SISTEM PENGAIRAN LAHAN PASANG SURUT (Tidal Irrigation) Lahan Pasang Surut Lahan pasang surut adalah lahan yang pada musim penghujan (bulan desember-mei) permukaan air pada sawah akan naik sehingga tidak dapat di tanami padi. Pada musim kemarau (bulan juli-september) air permukaan akan surut yang mana pada saat itu tanaman padi sawah baru dapat ditanam (pada lokasi yang berair). (LIPI Kalimantan, 1994) Dari luas lahan di Indonesia yang keseluruhannya berjumlah 162.4 juta ha , sekitar 39.4 juta ha berupa lahan rawa pasang surut (24.2 %) dan sekitar 123 juta ha adalah lahan kering (75 %). Dalam keadaan alaminya lahan rawa pasang surut letaknya terpencil dan tidak ada penduduk yang menggarapnya . Pembukaan lahan rawa pasang surut dilakukan oleh Pemerintah terutama disepanjang pesisir timur pulau Sumatra dan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat serta di bagian selatan Irian Jaya (sekarang Papua), Potensi sumberdaya lahan rawa di 3pulau utama , dalam 1.000 ha. (Kimpraswil, 2010) Sumatra Kalimantan Papua Total 1,380 1,392 2,808 5,599 Cultivated 2,062 1,460 6 3,600 Not cultivated Profil melintang daerah pasang surut Sumatra Selatan : Lokasi Reklamasi Rawa Pasang Surut (garis merah) , garis hitam adalah gambut tebal dan garis ungu adalah lahan kering . Kandungan Tanah Lahan Pasang Surut Sifat tanah dan air pada lahan pasang surut ini adalah a. tanah sulfat masam dengan senyawa pirit Pirit adalah zat yang hanya ditemukan di tanah di daerah pasang surut saja. Zat ini dibentuk pada waktu lahan digenangi oleh air laut yang masuk pada musim kemarau. pirit dapat berubah bentuk menjadi zat besi dan zat asam belerang yang dapat meracuni tanaman. Ciri tanah yang telah teracuni pirit adalah : Tampak gejala keracunan besi pada tanaman Ada lapisan seperti minyak di permukaan air Ada lapisan merah di pinggiran saluran. Tanaman mudah terserang penyakit Hasil panen rendah Tanah berbau busuk (seperti telur yang busuk), maka zat asam belerangnya banyak. Air di tanah tersebut harus dibuang dengan membuat saluran cacing dan diganti dengan air baru dari air hujan atau saluran. Bongkah tanah berbecak kuning jerami ditanggul saluran atau jalan, menunjukkan adanya pirit yang berubah warna menjadi kuning setelah terkena udara. b. Tanah gambut c. Air pasang besar dan kecil d. Kedalaman air tanah e. kemasaman air yang menggenangi lahan. Lahan pasang surut dibagi menjadi beberapa golongan menurut tipe luapan air pasang, yaitu: A: Lahan terluapi oleh pasang besar (pada waktu bulan purnama maupun bulan mati), maupun oleh pasang kecil (pada waktu bulan separuh). B: Lahan terluapi oleh pasang besar saja. C: Lahan tidak terluapi oleh air pasang besar maupun pasang kecil, namun permukaan air tanahnya cukup dangkal, yaitu kurang dari 50 cm. D: Lahan tidak terluapi oleh air pasang besar maupun pasang kecil, namun permukaan air tanahnya dalam, lebih dari 50 cm. Sistem Pengairan Lahan Pasang Surut Sistem pengairan pada lahan pasang surut dapat dilakukan dengan berbagai cara : a. Sistem irigasi dari bawah ke atas (lowe to upper flow irrigation system) Sistem ini dilakukan dengan konstruksi bendung, canal dari soil (cement), sistem irirgasi bawah ke atasa dapat mengurangi pengaruh sedimen pada kanal dan sawah, karena sistem ini dapat menghilangkan stagnasi tinggi pasang surut yang akhirnya menghilangkan sedimentasi (Morgan, 1986). Dari keadaan air sungai yang permukaannya di bawah rata-rata permukaan tanah di tepi sungai maka untuk mendapatkan air dari sungai tani diberika alternatif pompanisasi, sistem pompanisasi ini membutuhkan pompa lebih dari satu untuk dipasang secara paralel. Contoh peta lay out sistem drainase alternatif pada desa tepian sungai Blimbingan Kalimantan Timur Daerah Kanal Daerah kanal adalah derah tampungan dan tempat air masuk dari saluran primer dan tempat air akan disalurkan melalui saluran sekunder. b. Sistem Aliran Satu Arah Pelaksanaan sistem ini tergantung kepada kesepakatan pengaturan pintu-pintu air. • Jika salah satu saluran tersier berfungsi sebagai saluran pemasukan (irigasi), maka saluran tersier disebelahnya dijadikan saluran pengeluaran(drainase). • Saluran pemasukan diberi pintu air yang membukake dalam, sehingga pada waktu pasang air dapat masuk dan air tidak dapat ke luar jika air surut. • Saluran pengeluaran diberi pintu air yangmembuka ke luar, sehingga pada waktu air surut air dapat keluar dan air tidak dapat masuk jika air sedang pasang. • Saluran kuarter yang merupakan batas pemilikan perlu ditata mengikuti aliran satu arah. Pada lahan yang bertipe luapan B, pintu flap gate dilengkapi stop log yang difungsikan pada waktu air pasang kecil. Gambar layout sistem irigasi satu arah DAFTAR PUSTAKA Fauzi, Akhmad, dkk, 2003. Penilaian Ekonomi Konservasi Lahan Sawah Pasang Surut Tersedimen Menjadi Lahan Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Pengembangan Manusia. Kimpraswil, 2003. Informasi Umum Tentang Rawa Pasang Surut di Indonesia. www.Kimpraswil.com, diakses 10 mei 2010. Morgan R.P.C, 1986. Soil Erotion and Conservation, Logman Scientific and Technical . Hongkong Tribuwono, Ismu, 1997. Alternatif Model Sistem Irigasi dan Drainase Daerah Tepian Sungai. PUSLITBANG Fisika Terapan LIPI, Subang Widjaja, Adhi, dkk, 1997. Pengelolaaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.