PELAYANAN PUBLIK DI BIDANG KESEHATAN MELALUI

advertisement
PELAYANAN PUBLIK DI BIDANG KESEHATAN MELALUI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
DAERAH (JAMKESDA) OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) DI KOTA DEPOK
*Sawindri Hidayati dan Kusnar Budi
ABSTRACT. Public services, specifically health services are governments’ duty with purpose to guarantee its
citizens’ health, especially poor people to get their access in health services easily. In order to provide health services
for poor people, the government of Depok City established a unit called “ UPT Jamkesda”. The function of this unit is
to serve locals administratively, and to cooperate with various parties in delivering health services to the local people.
Those services are submission, transfer, and extension length of time service of Jamkesda. This research applied
qualitative approach and analized descriptively. Result of this study shows that services for the extension card of
Jamkesda have been delivered well, while for services of transactional card have not good yet. Cooperation between
UPT Jamkesda with local hospitals as provider of health services are good; however, there are several aspects need to
be improved for better services.
Key words: Jamkesda Services; Poor of population; Members of Jamkesda.
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pelayanan
publik
dapat
diartikan
sangat vital dan menyangkut hajat hidup orang
banyak adalah pelayanan di bidang kesehatan.
sebagai pemberian layanan kepada masyarakat
Konstitusi
Organisasi
Kesehatan
yang memiliki kepentingan sesuai dengan
Sedunia (WHO, 1948), Undang-Undang Dasar
prosedur yang berlaku. Pemerintahan pada
1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor
hakikatnya adalah pelayanan kepada masyarakat.
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menetapkan
Pemerintahan dibentuk bukan untuk melayani
bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap
dirinya
melayani
warga. Karena itu setiap individu, keluarga dan
masyarakat dan menciptakan kondisi yang
masyarakat berhak memperoleh perlindungan
memungkinkan
masyarakat
kesehatannya dan negara bertanggung jawab
mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya
mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
demi mencapai tujuan bersama (Rasyid, 1998).
penduduknya. Menurut UU kesehatan No. 36
Pelayanan publik meluas ke berbagai sektor,
Tahun 2004 pasal 14 ayat 1, pemerintah
mulai
kesehatan,
bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
kependudukan, sampai kepada perekonomian
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
masyarakat. Salah satu pelayanan publik yang
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata
sendiri,
dari
tetapi
setiap
untuk
anggota
pendidikan,
28 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
dan terjangkau oleh masyarakat. Hal ini
Masyarakat),
menegaskan
Kesehatan Daerah).
bahwa
pemerintah
wajib
menyediakan layanan kesehatan yang dapat
diakses oleh seluruh masyarakat karena tidak
semua masyarakat mampu untuk mengakses
pelayanan
kesehatan,
terutama
pelayanan
kesehatan yang disediakan oleh sektor privat.
Pelayanan kesehatan yang disediakan oleh sektor
privat cenderung lebih mahal karena sektor
privat berorientasi pada profit. Sehingga
masyarakat
yang
mempunyai
kemampuan
menengah ke bawah cenderung keberatan untuk
membayar biaya yang dibebankan kepada
masyarakat. (http://dprd-depokkota.go.id)
serta
Jamkesda
(Jaminan
Salah satu upaya pemerintah dalam
bidang pelayanan kesehatan tersebut menjadi
tanggung jawab bersama antara pemerintah
pusat dan daerah. Pemerintah diberi wewenang
untuk melaksanakan program-program yang
sudah di tetapkan oleh pemerintah pusat. Secara
nasional, pemerintah di masing-masing daerah
sudah menerapkan program Jamkesda untuk
memberikan pelayanan kesehatan secara merata
bagi masyarakat miskin yang belum tercakup
dalam
Jamkesmas.
Masing-masing
daerah
mempunyai jumlah kepersertaan Jamkesda yang
Tidak semua lapisan masyarakat dapat
berbeda-beda. Provinsi Jawa Barat adalah
mengakses kebutuhan kesehatan yang layak.
provinsi dengan jumlah kepersertaan Jamkesda
Oleh karena itu, pemerintah menyediakan
yang terbesar yaitu 5.002.792 dibandingkan
subsidi untuk melayani kebutuhan kesehatan
Bangka Belitung yang mempunyai peserta
masyarakat yang kurang mampu dan melindungi
sebesar 4.016.349 jiwa kemudia posisi ketiga
kesehatan masyarakat agar pelayanan kesehatan
ditempatin oleh
dapat merata ke semua elemen masyarakat.
sebesar 2.535.886 jiwa. Besarnya kepersertaan
Uraian diatas dilandasi oleh adanya Undang-
yang mencapai 5 juta jiwa, menandakan bahwa
Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang
Provinsi di Jawa Barat masih memiliki tingkat
Pelayanan
Publik
menyebutkan
kemiskinan
pelayanan
publik
yang
pemerintah
bertujuan
untuk
memberikan
satu
kepada
warga
negara
dan
masyarakat miskin yang belum terlindungi oleh
penduduknya. Salah satu perlindungan yang
jaminan kesehatan yang lain misalnya Askes,
diberikan pemerintah kepada warga negara yang
atau Jamkesmas.
perlindungan
bahwa
diselenggarakan
(warga miskin), Jamkesmas (Jaminan Kesehatan
tinggi
serta
kurang
terjaminannya kesehatan yang lain, karena salah
kurang mampu agar pelayanan kesehatan dapat
merata yaitu melalui kartu sehat, kartu gakin
yang
Bali dengan kepersertaan
pensyaratan
dari
Jamkesda
adalah
Seperti halnya Kota Depok, sebagai
daerah yang lahir menjadi Kota Metropolitan
baru, warga urban mulai mencoba mengadu
nasib dengan pergi marantau ke Depok yang
29 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
menyebabkan adanya perubahan kehidupan di
masyarakat. Sasaran Program Jamkesda adalah
Depok menjadi lebih modern. Masalah baru
seluruh masyarakat yang belum memiliki
akibat banyaknya para urban mulai muncul.
jaminan kesehatan berupa Jamkesmas, ASKES
Salah satu akibat yang ditimbulkan adalah
dan asuransi kesehatan lainnya.
ketimpangan-ketimpangan pemerataan seperti
ketidakmerataan
jumlah
dan
kepadatan
penduduk, ketimpangan pembangunan antar
kecamatan, perbedaan kecepatan perkembangan
ekonomi,
perbedaan
penyediaan
sarana
ketimpangan
kesehatan.
tingkat
dan
SDM
prasarana
sarana-prasarana
Wujud
konkrit
dan
serta
dibidang
dari
upaya
pemerintah adalah penyelenggaraan jaminan
sosial
bagi
seluruh
rakyat
Indonesia.
Penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh
rakyat
Indonesia
adalah
tanggung
jawab
pemerintah telah diamanatkan dalam UUD
1945 hasil amandemen Tahun 2002, yang
dituangkan dalam pasal 34 ayat 1,2,3. Untuk
menjamin akses penduduk terhadap pelayanan
kesehatan, mulai tahun 2010 Pemerintah Kota
Depok
melaksanakan
upaya
pemeliharaan
melalui Program Jaminan Kesehatan Daerah
(Jamkesda) dengan badan pengelola Unit
Pelaksana
Teknis
(UPT)
Badan
Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang berada di
bawah
Dinas
Kesehatan
Kota
Depok.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok
Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan Bagi Penduduk Kota Depok
dikembangkan menjadi Jaminan Kesehatan.
Jamkesda adalah program jaminan bantuan
pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang
diberikan
Pemerintah
Daerah
Pelaksanaan Jamkesda di Kota Depok
turut menyertakan beberapa stakeholder yaitu
32 rumah sakit dan klinik swasta maupun negeri
untuk menjalin kerja sama dalam mewujudkan
pelayanan Jamkesda yang merata diseluruh
masyarakat. Dari jumlah itu 19 tempat di
antaranya berada di Depok misalnya RS Meilia,
RS Tugu Ibu, RSIA Tumbuh Kembang, RS
Sentra Medika, RS Simpangan Depok, RS
Hasanan Graha Afiah, RS Hermina, RS Harapan
Bunda Margonda, RSIA Graha Permata Ibu, RS
Bakhti Yuda, RS Hospital Cinere, dan RS
Bhayangkara Brimop, sedangkan 13 lainnya
merupakan rumah sakit di Jakarta dan Bogor
yaitu di luar Kota Depok antara lain Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, Polri Sukanto,
Permata Cibubur, dan Marzuki Mahdi Bogor.
Program
Jamkesda bagi keluarga miskin
merupakan program prioritas Pemkot Depok
terhadap pelayanan publik. Program yang sudah
berjalan ini, masih perlu penyempurnaan sebab
dalam perjalanannya masih ada warga miskin
yang belum terdata (Koran Online Depok, 2013).
Peserta Jamkesda Kota Depok saat ini
berjumlah 183.791 jiwa dan peserta Jamkesmas
Kota Depok berjumlah 137.221 jiwa. (BPS Kota
Depok Tahun2013, diakses pada 09 Maret pukul
19:51)
kepada
30 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
Seiring bertambahnya jumlah penduduk
dengan tingkat kemiskinan kota Depok yang
di Depok yang hingga sekarang mencapai ± 1,5
tersebar di sebelas kecamatan dengan total
juta jiwa (BPS Depok), maka pemerintah Kota
29,72%.
Depok harus lebih memperhatikan serta teliti
terhadap peserta Jamkesda. Dari jumlah
TINJAUAN TEORITIS
penduduk tersebut, diperoleh data tentang
Konsep Pelayanan Publik
pengguna
dan
Istilah publik berasal dari bahasa inggris
masyarakat yang tidak menggunakan keduanya.
publik yang berarti umum, masyarakat, negara.
Berikut Grafik tentang Jumlah Pengguna Kartu
Pelayanan umum dapat diartikan sebagai segala
Kesehatan di Depok :
bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
Jamkesmas,
Jamkesda,
Grafik 1.1
Pengguna Kartu Kesehatan di
Kota Depok Tahun 2009
barang publik maupun jasa publik yang pada
prinsipnya
menjadi
tanggung
jawab
dan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat,
Jamkesda
8% Jamkesma
s
9%
didaerah, dan dilingkungan Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
Tidak
Berasuran
si
64%
Askes dan
Jamsostek
19%
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan
perundang-undangan
(Ratminto,
2005:5). Pelayanan publik dapat diartikan
sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan
orang
Sumber : BPS Kota Depok Tahun 2009
atau
masyarakat yang
mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
Berdasarkan tabel di atas, bahwa jumlah
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan
peserta Jamkesmas 137.221 jiwa (9%), peserta
(Widodo, 2001). Dengan demikian, kewajiban
Askes dan Jamsostek 279.819 jiwa (19%), tidak
pemerintah adalah memberikan pelayanan
berasuransi 1.066.637 jiwa (64%). Sasaran
publik yang menjadi hak setiap warga negara.
peserta Jamkesda adalah masyarakat miskin dan
tidak mampu yang tidak terdaftar dalam
kepesertaan program Jamkesmas dengan syarat
yang sudah ditetapkan. Kuota Jamkesda Kota
Depok yaitu 183.791 jiwa. Hal ini sesuai
dengan ketentuan awal pembentukan Jamkesda
yaitu kurang lebih 10% dari jumlah penduduk
Kota Depok. Namun kuota tersebut tidak sesuai
Pelayanan publik merupakan pilar dasar
penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis
kerakyatan, secara substansial telah terbangun
pemahaman untuk mewujudkan pelayanan
publik yang sesuai dengan koridor tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance).
Pemahaman
demikian
secara
tematik
merupakan alasan fundamental dari kehendak
31 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
publik untuk menyusun perangkat hukum dalam
administrative; Unit kerja atau pejabat
rangka membangun pelayan-pelayan publik
yang berwenang dan bertanggung jawab
yang
prinsip-prinsip
dalam memberikan pelayanan; Rincian
akuntabilitas,
biaya dan tata cara pembayarannya; Jadwal
mengedepankan
demokrasi,
transparansi,
responsbilitas
dengan
paradigma
baru,
berubahnya birokrasi sebagai abdi masyarakat.
Pada
tataran
demikian
pelayan
waktu penyelesaian pelayanan.
4.
Keterbukaan,
mengandung
arti
publik
prosedur persyaratan, penanggung jawab
terkualifikasi dalam organisasi birokrasi yang
pemberi pelayanan, waktu penyelesaian,
harus berkiprah secara fungsional yang tugasnya
rincian
berorientasi pada aspek operasional pelayanan
diinformasikan secara terbuka agar mudah
masyarakat. Namun dalam pemberian pelayanan
diketahui dan dipahami oleh masyarakat,
kepada masyarakat masih terdapat banyak
baik diminta maupun tidak diminta;
keluhan masyarakat yang disampaikan sehingga
5.
waktu
dan
tarif
wajib
Efisiensi, mengandung arti : persyaratan
menimbulkan citra yang kurang baik terhadap
pelayanan dibatasi pada hal berkaitan
aparatur
langsung
pemerintah
daerah.
(Yudoyono,
Bambang, 2003).
pelayanan
dari pemberi layanan (aparatur pemerintah)
menurut Effendi, dalam Widodo, 2001 ditandai
lebih
mengutamakan
6.
Ketepatan
waktu,
kriteria
ini
mengandung arti pelaksanaan pelayanan
pada
waktu yang telah ditentukan;
7.
Responsif, pelaksanaan pelayanan lebih
sasaran;
mengarah pada daya tanggap dan cepat
Sederhana, yaitu prosedur/tata cara
menanggapi apa yang menjadi masalah,
pelayanan diselenggarakan secara mudah,
kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang
cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah
dilayani;
dipahami dan mudah dilaksanakan oleh
3.
memperhatikan
masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun
pencapaian apa yang menjadi tujuan dan
2.
dengan
sasaran
produk pelayanan yang berkaitan;
dengan ciri sebagai berikut :
Efektif,
pencapaian
keterpaduan antara persyaratan dengan
Pelaksanaan pelayanan publik yang baik
1.
dengan
8.
Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap
masyarakat yang meminta pelayanan;
apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan
Kejelasan
aspirasi masyarakat yang dilayani yang
dan
kepastian
(transparan) ialah adanya kejelasan dan
senantiasa mengalami tumbuh kembang.
kepastian mengenai : Prosedur atau tata
cara dan persyaratan pelayanan, baik
Pelayanan Kesehatan
persyaratan teknis maupun persyaratan
32 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
Menurut Levey dan Loomba (1973),
3.
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga yaitu
yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan tingkat ketiga yaitu
adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
pelayanan
atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
mengutamakan pelayanan spesialis serta
memelihara
subspesialis luas serta sifatnya merupakan
dan
meningkatkan
kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
kesehatan
yang
lebih
pelayanan jalan atau rawat
memulihkan kesehatan seseorang, keluarga,
Dari ketiga macam pelayanan kesehatan
kelompok dan masyarakat (Ilyas, 2003).
tersebut, telah sama-sama disepakati bahwa
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu
pelayanan kesehatan tingkat pertama ialah yang
bentuk dari pelayanan publik yang sangat
terpenting sifatnya, terutama bagi negara-negara
dibutuhkan
yang sedang berkembang. Penyelenggaraan
masyarakat
luas.
Pelayanan
kesehatan harus mempunyai tiga persyaratan
pelayanan
pokok, yaitu : sesuai kebutuhan, terjangkau
pelayanan kesehatan tingkat pertama atau lebih
oleh pemakai jasa pelayanan, serta terjamin
sering disebut dengan pelayanan kesehatan dasar
mutunya. Kompleksitas pelayanan kesehatan
(primary health care). Pelayanan dasar ialah
yang terdapat di masyarakat, secara umum
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
dapat dibedakan atas tiga macam yakni :
pelayanan yang bersifat pokok (basic health
1.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama ialah
service). Pelayanan kesehatan dasar merupakan
pelayanan
lebih
pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh sebagian
mengutamakan pelayanan yang bersifat
besar masyarakat serta memiliki nilai strategis
dasar.
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
kesehatan
Pelayanan
yang
dilakukan
bersama
masyarakat dan ditulang punggungi oleh
masyarakat.
tenaga medis, yakni dokter atau para medis
dengan sifat pelayanan berobat jalan
(ambulatory service).
2.
Pelayanan kesehatan tingkat kedua yaitu
pelayanan
kesehatan
yang
lebih
mengutamakan pelayanan spesialisasi dan
bahkan
subspesialis
kadang-kadang
tetapi
masih
pelayanan
terbatas.
Pelayanan jenis ini dilakukan oleh dokter
spesialis atau subspesialis terbatas serta
sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan
atau rawat (inpatient service).
33 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
kesehatan
yang
utama
adalah
Tabel 1.1
Kerangka Pemikiran :
Tanggung jawab pemerintah
menyediakan pelayanan publik
Pelayanan Kesehatan
Bagi masyarakat
kurang mampu
Bagi masyarakat
mampu
Non Subsidi : Pelayanan
Kesehatan Mandiri
Subsidi dari pemerintah
berupa : Jamkesda
Puskesmas
Rumah Sakit
Pelayanan Kesehatan
sesuai dengan kehendak
pasien
Sesuai prosedur Jamkesda
yang sudah ditetapkan
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian yang berjudul “Analisis Pelayanan
Publik di Bidang Kesehatan melalui Program
mendukung terciptanya pelayanan Jamkesda
bagi masyarakat.
Jika ditinjau dari tujuannya, penelitian
Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) oleh Unit
Pelaksana Teknis (UPT) di Kota Depok” adalah
ini
pendekatan
cenderung
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan,
menggunakan pendekatan penelitian secara
meringkaskan berbagai kondisi, situasi (gejala
kualitatif karena peneliti ingin menggetahui
sosial) dan beberapa faktor atau variabel yang
bagaimana fenomena dilapangan terkait dengan
muncul di masyarakat yang menjadi objek
pelayanan Jamkesda. Peneliti mengeksplor lebih
penelitian. Dari segi manfaat penelitian, dapat
dalam tentang pelayanan Jamkesda di Kota
dikategorikan sebagai penelitian murni. Jika
Depok yang akan dikaitkan dengan instansi yang
dilihat dari aspek waktu, penelitian ini
kualitatif.
Peneliti
termasuk
penelitian
deskriptif,
yaitu
tergolong dalam penelitian cross sectional.
34 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei
peserta mendapatkan kartu Jamkesda yang dapat
2013.
yang
digunakan untuk akses pelayanan kesehatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
gratis karena biaya pengobatan ditanggung oleh
pengumpulan kualitatif, taitu studi lapangan
pemerintah. Calon peserta dalam hal ini masih
(field research), wawancara mendalam, dan studi
“nol” yaitu belum mendapatkan atau memiliki
kepustakaan (library research) .Analisis data
jaminan kesehatan apapun. Proses pengajuan
kualitatif yang dilakukan dalam penelitian ini
dimulai dengan mendaftarkan diri ke RT atau
dimulai
dan
RW pada saat kuota Jamkesda dibuka untuk
mempersiapkan data yang diperoleh selama
umum. Setelah mendapatkan surat dari RT dan
melakukan studi di lapangan (wawancara
RW maka peserta wajib ke kelurahan untuk di
mendalam
studi
verifikasi ulang. Setelah berkas dari RT, RW,
kepustakaan untuk dianalisis. Sedangkan data
dan Kelurahan sudah lengkap, maka masyarakat
yang diperoleh dari informan yang dilakukan
mengajukan berkas tersebut ke Puskesmas.
melalui wawancara, akan dibentuk dalam
Berkas yang masuk ditampung di Puskesmas dan
transkrip wawancara.
diajukan
Teknik
pengumpulan
dengan
dan
data
mengolah
observasi)
data
maupun
ke
Dinas
Kesehatan
kemudian
dilaporkan ke UPT Jamkesda.
HASIL PENELITIAN
Namun UPT Jamkesda mengeluhkan
Pelayanan di UPT Jamkesda
bahwa data yang masuk ke UPT belum lengkap
Pelayanan yang diberikan oleh UPT
Jamkesda
administrasi
adalah
pelayanan
berupa
di
pengajuan
bidang
peserta,
perpanjangan kartu, dan peralihan. UPT
Jamkesda khusus melayani administrasi, namun
dalam peran pelayanan kesehatan adalah sebagai
pengawas yang memantau kinerja rumah sakit
yang melayani peserta Jamkesda. Sebagai unit
yang melayani proses administrasi bagi para
berkas administasinya. Adanya kendala dalam
proses validasi, UPT Jamkesda mengambil
tindakan yang bijak untuk mendapatkan data
yang valid yaitu dengan melakukan uji publik.
Uji publik adalah sistem penyeleksian data
namun
yang
mengeliminasi
berhak
data
mencoret
masyarakat
atau
yang
mengajukan Jamkesda adalah masyarakat di
Kelurahan yang bersangkutan.
masyarakat, UPT Jamkesda mempunyai sistem
Pelayanan kedua yang diberikan oleh
dan prosedur yang harus dipatuhi oleh para
UPT Jamkesda adalah perpanjangan kartu
masyarakat.
Jamkesda. Pelayanan yang dilakukan UPT
Pelayanan pertama yang diberikan oleh
UPT
Jamkesda
adalah
proses
pengajuan
Jamkesda merupakan langkah awal untuk calon
Jamkesda dalam bidang adminitratif salah
satunya adalah perpanjangan kartu Jamkesda.
Rata-rata orang yang melakukan perpanjangan
35 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
tiap harinya berkisar 100-150 orang. Alasan
jaminan
masyarakat melakukan perpanjangan adalah
Jamkesda maksimal 100 juta perbulan.
ketika masa berlaku kartu sudah habis dan tibatiba mereka sakit, maka masyarakat tersebut
harus
melakukan
perpanjangan
ke
UPT
Jamkesda. Perpanjangan yang diajukan oleh
peserta Jamkesda tersebut dilakukan orang lama
yaitu masyarakat yang
sudah mendapatkan
Jamkesda dari pembagian kartu pertama tahun
2011. Sedangkan orang baru adalah masyarakat
yang pada tahun 2012 mendapatkan Jamkesda
kemudian masa berlakunya habis pada waktu
akhir Desember 2012.
yang
diberikan
kepada
peserta
Pelayanan ketiga yang diberikan oleh
UPT Jamkesda adalah pelayanan peralihan
kepersertaan Jamkesda. Peralihan kepersertaan
yang dilayani oleh UPT Jamkesda perharinya
dibatasi hanya 15 pengajuan, dan diutamakan
untuk pasien yang rawat inap karena untuk
pasien
rawat
inap
segera
membutuhkan
penjaminan dari UPT Jamkesda. Dasar adanya
peralihan kartu adalah masyarakat yang sudah
meninggal,
pindah
rumah,
bekerja
dan
berpenghasilan bagus dan tidak menggunakan
Pelayanan perpanjangan juga dapat
Jamkesda. Misalnya dari kouta 183.791 jiwa
dilakukan untuk masyarakat yang sedang
tersebut yang benar-benar masyarakat valid
menjalani rawat inap, misalnya perpanjangan
menggunakan Jamkesda dan sudah sah dengan
Surat Jaminan Pelayanan (SJP). Perpanjangan ini
kepemilikannya
biasanya dilakukan oleh masyarakat yang sudah
kuantitas, maka ada kuota kartu yang tersisa
mendapatkan kartu Jamkesda dan sedang
yaitu sebesar 5000 kartu. Kartu yang tersisa
memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu rawat
tersebut dimanfaat oleh masyarakat miskin
inap di rumah sakit. Surat jaminan pelayanan
lainnya yang dari awal pembagian kartu jaminan
yang diberikan untuk pasien rawat inap
kesehatan belum mendapatkan kartu jaminan
mempunyai jangka waktu dua minggu. Apabila
kesehatan apapun.
pasien dirawat lebih dari dua minggu, maka
pasien berkewajiban mengajukan perpanjangan
Surat Jaminan Pelayanan. Penjaminan dengan
jangka dua minggu bertujuan untuk mengontrol
berapa besar biaya pasien selama menginap
dirumah sakit. Pada awal mulanya, surat
penjaminan pelayanan untuk pasien rawat inap
berjangka satu bulan. Namun akibatnya tagihan
yang diklaim ke UPT Jamkesda lebih dari 100
juta. Hal tersebut bertentangan dengan biaya
sekitar
178ribu.
Secara
Prosedur atau tahapan administratif
yang harus dilakukan oleh calon peserta
peralihan adalah mengajukan empat berkas
kepada Puskesmas di lingkungan mereka
tinggal. Empat berkas yang harus diajukan
adalah pertama, kartu KTP dan KK Kota Depok
yang sudah berlaku dan sudah bertempat tinggal
di Depok minimal enam bulan. Berkas kedua
adalah surat pengantar dari RT dan RW yang
menyatakan bahwa masyarakat tersebut benar-
36 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
benar masyarakat kurang mampu. Berkas ketiga
rawat inap, tapi baru mengurus Jamkesda.
adalah surat permohonan dari calon peserta atau
Secara otomatis biaya yang sudah dikeluarkan
keluarga ditujukan ke Kepala Dinas Kesehatan
untuk berobat tidak bisa dijaminkan kepada
untuk didaftarkan sebagai Peserta Jamkesda.
UPT Jamkesda karena masyarakat tidak dirawat
Berkas ke empat adalah surat hasil diagnosa dari
di rumah sakit. Proses lain yang harus dilakukan
Puskesmas atau rumah sakit. Apabila ke empat
adalah memeriksa kelengkapan berkas dan
berkas tersebut sudah lengkap, maka calon
persyaratan sekaligus melakukan verifikasi data.
peserta
peralihan
dapat
mengajukan
ke
Puskesmas terdekat dilingkungan rumahnya.
Apabila berkas dari Puskesmas dan Kelurahan
sudah lengkap maka calon peserta dapat
mengajukan berkas tersebut ke UPT Jamkesda
dengan dilengkapi bukti pembayaran PLN dan
PBB bulan terakhir (terbaru). Berkas yang sudah
diterima oleh UPT Jamkesda akan diproses
dalam waktu 2x24 jam sejak pengajuan. Apabila
sudah 2x24 jam dan kartu peralihan kepada
peserta Jamkesda sudah selesai dibuat, maka
masyarakat peserta Jamkesda sudah dapat
menggunakan kartu tersebut untuk akses
pelayanan kesehatan.
Lamanya
proses
peralihan
juga
disebabkan terbatasnya sumber daya manusia
atau
pegawai
yang
menangani
proses
pengalihan. Hanya ada satu pegawai saja yang
melayani pengurusan peralihan, oleh karena itu
layanan hanya dibatasi maksimal 15 orang saja
dan diutamakan rawat inap yang akan diproses
terlebih dahulu karena untuk rawat inap pasien
segera membutuhkan proses penjaminan dari
UPT Jamkesda untuk diajukan ke rumah sakit.
Sebagai contoh, apabila pasien sudah dirawat
empat hari sejak tanggal 1 Juni hingga 4 Juni,
dan baru mengajukan peralihan dihari ke lima
yaitu pada tanggal 5 Juni, maka UPT Jamkesda
Proses peralihan Jamkesda memang
hanya akan menjamin mulai dua hari terakhir
cukup memakan waktu dikarenakan masyarakat
rawat inap pada saat pengajuan Jamkesda yaitu
yang mengajukan akan melalui tahap wawancara
akan menjamin mulai tanggal 3 Juni hingga
dengan petugas UPT Jamkesda. Wawancara
pasien pulang kerumah. Untuk hari pertama dan
terkait
hari kedua yaitu tanggal 1 dan 2 Juni, pasien
dengan
kondisi
keluarga,
alasan
mengajukan peralihan, dan kelengkapan berkas
berkewajiban
persyaratan. Kemudian pihak UPT Jamkesda
pengobatannya.
juga akan melakukan pengecekan ke Rumah
Sakit terkait pasien yang dirawat. Pengecekan
dilakukan
masyarakat
karena
tentang
adanya
Jamkesda,
misalnya masyarakat yang sudah pulang dari
sendiri
biaya
Kerja Sama dengan Pihak Terkait
Dalam
kesalahpahaman
peralihan
membayar
menjalankan
tugas
dan
pelayanannya, UPT Jamkesda bekerja sama
dengan
berbagai
pihak.
Meskipun
UPT
Jamkesda hanya melayani tentang sistem
37 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
administratifnya, namun pengumpulan dan
masyarakat harus melalui persetujuan Dinas
pengolahan data serta monitoring pelayanan
Kesehatan. Sistem regulasi yang digunakan oleh
kesehatan yang diberikan kepada peserta
UPT Jamkesda juga mengacu dengan keputusan
Jamkesda, UPT Jamkesda bekerja sama dengan
regulasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan.
pihak-pihak lain diantaranya Dinas Kesehatan,
Selain berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan,
Rumah Sakit, BPS, Kelurahan, Puskesmas,
UPT Jamkesda juga bekerja sama dengan rumah
Kader Resmi, dan LSM. Kerja sama dengan
sakit sebagai stakeholder yang berperan penting
pihak terkait bertujuan untuk memberikan
dalam pelaksanaan pelayanan kesehataan dengan
pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat
Jamkesda. Masyarakat peserta Jamkesda dapat
agar pelayanan dapat tersampaikan secara
mengakses pelayanan kesehatan mulai dari
dengan baik ke tangan masyarakat. Berbagai
Puskesmas dan Rumah Sakit yang masih dalam
pihak tersebut mempunyai hubungan yang saling
satu jaringan kerja sama dengan Jamkesda.
timbal balik dalam hal koordinasi dengan UPT
Rumah Sakit (PPK II) yang terbanyak melayani
Jamkesda. Berikut adalah ilustrasi gambar
pasien Jamkesda adalah RSUD Depok dengan
hubungan koordinasi antara UPT Jamkesda
jumlah kunjungan 825 orang dengan akumulasi
dengan berbagai pihak dalam lingkungan kerja
kunjungan dari Januari hingga April 2013.
sama.
Pasien peserta Jamkesda yang dirawat
inap akan mendapatkan fasilitas kamar kelas III.
PUSKESMAS
Akibat minimnya kapasitas kelas III untuk pasien
Rumah
Sakit
peserta Jamkesda, maka pasien rawat inap di
UPT
DINAS
KESEHATAN
RSUD tak jarang diletakkan di selasar-selasar.
Terbatasnya jumlah fasilitas sehingga membuat
BPS
tempat tidur cepat penuh diisi oleh pasien.
Pihak RSUD dan pemerintah Kota Depok harus
Gambar 5.1
Hubungan Koordinasi dan Kerja Sama
UPT Jamkesda dengan Pihak Terkait
Sumber: UPT Jamkesda Depok, 2013 (diolah
kembali oleh Peneliti)
lebih
memperhatikan
kondisi
pelayanan
kesehatan. Jumlah tempat tidur yang hanya
mempunyai kapasitas 69 jelas sangat kurang
apabila dibandingkan dengan peserta Jamkesda
yang jumlahya puluhan ribu serta banyaknya
masyarakat
yang
memanfaatkan
pelayanan
UPT Jamkesda dan Dinas Kesehatan
Jamkesda dengan berkunjung ke RSUD. Pasien
melakukan koordinasi berupa proses pendataan
peserta Jamkesda di Kota Depok semakin
dan kepersertaan masyarakat. Kepersertaan
banyak memanfaatkan pelayanan di RSUD.
38 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
Trend kunjungan peserta Jamkesda ke RSUD
peserta Jamkesda yang menggunakan layanan
dari bulan ke bulan menunjukkan kenaikan.
kesehatan
di
RSUD
Kota
Berikut adalah grafik kunjungan masyarakat
Grafik 1.1
Jumlah Kunjungan Peserta Jamkesda ke PPK II (Rumah Sakit)
2,500
2,015
2,022
2,000
2,122
1,846
LAKI
1,500
PEREMPUA
N
1,000
RAWAT
JALAN
500
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
Sumber: UPT Jamkesda Depok, 2013
39 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
Depok
:
Grafik 1.1 menunjukan adanya trend
kenaikan
jumlah
yang
rumah sakit lain yang masih berada dalam satu
memanfaatkan pelayanan di rumah sakit baik
jaringan kerja sama Jamkesda. RSUD Kota
rawat inap maupun rawat jalan pada bulan
Depok hingga mendapat julukan “rumah sakit
Januari dan Februari. Meskipun kenaikan pada
rujukan” karena terlalu sering merujuk pasien
grafik tidak begitu signifikan, yaitu hanya tujuh
ke rumah sakit lain. Sistem rujukan yang
saja, namun hal ini menunjukkan masyarakat
diberlakukan di rumah sakit dan Puskesmas
masih senantiasa menggunakan rumah sakit
memiliki alur dan tata cara tertentu. Apabila
sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan
pasien datang ke Puskesmas, maka Puskesmas
pelayanan kesehatan. Pada bulan Maret, angka
harus merujuk ke RSUD Kota Depok. Namun
kunjungan pasien peserta Jamkesda ke rumah
apabila penyakit yang diderita cukup serius,
sakit tampak menurun dikarenakan pada bulan
maka Puskesmas berhak merujuk ke rumah sakit
Maret sebagian peserta Jamkesda dieliminasi
luar Depok yang masih berada dalam jaringan
dan dimasukkan ke peserta Jamkesmas. Karena
kerja sama UPT Jamkesda Kota Depok.
secara
mempunyai
Rujukan secara umum ditujukan ke Rumah
keuntungan yang lebih banyak dibanding
Sakit Fatmawati. Namun untuk penyakit serius
Jamkesda dari segi penjaminan besar biaya
yang membutuhkan pelayanan khusus akan
pengobatan untuk peserta.
dirujuk ke rumah sakit spesialis tertentu sesuai
benefit,
peserta
Jamkesda
membutuhkan penanganan akan dirujuk ke
Jamkesmas
Akibat adanya keterbatasan pada RSUD
Kota Depok, maka penyakit serius yang
dengan hasil diagnosis pasien. Berikut adalah
gambar alur kebijakan sistem rujukan pasien
Jamkesda:
Gambar 1.1
Alur Kebijakan Sistem Rujukan Pasien Peserta Jamkesda
RSUD
RS Fatmawati,
RS Harkit, RS
Persahabatan
RS CM,
RSJHK,
RSK
DHARMAIS
Puskesmas
Sumber : UPT Jamkesda, 2013 (diolah oleh peneliti)
40 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
Berdasarkan gambar 1.1 alur sistem
biasanya disebut dengan
tarif MoU. Proses
rujukan dimulai dari pihak Puskesmas apabila
negosiasi tarif obat dan tarif kamar serta tarif
pasien datang terlebih dahulu ke Puskesmas.
biaya pelayanan dilakukan pada saat MoU
Puskesmas
dan
dengan rumah sakit. Kesepakatan tarif ini untuk
yang
menghindari jebolnya anggaran pemerintah Kota
diderita pasien. Apabila pihak Puskesmas
Depok dan membuat simbiosis mutualisme
menilai penyakit yang diderita pasien cukup
dengan rumah sakit. Seperti contoh kasus di
serius, maka pihak Puskesmas akan merujuk
Jakarta beberapa rumah sakit mundur dari
pasien ke rumah sakit. Sistem rujukan yang
jaringan pelayanan kesehatan untuk masyarakat
dilakukan oleh RSUD Depok adalah dengan
miskin yaitu Kartu Jakarta Sehat. Simbiosis
mengajukan rekomendasi dan pengantar surat
mutualisme yang dimaksud adalah agar rumah
misalnya pasien dirujuk ke Rumah Sakit
sakit khususnya rumah sakit swasta mau
Fatmawati, maka RSUD Depok akan membuat
memberikan
surat rujukan kepada Rumah Sakit Fatmawati
Jamkesda dengan biaya operasional rumah sakit
dan akan menghantarkan pasien dari RSUD
yang standar. Agar keuangan dari pihak rumah
Depok ke Rumah Sakit Fatmawati dengan
sakit juga tidak merasa dirugikan.
akan
menindaklanjuti
menangani
diagnosis
pasien
penyakit
menggunakan ambulance. Pada saat tiba di
Rumah Sakit Fatmawati, pasien mengurus
sendiri kamar dan pasien diobservasi di UGD
untuk menghasilkan diagnosa dan tindakan
medis.
pelayanan
kepada
peserta
Kerja sama antara UPT Jamkesda
dengan rumah sakit juga mengatur tentang
sistem mapping rumah sakit. Awal mula
diberlakukan sistem mapping Rumah Sakit
dilatar belakangi oleh keluhan adalah dari
Sistem penerapan tarif dengan rumah
Rumah Sakit bahwa banyaknya pasien yang
sakit menerapkan sisten kesepakatan. UPT
datang ke rumah sakit yang bersangkutan,
Jamkesda melakukan negosiasi dengan pihak
sedangkan masyarakat enggan untuk berkunjung
Rumah Sakit untuk menetapkan harga yang
ke rumah sakit lainnya padahal secara MoU
disepakati bersama dalam melayani pasien
terdapat 32 provider rumah sakit yang bekerja
Jamkeda. Untuk rumah sakit pemerintah seperti
sama dengan UPT Jamkesda. Sejak saat itu,
RSUD, Brimop, Fatmawati, Harapan kita,
maka diberlakukan sistem mapping rumah sakit.
Persahabatan, dan Rumah Sakit pemerintah
Sistem ini bertujuan agar tiap rumah sakit secara
lainnya maka sistem tarif paket. Atau yang biasa
merata dapat memberikan pelayanan ke peserta
disebut dengan tarif INA CBG’s, sedangkan
Jamkesda, dan tidak ada rumah sakit yang
untuk Rumah Sakit swasta pihak UPT Jamkesda
merasa dirugikan khususnya rumah sakit swasta.
menggunakan sistem tarif kesepakatan yang
Rumah Sakit Bakti Yudha Depok merupakan
41 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
salah satu rumah sakit yang mempunyai tingkat
di Puri Cinere. Sistem mapping ini diharapkan
intensitas yang tinggi dalam melayani pasien
mampu menciptakan keadilan bagi masing-
Jamkesda.
masing rumah sakit agar tidak ada merasa yang
Rumah
Sakit
Bakti
Yudha
mengeluhkan karena biaya yang dikeluarkan
terbebani.
untuk melayani pasien cukup tinggi, sedangkan
rumah sakit swasta lainnya perbulan hanya
sepuluh atau beberapa pasien saja yang
berkunjung.
Sistem mapping merupakan salah satu
alur dari sistem pelayanan Jamkesda yang
diterapkan oleh UPT Jamkesda Depok. Namun
sistem tersebut dapat dikecualikan untuk pasien
Kebijakan sistem mapping ini adalah
yang emergency yang segera membutuhkan
setiap peserta Jamkesda harus memanfaatkan
pertolongan. Alur prosedur peserta Jamkesda
pelayanan kesehatan di kecamatannya masing-
yang melalui mapping dan tidak melalui mapping
masing. Tiap rumah sakit akan mempunyai
dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut:
“jatah” sendiri-sendiri wilayah atau ruang
lingkup wilayah yang harus ditangani. Misalnya
untuk Rumah Sakit Puri Cinere akan melayani
masyarakat peserta Jamkesda wilayah Limo,
Cinere, dan Sawangan. Sedangkan rumah sakit
Mitra Keluarga dan Bunda Margonda akan
melayani masayarakat Kecamatan Beji. Adanya
sistem mapping ini masyarakat kecamatan Beji
tidak bisa mengakses pelayanan ke rumah sakit
Gambar 1.2
Alur Pasien Peserta Jamkesda
Sumber : UPT Jamkesda, 2013
42 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
Alur sistem ini dapat dimulai dari
membuat laporan klaim dapat terlambat hingga
pasien mengunjungi Puskesmas untuk berobat.
lima hingga delapan bulan. Sehingga sistem
Alur mapping hampir sama dengan sistem
pembayaran yang dilakukan oleh UPT Jamkesda
rujukan, namun untuk mapping pasien harus
juga akan terlambat dikarenakan butuh waktu
memperhatikan tempat tinggal dengan rumah
yang lama untuk mengecek dan memverifikasi
sakit yang tersedia di daerah terdekat sesuai
ulang hasil perhitungan tagihan klaim yng sudah
dnegan alamat yang tertera di Jamkesda. Pada
dilaporkan pihak rumah sakit terkait. Selain itu,
gambar 1.2 menunjukan bahwa pasien yang
terbatasnya jumlah petugas klaim di rumah sakit
emergency berhak mendapatkan
pelayanan di
menjadi kendala terlambatnya pelaporan tagihan
rumah sakit tanpa melalui prosedur mapping
bulanan ke UPT Jamkesda. Sehingga berkas
terlebih dahulu. Namun untuk pasien rawat
yang dikirimkan oleh pihak rumah sakit
inap atau rawat jalan harus melalui sistem
menumpuk dalam beberapa bulan sekaligus
mapping terlebih dahulu sesuai dengan lokasi
yang membutuhkan waktu yang cukup lama
atau tempat peserta itu tinggal.
untuk verifikasi dan pengecekan data. Verifikasi
Rumah sakit yang berada dalam jaringan
yang dilakukan oleh UPT Jamkesda merupakan
Jamkesda setelah memberikan pelayanan kepada
salah satu sistem kontrol dan pengawasan
peserta Jamkesda, maka rumah sakit dapat
terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah
mengirimkan tagihan yang sering disebut
sakit oleh masyarakat.
dengan klaim rumah sakit. Prosedur klaim atau
UPT Jamkesda selain bekerja sama
tagihan biaya rumah sakit wajib dilaporkan oleh
dengan Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit juga
Rumah Sakit kepada UPT Jamkesda setiap
bekerja sama dengan Puskesmas. UPT Jamkesda
bulanan sesuai dengan SOP yang sudah
dan Puskesmas saling berkoordinasi. Pada awal
disepakati bersama. Laporan dikirimkan berupa
pengajuan peserta, Puskesmas berperan sebagai
email dan berkas yang dikirimkan langsung ke
verifikator data yang akan diajukan ke Dinas
UPT Jamkesda lengkap dengan data pasien dan
Kesehatan. Wilayah kerja Puskesmas terbagi
surat rincian pelayanan medis kepada pasien
kecamatan dan kelurahan terkait. Misalnya
lengkap dengan jumlah nominal pelayanan yang
Puskesmas Pancoran Mas membawahi kelurahan
diterima pasien. Pembayaran klaim dilakukan
Beji dan kecamatan Pancoran Mas. Menurut
dalam
sejak
sudut pandang Puskesmas sebagai salah satu
diberikannya laporan klaim dari Rumah Sakit
mitra kerja dari UPT Jamkesda menilai adanya
provider Jamkesda. Namun, beberapa kendala
program Jamkesda
terjadi dalam sistem klaim tagihan dari rumah
dengan rapi, namun terdapat beberapa hal yang
sakit. Banyaknya jumlah pasien Jamkesda yang
harus diperbaiki yaitu masalah pendataan.
dilayani oleh masing-masing rumah sakit,
Jamkesda terbatas kuota dan waktu, sehingga
jangka
waktu
satu
bulan
43 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
sudah dapat terorganisir
data sifatnya dinamis dimana setiap tahun harus
umum adalah sama. Kesamaan tersebut dalam
ada pendataan ulang dari UPT Jamkesda yang
antrian tidak ada perbedaan baik dari segi obat,
berkerja sama dengan Kelurahan, Puskesmas,
pengambilan antrian, dan pelayanan dokter
dan BPS.
UPT Jamkesda selain bekerja sama
Peran Puskesmas dalam keterkaitannya
dengan Puskesmas dan rumah sakit dibidang
dengan pelayanan di UPT Jamkesda adalah
pelayanan kesehatan, UPT Jamkesda juga
sebagai
yang
bekerja sama dengan BPS dalam hal pendataan
mensosialisasikan program Jamkesda serta
dan pengolahan data. Data merupakan landasan
melakukan verifikasi data dilapangan terkait
awal untuk menyaring peserta Jamkesda yang
peserta Jamkesda dan selalu memberikan
layak atau tidak layak untuk mendapatkan kartu
pelaporan
peserta
Jamkesda. Kelayakan peserta ini berdasarkan
Jamkesda yang sudah dilayani di Puskesmas yang
Peraturan Daerah No. 22 Tahun 2010 tentang
bersangkutan.
merupakan
Penyelenggaraan Jamkesda adalah memenuhi
perpanjangan tangan dari Jamkesda. Salah satu
minimal sembilan kriteria masyarakat miskin.
contoh dari perpanjangan tangan misalnya
BPS dalam hal ini memang diluar hierarki
Puskesmas harus membuat surat peralihan
kepengurusan program Jamkesda, namun BPS
Jamkesda bagi pasien miskin yang datang
mempunyai peran yang sangat penting bagi
berobat ke Puskesmas dan surat itu nantinya
program Jamkesda di Kota Depok. Peran BPS
akan diteruskan ke Jamkesda supaya pasien
dalam keterkaitannya dengan program Jamkesda
tersebut mendapatkan jaminan kesehatan gratis
adalah membantu melakukan pengecekan dan
yang ditanggung oleh pemerintah. Puskesmas
penyusunan data sekaligus membantu UPT
juga berperan sebagai
pengendali rujukan.
Jamkesda dalam melakukan verifikasi untuk Uji
Untuk sistem rujukan, Puskesmas merupakan
Public ke masyarakat. Verifikasi pada tahun
PPK I dalam alur pelayanan pasien Jamkesda.
2013 cukup banyak dikarekan banyak terjadi
Sehingga Puskesmas juga mempunyai peran
permasalahan didata, sehingga perlu dicek ulang
sebagai kendali rujukan. Kendali rujukan adalah
agar data tersebut valid. BPS melalukan
Puskesmas berperan menangani pasien terlebih
peninjauan langsung ke lapangan tentang
dahulu dengan peralatan media yang tersedia
masyarakat yang layak atau tidak layak untuk
serta memberikan obat atau pertolongan
mendapatkan Jamkesda.
perpanjangan
rutin
tangan
bulanan
Puskesmas
terkait
pertama kepada pasien dan hanya penyakitpenyakit tertentu-tertentu saja yang dirujuk.
Simpulan
Berdasarkan
Pelayanan yang diberikan Puskesmas kepada
masyarakat peserta Jamkesda dengan pasien
penelitian
yang
telah
dilakukan menunjukkan bahwa pelayanan UPT
Jamkesda dalam hal pengajuan Jamkesda sudah
44 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
sesuai dengan prosedur diantaranya berawal dari
Hasil
penelitian
secara
umum
pengajuan data dari masyarakat, RT/RW, dan
menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan
Puskesmas kemudian data diolah oleh BPS serta
UPT Jamkesda kepada masyarakat secara umum
dilakukan uji publik kepada masyarakat di desa
sudah
atau Keluarahan. UPT Jamkesda juga telah
permasalahan dan hambatan dalam pelayanan
melakukan koordinasi yang terpadu antara
tersebut,
Puskesmas, Rumah Sakit dan BPS. Dalam hal
mengemukakan saran untuk meningkatkan
perpanjangan kartu Jamkesda, UPT Jamkesda
pelayanan sebagai berikut :
melakukan pelayanan kepada pengguna lama
dan pengguna baru. Kedua pengguna tersebut
dilayani
dengan
prosedur yang
1.
masih
memerlukan
2.
terlambatnya
matang serta mengajak kerja sama dengan
pihak-pihak terkait
pendataan
agar data tersebut dapat segera selesai dan
menjadi dasar percetakan kartu kemudian
jumlah pegawai, keterbatasan fasilitas berupa
Hambatan
tersebut
menyumbangkan predikat belum baik pada
pelayanan
Jamkesda.
Saran
khususnya
bidang
peralihan
yang menerangkan
secara jelas batas waktu pengolahan data
distribusi kartu, adanya budaya calo, kurangnya
gedung.
terlambatnya
jauh-jauh hari dengan perencanaan yang
sehingga berpengaruh kepada terlambatnya
ruang
oleh
Jamkesda dapat mempersiapkan secara
dirujuk.
minimnya jumlah computer dan terbatasnya
diakibatkan
kendala, oleh karena itu sebaiknya UPT
Hambatan yang selama ini dialami oleh UPT
adalah
perpanjangan,
pengolahan data juga sering menjadi
meningkatkan pelayanan agar para pasien
Jamkesda
petugas
Keterlambatan pencetakan kartu Jamkesda
yang
baik, namun diharapkan rumah sakit dapat terus
selalu
liner,
peralihan, verifikator, dan kepesertaan.
sakit sebagai pelayanan kesehatan juga telah
tidak
dapat
Menambah jumlah pegawai agar proses
front
oleh UPT Jamkesda dengan beberapa rumah
Jamkesda
peneliti
pegawai dapat dilakukan disemua lini baik
pelayanan, waktu pelayanan, dan penambahn
peserta
sehingga
beberapa
tidak menunggu lama. Penambahan jumlah
pembenahan dari segi nomor antrian, kejelasan
harus menunju lama. Kerja sama yang dilakukan
terdapat
dilakukan lebih cepat, sehingga masyarakat
beberapa
kuota layanan harian agar masyarakat tidak
Namun
yang dilaksanakan di UPT Jamkesda dapat
berbeda.
Sedangkan untuk pelayanan peralihan kartu
Jamkesda
baik.
dapat di distribusikan kepada masyarakat.
3.
Keterlambatan
klaim
pencairan
dana
merupakan masalah yang hampir terjadi
disetiap
tahunnya.
Permasalahan
ini
disebabkan oleh kedua belah pihak yaitu
UPT Jamkesda dan Rumah Sakit yang
mengajukan klaim penagihan. Rumah sakit
45 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
sering terlambat dalam mengirimkan
berkas
4.
penagihan,
Pemerintah
diharapkan
meningkatkan
berkas
fasilitas pelayanan di Puskesmas dan rumah
menumpuk beberapa bulan. Kendala yang
sakit melalui UPT Jamkesda, dikarenakan
dihadapi oleh UPT Jamkesda pada saat
UPT Jamkesda akan menampung semua
menerima berkas adalah minimnya petugas
usulan dan saran dari peserta Jamkesda
verifikasi (verifikator).
yang telah melakukan pelayanan di PPK
Menyusun
kembali
sehingga
5.
kebijakan
dalam
pengurusan pelayanan Jamkesda agar
yang terkait.
6.
Pemerintah sebaiknya selalu memberikan
masyarakat tidak memanfaatkan jalur-jalur
sosialisasi berkala kepada masyarakat agar
illegal.
dapat menggunakan pelayanan dengan baik
Diharapkan
dengan
kebijakan
tersebut dapat mempersempit ruang gerak
dan
masyarakat yang melakukan pelayanan
penjaminan pelayanan dan penggunaan
secara illegal.
kartu Jamkesda.
46 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
benar,
misalnya
untuk
system
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agoes, Azwar & Jacob. 1996. Antropologi Kesehatan Indonesia,
Pengobatan Tradisional. Jakarta : EGC
Azrul, Anwar. 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Sinar
Harapan
Creswell, Diana. 1981. Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed. Yogjakarta: Pustaka Pelajar
Davis, Mark M. & Janelle Heineke. 2003. Managing Services, Using
Technology to Create Value. Mc-Graw-Hill-Irwin, Boston, New York,
San Francisco, etc
Departemen Kesehatan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM). Departemen Kesehatan RI
Depkes, RI. (2008). Petunjuk Teknis: Jaminan Kesehatan Daerah Tahun
2008. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
DEPKES RI.
Ibrahim, Amin. 2008. Teori dan Konsep Pelayanan Publik Serta
Implementasinya. Bandung: Mandar Maju
Lovelock, Christopher H,. 1992. Managing Service. Prentice Hall. New
Jersey: Englewood Cliff
Lukman, Sampara & Sugyanto. 2001. Pengembangan Pelaksanaan
Pelayanan Prima. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.
Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kualitatif: Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakrta : Rajawali Press
Soewarta dkk. (2006). Review Sistematis Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat Miskin 1999-2005. Laporan Akhir Penelitian. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
47 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
Tjiptono, Fandy. 2008. Service Management, Mewujudkan Pelayanan
Prima. Yogjakarta: Andi
Widodo, J. (2001). Good Governance Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Surabaya:
Ihsan Cendekia
Zeithaml, Valerie & Parasuraman & Leonard L. Berry. 1990. Delivering
Quality Service. New York: The Free Press
Peraturan Perundang-undangan
Pemerintah RI, Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2004
pasal 14 ayat 1.
Pemerintah RI, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik.
48 | V o l . I X : E d i s i J u l i – D e s e m b e r 2 0 1 1
Download