FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU
TIDAK MEMBERIKAN KOLOSTRUM KEPADA BAYI BARU
LAHIR
Anita Rahayu Wijayanti1, dr. H. Azwar Djauhari, M.Sc2, Oki Permana, SKM, M.Kes2
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Dosen Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
3
Dosen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
2
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk
peran petugas kesehatan 58,5% yang baik
mengetahui
hubungan
dapat mendorong ibu dalam memberikan
pengetahuan ibu, pendidikan ibu, dukungan
kolostrum kepada bayi baru lahir. Hasil
keluarga dan peran petugas kesehatan
penelitian menunjukkan bahwa terdapat
dengan perilaku ibu tidak memberikan
hubungan
kolostrum kepada bayi baru lahir.
pengetahuan (P-Value = 0,007); pendidikan
gambaran
dan
Metode : Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode analitik
dengan
pendekatan
cross
sectional.
yang
bermakna
antara
(P-Value = 0,023); dukungan keluarga (PValue = 0,027); peran petugas kesehatan (PValue = 0,03).
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
Simpulan
cluster sampling. Populasi dalam penelitian
pengetahuan,
ini adalah semua ibu-ibu yang melahirkan
keluarga, dan peran petugas kesehatan
pada bulan November 2012 – Mei 2013 di
dengan perilaku ibu tidak memberikan
Bidan Praktek Swasta Kelurahan Kenali
kolostrum kepada bayi baru lahir.
Besar Kota Jambi sebanyak 106 responden.
Uji yang digunakan adalah analisis univariat
dan bivariat dengan program komputerisasi.
Hasil : Sebanyak 21,7% orang ibu tidak
memberikan kolostrum kepada bayi baru
lahir, dan 50,9% orang ibu dikategorikan
memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
Dari segi pendidikan, 55,7 % orang ibu
dikategorikan tingkat pendidikan tinggi,
begitu juga dukungan keluarga 67,9% dan
:
Ada
hubungan
pendidikan,
antara
dukungan
Kata Kunci : Pengetahuan, Pendidikan,
Dukungan
Keluarga,
Kesehatan, Kolostrum.
Peran
Petugas
menunjukkan
PENDAHULUAN
ASI
merupakan
makanan
alami
pertama untuk bayi, memberikan energi dan
nutrisi yang bayi butuhkan untuk bulan
pertama kehidupan, dan terus tersedia
hingga setengah atau lebih dari kebutuhan
gizi anak selama setengah tahun pertama
atau 6 bulan dan hingga bayi berusia 2
tahun.
ASI
mendorong
perkembangan
sensorik dan kognitif, dan melindungi bayi
terhadap penyakit menular dan kronis.1
Di dalam denyut kehidupan kota
besar, kita lebih sering melihat bayi diberi
susu formula daripada disusui oleh ibunya.
Sementara di pedesaan, kita melihat bayi
yeng berusia satu bulan sudah diberi pisang
atau nasi lembut sebagai tambahan ASI.2
Pemberian
memulai
ASI
kehidupannya
membantu
dengan
bayi
baik.
Kolostrum, susu jolong, atau susu pertama
mengandung antibodi yang kuat untuk
mencegah
infeksi
dan
membuat
bayi
menjadi kuat. Penting sekali memberikan
ASI pada bayi pada jam pertama sesudah
dua atau tiga jam.3 Berdasarkan Riskesdas
(2010), didapati bahwa persentase perilaku
ibu di Indonesia yang membuang kolostrum
baik sebagian maupun seluruhnya adalah
sebesar 25,3%.4
Hasil
Survey
Demografi
dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
bahwa
Angka
Kematian
Neonatal di Indonesia masih relatif tinggi
yaitu
19
Tingginya
per
1000
Angka
kelahiran
Kematian
hidup.
Neonatal
disebabkan oleh infeksi 36%, prematuritas
28%, dan asfiksia 23%. Hasil kajian teoritis,
fenomena tersebut dapat diturunkan dengan
peningkatan kekebalan tubuh bayi dengan
pemberian kolostrum yang ada dalam Air
Susu Ibu.5 Pemberian ASI eksklusif di
Indonesia
diatur
dalam
undang-undang
kesehatan No.36 tahun 2009 pada pasal 128
ayat (1), (2),(3) dan pasal 129 ayat (1)
bahwa setiap bayi harus mendapatkan Air
Susu Ibu (ASI) eksklusif selama enam
bulan.
Berdasarkan
Susenas
(2010),
pemberian ASI eksklusif di Indonesia
sebesar 61,5.6
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nazara (2008) menyatakan bahwa diketahui
ibu yang tidak memberikan kolostrum
kepada bayi baru lahir paling banyak
dilakukan
oleh
ibu
dengan
tingkat
pengetahuan kurang sebanyak 25 orang
(62,5%), dan paling sedikit oleh ibu dengan
tingkat pengetahuan baik sebanyak 7 orang
(17,5%).7
Berdasarkan
data
dari
Dinas
Kesehatan Kota Jambi tahun 2012 jumlah
bayi yang diberi ASI eksklusif mencapai
66,4%. Puskesmas Kenali Besar merupakan
puskesmas terendah keberhasilan pemberian
Populasi dalam penelitian ini adalah
ASI eksklusifnya sebesar (20,2%) dari
semua ibu-ibu yang melahirkan pada bulan
beberapa
Jambi.
November 2012 – Mei 2013 di Bidan
Sehubungan dengan itu, penulis mencoba
Praktek Swasta Kelurahan Kenali Besar
meneliti kenapa puskesmas tersebut menjadi
Kota Jambi.
puskesmas
di
Kota
puskesmas terendah tingkat keberhasilan
Sampel adalah sebagian populasi yang
pemberian ASI eksklusifnya, Sebagaimanan
ciri-cirinya
diselidiki
kita ketahui apabila tingkat keberhasilan
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
pemberian ASI eksklusif rendah otomatis
cluster
tingkat keberhasilan pemberian kolostrum
sampel berdasarkan wilayah atau lokasi
juga rendah. Oleh karena itu peneliti merasa
populasi.8
sampling
yaitu
atau
diukur.
pengelompokan
tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang
Jumlah sampel yang sudah dihitung
faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak
berdasarkan rumus Lameshow adalah 96
memberikan kolostrum kepada bayi baru
sampel dan untuk menghindari terjadinya
lahir.
bias dalam perhitungan sampel. Jadi jumlah
sampel penelitian adalah 106 sampel.
METODOLOGI PENELITIAN
Teknik
pengambilan
sampel
dalam
Desain penelitian yang digunakan
penelitian ini diambil berdasarkan data dari
dalam penelitian ini adalah metode analitik
Puskesmas Kenali Besar ada 26 BPS (Bidan
dengan pendekatan cross sectional. Dimana
Praktek Swasta) di wilayah kerja Puskesmas
peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang
tersebut. Namun setelah dikunjungi hanya 2
berhubungan dengan perilaku ibu yang tidak
BPS (Bidan Praktek Swasta) yang memiliki
memberikan kolostrum kepada bayi baru
data lengkap Ibu yang melahirkan dengan
lahir.
jumlah
populasi
106
orang
sehingga
Penelitian ini dilakukan di Bidan
penelitian ini menggunakan total sampling,
Praktek Swasta Kelurahan Kenali Besar
yaitu teknik penentuan sampel bila semua
Kota Jambi dimana lokasi ini dipilih
anggota
berdasarkan data sekunder Dinas Kesehatan
sampel.8 Dalam penelitian ini yang menjadi
Kota Jambi tahun 2012 yang menyatakan
sampel yaitu seluruh ibu yang melahirkan di
bahwa di wilayah tersebut jumlah bayi yang
BPS (Bidan Praktek Swasta) Kelurahan
diberi ASI masih kurang.
Kenali Besar pada saat penelitian.
populasi
digunakan
sebagai
Pada setiap kuesioner dalam penelitian
ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas di
wawancara ulang, maka kuesioner tersebut
dikeluarkan (drop out).
Puskesmas Simpang IV Sipin yang memiliki
Setelah semua kuesioner diedit atau
karakteristik responden yang tidak jauh
disunting,
berbeda dengan responden pada tempat
peng”kodean”
penelitian. Validitas adalah suatu indeks
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-
menjadi data angka atau bilangan.
benar
mengukur
apa
Reliabilitas
adalah
menunjukkan
sejauh
pengukur
dapat
yang
diukur.
indeks
yang
mana
dipercaya
suatu
dan
alat
dapat
selanjutnya
atau
dilakukan
“coding”,
yakni
Data, yakni jawaban-jawaban dari
masing-masing
bentuk
responden
“kode”
dimasukkan
ke
(angka
dalam
yang
dalam
atau
huruf)
program
atau
“software” komputer. Dalam proses ini juga
diandalkan.
Jumlah responden diambil 20 orang.
dituntut
ketelitian
dari
orang
yang
signifikansi,
melakukan “data entry” ini. Apabila tidak
kuesioner dinyatakan valid jika nilai r hitung
maka akan terjadi bias, meskipun hanya
> r-tabel (0,444). Apabila pertanyaan dalam
memasukkan data saja.
Berdasarkan
tabel
taraf
kuesioner tersebut melebihi nilai r-tabel (<
Apabila semua data dari setiap sumber
0,444) maka akan direvisi atau dihilangkan.
data atau responden selesai dimasukkan,
Sedangkan pengujian reliabilitas instrumen
perlu
dapat
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan
dilakukan
konsistensi
dengan
butir-butir
yang
menganalisis
ada
pada
dicek
kembali
untuk
melihat
kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
instrumen dengan teknik Alpha Cronbach,
kemudian
kuesioner dikatakan reliabel jika memilki
koreksi. Proses ini disebut pembersihan data
nilai alpha lebih dari 0,8. Adapun hasil uji
(data cleaning).8
kuesioner tersebut adalah sebagai berikut :
Hasil wawancara atau pengamatan
dilakukan
pembetulan
atau
Untuk rata-rata univariat digunakan
jenis
data
kategorik
pasien.
/
dikelompokkan
dari lapangan harus dilakukan penyuntingan
menggunakan
Setelah
data
(editing) terlebih dahulu. Kalau ternyata
terkumpul dilaksanakan pengolahan data
masih ada data atau informasi yang tidak
dengan menggunakan rumus atau aturan
lengkap, dan tidak mungkin dilakukan
yang sesuai dengan pendekatan penelitian
atau desain dengan pendekatan penelitian
Tabel 3 Pekerjaan Penduduk di Kelurahan
Kenali Besar Kota Jambi
atau desain penelitian yang dipergunakan
sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang
Jenis Pekerjaan
disebut analisis data.
Sebelum
kuisioner,
dilakukan
peneliti
pengisian
memberikan
1.Buruh / Tani
2. Nelayan
3. Pengusaha
4. Pertukangan
5. Pensiunan
6. Petani
7. PNS/ABRI/TNI
8. Buruh Bangunan
9. Pedagang
TOTAL
lembar
persetujuan dan memberikan petunjuk dalam
pengisian kuesioner serta
Kel.Kenali
Besar
5785
568
1028
876
5072
3563
5765
22657
mengadakan
pengawasan dan penjelasan kembali bila
responden mengalami kesulitan dan hal-hal
yang kurang jelas.
Kerahasiaan
informasi
Tabel 4 Fasilitas Kesehatan yang ada di
Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi
responden
dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu saja yang akan dilaporkan
Kelurah
an
Puske
smas
/RSB
Pust
u
sebagai hasil penelitian sesuai dengan tujuan
K. Besar
1
0
Puskes
mas
Kelilin
g
1
BP.
Swasta
Klinik
24
Jam
Apote
k
Praktek
Dokter
Mandiri
2
12
5
8
penelitian.
Tabel 5 Distribusi Responden Menurut
Perilaku Ibu dalam Memberikan Kolostrum
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Luas
wilayah
Kelurahan
Perilaku Pemberian Kolostrum
Frekuensi
%
Tidak Diberikan Kolostrum
23
21,7
Diberikan Kolostrum
83
78,3
Jumlah
106
100
Kenali
Besar 1.101 Ha.
Tabel 1 Jumlah Penduduk di Kelurahan
Kenali Besar Kota Jambi
No
1
Kelurahan
Kenali
Besar
Jumlah
Penduduk
34148
Jumlah
RT
60
Jumlah
KK
6424
Tabel 6 Distribusi Responden Menurut
Pengetahuan Ibu dalam Memberikan
Kolostrum
Tabel 2 Tingkat Pendidikan Penduduk di
Kelurahan Kenali Besar
Kelu
raha
n
K.Be
sar
Dipl
oma
/SI
Tam
at
SLT
A
Tam
at
SLT
P
Tam
at
SD
Tida
k
Tam
at
SD
708
1094
843
726
710
SD
Sede
rajat
Belu
m
Seko
lah
Tida
k
Seko
lah
1026
480
210
Pengetahuan
Frekuensi
%
Kurang Baik
52
49,1
Baik
52
50,9
Jumlah
106
100
Praktek
Bidan
Mandir
i
22
Tabel 7 Distribusi Responden Menurut
Pendidikan
Ibu
dalam
Memberikan
Kolostrum
Pendidikan
Frekuensi
%
Rendah
47
44,3
Tinggi
59
55,7
Jumlah
106
100
Tabel 10 Hubungan Pengetahuan Ibu
dengan Perilaku Ibu Tidak Memberikan
Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir di Bidan
Praktek Swasta Kelurahan Kenali Besar
Kota Jambi Tahun 2013
Penget
ahuan
Tabel 8 Distribusi Responden Menurut
Dukungan Keluarga Ibu dalam Memberikan
Kolostrum
Dukungan
Keluarga
Kurang Baik
Baik
Jumlah
Frekuensi
34
72
106
%
32,1
67,9
Kurang
Baik
Baik
Total
Perilaku Pemberian
Kolostrum
Tidak
Diberikan
Diberikan
N
%
N
%
N
%
17
32,7
35
67,3
52
100
6
23
11,1
21,7
48
83
88,9
78,3
54
106
100
100
Peran Petugas
Kesehatan
Kurang Baik
Baik
Frekuensi
%
44
62
41,5
58,5
Jumlah
106
100
0,03
Tabel 11 Hubungan Pendidikan Ibu dengan
Perilaku Ibu Tidak Memberikan kolostrum
kepada bayi baru lahir di Bidan Praktek
Swasta Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi
Tahun 2013
100
Tabel 9 Distribusi Responden Menurut
Peran Petugas Kesehatan Ibu dalam
Memberikan Kolostrum
PValu
e
Total
Pendi
dikan
Kurang
Baik
Baik
Total
Perilaku Pemberian
Kolostrum
Tidak
Diberikan
Diberikan
N
%
N
%
N
%
15
31,9
32
68,1
47
100
8
23
13,6
21,7
51
83
86,4
78,3
59
106
100
100
Total
PValue
0,023
Tabel 12 Hubungan Dukungan Keluarga
Ibu dengan Perilaku Ibu Tidak Memberikan
Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir di
Bidan Praktek Swasta Kelurahan Kenali
Besar Kota Jambi Tahun 2013
Perilaku Pemberian
Kolostrum
Tidak
Diberikan
Diberikan
N
%
N
%
N
Kurang
Dukungan
Baik
Keluarga
Baik
Total
Total
P-Value
%
3
8,8
31
91,2
34
100
20
23
27,8
21,7
52
83
72,2 72
78,3 106
100
100
0,027
Tabel 13 Hubungan Peran Petugas
Kesehatan dengan Perilaku Ibu Tidak
Memberikan Kolostrum Kepada Bayi Baru
Lahir di Bidan Praktek Swasta Kelurahan
Kenali Besar Kota Jambi Tahun 2013
Peran
Petugas
Kesehatan
Total
Kurang
Baik
Baik
Perilaku Pemberian
Kolostrum
Tidak
Diberikan
Diberikan
N
%
N
%
N
%
5
11,4
39
88,6
44
100
18
23
29
21,7
44
83
71
78,3
62
106
100
100
Pada tabel 12 diketahui bahwa
kelompok responden dengan hasil dukungan
keluarga yang kurang baik berpeluang 8,8%
untuk tidak memberikan kolostrum kepada
bayi
Total
PValue
baru
dengan
hasil
berpeluang
0,03
lahir,
sedangkan
dukungan
72,2%
responden
keluarga
untuk
baik
memberikan
kolostrum kepada bayi baru lahir. Terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dengan
Berdasarkan uji bivariat pada tabel
10 diketahui bahwa kelompok responden
dengan hasil pengetahuan kurang baik
berpeluang 32,7% untuk tidak memberikan
kolostrum kepada bayi baru lahir, sedangkan
responden dengan hasil pengetahuan baik
berpeluang
88,9%
untuk
memberikan
kolostrum kepada bayi baru lahir. Dimana
ada hubungan antara pengetahuan dengan
perilaku ibu tidak memberikan kolostrum
kepada bayi baru lahir (P-Value = 0,007).
Sedangkan pada tabel 11, diketahui bahwa
kelompok
responden
dengan
hasil
pendidikan rendah berpeluang 31,9% untuk
tidak memberikan kolostrum kepada bayi
baru lahir, sedangkan responden dengan
hasil pendidikan tinggi berpeluang 86,4%
untuk memberikan kolostrum kepada bayi
perilaku ibu tidak memberikan kolostrum
kepada bayi baru lahir (P-Value = 0,027).
Pada Tabel 13 diketahui bahwa
kelompok
responden
yang
berpendapat
peran petugas kesehatan yang kurang baik
berpeluang 11,4% untuk tidak memberikan
penjelasan tentang pentingnya kolostrum
bagi bayi baru lahir, sedangkan menurut
responden yang berpendapat peran petugas
kesehatan dinyatakan baik berpeluang 71%
untuk memberikan penjelasan pentingnya
kolostrum bagi bayi baru lahir. Untuk
analisisnya
digunakan
uji
chi-square,
dengan hasil nilai P = 0,03 (p<0,05) maka
hasil tersebut bermakna, artinya Ho ditolak,
terdapat hubungan antara
peran petugas
kesehatan dengan perilaku ibu memberikan
kolostrum kepada bayi baru lahir.
baru lahir. Disimpulkan Ada hubungan
antara pendidikan ibu dengan perilaku ibu
Berdasarkan
pengumpulan
data
tidak memberikan kolostrum kepada bayi
terhadap 106 orang ibu yang melahirkan di
baru lahir (P-Value = 0,023).
2 (dua) Bidan Praktek Swasta, sebanyak 23
(21,7%) tidak memberikan
pendidikan rendah (≤SLTA). Distribusi
kolostrum kepada bayi baru lahir dan
responden berdasarkan tingkat pendidikan,
sebanyak
sebanyak 59 orang
orang ibu
83
orang
ibu
(78,3%)
ibu
(55,7 %)
memberikan kolostrum kepada bayi baru
dikategorikan tingkat pendidikan tinggi dan
lahir.
sebanyak
Meskipun
perilaku
adalah
bentuk
47
orang
ibu
(44,3%)
dikategorikan tingkat pendidikan rendah.
respons atau reaksi terhadap stimulus atau
Pendidikan berarti bimbingan yang
rangasangan dari luar organism (orang),
diberikan seseorang terhadap perkembangan
namun dalam memberikan respons sangat
orang lain menuju kea rah cita-cita tertentu
tergantung pada karakteristik atau faktor-
yang menentukan manusia untuk berbuat
faktor lain dari orang yang bersangkutan.
dan mengisi kehidupan untuk mencapai
Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan
bagi beberapa orang, namun respons tiap-
diperlukan
tiap orang berbeda.9
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
Hal ini sama dengan penelitian yang
dilakukan
oleh
Pitri
responden
yang
kolostrum
dengan
(2010),
dari
41
sehingga
untuk
dapat
mendapat
informasi
meningkatkan
kualitas
hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip
diteliti,
pemberian
Notoadmojo
(2003),
pendidikan
dapat
diberikan
terbanyak
memperngaruhi seseorang termasuk juga
adalah 22 orang (53,7%), tidak diberikan
perilaku seseorang akan pola hidup terutama
sebanyak 19 orang (46,3%).10
dalam memotivasi untuk sikap berperan
Pada penelitian ini, sebagian ibu-ibu
serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003)
tidak memberikan kolostrum kepada bayi
pada umumnya makin tinggi pendidikan
baru lahir karena beberapa faktor yaitu ASI
seseorang
(kolostrum) yang tidak keluar pada hari
informasi.
makin
mudah
menerima
pertama hingga hari ke empat, bayinya tidak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
mau menyusu, ibu yang sibuk bekerja, dll.
Sinaga (2011), tingkat pendidikan responden
Hal tersebut yang membuat ibu tidak
terbanyak adalah tamatan SMA (52%),
memberikan kolostrum kepada bayinya.
sedangkan
yang
paling
sedikit
adalah
Hasil penelitian ini dilihat dari tingkat
tamatan SD (7%).14 Karakteristik ini dapat
pendidikan responden dikategorikan tingkat
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
pendidikan tinggi
yang
(≥SLTA) dan tingkat
dimiliki
seseorang
sangat
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap
perilaku ibu tidak memberikan kolostrum
pemberian
kepada bayi baru lahir.
kolostrum.
Pendidikan
yang
dimiliki seseorang lebih tinggi tidak sama
Tingkat pengetahuan memang tidak
dengan pemahaman terhadap suatu hal pada
selalu berkorelasi dengan yang baik secara
orang yang berpendidikan rendah.13
langsung
Berdasarkan hasil penelitian Nazara
(2008),
responden
paling
banyak
mendapatkan informasi tentang kolostrum
yaitu
dari
sumber
informasi
berperilaku
pengetahuan
yang
baik,
baik
namun
mempunyai
kecenderungan untuk berperilaku baik.
Berdasarkan uji bivariat, diketahui
keluarga
bahwa kelompok responden dengan hasil
sebanyak 16 orang (40%) dari jumlah
pendidikan rendah berpeluang 31,9% untuk
sampel 40 0rang.7
tidak memberikan kolostrum kepada bayi
Pemberian dukungan keluarga kepada
baru lahir, sedangkan responden dengan
ibu-ibu yang memberikan kolostrum kepada
hasil pendidikan tinggi berpeluang 86,4%
bayinya khususnya suami dapat mendorong
untuk memberikan kolostrum kepada bayi
ibu untuk lebih yakin dan memahami
baru lahir, dimana hasil P-value 0,023
tentang
dan
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
manfaatnya bagi ibu dan bayinya. Sehingga
hubungan antara pendidikan ibu dengan
pemberian dukungan tersebut merupakan
perilaku ibu tidak memberikan kolostrum
salah satu bagian dari pendidikan kesehatan
kepada bayi baru lahir.
yang
pemberian
langsung
kolostrum
diperoleh
ibu
dari
keluarganya.
Hubungan ini dapat menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki
Berdasarkan uji bivariat, diketahui
seseorang sangat mempengaruhi perilaku
bahwa kelompok responden dengan hasil
seseorang terhadap pemberian kolostrum.
pengetahuan kurang baik berpeluang 32,7%
Pendidikan yang dimiliki seseorang lebih
untuk tidak memberikan kolostrum kepada
tinggi tidak sama dengan pemahaman
bayi
terhadap
baru
lahir,
sedangkan
responden
dengan hasil pengetahuan baik berpeluang
suatu
hal
pada
orang
yang
berpendidikan rendah.9
88,9% untuk memberikan kolostrum kepada
Berdasarkan uji bivariat, diketahui
bayi baru lahir, dimana P-value nya 0,007
bahwa kelompok responden dengan hasil
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
dukungan
hubungan
berpeluang 8,8% untuk tidak memberikan
antara
pengetahuan
dengan
keluarga
yang
kurang
baik
kolostrum kepada bayi baru lahir, sedangkan
baru lahir, dimana hasil P-value 0,03.
responden dengan hasil dukungan keluarga
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
baik berpeluang 72,2% untuk memberikan
hubungan antara peran petugas kesehatan
kolostrum kepada bayi baru lahir, dimana
dengan perilaku ibu tidak memberikan
hasil
kolostrum kepada bayi baru lahir.
P-value
0,027
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara
Menurut Notoadmodjo, bahwa dengan
dukungan keluarga dengan perilaku ibu
memberikan informasi tentang bagaimana
tidak memberikan kolostrum kepada bayi
cara hidup sehat, pemeliharaan kesehatan da
baru lahir.
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan
Memberikan
informasi
tentang
masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
bagaimana cara hidup sehat, pemeliharaan
Hal ini berkaitan dengan sumber informasi
kesehatan
itu sendiri. Dimana bila tenaga kesehatan
dan
meningkatkan
sebagainya
pengetahuan
akan
masyarakat
tidak
memberikan
informasi
tentang
tentang pentingnya kesehatan. Hal ini
kolostrum yang baik dan benar, dan tidak
berkaitan dengan sumber informasi tentang
menyarankan ibu untuk memberi kolostrum
kolostrum yang baik dan benar, dan tidak
maka tindakan pemberian kolostrum tidak
menyarankan ibu untuk memberi kolostrum
akan pernah terlaksana dengan baik dan
maka tindakan pemberian kolostrum tidak
tidak mencapai
akan pernah terlaksana dengan baik dan
seharusnya terhadap bayi baru lahir.9
tidak mencapai
KESIMPULAN DAN SARAN
target
kesehatan
yang
seharusnya terhadap bayi baru lahir.9
kelompok
responden
kesehatan
yang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
Berdasarkan uji bivariat, diketahui
bahwa
target
106 orang ibu yang melahirkan di 2 (dua)
yang
Bidan Praktek Swasta Kelurahan Kenali
berpendapat peran petugas kesehatan yang
Besar Kota Jambi Tahun 2013, dapat
kurang baik berpeluang 11,4% untuk tidak
disimpulkan bahwa :
memberikan penjelasan tentang pentingnya
1. Sebanyak
21,7%
orang
ibu
tidak
kolostrum bagi bayi baru lahir, sedangkan
memberikan kolostrum kepada bayi baru
menurut responden yang berpendapat peran
lahir, dan 50,9% orang ibu dikategorikan
petugas
baik
memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
memberikan
Dari segi pendidikan, 55,7 %orang ibu
penjelasan pentingnya kolostrum bagi bayi
dikategorikan tingkat pendidikan tinggi,
berpeluang
kesehatan
71%
dinyatakan
untuk
begitu juga dukungan keluarga 67,9%
mudah memahami makna dan manfaat
dan peran petugas kesehatan 58,5% yang
pemberian kolostrum bagi bayinya.
baik
dalam
2. Dukungan keluarga pada penelitian ini
memberikan kolostrum kepada bayi baru
sudah cukup baik, sebagian ibu telah
lahir.
mendapat dukungan keluarga yang baik
2. Ada
dapat
mendorong
hubungan
antara
ibu
pengetahuan
sehingga ibu memberikan kolostrum
dengan perilaku ibu tidak memberikan
kepada bayinya dan diharapkan keluarga
kolostrum kepada bayi baru lahir. (P-
(suami
Value = 0,007).
memberikan
atau
orang
tua)
ibu
bahan
bacaan
juga
seperti
3. Ada hubungan antara pendidikan ibu
majalah, buku, dll tentang kolostrum
dengan perilaku ibu tidak memberikan
sehingga semakin mendorong ibu dalam
kolostrum kepada bayi baru lahir. (P-
memberikan kolostrum kepada bayi baru
Value = 0,023).
lahir.
4. Ada hubungan antara dukungan keluarga
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dengan perilaku ibu tidak memberikan
menjadi masukan dalam melakukan
kolostrum kepada bayi baru lahir. (P-
perbaikan sekaligus meningkatkan mutu
Value = 0,027)
pelayanan ke masyarakat. Dan juga,
5. Ada hubungan antara peran petugas
Bidan
harus
memberikan
kolostrum
informasi
kesehatan dengan perilaku ibu tidak
mengenai
memberikan kolostrum kepada bayi baru
kepada ibu-ibu yang membutuhkan,
lahir. (P-Value = 0,03).
sehingga
kepada
yang
ibu-ibu
lengkap
dapat
Dari kesimpulan diatas, ada beberapa saran
menambah pengetahuannya. Selain ke
yang dapat diajukan antara lain:
ibu, Bidan juga memberikan informasi
1. Sebagian besar ibu sudah memberikan
ke keluarga ibu (suami atau orang tua)
kolostrum
bagi
diharapkan
ibu
bayinya
tetap
namun
mengikuti
agar mendorong ibu harus memberikan
kolostrum.
penyuluhan kesehatan guna mendapat
pengetahuan
pemahaman
khususnya
yang
lebih
tingkat
tentang
kolostrum. Dan sebagian ibu memiliki
pendidikan yang tinggi, sehingga lebih
DAFTAR PUSTAKA
1. Kramer M. Promotion of Breastfeeding
Intervention
Trial
(PROBIT).
JAMA. 2001 Jan 24-31; 285(4):413-20.
Diunduh
dari:
7. Nazara
P.
Faktor-faktor
Yang
http://www.who.int/nutrition/topics/excl
Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan
usive_breastfeeding/en/.
Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir di
2. Roesli U. Mengenal ASI Eksklusif. Edisi
ke-1. Jakarta: Pustaka Pengembangan
Swadaya Nusantara; 2000. vi - 25.
ke-1.
Yogyakarta:
AR-RUZZ
Media ; 2011. 31-35.
Kesehatan Depkes RI. Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan
2010.
162.
Diunduh
dari:
www.riskesdas.litbang.depkes.go.id.
5. Badan
Perencanaan
Nasional.
Peta
Pencapaian
Millenium
Percepatan
Pembangunan
Indonesia.
Jakarta:
Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional; 2010. 101-120. Diunduh dari:
www.bappenas.go.id/get-fileserver/node/10299/ .
6. Kementrian
Laporan
Kesehatan
Tahunan
RI.
Kinerja
Buku
Kegiatan
Pembinaan Gizi. Jakarta: Depkes RI;
2011.
Diunduh
dari:
http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2012/08/Buku-Laptah2011.pdf.
Tahun
2007.
Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2008. 25-
8. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
9. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2012. 18-141.
10. Pitri
Pembangunan
Jalan
Tujuan
Di
Nias
101.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan
RI;
Kab.
41.
3. Jannah N. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.
Edisi
Desa Sifalaete Ulu Kec. Gunungsitoli
Riza
Berhubungan
S.
Faktor-faktor
Dengan
Yang
Pemberian
Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir di
Klinik Sari Medan. Medan: Sumatera
Utara. 2010.
Download