PELAYANAN PUBLIK DI BIDANG KESEHATAN MELALUI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) DI KOTA DEPOK *Sawindri Hidayati dan Kusnar Budi ABSTRACT. Public services, specifically health services are governments’ duty with purpose to guarantee its citizens’ health, especially poor people to get their access in health services easily. In order to provide health services for poor people, the government of Depok City established a unit called “ UPT Jamkesda”. The function of this unit is to serve locals administratively, and to cooperate with various parties in delivering health services to the local people. Those services are submission, transfer, and extension length of time service of Jamkesda. This research applied qualitative approach and analized descriptively. Result of this study shows that services for the extension card of Jamkesda have been delivered well, while for services of transactional card have not good yet. Cooperation between UPT Jamkesda with local hospitals as provider of health services are good; however, there are several aspects need to be improved for better services. Key words: Jamkesda Services; Poor of population; Members of Jamkesda. 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pelayanan publik dapat diartikan sangat vital dan menyangkut hajat hidup orang banyak adalah pelayanan di bidang kesehatan. sebagai pemberian layanan kepada masyarakat Konstitusi Organisasi Kesehatan yang memiliki kepentingan sesuai dengan Sedunia (WHO, 1948), Undang-Undang Dasar prosedur yang berlaku. Pemerintahan pada 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor hakikatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menetapkan Pemerintahan dibentuk bukan untuk melayani bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap dirinya melayani warga. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat dan menciptakan kondisi yang masyarakat berhak memperoleh perlindungan memungkinkan masyarakat kesehatannya dan negara bertanggung jawab mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi demi mencapai tujuan bersama (Rasyid, 1998). penduduknya. Menurut UU kesehatan No. 36 Pelayanan publik meluas ke berbagai sektor, Tahun 2004 pasal 14 ayat 1, pemerintah mulai kesehatan, bertanggung jawab merencanakan, mengatur, kependudukan, sampai kepada perekonomian menyelenggarakan, membina, dan mengawasi masyarakat. Salah satu pelayanan publik yang penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata sendiri, dari tetapi setiap untuk anggota pendidikan, 28 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 dan terjangkau oleh masyarakat. Hal ini Masyarakat), menegaskan Kesehatan Daerah). bahwa pemerintah wajib menyediakan layanan kesehatan yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat karena tidak semua masyarakat mampu untuk mengakses pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan yang disediakan oleh sektor privat. Pelayanan kesehatan yang disediakan oleh sektor privat cenderung lebih mahal karena sektor privat berorientasi pada profit. Sehingga masyarakat yang mempunyai kemampuan menengah ke bawah cenderung keberatan untuk membayar biaya yang dibebankan kepada masyarakat. (http://dprd-depokkota.go.id) serta Jamkesda (Jaminan Salah satu upaya pemerintah dalam bidang pelayanan kesehatan tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah diberi wewenang untuk melaksanakan program-program yang sudah di tetapkan oleh pemerintah pusat. Secara nasional, pemerintah di masing-masing daerah sudah menerapkan program Jamkesda untuk memberikan pelayanan kesehatan secara merata bagi masyarakat miskin yang belum tercakup dalam Jamkesmas. Masing-masing daerah mempunyai jumlah kepersertaan Jamkesda yang Tidak semua lapisan masyarakat dapat berbeda-beda. Provinsi Jawa Barat adalah mengakses kebutuhan kesehatan yang layak. provinsi dengan jumlah kepersertaan Jamkesda Oleh karena itu, pemerintah menyediakan yang terbesar yaitu 5.002.792 dibandingkan subsidi untuk melayani kebutuhan kesehatan Bangka Belitung yang mempunyai peserta masyarakat yang kurang mampu dan melindungi sebesar 4.016.349 jiwa kemudia posisi ketiga kesehatan masyarakat agar pelayanan kesehatan ditempatin oleh dapat merata ke semua elemen masyarakat. sebesar 2.535.886 jiwa. Besarnya kepersertaan Uraian diatas dilandasi oleh adanya Undang- yang mencapai 5 juta jiwa, menandakan bahwa Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Provinsi di Jawa Barat masih memiliki tingkat Pelayanan Publik menyebutkan kemiskinan pelayanan publik yang pemerintah bertujuan untuk memberikan satu kepada warga negara dan masyarakat miskin yang belum terlindungi oleh penduduknya. Salah satu perlindungan yang jaminan kesehatan yang lain misalnya Askes, diberikan pemerintah kepada warga negara yang atau Jamkesmas. perlindungan bahwa diselenggarakan (warga miskin), Jamkesmas (Jaminan Kesehatan tinggi serta kurang terjaminannya kesehatan yang lain, karena salah kurang mampu agar pelayanan kesehatan dapat merata yaitu melalui kartu sehat, kartu gakin yang Bali dengan kepersertaan pensyaratan dari Jamkesda adalah Seperti halnya Kota Depok, sebagai daerah yang lahir menjadi Kota Metropolitan baru, warga urban mulai mencoba mengadu nasib dengan pergi marantau ke Depok yang 29 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 menyebabkan adanya perubahan kehidupan di masyarakat. Sasaran Program Jamkesda adalah Depok menjadi lebih modern. Masalah baru seluruh masyarakat yang belum memiliki akibat banyaknya para urban mulai muncul. jaminan kesehatan berupa Jamkesmas, ASKES Salah satu akibat yang ditimbulkan adalah dan asuransi kesehatan lainnya. ketimpangan-ketimpangan pemerataan seperti ketidakmerataan jumlah dan kepadatan penduduk, ketimpangan pembangunan antar kecamatan, perbedaan kecepatan perkembangan ekonomi, perbedaan penyediaan sarana ketimpangan kesehatan. tingkat dan SDM prasarana sarana-prasarana Wujud konkrit dan serta dibidang dari upaya pemerintah adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah tanggung jawab pemerintah telah diamanatkan dalam UUD 1945 hasil amandemen Tahun 2002, yang dituangkan dalam pasal 34 ayat 1,2,3. Untuk menjamin akses penduduk terhadap pelayanan kesehatan, mulai tahun 2010 Pemerintah Kota Depok melaksanakan upaya pemeliharaan melalui Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan badan pengelola Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang berada di bawah Dinas Kesehatan Kota Depok. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Bagi Penduduk Kota Depok dikembangkan menjadi Jaminan Kesehatan. Jamkesda adalah program jaminan bantuan pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang diberikan Pemerintah Daerah Pelaksanaan Jamkesda di Kota Depok turut menyertakan beberapa stakeholder yaitu 32 rumah sakit dan klinik swasta maupun negeri untuk menjalin kerja sama dalam mewujudkan pelayanan Jamkesda yang merata diseluruh masyarakat. Dari jumlah itu 19 tempat di antaranya berada di Depok misalnya RS Meilia, RS Tugu Ibu, RSIA Tumbuh Kembang, RS Sentra Medika, RS Simpangan Depok, RS Hasanan Graha Afiah, RS Hermina, RS Harapan Bunda Margonda, RSIA Graha Permata Ibu, RS Bakhti Yuda, RS Hospital Cinere, dan RS Bhayangkara Brimop, sedangkan 13 lainnya merupakan rumah sakit di Jakarta dan Bogor yaitu di luar Kota Depok antara lain Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Polri Sukanto, Permata Cibubur, dan Marzuki Mahdi Bogor. Program Jamkesda bagi keluarga miskin merupakan program prioritas Pemkot Depok terhadap pelayanan publik. Program yang sudah berjalan ini, masih perlu penyempurnaan sebab dalam perjalanannya masih ada warga miskin yang belum terdata (Koran Online Depok, 2013). Peserta Jamkesda Kota Depok saat ini berjumlah 183.791 jiwa dan peserta Jamkesmas Kota Depok berjumlah 137.221 jiwa. (BPS Kota Depok Tahun2013, diakses pada 09 Maret pukul 19:51) kepada 30 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 Seiring bertambahnya jumlah penduduk dengan tingkat kemiskinan kota Depok yang di Depok yang hingga sekarang mencapai ± 1,5 tersebar di sebelas kecamatan dengan total juta jiwa (BPS Depok), maka pemerintah Kota 29,72%. Depok harus lebih memperhatikan serta teliti terhadap peserta Jamkesda. Dari jumlah TINJAUAN TEORITIS penduduk tersebut, diperoleh data tentang Konsep Pelayanan Publik pengguna dan Istilah publik berasal dari bahasa inggris masyarakat yang tidak menggunakan keduanya. publik yang berarti umum, masyarakat, negara. Berikut Grafik tentang Jumlah Pengguna Kartu Pelayanan umum dapat diartikan sebagai segala Kesehatan di Depok : bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk Jamkesmas, Jamkesda, Grafik 1.1 Pengguna Kartu Kesehatan di Kota Depok Tahun 2009 barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, Jamkesda 8% Jamkesma s 9% didaerah, dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat Tidak Berasuran si 64% Askes dan Jamsostek 19% maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Ratminto, 2005:5). Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang Sumber : BPS Kota Depok Tahun 2009 atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan Berdasarkan tabel di atas, bahwa jumlah aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan peserta Jamkesmas 137.221 jiwa (9%), peserta (Widodo, 2001). Dengan demikian, kewajiban Askes dan Jamsostek 279.819 jiwa (19%), tidak pemerintah adalah memberikan pelayanan berasuransi 1.066.637 jiwa (64%). Sasaran publik yang menjadi hak setiap warga negara. peserta Jamkesda adalah masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak terdaftar dalam kepesertaan program Jamkesmas dengan syarat yang sudah ditetapkan. Kuota Jamkesda Kota Depok yaitu 183.791 jiwa. Hal ini sesuai dengan ketentuan awal pembentukan Jamkesda yaitu kurang lebih 10% dari jumlah penduduk Kota Depok. Namun kuota tersebut tidak sesuai Pelayanan publik merupakan pilar dasar penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis kerakyatan, secara substansial telah terbangun pemahaman untuk mewujudkan pelayanan publik yang sesuai dengan koridor tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Pemahaman demikian secara tematik merupakan alasan fundamental dari kehendak 31 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 publik untuk menyusun perangkat hukum dalam administrative; Unit kerja atau pejabat rangka membangun pelayan-pelayan publik yang berwenang dan bertanggung jawab yang prinsip-prinsip dalam memberikan pelayanan; Rincian akuntabilitas, biaya dan tata cara pembayarannya; Jadwal mengedepankan demokrasi, transparansi, responsbilitas dengan paradigma baru, berubahnya birokrasi sebagai abdi masyarakat. Pada tataran demikian pelayan waktu penyelesaian pelayanan. 4. Keterbukaan, mengandung arti publik prosedur persyaratan, penanggung jawab terkualifikasi dalam organisasi birokrasi yang pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, harus berkiprah secara fungsional yang tugasnya rincian berorientasi pada aspek operasional pelayanan diinformasikan secara terbuka agar mudah masyarakat. Namun dalam pemberian pelayanan diketahui dan dipahami oleh masyarakat, kepada masyarakat masih terdapat banyak baik diminta maupun tidak diminta; keluhan masyarakat yang disampaikan sehingga 5. waktu dan tarif wajib Efisiensi, mengandung arti : persyaratan menimbulkan citra yang kurang baik terhadap pelayanan dibatasi pada hal berkaitan aparatur langsung pemerintah daerah. (Yudoyono, Bambang, 2003). pelayanan dari pemberi layanan (aparatur pemerintah) menurut Effendi, dalam Widodo, 2001 ditandai lebih mengutamakan 6. Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan pada waktu yang telah ditentukan; 7. Responsif, pelaksanaan pelayanan lebih sasaran; mengarah pada daya tanggap dan cepat Sederhana, yaitu prosedur/tata cara menanggapi apa yang menjadi masalah, pelayanan diselenggarakan secara mudah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dilayani; dipahami dan mudah dilaksanakan oleh 3. memperhatikan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun pencapaian apa yang menjadi tujuan dan 2. dengan sasaran produk pelayanan yang berkaitan; dengan ciri sebagai berikut : Efektif, pencapaian keterpaduan antara persyaratan dengan Pelaksanaan pelayanan publik yang baik 1. dengan 8. Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap masyarakat yang meminta pelayanan; apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan Kejelasan aspirasi masyarakat yang dilayani yang dan kepastian (transparan) ialah adanya kejelasan dan senantiasa mengalami tumbuh kembang. kepastian mengenai : Prosedur atau tata cara dan persyaratan pelayanan, baik Pelayanan Kesehatan persyaratan teknis maupun persyaratan 32 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 Menurut Levey dan Loomba (1973), 3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga yaitu yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan tingkat ketiga yaitu adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri pelayanan atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk mengutamakan pelayanan spesialis serta memelihara subspesialis luas serta sifatnya merupakan dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta kesehatan yang lebih pelayanan jalan atau rawat memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, Dari ketiga macam pelayanan kesehatan kelompok dan masyarakat (Ilyas, 2003). tersebut, telah sama-sama disepakati bahwa Pelayanan kesehatan merupakan salah satu pelayanan kesehatan tingkat pertama ialah yang bentuk dari pelayanan publik yang sangat terpenting sifatnya, terutama bagi negara-negara dibutuhkan yang sedang berkembang. Penyelenggaraan masyarakat luas. Pelayanan kesehatan harus mempunyai tiga persyaratan pelayanan pokok, yaitu : sesuai kebutuhan, terjangkau pelayanan kesehatan tingkat pertama atau lebih oleh pemakai jasa pelayanan, serta terjamin sering disebut dengan pelayanan kesehatan dasar mutunya. Kompleksitas pelayanan kesehatan (primary health care). Pelayanan dasar ialah yang terdapat di masyarakat, secara umum pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan dapat dibedakan atas tiga macam yakni : pelayanan yang bersifat pokok (basic health 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama ialah service). Pelayanan kesehatan dasar merupakan pelayanan lebih pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh sebagian mengutamakan pelayanan yang bersifat besar masyarakat serta memiliki nilai strategis dasar. dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan kesehatan Pelayanan yang dilakukan bersama masyarakat dan ditulang punggungi oleh masyarakat. tenaga medis, yakni dokter atau para medis dengan sifat pelayanan berobat jalan (ambulatory service). 2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua yaitu pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialisasi dan bahkan subspesialis kadang-kadang tetapi masih pelayanan terbatas. Pelayanan jenis ini dilakukan oleh dokter spesialis atau subspesialis terbatas serta sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau rawat (inpatient service). 33 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 kesehatan yang utama adalah Tabel 1.1 Kerangka Pemikiran : Tanggung jawab pemerintah menyediakan pelayanan publik Pelayanan Kesehatan Bagi masyarakat kurang mampu Bagi masyarakat mampu Non Subsidi : Pelayanan Kesehatan Mandiri Subsidi dari pemerintah berupa : Jamkesda Puskesmas Rumah Sakit Pelayanan Kesehatan sesuai dengan kehendak pasien Sesuai prosedur Jamkesda yang sudah ditetapkan METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pelayanan Publik di Bidang Kesehatan melalui Program mendukung terciptanya pelayanan Jamkesda bagi masyarakat. Jika ditinjau dari tujuannya, penelitian Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Kota Depok” adalah ini pendekatan cenderung penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, menggunakan pendekatan penelitian secara meringkaskan berbagai kondisi, situasi (gejala kualitatif karena peneliti ingin menggetahui sosial) dan beberapa faktor atau variabel yang bagaimana fenomena dilapangan terkait dengan muncul di masyarakat yang menjadi objek pelayanan Jamkesda. Peneliti mengeksplor lebih penelitian. Dari segi manfaat penelitian, dapat dalam tentang pelayanan Jamkesda di Kota dikategorikan sebagai penelitian murni. Jika Depok yang akan dikaitkan dengan instansi yang dilihat dari aspek waktu, penelitian ini kualitatif. Peneliti termasuk penelitian deskriptif, yaitu tergolong dalam penelitian cross sectional. 34 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei peserta mendapatkan kartu Jamkesda yang dapat 2013. yang digunakan untuk akses pelayanan kesehatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik gratis karena biaya pengobatan ditanggung oleh pengumpulan kualitatif, taitu studi lapangan pemerintah. Calon peserta dalam hal ini masih (field research), wawancara mendalam, dan studi “nol” yaitu belum mendapatkan atau memiliki kepustakaan (library research) .Analisis data jaminan kesehatan apapun. Proses pengajuan kualitatif yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dengan mendaftarkan diri ke RT atau dimulai dan RW pada saat kuota Jamkesda dibuka untuk mempersiapkan data yang diperoleh selama umum. Setelah mendapatkan surat dari RT dan melakukan studi di lapangan (wawancara RW maka peserta wajib ke kelurahan untuk di mendalam studi verifikasi ulang. Setelah berkas dari RT, RW, kepustakaan untuk dianalisis. Sedangkan data dan Kelurahan sudah lengkap, maka masyarakat yang diperoleh dari informan yang dilakukan mengajukan berkas tersebut ke Puskesmas. melalui wawancara, akan dibentuk dalam Berkas yang masuk ditampung di Puskesmas dan transkrip wawancara. diajukan Teknik pengumpulan dengan dan data mengolah observasi) data maupun ke Dinas Kesehatan kemudian dilaporkan ke UPT Jamkesda. HASIL PENELITIAN Namun UPT Jamkesda mengeluhkan Pelayanan di UPT Jamkesda bahwa data yang masuk ke UPT belum lengkap Pelayanan yang diberikan oleh UPT Jamkesda administrasi adalah pelayanan berupa di pengajuan bidang peserta, perpanjangan kartu, dan peralihan. UPT Jamkesda khusus melayani administrasi, namun dalam peran pelayanan kesehatan adalah sebagai pengawas yang memantau kinerja rumah sakit yang melayani peserta Jamkesda. Sebagai unit yang melayani proses administrasi bagi para berkas administasinya. Adanya kendala dalam proses validasi, UPT Jamkesda mengambil tindakan yang bijak untuk mendapatkan data yang valid yaitu dengan melakukan uji publik. Uji publik adalah sistem penyeleksian data namun yang mengeliminasi berhak data mencoret masyarakat atau yang mengajukan Jamkesda adalah masyarakat di Kelurahan yang bersangkutan. masyarakat, UPT Jamkesda mempunyai sistem Pelayanan kedua yang diberikan oleh dan prosedur yang harus dipatuhi oleh para UPT Jamkesda adalah perpanjangan kartu masyarakat. Jamkesda. Pelayanan yang dilakukan UPT Pelayanan pertama yang diberikan oleh UPT Jamkesda adalah proses pengajuan Jamkesda merupakan langkah awal untuk calon Jamkesda dalam bidang adminitratif salah satunya adalah perpanjangan kartu Jamkesda. Rata-rata orang yang melakukan perpanjangan 35 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 tiap harinya berkisar 100-150 orang. Alasan jaminan masyarakat melakukan perpanjangan adalah Jamkesda maksimal 100 juta perbulan. ketika masa berlaku kartu sudah habis dan tibatiba mereka sakit, maka masyarakat tersebut harus melakukan perpanjangan ke UPT Jamkesda. Perpanjangan yang diajukan oleh peserta Jamkesda tersebut dilakukan orang lama yaitu masyarakat yang sudah mendapatkan Jamkesda dari pembagian kartu pertama tahun 2011. Sedangkan orang baru adalah masyarakat yang pada tahun 2012 mendapatkan Jamkesda kemudian masa berlakunya habis pada waktu akhir Desember 2012. yang diberikan kepada peserta Pelayanan ketiga yang diberikan oleh UPT Jamkesda adalah pelayanan peralihan kepersertaan Jamkesda. Peralihan kepersertaan yang dilayani oleh UPT Jamkesda perharinya dibatasi hanya 15 pengajuan, dan diutamakan untuk pasien yang rawat inap karena untuk pasien rawat inap segera membutuhkan penjaminan dari UPT Jamkesda. Dasar adanya peralihan kartu adalah masyarakat yang sudah meninggal, pindah rumah, bekerja dan berpenghasilan bagus dan tidak menggunakan Pelayanan perpanjangan juga dapat Jamkesda. Misalnya dari kouta 183.791 jiwa dilakukan untuk masyarakat yang sedang tersebut yang benar-benar masyarakat valid menjalani rawat inap, misalnya perpanjangan menggunakan Jamkesda dan sudah sah dengan Surat Jaminan Pelayanan (SJP). Perpanjangan ini kepemilikannya biasanya dilakukan oleh masyarakat yang sudah kuantitas, maka ada kuota kartu yang tersisa mendapatkan kartu Jamkesda dan sedang yaitu sebesar 5000 kartu. Kartu yang tersisa memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu rawat tersebut dimanfaat oleh masyarakat miskin inap di rumah sakit. Surat jaminan pelayanan lainnya yang dari awal pembagian kartu jaminan yang diberikan untuk pasien rawat inap kesehatan belum mendapatkan kartu jaminan mempunyai jangka waktu dua minggu. Apabila kesehatan apapun. pasien dirawat lebih dari dua minggu, maka pasien berkewajiban mengajukan perpanjangan Surat Jaminan Pelayanan. Penjaminan dengan jangka dua minggu bertujuan untuk mengontrol berapa besar biaya pasien selama menginap dirumah sakit. Pada awal mulanya, surat penjaminan pelayanan untuk pasien rawat inap berjangka satu bulan. Namun akibatnya tagihan yang diklaim ke UPT Jamkesda lebih dari 100 juta. Hal tersebut bertentangan dengan biaya sekitar 178ribu. Secara Prosedur atau tahapan administratif yang harus dilakukan oleh calon peserta peralihan adalah mengajukan empat berkas kepada Puskesmas di lingkungan mereka tinggal. Empat berkas yang harus diajukan adalah pertama, kartu KTP dan KK Kota Depok yang sudah berlaku dan sudah bertempat tinggal di Depok minimal enam bulan. Berkas kedua adalah surat pengantar dari RT dan RW yang menyatakan bahwa masyarakat tersebut benar- 36 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 benar masyarakat kurang mampu. Berkas ketiga rawat inap, tapi baru mengurus Jamkesda. adalah surat permohonan dari calon peserta atau Secara otomatis biaya yang sudah dikeluarkan keluarga ditujukan ke Kepala Dinas Kesehatan untuk berobat tidak bisa dijaminkan kepada untuk didaftarkan sebagai Peserta Jamkesda. UPT Jamkesda karena masyarakat tidak dirawat Berkas ke empat adalah surat hasil diagnosa dari di rumah sakit. Proses lain yang harus dilakukan Puskesmas atau rumah sakit. Apabila ke empat adalah memeriksa kelengkapan berkas dan berkas tersebut sudah lengkap, maka calon persyaratan sekaligus melakukan verifikasi data. peserta peralihan dapat mengajukan ke Puskesmas terdekat dilingkungan rumahnya. Apabila berkas dari Puskesmas dan Kelurahan sudah lengkap maka calon peserta dapat mengajukan berkas tersebut ke UPT Jamkesda dengan dilengkapi bukti pembayaran PLN dan PBB bulan terakhir (terbaru). Berkas yang sudah diterima oleh UPT Jamkesda akan diproses dalam waktu 2x24 jam sejak pengajuan. Apabila sudah 2x24 jam dan kartu peralihan kepada peserta Jamkesda sudah selesai dibuat, maka masyarakat peserta Jamkesda sudah dapat menggunakan kartu tersebut untuk akses pelayanan kesehatan. Lamanya proses peralihan juga disebabkan terbatasnya sumber daya manusia atau pegawai yang menangani proses pengalihan. Hanya ada satu pegawai saja yang melayani pengurusan peralihan, oleh karena itu layanan hanya dibatasi maksimal 15 orang saja dan diutamakan rawat inap yang akan diproses terlebih dahulu karena untuk rawat inap pasien segera membutuhkan proses penjaminan dari UPT Jamkesda untuk diajukan ke rumah sakit. Sebagai contoh, apabila pasien sudah dirawat empat hari sejak tanggal 1 Juni hingga 4 Juni, dan baru mengajukan peralihan dihari ke lima yaitu pada tanggal 5 Juni, maka UPT Jamkesda Proses peralihan Jamkesda memang hanya akan menjamin mulai dua hari terakhir cukup memakan waktu dikarenakan masyarakat rawat inap pada saat pengajuan Jamkesda yaitu yang mengajukan akan melalui tahap wawancara akan menjamin mulai tanggal 3 Juni hingga dengan petugas UPT Jamkesda. Wawancara pasien pulang kerumah. Untuk hari pertama dan terkait hari kedua yaitu tanggal 1 dan 2 Juni, pasien dengan kondisi keluarga, alasan mengajukan peralihan, dan kelengkapan berkas berkewajiban persyaratan. Kemudian pihak UPT Jamkesda pengobatannya. juga akan melakukan pengecekan ke Rumah Sakit terkait pasien yang dirawat. Pengecekan dilakukan masyarakat karena tentang adanya Jamkesda, misalnya masyarakat yang sudah pulang dari sendiri biaya Kerja Sama dengan Pihak Terkait Dalam kesalahpahaman peralihan membayar menjalankan tugas dan pelayanannya, UPT Jamkesda bekerja sama dengan berbagai pihak. Meskipun UPT Jamkesda hanya melayani tentang sistem 37 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 administratifnya, namun pengumpulan dan masyarakat harus melalui persetujuan Dinas pengolahan data serta monitoring pelayanan Kesehatan. Sistem regulasi yang digunakan oleh kesehatan yang diberikan kepada peserta UPT Jamkesda juga mengacu dengan keputusan Jamkesda, UPT Jamkesda bekerja sama dengan regulasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan. pihak-pihak lain diantaranya Dinas Kesehatan, Selain berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, BPS, Kelurahan, Puskesmas, UPT Jamkesda juga bekerja sama dengan rumah Kader Resmi, dan LSM. Kerja sama dengan sakit sebagai stakeholder yang berperan penting pihak terkait bertujuan untuk memberikan dalam pelaksanaan pelayanan kesehataan dengan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat Jamkesda. Masyarakat peserta Jamkesda dapat agar pelayanan dapat tersampaikan secara mengakses pelayanan kesehatan mulai dari dengan baik ke tangan masyarakat. Berbagai Puskesmas dan Rumah Sakit yang masih dalam pihak tersebut mempunyai hubungan yang saling satu jaringan kerja sama dengan Jamkesda. timbal balik dalam hal koordinasi dengan UPT Rumah Sakit (PPK II) yang terbanyak melayani Jamkesda. Berikut adalah ilustrasi gambar pasien Jamkesda adalah RSUD Depok dengan hubungan koordinasi antara UPT Jamkesda jumlah kunjungan 825 orang dengan akumulasi dengan berbagai pihak dalam lingkungan kerja kunjungan dari Januari hingga April 2013. sama. Pasien peserta Jamkesda yang dirawat inap akan mendapatkan fasilitas kamar kelas III. PUSKESMAS Akibat minimnya kapasitas kelas III untuk pasien Rumah Sakit peserta Jamkesda, maka pasien rawat inap di UPT DINAS KESEHATAN RSUD tak jarang diletakkan di selasar-selasar. Terbatasnya jumlah fasilitas sehingga membuat BPS tempat tidur cepat penuh diisi oleh pasien. Pihak RSUD dan pemerintah Kota Depok harus Gambar 5.1 Hubungan Koordinasi dan Kerja Sama UPT Jamkesda dengan Pihak Terkait Sumber: UPT Jamkesda Depok, 2013 (diolah kembali oleh Peneliti) lebih memperhatikan kondisi pelayanan kesehatan. Jumlah tempat tidur yang hanya mempunyai kapasitas 69 jelas sangat kurang apabila dibandingkan dengan peserta Jamkesda yang jumlahya puluhan ribu serta banyaknya masyarakat yang memanfaatkan pelayanan UPT Jamkesda dan Dinas Kesehatan Jamkesda dengan berkunjung ke RSUD. Pasien melakukan koordinasi berupa proses pendataan peserta Jamkesda di Kota Depok semakin dan kepersertaan masyarakat. Kepersertaan banyak memanfaatkan pelayanan di RSUD. 38 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 Trend kunjungan peserta Jamkesda ke RSUD peserta Jamkesda yang menggunakan layanan dari bulan ke bulan menunjukkan kenaikan. kesehatan di RSUD Kota Berikut adalah grafik kunjungan masyarakat Grafik 1.1 Jumlah Kunjungan Peserta Jamkesda ke PPK II (Rumah Sakit) 2,500 2,015 2,022 2,000 2,122 1,846 LAKI 1,500 PEREMPUA N 1,000 RAWAT JALAN 500 JANUARI FEBRUARI MARET APRIL Sumber: UPT Jamkesda Depok, 2013 39 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 Depok : Grafik 1.1 menunjukan adanya trend kenaikan jumlah yang rumah sakit lain yang masih berada dalam satu memanfaatkan pelayanan di rumah sakit baik jaringan kerja sama Jamkesda. RSUD Kota rawat inap maupun rawat jalan pada bulan Depok hingga mendapat julukan “rumah sakit Januari dan Februari. Meskipun kenaikan pada rujukan” karena terlalu sering merujuk pasien grafik tidak begitu signifikan, yaitu hanya tujuh ke rumah sakit lain. Sistem rujukan yang saja, namun hal ini menunjukkan masyarakat diberlakukan di rumah sakit dan Puskesmas masih senantiasa menggunakan rumah sakit memiliki alur dan tata cara tertentu. Apabila sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan pasien datang ke Puskesmas, maka Puskesmas pelayanan kesehatan. Pada bulan Maret, angka harus merujuk ke RSUD Kota Depok. Namun kunjungan pasien peserta Jamkesda ke rumah apabila penyakit yang diderita cukup serius, sakit tampak menurun dikarenakan pada bulan maka Puskesmas berhak merujuk ke rumah sakit Maret sebagian peserta Jamkesda dieliminasi luar Depok yang masih berada dalam jaringan dan dimasukkan ke peserta Jamkesmas. Karena kerja sama UPT Jamkesda Kota Depok. secara mempunyai Rujukan secara umum ditujukan ke Rumah keuntungan yang lebih banyak dibanding Sakit Fatmawati. Namun untuk penyakit serius Jamkesda dari segi penjaminan besar biaya yang membutuhkan pelayanan khusus akan pengobatan untuk peserta. dirujuk ke rumah sakit spesialis tertentu sesuai benefit, peserta Jamkesda membutuhkan penanganan akan dirujuk ke Jamkesmas Akibat adanya keterbatasan pada RSUD Kota Depok, maka penyakit serius yang dengan hasil diagnosis pasien. Berikut adalah gambar alur kebijakan sistem rujukan pasien Jamkesda: Gambar 1.1 Alur Kebijakan Sistem Rujukan Pasien Peserta Jamkesda RSUD RS Fatmawati, RS Harkit, RS Persahabatan RS CM, RSJHK, RSK DHARMAIS Puskesmas Sumber : UPT Jamkesda, 2013 (diolah oleh peneliti) 40 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 Berdasarkan gambar 1.1 alur sistem biasanya disebut dengan tarif MoU. Proses rujukan dimulai dari pihak Puskesmas apabila negosiasi tarif obat dan tarif kamar serta tarif pasien datang terlebih dahulu ke Puskesmas. biaya pelayanan dilakukan pada saat MoU Puskesmas dan dengan rumah sakit. Kesepakatan tarif ini untuk yang menghindari jebolnya anggaran pemerintah Kota diderita pasien. Apabila pihak Puskesmas Depok dan membuat simbiosis mutualisme menilai penyakit yang diderita pasien cukup dengan rumah sakit. Seperti contoh kasus di serius, maka pihak Puskesmas akan merujuk Jakarta beberapa rumah sakit mundur dari pasien ke rumah sakit. Sistem rujukan yang jaringan pelayanan kesehatan untuk masyarakat dilakukan oleh RSUD Depok adalah dengan miskin yaitu Kartu Jakarta Sehat. Simbiosis mengajukan rekomendasi dan pengantar surat mutualisme yang dimaksud adalah agar rumah misalnya pasien dirujuk ke Rumah Sakit sakit khususnya rumah sakit swasta mau Fatmawati, maka RSUD Depok akan membuat memberikan surat rujukan kepada Rumah Sakit Fatmawati Jamkesda dengan biaya operasional rumah sakit dan akan menghantarkan pasien dari RSUD yang standar. Agar keuangan dari pihak rumah Depok ke Rumah Sakit Fatmawati dengan sakit juga tidak merasa dirugikan. akan menindaklanjuti menangani diagnosis pasien penyakit menggunakan ambulance. Pada saat tiba di Rumah Sakit Fatmawati, pasien mengurus sendiri kamar dan pasien diobservasi di UGD untuk menghasilkan diagnosa dan tindakan medis. pelayanan kepada peserta Kerja sama antara UPT Jamkesda dengan rumah sakit juga mengatur tentang sistem mapping rumah sakit. Awal mula diberlakukan sistem mapping Rumah Sakit dilatar belakangi oleh keluhan adalah dari Sistem penerapan tarif dengan rumah Rumah Sakit bahwa banyaknya pasien yang sakit menerapkan sisten kesepakatan. UPT datang ke rumah sakit yang bersangkutan, Jamkesda melakukan negosiasi dengan pihak sedangkan masyarakat enggan untuk berkunjung Rumah Sakit untuk menetapkan harga yang ke rumah sakit lainnya padahal secara MoU disepakati bersama dalam melayani pasien terdapat 32 provider rumah sakit yang bekerja Jamkeda. Untuk rumah sakit pemerintah seperti sama dengan UPT Jamkesda. Sejak saat itu, RSUD, Brimop, Fatmawati, Harapan kita, maka diberlakukan sistem mapping rumah sakit. Persahabatan, dan Rumah Sakit pemerintah Sistem ini bertujuan agar tiap rumah sakit secara lainnya maka sistem tarif paket. Atau yang biasa merata dapat memberikan pelayanan ke peserta disebut dengan tarif INA CBG’s, sedangkan Jamkesda, dan tidak ada rumah sakit yang untuk Rumah Sakit swasta pihak UPT Jamkesda merasa dirugikan khususnya rumah sakit swasta. menggunakan sistem tarif kesepakatan yang Rumah Sakit Bakti Yudha Depok merupakan 41 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 salah satu rumah sakit yang mempunyai tingkat di Puri Cinere. Sistem mapping ini diharapkan intensitas yang tinggi dalam melayani pasien mampu menciptakan keadilan bagi masing- Jamkesda. masing rumah sakit agar tidak ada merasa yang Rumah Sakit Bakti Yudha mengeluhkan karena biaya yang dikeluarkan terbebani. untuk melayani pasien cukup tinggi, sedangkan rumah sakit swasta lainnya perbulan hanya sepuluh atau beberapa pasien saja yang berkunjung. Sistem mapping merupakan salah satu alur dari sistem pelayanan Jamkesda yang diterapkan oleh UPT Jamkesda Depok. Namun sistem tersebut dapat dikecualikan untuk pasien Kebijakan sistem mapping ini adalah yang emergency yang segera membutuhkan setiap peserta Jamkesda harus memanfaatkan pertolongan. Alur prosedur peserta Jamkesda pelayanan kesehatan di kecamatannya masing- yang melalui mapping dan tidak melalui mapping masing. Tiap rumah sakit akan mempunyai dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut: “jatah” sendiri-sendiri wilayah atau ruang lingkup wilayah yang harus ditangani. Misalnya untuk Rumah Sakit Puri Cinere akan melayani masyarakat peserta Jamkesda wilayah Limo, Cinere, dan Sawangan. Sedangkan rumah sakit Mitra Keluarga dan Bunda Margonda akan melayani masayarakat Kecamatan Beji. Adanya sistem mapping ini masyarakat kecamatan Beji tidak bisa mengakses pelayanan ke rumah sakit Gambar 1.2 Alur Pasien Peserta Jamkesda Sumber : UPT Jamkesda, 2013 42 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 Alur sistem ini dapat dimulai dari membuat laporan klaim dapat terlambat hingga pasien mengunjungi Puskesmas untuk berobat. lima hingga delapan bulan. Sehingga sistem Alur mapping hampir sama dengan sistem pembayaran yang dilakukan oleh UPT Jamkesda rujukan, namun untuk mapping pasien harus juga akan terlambat dikarenakan butuh waktu memperhatikan tempat tinggal dengan rumah yang lama untuk mengecek dan memverifikasi sakit yang tersedia di daerah terdekat sesuai ulang hasil perhitungan tagihan klaim yng sudah dnegan alamat yang tertera di Jamkesda. Pada dilaporkan pihak rumah sakit terkait. Selain itu, gambar 1.2 menunjukan bahwa pasien yang terbatasnya jumlah petugas klaim di rumah sakit emergency berhak mendapatkan pelayanan di menjadi kendala terlambatnya pelaporan tagihan rumah sakit tanpa melalui prosedur mapping bulanan ke UPT Jamkesda. Sehingga berkas terlebih dahulu. Namun untuk pasien rawat yang dikirimkan oleh pihak rumah sakit inap atau rawat jalan harus melalui sistem menumpuk dalam beberapa bulan sekaligus mapping terlebih dahulu sesuai dengan lokasi yang membutuhkan waktu yang cukup lama atau tempat peserta itu tinggal. untuk verifikasi dan pengecekan data. Verifikasi Rumah sakit yang berada dalam jaringan yang dilakukan oleh UPT Jamkesda merupakan Jamkesda setelah memberikan pelayanan kepada salah satu sistem kontrol dan pengawasan peserta Jamkesda, maka rumah sakit dapat terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah mengirimkan tagihan yang sering disebut sakit oleh masyarakat. dengan klaim rumah sakit. Prosedur klaim atau UPT Jamkesda selain bekerja sama tagihan biaya rumah sakit wajib dilaporkan oleh dengan Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit juga Rumah Sakit kepada UPT Jamkesda setiap bekerja sama dengan Puskesmas. UPT Jamkesda bulanan sesuai dengan SOP yang sudah dan Puskesmas saling berkoordinasi. Pada awal disepakati bersama. Laporan dikirimkan berupa pengajuan peserta, Puskesmas berperan sebagai email dan berkas yang dikirimkan langsung ke verifikator data yang akan diajukan ke Dinas UPT Jamkesda lengkap dengan data pasien dan Kesehatan. Wilayah kerja Puskesmas terbagi surat rincian pelayanan medis kepada pasien kecamatan dan kelurahan terkait. Misalnya lengkap dengan jumlah nominal pelayanan yang Puskesmas Pancoran Mas membawahi kelurahan diterima pasien. Pembayaran klaim dilakukan Beji dan kecamatan Pancoran Mas. Menurut dalam sejak sudut pandang Puskesmas sebagai salah satu diberikannya laporan klaim dari Rumah Sakit mitra kerja dari UPT Jamkesda menilai adanya provider Jamkesda. Namun, beberapa kendala program Jamkesda terjadi dalam sistem klaim tagihan dari rumah dengan rapi, namun terdapat beberapa hal yang sakit. Banyaknya jumlah pasien Jamkesda yang harus diperbaiki yaitu masalah pendataan. dilayani oleh masing-masing rumah sakit, Jamkesda terbatas kuota dan waktu, sehingga jangka waktu satu bulan 43 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 sudah dapat terorganisir data sifatnya dinamis dimana setiap tahun harus umum adalah sama. Kesamaan tersebut dalam ada pendataan ulang dari UPT Jamkesda yang antrian tidak ada perbedaan baik dari segi obat, berkerja sama dengan Kelurahan, Puskesmas, pengambilan antrian, dan pelayanan dokter dan BPS. UPT Jamkesda selain bekerja sama Peran Puskesmas dalam keterkaitannya dengan Puskesmas dan rumah sakit dibidang dengan pelayanan di UPT Jamkesda adalah pelayanan kesehatan, UPT Jamkesda juga sebagai yang bekerja sama dengan BPS dalam hal pendataan mensosialisasikan program Jamkesda serta dan pengolahan data. Data merupakan landasan melakukan verifikasi data dilapangan terkait awal untuk menyaring peserta Jamkesda yang peserta Jamkesda dan selalu memberikan layak atau tidak layak untuk mendapatkan kartu pelaporan peserta Jamkesda. Kelayakan peserta ini berdasarkan Jamkesda yang sudah dilayani di Puskesmas yang Peraturan Daerah No. 22 Tahun 2010 tentang bersangkutan. merupakan Penyelenggaraan Jamkesda adalah memenuhi perpanjangan tangan dari Jamkesda. Salah satu minimal sembilan kriteria masyarakat miskin. contoh dari perpanjangan tangan misalnya BPS dalam hal ini memang diluar hierarki Puskesmas harus membuat surat peralihan kepengurusan program Jamkesda, namun BPS Jamkesda bagi pasien miskin yang datang mempunyai peran yang sangat penting bagi berobat ke Puskesmas dan surat itu nantinya program Jamkesda di Kota Depok. Peran BPS akan diteruskan ke Jamkesda supaya pasien dalam keterkaitannya dengan program Jamkesda tersebut mendapatkan jaminan kesehatan gratis adalah membantu melakukan pengecekan dan yang ditanggung oleh pemerintah. Puskesmas penyusunan data sekaligus membantu UPT juga berperan sebagai pengendali rujukan. Jamkesda dalam melakukan verifikasi untuk Uji Untuk sistem rujukan, Puskesmas merupakan Public ke masyarakat. Verifikasi pada tahun PPK I dalam alur pelayanan pasien Jamkesda. 2013 cukup banyak dikarekan banyak terjadi Sehingga Puskesmas juga mempunyai peran permasalahan didata, sehingga perlu dicek ulang sebagai kendali rujukan. Kendali rujukan adalah agar data tersebut valid. BPS melalukan Puskesmas berperan menangani pasien terlebih peninjauan langsung ke lapangan tentang dahulu dengan peralatan media yang tersedia masyarakat yang layak atau tidak layak untuk serta memberikan obat atau pertolongan mendapatkan Jamkesda. perpanjangan rutin tangan bulanan Puskesmas terkait pertama kepada pasien dan hanya penyakitpenyakit tertentu-tertentu saja yang dirujuk. Simpulan Berdasarkan Pelayanan yang diberikan Puskesmas kepada masyarakat peserta Jamkesda dengan pasien penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pelayanan UPT Jamkesda dalam hal pengajuan Jamkesda sudah 44 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 sesuai dengan prosedur diantaranya berawal dari Hasil penelitian secara umum pengajuan data dari masyarakat, RT/RW, dan menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan Puskesmas kemudian data diolah oleh BPS serta UPT Jamkesda kepada masyarakat secara umum dilakukan uji publik kepada masyarakat di desa sudah atau Keluarahan. UPT Jamkesda juga telah permasalahan dan hambatan dalam pelayanan melakukan koordinasi yang terpadu antara tersebut, Puskesmas, Rumah Sakit dan BPS. Dalam hal mengemukakan saran untuk meningkatkan perpanjangan kartu Jamkesda, UPT Jamkesda pelayanan sebagai berikut : melakukan pelayanan kepada pengguna lama dan pengguna baru. Kedua pengguna tersebut dilayani dengan prosedur yang 1. masih memerlukan 2. terlambatnya matang serta mengajak kerja sama dengan pihak-pihak terkait pendataan agar data tersebut dapat segera selesai dan menjadi dasar percetakan kartu kemudian jumlah pegawai, keterbatasan fasilitas berupa Hambatan tersebut menyumbangkan predikat belum baik pada pelayanan Jamkesda. Saran khususnya bidang peralihan yang menerangkan secara jelas batas waktu pengolahan data distribusi kartu, adanya budaya calo, kurangnya gedung. terlambatnya jauh-jauh hari dengan perencanaan yang sehingga berpengaruh kepada terlambatnya ruang oleh Jamkesda dapat mempersiapkan secara dirujuk. minimnya jumlah computer dan terbatasnya diakibatkan kendala, oleh karena itu sebaiknya UPT Hambatan yang selama ini dialami oleh UPT adalah perpanjangan, pengolahan data juga sering menjadi meningkatkan pelayanan agar para pasien Jamkesda petugas Keterlambatan pencetakan kartu Jamkesda yang baik, namun diharapkan rumah sakit dapat terus selalu liner, peralihan, verifikator, dan kepesertaan. sakit sebagai pelayanan kesehatan juga telah tidak dapat Menambah jumlah pegawai agar proses front oleh UPT Jamkesda dengan beberapa rumah Jamkesda peneliti pegawai dapat dilakukan disemua lini baik pelayanan, waktu pelayanan, dan penambahn peserta sehingga beberapa tidak menunggu lama. Penambahan jumlah pembenahan dari segi nomor antrian, kejelasan harus menunju lama. Kerja sama yang dilakukan terdapat dilakukan lebih cepat, sehingga masyarakat beberapa kuota layanan harian agar masyarakat tidak Namun yang dilaksanakan di UPT Jamkesda dapat berbeda. Sedangkan untuk pelayanan peralihan kartu Jamkesda baik. dapat di distribusikan kepada masyarakat. 3. Keterlambatan klaim pencairan dana merupakan masalah yang hampir terjadi disetiap tahunnya. Permasalahan ini disebabkan oleh kedua belah pihak yaitu UPT Jamkesda dan Rumah Sakit yang mengajukan klaim penagihan. Rumah sakit 45 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 sering terlambat dalam mengirimkan berkas 4. penagihan, Pemerintah diharapkan meningkatkan berkas fasilitas pelayanan di Puskesmas dan rumah menumpuk beberapa bulan. Kendala yang sakit melalui UPT Jamkesda, dikarenakan dihadapi oleh UPT Jamkesda pada saat UPT Jamkesda akan menampung semua menerima berkas adalah minimnya petugas usulan dan saran dari peserta Jamkesda verifikasi (verifikator). yang telah melakukan pelayanan di PPK Menyusun kembali sehingga 5. kebijakan dalam pengurusan pelayanan Jamkesda agar yang terkait. 6. Pemerintah sebaiknya selalu memberikan masyarakat tidak memanfaatkan jalur-jalur sosialisasi berkala kepada masyarakat agar illegal. dapat menggunakan pelayanan dengan baik Diharapkan dengan kebijakan tersebut dapat mempersempit ruang gerak dan masyarakat yang melakukan pelayanan penjaminan pelayanan dan penggunaan secara illegal. kartu Jamkesda. 46 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 benar, misalnya untuk system DAFTAR PUSTAKA Buku Agoes, Azwar & Jacob. 1996. Antropologi Kesehatan Indonesia, Pengobatan Tradisional. Jakarta : EGC Azrul, Anwar. 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Sinar Harapan Creswell, Diana. 1981. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogjakarta: Pustaka Pelajar Davis, Mark M. & Janelle Heineke. 2003. Managing Services, Using Technology to Create Value. Mc-Graw-Hill-Irwin, Boston, New York, San Francisco, etc Departemen Kesehatan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Departemen Kesehatan RI Depkes, RI. (2008). Petunjuk Teknis: Jaminan Kesehatan Daerah Tahun 2008. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, DEPKES RI. Ibrahim, Amin. 2008. Teori dan Konsep Pelayanan Publik Serta Implementasinya. Bandung: Mandar Maju Lovelock, Christopher H,. 1992. Managing Service. Prentice Hall. New Jersey: Englewood Cliff Lukman, Sampara & Sugyanto. 2001. Pengembangan Pelaksanaan Pelayanan Prima. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kualitatif: Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakrta : Rajawali Press Soewarta dkk. (2006). Review Sistematis Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin 1999-2005. Laporan Akhir Penelitian. Jakarta: Departemen Kesehatan RI 47 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1 Tjiptono, Fandy. 2008. Service Management, Mewujudkan Pelayanan Prima. Yogjakarta: Andi Widodo, J. (2001). Good Governance Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Surabaya: Ihsan Cendekia Zeithaml, Valerie & Parasuraman & Leonard L. Berry. 1990. Delivering Quality Service. New York: The Free Press Peraturan Perundang-undangan Pemerintah RI, Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2004 pasal 14 ayat 1. Pemerintah RI, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. 48 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1