan meyakinkan bahwa pasien masih berguna dan
80
dapat
melakukan
aktivitas
dengan
mandiri.
Informan
juga
membiarkan pasien untuk berkumpul dengan tetangga maupun
rekannya agar
pasien tidak jenuh dan tetap bersosialisasi dengan
lingkungan seperti biasa.
3.
Informasi perawatan yang dibutuhkan caregiver.
Informasi perawatan di rumah maupun pendidikan kesehatan
pada klien dan keluarga, ini membutuhkan tempat dan waktu yang tepat.
Pendidikan kesehatan harus dilakukan secara berkelanjutan setelah klien
pulang oleh pemberi layanan kesehatan di komunitas (Hickey, 2003).
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa informan yang membawa pasien
ke rumah sakit, mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan untuk
perawatan pasien di rumah dan program rehabilitasi yang dilakukan oleh
keluarga untuk pasien di rumah juga diajarkan.
Disisi lain keluarga yang tidak membawa pasien ke rumah sakit
dan hanya mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat, sangatlah minim
informasi dan hanya tahu informasi dari rekan dan sanak saudara saja,
sedangkan menurut Hickey (2003) setelah pasien pulang ke rumah,
pelayanan kesehatan di komunitas harus memberikan informasi terkait
perawatan dan rehabilitasi di rumah pula guna membantu pasien untuk
kembali ke fungsi nya semula. Tenaga proffesional harus menyediakan
pelayanan suportif yang memadai dan informasi tentang stroke untuk
mencegah penurunan kepuasan dari keluarga dan pasien (Cramm, et. al
2012). Namun pada hasil penelitian hal tersebut tidak sesuai teori yang
ada, karena menurut informan ketika mereka membawa pasien ke
81
pelayanan kesehatan terdekat, tidak diberikan informasi apapun terkait
perawatan di rumah pasien, sehingga informan sangat minim informasi
dari pelayanan kesehatan yang seharusnya memberikan informasi guna
meningkatkan kesembuhan pasien. Sementara itu di pelayanan kesehatan
tersebut sudah mulai dicanangkan program
home visit / kunjungan
rumah yang sangat penting bagi pasien rehabilitasi stroke, namun
pelaksanaannya kurang berjalan baik sehingga tidak berpengaruh pada
peningkatan pengetahuan informasi caregiver ketika membawa pasien ke
pelayanan kesehatan tersebut.
4.
Hambatan dalam perawatan
Pentingnya tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan
rehabilitasi bagi pasien pasca stroke. Semakin teratur pasien stroke dalam
melakukan rehabilitasi maka resiko kompikasi yang ditimbulkan dapat
dicegah dan pengembalian fungsi dengan cepat, sebaliknya jika
rehabilitasi tidak dijalani dengan sungguh-sungguh dan teratur maka
dapat mempercepat terjadi kelumpuhan permanen pada anggota tubuh
yang pernah mengalami kelumpuhan, dan salah satu yang mempengaruhi
kepatuhan klien ini adalah peran keluarga (Selamiharja, 2005). Saat ini
ketidakpatuhan klien menjadi isu dan masalah keseriusan dikalangan
profesional kesehatan. Pengembangan riset atau program di bidang
kesehatan tidak akan ada artinya jika tidak diikuti oleh kepatuhan klien
terhadap riset atau program bagi mereka. Dari penelitian-penelitian
tentang kepatuhan klien terhadap pengobatan, ketidakpatuhan banyak
ditemukan pada klien dengan penyakit kronis (Niven, 2002).
82
Berdasarkan teori diatas bahwa kepatuhan pengobatan
sangatlah penting bagi kesembuhan pasien, serta peran dan dukungan
dari
keluarga
yang
membantu
untuk
meningkatkan
kepatuhan
pengobatan pada pasien. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti
didukung oleh penelitian penelitian yang diungkapkan pada teori tersebut,
bahwa sebagian dari pasien yaitu dua pasien mengalami ketidakpatuhan
dalam pengobatan, dimana informan (P6) menyatakan bahwa pasien
tidak mau berhenti untuk mengonsumsi rokok dan kopi, sehingga
semakin hari kondisi pasien menjadi lemah dan kelumpuhan bertambah
parah, dan informan juga mengatakan apabila keinginan pasien tidak
dituruti akan berakibat pasien mengamuk dan membuat informan
mengalami hal buruk, maka dari itu informan tidak bisa melarang pasien
untuk melakukan hal tersebut. Sedangkan pada informan (P7) sudah
mendukung dan membantu untuk mengakses pengobatan untuk pasien,
namun pasien tidak mau atau malas untuk berobat, hal tersebut yang
mengakibatkan tidak ada kenaikan dari status kesehatan pasien. Dalam
hal tersebut muncul lah diagnosa ketegangan peran pemberi asuhan /
caregiver role strain yaitu kesulitan dalam melakukan peran sebagai
caregiver dikarenakan status kesehatan pasien yang semakin memburuk
diakibatkan
oleh
ketidakpatuhan
daripasien
dalam
pengobatan.
Sedangkan pada informan (P3) menyatakan bahwa diri dia sangat
kerepotan untuk merawat pasien dikarenakan dia kerja dan masuk pagi,
sehingga perawatan pasien tidak maksimal pada pagi hari, hal tersebut
juga dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam berobat. Untuk
83
informan (P3) ini diagnosa ketegangan peran pemberi asuhan/caregiver
role strain juga muncul karena sumber daya tenaga caregiver yang
terbatas sehingga pengobatan tidak maksiman damn membuat tekanan
pada caregiver itu sendiri.
5.
Sumber dana pengobatan
Sangat diharapkan bahwa caregiver yang merupakan keluarga
dapat membantu pemulihan penderita stroke. Untuk itu terlebih dahulu
diperlukan sikap saling pengertian antara dokter, perawat, fisioterapist,
tim rehabilitasi lainnya dengan keluarga perihal keadaan penderita. Tidak
jarang terjadi keadaan buntu yang mengakibatkan pulang paksa atau
pemberhentian pengobatan, keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Yang sering terjadi adalah dana yang kurang untuk membiayai
pengobatan. Biasanya hal ini berakhir pada hak sepenuhnya pada
penderita atau keluarga (Harsono, 2000).
Teori yang dikemukakan diatas mendukung hasil penelitian
yang didapatkan oleh peneliti, seluruh informan menyatakan bahwa dana
sangat penting bagi pengobatan pasien. Untuk melakukan pengobatan
tidak mudah dan memerlukan sumber dana yang cukup untuk
melanjutkan pengobatan tersebut.
Sebagian informan mendapatkan bantuan sumber dana dari
perusahaan tempat pasien bekerja sehingga biaya pengobatan ditanggung
oleh pihak asuransi, sebagian informan lainnya mendapatkan sumber
dana berasal dari keluarga yaitu anak-anak dari pasien yang sudah
bekerja dan bantuan dari tetangga sekitar yang terkadang ikut membantu
84
dalam biaya pengobatan namun apabila dana tersebut tidak ada maka
informan menyatakan bahwa pengobatan dihentikan sementara sampai
ada dana untuk berobat kembali.
Upaya-upaya untuk dapat memenuhi jaminan kesehatan untuk
mencakup
semua
penduduk
(universal
coverage)
telah
banyak
diusahakan Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional untuk
memenuhi jaminan kesehatan yang bisa dinikmati di seluruh wilayah
Indonesia. Untuk informan (P1) dan (P7) mengatakan bahwa mereka
mendapatkan bantuan program biaya pengobatan dari jamkesda, namun
alokasi dana yang turun untuk berobat tidak seperti yang diharapkan serta
pelayanan yang diberikan ketika menggunakan jamkesda tidak sesuai
ketentuan, program bantuan dana jamkesmas telah diterima oleh keluarga
yang salah satu anggota keluarganya mengalami stroke namun ternyata
bantuan dana tersebut hanya dapat membantu untuk pembiayaan rawat
inap saja. Biaya rawat jalan maupun obat luar dari rumah sakit harus
dibebankan kepada keluarga. Hal inilah yang masih dirasakan
memberatkan keluarga, karena harus mengeluarkan biaya tambahan
walaupun
sudah
mendapat
bantuan
dari
pemerintah
sehingga
menyebabkan kedua informan merasa kecewa dan tidak melanjutkan
pengobatan kembali dan memilih untuk mengikuti pengobatan gratis
yang sering diselenggarakan oleh instansi atau organisasi tertentu.
Diagnosa ketegangan peran pemberi asuhan / caregiver role strain pun
muncul juga pada tema ini, dimana caregiver mengalami tekanan yang
85
berkaitan dengan keadaan sosioekonomi yang mempengaruhi dalam
pengobatan dan kesehatan pasien.
6.
Pengalaman menarik yang dialami caregiver
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh
individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya (Tomey,
2006). Dalam hal ini pengalaman caregiver keluarga merupakan
subjective experience yang dapat diartikan sebagai persepsi yang
dibentuk dari hasil interaksi yang lama dengan kejadian atau situasi
kejadian berdasarkan hasil interaksi yang lama dengan situasi kejadian
(Emerson,
2009).
Pada
dasarnya
pengalaman
mungkin
saja
menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat
menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif (Emerson, 2009).
Dasar teori diatas mendukung hasil penelitian yang didapatkan
oleh peneliti, dimana pada informan ditemukan pengalaman yang
menurut mereka pengalaman positif dan pengalaman negatif. Lima
informan menyatakan bahwa banyak hikmah positif yang terjadi pada
dirinya maupun pada pasien, seperti yang dikemukakan oleh informan
(P1) bahwa keluarga yang sebelumnya sibuk namun sekarang perhatian
kepada pasien, pada informan (P2) menyatakan bahwa lebih dekat
dengan pasien dan keinginan pasien dipenuhi oleh informan semata-mata
untuk menyenangkan hati pasangan hidupnya tersebut, dan untuk
informan (P6) menyatakan bahwa dirinya lebih banyak mengalah untuk
pasien, karena sebelumnya informan tersebut sedikit keras dan menuntut
namun sekarang sudah lebih banyak mengalah.
86
Selain pengalaman positif hasil penelitian juga menunjukkan
adanya pengalaman negatif yang muncul. Menurut penelitian Saban dan
Hogan (2012) menyatakan bahwa caregiver mengungkapkan kesulitan
mereka mengatasi perubahan mendadak dalam kepribadian pasien stroke.
Caregiver terdorong harus belajar untuk mengatasi dan beradaptasi
dengan kehidupan baru mereka secara waktu ke waktu (Saban & Hogan,
2012). Sesuai penelitian tersebut, hasil penelitian yang didapatkan
peneliti sesuai dengan penelitian sebelumnya, diamana partisipan juga
mulai membiasakan diri dan mengatasi hal tersebut dengan koping
masing-masing. Pernyataan yang dikemukakan oleh informan, adanya
perubahan emosi dan sifat pada pasien pasca stroke merupakan hal utama
yang menyebabkan pengalaman negatif terjadi pada informan yang
merawat pasien di rumah. Seperti hal nya yang dialami oleh ketiga
informan yang mengeluh perubahan pada pasien tersebut membuat
dirinya sedikit sedih dan marah, seperti yang dikemukakan oleh informan
(P2) menyatakan bahwa dirinya seringkali dipukul apabila pasien sedang
emosi lalu informan menegur pasien, maka dariitu informan akan
mendiamkan saja apabila pasien sedang emosi agar menghidari
pertikaian. Informan (P6) mengatakan bahwa pasien seringkali
mengamuk apabila keinginannya tidak dipenuhi, hal tersebut seringkali
membuat informan kesal dan lebih memenuhi semua keinginan dari
pasien walaupun keinginannya itu terkadang tidak masuk diakal.
Informan (P7) menyatakan kesedihannya karena perubahan yang terjadi
pada pasien membuat pasien lebih sering emosi, padahal sebelumnya
87
pasien adalah orang yang paling sabar di keluarga namun sekarang
seringkali pasien emosi, walau emosi yang ditimbulkan tidak terlalu
besar.
Perubahan kondisi kesehatan pasien dapat juga mempengaruhi
kebiasaan yang sudah dilakukan sehari-hari, seperi hal nya yang
diungkapkan oleh informan (P5) yang menyatakan merasa sedikit
menagalami kesulitan ketika merawat pasien terutama pada bantuan
eliminasi, dan untuk pengobatan pun karena kondisi pasien yang tidak
memungkinkan dan kondisi keluarga yang kurang serta akses untuk
berobat sulit karena tidak mempunyai kendaraan pribadi kecuali sepeda
motor, maka informan harus menyewa mobil atau naik taksi untuk
pengobatan, sehingga hal tersebut memakan biaya yang lebih besar lagi.
7.
Perubahan yang terjadi pada caregiver
Respon psikologis caregiver yang lebih sering ditemukan dapat
digambarkan sebagai stress ( termasuk beban caregiver dan ketegangan
caregiver mencakup 58% dari studi), mood ( 30% dari studi) , tanda
tanda depresi ( 16 % dari studi) dan koping (13% dari studi). variabel
psikologis yang lebih jarang diukur adalah kelelahan, penyesuaian
pengasuh, kesedihan, dan kepuasan dengan pengasuhan (Saban et.al,
2010). Beban caregiver didefinisikan sebagai tekanan-tekanan mental
atau beban yang muncul pada orang yang merawat lansia, penyakit
kronis, anggota keluarga atau orang lain yang cacat. Beban caregiver
dibagi atas dua yaitu beban subjektif dan beban objektif. Beban subjektif
caregiver adalah respon psikologis yang dialami caregiver sebagai akibat
88
perannya dalam merawat klien dengan penyakit. Sedangkan beban
objektif caregiver yaitu masalah praktis yang dialami oleh caregiver,
seperti masalah keuangan, gangguan pada kesehatan fisik, masalah dalam
pekerjaan, dan aktivitas sosial (Sukmarini, 2009).
Tema hasil analisis adalah perubahan pada caregiver. Perubahan
yang terjadi pada informan dalam penelitian ini adalah : perubahan fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual. Perubahan fisik yang terjadi pada
caregiver adalah kelelahan, sakit kepala/pusing, masuk angin sehingga
badan jadi sakit, dan kurang tidur. Perubahan fisik yang dikeluhkan
caregiver sesuai dengan penyataan dari Family Caregiver Alliance
(2008) yang menyebutkan adanya dampak pada fisik caregiver yaitu
adanya nyeri badan. Penelitian Beandlands et. al (2005) semakin
menguatkan hasil penelitian ini bahwa adanya dampak pada caregiver
pada aspek fisik yaitu adanya keluhan kelelahan.
Caregiver dalam melaksanakan perannya memenuhi kebutuhan
anggota keluarga yang mengalami kelumpuhan karena pasca stroke akan
mengakibatkan kelelahan karena penurunan daya tahan tubuhnya
menjadi berkurang. Namun hasil penelitian ini ternyata ada perbedaan
dengan perubahan pada caregiver yang telah diteliti oleh Beandlands et.
al (2005). Perubahan psikologis yang terjadi pada caregiver pada
penelitian ini adalah adanya jenuh, sedih dan kesal. Menurut Beandlands
et al (2005), perubahan psikologis yang terjadi pada caregiver adalah
marah, ketakutan, kesal, kecewa, dan depresi. Ada beberapa persamaan
yang muncul dari perubahan psikologi ini, yaitu adanya rasa marah dan
89
kesal. Perilaku tersebut muncul karena caregiver menginginkan pasien
mengikuti apa yang disarankannya atau apa yang sudah dilakukannya
untuk merawat pasien, namun ternyata pasien menolak karena adanya
keinginan dalam memenuhi kebutuhan fisiologisnya ataupun karena
adanya perubahan emosi dari pasien itu sendiri. Solusi lain untuk
menghindari perilaku marah atau kesal adalah dengan menyiapkan
caregiver pendamping (Carter, 2004). Hal tersebut mendukung penyataan
dari informan (P5) yang memerlukan caregiver pendamping, dan ketika
tidak ada siapapun yang membantu, rasa kesal itu timbul pada informan
(P5). Menurut Carter (2004), caregiver merupakan pekerjaan yang sangat
keras dan penting, dan selalu mendengarkan keluhan dan permintaan
pasiennya. Namun pada saat tertentu caregiver akan mengalami
kejenuhan serta membutuhkan perhatian (Carter, 2004). Hal tersebut juga
dirasakan oleh informan (P3) yang merasa jenuh selama merawat pasien,
sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain dan perhatian dari
keluarga agar rasa marah, kesal dan jenuh dapat berkurang.
Perubahan fisik menurut hasil penelitian Beandlands et al (2005),
menyebutkan adanya arthritis, hipertensi, penyakit jantung, insomnia,
sakit otot, dan kelelahan. Perubahan fisik yang terjadi pada caregiver
adalah kelelahan, masuk angin sehingga nyeri badan, flu, dan kepala
pusing. Perubahan fisik yang dikeluhkan caregiver sesuai dengan hasil
penelitian dari Family Caregiver Alliance (2008) yang menyebutkan
adanya dampak pada fisik caregiver yaitu adanya nyeri badan. Hal ini
diperkuat dengan penelitian yang menyatakan bahwa caregiver
90
mengalami kelelahan serta stress dan sekitar 40% dari family caregivers
mengalami gejala somatik / mengalami gangguan kesehatan juga
dikarenakan stress itu sendiri dan daya tahan tubuh yang lemah ( Sit, et.
al 2004). Namun pada hasil penelitian ditemukan juga informan yang
tidak mengalami perubahan fisik, yaitu pada informan (P1) dan informan
(P4) yang mengatakan bahwa selama merawat pasien tidak ada keluhan
penyakit apa-apa dan selalu dalam keadaan sehat. Faktor seperti jenis
makanan dan minuman yang dikonsumsi, tingkat kecemasan/tingkat
stress serta kelelahan caregiver akan sangat menentukan ada tidaknya
perubahan setelah memberikan perawatan.
Perubahan sosial yang terjadi pada caregiver dalam penelitian
ini adalah terdapat perubahan aktifitas, peran dan tidak dapat mengikuti
kegiatan. Terdapat persamaan dengan hasil penelitian. Beandlands et al
(2005), yaitu adanya perubahan dalam mengikuti kegiatan sosial karena
terbatasnya pergaulan. Caregiver tidak dapat mengikuti kegiatan di
lingkungan sekitarnya seperti arisan, pengajian, kumpul bersama teman
teman sekolah. Semua aktifitas tersebut menjadi sangat terbatas karena
caregiver harus banyak membantu dan menemani pasien dengan pasca
stroke. pengasuh juga mengutip kehilangan waktu pribadi sebagai
masalah konstan yang mereka hadapi setelah stroke. Tuntutan
pengasuhan saat tanggung jawab tambahan sebagai pengurus pasien,
meninggalkan sedikit waktu pribadi untuk caregiver (Saban & Hogan,
2012).
Merawat
anggota
keluarga
dengan
pasca
stroke
dapat
menyebabkan gangguan peran sosial. Teori tersebut mendukung hasil
91
penelitian, seperti yang dikemukakan oleh informan (P2) dan informan
(P3) bahwa caregiver menjadi terbatas aktivitasnya karena kelemahan
fisik selama mengurus pasien, sehingga lebih banyak berdiam diri di
rumah. Akibatnya caregiver tidak dapat menjalankan peran di keluarga
dan masyarakat sekitarnya. Caregiver seharusnya berperan sesuai dengan
struktur dalam keluarga dan sosialnya. Sementara pada informan (P6)
tidak dapat menjalankan aktivitas sehari- hari dan sosialisasi dengan
lingkungan diakibatkan karena permintaan pasien itu sendiri yang tidak
ingin ditinggal dan ingin selalu caregiver ada di dekatnya.
Perubahan spiritual terjadi pada caregiver dalam penelitian ini
caregiver menjadi lebih mendekatkan diri pada Tuhannya, lebih giat
melaksanakan ibadahnya, pasrah kepada Tuhannya, banyak bersyukur
serta meyakini bahwa yang dilakukannya bernilai ibadah. Pada penelitian
ini didapatkan hasil bahwa hampir semua partisipan mengatakan lebih
mendekatkan pada Allah dibanding sebelumnya. Mendekatkan diri
kepada Tuhannya dilakukan oleh partisipan dengan menjalankan ibadah
seperti ikut pengajian, sholat, berdoa, dan sikap pasrah terhadap
ketentuan Allah. Rasa bersyukur partisipan diwujudkan dengan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhannya. Merawat pasien dengan pasca stroke
ternyata dapat mendekatkan dengan sang pencipta dan merasakan Tuhan
sayang padanya, karena masih diberikan kesempatan untuk beribadah.
Potter dan Perry (2009) menyatakan seseorang akan memperoleh manfat
lebih besar ketika seseorang menggunakan kepercayaannya sebagai
kekuatan yang dapat memberikan dukungan pada kesehatannya.
92
Kepasrahan dan keyakinan adanya kasih sayang Allah telah menjadikan
caregiver tetap bertahan untuk tetap memberikan perawatan pada pasien
pasien pasca stroke. Selain mendekatkan diri kepada Allah, caregiver
menyatakan ini adlaah saatnya untuk membalas kebaikan yang sudah
pasangan berikan untuk caregiver, segabai pasangan hidup harus bersama
di dalam suka maupun duka, sehingga dalam keadaan sakit seperti ini
pun caregiver harus berbakti kepada pasangan hidupnya.
Berdasarkan diagnosa Caregiver Role Strain / ketegangan peran
pemberi asuhan bahwa ketegangan dalam merawat pasien pasca stroke di
rumah akan mengakibatkan banyaknya perubahan yang terjadi pada
caregiver itu sendiri, maka dari itu sesuai dengan intervensi secara tidak
langsung yang dilakukan kepada caregiver oleh peneliti yaitu sesuai
dengan rujukan NIC Caregiver Support, bahwa peneliti telah
mengajarkan teknik manajemen stres pada caregiver seperti untuk selalu
berdoa dan menerima dengan ikhlas apa yang terjadi, apabila ada
masalah peneliti menganjurkan caregiver untuk berbagi cerita kepada
sanak saudara maupun orang yang dipercaya agar mendapat solusi dan
tidak memberatkan bagi caregiver itu sendiri.
Selain
itu
peneliti
juga
mendorong
caregiver
untuk
berpartisipasi dalam kelompok dukungan caregiver di masyarakat agar
saling berbagi pengalaman sesama pemberi asuhan pada pasien pasca
stroke. Peneliti juga menginformasikan caregiver perawatan kesehatan
dan sumber daya masyarakat yang dapat dikunjungi atau didatangi oleh
93
caregiver apabila pasien maupun caregiver itu sendiri membutuhkan
bantuan.
8.
Kekohesifan hubungan keluarga
Perawatan selama sakit yang diberikan oleh caregiver kepada pasien
sangatlah berharga, dan karena penyembuhan pasien pasca stroke
tersebut tidak cepat, maka dari itu hubungan yang kuat dan dekat dari
keluarga sangat mempengaruhi penyembuhan dari pasien. Penelitian
mengatakan bahwa 75% pasien stroke yang dilakukan penelitian (jumlah
sample adalah 40) bahwa mereka yang tinggal dengan keluarga memiliki
kemampuan merawat diri dan memiliki tingkat mobilisasi yang lebih
maju/ lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak dirawat oleh keluarga.
Hal ini terlihat karena besarnya dukungan dari keluarga yang membantu
kesembuhan serta emosional dari penderita itu sendiri (Mak, et. al 2006).
Teori tersebut mendukung dengan hasil penelitian yang didapatkan, yaitu
terdapat empat informan yang lebih mejaga hubungan harmonis dengan
pasien dan juga keluarga yang selalu berkumpul bersama dengan pasien
semenjak pasien sakit, hal tersebut menyebabkan peningkatan rasa kasih
sayang antar keluarga kepada pasien dan sebaliknya, dan rasa sayang
tersebut akan menimbulkan adanya dukungan sosial yang kuat antar
keluarga dan pasien agar kondisi pasien menjadi lebih baik lagi, dan
cepat pulih seperti semula.
9.
Harapan caregiver untuk pasien
94
Harapan keluarga terhadap pihak pihak terkait merupakan
gambaran keinginan yang dimiliki oleh keluarga. Harapan keluarga
dalam penelitian ini berkaitan dengan fungsi, sumber dan bentuk
dukungan. Keluarga hendaknya memberikan dukungan kepada caregiver
selama merawat pasien hemodialisa. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan Friedman, Bowden, dan Jones (2003), keluarga harus
melaksanakan
fungsi
afektif
dan
koping
dengan
memberikan
kenyamanan emosional anggota, membantu anggota keluarga dalam
bentuk mempertahankan saat terjadi stress pada keluarga. Harapan yang
dikemukakan caregiver yang merawat pasangan hidupnya sama dengan
harapan caregiver yang merawat anaknya serta merawat orangtuanya.
Keinginan yang paling utama adalah kesehatan bagi diri caregiver dan
kesembuhan anggota keluarga yang dirawatnya. Doa yang dipanjatkan
keluarga berupa adanya mukjizat atau keajaiban dari Tuhan merupakan
keinginan seorang makhluk terhadap Penciptanya. Adanya bantuan dari
pemerintah selalu menjadi harapan keluarga karena beban biaya yang
sangat besar.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti masih memiliki keterbatasan
yaitu :
1. Penelitian ini merupakan pengalaman pertama peneliti, sehingga peneliti
masih
menghadapi
banyak
kesulitan
untuk
mendengarkan
dan
memperhatikan semua yang diungkapkan informan, sehingga peneliti
95
belum mampu untuk berfikir cepat dan merespon pernyataan dari
informan. Kurangnya pengalaman dalam melakukan analisis data
kualitatif sehingga menyebabkan peneliti mengalami kesulitan terutama
dalam menentukan tema dan sub tema dari hasil wawancara yang telah
dilakukan, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
melakukan data analisis. Pengelolaan waktu juga mempengaruhi dalam
melakukan analisis deskripsi dan pembahasan yang dirasakan masih
belum mendalam.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang simpulan yang mencerminkan
refleksi dari temuan penelitian dan saran yang merupakan tindak lanjut dari
penelitian ini.
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan
pemahaman secara mendalam mengenai pengalaman caregiver dalam
merawat pasien pasca stroke di rumah pada wilayah kerja puskesmas Benda
Baru kota Tangerang Selatan. Berdasarkan tema-tema yang teridentifikasi
pada hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa merawat pasien pasca stroke di
rumah sebagian besar dilakukan oleh pasangan dari pasien tersebut baik
suami maupun istri.
2.
Perawatan yang dilakukan di rumah oleh caregiver meliputi bantuan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, bantuan latihan aktivitas, pemenuhan
spiritual, mengatur program pengobatan, serta membantu dalam
sosialisasi dengan lingkungan. Paling banyak yang dikeluhkan oleh
caregiver adalah ketika membantu dalam eliminasi ( buang air besar) dan
dianggap paling berat karena harus segera.
3.
Kesulitan
yang
dihadapi
caregiver
ddalam
merawat
meliputi
ketidakpatuhan pasien terhadap terapi yang diberikan dan perubahan
emosional dari pasien yang menghambat perawatan di rumah pada pasien
pasca stroke.
95
96
4.
Dalam melakukan perawatan di rumah, caregiver mengalami beberapa
pengalaman yang menarik baik pengalaman positif maupun negatif.
Pengalaman perawatan tersebut menimbulkan berbagai perubahan pada
caregiver berupa perubahan psikologis, fisik, sosial dan spiritual pada
caregiver keluarga dan berdampak pada kemampuan caregiver keluarga
dalam merawat pasien pasca stroke di rumah.
5.
Diagnosa Ketegangan Pemberi Asuhan ( Caregiver role strain ) muncul
di dalam hasil penelitian ini dan enam dari tujuh informan mengalami
ketegangan tersebut sehingga menimbulkan berbagai perubahan pada
caregiver itu sendiri, hal ini berarti perawatan apsien pasca stroke
tidaklah mudah dan menyebabkan munculnya ketegangan pada pemberi
asuhan.
6.
Hasil penelitian menunjukkan kurang nya pemberian informasi terkait
perawatan di rumah. Dengan pemberian informasi, edukasi dan
perencanaan pulang
yang terstruktur,
caregiver
keluarga dapat
menghadapi tantangan yang ada selama merawat pasien stroke.
7.
Selain informasi juga dibutuhkan bantuan dana untuk membantu
pengobataan lanjutan bagi pasien, dan bantuan yang telah didapat oleh
pasien dan keluarga belum mencukupi untuk biaya pengobatan sehingga
sebagian pasien tak melanjutkan pengobatannya.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut :
97
1. Pelayanan Keperawatan Komunitas
a) Perawat pelaksana di rumah sakit perlu memberikan informasi yang
dibutuhkan pasien terkait dengan perawatan pasien pasca stroke di
rumah seperti pengendalian faktor resiko kekambuhan, latihan-latihan
fisik kepada pasien dan keluarga sehingga dapat melakukan perawatan
di rumah dengan baik.
b) Pelayanan kesehatan komunitas maupun perawat komunitas perlu
meningkatkan perannya sebagai peran edukasi untuk mengembangkan
discharge planning, memberikan informasi seperti dengan melakukan
promosi kesehatan atau kunjungan rumah (home visit) dapat dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana caregiver melaksanakan peran dan
fungsinya serta mengetahui keadaan kesehatan pada pasien pasca
stroke tersebut.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam lagi tentang
pengalaman caregiver dalam merawat pasien pasca stroke di rumah dalam
waktu yang lebih lama dan karakteristik partisipan yang lebih beragam.
Hal ini perlu dilakukan agar dapat diketahui makna merawat, bukan hanya
pada wanita, tetapi pada pria, hasil penelitian tersebut akan lebih
menunjukan kebutuhan akan informasi dan edukasi yang diperlukan.
3. Bagi pemerintah
Perawatan pasien stroke memerlukan waktu yang lama dan
biaya yang besar. Kebijakan pemerintah untuk menyediakan biaya
perawatan yang terjangkau sangat diharapkan oleh seluruh pasien dan
98
caregiver agar dapat memberikan pelayanan yang optimal. Untuk rumah
sakit sendiri, dapat dibuat kerjasama dan kebijakan mengenai sistem
asuransi kesehatan yang mudah dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Hana Rismadewi., Ayu Prawesti Priambodo., Irman Somantri. Kajian
Kebutuhan Perawatan di Rumah bagi Klien dengan Stroke di Rumah Sakit
Umum Daerah Cianjur. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2012 dari
http://pustaka.unpad.ac.id pukul 12.15. 2009.
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
2008.
Beandlands et. Al. Caregiving by Family and Friends of Adults Receiving
Dialysis. Nephrology Nursing Journal. Vol. 32. 2005.
Bowman, Liza. Management of Clients with Stroke. In: Black, Joyce M. dan Jane
Hokanson Hawks. 2009. Medical-surgical Nursing: Clinical Management for
Positive Outcomes (8th Ed., pp. 1843-1871). Philadelphia: Elsevier Health
Science Division. 2009.
Brazil, K., Thabane, L. Foster and Bedard M. Gender difference among Canadian
spousal caregivers at the ends of life. Health & Social Care in the Comunity.
17(2), 159-166. DOI: 10.1111/j.1365-2524.2008.00813.x. 2009.
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne Dotchterman. Nursing
Interventions Classification (NIC) 5th ed. USA: Mosby Elsevier. 2008.
Burns, Nancy and Susan K. Grove. The Practice of Nursing Research: Conduct,
Critique, and Utilization 5th ed . Missouri: Elsevier Saunders. 2005
Carter, P. A. Caregivers Descriptions of Sleep Changes and Depressive
Symptoms . Oncology Nursing Forum , 29 , 1277 – 1283. 2002
Christensen, Barbara Lauritsen and Elaine Oden Kockrow. Adult Health Nursing
5th ed. USA: Mosby. 2006.
Cramm, Jane M., Mathilde M. H. Strating and Anna P. Nieboer. Satisfaction with
care as a quality-of-life predictor for stroke patients and their caregivers.
Qual Life Res 2012 21:1719–1725 doi: 10.1007/s11136-011-0107-1. 2012.
Data Puskesmas Benda Baru. Jumlah penderita pasca stroke. 2012
Djam'an, Satori dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta. 2010.
Emerson, Ralph Waldo. Experience. In: Emerson, Ralph Waldo. Essays. USA:
Accessible Publishing Systems. 2009.
Handayani, Dyah Yulistika dan Dinarsari Eka Dewi. Analisis Kualitas Hidup
Penderita dan Keluarga Pasca Serangan Stroke (Dengan Gejala Sisa). Psycho
Idea, Tahun 7 No.1. Diakses pada tanggal 13 Desember 2012 dari
http://jurnal.ump.ac.id/index.php/psikologi/article/view/4/4 pukul 19.25. 2009.
Friedman, Marilyn.M., Bowden, V.R., & Jones, Elain G. Buku Ajar Keperawatan
Keluarga: Riset, Teori dan Praktek. Alih Bahasa: Achir Yani S. Hamid et al.
Edisi 4. Jakarta : EGC. 2003.
Friedman, Marilyn.M., Bowden, V.R., & Jones, Elain G. Keperawatan Keluarga:
Riset, Teori dan Praktek. Alih Bahasa : Hamid,AY., Sutama A., Subekti,N.B.,
Yulianti D. Dan Herdina N. Edisi 5. Jakarta: EGC. 2010.
Ginsberg, Lionel. Lecture notes: neurologi. Alih bahasa: Indah Retno Wardhani.
Jakarta: Erlangga. 2007.
Graneheim, U.H. and B. Lundman. Qualitative content analysis in nursing
research: concepts, procedures and measures to achieve truthworthiness.
Elsevier Nurse Education Today 24, 105-112 doi: 10.1016/j.nedt.2003.10.001.
2004.
Hickey, JV. The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical Nursing 5th
ed. Philadelphia: Williams & Wilkins. 2003
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008.
Igtanavicius, D.D., and Workman, M.L. Medical surgical nursing: Patientcentered collaborative care 6th ed. St.Louis, Missouri: Elsevier Saunders.
2010.
Irdawati dan Winarsih Nur Ambarwati. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap
Keluarga dengan Perilaku dalam Meningkatkan Kapasitas Fungsional
Pasien Pasca Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura. Berita Ilmu
Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol . 2 No.2, Juni 2009 : 63-68. Diakses pada
tanggal 11 Oktober 2012 dari http://publikasiilmiah.ums.ac.id.
Lumbantobing, S.M. Stroke : Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2007.
Louw Anneke, Endawati R. Tesis Penentuan Validitas dan Reliabilitas The Zarit
Burden Interview untuk Menilai Beban Caregiver dalam Merawat Usia
Lanjut dengan Disabilitas. Jakarta: FKUI. 2009.
Mak, Annie KM., Ann Mackenzie, May HL. Lui. Changing needs of Chinese
family caregivers of stroke survivors. Journal of Clinical Nursing, 16, 971979. 2006.
Mangoenprasodjo A.Setiono. Stroke. Yogyakarta: Thinkfresh. 2005.
Moleong, Lexy Dr. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2004.
Moorhead, Sue., Marison Johnson, Meridean L.Maas, Elizabeth Swanson.
Nursing Outcomes Classification 4th ed. USA: Mosby Elsevier. 2008
Mubarak, Wahit Iqbal. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto.
2006.
Mulyatsih, Enny. Stroke : Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008.
Niven, Neil. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2002
Polit, D.F. and Cheryl Tatano Beck. Nursing Research: Generating and Assesing
Evidence for Nursing Practice 8th Ed. Philadelpia: Lippincot Williams &
Wilkins. 2004.
Polit, D.F. and Cheryl Tatano Beck. Nursing Research: Principles and Methods.
Philadelpia: Lippincot Williams & Wilkins. 2004.
Potter, P.A., dan A.G. Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik edisi 4. Jakarta: EGC. 2009
Rasyid, Al. dan Lyna Soertidewi. Unit Stroke : Manajemen Stroke Secara
Komprehensif. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.
Riskesdas 2007. Diakses dari http://labmandat.litbang.depkes.go.id/menudownload Pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 14.57. 2007.
Saban, Karen L., Paula R. Sherwood, Holli A. Devon, and Denise M. Hynes.
Measures of Psychological Stress and Physical Health in Family Caregivers
of Stroke Survivors: A Literature Review. Journal of Neuroscience Nursing.
American Association of Neuroscience Nurses. 2010.
Saban, Karen L., Nancy S. Hogan. Female Caregivers of Stroke Survivors:
Coping and Adapting to a Life That Once Was. Journal of Neuroscience
Nursing. American Association of Neuroscience Nurses, DOI:
10.1097/JNN.0b013e31823ae4f9. 2012.
Sungbom, Pyun., Yang Heeseung, Lee Sangil, Yook Jinsook, Kwon Jaesung, and
Byun Eunmi. A Home Programme For Patients With Cognitive Dysfunction:
A Pilot Study. Brain Injury, 23(7-8): 686-692. Informa Heathcare. 2009.
Saryono dan Mekar. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika. 2010.
Shenton, Andrew K. Strategies for ensuring truthworthiness in qualitative
research projects. Education for Information 2004, 22, 63–75. IOS Press.
Sismadi, Sukmiasi dr. Lupus & Stroke. Jakarta: Sisma DigiMedia. 2005.
Sit, Janet WH., Thomas KS Wong, Michael Clinton, Leonard SW., Yee-man.
Stroke care in the home : the impact of social support on the general health of
family caregivers. Journal of Clinical Nursing, 13, 816-824. 2004.
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal –
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC. 2002.
Struebert, Helen J. And Dona R. Carpenter. Qualitative Research in Nursing:
Advancing the Humanistic Imperative. Philadelphia: Lippincot. 2003.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. 2009.
Sukmarini, Natalingrum. Optimalisasi Peran Caregiver Dalam Penatalaksanaan
Skizofrenia. Bandung: Majalah Psikiatri XLII(1): 58-61. 2009.
Suprajitno. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC.
2004.
Sustrani,Lanny., Syamsir Alam, Iwan Hadibroto. Stroke. Jakarta : Gramedia. 2003.
Swanson, Kristen M. Processes Related to Qualitative Research. In: Wood, Geri
Lobiondo and Judith Haber. 2006. Nursing Research Methods and Critical
Apprisal for Evidence-Based Practice, 6th ed. USA: Mosby Elsevier. 2006.
Tantono, Siregar H., Siregar IMP, Hassan Z. Beban Caregiver Lanjut Usia Suatu
Survey Terhadap Caregiver Lanjut Usia di Beberapa Tempat Sekitar Kota
Bandung. Bandung: Majalah Psikiatri XL(4): 32-33. 2006
Taylor, S.E., Peplau, L. A., Sears, D.O. Social Psychology, 12th ed. Prentice Hall:
New Jersey. 2006.
Tomey, Ann Marriner and Martha Raile Alligood. Nursing Theories and Their
Work. USA: Mosby Elsevier. 2006
Truelsen,Thomas, Stephen Begg and Colin Mathers. The Global burden of
Cerebrovaskular
Disease.
Diakses
dari
www.who.int/healthinfo/statistics/bod_cerebrovasculardiseasestroke.pdf
pada tanggal 15 Oktober 2012 pukul 14.01. 2006.
Wiener, Carolyn.L and Marylinn J. Dodd. Theory of Illness Trajectory. In: Tomey,
Ann Marriner and Martha Raile Alligood. Nursing Theorist and Their Work .
USA: Mosby Elsevier. 2006.
Valery, Feigin. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan Pemulihan
Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. 2006.
Williams, Jane., Lin Perry., Caroline Watkins. Acute Stroke Nursing. United
Kingdom: Wiley-Blackwell. 2010.
Wood, G. Lobiondo and Haber. Nursing Research: Methods and Critical
Appraisal for Evidence Based Practice. St. Louis: Mosby. 2006.
World Health Organization 2004. The Impact of Chronic Disease in Indonesia.
Diakses
dari
www.who.int/entity/chp/chronic_disease_report/media/impact/indonesia.pdf
pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 15.46.
Yastroki 2009. Indonesia tempati urutan pertama didunia dalam jumlah
terbanyak
penderita
stroke.
Diakses
dari
http://www.yastroki.or.id/read.php?id=341 Pada tanggal 14 Oktober 2012
pukul 13.15.
________. Stroke Caregivers Face Their Own Health Challenges. Diakses dari
http://www.caringnews.com/pub.59/issue.1550/article.6487/ tanggal 15 Maret
2013 pukul 13.20 WIB. 2013.
________. Family Caregiver Alliance: Women and Caregiving: Facts and
Figures
diakses
dari
http://www.caregiver.org/caregiver/isp/contenbtnode.isp?nodeid=1822
tanggal 16 Mei 2013. 2003.
KEMBNTERIAN AGAMA
uNryERsrTAS rsLAM NEGBRT ( UrN )
SYARIF HIDAYATT]LLAH JAKARTA
FAKT]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESBHATAN
Jl. Kertamukri No. 5 Pisangan Ciputat
Telp. : (62-21)74716'718 Fax : (62-21) 740198s
Wibsire : www.uinjkt.ac.id; E-maii: fkik'@uinllr.ac.ia
15419
Nomor : Un.01/Fl0/KM.0l.2lZz9g.
Ciputat, 27 Desember 2012
12012
Lampiran : -
Hal
: Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Kepada YangTerhormat,
Kepala Puskesmas Benda Bar".r
Perumahan Villa Dago Kelurahan Benda Baru
di
Tangerang Selatan
Assalamu'alaikum Wr. Wb-
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa
diperlukari penyusunan Skripsi yang berjudul "Gambaran Peran Keluarga
Dalam Pelaksanaan Perawatan di Rumah Pada Pasien Pasca stroke di
Wilayah Kerja Puskesmas BenrJa Baru"
sehubungan dengan itu kami mohon diberikan izin melaksanakan studi
pendahuluarr atas nama :
Nama
Erythrina Julianti
NIM
109104000022
Semester
VII
Program Studi
Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima
kasih.
lVassalamu'alaikum Wr. Wb.
A.n. Dekan
Pembantu Dekan
Tembusan:
Dekan FKIK
fauhari Widjajakusumah, AIF., PFK
PEMBRINTAH KOTA TANGERANG SELATAN
DINAS KESEHIffAN
Jl. Witana Harja Komp. Sasmita jaya No. 27
Telp. 021 -7M1557,Fax.021 -7441236 - Pamulang
Pamulang, 18 Desember 2012
Nomor
: 800 cpcu.r / Dinkes
I Xll I 2012
Kepada Yth,
Lampiran
Perihal
Dekan
: Pemberian
lzin Studi Pendahuluan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan fimu Kesehatan
diTEII{PAT
Schubungan dengan adanya surat dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarra Fakultas
Kcdokteran dan
Ilmu Kesehalan, Nomor
:
Permohonan lzin Studi Pendahuluan atas nama
Un.0li FI0/KM0l.2/ /2012, perihal
:
:
Nama
Erythrina Julianti
NIM
109104000022
Program Studi
llmu Keperawatan
Tema
"Gambaran Peran Keluarga dalam Pelaksanaan Pcrawatan di
Rumah pada Pasien Pasca Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas
Benda Baru"
Pada dasarnya kami tidak keberatan untuk memberikan
Izin Stud Pendahuluan
lang dilakukan oleh Mahasiswa LjIN Syarif Hidayatullah Jakarta, adapun dalam hal
pelaksanaannya harap untuk berkoordinasi kepada Kepala UPT Puskesrnas yang akan
dikunjungi.
Demikian atas perhatian dan kerja sanuuya
KLP
,TL
* lorilAs l(
"-{ 1
fz\
terima kasih
DIN S KESEHATAN
NG S]OLATAN
-fr'
NIP. 19690204 1990031 006
Tembusan:Yth
l. Ibu Wali kota Tangerang Selataq (sebagai laporan)
23.
;
Kepala UPT Puskesmas Benda Baru di Kota T'angerang Selatan;
Yang Bersangkutan,
KEMENTERIAN AGAI\,TA
TINTyERSTTAS rSLAM NEGERT ( UrN )
SYARIF HIDAYATT]LLAH JAKARTA
FAKT]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAIY
Telp.
: (62-21) 74716718 Ftx : (62-21) 740498s
Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : [email protected]
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419
Nomor : Un.01/Fl0/Ktn.01.21799'U2013
Ciputa!
ll
Juni20l3
l^ampiran : : Permohonan Izin Penelitian
Hal
Kepada Yang Tertormat,
Kepala Kelurahan Benda Baru
JI. H. Rean No.17 Rt 02 Rw Cl
Kecamatan Pamulang Kota Tangsel
di
Tangerang Selatan- I 54 I 6
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dalam Engka penyelesajan tugas ali-hir perkuliahan mahasiswa
diperlukarr penyusunan Skripsi yang berjudul "Pengalaman Caregiver Dalam
Merawat Pasien Pasca Stroke di Rumah Pada Wilayah Kerja Puskesmas
Bsnda Baru Kota Tangerang Selatan "
Sehubungan dengan
penelitian atas nama :
itu kami mohon diberikan izin melaksanakan
Nama
Erythrina Julianti
NIM
109104000022
Semester
VM
Program Studi
Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima
kasih.
Widjajakusumah, AIF., PFK
Tembusan:
Dekan FKIK
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN
KECAMAfrAN PAMULANG
KELURAHAN BENDA BARU
Jl. H. Rean No.17 Rt.005 Rw.02 Kelui'ahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang
Kode Pos 15416. Kota Tangerang Selatan, Telp.02l-7400838
SURAT I(BTERANGAN
Nonror :
Yang
t+o(f/e tKel.Bd Br / VIl I z}t3
bertanda tangan dibawah
1 angerar-rg Selatan den gar-r ir-ri
ini. Lurah
Benda Baru Kecamatan pamulang Kota
menerangkan bahr,va:
Nama
FRYTI-IRINA JIJLIANTI
NIM
109104000022
Semester
VIiI
Progran-r Studi
Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatuilah -Iakarta.
Bahwa benar )'ang bersangkutan telali melakr-rkan penelitian pada 'rvilhyah kerja
Puskesrrias Keluraltan Berrcla Baru se.iak Tanggal l5.lurni sanipai dengan Tanggal
05 Juli 2013
Dengan baik dan sungguh sunggulr.
Demikianlah surat keterangan ini buat dengan sebenarnya, kepacla yang berkepentingan
dapat mempergunakan sebagaimana rnestinya.
ffi
oF
,t \
, l0 .luli
201 3
h Benda Baru
ffi
PROGRAM STTIDI II,MII KNPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAI\ ILMU KESETIATAN
UIN SYARIF HIDAYATTJLLAH JAKARTA
lrrr-l
llrltll
lhL'iG
Kepada
Yth,
Benda Baru,
3 Jmi 2013
Bapak/Ibur Saudara/Saudari
Di Tempat
Assalamu'alaykum, Wr. Wb
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang
sarva
hormati,
Sehubungan dengan tugas akhir dalam penyelesaian studi untuk mendapatkan
gelar sarjana (S.Kep), saya sebagai peneliti:
Nama
:'Erythrina Julianti
NIM
: 109104000022
Jurusan
: Program Studi
Iknu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif
Hidayafirllah Jakarta
Kontak
:085691796805
Mohon kiranya Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat meqiadi informan dalam
pe,nelitian saya de,ngan judul '?engalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien
Pasca Stroke
Di krmah
Pada Wilayah Kerja Puskesmas Benda Banr Kota
Tangerang Selatan". Dimana informan akan dilakukan wawancara selama
45{0
menit. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan sebagai infomnn
sangat berharga dalam penelitian
ini. Jika ada pertanyaan berkaitan penelitian ini
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat menghubungi peneliti.
Atas perhatian dan partisipasi
BapaMbu/Saudara/Saudari, peneliti
mengucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum, Wr. Wb.
Benda Baru,3 Juni 2013
Hormat Saya,
-e-
Erythrina Julianti
a
Irrr-l
ll,rlrrl
hbh
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKUTTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKAP.TA
LEMBAR PERSETUJUAN INFORMAN
Saya telah diminta dan memberikan izin untuk terlibat dalam penelitian
dan berperan serta sebegai responden dalam penelitian yang
"Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Pasien Pasca Stroke
Di
ini
berjudul
Rumah Pada
Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru Kota Tangerang Selatan" yang dilakukan
oleh peneliti. Peneliti telah menjelaskan teriang penelitian yang
dilakasanakan. Saya mengetahui bahrva tujuan penelitian
aka-n
ini dapat meningkdtkan
kualitas pelayanan kesehatan.
Saya mengerii bahwa catatan mengenai penelitian
Kerahasiaan
ini dijamin
ini akan dirahasiakan.
selegal mungkin. Sernua berkas yang mencantumkan
identitas subyek peneliti hanya akan digunakan untuk keperluan pengelolaan data
penelitian dan bila sudah tidak digunakan lagi akan dihapus. Hanya peneliti yang
dapat mengetahui kerahasiaan data.
Demikian dengan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,
saya berperan sebagai infonnan dalam penelitian
ini.
BendaBarq
I
Juni20l3
Informan
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
INFORMAN UTAMA
A. Petunjuk Umum
1. Tahap Perkenalan
2. Tahap Pencarian
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam
B. Petunjuk Wawancara Mendalam
1. Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti dan didampingi oleh
seorang pencatat.
2. Anggota
keluarga
(caregivers)
mempunyai
kebebasan
untuk
menyampaikan pendapat, pengalaman, saran, dan komentar.
3. Pendapat, pengalaman, saran, dan komentar dari anggota keluarga
(caregivers) tidak ada yang salah/benar.
4. Jawaban untuk kepentingan penelitian dan tidak mempengaruhi tugas
dari anggota keluarga (caregivers).
5. Semua pendapat, pengalaman, saran, dan komentar akan dijamin
kerahasiaannya.
6. Izin untuk direkam oleh tape recorder selama 30-45 menit untuk
membantu pencatatan agar tidak ada pernyataan yang terlewatkan akan
dimintakan dari setiap partisipan.
7. Partisipan dapat menarik informasi yang diberikan kapan saja tanpa
sanksi apapun.
C. Identitas Informan
1. Nama
:
2. Usia
:
3. Tanggal
:
4. Waktu
:
5. Tempat
:
D. Panduan Wawancara
1. Pertanyaan mengenai caregiver yang berperan dalam merawat.
a) Siapakah yang biasanya merawat klien di rumah?
b) Apa hubungan antara ibu/bapak/mbak/mas dengan klien?
2. Pertanyaan mengenai hambatan yang terjadi dalam perawatan.
a) Dapatkah anda menceritakan hambatan atau kesulitan yang terjadi
dalam melakukan perawatan di rumah ? (probe: kalau ada apa saja
hambatan yang dialami oleh keluarga?)
b) Darimanakah anda mendapat dana sumber untuk pengobatan?
3. Pertanyaan mengenai pengalaman selama melakukan perawatan
pada klien.
a) Dapatkah
anda
menceritakan
bagaimana
pengalaman
bapak/ibu/mbak/mas selama merawat klien? (probe: adakah
pengalaman yang menarik bagi anda?)
b) Dapatkah anda menceritakan pengalaman menyenangkan selama
merawat pasien?
c) Dapatkah
anda
menceritakan
pengalaman
yang
tidak
menyenangkan selama merawat pasien?
d) Bagaimana perasaan bapak/ibu/mbak/mas menjadi perawat bagi
keluarga anda sendiri??
4. Apakah ada perubahan dalam tubuh maupun keseharian anda
selama merawat pasien?
5. Apa harapan anda terhadap pasien?
Download