GAMBARAN TINDAKAN BREAST CARE DAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS GETASAN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH OLEH WIWIK ARDITA RINI 0101199 AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2013 1 GAMBARAN TINDAKAN BREAST CARE DAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS GETASAN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG Wiwik Ardita Rini Akbid Ngudi Waluyo Ungaran INTISARI kebersihan payudara, memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga terjadi kesukaran dalam menyusukan bayinya Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tindakan breast care dan kejadian bendungan ASI pada ibu nifas di Wilayah Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross sectional dan pengambilan data menggunakan data primer. Populasi semua ibu nifas hari ke dua dan ketiga di Wilayah Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang pada bulan Desember 2012 sebanyak 36 ibu. Sampel menggunakan teknik sampling Total Sampling dan didapatkan responden sebanyak 36 ibu nifas.. Hasil penelitian tindakan breast care sebagian besar responden kadang-kadang dalam melakukan tindakan 44,4% dan hanya 25,0% yang sering melakukan. Kejadian bendungan ASI sebagian besar responden tidak terjadi bendungan ASI 75,0% dan terjadi bendungan ASI 25,0% Diharapkan bidan diharapkan memberikan penyuluhan dengan cara demontrasi cara breast care yang benar dan lebih menganjurkan tindakan breast care kepada ibu nifas. Kata Kunci : Breast care, Kejadian bendungan ASI ABSTRACT The case of the dam breast milk in Indonesia as much as 16% of mothers who breastfeed. Breast care is good and true has an important role in increasing milk production and can prevent mothers from the dangers of breast engorgement, clogged milk duct. Dam breast milk can be overcome by doing breast care is taking action to keep the breast, breast augment or accelerate spending making it difficult to breastfeed her baby Research purposes to describe the actions dam breast care and breastfeeding on the incidence of puerperal women in health centers Getasan Getasan District Semarang regency. The study design is a descriptive cross sectional approach and retrieval of data using primary data. The population of all postpartum day second and third in district health centers Getasan Getasan Semarang District in December 2012 by 36 mothers. Total sample using sampling 2 techniques Sampling and earned a total of 36 respondents postpartum . The results of action breast care most respondents sometimes in doing 44.4% and only 25.0% were frequent. Genesis dam milk most of the respondents did not happen dam milk 75.0% and 25.0% occurred dam milk Expected that midwives are expected to provide counseling demonstrations by breast care the right way and encourage more breast action to postpartum care. Keywords: Breast Care, Breast Dam Genesis PENDAHULUAN Latar Belakang Masa nifas disebut juga masa postpartum atau puerpurium yaitu waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta lepas keluar dari rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan pulih kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungannya, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). Pada masa nifas nini terjadi banyak perubahan termasuk proses laktasi atau menyusui yang terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu produksi susu, sekresi susu atau let down (Saleha, 2009) Proses laktasi atau menyusui penting bagi kesehatan ibu dan bayi . Hal tersebut didukung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta yang mengatakan pemberian ASI berarti memberikan makanan bernilai gizi tinggi untuk bayi secara tepat memenuhi kebutuhan bayi. Disamping itu dapat memberikan zat perlindungan terhadap penyakit, sehingga bayi jarang sakit. Menyusui sendiri memberikan kontak penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, kasih sayang antara ibu dengan bayinya serta memberikan ikatan psikologis yang juga dibutuhkan oleh bayi di dalam tumbuh kembangnya (www.menegpp.go.id, 2005). Berdasarkan Data yang diperoleh dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-5 bulan di Indonesia pada tahun 2008 yaitu sebanyak 56,2 % menurun bila dibandingkan percapaian cakupan pada tahun 2007 yaitu 62,2%, namun meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 61,3%. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan naik menjadi 34,4% pada tahun 2009 (Profil Jurnal Kesehatan Indonesia, 2009). Berdasarkan data cakupan pemberian ASI eksklusif yang diperoleh dari Pofil Kesehatan Kabupaten/Kota diprivinsi Jawa Tengah tahun 2009 bahwa cakupan jumlah bayi yang diberikan ASI secara eksklusif mencapai 40,21%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak pada tahun 2011 rata-rata cakupan pemberian ASI sebanyak 42,68% dari jumlah bayi 6.349, 3 cakupan ini masih dibawah target yang diharapkan yaitu 67%. Beberapa faktor yang menghambat pemberian ASI eksklusif tersebut antara lain rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya konseling tentang laktasi dan cara menyusui yang benar, sehingga timbul hambatan dalam menyusui maka ibu menghentikan menyusui dan memberikan susu formula (Dinkes, 2006). Selain itu sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena faktor intern dari ibu seperti luka-luka pada puting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada puting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkulose, malaria. Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang sangat rendah yang mungkin masih telalu lemah apabila mengisap ASI dari payudara ibunya, serta bayi yang dalam keadaan sakit (Arifin, 2004). Hal lain yang menjadi masalah dalam pemberian ASI adalah pemberian ASI yang tidak adekuat dapat mengakibatkan bendungan ASI karena sisa ASI pada duktus. Statis pada pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi segmen pada payudara sehingga tekanan seluruh payudara meningkat akibatnya payudara sering terasa penuh, tegang serta terasa nyeri (Soetjiningsih, 2003). Bendungan ASI banyak terjadi pada ibu postpartum minggu pertama hari ke-3 dan hari ke4 sesudah ibu melahirkan mencapai 13,3% (Depkes RI, 2002) Menurut penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-ibu pekerja, sebanyak 16 % dari ibu yang menyusui (Depkes RI, 2006). Di daerah Jawa Tengah, pemberian ASI sebesar 54 % pada usia 2-3 bulan dan untuk usia 4-6 bulan sekitar 35 % akibat bendungan ASI yang disebabkan karena payudara tidak dirawat (Dinkes, 2008). Bendungan ASI ini dapat diatasi dengan dilakukannya breast care yaitu melakukan tindakan untuk menjaga kebersihan payudara, memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga terjadi kesukaran dalam menyusukan bayinya. Perawatan payudara dilakukan dengan cara pengurutan (Anggraini, 2010). Perawatan payudara yang baik dan benar memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan produksi ASI dan dapat menghindarkan ibu dari bahaya pembengkakan payudara, saluran ASI tersumbat (Bahiyatun, 2009). Dari hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan pada bulan Agustus 2012 jumlah ibu nifas ada 36 ibu nifas. Dari 36 ibu nifas ini semua telah melakukan breast care karena diajarkan setelah bersalin, 23 ibu nifas (64%) tidak mengalami bendungan ASI. Walaupun telah melakukan breast care sejak hari pertama bayi lahir sampai hari ketiga masih ada kejadian bendungan ASI sebanyak 13 ibu nifas (36%). Dari 36 ibu ini 12 ibu nifas pertolongan persalinan oleh bidan dan diajarkan breast care, 8 orang breast care dengan benar dan teratur 2 x/ hari, 3 ibu kurang benar melakukan breast care tetapi teratur dan 1 ibu benar melakukan breast care dan tidak rutin dan ditemukan 4 ibu terjadi bendungan ASI. Selain itu 4 pernah ditemukan 1 ibu nifas yang mengalami abses dan dilakukan insisi. Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang gambaran tindakan breast care dan kejadian bendungan ASI pada ibu nifas di Wilayah Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Tujuan penelitian Tujuan Umum : Mengetahui gambaran tindakan breast care dan kejadian bendungan ASI pada ibu nifas di Wilayah Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Tujuan khusus : a) Mengetahui gambaran tindakan breast care pada ibu nifas di Wilayah Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. b) Mengetahui gambaran kejadian bendungan ASI pada ibu nifas di Wilayah Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. TINJAUAN PUSTAKA A. Masa Nifas 1. Pengertian Masa nifas disebut juga masa postpartum atau puerporium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta lepas keluar dari rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan pulih kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungannya, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). C. Bendungan ASI 1. Pengertian Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri dan kadang-kadang disertai dengan kenaikan suhu badan (Prawirohardjo, 2002). 2. Terjadinya Bendungan ASI Menurut Suherni (2008) bendungan ASI terjadi pada 24 jam pertama sampai 48 jam, payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak. 3. Penyebab bendungan ASI Menurut Ambarwati (2008) penyebab bendungan ASI adalah : a) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah. b) Produksi ASI berlebihan. c) Terlambat menyusui. d) Pengeluaran ASI yang jarang. e) Waktu menyusui yang terbatas. 4. Gejala Bendungan ASI B. Laktasi 1. Pengertian Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkat pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami. (Ambarwati, 2010). 5 Gejala bendungan ASI ini adalah payudara yang mengalami pembengkakan. Pembengkakan ini ditandai dengan bentuk areola payudara yang lebih menonjol dan puting yang lebih mendatar, sehingga membuat payudara sukar dihisap oleh bayi. Bila keadaan sudah demikian, kulit payudara tampak lebih mengkilat, ibu mengalami demam dan payudara terasa nyeri (Bahiyatun, 2009). 5. Pencegahan Bendungan ASI Untuk mencegah bendungan ASI maka diperlukan : menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui on demand. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun. Untuk merangsang refleks oksitosin maka dilakukan : a) Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit. b) Ibu harus rileks. c) Pijat leher dan punggung belakang sejajar dengan daerah payudara. d) Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah tengah). e) Stimulasi payudara dan puting susu. f) Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi odem. g) Pakailah BH yang sesuai. h) Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik. (Ambarwati, 2008). 6. Penatalaksanaan Bendungan ASI Bidan dalam mengelola kasus mengacu oada beberapa teori diantaranya menurut Sutjiningsih (2003) Penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada ibu yang payudaranya bengkak adalah sebagai berikut : a) Bila ibu menyusui bayi 1) Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, bisa dilakukan massase payudara dan kompres panas dan dingin secara bergantian. 2) Ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali selesai menyusui, bila payudra masih terasa penuh. 3) Ubah posisi menyusui untuk memperlancar aliran ASI. b) Bila ibu tidak menyusui bayi 1) Sangga payudara, kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit, jangan dipijat atau menggunakan kompres hangat pada paydara. Terapi medis paracetamol 500mg per oral setiap 4 jam untuk mengurangi rasa sakit. Menurut Ambarwati (2008) cara mengatasi bendungan ASI adalah sebagai berikut : 1) Susui bayi sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu. 2) Bila bayi sukar menghisap,keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI yang efektif. 3) Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, massase payudara, massase leher dan punggung. 4) Setelah menyusui kompres air dingin untuk mengurangi oedema. Menurut Saleha (2009) penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada ibu yang payudaranya bengkak adalah sebagai berikut : 6 1) Massase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui. 2) Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Bisa dilakukan selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah. 3) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara. 3. Resiko Akibat Tidak Melakukan Breast Care Menurut Mansjoer (2001), terdapat beberapa masalah yang mungkin terjadi jika tidak melakukan breast care, diantaranya adalah : a) Tumor jinak Tumor jinak merupakan benjolan abnormal pada tubuh manusia, tumor jinak tidak berbahaya jika ditangani sejak dini. Tumor jinak berisi jaringan padat bisa juga berisi cairan. b) Infeksi Infeksi pada payudara dapat berupa pembengkakan yang disertai dengan rasa nyeri hebat jika payudara ditekan. Jika terjadi infeksi, warna kulit payudara kadang-kadang menjadi merah, puting pecah-pecah, payudara mengeras, dan tidak jarang terbentuk abses atau luka. Infeksi biasanya terjadi pada perempuan yang sedang menyusui. Namun, perempuan yang sedang tidak menyusui pun berisiko terkena infeksi. Penyebabnya, bisa karena masuknya kuman pada puting susu. Pengobatan infeksi sangat mudah, cukup dengan pemberian antibiotik di bawah pengawasan dokter. c) Puting terbalik Pada beberapa perempuan, ditemukan payudaranya tidak menonjol, tetapi masuk ke dalam biasanya puting yang masuk ke dalam terjadi pada perempuan hamil tetapi setelah melahirkan puting tersebut akan normal kembali dengan sendirinya namun banyak juga puting masih tetap tidak keluar walau sudah melahirkan bahkan bayinya sudah dewasa. Jika hal ini terjadi sebenarnya bukan merupakan kelainan yang serius hal ini bisa di atasi. Puting yang masuk kedalam ketika menyusui bayi akan D. Breast Care 1. Pengertian Breast care adalah melakukan tindakan untuk menjaga kebersihan payudara, memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga terjadi kesukaran dalam menyusukan bayinya. Perawatan payudara dilakukan dengan cara pengurutan (Anggraini, 2010). 2. Tujuan Untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Agar tujuan perawatan ini dapat tercapai perlu diperhatikan hal-hal berikut ini : a) Lakukan perawatan payudara secara teratur b) Pelihara kebersihan seharihari 3 c) Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi produksi ASI d) Ibu harus percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya e) Ibu harus merasa nyaman dan santai f) Hindari rasa cemas dan stres karena akan menghambat refleks oksitosin (Huliana, 2004) 7 menyulitkan bayi dalam meminum ASI (Luwia, 2004). d) Payudara bengkak (engorgement) Payudara terasa lebih penuh/tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau keempat setelah melahirkan akibat stasis divena dan pembuluh limfe, tanda bahwa ASI mulainya disekresi. Sering terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang bila tidak dikeluarkan, ASI menumpuk dalam payudara sehingga areola menjadi lebih menonjol, puting lebih datar dan sulit dihisap bayi. Kulit payudara nampak lebih merah mengkilat, ibu demam dan payudara terasa nyeri sekali. Payudara yang bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan. Sementara kebutuhan bayi pada hari-hari pertama setelah lahir masih sedikit (Mansjoer, 2001). Payudara bengkak disebabkan karena pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Dapat pula disebabkan oleh adanya gangguan let-down reflex Payudara bengkak biasanya terjadi pada hari ke 3 atau ke 4 bila menghindari menyusui karena nyeri dan memberikan prelakteal feedeng keadaan akan berlanjut (Prawirohardjo, 2002) e) Puting susu lecet Dapat disebabkan oleh teknik menyusui yang salah atau perawatan yang tidak betul pada payudara. Infeksi monilia dapat mengakibatkan lecet. f) Produksi ASI kurang Produksi air susu terbaik adalah jika diproduksi oleh ibu yang sehat. Sebaliknya, pada ibu yang sakit produksi ASI akan kurang. Berkurangnya produksi susu juga terjadi pada ibu yang sudah tua, ibu yang tidak menyusui anaknya dan ibu yang minum pil pencegah kehamilan. Selain masalah kesehatan ibu, ada beberapa faktor yang dapat dapat meningkatkan pengeluaran ASI, yakni faktor-faktor psikologis seperti jika ibu melihat bayinya, memikirkan bayinya dengan kasih sayang, ibu dalam keadaan tenang, dan jika mendengar tangis bayi. Faktor yang dapat menghambat pengeluaran ASI adalah ibu yang pikirannya kacau, merasa kesakitan jika menyusui, takut asinya tidak mencukupi, dan ibu yang malu untuk menyusui. Agar produksi ASI lancar, ketika menyusui, ibu harus menjaga kesehatan mengkonsumsi makanan yang bergizi, pikiran harus tenang, dan jangan ragu-ragu dalam menyusui bayinya. Selain itu, banyak meminum air putih juga dapat meningkatkan produksi ASI (Luwia, 2004). g) Mastitis dan Abses payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Suhu tubuh ibu meningkat kadang-kadang disertai menggigil biasanya kejadian ini terjadi pada satu sampai tiga minggu setelah melahirkan akibat aliran susu tersumbat dan tidak segera diatasi. Timbul reaksi sistemik seperti demam, terjadi 1 - 3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu. Biasanya diawali dengan puting susu lecet atau luka. Gejala yang bisa diamati : kulit lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol. 8 h) Abses payudara terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan. Sakit ibu tampak lebih parah, payudara lebih merah mengkilat, benjolan tidak sekeras mastitis, tapi lebih penuh atau bengkak berisi cairan (Mansjoer, 2001). 4. Teknik Perawatan Payudara Menurut Anggraini (2010) teknik perawatan payudara untuk ibu menyusui adalah : a) Persiapan pengurutan payudara 1) Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa / baby oil. 2) Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah puting susu selama 2 menit (10kali) untuk masing-masing payudara. 3) Handuk bersih 1-2 buah. 4) Air hangat dan air dingin dalam baskom. 5) Waslap atau sapu tangan dari handuk. b) Langkah-langkah pengurutan payudara 1) Pengurutan yang pertama Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari arah atas lalu arak sisi samping kiri kemudian kearah kanan, lakukan terus pengurutan kebawah atau melintang. Lalu kedua tangan dilepas dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali untuk setiap satu payudara. 2) Pengurutan yang kedua Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu. Lakukan tahap mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah puting susu. Lakukan gerakan 20-30 kali. 3) Pengurutan yang ketiga Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut dan menggenggam dari pangkal menuju ke puting susu. Langkah gerakan 20-30 kali. 4) Pengompresan a) Alat-alat yang disiapkan: (1)2 buah kom sedang yang masingmasing diisi dengan air hangat dan air dingin. (2)2 buah waslap. b) Caranya: Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian ganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres bergantian selama 3 kali berturutturut dengan kompres air hangat. c) Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk menyusui. c) Perawatan puting susu Puting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air susu ibu akan keluar dari lubang-lubang pada puting susu oleh karena itu puting susu perlu dirawat agar dapat bekerja dengan baik, tidak semua wanita mempunyai puting susu yang menonjol (normal). Ada wanita yang mempunyai puting susu dengan bentuk yang mendatar atau masuk kedalam, bentuk puting susu tersebut tetap dapat mengeluarkan ASI jika dirawat dengan benar. Langkahlangkah yang perlu dilakukan untuk merawat puting susu : 1) Setiap pagi dan sore sebelum mandi puting susu (daerah areola mamae), satu payudara diolesi dengan minyak kelapa sekurangkurangnya 3-5 menit, lama 4-5 kali. 2) Jika puting susu normal, lakukan perawatan dengan oleskan minyak pada ibu jari dan telunjuk lalu letakkan keduanya pada Puting susu 9 dengan gerakan memutar dan ditariktarik selama 30 kali putaran untuk kedua puting susu. 3) Jika puting susu datar atau masuk kedalam lakukan tahapan berikut : (a)Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan puting susu, (b)kemudian tekan dan hentakkan kearah luar menjahui puting susu secara perlahan. 4) Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting susu lalu tekan serta hentakkan kearah puting susu secara perlahan. 5) Kemudian untuk masing-masing puting digosok dengan handuk kasar agar kotoran-kotoran yang melekat pada puting susu dapat terlepas. 6) Akhirnya payudara dipijat untuk mencoba mengeluarkan ASI. Lakukan langkah - langkah perawatan diatas 4-5 kali pada pagi dan sore hari, sebaiknya tidak menggunakan alkohol atau sabun untuk membersihkan puting susu karena akan menyebabkan kulit kering dan lecet. Pengguna pompa ASI atau bekas jarum suntik yang dipotong ujungnya juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah pada puting susu yang terbenam. KERANGKA KERJA PENELITIAN Kerangka Teori Tindakan pada ibu nifas 1. Pemeriksaan umum : TTV, keluhan dan sebagainya. 2. Keadaan umum : kesadaran, selera makan dan lain-lain 3. Dinding perut, perineum, kandung kemih dan rektum 4. Sekret yang keluar misalnya lokia, flour albus 5. Keadaan alat-alat kandungan Ibu nifas Puerperium Dini Puerperium Intermedial Remote Puerperium 10 Payudara, ASI, puting susu Breast Care Bendungan ASI Kerangka Konsep Tindakan Breast Care Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Nifas pada Ibu Nifas Definisi Operasional No Variabel 1 Breast care Definisi Alat Ukur Operasional Tindakan Cheklist melancarkan SOP sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. 11 Parameter dan Katagori 1. Sesuai prosedur skor nilai > 18 2. Kurang sesuai prosedur skor nilai 1418 Skala Pengukuran Ordinal Bendungan ASI Pembengkakan Observasi payudara karena terkumpulnya sisa ASI pada sistem duktus 3. Tidak sesuai prosedur skor nilai < 14 1. Terjadi bendungan kode 0 2. Tidak terjadi bendungan kode 1 Nominal METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan memaparkan data secara sederhana sehingga dapat dibaca dan dianalisis secara sederhana Notoadmojo (2010) sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana pengukuran penelitiannya dilakukan secara simultan pada satu saat (sekali waktu) Hidayat (2007). Populasi Populasi penelitian ini adalah semua ibu nifas hari ke dua dan ketiga di Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang pada bulan Desember 2012 sebanyak 36 ibu. .Sampel Sampel yang digunakan adalah semua ibu nifas setelah hari ke dua di Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang pada bulan Desember 2012 sebanyak 36 ibu semua ibu nifas setelah hari ke dua di Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang pada bulan Desember 2012 sebanyak 36 ibu. Teknik Sampling Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik total sampling yaitu semua angota populasi dijadikan sampel (Hidayat, 2002). Analisis data Analisa univariat adalah analisis yang hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. (Notoatmojo, 2010 ; h. 182). Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan / berkorelasi (Notoatmodjo, 2010 ; h. 183). Analisis ini berfungsi untuk mengetahui hubungan paritas dengan pemilihan KB jangka panjang IUD di Puskesmas Srondol Kota Semarang, Sedang Uji statistic yang digunakan adalah chi square 12 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat Penelitian Magelang. Secara administratif Puskesmas Getasan merupakan Puskesmas Getasan Kecamatan salah satu Puskesmas yang berada Getasan Kabupaten Semarang di Kecamatan Getasan Kabupaten wilayahnya meiputi 8 Desa yaitu Semarang dengan batas-batas Desa Getasan, Desa Manggihan, Puskesmas Getasan meliputi Desa Nogosaren, Desa Ngrawan, sebelah utara Kecamatan Banyubiru, Desa Toloan, Desa Wates, Desa sebelah timur Desa Sumogawe, Kopeng, Desa Batur sebelah selatan Desa Sumogawe dan sebelah barat Kabupaten Hasil Penelitian Tindakan breast care pada ibu nifas di Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tindakan Breast Care Frekuensi Persentase (%) Sering 9 25,0 Kadang-kadang 16 44,4 Tidak pernah 11 30,6 Jumlah 36 100,0% Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebagian besar responden kadangkadang dalam melakukan tindakan 44,4% dan hanya 25,0% yang sering melakukan breast care. Langkah-langkah tindakan breast care pada ibu nifas di Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang No Pernyataan Langkah Breast Care Tidak Kuran Sesu Sesua % g % ai i Sesua i % 1 Mencuci tangan 0 0 14 38,9 2 Mengkompres puting 1 2,8 27 75,0 8 22,2 susu dengan kapas minyak selama 3-4 menit 3 Membersihkan papila 3 8,3 23 63,9 10 27,8 dan areola mammae dengan kapas minyak tersebut untuk mengangkat kotoran 4 Memutar puting susu ke 3 8,3 20 55,6 13 36,1 kanan dan ke kiri secara bergantian masing- 13 5 6 7 8 9 10 11 12 masing 20x untuk menjaga agar puting susu tetap menonjol Meletakkan ibu jari pada sisi kanan dan kiri puting susu, kemudian ditarik ke arah yang berlawanan sebanyak 20x Membasahi telapak tangan dengan minyak Melakukan pengurutan dimulai dari atas lalu kearah samping terus kebawah lalu kedua tangan dilepas dari payudara sebanyak 30x Menyokong payudara dengan satu tangan kemudian dua atau tiga jari tangan yang lain melakukan pengurutan dari arah tepi ke arah puting susu sebanyak 30x dan lakukan pada payudara sebaliknya Menyokong payudara dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain mengurut dengan buku jari dari pangkal ke puting susu masingmasing payudara sebanyak 30x Membersihkan payudara dengan air hangat kemudian air dingin dengan memakai waslap masing-masing 2 menit Membereskan alat Mencuci tangan 1 2,8 22 61,1 13 36,1 2 5,6 24 66,7 10 27,8 2 5,6 19 52,8 15 41,7 2 5,6 20 55,6 14 38,9 0 0 21 58,3 15 41,7 1 2,8 19 52,8 16 44,4 5 0 13,9 0 22 25 61,1 69,4 9 11 25,0 30,6 Tabel 4.4. menunjukkan bahwa masih ada responden yang skor tindakan breast yang tidak pernah dilakukan, dilakukan kadang-kadang ataupun sering yaitu pada langkah-langkah tertentu. Langkah yang tidak dilakukan terbanyak adalah 13,9% tidak membereskan alat setelah tindakan 14 breast care. 8,33% tidak pernah memutar puting susu ke kanan dan ke kiri secara bergantian masing-masing 20x untuk menjaga agar puting susu tetap menonjol. Langkah yang kadang dilakukan terbanyak adalah 75% mengkompres puting susu dengan kapas minyak selama 3-4 menit. 69,4% mencuci tangan sesudah tindakan. Langkah yang sering dilakukan terbanyak adalah 61,1% mencuci tangan sebelum tindakan. 44,4% membersihkan payudara dengan air hangat kemudian air dingin dengan memakai waslap masingmasing 2 menit Kejadian bendungan ASI pada ibu nifas di Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Kejadian Bendungan Terjadi bendungan Tidak terjadi bendungan Jumlah Frekuensi 9 26 36 Persentase (%) 25,0 75,0 100,0% Tabel 4.3.menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak terjadi bendungan ASI 75,0% dan terjadi bendungan ASI 25,0% B. Pembahasan 1. Gambaran tindakan breast care pada ibu nifas di Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden kadang-kadang dalam melakukan tindakan 44,4% dan hanya 25,0% yang sering melakukan breast care. Tindakan breast care yang dilakukan ibu nifas hanya kadang-kadang saja disebabkan kesibukan ibu nifas dalam merawat bayinya sehingga kadang ibu melupakan breast care. Breast care adalah melakukan tindakan untuk menjaga kebersihan payudara, memperbanyakatau memperlancar pengeluaran ASI sehingga terjadi kesukaran dalam menyusukan bayinya. Perawatan payudara dilakukan dengan cara pengurutan (Anggraini, 2010). Breast care yang dilakukan ibu nifas dalam penelitian ini ada yang sering melakukan yaitu 2 kali sehari. Ibu yang melakukan breast care 2 kali sehari biasanya dilakukan sebelum mandi. Alasan lain ibu menginginkan ASI nya lancar untuk bayinya selain itu nyeri saat menyusui juga bisa berkurang. Ibu yang melakukan breas care 2 kali sehari (sering) menyadari pentingnya breast care bagi ibu menyusui sehingga meluangkan waktu untuk melakukan breast care. Menurut Huliana (2004) tujuan breast care adalah untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Agar tujuan perawatan ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan payudara secara teratur Pada penelitian ini masih didapatkan ibu nifas yang tidak pernah melakukan breast care padahal setelah persalinan bidan telah mengajarkan perawatan payudara pasca melahirkan yaitu breast care. 15 Ibu ada yang tidak perduli dan merasa tidak ada masalah walaupun tidak melakukan breast care. Padahal ada beberapa masalah yang dapat timbul akibat ibu nifas tidak melakukan breast care. Menurut Mansjoer (2001) terdapat beberapa masalah yang mungkin terjadi jika tidak melakukan breast care, diantaranya adalah tumor jinak, infeksi, puting terbalik, payudara bengkak (engorgement), puting susu lecet, produksi ASI kurang, mastitis dan abses payudara. Responden yang skor tindakan breast dilakukan sering, kadang-kadang ataupun tidak pernah yang terbanyak adalah pada langkah-langkah berikut : a. 13,9% tidak pernah membereskan alat setelah tindakan breast care. Hal ini disebabkan ibu segera melakukan kegiatan lain dan besoknya alat-alat akan dipakai lagi jadi tidak perlu dibereskan. Padahal alat yang dipakai untuk breast care harus dicuci dan dipakai 1 kali pemakaian. b. 8,33% tidak pernah memutar puting susu ke kanan dan ke kiri secara bergantian masing-masing 20x untuk menjaga agar puting susu tetap menonjol. Hal ini disebabkan ibu mengatakan putingnya telah menonjol sehingga tidak perlu melakukan langkah ini. Menurut Luwia (2004) penonjolan puting penting untuk mempermudah bayi menghisap payudara ibu. Puting yang masuk kedalam ketika menyusui bayi akan menyulitkan bayi dalam meminum ASI. c. 75% kadang-kadang mengkompres puting susu dengan kapas minyak selama 3-4 menit. Hal ini disebabkan ibu merasa langkah ini terlalu lama waktunya sehingga hanya kadang-kadang dilakukan. Menurut Anggraini (2010) Setiap pagi dan sore sebelum mandi puting susu (daerah areola mamae), satu payudara diolesi dengan minyak kelapa sekurangkurangnya 3-5 menit, lama 4-5 kali. Supaya kotoran pada puting terlepas. d. 69,4% kadang-kadang mencuci tangan sesudah tindakan. Hal ini disebabkan ibu merasa tindakan breast care telah selesai dan akan melakukan aktifitas lain selain menyusui sehingga tidak perlu cuci tangan lagi. Ibu juga merasa tanganya sudah basah sehingga tidak perlu cuci tangan lagi. Padahal cuci tangan penting untuk mencegah penularan mikroorganisme. e. 61,1% sering mencuci tangan sebelum tindakan. Hal ini sering dilakukan ibu karena ibu memahami pentingnya cuci tangan sebelum melakukan breast care agar tidak terjadi penularan penyakit dan ibu merasa harus cuci tangan karena telah memegang banyak barangbarang supaya tidak mengotori payudara. f. 44,4% membersihkan payudara dengan air hangat kemudian air dingin dengan memakai waslap masingmasing 2 menit. Hal ini sering dilakukan ibu karena langkah ini membuat payudara nyaman setelah pengurutan. Menurut Ambarwati (2008) cara mengatasi bendungan ASI kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, setelah menyusui kompres air dingin untuk mengurangi oedema. 2. Kejadian bendungan ASI pada ibu nifas di Puskesmas Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak terjadi bendungan ASI 75,0% dan terjadi 16 bendungan ASI 25,0%. Pada penelitian ini masih ada ibu yang mengalami bendungan ASI disebabkan breast carenya tidak sesuai prosedur atau kurang sesuai prosedur sehingga manfaatnya dalam mencegah bendungan ASI tidak maksimal. Tidak terjadinya bendungan ASI juga dipengaruhi hal-hal yang dilakukan ibu seperti segera menyusui bayi segera setelah dilahirkan dan menyusui bayi kapanpun bayi menginginkan. Menurut Ambarwati (2008) untuk mencegah bendungan ASI maka diperlukan menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui on demand. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun. (Ambarwati, 2008). Pada penelitian ini masih ada ibu yang mengalami bendungan ASI disebabkan ibu tidak pernah melakukan breast care, terlambat menyusui, posisi menyusui yang salah, produksi ASI berlebihan. Menurut Suherni (2008) bendungan ASI disebabkan oleh posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah saat menyusui, produksi ASI berlebihan, terlambat menyusui, pengeluaran ASI yang jarang, waktu menyusui yang terbatas. Bendungan ASI adalah terkumpulnya sisa ASI pada sistem duktus karena ASI tidak disusukan dengan adekuat, sehingga mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan mempengaruhi segmen pada payudara, akibatnya, payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri (Saleha, 2009). Untuk mencegah bendungan ASI bidan tidak hanya mengajarkan breast care tetapi juga usaha lain untuk mencegah terjadinya bendungan ASI seperti menganjurkan ibu nifas menyusui bayi sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu, bila bayi sukar menghisap,keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI yang efektif, sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, massase payudara, massase leher dan punggung dan setelah menyusui kompres air dingin untuk mengurangi oedema KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari 36 responden terdapat 44,4% ibu nifas yang melakukan breast care kadang-kadang dan yang sering hanya 25,0% . 2. Kejadian bendungan ASI pada 36 ibu nifas sebanyak 25,0% atau sebagian besar tidak terjadi bendungan (75,0%) Saran 1. Bagi responden Ibu nifas diharapkan mengetahui pentingnya breast care pada ibu nifas dan rutin melakukan breast care dalam mencegah mencegah kejadian bendungan ASI 17 kesalahan prosedur dalam tindakan breast care. 3. Bagi Peneliti Lain Peneliti lain diharapkan meneliti faktor lain yang dapat menimbulkan bendungan ASI. 2. Bagi tenaga kesehatan Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan memantau cara breast care ibu nifas sehingga tidak terjadi DAFTAR PUSTAKA Anggraeni. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama ; 2010. Huliana, Ambarwati. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika ; 2008. Luwia, M. S. Problematik & perawatan payudara. Jakarta : Kawan. Pustaka ; 2003. Arikunto, S. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rhineka Cipta ; 2006. Mansjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculaplus. Jakarta ; 2001. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ; 2010. Arifin. Menunda Pemberian Asi Dan Faktor Yang Mempengaruhi, Www/Http.Library.USU Acid. ; 2004 Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta: Puspa Swara ; 2001. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ; 2003. Bahiyatun. ASI Sangat Bermanfaat Bagi Bayi. Jakarta : PT Pustaka ; 2009. Prawirohardjo, Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka ; 2006 Depkes RI. Asuhan Persalinan Normal. JHPIEGO. Jakarta ; 2002. Dewi, Vivian Nani Lia dkk. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika.; 2011. Purwanto.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar ; 2007 Riwidikdo. Hidayat, A. Aziz Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika ; 2003. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendika Press ; 2009. Sastroasmoro, S. Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis. 18 Jakarta : CV Sagung Seto ; 2002. Saleha, Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.; 2009 Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Jakarta : Alfabeta ; 2008. Suherni, dkk. Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta:Fitramay a ; 2009. Sujiyatini, dkk. Asuhan Ibu Nifas Askeb III. Yogyakarta: Cyrillus Publisher ; 2010. Sulistyowati, Ari. Buku Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : CV Andi Offset ; 2009 Soetjingsih, ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. EGC. Jakarta ; 2003 19