hasil penelitian dan pembahasan

advertisement
GAMBARAN TINDAKAN BREAST CARE DAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI
PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS GETASAN
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
WIWIK ARDITA RINI
0101199
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2013
1
GAMBARAN TINDAKAN BREAST CARE DAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI
PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS GETASAN
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
Wiwik Ardita Rini Akbid Ngudi Waluyo Ungaran
INTISARI
kebersihan
payudara,
memperbanyak atau memperlancar
pengeluaran ASI sehingga terjadi
kesukaran
dalam
menyusukan
bayinya
Tujuan
penelitian
untuk
mengetahui
gambaran tindakan
breast care dan kejadian bendungan
ASI pada ibu nifas di Wilayah
Puskesmas Getasan
Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang.
Desain penelitian deskriptif
dengan pendekatan Cross sectional
dan pengambilan data menggunakan
data primer. Populasi semua ibu nifas
hari ke dua dan ketiga di Wilayah
Puskesmas
Getasan
Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang pada
bulan Desember 2012 sebanyak 36
ibu. Sampel menggunakan teknik
sampling
Total
Sampling
dan
didapatkan responden sebanyak 36
ibu nifas..
Hasil
penelitian
tindakan
breast care sebagian besar responden
kadang-kadang dalam melakukan
tindakan 44,4% dan hanya 25,0%
yang sering melakukan. Kejadian
bendungan ASI sebagian besar
responden tidak terjadi bendungan
ASI 75,0% dan terjadi bendungan ASI
25,0%
Diharapkan bidan diharapkan
memberikan penyuluhan dengan cara
demontrasi cara breast care yang
benar dan lebih menganjurkan
tindakan breast care kepada ibu nifas.
Kata Kunci : Breast care, Kejadian
bendungan ASI
ABSTRACT
The case of the dam breast
milk in Indonesia as much as 16% of
mothers who breastfeed. Breast care
is good and true has an important role
in increasing milk production and can
prevent mothers from the dangers of
breast engorgement, clogged milk
duct. Dam breast milk can be
overcome by doing breast care is
taking action to keep the breast,
breast
augment
or
accelerate
spending making it difficult to breastfeed her baby
Research purposes to describe
the actions dam breast care and
breastfeeding on the incidence of
puerperal women in health centers
Getasan Getasan District Semarang
regency.
The study design is a
descriptive cross sectional approach
and retrieval of data using primary
data. The population of all postpartum
day second and third in district health
centers Getasan Getasan Semarang
District in December 2012 by 36
mothers. Total sample using sampling
2
techniques Sampling and earned a
total of 36 respondents postpartum .
The results of action breast
care most respondents sometimes in
doing 44.4% and only 25.0% were
frequent. Genesis dam milk most of
the respondents did not happen dam
milk 75.0% and 25.0% occurred dam
milk
Expected that midwives are
expected to provide counseling
demonstrations by breast care the
right way and encourage more breast
action
to
postpartum
care.
Keywords: Breast Care, Breast Dam
Genesis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa nifas disebut juga masa
postpartum atau puerpurium yaitu
waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta lepas keluar dari rahim
sampai 6 minggu berikutnya disertai
dengan pulih kembali organ-organ
yang
berkaitan
dengan
kandungannya,
yang
mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya yang berkaitan saat
melahirkan (Suherni, 2009). Pada
masa nifas nini terjadi banyak
perubahan termasuk proses laktasi
atau menyusui yang terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai
dua mekanisme fisiologis, yaitu
produksi susu, sekresi susu atau let
down (Saleha, 2009)
Proses laktasi atau menyusui
penting bagi kesehatan ibu dan bayi .
Hal tersebut didukung oleh Menteri
Pemberdayaan Perempuan Meutia
Hatta yang mengatakan pemberian
ASI berarti memberikan makanan
bernilai gizi tinggi untuk bayi secara
tepat memenuhi kebutuhan bayi.
Disamping itu dapat memberikan zat
perlindungan
terhadap
penyakit,
sehingga bayi jarang sakit. Menyusui
sendiri
memberikan
kontak
penglihatan,
pendengaran,
penciuman, perabaan, kasih sayang
antara ibu dengan bayinya serta
memberikan ikatan psikologis yang
juga dibutuhkan oleh bayi di dalam
tumbuh
kembangnya
(www.menegpp.go.id, 2005).
Berdasarkan
Data
yang
diperoleh dari Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI), cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-5
bulan di Indonesia pada tahun 2008
yaitu sebanyak 56,2 % menurun bila
dibandingkan percapaian cakupan
pada tahun 2007 yaitu 62,2%, namun
meningkat lagi pada tahun 2009
menjadi 61,3%. Sedangkan cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi
sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada
tahun 2007 menjadi 24,3% pada
tahun 2008 dan naik menjadi 34,4%
pada tahun 2009 (Profil Jurnal
Kesehatan Indonesia, 2009).
Berdasarkan data cakupan
pemberian
ASI
eksklusif
yang
diperoleh
dari
Pofil
Kesehatan
Kabupaten/Kota
diprivinsi
Jawa
Tengah tahun 2009 bahwa cakupan
jumlah bayi yang diberikan ASI secara
eksklusif mencapai 40,21%. Data
dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Demak pada tahun 2011 rata-rata
cakupan pemberian ASI sebanyak
42,68% dari jumlah bayi 6.349,
3
cakupan ini masih dibawah target
yang diharapkan yaitu 67%.
Beberapa
faktor
yang
menghambat pemberian ASI eksklusif
tersebut antara lain rendahnya
pengetahuan ibu tentang manfaat ASI
dan cara menyusui yang benar,
kurangnya konseling tentang laktasi
dan cara menyusui yang benar,
sehingga timbul hambatan dalam
menyusui maka ibu menghentikan
menyusui dan memberikan susu
formula (Dinkes, 2006). Selain itu
sering juga ibu tidak menyusui
bayinya karena terpaksa, baik karena
faktor intern dari ibu seperti luka-luka
pada puting susu yang sering
menyebabkan rasa nyeri, kelainan
pada puting susu dan adanya penyakit
tertentu seperti tuberkulose, malaria.
Disamping itu juga karena faktor dari
pihak bayi seperti bayi lahir sebelum
waktunya (prematur) atau bayi lahir
dengan berat badan yang sangat
rendah yang mungkin masih telalu
lemah apabila mengisap ASI dari
payudara ibunya, serta bayi yang
dalam keadaan sakit (Arifin, 2004).
Hal lain yang menjadi masalah
dalam
pemberian
ASI
adalah
pemberian ASI yang tidak adekuat
dapat mengakibatkan bendungan ASI
karena sisa ASI pada duktus. Statis
pada
pembuluh
darah
akan
mengakibatkan meningkatnya tekanan
intraduktal yang akan mempengaruhi
segmen pada payudara sehingga
tekanan seluruh payudara meningkat
akibatnya payudara sering terasa
penuh, tegang serta terasa nyeri
(Soetjiningsih, 2003). Bendungan ASI
banyak terjadi pada ibu postpartum
minggu pertama hari ke-3 dan hari ke4 sesudah ibu melahirkan mencapai
13,3% (Depkes RI, 2002)
Menurut penelitian terjadinya
bendungan
ASI
di
Indonesia
terbanyak
adalah
pada
ibu-ibu
pekerja, sebanyak 16 % dari ibu yang
menyusui (Depkes RI, 2006). Di
daerah Jawa Tengah, pemberian ASI
sebesar 54 % pada usia 2-3 bulan dan
untuk usia 4-6 bulan sekitar 35 %
akibat
bendungan
ASI
yang
disebabkan karena payudara tidak
dirawat (Dinkes, 2008). Bendungan
ASI ini dapat diatasi dengan
dilakukannya breast care yaitu
melakukan tindakan untuk menjaga
kebersihan payudara, memperbanyak
atau memperlancar pengeluaran ASI
sehingga terjadi kesukaran dalam
menyusukan bayinya. Perawatan
payudara dilakukan dengan cara
pengurutan
(Anggraini,
2010).
Perawatan payudara yang baik dan
benar memiliki peranan yang penting
dalam meningkatkan produksi ASI dan
dapat menghindarkan ibu dari bahaya
pembengkakan payudara, saluran ASI
tersumbat (Bahiyatun, 2009).
Dari hasil studi pendahuluan
yang penulis lakukan pada bulan
Agustus 2012 jumlah ibu nifas ada 36
ibu nifas. Dari 36 ibu nifas ini semua
telah melakukan breast care karena
diajarkan setelah bersalin, 23 ibu nifas
(64%) tidak mengalami bendungan
ASI. Walaupun telah melakukan
breast care sejak hari pertama bayi
lahir sampai hari ketiga masih ada
kejadian bendungan ASI sebanyak 13
ibu nifas (36%). Dari 36 ibu ini 12 ibu
nifas pertolongan persalinan oleh
bidan dan diajarkan breast care, 8
orang breast care dengan benar dan
teratur 2 x/ hari, 3 ibu kurang benar
melakukan breast care tetapi teratur
dan 1 ibu benar melakukan breast
care dan tidak rutin dan ditemukan 4
ibu terjadi bendungan ASI. Selain itu
4
pernah ditemukan 1 ibu nifas yang
mengalami abses dan dilakukan insisi.
Berdasarkan latar belakang dan
fenomena tersebut di atas, peneliti
sangat tertarik untuk meneliti tentang
gambaran tindakan breast care dan
kejadian bendungan ASI pada ibu
nifas di Wilayah Puskesmas Getasan
Kecamatan Getasan
Kabupaten
Semarang.
Tujuan penelitian
Tujuan Umum : Mengetahui
gambaran tindakan breast care dan
kejadian bendungan ASI pada ibu
nifas di Wilayah Puskesmas Getasan
Kecamatan Getasan
Kabupaten
Semarang.
Tujuan khusus : a) Mengetahui
gambaran tindakan breast care pada
ibu nifas di Wilayah Puskesmas
Getasan
Kecamatan
Getasan
Kabupaten Semarang. b) Mengetahui
gambaran kejadian bendungan ASI
pada ibu nifas di Wilayah Puskesmas
Getasan
Kecamatan
Getasan
Kabupaten Semarang.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas
1. Pengertian
Masa nifas disebut juga masa
postpartum atau puerporium adalah
masa atau waktu sejak bayi
dilahirkan dan plasenta lepas keluar
dari rahim sampai 6 minggu
berikutnya disertai dengan pulih
kembali organ-organ yang berkaitan
dengan
kandungannya,
yang
mengalami
perubahan
seperti
perlukaan dan lain sebagainya yang
berkaitan saat melahirkan (Suherni,
2009).
C. Bendungan ASI
1. Pengertian
Bendungan ASI adalah terjadinya
pembengkakan
pada
payudara
karena peningkatan aliran vena dan
limfe
sehingga
menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri dan
kadang-kadang
disertai
dengan
kenaikan suhu badan (Prawirohardjo,
2002).
2. Terjadinya Bendungan ASI
Menurut
Suherni
(2008)
bendungan ASI terjadi pada 24 jam
pertama sampai 48 jam, payudara
sering terasa penuh dan nyeri
disebabkan bertambahnya aliran
darah ke payudara bersamaan
dengan ASI mulai diproduksi dalam
jumlah banyak.
3. Penyebab bendungan ASI
Menurut
Ambarwati
(2008)
penyebab bendungan ASI adalah :
a) Posisi mulut bayi dan puting susu
ibu salah.
b) Produksi ASI berlebihan.
c) Terlambat menyusui.
d) Pengeluaran ASI yang jarang.
e) Waktu menyusui yang terbatas.
4. Gejala Bendungan ASI
B. Laktasi
1. Pengertian
Laktasi adalah keseluruhan proses
menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi menghisap dan
menelan
ASI.
Masa
laktasi
mempunyai
tujuan
meningkat
pemberian
ASI
eksklusif
dan
meneruskan pemberian ASI sampai
anak umur 2 tahun secara baik dan
benar serta anak mendapatkan
kekebalan tubuh secara alami.
(Ambarwati, 2010).
5
Gejala bendungan ASI ini adalah
payudara
yang
mengalami
pembengkakan. Pembengkakan ini
ditandai dengan bentuk areola
payudara yang lebih menonjol dan
puting yang lebih mendatar, sehingga
membuat payudara sukar dihisap
oleh bayi. Bila keadaan sudah
demikian, kulit payudara tampak lebih
mengkilat, ibu mengalami demam
dan
payudara
terasa
nyeri
(Bahiyatun, 2009).
5. Pencegahan Bendungan ASI
Untuk mencegah bendungan ASI
maka diperlukan : menyusui dini,
perlekatan yang baik, menyusui on
demand. Bayi harus lebih sering
disusui. Apabila terlalu tegang, atau
bayi tidak dapat menyusu sebaiknya
ASI
dikeluarkan
dahulu,
agar
ketegangan
menurun.
Untuk
merangsang refleks oksitosin maka
dilakukan :
a) Kompres panas untuk mengurangi
rasa sakit.
b) Ibu harus rileks.
c) Pijat leher dan punggung belakang
sejajar dengan daerah payudara.
d) Pijat ringan pada payudara yang
bengkak (pijat pelan-pelan kearah
tengah).
e) Stimulasi payudara dan puting
susu.
f) Kompres dingin pasca menyusui,
untuk mengurangi odem.
g) Pakailah BH yang sesuai.
h) Bila terlalu sakit dapat diberikan
obat analgetik.
(Ambarwati, 2008).
6. Penatalaksanaan Bendungan ASI
Bidan dalam mengelola kasus
mengacu oada beberapa teori
diantaranya menurut Sutjiningsih
(2003) Penatalaksanaan yang bisa
dilakukan
pada
ibu
yang
payudaranya
bengkak
adalah
sebagai berikut :
a) Bila ibu menyusui bayi
1) Untuk mengurangi rasa nyeri dan
bengkak, bisa dilakukan massase
payudara dan kompres panas dan
dingin secara bergantian.
2) Ibu
dianjurkan
untuk
mengeluarkan ASI dengan tangan
atau dengan pompa setiap kali
selesai menyusui, bila payudra masih
terasa penuh.
3) Ubah posisi menyusui untuk
memperlancar aliran ASI.
b) Bila ibu tidak menyusui bayi
1) Sangga payudara, kompres dingin
pada payudara untuk mengurangi
pembengkakan dan rasa sakit,
jangan dipijat atau menggunakan
kompres hangat pada paydara.
Terapi medis paracetamol 500mg per
oral setiap 4 jam untuk mengurangi
rasa sakit.
Menurut Ambarwati (2008) cara
mengatasi bendungan ASI adalah
sebagai berikut :
1) Susui bayi sesering mungkin tanpa
jadwal dan tanpa batas waktu.
2) Bila
bayi
sukar
menghisap,keluarkan ASI dengan
bantuan tangan atau pompa ASI
yang efektif.
3) Sebelum
menyusui
untuk
merangsang reflek oksitosin dapat
dilakukan : kompres hangat untuk
mengurangi rasa sakit, massase
payudara, massase leher dan
punggung.
4) Setelah menyusui kompres air
dingin untuk mengurangi oedema.
Menurut
Saleha
(2009)
penatalaksanaan yang bisa dilakukan
pada ibu yang payudaranya bengkak
adalah sebagai berikut :
6
1) Massase payudara dan ASI
diperas dengan tangan sebelum
menyusui.
2) Kompres dingin untuk mengurangi
statis pembuluh darah vena dan
mengurangi
rasa
nyeri.
Bisa
dilakukan
selang-seling
dengan
kompres panas untuk melancarkan
pembuluh darah.
3) Menyusui lebih sering dan lebih
lama pada payudara yang terkena
untuk melancarkan aliran ASI dan
menurunkan tegangan payudara.
3. Resiko Akibat Tidak Melakukan
Breast Care
Menurut Mansjoer (2001), terdapat
beberapa masalah yang mungkin
terjadi jika tidak melakukan breast
care, diantaranya adalah :
a) Tumor jinak
Tumor jinak merupakan benjolan
abnormal pada tubuh manusia, tumor
jinak tidak berbahaya jika ditangani
sejak dini. Tumor jinak berisi jaringan
padat bisa juga berisi cairan.
b) Infeksi
Infeksi pada payudara dapat berupa
pembengkakan yang disertai dengan
rasa nyeri hebat jika payudara
ditekan. Jika terjadi infeksi, warna
kulit
payudara
kadang-kadang
menjadi merah, puting pecah-pecah,
payudara mengeras, dan tidak jarang
terbentuk abses atau luka. Infeksi
biasanya terjadi pada perempuan
yang sedang menyusui. Namun,
perempuan yang sedang tidak
menyusui pun berisiko terkena
infeksi. Penyebabnya, bisa karena
masuknya kuman pada puting susu.
Pengobatan infeksi sangat mudah,
cukup dengan pemberian antibiotik di
bawah pengawasan dokter.
c) Puting terbalik
Pada
beberapa
perempuan,
ditemukan
payudaranya
tidak
menonjol, tetapi masuk ke dalam
biasanya puting yang masuk ke
dalam terjadi pada perempuan hamil
tetapi setelah melahirkan puting
tersebut akan normal kembali dengan
sendirinya namun banyak juga puting
masih tetap tidak keluar walau sudah
melahirkan bahkan bayinya sudah
dewasa.
Jika
hal
ini
terjadi
sebenarnya
bukan
merupakan
kelainan yang serius hal ini bisa di
atasi. Puting yang masuk kedalam
ketika
menyusui
bayi
akan
D. Breast Care
1. Pengertian
Breast care adalah melakukan
tindakan untuk menjaga kebersihan
payudara,
memperbanyak
atau
memperlancar
pengeluaran
ASI
sehingga terjadi kesukaran dalam
menyusukan bayinya. Perawatan
payudara dilakukan dengan cara
pengurutan (Anggraini, 2010).
2. Tujuan
Untuk melancarkan sirkulasi darah
dan mencegah tersumbatnya saluran
susu
sehingga
memperlancar
pengeluaran ASI. Agar tujuan
perawatan ini dapat tercapai perlu
diperhatikan hal-hal berikut ini :
a) Lakukan perawatan payudara
secara teratur
b) Pelihara
kebersihan
seharihari
3
c) Pemasukan gizi ibu harus lebih
baik dan lebih banyak untuk
mencukupi produksi ASI
d) Ibu harus percaya diri akan
kemampuan menyusui bayinya
e) Ibu harus merasa nyaman dan
santai
f) Hindari rasa cemas dan stres
karena akan menghambat refleks
oksitosin (Huliana, 2004)
7
menyulitkan bayi dalam meminum
ASI (Luwia, 2004).
d) Payudara bengkak (engorgement)
Payudara terasa lebih penuh/tegang
dan nyeri sekitar hari ketiga atau
keempat setelah melahirkan akibat
stasis divena dan pembuluh limfe,
tanda bahwa ASI mulainya disekresi.
Sering terjadi pada payudara yang
elastisitasnya kurang bila tidak
dikeluarkan, ASI menumpuk dalam
payudara sehingga areola menjadi
lebih menonjol, puting lebih datar dan
sulit dihisap bayi. Kulit payudara
nampak lebih merah mengkilat, ibu
demam dan payudara terasa nyeri
sekali.
Payudara yang bengkak terjadi
karena hambatan aliran darah vena
atau saluran kelenjar bening akibat
ASI terkumpul dalam payudara.
Kejadian ini timbul karena produksi
yang
berlebihan.
Sementara
kebutuhan bayi pada hari-hari
pertama setelah lahir masih sedikit
(Mansjoer, 2001). Payudara bengkak
disebabkan karena pengeluaran ASI
tidak lancar karena bayi tidak cukup
sering menyusui atau terlalu cepat
disapih. Dapat pula disebabkan oleh
adanya gangguan let-down reflex
Payudara bengkak biasanya terjadi
pada hari ke 3 atau ke 4 bila
menghindari menyusui karena nyeri
dan memberikan prelakteal feedeng
keadaan
akan
berlanjut
(Prawirohardjo, 2002)
e) Puting susu lecet
Dapat disebabkan oleh teknik
menyusui yang salah atau perawatan
yang tidak betul pada payudara.
Infeksi monilia dapat mengakibatkan
lecet.
f) Produksi ASI kurang
Produksi air susu terbaik adalah jika
diproduksi oleh ibu yang sehat.
Sebaliknya, pada ibu yang sakit
produksi
ASI
akan
kurang.
Berkurangnya produksi susu juga
terjadi pada ibu yang sudah tua, ibu
yang tidak menyusui anaknya dan ibu
yang minum pil pencegah kehamilan.
Selain masalah kesehatan ibu, ada
beberapa faktor yang dapat dapat
meningkatkan
pengeluaran
ASI,
yakni faktor-faktor psikologis seperti
jika ibu melihat bayinya, memikirkan
bayinya dengan kasih sayang, ibu
dalam keadaan tenang, dan jika
mendengar tangis bayi. Faktor yang
dapat menghambat pengeluaran ASI
adalah ibu yang pikirannya kacau,
merasa kesakitan jika menyusui,
takut asinya tidak mencukupi, dan ibu
yang malu untuk menyusui.
Agar produksi ASI lancar, ketika
menyusui,
ibu harus menjaga
kesehatan mengkonsumsi makanan
yang bergizi, pikiran harus tenang,
dan
jangan
ragu-ragu
dalam
menyusui bayinya. Selain itu, banyak
meminum air putih juga dapat
meningkatkan produksi ASI (Luwia,
2004).
g) Mastitis dan Abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada
payudara bagian yang terkena
menjadi merah, bengkak, nyeri dan
panas. Suhu tubuh ibu meningkat
kadang-kadang disertai menggigil
biasanya kejadian ini terjadi pada
satu sampai tiga minggu setelah
melahirkan
akibat
aliran
susu
tersumbat dan tidak segera diatasi.
Timbul reaksi sistemik seperti
demam, terjadi 1 - 3 minggu setelah
melahirkan
sebagai
komplikasi
sumbatan saluran air susu. Biasanya
diawali dengan puting susu lecet atau
luka. Gejala yang bisa diamati : kulit
lebih merah, payudara lebih keras
serta nyeri dan berbenjol-benjol.
8
h) Abses payudara terjadi sebagai
komplikasi mastitis akibat meluasnya
peradangan. Sakit ibu tampak lebih
parah,
payudara
lebih
merah
mengkilat, benjolan tidak sekeras
mastitis, tapi lebih penuh atau
bengkak berisi cairan (Mansjoer,
2001).
4. Teknik Perawatan Payudara
Menurut Anggraini (2010) teknik
perawatan payudara untuk ibu
menyusui adalah :
a) Persiapan pengurutan payudara
1) Tangan dilicinkan dengan minyak
kelapa / baby oil.
2) Pengurutan payudara mulai dari
pangkal menuju arah puting susu
selama 2 menit (10kali) untuk
masing-masing payudara.
3) Handuk bersih 1-2 buah.
4) Air hangat dan air dingin dalam
baskom.
5) Waslap atau sapu tangan dari
handuk.
b) Langkah-langkah pengurutan
payudara
1) Pengurutan yang pertama
Licinkan kedua tangan dengan
minyak tempatkan kedua telapak
tangan diantara kedua payudara
lakukan pengurutan, dimulai dari arah
atas lalu arak sisi samping kiri
kemudian kearah kanan, lakukan
terus pengurutan kebawah atau
melintang. Lalu kedua tangan dilepas
dari payudara, ulangi gerakan 20-30
kali untuk setiap satu payudara.
2) Pengurutan yang kedua
Menyokong payudara kiri dengan
tangan kiri, kemudian dua atau tiga
jari tangan kanan mulai dari pangkal
payudara dan berakhir pada puting
susu. Lakukan tahap mengurut
payudara dengan sisi kelingking dari
arah tepi kearah puting susu.
Lakukan gerakan 20-30 kali.
3) Pengurutan yang ketiga
Menyokong payudara dengan satu
tangan, sedangkan tangan lain
mengurut dan menggenggam dari
pangkal menuju ke puting susu.
Langkah gerakan 20-30 kali.
4) Pengompresan
a) Alat-alat yang disiapkan:
(1)2 buah kom sedang yang masingmasing diisi dengan air hangat dan
air dingin.
(2)2 buah waslap.
b) Caranya:
Kompres kedua payudara dengan
waslap hangat selama 2 menit,
kemudian ganti dengan kompres
dingin selama 1 menit. Kompres
bergantian selama 3 kali berturutturut dengan kompres air hangat.
c) Menganjurkan ibu untuk memakai
BH khusus untuk menyusui.
c) Perawatan puting susu
Puting susu memegang peranan
penting pada saat menyusui. Air susu
ibu akan keluar dari lubang-lubang
pada puting susu oleh karena itu
puting susu perlu dirawat agar dapat
bekerja dengan baik, tidak semua
wanita mempunyai puting susu yang
menonjol (normal). Ada wanita yang
mempunyai puting susu dengan
bentuk yang mendatar atau masuk
kedalam, bentuk puting susu tersebut
tetap dapat mengeluarkan ASI jika
dirawat dengan benar. Langkahlangkah yang perlu dilakukan untuk
merawat puting susu :
1) Setiap pagi dan sore sebelum
mandi puting susu (daerah areola
mamae), satu payudara diolesi
dengan minyak kelapa sekurangkurangnya 3-5 menit, lama 4-5 kali.
2) Jika puting susu normal, lakukan
perawatan dengan oleskan minyak
pada ibu jari dan telunjuk lalu
letakkan keduanya pada Puting susu
9
dengan gerakan memutar dan ditariktarik selama 30 kali putaran untuk
kedua puting susu.
3) Jika puting susu datar atau masuk
kedalam lakukan tahapan berikut :
(a)Letakkan kedua ibu jari disebelah
kiri dan kanan puting susu,
(b)kemudian tekan dan hentakkan
kearah luar menjahui puting susu
secara perlahan.
4) Letakkan kedua ibu jari diatas dan
dibawah puting susu lalu tekan serta
hentakkan kearah puting susu secara
perlahan.
5) Kemudian untuk masing-masing
puting digosok dengan handuk kasar
agar kotoran-kotoran yang melekat
pada puting susu dapat terlepas.
6) Akhirnya payudara dipijat untuk
mencoba mengeluarkan ASI.
Lakukan langkah - langkah
perawatan diatas 4-5 kali pada pagi
dan sore hari, sebaiknya tidak
menggunakan alkohol atau sabun
untuk membersihkan puting susu
karena akan menyebabkan kulit
kering dan lecet. Pengguna pompa
ASI atau bekas jarum suntik yang
dipotong ujungnya juga dapat
digunakan untuk mengatasi masalah
pada puting susu yang terbenam.
KERANGKA KERJA PENELITIAN
Kerangka Teori
Tindakan pada ibu nifas
1. Pemeriksaan umum : TTV,
keluhan dan sebagainya.
2. Keadaan umum : kesadaran,
selera makan dan lain-lain
3. Dinding
perut,
perineum,
kandung kemih dan rektum
4. Sekret yang keluar misalnya
lokia, flour albus
5. Keadaan alat-alat kandungan
Ibu nifas
 Puerperium Dini
 Puerperium
Intermedial
 Remote Puerperium
10
Payudara, ASI, puting susu
Breast Care
Bendungan ASI
Kerangka Konsep
Tindakan Breast Care
Kejadian Bendungan ASI
pada Ibu Nifas
pada Ibu Nifas
Definisi Operasional
No
Variabel
1
Breast care
Definisi
Alat Ukur
Operasional
Tindakan
Cheklist
melancarkan
SOP
sirkulasi darah
dan mencegah
tersumbatnya
saluran
susu
sehingga
memperlancar
pengeluaran
ASI.
11
Parameter dan
Katagori
1. Sesuai
prosedur
skor nilai >
18
2. Kurang
sesuai
prosedur
skor nilai 1418
Skala
Pengukuran
Ordinal
Bendungan
ASI
Pembengkakan Observasi
payudara
karena
terkumpulnya
sisa ASI pada
sistem duktus
3. Tidak sesuai
prosedur
skor nilai <
14
1. Terjadi
bendungan
kode 0
2. Tidak terjadi
bendungan
kode 1
Nominal
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rancangan penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
suatu penelitian yang bertujuan
memaparkan data secara sederhana
sehingga dapat dibaca dan dianalisis
secara sederhana Notoadmojo (2010)
sedangkan
pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
cross
sectional
dimana
pengukuran
penelitiannya
dilakukan
secara
simultan pada satu saat (sekali waktu)
Hidayat (2007).
Populasi
Populasi penelitian ini adalah
semua ibu nifas hari ke dua dan ketiga
di Puskesmas Getasan Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang pada
bulan Desember 2012 sebanyak 36
ibu.
.Sampel
Sampel
yang
digunakan
adalah semua ibu nifas setelah hari ke
dua
di
Puskesmas
Getasan
Kecamatan
Getasan
Kabupaten
Semarang pada bulan Desember
2012 sebanyak 36 ibu semua ibu nifas
setelah hari ke dua di Puskesmas
Getasan
Kecamatan
Getasan
Kabupaten Semarang pada bulan
Desember 2012 sebanyak 36 ibu.
Teknik Sampling
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menggunakan
teknik total sampling yaitu semua
angota populasi dijadikan sampel
(Hidayat, 2002).
Analisis data
Analisa
univariat
adalah
analisis yang hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap
variabel. (Notoatmojo, 2010 ; h. 182).
Analisa bivariat adalah analisa yang
dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan / berkorelasi
(Notoatmodjo, 2010 ; h. 183). Analisis
ini berfungsi untuk mengetahui
hubungan paritas dengan pemilihan
KB jangka panjang IUD di Puskesmas
Srondol Kota Semarang, Sedang Uji
statistic yang digunakan adalah chi
square
12
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Tempat Penelitian
Magelang.
Secara
administratif
Puskesmas Getasan
merupakan
Puskesmas Getasan Kecamatan
salah satu Puskesmas yang berada
Getasan
Kabupaten Semarang
di Kecamatan Getasan Kabupaten
wilayahnya meiputi 8 Desa yaitu
Semarang
dengan
batas-batas
Desa Getasan, Desa Manggihan,
Puskesmas Getasan
meliputi
Desa Nogosaren, Desa Ngrawan,
sebelah utara Kecamatan Banyubiru,
Desa Toloan, Desa Wates, Desa
sebelah timur Desa Sumogawe,
Kopeng, Desa Batur
sebelah selatan Desa Sumogawe
dan sebelah barat Kabupaten
Hasil Penelitian
Tindakan breast care pada ibu nifas di Puskesmas Getasan Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang
Tindakan Breast Care
Frekuensi
Persentase (%)
Sering
9
25,0
Kadang-kadang
16
44,4
Tidak pernah
11
30,6
Jumlah
36
100,0%
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa
sebagian besar responden kadangkadang dalam melakukan tindakan
44,4% dan hanya 25,0% yang sering
melakukan breast care.
Langkah-langkah tindakan breast care pada ibu nifas di Puskesmas Getasan
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
No
Pernyataan
Langkah Breast Care
Tidak
Kuran
Sesu
Sesua
%
g
%
ai
i
Sesua
i
%
1 Mencuci tangan
0
0
14
38,9
2 Mengkompres puting
1
2,8
27
75,0
8
22,2
susu dengan kapas
minyak selama 3-4
menit
3 Membersihkan papila
3
8,3
23
63,9
10
27,8
dan areola mammae
dengan kapas minyak
tersebut untuk
mengangkat kotoran
4 Memutar puting susu ke
3
8,3
20
55,6
13
36,1
kanan dan ke kiri secara
bergantian masing-
13
5
6
7
8
9
10
11
12
masing 20x untuk
menjaga agar puting
susu tetap menonjol
Meletakkan ibu jari pada
sisi kanan dan kiri puting
susu, kemudian ditarik
ke arah yang
berlawanan sebanyak
20x
Membasahi telapak
tangan dengan minyak
Melakukan pengurutan
dimulai dari atas lalu
kearah samping terus
kebawah lalu kedua
tangan dilepas dari
payudara sebanyak 30x
Menyokong payudara
dengan satu tangan
kemudian dua atau tiga
jari tangan yang lain
melakukan pengurutan
dari arah tepi ke arah
puting susu sebanyak
30x dan lakukan pada
payudara sebaliknya
Menyokong payudara
dengan satu tangan
sedangkan tangan yang
lain mengurut dengan
buku jari dari pangkal ke
puting susu masingmasing payudara
sebanyak 30x
Membersihkan payudara
dengan air hangat
kemudian air dingin
dengan memakai waslap
masing-masing 2 menit
Membereskan alat
Mencuci tangan
1
2,8
22
61,1
13
36,1
2
5,6
24
66,7
10
27,8
2
5,6
19
52,8
15
41,7
2
5,6
20
55,6
14
38,9
0
0
21
58,3
15
41,7
1
2,8
19
52,8
16
44,4
5
0
13,9
0
22
25
61,1
69,4
9
11
25,0
30,6
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa masih
ada responden yang skor tindakan
breast yang tidak pernah dilakukan,
dilakukan kadang-kadang ataupun
sering yaitu pada langkah-langkah
tertentu. Langkah yang tidak dilakukan
terbanyak
adalah
13,9%
tidak
membereskan alat setelah tindakan
14
breast care. 8,33% tidak pernah
memutar puting susu ke kanan dan ke
kiri secara bergantian masing-masing
20x untuk menjaga agar puting susu
tetap menonjol. Langkah yang kadang
dilakukan terbanyak adalah 75%
mengkompres puting susu dengan
kapas minyak selama 3-4 menit.
69,4% mencuci tangan sesudah
tindakan. Langkah yang sering
dilakukan terbanyak adalah 61,1%
mencuci tangan sebelum tindakan.
44,4%
membersihkan
payudara
dengan air hangat kemudian air dingin
dengan memakai waslap masingmasing 2 menit
Kejadian bendungan ASI pada ibu nifas di Puskesmas Getasan
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
Kejadian Bendungan
Terjadi bendungan
Tidak terjadi bendungan
Jumlah
Frekuensi
9
26
36
Persentase (%)
25,0
75,0
100,0%
Tabel
4.3.menunjukkan
bahwa
sebagian besar responden tidak
terjadi bendungan ASI 75,0% dan
terjadi bendungan ASI 25,0%
B. Pembahasan
1. Gambaran tindakan breast care
pada ibu nifas di Puskesmas Getasan
Kecamatan Getasan
Kabupaten
Semarang
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden
kadang-kadang dalam melakukan
tindakan 44,4% dan hanya 25,0%
yang sering melakukan breast care.
Tindakan breast care yang dilakukan
ibu nifas hanya kadang-kadang saja
disebabkan kesibukan ibu nifas dalam
merawat bayinya sehingga kadang ibu
melupakan breast care. Breast care
adalah melakukan tindakan untuk
menjaga
kebersihan
payudara,
memperbanyakatau
memperlancar
pengeluaran ASI sehingga terjadi
kesukaran
dalam
menyusukan
bayinya.
Perawatan
payudara
dilakukan dengan cara pengurutan
(Anggraini, 2010).
Breast care yang dilakukan
ibu nifas dalam penelitian ini ada yang
sering melakukan yaitu 2 kali sehari.
Ibu yang melakukan breast care 2 kali
sehari biasanya dilakukan sebelum
mandi. Alasan lain ibu menginginkan
ASI nya lancar untuk bayinya selain
itu nyeri saat menyusui juga bisa
berkurang. Ibu yang melakukan breas
care 2 kali sehari (sering) menyadari
pentingnya breast care bagi ibu
menyusui
sehingga
meluangkan
waktu untuk melakukan breast care.
Menurut Huliana (2004) tujuan breast
care adalah untuk melancarkan
sirkulasi
darah
dan
mencegah
tersumbatnya saluran susu sehingga
memperlancar pengeluaran ASI. Agar
tujuan perawatan ini dapat tercapai
dengan
melakukan
perawatan
payudara secara teratur
Pada penelitian ini masih
didapatkan ibu nifas yang tidak pernah
melakukan breast care padahal
setelah
persalinan
bidan
telah
mengajarkan perawatan payudara
pasca melahirkan yaitu breast care.
15
Ibu ada yang tidak perduli dan merasa
tidak ada masalah walaupun tidak
melakukan breast care. Padahal ada
beberapa masalah yang dapat timbul
akibat ibu nifas tidak melakukan
breast care. Menurut Mansjoer (2001)
terdapat beberapa masalah yang
mungkin terjadi jika tidak melakukan
breast care, diantaranya adalah tumor
jinak, infeksi, puting terbalik, payudara
bengkak (engorgement), puting susu
lecet, produksi ASI kurang, mastitis
dan abses payudara.
Responden yang skor tindakan breast
dilakukan
sering,
kadang-kadang
ataupun tidak pernah yang terbanyak
adalah pada langkah-langkah berikut :
a. 13,9% tidak pernah membereskan
alat setelah tindakan breast care. Hal
ini disebabkan ibu segera melakukan
kegiatan lain dan besoknya alat-alat
akan dipakai lagi jadi tidak perlu
dibereskan. Padahal alat yang dipakai
untuk breast care harus dicuci dan
dipakai 1 kali pemakaian.
b. 8,33% tidak pernah memutar
puting susu ke kanan dan ke kiri
secara bergantian masing-masing 20x
untuk menjaga agar puting susu tetap
menonjol. Hal ini disebabkan ibu
mengatakan putingnya telah menonjol
sehingga tidak perlu melakukan
langkah ini. Menurut Luwia (2004)
penonjolan puting penting untuk
mempermudah
bayi
menghisap
payudara ibu. Puting yang masuk
kedalam ketika menyusui bayi akan
menyulitkan bayi dalam meminum
ASI.
c. 75%
kadang-kadang
mengkompres puting susu dengan
kapas minyak selama 3-4 menit. Hal
ini disebabkan ibu merasa langkah ini
terlalu lama waktunya sehingga hanya
kadang-kadang dilakukan. Menurut
Anggraini (2010) Setiap pagi dan sore
sebelum mandi puting susu (daerah
areola mamae), satu payudara diolesi
dengan minyak kelapa sekurangkurangnya 3-5 menit, lama 4-5 kali.
Supaya kotoran pada puting terlepas.
d. 69,4% kadang-kadang mencuci
tangan sesudah tindakan. Hal ini
disebabkan ibu merasa tindakan
breast care telah selesai dan akan
melakukan
aktifitas
lain
selain
menyusui sehingga tidak perlu cuci
tangan lagi. Ibu juga merasa tanganya
sudah basah sehingga tidak perlu cuci
tangan lagi. Padahal cuci tangan
penting untuk mencegah penularan
mikroorganisme.
e. 61,1% sering mencuci tangan
sebelum tindakan. Hal ini sering
dilakukan ibu karena ibu memahami
pentingnya cuci tangan sebelum
melakukan breast care agar tidak
terjadi penularan penyakit dan ibu
merasa harus cuci tangan karena
telah memegang banyak barangbarang supaya tidak mengotori
payudara.
f. 44,4% membersihkan payudara
dengan air hangat kemudian air dingin
dengan memakai waslap masingmasing 2 menit. Hal ini sering
dilakukan ibu karena langkah ini
membuat payudara nyaman setelah
pengurutan.
Menurut
Ambarwati
(2008) cara mengatasi bendungan
ASI
kompres
hangat
untuk
mengurangi rasa sakit, setelah
menyusui kompres air dingin untuk
mengurangi oedema.
2. Kejadian bendungan ASI pada ibu
nifas
di
Puskesmas
Getasan
Kecamatan Getasan
Kabupaten
Semarang
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa menunjukkan bahwa sebagian
besar
responden
tidak
terjadi
bendungan ASI 75,0% dan terjadi
16
bendungan
ASI
25,0%.
Pada
penelitian ini masih ada ibu yang
mengalami
bendungan
ASI
disebabkan breast carenya
tidak
sesuai prosedur atau kurang sesuai
prosedur sehingga manfaatnya dalam
mencegah bendungan ASI tidak
maksimal.
Tidak terjadinya bendungan ASI
juga
dipengaruhi
hal-hal
yang
dilakukan ibu seperti segera menyusui
bayi segera setelah dilahirkan dan
menyusui
bayi
kapanpun
bayi
menginginkan. Menurut Ambarwati
(2008) untuk mencegah bendungan
ASI maka diperlukan menyusui dini,
perlekatan yang baik, menyusui on
demand. Bayi harus lebih sering
disusui. Apabila terlalu tegang, atau
bayi tidak dapat menyusu sebaiknya
ASI
dikeluarkan
dahulu,
agar
ketegangan menurun. (Ambarwati,
2008).
Pada penelitian ini masih ada ibu
yang mengalami bendungan ASI
disebabkan
ibu
tidak
pernah
melakukan breast care, terlambat
menyusui, posisi menyusui yang
salah, produksi ASI berlebihan.
Menurut Suherni (2008) bendungan
ASI disebabkan oleh posisi mulut bayi
dan puting susu ibu salah saat
menyusui, produksi ASI berlebihan,
terlambat menyusui, pengeluaran ASI
yang jarang, waktu menyusui yang
terbatas.
Bendungan
ASI
adalah
terkumpulnya sisa ASI pada sistem
duktus karena ASI tidak disusukan
dengan
adekuat,
sehingga
mengakibatkan
terjadinya
pembengkakan. Statis pada pembuluh
darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan intrakaudal,
yang akan mempengaruhi segmen
pada payudara, akibatnya, payudara
sering terasa penuh, tegang, serta
nyeri (Saleha, 2009).
Untuk mencegah bendungan ASI
bidan tidak hanya mengajarkan breast
care tetapi juga usaha lain untuk
mencegah terjadinya bendungan ASI
seperti menganjurkan ibu nifas
menyusui bayi sesering mungkin
tanpa jadwal dan tanpa batas waktu,
bila bayi sukar menghisap,keluarkan
ASI dengan bantuan tangan atau
pompa ASI yang efektif, sebelum
menyusui untuk merangsang reflek
oksitosin dapat dilakukan : kompres
hangat untuk mengurangi rasa sakit,
massase payudara, massase leher
dan punggung dan setelah menyusui
kompres air dingin untuk mengurangi
oedema
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari 36 responden terdapat 44,4%
ibu nifas yang melakukan breast
care kadang-kadang dan yang
sering hanya 25,0% .
2. Kejadian bendungan ASI pada 36
ibu nifas sebanyak 25,0% atau
sebagian besar tidak terjadi
bendungan (75,0%)
Saran
1. Bagi responden
Ibu nifas diharapkan mengetahui
pentingnya breast care pada ibu nifas
dan rutin melakukan breast care
dalam mencegah mencegah kejadian
bendungan ASI
17
kesalahan prosedur dalam tindakan
breast care.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain diharapkan meneliti faktor
lain
yang
dapat
menimbulkan
bendungan
ASI.
2. Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan khususnya bidan
diharapkan memantau cara breast
care ibu nifas sehingga tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni. Asuhan Kebidanan Masa
Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Rihama ; 2010.
Huliana,
Ambarwati. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta : Nuha Medika ;
2008.
Luwia, M. S. Problematik & perawatan
payudara.
Jakarta
:
Kawan. Pustaka ; 2003.
Arikunto, S. Prosedur penelitian Suatu
Pendekatan
Praktik.
Jakarta : Rhineka Cipta ;
2006.
Mansjoer Arif dkk. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid I. Media
Aesculaplus. Jakarta ;
2001.
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian
Kesehatan.
Jakarta
:
Rineka Cipta ; 2010.
Arifin. Menunda Pemberian Asi Dan
Faktor
Yang
Mempengaruhi,
Www/Http.Library.USU
Acid. ; 2004
Panduan
Menjalani
Kehamilan Sehat. Jakarta:
Puspa Swara ; 2001.
Notoatmodjo, S. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta ; 2003.
Bahiyatun. ASI Sangat Bermanfaat
Bagi Bayi. Jakarta : PT
Pustaka ; 2009.
Prawirohardjo,
Ilmu
Kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka ; 2006
Depkes
RI. Asuhan Persalinan
Normal. JHPIEGO. Jakarta
; 2002.
Dewi, Vivian Nani Lia dkk. Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta
:
Salemba
Medika.; 2011.
Purwanto.Metodologi
Penelitian
Kuantitatif.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar ; 2007
Riwidikdo.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Riset
Keperawatan
dan
Teknik
Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika ; 2003.
Statistik
Kesehatan.
Yogyakarta
:
Mitra
Cendika Press ; 2009.
Sastroasmoro, S. Dasar – dasar
Metodologi Penelitian Klinis.
18
Jakarta : CV Sagung Seto ;
2002.
Saleha, Asuhan Kebidanan pada
Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.; 2009
Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian.
Jakarta : Alfabeta ; 2008.
Suherni,
dkk. Perawatan Masa
Nifas.Yogyakarta:Fitramay
a ; 2009.
Sujiyatini, dkk. Asuhan Ibu Nifas
Askeb III. Yogyakarta: Cyrillus
Publisher ; 2010.
Sulistyowati, Ari. Buku Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta : CV Andi Offset ;
2009
Soetjingsih, ASI Petunjuk Untuk
Tenaga Kesehatan. EGC.
Jakarta ; 2003
19
Download